BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Tinjauan Umum 2.1.1
Sumber Data Sumber data dan informasi yang akan digunakan dalam proyek tugas akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, yaitu : -
Media cetak dan elektronik, internet, serta literature yang memuat restaurant Sushi Tei
-
Pengamatan langsung ke lapangan, dan melakukan wawancara dengan narasumber dari pihak Sushi Tei.
2.1.2
Sushi Menurut id.wikipedia.org, sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari
nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula. Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi. Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō yang membaluri ikan dengan
garam
dapur,
bubuk
ragi atau
ampas
sake. Konon
kebiasaan
mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara . Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, “sushi” berarti “itu (berasa) masam”, suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di
dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang. Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar.
2.1.3 Data Perusahaan Nama Perusahaan
: Sushi Tei
Logo Perusahaan
:
Gambar 2.1 Logo Sushi Tei
Alamat
: - Plaza Senayan, Lantai 3 # 302 C, Jl. Asia Afrika No. 8, Jakarta Pusat - Plaza Indonesia, Lantai 1 #102 A & C, Jl. M.H. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta Pusat - Pondok Indah Mal 2, Lantai 1 # 124, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta Selatan - Lotte Shopping Avenue, Lantai 3F Unit 10, Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 3-5, Jakarta Selatan - Gandaria City, Lantai UG # 22-23, Jl. Sultan Iskandar Muda No. 57, Jakarta Selatan - Senayan City, Level 4 #08, Jl. Asia afrika Lot 19, Jakarta Pusat
- Mall Kelapa Gading 5, Lantai 1-1 #47, Jl. Boulevard Kelapa Gading, Jakarta Utara - Emporium Pluit Mall, Lantai 2 #48-49, Jl. Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara - Central Park, Lantai 1 #113, Jl. S. Parman Kav. 28, Jakarta Barat - Grand Indonesia Shopping Town, West Mall Lantai LG #01, Jl. M.H. Thamrin No.1, Jakarta Pusat - Kota Kasablanka, Level 1 Unit 157 -158, Jl. Kasablanka Raya Kav. 88, Jakarta Selatan Bidang Usaha
2.1.4
: Restaurant
Gambaran Umum Tentang Perusahaan Restaurant Sushi Tei awalnya merupakan restaurant franchiser dari Singapore. Pemilik asli Sushi Tei adalah seorang nelayan di Jepang. Yang mana pemiliknya pintar dalam memilih ikan yang segar dan bagus. Nama Sushi Tei berarti warung sushi yang spesialisasinya menjual ikan, karena awalnya Sushi Tei hanya dibuka menggunakan gerobak-gerobak. Kemudian berkembang menjadi depot-depot kecil di pinggiran jalan di Singapore, dan akhirnya menjadi restaurant besar yang dikembangkan melalui franchise seperti Thailand, Hongkong, Malaysia, Australia, Bangkok, dan Indonesia. Di Indonesia sendiri outlet Sushi Tei tersebar di Jakarta, Medan, Surabaya, Bali, dan Bandung. Ciri khas yang ditonjolkan pada restaurant Sushi Tei ini sendiri adalah sushi belt dan open kitchen, sementara itu Sushi Tei juga memberikan condimen untuk para pelanggannya diantaranya wasabi, ginger, togarashi dan yang paling penting Sushi Tei memberikan
minuman asli Jepang yaitu teh hijau (ocha) yang di berikan secara gratis dan dapat juga diisi ulang. Menu yang tersedia di Sushi Tei sangat bervariasi mulai dari sushi, udon, yakimono, donburi, sashimi, ramen, dan tempura. Untuk makanan favorit di Sushi Tei terdiri dari jumbo dragon roll, salmon sashimi, salmon skin fried, unagi (belut), lobster, dan wagyu. Dekorasi Sushi Tei mengusung tema japanesse modern, dimana perabotan yang digunakan bernuansa minimalis tetapi tetap terdapat unsur Jepang. Dan pencahayaan yang di gunakan adalah dark light dan juga didukung oleh musik yang easy listening yang disajikan oleh pihak restaurant yang menciptakan suasana yang santai sehingga dengan demikian pelanggan akan merasa nyaman saat di Sushi Tei. Sushi Tei sendiri mempunyai motto “a good deal of sushi” yang mana Sushi Tei ingin agar pelanggannya ketika mengingat Sushi Tei, mengingat bahwa Sushi Tei mempunyai kualitas bahan baku yang sangat baik.
