BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Stephen (2004, P8), manajemen adalah proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain yang meliputi proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. 2.1.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi-fungsi manajemen menurut Stephen (2004, P11) adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning) Menetapkan sasaran, merumuskan tujuan, menetapkan strategi, membuat strategi, dan mengembangkan sub-rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. 2) Pengorganisasian (organizing) Menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara pelaksanaannya, dan siapa yang melaksanakannya. 3) Kepemimpinan (leading) Mengarahkan dan pertentangan.
memotivasi
semua
pihak
yang
terlibat
dan
memecahkan
7
4) Pengendalian (controlling), Memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan. Proses manajemen Serangkaian keputusan dan kegiatan kerja yang terus menerus dimana manajer terlibat
sewaktu
mereka
merencanakan,
mengorganisasikan,
memimpin,
dan
mengendalikan. 2.1.1.3 SWOT Menurut Stephen (2004, P229) analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,
Threat) merupakan analisis dari kekuatan dan kelemahan-kelemahan suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan serta ancaman-ancaman dari lingkungan perusahaan. Kekuatan adalah kegiatan-kegiatan perusahaan yang berjalan baik atau sumber daya yang dikendalikan. Sedangkan kelemahan adalah kegiatan-kegiatan perusahaan yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan tetapi tidak dimilki oleh perusahaan. Peluang merupakan faktor-faktor lingkungan luar positif. Ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan luar yang negatif. Dalam menganalisis investasi seperti pengadaan transportasi perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan dari perusahaan tersebut sehingga dapat diketahui dimana letak kekuatan dari perusahaan dan kelemahan yang harus diperbaiki dari perusahaan, seperti perlunya pengadaan transportasi. Bila digambarkan, maka analisis SWOT adalah sebagai berikut (Stephen, 2004, P234):
8
Strength
Opportunities
Threat
Weakness Gambar 2.1
Analisis SWOT
2.1.2 Investasi 2.1.2.1 Investasi proyek Berdasarkan pendapat Halim (2003, p5), investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dnegan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada finansial assets (dilakukan di pasar uang dan pasar modal); dan investasi pada real assets (diwujudkan dalam bentuk pembelian aset produktif). Investasi secara umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksa dana, wesel, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang (Murdifin, 2003, P3). Menurut Triton (2005, P13), proyek adalah seluruh kegiatan yang kompleks dan bersifat dinamis, sebagai suatu usaha yang mempergunakan sumber daya untuk memperoleh berbagai manfaat, sekaligus sebagai cara atau usaha inti untuk membahasakan suatu rencana atau produk perencanaan kedalam program aksi, sehingga membentuk
9
kegiatan yang nyata, yang kegiatannya dibatasi oleh jangka waktu tertentu sebagai konsekuensi penjadwalannya. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan, investasi proyek adalah pengeluaran sejumlah dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli aktiva riil atau aktiva keuangan dalam usaha mempergunakan sumber daya untuk memperoleh manfaat sehingga membentuk kegiatan yang nyata, yang secara langsung memberikan keuntungan dan manfaat bagi kegiatan operasi perusahaan. Dalam pengadaan transportasi ini, investasi yang diadakan berupa investasi proyek bentuk aktiva riil. Karena yang diadakan berupa sebuah tronton, kendaraan untuk mengangkut muatan.
2.1.2.2 Karakteristik investasi proyek Berdasarkan pendapat Siswanto (2000, P2) membangun proyek baru atau memperluas perusahaan yang telah berjalan, mempunyai ciri-ciri khusus yang sifatnya lebih subtansial dibanding dengan keputusan perusahaan untuk upaya investasi dana yang lain, misalnya menambah jumlah kredit penjualan kepada pelanggan tertentu. Menurut Triton (2005, P17), ciri-ciri proyek adalah sebagai berikut: 1. Proyek memiliki tujuan (purpose) yang menyebabkan setiap proyek yang dilakukan hanya untuk merealisasikan setiap satu pencapaian tujuan, atau satu tujuan berarti satu proyek. Khusus untuk tujuan-tujuan parsial, maka untuk aktivitas proyek dapat dijabarkan kedalam beberapa program aksi yang saling berkaitan sebagai satu kesatuan. 2. Proyek memiliki daur hidup (life cycle). Daur hidup proyek menyebabkan proyek harus diakhiri pada umur tertentu.
