BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Wilayah Kondisi Umum merupakan gambaran kondisi wilayah Kabupaten Rembang secara keseluruhan. Wilayah Rembang terletak di bagian utara Pulau Jawa sehingga berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Adapun kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa adalah Kecamatan Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, dan Kragan. Secara geografis Kabupaten Rembang terletak antara 110 BT sampai 110,30 BT dan 60 LS sampai 70 LS dan mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah utara
: Laut Jawa
Sebelah timur
: Kabupaten Tuban, dan Propinsi Jawa Timur
Sebelah selatan
: Kabupaten Blora
Sebelah Barat
: Kabupaten Pati
Wilayah Kabupaten Rembang secara keseluruhan penggunaan lahannya lebih didominasi oleh tanah kering. Kondisi lahan semacam ini pada umumnya dimanfaatkan untuk tegalan dan pertanian lahan kering. Kecamatan yang mempunyai tanah kering ( 71,4 % ) lebih luas dibandingkan dengan tanah sawah. Kondisi ini terutama berada di bagian selatan wilayah studi, antara lain: Kecamatan Sumber, Bulu, Gunem, Sulang, Sale, Sarang, Sedan, dan Pamotan. Sementara itu kecamatan yang berada di bagian utara termasuk wilayah yang berada daerah pesisir ternyata lebih dominan tanah kering dibandingkan dengan tanah sawah. Kabupaten Rembang mempunyai relief yang beraneka ragam, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Rembang antara 0 – 1.000 m di atas permukaan air laut (dpl). Ketinggian rata-rata 27 m dpl. Bagian terendah berada di Kecamatan Rembang, Serang dan Kragan. Daerah tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Bulu ( 70 m ), Sulang ( 50 m ), dan Pancur ( 50 m ). Kabupaten Rembang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, industri, prasarana perhubungan maupun kepentingan lain. Peta Administratif Kabupaten Rembang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
8
Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Rembang
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
9
Secara administrasi Kabupaten Rembang terdiri dari 14 kecamatan, 294 desa, dengan luas wilayah 101.542 Ha. Wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Sale seluas 10.714 ha dengan ketinggian 110 mtr dpl. Kecamatan– kecamatan tersebut meliputi : Tabel 2.1. Tabel Luas Wilayah Di Kabupaten Rembang Luas Wilayah (Ha) Nama Kecamatan
Iumlah Kel/Desa
Administrasi (%) thd total Ha Administrasi 1. Sumber 18 7.675 91,49 2. Bulu 16 10.239 96,38 3. Gunem 16 8.020 95,09 4. Sale 15 10.716 95,78 5. Sarang 23 9.132 92,80 6. Sedan 21 7.962 90,14 7. Pamotan 23 8.156 91,07 8. Sulang 21 8.454 94,29 9. Kaliori 23 6.151 88,82 10. Rembang 34 5.880 84,90 11. Pancur 23 4.728 89,26 12. Kragan 27 6.166 92,58 13. Sluke 14 3.759 91.84 14. Lasem 20 4504 89,85 Jumlah 294 101.542 Sumber: BPS Kabupaten Rembang, Tahun 2015 No.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
10
Ha 714 385 414 474 708 871 800 512 774 1046 569 487 334 509 8.597
Terbangun (%) thd total Terbangun 8,51 3,62 4,91 4,24 7.20 9,86 8,93 5,71 11,18 15,10 10,74 7,32 8,16 10,15
Jumlah penduduk Kabupaten Rembang pada akhir tahun 2014 sebanyak 610.260 jiwa meningkat sebanyak 2,36% dari tahun 2013.. Tabel informasi kependudukan yang memuat informasi mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk (berdasarkan luas area terbangun) saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun kedepan. Tabel 2.2 Jumlah penduduk proyeks1 untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk (orang) Nama Kecamatan
Sumber Bulu Gunem
Wilayah Perkotaan Tahun 2015
2016
12.029
12.102
9.467
9.540
2017
Wilayah Perdesaan Tahun
Total Tahun
2018
2019
2020
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2015
2016
2017
2018
2019
2020
12.175
12.248
12.323
23.913
24.057
24.203
24.349
24.497
24.645
12.029
36.086
36.305
36.524
36.745
36.968
35.942
9.613
9.687
9.762
18.789
18.934
19.080
19.227
19.375
19.524
9.467
28.401
28.620
28.840
29.062
29.286
28.256
6.351
6.405
6.460
6.515
6.571
18.891
19.052
19.215
19.379
19.545
19.712
6.351
25.403
25.620
25.839
26.060
26.283
25.242
Sale
13.035
13.140
13.247
13.354
13.463
25.859
26.069
26.281
26.494
26.709
26.926
13.035
39.104
39.421
39.741
40.063
40.389
38.894
Sarang
22.052
22.270
22.491
22.714
22.939
43.671
44.104
44.540
44.981
45.427
45.877
22.052
66.156
66.810
67.472
68.141
68.816
65.723
Sedan
19.117
19.302
19.490
19.679
19.870
37.867
38.234
38.605
38.979
39.358
39.741
19.117
57.351
57.907
58.469
59.037
59.611
56.984
Pamotan
17.064
17.243
17.424
17.608
17.793
33.773
34.128
34.486
34.849
35.215
35.585
17.064
51.192
51.729
52.273
52.823
53.378
50.837
Sulang
14.600
14.783
14.969
15.157
15.348
28.838
29.200
29.567
29.938
30.315
30.696
14.600
43.800
44.350
44.907
45.472
46.044
43.438
Kaliori
7.088
7.152
7.218
7.283
7.350
35.119
35.439
35.762
36.088
36.417
36.749
7.088
42.527
42.914
43.306
43.700
44.099
42.207
84.007
85.012
86.030
87.062
88.106
9.224
9.334
9.446
9.559
9.674
9.790
84.007
93.341
94.458
95.589
96.736
97.896
93.231
Pancur
8.525
8.673
8.823
8.977
9.134
25.138
25.574
26.018
26.470
26.930
27.401
8.525
34.099
34.691
35.293
35.907
36.535
33.663
Kragan
6.673
6.756
6.839
6.924
7.010
59.324
60.058
60.801
61.554
62.317
63.090
6.673
66.731
67.557
68.393
69.241
70.100
65.997
Sluke
10.017
10.118
10.221
10.324
10.428
19.833
20.034
20.237
20.441
20.648
20.857
10.017
30.051
30.355
30.662
30.972
31.285
29.850
Lasem
17.805
17.986
18.168
18.353
18.539
35.253
35.610
35.971
36.336
36.705
37.078
17.805
53.415
53.957
54.504
55.058
55.617
53.058
Rembang
Sumber : BPS dan Capilduk Kabupaten Rembang, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
11
Tabel 2.3 Jumlah Kepala Keluarga Saat Ini Dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun
Jumlah KK Nama Kecamatan
Wilayah Perkotaan Tahun
Wilayah Perdesaan Tahun
Total Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Sumber
3.044
3.062
3.081
5.978
6.014
6.051
6.087
6.124
6.161
3.007
9.022
9.076
9.131
9.186
9.242
8.986
3.044
3.062
Bulu
2.403
2.422
2.441
4.697
4.734
4.770
4.807
4.844
4.881
2.367
7.100
7.155
7.210
7.266
7.322
7.064
2.403
2.422
Gunem
1.615
1.629
1.643
4.723
4.763
4.804
4.845
4.886
4.928
1.588
6.351
6.405
6.460
6.515
6.571
6.311
1.615
