7
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Teori 2.1.1
Pengertian Manajemen Pemasaran “Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus
atau
mengelola”.
(http://www.
geocities.
com/agus_
lecturer
/manajemen
untuk
menciptakan,
/pengertian_ manajemen.htm) Pemasaran
umumnya
dipandang
sebagai
tugas
memperkenalkan, dan menyerahkan produk (baik barang maupun jasa) kepada konsumen akhir atau perusahaan. Menurut Kotler (2004, p7), “Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain”. “Manajemen pemasaran adalah kegiatan pengaturan secara maksimal fungsifungsi pemasaran agar kegiatan pertukaran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dapat berjalan lancar dan memuaskan”. (http://www.edukasi.net/modulonline/MO11/eko206_10.htm)
2.1.2
Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau marketing mix menurut Kotler (2004, p18) adalah
“Seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”. Bauran pemasaran antara lain adalah:
8
1. Produk (product) merupakan kombinasi “ barang dan jasa ” yang perusahaan tawarkan kepada pasar sasaran. 2. Harga (price) adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang atau jasa untuk dapat memiliki atau menggunakan barang atau jasa. 3. Tempat (place) merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran 4. Promosi (promotion) merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya.
2.1.3
Jasa Menurut Kotler dan Amstrong (2004, p337), “Produk merupakan semua yang
dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya”. Produk tidak hanya terdiri dari barang yang berwujud, tetapi definisi produk yang lebih luas meliputi objek fisik, jasa, kegiatan, orang, tempat, organisasi, ide, atau campuran dari hal-hal tersebut. Produk dapat disubtitusi dengan istilah pemuas (satisfier), sumberdaya (resources), atau tawaran pemasaran (marketing offer). Dalam hal ini, pendidikan dikategorikan sebagai produk jasa. Menurut Kotler (2002, pp446-449), “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun”. Oleh karena itu, karakteristik dari jasa yaitu:
9
a. Intagibility (tidak berwujud) Jasa bersifat tidak berwujud, maksudnya jasa tidak berbentuk sehingga tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Maka tidak ada kepastian atas mutu dari jasa tersebut. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan berusaha mencari tanda atau bukti dari mutu jasa lewat tempat, orang, peralatan, alat komunikasi simbol dan harga yang mereka lihat. b. Inseparability (tidak terpisahkan) Pada umumnya jasa dihasilkan dan konsumsi secara bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan, dalam persediaan, didistribusikan melewati berbagai penjual, kemudian baru dikonsumsi. c.
Variability (bervariasi) Karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu dilakukan, maka jasa sangat bervariasi.
d. Perishability (mudah lenyap) Jasa tidak bisa disimpan dan mudah lenyap. Tetapi hal itu tidak akan menjadi masalah bila permintaan tetap karena mudah untuk lebih dahulu mengatur staf untuk melakukan jasa itu.
2.1.4
Pendidikan 2.1.4.1
Jasa Pendidikan Menurut Kotler (2002, p201), didunia ini pendidikan terdapat tiga
tingkat kepedulian institusi dalam menanggapi keinginan dan kebutuhan konsumen yang berhubungan dengan kepuasan. Tingkatan tersebut adalah:
10
a. Unresponsive Institution Biasanya lembaga ini menggambarkan mental birokratis sehingga masalah yang dihadapi seseorang akan dipecahkan sesuai dengan prosedur lembaga tersebut, bukan lembaga yang prosedurnya disusun dalam menanggapi masalah orang tadi. b. Casually Responsive Institution Perhatian pengurus kampus tidak saja terpusat pada proses belajar dan mengajar, namun mereka mulai mendengarkan tanggapan mahasiswa. Keberhasilan dalam meningkatkan kepuasan mahasiswa tergantung pada lembaga tersebut untuk mewujudkan harapan mahasiswa. c.
Highly Responsive Institution Lembaga ini mirip dengan lembaga sebelumnya tetapi ditambah dengan dua hal lagi, yaitu keinginan dan harapan mahasiswa yang belum dipenuhi untuk meningkatkan pelayanannya. Serta memilih dan melatih dosennya agar memikirkan kebutuhan yang dibutuhkan mahasiswa.
2.1.4.2
Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. (Adrian, http://artikel.us/art05-65.html)
11
Sehingga,
pendidikan
bermakna
suatu
proses
pengajaran,
pembelajaran seseorang sehingga berkembang menuju kedewasaan sesuai dengan karakternya.
