BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 E-Learning (Electronic Learning) 2.1.1 Pengertian E-Learning Menurut Effendi (2005,p6), terminologi e-learning dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi. Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. (www.wikipedia.com/e-learning.htm)
2.1.2 Tipe-tipe E-Learning Berdasarkan Effendi (2005,p7), pada dasarnya e-learning mempunyai dua tipe, yaitu:
1. Synchronous Training Synchronous berarti “pada waktu yang sama”. Synchronous training adalah tipe pelatihan, dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar. Hal tersebut memungkinkannya interaksi langsung antara guru dan murid, baik melalui intranet maupun internet.
Synchronous training mengharuskan guru dan murid mengakses internet bersamaan.
11
2. Asynchronous Training Asynchronous berarti “tidak pada waktu yang bersamaan”. Jadi, seseorang dapat mengambil pelatihan pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan pelatihan. Pelatihan ini lebih populer di dunia e-learning karena memberikan keuntungan lebih bagi peserta pelatihan karena dapat mengakses pelatihan kapanpun dan dimanapun.
2.1.3 Keuntungan E-Learning
E-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Menurut Effendi (2005,p9), keuntungan dan kelebihan yang ditawarkan e-learning adalah: 1. Biaya
E-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Akan tetapi, pengelola pelatihan pun harus berhati-hati, karena manajemen e-learning yang tidak tepat akan membuat biaya pelatihan semakin membengkak. 2. Fleksibilitas Waktu
E-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar. Pelajar dapat dengan mudah mengakses e-learning.
12
3. Fleksibilitas Tempat Di sekolah-sekolah, para pelajar tidak perlu pergi jauh ke ruang kelas lain (misalnya tempat bimbingan belajar). Mereka hanya perlu ke laboratorium komputer sekolah, dimana e-learning tersebut di-instal, untuk mengikuti tambahan pelajaran. 4. Fleksibilitas Kecepatan Pembelajaran Pelajar memiliki gaya belajar berbeda-beda. Oleh karena itu, wajar bila dalam suatu kelas ada siswa yang mengerti dengan cepat dan ada yang harus mengulang pelajaran untuk memahaminya. Akan tetapi, karena pelatih dan guru di kelas mengajar dengan kecepatan sama untuk semua siswa, maka siswa yang lebih lambat akan sulit memahami. Terlebih lagi guru sering tidak memiliki waktu menjawab pertanyaan siswa atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas habis. Siswa yang lebih cepat menginginkan lebih banyak materi, sedangkan siswa yang lebih lambat menginginkan pengulangan pelajaran. 5. Standarisasi Pengajaran Terdapat perbedaan kemampuan dan metode pengajaran yang diterapkan guru. Perbedaan tersebut menyebabkan kualitas pengajaran sulit dijaga karena guru yang difavoritkan tidak mungkin diminta mengajarkan semua pelajaran. E-learning dapat menghapuskan perbedaan tersebut. Pelajaran e-learning selalu memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak tergantung suasana hati pengajar. 6. Efektivitas Pengajaran Karena e-learning merupakan teknologi baru, pelajar dapat tertarik dan mencobanya sehingga jumlah pelatihan meningkat. E-learning yang didesain dengan instructional
design mutakhir membuat pelajar lebih mengerti isi pelajaran. Penyampaian pelajaran e-learning dapat berupa simulasi dan kasus-kasus, menggunakan bentuk permainan dan menerapkan teknologi animasi canggih.
13
7. Kecepatan Distribusi Kemajuan
teknologi
yang
pesat
menuntut
suatu
pelatihan
teknologi
baru
dilaksanakan secepatnya dan menjangkau area luas secara singkat. 8. Ketersediaan On-Demand Karena e-learning dapat sewaktu-waktu diakses, pelajar dapat menganggapnya sebagai “buku saku”. 9. Otomatisasi Proses Administrasi
E-learning menggunakan suatu Learning Management System (LMS) yang berfungsi sebagai platform pelajaran-pelajaran e-learning. LMS berfungsi pula menyimpan data-data pelajar, pelajaran, dan proses pembelajaran yang berlangsung. LMS yang baik dapat menyimpan dan membuat laporan tentang kegiatan belajar seorang siswa, mulai dari pelajaran yang telah diambil, tanggal akses, berapa persen pelajaran diselesaikan, berapa lama pelajaran diikuti, sampai berapa hasil tes akhir yang diambil.
2.1.4 Keterbatasan E-Learning Berdasarkan pendapat Effendi (2005,p15), walaupun e-learning menawarkan banyak keuntungan bagi organisasi, praktik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus diwaspadai oleh pengelola pelatihan sebelum menggunakan e-learning, yaitu: 1. Budaya Penggunaan
e-learning
menuntut
budaya
self-learning,
dimana
seseorang
memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Sebaliknya, pada sebagian besar budaya pelatihan di Indonesia, motivasi belajar lebih banyak tergantung pada pengajar. Dalam pelatihan di ruang kelas, 60% energi dari pengajar, sedangkan pelajar hanya mendengar dan mencatat.
14
2. Investasi Walaupun e-learning menghemat banyak biaya, tetapi suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal cukup besar untuk mulai mengimplementasikan e-
learning. Investasi dapat berupa biaya desain dan pembuatan program Learning Management System (LMS), paket pelajaran dan biaya-biaya lain, seperti promosi dan change management system. Apabila infrastruktur yang dimiliki belum memadai, organisasi harus mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli komputer, jaringan,
server, dan lain sebagainya. 3. Teknologi Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi konflik teknologi sehingga e-
learning tidak berjalan baik. Oleh karena itu, kompatibilitas teknologi yang digunakan harus diteliti sebelum memutuskan menggunakan suatu paket e-learning. 4. Infrastruktur Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia. Layanan broadband baru ada di kota-kota besar. Akibatnya, belum semua orang atau wilayah belum dapat merasakan e-learning dengan internet. 5. Materi Walaupun e-learning menawarkan berbagai fungsi, ada beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui e-learning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik, seperti olahraga dan instrumen musik, sulit disampaikan melalui e-learning secara sempurna.
15
2.1.5 Analisa E-Learning Menurut Effendi (2005,p26) analisa yang dilakukan kurang lebih sama dengan analisa
SWOT
(Strengths-Weakness-Opportunities-Threats).
Jika
analisa
SWOT
membagi analisa berdasarkan efeknya terhadap strategi, maka strategi e-learning akan membagi analisa berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi. Namun pada pelaksanaannya, setelah analisa berdasarkan faktor-faktor dilakukan, hasilnya dapat disusun berdasarkan efek. Bila hasil analisa suatu faktor menunjukkan hasil positif bagi penerapan e-learning, maka hasil tersebut dapat dimasukkan dalam
strength atau opportunity. Dengan demikian, analisa untuk strategi e-learning sebenarnya selaras dan searah dengan analisa SWOT yang banyak dilakukan oleh organisasi. Faktor-faktor yang dianalisa adalah: 1. Kebutuhan Organisasi Analisa kebutuhan organisasi akan melihat keadaan organisasi sekarang dan apakah keberadaan e-learning dapat memberikan dampak positif. Akan terlihat pula ekspektasi manajemen terhadap peran pelatihan di organisasi dan bagaimana
e-learning membantu pencapaiannya. Sangat dibutuhkan jalinan komunikasi yang kuat dengan pihak manajemen untuk mendeskripsikan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Dalam melakukan analisa kebutuhan organisasi untuk pelatihan dan e-
learning, ada beberapa hal yang perlu dicermati, yaitu:
Tujuan Organisasi
Perubahan Teknologi
Struktur Organisasi
Lingkungan Organisasi
16
2. Kebutuhan Pelatihan (E-Learning) Analisa kebutuhan pelatihan akan melihat kebutuhan organisasi dari segi pelatihan secara lebih spesifik dan hubungannya dengan e-learning. Analisa mengulas dasardasar praktik analisa kebutuhan pelatihan (Training Need Analysis), dimana dapat terlihat perbedaan (gap) antara kinerja yang dibutuhkan organisasi dengan kinerja yang sebenarnya. Analisa perbedaan sering disebut gap analysis. Dalam analisa, akan berhubungan dengan pihak pelajar dan guru agar mengetahui kondisi dan masalah pembelajaran. Langkah-langkah yang diambil: a. Menentukan kinerja yang diinginkan. b. Menentukan kinerja yang sebenarnya dan melihat perbedaan. c.
Mencari penyebab perbedaan.
d. Pemecahan masalah non-pelatihan. e. Pemecahan masalah pelatihan. Analisa kebutuhan pelatihan dapat diringkas dalam diagram berikut ini:
Tujuan Organisasi
Kinerja yang Diinginkan
Perbedaan
Kinerja yang Sebenarnya
Masalah Non-Pelatihan
Penyebab Perbedaan
Masalah Pelatihan
Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam Analisa Kebutuhan (Effendi,p49)
17
3. Budaya Organisasi Melakukan analisa terhadap kultur organisasi dan apakah kultur tersebut sesuai dan kondusif untuk menerapkan e-learning. Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa budaya organisasi, yaitu:
Motivasi Pendidikan
Persepsi
Dukungan Manajemen
Demografi Peserta
Budaya Belajar
4. Infrastruktur Menganalisa keadaan teknologi dan infrastruktur organisasi dari segi pelaksanaan
e-learning. Organisasi harus menganalisa teknologi dan infrastruktur yang tersedia untuk proses pembelajaran. Pertanyaan sederhana adalah apakah pelajar memiliki fasilitas untuk mengakses e-learning.