1.629
Sale
3.312
3.339
3.366
6.465
6.517
6.570
6.624
6.677
6.732
3.259
9.776
9.855
9.935
10.016
10.097
9.724
3.312
3.339
Sarang
5.623
5.679
5.735
10.918
11.026
11.135
11.245
11.357
11.469
5.513
16.539
16.703
16.868
17.035
17.204
16.431
5.623
5.679
Sedan
4.873
4.920
4.968
9.467
9.559
9.651
9.745
9.840
9.935
4.779
14.338
14.477
14.617
14.759
14.903
14.246
4.873
4.920
Pamotan
4.356
4.402
4.448
8.443
8.532
8.622
8.712
8.804
8.896
4.266
12.798
12.932
13.068
13.206
13.345
12.709
4.356
4.402
Sulang
3.742
3.789
3.837
7.210
7.300
7.392
7.485
7.579
7.674
3.650
10.950
11.088
11.227
11.368
11.511
10.860
3.742
3.789
Kaliori
1.805
1.821
1.838
8.780
8.860
8.941
9.022
9.104
9.187
1.772
10.632
10.729
10.827
10.925
11.025
10.552
1.805
1.821
Rembang
21.508
21.766
22.027
2.306
2.334
2.362
2.390
2.419
2.448
21.002
23.335
23.615
23.897
24.184
24.474
23.308
21.508
21.766
Pancur
2.206
2.244
2.284
6.285
6.394
6.505
6.618
6.733
6.850
2.131
8.525
8.673
8.823
8.977
9.134
8.416
2.206
2.244
Kragan
1.710
1.731
1.753
14.831
15.015
15.200
15.389
15.579
15.773
1.668
16.683
16.889
17.098
17.310
17.525
16.499
1.710
1.731
Sluke
2.555
2.581
2.607
4.958
5.009
5.059
5.110
5.162
5.214
2.504
7.513
7.589
7.666
7.743
7.821
7.463
2.555
2.581
Lasem
4.542
4.588
4.635
8.813
8.903
8.993
9.084
9.176
9.270
4.451
13.354
13.489
13.626
13.765
13.904
13.265
4.542
4.588
Sumber : BPS dan Capilduk Kabupaten Rembang, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
12
Tabel 2.4 Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan proyeksi untuk 5 tahun
Tingkat Pertumbuhan (%)
Kepadatan Penduduk (Orang/Ha)
Tahun
Tahun
Nama Kecamatan
Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur Kragan Sluke Lasem
2015 0,24 0,11 0,10 0,12 0,14 0,10 0,12 0,13 0,10 0,16 0,17 0,16 0,23 0,14
2016 0,24 0,11 0,10 0,12 0,14 0,10 0,12 0,13 0,10 0,16 0,17 0,16 0,23 0,14
2017 0,24 0,11 0,10 0,12 0,14 0,10 0,12 0,13 0,10 0,16 0,17 0,16 0,23 0,14
2018 0,24 0,11 0,10 0,12 0,14 0,10 0,12 0,13 0,10 0,16 0,17 0,16 0,23 0,14
2019 0,24 0,11 0,10 0,12 0,14 0,10 0,12 0,13 0,10 0,16 0,17 0,16 0,23 0,14
2020 0,24 0,11 0,10 0,12 0,14 0,10 0,12 0,13 0,10 0,16 0,17 0,16 0,23 0,14
2015 4,28 2,65 2,99 3,47 6,66 6,43 5,66 4,82 6,09 13,32 6,33 9,91 7,27 10,55
2016 4,30 2,67 3,01 3,49 6,72 6,49 5,72 4,89 6,14 13,48 6,44 10,03 7,34 10,66
2017 4,33 2,69 3,04 3,52 6,79 6,56 5,78 4,95 6,20 13,64 6,55 10,15 7,42 10,76
2018 4,35 2,71 3,06 3,55 6,86 6,62 5,84 5,01 6,25 13,80 6,66 10,28 7,49 10,87
Sumber : BPS dan Capilduk Kabupaten Rembang, 2015 . Tabel 2.5 Jumlah penduduk miskin per kecamatan Nama Kecamatan
Jumlah keluarga miskin (KK)
Sumber 1.584 Bulu 1.727 Gunem 1.586 Sale 1.858 Sarang 4.316 Sedan 3.973 Pamotan 3.701 Sulang 2.268 Kaliori 1.657 Rembang 2.210 Pancur 2.110 Kragan 1.802 Sluke 1.643 Lasem 2.322 Sumber : BPS dan Capilduk Kabupaten Rembang, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
13
2019 4,38 2,74 3,09 3,58 6,92 6,68 5,90 5,07 6,31 13,97 6,78 10,41 7,57 10,98
2020 4,41 2,76 3,12 3,61 6,99 6,75 5,96 5,14 6,37 14,13 6,90 10,54 7,64 11,09
Kebijakan Struktur Ruang Tujuan kebijakan struktur ruang adalah untuk mendorong proses pertumbuhan pada wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang serta untuk memacu pertumbuhan wilayah tersebut sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan tetap menjaga keberlanjutan pembangunannya. Kebijakan pengembangan struktur ruang kota, meliputi: 1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan sesuai dengan fungsinya dengan strategi: a. Menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang; b. Mengembangkan pusat perdagangan berskala regional; c. Mengembangkan kegiatan pendidikan menengah kejuruan, akademi, dan d. perguruan tinggi hingga ke skala pelayanan regional; e. Mengembangkan pusat kegiatan olah raga; f.
Mengembangkan kegiatan wisata budaya, wisata alam, dan wisata buatan;
g. Mengembangkan kegiatan jasa pertemuan dan jasa pameran. 2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum, dengan strategi: a. Mengembangkan prasarana telekomunikasi nirkabel berupa tower BTS b. (Base Transceiver Station) bersama; c. Mengembangkan prasarana listrik dengan sumber energi alternatif; d. Meningkatkan dan mengembangkan ketersediaan air baku; e. Meningkatkan kualitas jaringan irigasi dan distribusi air. 3. Pengembangan sistem jaringan transportasi jalan yang memperlancar pergerakan antar pusat kegiatan, dengan strategi: a. Mengembangkan jaringan jalan lingkar; b. Menata fungsi jaringan jalan; dan c. Mengembangkan terminal tipe A, tipe C, dan terminal angkutan kota (angkota)
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
14
Gambar 2.2. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
15
Kebijakan Pola Ruang Tujuan kebijakan pola ruang adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan pengembangan pola ruang kota meliputi : 1. Peningkatan fungsi kawasan lindung, dengan strategi: a. menetapkan kawasan lindung; b. menjaga kelestarian kawasan lindung; c. mengembalikan dan mengatur pemanfaatan tanah sesuai peruntukan fungsi lindung; d. melestarikan kawasan lindung cagar budaya; e. melakukan rehabilitasi dan konservasi kawasan lindung yang telah menurun fungsinya. 2. Penyediaan RTH Kota yang proporsional, dengan strategi: a. meningkatkan kuantitas RTH hingga 30 %; b. mengembalikan RTH sesuai fungsinya; c. mempertahankan RTH yang telah ada. 3. Perwujudan pengembangan kegiatan budi daya yang optimal dan efisien, dengan strategi: a. menetapkan kawasan budi daya sesuai daya dukung dan daya tamping lingkungan; b. mengarahkan pengembangan kawasan industri di bagian Selatan kota; c. mengarahkan pengembangan kawasan pertanian lahan basah di bagian Timur kota; d. mendorong pengembangan kawasan budi daya secara vertikal di kawasan kepadatan tinggi; e. memperhatikan keterpaduan antar kegiatan budi daya; f.
mengembangkan fasilitas olah raga berskala nasional dan internasional.
4. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, dengan strategi: a. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar b. kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan keamanan dengan kawasan budi daya terbangun; d. menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.
