BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1
LANDASAN TEORI 2.1.1
Definisi Manajemen Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2004, p.6), manajemen
adalah
proses
pengkoordinasian
kegiatan-kegiatan
pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003, p.9), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi manajemen adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengkoordinir kerja para karyawan untuk menjalankan sebuah tugas yang telah direncanakan agar terselesaikan secara efisien dan efektif. 2.1.2
Fungsi Manajemen Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2004, p.8), fungsi manajemen dibagi kedalam 4 fungsi yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu: 1. Fungsi perencanaan (Planning) Yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. 2. Fungsi pengorganisasian (Organizing) Yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan,
5
6
bagaimana cara mengelompokkan tugas tersebut, siapa yang harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus dibuat. 3. Fungsi kepemimpinan (Leading) Yaitu fungsi manajemen yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan. 4. Fungsi Pengendalian (Controlling) Yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses memantau, membandingkan
dan
mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan
yang signifikan. Setelah melihat fungsi manajemen diatas menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, maka dapat kita simpulkan fungsi manajemen adalah berbagai jenis tugas atau kegiatan manajemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.1.3
Manajemen Operasi Produksi (production) adalah proses penciptaan barang dan jasa. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006, p4) Manajemen operasi (
operation management ---OM) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, berlangsung di semua organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, dapat terlihat dengan jelas aktifitas produksi yang menghasilkan barang. 2.1.4
Penjadwalan Penjadwalan(scheduling) menurut Kenneth R. Baker (Baker. p2) yaitu proses pengakolasian sumber untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Pengertian ini dapat dijabarkan menjadi
7
dua arti yang berbeda. Yang pertama, penjadwalan merupakan sebuah fungsi pengambilan keputusan,yaitu menentukan jadwal yang paling tepat. Sedangkan arti kedua penjadwalan adalah sebuah teori yang berisi kumpulan
prinsip,model,tehnik,
dan
konklusi
logis
dalam
proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan banyak berperan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan menurut Morton (2000) yaitu bagian pengambilan keputusan tentang penyesuaian aktifitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan sekumpulan pekerjaan agar tepat pada waktunya dan mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Keputusan yang dimaksud dalam penjadwalan ini meliputi pengurutan pekerjaaan (timing), dan urutan operasi suatu pekerjaan (routing). Karena pengurutan
masalah
produksi
maka
penjadwalan
selalu
berkaitan
definisinya
adalah
penentuan
dengan urutan
kedatangan dari bermacam-macam pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Menurut
(Pinedo,2002),
penjadwalan
selalu
berhubungan
dengan pengalokasian sumber daya yang ada pada jangka waktu tertentu. Hal tersebut adalah proses pengambilan keputusan yang bertujuan optimalitas. Menurut ( Schroeder, 2000), penjadwalan diartikan sebagai suatu petunjuk atau indikasi apa saja yang harus dilakukan, dengan siapa, dan dengan peralatan apa yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada waktu tertentu. Masalah penjadwalan muncul dikarenakan adanya beberapa pekerjaan yang dikerjakan bersamaan, sedangkan sumber daya yang dimiliki terbatas. Input penjadwalan meliputi jenis dan banyaknya part yang akan dioperasikan, urutan ketergantungan antar operasi, waktu
8
operasi untuk masing-masing operasikan, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap operasi. Sedangkan outputnya berupa dispatch list, yaitu daftar yang menyatakan urutan-urutan pemrosesan part, waktu mulai dan selesai dari pemrosesan part ( starting dan completion time). 2.1.5
Tujuan Penjadwalan tujuan penjadwalan secara umum ( baker,p30) yaitu : 1. meningkatkan produktivitas mesin dengan mengurangi waktu mesin menganggur. 2. mengurangi
persediaan
barang
setengah
jadi
dengan
jalan
mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menunggu dalam antrian suatu mesin akibat kesibukan mesin. 3. mengurangi keterlambatan karena batas waktu telah terlampaui dengan
cara
mengurangi
keterlambatan
maupun
dengan
mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat. 4. meminimasi ongkos produksi 2.1.6
Peranan penjadwalan Peranan penjadwalan (Pinedo, p1) digunakan dalam pembelian dan produksi,transportasi dan distribusi, pemrosesan informasi dan komunikasi. Penjadwalan diperusahaan menggunakan tehnik-tehnik matematis atau metode heuristik dalam mengalokasikan sumber yang terbatas ke pemrosesan tugas-tugas. Sumber yang dimaksud dapat beraneka ragam,yaitu mesin dilantai produksi, landasan di airpot, pekerja di proyek konstruksi, atau alat pemroses dalam lingkungan komputer. Sedangkan tugas-tugas dapat berupa operasi, tinggal landas, dan mendarat dalam airpot, stasiun-stasiun dalam proyek konstruksi, atau program komputer yang menunggu untuk dieksekusi.