2.1.5
Visi dan Misi VISI : Kita dikenal sebagai Perusahaan yang terbaik dan terhormat di dalam industri food service di Indonesia. a.
Dikenal, bukan memperkenalkan diri
b.
Terbaik, belum tentu harus terbesar
c.
Terhormat, tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji
MISI : a. Ikut berkontribusi dalam memperkaya dunia kuliner di Indonesia dengan memperkenalkan konsep-konsep F & B yang baru. b. Terus berusaha untuk memberikan pengalaman bersantap yang luar biasa dengan menyediakan makanan dan pelayanan yang berkualitas tinggi. c. Mencapai tujuan dengan mendidik dan mengembangkan orang-orang yang terbaik di industri F & B. d. Membangun sebuah hubungan ke-mitraan stragegis jangka panjang dengan para mitra kerja (franchisor, franchisee dan supplier). e. Menyadari bahwa profitabilitas adalah kunci untuk pengembangan dan kesuksesan di masa mendatang.
2.1.6
Data Produk Berikut merupakan beberapa jenis makanan yang disediakan oleh restoran Sushi Tei: -
Appetizer
Gambar 2.2 Chuka Idako
-
House Specialty (sushi)
Gambar 2.3 Fuji Roll
-
Sushi Moriawase
Gambar 2.4 Hodaka
-
Sashimi
Gambar 2.5 Salmon Sashimi
-
Sashimi Moriawase
Gambar 2.6 Hakuba
-
Salad
Gambar 2.7 Sashimi Salad
-
Nigiri Sushi
Gambar 2.8 Salmon Belly
-
Gunkan Sushi
Gambar 2.9 Ikura
-
Makimono
Gambar 2.10 Soft Shell Crab Maki
-
Temaki
Gambar 2.11 Kanimayo Temaki
-
Yakimono
Gambar 2.12 Lobster Mentaiyaki
-
Agemono
Gambar 2.13 Soft Shell Crab
-
Tempura
Gambar 2.14 Mixed Tempura
-
Nabemono
Gambar 2.15 Gyu Sakamushi
-
Wanmono
Gambar 2.16 Niku Tofu Ponzu
-
Noodles
Gambar 2.17 Kaisen Tan Tan Noodles
-
Donmono
Gambar 2.18 Tekka Don
-
Dessert
Gambar 2.19 Nama Matcha Ice Cream
2.1.7
Target Konsumen - Demografi Jenis kelamin : Laki-laki & perempuan Usia
: Remaja – orang dewasa (20-35 tahun)
Kelas sosial : B-A (menengah ke atas)
- Geografi Tinggal di wilayah perkotaan besar Thailand, Hongkong, Malaysia, Australia, Bangkok, dan Indonesia. - Psikografis Gaya hidup: bersekolah, berkuliah, bekerja, berwirausaha, berkumpul bersama teman dan keluarga, menyukai kuliner terutama makanan khas Jepang . Kepribadian: mereka yang gemar kuliner, mereka yang menyukai makanan Jepang, mereka yang menyukai sushi.
2.1.8
Kemasan Sebelumnya Berikut kemasan take out Sushi Tei saat ini:
Gambar 2.20 Kemasan Sushi Tei saat ini
Gambar 2.21 Kemasan Sushi Tei saat ini
2.1.9
Data Kompetitor 2.1.9.1 SushiGroove
Gambar 2.22 Logo SushiGroove
SushiGroove adalah restoran sushi yang trendi namun santai, yang menargetkan pecinta sushi dan semua jenis makanan Jepang yang sesuai dengan budget. Suasana di SushiGroove hangat, menyenangkan, dan mengundang, santai dan cukup funky. Dengan menggabungkan hidangan lezat Jepang yang unik, desain yang keren, musik yang menyenangkan, dan pelayanan yang ramah dan hangat. SushiGroove akan menyediakan pengalaman
makan sushi ke tingkat yang baru. Target pasar SushiGroove yaitu para konsumen yang menginginkan kualitas dan nilai yang berbeda. Lokasi: Senayan City, Citywalk Sudirman, Pacific Place, Setiabudi, Pondok Indah Mall II, Taman Anggrek, Emporium Pluit Mall, Kelapa Gading.