2.1.6 Perencanaan E-Learning Masih menurut Effendi (2005,p28), perencanaan merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam strategi apapun. Hasil analisa tahap sebelumnya menjadi dasar proses menyusun rencana penerapan e-learning. Perencanaan yang dibuat meliputi banyak aspek strategi. Aspek perencanaan utama yang harus ditinjau adalah:
1. Network Di bagian ini, direncanakan apa yang harus disiapkan dari segi infrastruktur dan teknologi agar dapat menerapkan e-learning sesuai dengan kebutuhan organisasi.
18
2. Learning Management System E-learning memerlukan suatu sistem sebagai platform untuk menjalankannya. Sistem tersebut sering dinamakan Learning Management System (LMS). Oleh karena itu, perlu direncanakan pula fungsi-fungsi yang harus dimiliki LMS dan bagaimana mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Beberapa fungsi dari LMS adalah: a. Katalog b. Registrasi dan Persetujuan c.
Menjalankan dan memonitor e-learning
d. Evaluasi e. Komunikasi f.
Laporan
g. Rencana Pelatihan h. Integrasi 3. Materi Hasil analisa kebutuhan pelatihan yang dilakukan tahap sebelumnya berhubungan erat dengan merencanakan materi pelajaran e-learning. Materi yang ditawarkan harus sesuai hasil analisa kebutuhan pelatihan. Direncanakan apakah materi pelajaran ingin dibuat sendiri atau dibeli dari perusahaan penyedia jasa e-learning. Yang harus diperhatikan dalam desain materi pelajaran e-learning adalah: a. Tampilan a. Latar belakang b. Grafik c.
Foto
d. Animasi
19
b. Interaksi
c.
Roll-over
Hot text
Drag and drop
Pertanyaan
Kontrol
Menu
Panel
Help
d. Bentuk
Text-based
Text with graphic and animation.
e. Susunan
4. Marketing Agar mencapai hasil maksimal, pelajar harus dibuat tertarik dan berminat mencoba
e-learning. Oleh karena itu, harus direncanakan cara pemasaran dan sosialisasi yang sesuai. Harus direncanakan pula cara menyiapkan anggota organisasi, agar mereka dapat menerima e-learning.
2.2 Internet 2.2.1 Pengertian Internet
When two or more networks are connected, they become an internetwork, or internet. Individual networks are joined into internetworks by the use of internetworking devices. These devices which include routers and gateways. (Forouzan, 2003, p4)
20
Menurut Fiati (2005, pp9-13), Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang mempunyai arti hubungan berbagai komputer dengan bermacam tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) melalui jalur komunikasi seperti telepon.
2.2.2 Internet dan Pengajaran Menurut pendapat Prakoso (2005, pp5-8), terdapat 2 jenis pemanfaatan internet dalam pengajaran, yaitu:
1. Web Enhanced Course Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar
di
kelas.
Jadi,
peningkatan
kualitas
pengajaran
masih
sangat
mengutamakan tatap muka di kelas. Model Web Enhanced Course menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik, peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok lain di luar institusi sekolah.
2. Distance Learning Pada model ini, pengajar dan peserta didik terpisah oleh ruang dan waktu. Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron. Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan melalui internet sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam Distance Learning, internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan pengajaran, melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran.
21
2.2.3 Aplikasi Internet untuk Pengajaran Menurut pendapat Prakoso (2005, pp8-9), ketika memutuskan untuk menerapkan e-
learning, yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning+Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, diantaranya adalah: 1. Learning Management System (LMS). LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan istitusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini. 2. Computer Based Training (CBT) / Course Authoring Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara lokal pada masing-masing komputer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. 3. Java Develoment Tools (JDT). JDT adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memperoleh pengalaman praktis dalam menggunakan bahasa pemrograman Java
(hands on experience). JDT umumnya dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik. Setelah mengetahui model CAL+CAT yang akan diterapkan, institusi pengajaran harus menentukan perangkat lunak yang akan digunakan. Institusi yang memiliki dana/modal bisa memilih perangkat lunak yang disediakan oleh vendor komersial. Namun, bagi institusi dengan dana terbatas, perangkat lunak open source menjadi solusi terbaik.
22
2.3 Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) 2.3.1 Pengertian Moodle Berdasarkan pendapat Prakoso (2005, p13), Moodle adalah sebuah perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet. Moodle termasuk dalam model CAL+CAT (Computer Assisted
Learning+Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS (Learning Management System). Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di bawah lisensi GNU Public License). Artinya, meskipun memiliki hak cipta, Moodle tetap memberikan
kebebasan
bagi
siapapun
untuk
mengopi,
menggunakan,
dan
memodifikasinya.
2.3.2 Filosofi Moodle Menurut Prakoso (2005, pp16-18), desain dan pembangunan Moodle didorong oleh sebuah filosofi tentang pembelajaran. Sebuah cara berfikir bahwa seseorang berada pada pedagogi pembangunan sosial (social constructionist pedagogy). Terdapat empat konsep utama di balik Moodle, yaitu: 1. Paham Konstruktif (Constructivism) Pandangan ini menjaga agar masyarakat secara aktif membangun pengetahuan baru sebagai interaksi mereka dengan lingkungan. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu dengan membaca halaman web, mengikuti kuliah atau membaca di perpustakaan. Terdapat interpretasi yang lebih luas, bukan sekedar transfer informasi dari otak satu ke otak yang lain.
23
2. Paham Konstruksi (Constructionism) Paham konstruksi menegaskan bahwa pembelajaran akan efektif ketika membangun sesuatu untuk orang lain. Hal ini dapat berupa apa pun, dari sekedar sebuah kalimat atau mengirimkan file ke internet, hingga hasil karya yang kompleks seperti lukisan, rumah, atau paket perangkat lunak. 3. Paham Konstruktif Sosial (Social Constructivism) Paham ini merupakan perluasan dari ide sebelumnya ke dalam pembangunan kelompok (grup) sosial. Sebuah kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil karya dengan cara berbagi pengetahuan. 4. Terkoneksi dan Terpisah Sebuah kebiasaan terpisah adalah ketika seseorang mencoba menemukan tujuan dan kenyataan untuk mempertahankan ide yang dimilikinya dengan menggunakan logika untuk menemukan kelemahan dari ide yang berlawanan. Kebiasaan terkoneksi merupakan pendekatan yang lebih empatik untuk menerima subyektivitas, berusaha mendengar dan menjawab pertanyaan dengan tujuan memahami sudut pandang yang berbeda. Kebiasaan membangun adalah ketika seseorang sensitif terhadap kedua pendekatan yang ada, sekaligus mampu memilih pendekatan yang tepat untuknya sesuai situasi yang ada.
2.3.3 Desain Moodle Sesuai filosofi yang menjadi landasannya, masih menurut Prakoso (2005, pp47-48) Moodle disesain untuk mencapai tujuannya. Desain Moodle yaitu sebagai berikut: 1. Mendukung pedagogi konstruksi sosial (kolaborasi, aktivitas, kritik refleksi, dan sebagainya).
24
2. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula digunakan sebagai tambahan kelas tatap muka. 3. Simpel, ringan, efisien, dan antarmuka browser sederhana. 4. Mudah di-instal pada berbagai macam platform yang mendukung PHP. Moodle hanya membutuhkan satu buah database, selain itu dapat di-sharing. 5. Abstraksi database Moodle mendukung hampir semua merek database (kecuali definisi tabel). 6. Kategorisasi kursus/pelatihan. Satu situs Moodle mampu mendukung ribuan kursus/pelatihan. 7. Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan. Pemeriksaan ulang terhadap formulir, validasi data, enkripsi cookie, dan sebagainya. 8. Sebagian besar area entry, seperti resource (sumber/bahan pelatihan), forum, jurnal dan sebagainya; dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG (What You See
Is What You Get) yang terintegrasi dalam Moodle.
2.3.4 Manajemen Moodle Berdasarkan pendapat Prakoso (2005, pp48-51), untuk menyesuaikan desain yang ditentukan, diciptakan beberapa manajemen yang mendukung. Berikut adalah tiga tipe manajemen yang sangat signifikan dalam Moodle, yaitu: 1. Manajemen Situs Situs dikelola oleh seorang administrator (admin). Admin ditetapkan ketika setup.
Plug-in theme memungkinkan admin untuk memilih warna situs, layout (tampilan), font (ukuran huruf) sesuai dengan kebutuhan. Plugin modul aktivitas dapat ditambahkan pada instalasi Moodle yang ada. Paket bahasa memungkinkan
25
penyesuaian ke dalam banyak bahasa. Paket ini dapat di-edit menggunakan editor
web yang disertakan dalam Moodle. 2. Manajemen Pengguna Moodle dirancang untuk mengurangi keterlibatan admin hingga seminimum mungkin dengan tetap mempertahankan tingkat keamanan yang ada. Selain itu, Moodle turut mendukung mekanisme otentifikasi melalui modul otentifikasi yang akhirnya akan memberikan kemudahan dalam integrasi dengan sistem yang telah ada. 3. Manajemen Materi Pelajaran
Pengajar berstatus penuh dapat mengontrol setting sebuah kursus secara penuh, termasuk bagian kursus yang tidak dapat diakses oleh pengajar lain.
Pilihan format kursus dapat diatur sesuai periode, topik, atau diskusi yang berfokus pada format sosial.
Susunan aktivitas pelatihan yang fleksibel – forum, jurnal, kuis, resource, pilihan, survei, chat, dan workshop.