9
Setiap tugas mempunyai prioritas yang berbeda-beda, waktu mulai yang berbeda, dan tanggang waktu pengerjaan yang berbeda juga. Fungsi objektifnya juga dapat berupa meminimasi waktu untuk menyelesaikan semua tugas atau meminimasi jumlah tugas yang terlambat. Penjadwalan dalam suatu organisasi atau sistem berhadapan langsung dengan banyak fungsi. Hubungan ini berupa sistem yang berdiri sendiri dan dapat berbeda-beda dari satu situasi ke situasi yang lainnya. 2.1.7
Penjadwalan Penerbangan Penyusunan jadwal penerbangan adalah hal hal yang sangat rumit untuk dilakukan dalam perusahaan penerbangan, terutama apabila perusahaan tersebut memiliki banyak pesawat dan melayani banyak rute penerbangan setiap harinya. Belum lagi jika pesawat yang mereka terdiri atas berbagai jenis, dan rute yang mereka layani juga bervariasi mulai dari rute pendek, menengah sampai rute panjang yang seringkali membutuhkan waktu pengisian ulang bahan bakar ditengah jalan dan sebagainya. Selain itu semua, jadwal penerbangan juga akan berhubungan dengan
maintenance
bersangkutan.
pesawat
Masalah
dan
penjadwalan
juga airline
awak
pesawat
biasanya
yang
terdiri
atas
beberapa sub masalah yang mungkin berinteraksi satu sama lainnya. Gambar 2.1 berikut ini menggambarkan secara sederhana masalah penjadwalan airline. Pesawat akan dijadwalkan terlebih dahulu, setelah itu awak pesawat baru dijadwalkan dengan input pada jadwal penerbangan
yang
telah
tetap.
Penjadwalan
pesawat
biasanya
merupakan tahap awal dalam penyelesaian masalah penjadwalan airline.(Meehan,2001,p2)
10
Gambar 2.1 Masalah Penjadwalan Airline
Menurut Ahuja (2000,p3), Prosedur penyusunan jadwal adalah pertama membuat jadwal itu sendiri, lalu mengalokasikan jadwal kepada pesawat yang tersedia, menyusun rute through flight and maintance serta terakhir membuat jadwal awak pesawat seperti terlihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Aktifitas Penjadwalan Airline
11
Menurut Suwondo (2001, P9), secara garis besar berdasarkan sifatnya, penerbangan dikategorikan menjadi 4 macam,yaitu : •
Scheduled Operation yaitu penerbangan berjadwal, merupakan penerbangan yang terencana menurut suatu jadwal perjalanan pesawat yang tetap dan teratur.
•
Non Scheduled Operation yaitu penerbangan tidak terjadwal, merupakan penerbangan dengan pesawat tidak terencana atau penerbangan carter.
•
Penerbangan
Suplementer
menggunakan
pesawat
yaitu
penerbangan
berkapasitas
maksimum
dengan 15
orang
penumpang dan sifatnya adalah suplemen. •
Aerial Work yaitu penerbangan kegiatan kendaraan yang tidak ditujukan untuk pengangkutan penumpang, barang atau pos, tetapi untuk kegiatan udara lainnya yang dilakukan dengan memungut bayaran. Menurut
Paoleti
et
al.(2000,
p286)
operasi
perusahaan
penerbangan dibatasi oleh banyak hal seperti : •
Rute yang tidak dapat dijalankan oleh pesawat tertentu
•
Rute yang hanya bisa dijalankan oleh pesawat tertentu
•
Bandara yang tidak dapat disinggahi pesawat tertentu
•
Bandara yang hanya dapat disinggahi oleh pesawat tertentu
•
Batasan penggunaan harian pesawat sehubungan dengan waktu
block hours •
Kebutuhan maintenance periodic pesawat Batasan ini menentukan pesawat mana yang harus dialokasikan untuk rute tertentu dan hal ini membatasi kebebasan perancang jadwal dalam menyusun aktifitas harian Rooting Assigment, eksekusi jadwal penerbangan dan penjadwalan maintenance.
