BAB II LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Data Data untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain : a. Data literature berupa data elektronik maupun non-elektronik yang berasal dari website dan buku. b. Wawancara dengan capster Barberbox. c. Melakukan penjajakan pendapat melalui penyebaran kuisioner kepada masyarakat ruang lingkup Jakarta.
Dengan melakukan observasi terhadap target market dari sumber penelitian, penulis mendapatkan data bahwa banyaknya orang yang masih memilih untuk mencukur rambutnya di tempat cukur rambut biasa, atau pun ke salon. Mereka memilih tempat itu karena kurang familiar dengan barbershop yang lebih berkembang di dunia barat. Selain itu juga, target penelitian penulis menjabarkan bahwa kebanyakan dari mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk menikmati jasa dari barbershop yang mengharuskan mereka pergi ke suatu tempat. Barberbox merupakan salah satu barbershop yang memiliki dasar konsep kuat, di mana mereka mengusung tema yang berhubungan dengan gentleman yang biasanya dihubungkan dengan seorang lelaki berwibawa besar. Dengan target market anak muda yang memiliki ketertarikan terhadap penampilan dan termasuk dalam kalangan menengah ke atas, Barberbox menyesuaikan desain dan pelayanan yang sesuai juga.
2.1.2 Data Literatur 2.1.2.1 Sejarah Barberbox
3
4 Lahir dari kekecewaan akan pelayanan dan hasil cukur barbershop pada umumnya, barbershop yang digawangi Putra ( 22 tahun ) dan Emir ( 20 tahun ) ini terletak disamping lapangan Blok S. Dengan konsep interior industrialis, Barberbox hadir menawarkan layanan yang cukup unik yaitu pelayanan potong rambut di malam hari pada hari weekend. Tetapi tidak itu saja, barbershop yang memasang tariff yang tidak terlalu mahal ini juga buka mulai pukul 10 pagi di hari biasa dan pukul 9 di kala weekend.
2.1.2.2 Sejarah Logo Barberbox
Gambar 2.1 Logo Barberbox
Logo Barberbox terbentuk dari namanya yang khas yaitu “Kotak Barber”.
2.1.3 Hasil Wawancara [Yayan Firmansyah, Capster Barberbox]
“Bagaimana kondisi konsumen yang sering datang ke Barberbox ini?” “Kebanyakan yang datang ke tempat ini biasanya anak-anak muda yang kira-kira seumuran 20 tahunan. Tapi gak sedikit juga yang datang itu orang yang cukup tua tapi masih dalam kategori muda,
5 seperti umurnya yang sudah mendekati kepala 3. Tetapi memang dominan lebih ke anak mudanya sih.”
“Menurut anda, bagaimana reaksi konsumen menyambut barbershop yang nyatanya di Indonesia masih kalah pamornya dengan tukang cukur atau salon?” “Sebetulnya
untuk
klasifikasinya
sendiri
sudah
beda
antara
barbershop dengan salon, barbershop biasanya difokuskan untuk konsumen pria. Sejauh ini memang banyak masyarakat yang belum mengenal barbershop dan lebih memilih untuk potong rambut di tukang cukur atau pun salon. Tetapi semakin berkembangnya , semakin banyak anak muda yang memilih tempat-tempat potong rambut yang memiliki gaya tertentu, contohnya ya di Barberbox ini.”
“Bagaimana mengkondisikan diri anda untuk menjadi caster di dalam barbershop?” “Sebagai caster di barbershop, tentu kita akan banyak membantu orang untuk memilihkan gaya atau pun menyarankan gaya yang cocok bagi konsumen. Selain itu juga, tidak sedikit konsumen yang suka bercerita tentang kehidupannya karena barbershop memang tempat untuk komunitas.”
“Barberbox mengusung tema Gentleman, apakah ada kesulitan untuk menyesuaikan diri anda dengan tema tersebut?” “Kalau dari diri saya sendiri sebetulnya tidak ada kesulitan sama sekali. Gentleman merupakan tema yang cocok untuk barbershop, terutama Barberbox ini. Orang-orang yang datang kesini pun lebih punya gambaran untuk memiliki gaya potongan rambut seperti apa karena tema tersebut.”
“Barberbox sendiri menyediakan jasa late-night cutting service, bagaimana tanggapan konsumen terhadap gagasan tersebut?”
