BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Data 2.1.1. Sumber Data Dalam perancangan komunikasi visual film pendek animasi ini, penulis melakukan riset untuk memperoleh data yang mendukung dan referensi visual yang sesuai dalam pembuatan animasi pendek yang berjudul “Bum” ini. Beberapa cara yang dilakukan ialah literature buku, literatur internet, dan referensi video agar film pendek ini menjadi lebih dekat dengan lingkungan yang sebenarnya. 2.1.2. Literatur Buku Penulis merancang film pendek animasi ini dengan mempelajari beberapa literatur buku juga e-book, baik untuk memperdalam pengertian penulis akan tema dan juga sebagai referensi style animasi. Berikut beberapa judul buku dan e-book yang penulis gunakan:
Kebijakan Sosial
(Soehartono, Irawan. 2007), The Illusion of Life (Frank Thomas, Ollie Johnston), Animator Survival Kit (Richard Williams), See Your Film Before Shooting (Nicholas Proferes), THE VISUAL STORY (Bruce Block), The Five C’s of Cinematography (Joseph V. Mascelli, A.S.C.) 2.1.3. Literatur Internet Penulis juga menggunakan literatur internet untuk mendapatkan materi dan sumber yang di jadikan acuan, diantaranya adalah berita, artikel, gambar atau makalah-makalah terdahulu yang berkaitan dengan tema dalam perancangan film pendek animasi ini. Materi dan sumber-sumber tersebut di jadikan penulis untuk memperkaya dan faktor pendukung utama dalam konsep cerita yang ada dalam animasi ini, sehingga penulis dapat merancang konsep secara terperinci dan matang. Antara lain academia.edu, kompas.com, tribunnews.com, jawapos.com, merdeka.com, youtube.com, vimeo.com 2.1.4. Referensi Video
3
4
Referensi video di gunakan penulis sebagai sumber analisis, baik untuk studi bentuk, studi alur, dan studi visual bagi film pendek ini sendiri maupun referensi pembanding. Beberapa video yang digunakan Penulis sebagai referensi adalah sebagai berikut : The Black Hole (Short Film), Backwater Gospel (Short Film), The Chase (Short Film), Dark Noir (Short Film), Tsume (Short Film) 2.2. Data Umum Tentang Animasi 2.2.1. Pengertian Animasi Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup, semangat. Animasi
dapat diartikan sebagai gambar yang
memuat objek yang seolah-olah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan bergantian ditampilkan. Objek dalam gambar bias berupa tulisan, bentuk benda, warna dan spesial efek. Animasi merupakan suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilusi gerakan (motion) pada gambar yang ditampilkan. Secara umum ilusi gerakan merupakan perubahan yang dideteksi secara visual oleh mata penonton sehingga tidak harus perubahan yang terjadi merupakan perubahan posisi sebagai makna dari istilah ‘gerakan’. Perubahan seperti perubahan warna pun dapat dikatakan sebuah animasi. Pada proses pembuatannya sang pembuat animasi atau yang lebih dikenal dengan animator harus menggunakan logika berfikir untuk menentukan alur gerak suatu objek dari keadaan awal hingga keadaan akhir objek tersebut. Perencanaan yang matang dalam perumusan alur gerak berdasarkan logika yang tepat akan menghasilkan animasi yang menarik untuk disaksikan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan animasi, yaitu Objek/ gambar dan alur gerak. 2.2.2. Film Pendek
5
Film pendek bukan merupakan reduksi dari film dengan cerita panjang, atau sebagai wahana pelatihan bagi pemula yang baru masuk kedunia perfilman. Secara teknis film pendek merupakan film yang memiliki durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema. Film pendek memiliki ciri/karakteristik sendiri yang membuatnya berbeda dengan film cerita panjang, karena film pendek memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk para pemainnya.
2.3. Data Umum Tentang Pengemis 2.3.1 Pengertian Pengemis Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Mengemis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang karena membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya, bahkan jabatan atau pekerjaan dari orang yang mereka temui atau dari orang yang memiliki pengaruh. Kegiatan ini dilakukan karena mereka tidak dapat memenuhi apa yang mereka butuhkan, entah itu karena keterbatasan pengetahuan, fisik, keterampilan, informasi, ataupun hal lainnya. Tetapi, di dalam makalah ini yang kami maksud dengan mengemis/meminta-minta adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengharapkan sedikit belas kasihan orang di tempat-tempat umum, baik itu uang recehan ataupun sedikit makanan untuk mengganjal perut mereka. Di kota-kota besar kegiatan mengemis/meminta-minta yang dilakukan oleh orang-orang yang disebut pengemis ini adalah fenomena yang banyak
6
dan sering kita saksikan. Hampir di setiap perempatan atau stopan lampu lalu lintas,
fenomena
pengemis
ini
dapat
kita
temui.
