EFEKTIVITAS TEKNIK PETA KONSEP POHON JARINGAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 TUREN TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Etty Puspasari Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Pembelajaran menulis cerpen sebagai salah satu pembelajaran yang menuntut peserta didik aktif dan kreatif belum mampu diwujudkan karena beberapa kendala. Salah satu penyebabnya adalah peran guru sebagai fasilitator yang seharusnya memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik belum dapat menerapkannya dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengondisikan ling-kungan yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta didik. Penerapan teknik peta konsep pohon jaringan merupakan salah satu upaya yang dapat dila-kukan untuk mengatasi hal tersebut. Namun efeektivitas teknik peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerita pendek perlu dikaji secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen peserta didik yang tidak dibelajarkan dengan teknik peta konsep pohon jaringan, dan yang dibelajarkan dengan teknik peta konsep pohon jaringan, serta mendeskri-psikan efektivitas teknik peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerpen pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Turen. Hasil pengujian perbandingan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol didapatkan nilai t hitung (3,857) lebih besar dari t tabel (1,997) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Ratarata selisih hasil kelas eksperimen (M = 18,371) dan kelas kontrol (M = 8,915) menunjukkan bahwa peningkatan selisih hasil kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa teknik peta konsep pohon jaringan terbukti efektif dalam pembelajaran menulis cerpen pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Turen Kabupaten Malang. Kata-kata kunci: efektivitas, teknik pembelajaran, peta konsep pohon jaringan, menulis cerpen PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang harus dirancang dengan baik
sehingga faktor-faktor tersebut membangun suatu harmoni dalam suatu sistem pembelajaran. Proses pembelajaran juga harus mampu memadukan faktor-faktor dasar yang ada di-
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 396
sertai kemampuan guru untuk melakukan improvisasi sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan, membuat subjek didik betah dan mampu mengekspresikan potensinya, serta akhirnya berhasil mengantarkan mencapai tujuan (Asrori, 2009:1). Pembelajaran juga dimaksudkan sebagai proses aktivitas yang dilakukan guru dalam mengondisikan siswa untuk mengetahui, memahami, menerapkan menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi materi yang menjadi bahan pembelajaran dengan aktif dan kreatif. Pembelajaran yang didesain oleh guru secara terencana dalam mengondisikan siswa untuk aktifkreatif dalam belajar diharapkan mampu menghasilkan perubahan perilaku yang permanen dalam diri siswa, yaitu menjadi siswa yang aktif (Kurniawan, 2014:1-2) Salah satu pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan kreatif adalah keterampilan menulis. Iskandarwassid (2010:248) menyatakan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif, karena merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bahasa. Sementara Kurniawan (2014:v). menjelaskan bahwa menulis merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kreativitas mengekspresikan gagasan, pengeta-huan, pengalaman, dan perasaan siswa. Menulis sebagai salah satu komponen berbahasa merupakan keterampilan yang bersifat produktif dan ekspresif karena dalam menulis seseorang juga harus memiliki keterampilan memilih kosa kata, menggunakan struktur kalimat,
dan menerapkan ejaan maupun tanda baca. Salah satu keterampilan menulis yang termuat dalam kurikulum tahun 2013 adalah menulis cerpen. Keterampilan menulis cerpen ini bertujuan agar peserta didik dapat mengekspresikan gagasan, pendapat, dan pengalamanya dalam bentuk sastra tertulis yang kreatif. Pendidikan kreatif sastra mencoba membelajarkan peserta didik untuk mau dan mampu menulis dengan mempertimbangkan pengembangan pribadi dan kecerdasan siswa. Pembelajaran sastra sangat strategis digunakan untuk mengembangkan kompetensi atau kecerdasan spiritual, emosional, bahasa, intelektual, dan kinestetika (Siswanto, 2013: 155157). Kenyataan yang dihadapi saat ini pembelajara masih belum mampu mewujudkan siswa yang aktif dan kreatif terutama dalam pembelajaran menulis cerpen. Proses pembelajaran menulis kreatif (cerpen) kurang mendapatkan perhatian yang serius. Guru kurang mampu mengembangkan strategi, metode, teknik, dan model untuk melatih siswa berproses kreatif. Pembelajaran sastra hanya untuk mengasah kemampuan estetika dan etika tanpa memperhatikan keseimbangan antara kemampuan spiritual, emosional, etika, logika, dan kinestetika (Siswanto, 2013:156157). Rendahnya mutu pembelajaran menunjukkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru, sarana, dan prasarana yang ada. Motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang kurang