Di wilayah Kab.Rembang, rawan bencana yang dimaksud adalah rawan longsor, rawan erosi permukaan tanah dan rawan genangan. Beberapa lokasi rumah atau perumahan dan permukiman di Kabupaten Rembangmasih berada di daerah yang merupakan daerah rawan longsor. Pada kawasankawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman yang ada tersebut. Banyak kawasan-kawasan rawan longsor yang ditempati penduduk sebagai tempat hunian. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan lindung yang terlarang untuk Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
16
permukiman. Selain itu, akibat dari kurang tegasnya pengendalian pembangunan dan aparat pemerintah Kab.Rembang. Kebijakan yang akan dilakukan antara lain: pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di kawasan rawan longsor, kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik – aktivitas kawasan, kepadatan diarahkan < 30 unit/Ha dengan luas lantai bangunan < 100 m2, kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem drainase, pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan). Beberapa lokasi permukiman yang berada di daerah rawan longsor walaupun jumlah tidak terlalu banyak dan belum pernah terjadi longsor namun lokasi tersebut membutuhkan pengendalian untuk pencegahan keberlanjutan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat atau pengembang.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
17
Gambar 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
18
2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK SSK adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK Kabupaten Rembang merupakan penjabaran dari strategi sanitasi yang memuat empat sub sektor pilar utama sanitasi yaitu sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase, dan sub sektor PHBS. Penyusunan dokumen SSK Kabupaten/Kota ini berdasarkan Buku Putih Sanitasi (BPS) di mana BPS sebagai dokumen yang memuat data dasar kondisi sanitasi Kabupaten/Kota saat ini. Kedudukan SSK diantara dokumen perencanaan di bidang sanitasi lainnya yang terdapat di Kabupaten Rembang adalah sebagai pelengkap dan penyempurna dokumen-dokumen perencanaan bidang sanitasi yang telah ada, seperti : 1. SSK Kabupaten Rembang merupakan pelengkap dari dokumen perencanaan resmi yang ada di Kabupaten Rembang, seperti RPJMD tahun 2011 - 2015, Renstra SKP tahun 2011 - 2015 dan Renja SKPD tahun 2012; 2. SSK Kabupaten Rembang merupakan penjabaran secara lengkap sebagian dari RPIJM tahun 2011 – 2016 khususnya dalam bidang sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase); 3. SSK Kabupaten Rembang akan menjadi masukan bagi penyusunan RPJMD untuk kepala daerah periode berikutnya (2015 – 2020); 4. Penyusunan SSK Kabupaten Rembang mengacu pada dokumen perencanaan tata ruang wilayah (RTRW tahun 2011 – 2031) Kabupaten Rembang, khususnya berkaitan dengan zonasi pembangunan sarana sanitasi. A. Air limbah domestik
Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), berdasarkan isu srategis sanitasi air limbah domestik dan permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Rembang, sebagai berikut: Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi Air Limbah di Kabupaten Rembang, diperoleh gambaran klasifikasi wilayah. Dalam menentukan wilayah pengembangan air limbah domestik yang sesuai dengan kebutuhan masingmasing wilayah di tingkat Kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan air limbah domestik. Penentuan daerah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi, yaitu : Kepadatan penduduk, Kawasan CBD, daerah ekstrim terhadap banjir, genangan air hujan dan terkena dampak ROB, Kondisi tanah serta tingkat resiko kesehatan. Di dalam sub sektor air limbah domestik, terdapat beberapa tujuan dan sasaran serta strategi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
19
Tabel 2.6 Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK bidang Air Limbah Domestik SSK Tahun 2010 SSK (saat ini) Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini (2015) (1) (2) (3) (4) Meningkatkan pengelolaan air limbah rumah tangga yang lebih terarah dan terpadu
Mengurangi tingkat pencemaran air tanah akibat limbah tinja.
Tersedianya armada pengangkut lumpur tinja.
Terbangunnya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Pemanfaatan Endapan dari lumpur tinja.
Memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sanitasi yang memenuhi syarat.
Memberikan bantuan stimulasi jamban kepada masyarakat untuk pengelolaan limbah tinja. Meningkatkan pengelolaan air limbah rumah tangga di Kab.Rembang Melestarikan sarana pengolahan air limbah baik yang dikelola oleh masyarakat.
Meningkatkan penanganan dan pengelolaan air limbah rumah tangga
Tersusunnya rencana pengelolaan air limbah rumah tangga yang terarah dan terpadu pada tahun 2017. Berkurangnya praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dari 33.3% (2012) menjadi 0% pada tahun 2017 Meningkatnya pelayanan sedot tinja terhadap4 20% Rumah tangga tahun 2017 Terkelolanya lumpur tinja baik dari septik tank rumah tangga maupun sarana sanitasi komunal terhadap 20% tahun 2017 Meningkatkan penghijauan kota dari 12% (2012) menjadi 35% (2017) Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana sanitasi melalui sosialisasi yang mencakup 14 Kecamatan (2017) Meningkatkan layanan sanitasi pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari 0,1% (2012) Terpadunya pengelolaan air limbah rumah tangga Mengoptimalkan fungsi dan manfaat dari sarana pengolahan air limbah berbasis masyarakat dari 6,2% (pada tahun 2012) menjadi 7% (pada tahun 2017). Meningkatkan jumlah sarana pengolahan air limbah komunal dari 12 unit (pada tahun 2012) menjadi 95 unit (pada tahun 2017)
Sumber: Pokja AMPL Kabupaten RembangTahun 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
20
Dalam tahapan penyusunan
33,3%
32% (Target tahun 2015 ) 40 Desa/Kelurahan Bebas BABS)
20%
Belum Ada IPLT, Baru tahap FS dan DED
20%
Belum Ada IPLT, Baru tahap FS dan DED
12%
Sudah terlaksananya sosialisasi tentang peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana sanitasi di 14 Kecamatan. 0,1%
12 unit
Jumlah sarana pengolahan air limbah komunal dari 12 unit (pada tahun 2012) menjadi 24 unit (pada tahun 2015)
B. Pengelolaan Persampahan
Tahapan Pengembangan Persampahan Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) bahwa Di Kabupaten Rembang sarana persampahan telah terlayani sebesar 50% dari total keseluruhan Kabupaten Rembang. Berdasarkan isu srategis persampahan dan permasalahan mendesak persampahan di Kabupaten Rembang, sebagai berikut: Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi Persampahan di Kabupaten Rembangdengan kriteria yang ada di dalam wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan. Ada 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu; 1). Tata guna lahan/klasifikasi wilayah : komersial/ Central of Business Development (CBD), pemukiman, fasilitas umum, terminal, dsb; Di dalam sub sektor persampahan, terdapat beberapa tujuan dan sasaran serta strategi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.7 Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK bidang Pengelolaan Persampahan Tujuan (1) Menciptakan sistem pengelolaan sampah terpadu yang ramah lingkungan
Meningkatkan dan mewujudkan pengelolaan sampah yang sesuai dengan mutu dan standar yang berlaku.
SSK Tahun 2010 Sasaran (2)
Data dasar* (3)
1. Tersusunnya master plan sistem pengelolaan sampah terpadu yang ramah lingkungan pada tahun 2015 Meningkatnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah. Saat ini sarana yang ada: Dump truck: 7 unit Arm roll truck: 4 unit Whell loader: 1 unit Buldozer: 1 unit Alat-alat tersebut dalam kondisi yang sudah tidak layak. TPS dengan kontainer: 9 unit Transfer depo: 2 unit TPA: 2 unit
Sudah dilaksanakan pada tahun 2011 Saat ini sarana yang ada: Dump truck: 7 unit Arm roll truck: 4 unit Whell loader: 1 unit Buldozer: 1 unit Alat-alat tersebut dalam kondisi yang sudah tidak layak. TPS dengan kontainer: 9 unit Transfer depo: 2 unit TPA: 2 unit
Tercapainya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan persampahan. Peningkatan layanan pengangkutan sampah dari 2 kali sehari tahun 2012 menjadi 3 kali sehari secara kontinyu tahun 2017 Meningkatkan pengelolaan sampah dengan 3R (reduce, reuse, recycle)
14% (dari 14 Kecamatan)
Penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan
98 unit Komposter dan 12 unit Pencacah
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
21
SSK (saat ini) Status saat ini (2015) (4)
Terangkutnya timbulan sampah sebanyak 85% (dari 14 kecamatan)
403 unit pengelolaan sampah 3R
Tujuan (1)
SSK Tahun 2010 Sasaran (2)
Memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat.