12
Penjadwalan
yang
terancang
dengan
baik
masih
mungkin terjadi keterlambatan pada saat operasionalnya, apalagi penjadwalan yang tidak terancang dengan baik. Menurut Nichols and Richter ( 2000,p326), ketepatan terhadap jadwal menjadi salah satu dari tiga faktor utama yang memenangkan kesetiaan pelanggan. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa porsi terbesar dari biaya ketelambatan (delay cost) disebabkan oleh buruknya perancangan jaringan network dari rute yang ada. Menurut Wells (2000, pp352-353), aspek layanan publik dan ekonomis dari penjadwalan harus seimbang dengan fakto-faktor lain, termasuk : •
Perawatan peralatan Rencana maintenance-routing terpisah harus dibuat untuk masingmasing tipe pesawat yang dimiliki. Konsentrasi maintenance pada beberapa stasiun akan lebih bagus, dan juga setiap fasilitas harus digunakan secara penuh dengan merencakan pekerjaan maintenance yang merata.
•
Awak Pesawat Dengan mengasumsikan bahwa semua kapten, petugas pertama, teknisi pesawat dan pramugari telah memiliki pelatihan yang cukup pada setiap tipe pesawat dan rute yang akan dilewati, akan selalu ada pertimbangan kondisi utilisasi dan kondisi kerja
•
Fasilitas Ruang gate pada jalur dibandara harus mencukupi. Kapasitas terminal, termasuk counter tiket, area penanganan bagasi, dan ruang tunggu harus diperbesar untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang. Akses menuju dan dari bandara harus memadai.
13
•
Faktor pemasaran Faktor pemasaran sangat banyak termasuk beberapa karakteristik seperti ukuran pasar, panjang perjalanan, zona waktu yang terlibat, dan jarak antara bandara dan pasar yang dilayani.
2.1.8
Pengoperasian Penerbangan dan Penjadwalan Awak Pesawat Oleh karena penjadwalan penerbangan saat dipublikasikan harus disertai dengan awak pesawat penerbangan perusahaan, departemen operasi
penerbangan
harus
memastikan
bahwa
penerbangan
dijadwalkan dengan cara yang menjamin mereka dioperasikan secara efisien tapi aman ( wells,2000, pp358-359). Berikut ini adalah faktor-faktor operasional yang penting untuk perencanaan penjadwalan : •
Panjang landasan terbang di bandara : Sangat berpengaruh pada pengoperasian pesawat terbang karena landasan yang pendek akan memakan bahan bakar yang lebih banyak sedangkan landasan yang cukup panjang akan lebih hemat bahan bakar apabila digunakan secara maksimal.
•
Kapasitas bahan bakar pesawat : pesawat dengan kapasitas bahan bakar yang sedikit tentunya akan diprioritaskan untuk terbang pada pada rute-rute berjarak pendek untuk menghindari keharusan pengisian bahan bakar ditengah jalan yang akan memakan biaya bahan bakar lebih besar untuk mendarat dan lepas landas lagi dibandara transit.
•
Cuaca musiman yang merugikan : pada musim dingin, cuaca akan kurang menguntungkan untuk penerbangan malam pada beberapa kota yang tidak tersedian fasilitas hangar. Pada daerah seperti gulf Coast tidak bisa menjamin penerbangan yang tepat waktu atau
14
penerbangan yang aman karena munculnya kabut pada waktu tengah malam dan baru hilang setelah hampir tengah hari. •
Pengendalian lalu lintas udara (Air Traffic Control) dan Routing : Air
Traffic Control (ATC) yang menyusun rute lalu lintas penerbangan dapat mengakibatkan peswat harus melewati jalur yang lebih panjang dan membutuhkan bahan bakar lebih banyak. Biasanya hal ini disebabkan adanya lalu lintas dari pesawat militer yang mendapat prioritas. •
Batasan jam terbang awak pesawat : menurut peraturan resmi
C.A.S.R. setiap awak pesawat yang ikut serta dalam pengoperasian pesawat terbang, memiliki batasan waktu kerja yang harus ditaati oleh setiap perusahaan. Untuk konfigurasi pesawat dengan dua pilot ( 1 kapten dan 1 co-pilot), dalam 24 jam mereka dapat dijadwalkan terbang selama maksimal 9 jam. Perusahaan
juga
tidak
diperkenankan
menjadwalkan
penerbangan untuk pilot yang telah memiliki jam terbang sebanyak 30 jam dalam 7hari, atau 110 jam dalam 30 hari, atau 1050 jam dalam 1 tahun. Apabila terjadi keadaan diluar kendali seperti masalah cuaca sehingga persyaratan tersebut terlanggar, maka pilot bersangkutan harus diberikan cuti selama 24 jam kerja penuh. •
Persetujuan dengan pegawai : senioritas yang menjadi asset paling berharga tenaga kerja memperumit pelatihan dan penetapan awak pesawat penerbangan. Pesawat yang lebih cepat yang pilotnya biasa dibayar lebih tinggi, umumnya diterbangkan oleh awak pesawat senior, sedangkan pilot-pilot junior menerbangkan pesawat yang lebih kecil. Perbedaan prioritas ini membuat penetapan awak pesawat tidak semudah menyusun data yang tampak.