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 397
professional, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal tersebut memerlukan usaha guru yang sungguh-sungguh dalam menyusun perencanaan pembelajaran, serta menentukan strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan di SMPN 2 Turen, pembelajaran sudah berorientasi pada proses tetapi belum terlaksana secara optimal. Hal ini dapat terlihat dengan masih adanya guru yang belum sepenuhnya mampu mengoptimalkan potensi dan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa, dalam mengajar masih ditemukan guru yang kurang kreatif dan variatif . Guru hanya menjelaskan cara menulis cerpen dan bagian-bagian cerpen kemudian siswa diminta menulis cerpen dengan tema yang sudah ditentukan. Siswa pun menuliskan cerita tanpa dapat membedakan antara menulis cerita pendek dan mengisahkan pengalaman pribadi atau kisah perjalanan sehingga cerita pendek terasa datar tanpa konflik. Peran guru sebagai fasilitator yang utama adalah “to facilitate of learning” yaitu memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengondisikan lingkungan yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif (Mulyasa, 2009:54). Untuk itu, guru perlu melakukan perencanaan pembelajaran dengan memperhatikan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi yang ditentukan. Strategi organisasi dapat digunakan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dalam menulis cerita pendek karena membantu peserta didik meningkatkan kebermaknaan bahanbahan baru dengan struktur pengorganisasian baru yang terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah yang lebih besar. Peserta didik belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama atau pemetaan konsep (Iskandarwassid, 2010: 12) Peta konsep merupakan satu dari 16 teknik pembelajaran dalam metode kooperatif (Arief, 2014). Peta konsep adalah suatu cara untuk menyampaikan konsep-konsep atau ide-ide pokok dalam bentuk diagram non radial hierarkis -linier. Peta konsep dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan, wawasan, dan tindakan. Informasi yang disajikan fokus pada bagian-bagian penting (Sudrajat, 2013). sementara Dahar,(1996:150) menjelaskan bahwa peta konsep merupakan media yang digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi. Peta konsep juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi (Wahyuni, 2014:1). Peta konsep dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Menurut Shoimin (2014:105) Peta konsep merupakan teknik yang dapat membantu pembelajar mengatasi kesulitan, mengorganisasi gagasan, mengetahui apa yang hendak ditulis, dan bagaimana memulainya. Peta konsep memiliki fungsi pokok untuk
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 398
menyampaikan ide-ide atau konsepkonsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Keunggulan peta konsep pohon jaringan dalam menulis cerpen telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun tingkat efektivitas peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas VII SMP Negeri 2 Turen perlu dikaji secara khusus. Pada penulisan artikel ini dideskripsikan tentang kemampuan menulis cerpen peserta didik yang tidak dibelajarkan dengan teknik peta konsep pohon jaringan maupun yang dibelajarkan menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan, serta efektivitas teknik peta konsep pohon jaringan dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Turen tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan dalam penulisan artikel mendeskripsikan efektivitas teknik peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah keilmuwan, khususnya dalam pemilihan teknik dalam pembelajaran menulis teks cerpen. Bagi guru, hasil penelitaian ini dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanakan pembelajaran menulis serta merupakan pengalaman nyata dalam menyusun perencanaan pembelajaran menulis dan langkah awal untuk mengembangkan teknik pembelajaran yang lain. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menulis cerita pendek dan menumbuhkan minat belajar peserta didik dalam menulis. Sedangkan bagi peneliti lain, hasil penelian ini dapat dijadikan satu perbandingan guna mengembangkan penelitian sejenis dengan subjek, objek, dan sasaran penelitian yang lebih luas. METODE Rancangan penelitian merupakan strategi pengaturan latar penelitian, agar peneliti memperoleh data yang valid, sesuai karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan eksperimental. Rancangan eksperimental digunakan untuk meneliti hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Adapun rancangan eksperimen yang dipakai adalah quasi experieental design dengan pretes – postes control group design, Rancangan penelitian ini melibatkan satu kelompok kelas eksperimen dan satu kelompok kelas kontrol. Kedua kelompok mendapatkan materi pelajaran yang sama, tetapi berbeda dalam menggunakan teknik pembelajarannya. Kelompok eksperimen menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerita pendek, sedangkan kelompok kontrol tidak menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah kemampuan menulis cerpen. Variabel bebas dalam penelitian ini
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 399
adalah media peta konsep pohon jaringan. Pengambilan data diambil dari dua tahap, yaitu tahap awal dengan cara belum diberikan perlakuan / treatment yang disebut pretes dan pengambilan data setelah diberikan perlakuan / treatment yang disebut postes, untuk kemudian keduanya diambil kesimpulan dengan metode statistik. Dimana tes dilakukan dua kali yaitu test awal (pretes) sebelum diberikan perlakuan pembelajaran dan tes akhir (postes) sesudah diberikan perlakuan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan teknik peta konsep pohon jaringan terhadap kemampuan menulis cerita pendek antara siswa yang diberi perlakuan dengan siswa yang tidak diberi perlakuan. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2015: 118). Penentuan sampel dilakukan dengan memilih kelompok-kelompok subjek populasi yang memiliki kemiripan dalam kemampuan kelas, prestasi kelas, kesamaan guru yang mengajar, maupun jumlah siswa. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 124). Hal yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak mungkin membuat kelas khusus, namun peneliti menggunakan kelas yang telah tersedia. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih satu kelas dijadikan kelas eksperimen (dibelajarkan dengan teknik peta
konsep pohon jaringan), dan satu kelas sebagai kelas kontrol (dibelajarkan tidak menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan). Dalam penelitian ini ditentukan kelas VII A sebagai kelas eksperimen kelas VII F sebagai kontrol. Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, alat pengumpul data yang digunakan berupa tes menulis cerpen. Tes menulis cerpen berisi penugasan terhadap siswa untuk menulis sebuah cerpen . Tes digunakan untuk memperoleh dan mengetahui nilai dari kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah penerapan teknik peta konsep pohon jaringan. Skor didapat dari pekerjaan siswa yang diukur menggunakan instrument yang telah dibuat. Kriteria penilaian menulis cerpen terdiri dari pemilihan ide, organisasi, dan bahasa. Aspek pemilihan ide terdiri dari dua kriteria, yaitu .keaslian ide dan kebermaknaan ide. Aspek organisasi berupa penataan, keutuhan, kelengkapan ide. Aspek bahasa meliputi kata, kalimat, paragraf, penggunaan majas, dan penggunaan EYD. Dari 8 aspek yang dinilai masing-masing ditentukan kriteria penilaiannya dengan skor 1-4 Pengujian instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau sesuai dengan standar metode penelitian. Keabsahan atau kesahihan data hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh instrumen yang digunakan. Instrumen dikatakan baik apabila memenuhi tiga persyaratan utama yaitu: (1) valid atau sahih; (2) reliabel atau andal; dan (3) praktis.
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 400
Bilamana alat ukur yang digunakan tidak valid atau tidak dapat dipercaya dan tidak andal atau reliabel, maka hasil penelitian tidak akan menggambarkan keadaan yang sesuangguhnya. Oleh karena itu, untuk menguji kuesioner sebagai instrumen penelitian maka digunakan uji validitas (test of validity) dan uji reliabilitas (test of reliability). Uji coba instrumen dilakukan pada 34 siswa kelas VII G SMPN 2 Turen, Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan metode Korelasi Product Moment yaitu dengan membandingkan nilai koefisien korelasi antara butir pertanyaan dengan total jawaban (r hitung) dengan nilai r tabel pada tingkat kesalahan (alpha) tertentu, yaitu apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang digunakan adalah valid. Selain itu dapat pula menggunakan perbandingan antara nilai signifikansi dengan alpha yang digunakan yaitu apabila nilai signifikansi lebih kecil dari alpha, maka dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang digunakan adalah valid. Hasil uji validitas instrumen yang terdiri dari 8 aspek didapatkan nilai koefisien Korelasi Product Moment (r hitung) seluruh aspek lebih besar dari r tabel (0.334) menunjukkan bahwa seluruh aspek instrumen adalah valid dan dapat digunakan pada proses analisis selanjutnya. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha yaitu dengan melihat kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas,
dimana batas terendah yang digunakan dalam menyatakan bahwa butir pertanyaan yang digunakan reliabel adalah sebesar 0,600. Hasil uji reliabilitas instrumen yang terdiri dari 8 aspek didapatkan nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0.600 menunjukkan bahwa aspek instrumen adalah reliabel dan dapat digunakan pada proses analisis selanjutnya. Prosedur pengumpulan data atau teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik tes menulis cerita pendek oleh peserta didik sampel. Pengumpulan data dilakukaan dengan tahapan sebagai berikut 1) melakukan sosialisasi kepada siswa dan guru tentang rencana penelitian 2) melakukan tes awal (pretes) menulis cerita pendek. Adapun pelaksanaan tes awal menulis cerita pendek dilakukan pada sampel penelitian sebelum mendapat pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal tentang menulis cerpen... Memberikan pelakakuan yang berbeda pada pada kelas eksperimen dengan menerapkan teknik peta konsep pohon jaringan. 3) melakukan tes akhir (postes) menulis cerita pendek. Tahapan di atas menghasilkan kumpulan skor yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Data terebut berupa skor tes awal dan data kedua berupa skor tes akhir. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Turen Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1November 2015 sampai dengan tanggal 20 Januari 2016. Jangka waktu tersebut meliputi tiga tahap, yaitu 1) pengukuran awal kemampuan menulis cerpen (pretes), 2) perlakuan pada kelompok eksperi-
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 401
men dan pembelajaran pada kelompok kontrol, dan 3) pengukuran akhir kemampuan menulis cerpen (postes). Salah satu syarat penggunaan uji-t adalah data penelitian mengikuti distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS-18 for windows melalui uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan p-value yang lebih besar dari alpha 0.05 menunjukkan distribusi data adalah normal. Pada penelitian ini analisis data menggunakan analisis uji t-. Analisis uji t- digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Data berupa skor dari pretes dan postes untuk hasil kemampuan menulis ceritaa pendek, selanjutnya dianalisis dengan program SPSS. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. HASIL PENELITIAN Data penelitian diperoleh sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis cerpen. Data dalam penelitian ini meliputi data skor tes awal (pretes) dan data skor tes akhir (postes) kemampuan menulis cerpen pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data skor tes awal (pretes) dan data skor tes akhir (postes) tersebut didapat dari hasil skor pada tes menulis cerpen. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan sebagai berikut. Kelompok kontrol adalah kelompok atau kelas yang tidak menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan. Sebelum kelompok kontrol diberi perlakuan atau
pembelajaran menulis cerpen. diberikan pretes berupa tes kemampuan menulis cerpen. Pretes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal menulis cerpen pada kelompok kontrol. Hasil pretes kelompok kontrol didapatkan skor tertinggi 84.38 dan skor terendah 43.75. Melalui perhitungan komputer dengan program SPSS versi 18.0 dihasilkan bahwa rata-rata skor (mean) yang dicapai pada saat pretes sebesar 62.41; mode sebesar 62.50; skor tengah (median) sebesar 62.50; dan standar deviasi sebesar 11.50. Sesudah kelompok kontrol diberi perlakuan atau pembelajaran menulis cerpen. kemudian diberikan postes berupa tes kemampuan menulis cerpen. Postes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir menulis cerpen pada kelompok kontrol. Hasil postes kelompok kontrol didapatkan skor tertinggi 87.50 dan skor terendah 56.25. Melalui perhitungan komputer dengan program SPSS versi 18.0 dihasilkan bahwa rata-rata skor (mean) yang dicapai pada saat postes sebesar 71.32; mode sebesar 78.13; skor tengah (median) sebesar 71.88; dan standar deviasi sebesar 7.90. Distribusi frekuensi skor pretes dan skor postes kemampuan menulis cerpen kelompok control diketahui bahwa data pretes pada siswa yang memiliki kemampuan menulis cerpen yang kurang baik dengan skor antara 25 – 43 sebanyak 2 siswa (5.9%). memiliki kemampuan menulis cerpen yang cukup baik dengan skor antara 44 – 62 sebanyak 18 siswa (52.9%). memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik dengan skor antara