Data dasar* (3)
SSK (saat ini) Status saat ini (2015) (4)
kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sampah Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana kebersihan dan pengelolaan sampah melalui sosialisasi dan pelatihan yang mencakup 12 Kecamatan (pada tahun 2012) dan 13 Kecamatan (pada tahun 2017)
Sumber: Pokja AMPL Kabupaten Rembang Tahun 2015
C. Drainase Perkotaan
Tahapan Pengembangan Drainase Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masingmasing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi, yaitu : Kepadatan penduduk, Kawasan CBD, daerah ROB, daerah genangan air hujan serta tingkat resiko kesehatan. Di dalam sub sektor drainase, terdapat beberapa tujuan dan sasaran serta strategi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tujuan (1)
Tabel 2.8 Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK bidang Drainase Perkotaan SSK Tahun 2010 SSK (saat ini) Sasaran Data dasar* Status saat ini (2015) (2) (3) (4)
Terbangunnya infrastruktur drainase yang memadai pada lingkungan pemukiman padat dan kumuh
Pada daerah/wilayah desa, kecamatan yang terjadi genangan dan penanganan drainasenya SPAL di pedesaan = 13 buruk menurun yang dari 94% SPAL di perkotaan = 1 (tahun 2012) menjadi 90% ditahun 2014 dan menjadi 79% ditahun 2017. Terciptanya masyarakat Pemahaman masyarakat akan yang peduli akan perilaku/cara hidup sehat keadaan drainase meningkat pada14 Kecamatan dilingkungan sekitar diakhir tahun 2017. masing – masing Memberikan bantuan Membuat perencanaan drainase teknis kepada lingkungan secara partisipatif dan masyarakat dalam periodik setiap tahun sampai tahun Penyusunan DED = 14 penanganan masalah 2017. drainase secara periodik dan continue
Sumber: Pokja AMPL Kabupaten Rembang Tahun 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
22
Meningkatnya pemahaman masyarakat akan perilaku/cara hidup sehat di 14 Kecamatan
2.3. Profil Sanitasi Saat Ini A. Air Limbah Domestik (1) Sistem dan Cakupan Pelayanan Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu: a.
Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septic tank atau cubluk
b.
Sanitasi sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage, yaitu sistem yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL.
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Rembang masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah on site berupa jamban keluarga maupun MCK Komunal, sistem pengolahan on site ini 15 % menggunakan septic tank sangat sederhana terolah dan 85% tidak terolah langsung masuk ke sungai. Dalam satu MCK umum bisa melayani 23 KK sedang di SLBM bisa melayani 60 KK. Tabel 2.9 Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah (Domestik)
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
23
Produk Induk
User Interface
LIMBAH AIR
Leher Angsa
Cemplung BAB di pantai WC Umum BAB di sungai BAB di tegalan BAB di kolam ikan WC KM WC/KM Umum Di Jalan/Di Bawah pohon Selokan Tempat Mencuci Bahan Makanan
Pengumpulan
Penampungan /Pengolahan Awal
1. Septictank 2. Leher Angsa Non Septictank Tidak Kedap Air 1. Septictank
-
Pengangkuta n/ Pengaliran Truck Tangki Sedot WC
Pengolahan Akhir (Semi) Terpusat
Daur Ulang Pembuangan Akhir Laut Sungai Pantai/Laut Sungai Laut/Sungai Kolam ikan
Septictank 1. Resapan 2. Saluran Air 1. Septictank 2. Saluran Air
Badan Air Badan Air Badan Air Badan Air
1. Resapan 2. Saluran Air 3. Halaman
Lubang Pembuangan KM
1. Resapan Badan Air 2. Saluran Air 3. Halaman
Lubang Pembuangan Air
1. Resapan Badan Air 2. Saluran Air 3. Halaman
Sumber: Pemutakhiran SSK Kab. Rembang, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
24
Tabel 2.10 Tabel Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kabupaten Rembang Sanitasi tidak layak
Sanitasi Layak Sistem Onsite
Sistem Offsite
BABS No
Nama Kecamatan (KK)
(i)
(ii)
1.
Wilayah Perdesaan Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Sluke Pancur Kragan
2.
(iii)
Sistem Berbasis Komunal Cubluk, jamban tidak aman (KK)
(iv)
Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) (v)
Skala Kawasan / terpusat Sambungan Rumah yg berfungsi (KK)
MCK /Jamban Bersama (KK)
MCK Komunal (KK)
Tangki Septik Komunal > 10 KK (KK)
IPAL Komunal (KK)
(vi)
(vii)
(viii)
(ix)
(x)
-
-
-
-
8967 7046 6297 9697 16377 14200 12665 10814 10536 8379 16479 7438
1099 573 0 437 206 0 651 0 1088 0 0 219
6,990 2,983 1,108 3,671 5,566 5,905 6,402 1,804 6,606 3,507 4,566 4,899
-
23060 13220
2174 320
13,168 4,769
-
Wilayah Perkotaan Rembang Lasem
Sumber: Instrumen Sanitarian Kab Rembang Tahun 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
25
103 80
-
17 6
-
Tabel 2.11 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No
Jenis
(i) (ii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal - MCK Komunal 2. Truk Tinja
3
IPLT : kapasitas
Satuan (iii)
Jumlah/ Kapasitas (iv)
Berfungsi (v)
unit unit
10 2
√ √
Keterangan (vii)
Tahap Pelaksanaan : Lokasi Study Kelayakan DED Pembangunan Pengadaan Armada & OP
M3/hari
SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki septik komunal >10KK
unit
3
√
- IPAL Komunal
unit
23
√
2
Kondisi Tdk berfungsi (vi)
IPAL Kawasan/Terpusat
Rencana Pelaksanaan : Lokasi Study Kelayakan Pembangunan
- kapasitas M3/hari - sistem Sumber: Instrumen Sanitarian dan Bappeda Kab Rembang Tahun 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
26
: : : :
2015 2015 2012 2015
: 2016
: 2018 : 2018 : 2019
Gambar 2.4 Peta Cakupan layanan pengelolaan Air limbah domestic
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
27
(2) Kelembagaan dan Peraturan Aspek legal formal berupa peraturan dan kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Rembangselama ini belum ada, yang ada hanya Peraturan Daerah Kabupaten RembangNomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum ditetapkan 30 Desember 2011, yang mengatur antara lain tentang:
Pelayanan sanitasi adalah pelayanan pengelolaan sampah medis, pemeriksaan mikrobiologi dan konsultasi dalam rangka peningkatan pengelolaan lingkungan.
Lumpur tinja adalah kotoran manusia termasuk air seni yang dibuang ke tempat pengolahan air buangan tanpa melalui riol, yang berasal dari kegiatan pribadi atau badan.
IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja) adalah tempat yang disediakan/ditunjuk oleh pemerintah daerah untuk pengolahan lumpur tinja.
Didalam Perda tersebut bab 10 diatur retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus. Untuk saat ini pengolahan limbah domestik (lumpur tinja) di kelola oleh UPTD TPA DCKTR Kabupaten Rembang. Adapun keterlibatan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) dalam penanganan air limbah domestik utamanya terhadap pengendalian pencemaran lingkungan. Sehingga tugas dan fungsi yang dilaksanakan berkaitan dengan pelaksanaan monitoring (pengawasan), terutama mengenai baku mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan agar sesuai baku mutu yang ada dan tidak mengakibatkan pencemaran. Selain itu juga menerima pengaduan/keluhan dari masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestik. Dinkes sebagai monitoring kaitannya dengan penyediaan sarana sanitasi.