Kemasan take out SushiGroove saat ini:
Gambar 2.23 Kemasan SushiGroove
2.1.9.2 Hachi Hachi Bistro
Gambar 2.24 Logo Hachi Hachi Bistro
Hachi-Hachi
merupakan
sebuah
restoran
yang
menyediakan menu makanan ala Jepang dan juga menu fusion lainnya. Sebagian besar menunya didominasi oleh sushi, selain itu juga ada menu seperti nasi juga noodle, dan ada juga menu anakanak. Menu yang paling sering dipesan untuk sushi yaitu Black Dragon Roll dan Baked Salmon Roll. Tempatnya tidak terlalu besar, sehingga jika konsumen ingin datang pada saat jam makan siang atau makan malam lebih baik mereka datang lebih awal jika tidak mau mengantri. Untuk makan dan minum di Hachi Hachi kurang lebih menghabiskan IDR 50.000-100.000 per orang. Lokasi: Mall Taman Anggrek, Central Park Mall, Tunjungan Plaza IV.
Kemasan take out Hachi Hachi Bistro saat ini:
Gambar 2.25 Kemasan Hachi Hachi Bistro
2.2
Tinjauan Khusus 2.2.1
Teori Kemasan 2.2.1.1 Definisi Kemasan Menurut artikel yang ditulis oleh Drs. A.D. Pirous, MA (2007) di situs dgi-indonesia.com, kemasan merupakan pelindung dari suatu barang, baik barang biasa, maupun barang-barang hasil produksi industri. Dalam dunia industri, kemasan merupakan pemenuhan suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil
barang
(produsen)
dengan
masyarakat
pembeli
(konsumen). Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec (2007:34) menjelaskan bahwa mengemas merupakan tindakan membungkus atau menutup suatu barang atau sekelompok barang. Cellophane, kertas, tekstil, kaca, plastik, kain, dan logam adalah beberapa material kemasan dari ratusan material yang ada yang digunakan untuk tujuan pengemasan. Kotak, kaleng, pembungkus, karton, tas, toples, dan tube merupakan beberapa dari ratusan bentuk kemasan yang ada. Sedangkan kata kemasan mengacu pada objek fisik itu sendiri – karton, container, atau bungkusan. Kata “kemasan” mengimplikasikan hasil akhir proses mengemas. Kemasan merupakan kata benda atau objek, sedangkan mengemas merupakan kata kerja, mencerminkan sifat medium yang selalu berubah.
2.2.1.2 Fungsi Dasar Kemasan Secara umum, kemasan memiliki beberapa fungsi dasar, yaitu: 1. Proteksi isi produk (fungsi kekedapan). Proteksi ini meliputi ketahanan isi agar produk tetap terjaga kualitasnya.
2. Wadah isi produk (fungsi kenyamanan). Fungsi ini meliputi mewadahi isi produk agar tidak tercecer atau tercerai. 3. Gudang/distribusi (fungsi logistik). Kemasan memudahkan proses penyimpanan dan distribusi menjadi lebih ringkas (compact), transportasi produk sampai kepada konsumen menjadi lebih mudah. 4. Komunikasi dengan konsumen (fungsi marketing). Kemasan mewadahi materi informasi, identitas produk, serta menjadi media persuasi terhadap konsumen.
2.2.1.3 Desain Grafis pada Kemasan Menurut Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec (2007:33), desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda, karena itu, pengetahuan tentang antropologi, sosiologi, psikologi, etnografi, dapat member manfaat dalam proses desain dan pilihan desain yang tepat. Khususnya, pengetahuan terhadap keragaman sosial dan budaya, perilaku manusia secara nonbiologis, dan selera kebudayaan serta perbedaan budaya dapat membantu memahami bagaimana elemen visual dapat mengkomunikasikan dengan baik suatu produk. Dan menurut penulis, kemasan take out Sushi Tei tidak memiliki unsur-unsur tersebut. Penyelesaian masalah visualisasi adalah inti dari desain kemasan. Masalah visualisasi itu bisa berupa perkenalan produk baru atau peningkatan penampilan produk yang sudah ada, kreativitas – dari menentukan konsep dan sketsa hingga desain tiga dimensi, analisis desain, dan penyelesaian masalah teknis – merupakan cara penyelesaian masalah desain hingga menjadi
solusi
inovatif.