Perubahan terkahir dalam kursus/pelatihan dapat langsung dilihat pada
homepage pelatihan. Hal ini akan sangat membantu pemahaman komunitas dalam institusi pendidikan tersebut.
Semua penilaian dalam forum, jurnal, kuis, dan penugasan dapat ditampilkan dalam satu halaman serta dapat di-download dalam file spreadsheet.
Pencatatan log dan pelacakan penuh terhadap pengguna. Laporan aktivitas setiap murid tersedia dalam grafik serta detail dari masing-masing modul (akses terakhir, total waktu akses) dengan menyertakan keterlibatan setiap peserta didik secara detail ke dalam satu halaman.
Pengaturan skala. Para pengajar dapat mendefinisikan skala yang akan digunakan dalam penilaian forum, penugasan dan jurnal.
26
2.3.5 Modul Masih menurut Prakoso (2005, pp51-56), sebagai penunjang kegiatan distance learning, pengguna Moodle perlu mencermati tipe-tipe modul berikut ini: 1. Modul Penugasan (Assignment) Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan urutan penilaian tugas. Para peserta didik dapat meng-upload penugasan yang telah dikerjakan (dalam berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan tugas oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis.
2. Modul Chat Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang bersamaan) berbentuk teks. Modul ini menyertakan foto/gambar dan profil dalam jendela chat. Serta mendukung URL, smilies, HTML, image dan sebagainya. Semua sesi dapat direkam dalam log agar dapat dilihat di lain waktu. Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta didik. 3. Modul Forum Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, diantaranya forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah urutan sesuai kiriman pengguna. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat atau urutan, terlama dan terbaru. Forum individu dapat didaftarkan ke setiap orang. Kopiannya dapat dikirim melalui e-mail. 4. Modul Pilihan (Choice) Seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta didik. Pengajar dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah tabel yang memperlihatkan pilihan seseorang.
27
5. Modul Kuis (Quiz) Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar dapat digunakan pada kuis yang berbeda.Kuis secara otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika pertanyaan yang ada dimodifikasi. Dalam opsi pengajar, kuis dapat dicoba beberapa kali. Selain itu, kuis dapat menampilkan umpan balik/jawaban yang tepat. 6. Modul Jurnal (Journal) Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses pengajar dan peserta didik. Setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka. Untuk jurnal tertentu, seluruh kelas dapat memberikan penilaian dalam formulir yang terlampir pada halaman tersebut. Umpan balik pengajar dijadikan satu dengan halaman masukan jurnal, disertai pemberitahuan melalui e-mail. 7. Modul Bahan Pelatihan (Resource) Modul Resource mendukung berbagai macam format (Word, Power Point, Flash, Video, Audio, dan sebagainya). File dapat di-upload dan dikelola di dalam server, atau dibuat secara on the fly menggunakan format web (teks atau HTML). Bahan pelatihan eksternal di web dapat di-link atau disertakan dalam antarmuka kursus/pelatihan. 8. Modul Survei Alat survei disertakan dalam Moodle sebagai alat untuk menganalisis kelas online. Laporan survei online selalu tersedia dengan grafik. Data ini dapat di-download dalam bentuk spreadsheet Excel atau file tect CSV.
9. Modul Workshop Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen. Pengajar dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada ke dalam tingkatan.
28
2.3.6 Arsitektur Moodle Menurut Prakoso (2005, p121), berdasarkan perspektif admnistrator, Moodle telah didesain menggunakan beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Dapat berjalan pada berbagai macam platform. Aplikasi web yang dapat bekerja pada berbagai macam platform adalah PHP yang dikombinasikan dengan MySQL, dan pada lingkungan tempat Moodle dibangun (Linux, Windows, dan Mac OS X). 2. Sangat mudah di-install, dipelajari dan dimodifikasi. Prototip Moodle sebelumnya dibangun menggunakan Zope – sebuah aplikasi web
server berorientasi objek. Namun, setelah berjalan beberapa waktu ditemukan bahwa tahapan yang diperlukan sangat rumit dan tidak fleksibel (dalam pengertian administrasi sistem) walaupun teknologi Zope itu sendiri sesungguhnya sangat menarik. Di sisi lain, bahasa script PHP sangat mudah didapat. Akhirnya, Moodle dikembangkan dengan menggunakan desain berorientasi kelas agar mudah dimengerti. 3. Mudah di-upgrade ke versi terbaru. Moodle dikenal dalam berbagai versi (demikian pula dengan semua plugin yang ada) dan mekanisme pembangunan Moodle telah membuatnya dapat di-upgrade ke versi terbaru. 4. Pengembangan secara modular sehingga mempercepat pertumbuhan. Moodle memiliki sejumlah fitur, berupa modul, diantaranya theme, aktivitas, antarmuka bahasa, skema database, dan format pelatihan. Hal ini memungkinkan semua
orang
menambahkan
fitur
mendistribusikannya secara terpisah.
dalam
kode
dasar
utama
ataupun
29
5. Moodle dapat dipadukan dengan berbagai macam sistem. Moodle menyimpan semua file kursus dalam direktori tunggal di server. Hal ini akan memudahkan administrator dalam membuat tingkatan akses antarpengajar.
2.3.7 Database Server Moodle Berdasarkan Prakoso (2005, p21), dalam mengelola pelatihan kursus/pelatihan online, Moodle membutuhkan database. Database yang mendukung Moodle adalah
database
server.
Penetapan
tersebut
disebabkan
pembangunan
Moodle
yang
menggunakan script bersifat server side, yaitu PHP (Hypertext Preprocessor). MySQL masih menurut Prakoso (2005, p23) adalah database yang dikembangkan dari bahasa SQL. SQL merupakan bahasa terstruktur yang digunakan untuk metode komunikasi antara script program dengan database server dalam memasukkan atau mengambil data. Beberapa alasan yang mendukung MySQL sebagai database terbaik bagi Moodle adalah sebagai berikut: 1. Lisensi MySQL bersifat gratis. Hal ini merupakan penghematan biaya bagi institusi pendidikan yang akan menerapkan Moodle karena tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membayar lisensi terhadap database yang digunakan. 2. Spesifikasi perangkat keras yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Selain itu, MySQL memiliki kinerja yang tinggi untuk setiap operasi yang dijalankannya. 3. Jumlah pengguna MySQL menduduki peringkat tertinggi dibandingkan database
lainnya. Hal ini mempermudah kita dalam memecahkan persoalan yang terkait dengan MySQL karena adanya informasi gratis dari sesama pengguna. 4. Karena Moodle berbasis pada bahasa PHP maka perpaduan antara PHP dan MySQL akan membuat sistem yang ada semakin handal, ringan dan stabil.
30
2.4 Jaringan Komputer 2.4.1 Pengertian Jaringan Komputer Menurut Wahyono (2007, p1), jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer otonom yang saling terhubung satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media transmisi pada suatu jaringan komunikasi data.
2.4.2 Klasifikasi Jaringan Komputer Berdasarkan Wahyono (2007, p2). dari sisi luas area cakupan yang dimilikinya, jaringan komputer dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Local Area Network (LAN) Merupakan jaringan komputer lokal yang mencakup wilayah dengan garis tengah 20 kilometer, yaitu kira-kira seluas daerah kotamadya.
2. Metropolitan Area Network (MAN) Merupakan jaringan komputer kelas menengah yang mencakup seperti pada satu kota besar.
3. Wide Area Network (WAN) Merupakan jaringan komputer wilayah luas yang mencakup antar negara atau antar benua. Biasa disebut juga dengan Global Area Network (GAN) yaitu jaringan komputer yang wilayah jangkauannya mencakup seluruh dunia.
2.4.3 Klasifikasi Server Jaringan Komputer Menurut Wahyono (2007, p10), klasifikasi server jaringan komputer berdasarkan fungsinya terdiri dari dua jenis, yaitu:
31
1. Non-Dedicated Server Network Non-dedicated server adalah server yang terdapat di dalam jaingan komputer yang memiliki model peer to peer network. Peer to peer network merupakan salah satu model jaringan komputer lokal dimana setiap stasiun atau terminal yang terdapat di dalam jaringan tersebut bisa saling berbagi. Server/Workstation
Printer Sharing
Server/Workstation
Server/Workstation
Gambar 2.2 Peer to Peer network (Wahyono, p11) 2. Dedicated Server Network Dedicated server adalah server yang terdapat pada jaringan model client server network. Server pada client server network ini dapat diberlakukan hak akses yang bertingkat pada setiap stasiunnya. Sistem ini menggunakan satu atau lebih komputer yang khusus digunakan sebagai server. Server
Printer
Workstation
Gambar 2.3 Client Server Network (Wahyono. P12)
32
2.4.4 Topologi Jaringan Komputer Masih menurut Wahyono (2007, pp3-5), topologi merupakan cara menghubungkan komputer atau terminal-terminal dalam suatu jaringan. Dari sisi bentuk dan model hubungan antar komputer, jaringan komputer dapat berbentuk sebagai berikut: 1. Topologi Star Network Pada topologi ini, LAN terdiri dari sebuah central node yang berfungsi sebagai pengatur arus informasi dan penanggung jawab komunikasi dalam suatu jaringan.
Gambar 2.4 Topologi Star Network (Wahyono, p3) 2. Topologi Bus Network Pada topologi ini, node yang satu dengan node yang lain dihubungkan dengan suatu jalur data atau bus.
Gambar 2.5 Topologi Bus Network (Wahyono, p4)
33
3. Topologi Loop Network Topologi ini menghubungkan antar-node secara serial dalam bentuk suatu lingkaran tertutup.
Gambar 2.6 Topologi Loop Network (Wahyono, p4)
4. Topologi Ring Network Topologi ini merupakan topologi hasil gabungan antara topologi loop network dengan topologi bus network.
Gambar 2.7 Topologi Ring Network (Wahyono, p5)
34
5. Topologi Hierarki Network Topologi ini berbentuk seperti pola struktur organisasi pada sebuah perusahaan.
Gambar 2.8 Hierarki Network (Wahyono, p6)
2.4.5 Komponen Jaringan Komputer Sebuah jaringan komputer terdiri dari berbagai komponen di dalamnya. Menurut Tutang (2007, p12) jaringan LAN sederhana memiliki beberapa komponen penting, yaitu: A. Perangkat Keras
1) Prosesor Menurut Wahyono (2007, p15) prosesor atau dikenal dengan Central Processing
Unit (CPU) merupakan pusat pengeksekusi setiap tugas atau perintah baik yang berupa data maupun informasi di dalam sistem komputer. Sebelum menentukan pilihan prosesor, terdapat faktor-faktor karakteristik prosesor yaitu: a. Alokasi anggaran yang tersedia. b. Sistem operasi yang digunakan. c.
Tipe soket atau slot prosesor di motherboard.
d. Kecepatan yang diperlukan.
35
Tabel 2.1 Spesifikasi Jenis-jenis Prosesor Intel (Oneto, 2007) Prosesor
Tabel Prosesor Jenis
Intel Celeron Intel Pentium
Soket
Bus (FSB)
L2 Cache
Clock Prosesor
Celeron
478
400
256 KB
1.8-2.4 GHz
Celeron D
LGA 775
533
256-512 KB
2.13-3.6 GHz
Pentium III
378
100-133 Mhz
-
450-1 GHz
Pentium IV
423-478
133-533 Mhz
256KB-1 MB
1.3-3.6 GHz
Pentium IV HT
478
800-1066 Mhz
512KB-2 MB
2.4-3.8 GHz
Pentium IV EE
LGA 775
800-1066 Mhz
512KB-2 MB
3.2-3.7 GHz
LGA 775
800 Mhz
(2X) 1-2 MB
2.8-3.6 GHz
LGA 775
533-800 Mhz
(2X) 1 MB
2.66-3.2 Ghz
LGA 775
533-800 Mhz
1 MB
1.6-1.8 GHz
LGA 775
800-1066 Mhz
(2X) 1-2 MB
3.2-3.7 Ghz
Core 2 Duo
LGA 775
2 MB-4 MB
2 MB-4 MB
1.6-3.0 Ghz
Core 2 Quad
LGA 775
8 MB
8 MB
2.4-2.66 Ghz
Core 2 Extrem
LGA 775
4-8 MB
4-8 MB
2.6-3.0 GHz
Pentium D (Dual Core) Pentium D (Dual Core) Pentium Dual Core Pentium EE Intel Core
2) Memori RAM (Random Access Memory) merupakan kelompok memori utama dalam komputer, dimana RAM merupakan tempat penyimpanan semua data yang dimasukkan oleh komponen input.
36
Tabel 2.2 Berbagai Jenis RAM dan Karakteristiknya (Wahyono, 2007) Fitur
Desktop
Notebook
Server
Mobile/ Wireless
High Density
v
v
v
v
High Reliability High Performance High Bandwidth/chip High Bandwidth/pin
v
Low Power Consumption
v
Low Latency
v
Multichip Packaging
v
Small Form Factor DRAM Products
v v
DDR2
Mobile DDR
DDR2 SDRAM
Mobile DDR
SDRAM
Mobile SDR
DDR SDRAM
Mobile SDR
DDR SDRAM
SDR SDRAM
SDR SDRAM
RD RAM
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan RAM: a. Kenali karakterisitk RAM. b. Kesesuaian Bus speed RAM dengan prosesor. c.
Memilih merek yang telah terbukti berkualitas bagus.
d. RAM yang sesuai dengan kebutuhan. e. Kapasitas yang dibutuhkan.
37
Tabel 2.3 Jenis-jenis Memori RAM dan Karakteristik (Oneto, 2007) Jenis RAM
Tabel Memory Besar RAM
PC (Bandwidth)
Jumlah Chip
SD-RAM
16 Mb
66 Mhz
8 Chip
(Synchronous
32 Mb
100 Mhz
4 Chip
64 Mb
133 Mhz
Dynamic RAM)
128 Mb 256 Mb 512 Mb DDR 1
DDR 2
128 Mb
1600
256 Mb
2100
512 Mb
2700
1 Gb
3200
128 Mb
3700
256 Mb
4200
512 Mb
5300
4 Chip
4 Chip
1 Gb
3) Harddisk Harddisk merupakan media penyimpanan utama dari sebuah komputer yang digunakan untuk menyimpan data secara permanen (non volatile). Karakteristik digunakan untuk mengenal lebih dalam sebuah harddisk:
38
a. Kapasitas
Tabel 2.4 Kapasitas Harddisk Server (Wahyono, 2007) Jenis Harddisk
Kapasitas
Cheetah 10 K 6
37, 73, 147 GB
Cheetah 10 K 7
146, 300 GB
Cheetah 15 K 3
18, 37, 73 GB
Cheetah 15 K 4
37, 73, 146 GB
Savvio
37, 73 GB
Baracuda ES
250, 500, 750 GB
b. Kecepatan Putar Kecepatan putar atau spindle speed adalah kecepatan berputar piringan harddisk per menit dengan satuan Rpm (Rotation per Minute).
Tabel 2.5 Kecepatan Putar Harddisk (Oneto, 2007) Tipe Harddisk
Tabel Harddisk Speed (Rpm)
ATA
3600 Rpm
Jenis Kabel Kabel IDE
Performa ***
5400 Rpm
****
7200 Rpm
*****
SATA
7200 Rpm
(Serial ATA)
9600 Rpm
Kabel SATA
******
39
c.
Ukuran Fisik Ukuran fisik harddisk atau yang dikenal dengan istilah form factor, dipengaruhi oleh ukuran diameter dari platter harddisk.
Tabel 2.6 Form Factor Harddisk Server (Wahyono, 2007) Diameter
Form Factor
Keterangan
Piringan 5,12”
5,25
Digunakan PC lama.
3,74”
3,5
Standar ukuran saat ini.
3,0”
3,5
Harddisk kelas high-end 10.000 RPM
2,5”
2,5
Untuk Drive Laptop
3,5
Sampai 15.000 RPM
1,8”
PC Card
PC Card (PCMCIA) untuk Laptop.
1,0”
Compact Flash
Untuk digital camera.
d. Transfer Rate Atau kecepatan transfer menyatakan seberapa cepat data dapat dipindahkan dari dan ke piringan (platter) untuk melakukan proses menulis atau membaca data.
e. Rotational Latency Waktu tunggu rotasi sektor, atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan separuh revolusi pada harddisk. Satuannya adalah miliseconds (ms). f.
Waktu Pencarian (Seek Time) Dikenal dengan seek time adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menggerakkan head dari satu silinder ke silinder lain dalam jarak yang acak.
40
4) CD Drive Tabel 2.7 Jenis-jenis CD Drive dan Karakteristiknya (Oneto, 2007) Jenis
CD - ROM Spesifikasi
Kecepatan
CD-ROM
Hanya dapat membaca piringan CD.
8x-52x
CD-RW
Seperti CD-ROM dan mampu menulis di
52x32x52x
atas piringan CD. DVD-ROM
52x48x36x
Dapat memutar/membaca piringan DVD
4x-16x
dan CD. DVD-Combo
Dapat membaca DVD dan CD, serta
16x
menulis di atas CD. DVD RW
Dapat membaca DVD dan CD, dapat
16x16
menulis di atas DVD dan CD.
5) Monitor
Tabel 2.8 Jenis-jenis Monitor dan Karakteristiknya (Oneto,2007) Jenis
Tabel Monitor (CRT vs LCD)
Monitor CRT
Kelebihan
Kekurangan
• Harga lebih murah.
• Efek radiasi besar.
• Refresh Rate yang tinggi.
• Mata cepat lelah.
• Warna
• Butuh tempat yang luas.
tajam.
lebih
jelas
dan
• Bobot
monitor
berat, pemindahan.
cukup
menyulitkan
41
LCD
• Lebih hemat listrik.
• Harga lebih mahal.
• Efek radiasi rendah.
• Lebih
rentan
terhadap
kerusakan.
• Mata tidak cepat lelah. • Tidak membutuhkan tempat yang besar.
• Gambar agak kabur pada saat gambar bergerak. • Gambar kurang tajam.
• Mudah dipindahkan.
6) NIC (Network Interface Card) Adalah kartu jaringan atau LAN card berupa papan elektronik yang nantinya dipasang pada setiap komputer di dalam suatu jaringan. 7) Modem Menurut Tutang (2007,p33) terdapat dua jenis modem yang dapat digunakan untuk keperluan jaringan, yaitu: •
Modem Internal Modem yang dipasang pada soket yang tersedia di main board komputer.
•
Modem Eksternal Modem yang dihubungkan dengan komputer melalui port komunikasi, seperti port serial atau USB.