Tabel 2.12 Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI
PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah kota
swasta
masyarakat
PERENCANAAN - Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
√
- Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target
√
- Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target
√
√
PENGADAAN SARANA - Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik
√
√
√
- Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) - Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) - Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
√
√
√
- Membangun sarana IPLT dan atau IPAL
√
√
PENGELOLAAN - Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja
√
√
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang, Tahun 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
28
- Mengelola IPLT dan atau IPAL
√
- Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja
√
- Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik
√
- Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
√
√
PENGATURAN DAN PEMBINAAN - Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll)
√
- Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik
√
- Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik
√
MONITORING DAN EVALUASI - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota
√
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik
√
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik
√
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik
√
Tabel 2.13 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik Peraturan AIR LIMBAH DOMESTIK - Target capaian pelayanan pengolahan air limbah dimestik di kota - Kewajiban dan sanksi bagi pemerintahan kota dalam penyediaan layanan pengolahan air limbah domestik - Kewajiban dan sanksi bagi pemerintahan kota dalam pemperdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengolahan air limbah domestik - Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengolahan air limbah domestik di hunian rumah - Kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengolahan air limbah domestik di tempat usaha
Ketersediaan ada Tidak (sebutkan) ada
Efektif dilaksanakan
√
Pelaksanaan Belum efektif dilaksanakan
Tidak efektif dilaksanakan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
29
Keterangan
Peraturan
Ketersediaan ada Tidak (sebutkan) ada
- Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengolahan air limbah domestik di tempat usaha - Kewajiban penyedot air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik - Retribusi penyedotan air limbah domestik
Efektif dilaksanakan
Pelaksanaan Belum efektif dilaksanakan
√
√
√
√
√
- Tata cara perijinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran - Peluang keterlibatan swasta dalam pengelolahan air limbah domestik
- Kewajiban dan Sanksi bagi swasta dalam pengolahan air limbah domestik - Layanan pemerintah kab/kota bagi masyarakat yang tidak mampu dalam pengolahan air limbah domestik
Tidak efektif dilaksanakan
Ada perda 12 tahun 2011 tapi belum di lakukan
√
√
Keterangan
√
√
Ada perusahan swasta penyedot tinja
√
√
√
√
√
Pembangun an IPAL, MCK, jamban keluarga
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang, 2015
B.
Persampahan
(1)
Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang, dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu pengelolaan dari sumber sampah sampai dengan TPS, pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA, dan pengelolaan sampah di TPA. Secara rinci tanggung jawab pengelolaan sampah sebagai berikut : a. Sampah rumah tangga ke TPS Sampah/TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW; b. Sampah dari TPS Sampah/TPST ke TPA Sampah, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah; c. Sampah kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus, dari sumber sampah sampai TPS Sampah/TPST dan atau TPA Sampah, menjadi tanggung jawab pengelola kawasan d. Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah dan atau dari TPS Sampah/TPST sampai ke TPA Sampah, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
30
Ref : Draft Perda Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Rembang Adapun cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Rembang sekitar 50 % dari seluruh wilayah Kabupaten Rembang, hal ini dapat dilihat dari jumlah TPS sebanyak 27 unit TPS dan 3 unit Transfer Depo yang tersebar di wilayah Kabupaten Rembang. Sistem pengelolaan di TPA Sampah Kabupaten Rembang, dengan lokasi di Landoh, Desa Landoh, Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang, dengan luas area 3,3 Ha., pada saat ini menggunakan sistem Controlled Landfill, dilengkapi dengan IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ), adapun area yang digunakan sekitar 1,17 Ha. Di TPA Sampah Kabupaten Rembang, juga terdapat IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) masih pembangunan , yang digunakan untuk mengolah limbah padat berupa tinja, juga terdapat 1 (satu) unit komposting, untuk mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos. Keberadaan pemulung di TPA Sampah Kabupaten Rembang, saat ini berjumlah sekitar 60 orang, keberadaannya juga sangat membantu dalam pengurangan sampah secara 3 R, dimana sampah plastik, kertas dan lain-lainnya (selain organik) mereka pilah untuk kemudian mereka jual ke pengepul. Adapun cakupan pelayanan di TPA Sampah Kabupaten Rembang, adalah sampah yang berasal dari seluruh wilayah Kabupaten Rembang, sampah yang diperbolehkan dibuang di TPA Sampah adalah sampah rumah tangga (sampah padat yang berasal dari aktifitas rumah tangga) dan sampah sejenis rumah tangga (sampah padat yang berasal dari fasilitas umum dan fasilitas komersial), dari data yang ada sampah masuk ke TPA Sampah Kabupaten Rembang sekitar 326 m3/hari. Terkait sistem persampahan saat ini serta cakupan pelayanannya. Minimun informasi yang perlu ditampilkan adalah: (1) Sistem dan infrastruktur Sistem persampahan eksisting yang ada di Kabupaten/Kota serta jenis dan jumlah infrastruktur yang telah dibangun.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
31
Tabel 2.14 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan
Sumber: Pemutakhiran SSK Kab. Rembang, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
32
Tabel 2.15 Timbulan Sampah per Kecamatan Nama Kecamatan
Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur Kragan Sluke Lasem
Jumlah Penduduk Wilayah Wilayah perdesaan perkotaan
Total
orang 24.057
orang 12.029
orang 36.086
18.934
9.467
28.401
19.052 26.069
6.351 13.035
25.403 39.104
44.104
22.052
38.234
Volume Timbunan Sampah Wilayah perdesaan Wilayah Perkotaan
Total
(%)
(M3/hari)
(%)
(M3/hari)
(%)
(M3/hari)
5,73
60,14
4,85
30,07
10,58
90,22
4,51 4,54
47,34 47,63
3,82 2,56
23,67 15,88
8,33 7,10
71,00 63,51
6,21
65,17
5,26
32,59
11,47
97,76
66.156
10,51
110,26
8,90
55,13
19,40
165,39
19.117
57.351
9,11
95,59
7,71
47,79
16,82
143,38
34.128
17.064
51.192
8,13
85,32
6,89
42,66
15,01
127,98
29.200
14.600
43.800
6,96
73,00
5,89
36,50
12,85
109,50
35.439
7.088
42.527
8,44
88,60
2,86
17,72
11,30
106,32
9.334
84.007
93.341
2,22
23,34
33,90
210,02
36,12
233,35
25.574
8.525
34.099
6,09
63,94
3,44
21,31
9,53
85,25
60.058
6.673
66.731
14,31
150,15
2,69
16,68
17,00
166,83
20.034
10.017
30.051
4,77
4,04
25,04
8,81
75,13
35.610
17.805
53.415
8,48
50,09 89,03
7,18
44,51
15,67
133,54
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
33
Tabel 2.16 Cakupan Akses dan Sistem layanan Persampahan Kecamatan
Nama Kecamatan
Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur Kragan Sluke Lasem
3R Wilayah perdesaan (%) (M3) -
-
Wilayah perkotaan (%) (M3) 84 165 16
30
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
34
Total (%) 84
(M3) 165
16
30
Volume sampah yg terangkut ke TPA Wilayah Perkotaan (%) (M3) 8 52,4 9 56,7 10 66,3 3 21,9 36 229,1 9 6 13
54,3 36,7 120,6
(%) 8 9 10 3 36
Total (M3) 52,4 56,7 66,3 21,9 229,1
9 6 13
54,3 36,7 120,6
Tabel 2.17 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan
No
Jenis Prasarana / Sarana
Satuan
Jumlah/ luas total terpakai
Kapasitas / daya tampung* M3
(i) 1
2
3.