6 “Banyak yang antusias tetapi ada yang biasa saja juga, beberapa orang mengganggap hal tersebut dapat membantu, tetapi ada juga yang berfikir apakah akan ada orang yang potong rambut malam-malam.”
“Barberbox lahir dari kekecewaan konsumen, sebetulnya apakah yang membuat konsumen kecewa terhadap kinerja barbershop atau jasa potong rambut lain di Indonesia?” “Orang Indonesia sendiri masih banyak yang memotong rambutnya di tukang cukur rambut di pinggir jalan atau pun ke salon. Salahnya yang terjadi di sana biasanya capster tidak menyesuaikan pemotongan rambut dengan gaya atau pun sifat dari konsumennya itu sendiri. Beberapa konsumen juga memilih tempat potong rambut yang asal murah, jadi hasilnya tidak maksimal. Untuk kita dilatih untuk lebih bisa memahami konsumen, dan juga biasanya kita menawarkan gaya potongan rambut sambal mengobrol, jadi lebih enak.”
“Bagaimana reaksi anda tentang hype yang terjadi di Indonesia dengan maraknya barbershop yang berlomba untuk menarik perhatian konsumen?” “Ya, belakangan ini memang banyak barbershop baru yang buka dan juga memang sudah ada yang berdiri sejak lama. Tetapi dari masyarakat sendiri sebetulnya masih banyak yang belum mengenal apa itu sebenarnya barbershop dan lebih memilih untuk potong rambut di tempat cukur rambut pinggir jalan. Menurut saya hype ini sangat membantu kita sebagai capster karena bakal makin banyak konsumen yang datang kepada kita. Intinya dampaknya positif walaupun semakin banyak saingan. Asal terbukti kualitasnya, pasti akan ramai.”
“Bagaimana menurut anda tentang potong rambut keliling di bawah pohon rindang yang dahulu kala sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia?” “Saya masih ingat saat saya kecil, hal itu masih sering kita lihat tukang cukur rambut yang menggunakan sepeda memotong rambut
7 konsumennya di bawah pohon yang rindang. Sebetulnya opportunitynya itu besar. Biasanya orang berkumpul di bawah pohon, dan tibatiba ada tukang cukur yang datang, ya pasti mereka berfikir sekalian saja potong rambut. Tetapi untuk zaman sekarang mungkin sulit, karena nanti rambutnya yang di potong dikira mengotori daerah umum. Tapi mungkin dengan pengembangan sedikit bisa menggaet konsumen lebih banyak lagi.”
“Jika ada pengembangan barbershop yang mobile atau berjalan, bagaimana tanggapan anda?” “Seperti mobil starbucks yang kaya di acara-acara itu ya? Menurut saya itu sangat bagus sekali, di mana konsumen bisa terjaring dengan lebih baik dan juga banyak orang yang tidak kesulitan harus datang ke suatu tempat untuk potong rambut. Kalau bisa sih sekalian jasa potong rambut datang ke rumah saja.”
“Kesan anda bekerja sebagai capster atau hairstylist?” “Wah saya sih belum bisa disebut sebagai hairstylist, saya potong rambut pun belum lama. Tetapi rasanya sih saya senang kerja jadi capster, karena banyak orang yang dapat kita temuin dan juga berbeda-beda sifatnya. Ada yang bisa diajak ngobrol, ada juga yang pendiam. Ada yang sangat peduli sama rambutnya, ada juga yang asal jadi yang penting rapi. Pokoknya dari hal rambut aja, orang sudah banyak macamnya.”
2.1.4 Hasil Survey Penulis telah membuat beberapa daftar pertanyaan yang disebarkan dalam bentuk kuisione online, dan sudah mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil survey yang didapatkan dari 263 koresponden, 184 orang atau 70% masyarakat paling sering potong rambut di salon wanita, dan 58 orang atau 22% menyatakan potong rambut di barbershop, diikuti dengan 21 orang atau 5% memilih memotong rambut di tempat yang tidak disebutkan ( di luar salon dan barbershop ). Selain itu juga, penulis mengajukan pertanyaan mengenai jangka potong rambut yang dibagi menjadi
8 tiga bagian, yaitu 2 – 3 bulan dengan koresponden total 71%, dibawah 2 bulan dengan koresponden 22%, dan di atas 3 bulan dengan koresponden 7%. Penulis juga meminta koresponden untuk menjawab beberapa alasan utama yang menyebabkan koresponden untuk tidak memotong rambutnya dan dapat menyimpulkan beberapa alasan, yaitu : jarak yang jauh untuk tempat potong rambut, tidak ada waktu, kurang cocok dengan gayanya, ramai atau harus antri, dan terakhir masalah harga.
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Definisi Brand Brand dapat diartikan pula sebagai asal atau sumber dari suatu produk atau pembeda sebuah produk dari produk lainnya. Karena pengertian brand berbeda dengan produk. “Produk meliputi benda-benda fisik, jasa layanan, toko eceran, bisnis online, orang, organisasi, tempat maupun ide. Sedangkan brand ada untuk sebuah produk, namun pada brand dapat ditambahkan dimensi yang menjadi pembeda dari produk-produk lain yang didesain untuk memenuhi kebutuhan yang sama. (Keller,2003:32-33).
Menurut definisi AMA tersebut, kunci penciptaan sebuah brand adalah kemampuan memilih nama, logo, simbol, desain kemasan, atau atribut-atribut lain
yang
membedakan
sebuah
produk
dengan
produk
lainnya.
Komponenkomponen yang berbeda dari brand yang berfungsi sebagai pembeda dikenal dengan istilah brand element. Secara teknis, ketika seseorang menciptakan nama baru, logo, atau simbol sebuah produk baru, ia telah menciptakan sebuah brand.
2.2.2 Definisi Identitas Visual Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas memiliki arti sebagai ciriciri atau keadaan khusus seseorang, sedangkan untuk visual mempunyai arti sebagai sesuatu yang bisa dilihat dengan indra penglihat yaitu mata. Identitas
9 Visual
dalam
pengertian
umum
adalah
gambar/goresan
yang
merepresentasikan satu/lebih pesan dengan maksud tertentu.
Menurut Van den Bosch, et al (2005), visual identitas perusahaan merupakan adalah awal untuk membuat reputasi perusahaan dan memiliki pengaruh pada prestasi perusahaan. Balmer dan Gray (2003) mendeskripsikan bagaimana brand perusahaan hampir tidak mungkin untuk ditiru, sebagaimana identitas visual perusahaan sudah dipatenkan dan esensi sentral dari brand tidak berwujud nyata.
2.2.3 Landasan Teori Berikut ini merupakan landasan-landasan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian Tugas Akhir mengenai perancangan identitas visual Barberbox.
2.2.3.1 Teori Branding Branding adalah proses disiplin yang digunakan untuk membangun kesadaran dan memperluas loyalitas pelanggan. Hal ini membutuhkan perintah dari atas dan kesiapan berinvestasi untuk masa depan. Branding adalah tentang bagaimana merebut setiap kesempatan untuk mengungkapkan kenapa orang harus memilih satu merek dibanding merek yang lain. Keinginan untuk memimpin, melebihi kompetisi, dan memberikan karyawan alat terbaik untuk menjangkau konsumen adalah alasan mengapa pengaruh branding perusahaan. ( Wheeler, A. 2009:18 )
Re-branding dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan mencoba untuk melakukan penempatan posisi atau lokasi secara berbeda dalam pasar. Di mana hal-hal positif yang didapat menjadi seperti sebuah produk/jasa yang benar-benar baru. Re-branding tersebut bisa diaplikasikan pada perubahan radikal baik pada logo, nomo, persepsi, strategi pemasaran atau tema-tema iklan dan promosi.
Elemen identitas brand terdiri dari:
10 • Nama : Kata yang digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan, produk, pelayanan, atau konsep. • Logo : Merek dagang visual yang mengidentifikasi brand • Slogan : Kata atau pun serangkaian kata yang digunakan untuk beriklan dan menggambarkan perusahaan • Bentuk : Bentuk yang mewakili gambaran perusahaan, biasanya menjadi dasar dalam pemilihan logo dan stationery. • Warna : Warna yang mewakili perusahaan dan biasanya digunakan sebagai warna dasar produk
2.2.3.2 Teori Tipografi Tipografi yang berasal dari bahasa Yunani typos ( bentuk ) dan grafo ( menulis ) adalah seni dan teknik dalam mengatur huruf. Ini memiliki dampak besar bagaimana kita terinspirasi untuk membaca sebuah teks dan sedalam apa ketertarikan kita terbawa. Tipografi yang didesain dengan baik juga dapat berisi referensi visual mengenai isi. Meskipun tipografi juga membentuk gambaran dalam pikiran pembaca, tujuan utamanya adalah untuk membuat teks ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan lebih menarik. Saat menggunakan tipografi, banyak hal yang harus diperhatikan untuk memberikan akses yang mudah untuk konten. Legibilitas dan keterbacaan merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan. Keterbacaan mengarah kepada pengaturan katakata dan blok dari kata, sedangkan legibilitas mengacu pada bagaimana typeface didesain dan seberapa baiknya satu karakter individu dapat dibedakan dari yang lain. ( Rustan, S. 2011 )
2.2.3.3 Teori Warna Dalam bahasa Indonesia, warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer ( dapat berupa mata kita ataupun alat ukur ). Menurut Anne Dameria ( 2007 ), warna bersangkut paut dengan persepsi dan interpretasi subyektif, seperti beberapa contoh sebagai berikut:
11 •
Biru : Tenang, menyejukkan, kebenaran, kontemplatif, damai, intelegensi tinggi, mediatif, emosional, egosentris, racun.