10
3. Ketergantungan (interdependencies). Suatu proyek dapat dihentikan dengan tiba-tiba apabila para pengambil keputusan (decision maker) melakukan perubahan total terhadap rencana-rencana yang sedang berusaha direalisasikan oleh suatu proyek, sehingga otomatis dengan berubahnya rencana-rencana tersebut kegiatan proyek sudah tidak layak diteruskan. 4. Keunikan (uniqueness). Proyek memiliki suatu keunikan aktivitas sehingga proyek tersebut dapat dibedakan dengan kegiatan yang rutin. 5. Tahap-tahap dalam kerangka proyek (project cycle). Proyek dalam pelaksanaannya dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang membentuk daur kegiatan atau siklus kegiatan proyek. 2.1.2.3 Hambatan terhadap keberhasilan proyek Berdasarkan pendapat Siswanto (2000, P4), karena dilanda berbagai macam hambatan, tidak semua proyek yang dibangun atau diperluas dapat berjalan lancar dan menghasilkan manfaat yang diharapkan investornya. Padahal proyek yang tidak dapat beroperasi seperti semestinya, akan merugikan berbagai pihak yang terkait. Pihak-pihak yang akan menderita kerugian adalah pemilik proyek, penyedia dana, pemerintah dan karyawan. 2.1.2.4 Tahap evaluasi proyek Menurut Triton (2005, P21), evaluasi proyek dilakukan untuk menganalisis suatu proyek tertentu baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang atau telah selesai dilaksanakan, sebagai bahan perbaikan dan penilaian dari pelaksanaan proyek tersebut. Pentingnya dilakukan evaluasi proyek adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi dapat digunakan sebagai alat perencanaan di dalam pengambilan keputusan, baik untuk pimpinan pelaksana proyek, pejabat, atau pemberi bantuan kredit dan lembaga lain yang berhubungan dengan kegiatan tersebut,
11
2. Evaluasi dapat digunakan sebagai pedoman atau alat dibawah pengawasan, apakah suatu proyek dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak.
2.1.3 Kewirausahaan 2.1.3.1 Pengertian kewirausahaan Menurut M. Fuad (2005, P12), Kewiraswastaan (entreprneurship) merupakan kemampuan dan kemauan seseorang untuk beresiko dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu, uang, dan usaha, untuk memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil. Seperti dalam pengadaan tronton, seorang investor harus dapat melihat peluang yang terdapat dan memanfaatkan peluang tersebut dalam industrin ekspedisi ini. Sehingga investor dapat menambah keuntungan. 2.1.3.2 Entrepreneur Menurut Amin (2004, p1) Wirausaha (Entrepreneur) adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mengorganisasi, mengelola dan menanggung resiko usaha. Seorang wirausaha adalah seorang investor atau pengembang yang menyadari dan menangkap peluang serta mengubah peluang tersebut menjadi ide yang dapat dilakukan. Seorang wirausaha dapat menciptakan usaha baru dengan menghadapi risiko dan ketidakpastian dengan tujuan untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang dan merakit sumber daya yang diperlukan untuk mengkapitalisasi sumber daya tersebut. Menurut Stephen (2004, p227) wirausaha condong memantau lingkungan dengan seksama untuk mencari peluang-peluang, sumber daya yang ada padanya menjadi pendukung untuk mengidentifikasi apakah suatu peluang dapat dikejar, penekanan strategis
12
wirausaha itu didorong oleh persepsi terhadap peluang bukannya oleh tersedianya suatu sumber daya.