4
5
(ii) Pengumpulan Setempat - Gerobak - Becak/Becak Motor - Kendaraan Pick Up Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak sampah (beton/kayu/fiber) - Container - Transfer Stasiun - SPA (Stasiun Peralihan Antara) Pengangkutan - Dump Truck - Arm Roll Truck - Compactor Truck Pengolahan Sampah - Sistem 3R - Incinerator TPA/TPA Regional Konstruksi:lahan urug
(iii)
Kondisi
Ritasi /hari Baik
Rusak ringan (viiii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
98 2 -
1 1
6-7 3-5
23
3
6
Setiap hari
3
unit unit unit
36 -
6
1-2 -
9
18
unit unit unit
5 7 -
6 4
2-3 4-6
2 4
3 3
unit unit
5
165
-
3
2
1
2
Setiap hari
1
unit unit unit
unit
-
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
35
Keterangan** Rusak Berat (ix)
75 2
9
(x)
saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka Operasional: lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka - Luas total TPA yg terpakai - Luas sel Landfill - Daya tampung TPA 6
7
Alat Berat - Bulldozer - Whell/truck loader - Excavator / backhoe - Truk tanah IPL: Sistem kolam/aerasi/….. Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): - Efluen di Inlet - Efluen di Outlet
Ha Ha (M3/har i) unit unit unit unit
3,24
2,1
-
1
2,1
2,1
-
1
252
252
-
1
1 1
0,8
-
1
-
-
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Bidang Kebersihan dan Pertamanan Kab. Rembang, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
36
1
Gambar 2.5 Peta Cakupan Pelayanan Pengangkutan Sampah
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
37
(2) Kelembagaan dan Peraturan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian sampah di Kabupaten Rembangbaik sampah rumah tangga (sampah organik dan anorganik) maupun sampah sejenis rumah tangga (sampah organik dan anorganik dari kawasan komersial, fasilitas umum dan industri) sesuai dengan tupoksinya dilakukan oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR), Kantor Lingkungan Hidup (KLH) dan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Disperindagkop dan UMKM). 1. DCKTR: Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Peraturan dan kebijakan pengelolaan persampahan di Kabupaten Rembang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rembang nomor 8 tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Rembang nomor 10 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Rembang.Pengelolaan persampahan ditangani oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Rembang, dalam hal ini secara teknis dilaksanakan pada Bidang Kebersihan dan UPT TPA Sampah. Bidang Kebersihan melaksanakan pengurangan sampah (3R) dan penanganan sampah (antara lain pemilahan dan pengangkutan, pengomposan dll) dari sumber sampah sampai dengan pembuangan di TPA. Sedangkan UPT TPAmelaksanakan pengurangan sampah (3R) dan penanganan sampah (antara lain pemilahan dan pengangkutan, pengomposan dll). Bidang Kebersihan membawahi 3 (tiga) seksi yaitu Seksi Kebersihan Jalan, Seksi Sarana dan Prasarana Persampahan, Seksi Penyuluhan dan Pengolahan Sampah Lingkungan.Sedangkan kelembagaan yang ada di TPA Sampah Kabupaten Rembangadalah berbentuk UPT( Unit Pelaksana Teknis) dimana dalam susunan organisasinya terdiri dari seorang Kepala UPT, dan diharapkan ada 2 orang Kepala Sub Unit yaitu Kepala Sub Unit Tata Usaha, dan Kepala Sub Unit Operasi dan Pemeliharaan. 2. BLH Balai Lingkungan Hidup dalam kaitannya dengan
program pengendalian pencemaran
lingkungantelah melakukan upaya dalam pengelolaan sampah antara lain dengan penyediaan alat pembuat kompos (komposter) yang didistribusikan kepada masyarakat.Dengan alat ini,masyarakat baik melalui sektor pemerintah (kantor-kantor), sektor pendidikan (sekolah-sekolah) maupun masyarakat umum dapat mengolah sampah organiknya sendiri dengan cara pengomposan. Selain dapat mengurangi volume sampah organik,kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.Kantor LH juga memberikan bantuan alat pencacah sampah kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berinisiatif untuk membantu pemerintah dalam menangani masalah sampah di Kabupaten Rembang. 3. Disperindagkop dan UMKM Disperindagkop dan UMKM menangani pengelolaan sampah pasar. Untuk sampah pasar di kelola oleh UPTD Disperindakop, mulai dari penyapu sampah di wilayah pasar dan di jalan sekitar pasar di Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
38
kelolah masing masing UPTD, sampai di buang ke TPS sekitar pasar. Untuk pasar pagi dari pihak Disperindakop meyiapkan satu truk pengangkut sampah tiap hari yang langsung dibuang ke TPA. Sedangkan dalam lima hari sekali truk pengangkut sampah akan mengambil sampah di pasar dan di buang ke TPA. Pelayanan pengelolaan sampah tersebut
mencakup Kabupaten Rembang dimana pelayanan
pengelolaan sampah dilakukan mulai dari pengambilan sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) sampai pengangkutan ke TPA. Sedangkan dari sumber sampah ke TPS, pengelolaan dilakukan oleh masing-masing petugas dari penghasil, seperti RT, RW, sekolah, kantor, pabrik, dll. Untuk mempermudah dalam pengelolaannya, sebaiknya sampah dipisah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Kegiatan ini dapat dilakukan ketika proses pengumpulan sampah dari sumbernya,dimana sampah organik dan anorganik ditempatkan pada wadah yang berbeda karena nantinya sampah akan diolah sendiri-sendiri sesuai jenis sampahnya. Sampah organik yang jumlahnya sangat besar dapat dimanfaatkan dan diolah diantaranya dibuat kompos/pupuk.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
39
Tabel 2.18 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan Persampahan Kabupaten Rembang PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah kota Swasta masyarakat
FUNGSI PERENCANAAN - Menyusun target pengelolahan Persampahan skala kota
V
- Menyusun rencana program Persampahan dalam rangka percapaian target
V
- Menyusun rencana anggaran program Persampahan dalam rangka percapaian target
V
√
V
PENGADAAN SARANA - Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah
√
√
V
- Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS)
√
√
V
V
√
√
V
V
√
V
V
- Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
V V
- Membangun sarana TPA
V
- Menyediakan sarana komposting
V
PENGELOLAAN - Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS - Mengelola sampah di TPS
V
- Mengangkut sampah dari TPS ke TPA
V
- Mengelola TPA
V
- Melakukan pemilahan sampah*
√
- Melakukan penarikan retribusi sampah
V
- Memberikan izin usaha pengelolaan sampah
V
√
PENGATURAN DAN PEMBINAAN - Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll)
V
- Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah
V
- Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI
V
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota
V
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan
V
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan
√
V
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Taru, Kantor Lingkungan Hidup dan Disperindagkop Kab.Rembang Tahun 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
40
Tabel 2.19 Tabel Peraturan Persampahan Kabupaten Rembang Ketersediaan Peraturan PERSAMPAHAN - Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota ini - Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah - Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah - Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS - Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS - Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA - Kerjasama pemerintah kab/kota dengan
ada
Tidak ada
Efektif dilaksanakan
√
Pelaksanaan Belum efektif dilaksanakan
Tidak efektif dilaksanakan
keterangan
√
√
√
√
Mengacu pada UU No. 18/2008
√
Mengacu pada UU No. 18/2008& Permendag ri No 33 Tahun 2010
√
Perda sedang dalam proses
√
√
√
√
Pengumpul an sampah dari sumber ke TPS belum efektif
√
√
√
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
41
SE Walikota no. 650/997/10 4 tentang kebersihan dan keindahan kota
Para pemulung dan
swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah - Retribusi sampah atau kebersihan
pengepul sampah
V
V
Perda No 12 Tahun 2011