15
2.1.9
Perencanaan dan Koordinasi Penjadwalan Menurut Wells(2000,p363) tidak ada hal yang lebih mendasar pada sebuah airline daripada pola penjadwalan yang dijalankannya. Semua sumber daya produktifnya seperti pesawat,personil pelatihan, dan
Ground Fasilities memiliki fungsi utama untuk menjalankan jadwal secara aman dan terpercaya. Setiap sumber daya penjualan, kantor penjualan tiket, kantor pemesanan tiket, perwakilan penjualan, program iklan memiliki fungsi utama
untuk
menarik
penumpang
dan
pengirim
barang
untuk
menggunakan jadwal yang ada. Beberapa masalah yang dihadapi oleh departemen penjadwalan dapat dibandingkan dengan banyak industri lainnya menghadapi perencanaan produk mereka sendiri. Menurut Wells(2000,p363-364), masalah-masalah ini termasuk : •
Menentukan ukuran pasar yang tersedia dan memproyeksikan perkembangan pasar dimasa mendatang
•
Memperkirakan efek dari produk terencana berubah dari ukuran total pasar market share perusahaan itu sendiri.
•
Berusaha untuk meramalkan apa yang akan dilakukan perusahaan pesaing dan mengembangkan rencana tindakan untuk menghadapi usaha kompetitif tersebut.
•
Memperkirakan biaya dan pendapatan dari alternatife rencana tindakan untuk menentukan rencana yang paling menguntungkan. Masalah ini sudah umum terjadi dibanyak industri dan juga
termasuk pada industri penerbangan komersil. Tapi kompleksitas dari penjadwalan penerbangan meluas jauh diluar masalah tadi. Banyak masalah-masalah pemasaran airline yang unik berakar dari sifat khusus bisnis.
16
2.1.10 Tipe Penjadwalan Airline menggunakan empat tipe penjadwalan standar dalam peralatan mereka Wells( 2000,p376) yaitu : •
Penjadwalan Skip-stop : adalah penjadwalan yang melayani rute A,B,C,D,F,G , dan selanjutnya dengan pola misalnya : A,C,E,G atau A,D,G atau kombinasi sejenis dimana satu atau lebih stasiun yang berada ditengah dilompati untuk dilayani dengan penerbangan lainnya. Keunggulan dari penjadwalan ini adalah menyediakan layanan yang cepat pada stasiun yang berada ditengah, sedangkan kelemahanya adalah tidak menyediakan pelayanan antara setiap kota yang ada.
•
Penjadwalan local service : pesawat dengan jarak yang lebih pendek membuat semuanya berhenti pada satu segmen dan menghubungkan stasiun dengan jarak menengah ke atau dari pesawat berjarak panjang. Keunggulannya adalah menyediakan layanan
yang
cepat
antara
Intermediate
Station,
tapi
kelemahannya adanya perubahan pesawat yang terlibat. •
Penjadwalan Cross Connection : sangat sering digunakan dalam perencanaan penjadwalan oleh semua airlines. Keunggulannya bila salah satu pesawat satu-satunya yang melayani satu stasiun atau lebih, dan kelemahanya perubahan pesawat dan kepadatan lalulintas.
•
Penjadwalan Nonstop : lebih sering digunakan oleh perusahaan penerbangan
nasional
dan
besar.
Keunggulannya
adalah
menyediakan layanan yang cepat antara titik-titik terminal, dan tidak
memiliki
kelemahan
yang
besar,
tapi
tentu
saja
penjadwalan ini tidak melayani Intermediate Stations sesuai dengan namanya.
17
Sebenarnya
semua
airline
telah
dan
akan
terus
menggunakan semua tipe penjadwalan utama diatas dengan variasi sesuai dengan kebutuhan individu mereka. Tipe yang paling sering digunakan untuk pesawat dengan jarak yang sama adalah
Skip-Stopping
dan
Cross-Connections.
Sedangkan
perusahaan yang memiliki setidaknya dua jenis pesawat biasanya sering menggunakan penjadwalan tipe Local-Service dan Non-stop sebagai prioritas utama. 2.1.11 PENJADWALAN PROSES 2.1.11.1
Pengertian dan Sasaran Penjadwalan Proses Penjadwalan proses merupakan kumpulan kebijaksanaan dan mekanisme di system operasi yang berkaitan dengan urutan kerja. Adapun penjadwalan bertugas memutuskan : a. Proses yang harus berjalan b. Kapan dan selama berapa lama proses itu berjalan Kriteria
untuk
mengukur
dan
optimasi
kinerja
penjadwalan : a. Adil (fairness) Adalah
proses-proses
yang
diperlakukan
sama,
yaitu
mendapat jatah waktu pemroses yang sama dan tak ada proses yang tak kebagian layanan pemroses sehingga mengalami kekurangan waktu. b. Efisiensi (eficiency) Efisiensi
atau
utilisasi
pemroses
dihitung
perbandingan (rasio) waktu sibuk pemroses. c. Waktu tanggap (response time) Waktu tanggap berbeda untuk : c.1 Sistem interaktif
dengan
18
Didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan dari saat karakter
terakhir
dari
perintah
dimasukkan
atau
transaksi sampai hasil pertama muncul di layar. Waktu tanggap ini disebut terminal response time. c.2 Sistem waktu nyata Didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut event response time. d. Turn around time Adalah waktu yang dihabiskan dari saat program atau job mulai masuk ke system sampai proses diselesaikan sistem. Waktu yang dimaksud adalah waktu yang dihabiskan di dalam
sistem,
diekspresikan
sebagai
penjumlah
waktu
eksekusi (waktu pelayanan job) dan waktu menunggu, yaitu : Turn arround time = waktu eksekusi + waktu menunggu. e. Throughput Adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan dalam satu unit waktu. Cara untuk mengekspresikan throughput adalah dengan jumlah job pemakai yang dapat dieksekusi dalam satu unit/interval waktu. Kriteria-kriteria tersebut saling bergantung dan dapat pula saling bertentangan sehingga tidak dimungkinkan optimasi semua kriteria secara simultan.Contoh : untuk memberi waktu tanggap kecil memerlukan penjadwalan yang sering
beralih
meningkatkan
ke
antara
overhead
proses-proses sistem
dan
itu.
Cara
ini
mengurangi
throughput.Oleh karena itu dalam menentukan kebijaksanaan perancangan penjadwalan sebaiknya melibatkan kompromi
19
diantara kebutuhan-kebutuhan yang saling bertentangan. Kompromi ini bergantung sifat dan penggunaan sistem komputer. Sasaran penjadwalan berdasarkan kriteria-kriteria optimasi tersebut : a. Menjamin tiap proses mendapat pelayanan dari pemroses yang adil. b. Menjaga agar pemroses tetap dalam keadaan sibuk sehingga efisiensi
mencapai
maksimum.