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 402
63 – 81 sebanyak 10 siswa (29.4%). dan memiliki kemampuan menulis cerpen yang sangat baik dengan skor antara 82 – 100 sebanyak 4 siswa (11.8%). Selanjutnya diketahui bahwa data postes pada siswa yang memiliki kemampuan menulis cerpen yang kurang baik dengan skor antara 25 – 43 sebanyak 0 siswa (0.0%). Memiliki kemampuan menulis cerpen yang cukup baik dengan skor antara 44 – 62 sebanyak 6 siswa (17.6%). Memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik dengan skor antara 63 – 81 sebanyak 26 siswa (76.5%). dan memiliki kemampuan menulis cerpen yang sangat baik dengan skor antara 82 – 100 sebanyak 2 siswa (5.9%). Data selanjutnya diperoleh dari kelompok eeksperimen. Kelompok eksperimen adalah kelompok atau kelas yang menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan. Sebelum kelompok eksperimen diberi perlakuan atau pembelajaran menulis cerpen. diberikan pretes berupa tes kemampuan menulis cerpen. Pretes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal menulis cerpen pada kelompok eksperimen. Hasil pretes kelompok eksperimen didapatkan skor tertinggi 68.75 dan skor terendah 37.50. Melalui perhitungan komputer dengan program SPSS versi 18.0 dihasilkan bahwa rata-rata skor (mean) yang dicapai pada saat pretes sebesar 52.75; mode sebesar 53.13; skor tengah (median) sebesar 53.13; dan standar deviasi sebesar 8.93. Sesudah kelompok eksperimen diberi perlakuan atau pembelajaran menulis cerpen. kemudian diberikan postes berupa tes kemam-
puan menulis cerpen. Postes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir menulis cerpen pada kelompok eksperimen. Hasil postes kelompok eksperimen didapatkan skor tertinggi 87.50 dan skor terendah 53.13. Melalui perhitungan komputer dengan program SPSS versi 18.0 dihasilkan bahwa rata-rata skor (mean) yang dicapai pada saat postes sebesar 71.12; mode sebesar 75.00; skor tengah (median) sebesar 71.88; dan standar deviasi sebesar 9.15. Distribusi frekuensi skor pretes dan skor postes kemampuan menulis cerpen kelompok eksperimen diketahui data pretes pada siswa yang memiliki kemampuan menulis cerpen yang kurang baik dengan skor antara 25 – 43 sebanyak 8 siswa (24.2%). memiliki kemampuan menulis cerpen yang cukup baik dengan skor antara 44 – 62 sebanyak 18 siswa (52.9%). memiliki kemampuan menulis cer-pen yang baik dengan skor antara 63 – 81 sebanyak 7 siswa (21.2%). dan memiliki kemampuan menulis cerpen yang sangat baik dengan skor antara 82 – 100 sebanyak 0 siswa (0.0%). Selanjutnya diketahui bahwa data postes pada siswa yang memiliki kemampuan menulis cerpen yang kurang baik dengan skor antara 25 – 43 sebanyak 0 siswa (0.0%). Memiliki kemampuan menulis cerpen yang cukup baik dengan skor antara 44 – 62 sebanyak 9 siswa (27.3%). memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik dengan skor antara 63 – 81 sebanyak 20 siswa (60.6%). dan memiliki kemampuan menulis cerpen yang sangat baik dengan skor
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 403
antara 82 – 100 seba-nyak 4 siswa (12.1%). Salah satu syarat penggunaan uji-t adalah data peneli-tian mengikuti distribu-si normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smir-nov. dengan ketentuan p-value yang lebih besar dari alpha 0.05 menunjukkan distribusi data adalah normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi data penelitian adalah normal karena p-value masing-masin data yang lebih besar dari alpha 0.05. maka dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan uji-t. Hasil perbandingan antara nilai pretes dan nilai postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengujian perbandingan nilai pretes dan nilai postes pada kelas eksperimen didapatkan nilai t hitung (12.555) lebih besar dari t tabel (2.037) atau p-value (0.000) lebih kecil dari alpha 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nilai pretes dan nilai postes pada kelas eksperimen. Rata-rata nilai pretes kelas eksperimen (M = 52.746) meningkat setelah dilakukan postes (M = 71.117) dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 18.371. Hasil pengujian perbandingan nilai pretes dan nilai postes pada kelas kontrol didapatkan nilai t hitung (4,565) lebih besar dari t tabel (2,037) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan nilai pretes dan nilai postes pada kelas kontrol. Rata-rata nilai pretes kelas kontrol (M = 62,408) meningkat setelah dilakukan postes (M = 71,323) dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 8,915.
Hasil pengujian perbandingan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol didapatkan nilai t hitung (3,857) lebih besar dari t tabel (1,997) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rata-rata selisih hasil kelas eksperimen (M = 18,371) dan kelas kontrol (M = 8,915) menun-jukkan bahwa peningkatan selisih hasil kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji-t . Berdasaakan hasil analisis menggunakan uji-t tersebut pengujiaan hipotesis nihil. Ditolak, yaitu penggunaan teknik peta konsep pohon jaringan pada pembelajaran menuliss cerpen tidak efektif daripada pembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan, sedangkan hipotesis alternatif. yaitu penggunaan teknik peta konsep pohon jaringan pada pembelajaran menuliss cerpen lebih efektif daripada pembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan diterima PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan pretes. Pretes bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dan untuk mengetahui kedua kelas memiliki kemampuan yang sama sebelum diberi perlakuan. Hasil skor pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari skor rata-rata masing-masing kelas. Hasil skor pretes kelas kontrol sebesar 62,41
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 404
dan skor pretes kelas eksperimen sebesar 52,75. Setelah diketahui skor pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen ditemukan adanya perbedaan, kelas eksperimen sedikit lebih rendah dibandingkan kelas kontrol. Selanjutnya masing-masing kelas diberi perlakukan yang berbeda. Pada kelas kontrol pembelajaran menulis cerita tidak menggunakan teknik peta konsep pohon jaringan, sedangkan untuk kelas eksperimen menerapkan teknik peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerpen. Perlakuan pada kelas eksperimen dilakukan dengan memberikan materi cerpen melalui teknik peta konsep. Guru menuliskan ide pokok dalam persegi empat dan membuat garis-garis penghubung untuk menghubungkan konsepkonsep tentang struktur teks cerpen pada cabang-cabang peta konsep pohon jaringan. Penyusunan teknik peta konsep pohon jaringan tentang cerpen dilakukan dengan melibatkan peserta didik melalui tanya jawab hingga tersusun kerangka cerpen pengalaman pribadi yang berjudul “Berubah” . Guru mengembangkan kerangka cerpen yang tersusun dalam peta konsep pohon jaringan tersebut hingga tersusun sebuah cerpen. Kegiatan dilanjutkan dengan penyusunan peta konsep secara mandiri berdasarkan model yang telah ditampilkan. Kelas kontrol juga mendapatkan materi cerpen yang sama dan kegiatan pembelajaran yang sama dengan kelas eksperimen. Perbedaan perlakuan pada kelas kontrol adalah pembelajaran hanya dilakukan dengan kerja kelompok kelompok, penyampaian materi dilakukan
dengan ceramah. penulisan cerpen dilakukan dengan panduan Lembar Kerja (LK). Setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang sama, kemudian diberikan tes akhir atau postes. Postes yang diberikan sama dengan yang diberikan saat pretes yaitu, tes kemampuan menulis cerpen. Postes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan. Hasil postes kelas kontrol menunjukkan rata-rata peningkatan sebesar 8,915 setelah mendapat perlakuan. Sedangkan hasil postes kelas eksperimen meningkat sebesar 18,371 setelah mendapat perlakuan. Berdasarkan pengujian perbandingan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol didapatkan nilai t hitung (3,857) lebih besar dari t tabel (1,997) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rata-rata selisih hasil kelas eksperimen (M = 18,371) dan kelas kontrol (M = 8,915) menunjukkan bahwa peningkatan seelisih hasil kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan skor postes pada kelompok kontrol terjadi penurunan frekuensi peserta didik yang mendapat nilai kurang, yaitu dari 2 menjadi 0, tidak ada peserta didik yang mendapat nilai kurang.. Sementara peningkaatan terjadi pada kriteria baik, dari 10 peserta didik menjadi 26 peserta didik. Pada kriteria sangat baik justru terjadi penurunan dari 4 peserta didik
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 405
menjadi 2 peserta didik. Sedangkan pada kelas eksperimen peserta didik yang mendapat nilai kurang juga mengalami penurunan dari 8 menjadi 0. pada kriteria cukup menurun dari18 peserta didik menjadi 6 peserta didik. Adapun peningkatan yang terjadi pada kriteria baik dari 10 peserta didik menjadi 26 peserta didik dan peserta didik yang mendapat kriteria sangat baik dari 0 menjadi 4 peserta didik. Berdasarkan uraian di atas membuktikan perbedaan kemampuan menulis cerpen pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu terdapat perbedaan nilai lebih tinggi pada kelas ekperimen yaitu kelas yang dibelajarkan dengan pemodelaan peta konsep pohon jaringan dibandingkan kelas kontrol.yaitu kelas yang tidak dibelajarkan dengan peta konsep pohon jaringan. Perbedaan tersebut signifikan Efektivitas teknik peta konsep pohon jaringan pada pembelajaran menulis cerpen pesrta didik kelas VII SMP Negeri 2 Turen dapat diketahui setelah mendapat perlakuan berupa penerapan teknik peta konsep pohon jaringan pada pembelajaran menulis cerpen. Teknik peta konsep pohon jaringan yang berisi konsep-konsep sebuah cerpen yang dihubungkan dengan garis-garis dan tersusun berjenjang sesuai dengan hierarkinya, memudahkan peserta didik dalam menulis cerpen. Penyusunan peta konsep diawali dari konsep yang paling inklusif diletakkan pada bagian paling atas atau bagian paling kiri peta konsep, selanjutnya diikuti garis-garis ke bawah atau ke kanan yang menghubungkan konsep-
konsep yang kurang inklusif. Garis yang dibuat ditampilkan dengan warna-warna yang menarik. Konsepkonsep mengenai struktur teks cerpen dan unsur pembangun cerpen diambil dari buku paket yang digunakan peserta didik di SMP Negeri 2 Turen. Penerapan teknik peta konsep pohon jaringan dalam menulis cerpen menjadikan peserta didik, lebih aktif dan bersemangat dalam belajar, serta lebih mudah dalam menyusun cerpen.hal ini tampak pada hasil skor postes kelas eksperimen yang mendapat perlakuan berupa penerapan teknik peta konsep pohon jaringan mengalami peningkatan sebesar 18.371 yang diperoleh dari selisih skor postes 71,117, dan skor pretes sebesar 52,746. Peningkatan skor postes kelas kontrol kelas yang pembelajarannya tidak menggunakan peta konsep pohon jaringan sebesar 8,915 diperoleh dari selisih skor postes sebesar 71,323 dan skor pretes sebesar 62,408. Hasil pengujian perbandingan nilai pretes dan nilai postes pada kelas kontrol didapatkan nilai t hitung (4,565) lebih besar dari t tabel (2,037) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pre tes dan nilai postes pada kelas kontrol. Rata-rata nilai pretes kelas kontrol (M = 62,408) meningkat setelah dilakukan postes (M = 71,323) dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 8,915. Hasil pengujian perbandingan nilai pretes dan nilai postes pada kelas eksperimen didapatkan nilai t hitung (12,555) lebih besar dari t
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 406
tabel (2,037) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifiksn antara nilai pretes dan nilai postes pada kelas eksperimen. Rata-rata nilai pretes kelas eksperimen (M = 52,746) meningkat setelah dilakukan postes (M = 71,117) dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 18,371 (tabel 4,2). Untuk membuktikan keefektifan penggunaan teknik peta konsep pohon jaringan dalam pembelajaran menulis cerpen maka dilakukan analisis menggunakan uji-t. Analisis tersebut dilakukan pada data skor pretes dan postes kelas eksperimen kemudian dibandingkan dengan skor pretesdan postes kelas kontrol. Perbandingan hasil uji-t tersebut dapat dilihat pada tabel 4-4 dengan penjelasan bahwa hasil pengujian perbandingan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol didapatkan nilai t hitung (3,857) lebih besar dari t tabel (1,997) atau p-value (0,000) lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan selisih hasil antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rata-rata selisih hasil kelas eksperimen (M = 18,371) dan kelas kontrol (M = 8,915) menunjukkan bahwa peningkatan selisih hasil kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa teknik peta konsep pohon jaringan terbukti efektif dalam pembelajaran menulis cerpen pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Turen Kabupaten Malang.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Turen tahun pelajaran 2015/2016 dalam menulis cerpen tanpa teknik peta konsep pohon jaringan menunjukkan peningkatan yang signifikan antara nilai pre tes dan nilai postes. Rata-rata nilai pretes (M = 62,408) meningkat setelah dilakukan postes (M = 71,323) dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 8,915. 2) Kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Turen tahun pelajaran 2015/2016 dalam menulis cerpen dengan teknik peta konsep pohon jaringan menunjukkan peningkatan yang signifikan antara nilai pre tes dan nilai postes. Ratarata nilai pretes (M = 52,746) meningkat setelah dilakukan postes (M = 71,117) dengan rata-rata peningkatan nilai sebesar 18,371. 3) Uji hipotesis menujukkan adanya perbedaan hasil yang signifikan atara peserta didik yang menerapkan teknik peta konsep pohon jaringan dan peserta didik yang tidak menerapkan teknik peta konsep pohon jaringan, dengan selisih hasil kelas eksperimen (M = 18,371) dan kelas kontrol (M = 8,915) maka dapat disimpulkan bahwa teknik peta konsep pohon jaringan terbukti efektif dalam pembelajaran menulis cerpen pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Turen Kabupaten Malang.) SARAN Berkaitan dengan penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1)
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 407
Guru Bahasa Indonesia sebaiknya menerapkan teknik peta konsep pohon jaringan pada pembelajaran menulis cerpen, dengan langkahlangkah sebagai berikut Guru menuliskan ide pokok dalam persegi empat dan membuat garis-garis penghubung untuk menghubungkan konsep-konsep tentang struktur teks cerpen pada cabang-cabang peta konsep pohon jaringan hingga tersusun kerangka cerpen pengalaman pribadi. Guru bersama peserta didik mengembangkan kerangka cerpen yang tersusun dalam peta konsep pohon jaringan tersebut hingga tersusun sebuah cerpen. 2) Peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
jenis peta konsep yang lain dengan lebih mendalam, baik dari pemilihan materi maupun tingkat kemampuan peserta didik. 3) Kepala sekolah diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam rangka pembinaan guru, mengusahakan fasilitas yang dapat mewadahi agar guru dapat menerapkan teknik peta konsep dalam pembelajaran, serta menaambah koleksi buku perpustakaan dengan buku-buku tentang teknik pembelajaran. 4) Pengawas diharapkan dapat memberikan pembinaan dan monitoring terha-dap kinerja guru melalui kegiatan workshop berkaitan dengan pemilihan teknik pembelajaran agar lebih variatif.
Asrori, Mohammad.2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
DAFTAR RUJUKAN Aminudin. 2009. Pandai Memahami dan Menulis Cerita Pendek. Bandung: Pribumi Mekar Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung. Sinar Baru Arief, Nur Fajar.2015. Kumpulan Materi Kemahiran Bahasa Indonesia Lanjut. Universitas Islam Malang: Tidak diterbitkan Arief, Nur Fajar.2015. Pendekatan Metode dan Teknik Pembelajaran. Materi Perkuliahan. Tidak diterbitkan
Aqib, Zaenal. 2013. Menjadi Penulis Buku Profesional. Bandung: Yrama Widya. Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dahar, Ratna Wilis. 1988. TeoriTeori Belajar . Bandung: P2 LPTK https://akhmadsudrajat.wordpress.co m/2008/09/12/pendekatan-strategimetode-teknik-dan-modelpembelajaran/ diakses tgl 26 Juli2016 pukul 13.30 Iskandarwassid & Suhendar.2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 408
Kosasih, E, 2008. Apresiasi Sasstra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia Krismarsanti, Ermina.2009. Karangan Fiksi dan Non Fiksi. Surabaya: JePe Press Media Utama. Kurniawan, Heru.2014. Pembelajaran Menulis Kreatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Kusmayadi, Ismail. 2007. Menulis dengan Hati Membangun Motivasi Menulis. Bandung: Pribumi Mekar. Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.Bandung: Remaja Rosdakarya Muslich, Mansur & Suyono. 2010. Pelajaran Membaca dan Menulis. Malang: A3 Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers Riyanto, Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC Rosidi, Imron. 2009. Menulis Siapa Takut? Yogyakarta: Kanisius. Santin, Siswati. 2004. Penerapan Strategi Peta Konsep dalam Keterampilan. Menulis Cerita Pendek Kelas XI SMA Negeri I Kota Batu Tahun Pelajaran 2013/2014. Tidak diterbitkan Shoimin, Aris.2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Malang: Aditya Media. Siswanto, Wahyudi. 2014. Cara Menulis Cerita. Malang: Aditya Media. Sudrajat, Akhmad. 2013. Mind Map (Peta Pikiran): Apa dan Bagaimana? Khmadsudrajat.wordpress.c om/ diakses 13 Oktober 2015 pukul 6.50pm Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Tarigan, Henri Guntur. 2008. Menulis. Bandung: Angkasa Thahar, Harris Effendi. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung:Angkasa Tim. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Trianto. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Prrogressif. Dan Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group. Wahyuni, Sri & Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama Wahyuni, Sri. 2014. Peta Konsep/ Mind Map. Materi Perkuliahan. Tidak diterbitkan . Statistik untuk Penelitian Pendidikan. Yogyakarta Parama Publising. Hamalik, O. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Losdakarya. Harsiati, Titik. 2011. Penilaian dalam Pembelajaran
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 406
(Aplikasi Pada Pembelajaran Membaca dan Menulis) UM Press: Malang. Mahsun. 2014. Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Nurgiantoro, Burhan. 2013. Penilaian Bahasa Indonesia Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Oxford. R. L. 1990. Language Learning Strategis. New York : Universitas Alabama. Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai suatu Keterampilan Baerbahasa. Bandung: Angkasa. Zabadi, Fairul. Mu’jizah. Murniah, Dad. Sutejo. Parpojo. Dan Muiati, Nok. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan untuk SMP/M.Ts. Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 43 s.d 65.
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 407