BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Tinjauan Umum Data dan literatur yang dikumpulkan untuk mendukung penyusunan proyek
tugas akhir ini diperoleh melalui pencarian data dari internet, pengamatan video, buku, penyebaran kuisioner, serta wawancara narasumber.
2.1.1 Dokumen a. Sonja Schenk dan Ben Long (2012). The Digital Filmmaking Handbook. (4th edition). United States: CENGAGE b. Steve Stockman (2011). How To Shoot Video That Doesn’t Suck. New York: Workman Publishing Company. c. Himawan Pratista (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. d. Eddy Irwan (2012). Artikel “10 Tips Membuat Film Pendek”. 04-13-2012. http://indonesiaindonesia.com/f/15351-10-tips-membuat-film-pendek/ e. Oktyas Surya Nendar (2009). Artikel “10 Langkah Membuat Film Pendek”. 0330-2015
https://asiaaudiovisualrb09oktyas.wordpress.com/10-langkah-membuat-
film-pendek/ f. FIFGROUP (2014). Artikel “Tips Membuat Film Pendek Yang Hemat Budget”. 05-08-2014 http://fifgroup.co.id/darijadi/article/2014/05/tips-membuat-film-pendekyang-hemat-budget g. Oktyas Surya Nendar (2009). Artikel “istilah dalam dunia perfilman”. 03-24-2015 https://asiaaudiovisualrb09oktyas.wordpress.com/istilah-dalam-dunia-perfilman/ h. FIFGROUP (2014). Artikel “Buat Film dengan Smartphone? Siapa Takut!!”. 0716-2014.
http://www.fifgroup.co.id/darijadi/article/2014/07/buat-film-dengan-
smartphone-siapa-takut i. Andibachtiar Yusuf (2013). A rtikel “Independent filmmaker”. 12-13-2013. http://www.dw.com/id/independent-filmmaker/a-17289172 j.
Buat
Film
(2011).
Artikel
“Apa
sih
Indie
Film?”.
https://buatfilm.wordpress.com/2011/03/15/apa-sih-indie-film/
03-15-2015.
k. Toshiko Potoboda (2015). Artikel “5 Alat untuk membuat film pendek berkualitas”.
02-04-2015.
http://poster.co.id/2015/04/alat-untuk-membuat-film-
pendek-berkualitas/ 2.1.2 Lapangan Analisa pengamatan beberapa film indie yang banyak dibuat dan di publikasikan melalui berbagai media sosial seperti Vimeo dan Youtube. Dari hasil pengamatan tersebut, terdapat dua hal yang menonjol sebagai permasalahan yaitu cerita dan non-teknis.
2.1.3 Survei Survei dilakukan melalui penyebaran kuesioner di kalangan remaja Indonesia, khususnya di daerah ibu kota Jakarta dan sekitarnya. Hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa, dibutuhkan edukasi khusus bagi para pecinta film yang baru menuangkan hobinya kepada proses pembuatan film indie sederhana.
2.2
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber. Narasumber di sini adalah Dicky Kadarhariyawan yang merupakan seorang penata seni (Art Director) dan Production Designer dari Jakarta. Beliau sudah banyak menggarap berbagai macam projek iklan komersial televisi dan baru saja menggarap film layar lebar Indonesia yaitu “Comic 8”bersama dengan salah satu rumah produksi Indonesia, “Falcon Pictures”.
2.3
Data Produk Produk yang akan dibuat dalam perancangan proyek tugas akhir ini adalah
sebagai berikut;
2.3.1 Buku Penulis merancang sebuah publikasi melalui media buku edukasi berbasis ilustrasi dan fotografi sebagai medium pemberi informasi kepada target.
2.3.2 Konten Publikasi Buku ini berisi informasi tentang bagaimana cara membuat cerita dalam sebuah film indie sendiri hingga teknis pengambilan gambar video yang baik dan benar, termasuk teori umum paling mendasar tentang sebuah pembuatan film diantaranya;
-
Film Indie
Film Indie merupakan film yang dibuat bukan oleh nama studio-studio besar, dan tidak memakai teknologi (kamera atau efek-efek lain) sehebat film profesional. Film Indie dibuat tanpa orientasi kreator kepada pendapatan film, melainkan lebih sebagai kecintaannya kepada film.
-
Scheduling
Scheduling dalam perfilman adalah tahap dari perencanaan sebuah produksi untuk dapat menjadwalkan kapan waktu produksi tersebut akan berlangsung. Tujuannya adalah agar sebuah produksi film dapat dilaksanakan dengan lancar, tepat waktu dan ekonomis.
