BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi, peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi landasan teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat, begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, p52) bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). 2.1.1 Investasi Menurut Kasmir dan Jakfar (2012a, p5) ”Investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha”. Menurut pendapat Halim (2007a, p4) ”Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang”. Menurut Darsono (2005, p57) “Dalam mengukur tingkat profitabilitas, investor
biasanya
lebih
tertarik
dengan
ukuran
profitabilitas
dengan
menggunakan dasar saham yang dimiliki”. Salah satu pendekatan dalam penilaian saham adalah pendekatan PER (P/E Ratio Approach). Penggunaan PER dalam strategi investasi saham biasanya mengkaitkan rasio PER dengan nilai intrinsik (intrinsic value). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah keputusan mengeluarkan sejumlah dana untuk penanaman modal yang memiliki jangka 7
8 waktu relatif panjang dalam berbagai usaha dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menurut pendapat Halim (2007b, p4) umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi asetaset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada asetaset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2012b, p5) investasi dibagi menjadi dua macam yaitu: a. Investasi nyata (Real Investment) Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. b. Investasi finansial (Financial Investment) Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito. 2.1.2 Ekspansi Berdasarkan pendapat Keown et, al (2011, p231) ekspansi dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap yang digunakan secara tetap dan terus menerus di dalam perusahaan. Bentuk-bentuk dari ekspansi itu sendiri adalah sebagai berikut: a. Business expansion atau
ekspansi
bisnis
adalah
ekspansi
yang
dijalankan tanpa mengakibatkan perubahan struktur modal. Dalam bentuk ekspansi ini perusahaan tidak menambah modal kerja saja dengan menambah kapasitas produksi yang ada di perusahaan. Oleh karenanya perusahaan tidak menambah aktiva tetap, maka tidak dibutuhkan tambahan modal jangka
panjang sehingga tidak mengakibatkan
9 perubahan struktur modalnya. Ekspansi jenis ini sering disebut ekspansi yang berangsur-angsur. b. Financial expansion atau ekspansi keuangan adalah ekspansi yang dijalankan dengan membeli alat produksi tahan lama, memodernisir alatalat produksi yang lama, mendirikan pabrik baru, mengambil alih perusahaan lain, penggabungan dengan perusahaan lain, dan lain-lain. Bentuk ekspansi ini membutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga bentuk ekspansi ini mengakibatkan perubahan struktur modal. Ekspansi jenis ini sering disebut ekspansi yang melonjak. Ekspansi oleh suatu perusahaan dapat memperbesar kemungkinan untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan. Sebagaimana dikemukakan oleh Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-Dasar Pembelanjaan” (2010, p232233) sebagai berikut: a. Adanya produksi yang paling ekonomis. •
Makin besarnya perusahaan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk dapat bekerja dengan biaya produksi rata-rata atau harga pokok yang lebih rendah. Pada perusahaan-perusahaan yang intensif modal dijalankan ekspansi adalah dimaksudkan terutama untuk menurunkan harga pokok per unitnya, sedangkan pada perusahaanperusahaan yang intensif tenaga, ekspansi terutama dimaksudkan untuk memperbesar omset.
•
Penggunaan yang efisen dari pada “by-product”.
•
Adanya stabilisasi dalam produksi dan makin berkurangnya kerugiankerugian karena menganggurnya aktiva-aktiva tetap.
b. Pembelian dan penjualan yang ekonomis. Makin besarnya perusahaan berarti makin besarnya kemungkinan untuk mengadakan pembelian bahan-bahan mentahnya dalam jumlah yang lebih besar, dimana ini dapat memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut: •
Kedudukannya terhadap leveransir bahan mentah adalah lebih kuat, sehingga dapat mengadakan pembelian dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan.
10 •
Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan pembelian dapat dilakukan langsung dari sumbernya.
Oleh karena pembeliannya adalah dalam jumlah yang besar dan dapat langsung dari sumbernya maka kemungkinan harga per unitnya adalah lebih rendah. Makin besarnya perusahaanpun dapat memperkuat posisinya dalam pasar produk yang dihasilkannya, dimana ini dapat memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut: -
Penggunaan yang lebih efisien dari pada “sales-man”nya.
-
Pengakuan yang lebih ekonomis.
-
Adanya pasar yang luas dapat melindungi perusahaan terhadap “local depression” dan dapat mengurangi fluktuasi penjualan.
c. Management yang ekonomis. Dalam setiap perusahaan ada pertimbangan tertentu antara luasnya atau besarnya suatu pihak dengan “managerial efficiency” di lain pihak. Dalam hubungan ini dapat pula diterapkannya “the law of diminishing return” dimasa management merupakan faktor yang konstan, sedangkan bagianbagian perusahaan yang ditambahkan adalah merupakan faktor-faktor variabel. Ekspansi disini dimaksudkan untuk mencapai titik efisiensi management yang optimal atau untuk mendapatkan imbangan yang sebaik-baiknya antara management dengan faktor-faktor variabel tersebut. d. Pembelanjaan yang ekonomis. Makin besarnya perusahaan memberikan kemungkinan untuk dapat menggunakan modalnya dengan efisiensi. Apabila perusahaan menuju kepada laba yang maksimal, maka perusahaan akan menambah modalnya sampai laba yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan terakhir adalah sama dengan tingkat bunga yang berlaku dan hal ini adalah sesuai dengan “azas produktifitas batas”. 2.1.3 Pariwisata Menurut Holloway, Humpreys, dan Davidson (2009, p8), pengertian pariwisata menurut UNWTO (United Nations World Tourism Organizations) adalah pariwisata terdiri dari kegiatan orang-orang yang berpergian dan tinggal di
11 tempat-tempat di luar lingkungan mereka selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk liburan, bisnis dan tujuan lainnya. Menurut Murphy, Pitana dan Gayatri (2005), pariwisata adalah keseluruhan elemen yang terkait seperti wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan orang-orang yang berpergian dan tinggal di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk kegiatan yang menghasilkan upah. 2.1.3.1 Jenis-Jenis Pariwisata Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 bab VI pasal 14 tentang kepariwisataan, usaha pariwisata meliputi, antara lain: -
Daya tarik wisata.
-
Kawasan pariwisata.
-
Jasa transportasi wisata.
-
Jasa perjalanan wisata.
-
Jasa makanan dan minuman.
-
Penyediaan akomodasi.
-
Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi.
-
Penyelenggaraan
pertemuan,
perjalanan
insentif,
konferensi,
dan
pameran. -
Jasa informasi pariwisata.
-
Jasa konsultan pariwisata.
-
Jasa pramuwisata.
-
Wisata tirta, dan
-
Spa.
2.1.3.2 Tujuan Kepariwisataan Tujuan kepariwisataan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009: -
Kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
-
Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
12 -
Menghapus kemiskinan.
-
Mengatasi pengangguran.
-
Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya.
-
Memajukan kebudayaan.
-
Mengangkat citra bangsa.
-
Memupuk rasa cinta tanah air.
-
Memperkukuh jadi diri dan kesatuan bangsa.
-
Mempererat persahabatan antar bangsa.
2.1.4 Strategi Menurut Luis dan Biromo (2007, p52), strategi adalah serangkaian akivitas yang dilakukan secara berbeda dibandingkan dengan pesaing untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Menurut Pearce dan Robinson (2008, p6), strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut David, Fred R (2011a, p18) strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetahuan, divestasi, likuidasi dan joint venture. Dapat disimpulkan bahwa strategi adalah serangkaian rancangan jangka panjang yang diimplementasikan dalam seluruh proses bisnis organisasi untuk menghadapi persaingan dan mencapai visi perusahaan. 2.1.4.1 Tingkatan Strategi Menurut Whelen dan Hunger (2008, p15) ada beberapa tingkatan dalam strategi untuk perusahaan besar. Ada tiga tingkatan strategi manajemen yang berkembang sesuai dengan perkembangan perusahaan ialah sebagai berikut : a. Strategi Korporasi (Corporate Strategy) Ini adalah strategi yang mencerminkan seluruh arah perusahaan yang bertujuan menciptakan pertumbuhan bagi perusahaan secara keseluruhan dan bagi manajemen berbagai macam bisnis lini produk.