2.1.4.3
Perguruan Tinggi Menurut
http://www.theceli.com/dokumen/produk/1961/22-
1961.htm, “Perguruan Tinggi adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan tingkat menengah, dan yang memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan kebangsaan Indonesia dan dengan cara ilmiah”.
2.1.4.4
Jurusan Menurut Peraturan Pemerintah RI No.30 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Tinggi, Pasal 65 Butir pertama menyebutkan bahwa “Jurusan merupakan unsur pelaksana akademik yang melaksanakan pendidikan profesional dan/atau akademik dalam sebagian atau satu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu”. (Yahya Ganda (2004, p162)) Di Universitas Bina Nusantara, Jurusan Manajemen didirikan pada tahun 1996, dan telah berhasil mendapatkan akreditasi dengan nilai A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi DEPDIKNAS RI pada tanggal 9 Januari 2004.
12
2.1.5
Peminatan Manajemen Untuk
memberikan
kesempatan
bagi
para
mahasiswa
Program
studi
Manajemen UbiNus untuk mengasah kemampuannya bersikap kreatif, analitif dan intuitif, berdasarkan kompetensi yang diminati, UbiNus menyediakan tiga pilihan peminatan yang unik dan spesifik, serta yang berbeda dengan universitas lainnya. Dikutip dari www.binus.ac.id, peminatan tersebut antara lain adalah: •
Kewirausahaan (Enterpreneurship), menjadikan lulusan program studi manajemen sebagai pelaku bisnis yang mampu menganalisa peluang, serta berkompeten dalam merancang dan mengelola strategi bisnis yang berdaya saing tinggi secara mendiri dan profesional.
•
Pemasaran Internasional (International Marketing), menjadikan lulusan program studi manajemen sebagai pelaku bisnis yang mampu menganalisa kondisi pasar, serta berkompeten dalam merancang dan mengelola strategi pemasaran berdasarkan kondisi bisnis global.
•
E-Bisnis (e-Business), menjadikan lulusan program studi manajemen sebagai pelaku bisnis yang memiliki mampu menganalisa trend Teknologi Informasi (TI) , serta berkompeten dalam merancang dan mengelola rutinitas manajerial bisnis dengan memanfaatan TI.
Tabel 2.1 Mata Kuliah Peminatan Kode
Peminatan Kewirausahaan
SKS
J0374
Kewirausahaan
4
J0402
Strategi Bisnis
2
J0464
Studi Kelayakan Bisnis
4
13
J0494
Manajemen Perubahan
4
J0652
Seminar Kewirausahaan
2
Kode
Peminatan Pemasaran Internasional
SKS
J0384
Perilaku Konsumen
4
J0412
Riset Pemasaran
2
J0474
Pemasaran Internasional
4
J0504
Strategi Pemasaran
4
J0662
Seminar Pemasaran
2
Kode
Peminatan e-Bisnis
SKS
J0394
Perancangan Situs Web
4
J0422
Manajemen e-Corporation
2
J0484
Aplikasi dan Penerapan e-Bisnis
4
J0514
Strategi dan Pemasaran e-Bisnis
4
J0672
Seminar eBisnis
2
Sumber: http://www.binus.ac.id/majors/undergraduate/management/Curriculum.asp
2.1.6
Belajar Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta
didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku
14
dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar. (Adrian, http://artikel.us/art05-65.html). Menurut Adrian pada artikel yang berjudul: “Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa” (http://artikel.us/art05-65.html), belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah, maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna. Sedangkan menurut Suwardjono dalam artikelnya yang berjudul: “BelajarMengajar
di
Perguruan
Tinggi:
Redefinisi
Makna
Kuliah”
(http://www
.inparametric.com/inparametric/download.php?view.1) mengatakan bahwa: “belajar merupakan kegiatan individual, yang sengaja dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu. Belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan diantara berbagai alternatif strategik untuk mencapai tujuan individual.” Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua pendapat tersebut mengenai pengertian belajar adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam pencapaian tujuan pribadinya yang dapat mengakibatkan perubahan-
15
perubahan yang dapat saja berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran, serta tingkah laku.
2.1.7
Motivasi Motivasi memiliki peranan yang amatlah penting dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut Hadis (2006, p30), dan Dimyati dan Mudjiono (2006, pp86-88), ditinjau dari sumber motivasi, jenis motivasi yang dimiliki individu dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu: •
Motivasi yang sifatnya bawaan atau kebutuhan organik (motivasi primer), yaitu motivasi-motivasi yang diisyaratkan secara biologis. Misalnya dorongan untuk makan, minum, dan berbagai kegiatan lainnya yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam mempertahankan hidup individu.
•
Motivasi yang sifatnya dipelajari (motivasi sekunder), misalnya dorongan untuk mempelajari materi pelajaran tertentu dan dorongan untuk mengejar suatu kedudukan.
Motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda. Menurut Marx yang dikutip dari buku Belajar dan Pembelajar (Dimyati dan Mudjiono (2006, p88)), menyatakan bahwa motivasi sekunder dapat digolongkan menjadi (i) kebutuhan organisme, seperti motif ingin tahu, berprestasi, dan memperoleh kecakapan, dan (ii) motif-motif sosial, seperti kasih sayang, kebebasan, dan kekuasaan.
16
Menurut Hadis (2006, pp30-31); Dimyati dan Mudjiono (2006, pp90-92) jika ditinjau dari segi relevansi motivasi dengan tujuan tingkah laku, maka motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar diri individu. Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar, seperti adanya hadiah, menghindari hukuman, dan ijazah. Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Contoh: seorang siswa akan belajar dengan giat untuk mencapai hasil yang memuaskan agar ia mendapatkan hadiah dari orang tua atau gurunya. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa membutuhkan adanya rangsangan dari luar, orang melakukannya dikarenakan rasa senang. Motivasi intrinsik lahir secara alamiah pada diri individu tanpa dipengaruhi oleh pengaruh dari luar. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah tersebut. Contoh: seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk menguasi ilmu tanpa menunggu hadiah dari guru dan pihak lainnya. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang menurut artikel “Motivasi” (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html), yaitu: 1. Motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation), yaitu motivasi yang dimiliki seseorang yang dikarenakan oleh rasa takut akan adanya sesuatu yang buruk apabila ia tidak menjalankan sesuai dengan aturan
17
atau perintah. Misalnya: seseorang membeli polis asuransi karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, anak dan istrinya akan menderita. 2. Motivasi karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation), yaitu motivasi yang muncul dikarenakan oleh adanya keinginan untuk mencapai sasaran atau prestasi tertentu. 3. Motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu motivasi yang timbul karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Sebagai contoh, seseorang yang telah menemukan misi dalam hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai tu dapat berupa rasa kasih (loves) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalankan hidupnya. Dan orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekedar untuk memperoleh sesuatu (seperti uang, harga diri, kebanggaan, dan prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi dalam hidupnya.
2.1.8
Motivasi Belajar Menurut Hadis (2006, p30), motivasi belajar adalah penggerak yang timbul
dari dalam diri individu atau siswa yang mendorong individu melakukan aktivitas belajar. Menurut Kurniawan (2000, p45), ada dua faktor yang mempengaruhi kemauan belajar seseorang, yaitu: 1. Drive of learning menyangkut curiousity, rasa ingin tahu, sehingga selalu melakukan eksplorasi terhadap ilmu pengetahuan. Ada tiga pendorong yang menghambat proses drive of learning, yaitu:
18
a. Keluarga Keluarga yang sadar bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan akan sangat mendorong anaknya untuk selalu belajar lebih giat. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Bagi yang belum menyadari pendidikan sebagai suatu kebutuhan dalam kehidupan akan memandangnya sebagai suatu kewajiban. Hal ini mengakibatkan pendidikan menjadi beban dan cenderung dilakukan tidak sepenuh hati, sehingga pelaku gagal atau memperoleh hasil yang tidak memuaskan. b. Sekolah Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap anak didiknya untuk belajar. Semua peraturan dan sistem pendidikan di sekolah merupakan sesuatu yang harus dipatuhi oleh semua anak didik. Sistem pendidikan di sekolah yang diperankan oleh guru atau dosen sangat mempengaruhi anak didiknya untuk belajar atau tidak belajar. Hal ini sangat nyata terlihat pada sekolah-sekolah favorit yang penuh disiplin sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi. c.
Masyarakat Masyarakat
dan
bangsa
merupakan
komunitas
yang
juga
memperngaruhi seseorang dalam proses belajar. Ekonomi, sosial, dan budaya suatu masyarakat dan bangsa mempunyai kaitan erat dalam dunia
pendidikan
baik
kebiasaan,
gaya,
dan
budaya
belajar.