•
Hijau : Alami, sehat, sensitif, stabil, formal, toleransi, harmonis, keberuntungan, pahit
•
Kuning : Terang, kehangatan, segar, cepat, jujur, adil, tajam, cerdas, sinis, kritis, murah / tidak eksklusif
•
Hitam : Keabadian, keanggunan, kuat, kreativitas, magis, idealis, fokus, terlalu kuat, superior, merusak, menekan.
•
Ungu : Agung, keindahan, artistik, personal, mistis, angkuh, sombong, diktator
•
Pink : Romantis, sensual, lembut, ceria, jiwa muda
•
Orange : Kreatif, optimis, muda, kreatif, keakraban, dinamis, persahabatan, dominan, arogan.
•
Merah : Panas, penuh energi, hidup, cerah, pemimpin, gairah, kuat, panas, bahaya, emosi yang meledak, agresif, brutal.
•
Coklat : Alami, positif, stabilitas, hangat
•
Putih : Bersih, murni, jujur, polos, higienis, monoton, kaku.
2.2.4 Faktor SWOT Analisa dengan menggunakan faktor SWOT : Strength - Desain lebih fleksibel dan lebih terlihat nyaman dengan konsep baru yang diterapkan yaitu “Break Time” Weakness - Desain yang diterapkan masih kurang kuat dalam penempatan konsep baru dibanding dengan konsep yang dibangun dari awal oleh pendirinya Opportunity - Banyak masyarakat Jakarta yang peduli akan pentingnya penampilan baik untuk dirinya sendiri maupun tempat yang disinggahi - Dengan desain yang lebih terlihat nyaman dan fleksibel, akan menarik perhatian konsumen dalam jangka yang lebih luas - Perkembangan konsumen membuat desain yang lebih fleksibel lebih mudah diterima di kalangan masyarakat
12 Threat - Akan membuat konsumen memiliki persepsi lain antara tempat potong rambut / barbershop dengan coffe shop
2.3 Target Target Audience dari Barberbox ini adalah semua kalangan, namun lebih dikhususkan ke segmen kelas menengah dan menengah keatas. Geografis
: Penduduk Jakarta
Demografi
: Usia 23 – 28
Gender
: Pria
Pekerjaan
: Pekerja Kantoran, pebisnis, figur publik
Status Ekonomi
: A-B
2.4 Kompetitor Dengan makin berkembangnya tuntutan masyarakat mengenai gaya rambut dan style, makin banyak pula barbershop yang buka untuk menutupi kekurangan dari penyedia jasa sebelumnya. Kompetitor Barberbox terbilang cukup banyak dalam bidang penyedia jasa potong rambut, salah satunya yaitu PAX Wijaya yang sudah berdiri sejak tahun 1965. Dengan dedikasi yang cukup lama, PAX Wijaya sudah memiliki banyak pelanggan yang setia. DiHoek barbershop, merupakan kompetitor lainnya bagi Barberbox. Dengan letaknya yang sangat strategis, yaitu di daerah Kemang Selatan di mana banyak anak muda yang berkumpul dan bercengkrama, DiHoek cukup sukses menggaet berbagai pelanggan setia. Selain itu, masih banyak barbershop lain yang memiliki spesialisasi masing-masing dan tidak kalah untuk dibandingkan. Seperti halnya, Ugo barbershop dan Alexander barbershop. Berangkat dari kekecewaan akan pelayanan dan hasil cukur barbershop pada umumnya, maka lahirlah Barberbox yang ingin menyembuhkan kekecewaan tersebut dengan pelayanan terbarunya.