Tujuannya
bukanlah
untuk
menciptakan
penampilan desain yang menarik secara visual karena desain kemasan yang hanya indah dipandang tidak bisa menggaet pasar dengan sukses. Pencapaian tujuan strategis dan target pemasaran secara kreatif melalui solusi desain yang tepat adalah fungsi utama desain kemasan.
2.2.1.4 Jenis dan Struktur Kemasan Menurut Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec (2007:137), struktur kemasan dan pilihan material harus didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut ini: 1. Apakah produknya? 2. Bagaimanakah produk akan dipindahkan? 3. Bagaimanakah dan di mana produk akan disimpan? 4. Bagaimanakah produk perlu dilindungi? 5. Bagaimanakah produk dipajang? 6. Di manakah produk akan dijual? 7. Siapakah target konsumennya? 8. Apakah kompetisi kategori ini? 9. Berapakah batasan biayanya? 10. Berapakah jumlah produksi? 11. Apakah jadwal produksinya? 12. Apakah
struktur
yang
sudah
ada
sebelumnya
diperbaiki? 13. Apakah struktur yang baru bisa dipilih dari stok gudang? 14. Apakah struktur yang baru perlu dikembangkan? 15. Apakah struktur harus dipatenkan?
dapat
Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec (2007:139) juga menjelaskan bahwa struktur dan material kemasan bisa dibagi ke dalam beberapa kategori umum: 1. Kardus atau paperboard adalah istilah umum dalam industri kertas untuk lembaran yang terbuat dari serat kayu murni atau kertas daur ulang. Kardus yang paling umum adalah SBS (solid bleached sulfate), SUS (solid unbleached sulfate), daur ulang (recycled), serta plain chipboard (shirtboard). 2. Kardus bergelombang (corrugated paperboard) terdiri dari kardus bergelombang sebagai “medium” yang dilapis dan disisipkan pada lapisan kardus yang rata. 3. Karton lipat, biasanya didesain dengan konstruksi selembar kardus atau kardus gelombang yang di press, kemudian ditindas atau diberi alur untuk dilipat, dan disteples atau dilem untuk menghasilkan sebuah bentuk struktur. 4. Kotak jadi, merupakan struktur kaku yang telah dicetak dengan bagian atas dan bagian bawah, umumnya dibuat dari kardus yang berat atau papan yang terbuat dari serpihan kayu (chipboard) dan dilaminasi dengan kertas dekoratif, material dekoratif atau material lainnya yang menutup keseluruhan bagian luar dan tepi kotak. 5. Canisters, merupakan gulungan spiral kardus sehingga membentuk silinder dan diproduksi dalam variasi tebal dan panjang. 6. Plastik, dengan jenis yang paling umum digunakan antara lain low density polyethylene (LDPE), high density polyethylene (HDPE), polyethylene terephtalate (PET), polypropylene, serta polystyrene (PS) 7. Kemasan blister, merupakan struktur ini dibentuk dalam suhu dan tekanan tinggi dan ditempatkan di depan produk,
sehingga memungkinkan produk tersebut untuk terlihat melalui plastik yang transparan. 8. Kaca, biasanya dibuat sebagai kontainer yang dapat dicetak menjadi bentuk yang beraneka dengan bagian bukaan dan ornamen emboss yang bervariasi, dan pelengkap lainnya dapat meningkatkan desain kemasan secara keseluruhan. 9. Logam, bisa dibuat dari timah, alumunium dan baja. 10. Kaleng, yang memiliki bobot ringan dan seringkali dilapisi dengan material yang mencegah interaksi dengan produk. 11. Tube, biasanya terbuat dari alumunium dan sering digunakan untuk produk obat-obatan, kesehatan dan kecantikan seperti pasta gigi, krim, gel, balsam, pelumas pribadi dan barang semi padat lainnya. 12. Kemasan fleksibel, yang mencakup beragam struktur dan material atau kombinasi material-material yang umumnya kertas dan plastik yang tidak kaku.