2.1.4 Jasa 2.1.4.1 Definisi dan karakteristik jasa Menurut Lingga (2004, p193) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh 1 (satu) pihak pada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan karakteristik utama dari jasa yang sangat mempengaruhi rancangan progam pemasaran yaitu (Lingga, 2004, p193): •
Tidak Berwujud (intangibility) Jasa tidak berwujud seperti halnya produk fisik. Oleh karena itu, jasa tidak dapat diraba, dilihat, dirasa, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Misalnya seseorang yang akan menata rambutnya, dia tidak akan melihat hasilnya sebelum membeli jasa itu.
•
Tidak terpisahkan (inseparatibility) Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan lewat berbagai penjual, dan kemudian baru dikonsumsi.
•
Bervariasi (variability) Karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa tersebut dilakukan, jasa sangat bervariasi. Misalnya ada dokter yang ramah dan sabar terhadap anak-anak, ada yang lugas dan kurang sabar terhadap anak-anak, dan sebagainya.
13
•
Mudah lenyap (Perishability) Jasa tidak dapat disimpan. Dalam contoh; Sebagian dokter menagih pasien untuk pertemuan yang tidak dipenuhi karena nilai jasa hanya ada pada saat itu juga. Mudah lenyapnya jasa tidak menjadi masalah bila ada permintaan tetap. Karena bisa dipecahkan dengan lebih dahulu mengatur staf untuk melakukan jasa tersebut. Jika permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit.
2.1.5 Studi kelayakan proyek 2.1.5.1 Pengertian studi kelayakan proyek Pengertian menurut Kamaluddin (2004, P10), yaitu suatu penelitian tentang dapat tidaknya proyek investasi dilaksanakan secara menguntungkan dengan indikasi adanya; penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di lokasi, penghematan devisa bagi pemerintah, membuka peluang usaha lain Menurut Kasmir (2005, P10), studi kelayakan proyek adalah suatu kegiatan yang memperlajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan. Mempelajari secara mendalam artinya meneliti secara sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan dianalisis hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu. Menurut Siswanto (2000, P1), studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian yang dilakukan dalam usaha mengetahui layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya bersangkutan dengan investasi, baik itu untuk bisnis baru, maupun untuk pengembangan bisnis.
14
2.1.5.2 Aspek-aspek dalam studi kelayakan proyek Dalam meneliti kelayakan suatu proyek, seorang investor harus meneliti beberapa aspek berikut yaitu antara lain: 2.1.5.2.1 Aspek Hukum Menurut Kasmir (2005, P39), Aspek hukum dalam studi kelayakan proyek digunakan untuk meneliti kelengkapan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki mulai dari badan usaha, izin-izin sampai dokumen lainnya yang diperlukan dalam investasi yang akan dilakukan. Banyaknya dokumen yang akan diteliti sangat tergantung dari jenis usahanya. Yang terpenting adalah urutan prioritas dokumen yang menjadi pokok perhatian. Urutan prioritas menunjukkan bahwa dokumen tersebut sangat penting bagi usaha yang akan diajukan nanti. Menurut pendapat Kasmir (2005, PP52-57) Secara umum masalah-masalah yang akan diteliti sehubungan dengan aspek hukum ini adalah sebagai berikut: a. Bentuk badan usaha Ada beberapa jenis bentuk badan hukum yang lazim di indonesia, seperti misalnya Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Koperasi, Yayasan, Firma (Fa) dan lain-lainnya. Kebanyakan perusahaan yang akan melakukan suatu investasi, biasanya merupakan perusahaan besar, baik dari segi modal, maupun jangkauan usahanya. b. Bukti diri Yaitu kartu identitas diri pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat yang dikenal dengan nama Kartu Tanda Penduduk (KTP) c.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Setiap perusahaan yang akan beroperasi di indonesia, haruslah membuat surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Dalam hal
15
ini yang perlu kita teliti adalah ke departemen teknis yang mengeluarkan TDP adalah departemen perindustrian dan perdagangan. Biasanya pengurusan TDP adalah pada saat perusahaan mengurus akte pendirian perusahaan tersebut. d. Nowor pokok wajib pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan hal yang penting untuk diteliti, apakah sudah dimiliki atau belum. Jika sudah diteliti dapatlah kita mengeceknya ke departemen teknis yang mengeluarkan NPWP. Pengurusan NPWP juga dilakukan bersamaan dengan pengajuan akte notaris ke departemen kehakiman. Pentingnya NPWP agar setiap usaha yang dijalankan nantinya akan memberikan penghasilan kepada pemerintah. e. Izin-izin perusahaan Selanjutnya adalah meneliti izin-izin yang dimilikisesuai dengan jenis bidang usaha perusahaan tersebut. Penelitian keabsahan dokumen izin-izin ini juga hendaknya dijalankan ke departemen teknis. Izin-izin tersebut antara lain: •
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dari departemen perdagangan dan perindustrian.