Masyarakat negara maju telah mempunyai pendidikan yang sangat disiplin dan bermutu. Apresiasi masyarakat terhadap pendidikan sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Segala nilai perubahan dan
19
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan erat dengan pendidikan. 2. Necessity atau kebutuhan dan keterpaksaan (sense of crisis). Seseorang yang belajar karena kebutuhan didorong oleh rasa ingin tahu sehingga mau melakukan eksplorasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam kondisi ini orang tersebut sangat memahami arti ilmu pengetahuan bagi dirinya. Belajar merupakan suatu kenikmatan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Sedangkan
seseorang
yang
belajar
karena
sense of crisis atau
keterpaksaan didorong oleh suatu ancaman, biasanya di bawah tekanan ekonomi dan tekanan sosial lainnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006, p97), terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain: a. Cita-cita atau aspirasi siswa Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan, serta perkembangan kepribadian. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan
berlangsung
sesaat
atau dalam
jangka
waktu singkat,
sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Kemauan telah disertai dengan perhitungan akan sehat. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Sehingga cita-cita
20
akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. b. Kemampuan siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Misalnya saja, keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi hurufhuruf. c.
Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Contohnya, anak yang sakit akan enggan untuk belajar dan akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa itu sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran dan dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran.
d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Misalnya, bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lngkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan
21
pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan internet semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan mendinamiskan motivasi belajar. Misalnya, dengan melihat tayangan televisi mengenai pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. f.
Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa yang terjadi dalam sekolah meliputi: (i) menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (iii) membina belajar tertib pergaulan, dan (iv) membina belajar tertib lingkungan sekolah. Tetapi upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, masyarakat, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain.
2.1.9
Indeks Prestasi Mahasiswa/i Menurut Tulus (2004, pp75-76) “Prestasi merupakan hasil yang dicapai
seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di Perguruan Tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi
belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen.
22
Indeks prestasi adalah penilaian keberhasilan mahasiswa yang dinyatakan dengan nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi. (http://baak.unikom.ac.id/akademik/ evaluasi/ ip.html)
2.1.10 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa/i Faktor–faktor yang penting dan mendasar yang ikut memberi kontribusi bagi keberhasilan mahasiswa dalam mencapai hasil belajar yang baik menurut Merson U. Sangalang terdiri dari: kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara
belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar. Tulus (2004, p78). Agar hal ini menjadi lebih jelas diuraikan sebagai berikut: 1. Faktor Kecerdasan Dalam Macmillan Dictionary, kata intelligence (kecerdasan) diberi arti sebagai Ability to learn from experience, solve problem rationally, and to
modify behaviour with changes in environment, faculty, of understanding and reasoning. Biasanya kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional matematis. Rumusan diatas menunjukkan kecerdasan menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami, mengerti, memecahkan problem, tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya. Apabila kecerdasan dimengerti seperti itu, lalu dikaitkan dengan tujuh macam kecerdasan menurut Howard Gardner, potensi kecerdasan sesungguhnya bukan hanya kecerdasan rasional, melainkan kecerdasan yang beragam (jamak).
23
Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang mahasiswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, yang termasuk prestasi–prestasi lain sesuai dengan macam–macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya. 2. Faktor Bakat Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya sebagai orang tua. Bagi seorang mahasiswa bakat bisa berbeda dengan mahasiswa lain. Ada mahasiswa yang berbakat dalam bidang ilmu sosial, ada yang ilmu pasti. Karena itu, seorang mahasiswa yang berbakat dibidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi dibidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat–bakat yang dimiliki mahasiswa tersebut apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi tinggi. Sebaiknya seorang mahasiswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya. Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan. 3. Faktor Minat dan Perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seseorang mahasiswa menaruh minat
pada
satu
pelajaran
tertentu,
biasanya
cenderung
untuk
memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik dan prestasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu, seorang mahasiswa menaruh minat dan perhatian yang
24
tinggi dalam proses pembelajaran dikampus. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam pembelajaran. 4. Faktor Motif Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau mahasiswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Mahasiswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya. 5. Faktor Cara Belajar Keberhasilan studi mahasiswa dipengaruhi juga oleh cara belajar mahasiswa. Cara belajar yang efesien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien sebagai berikut: a) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar. b) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima. c) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha menguasainya dengan sebaik-baiknya. d) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal. 6. Faktor Lingkungan Keluarga Sebagian waktu seorang mahasiswa berada dirumah. Orang tua, dan adik– kakak mahasiswa adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi mahasiswa. Maka orang tua sudah
25
sepatutnya mendorong, memberi semangat, membimbing dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Selain hal itu, perlu suasana hubungan komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak-anak serta keadaan keuangan keluarga yang tidak kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar anak. Hal-hal tersebut ikut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. 7. Faktor Kampus Selain keluarga, kampus adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu, kampus merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, sprititual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila kampus berhasil menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran hubungan dan komunikasi tiap orang di kampus berjalan baik. Metode pembelajaran aktif– interaktif, sarana penunjang cukup memadai, mahasiswa tertib disiplin. Maka, kondisi kondusif tersebut mendorong mahasiswa saling berkompetisi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar mahasiswa akan lebih tinggi.
Jadi, keberhasilan mahasiswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran yang sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan dosen. Suasana keluarga yang memberi
26
dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan kampus yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif, bagi kegiatan kompetisi mahasiswa dalam pembelajaran.
2.1.11 Faktor Penghambat Prestasi Mahasiswa/i Menurut Rahayu (Tulus, 2004,p83), “Hambatan itu berasal dari dalam dirinya, tetapi juga dari luar dirinya”. •
Penghambat dari dalam Penghambat dari dalam meliputi sebagai berikut: 1) Faktor Kesehatan Mahasiswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat. Hal itu membuatnya tertinggal pelajaran. Prestasi mahasiswa ini kemungkinan belum optimal. 2) Faktor Kecerdasan Siswa yang tingkat kecerdasannya mudah akan menyebabkan kemampuan mengikuti kegiatan pembelajaran agak lambat. Kalau dia berada dalam kelas yang rata-rata tingkat kecerdasannya tinggi, kemungkinan akan tercecer dalam pembelajaran. Hasil yang dicapaipun belum tentu sampai optimal. Selain itu juga kecerdasan sangat
mempengaruhi
cepat/lambatnya
kemampuan
belajar
mahasiswa. 3) Faktor Perhatian Perhatian disini terdiri dari perhatian dalam belajar di rumah dan kampus. Perhatian belajar di rumah kerapkali terganggu oleh acara televisi, kondisi rumah dan kondisi keluarga. Perhatian belajar di kampus terganggu oleh kondisi kelas dan suasana pembelajaran,
27
serta lemahnya upaya diri berkonsentrasi. Perhatian yang kurang memadai
tersebut
akan
berdampak
kurang
baik
bagi
hasil
pembelajaran. 4) Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan oleh dosen tidak menimbulkan minat mahasiswa. Atau mahasiswa sendiri tidak mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran. Hal ini akan membuat mahasiswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tidak optimal. 5) Faktor Bakat Bakat adalah potensi–potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti mahasiswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.
•
Penghambat dari luar Penghambat dari luar meliputi sebagai berikut : 1) Faktor Keluarga Faktor ini dapat berupa faktor orang tua, suasana rumah, dan ekonomi keluarga. Dapat terjadi pula perhatian anak pada belajar menjadi berkurang, kecenderungan bermain dan santai meningkat. Ketiga
faktor
dalam
keluarga
tersebut
penghambat bagi prestasi belajar mahasiswa. 2) Faktor Kampus
kerapkali
menjadi
28
Faktor kampus terdiri dari faktor sarana kampus, lingkungan yang ramai, faktor metode pembelajaran yang kurang variatif sehingga kurang menarik dan membosankan, faktor hubungan dengan dosen kurang dekat, hubungan mahasiswa dengan mahasiswa maka hal itu akan mengganggu hasil belajar. Faktor dosen meliputi mengajar terlalu cepat, suara kurang keras, penguasaan materi kurang baik penguasaan kelas rendah, motivasi rendah, dan terlalu banyak jam mengajar.
Hal-hal
tersebut
akan
mengganggu
hasil
belajar
mahasiswa. 3) Faktor Disiplin Kampus Bila disiplin kampus kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar anak. 4) Faktor Masyarakat Faktor media massa, dan faktor pergaulan yang kurang baik, karena paling banyak merusak prestasi belajar dan perilaku mahasiswa. 5) Faktor Lingkungan Tetangga Misalnya banyak pengganggur, berjudi, minum-minum dan berbicara kurang sopan. Lingkungan seperti itu dapat berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa. 6) Faktor Aktivitas Organisasi bila mahasiswa sangat potensial banyak aktivitas organisasi, selain dapat menunjang hasil belajar, dapat juga mengganggu hasil belajar apabila mahasiswa tidak mengatur waktu dengan baik.
29
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, seperti metode belajar kurang baik, termasuk didalamnya pembagian waktu belajar yang kurang baik, cara belajar yang salah, faktor tugas-tugas yang terlalu banyak. Jadi, ketika seorang mahasiswa gagal dalam studi atau kurang baik dalam hasil belajarnya atau prestasinya, belum tentu karena tidak pandai. Kegagalan atau kurang baiknya hasil belajar atau prestasi mahasiswa dapat terjadi karena faktor-faktor tersebut. Karena itu, bila dosen-dosen dan khususnya pembimbing angkatan yang menangani keluhan mahasiswa, dalam proses konseling dosen pembimbing angkatan bertindak sebagai konsultan terhadap masalah-masalah disiplin belajar, dan problemproblem yang menyebabkan hasil belajar mahasiswa kurang berhasil. Dengan demikian bimbingan yang diberikan tepat sasaran akan memberi pengaruh bagi perubahan prestasinya.
2.1.12 Analisis Porter Menurut Porter dari Harvard University (dikutip oleh Warren J. Keegan, 2003), salah seorang pakar terkemuka dalam strategi pemasaran, terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri.
30
Potensi Ancaman Pendatang Baru
Persaingan Antara
Kekuatan Daya
Anggota Industri
Tawar Menawar Pemasok
Kekuatan Daya Tawar Menawar Pembeli
Potensi Produk Substitusi
Gambar 2.1 Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan di Suatu Industri Sumber: Porter, Competitive Strategy(New York: Free Press, 1980) dikutip oleh Warren J.Keegan,2003
Lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri, adalah: 1. Ancaman Pendatang Baru Pendatang baru bagi suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk ikut menikmati pangsa pasar dan meraih posisi, serta amat sering pendekatan baru untuk melayani kebutuhan pelanggan. Keputusan untuk menjadi pendatang baru dalam suatu industri sering kali disertai dengan komitmen besar yang menyangkut sumber daya. Pemain baru berarti bahwa harga akan ditekan serendah mungkin dan keuntungan dibuat kecil, akibatnya profitabilitas industri menurun. Porter menjadikan delapan sumber utama merupakan penghambat untuk masuk dalam industri, kehadiran atau ketidakhadirannya menentukan sejauh mana ancaman dari pendatang baru dalam suatu industri. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
31
-
Skala ekonomi, mengacu pada menurunnya biaya produk per unit saat volume absolut dari produksi meningkat per periode.
-
Diferensiasi produk, yang ,merupakan hambatan besar kedua, adalah sejauh mana suatu produk dianggap unik
-
Kebutuhan akan modal. Modal dibutuhkan tidak hanya untuk fasilitas manufaktur, (modal tetap) tetapi juga untuk membiayai litbang, periklanan, penjualan dan servis di lapangan, kredit kepada pelanggan, dan modal kerja.
-
Biaya peralihan pada pembeli untuk perubahan pemasok dan produk. Hal ini termasuk pelatihan ulang, biaya peralatan pelengkap, biaya mengevaluasi sumber baru, dan sebagainya.
-
Saluran distribusi. Kalau saluran distribusi sudah penuh, biaya untuk masuk mahal, atau tidak tersedia, biaya untuk memasuki industri naik berlipat ganda, karena pendatang baru harus menciptakan dan mendirikan saluran yang baru.
-
Kebijakan pemerintah seringkali menjadi penghambat yang besar. Dalam berbagai kasus, pemerintah secara absolut akan menghambat masuknya pendatang baru.
-
Keunggulan biaya yang tidak tergantung.
-
Reaksi pesaing. Bila pendatang baru mengaharapkan pesaing yang sudah ada sekarang memberikan respons yang kuat terhadap pendatang yang masuk, harapan mereka terhadap imbalan untuk masuk ke dalam industri pasti akan terpengaruh.
2. Ancaman Produk pengganti Kekuatan kedua yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri adalah anacaman produk pengganti. Ketersediaan produk pengganti memberi batas pada
32
harga yang dapat ditentukan oleh pemimpin pasar dalam suatu industri; harga yang tinggi dapat memicu pembeli beralih ke produk pengganti. 3. Kekuatan tawar-Menawar Pemasok Bila pemasok mempunyai daya tuas yang cukup banyak atas perusahaan industri, mereka dapat menaikkan harga cukup signifikan untuk mempengaruhi kemampuan organisasi pelanggan untuk menghasilkan laba. Beberapa faktor mempengaruhi daya tawar pemasok: 1.
Pemasok akan mempunyai keunggulan bila mereka besar dan jumlahnya relatif sedikit.
2.
Kalau produk atau jasa pemasok merupakan masukan penting bagi perusahaan industri, atau terdiferensiasi, atau menanggung biaya pengalihan, pemasok akan mempunyai daya tuas yang besar atas pembeli.
3.
pemasok akan menikmati kekuatan tawar-menawar bila bisnis mereka tidak terancam oleh produk alternatif.
4.
kemauan dan kemampuan pemasok untuk dan mengembangkan produk dan merek mereka sendiri bila mereka tidak mampu mendapatkan persyaratan yang memuaskan dari pembeli industri yang mempengaruhi kekuatan mereka.
4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Tujuan akhir dari pelanggan industri adalah membayar harga serendah mungkin untuk memperoleh produk atau jasa yang dipergunakannya sebagai masukan. Biasanya minat paling besar dari pembeli terpenuhi jika mereka dapat menurunkan kemampuan menghasilkan laba dalam industri pemasok. Kondisi-kondisi berikut adalah di mana pembeli dapat mempunyai kelebihan kekuatan atas pemasok: 1. membeli dalam jumlah besar sehingga perusahaan pemasok tergantung pada bisnis pembeli agar dapat tetap bertahan hidup
33
2. Ketika produk pemasok dipandang sebagai komoditi, artinya, sebagai produk standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli menekan harga dalam tawamenawar, karenabanyak perusahaan dapat memenuhi kebutuhan mereka. 3. Produk atau jasa industri pemasok mewakili bagian yang signifikan dari biaya perusahaan pembeli 4. kemauan dan kemampuan untuk melakukan integrasi ke hulu. 5. Rivalitas Antar Pesaing Rivalitas antar perusahaan mengacu pada semua tindakan yang diambil oleh perusahaan dalam industri untuk memperbaiki posisi mereka masing-masing dan memperoleh keunggulan atas para pesaingnya. Disini termasuk hal-hal seperti persaingan harga, pertempuran iklan, penetapan posisi produk, dan usaha melakukan diferensiasi. Sejauh persaingan di antara perusahaan memperbaiki kemampuan menghasilkan laba dari industri dan mendorong stabilitas industri, kekuatan itu bersifat positif. Sejauh persaingan itu menurunkan harga dan, oleh karena
itu,
menurunkan
kemampuan
menghasilkan
ketidakstabilan dalam industri, itu merupakan faktor negatif
laba
dan
menciptakan
34
2.2
Kerangka Pemikiran Jurusan Manajemen Universitas Bina Nusantara
Wirausaha
Pemasaran Internasional
E-bisnis
Survey
Data Primer
Data Sekunder
Faktor yang memotivasi mahasiswa/i
Indeks Prestasi
dalam memilih Peminatan
mahasiswa/i
Pemasaran Internasional
Cochran Q Test dan Analisis Regresi
Pengaruh faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa/i memilih peminatan Pemasaran Internasional terhadap Indeks Prestasi mahasiswa/i
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis
35
2.3
Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Hipotesis untuk analisis faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa/i jurusan manajemen memilih peminatan pemasaran internasional dan faktor pendorong minat belajar mahasiswa/i, adalah: H0 : Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang sama. H1 : Semua atribut yang diuji memiliki proporsi jawaban YA yang berbeda. 2. Hipotesis untuk analisis pengaruh faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa/i jurusan manajemen memilih peminatan pemasaran internasional terhadap indeks prestasi mahasiswa/i adalah: H0 : tidak adanya pengaruh positif antara faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa/i
jurusan
manajemen
memilih
peminatan
pemasaran
internasional terhadap indeks prestasi mahasiswa/i. H1 :
adanya pengaruh positif antara faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa/i jurusan manajemen memilih peminatan pemasaran internasional terhadap indeks prestasi mahasiswa/i.