Mereka
yang
mengemis/meminta-minta biasanya menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini” Penampilan mereka pun beragam, tetapi tujuannya sama yaitu untuk menarik simpati dan belas kasih orang yang melihatnya. Penampilan mereka untuk menarik simpati dan belas kasihan orang pun bermacam-macam, ada yang memakai pakaian compangcamping, tubuhnya di cat warna perak, dsb. 2.3.2. Jenis Jenis Pengemis Kita dapat menyaksikan sendiri bahwa pengemis tidak hanya mereka yang sudah lanjut usia, tetapi hampir di setiap tingkatan usia ada yang menjadi
pengemis. Berikut adalah beberapa jenis pengemis yang dapat
penulis identifikasi dari berbagai sumber, di antaranya: 1. Pengemis Dengan Anak Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di muka umum dengan cara memperalat anak baik anak kandung ataupun anak pinjaman untuk mendapat belas kasihan orang lain. Tapi tidak semua anak yang mereka bawa adalah keinginan si anak, ada juga yang karena paksaan dari orang tuanya walaupun anak melawan dan mereka hanya ingin bermain, jika si anak melawan orang tuanya kadang memukul atau memarahi mereka agar menuruti apa kemauan dari sang orang tua. 2. Pengemis Bocah Pengemis bocah adalah anak-anak yang meminta-minta di muka umum atau di jalanan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Bocah disini berusia antara 3-17 tahun. Motif dari mereka melakukan ini karena untuk membantu orang tua dari mereka yang mungkin dalam keadaan susah, orang tuanya sedang sakit ataupun sudah meninggal atau
7
barangkali mereka dipekerjakan oleh seseorang yang menjadi mafia pengemis ini atau bahkan oleh orang tuanya sendiri. 3. Pengemis Cacat atau Disabilitas Pengemis cacat atau disabilitas adalah pengemis yang memiliki keterbatasan baik secara fisik, mental atau ganda. Umumnya mereka mengemis karena tidak ada hal lain yang bisa mereka lakukan selain dengan meminta-minta di jalanan. 4. Pengemis Professional dan Terorganisir Pengemis professional yaitu orang-orang yang meminta-minta di tempat umum untuk mendapat belas kasihan orang lain sebagai profesinya untuk memeroleh pendapatan. Professional di sini maksudnya bahwa mereka
punya strategi dan cara-cara khusus untuk menarik
simpati orang lain sehingga mau berbelas kasih kepada mereka. Selain mereka dikategorikan profesinal, mereka juga terorganisir. Terorganisir disini maksudnya bahwa kegiatan atau aksi yang mereka lakukan biasanya sudah ada yang menaunginya. Biasanya mereka adalah orangorang yang sengaja ditampung oleh seseorang atau kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan bagi seseorang atau kelompok tersebut. Cara-cara yang mereka lakukan (pengemis professional) biasanya dengan berpura-pura cacat fisik, cacat mental, maupun cacat ganda. Selain itu dengan sengaja berpakaian lusuh atau sengaja membawa anak atau menyewanya dari orang lain untuk dijadikan alat bagi mereka memeroleh belas kasihan orang lain. 2.3.3. Hubungan Masalah Pengemis dengan Nilai-Nilai Nilai adalah suatu sistem kepercayaan mengenai sesuatu yang dianggap baik atau buruk. Penilaian ini memang sangat dipengaruhi kebudayaan apa yang dianut oleh masyarakat penganut nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, setiap kelompok masyarakat memiliki nilai-nilai yang bisa saja sama atau berbeda dengan kelompok lainnya.
8
Berikut nilai-nilai ini yang menyebabkan fenomena pengemis saat ini banyak bermunculan, di antaranya: 1. Nilai agama yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, artinya memberi adalah lebih baik daripada meminta. Dengan demikian, setiap orang akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa memberi/bersedekah kepada orang lain dan berusaha untuk tidak meminta-minta. Ketika di tengah masyarakat banyak yang meminta-minta, tentu fenomena ini akan dinilai sebagai suatu masalah dari pandangan agama sendiri, walaupun kita tahu bahwa mengemis itu tidaklah dilarang oleh agama. 2. Budaya gotong-royong dan saling membantu satu sama lain di dalam masyarakat sepertinya mulai pudar, kebanyakan masyarakat saat ini cenderung individualis dan mengabaikan orang lain, kalau tidak diminta jarang sekali orang itu memberi. Kepekaan sosial sepertinya mulai pudar sedikit demi sedikit, sehingga fenomena pengemis pun mulai bermunculan. 3. Paham
kapitalis
yang
menjadikan
masyarakat
sangat
ketergantungan dan tidak bisa berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Siapa yang punya modal, maka ia yang menguasai pasar. Sumber-sumber penghidupan seperti air, tanah, barangbarang kebutuhan pokok, dan sebagainya banyak dikuasai para kapital/pemilik modal, sehingga masyarakat yang tidak memiliki modal tidak bisa berbuat banyak dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Oleh karena itu, mengemis sepertinya menjadi salah satu jalan yang dapat memenuhi kebutuhannya, tidak butuh modal yang besar, hanya mengharapkan belas kasih orang itu sudah cukup. 4. Sikap permisif masyarakat yang memandang permasalahan pengemis ini sebagai suatu hal yang wajar dan biasa terjadi, sehingga mereka pun memakluminya. Hal ini mengakibatkan fenomena pengemis semakin banyak bermunculan.
9
5. Nilai-nilai yang dianut masing-masing individu pun berpengaruh besar dalam kaitannya dengan permasalahan pengemis ini. Bagaimana kita lihat saat ini, kualitas diri yang kami kira rendah, sehingga mereka yang mengalami permasalahan ekonomi lebih memilih menjadi seorang pengemis daripada bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga. 2.3.4. Pihak Yang Terlibat Dalam Kaitannya Dengan Pengemis Pihak yang terlibat dalan kaitannya dengan masalah pengemis ini, di antaranya: 1. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah kehidupan dalam bermasyarakat dimana di sinilah proses dibentuknya suatu kepribadian dan menjadi awal mula pembentukan pola prilaku seseorang. Apabila seseorang masih memiliki keluarga yang utuh, atau keluarga yang masih mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, tidak mungkin keluarga tersebut membiarkan salah seorang dari anggota keluarganya menjadi pengemis. Oleh karena itu, dalam menangani masalah pengemis ini, perlu ditinjau mengenai kondisi keluarganya baik secara ekonomi, pendidikan, maupun keberfungsian sosial keluarga tersebut dalam memenuhi kebutuhan anggotanya. 2. Masyarakat Dengan pengemis hidup dalam sebuah masyarakat, seharusnya terbentuk relasi antara satu dengan yang lainnya sehingga dalam melakukan pemenuhan kebutuhan mereka, masyarakat ini bisa dijadikan sumber dan perantara bagi mereka untuk tidak menjadi seorang pengemis, tapi sayangnya kebanyakan dari mereka yang menjadi pengemis ini, memiliki hubungan atau relasi di masyarakat yang tidak berjalan baik sehingga, dalam mencapai pemenuhan kebutuhan mereka pun menjadi sulit dan memilih untuk mejadi pengemis di jalanan. 3. Pemerintah
10
Peran
pemerintah
adalah
membuat
kebijakan-kebijakan
dan
pemberian bantuan material ataupun pelayanan untuk bisa mengurangi jumlah pengemis di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, kebijakan yang dibuat ini harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Karena, apabila tidak disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan hanya menguntungkan sebagian orang saja maka kebijakan-kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik atau tidak akan mengurangi angka pengemis di Indonesia. 4. Pekerja Sosial
Para pekerja sosial berkiprah dalam tiga tingkatan yaitu di ranah mikro, mezzo, dan makro. Di ranah mikro, pekerja sosial menolong individu berdasarkan relasi satu per satu. Di ranah mezzo, pekerja sosial membantu keluarga dan kelompok kecil lainnya. Sedangkan, di ranah makro, pekerja sosial
memperbaiki
organisasi
dan
komunitas
atau
mengupayakan
perubahan-perubahan dalam kebijakan sosial dan peraturan hukum lainnya. 2.3.5. Penghasilan Pengemis Yang Ada Di Indonesia Dalam subbab ini penulis melakukan observasi terkait penghasilan pengemis yang ada di Indonesia. Sumber yang didapat melalui internet diantaranya video dan koran online seperti : kompas.com, tribunnews.com, merdeka.com, jawapos.co.id dan beberapa makalah ataupun skripsi terdahulu. 1.
Walang dan Sa'aran mereka berhasil mengumpulkan uang sebesar 25 jt dalam waktu 15 hari. Walang dan Sa'aran memiliki tugas dan peran berbeda. Walang yang masih terlihat bugar bertindak sebagai pendorong gerobak. Adapun Sa'aran yang lebih tua dan kurus berpura-pura sebagai orang sakit yang berada di atas gerobak.
2.
Cak To, pengemis asal Surabaya ini mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta. Cak To memikiki rumah di kawasan Surabaya Barat, dengan tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To
11
sudah membangun dua rumah lagi. Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004. 3.
Pengunjuk rasa dari kalangan gelandangan pengemis dari kota Bandung meminta gaji 4-10jt kepada walikota Bandung Ridwan Kamil. Pengemis pengemis ini tidak menerima berkerja sebagai tukang sapu di Bandung dan hanya digaji 1,5 juta.
4.
Ibu
Nur
pengemis
Jakarta
yang
mengaku
mendapatkan
penghasilan 200rb - 300rb per hari dari hasil mengemis. 2.4 Data Cerita 2.4.1 Cerita Asli Seorang pengemis yang memakai baju lusuh mengadahkan tangannya kepada para pejalan kaki dan pengendara motor di jalan raya. Pengemis tersebut terlihat lapar, kotor dan lebih tragis lagi kakinya sempurna tapi tidak bisa berjalan alias cacat sehingga dia harus dibantu dengan skateboard dibawah kakinya agar bisa berjalan. Dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain pengemis tersebut mengadahkan tangannya kepada para pejalan kaki dan pengendara motor berharap bisa mendapatkan sedikit rejeki untuk bisa makan sehari-hari. Waktupun berlalu dengan cepat dan tanpa terasa hari sudah menjelang malam tapi pengemis tersebut enggan pergi dari tempat tersebut jika keadaan disekitarnya belum sepi dan ketika keadaan di tempat tersebut benar-benar sepi. Pengemis tersebut beranjak pergi dari tempat tersebut untuk pulang menuju kerumahnya dan ajaibnya kakinya yang semula cacat bisa berjalan dengan normal sebagaimana mestinya dengan kata lain pengemis tersebut tidak cacat melainkan berpura-pura menjadi orang yang cacat.
12
Setelah pengemis tersebut sampai di rumahnya. Pengemis tersebut mulai menghitung uang yang dia dapatkan hasil dari mengemis yang dia dapatkan hari ini. “Hari ini aku mendapatkan uang sebanyak 300.000 ribu rupiah jika aku mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu 1 hari. Bagaimana kalau aku mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu 1 bulan pasti aku sudah kaya raya dan pendapatanku lebih dari 9 juta perbulan”. Ujar pengemis tersebut sambil tersenyum. Pengemis tersebut tersenyum senang karena bisa mendapatkan uang sebanyak itu tanpa harus bekerja keras dan bersusah payah seperti kebanyakan orang lain dan menganggap orang yang memberikan uang kepadanya adalah orang bodoh yang bisa ditipu. Keesokan harinya pengemis tersebut kembali ke tempat tersebut untuk mengemis seperti biasanya dan ketika dia mengemis datanglah seorang pemuda berwajah tampan yang memakai kemeja abu-abu memberikannya
uang
sebesar
seribu
rupiah
lalu
pergi
meninggalkannya. Keesokan harinya pemuda tersebut kembali ke tempat itu untuk memberikan uang kepada pengemis tersebut dan semakin harisemakin banyak uang yang diberikan pemuda tersebut kepada pangemis mulai dari 1000,2000,5000,10.000,50.000 hingga yang paling tinggi 100.000 rupiah. Pengemis tersebut merasa senang karena ada orang dermawan bodoh yang memberikan uang kepadanya setiap hari dalam jumlah yang banyak. Keesokan harinya pemuda tersebut datang kembali seperti biasanya dengan membawa bungkusan plastik kecil yang berisi tumpukan uang sebesar satu juta dalam pecahan seratus ribu rupiah. “Apakah kamu ingin mendapatkan uang yang ada didalam plastic ini”. Tanya pemuda tersebut kepada pengemis Pengemis tersebut mengangguk
13
Dan ketika pemuda tersebut berniat memberikan bungkusan plastic kecil tersebut kepada si pengemis. Pemuda tersebut malah melempar bungkusan plastic kecil itu kejalan raya dan masuk kedalam lubang got yang ada di tengah jalan raya. Seketika itu juga pengemis tersebut berdiri dari skateboardnya dan berlari ke tengah jalan raya dan terlebih lagi dia sudah lupa kalau selama ini dia hanya berpurapura cacat dan yang saat ini dia pikirkan hanyalah bungkusan plastic kecil yang berisi uang sebesar satu juta rupiah yang masuk kedalam lubang got yang ada di tengah jalan raya. Dan ketika pengemis tersebut berada di tengah jalan raya, dia langsung berbaring dan memasukkan tangannya kedalam got untuk mendapatkan bungkusan plastic kecil yang berisi uang tersebut dan ketika dia berusaha untuk mendapatkan plastic kecil tersebut tiba-tiba saja sebuah truk melaju kencang dan melindas kaki pengemis tersebut. Hal ini sontak membuat pengemis tersebut menjerit kesakitan. “Tolong-tolong aku”. Jerit pengemis tersebut Tapi tidak ada satupun yang menolong pengemis tersebut baik pejalan kaki maupun pengendara motor karena mereka merasa tertipu dengan pengemis tersebut kemudian dia meminta tolong pada pemuda yang memberinya uang tetapi pemuda itu bukannya menolong tapi malah tersenyum. “Tenang saja akan ada orang yang menolongmu”. Ujar dia sambil tersenyum Kemudian sebuah truk besar melaju dengan kencang dan menghalangi pandangan antara pengemis tersebut dengan sang pemuda yang berada ditrotoar dan pemuda itu pun menghilang hingga akhirnya ada seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan membawa sabit dipunggungnya tapi pengemis tersebut malah ketakutan dan berusaha lari.