•
Surat Izin Usaha Industri (SIUI), bagi perusahaan atau usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri dari departemen perdagangan dan perindustrian.
•
Izin usaha perhotelan dan pariwisata dari departemen pariwisata pos dan telekomunikasi.
•
Iziin usaha farmasi dan rumah sakit dari departemen kesehatan.
•
Izin usaha peternakan dan pertanian dari departemen pertanian.
•
Izin Mendirikan Bangunan (IMB), khususnya untuk pendirian gedung baru atau merehap pembangunan suatu gedung
16
f.
Keabsahan dokumen lainnya Disamping keabsahan dokumen diatas yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian dokumen lainnya, yaitu: •
Status hukum tanah Keabsahannya sertifikat tanah sampai ke pihak yang berwenang yang mengeluarkannya seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN). Yang perlu diperhatikan adalah status tanah tersebut antara lain adalah sebagai berikut: -
Jenis hak atas tanah, seperti hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan hak sewa.
-
Harga tanah sekarang dan prediksi di masa yang akan datang.
-
Nama dan alamat pemilik sebenarnya.
-
Kondisi tanah dalam sengketa atau tidak.
-
Rencana tata kota.
-
Tanah tersebut dapat diperjual-belikan atau tidak, karena tanah yang tidak dapat diperjual-belikan adalah tanah adat, tanah wakaf, tanah sengketa, tanah transmigrasi, tanah badan pemerintah.
•
Kendaraan bermotor Keaslian surat-surat kendaraan yang akan digunakan untuk usaha tersebut seperti usaha jasa angkutan yaitu:
•
-
Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor
-
Harga beli (faktur dan kwitansi)
-
Kondisi kendaraan
Serta surat-surat atau sertifikat lainnya yang kita anggap perlu
17
2.1.5.2.2
Aspek Pasar dan Pemasaran
2.1.5.2.2.1 Aspek Pasar Menurut Murdifin (2003, P21) studi aspek pasar adalah studi yang ditujukan untuk menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan keluaran yang dihasilkan, yang meliputi: a. Kegunaan umum produk Menjelaskan fungsi dari produk yang ditawarkan kepada costumer, bagaimana prosedur dalam memperoleh produk. b. Daerah pemasaran yang direncanakan Menjelaskan tempat atau pasar yang dituju, siapa yang menjadi costumer yang akan menjadi target produk. c.
Ancangan saluran distribusi Menjelaskan bagaimana proses distribusi produk, pihak-pihak yang terkait.
d. Perkiraan produksi dan pemasaran Menjelaskan perkiraan atau asumsi akan permintaan pasar terhadap produk dan alasannya. e. Sasaran penjualan tahunan selama usia ekonomis proyek Menjelaskan berapa besar jumlah penjualan yang ditargetkan perusahaan dari investasi. 2.1.5.2.2.2 Aspek Pemasaran Dalam aspek pemasaran ini, dijelaskan proses pemasaran yang direncanakan dalam kegiatan investasi. Dan proses pemasaran tersebut dijelaskan dengan teori bauran pemasaran yang meliputi 8P; 4P tradisional yang dikemukakan Phillip Kotler mengenai
product, price, promotion, dan place, dan setelah diperluas dan ditambah dengan 4P lainnya
18
yang dikemukakan oleh Jerome Mc.Carthy, yaitu people, process, physical evidence, dan
customer service. Untuk keterangannya adalah sebagai berikut (Fandy, 2005, P30): 1. Produk (Product) Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
2. Harga (Price) Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, dimana beberapa tipe jasa memungkinkan diskriminasi harga dalam pasar jasa tersebut, sementara banyak pula jasa yang dipasarkan oleh sector publik dengan harga yang disubsidi atau bahkan gratis. Hal ini menyebabkan kompleksitas dalam penetapan harga jasa. 3. Promosi (Promotion) Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan actual. Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling, dan public
relations. Meskipun secara garis besar bauran promosi untuk barang sama dengan jasa, promosi jasa sering kali membutuhkan penekanan tertentu pada upaya meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa.
4. Tempat (Place) Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik (misalnya keputusan mengenai dimana sebuah hotel atau restoran harus didirikan. Serta keputusan mengenai penggunaan perantara untuk meningkatkan aksesibilitas jasa bagi para pelanggan.
19
5. People Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. Bila produksi dapat dipisahkan dengan konsumsi maka pihak manajemen dapat mengurangi pengaruh langsung sumber daya manusia terhadap output akhir yang diterima pelanggan. Konsumen tidak terlalu memusingkan kerapian dan kedisiplinan karyawan. Yang penting konsumen puas akan kualitas jasa dari perusahaan, serta pelayanan yang diperoleh secara langsung.
6. Bukti fisik (Physical evidence) Karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. 7. Proses (Process) Proses produksi atau operasi merupakan factor penting bagi konsumen high-contact
services, yang sering kali juga berperan sebagai co-producer jasa bersangkutan. Karena seorang pelanggan sangat terpengaruh oleh cara staf melayani mereka dan lamanya menunggu selama proses produksi.
8. Customer service Adanya fasilitas yang diberikan oleh perusahaan untuk melayani pelanggan disaat mereka memerlukan bantuan, dapat berupa informasi maupun untuk layanan pembelian yang tidak dimengerti.
20
Keputusan mengenai setiap unsur bauran pemasaran ini saling berkaitan satu sama lain. Kendati demikian, tingkat kepentingan yang ditekankan pada masing-masing unsur antar jasa cenderung bervariasi.
2.1.5.2.3
Aspek Teknis
Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini juga penting untuk dilakukan sebelum suatu usaha dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis / operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dikemudian hari. Menurut Husein (2006, P88) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (lay-out), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis isaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri. Jadi analisis dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan lay-out serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Serta dalam aspek ini, masalah produksi juga dibahas. Mengenai kapasitas produksi dan kemudahan proses produksinya. 2.1.5.2.4
Aspek Manajemen dan Organisasi
Aspek manajemen dan organisasi perlu dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.
21
Baik menyangkut masalah SDM (Sumber Daya Manusia) maupun menyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Adapun fungsi-fungsi manajemen menurut Stephen (2004, P11) adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning) Menetapkan sasaran, merumuskan tujuan, menetapkan strategi, membuat strategi, dan mengembangkan sub-rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. 2) Pengorganisasian (organizing) Menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara pelaksanaannya, dan siapa yang melaksanakannya. 3) Kepemimpinan (leading) Mengarahkan dan
memotivasi
semua
pihak
yang
terlibat
dan
memecahkan
pertentangan. 4) Pengendalian (controlling) Memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.
Mengenai organisasi, menurut Husein (2006, PP133-137) seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemudian tujuan perusahaan dapat terlaksana dan tercapai jika ada tempat atau untuk melakukan kegiatan tersebut. Tempat atau wadah ini kita kenal dengan organisasi yang tergambar dalam struktur organisasi perusahaan.
22
Tujuan
organisasi
akan
menentukan
struktur
organisasinya
yaitu
dengan
menentukan seluruh tugas, hubungan antar tugas, batas wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan masing-masing tugas tersebut, serta gaji yang akan diberikan. Atas dasar kegiatan-kegiatan itu selanjutnya dapat disusun pola tetap hubungan-hubungan diantara bidang-bidang keputusan, maupun para pelaksana yang mempunyai kedudukan, wewenang dan tanggung jawab.