-
Storyboard
Storyboard merupakan sebuah template kolom, berisi audio dan sketsa dengan keterangan mengenai konten dan visualisasi yang akan digunakan untuk produksi audio visual.
-
Sinematografer
Sinematografer, atau biasa disebut DoP (Director of Photography) adalah seseorang yang mengambil gambar dengan menggunakan kamera film. Seorang DoP bertugas untuk bekerja sama dengan kru dan penata seni dan bertanggung jawab untuk pencahayaan yang tepat pada sebuah kamera dan untuk mendapatkan nilai artistik pada sebuah pengambilan gambar yang sudah tertulis dalam storyboard.
-
Art Director
Art Director atau penata seni adalah seseorang yang melaksanakan eksekusi pada seluruh rancangan desain tata artistik atau visualisasi kerja yang menjadi tanggung jawab pekerjaan Production Designer. Segala ketersediaan material artistik dariawal
hingga berlangsungnya proses produksi merupakan tanggung jawab seorang art director.
Daftar Isi Buku Bagian 1. Pengenalan -
Untuk Siapa Buku Ini
-
Mengenal Film Pendek
Dalam bagian ini dijelaskan pengenalan singkat tentang target dari buku dan sedikit gambaran tentang film pendek.
Bagian 2. Mengenal Job Desk -
Art Director
-
Director of Photography
Dalam bagian ini dijelaskan apa saja job desk terpenting dalam suatu pembuatan film pendek beserta fungsi dari masing-masing pekerjaan tersebut.
Bagian 3. Persiapan -
Menulis Cerita o Struktur Cerita o Membuat Naskah
-
Storyboard
-
Daftar Pengambilan Gambar o Perencanaan Visual o Pemilihan Kamera o Peralatan Pendukung o Angle Kamera
-
Penjadwalan o Perencanaan o Properti o Lokasi
Dalam bagian ini dijelaskan tahap persiapan sebelum eksekusi pembuatan film mulai dari menulis cerita, memilih alat, hingga menentukan jadwal dan lokasi shooting.
Bagian 4. Berfikir Sutradara -
Menghibur
-
Mengenal Penonton
-
Mengetahui Isi Cerita
-
Selalu Membuat Penonton Penasaran
-
Improvisasi
Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana cara membuat alur yang benar, sehingga film yang akan digarap tampak menghibur dan tidak terlihat membosankan.
Bagian 5. Mengambil Gambar Dalam bagian ini dijelaskan dan digambarkan dengan fotografi sequence cara menentukan angle kamera, pergerakkan kamera yang baik, hingga mengatur posisi kamera, agar visual yang ditangkap dapat terlihat menarik dalam satu sudut pandang.
Bagian 6. Penyelesaian Dalam bagian ini dijelaskan tahap pos produksi dari mulai editing pemotongan gambar, pemilihan warna yang cocok untuk genre film yang sudah dibuat, peluncuran, hingga menghadapi feedback.
2.4 Nama
Data Penyelenggara : Sebelah Mata Pictures
(Gambar 2.1 Logo Sebelah Mata Pictures)
Sebelah Mata Pictures merupakan sebuah rumah produksi berbasis fotografi dan videografi untuk event dan festival. Client
: Endah N Rhesa, ICEMA 2014, Anver Photography, Atlas Copco, SMPN 8 Tangerang Selatan
Alamat
: Komplek PermataPamulang Blok I 8 No. 5, Tangerang Selatan, Banten
Telp
2.5
: 081510099822 (Amir)/08158739793 (Horas)
Target Pasar Remaja pehobi baik pria maupun wanita, usia 18-24 SES A dan B berdomisili
di pulau Jawa, bertempat tinggal di daerah perkotaan. Alasannya selain untuk menumbuhkan minat generasi muda, berdasarkan hasil survei kuesioner yang penulis buat, remaja Indonesia memiliki apresiasi tinggi terhadap dunia perfilman. Sehingga akan lebih mudah untuk mengedukasi mereka.
Buku Pembanding 1.
Buku “Mari Membuat Film” tahun 2010 oleh Heru Effendy.
(Gambar 2.2 Layout Buku “Mari Membuat Film”)
Spesifikasi: 124 Halaman. 15x21 cm. Ilustrasi. Sinopsis: Kelugasan menjadi kelebihan buku ini. Ini pula yg menjadikan bermanfaat bagi studi formal manajemen produksi film. Apa yg dipaparkan dapat membantu para pengajar menjelaskan perihal produksi film secara lugas & sistematis. Bagi
mahasiswa buku ini membantu mereka mempermudah mempelajari secara sederhana?kerumitan-kerumitan? proses produksi film. Mari Membuat Film. Kelebihan: Buku ini di dukung oleh Mira Lesmana yang merupakan salah seorang produser film asal Indonesia yang paling berhasil pada tahun 2000-an. Kekurangan: Materi tidak fokus kepada pembuatan film pendek.
2.
Buku “The Digital Filmmaking Handbook” tahun 2012 oleh Sonja Schenk
dan Ben Long.
(Gambar 2.3 Layout Buku “The Digital Filmmaking Handbook)
Spesifikasi: 608 Halaman. 18x23cm. Fotografi dan Ilustrasi. Sinopsis: Buku ini menjelaskan alur tata cara pembuatan film dari awal sampai akhir dan menunjukkan hal-hal yang dapat membuat proses produksi berjalan lancar dan mudah. Diatur dalam tiga bagian, seperti mengambil gambar, pra produksi, produksi, dan posproduksi.
Kelebihan: Ditulis oleh Sonja Schenk dan Ben Long yang merupakan Art Director dan Director of Photography ternama asal Amerika. Dilengkapi dengan foto dan ilustrasi yang lengkap sehingga lebih mudah untuk menyampaikan informasi. Kekurangan: Materi terlalu fokus pada pembuatan film layar lebar yang membutuhkan biaya besar.
3.
Buku “How To Shoot Video That Doesn’t Suck” tahun 2011 oleh Steve
Stockman.
(Gambar 2.4 Layout buku How To Shot Video That Doesn’t Suck)
Spesifikasi: 376 Halaman. 15x23cm. Ilustrasi. Sinopsis: Buku ini membahas sisi nonteknis sebuah video, bukan tentang bagaimana menyambungkan kamera anda ke komputer, melainkan tentang bagaimana membuat vieo yang disukai orang. Tak masalah jika anda merekam dengan HD atau kamera ponsel, video yang hebat adalah soal bagaimana anda berkomunikasi dengan penonton anda. Kelebihan: Ditulis oleh Steve Stockman yang merupakan penulis, produser, dan director ternama asal Los Angeles dan telah membuat berbagai macam proyek seperti
iklan dan film “Two Weeks” tahun 2006 yang di bintangi oleh Sally Field dan Ben Chaplin. Materi fokus pada pembuatan cerita dan tata cara pengambilan gambar. Kekurangan: Buku tidak berwarna dan layout kurang mearik.
2.6
S.W.O.T Strength
- Film Indie sederhana mudah dibuat seiring perkembangan teknologi, namun tetap memiliki kekuatan karena baik atau buruknya sebuah film tergantung pada kreatifitas pembuatnya. - Materi pada buku fokus kepada pembuatan film indie sederhana yang rendah bujet. - Buku ini juga berisi kutipan-kutipan yang dikutip oleh tokoh-tokoh perfilman. - Memberikan pengalaman khusus kepada target untuk langsung mempraktekkan proses membuat shotlistdan storyboard dengan menyediakan halaman dan buku template shotlist dan storyboard.
Weakness - Sedikit buku yang memiliki konten yang fokus kepada pembuatan film indie. - Buku cenderung menampilkan gambar, sedangkan media sosial lebih mudah menerangkan tutorial dengan video. - Buku ini belum didukung oleh tokoh-tokoh yang memiliki nama besar di dunia sinematografi.
Opportunity - Teknik pengambilan kamera yang dipraktekan saat proses produksi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain contohnya bisnis yang menggunakan format video seperti Company Profile, Pre Wedding, Wedding dan berbagai video dokumenter lainnya. - Sekarang ini banyak workshop tentang sinematografi yang dapat mendukung berbagai macam buku tentang perfilman. - Kondisi apresiasi masyarakat terhadap pembuatan film indie lumayan tinggi, dilihat dari banyaknya jumlah pecinta film yang ada di Indonesia khususnya remaja. - Perkembangan teknologi dan gadget yang semakin memudahkan pecinta film yang ingin terjun ke dalam pembuatan film indie sendiri untuk menuangkan karyanya.