Pengertian sibuk
adalah
pemroses tidak menganggur,termasuk waktu yang dihabiskan untuk mengeksekusi program pemakai dan sistem operasi. c. Meminimalkan waktu tanggap. d. Meminimalkan turn arround time. e. Memaksimalkan jumlah job yang diproses persatu interval waktu. Lebih besar angka throughput, lebih banyak kerja yang dilakukan sistem. 2.1.11.2
Strategi penjadwalan Terdapat dua strategi penjadwalan, yaitu : 1. Penjadwalan nonpreemptive (run to completion) Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka pemroses tidak dapat diambil alih oleh proses lain sampai proses itu selesai. 2. Penjadwalan preemptive Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka pemroses dapat diambil alih proses lain, sehingga proses disela sebelum selesai
dan
harus
dilanjutkan
menunggu
jatah
waktu
pemroses tiba kembali pada proses itu. Berguna pada sistem
20
dimana proses-proses yang mendapat perhatian/tanggapan pemroses secara cepat, misalnya : a. Pada sistem realtime, kehilangan interupsi (tidak layani segera) dapat berakibat fatal. b. Pada sistem interaktif, agar dapat menjamin waktu tanggap yang memadai. Penjadwalan secara preemptive baik tetapi harus dibayar mahal. Peralihan proses memerlukan overhead (banyak tabel yang dikelola). Supaya efektif, banyak proses harus berada di memori utama sehingga proses-proses tersebut dapat segera running begitu diperlukan. Menyimpan banyak proses tak running benar-benar di memori utama merupakan suatu overhead tersendiri. 2.1.11.3
Algoritma-algoritma Penjadwalan Jenis-jenis algoritma berdasarkan penjadwalan :
1. Nonpreemptive, menggunakan konsep : a. FIFO (First In First Out) atau FCFS (First Come First Serve) b. SJF (Shortest Job First) c. HRN (Highest Ratio Next) d. MFQ (Multiple Feedback Queues)
2. Preemptive, menggunakan konsep : a. RR (Round Robin) b. SRF (Shortest Remaining First) c. PS (Priority Schedulling) d. GS (Guaranteed Schedulling) Klasifikasi lain selain berdasarkan dapat/tidaknya suatu proses diambil secara paksa adalah klasifikasi berdasarkan adanya prioritas di proses-proses, yaitu :
21
1. Algoritma penjadwalan tanpa berprioritas. 2. Algoritma penjadwalan berprioritas, terdiri dari : a. Berprioritas statik b. Berprioritas dinamis 2.1.12 Guaranteed Scheduling Penjadwalan ini memberikan janji yang realistis (memberi daya pemroses yang sama) untuk membuat dan menyesuaikan performance adalah jika ada N jadwal, sehingga setiap proses (jadwal) akan mendapatkan
1/N
dari
jumlah
pilot
yang
bisa
dipilih.Untuk
mewujudkannya, sistem harus selalu menyimpan informasi tentang jumlah Pilot untuk semua proses penjadwalan sejak hari pertama hingga hari terakhir penjadwalan. Kemudian jumlah pilot dari hari pertama hingga terakhir dibagi N(jumlah total pilot) sehingga lebih mudah menghitung rasio pilot. Karena jumlah pilot tiap jadwal dapat diketahui, maka dapat dihitung rasio antara pilot yang sesungguhnya harus diperoleh, yaitu 1/N dari seluruh pilot yang diperuntukkan untuk penjadwalan tersebut.sebagai contoh:Rasio 0,5 berarti sebuah jadwal hanya punya 0,5 dari apa yang jumlah pilot miliki dan rasio 2,0 berarti sebuah jadwal harus memiliki 2 pilot lebih banyak daripada jumlah pilot yang dimiliki. Algoritma akan menjalankan proses dengan rasio paling rendah hingga naik ketingkat lebih tinggi diatas pesaing terdekatnya.
Ide sederhana ini dapat diimplementasikan ke sistem real-time dan memiliki penjadwalan berprioritas dinamis.
Guaranteed Scheduling example:
22
0
Process 1
Process 2
Process 3
0 0
0 0
1 Process 1 1/ 3
0 0
1 0 Process 2 1/ 3
0 Process 3 1/ 3
2 Process 1
Process 2
Process 3
1 2/3
1 2/3
0 2/3
3 Process 1
1 3/ 3
Process 2
Process 3
1 3/ 3
1 3/ 3
4 Process 1
2 4/3
Process 2
1 4/3
Process 1
2 5/3
Process 3
1 4/3
5
Process 3
2 5/3
23
6
Process 1
Process 2
3 6/3
Process 3
1 6/3
3 6/3
7 Process 1
Process 2
Process 3
2 7/3
3 7/3
2 7/3
8 Process 1
3 8/3
Process 2
3 8/3
Process 3
2 8/3
9 Process 1
3 9/3
Process 2
3 9/3
Gambar 2.3 Contoh Guaranteed Shedulling
Process 3
3 9/3
24
2.2
Kerangka Pemikiran
Penjadwalan Pilot
Analisa Penjadwalan Pilot PT. Metro Batavia
Alternatif penjadwalan pilot dengan metode Guaranteed Scheduling
Perbandingan antara metode Geneva dengan metode Guaranteed Scheduling Usulan Rekomendasi
Penjadwalan Pilot yang optimal
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran