BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Wirausaha (Entrepreneur) Wirausaha menurut Joseph Schumpeter (Alma, 2007) adalah sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui oraganisasi bisnis yang baru ataupun yang telah ada Joseph Schumpeter (Hermana, 2008): Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasikombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk: 1. Memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, 2. Memperkenalkan metoda produksi baru, 3. Membuka pasar yang baru (new market), 4. Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau 5. Menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. Penrose (Hermana, 2008b): Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
7
8
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p3-7), wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Jadi dapat ditarik kesimpulan dari pandangan-pandangan para ahli bahwa wirausaha adalah orang yang mengimplementasikan perubahan-perubahan yang terjadi dengan menggunakan metode atau cara yang bau dan melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
2.2 Psikologi Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata-kata Yunani: Psyche yang berarti jiwa dan Logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah psikologi berarti ilmu jiwa. Menurut Clifford T. Morgan (2000, p.4) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Menurut Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld (2000, p.4) Psikologi adalah studi tentang hakekat manusia. Menurut Garden Murphy (2000, p.4) Psikologi adalah ilmu yang mempelajadi respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Jadi, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku dan kejiwaan manusia yang berkaitan dengan lingkungannya.
9
2.3 Adversity Quotient (AQ) Dalam bukunya Paul Stoltz (2007, pp8-9) memaparkan hasil riset selama sembilan belas tahun dan penerapan yang dilakukan selama 10 tahun merupakan terobosan penting dalam pemahaman sesuatu yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Suksesnya pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh Adversity Quotient: • AQ memberi tahu seberapa jauh seseorang mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya, • AQ meramalkan seseorang yang mampu mengatasi kesulitan dan yang akan hancur • AQ meramalkan seseorang yang akan melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal. • AQ meramalkan seseorang yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan. Adversity Quotient mempunyai tiga bentuk: • Suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan, • Suatu ukuruan untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan, • Serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons seseorang terhadap kesulitan.
Jadi, gabungan ketiga unsur ini yaitu pengetahuan, tolok ukur, dan peralatan, adalah sebuah paket untuk memahami dan memperbaiki kehidupan.
10
Adversity Quotient terdiri atas empat dimensi yaitu Control, Origin, Ownership,
Reach, dan Endurance yang nantinya akan dihitung dengan perhitungan Adversity Response Profile (ARP) yang akan mengahasilkan skor dari AQ (Stoltz, 2007, p131) sebagai berikut :
+
C
O2
+
R
+
E
=
AQ
Sumber: Stoltz, 2007, p131
Gambar 2.1 Response Profile (ARP) a. Control (Kendali) Dalam dimensi Control akan dipertanyakan (Stoltz, 2007, p141), berapa banyak
kendali
yang
menimbulkan kesulitan?
seseorang
rasakan
terhadap
sebuah
peristiwa
yang
Kata yang penting dalam dimensi ini adalah merasakan.
Kendali yang sebenarnya dalam suatu situasi hampir tidak mungkin diukur. Semakin tinggi AQ dan skor Control ini, semakin besar kemungkinan seseorang mempunyai kendali yang kuat atas peristiwa-peristiwa yang buruk, juga semakin besar kemungkinan untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan.
b. Origin (Asal usul) Dalam dimensi Origin akan dipertanyakan (Stoltz, 2007, pp146-149), apa yang akan menjadi asal usul dari kesulitan? Seseorang dengan nilai Origin yang rendah akan cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi, atau sebagai penyebab dari kesulitan tersebut. Rasa bersalah memiliki dua fungsi penting, yang pertama sebagai alat bantu untuk belajar atau yang kedua sebagi sebuah penjurusan terhadap penyesalan.
11
Semakin tinggi skor asal-usul seseorang, semakin besar kecenderungan seseorang untuk menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar dan menempatkan peran seseorang
sedemikian rupa sehingga
seseorang bisa menjadi lebih cerdik, lebih cepat, lebih baik, atau lebih efektif bila di lain waktu menghadapi situasi serupa.
c. Ownership (Pengakuan) Dalam bukunya Paul Stoltz (2007, p153)
menyatakan, semakin tinggi skor
pengakuan seseorang, semakin besar orang tersebut mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan, apa pun penyebabnya. Semakin rendah skor pengakuan seseorang, semakin besar kemungkinannya orang tersebut tidak mengakui akibatakibatnya, apapun penyebabnya. Kecenderungan untuk menepis peristiwa-peristiwa buruk atau menghindari tanggung jawab ini jelas merupakan sifat yang tidak diinginkan.
d. Reach (Jangkauan) Dalam dimensi Reach akan dipertanyakan (Stoltz, 2007, pp158-159), sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang? Semakin rendah skor jangkauan seseorang, semakin besar kemungkinannya orang tersebut menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana, dengan membiarkannya meluas seraya menyedot kebahagiaan dan ketenangan pikiran seseorang saat proses berlangsung. Semakin tinggi skor Reach, semakin besar kemungkinan seseorang membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedah dihadapi.
12
e. Endurance (Daya Tahan) Dimensi Endurance akan mempertanyakan 2 hal pada AQ yaitu (Stoltz, 2007, p162-164), berapa lamakah kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung? Semakin tinggi AQ dan skor Endurance, semakin besar kemungkinan seseorang untuk memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama, atau bahkan permanen, dan mungkin menganggap penyebab kesulitan sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan mungkin tidak akan terjadi lagi. Hal ini akan meningkatkan energi, optimiesme, dan kemauan untuk bertindak. Dalam menganalisis AQ, akan ditemukan bahwa besar AQ tidak sekadar dikategorikan sebagai “tinggi” atau “rendah”, karena AQ terletak dalam sebuah rangkaian. Semakin tinggi skor AQ seseorang maka semakin besar kemungkinan seseorang tersebut menikmati manfaat-manfaat AQ yang tinggi. Skor AQ digolongkan ke dalam 5 golongan besar yaitu: • Golongan A : 166-200. Apabila AQ keseluruhan mahasiswa berada dalam kisaran ini, maka mahasiswa ini mempunyai kemampuan untuk menghadapi kesulitan yang berat dan terus bergerak maju dan ke atas dalam hidup. • Golongan B : 135-165. Apabila AQ keseluruhan mahasiswa berada dalam kisaran ini, maka mahasiswa ini mungkin sudah cukup bertahan menembus tantangantantangan dan memanfaatkan sebagian besar potensinya yang berkembang setiap hari.
13
• Golongan C : 95-134. Apabila AQ keseluruhan mahasiswa berada dalam kisaran ini, maka mahasiswa ini biasanya lumayan baik dalam menempuh liku-liku hidup sepanjang segala sesuatunya berjalan relative lancar. Namun, mungkin menjadi kecil hati dengan menumpuknya beban frustasi dan tantangantantangan hidup. • Golongan D : 60-94. Apabila AQ keseluruhan mahasiswa berada dalam kisaran ini, maka mahasiswa ini cenderung kurang memanfaatkan potensi yang dimiliki. Kesulitan dapat menimbulkan kerugian yang besar dan tidak perlu, dan akan membuat mahasiswa ini semakin sulit melanjutkan pendakian (berusaha untuk terus maju tidak menyerah). • Golongan E : 59 kebawah. Apabila AQ keseluruhan mahasiswa berada dalam kisaran ini, maka mahasiswa ini memiliki kemungkinan mengalami penderitaan yang tidak perlu dalam sejumlah hal.
2.3.1 Langkah Pengolahan Data Adversity Quotient Responden diberikan serangkaian pertanyaan melalui kuesioner yang terdapat tiga puluh (30) peristiwa yang terdaftar. Kuesioner ini melihat hasil dari respon yang pertama dari responden.
14
Setelah responden menjawab seluruh pertanyaan dengan lengkap, hasil dari jawaban responden akan diolah dengan menggunakan Adversity Response
Profile (ARP). Dalam serangkaian pertanyaan kuesioner AQ ada yang memiliki tanda plus (+), dan ada yang memiliki tanda minus (-). Untuk mengetahui besarnya AQ dalam diri seseorang maka dalam pengolahan data ini hanya akan memberikan nilai pada jawaban-jawaban yang bertanda minus di sampingnya atau lebih memperhatikan respon-respon terhadap kesulitan. Langkah-langkah perhitungan pada tabel Adversity Response Profile (ARP): 1. Secara vertical, jumlahkan scor O, dan Ow dengan masukkan ke dalam kotak-kotak. 2. Tambahkan jumlah O dan Ow untuk mendapatkan angka O2. Masukkan ke dalam kotak O2. 3. Secara terpisah hitunglah C, R, dan E dengan menjumlahkan angka-angka ke dalam kotak yang tepat. 4. Mulai dari kiri ke kanan, jumlahkan angka-angka C, O2, R dan E untuk mendapatkan AQ keseluruhan. Masukkan hasilnya ke dalam segitiga di bawahnya.
Tabel 2.1 Adversity Response Profile (ARP) Peristiwa 1 2 4 6
C-
Or-
Ow-
R-
E-
15
Peristiwa
C-
Or-
Ow-
R-
E-
7 8 9 11 12 14 15 16 18 19 21 22 24 26 28 29
Or
C
+
+
O2
Sumber : Stoltz (2007, p.131)
O
+
E
+
R
= A
16
2.4 Tipe Kewirausahaan (Tipe-E) Dalam bukunya, Rhonda Abrams (2008) memaparkan bagaimana menjadi seorang pengusaha yang berhasil sekalipun tidak memenuhi kriteria yang umum dibacarakan orang untuk menjadi pengusaha, antara lain : •
Pengambil resiko,
•
Ekstrovert,
•
Berbakat menjadi tengaga penjualan,
•
Pemimpin,
•
Mau bekerja sepanjang hari,
•
Visioner
Disamping itu juga para pengusaha sebaiknya menemukan bisnis yang tepat bagi dirinya. Dalam penentuan tipe-E yang tepat, seorang pengusaha dapat melalui langkahlangkah mengidentifikasikan dan mengevaluasi peluang bisnis, diantaranya : a) Langkah pertama. Pengidentifikasian tipe-E sehingga dapat dibayangkan jenis bisnis apa yang sesuai, dan dengan tes tipe-E akan diidentifikasi jiwa kewirausahaan yang sesuai dan dari kesembilan tipe-E yang paling sesuai bagi mereka. b) Langkah kedua. Pastikan tujuan keuangan dan cita-cita bisnis mereka. c) Langkah ketiga. Teliti minat dan kemampuan.
17
d) Langkah keempat. Carilah bidang dimana orang lain telah sukses, pelajari bisnisnya. e) Langkah kelima. Eksplorasi aneka sektor bisnis dan industri tertentu, perhatikan bisnis yang baik bagi para pemula, berapa lama waktu dan besarnya uang yang diperlukan dalam bisnis itu. Carilah ide untuk bisnis yang lain f) Langkah keenam. Pilih sebuah segmen pasar, tingkatkan keberhasilan dengan tidak membuat target tertentu, tentukan cara agar langsung terjun ke dalam persaingan g) Langkah ketujuh. Buat peringkat untuk peluang bisnis yang telah direalisasikan dan berfokus pada pilihan utama melalui proses penentuan prioritas
2.4.1. Kisi-kisi Tabulasi Tipe-E Tipe-E mencangkup tentang karakter kepribadian dan gaya bekerja. Dalam Tipe-E ini akan diidentifikasi ke dalam sembilan tipe kewirausahaan diantaranya:
Tabel 2.2 Kisi-Kisi Tabulasi Tes Tipe-E AC :
BC :
CM :
Penasihat/Konselor
Pembangun/Pencipta
Perawat/Pengasuh
(Advisor/Conseulor)
(Builder/Creator)
(Caregiver/Maintainer)
18
CT :
EM :
IO :
Komunikator/Pelatih
Penghibur/Pemandu
Investor/Pemilik
(Communicator/Trainer)
Acara
(Investor/Owner)
(Entertainer/Host) OA :
SB :
TE :
Pengorganisir/Administrator
Tenaga Penjual/Makelar
Teknologi/Teknik
(Organizer/Administrator)
(Salesperson/Broker)
(Technologist/Engineer)
Sumber : Abrams, (2008, p.15)
1. Tipe-E: Penasihat/Konselor Penasihat atau konselor memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai sehingga mereka bisa mendengarkan masalah-masalah orang lain, memberi mereka nasihat dan menerima bayaran. Salah satu keterampilan yang dikuasai tipe-E ini adalah mendengarkan, dan menjadi seorang pendengar yang baik tidaklah mudah. Mereka bisa masuk ke dalam situasi dan dapat cepat menangkap isu-isu pokok.
2. Tipe-E: Pembangun/Pencipta Pembangun atau pencipta adalah pribadi yang unggul dalam membuat dan mengkarya sesuatu. Tipe-E ini membutuhkan kombinasi antara visi unik seorang pencipta dan visi kebutuhan orang lain sebagai kliennya.
19
3. Tipe-E: Perawat/Pemelihara Perawat atau pemelihara mampu memberikan perhatian yang konsisten, handal, dan suportif kepada orang lain maupun pada sesuatu yang lain. Terkadang tipe-E ini bekerja sebagai kepuasan diri disamping dari uang yang didapatkan.
4. Tipe-E: Komunikator/Pelatih Komunikator atau pelatih memiliki kecakapan luar biasa dalam kata-kata baik tertulis maupun lisan dan unggul dalam mengkomunikasikan gagasan yang kompleks kepada orang lain. Kebutuhan orang akan berkomunikasi dengan
jelas
juga
meningkat
maka
dibutuhkan
orang
yang
dapat
menyampaikan ide, informasi, dan bahasa.
5. Tipe-E: Penghibur/Pembawa Acara Penghibur atau pembawa acara akan terbiasa bersama-sama dengan— atau tampil di depan orang lain. Tipe yang ramah dan menikmati perhatian yang diberikan orang lain, mencari banyak interaksi dengan orang lain dan memiliki keterampilan atau kreativitas tertentu.
6. Tipe-E: Investor/Pemilik Investor atau pemilik pandai dalam mengolah angka, uang, serta mau mengambil resiko yang diperhitungkan secara cermat, dan memiliki atau dapat mengumpulkan dana investasi. Tipe yang tidak bermasalah dengan resiko dan mempercayai penilaian mereka sendiri, meskipun ada yang meminta nasihat dari tenaga profesional.
20
7. Tipe-E: Pengorganisir/Administrator Pengorganisir atau administrator menjaga sesuatu tetap berfungsi seperti jam bekerja, bisa menangani berbagai tugas, detail, dan tenggat waktu secara bersamaan. Tipe ini akan merasa puas bekerja bila melihat rekening pembukuan yang seimbang atau barang yang ditentukan tepat waktu dan sesuai anggaran, bekerja dengan penjadwalan yang baik.
8. Tipe-E: Tenaga Penjual/Makelar Penjual atau pedagang adalah pemilik tipe-E yang beruntung. Setiap industri membutuhkan jasa tenaga penjual yang kompeten. Tenaga perantara yang bagus dan memiliki penghasilan yang lebih banyak.
9. Tipe-E: Teknologi/Teknik Ahli teknik atau insinyur adalah seseirag yang merancang, membuat, menjual atau memperbaiki semua peralatan teknologi agar mudah digunakan. Pemilik tipe-E ini secara alami memiliki rasa ingin tahu dan kemampuan, lalu akan memikirkan dan mempelajari bagaimana suatu alat bekerja, banyak inovator termasuk dalam tipe ini dan orang yang memiliki visi teknologi.
2.4.2
Cara Pengolahan Data Tipe-E Responden diberikan serangkaian pertanyaan melalui kuesioner yang terdapat dua bagian besar, setiap bagian masing-masing memiliki 36 pertanyaan dan 18 pertanyaan. Dalam kuesioner Tipe-E ini tidak ada jawaban yang benar
21
atau salah; tidak ada jawaban yang baik atau yang buruk. Pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner ini sangat mewakili tipe kepribadian responden. Hasil dari jawaban responden akan diolah dengan menggunakan
cara
mentabulasi tes Tipe-E. Setiap jawaban dalam kuesioner memiliki arti yang berbeda dengan yang lainnya. Tabel 2.3 Jawaban Kuesioner Tipe-E Bagian 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jawaban A TE OA IO TE CT OA CM EH IO OA EH EH
Jawaban B BC SB BC AC SB IO BC OA SB AC BC AC
No 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Jawaban A CM TE OA TE TE OA CT SB OA BC CT IO
Jawaban B IO IO BC CT CM CM EH AC CT AC CM AC
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Jawaban A SB EH AC BC EH CT TE CT BC TE SB EH
Jawaban B TE IO CM CT CM IO OA CT SB EJ CM SB
Tabel 2.4 Jawaban Kuesioner Tipe-E Bagian 2
37 38 39
BC AC CM
40 41 42
TE CT EH
43 44 45
OA AC IO
46 47 48
SB BC IO
49 50 51
CM OA CT
52 53 54
SB EH TE
Sumber : Abrams, (2008, p.13)
Langkah-langkah perhitungan pada tabulasi tes Tipe-E adalah dengan mencocokkan jawaban responden dengan kode yang sudah ditetapkan pada bagian satu dan bagian dua dengan mentandai di kotak yang terkait di dalam kisi-kisi tabulasi.
22
2.5 Slovin Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003,p77) - dimana sampel dipilih berdasarkan para mahasiswa PTS “VS” dengan IPK < 2.00 yang sudah mempelajari mata kuliah Entrepreneurship. Rumus :
n=
N 1 + Ne2
Dimana : n
= Ukuran sampel.
N
= Ukuran Populasi.
E
= Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan 2%.
n=
n=
N 1 + Ne2 1761 1 + 1761 (0,082 )
n = 143.5161 ≈ 144 responden.
Setelah melewati proses perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin, didapat jumlah sampel untuk penelitian berjumlah 144 mahasiswa PTS “VS” dengan IPK < 2.00.
23
2.6 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) IPK < 2.00
ARP & Ukuran Central Tendency - Mean
Adversity Quotient (AQ) Rata – rata penjumlahan bobot C, O2, R dan E yang didapat dari Mahasiswa PTS IPK < 2.00
Mengetahui besarnya Pemeberdayaan hambatan menjadi peluang
Tipe Entrepreneur (Tipe-E) Penentuan tipe-E yang tepat bagi Mahasiswa
Implementasi langkah menemukan bisnis yang tepat bagi Mahasiswa
Peluang bisnis yang tepat bagi Mahasiswa PTS IPK < 2.00 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran