PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM MENGOMENTARI PERSOALAN FAKTUAL DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING SISWA KELAS V SDN 3 MUNGGU KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 A’an Mi’rajul Wathoni Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia ABSTRAK: Keterampilan berbicara memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak lepas dari berbicara. Mengomentari persoalan faktual merupakan bagian dari keterampilan berbicara, ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN 3 Munggu kecamatan Bungkal kabupaten Ponorogo yang masih rendah. Salah satu perubahan yang dilakukan dengan menggunakan teknik Role Playing.Role Playing adalah teknik yang luar biasa bermanfaat untuk mewujudkan kehidupan nyata di dalam kelas. Bermain peran akan membangkitkan minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan memacu siswa untuk memandang suatu permasalahan dari sudut yang berbeda. Kata Kunci : keterampilan berbicara, persoalan faktual, teknik role playing Keterampilan berbicara memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak lepas dari berbicara, misalnya dikeluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, antara anak dengan anaitu sendiri. Terjadi pula pembicaraan kantor, swalayan, di pasar, di pertemuan-pertemuan, bahkan sering pula terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara. Namun pada kenyataannya pembelajaran berbicara di sekolahsekolah belum bisa dikatakan maksimal, sehingga keterampilan
siswa dalam berbicara pun masih rendah. Permasalahan dalam kemampuan berbicara juga terjadi pada siswa kelas V SDN 3 Munggu Kecamatan Bungkal semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil observasi awal, dapat diidentifikasi penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa kelas V SDN 3 Munggu kecamatan Bungkal kabupaten Ponorogo, yakni sebagai berikut (1) sikap, minat dan pencapaian nilai siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara rendah, (2) strategi pembelajaran berbicara yang masih kurang, (3) siswa masih merasa takut dan malu saat ditugasi untuk tampil berbicara di depan teman-temannya, (4) Siswa kurang terampil sebagai
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 453
akibat dari kurangnya latihan berbicara. Melihat kenyataan tentang pembelajaran berbicara tersebut, maka perlu adanya perubahanperubahan dalam pembelajaran keterampilan berbicara di dalam kelas bisa maksimal dan tidak hanya sebatas teori saja, sehingga dapat membantu siswa mengatasi permasalahan dalam berbicara. Salah satu perubahan yang dilakukan dengan menggunakan teknik pembelajaran. Karakteristik teknik yang dimaksud, yaitu (1) dapat mengarahkan siswa untuk terampil berbicara, (2) dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman berbicara dengan orang lain, (3) membimbing siswa untuk berbicara secara runtut, baik dan santun. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik di atas yaitu melalui teknik role playing. Adapun alasan pemilihan teknik tersebut dengan pertimbangan bahwa teknik ini dirasa lebih efektif dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara untuk memunculkan kemampuan mengomentari persoalan faktual dalam drama yang diperankan serta diharapkan akan memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran berbicara secara terarah dan menyenangkan. Role Playing (bermain peran) merupakan salah satu teknik pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan-pemecahan masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal relationship) terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari teknik ini meliputi, kemampuan kerja sama, komunikatif, dan interprestasikan
suatu kejadian. Melalui bermain peran peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaanperasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. METODE PENELITIAN Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dipilih karena penelitian pembelajaran ini berkontek kelas, dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalahmasalah pembelajaran, PTK merupakan satu alternatif yang dapat menawarkan pemecahan masalah. PTK diartikan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988) sebagai bentuk refleksi diri dengan melibatkan partisipan secara kolektif dalam suatu situasi sosial untuk mengembangkan rasionalisasi dan justifikasi dari praktik pendidikan. McNiff (1992) mengartikan penelitian tindakan sebagai pendidikan yang mendorong guru untuk menjadi refleksi terhadap praktik mengajarnya demi meningkatkan kualitas pendidikan baik untuk dirinya maupun siswanya. Proses penelitian tindakan kelas merujuk pada pendapat Kemmis dan Tanggrart (dalam Suyono dan Harsiati, 2012: 4-5) yang menjelaskan tahap-tahap penelitian yang dimulai dari (1) Refleksi Awal, (2) menyusun perencanaan (plan), (3) melaksanakan tindakan (act), (4) pengamatan (observe), dan (5) refleksi (reflect).
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 454
Penelitian ini bertempat di SDN 3 Munggu Bungkal Ponorogo tahun pelajaran 2012/2013. SDN 3 Munggu, Bungkal, Ponorogo bertempat di jalan Gludug No. 60 desa Munggu Kec. Bungkal Kab. Ponorogo. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN 3 Munggu Bungkal Ponorogo tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 19 siswa. Dalam hal ini disajikan tentang persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian. hal tersebut disajikan sebagai berikut. Persiapan Penelitian. Kegiatan ini dimulai dari pengamatan awal terhadap latar penelitian yang meliputi guru, siswa dalam kegiatan belajar mengajar berbicara. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kondisi objektif yang ada di sekolah yang dijadikan subjek penelitian. Selanjutnya diadakan analisis hasil pengamatan awal dan diperoleh temuan bahwa pembelajaran di kelas V SDN 3 Munggu kecamatan Bungkal kabupaten Ponorogo belum dilaksanakan secara optimal dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu guru kurang tepat memilih dan menggunakan teknik pembelajaran sehingga kurang bisa menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran yang kemudian berpengaruh pada anak. Berdasarkan temuan tersebut kemudian disusun tindakan untuk diterapkan dalam pembelajaran berbicara dengan teknik role playing. Tahap Perencanaan. Setelah mengadakan pengamatan awal, disusun rencana tindakan berupa peningkatan keterampilan berbicara dalam mengomentari persoalan faktual dengan teknik role playing .
Rencana tindakan ini dengan melakukan kegiatan, (1)merancang kegiatan pembelajaran, (2) menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian, (3) menetapkan dan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan peningkatan keterampilan berbicara dalam mengomentari persoalan faktual dengan teknik role playing. Kegiatan pertama adalah merancang kegiatan pembelajaran, rancangan pembelajaran meliputi, (1) pembuatan silabus, (2) pembuatan rencana pembelajaran kurikulum 2006 merupakan acuan dalam menyusun silabus dan rancangan pembelajaran. Kegiatan kedua adalah menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian. Adapun kegiatannya adalah: (1) membuat format catatan lapangan, (2) membuat lembar observasi, (3) membuat lembar refleksi, dan (4) membuat format penilaian berbicara. Dirangkum dalam lembar observasi. Kegiatan ketiga adalah menyusun jadwal pelaksanaan. Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada awal bulan April 2013 dan siklus II dilaksanakan pada akhir bulan Mei 2013. Tahap Pelaksanaan. Pada tahapan ini merupakan realisasi dari tahap perencanaan tindakan. Guru melaksanakan pebelajaran dikelas V SDN 3 Munggu berdasarkan perencanaan tindakan pembelajaran dalam setiap siklus. Setiap siklus memerlukan waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan sebanyak x siklus. Apabila pelaksanaan siklus I sudah ada peningkatan kemampuan berbicara dengan teknik role playing secara signifikan, maka tidak dilanjutkan
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 455
siklus berikutnya dan apabila siklus I belum menghasilkan peningkatan kemampuan mengomentari persoalan faktual dengan teknik role playing maka dilanjutkan siklus II. Setiap selesai tindakan dilakukan diskusi. Hasil tersebut dijadikan bahan tindakan. Hasil refleksi tindakan tersebut digunakan untuk menyusun rancangan tindakan selanjutnya. Tahap Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam hal ini, semua indikator berusaha dikenali dan didokumentasi dengan menggunakan lembar evaluasi. Evaluasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini dilakukan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan teknik role playing. Instrumen yang digunakan adalah pedoman evaluasi. Kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperoleh data tentang kegiatan yang dilakukan anak pada tahapan pembelajaran dengan menggunakan teknik role playing. Dalam tahapan pengamatan ini, guru juga harus membantu dan memberi motivasi kepada anak yang belum mampu mengungkapkan sesuai keinginan guru. Evaluasi dilakukan setiap tindakan pada setiap siklus. Evaluasi yang dilakukan siklus I dapat mempengaruhi penyusunan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini,kemudian diadakan refleksi untuk berikutnya yang diambil dari hasil evaluasi. Tahap Refleksi. Refleksi diadakan setiap akhir siklus. Kegiatan pada refleksi ini adalah: (1) menganalisis tindakan yang baru dilakukan, (2) membahas kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan, (3) menemukan pemecahan masalah apabila terdapat
kendala dalam pelaksanaan kegiatan, dan (4) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Hasil refleksi akan digunakan sebagai dasar bagi penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Namun jika hasil refleksi pada siklus I menunjukkan adanya keberhasilan yang signifikan, dan sudah mencapai indikator ketuntasan belajar yang diinginkan maka tindakan pada siklus berikutnya tidak perlu dilaksanakan lagi. Penentuan ada siklus atau tidak untuk selanjutnya yang menentukan hasil refleksi pada tiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum tindakan kelas dilaksanakan langkah yang ditempuh peneliti adalah melakukan observasi pratindakan untuk mengetahui kondisi awal keterampilan berbicara siswa dalam mengomentari persoalan faktual dan bagaimana proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Dari 19 anak, hanya 3 orang siswa yang mampu berbicara lancar dan berkomentar dengan kalimat sederhana dan dapat dimengerti. Sedangkan siswa yang lain cenderung kurang lancar dan bingung untuk bermain peran dan berbicara mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Berdasarkan observasi pratindakan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa SDN 3 Munggu mempunyai keterampilan yang rendah dalam berbicara mengomentari persoalan faktual baik dalam mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Hal ini terbukti dengan ketidak lancaran saat siswa disuruh maju mengomentari persoalan faktual sesuai dengan topik yang dibahas. Perbendaharaan kata yang dimiliki siswa sangat sedikit
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 456
dan tidak hanya berkomentar dengan kalimat yang sangat sederhana serta belum berani mengungkapkan perasaannya. Keseluruhan hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mengomentari persoalan faktual siswa kelas V SDN 3 Munggu kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Dalam hal ini peneliti memilih melakukan tindakan kelas yaitu dengan teknik role playing dalam proses pembelajaran di SDN 3 Munggu ini bertujuan agar siswa lebih mudah menangkap dan mencerna materi yang disampaikan guru, melatih keterampilan berkomunikasi siswa. Hasil tindakan secara proses dan ujuk kerja dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara keseluruhan sudah cukup menunjukkan peningkatan. Tetapi keberanian anak untuk maju dan bermain peran masih kurang, sehingga harus selalu memberikan motivasi pada setiap siswa, baru siswa mau melaksanakan tugas tersebut. Pada siklus I ini baru mencapai keberhasilan pembelajaran 63 %. Disimpulkan bahwa pada siklus II ini sudah dikategorikan sudah baik sekali dan sudah mencapai ketuntasan belajar yang diinginkan peneliti yaitu sebesar 75%. Pada siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 3 Munggu, Bungkal, Ponorogo. Keterangan pencapaian hasil belajar pada siklus II tuntas 16 anak dan yang tidak tuntas 3 anak sehingga pencapaian hasil belajar anak pada siklus II adalah = 16/19 x 100% = 84%.
Berdasarkan observasi pratindakan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa kelas V SDN 3 Munggu, Bungkal, Ponorogo mempunyai keterampilan berbicara yang tendah dalam kemampuan mengomentari persoalan faktual. kata yang dimiliki siswa masih sedikit dan siswa hanya berkomentar dengan kalimat yang sangat sederhana serta belum berani mengungkapkan perasaannya. Setelah dilakukan tindakan selama dua siklus indikator kinerja dapat dicapai. Adapun hasilnya akhir rata-rata kelas peningkatannya ke tuntasan pembelajaran adalah sebagai berikut. Keberhasilan Siklus I Siklus II dalam pencapaian indikator ketuntasan hasil 63% 84% belajar Berdasarkan atas kajian hasil perolehan keberhasilan dalam pencapaian indikator pada setiap siklusnya, maka kesimpulannya bahwa tindakan yang dilakukan untuk meneliti peningkatan keterampilan berbicara dalam mengomentari persoalan faktual siswa kelas V SDN 3 Munggu Bungkal Ponorogo dengan teknik role playing terbukti secara syah dan benar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat di simpulkan bahwa proses peningkatan keterampilan berbicara ini dilakukan dengan
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 457
beberapa tahap. Tahapan yang dilakukan adalah: (1) pratindakan, (2) siklus I, dan (3) siklus II. Pratindakan merupakan langkah awal untuk mendapatkan gambaran dan data awal dalam melakukan penelitian. Siklus I merupakan proses tindakan penelitian awal yang berdasarkan temuan dipratindakan, dengan memodifikasi temuan, untuk di buat rpp dilaksanakan dan diobservasi di buat refleksi. Siklus II merupakan kelanjutan proses dari siklus I, kegiatannya sama dengan siklus satu yang hasilnya nanti juga di observasi serta refleksi untuk menentukan proses berikutnya. Dalam kegiatan ini cukup dilakukan dua siklus karena peneliti merasa cukup dengan hasil siklus II. Setelah dilakukan tindakan diperoleh simpulan bahwa pemanfaatan Role playing terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan keterampilan berbicara diuraikan sebagai berikut. Sebelum adanya PTK keterampilan berbicara siswa dalam mengomentari persoalan faktual, serta menjawab pertanyaan keterangan/informasi secara sederhana, siswa mayoritas mendapatkan nilai skor yang rendah, pada siklus pertama belum mengalami peningkatan yang mutlak dengan rata-rata ketercapaian indikator mencapai 63 % dari jumlah anak. Pada siklus kedua mengalami peningkatan yaitu perolehan skor nilai siswa meningkat sehingga mencapai nilai skor maksimal dengan rata-rata ketercapaian indikator mencapai 84 % dari jumlah anak. Saran
Saran berikut ditujukan kepada guru, kepala sekolah dan peneliti lain. Guru bahasa Indonesia disarankan sebagai berikut: (1) perlu meningkatkan berbicara siswa untuk memudahkan kegiatan berkomunikasi, eksplorasi lingkungan, mengembangkan diri melalui bahasa siswa dengan teknik dan metode pembelajaran yang bervariasi, (2) perlu menggunakan berbagai teknik dan media pembelajaran yang ada, seperti memanfaatkan role playing dan lainnya, (3) hendaknya memberikan penghargaan yang berupa penilaian yang sebenarnya terhadap aktivitas siswa, (4) perlu melakukan pembiasaan bagi siswa dengan jalan banyak memberikan kesempatan berbicara dengan jembatan teknik pembelajaran ini, karena pembelajaran dengan memanfaatkan role playing merupakan hal baru bagi siswa, (5) hendaknya dapat merefleksi hasil pembelajaran dan harus berani mengadakan perbaikan. Perbaikan hendaknya disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dasar dan kondisi masing-masing peserta didik. Kelapa sekolah disarankan melakukan hal sebagai berikut. (1) Kepala sekolah untuk selalu menginstruksikan kepada guru untuk memberikan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. (2) Kepala Sekolah berupaya untuk menyediakan perpustakaan yang memadai untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal berikut dirankan kepada penelitia lain sebagai rekomendasi penelitian ini. (1) Peneliti lain agar tertarik melakukan penelitian yang sejenis untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas. (2)
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 458
Peneliti lain agar melakukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan hasil dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama. Moeliono, Anton. M, dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN. Balai Pustaka. Program Pedoman Malang: Malang.
Pascasarjana.2010. Penulisan Tesis. Universitas Islam
Arief, F.N.2003. Handbook Of Qualitative Reseacrh Methodology. Malang: Universitas Islam Malang.
Suyono & Harsiati, Titik. 2012. Pengembangan Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Ilmiah Bahasa. Malang: Universitas Negeri Malang.
Anugerahwati, Mirjam. 2012. Modul Pengembangan Model Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suparno & Kamdi, Waras. 2012. Pengembangan Profesionalitas Guru.Malang: Universitas Negeri Malang.
Asrori, Imam. 2012. Modul Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tarigan, G.H. 1984. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Tim
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, 2003
Dahar, Wilis.R. 2002a. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Nuansa Cendekia.
Valette, R.M. 1977. Modern Language Testing. Washington.DC: Harcourt Brace Javanovich Publishers.
Dahar, Wilis.R.2002b. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Warsidi, Edi & Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 5.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Nasional.
Depdiknas, 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Pengembangan Kurikulum, 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .SDN 3 Munggu.
Wahyuni, S. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Islam Malang.
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 459