NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM NOVEL THE SOULS MOONLIGHT SONATA KARYA WINA BOJONEGORO Sartini Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Secara umum, penelitian karya sastra jenis novel ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi secara objektif tentang “nilai-nilai sosial budaya” yang ada dalam novel The Souls Moonlight Sonata karya Wina Bojonegoro dan secara khusus penelitian ini mengacu pada tiga fokus penelitian (1) mendeskripsikan fakta sosial, (2) mendeskripsikan stratifikasi sosial, dan (3) mendeskripsikan sistem budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Data diperoleh dari kutipan nilai-nilai sosial budaya dalam novel “The Souls Moonlight Sonata” karya Wina Bojonegoro.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis atau teori. Sumber data utama diambil dari teks novel Tetralogi The Souls Moonlight Sonata karya Wina Bojonegoro yang berupa kutipan kalimat,paragraf ataupun dialog tokoh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik analisis tekstual,yaitu teknik penelaahan yang berusaha menemukan secara mendalam bagian-bagian karya sastra. Berdasarkan analisis data, fakta sosial yang ditemukan dalam novel The Souls Moonlight Sonata adalah fakta patuh, pantang menyerah, dan pekerja keras. Stratifikasi sosial yang ditemukan meliputi stratifikasi sosial berdasarkan jabatan tertentu di masyarakat dan berdasarkan ekonomi. Sistem budaya yang ditemukan berupa perilaku masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi moral dan norma yang dianut, cara bersosialisasi, dan cara berkomunikasi. Kata kunci: : nilai sosial, nilai budaya, novel Karya sastra, karya seni pada umumnya merupakan alat penghubung antara pengarang dan masyarakat, baik masyarakat sebagai genesis karya maupun masyarakat yang dibayangkan sebagai pembacanya. Dengan kata lain, dalam hubungan yang lebih luas karya sastra adalah struktur dialogis dalam rangka membentuk sistem komunikasi antara masyarakat, karya, dan pembaca. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra, baik sebagai temuan pengarang maupun pemahaman pembaca, adalah imajinasi dan kreativitas. Meskipun demikian, imajinasi dan kreativitas bukan hayalan seperti dibayangkan oleh masyarakat pada
umumnya. Karya sastra memiliki acuan sebagaimana ditunjukkan melalui struktur wacana (naratif). Artinya, karya sastra, baik sebagai manifestasi individu maupun kelompok, sebagai periode juga memiliki kemampuan untuk menunjukkan gejala masyarakat pada saat tertentu, kecenderungan periode tertentu, pandangan dunia, sistem sosial, dan berbagai bentuk sistem kebudayaan. Bahkan, karya sastra juga menampilkan adanya kecenderungan ilmu pengetahuan sebagaimana ditunjukkan melalui fiksi ilmiah (Ratna, 2013 : 107109) Novel merupakan salah satu karya sastra yang dijadikan sebagai alat
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 79
untuk mempresentatifkan kehidupan manusia yang tertuang dalam karya fiksi. Selain itu novel juga berfungsi sebagai alat untuk membantu manusia memahami hidup dan kehidupannya. Disamping itu novel juga merupakan salah satu genre sastra yang cukup mendapat tempat dikalangan pecinta sastra, selain puisi dan cerita pendek (cerpen). Selain menjadi media hiburan novel juga berfungsi sebagai sumber pengetahuan meski tidak seperti buku – buku teks pelajaran. Setidaknya kosakata seseorang akan bertambah jika rajin membaca, terutama pada novel – novel yang ditulis seseorang seperti Wina Bojonegoro. Novel tetralogi TheSouls Moonlight Sonata yang dicetak kali pertamanya Februari 2011, judul berikutnya yaitu The Souls Fantasia yang terbit maret 2013. Meskipun karya sastra bisa lahir karena imajinasi pengarang, secara langsung atau tidak langsung ada pengaruh lingkungan dan pengalaman pengarangnya yang bisa dijadikan wawasan tambahan bagi pembaca. Hal itu tentu juga berlaku pada Wina Bojonegoro melalui novel The Souls Moonlight Sonata. Menurut Comte (dalam Faruk,2010:52),sastra dapat dipahami sekaligus sebagai representasi perkembangan intelektual sekaligus organisasi sosial. Sebagaiman lembagalembaga sosial lainnya, sastra merupakan aktivitas seni bahasa yang dibingkai oleh tingkat perkembangan intelektual yang hidup pada zamannya. Dalam kerangka teori sosial Durkheim (dalam Faruk, 2010:53), sastra terutama sekali akan bertalian dengan pembangunan solidaritas sosial yang menjadi kekuatan utama terbentuknya tatanan sosial. Jika dianalogkan dengan fungsi agama di dalam masyarakat, sastra berfungsi memberikan pengalaman kepada anggota masyarakat akan adanya sebuah realitas yang melampaui batas-batas
dunia pengalaman langsung individual. Selain itu isi karya sastra dapat dianalogkan dengan dunia sosial, mempresentasikan sekaligus memproyeksikan secara imajiner polapola pembagian dan relasi sosial yang ada dalam masyarakat. Untuk mengetahui nilai sosial budaya dalam karya sastra, diperlukan pendekatan sosiologi sastra yang menekankan pada pandangan bahwa karya sastra merupakan salah satu potret kehidupan masyarakat sesungguhnya. Pendekatan sosiologi sastra memberikan perhatian pada aspek dokumenter sastra, sebagai potret kehidupan masyarakat yang konkrit, dapat diobservasi,dipotret, dan didokumentasikan. Sastrawan mengangkat fenomena kehidupan sehari-hari untuk diamati,dianalisi, diinterpretasi, direfleksi, diimajinasikan, dan dievaluasi,yang kemudian dijadikan sebuah karya sastra. Lahirnya Tetralogi The Souls Moonlight Sonata juga menunjukkan adanya hubungan antara struktur teks karya sastra dengan kondisi sosial budaya masyarakat Yogyakarta. Dalam hal ini struktur teks Tetralogi The SoulsMoonlight Sonata dapat dipandang sebagai dunia imajinasi yang diciptakan pengarang berdasarkan realitas budaya yang dialaminya, dipahami, dan ditanggapi. Pendekatan sosiologi sastra atau telaah sosiologi terhadap karya sastra terdapat dua kecenderungan yang utama. Pertama, pendekatan yang beranggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini dalam membicarakan sastra bergerak dari faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelahaan. Pendekatan ini biasanya menggunakan metode analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian digunakan untuk memahami gejala sosial yang ada di luar teks itu sendiri. Seperti halnya psikologi sastra
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 80
pendekatan sosiologi sastra ini pertama, bergerak dari teori-teori sosiologi untuk digunakan menganalisis karya sastra. Kedua, analisis sosiologi bermula dari sebuah karya sastra untuk dicocokkan dengan persoalan sosial yang ada di masyarakat. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis atau teori. Ciri penting dari penelitian kualitatif dalam kajian sastra,antara lain: (1) peneliti merupakan instrumen kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra, (2) penelitian dilakukan secara deskriptif,artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka, (3) lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, karena karya sastra merupakan fenomena yang banyak mengundang penafsiran, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan andalan utama “ Semi (dalam Endraswara 2011:5). Penelitian sastra hendaknya mampu menyentuh fakta kemanusiaan secara menyeluruh. Hal ini, seperti dikemukakan Goenawan Muhammad (dalam Endraswara 2011:4), bahwa penelitian sastra hendaknya mengarah kepada karya sastra sebagai fakta sosial dan fakta mental manusia. Karya sastra sebagai fakta mental, merupakan hasil perenungan mendalam seorang pengarang. dalam hal ini adalah keadaan sosial masyarakat. Dikatakan kualitatif karena penelitian ini cocok dengan beberapa rancangan deskriptif, yaitu (1) bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan pemahaman,(2) datanya berupa bahan tertulis, dalam hal ini novel, (3) bersifat deskriptif, (4) peneliti sebagai instrumen utama, (5) analisis data dilakukan terus-menerus dan (6) merupakan upaya memahami makna dibalik fakta.
Untuk menganalisis novel Tetralogi The Souls Moonlight Sonata, tidak semua aspek yang ditemukan Wellek dan Warreen yang diterapkan, karena sesuai dengan tujuan penelitian hanya menggambarkan bagaimana sosial budaya masyarakat yang tercermin dalam novel Tetralogi The Souls Moonlight Sonata. Sumber data Utama diambil dari teks novel Tetralogi The Souls MoonlightSonata karya Wina Bojonegoro yang berupa kutipan kalimat,paragraf ataupun dialog tokoh dalam novel, kemudian peneliti analisis sebagai dasar pembuktian bahwa karya sastra itu memuat nilai-nilai sosial diantaranya yang menunjukkan fakta sosial masyarakat, stratifikasi sosial masyarakat dan sistem budaya . Data penelitian ini berupa paparan verbal berwujud paparan kebahasaan yaitu unit-unit teks yang mengandung nilai-nilai sosial yang akan diteliti. Secara konkret data dalam penelitian ini dapat ditemukan dalam paparan berupa narasi tentang tokoh,dialog tokoh,perbuatan tokoh,latar belakang pemikiran tokoh dan lainlain.Adapun cara-cara untuk mendapatkan data yaitu, dengan membaca kemudian menandai/memberi kode pada teks dan memasukkannya ke dalam tabel yang telah disediakan untuk menjaring data. Sumber data juga berasal dari pengarang novel The Souls MoonlightSonata yaitu Wina Bojonegoro. Peneliti memperoleh sumber data dari pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung.Secara langsung peneliti melakukan dengan alat komunikasi,misal menelepon atau facebook.Secara tidak langsung peneliti memperoleh sumber data pengarang dari literatur. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik analisis tekstual,yaitu teknik penelaahan yang berusaha menemukan secara mendalam
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 81
bagian-bagian karya sastra (Semi,1987:14) langkah-langkah pengumpulan data dilakukan sebagai berikut 1) Membaca novel Tetralogi the Souls Moonlight Sonata secara berulangulang dengan pelibatan intuisi dan penghayatan agar memperoleh gambaran yang menyeluruh. 2) Mengisi tabel yang digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data. 3) Mengelompokkan data didasarkan pada ruang lingkup penelitian,yaitu mendeskripsikan fakta sosial masyarakat,stratifikasi sosial masyarakat, sistem budaya masyarakat yang terdapat dalam novel Tetralogi The Souls Moonligh Sonata. Dalam penelitian ini penulis mencoba bersikap netral mempengaruhi data yang penulis dapatkan sewaktu melaksanakan penelitian kepustakaan dan lapangan, kemudian data tersebut penulis kemas dalam bentuk laporan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dan bersifat deskriptif yaitu penulis berusaha dengan sebaik mungkin untuk memaparkan keadaan yang sebenarnya sehingga para pembaca dapat dengan mudah untuk memahami apa yang penulis maksud dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen pengumpul data dan instrumen analisis data. Instumen pengumpul data adalah peneliti sendiri selaku instrumen utama, yaitu dengan cara mendata kalimatkalimat yang mengindikasikan nilainilai sosial budaya. Sedangkan instrumen pemandu analisis data berupa tabel. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik analisis tekstual,yaitu teknik penelaahan yang berusaha menemukan secara mendalam bagian-bagian karya sastra (Semi,1987:14) langkah-langkah
pengumpulan data dilakukan sebagai berikut 1) Membaca novel Tetralogi the Souls Moonlight Sonata secara berulangulang dengan pelibatan intuisi dan penghayatan agar memperoleh gambaran yang menyeluruh. 2) Mengisi tabel yang digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data. 3) Mengelompokkan data didasarkan pada ruang lingkup penelitian,yaitu mendeskripsikan fakta sosial masyarakat,stratifikasi sosial masyarakat, sistem budaya masyarakat yang terdapat dalam novel Tetralogi The SoulsMoonligh Sonata. 4) Memberi kode Dalam penelitian ini penulis mencoba bersikap netral mempengaruhi data yang penulis dapatkan sewaktu melaksanakan penelitian kepustakaan dan lapangan,kemudian data tersebut penulis kemas dalam bentuk laporan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dan bersifat deskriptif yaitu penulis berusaha dengan sebaik mungkin untuk memaparkan keadaan yang sebenarnya sehingga para pembaca dapat dengan mudah untuk memahami apa yang penulis maksud dalam penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis terhadap novel The Souls Moonlight Sonata karya Wina Bojonegoro, ditemukan beberapa nilai sosial budaya. Nilai sosial budaya dimaksud dibagi dalam dua kategori yaitu nilai sosial berupa fakta sosial dan stratifikasi sosial, sedangkan nilai budaya berupa sistem budaya yang berkaitan dengan kebiasaan, tradisi, dan nilai-nilai atau norma-norma yang dianut masyarat. Fakta Sosial Patuh
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 82
Fakta patuh yang ditemukan dalam novel The Souls Moonlight Sonata yaitu Kepatuhan seorang anak kepada orang tua. Patuh dalam hal ini adalah bahwa seorang anak harus mengikuti apa yang menjadi keinginan orang tua, baik dalam hal menentukan pendidikan, jodoh dan lain sebagainya. Patuh dalam novel ini digambarkan Wina Bojonegoro melalui narasi yang menyatakan, seorang anak dimasa itu segalanya harus mengikuti selera dan keinginan orang tua. Benarbenar anak adalah aset, sama seperti sawah yang harus ditanami komoditas apa di musim apa, sama seperti sapi kapan harus bekerja dan kapan harus dikandangkan. Pemaparan tersebut menunjukkan adanya penguatan terhadap kepatuhan tokoh Padmaningrum kepada ayahnya, yang beranggapan bahwa anak harus sekolah,kuliah sesuai dengan kehendak orang tua “jika kamu ingin kuliah masuklah IKIP” dan pada saatnya nanti seorang anak harus membalas semuanya dengan bekerja dan menunjukkan kepada orang tua tentang kesuksesan berupa perolehan penghasilan. Kebanggan orang tua adalah ketika seorang anak berhasil menyelesaikan pendidikan sesuai dengan keinginannya kemudian bekerja dan dengan hasil kerjanya orang tua bisa membeli sawah yang luas untuk memperbesar harga dirinya. Potret kepatuhan kepada orang tua itu banyak digambarkan melalui tokoh-tokoh seorang anak. Misalnya tokoh Oyik yang hampir rela dijodohkan dengan Padmaningrum, juga tokoh Padmaningrum yang akhirnya memutuskan masuk IKIP. Tampaknya dalam novel The Souls Moonligh Sonata Wina Bojonegoro ingin menekankan pentingnya sikap hidup patuh namun harus memiliki prinsip yang bisa dipertanggung jawabkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahkan ia pun menerapkan sikap patuh kepada siapa saja, misalnya patuhnya tokoh Padmaningrun pada aturan-aturan guru les biolanya Mas Tino,juga produsernya Pak Tong,dan yang lebih penting adalah patuh pada perintah agama, terbukti dia tidak meninggalkan salat dimanapun dia. Sebuah karya sastra, menurut Noor (2011:27), merupakan cerminan nilai-nilai budaya dan tidak terlepas dari sosial budaya serta kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial atau fakta sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial atau fakta sosial. Melalui tokoh Padmaningrum dan Oyik, pengarang menyuarakan kondisi sosial sebagian anak yang harus bertindak patuh kepada orang tua sebagai bukti pengabdian dalam kehidupannya, Sehingga bagi mereka perilaku patuh menjadi suatu keterpaksaan karena keadaan yang tidak memungkinkan. Sebagai seorang anak harus mengikuti kehendak orang tua. Menurut adat orang timur, kepatuhan terhadap orang tua dan menaati nasihatnya merupakan aturan yang harus ditaati. Apapun yang diperintahkan orang tua harus dilakukan mesti bertentangan dengan keinginan diri sendiri. Masalah sosial itulah yang diangkat Wina Bojonegoro dalam novel The Souls Moonligh Sonata. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Endraswara (2011 : 79) memberi pengertian bahwa sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 83
mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Sastra Sebagai karya yang tidak mungkin dilepaskan dari dunia kehidupan sehari-hari pengarang, Tentu dipengaruhi kondisi sosial masyarakat saat karya itu dibuat. Sastra menjadi cermin yang menggambarkan kondisi masyarakat sesungguhnya, sehingga analisis dalam penelitian ini tidak mungkin terlepas dari situasi sosial masyarakat saat karya sastra dibuat. Pantang Menyerah Sikap pantang menyerah dapat ditandai dengan sikap tidak mudah putus asa, tidak mudah menyerah, dan memiliki kemauan keras untuk meraih tujuan. Sikap pantang menyerah yang ditemukan menunjukkan pengarang ingin menekankan nilai tersebut sebagai pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Melalui penggambaran watak sejumlah tokoh,pengarang hendak menunjukkan suatu keberhasilan yang hanya bisa dicapai melalui sikap tidak mudah putus asa dan memiliki kemauan keras dalam meraih cita-cita. Dominasi kekuatan tekad dalam meraih tujuan itu dipaparkan melalui tokoh Padmaningrum, perempuan desa anak seorang lurah yang berani menantang segala kesulitan demi mencapai tujuan. Melalui penggambaran perjuangan Padmaningrum, Wina Bojonegoro ingin menegaskan bekerja adalah sikap berani menantang ketidakmungkinan. Ia melihat banyak generasi muda maupun masyarakat secara umum yang kurang memiliki tekad kuat dalam bekerja. Karya sastralah yang diharapkan bisa mengubah pola pikir maupun pola perilaku mereka agar bisa lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat
usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan mengubah masyarakat itu. Sastrawan dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat, seni tidak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya (Ratna 2011 : 60). Data yang menunjukkan sikap pantang menyerah diantaranya merujuk pada Padmaningrum. Sikap pantang menyerah itu tidak hanya ditujukan pada Padmaningrum dalam upaya memenuhi kebutuhan kuliahnya,melainkan juga dalam rangka memenuhi kewajiban seorang anak agar bisa menjadi kebangaan orang tua karena sudah bekerja dan berpenghasilan. Berbagai cara ia gunakan untuk mendapat pekerjaan, hingga akhirnya bertemulah dengan Toko roti Sumber Rasa milik keluarga Mbing. Melalui penggambaran watak sejumlah tokoh, pengarang hendak menunjukkan suatu keberhasilan yang hanya bisa dicapai melalui sikap tidak mudah putus asa dan memiliki kemauan keras dalam meraih cita-cita. Melalui penggambaran perjuangan Padmaningrum, Wina Bojonegoro ingin menegaskan bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan. Mungkin ia melihat, banyak generasi muda maupun masyarakat secara umum yang kurang memiliki tekad kuat dalam belajar. Karya sastralah yang diharapkan bisa mengubah pola pikir maupun pola perilaku mereka agar bisa lebih baik dibandingkan sebelumnya.Seperti dikatakan Ratna (2011 : 60), sebagai sumber etika dan estetika karya sastra hanya bisa menyarankan. Melalui pendekatan pemahaman diharapkan terjadi perubahan dalam perilaku masyarakat. Pemikiran Wina Bojonegoro ini tentu tidak mungkin terlepas dari pengaruh masyarakat ia tinggal dan berinteraksi. Pekerja Keras Bekerja keras merupakan salah satu fakta sosial yang dapat ditemukan
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 84
dalam novel The Souls Moonlight Sonata. Seseorang disebut sebagai pekerja keras jika memiliki ciri-ciri memiliki daya juang tinggi dan selalu berusaha mencapai cita-cita atau tujuan. Daya juang artinya kemampuan mempertahankan atau mencapai sesuatu yang dilakukan dengan gigih. Melalui pemaparan karakter Padmaningrum, Wina Bojonegoro hendak menunjukkan pentingnya memiliki daya juang untuk meraih kesuksesan. Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai tanpa kerja keras, baik bekerja keras dalam belajar maupun bekerja. Hal itu sesuai dengan yang dikatakan Endraswara (2011 : 790), sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Jika diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat meyakinkan siswa bahwa pengajaran sastra bukan sekadar menawarkan hiburan sesaat.Secara langsung maupun tidak langsung, pengajaran sastra akan membantu siswa mengembangkan wawasan terhadap tradisi lain dalam kehidupan manusia. Sastra dapat menambah kepekaan siswa terhadap berbagai problem individu, kelompok masyarakat, dan menambah pengetahuan berbagai konsep teknologi dan sains. Melalui tokoh Mbok Surip yang sudah tua dan masih mengabdi pada keluarga Padmaningrum, menggambarkan betapa seseorang rela melakukan apa saja, rela bekerja keras untuk sebuah pengabdian dan kemanusiaan. Meski kadang-kadang imbalan yang diperoleh tidaklah sebanding dengan pengabdiannya, tetapi merasa lebih berharga karena hidupnya memberikan manfaat bagi sesama. Melalui sastra dapat ditujukkan pentingnya membangun moral dan sikap yang baik dalam membangun perkembangan psikologi seseorang.
Menurut Kasnadi & Sutejo (2010 : 48) Tipe-tipe jiwa dan norma-norma tingkah laku tokoh-tokoh dalam karya sastra sedikit banyak berpengaruh pula terhadap jiwa pembaca. Dalam skala kecil berupa reaksi emosional bersifat spontan, misalnya rasa senang, sedih, cemas, iba, marah, gelisah, benci, kecewa dan sebagainya. Dalam skala besar bisa berupa sikap, pendirian, prinsip, watak, dan lain-lain apabila pembaca sampai pada renungan dan pemahaman yang dalam. Menurut Budi Darma (dalam Kasnadi & Sutejo, 2010 : 48-49) Nilainilai seni yang terkandung dalam karya sastra selain membawa ajaran moral juga mampu membentuk jiwa halus, berperasaan dan sifatsifat”humanitas”yang lain. Ada pendapat yang mengatakan bahwa semakin banyak seseorang membaca karya sastra, maka orang tersebut cenderung lebih kritis, bijak, dan mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap nilai kemanusiaan. Adakalanya nilai seni suatu karya sastra mampu menumbuhkan watak tertentu dari suatu masyarakat. Stratifikasi Sosial Stratifikasi Sosial Berdasarkan Jabatan dan Keahlian tertentu di Masyarakat Gaya hidup sudah barang tentu sangat dipengaruhi oleh kedudukan dalam kehidupan dewasa ini, terutama sangat menarik bagaimana kenyataannya di kalangan kedudukan yang tinggi non tradisional. Dalam kehidupan sehari-hari mereka menunjukkan kecenderungankecenderungan yang pada suatu waktu nanti mungkin akan menjadi ciri-ciri dari kedudukan tinggi, seperti jenis pakaian, pola konsumsi yang menunjukkan pola mahal (pemilikan mobil dan sebagainya), membatasi terlalu sering di tempat-tempat umum ( pasar, warung dan sebagainya),
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 85
penggunaan waktu senggang (berolahraga, darmawisata, berkebun), jenis sekolah untuk anak (fakultas yang mempunyai gengsi, sekolah favourite dan sebagainya, seperti tampak pada novel ini, Wina Bojo Negoro menuliskan betapa terhormatnya kedudukan sebagai seorang lurah di desa Gandusari Trenggalek tempat ia dilahirkan. Novel ini juga ingin menyampaikan kepada masyarakat pembaca bahwa dalam kelompok masyarakat masih sangat menghormati tahta (kedudukan) bukan kepribadian, yang mana dicontohkan jika seorang yang masih menjabat lurah mantu (pesta pernikahan) bisa dipastikan amplopnya jauh lebih tebal dibandingkan ketika ia sudah menjadi rakyat jelata. Selain merupakan sumber pengetahuan yang memberikan kemampuan, pendidikan sendiri mengandung martabat. Pendidikan sendiri merupakan obyek penilaian dalam arti semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi martabat yang didukungnya. Maka dalam novel ini tokoh Padmaningrim akhirnya memutuskan memilih masuk IKIP, dengan harapan kelak bisa mewujudkan keinginan ayahnya menjadi seorang guru, karena menurut ayahnya profesi guru lebih terhormat dibandingkan wartawan, setidaknya di lingkungan desa Gandusari Trenggalek sebagai salah satu setting novel The Souls Moonlight Sonata. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Ekonomi Stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi dalam novel The Souls Moonlight Sonata karya Wina Bojonegoro ini penulis kelompokkan menjadi (1) berdasarkan ekonomi kelas atas, (2) berdasarkan ekonomi kelas menengah, dan (3) berdasarkan ekonomi kelas bawah.
Menurut Kalr Mark (dalam Widjaja, 1986 : 217) kelas tidak hanya merupakan perbedaan kedudukan ekonomi, tetapi perbedaan tersebut menentukan perbedaan kedudukankedudukan yang lain. Perbedaan kelas (ekonomi) akan menimbulkan perbedaan kekuasaan. Namun menurut Weber (dalam Widjaja, 1986 : 217) kelas bagi Weber termasuk kehidupan ekonomi yang ditentukan oleh situasi kelas yang dipengaruhi oleh situasi pasar. Stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi yang ditemukan dalam data sebagian besar berkaitan dengan kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah. Stratifikasi sosial berdasarkan ekonomi kelas atas dalam novel ini digambarkan oleh Wina Bojonegoro dengan seseorang yang memiliki usaha seperti shoow room, toko, juga dengan memilih menempuh pendidikan di luar negeri seperti yang terlihat pada keluarga tokoh James dan Mbing. Dominasi kelompok masyarakat kelas bawah jelas sekali tergambar pada tokoh Padmaningrum yang dalam beberapa kegiatan menyebutkan tempattempat yang menjadi ciri-ciri masyarakat dengan ekonomi kelas bawah, yang harus membeli baju di pasar bukan swalayan, harus naik bus lawas yang suara mesinnya kencang. Kebiasaan makan seadanya agar uang jajan cukup untuk biaya hidup selama kuliah dan jauh dari orang tua. Seperti dikatakan Swingewood (dalam Faruk, 2012:1) Sosiologggi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu hidup, memperoleh gambaran mengenai cara-cara menyesuaikan dirinya dengan masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialitas, proses belajar secara kultural yang dengannya individu-individu di lokasinya dan
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 86
menerima peranan tertentu dalam struktur sosial. Dominasi kelompok masyarakat kelas bawah jelas sekali tergambar pada tokoh Padmaningrum yang dalam beberapa kegiatan menyebutkan tempattempat yang menjadi ciri-ciri masyarakat dengan ekonomi kelas bawah, yang harus membeli baju di pasar bukan swalayan, harus naik bus lawas yang suara mesinnya kencang Seperti tergambar pada tokoh Padmaningrum yang memiliki kebiasaan membeli baju di pasar tradisional seperti pasar Beringharjo Yogyakarta,juga tentang transportasi yang hanya mampu memilih bus lawas dengan suara kencang, karena keadaan ekonomi yang bisa di digolongkan sebagai masyarakat dengan tingkat ekonomi kelas bawah. Sistem Budaya Sistem Budaya berdasarkan Moral dan Norma Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima kelompok masyarakat mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Moral itu dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan yang dapat diambil dari sebuah cerita. Sedangkan Norma diartikan sebagai aturan yang mengikat kelompok masyarakat yang biasanya digunakan sebagai panduan, tatanan dan pengendali tingkah laku yang sesuai. Norma juga diartikan sebagai aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolok akur untuk menilai sesuatu. Sastra sebagai produk individual akan dipandang sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, saat karya itu berada ditengah masyarakat. Dengan demikian, kreasi pengarang yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra akan berhadapan dengan aturan, moral, etika, dan konvensi dalam masyarakat. Melalui novel The Souls Moonlight Sonata Wina Bojonegoro hendak menyampaikan pentingnya menjaga moral dan norma-norma dalam
kehidupan sehari-hari. Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi, banyak remaja yang tidak lagi mengedepankan moral dan norma-norma dalam pergaulan maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan banyak pula orang tua yang tidak memberi contoh bagaimana seharusnya berperilaku. Pendidikan mental merupakan hal yang sangat mendasar dalam mengubah perilaku manusia. Munculnya berbagai masalah sosial, bisa jadi berawal dari masalah mental. Salah satu contoh yang sering dijumpai di kotakota besar adalah kemunculan pengemis di perempatan jalan, pusat-pusat keramaian, masjid. Padahal secara fisik mereka tampak sehat, normal. Namun mental meminta-minta itu lebih mereka ikuti daripada bekerja keras untuk mencari nafkah. Demikian juga sikap sopan santun terhadap sesama juga perlu diperhatikan sebagai bagian dari etika pergaulan. Banyak kalangan yang menyebut remaja sekarang tidak bisa menerapkan sopan santun kepada orang tua maupun guru. Mereka tidak dapat menempatkan diri atau memilih katakata yang tepat saat berbicara dengan orang tua maupun guru. Dalam novel The Souls Moonlight Sonata ini, data yang berkaitan dengan moral menyangkut hubungan manusia dengan penciptanya, Seperti Padmaningrum yang selalu mewujudkan rasa terima kasihnya kepada sang Khalik dalam sujudnya, dalam salat, dan dalam do’a-do’anya. Sistem Budaya berdasarkan Cara Bersosialisasi Koentjaraningrat(dalam Tumanggor: 2010:16-17) merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai cultur system,social system, dan artefact.Artinya kebudayaan tersususn atas beberapa komponen utama, yaitu
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 87
yang bersifat kognitif,normatif, dan materiil. Namun Koentjaraningrat kemudian membaginya menjadi unsurunsur kebudayaan secara lebih terperinci, yaitu terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan,sistem dan organisasi keagamaan, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem pencaharian, serta sistem teknologi peralatan. Jika disimpulkan, maka inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai dasar dari segenap wujud kebudayaan atau hasil kebudayaan. Nilai-nilai budaya dan segenap hasilnya adalah muncul dari tata cara hidup yang merupakan kegiatan manusia atas nilai-nilai budaya yang dikandungnya.Cara hidup manusia tidak lain adalah bentuk konkret(nyata) dari nilai-nilai budaya yang bersifat abstrak(ide). Dengan bahasa lain nilai budaya hanya bisa diketahui melalui budi dan jiwa, sementara tata cara hidup manusia dapat diketahui oleh pancaindra. Budaya bersosialisasi yang tampak pada novel karya Wina Bojonegoro ini cenderung pada kebiasaan masyarakat berinteraksi dengan sesama yang kadang-kadang muncul banyak konflik dan problem sosial. Sistem Budaya berdasarkan Cara Berko-munikasi Cara berkomunikasi antar manusia, tidak selalu dilakukan melalui percakapan secara verbal. Berkomunikasi dapat dilakukan dengan cara lain seperti saling memandang, saling tersenyum, menyentuh bahu, tangan, berdehem, atau mengangguk saja. Penyebutan nama atau panggilan tertentu kepada seseorang merupakan bagian dari cara berkomunikasi, yang biasanya dilakukan kelompok masyarakat tertentu juga.
Cara berkomunikasi yang tergambar dalam novel ini tidak selalu berupa ucapan secara verbal. Begitu pula yang terjadi antara Padmaningrum, Meme dan Mbing mereka berkomunikasi melalui perhatian, senyuman, anggukakan dan lain-lain.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan nilainilai sosial budaya dalam novel The Souls Moonlight Sonata karya Wina Bojonegoro. Nilai-nilai sosial berkaitan dengan fakta sosial dan stratifikasi sosial, sedangkan aspek budaya yang diteliti berkaitan dengan sistem budaya yang tergambar dalam novel. Pemaparan simpulan hasil penelitian novel ini disampaikan secara berurutan mulai dari fakta sosial, stratifikasi sosial, dan sistem budaya. Fakta Sosial Berdasarkan analisis data, fakta sosial yang ditemukan dalam novel The Souls Moonlight Sonata adalah fakta patuh, pantang menyerah, dan pekerja keras. Dominasi penggambaran sikap pantang menyerah dapat diasumsikan sebagai pesan yang hendak disampaikan oleh Wina Bojonegoro kepada pembaca, agar senantiasa termotivasi untuk selalu memperjuangkan cita-cita tanpa mengenal putus asa. Sifat pantang menyerah dalam berjuang itu tentu harus diimbangi dengan kemauan bekerja keras dan senantiasa mendekatkan diri dengan yang Maha Kuasa. Bekerja keras yang dimaksud tidak hanya dalam bekerja melainkan juga dalam belajar. Penegasan itu dapat dilihat melalui pemaparan cerita yang menonjolkan tekat Padmaningrum dalam memperjuangkan cita-cita, sekaligus menunjukkan ketertarikannya dengan biola hingga berhasil menjadi solois pada pergelaran The harmony:
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 88
East Meets West di Eramus Huis Jakarta. Penekanan pada sifat pantang menyerah menggambarkan pentingnya mendorong generasi muda untuk lebih giat dalam belajar. Tantangan generasi berikutnya tentu lebih berat karena ilmu pengetahuan dan teknologi sudah lebih maju. Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial yang ditemukan dalam novel The Souls Moonlight Sonata meliputi stratifikasi sosial berdasarkan jabatan tertentu di masyarakat dan berdasarkan ekonomi. Seluruh data yang berkaitan dengan stratifikasi sosial Dalam stratifikasi sosial berdasarkan jabatan tertentu meliputi jabatan mantri dan lurah.Sedangkan berdasarkan ekonomi ditemukan data yang merujuk pada jenis pekerjaan, kebiasaan hidup dan bergaul yang tentunya berbeda antara pengusaha, pemilik toko dan karyawan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, novel The Souls Moonlight Sonata lebih banyak menggambarkan kehidupan masyarakat kelas bawah. Meskipun ada sebagian penduduk yang cukup kaya kehidupannya, Misalnya wirausaha dan pemilik toko.realitas tersebut setidaknya mewakili kondisi sebagian besar penduduk Indonesia. Sistem Budaya Berdasarkan analisis data, dalam sistem budaya ditemukan berbagai perilaku masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi moral dan norma yang dianut , cara bersosialisasi, dan cara berkomunikasi. Dalam teks tersebut ditemukan data yang terdiri atas data moral dan norma, data cara bersosialisasi, dan data mengenai cara berkomunikasi yang dianut penduduk. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai temuan-temuan tersebut.
Moral dan Norma Data penerapan nilai-nilai moral dan norma, dapat dikelompokkan menjadi data yang berkaitan dengan agama, adat atau tradisi, sikap menghormati orang tua maupun orang lain, serta sikap menegakkan harga diri atau martabat. Hal-hal yang berkaitan dengan ketaatan terhadap peraturan agama diimplementasikan dalam bentuk selalu menjalankan perintah Allah misalnya berupa salat dan bersyukur atas semua yang telah diberikan. Cara Bersosialisasi Berdasarkan data cara bersosialisasi, ditemukan bahwa masyarakat dapat hubungan baik dengan tetangga, saudara secara terus menerus melalui sebuah kegiatan yang rutin. Model sosialisasi yang dilakukan masyarakat dilakukan di sebuah tempat yang mereka sukai. Salah satu tempat favorit masyarakat Gandusari Trenggalek untuk menjalin komunikasi maupun mengetahui hal yang terjadi di luar rumah adalah di warung, kantor kelurahan, pos kamling, atau serambi masjid, menonton TV di halaman kantor kecamatan, di beranda rumahku atau di ruang tamu pak mantri kesehatan. Bentuk sosialisasi yang lain adalah saling menolong saat Padmaningrum mencari pekerjaan Mas Tino yang mengantarnya, juga El si mata teduh yang membesarkan nama Padma dengan menjadikan foto Padma sebagai Cover majalahnya. Yang menjadikan Padma benar-benar bisa menjadi kebanggaan teman-teman dan orang tuanya. Cara Berkomunikasi Berdasarkan data cara berkomunikasi masyarakat dapat disimpulkan, bahwa komunikasi verbal dan non verbal digunakan secara berimbang. Komunikasi verbal berupa percakapan langsung secara lisan maupun melalui tulisan sebanyak. Cara
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 89
berkomunikasi yang dimaksudkan adalah cara yang digunakan tokoh untuk menyampaikan pikiran, perasaan, maupun ide yang berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari baik melalui kebiasaan berkirim surat/telegram maupun telepon. Sedangkan model komunikasi non verbal dilakukan melalui tindakan seperti tepukan, belaian, senyuman, anggukan dan pandangan mata yang diwujudkan dalam tindakan untuk menyenangkan hati orang lain. Memperhatikan hasil penelitian dan kesimpulan, sebagaimana telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, peneliti memandang perlu untuk menyampaikan saran kepada para guru bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), peneliti-peneliti selanjutnya, dan pembaca atau penikmat sastra. Saran bagi Siswa Peneliti menyarankan agar siswa lebih banyak memanfaatkan waktu dengan membaca buku-buku sastra agar dapat memperoleh manfaat. Selain memperkaya kosakata dan menambah wawasan mengenai berbagai aspek kehidupan termasuk sosial budaya, siswa dapat memetik hikmah maupun nilai-nilai moral yang terkandung dalam karya sastra.Karya sastra juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi siswa, seperti patuh kepada orang tua,semangat kerja keras, pantang menyerah, dan senantiasa menjalani kehidupan dengan berpegang pada peraturan agama maupun norma-norma yang dianut kelompok masyarakat. Saran bagi Pendidik Peneliti menyarankan agar pendidik, dalam hal ini guru bahasa dan sastra Indonesia, dapat merancang dan melaksanakan program pembelajaran tentang nilai-nilai sosial dan budaya dalam novel, secara lebih efektif.
Pemahaman terhadap nilai-nilai sosial dan budaya melalui novel diharapkan dapat menumbuhkan minat baca siswa terhadap karya sastra. Harapan lebih jauh, pemahaman tersebut dapat mengembangkan potensi berbahasa maupun bersastra siswa, menajamkan kepekaan batin, dan melatih penghayatan peserta didik terhadap gejala-gejala yang terjadi di dalam maupun di luar dirinya agar mereka agar mampu bersikap atau memiliki kearifan dalam bertindak. Saran bagi Pecinta Sastra Bagi pecinta sastra atau pembaca, peneliti mengharapkan agar lebih cermat dalam memahami isi novel serta dapat mengambil manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca hendaknya makin jeli memilih novel, karena novel mengandung unsur pendidikan yang relevan jika disajikan sebagai objek apresiasi. Saran bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian terhadap nilai-nilai sosial budaya dalam sebuah novel karya Wina Bojonegoro ini hanya bagian kecil dari suatu dunia keilmuan. Pemahaman mengenai nilai-nilai sosial dan budaya yang tergambar dalam novel bukan berarti sebagai penggambaran realitas sesungguhnya seperti sejarah. Meskipun demikian, penciptaan karya sastra tidak mungkin lepas dari dunia pengalaman pengarangnya, yang sedikit banyak dipengaruhi lingkungan tempat ia tinggal atau dibesarkan.Karya sastra bisa menjadi saksi pada zamannya, baik yang berkaitan dengan apa yang terjadi di masa lalu, serta bagaimana masyarakt bersikap atas kejadian-kejadian yang mereka alami. Melalui pemahaman nilai-nilai sosial budaya dalam novel, setidaknyahal itu dapat digunakan untuk melacak latar belakang pengarang, kondisi perkembangan mental dan emosional, serta sistem kemasyarakatan tempat peristiwa itu terjadi.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 90
Berdasarkan pemikiran tersebut, bagi peneliti-peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian terhadap objek yang berbeda dari sudut pandang yang sama. Untuk itu peneliti menyarankan agar mengkaji ulang baik landasan teori maupun metode penelitian ini, karena tidak menutup kemungkinan masih ada yang perlu dibenahi dan dikembangkan. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru Darmansyah, M dkk. 1986. Ilmu Sosial Dasar (Kumpulan Essei). Surabaya : usaha nasional. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta: caps. Emzir.2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data.Jakarta: Rajawali pers. Ester, Mursal. 1990. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah.Bandung: Angkasa Faruk.2012. Pengantar Sosiologi Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kasnadi & Sutejo.2010. Kajian Prosa: Kiat amenyisir Dunia Prosa. Yogyakarta: Pustaka Felicha. Ratna,Kutha Nyoman. 2013. Stilistika Kajian Puitika Bahasa,Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Soehartono,Irawan.2008. Metode Penelitian Sosial.Bandung: Remaja Rosdakarya. Supardan,Dadang.2011. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Tumanggor,Rusmin dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wina. 2011. The Souls Moonlight Sonata. Jakarta: Genta. NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 ___________________________________Halaman | 91