13 Ada tiga jenis strategi yang dapat dipakai pada tingkat strategi ini, yaitu : -
Strategi pertumbuhan (Growth Strategy) Strategi yang berdasarkan pada tahap pertumbuhan yang sedang dilalui perusahaan.
-
Strategi stabilitas (Stability Strategy) Strategi dalam menghadapi kemerosotan penghasilan yang sedang dihadapi oleh suatu perusahaan.
-
Strategi penciutan (Retrenchment Strategy) Strategi yang diterapkan untuk memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
b. Strategi Bisnis (Business Strategy) Stategi ini digunakan pada tingkat produk atau unit bisnis dan merupakan strategi yang menekankan pada perbankan posisi bersaing produk atau jasa pada spesifikasi atau segmen pasar tertentu. Terdapat tiga macam strategi yang bisa digunakan pada strategi tingkat bisnis ini, yaitu : -
Strategi kepemimpinan biaya
-
Strategi diferensiasi
-
Strategi fokus
Strategi pada tingkat ini dirumuskan dan ditetapkan oleh para manajer yang diserahi tugas tanggung jawab oleh manajemen puncak untuk mengelola bisnis bersangkutan. c. Strategi Fungsional (Functional Strategy) Strategi ini digunakan pada level fungsional seperti operasional, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. Strategi ini mengacu pada dua tingkatan strategi sebelumnya yaitu strategi korporasi dan strategi bisnis. Strategi fungsional juga disebut sebagai value-basedstrategy. Berfokus pada memaksimumkan produktivitas sumber daya yang digunakan dalam memberikan value terbaik untuk pemenuhan kebutuhan pelanggan. 2.1.4.2 Jenis-Jenis Alternatif Strategi Menurut David, Fred R (2011b, p252-273), jenis alternatif strategi terbagi atas 4, yaitu sebagai berikut:
14 1. Strategi Integrasi (Integration Strategy) a. Integrasi ke Depan (Forward Integration) Strategi ini berkaitan dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel. b. Integrasi ke Belakang (Backward Integration) Strategi ini adalah sebuah strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. c. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration) Strategi ini mengacu pada strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing perusahaan. 2. Strategi Intensif (Intensif Strategy) a. Penetrasi Pasar (Market Penetration) Strategi ini adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upayaupaya pemasaran yang lebih besar. b. Pengembangan Pasar (Market Development) Strategi ini meliputi pengenalan produk atau jasa yang ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang baru. c. Pengembangan Produk (Product Development) Strategi ini adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. 3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) a. Diversifikasi Terkait Bisnis dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki kesesuaian strategis lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif. b. Diversifikasi Tak Terkait Bisnis dikatakan tak terkait ketika rantai nilai bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif.
15 4. Strategi Defensif (Defensif Strategy) a. Penciutan (Retrenchment) Strategi
ini
terjadi
manakala
sebuah
pengelompokan ulang melalui pengurangan
organisasi
melakukan
biaya dan aset untuk
membalik penjualan dan laba yang menurun, kadang kala disebut pembalikan atau strategi reorganisasional, penciutan dirancang untuk memperkuat kompetensi khusus dasar suatu organisasi. b. Divestasi (Divestiture) Strategi ini merupakan strategi menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi. Strategi ini sering dipakai untuk mendapatkan modal guna akuisisi atau investasi strategi lebih jauh. c. Likuidasi (Liqudation) Strategi ini merupakan strategi menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujudnya. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan konsekuensinya bisa menjadi sebuah strategi yang sulit secara emosional. Namun demikian, lebih baik menghentikan operasi daripada terus menderita kerugian uang dalam jumlah yang besar. 2.1.5 Bisnis Menurut pendapat Griffin dan Elbert (2007, p4) bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud untuk mendapatkan laba. Menurut Boone dan Kurtz (2008a, p5) bisnis adalah semua jenis aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012c, p6) ”Pengertian bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya”. Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pengertian bisnis adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh elemen didalam organisasi
16 dengan menyediakan barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba) yang maksimal. 2.1.5.1 Pemangku Kepentingan Utama dalam Bisnis Menurut Madura (2007, p18) setiap bisnis melibatkan transaksi dengan manusia. Orang-orang tersebut dipengaruhi oleh bisnis dan oleh karena itu memiliki kepentingan dalam bisnis tersebut. Mereka disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholders), atau orang-orang yang memiliki kepentingan dalam bisnis tersebut. Dalam uraian pada Gambar 2.1 Interaksi di antara Pemangku Kepentingan dijelaskan lima jenis pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu bisnis, yaitu: a. Pemilik, setiap bisnis dimulai sebagai hasil dari suatu ide mengenai produk atau jasa oleh satu atau lebih usahawan. b. Kreditor, perusahaan biasanya membutuhkan dukungan keuangan melampaui apa yang disediakan oleh pemiliknya. Ketika suatu perusahaan didirikan pada awalnya, perusahaan tersebut mengeluarkan beban sebelum dapat menjual suatu produk atau jasa. c. Karyawan, perusahaan memperkerjakan karyawan untuk melaksanakan operasi bisnisnya. Beberapa perusahaan hanya memiliki sedikit karyawan; sementara perusahaan lain, seperti General Motors dan IBM, memiliki lebih dari 2.000.000 karyawan. Karyawan yang bertanggung jawab untuk mengelola penugasan kerja dari karyawan lain dan membuat keputusan bisnis penting disebut (manager). d. Pemasok, perusahaan pada umumnya menggunakan bahan baku guna menghasilkan produknya. Perusahaan tidak dapat menyelesaikan proses produksi jika mereka tidak dapat memperoleh bahan baku. e. Pelanggan, perusahaan tidak dapat bertahan hidup tanpa pelanggan. Untuk menarik pelanggan, suatu perusahaan harus menyediakan produk atau jasa yang diinginkan pada harga yang wajar. Perusahaan juga harus memastikan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas yang memadai sehingga pelanggan puas. Berikut adalah interaksi di antara pemangku kepentingan:
17
Gambar 2.1 Interaksi di antara pemangku kepentingan Sumber: Madura (2007, p18)
2.1.5.2 Rencana Bisnis Menurut Boone dan Kurtz (2008b, p242) meskipun tugas paling penting yang dihadapi oleh seorang calon pemilik bisnis adalah menciptakan suatu rencana bisnis. Suatu rencana bisnis yang efektif dapat membuat perbedaan antara perusahaan yang berhasil dan perusahaan yang gagal. Rencana bisnis (Business Plan) adalah dokumen tertulis yang menyediakan pernyataan yang tersusun mengenai sasaran suatu perusahaan, metode yang digunakan perusahaan tersebut untuk mencapai sasaran itu, dan standar yang digunakan perusahaan untuk mengukur pencapaian. 2.1.5.3 Perbedaan Produk Barang dengan Produk Jasa Menurut Johan, Suwinto (2011b, p7) Barang merupakan sesuatu atau sebuah hasil produksi yang berwujud yang dapat memberikan manfaat atau kepuasan secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau pembeli. Sementara jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud dalam bentuk sebuah aktivitas yang memberikan manfaat atau kepuasan kepada konsumen atau pembeli, yang bisa dikaitkan dengan pembelian sesuatu barang atau jasa lainnya. Jasa memiliki karakter yang khas seperti tidak berwujud, dinikmati atau dirasakan pada waktu bersamaan dengan kegiatan produksinya atau tidak bisa dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya dan unik atau bervariasi. Jasa sangat tergantung kepada siapa dan oleh siapa ditawarkan dengan variasi yang mungkin bisa sangat beragam.
18 Menurut Heizer dan Render (2009, p13), dalam bisnis membedakan antara produk barang dan produk jasa bisa dengan mudah ditelaah: Tabel 2.1 Perbedaan antara Produk dan Jasa No 1 2 3 4 5 6 7 8
Ciri-ciri barang
Ciri-ciri jasa
Barang dapat dijual kembali Barang dapat dijadikan persediaan Beberapa aspek kualitas dapat diukur Penjualan berbeda dari produksi
Penjualan kembali tidak bisa dilakukan Jasa tidak dapat disimpan Banyak aspek kualitas sulit diukur Penjualan biasanya merupakan bagian dari jasa Penyedia jasa bukan jasa biasanya dapat Barang dapat dipindahkan berpindah Lokasi fasilitas penting untuk hubungan dengan Lokasi fasilitas sangat memengaruhi biaya pelanggan Mudah diproduksi secara otomatis Jasa biasanya sulit diproduksi secara otomatis Penghasilannya adalah dari barang nyata Penghasilannya dari jasa yang tidak nyata
Sumber: Heizer dan Render (2009, P13)
2.1.6 Studi Kelayakan Bisnis Menurut Umar (2007, p8) “Studi Kelayakan Bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru”. Menurut Subagyo, Ahmad (2007a, p6) studi kelayakan bisnis adalah studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012d, p7) studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Menurut Johan, Suwinto (2011c, p8) studi kelayakan bisnis adalah sebuah studi yang mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan kedalam sebuah
19 usaha atau bisnis dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Dari beberapa pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, tidak hanya menentukan layak atau tidak usaha tersebut dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. 2.1.6.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2012e, p13-14), paling tidak ada 5 (lima) tujuan mengapa sebelum suatu bisnis atau proyek dijalankan perlu adanya dilakukan studi kelayakan, yaitu: 1. Menghindari resiko kerugian Untuk menghindari resiko kerugian di masa yang akan datang, Karena di masa yang akan datang ada situasi ketidakpastian. Kondisi ini yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat kita kendalikan. 2. Memudahkan perencanaan Jika kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang , maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa-siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh, serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu.
20 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang dapat dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan. 4. Memudahkan pengawasan Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksanaan pekerjaan bisa sungguh-sungguh melakukan pekerjaanya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat oleh adanya hal-hal yang tidak perlu. 5. Memudahkan pengendalian Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai. 2.1.6.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Hasil studi kelayakan bisnis bermanfaat/berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan diantaranya: Menurut Kasmir dan Jakfar (2012f, p14-15) adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan tersebut antara lain: a. Pemilik Usaha Para pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap hasil dari analisis studi kelayakan yang telah dibuat, hal ini disebabkan para pemilik tidak mau jika sampai dana yang ditanamkan akan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang telah dibuat benar-
21 benar dipelajari oleh para pemilk, apakah akan memberikan keuntugan atau tidak. b. Kreditor Jika dana tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga keuangan lainnya tidak mau sampai kreditnya atau pinjaman yang diberikan akan macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya tidak layak untuk dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan akan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum pinjaman dikucurkan kepada pihak peminjam. c. Pemerintah Bagi
pemerintah
pentingnya
studi
kelayakan
adalah
untuk
meyakinkan apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberi manfaat baik bagi perekonomian secara umum. Kemudian bisnis juga harus memberikan manfaat kepada masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan. Pemerintah juga berharap bahwa bisnis yang akan dijalankan tidak merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. d. Masyarakat Luas Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja baik bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya. Kemudian manfaat lain adalah terbukanya wilayah tersebut dari ketertutupan (isolasi). Dengan adanya bisnis juga akan menyediakan sarana dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum seperti jalan, jembatan, listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana ibadah, sarana olahraga, taman, dan fasilitas lainnya. e. Manajemen Hasil studi kelayakan bisnis merupakan ukuran kinerja bagi pihak manajemen perusahaan untuk menjalankan apa-apa yang sudah ditugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.
22 Menurut Johan, Suwinto (2011d, p8-9) studi kelayakan memberikan manfaat bagi para pihak terkait sebagai berikut: a. Pihak Investor, ingin melihat berapa modal yang harus ditanamkan dan berapa potensi daripada usaha yang akan dijalankan dan juga nilai tambah yang bisa dihasilkan seperti berapa tambahan pendapatan, apakah pendapatan yang dihasilkan sebanding dengan risiko modal yang ditanamkan. Selain pendapatan yang dihasilkan dan risiko, investor juga akan melihat berapa pengembalian investasi yang ditanamkan. b. Pihak Kreditor, sebagai pihak penyandang dana eksternal, ingin melihat risiko dana yang akan dipinjamkan dan juga kemampuan pengembalian dana pinjaman untuk jangka waktu berapa lama dan juga kemampuan secara keseluruhan bentuk bisnis yang dijalankan. c. Pihak Manajemen, sebagai pihak yang akan menjalankan usaha, maka pihak manajemen perlu melakukan perencanaan sumber daya yang diperlukan, waktu pelaksanaannya, hasil yang ingin dicapai, dampak terhadap lingkungan sekitar baik langsung maupun tidak langsung dan juga kemungkinan risiko-risiko yang bisa berdampak yang bisa timbul. d. Pihak Regulator,
berkepentingan terhadap bentuk usaha yang
dijalankan, industri yang akan dijalankan dan dampak terhadap masyarakat maupun perekonomian nasional.
2.1.6.3 Tahap-Tahap Dalam Studi Kelayakan Bisnis Menurut Johan, Suwinto (2011e, p13-14) sebuah studi kelayakan akan menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut ini: a. Inisiatif pengembangan usaha Tahap awal munculnya inisiatif pengembangan usaha, mungkin timbul karena melihat permintaan terselubung maupun pengembangan usaha yang telah ada. Ide pengembangan usaha perlu diikuti dengan proses penelitian yang saksama, mengingat banyaknya usaha yang gagal karena tidak didukung penelitian dan persiapan yang matang.
23 b. Penelitian potensi inisiatif pengembangan usaha Tahap kedua merupakan tahap penelaahan potensi inisiatif dengan melakukan penelusuran terhadap aspek-aspek yang ada dan implikasi termasuk potensinya. c. Evaluasi Melakukan evaluasi terhadap aspek-aspek yang ada dan menarik kesimpulan melalui pengkajian aspek keuangan dan dukungan keuangan yang ada dalam bentuk faktor-faktor produksi. d. Penentuan Tahap ini akan menentukan kelayakan dijalankannya usaha tersebut. Jika tidak layak, maka apakah perlu dilakukan penelitian ulang kembali ke tahap 2 atau perlu ditunda atau pencarian inisiatif baru pengembangan usaha. Dalam tahap ini, juga ditentukan mengenai kemungkinankemungkinan resiko yang bisa timbul dan cara mengatasinya sehingga resiko menjadi kecil. e. Tahap perencanaan pelaksanaan Setelah dinyatakan layak, tahap selanjutnya adalah perencanaan pelaksanaan dengan melalui penjadwalan dan juga persiapan pelaksanaan yakni mendapatkan komitmen dari para pihak yang terlibat yakni manajemen, investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan lainnya. f. Pelaksanaan Pelaksanaan usaha atau bisnis dijalankan, dalam tahapan ini selanjutnya akan dibagi dalam 2 tahapan yakni: •
Tahap Pelakanaan usaha atau bisnis Tahap Pelaksanaan merupakan tahapan yang sangat penting. Risiko dan hambatan akan muncul di tahapan ini, sehingga diperlukannya perbaikan atau revisi terhadap perencanaan awal. Selain hambatan, dimungkinkannya adanya perubahan kondisi lingkungannya yang diasumsikan awal, sehingga diperlukannya penyesuaian.
•
Tahap evaluasi terhadap perencanaan dibandingkan dengan kenyataan Dalam tahapan evaluasi tidak tertutup kemungkinan adanya beberapa alternatif yang akan dievaluasi bersamaan dan ditentukan inisiatif mana yang paling layak untuk diteruskan dengan pertimbangan akan
24 sumber daya yang ada dengan alokasi modal yang diperlukan dan hasil pengembalian yang dihasilkan yang maksimal. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012g, p18-19) ada lima tahapan dalam studi kelayakan, yaitu: 1. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. 2. Melakukan pengolahan data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metodemetode dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk bisnis. 3. Analisis data Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dalam rangka menentukan kriteria dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari kriteria-kriteria yang layak digunakan. Setiap jenis usaha memiliki kriteria sendiri untuk dikatakan layak atau tidak layak untuk dilakukan. Kriteria kelayakan diukur dari setiap aspek untuk seluruh aspek yang telah dilakukan. 4. Mengambil keputusan Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut. Mengambil keputusan sesuai dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan apakah layak atau tidak dengan ukuran yang telah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Jika tidak layak sebaiknya dibatalkan dengan menyebutkan alasannya. 5. Memberikan rekomendasi Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi diberikan juga saran-saran serta perbaikan yang perlu, jika memang masih dibutuhkan, baik kelengkapan dokumen-dokumen maupun persyaratan-persyaratan lainnya. Rekomendasi diberikan jika hasil studi kelayakan dinyatakan layak untuk dijalankan.
25 2.1.6.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Johan, Suwinto (2011f, p9-12), dalam rangka studi kelayakan bisnis ada beberapa aspek yang perlu diteliti adalah sebagai berikut: 1. Aspek Industri Dalam aspek ini, kita akan menganalisa struktur industri yang akan kita masuki, seperti persaingan yang telah ada, bagaimana dengan kekuatan dan penawaran pembeli, barang subtitusi yang ada, bagaimana kekuatan supplier bahan baku yang kita perlukan juga bagaimana dengan kemampuan pesaing untuk masuk ke dalam industri ini. Hal-hal tersebut penting dicermati mengingat jika industri yang sudah terlalu tinggi persaingannya, kita tidak akan dengan mudah masuk. Dalam bukunya Blue Ocean, W. Chan Kim (2005) memperkenalkan strategi Blue Ocean yang mana, setiap perusahaan harus bisa keluar dari red ocean yang sangat ketat, dengan menciptakan industri atau pasar yang baru dan membuat kompetisi menjadi tidak relevan lagi. 2. Aspek Pasar Semua bisnis pasti akan memerlukan sebuah pasar, kalau pasar tidak besar atau pasar mengalami penurunan, maka usaha yang akan dijalankan dipastikan akan mengalami hambatan untuk berhasil. Pasar adalah dimana permintaan ada dan penawaran hadir untuk memenuhinya. Permintaan ada karena adanya sebuah kebutuhan konsumen yang perlu dipenuhi atau dipuaskan. 3. Aspek Pemasaran Aspek pemasaran dalam studi kelayakan akan mengkaji struktur produk atau jasa yang telah ada di pasar serta rencana produk atau jasa yang akan ditawarkan. Adapun pengkajian terhadap perencanaan barang dan jasa dengan barang atau jasa yang telah ada di pasar ditinjau dari segi : a) Value Proposition b) Bauran Pemasaran (Marketing Mix) c) Prilaku Konsumen Atas dasar analisa semua strategi tersebut, akan ditentukan strategi atas produk atau jasa yang akan diluncurkan.
26 4. Aspek Keuangan Dalam aspek ini, kita akan menentukan layak atau tidak layak sebuah usaha atau bisnis dijalankan setelah menelaah semua faktor produksi dijalankan. Antara input (alokasi sumber daya yang diinvetasikan) dengan output (hasil penjualan barang dan jasa yang dihasilkan) maka selisihnya adalah keuntungan atau hasil pengembalian investasi. Jika keuntungan atau pengembalian hasil lebih besar atau sama daripada yang diharapkan, maka usaha atau bisnisnya bisa dijalankan. Jika ternyata dibawah daripada hasil yang diinginkan, maka usaha atau bisnis tersebut ditunda atau dibatalkan atau dinyatakan tidak layak. 5. Aspek Manajemen Aspek ini termasuk yang paling penting karena aspek ini terkait fungsi koordinasi dan sinkronisasi antara semua faktor produksi yang ada. Manajemen bisa diistilahkan sebagai nahkoda daripada sebuah usaha. 6. Aspek Produksi Dalam aspek ini, akan ditentukan sistem produksi maupun sumbersumber daya yang perlu diinvestasikan seperti bahan dasar maupun bahan penunjang lainnya. Teknologi yang digunakan juga ditentukan di aspek ini, mengingat teknologi ikut menentukan kompetitif atau tidaknya sebuah produk atau jasa yang dihasilkan. 7. Aspek Sumber Daya Manusia Alokasi sumber daya manusia yang akan digunakan dan kualitas sumber daya
manusia
juga
berperan
penting,
termasuk
juga
dalam
pengembangan, kompensasi, serta sistem penilaian karya sumber daya manusia. Terutama untuk jasa , aspek sumber daya manusia mutlak ditelaah mendalam. 8. Aspek Lingkungan Usaha tidak akan pernah bisa memisahkan diri dari lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Di mulai dari faktor makro ekonomi, sosial, politik, kepedulian akan lingkungan hidup maupun kesejahteraan lingkungan masyarakat sekitar, penting untuk dipertimbangkan. 9. Aspek Hukum dan Yuridis Bentuk badan hukum usaha, peraturan- peraturan yang berlaku di industri tertentu, peraturan-peraturan keuangan yang berlaku seperti sistem
27 perpajakan, sistem proteksi industri, maupun subsidi yang berlaku juga penting untuk ditelaah.
Gambar 2.2 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Sumber: Johan (2011, p9-12)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012h, p16-18) secara umum, prioritas aspekaspek yang perlu dilakukan studi kelayakan sebagai berikut: 1. Aspek hukum Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. 2. Aspek pasar dan pemasaran Untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Atau dengan kata lain seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para pesaing dewasa ini. 3. Aspek keuangan Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang
28 akan diterima jika proyek jadi dijalankan. Penelitian ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali. Kemudian darimana saja sumber pembiayaan tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga yag berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan. Metode penilaian yang akan digunakan nantinya dengan Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, Profitability Index, Break Event Point serta dengan rasio-rasio keuangan lainnya. 4. Aspek teknis/operasi Dalam aspek ini yang akan diteliti adalah mengenai lokasi usaha, baik kantor pusat, cabang, pabrik, atau gudang. Kemudian penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan sampai kepada perluasan selanjutnya. Penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan, apakah harus dekat dengan pasar, dekat dengan bahan baku, dengan tenaga kerja, dengan pemerintahan, lembaga keuangan, pelabuhan, atau pertimbangan lainnya. 5. Aspek manajemen/organisasi Yang dinilai dalam aspek ini adalah pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang akan dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional, mulai dari merencanakan, melaksanakan
sampai
dengan
mengendalikannya
apabila
terjadi
penyimpangan. Demikian pula dengan strruktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya. 6. Aspek ekonomi sosial Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek ini dijalankan. Pengaruh ini terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak ekonomi tertentu, peningkatan pendapatan masyarakat baik yang bekerja dipabrik atau masyarakat diluar pabrik. Demikian pula dengan dampak sosial yang ada seperti tersedianya sarana dan prasarana seperti jalan, jembatan, penerangan, telepon, air, tempat kesehatan, pendidikan, sarana olahraga, dan sarana ibadah.
29 7. Aspek dampak lingkungan Merupakan analisis yag paling dibutuhkan pada saat ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan sangat besar dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap darat, air, dan udara, yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhtumbuhan yang ada disekitarnya. Secara ringkas gambaran mengenai aspek-aspek yang akan dinilai dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.3 Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis Sumber: Kasmir dan Jakfar (2012, p16-18)
2.1.6.4.1 Aspek Pasar Menurut Umar, Husein (2005a, p35-40) bentuk pasar dapat dilihat dari sisi produsen dan sisi konsumen, Dari sisi produsen, pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistis, oligopoli dan monopoli. Berikut penjelasan singkat bentuk-bentuk pasar produsen: a. Pasar persaingan sempurna, pada pasar jenis persaingan sempurna, aktivitas persaingannya tidak nampak, karena tidak terbatasnya jumlah produsen dan konsumen dapat menjual dan membeli berapa saja tanpa ada batas.
30 b. Pasar monopoli, dimana suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang substitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya pesaing dari luar. c. Pasar oligopoli, sebenarnya pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli. Dalam menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi, karena pengaruh dari pesaing sangat terasa, tindakan atau aktivitas pesaing perlu dimasukkan dalam perhitungan. d. Pasar persaingan monopolistik, pasar ini merupakan bentuk campuran pasar persaingan sempurna dengan monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk-keluar pasar. Setelah dilihat dari sisi produsen, selanjutnya pasar akan dilihat dari sisi konsumen , pasar dapat dibedakan atas empat bentuk, yaitu: a. Pasar konsumen. Pasar ini merupakan pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa perorangan atau keluarga dalam rangka penggunaan pribadi (tidak untuk dibisniskan). b. Pasar Industri. Pasar adalah pasar untuk barang atau jasa yang dibeli atau disewa perorangan atau organisasi untuk digunakan dalam pada produksi barang atau jasa lain, baik untuk dijual maupun disewakan (dipakai untuk proses lebih lanjut). c. Pasar penjual kembali (reseller). Pasar yang terdiri dari perorangan dan atau organisasi pedagang menengah yang terdiri dari dealer, distributor, grossier, agent dan retailer. Kesemua reseller ini melakukan
penjualan
kembali
dalam
rangka
mendapatkan
keuntungan. d. Pasar Pemerintah. Pasar ini merupakan pasar yang terdiri dari unitunit pemerintah yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk membelanjakan
tugas-tugas
pemerintah,
misalnya
pendidikan, perhubungan, kesehatan dan lainnya. 2.1.6.4.2 Aspek Pemasaran
di
sektor
31 Marketing atau pemasaran menurut Kotler & Keller (2009, p45) adalah sebagai berikut: “Marketing is about identifying and meeting human and social needs”, yang berarti marketing atau pemasaran adalah hal-hal yang dilakukan yang berhubungan dengan mengenali dan menjawab kebutuhan manusia dan keperluan sosial. Menurut Fuad, Christine. H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus (2006a, p124) manajemen pemasaran suatu analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang bermanfaat dengan pembeli untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara menurut pendapat Umar, Husein (2005b, p58-75) untuk aspek pemasaran ini , perusahaan melakukan studi atas tiga kegiatan besar, yaitu: 1. Penentuan Segmentasi, Target, dan Posisi produk pada pasarnya: a. Segmentasi Pasar (Segmenting), menurut Rangkuti (2008) segmentasi dapat diartikan sebagai identifikasi kelompokkelompok pelanggan yang memberikan respons yang berbeda dibandingkan kelompok pelanggan lainnya. b. Target Pasar (Targeting), menurut Griffin dan elbert (2007, p282) Target pemasaran merupakan kelompok orang-orang yang memliki keinginan dan kebutuhan yang serupa. c. Posisi Pasar (Positioning), setelah perusahaan menentukan segmen pasar yang akan dimasuki, selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut, yang mana menurut Umar, Husein (2005, p60-62) ada 3 langkah yang dapat digunakan untuk menentukan posisi pasar, yaitu : •
Mengidentifikasikan keunggulan kompetitif
•
Memilih keunggulan kompetitif
•
Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi
2. Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produkproduk sejenis.
32 a. Sikap konsumen. Sikap digunakan untuk menilai efektivitas kegiatan pemasaran. Ada kecenderungan untuk menganggap bahwa sikap merupakan faktor yang tepat untuk meramalkan prilaku yang akan datang. Sikap konsumen meliputi: •
Karakteristik sikap
•
Sumber sikap
•
Fungsi sikap
•
Komponen sikap
b. Perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan tindakan langsung mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dari mengikuti tindakan tersebut. c. Kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya. 3. Manajemen pemasaran. Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi
tentang
pemasaran,
diantaranya
adalah
Stanton.
Ia
mengatakan bahwa pemasaran meliputi keseluruhan system yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Sebelum sampai kepada manajemen fungsional, perlu dilakukan analisis strategi, kebijakan dan program pemasaran yang meliputi: a. Analisis Persaingan. Berikut adalah langkah-langkah dalam menganalisis persaingan yang dikemukakan oleh Kotler: -
Mengidentifikasi pesaing
-
Menentukan sasaran pesaing
-
Mengidentifikasi strategi pesaing
-
Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing
-
Mengestimasi pola reaksi pesaing
-
Memilih pesaing
33
b. Bauran Pemasaran Produk Barang -
Product (Produk) Produk
berupa
barang
dapat
dibeda-bedakan
atau
diklasifikasikan menurut macamnya. Misalnya, ia dapat dibedakan menjadi barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi dan barang industri, yaitu
barang
Pengembangan
yang
dibeli
sebuah
produk
untuk
diolah
mengharuskan
kembali. sebuah
peusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk itu. Untuk produk barang, misalnya dalam bentuk seperti mutu produk yang menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan produk bersaing, sedangkan desain dapat meyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta coraknya. -
Price (Harga) Harga adalah sejumlah nilai yang akan ditukarkan oleh konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Penetapan harga dan persaingan harga telah dinilai sebagai masalah utama yang dihadapi oleh perusahaan. Keputusankeputusan mengenai harga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal.
-
Place (Distribusi/Lokasi) Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk, khususnya barang, dengan cara membangun suatu saluran
distribusi,
yaitu
sekelompok
34 organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. -
Promotion (Promosi) Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga, dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk ini dikenal dan ujung-ujungnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran promosi (Promotion Mix) yang terdiri atas 4 (empat) komponen utama yaitu: •
Periklanan (advertising)
•
Promosi penjualan (sales promotion)
•
Hubungan masyarakat (public relations)
•
Penjualan perorangan (personal selling)
2.1.6.4.3 Aspek Teknis/Operasi Menurut
Kasmir
dan
Jakfar
(2012i,
p150-160)
tentang
aspek
teknis/operasi ialah: a. Pengertian Aspek Teknis/Operasi Aspek
teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi.
Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis
atau operasi, sehingga apabila tidak dianalis dengan baik,
maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari. Jadi, analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usaha dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesinmesin yang akan digunakan. b. Tujuan dalam melakukan penilaian tentang aspek teknis/operasi adalah:
35 •
Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.
•
Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
•
Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya.
•
Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
•
Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang
c. Penentuan Lokasi Usaha Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa prioritas utama aspek teknis/operasi
adalah
menganalis
masalah
penentuan
lokasi.
Pemilihan lokasi sangat penting mengingat apabila salah dalam menganalis
akan
berakibat
meningkatnya
biaya
yang
akan
dikeluarkan nantinya. Dalam memilih lokasi tergantung dari jenis usaha atau investasi yang dijalankan. Terdapat paling tidak empat lokasi yang dipertimbangkan sesuai keperluan perusahaan antara lain: •
Lokasi untuk kantor pusat;
•
Lokasi untuk pabrik;
•
Lokasi untuk gudang; dan
•
Kantor cabang.
Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi sebagai berikut: •
Jenis usaha yang dijalankan;
•
Apakah dekat dengan pasar atau konsumen;
•
Apakah dekat dengan bahan baku;
•
Apakah tersedia tenaga kerja;
•
Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, liktrik, dan air);
36 •
Apakah dekat dengan pusat pemerintahan;
•
Apakah dekat lembaga keuangan;
•
Apakah berada dikawasan industri;
•
Kemudahan untuk melakukan ekspansi/perluasan;
•
Kondisi adat istiadaat/budaya/sikap masyarakat setempat; dan
•
Hukum yang berlaku di wilayah setempat.
d. Metode Penilaian Lokasi Paling tidak ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menilai suatu lokasi sebelum diputuskan yakni: -
Metode penilaian hasil value;
-
Metode perbandingan biaya (cost comparison method); dan
-
Metode analisis ekonomi (economic analysis method).
e. Luas Produksi Penentuan produksi
luas yang
produksi dihasilkan
adalah dalam
berkaitan waktu
dengan
jumlah
tertentu
dengan
mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien, luas produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan segi teknis. Dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien. Sedangkan dari segi teknis
yang
dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan serta persyaratan teknis. f. Layout Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menetukan efisiensi produksi atau operasi. Dengan adanya layout akan diperoleh berbagai keuntungan antara lain sebagai berikut: -
Memberikan ruang gerak yang memadai untuk berakttivitas dan pemeliharaan.
-
Pemakaian ruangan yang efisien.
-
Mengurangi biaya produksi maupun investasi.
-
Aliran material menjadi lancar.
-
Pengangkutan material dan barang jadi yang rendah.
37 -
Kebutuhan persediaan yang rendah.
-
Memberikan kenyaman, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik.
Pada umumnya jenis layout didasarkan pada situasi sebagai berikut: •
Posisi Tetap Layout jenis ini ditujukan pada proyek yang karena ukuran, bentuk, atau hal-hal lain yang menyebabkan tak mungkin untuk memindahkan produknya.
•
Orientasi Proses Layout orientasi proses didasarkan pada proses produksi barang atau pelayanan jasa.
•
Tata Letak Kantor Layout jenis ini berkaitan dengan layout posisi pekerja, peralatan kerja, tempat yang diperuntukkan untuk pemindahan informasi.
•
Tata Letak Pedagang Eceran/Pelayanan Yaitu layout yang berkenaan dengan pengaturan dan alokasi tempat serta arus bermacam produk atau barang agar lebih banyak barang yang dapat dipajang sehingga lebih besar penjualannya.
•
Tata Letak Gudang Layout ini lebih ditujukan pada efisiensi biaya penanganan gudang dan memaksimalkan pemanfaatan ruangan gudang.
•
Tata Letak Produk Layout jenis ini mencari pemanfaatan personal dan mesin yang terbaik dalam produksi berulang-ulang dan berlanjut atau kontinu.
g. Pemilihan Teknologi Yang menjadi perhatian disini adalah seberapa jauh derajat mekanisme yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang dikerjakan. Jadi yang perlu di perhatikan dalam pemilihan teknologi antara lain: •
Ketepatan teknologi dengan bahan bakunya.
•
Keberhasilan di tempat lain.
•
Pertimbangan teknologi lanjutan.
•
Besarnya biaya investasi dan biaya pemeliharaan.
38 •
Kemampuan tenaga kerja dan kemungkinan pengembangannya.
•
Pertimbangan pemerintah dalam hal tenaga kerja.
•
Dan pertimbangan lainnya.
2.1.6.4.4 Aspek Manajemen Adapun fungsi-fungsi manajemen menurut Kasmir dan Jafar (2007, P161), adalah sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang di perlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Pengorganisaisan (Organizing). Pengorganisasian adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin. c. Pelaksanaan (Actuating). Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para manajer harus menggerakkan bawahannya (para karyawan). d. Pengawasan
(Controlling).
Pengawasan
adalah
proses
untuk
mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi peyimpangan, maka akan segera dikendalikan. 2.1.6.4.5 Aspek Sumber Daya Manusia Pada saat melakukan analisis aspek sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut (Subagyo, 2007b, p159): a. Job
Analysis, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan jenis pekerjaan tertentu. b. Job Specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan. c. Mendesain
struktur
organisasi,
yaitu
menyusun
struktur
organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan
39 jabatan, dan struktur pertanggungjawaban. d. Job Description, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu. e. Mendesain
sistem
kompensasi,
yaitu
menguraikan
struktur
penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis struktural dan fungsional. f. Sistem
pengembangan
karyawan,
yaitu
menyusun
rencana
pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, produktifitas, dan kinerja karyawan secara keseluruhan. 2.1.6.4.6 Aspek Keuangan Menurut Subagyo, Ahmad (2007c, p60), aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian atau pengembangan usaha yang direncanakan, kemudian merangkumnya dalam bentuk laporan keuangan, dan menganalisisnya untuk menetukan kelayakan usaha tersebut. Tujuan analisis dalam aspek ini adalah untuk mengevaluasi keseluruhan pembahasan tiap-tiap aspek yang membutuhkan dana dan modal kerja ke dalam analisis investasi yang ditinjau dari waktu pengembalian modal, tingkat pengembalian, tingkat pengembalian investasi, dan nilai sekarang bersih. Menurut Gitman (2006, p40) “Finance can be defined as the art and science of managing money”, yang berarti bahwa manajemen keuangan adalah sebuah seni atau sains dalam mengatur keuangan. Menurut Fuad, Christine. H, Nurlelam Sugiarto dan Paulus (2006b, p222) Manajemen keuangan adalah aktivitas yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian perolehan serta pendistribusian aset-aset keuangan perusahaan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p87) Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal antara lain adalah: -
Sumber-sumber dana yang akan diperoleh.
-
Kebutuhan biaya investasi.
40 -
Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.
-
Proyeksi neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode kedepan.
-
Kriteria penilaian investasi.
-
Rasio keuangan yang digunakan
untuk menilai kemampuan
perusahaan. Menurut Umar, Husein (2005c, p178-229), Studi apek keuangan bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendaan dan aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang dimaksud. Hal- hal yang perlu diketahui dalam aspek keuangan adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan Dana dan Sumbernya Untuk merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi. Dana tersebut dapat diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan, biayabiaya sebelum operasi. Setelah
menetapkan
jumlah
dana
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan rencana investasi tersebut maka langkah selanjutnya adalah menetukan sumber dana. Beberapa sumber dana yang penting antara lain: -
Modal pemilik saham yang disetorkan.
-
Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal.
-
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal.
-
Kredit yang diterima dari bank.
-
Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank.
b. Aliran Kas (Cash Flow) Laporan perubahan kas (Cash Flow Statement) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut menunjukkan
41 dari mana sumber-sumber kas dan penggunanaan-penggunaannya. Perusahaan perlu untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (Cash Flow) perusahaan karena jika tingkat likuiditas terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat perputaran kas yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perusahaan akan menjadi rendah. Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas tersebut terlalu rendah, yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang tinggi, perusahaan akan mendapat keuntungan yang tinggi namun aliran kas menjadi tidak likuid terjadi kebutuhan dana yang mendadak. Sumber-sumber penerimaan kas dapat berasal dari: •
Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap atau adanya penurunan
aktiva
tidak
lancar
yang
diimbangi
dengan
penambahan kas. •
Adanya emisi saham maupun penambahan modal oleh pemilik dalam bentuk kas.
•
Pengeluaran surat tanda bukti utang serta bertambahnya utang yang diimbangi oleh penerimaan kas.
•
Berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas, misalnya berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan tunai.
•
Adanya penerimaan kas misalnya karena sewa, bunga, atau dividen.
Dari aliran kas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban keuangannya. Ada tiga jenis aliran kas, yaitu: •
Aliran kas masuk (Cash In Flow), merupakan penerimaanpenerimaan yang berupa hasil penjualan atau pendapatan.
•
Aliran kas keluar (Cash Out Flow), merupakan biaya-biaya termasuk pembayaran bunga dan pajak.
•
Aliran kas masuk bersih (Net Cash In-Flow), merupakan selisih dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar ditambah penyusutan dengan diperhitungkan bunga setelah pajak.
42 Dengan Rumus: Aliran Kas masuk bersih = Laba setelah pajak + penyusutan + (1-tarif pajak)* bunga
c. Biaya Modal (Cost of Capital) Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masingmasing sumber dana yang dipakai dalam berinvestasi. Sumber-sumber pembelanjaan terbagi atas 2 biaya yaitu: -
Biaya Utang Biaya utang untuk jangka panjang maupun jangka pendek dapat dihitung, misalnya dengan menggunakan konsep present value. Untuk menyelesaikannya dapat dilakukan dengan coba-coba dan interpolasi. Dengan rumus: k*d = Kd(1- t) Dimana, k*d T
-
= notasi biaya hutang = tarif pajak
Biaya Modal Sendiri Kelompok biaya modal sendiri dapat dibagi atas sebagai berikut : Biaya Saham Preferen Saham preferen memberikan penghasilan berupa dividen yang tetap kepada pemiliknya yang diambilkan dari laba bersih setelah pajak. Dengan rumus:
A*B P0 = -----------Kp
Dimana, P0
= harga jual saham saat ini
A
= nilai dividen (dalam persen)
B
= nilai nominal saham
Kp
= biaya saham preferen
Biaya Saham Biasa Biaya saham biasa merupakan suatu tingkat keuntungan
43 minimal yang harus diperoleh suatu investasi yang dibelanjai oleh saham biasa. Dengan rumus:
D ke = --------P0
Dimana, ke
= biaya modal dari saham biasa
D
= dividen per lembar saham yang konstan setiap kurun
waktu tertentu, misalnya setiap tahun. P0
= biaya saham saat ini
Dan apabila pemerintah menahan sebagian laba dan kita asumsikan proporsi laba yang ditahan adalah konstan, maka D1 ke = --------- + g P0 Dimana, D1
= dividen pada tahun ke-1
g
= pertumbuhan dividen pertahun
Cara lain adalah dengan menggunakan CAPM . Biaya Laba Yang Ditahan Biaya laba yang ditahan pada prinsipnya sama dengan biaya dari saham biasa, bedanya untuk saham yang biasa memiliki floatation
cost,
yaitu
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
melaksanakan proses saham sedangkan biaya laba yang ditahan tidak memerlukan biaya karna menggunakan dana dari laba yang ditahan. d. Penilaian dan Pemilihan Investasi. Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut. Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas dapat dilakukan dengan beberapa cara: -
Metode Penilaian Investasi. Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang akan terjadi. Terdapat empat metode yang dapat
44 dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu:
Metode Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali
pengeluaran
investasi
(Initial
Cash
Investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash in flow nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Dengan Rumus:
Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah jika Payback Period lebih pendek daripada maximum payback period-nya maka usulan investasi tersebut layak untuk diterima.
Metode Net Present Value (NPV) Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Dengan Rumus:
Di mana: CFt
= Aliran kas per tahun pada periode t
Io
= Investasi awal pada tahun 0
K
= Suku bunga (Discount rate)
Kriteria penilaian: •
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
45 •
Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
•
Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak
Metode Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamarkan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Dengan Rumus:
Di mana: t
= Tahun ke-
n
= Jumlah tahun
I0
= Nilai Investasi awal
CF
= Arus kas bersih
IRR
= Tingkat bunga yang divari harganya
Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan coba-coba (trial and error). Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya 10% lalu dibandingkan dengan biaya investasi. Kriteria penilaian dari metode ini adalah jika IRR yang dihasilkan lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Dengan Rumus IRR untuk interpolasi adalah:
Di mana: P1
= Tingkat bunga ke 1
P2
= Tingkat bunga ke 2
46
C1
= NPV ke 1
C2
= NPV ke 2
Metode Profitability Index (PI) Pemakaian metode Profitability Index (PI) ini caranya dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan dating dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakn. Jadi, profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Dengan Rumus:
Kriteria penilaian:
•
Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan
•
Jika P1 < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan
Analisis pulang pokok (Break event Point) adalah suatu media analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Biaya yang dikeluarkan perusahaan yang dimaskud adalah biaya yang terbagi menjadi tiga, yaitu : biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi-variabel. Dengan menggunakan linier yang mempunyai persamaan sebagai berikut:
Di mana: Y
= Jumlah biaya semi-variabel
a
= Jumlah biaya tetap
b
= Biaya variabel per unit
X
= Luas produksi
47 Setelah menentukan konstanta diatas, selanjutnya perhitungan pulang pokok dapat dilakukan dengan rumus : atau Di mana: Q
= Tingkat produksi (unit)
P
= Harga jual per unit
A
= Biaya Tetap
Jika dilakukan analisis lebih lanjut lagi dimana yang dianalsia adalah jumlah produksi untuk mencapai titik pulang pokok, maka rumus yang digunakan adalah:
Dan jika yang dicari adalah nilai atau total harga untuk mencapai titik pulang pokok, maka rumus yang digunakan adalah:
-
Pilihan Leasing atau Beli Perusahaan terkadang dihadapkan pada suatu dilema dimana perusahaan harus memilih antara membeli atau menyewa, katakanlah, suatu sistem informasi. Maka untuk mencari jalan keluarnya adalah dengan membandingkan biaya leasing dengan harga yang ditawarkan jika perusahaan ingin mengembagnkan sistem informasi untuk memperlancar operasionalnya. Rumus menghitung nilai leasing adalah:
Di mana: NAL
= Net Advantage of Leasing
I0
= Harga Fasilitas (Aktiva tetap)
48 Lt
= Pembayaran sewa secara periodik
DEPt
= Jumlah beban penyusutan dalamperiode t
Kb
= Biaya utang sebelum pajak
T
= Tarif pajak
n
= Umur penyusutan ekonomis
Kriteria penilaian metode ini: Jika nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing Jika nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebh besar dari biaya leasing Jika nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing -
Urutan Prioritas Terdapat lima skenario pengurutan prioritas: a. Mutually Exclusive (saling meniadakan), dalam skenario ini, jika perusahaan memilih proyek A, maka proyek-proyek lain ditiadakan. Instrumen pengukuran yang cocok digunakan pada skenario ini adalah metode Net Present Vaue (NPV) atau Internal Rate Return ( IRR), dan lainnya. b. Contigency
(saling
terkait),
dalam
skenario
ini,
jika
perusahaan memilih proyek A yang erat hubungannya dengan proyek B, maka proyek B atau yang lainnya diikutsertakan juga. Metode-metode yang dapat digunakan dalam skenario ini adalah Profitability Index (PI), Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan lainnya. c. Indepedence
(saling bebas),
dalam
skenario
ini, jika
perusahaan memilih proyek A sesuai dengan kelayakannya dan ternyata proyek B (bertolak belakang dengan proyek A dalam hal jenis investasi) juga memiliki kelayakan untuk dijalankan, maka keputusan terhadap proyek mana yang akan
49 direalisasikan harus dipelajari kemudian karena dianggap tidak berkaitan d. Capital Budget Constrain (keterbatasan keuangan), dalam skenario ini, dimana perusahaan dihadapkan pada keterbatasan dana, maka proyek yang akan direalisasikan hanya satu atau beberapa yang memenuhi syarat kelayakan yang telah dijelaskan. e. Cost Effectiveness (biaya efektif), dalam situasi seperti ini, pengurutan pengerjaan proyek didasarkan pada sumber daya yang mendesak untuk segera digunakan, seperti tenaga kerja yang menganggur. 2.1.6.4.7 Aspek Lingkungan Industri Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar apakah membawa dampak negatif atau positif terhadap masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak positif atau negatif terhadap perusahaan. Menurut Umar, Husein (2005d, p268) dalam bukunya mengutip competitive strategy yang dikemukakan oleh Michael E Porter, dimana konsep tersebut menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama yang disebut sebagai lima kekuatan bersaing, berikut penjelasan lima kekuatan bersaing tersebut: 1. Persaingan di antara Perusahaan sejenis, persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. 2. Kemungkinan masuknya pesaing baru, pendatang baru dalam suatu industri akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk mendapatkan pangsa pasar, dan sering kali sumber daya yang substansial. Akibatnya, harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehinggga mengurangi profitabilitas. Ancaman masuknya pendatang baru bergantung pada rintangan masuk yang ada digabung dengan
50 reaksi pesaing yang sudah ada yang dapat diantisipasi oleh pendatang baru. 3. Potensi pengembangan produk substitusi, semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dengan industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan menetapkan harga maksimum yang dapat diberikan oleh perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, semakin ketat pembatasan laba industri. 4. Kekuatan tawar-menawar pemasok, pemasok dapat menggunakan kekuatan tawarnya terhadap para peserta industri, dengan menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk yang dibeli, namun bila banyak sekali pemasok untuk suatu jenis barang, maka biasanya daya tawar pemasok akan semakin kecil. 5. Kekuatan tawar-menawar pembeli, pembeli bersaing dengan inustri dengan memaksa harga turun, tawar-menawar terhadap mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing. Menurut David, Fred R (2011c, p146) dalam bukunya yang berjudul manajemen strategis menurut Porter, hakikat persaingan disuatu industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan: 1. Persaingan antarperusahaan saingan 2. Potensi masuknya pesaing baru 3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti 4. Daya tawar pemasok 5. Daya tawar konsumen
51 Gambar 2.4 Model Lima Kekuatan dari Kompetisi Sumber: David (2011, p146)
2.1.6.4.8
Aspek Lingkungan Hidup Menurut Umar, Husein (2005e, p301-302) Studi aspek lingkungan hidup
bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Lingkungan hidup yang akan dijelaskan disini, mengacu pada analisis AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Analisis dampak lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa Negara maju sejak tahun 1970 dengan nama Enviromental Impact Analysis atau Environment Impact Assesment yang keduanya disingkat EIA. AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan dengan dua alasan pokok, yaitu: a. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian. Jawaban ini cukup relative untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak samping yang timbul. b. AMDAL
harus
dilakukan
agar
kualitas
lingkungan
tidak
rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
meningkatkan
kesejahteraan melakukan aktivitas yang makin lama makin mengubah lingkungannya. Pada awalnya perubahan lingkungan itu belum menjadi masalah, tapi setelah perubahan itu menjadi di luar ambang batas, maka manusia tidak dapat mentolerir lagi perubahan yang merugikan itu. Pengertian analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL) menurut PP No.27 Tahun 1999 Pasal 1 adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan dijalankan akan mencemarkan lingkungan
52 atau tidak dan jika ya, maka diberikan jalan alternative pencegahannya. Menurut Kasmir dan Jakfar
(2010a, p208) ada beberapa hal yang
dilakukan untuk mencapai tujuan AMDAL berikut dengan kegunaan nya. Hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL: a. Mengidentifikasi semua rencana usaha atau kegiatan yang akan dilaksanakan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. b. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan penting. c. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usaha dan/atau kegiatan usaha yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. d. Merumuskan RKL dan RPL. Kegunaan dilaksanakannya studi AMDAL adalah: a. Sebagai bahan bagi perencana dan pengelola usaha dan pembangunan wilayah. b. Membantu
proses
pengambilan
keputusan
tentang
kelayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan kegiatan. c. Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan. d. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan. e. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang akan ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Di Indonesia, peraturan dan perundangan dapat dijumpai pada tingkat nasional, sektoral maupun regional atau daerah. Peraturan Pemerintah RIN nomor 51 tahun 1993 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan merupakan peraturan baru pengganti dan Peraturan Pemerintah RI oleh SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10-15 tahun 1994. AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL yang lebih besar dan lebih penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan dan lingkungannya, sehingga AMDAL dapat dipakai untuk
53 mengelola dan memantau proyek dan lingkungannya dengan menggunakan dokumen yang benar. Selanjutnya, beberapa peran AMDAL dijelaskan sebagai berikut (Umar, 2005f, p304-305): a. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan. Aktivitas
pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila
rencana pengelolaan lingkungan telah disusun berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan timbul akibat dari proyek yang akan dibangun. Dalam kenyataan nanti, apabila dampak lingkungan yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataanya, ini dapat saja terjadi karena kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai AMDAL. Agar dapat dihindari kegagalan pengelolaan ini maka pemantauan haruslah dilakukan sedini mungkin, sejak awal pembangunan, secara terus menerus dan teratur. b. Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek. AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti aspek teknis dan ekonomis. Seharusnya AMDAL dilakukan bersama-sama, di mana masing- masing aspek dapat memberikan masukan untuk aspek-aspek lainnya sehingga penilaian yang optimal terhadap proyek dapat diperoleh. Kenyataan yang biasa terjadi adalah bahwa hasil studi kelayakan untuk aspek lingkungan tidak dapat menghasilkan kesesuain di dalam studi kelayakan untuk aspek lainnya. Bagian dari AMDAL yang diharapkan oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama sumber daya yang diperlukan proyek tersebut seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar. c. AMDAL sebagai dokumen penting. Laporan AMDAL merupakan dokumen penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu
penelitian
proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa setelah proyek dibangun. Dokumen ini juga penting untuk dievaluasi, untuk
54 membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat legalitas. 2.1.6.4.9 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Politik Dalam menganalisis kelayakan suatu bisnis lingkungan eksternal perusahaan juga harus dimasukkan dalam perhitungan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan eksternal tersebut menyediakan peluang sekaligus ancaman bagi perusahaan, Sehingga penting untuk mengetahui aspek eksternal perusahaan, dilihat dari sisi Ekonomi, Sosial, dan Politik menurut Umar, Husein (2005g, p246-247) adalah sebagai berikut: a. Analisis manfaat ditinjau dari sisi ekonomi adalah sebagai berikut:
Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat Kegiatan usaha yang dapat dikerjakan oleh tenaga kerja lokal tidak perlu digantikan tenaga kerja asing. Juga, penggunaan tenaga mesin perlu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah tidak akan menjadi lebih baik jika menggunakan tenaga bukan mesin atau menggunakan tenaga kerja masyarakat.
Menggunakan sumber daya lokal Sumber daya lokal misalnya bahan baku. Komponen bahan baku produk lokal jika dimanfaatkan untuk proses produksi, jelas akan meningkatkan perekonomian di daerah tersebut karena sumber daya lokal ini dapat dijadikan usaha bagi masyarakat.
Menghasilkan dan menghemat devisa Penggunaan bahan baku yang diambil dari produk lokal berati mengurangi penggunaan bahan impor. Sudah tentu penggunaan bahan baku lokal ini mjenghemat devisa negara apalagi jika kandungannya dapat terus ditingkatkan jika perlu sampai 100 persen. Jika produk yang dihasilkan sebagian atau bahkan seluruhnya untuk pasar ekspor, maka bisnis ini akan menghasilkan devisa.
Menumbuhkan industri lain
55 Dengan adanya proyek bisnis yang baru, diharapkan tumbuh industri lain baik yang sejenis atau industri pendukung lainnya seperti industri bahan baku maupun industri sebagai dampak positif adanya kegiatan ekonomi di daerah tersebut.
Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan. Sebagian sudah dijelaskan pada bagian c di atas bahwa produk yang dihasilkan atas usaha tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga jika mencukupi tidaklah perlu mengadakan impor yang sudah tetnu akan menguras
devisa.
Oleh
karenanya
usaha
sejenis
perlu
dikembangkan di dalam negeri agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan juga agar tidak terjadi monopoli.
Menambah pendapatan nasional. Sudah jelas bahwa bertumbuhnya bisnis di dalam negeri misalnya dengan diproduksinya produk yang dikonsumsi secara baik di dalam negeri, maka impor atas produk dan komponen inputnya berkurang atau bahkan ditiadakan sama sekali. Jika ada permintaan ekspor atas produk tersebut atau bahkan meningkat dan produsen dapat memenuhi permintaan itu, sudah tentu bisnis ini akan menambah pendapatan nasional.
b. Analisa manfaat ditinjau dari sisi sosial adalah sebagai berikut: Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sasaran lainnya. Dan Dilihat dari sisi sosial perusahaan dengan para instansi lainnya, harus diperhatikan dan diingat bahwa perusahaan tidak akan hidup sendiri tanpa dukungan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa perusahaan hidup bersama-sama dalam satu tatanan kehidupan yang beragam dan semakin komplek yang hendaknya selalu berada dalam suatu titik keseimbangan c. Analisa manfaat ditinjau dari sisi politik adalah sebagai berikut: Dilihat dari sisi politik, adanya isu/rumor/spekulasi yang timbul akibat kondisi politik yang diciptakan pemerintah akan mempengaruhi
56 permintaan dan penawaran suatu produk, baik itu produk barang maupun jasa. 2.1.6.4.10 Aspek Yuridis (Legal) Menurut Kasmir dan Jakfar (2010b, p24) untuk
memulai
studi
kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukan dari aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian lembaga
keabsahan
dokumen
dapat
dilakukan
sesuai
dengan
yang mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang
bersangkutan. Penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi. Banyaknya dokumen yang akan diteliti sangat bergantung dari jenis usahanya. Yang terpenting adalah urutan prioritas dokumen menjadi pokok perhatian. Urutan prioritas menunjukan bahwa dokumen tersebut sangat penting bagi usaha yang akan diajukan nanti. Secara umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan aspek hukum ini adalah sebagai berikut (Kasmir dan Jakfar, 2010c, p33-34). a. Bentuk Badan Usaha Ada beberapa jenis badan hukum yang lazim di Indonesia, misalnya Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), koperasi yayasan, firma (Fa), dan lain-lainnya. Kebanyakan perusahaan yang akan melakukan suatu investasi, bisanya merupakan perusahaan besar, baik dari segi modal maupun jangkauan usahanya. Oleh karena itu, biasanya perusahaan yang banyak melakukan studi kelayakan sebelum melakukan usahanya adalah perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT). Penilaian PT harus ke berita Negara. b. Bukti Diri Yaitu kartu identitas diri para pemilik usaha yang dikeluarkan
57 oleh kelurahan setempat yang dikenal dengan nama Kartu Tanda Penduduk (KTP). c. Tanda Daftar Perusahaan Setiap perusahaan yang akan beroperasi di Indonesia, haruslah membuat surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Dalam hal ini yang perlu diteliti adalah ke departemen teknis yang mengeluarkan surat tanda daftar perusahaan adalah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Biasanya pengurusan TDP adalah saat perusahaan mengurus akta pendirian perusahaan tersebut. d. Nomor Pokok Wajib Pajak Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan hal yang penting untuk diteliti. Pengurusan NPWP
juga
dilakukan
bersamaan
dengan
pengajuan akta notaris ke Departemen Kehakiman. Pentingnya NPWP agar setiap usaha yang dijalankan nantinya akan memberikan penghasilan kepada pemerintah. 2.2 Kerangka Pemikiran Suriasumantri, 1986 dalam Sugiyono (2009, p92) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
58
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis (2015)