14
“Tidak, jangan dekati aku. Aku tidak ingin mati”. Jerit pengemis tersebut sambil berusaha untuk lari walaupun kakinya tidak bisa digerakkan. Dan pada akhirnya orang yang memakai pakaian serba hitam itu
tadi
memegang
sabit
yang
ada
dipunggungnya
dan
mengayunkannya kearah pengemis tersebut. Akhirnya pengemis tersebut tewas seketika dan ditempat lain seorang pemuda yang sering memberikan uang kepadanya hanya bisa tersenyum melihat pemandangan yang indah tersebut dan kali ini penampilan pemuda tersebut berbeda dengan biasanya. Penampilan pemuda tersebut yang sekarang terlihat lebih rapih dan keren dengan memakai jas dan dasi. Kemudian pemuda tersebut meninggalkan tempat itu dengan senyum penuh kemenangan. 2.4.2. Wawancara Dalam mengumpulkan data-data terkait animasi pendek yang akan diangkat dari cerpen “Pengemis Kematian”, penulis melakukan wawancara secara online dengan penulis yang bersangkutan yaitu, Aitu Firdaus yang berdomisili di Tanggerang. Dalam wawancara penulis terlebih dahulu meminta izin mengangkat cerita pendek untuk dijadikan animasi pendek. Penulis juga menanyakan beberapa pertanyaan terkait tema seperti Inspirasi dan message yang ingin disampaikan beliau. Dari hasil wawancara, beliau menyampaikan mendapatkan inspirasi dari media seperti berita di tv dan koran tentang pengemis yang kebanyakan kaya dan coba menyampaikan pesan agar kita tidak menjadi orang yang pemalas. 2.5. Studi Existing 2.5.1 Studi Alur ( Storyline ) The Black Hole (Short Film) The Black Hole adalah film pendek yang disutradarai oleh Philip Sansom and Olly Williams. Film ini mengisahkan seorang pria
15
bernama Charlie yang saat itu bekerja di kantor hingga larut malam. Saat itu semua orang yang bekerja sudah pulang kerumah sedangkan Charlie harus menyelesaikan pekerjaannya mengcopy tumpukan kertas. Pada saat sedang mengcopy salinan kertas, tiba tiba mesin printer yang dia gunakan mengeluarkan kertas yang bergambar lingkaran hitam. Charlie pun menumukan kalau kertas tersebut dapat menembus segala sesuatu dengan cara memasukkan tangan kedalam lingkaran hitam itu. Pada saat itu juga ia mencoba mengambil makanan yang ada didalam mesin penjual menggunakan kertas itu dan berhasil. Tidak ingin menyianyiakan kesempatan Charlie langsung berfikir untuk melakukan sesuatu yang lebih besar yaitu mengambil uang didalam berankas. Ia pun menempelkan kertas tersebut di pintu berankas lalu mulai mengambil uang didalam berankas itu. Perlahan lahan ia mengambilnya dengan tangan namun karena nafsu ingin mengambil uang lebih ia memasuki berankas tersebut dan ketika berada di dalam, kertas lingkaran hitam itu lepas dan Charlie terjebak didalamnya.
Gambar 2.1 “The Black Hole” https://i.vimeocdn.com/video/442324550_640.jpg Untuk melakukan studi alur, penulis melakukan studi terhadap film “The Black Hole”. Alur pada kedua film ini disajikan secara linear
16
2.5.2. Studi Bentuk Penulis menganalisa bentuk bentuk karakter yang digunakan dalam animasi “Backwater Gospel”, “The Chase” dan “Dark Noir”. Ketiga film animasi tersebut mendesain karakternya dengan gaya karakter 2D namun menggunakan metode 3D animasi dalam pembuatan film pendek tersebut. Bentuk karakter
khas dengan
anatomi tubuh yang tidak proporsional dan dilebih-lebihkan memberikan nilai lebih dari segi artistik bagi ketiga animasi tersebut.
Gambar 2.2 Scene dalam film “Backwater Gospel” http://www.miaf.net/2012/images/large/theback_lg.jpg
Gambar 2.3 Scene dalam film “The Chase” https://static.squarespace.com/static/51b3dc8ee4b051b96ceb10de/51ce6099e4b0d91 1b4489b79/51ce61d3e4b0d911b44a293b/1330626488673/1000w/Thechase312012.p ng
17
Gambar 2.4 Scene dalam film “Dark Noir” Screenshot edegan film 2.5.3. Studi Warna Warna mempunyai peranan penting dalam sebuah film karena warna merupakan simbol sebuah rasa atau mood.Oleh sebab itu, warna mampu membawa suasana dan menjelaskan keadaan dalam sebuah adegan film. Dalam merancang animasi pendek ini, Penulis melakukan studi terkait dengan warna dengan mengacu pada film animasi “Tsume” dan film panjang “Silent Hill”. Dalam film animasi “Tsume” dan film “Silent Hill”, terlihat warna yang digunakan adalah warna analog, yaitu warna-warna senada atau berdekatan. Pilihan warna tersebut menciptakan sebuah kesatuan yang memberikan kesan tersendiri.
Gambar 2.5 “Tsume” http://expatspost.com/wp-content/uploads/Tsume-image-of-two-young-girls-at-substation.jpg
Gambar 2.6 “Silent Hill” http://vignette2.wikia.nocookie.net/silent/images/d/da/SilentHillWestVirginia.png/rev
18
ision/latest?cb=20110412223018 2.1.5.4. Studi Art Direction Penulis melakukan studi mengenai art directiondengan merujuk pada film pendek animasi “SOMEWHERE” dan film “Silent Hill”.Dalam kedua film tersebut, terdapat banyak scene yang menggunakan golden rule dan negative space sebagai komposisinya. Dalam kedua animasi tersebut,terdapat pula beberapa adegan ditengah kota dan jalan raya yang komposisi pengambilan negative space sehingga memberi kesan sunyi dan sepi. Komposisinya dapat dijadikan acuan bagi animasi yang akan dibuat oleh Penulis.
2.6 Tinjauan Teori 2.6.1 12 Prinsip Animasi Di dalam buku karya Frank Thomas, Ollie Johnston yang berjudul “The Illusion of Life” Thomas dan Johnston memberikan 12 prinsip animasi yang diadopsi dari animasi Walt Disney. Berikut 12 prinsip animasi:
- Solid Drawing Menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan yang signifikan dalam menentukan baik proses maupun hasil sebuah animasi, terutama animasi klasik. Seorang animator harus memiliki kepekaan terhadap anatomi, komposisi, berat,
keseimbangan,
pencahayaan, dan sebagainya yang dapat dilatih melalui serangkaian observasi dan pengamatan, dimana dalam observasi itu salah satu yang harus dilakukan adalah menggambar. Meskipun kini peran gambar yang dihasilkan sketsa manual sudah bisa digantikan oleh komputer, tetapi dengan pemahaman dasar dari prinsip menggambar akan menghasilkan animasi yang lebih peka.
- Timing & Spacing Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan
harus
dilakukan,
sementara
spacing
adalah
tentang
19
menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak.
- Squash & Stretch Squash and stretch adalah upaya penambahan efek lentur pada objek atau figur sehingga -seolah-olah memuai atau menyusut sehingga memberikan efek gerak yang lebih hidup. Penerapan squash and stretch pada figur atau benda hidup akan memberikan enhancement sekaligus efek dinamis terhadap gerakan tertentu, sementara pada benda mati (misal: gelas, meja, botol) penerapan squash and stretch akan membuat benda-benda mati tersebut tampak atau berlaku seperti benda hidup.
- Anticipation Anticipation adalah persiapan/awalan gerak atau ancangancang. Seseorang yang bangkit dari duduk harus membungkukkan badannya terlebih dahulu sebelum benar-benar berdiri.Contoh pada gerakan memukul, sebelum tangan maju harus ada gerakan mundur dulu.
- Slow In and Slow Out Sama seperti spacing yang berbicara tentang akselerasi dan deselerasi. Slow In dan Slow Out menegaskan kembali bahwa setiap gerakan memiliki percepatan dan perlambatan yang berbeda beda. Slow in terjadi jika sebuah gerakan diawali secara lambat kemudian menjadi cepat. Slow out terjadi jika sebuah gerakan yang relatif cepat kemudian melambat.
- Arcs Dalam animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia, binatang, atau makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola/jalur (maya) yang disebut Arcs. Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara smooth dan lebih realistik, karena pergerakan mereka
20
mengikuti suatu pola yang berbentuk lengkung. Pola gerak semacam ini diterapkan melalui graphic editor dari software .
- Secondary Action Secondary action adalah gerakan-gerakan tambahan yang dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih realistik. Secondary action tidak dimaksudkan untuk
menjadi
pusat
perhatian
sehingga
mengaburkan
atau
mengalihkan perhatian dari gerakan utama. Kemunculannya lebih berfungsi memberikan emphasize untuk memperkuat gerakan utama.
- Follow Through and Overlapping Action Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Misalnya, rambut yang tetap bergerak sesaat setelah berhenti berlari. Overlapping action secara mudah bisa dianggap sebagai gerakan saling-silang. Maksudnya, adalah serangkaian gerakan yang saling mendahului (overlapping). Pergerakan tangan dan kaki ketika berjalan bisa termasuk didalamnya.
- Straight Ahead Action and Pose to Pose Dari sisi pengerjaan, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk membuat animasi. Pertama adalah Straight Ahead Action, yaitu membuat animasi dengan cara seorang animator menggambar satu per satu, frame by frame, dari awal sampai selesai. Teknik ini memiliki kelebihan: kualitas gambar yang konsisten karena dikerjakan oleh satu orang saja. Tetapi memiliki kekurangan waktu pengerjaan yang lama.
- Staging Seperti halnya yang dikenal dalam film atau teater, staging dalam animasi juga meliputi bagaimana lingkungan dibuat untuk mendukung suasana atau mood yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene.
21
- Appeal Appeal berkaitan dengan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi. Sebagaimana gambar yang telah menghasilkan banyak gaya, animasi juga memiliki gaya yang sangat beragam. Sebagai contoh, anda tentu bisa mengidentifikasi gaya animasi buatan Jepang dengan hanya melihatnya sekilas. Anda juga bisa melihat ke-khas-an animasi buatan Disney atau Dreamworks. Hal ini karena mereka memiliki appeal atau gaya tertentu.
- Exaggeration Exaggeration adalah upaya untuk mendramatisir sebuah animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis. Contoh,
bola
mata
yang
‘melompat’
keluar
karena
kaget.
Exaggeration kebanyakan digunakan dalam genre komedi.
2.6.2. Teori Pembuatan Cerita Penulis menggunakan teori untuk pembuatan sebuah cerita dalam buku yang berjudul “The Visual Story”oleh Bruce Bloc agar jalan cerita animasi dapat dimengerti. Teori Membuat Ide Cerita -
Mengumpulkan data, mencari informasi sebanyak mungkin mengenai latar belakang, situasi dan kondisi dari sebuah cerita
-
Menyusun data, membuat kategori berdasarkan karakter dan situasi yang menghubungkannya,
-
Analisa, perhatikan karakter yang ada, apa yang akan dilakukan dan bagaimana karakter melakukan perannya dalam sebuah ide cerita.
-
Sintesa, mulai membangun ide baru dari informasi yang ada. Menganalisa Sebuah Cerita
-
Objek, apakah cerita tersebut mengenai perorangan / kelompok atau sesuatu.
-
Kejadian, mengenai apa yang terjadi ?
-
Tempat, kapan kejadian itu terjadi, masa lalu, masa sekarang atau masa yang akan datang ?
22
-
Durasi, berapa lama cerita itu dibuat ?
-
Sasaran, apa isi cerita atau tema cerita ?
Menganalisa dengan cara lain yaitu : -
Setting, yaitu mengenai latar belakang atau lokasi cerita tersebut.
-
Tema, konsep dasar cerita.
-
Plot/alur, spesifikasi dari scenario atau storyline.
-
Struktur, type yang digunakan untuk mengembangkan cerita.
-
Karakter, tokoh atau orang yang ada dalam cerita.
2.6.3 Teori Warna Di dalam buku karya Anne Dameria yang berjudul “Color Basic” dijelaskan bahwa warna adalah bagian dari proses pelengkap identitas suatu karya. Dengan warna suatu karya desain akan memiliki arti. Warna juga mengatur emosi penonton dan menciptakan mood sesuai dengan visual yang sedang di lihat dalam film. •
Warna Primer Menurut teori ini, warna primer terdiri dari beberapa warna dasar, yang
berarti
bukan
merupakan
percampuran
dari
warna
lainnya.Misalnya, warna merah yang menyerupai warna darah, warna biru seperti warna langit cerah atau laut, serta warna kuning seperti kuning telur. Meskipun pada awalnya banyak pendapat yang menyatakan bahwa hijau juga termasuk dalam kelompok warna primer, namun teori dari Brewster ini membantahnya. •
Warna Sekunder Secara teoritis, warna jenis ini merupakan hasil percampuran dari 2 warna primer.Seseorang dapat membayangkan warna sekunder ini hanya dengan mengkombinasikan warna, seperti warna merah dan kuning yang kemudian menghasilkan warna jingga,warna biru dan kuning yang akan menciptakan warna hijau (karena itu hijau tidak menjadi bagian dari warna primer), serta merah dicampur biru akan berkombinasi menjadi warna ungu.
•
Warna Tersier
23
Warna tersier merupakan hasil pencampuran dari salah satu warna sekunder.Kelompok warna iniumumnya disebut sebagai warna dengan kecenderungan mendekati warna lain. Contoh dari warna tersier adalah hijau kebirubiruan yang merupakan campuran dari warna kuning dengan hijau. •
Warna Netral Bagian terakhir merupakan jenis warna hasil dari campuran ketiga warna primer.Jenis warna ini menjadi jenis warna yang dapat dikombinasikan dengan warna apapun.Contoh dari warna netral adalah warna hitam dan kelabu. Para ahli menyebut campuran dari warna ini sebagai warna intermediate.
2.6.4. Teori Sinematografi Di dalam buku karya Joseph V. Mascelli, A.S.C. yang berjudul “The Five C’s of Cinematography” dijelaskan bahwa perhatian audiens selama suatu adegan berlangsung bisa tertuju terhadap suatu pusat dengan prinsipprinsip sebagai berikut:
1. Posisi, Gerakan, Action, dan Suara Sebuah karakter bisa mendapatkan perhatian dari penonton jika diposisikan di bagian yang paling dominan dari sebuah komposisi, menggerakkan ke posisi terbaik ketika adegan berlangsung, menaruhnya terpencil dari karakter atau elemen-elemen lain, menempatkan di tempat yang kontrasnya lebih baik dengan background, serta gerak mendadak dari suatu pemain sebelumnya pasif.
2. Pencahayaan, Nilai Nada, dan Warna Secara normal, mata penonton akan lebih tertarik terhadap bagian yang mendapat cahaya lebih terang, nada yang paling cerah, atau bagian yang paling berwarna dari gambar.
3. Pemfokusan Secara Selektif Metode yang sangat efektif untuk menarik penonton ke pusat perhatian adalah dengan melakukan pengaturan fokus secara selektif dengan
24
menampilkan subjek yang signifikan dengan fokus yang tajam dan elemenelemen pendamping dengan fokus yang sedikit lebih lembut. Hal-hal tersebut nantinya akan penulis terapkan dalam sebagian besar penggarapan scene di film animasi ini terdapat banyak pengaturan fokus yang lebih di tekankan terhadap objek atau karakter, yang mana mata audience dapat mengerti apa yang dilakukan sang karakter di film ini nantinya.
2.7. Analisa 2.7.1 Analisa S.W.O.T Analisis
SWOT
(Strength,
Weakness,
Opportuinity,
Threat)
merupakan alat yang digunakan untuk menganalisa kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang melingkupi suatu objek, dalam hal ini animasi short movie, sehinga dapat ditentukan langkah strategis untuk mengoptimalkan hasil. Berikut adalah analisis SWOT dari short movie ini : Strength •
Kekuatan film animasi pendek ini terletak pada kualitas visual, animasi dan implementasi prinsip prinsip cinematography, sehingga memungkinkan produk ini bisa dinikmati baik secara visual maupun penceritaan.
•
Mengangkat cerita terkait permasalahan sosial yang ada di Indonesia.
•
Banyaknya penelitian penelitian dan pemberitaan terdahulu tentang keberadaan pengemis professional Weakness
•
Tidak semua pengemis di Indonesia adalah pengemis professional
•
Film animasi pendek ini lebih mengutamakan bentuk visual dan penyampaian pesan moral ketimbang menghibur penonton
•
Waktu pengerjaan Film Pendek yang terbatas Opportunity
•
Bisa diikutkan ke dalam perlombaan animasi
•
Tema yang diangkat berkaitan dengan permasalahan pemerintah Threat
•
Ekspektasi penonton yang selalu membandingkan animasi lokal dan luar