2.2.2
Teori Identitas Visual Identitas visual merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan terhadap sebuah brand. Sebuah brand/merek yang baik tentunya harus memiliki identitas visual berupa logo yang kuat, konsisten, dan berkarakter beserta dengan segala kelengkapannya, sehingga brand tersebut dapat dengan mudah dikenali dan diidentifikasi oleh konsumen. Identitas visual mampu memicu persepsi dan membuka kunci hubungan produk dengan sebuah brand. Membuat identitas visual berarti mengelola persepsi manusia melalui bentuk visual yang membentuk kesatuan makna.
Identitas visual berkaitan erat dengan logo dan brand. Surianto Rustan (2009:13) menyatakan bahwa fungsi dari logotype adalah sebagai berikut: 1. Identitas diri, untuk membedakannya dengan identitas milik orang lain 2. Tanda kepemilikan, untuk membedakan miliknya dengan milik orang lain 3. Tanda jaminan kualitas 4. Mencegah peniruan atau pembajakan Kata logo merupakan penyingkatan dari logotype. Istilah logo baru muncul pada tahun 1937 dan hingga saat ini, istilah logo lebih populer dibandingkan istilah logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja, baik tulisan, logogram, gambar, ilustrasi, dan lain-lain. Banyak juga yang mengatakan bahwa logo merupakan elemen gambar atau simbol pada identitas visual. Surianto Rustan menyatakan bahwa pada umumnya orang beranggapan bahwa logogram adalah elemen gambar pada logo. Kemungkinan besar istilah logogram ini telah mengalami perubahan makna dikarenakan kemiripan dengan kata logotype. Sebenarnya logogram adalah sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata atau makna. Saat ini, pembagian logo secara sederhana terbagi menjadi dua bagian, yaitu nama brand (logotype) dan simbol atau lambang (logogram). Penggunaan logotype dilakukan dengan menuliskan nama perusahaan/produk yang bersangkutan dengan gaya huruf atau tipografi yang unik dan khusus, serta digunakan secara konsisten. Penggunaan logogram dilakukan dengan menciptakan sebuah simbol atau lambang yang mampu mencerminkan citra dari perusahaan/produk
yang
bersangkutan. Sebuah logo perusahaan/produk yang unik dapat berupa logotype saja, logogram saja, atau gabungan keduanya. Surianto Rustan
(2009:20) juga menyatakan bahwa istilah yang digunakan dalam “Taxonomy of Trademarks” karya Per Mollerup yaitu picture mark dan letter mark, kiranya cukup memadai untuk menyebut elemen gambar dan elemen tulisan dalam sebuah logo.
2.2.3
Teori Tipografi Tipografi merupakan salah satu elemen utama dalam desain kemasan. Tipografi merupakan media penting yang dapat digunakan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan nama, fungsi, serta informasi yang berkaitan dengan fakta produk kepada konsumen. Pemilihan jenis huruf, penempatan teks pada kemasan, besar kecilnya ukuran huruf, tebal tipisnya huruf, serta pemilihan kata-kata yang tepat menjadi faktor yang sangat menentukan bagaimana teks tersebut dibaca, yang pada akhirnya menentukan apakah komunikasi informasi pada kemasan berhasil sampai kepada konsumen atau tidak. Oleh karena itu, tipografi merupakan salah satu elemen visual penting yang juga berkaitan erat dengan ekspresi visual suatu produk. Marianne Rosner Klimchuk dan Sandra A. Krasovec dalam bukunya yang berjudul Desain Kemasan (2007:92) menyatakan bahwa tipografi untuk desain kemasan haruslah: 1. Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa kaki jauhnya 2. Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi 3. Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang berbeda-beda latar belakangnya 4. Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan informasi produk
2.2.4
Teori Warna Warna
merupakan
properti
dari
cahaya.
Warna
mampu
mempengaruhi tanggapan seseorang yang melihat suatu objek, dan dengan warna respon orang yang melihatnya dapat dimanipulasi dan diarahkan. Menurut Iwan Wirya (1999), warna pada dasarnya merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia. Hal ini menyebabkan kerucut-kerucut warna pada retina beraksi, yang memungkinkan timbulnya gejala warna pada objek-objek yang dilihat sehingga dapat mengubah persepsi manusia. Menurut Marianne Rosner dan Sandra A. Krasovec (2007:119), warna pada kemasan merupakan hal pertama yang dilihat oleh konsumen dan mungkin mempunyai pengaruh yang terbesar untuk menarik konsumen. Warna merupakan perangsang yang paling penting untuk menciptakan daya tarik visual terhadap konsumen. Penggunaan warna yang tepat merupakan pusat dari seluruh proses desain kemasan. Berikut ini adalah beberapa fungsi warna pada kemasan: 1. Untuk identifikasi. Komposisi warna pada desain kemasan sebuah produk harus berbeda dengan produk-produk lainnya agar konsumen dapat dengan mudah mengenali dan mencari produk 2. Untuk menarik perhatian konsumen (eye catching) 3. Untuk menimbulkan pengaruh psikologis, di mana warna dapat membangkitkan selera konsumen dan merangsang
sistem syaraf
otonomi, termasuk pencernaan, terutama warna merah, jingga, atau kuning 4. Untuk menciptakan suatu citra, karena setiap warna mampu mencerminkan atau menggambarkan keadaan produknya, misalnya warna hijau yang melambangkan kesegaran produk sayuran 5. Untuk memastikan tingkat keterbacaan yang maksimum, yaitu dengan penggunaan warna kontras sehingga dapat memperlihatkan sesuatu yang ingin ditonjolkan dan tulisan menjadi mudah dibaca
6. Untuk mendorong tindakan, karena pemberian warna yang tepat dapat memberikan dampak yang lebih dibandingkan dengan kemasan tanpa warna 7. Untuk proteksi produk dari cahaya, di mana warna dapat digunakan untuk melindungi isi dari efek cahaya yang merusak 8. Untuk mengendalikan temperatur, di mana warna yang terang cenderung memantulkan panas dari sebuah benda dan menjaga bagian dalam kemasan tetap sejuk, biasanya diperlukan bagi produk yang sensitif terhadap perubahan temperatur
2.2.5
Teori Ilustrasi Ilustrasi pada desain kemasan tentunya memiliki peranan yang penting untuk memberikan gambaran/citra kepada konsumen tentang produk yang bersangkutan. Fungsi utama ilustrasi adalah untuk informasi visual tentang produk yang dikemas, pendukung teks, penekanan suatu kesan tertentu dan penangkap mata untuk menarik calon pembeli. Gambar ilustrasi dapat berupa gambar produk secara penuh atau terinci, namun dapat juga sebagai hiasan atau dekorasi. Sebaiknya gambar atau ilustrasi pada kemasan tidak mengacaukan pesan yang akan disampaikan. Marianne Rosner dan Sandra A. Krasovec (2007:119) menyatakan bahwa bila digunakan secara efektif dalam desain kemasan, citra – baik berupa ilustrasi maupun foto – dapat memberikan impresi visual yang kuat. Dampaknya dapat tidak diharapkan atau tidak terantisipasi dan dapat meningkatkan ketertarikan konsumen. Konsumen melihat gambar sebelum membaca teks. Bila digunakan secara benar citra bisa menjadi alat desain yang efektif. Ilustrasi, foto, ikon, simbol, dan karakter bisa dibuat dalam berbagai gaya yang menciptakan bahasa visual yang kaya dan memberikan rangsangan visual. Citra bisa sederhana, memberikan
pengenalan konsep yang cepat, atau bisa juga rumit atau menyimpang, membuat orang harus melihatnya lebih lama agar dapat memahami arti citra itu. Dengan mempertimbangkan pengalaman sensorik bahwa visual yang berbeda-beda mengkomunikasikan rasa, aroma, selera, dan temperature
(termasuk
sensasi
makanan
pedas)
semua
dapat
dikomunikasikan secara visual dalam desain kemasan. Citra harus tepat dan langsung mengena sasaran dalam mengkomunikasikan kepribadian merek dan atribut produk tertentu. Pengkomunikasian pembangkit selera dalam desain kemasan makanan, konotasi gaya hidup, sugesti mood, dan instruksi penggunaan produk, adalah cara-cara pembentukan citra suatu desain kemasan.
2.2.6
Teori Tata Letak (Layout) Menurut Surianto Rustan (2009:73), prinsip-prinsip layout dapat dianalogikan sebagai suatu formula untuk membuat suatu layout yang baik. Terdapat 4 prinsip dasar layout yang dapat digunakan pada sebuah karya desain komunikasi visual, antara lain urutan (sequence), penekanan (emphasis), keseimbangan (balance), serta kesatuan (unity). Sequence merupakan sebuah prinsip yang didasarkan pada tingkat kepentingan sebuah informasi untuk disampaikan bila dibandingkan dengan informasi lainnya, misalnya informasi yang ingin disampaikan lebih dulu diberi ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan informasi yang lainnya. Sequence dikenal juga dengan istilah hierarki informasi. Memberikan ukuran yang lebih besar pada sebuah informasi untuk menerapkan sequence tersebut disebut dengan prinsip emphasis, artinya memberikan penekanan pada informasi tertentu sehingga informasi tersebut dapat terkomunikasikan terlebih dahulu. Dengan kata lain, sequence dapat dicapai dengan emphasis.
Prinsip balance merupakan pembagian berat bidang yang merata pada suatu bidang layout. Bukan berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan elemen, namun lebih kepada menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Prinsip unity menuntut semua elemen desain yang digunakan saling berkaitan satu dengan yang lain dan disusun secara tepat.
2.2.7
Best Practice Kemasan Makanan Take Out Karakteristik kemasan produk makanan take out diketahui berdasarkan studi literatur, yaitu terdiri dari: 1. Kemasan yang tidak bocor (leak proof) 2. Kemasan yang dapat menjaga makanan tetap dingin/panas (thermal integrity) 3. Kemasan
yang
dapat
menjaga
makanan
tidak
basah/berembun (keep the food from becoming soggy) 4. Kemasan yang memiliki kompartemen (ruang-ruang pemisah)
untuk
memisahkan
per
jenis
makanan
(packaging with compartment to separate food items) 5. Kemasan yang dapat dipanaskan dengan menggunakan microwave (microwaveable) 6. Kemasan yang dapat didaur ulang (recyclable) 7. Penutup kemasan yang rapat, tidak mudah lepas (sealing lids) 8. Kemasan dengan penutup kemasan yang transparan (transparent lid)
Unsur-unsur yang terdapat dalam kemasan makanan take out: 1. Elemen-elemen visual, yang terdiri dari: bentuk, gambar, tulisan, serta warna 2. Material yang digunakan: kertas, plastik, styrofoam 3. Elemen brand identity: nama brand, logo brand 4. Informasi pada kemasan: nama produk, batas waktu konsumsi, logo halal produk, simbol food grade, kode recycle
Nilai yang penting dari kemasan produk makanan take out (berdasarkan survey): 1. Bahan
: 44,467%
2. Warna
: 22,248%
3. Informasi
: 17,685%
4. Bentuk
: 15,6%
Karakteristik kemasan produk makanan take out yang disukai konsumen (berdasarkan survey): 1. Tidak mudah tumpah
: 24,36%
2. Tidak mudah rusak
: 16,67%
3. Kemasan yang aman (foodgrade)
: 11,54%
4. Praktis
: 8,97%
5. Lain-lain
: 38,46%
2.2.8
Analisa SWOT Strenght
-
Kemasan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
-
Bagian atas terdapat jendela transparan sehingga konsumen dapat melihat isinya dari luar.
-
Terdapat informasi-informasi penting seperti logo restaurant, alamat, dan lain-lain.
-
Lebih menonjol dari segi visual dibandingkan kemasan sushi pada umumnya. Weakness
-
Kemasan mudah penyok.
-
Biaya produksi kemasan relatif lebih mahal. Opportunities
-
Masih banyak restaurant sushi lain yang masih menggunakan kemasan plastik yang dijual secara umum.
-
Kebanyakan desain kemasan sushi di Indonesia masih belum menonjol dari segi visual. Threats
-
Ilustrasi yang digunakan di kemasan dapat ditiru oleh orang lain.