8) Hub atau Concentrator Merupakan
suatu
perangkat
yang
memiliki
banyak
port
yang
akan
menghubungkan beberapa node sehingga membentuk suatu jaringan dengan topologi star. Masih menurut Tutang (2007, p16) dari segi pengelolaan, HUB yang beredar di pasaran saat ini terdiri dari:
42
•
Manageable HUB HUB yang bisa dikelola atau di manage dengan software yang dibawanya.
•
Unmanageable HUB HUB yang cara pengelolaannya dilakukan secara manual.
9) Bridge Digunakan untuk menghubungkan dua buah LAN yang bertipe sama.
10) Router Digunakan untuk menghubungkan dua buah LAN yang bertipe sama atau berbeda. 11) Media Transmisi Media transmisi untuk komunikasi data dalam sebuah jaringan komputer dapat dikelompokkkan menjadi dua, yaitu:
a. Media Transmisi Guided Merupakan media kasat mata yang mentransmisikan sekaligus memadu gelombang untuk menuju pada penerima. Salah satu jenisnya adalah kabel. Terdapat tiga jenis kabel yang digunakan sebagai media transmisi data : i. Twisted Pair (Kabel Dua Kawat) Merupakan media transmisi yang paling murah dan paling banyak dijumpai. Sebuah kabel dua kawat dapat berupa dua kawat terbuka seperti misalnya kabel distribusi dari rumah ke tiang telepon.
ii. Coaxcial Cable Adalah kabel yang memiliki satu konduktor copper di tengahnya. Sebuah lapisan plastik menutupi di antara konduktor dan lapisan pengaman
43
serat besi. Lapisan serat besi berfungsi membantu menutupi gangguan dari lampu listrik, kendaraan, dan komputer. iii. Optic Fiber (Kabel Serat Optik) Yaitu kabel yang mempunyai kemampuan mentransmisi sinyal melewati jarak yang lebih jauh daripada kabel jenis lainnya, dan memiliki kecepatan transfer data yang sangat baik.
Tabel 2.9 Tipe-tipe Kabel dan Spesifikasinya (Tutang, 2007) TIPE
KECEPATAN
JARAK
KONEKTOR
UTP Kategori 5
10 Mbps
300 kaki
RJ 45
Coaxial atau
10 Mbps
2500 kaki
- BN Connector
BNC RG 58 Serat Optik
- Terminator 100 Mbps
3 mil
- Spring Loaded Twist
b. Media Transmisi Unguided Berfungsi untuk mentransmisikan data tetapi tidak bertugas sekaligus sebagai pemandu yang mengarahkan tujuan transmisi.
12) UPS (Uninteruptible Power Supply) UPS merupakan sistem penyedia listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem dan hardware. Fungsi utama dari UPS adalah: a. Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya listrik utama dari PLN. b. Dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan tegangan.
44
B. Perangkat Lunak 1. Sistem Operasi Merupakan program yang berisi mekanisme kerja yang mengatur hubungan antar berbagai komponen yang ada dalam komputer, sehingga dapat saling terintegrasi dalam menjalankan fungsinya untuk membangun kinerja sebuah sistem komputer. 2. Program Aplikasi Program komputer yang memiliki beberapa fungsi seperti mengolah kata, mengolah angka, mengolah data, dan grafik. 3. Program Internet Sharing Program yang berfungsi agar seluruh komputer di dalam jaringan dapat menggunakan internet. 4. Program Internet Program untuk menjalankan fasilitas yang berhubungan dengan internet.
C. Koneksi Internet Menurut Tutang (2007, p33) terdapat dua tipe koneksi internet, yaitu koneksi melalui telepon dan broadband. Masing-masing tipe koneksi memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah tipe-tipe koneksi internet yang digunakan secara umum, yaitu: 1. Koneksi Melalui Telepon a. Line Telepon •
Pengaplikasian yang mudah, hanya memerlukan modem dan line telepon.
45
•
Kecepatan koneksi tergolong lambat.
•
Tidak dapat menggunakan telepon jika sedang terkoneksi dengan internet.
b. ISDN (Integrated Services Digital Network) •
Kecepatan koneksi lebih tinggi dibandingkan koneksi telepon reguler, namun lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan koneksi broadband.
•
Cenderung lebih mahal dibandingkan koneksi broadband.
•
Memerlukan instalasi yang profesional.
2. Koneksi Broadband a. DSL (Digital subscriber Line) •
Kecepatan koneksi lebih tinggi dibandingkan koneksi IDSN.
•
Harga yang lebih terjangkau dibandingkan IDSN.
•
Koneksi internet selama 24 jam.
•
Tidak mengganggu penggunaan telepon.
b. Cable (Television Cable) •
Kecepatan koneksi lebih tinggi dibandingkan koneksi IDSN.
•
Harga yang lebih terjangkau dibandingkan IDSN.
•
Koneksi internet selama 24 jam.
•
Tidak mengganggu penggunaan telepon.
46
2.5 Manajemen 2.5.1 Pengertian Manajemen Menurut Hasibuan (2007, p2) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.5.2 Unsur-Unsur Manajemen Masih menurut Hasibuan (2007, p20) unsur-unsur
manajemen (tools of
management) terdiri dari: 1. Men Tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksana.
2. Money Uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Methods Cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
4. Materials Bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Machines Mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan.
6. Market Pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.
47
2.5.3 Bidang-bidang Manajemen Menurut Hasibuan (2007, p21)
setiap unsur manajemen berkembang menjadi
bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Bidang-bidang manajemen yang dikenal terdiri atas: 1. Manajemen Sumber Daya Manusia (Unsur Men) Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja, agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan. 2. Manajemen Permodalan/Pembelanjaan (Unsur Money) Bagaimana cara mengelola/mengatur dana/uang, agar mendapatkan keuntungan yang wajar. 3. Manajemen Akuntansi Biaya (Unsur Materials) Membahas masalah penggunaan material, agar efisien dan efektif sehingga pemborosan dapat dihindari seminimal mungkin. 4. Manajemen Produksi (Unsur Machines) Membahas
masalah
penentuan/penggunaan
mesin-mesin,
alat-alat,
lay
out
peralatan, dan cara-cara untuk memproduksi barang/jasa suapaya kualitasnya relatif baik. 5. Manajemen Pemasaran (Unsur Market) Membahas tentang cara penjualan barang, jasa, pendistribusian, promosi produksi sehingga konsumen merasa tertarik untuk mengkonsumsinya. 6. Methods Cara/sistem-sistem yang dipergunakan dalam setiap bidang manajemen untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna setiap unsur manajemen.
48
2.5.4 Fungsi-fungsi Manajemen Berdasarkan Hasibuan (2007, p40) fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. 1. Perencanaan Proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. 2. Pengorganisasian Proses penentuan, pengelompokkan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitasaktivitas tersebut. 3. Pengarahan Mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. 4. Pengendalian Pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencanarencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.
2.5.5 Perencanaan 2.5.5.1 Perencanaan dan Rencana Menurut Hasibuan (2007, p92) Perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih sasaran, kebijakan, prosedur, dan program yang diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan dating.
49
Sedangkan rencana adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut. Setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman.
2.5.5.2 Tujuan Perencanaan Berdasarkan Hasibuan (2007, p95) terdapat beberapa tujuan dari perencanaan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program serta memberikan pedoman cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan. b. Bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang dimiliki terarah dengan baik kepada tujuan. c.
Merupakan salah satu usaha untuk memperkecil resiko yang dihadapi di masa yang akan datang.
d. Merupakan usaha untuk menghindari mismanagement dalam penempatan karyawan. e. Perencanaan menyebabkan kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan. 2.5.5.3 Keuntungan Perencanaan Menurut Hasibuan (2007,p110) perencanaan memberi beberapa keuntungan bagi organisasi, yaitu: 1. Tujuan organisasi menjadi jelas, objektif dan rasional. 2. Menyebabkan seluruh aktivitas teratur, terarah, dan ekonomis. 3. Memberikan landasan untuk pengendalian. 4. Memberikan gambaran mengenai seluruh pekerjaan dengan jelas dan lengkap. 5. Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh potensi yang dimiliki.
50
2.5.5.4 Jenis-jenis Rencana Terdapat 8 (delapan) jenis rencana menurut Hasibuan (2007, p95), berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis rencana: 1. Tujuan (Objective) Suatu sasaran manajerial, yaitu tujuan yang diinginkan. 2. Kebijakan (Policy) Suatu jenis rencana yang memberikan bimbingan berpikir dan arah dalam pengambilan keputusan. 3. Prosedur Menunjukkan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan aktivitas-aktivitas di masa depan.
4. Rule Rencana tentang peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan harus ditaati. 5. Program Suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret, karena telah tercantum sasaran, kebijakan, prosedur, waktu dan anggaran.
6. Budget Suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. 7. Metode Cara pelaksanaan suatu tugas dengan suatu pertimbangan yang memadai menyangkut tujuan, fasilitas dan jumlah penggunaan waktu, uang dan usaha. 8. Strategi Suatu interpretative planning yang dibuat dengan memperhitungkan rencana pesaing.
51
2.5.5.5 Kegiatan-kegiatan dalam Perencanaan Menurut Louis A. Allen seperti yang dikutip oleh Hasibuan (2007, p113), kegiatankegiatan yang dilakukan dalam fungsi perencanaan adalah:
1. Forecasting (Peramalan) Perencanaan harus dapat meramalkan, memperkirakan waktu yang akan datang tentang keadaan pasar, perkembangan situasi kosumen, kemajuan teknik, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Ramalan disusun secara sistematis dan berkesinambungan serta berusaha mendahului kondisi-kondisi pada waktu yang akan datang. 2. Establishing Objectives (Penetapan Tujuan) Tujuan harus dikembangkan untuk menentukan seluruh kegiatan yang akan dilakukan. 3. Programming (Pemrograman) Perencanaan harus menetapkan prosedur kegiatan-kegiatan dan biaya-biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan. 4. Schedulling (Penjadwalan) Menyusun jadwal kapan suatu kegiatan harus dimulai dan berapa lama setiap kegiatan dikerjakan. 5. Budgeting (Penganggaran) Penyusunan anggaran
belanja harus dilakukan untuk mengalokasikan sumber-
sumber dana serta penetapan besarnya anggaran untuk setiap kegiatan yang dilakukan. 6. Developing Procedure (Pengembangan Prosedur) Untuk penghematan, efektivitas, dan keseragaman dalam pekerjaan tertentu.
52
7. Establishing and Interpreting Policies (Penetapan dan Penafsiran Kebijakan) Kebijakan merupakan suatu keputusan yang senantiasa berlaku untuk masalahmasalah yang terjadi berulang-ulang dalam organisasi.
2.5.6 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.5.6.1 Pengertian Sumber Daya Manusia Berdasarkan Nawawi (2005, p37) untuk memahami pengertian SDM perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga Negara suatu Negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun yang belum memperoleh pekerjaan. Sedangkan SDM dalam arti mikro adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya.
2.5.6.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia Menurut Nawawi (2005, p30) perencanaan adalah proses memilih sejumlah kegiatan untuk ditetapkan sebagai keputusan tentang suatu pekerjaan yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan siapa yang melakukannya. Perencanaan SDM menurut Nawawi (2005, p44), adalah proses menetapkan strategi untuk memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan, dan mempertahankan SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi sekarang dan pengembangannya di masa depan.
53
2.5.6.3 Penetapan Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) Penetapan
kualifikasi
SDM
yang
dibutuhkan
sangat
bervariasi
antara
organisasi/perusahaan yang berbeda. Variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis keterampilan/keahlian SDM
yang
dibutuhkan
karena
perbedaan
produk yang
dihasilkan. Menurut Nawawi (2005, p137) dalam perencanaan SDM diperlukan prediksi kualifikasi SDM yang dibutuhkan organisasi di masa depan. Dan diperlukan tolok ukur pembanding tentang kualifikasi/persyaratan yang dibutuhkan dalam bekerja untuk 5 jenjang jabatan/pekerjaan.
Tabel 2.10 Persyaratan Standar SDM Organisasi (Nawawi, 2005) Jenjang
Persyaratan Standar
Implementasi
Jabatan V
Pekerjaan
sederhana,
pengulangan,
Pekerja
dengan
petugas tata usaha, sopir dll). SD,
persyaratan
SMP, maksimal SMU pengalaman nol
dilakukan
supervisi
yang
pelatihan
minimal,
jawab
banyak
kecil,
ketat, dan
kurang
tanggung
tingkat
bawah
(penjaga,
tahun.
memerlukan
inisiatif, krativitas dan lainnya.
IV
Pekerjaan pengulangan, supervisi
banyak
Pekerja tingkat bawah atas (kepala
dengan
urusan/seksi, mador/pengawas dll).
mempersyaratkan
SMU dan SLTA kejuruan ditambah
sederhana, dilakukan
ketat,
sedikit pelatihan atau keterampilan
pelatihan.
tingkat rendah/menengah ke bawah. Kadang memikul tanggung jawab dan memerlukan inisiatif sederhana.
III
Pekerjaan sederhana, sedikit variasi
Pekerja tingkat menengah bawah
supervisi umum, pelatihan intensif,
(Kepala seksi Sub Bagian, Bagian).
keterampilan
Berijazah SMU/S1 dan penagalaman
jawab
teknis
tertentu. dan
Tanggung memerlukan
inisiatif, kreativitas memadai.
minimal di bidang relevan.
54
II
Pekerjaan
rata-rata
bervariasi,
supervisi
keterampilan
tinggi,
komplek
Pekerjaan
umum,
menengah
atas
(manajer
departemen,
divisi,
direktur)
bertanggung
tingkat
menengah
dan
jawab pada operasional pekerjaan,
penagalaman memadai atau S2/S3
peralatan, keselamatan kerja, inisiatif
yang relevan.
dan
kreativitas/manajerial
bidang
bisnis perusahaan.
I
Pekerjaan
komplek,
bervariasi,
Pekerja tingkat atas/tinggi (general
keterampilan tinggi (keahlian) dan
manajer, direktur, direktur utama,
manajerial
tinggi/professional,
presiden) tanpa syarat pendidikan
bertanggung jawab pada operasional
dan pengalaman (tergantung pemilik
pekerjaan,
perusahaan).
peralatan
dan
keselamatan kerja secara moral, dan memerlukan
inisiatif,
kreativitas
tingkat tinggi.
Teknik lain yang dapat dipergunakan untuk menetapkan kualifikasi SDM yang akan dipekerjakan adalah dengan melakukan Evaluasi Pekerjaan (Job Evaluation). Teknik ini disebut juga Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis). Menurut Nawawi (2005, p140) Penilaian Pekerjaan adalah prosedur yang sistematis untuk menetapkan nilai relative suatu pekerjaan atau jabatan, berdasarkan volume dan beban kerja, tanggung jawab, keterampilan/keahlian, jenis kegiatan dalam bekerja, dan kondisi kerja yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakannya secara efektif dan efisien. Salah satu teknik Evaluasi Pekerjaan adalah Teknik Sistem Point, yang digunakan dengan menetapkan factor-faktor sebagai kualifikasi yang dibutuhka SDM agar dapat melaksanakan suatu jabatan/pekerjaan secara efektif dan efisien. Dengan table faktorfaktor atau kualifikasi yang perlu dipenuhi oleh seorang pekerja atau calon pekerja, dalam dua model berskala empat dan berskala lima.
55
Tabel 2.11 Matrik Sistem Point Berskala Empat (Nawawi, 2005) No.
1.
2.
3.
4.
Faktor
Tingkatan Minimum
Rendah
Rata-rata
Tinggi
a. Keselamatan orang lain.
25
50
75
100
b. Peralatan dan bahan.
20
40
60
80
c. Pelakasanaan pelatihan.
5
20
35
50
d. Kualitas produk dan pelayanan.
20
40
60
80
a. Penagalaman Kerja
45
90
135
180
b. Pendidikan dan Pelatihan
25
50
75
100
a. Fisik
25
50
75
100
b. Mental
35
70
105
150
a. Kondisi tidak menyenangkan.
20
40
60
80
b. Pekerjaan Berbahaya
20
40
60
80
Tanggung Jawab
Pendidikan/Pengalaman
Kegiatan Usaha
Kondisi Pekerjaan
TOTAL
1.000
Dengan menggunakan poin di dalam table di atas, setiap jabatan atau pekerjaan dapat dinilai faktor-faktor atau kualifikasi yang harus dipenuhi seorang pekerja/calon pekerja. Faktor yang mendapat poin tinggi dapat ditetapkan sebagai kualifikasi utama, factor dengan poin rata-rata harus dijadikan kualifikasi pendukung, dan faktor dengan poin rendah dapat diabaikan atau tidak dimasukkan dalam kualifikasi SDM yang akan ditetapkan dalam Perencanaan SDM.
2.5.6.4 Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia Manfaat perencanaan SDM menurut Nawawi (2005, p44), sebagai berikut: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendayagunaan SDM. 2. Menyelaraskan aktivitas SDM berdasarkan potensinya masing-masing.
56
3. Meningkatkan kecermatan dan penghematan biaya (cost) dan tenaga dalam melaksanakan rekruitmen dan seleksi. 4. Perencanaan
SDM
yang
profesional
mendorong
usaha
menciptakan
dan
menyempurnakan Sistem Informasi SDM agar selalu akurat siap pakai untuk berbagai kegiatan Manajemen SDM lainnya. 5. Perencanaan
SDM
dapat
meningkatkan
koordinasi
antar
manajer
unit
kerja/departemen.
2.6 Manajemen Pendidikan 2.6.1 Pengertian Manajemen Pendidikan Berdasarkan pendapat DR. Made Pidarta yang dikutip oleh Atmodiwirio (2000, p22) Manajemen Pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.6.2 Sistem Pendidikan Wayne, K. Hoy cs, seperti yang dikutip Atmodiwirio (2000, p42) mendefinisikan sistem sosial sebagai kumpulan elemen (sub sistem) yang terbatas, kegiatan yang berinteraksi, dan membentuk suatu kesatuan tunggal. Definisi ini menekankan bahwa suatu sistem sosial itu kreatif, sebab perdefinisi sistem itu memiliki peringkat dan tujuan di atas komponen-komponen bagiannya, dan keterkaitannya. Sistem sosial artinya bisa berdiri sendiri terlepas dari semua komponen, bagiannya, dan mampu mengembangkan diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Komponen dasar setiap sistem sosial adalah: input (masukan), proses, output, lingkungan dan loops (balikan):
57
Input
Output
Organisasi Struktur dan Proses
Loop (Balikan)
Gambar 2.9 Komponen Dasar Sistem Sosial (Atmodiwirio, 2000) Komponen-komponen sekolah terdiri atas masukan, proses, keluaran langsung, keluaran tidak langsung, dan balikan: 1. Masukan Masukan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh sistem sekolah untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan. Masukan mencakup: a. Masukan Baku Yang dapat dikategorikan sebagai masukan baku sekolah adalah siswa, termasuk segala karakteristiknya (misalnya jenis kelamin, kemampuan dasar, kondisi sosial ekonomi orang tua siswa). b. Masukan Instrumental Yang dikategorikan sebagai masukan instrumental adalah guru, sarana dan prasarana, kurikulum, dana dan pengelolaan. •
Guru
dengan
segala
karakteristiknya
(latar
belakang
pendidikan,
pengalaman, jenis kelamin). •
Sarana dan prasarana mencakup gedung, perabot, alat peraga, alat praktek, dan media pendidikan.
•
Kurikulum mencakup mata pelajaran/bidang studi yang diajarkan termasuk metodenya dan jumlah jam yang dialokasikan.
58
•
Dana
mencakup
jumlah
dana
yang
disediakan
dan
kebijaksanaan
penggunaannya. •
Pengelolaan mencakup sistem pemanfaatan sumber daya pendidikan yang dikelola oleh sekolah.
c.
Masukan Lingkungan •
Kondisi sosial ekonomi orang tua dan masyarakat sekitar.
•
Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar.
•
Kondisi lingkungan hidup.
2. Proses Kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, termasuk segala proses yang terjadi di sekolah dalam rangka mengubah masukan untuk menghasilkan keluaran. Proses mencakup kegiatan: a. Kegiatan Belajar-Mengajar Kegiatan ini menggambarkan kegiatan belajar-mengajar teori dan praktek oleh guru dan tenaga lainnya, termasuk metode penyampaian yang diterapkan, sikap guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar (PBM) serta suasana kelas/ruang belajar. b. Kegiatan Pengelolan Sekolah Kegiatan ini menggambarkan kegiatan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya pendidikan di sekolah. c.
Kegiatan Administrasi Sekolah Kegiatan ini menggambarkan kegiatan administrasi sekolah dalam arti khusus atau bisa disebut kegiatan ketatausahaan.
59
3. Keluaran Langsung Keluaran langsung adalah segala sesuatu yang secara langsung dihasilkan oleh sistem pendidikan, mencakup antara lain jumlah siswa yang tamat sekolah, dan hasil belajar siswa dalam ranah penalaran (kognitif), perasaan (afektif), dan keterampilan (psikomotor). 4. Keluaran tidak Langsung Keluaran tidak langsung adalah segala hasil yang diperoleh oleh para lulusan di masyarakat sebagai hasil pendidikan mencakup daya serap lulusan yang memasuki dunia kerja dan/atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kesesuaian antara pendidikan dengan pekerjaan dan/atau tingkat penghasilan, dan sebagainya.
2.7 Manajemen Jaringan 2.7.1 Aspek-aspek Manajemen Jaringan Menurut Wahyono (2007, p165) secara umum manajemen jaringan terbagi atas aspek-aspek teknis dan non teknis. Aspek teknis menyangkut pengetahuan tentang model jaringan komputer yang baik beserta dengan infrastruktur teknologinya, sedangkan aspek non teknis mencakup manajemen pengelolaannya. 1. Aspek Teknis Dalam mengelola jaringan komputer memerlukan pengetahuan tentang model jaringan, sistem operasi, software aplikasi server, pengaturan routing, alokasi alamat IP, filtering aliran data dari dan ke dalam jaringan komputer, serta beberapa pengetahuan teknik lainnya. Berikut ini beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan dalam melakukan manajemen jaringan, yang sebaiknya dimiliki pengelola atau administrator jaringan yaitu:
60
a. Pengetahuan tentang periode penggantian server. b. Pengetahuan tentang filter atau pengaman jaringan. c.
Pengetahuan dalam melakukan backup.
d. Pengetahuan jarak antar titik (node) dalam jaringan. e. Pengetahuan tentang media transmisi dalam jaringan. f.
Pengetahuan tentang pembagian network.
g. Pengetahuan tentang bandwidth. 2. Aspek Non Teknis Aspek non teknis dalam pemeliharaan jaringan antara lain mencakup hal-hal yang berbau manajemen umum, seperti misalnya perlunya struktur organisasi pengelolaan yang teratur, penjadwalan yang baik, perencanaan jaringan berbasis masa depan, dan lain sebagainya. a. Dukungan unit lain dalam lembaga atau organisasi. b. Penjadwalan kegiatan admin. c.
Perencanaan ke depan yang matang.
d. Pentingnya pencatatan. e. Pemetaan jaringan.
2.7.2 Pemeliharaan Rutin Jaringan Masih menurut Wahyono (2007, p169) pemeliharaan rutin jaringan terdiri dari pemeliharaan fisik, pemeliharaan sistem operasi server dan software aplikasinya, pemeliharaan dan perlindungan data, serta perlindungan pengguna dari virus dan
spam serta hacker dan cracker.
61
1. Kebersihan Lokasi Lokasi tempat penyimpanan server harus bersih, bebas dari debu, tidak lembab, dan suhunya terjaga. Debu dapat menyebabkan terjadinya listrik statis yang akan berakibat pada tidak berfungsinya perangkat elektronik komputer. 2. Backup dan Replikasi Secara rutin perlu dilakukan duplikasi (backup) terhadap file-file penting untuk menjaga kemungkinan kerusakan yang terjadi pada file asli. Rutinitas backup yang dapat dilakukan adalah Direct Backup, yaitu backup yang dilakukan secara langsung di server atau pusat data menggunakan berbagai media seperti tape, CD, DVD dan sebagainya. 3. Scanning Virus dan Gangguan lainnya. Untuk mengatasi gangguan virus dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dengan antivirus dan firewall. Langkah-langkah pencegahan adanya serangan virus adalah: a. Menggunakan antivirus dengan dengan update terbaru. Dan selalu mengaktifkan mode autoprotect. b. Selalu scanning seluruh media penyimpanan eksternal yang akan digunakan. c.
Jika terhubung ke internet dapat mengkombinasikan firewall dengan
antivirus, antispamming dan sebagainya. d. Mewaspadai file-file yang mencurigakan. e. Mengambil software freeware dan shareware dari sutus resmi. f.
Menghindari pembelian produk bajakan.
62
Jika telah terinfeksi, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: a. Mencari sumber virus, mengisolasi area yang terjangkit virus. b. Mengidentifikasi jenis virus dari gejala yang ditimbulkan. c.
Scan dengan antivirus menggunakan update virus definition terbaru.
d. Membersihkan dengan mencari cara-cara removal. e. Alternatif terakhir adalah mem-format disk dan instal kembali sistem operasi. 4. Defragmentasi Defragmenter adalah utiliti Windows yang digunakan khusus untuk penataan ulang file yang ada di dalam harddisk. Proses defrag akan menyusun file-file dan ruang kosong pada harddisk dengan tepat dengan tujuan agar aplikasi dan sistem dapat dijalankan dengan lebih cepat. 5. Testing Drive dan Media Perlu dilakukan pengecekan secara rutin terhadap kapasitas harddisk untuk mengetahui kapasitas yang terpakai. Hindari kapasitas sisa ruang harddisk kurang dari seperdelapan kapasitas total.
63
2.8 Kerangka Pemikiran Untuk menerapkan e-learning berbasis internet di SMA Negeri 87 Jakarta diperlukan langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebelumnya agar penerapan e-learning akan berjalan lancar dengan efisien dan efektif. Tahapan-tahapannya adalah:
ANALISIS DAN PERANCANGAN E-LEARNING BERBASIS INTERNET PADA SMA NEGERI 87 JAKARTA Analisa: 1. Kebutuhan E-Learning 2. Infrastruktur Siswa
Perancangan: 1. Network (Jaringan) 2. Learning Management System (LMS)
Perencanaan SDM: 1. Jaringan 2. Learning Management System (LMS) 3. Materi 4. Marketing (Sosialisasi)
E-Learning Berbasis Internet SMA Negeri 87 Jakarta
Gambar 2.10 Kerangka Pikiran Penelitian
64
1. Analisis
a. Kebutuhan e-learning Bertujuan untuk menganilisis tingkat kebutuhan para siswa terhadap penerapan e-learning berbasis internet dalam proses belajar mengajar. Analisis ini dilakukan menggunakan metode kuesioner kepada sampel siswa yang dipilih sebelumnya. b. Infrastruktur yang tersedia Untuk melakukan perencanaan infrastruktur pendukung e-learning berbasis internet, harus dianalisis terlebih dahulu infrastruktur dan fasilitas yang telah tersedia di sekolah. Selain itu perlu juga diketahui jumlah siswa yang memiliki komputer yang terhubung dengan internet. Sehingga keterbatasan fasilitas dan infrastruktur tidak akan menjadi hambatan dalam penerapan e-learning berbasis internet di SMA Negeri 87 Jakarta. 2. Perancangan a. Local Area Network (LAN) Selain melakukan perencanaan mengenai koneksi internet, harus dilakukan pula perancangan dan perencanaan jaringan intranet yang akan diaplikasikan di gedung sekolah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan kelancaran pertukaran data antar komputer. Perencanaannya berupa letak web
server, komputer administrator, komputer khusus siswa dan komputer khusus guru. Dan bagaimana komputer-komputer tersebut saling berhubungan satu sama lain serta pembagian (sharing) database atau penggunaan hardware (misalnya printer) secara bersama-sama. b. Learning Management System (LMS)
E-learning memerlukan suatu sistem sebagai platform untuk menjalankannya. Sistem tersebut sering dinamakan Learning Management System (LMS). Oleh
65
karena itu, perlu direncanakan pula fungsi-fungsi yang harus dimiliki LMS dan bagaimana mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pada tahap inilah perancangan e-learning dilakukan dengan menggunakan Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) yang merupakan piranti lunak (software) gratis (open source). 3. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk mendukung penerapan e-learning berbasis internet di SMA Negeri 87 Jakarta perlu dilakukan terlebih dahulu pembentukan divisi baru pada Departemen TIK (Teknologi Informasi Komputer). Kemudian pengelolaan atau manajemen dari setiap divisi serta perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan bertugas untuk melaksanakan pengelolaan tersebut. a. Manajemen Jaringan Berfungsi untuk menjaga kinerja jaringan agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Meliputi pemeliharaan, pencegahan serta antisipasi jika telah terjadi kerusakan atau gangguan pada jaringan LAN. b. Manajemen Learning Management System (LMS) Setelah situs web Moodle beroperasi diperlukan 3 jenis manajemen untuk menjalankan Learning Management System (LMS), yaitu:
c.