- Pembuatan film indie dapat menjadi ajang untuk meningkatkan kreatifitas para pecinta film khususnya para remaja. - Dengan semakin banyaknya pembuat film indie yang kreatif akan menjadi sebuah hal kecil yang dapat memajukan perfilman Indonesia.
Threat - Sudah banyak beredar buku tentang pembuatan film yang dibuat oleh tokoh-tokoh besar, yang sudah terjun dalam dunia sinematografi. -Sudah banyak tutorial berupa praktek melalui video langsung dari berbagai media sosial seperti Youtube dan Vimeo.
2.7
S.W.O.T Enhance S+O: Karena film Indie mudah dibuat dibandingkan film profesional, modal
produksi bukanlah sebuah masalah yang begitu besar, dilihat dari perkembangan teknologi dan gadget.
W+O: Kondisi animo masyarakat Indonesia terhadap pembuatan film indie sudah lumayan tinggi, dilihat dari jumlah pecinta filmnya. Apalagi teknik yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai bisnis jasa dengan format video. Namun sedikit buku yang mengedukasi tentang pembuatan film indie sederhana, rata-rata konten terlalu mengacu kepada pembuatan film profesional yang tentunya lebih sulit untuk dibuat. Maka dari itu buku ini dibuat dengan materi yang fokus kepada pembuatan film indie sederhana.
S+T: Materi buku-buku yang banyak beredar terlalu mengacu kepada pembuatan film profesional. Maka dari itu buku ini dibuat dengan materi yang hanya fokus kepada pembuatan film indie sederhana yang dapat menekan bujet dan memberikan pengalaman langsung kepada konsumen berupa konten praktek.
W+T: Materi yang ada pada buku ini akan membedakan materi yang ada pada buku lain, sehingga dukungan para tokoh yang sudah eksis di dunia perfilman pun tidak begitu menjadi masalah. Buku ini juga dapat mendukung berbagai acara workshop mengenai pembuatan film.
2.8
Tinjauan Khusus Berdasarkan gambaran umum dari proyek Tugas Akhir yang akan penulis
kerjakan, untuk mendesain sebuah buku yang dapat menumbuhkan ketertarikkan pada target, perlu dibutuhkan beberapa teori relevan diantaranya teori Desain Komunikasi Visual, Teori Tipografi, Teori Warna, Teori Layout, Teori Publikasi dan Teori Grid. 2.8.1
Desain Komunikasi Visual
Dalam, Ryan Hembree (2011). Chapter 1: Design for Communication, page 11. The Complete Graphic Designer. USA: Rockport Publishers, Desain Komunikasi visual menggabungkan lisan, tulisan dan citra menjadi pesan yang estetis, menjalin hubungan dengan para khalayak dari segi intelektual dan emosional, dan menyediakannya dengan informasi yang bersangkutan. Desain
dalam
proyek
publikasi
ini sangat diperlukan
untuk
dapat
mengkomunikasikan konten yang ada dari cover hingga keseluruhan layout. Konten tersebut dapat berupa gambar, foto, ilustrasi, huruf sampai dengan elemen visual yang ada pada buku.
2.8.2
Publikasi
Dalam, Timothy Samara (2005). Chapter 1: Designing to Read, page 10, 11. Publication Design Workbook. USA: Rockport Publishers, Publikasi adalah kumpulan dari teks, gambar dan aplikasi, yang harus menjadi pertimbangan besar bagi seorang desainer. Tidak, seperti iklan atau poster yang biasanya hanya memiliki satu halaman, publikasi merupakan dokumen dengan lebih dari delapan atau dua belas
halaman
yangmengharuskan
desainer
untuk
fokus
pada
hal
yang
mempengaruhiketerbacaan yaitu mengatur besar volume konten ke dalam bidang informasi terkait; tipografi yang membuatnya nyaman untuk dibaca di banyak halaman, penataan bagian dari halaman untuk menampung berbagai konten, apakah gambar atau teks sesuai untuk mencapai suatu kesatuan yang membangun komunikasi lebih baik. Setiap publikasi dimulai sebagai ide. Bentuk dapat membedakan setiap ide dari bagian konten yang tak dikenal dan mempengaruhi pembaca melalui warna, citra dan tipografi tertentu. Semua berkaitan dengan tingkat kegunaan tiap-tiap elemen desain