Sumber: Dinas Cipta Karya dan Taru, Kantor Lingkungan Hidup dan Disperindagkop dan UMKM, Tahun 2015 C. Drainase Perkotaan Sistem dan Cakupan Pelayanan Di Kabupaten Rembang sudah memiliki Masterplan Drainase Perkotaan Rembang. Kondisi eksisting pelayanan drainase masih dalam kawasan perkotaan Rembang. Pada umumnya, drainase lingkungan di Kota Rembang masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dan saluran limbah rumah tangga (grey water). Sistem Drainase yang ada di wilayah perencanaan di alirkan ke dalam 3 (tiga) sistem pembuang utama / sungai utama yaitu : 1. Kali Sambung, bermuara di desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter. 2. Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari dengan bentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu kali karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora. 3. Kali Bedahan, bermuara di desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kali kecil ini merupakan avour dari persawahan di desa Waru dan Magersari. Kondisi ketiga pembuangan utama tersebut merupakan saluran alam/sungai dengan penampang yang tidak beraturan. Disamping ketiga pembuang utama tersebut, masih terdapat 3 (tiga) pembuang sekunder lagi yang sudah ada / sudah dibangun yaitu : Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo, dan Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul. Berdasarkan kondisi fisik alamnya, Kabupaten Rembang direncanakan sebagai wilayah atau kota yang masih mempetimbangkan kelestarian lingkungan hidup dengan mencanangkan daerah terbuka hijau bagi kepentingan kegiatan kota, oleh sebab itu dalam mengatasi pembuangan air hujan dan air limbah perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sistem Jaringan pamatusan di kampung-kampung padat dan di daerah pembangunan perumahan baru diarahkan untuk memberikan jaringan drainase sekunder yang terpadu dengan sistim jaringan kota secara keseluruhan ; 2. Sistem pembuangan jalan harus dilengkapi saluran buangan dengan dimensi yang cukup sesuai dengan sistem jaringan kota secara keseluruhan; 3. Perlunya pemeliharaan secara intensif terhadap saluran-saluran yang ada; Dalam sistem jaringan pematusan, diperlukan saluran utama kota yang dapat memanfaatkan saluransaluran alamiah (sungai) dan saluran irigasi yang melalui wilayah Kabupaten Rembang Memberikan informasi terkait sistem pengelolaan drainase perkotaan saat ini serta cakupan pelayanannya. Minimum informasi yang perlu ditampilkan adalah:
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
42
Tabel 2.20 Lokasi Genangan dan perkiraan luas Genangan No 1 2 3 4 5
Lokasi Genangan
Luas (Ha) 0,3 0,2 0,2 0,3 0,2
Ngotet Ketanggi Sendangmulyo Sendang Mojokerto Sumber : Survey Study EHRA 2015
Wilayah Genangan Ketinggian Lama Frekuensi (M) (jam/hr) (kali/th) 0,5 1/2 1 0,5 1/2 1 0,5 1/2 1 0,5 1/2 1 0,5 1/2 1
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
43
Infrastruktur Penyebab
Jenis
Keterangan
banjir banjir banjir banjir banjir
saluran saluran saluran saluran saluran
-
Gambar 2.6 Peta Lokasi Genangan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
44
1) Sistem dan Infrastruktur Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi pelayanan, drainase terdiri atas : 1. Drainase utama (makro) 2. Drainase lokal (mikro) Drainase primer yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di perkotaan Rembang yang termasuk dalam drainase utama (makro) adalah : 1. Kali Sambung, bermuara di desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter, 2. Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari dengan bentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu kali karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora 3. Kali Bedahan, bermuara di desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kali kecil ini merupakan avour dari persawahan di desa Waru dan Magersari. Saluran drainase sekunder yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Saluran drainase sekunder di perkotaan Rembang adalah : 1. Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, yaitu Saluran Pembuang Sekunder yang membelah kota membujur dari timur ke barat yang menghubungkan Kali Sambung dengan Kali karanggeneng sejajar dengan jalan Cokroamitoto. Kondisi saluran ini sudah berupa pasangan batu kali yang disiar pada dasar dan kedua taludnya. Arah alirannya separuh bagian mengarah ke Kali Sambung dan separuh bagian lagi ke Kali karanggeneng. 2. Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo, berupa saluran pasangan batu kali yang bermuara di kali Karanggeneng di perbatasan desa Karanggeneng dan desa Pulo. Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo ini menampung air buangan dari persawahan dan kampung di desa Pulo, Ketanggi, Mondoteko, dan desa Sumberejo. 3. Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul, sebagian besar masih berupa saluran alam kondisi penampang tidak beraturan dan banyak tumbuhan air. Saluran pembuang ini bermuara di kali Sambung di desa Kabongan kidul dekat MAN Tabel 2.21 Kondisi Saluran Drainase Perkotaan Rembang No. 1 2 3
Saluran Saluran Primer Saluran Sekunder Saluran Tersiar
Volume 3.050 1.800 6.270 15.100
Sumber : DPU Kabupaten Rembang, 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
45
Dimensi M3 M3 M3 M3
D.1.40 D.0.80 D.0.70 D.0.30
Kondisi Sedang Rusak Sedang Rusak
Gambar 2.7 Peta Jaringan Drainase Kabupaten Rembang
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
46
(2) Kelembagaan dan Peraturan Pada dasarnya aspek legal formal pengelolaan drainase di tingkat kota adalah Dinas Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air (DBM & PSDA) dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) sebagaimana tertuang dalam Perda Nomor 8 Tahun 2011 dengan tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah bidang bina marga dan pengelolaan sumber daya air berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan SKPD terkait dalam Pokja. Tabel 2.22 Daftar Pemangku Kepentingan Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan FUNGSI
PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah kota swasta
Masyarakat
PERENCANAAN - Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota - Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target
√
√
√
- Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target
√
PENGADAAN SARANA - Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN - Membersihkan saluran drainase lingkungan - Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak - Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN
√
√
√
√ √
√
- Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun - Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan - Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan
√
√ √ √
MONITORING DAN EVALUASI - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan
√ √
√
Sumber: Dinas Bina Marga dan PSDA Kabupaten Rembang, Tahun 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
47
Tabel 2.23 Daftar Peraturan Terkait Drainase Lingkungan KETERSEDIAAN PERATURAN
DRAINASE LINGKUNGAN - Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di kota - Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kota dalam menyediakan drainase lingkungan
ADA (sebutkan)
TIDAK ADA
EFEKTIF DILAKSANAK AN
√
√
√
√
PELAKSANAAN BELUM TIDAK EFEKTIF EFEKTIF DILAKSANAK DILAKSANAK AN AN
- Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kota dalam memberdayakan √ √ masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan - Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase √ √ lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder - Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana √ √ drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber: Dinas Bina Marga dan PSDA Kabupaten Rembang, Tahun 2015
KETERANGAN
Usulan masyarakat diterima dan dilaksanakan sesuai prioritas hasil musrenbang Pemerintah melalui DBM&PSDA melayani pembangunan drainase sekota setiap tahun Tingkat kepedulian masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan melalui program kerja bakti masyarakat Pelaksanaan pembangunan drainase lingkungan melalui mekanisme koordinasi SKPD dalam penerbitan perijinan IMB.
Tingkat kepedulian masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan melalui program kerja bakti masyarakat
2.4. Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi Untuk kawasan area beresiko sebagian besar sudah kita bahas pada tabel Instrumen Profil Perencanaan namun bisa kita jelaskan lagi sebagai berikut : a. Area beresiko dan permasalahan air limbah domestik Permasalahan kelembagaan menjadi salah satu faktor permasalahan pengelolaan air limbah rumah tangga di Kabupaten Rembang, mengingat sampai dengan saat ini belum ada SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga, mulai dari rumah tangga sampai dengan pengolahan akhir. Perlu dilakukan revisi terhadap tugas pokok dan fungsi SKPD agar memasukkan pengelolaan air limbah dalam tugas dan kewenangan SKPD secara lebih jelas. Permasalahan buang air besar sembarangan (BABS) masih menjadi prioritas dalam penanganan air limbah rumah tangga, dimana pada tahun 2019 diharapkan sudah tidak ada Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
48
lagi praktek BABS di Kabupaten Rembang. Perlu kerjasama antar stakeholder untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar sadar dalam mengelola air limbah rumah tangga dengan baik. Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga, mulai dari truk tinja sampai dengan sarana IPLT masih perlu untuk dilakukan perbaikan. Belum adanya yang khusus mengelola IPLT menjadi permasalahan dalam operasionalisasi sarana tersebut. Selain itu faktor penganggaran masih dirasakan belum mencukupi dalam mendukung pengembangan pengelolaan air limbah rumah tangga di Kabupaten Rembang.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
49
Gambar 2.8 Peta Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
50
No 1.
Tabel 2.24 Tabel Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik Area Berisiko*) Wilayah prioritas Air Limbah Risiko 4 Bajingjowo Jatihadi Tlogotunggal Sekarsari Megulung Sudan Kedungasem Krikilan Grawan Gegersimo Kemadu Sukorejo Sendangsari
2.
Risiko 3
-
Tabel 2.25 Tabel Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik No
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (User Interface - Pengolahan Awal Pengangkutan Akhir - Pembuangan Akhir) a. Masih adanya praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) b.
Masih terdapat masyarakat yang memiliki akses terhadap jamban yang tidak sehat
c.
Jumlah truk tinja yang masih kurang ( hanya 2 unit)
d.
Belum terbangunnya IPLT
2. Aspek Non-Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi a. Belum adanya masterplan pengelolaan air limbah domestik b.
Belum adanya lembaga di SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga secara spesifik
c.
Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah Daerah Rembang
d.
Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi disektor air limbah
e.
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat
f.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga
g.
Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem yang berbasis masyarakat
h.
Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
51
b. Area Beresiko dan Permasalahan persampahan Limbah padat atau yang sering disebut sampah, menjadi hal yang sangat penting untuk dikelola. Baik dan buruknya suatu kawasan sering dinilai dari pengelolaan sampah diwilayah tersebut, bahkan dalam penilaian adipura menjadi hal yang sangat menentukan. Dalam pengelolaan sampah, masyarakat sangat memegang peran penting karena volume dan kualitas sampah yang terangkut sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Konsep 3R masih belum difahami oleh sebagian masyarakat sehingga beban tempat pemprosesan akhir (TPA) sampah menjadi semakin berat karena harus menampung sebagian besar sampah. Perlu dikembangkan konsep 3R dilingkungan masyarakat sehingga dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah, beban pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah menjadi berkurang dan masyarakat mendapatkan keuntungan dalam pengelolaan sampah tersebut. Terbatasnya sarana dan prasarana penampungan dan transportasi menyebabkan cakupan pelayanan sampah saat ini masih belum cukup untuk melayani seluruh wilayah di Kabupaten Rembang. Perlu penambahan sarana dan prasaran agar cakupan pelayanan sampah dapat terus dikembangkan, mengingat saat ini pengembangan wilayah bisnis dan industri terus bertambah. Dalam pengelolaan sampah di lapangan maupun di TPA perlu ditambah personil, mengingat saat ini jumlah personil dirasakan masih kurang untuk melayani wilayah pelayanan persampahan. Selain itu, perlu peningkatan sumber daya manusia (SDM) pengelola sampah, mengingat dengan semakin berkembangnya teknologi, perlu peningkatan kapasitas kepada SDM tersebut agar pengelolaan sampah menajdi lebih baik dengan peningkatan teknologi yang ada saat ini. Faktor pendanaan menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan pengelolaan sampah, dimana anggaran untuk Seksi Kebersihan dirasakan masih belum mencukupi untuk mendukung operasional pengelolaan persampahan.
.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
52
Gambar 2.9 Peta Area Berisiko Sanitasi Persampahan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
53
No 1.
Tabel 2.26 Tabel Area berisiko sanitasi Persampahan Area Berisiko*) Wilayah prioritas Persampahan Risiko 4 Bajingjowo Jatihadi Tlogotunggal Sekarsari Megulung Sudan Kedungasem Krikilan Grawan Gegersimo Kemadu Sukorejo Sendangsari
2.
Risiko 3
Pomahan Pranti Tulung Kumbo Sriombo Tireman Dowan Kendalagung Narukan Sumurpule Langgar Karangharjo Karangsekar Tempaling Telgawah Gedongmulyo Segoromulyo Gesikan Tanjung Dasun Ronggomulyo Sumbangejo Jinanten Dadapan Tasiksono Mojosari Labuhan Baturno
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
54
Karangturi Sidorejo Gandrirojo Pedak Jatimudo Karangmangu Bogorame Sendangwaru Gonggang Balongmulyo Karas Sulang Terjan Babadan Pragu Sendangmulyo Kaliombo Kepohagung Sudo Ringin Sidomulyo Tegalmulyo Landoh Ngemplak Suntri Gunungmulyo Leran Pengkol Karangasem Sendangmulyo Joho Tegaldowo Soditan Sambiroto Tanjungan Pamotan Jadi Kuangsan Tuyuhan Ngemplakrejo Logung Randuagung
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
55
Sarangmeduro Panohan Logede Kunir Kebloran Mlagen Kedungringin Pelemsari Wonokerto Glebeg Mlawat Kebonagung Kabongan Kidul Bajingmeduro
Tabel 2.27 Tabel Permasalahan Mendesak Persampahan No
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (User Interface-Pengumpulan Setempat-Penampungan Sementara-Pengangkutan-Pengolahan Akhir Terpusat-Pembuangan Akhir) a. Kesadaran untuk pemilahan sampah rumah tangga masih rendah b.
Pembuangan sampah di luar kontainer sehingga berceceran
c.
Masih banyak sampah yang dibakar sehingga menyebabkan polusi
d.
Masih banyak warga yang membuang sampah di sungai
e.
Kontainer sampah perlu ditambah
f.
Pengelolaan Bank Sampah belum optimal dan perlu dikembangkan
g.
Pengelolaan 3R belum optimal
h.
Kapasitas TPA sudah mulai penuh
i.
Masih kurangnya SDM petugas lapangan penyapuan jalan
2. Aspek Non-Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi a. Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator b.
SDM masih kurang memadai, baik dari kualitas maupun kuantitas
c.
Belum adanya kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak swasta ataupun investor dalam pengelolaan persampahan
d.
Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pengolahan persampahan
e.
Masih kecilnya dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah untuk sektor persampahan
f.
Anggaran Sektor Persampahan belum menjadi prioritas oleh para pengambilan kebijakan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
56
g.
Masih rendahnya dana penarikan restribusi
h.
Potensi masyarakat dalam mengelola sampah belum dikembangkan secara sistematis
i.
Masih rendahnya investasi dunia usaha ataupun pihak swasta
J
Belum adanya skema strategi untuk bekerjasama dengan swasta/kelompok masyarakat dalam pengolahan persampahan c. Area Beresiko dan Permasalahan Drainase perkotaan Perlu sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan drainase lingkungan agar tidak terjadi genangan yang sangat menganggu kesehatan masyarakat. Kondisi sarana dan prasarana drainase yang rusak menjadi permasalahan mengingat keterbatasan pendanaan dari APBD. Perlu diupayakan keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan saluran drainase, agar kondisi drainase dapat terawat dengan baik.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
57
Gambar 2.10 Peta Area Berisiko Sanitasi Drainase
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
58
No 1. 2.
Tabel 2.28 Tabel Area berisiko sanitasi Drainase Area Berisiko*) Wilayah prioritas Drainase Risiko 4 Risiko 3 Ngotet Ketanggi Sendangmulyo Sendang Mojokerto
Tabel 2.29 Tabel Permasalahan Mendesak Drainase No
Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (User Interface-Pengaliran- Pembuangan /Daur Ulang) a. Belum ada selokan sehingga grey water dan air hujan masih masuk ke comberan yang mengakibatkan genangan b.
Saluran air belum ideal sehingga terjadi sedimentasi diselokan
c.
Masih banyak sampah yang dibuang diselokan
d.
Pada umumnya, sitem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water)
e.
Kesadaran masyarakat masih rendah/pembuangan dari kamar mandi, wastafel, air hujan dan industri rumah tangga tercampur jadi satu sehingga mengakibatkan polusi
f.
Banjir dan genangan yang terjadi setiap Tahun
2. Aspek Non-Teknis : Pendanaan, Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi a. Kurangnya sosialisasi dan kampanye tentang pengelolaan drainase b.
Area cakupan yang luas terbentur dengan SDM yang ada di Dinas Cipkataru
c.
Informasi mengenai saluran yang rusak belum optimal
d.
Pengelola layanan drainase belum dilengkapi dengan uraian tugas dan kewenangan yang rinci serta belum didukung oleh anggaran yang memadai
e.
Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang sudah ada sangat rendah
Secara keseluruhan Area Beresiko Sanitasi Kabupaten Rembang dapat kita petakan sebagai berikut :
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang
59
Gambar 2.11 Peta Area Berisiko Kabupaten Rembang tahun 2015
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kab.Rembang