•
Manajemen Situs
•
Manajemen Pengguna
•
Manajemen Pelajaran
Manajemen Materi Pelajaran Moodle memungkinkan materi yang disampaikan di kelas maya (virtual class) dimodifikasi menggunakan multimedia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan siswa untuk mengakses e-learning.
66
d. Manajemen Sosialisasi Sebelum e-learning diterapkan perlu dilakukan sosialisasi atau pengenalan tentang e-learning berbasis internet. Proses sosialisasi ini dapat dilakukan dalam berbagai cara yaitu penyuluhan dan praktik langsung di depan komputer. Sehingga diharapkan ketika e-learning mulai diterapkan pada proses belajar mengajar, para siswa dan guru telah mengerti langkah-langkah penggunaan dan fungsinya.
2.9 Metodologi Penelitian 2.9.1 Jenis dan Metode Penelitian Berdasarkan pendapat Zikmund seperti yang dikutip oleh Suliyanto (2006, p2) riset merupakan proses pengumpulan, pencatatan dan analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu pembuatan keputusan. Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p7) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik 1 variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. 2.9.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 2.9.2.1 Populasi Populasi menurut Sugiyono (2004, p72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 2.9.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p73) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
67
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang dari populasi harus betul-betul representatif. Menurut Suliyanto (2006, p113) probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan (probabilitas) untuk dijadikan sampel. Menentukan ukuran sampel adalah menentukan besarnya sampel yang harus diambil agar dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya. Pengambilan sampel yang terlalu kecil dikhawatirkan tidak mampu menggambarkan populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, pengambilan sampel yang terlalu besar akan membuang waktu, biaya dan tenaga secara percuma. Dalam penelitian ini ukuran sampel ditentukan menggunakan pendapat Slovin seperti yang dikutip oleh Suliyanto (2006, p100), yaitu: n = ___N___ 1 + Ne2 Dimana: n = jumlah sampel minimal N = jumlah populasi e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel.
Proportionate stratified random sampling digunakan jika populasi memiliki strata dan anggota setiap strata memiliki jumlah yang relatif proporsional. Oleh karena anggota strata memiliki jumlah yang proporsional maka setiap strata akan terwakili dalam sampel secara proporsional juga. Demikian juga sebaliknya, pada strata yang memiliki jumlah populasi yang sedikit, sampel yang akan diambil kecil.
68
2.9.3 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. 2.9.3.1 Angket (Kuesioner) Menurut Sugiyono (2004, p135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pada penelitian ini digunakan metode kuesioner tertutup. Menurut Suliyanto (2006, p141) dalam kuesioner tertutup, jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih. Oleh karena jawaban telah disediakan oleh peneliti sehingga jawabannya akan sesuai dengan kebutuhan dalam riset. 2.9.3.2 Wawancara (Interview) Berdasarkan pendapat Suliyanto (2006, p137), wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden. Dalam wawancara, peneliti tidak harus bertatap muka secara langsung, tetapi dapat melalui media tertentu misalnya melalui telepon, teleconference atau chatting melalui internet.
2.9.4 Desain Pengukuran dan Instrumen Penelitian 2.9.4.1 Desain Pengukuran Menurut Sugiyono (2004, p84) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada di dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
69
Skala interval adalah salah satu jenis skala pengukuran yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Analisis statistik yang sesuai adalah: Uji t (t-test), Uji t (t-test) dua sampel; Anova satu Jalur (One Way-Anova); Anova Dua jalur (Test-Ways Anova); Uji Pearson product moment; uji Korelasi Parsial (partial Correlation); Uji Korelasi Ganda (multiple Correlation); Uji Regresi (Regresion Test); dan Uji Regresi Ganda (Multiple Regression test). Uji statistik yang digunakan ialah uji statistik parametrik. Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p86) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata: 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Ragu-ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak Setuju Masih menurut Sugiyono (2004, p90) dengan skala Guttman akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dtanyakan.
70
2.9.4.2 Instrumen Penelitian Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p84) instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Tabel 2.12 Kisi-kisi Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Kebutuhan E-Learning dan Kesiapan Infrastruktur VARIABEL Kebutuhan
DIMENSI Pemahaman Materi
E-learning
INDIKATOR
ITEM
Tingkat pemahaman siswa terhadap
1
materi pelajaran yang disampaikan di ruang kelas. Variasi Contoh/Kasus
Tingkat
keragaman
contoh
dan
2
kasus yang diperoleh siswa di ruang kelas. Kelas Tambahan
Tingkat partisipasi siswa pada kelas
3
bimbingan belajar di luar sekolah. Waktu Diskusi
Kapasitas waktu yang diperoleh
4
siswa untuk berdiskusi di ruang kelas. Penyampaian Materi
Tingkat ketertarikan siswa pada
5
cara penyampaian materi pelajaran di ruang kelas. Kelengkapan Materi
Tingkat
kelengkapan
pelajaran
yang
ruang kelas. Skala Pengukuran
Skala Likert
materi
disampaikan
di
6
71
VARIABEL Infrastruktur
DIMENSI Akses Internet
INDIKATOR
ITEM
Akses internet di rumah.
1
Akses internet di sekitar rumah dan
2
sekolah. Skala
Skala Guttman
Pengukuran
2.9.5 Teknik Analisis Data 2.9.5.1 Uji Validitas Menurut Suliyanto (2006, p146) validitas sebuah alat ukur ditunjukkan dari kemampuannya mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner riset dikatakan valid apabila instrumen tersebut benar-benar mampu mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti. Keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, yang bisa dilakukan dengan beberapa cara: •
Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3.
•
Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α;n-2) n = jumlah sampel.
•
Nilai Sig. ≤ α
Rumus Pearson Product Moment (Koefisien Korelasi): rhitung =
n(ΣXiYi)-( ΣXi).( ΣYi)
{n. ΣXi2-(ΣXi) 2}.{n. ΣYi2-(ΣYi) 2} Dimana: rhitung = Koefisien Korelasi ΣXi
= Jumlah skor item
ΣYi
= Jumlah skor total
n
= Jumlah Responden
72
Jika rhitung > rtabel berarti Valid Jika rhitung < rtabel berarti Tidak Valid
2.9.5.2 Uji Reliabilitas Masih menurut Suliyanto (2006, p149) pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Varians tiap skor pada setiap item dengan rumus: ΣXi2 - (ΣXi) 2 Si = N N Dimana: Si
= Varians skor tiap-tiap item
ΣXi2
= Jumlah kuadrat item Xi
(ΣXi) 2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N
= Jumlah responden
2. Menjumlahkan Varians seluruh item dengan rumus: ΣSi = S1 + S2 + ............Sn Dimana: ΣSi = Jumlah varians semua item S1, S2 .......Sn = Varians item ke-1, 2,..... n 3. Menghitung Varians total dengan rumus: ΣXt2 - (ΣXt) 2 St = N N
73
Dimana: St
= Varians Total
ΣXt2
= Jumlah kuadrat X total
(ΣXt) 2 = Jumlah X total dikuadratkan N
= Jumlah reponden
4. Memasukkan nilai Alpha dengan rumus: r11 =
k k–1
. 1 - ΣSi St
5. Keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel (Tabel r Product Moment dengan dk = N – 1): Jika r11 > rtabel berarti Reliabel Jika r11 < rtabel berarti Tidak Reliabel
2.9.5.3 Skala Guttman Menurut Sugiyono (2004, p90) dengan skala Guttman akan didapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dtanyakan. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka: Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Tidak
=Yx0
Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Ya
=Yx1
Jumlah
= X
Presentase jawaban yang di inginkan = (X : total jawaban yang di inginkan) x 100%
74
2.9.5.4 Skala Likert Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p86) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misal: 1. Sangat Setuju
=5
2. Setuju
=4
3. Ragu-ragu
=3
4. Tidak Setuju
=2
5. Sangat Tidak Setuju
=1
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka: Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab SS
=Yx5
Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab ST = Y x 4 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab RG = Y x 3 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab TS = Y x 2 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab STS = Y x 1 Jumlah = X Presentase jawaban yang di inginkan = (X : total jawaban yang di inginkan) x 100%
75
Skala kontinum sebagai berikut: STS
TS
RG
Keterangan Kriteria Interpretasi Skor Angka 0% - 20% = Sangat Lemah Angka 21% - 40% = Lemah Angka 41% - 60% = Cukup Angka 61% - 80% = Kuat Angka 81% - 100% = Sangat Kuat
ST
SS