yang digunakan. Maka dari itu teori publikasi dapat mempengaruhi hasil dari keseluruhan layout setelah dicetak. Publikasi mencakup anatomi mulai dari cover depan hingga cover belakang. Anatomi tersebut diantaranya;
Front Matter (Bagian Depan) Bagian ini merupakan bagian-bagian yang biasanya terdapat pada awal buku setelah termasuk: End Papers yang merupakan halaman kosong (beberapa dengan gambar) biasa ditemukan di awal dan akhir buku. Mereka berfungsi untuk mengisi signatures. Beberapa buku, khususnya novel, mungkin tidak memiliki End Papers. Half Title Page terdapat hanya judul buku yang ada pada halaman ini; sisanya adalah ruang kosong. Title Pageberisi Judul buku dan nama-nama penulis dan penerbit yang ditemukan di sini. Informasi tambahan muncul di sisi belakang halaman ini: pemberitahuan hak cipta, ISBN (Nomor Buku Standar Internasional) dan angka cetak, alamat penerbit, tahun buku diterbitkan, dan Perpustakaan informasi katalog. Dedication Page, Unsur opsional ini memungkinkan penulis untuk mendedikasikan buku kepada seseorang atau sesuatu. Acknowledgements, Di sini penulis memberikan ucapan terima kasih terhadap siapa saja yang telah membantu penyusunan buku: mungkin instruktur menulis, editor, agen, pasangan dan lain-lain. Preface, atau disebut juga kata pengantar Ditulis oleh penulis buku, Pendahuluan berisi informasi penting yang berkaitan dengan topik buku, tetapi di luar isi buku ini. Table of Content, Juga dikenal sebagai TOC di industri percetakan, Daftar Isi merupakan daftar masing-masing bab dan unsur-unsur lain yang ditemukan dalam buku ditambah halaman di mana masing-masing dimulai.
Body of Chapter Bagian ini merupakan tubuh atau isi buku meliputi bab-bab yang ada. Termasuk konten-konten yang ada pada daftar isi.
Back Matter (Bagian Belakang) Semua halaman yang tertera pada Body of Chapter diulas secara ringkas. Mereka biasanya berupa kesimpulan keseluruhan dari isi buku. Bagian ini meliputi; Penutup, lampiran, istilah, indeks, biografi penulis dan end papers.
(Gambar 2.5 General Anatomy Of A Book) https://tinytutorials.wordpress.com/2011/02/07/anatomy-of-a-book/
(Gambar 2.6 Anatomy Hardcover Book) http://www.designersinsights.com/designer-resources/choosing-the-right-binding-type/anatomyhardcover-book
Publikasi juga mencakup teori editorial yang biasa ditampilkan pada majalah, koran ataupun buku diantaranya:
Deck Dek adalah teks satu atau lebih yang biasa ditemukan antara judul dan badan artikel. Dek menguraikan atau memperluas judul dan topik secara singkat dari teks yang akan disampaikan.
Running Head Running Head adalah judul singkat (biasanya 50 karakter atau kurang, termasuk spasi) yang ada pada bagian atas setiap halaman buku anda. Running Head
berfungsi untuk mengidentifikasi bab pada halaman untuk memudahkan pembaca menemukan apa yang ia cari dalam sebuah buku.
2.8.3
Fotografi dan Ilustrasi
Kebanyakan publikasi mengandalkan citra untuk melengkapi konten tertulis. Gambar memberikan visual yang dapat mengimbangi jenis buku yang dapat membantu pembaca agar terlibat di dalamnya. Gambar juga menciptakan koneksi visceral atau pengalaman yang tidak dijelaskan oleh bahasa tertulis. Mereka juga dapat membantu memperjelas informasi kompleks terutama konseptual, abstrak, atau proses-berorientasi-informasi dengan menampilkannya dalam bentuk yang ringkas sekilas. Gaya fotografi yang digunakan pada publikasi yang akan dibuat merupakan fotografi bergaya stok foto seperti di balik layar sebuah pembuatan film, dan fotografi gambar urut (sequence), untuk menjelaskan teknis pengambilan sebuah gambar pada sebuah film.
2.8.4
Warna
Dalam, Aaris Sherin (2012). Introduction: Color in Design, page 7. Design Elements, Color Fundamentals. USA: Rockport Publishers. Mengapa warna itu penting? Warna adalah salah satu elemen paling kuat Seorang disainer untuk dapat berkomunikasi kepada klien. Warna dapat melambangkan ide , melibatkan makna , dan memiliki budaya relevan. Pemilihan warna yang tepat dapat menentukan apakah orang-orang membeli produk atau jasa. Warna pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu primer, sekunder dan tersier. Namun masing-masing warna memiliki berbagai macam karakteristik sesuai dengan jenisnya. Gelap terang dan saturasi warna pun memiliki makna yang berbeda-beda. Misal warna merah dasar solid dapat berarti berani, semangat, energik, namun jika tingkat keterangannya diturunkan dapat berarti seram, suram dan mencekam. Maka dari itu pemilihan warna yang tepat pada sebuah publikasi buku merupakan hal yang perlu diperhatikan selain untuk membuat visual menarik tetapi juga dapat menyampaikan pesan dan kesan tertentu pada setiap visual dan elemen yang ada di keseluruhan layout.
2.8.5
Tipografi
Tipografi, seni cetak atau tata huruf adalah suatu kesenian dan teknik memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, guna kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Dalam buku, Michael Harkins(2010). Chapter 1: Understanding Type, page 10,11. Basics Typography, 02 Using Type. USA & CANADA: Ingram Publisher Services Inc,
tipografi yang baik dapat berkomunikasi tepat Sesuai dengan dimana
seharusnya ia ditempatkan. Jenis huruf terbagi beberapa jenis, diantaranya serif, san-serif dan decorative. Banyaknya jenis huruf pun tidak hanya untuk sekedar kenyamanan membaca, namun setiap huruf memiliki karakter masing-masing dan dapat menciptakan esensi yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan peletakkannya. Tipografi dalam sebuah publikasi meliputi headline, subheadline, body copy dan tagline. Dalam pengaplikasiannya, tipografi sangat memperhatikan kejelasan, hirarki, arsitektur paragraf, detail, komposisi, warna hingga gestur.
2.8.6
Layout
Dalam buku, Ambrose / Harris (2005). Chapter 1: The Basics, page 10, 11. Basic Design. 02 Layout. USA & CANADA: AVA Book Production, Layout menyangkut penempatan elemen teks dan gambar dalam desain. Bagaimana elemen ini diposisikan, baik dalam hubungannya satu sama lain dan dalam skema desain keseluruhan. Layout akan mempengaruhi bagaimana konten tersebut dilihat dan diterima oleh pembaca, serta reaksi emosional mereka ke arah itu. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Layout dalam sebuah publikasi membutuhkan sebuah sistem grid. Grid adalah sebuah jaringan yang disusun sebagai alur penyusunan tata letak.
2.8.7
Grid
Dalam buku, Timothy Samara (2005). Chapter 1: Making The Grid, page 2529. Making and Breaking The Grid. USA: Rockport Publisher, Sistem grid adalah kemampuan dasar yang harus dimengerti dan dipahami oleh seorang desainer. Keberadaan grid pada dasarnya adalah membantu untuk menempatkan berbagai
elemen dalam sebuah desain agar nampak beraturan, lebih harmoni, lebih memiliki alur. Pada dasarnya, semua yang kita lihat dan saksikan termasuk denah bangunan, bentuk gedung, layout majalah atau buku, tata ruang, bahkan desain Web berdasarkan pada sebuah Grid. Penggunaan Grid sebagai acuan desain akan sangat membantu seorang desainer menyelesaikan pekerjaannya. Grid dalam sebuah publikasi dibagi menjadi tiga macam yaitu symmetrical, asymetrical dan multiple. Penggunaanya pun sesuai kebutuhan sang desainer melihat dari banyaknya jenis hingga bentuk konten yang akan disusun. Symmetrical Grid, pada grid ini kedua sisi halaman (kanan dan kiri) akan menjadi komposisi yang seimbang. Hal ini juga memberikan margin (garis luar) dengan ukuran yang sama luar dan dalam, kanan dan kiri. Symmetrical Grid terdiri dari dua macam yaitu The symmetrical column-based grid dan The symmetrical module-based grid. Asymmetrical Grid memberikan spread di mana kedua halaman menggunakan tata letak yang berbeda. Asymmetrical Grid terdiri dari dua macam yaitu Asymmetrical column-based grid dan Asymmetrical module-based grid. Dalam perancangan publikasi buku, teori grid sangat penting diaplikasikan untuk mempermudah mengatur tata letak seluruh konten di tiap halaman. Tidak hanya itu grid juga berguna untuk menentukan margin sebuah buku.
Dari teori-teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan sebuah publikasi buku, haruslah memperhatikan bagaimana desain, tipografi, warna, layout dan grid diaplikasikan pada keseluruhanlayout.