2.1.5.2.5 Aspek Ekonomi dan Sosial Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerinah umumnya. Menurut Husein (2006, P246) Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh adalah dari aspek ekonomi memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Menurut Husein (2006, P252) Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya dan kesehatan masyarakat. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat-istiadat dan struktur sosial lainnya.
23
2.1.5.2.6
Aspek AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan Hidup)
Menurut Kasmir (2005, P303) Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha / proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di mansa yang akan datang. Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan disik kimia biologi atau sosial. Adapun komponen lingkungan hidup yang harus dipertahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya (Kasmir, 2005, P305), antara lain: •
Hutan lindung, hutan konservasi
•
Sumber daya manusia
•
Keanekaragaman hayati
•
Warisan alam dan warisan budaya
•
Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup
2.1.5.2.7
Aspek Keuangan
Dalam melakukan studi kelayakan, aspek keuangan merupakan faktor yang menentukan, artinya betapapun aspek-aspek yang lain mendukung namun tidak tersedianya dana maka hanya sia-sia belaka. Aspek ini berkaitan dengan bagaimana menentukan jumlah dana dan sekaligus mengalokasikannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien. Sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor.
24
2.1.5.2.7.1
Laporan Laba - Rugi
Laporan laba-rugi digunakan untuk mencari tahu seberapa besar keuntungan yang akan didapat dan mengetahui seberapa besar kerugian yang akan dihadapi bila investasi ternyata merugikan. Laporan laba-rugi menurut kasmir (2005, P178) merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode terntentu. Berikut ini komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan laba rugi yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Penjualan 2. Biaya operasi, terdiri dari: -
Biaya administrasi dan umum
-
Biaya gaji tenaga kerja
-
Biaya perawatan kendaraan dan bahan bakar kendaraan tersebut
3. Penyusutan (depresiasi) 4. Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) 5. Bunga (Interest) 6. Laba sebelum pajak atau EBT (Earning Before Tax) 7. Pajak (tax) 8. Laba sesudah pajak atau EAT (Earning After Tax) Keterangan: - Penjualan: Menurut Kusnadi (2004, P19) adalah sejumlah uang yang dibebankan nepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual - Biaya administrasi dan umum: Menurut Kuswadi (2004, P135) biaya administrasi dan umum adalah semua biaya atau pengeluaran yang terjadi sehubunganan dengan kegiatan umum dan administrasi di luar penjualan
25
- Penyusutan (depresiasi): Biaya penyusutan dari pengadaan tronton ini menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight line method), dimana dalam metode ini biaya penyusutan dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva tersebut (Niswonger, dkk, 1999, P432) Menurut Niswonger (1999, P432) penyusutan garis lurus didapat dengan mengunakan rumus: Penyusutan = _ Investasi – Nilai Sisa _ Umur ekonomis Dimana: Investasi
: harga beli tronton yang akan diinvestasikan
Nilai Sisa
: harga jual tronton di akhir umur ekonomis
Umur ekonomis : umur yang diperkirakan dari tronton yang diinvestasikan - Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) Menurut Sundjaja dan Barlian (2003,P79) laba kotor adalah mengukur langsung laba dari penjualan atau jumlah laba yang diperoleh perusahaan yang merupakan hasil pengurangan antara penjualan dan biaya-biaya. - Biaya Bunga Biaya bunga merupakan biaya yang dikenakan pada perusahaan atas beban yang ditanggung perusahaan (Sundjaja dan Barlian (2003, P79). - Laba kotor atau laba bersih sebelum pajak (EBT): Menurut Sundjaja dan Barlian (2003,P79) laba kotor diperoleh dengan mengukur langsung laba penjualan atau jumlah laba yang diperoleh perusahaan yang merupakan hasil pengurangan antara EBIT dan bunga. Dimana laba tersebut belum dikurangi pajak. - Biaya pajak (tax):
26
Biaya pajak merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya ditentukan berdasarkan tarif pajak yang berlaku di indonesia berdasarkan UU Perpajakan pasal 17 tahun 2000. - Laba bersih sesudah pajak atau EAT (Earning After Tax): Menurut Sundjaja dan Barlian (2003, P79) laba bersih sesudah pajak adalah laba akhir sesudah semua biaya-biaya baik biaya operasi maupun biaya pajak dibayar. 2.1.5.2.7.2
Perkiraan Cash Flow
Setelah mengetahui laba bersih atau rugi yang diperoleh, maka selanjutnya mencari tahu arus kas (cash flow) dari investasi untuk mengetahui jumlah kas yang beredar serta digunakan untuk penilaian kelayakan. Menurut Kasmir dkk (2005, P145) arus kas merupakan aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas menggambarkan berapa uang yang, masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Arus kas juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. cash flow memiliki tiga komponen utama yang dikaitkan dengan investasi pengadaan tronton ini, yaitu: -
Initial cash flow atau biasa disebut kas awal, merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode investasi.
-
Operational cash flow, merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran pada suatu periode.
-
Terminal Cash Flow, merupakan kas dari nilai sisa aktiva tetap yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi.
27
Menurut Horngren (2005, P659) cash flow memiliki dua metode yang digunakan untuk mendapatkan perkiraan cash flow. Kedua metode tersebut adalah: -
Direct Method Dalam metode ini, cash flow didapat dengan menambahkan laba bersih setelah pajak atau EAT dengan penyusutan. Dimana EAT didapat dari laporan laba-rugi. Bila dirumuskan: Laba bersih setelah pajak + Depresiasi
-
Indirect method Dalam metode ini, cash flow didapat dengan perhitungan sebagai berikut: Penjualan – (biaya-biaya operasional selain biaya penyusutan + pajak)
2.1.5.2.7.3
Penilaian Kelayakan
Selanjutnya, untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan, maka akan dilakukan suatu penilaian kelayakan. Dari sini akan terlihat pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali, seberapa besar keuntungan yang bisa diperoleh, dan seberapa besar kerugian yang akan dihadapi, serta perhitungan pengembalian modal dalam persentase. Walau dalam studi kelayakan terdapat 7 aspek, tetapi inti dari studi kelayakan ini terletak di aspek keuangan yang meneliti kelayakan dari 5 analisis, yaitu: metode PP, NPV, IRR, ARR dan PI (Kasmir, dkk, 2005, P152). Dimana dari kelima analisis ini, bila sebagian besar menunjukkan tidak layak maka investasi pun tidak layak. Dengan kata lain, bila tiga dari lima analisis ini terutama analisis NPV menunjukkan layak maka investasi ini dikatakan layak. Oleh sebab itu aspek keuangan ini yang terpenting dalam penelitian.
28
Cara perhitungan dari 5 analisis ini adalah sebagai berikut: 1) Payback period (PP) Menurut Kasmir, dkk (2005, P154) Metode Payback Period ini digunakan untuk mengukur seberapa lama tingkat pengembalian oleh suatu investasi. Dalam metode
Payback Period ini biasanya hasil yang kita dapat adalah dalam bentuk tahun, bulan, minggu, dan hari. Dimana perhitungan metode ini menjumlahkan kas bersih yang diperoleh dari tahun 1 dan tahun berikutnya sampai jumlah kas bersih tersebut sama dengan jumlah modal yang diinvestasikan. Untuk menghitung metode Payback Period ini biasanya digunakan rumus (Husein Umar, 2006, P197) sebagai berikut: PP = Ket:
_Io_ CF
1 tahun
PP = waktu pengembalian (tahun, bulan, atau hari) Io = nilai investasi CF = aliran kas
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan periode payback yang telah direncanakan. Apabila hasil perhitungan periode payback lebih pendek dari periode
payback yang direncanakan maka investasi dikatakan menguntungkan (layak).
2) Net Present Value (NPV) Menurut Kasmir, dkk (2005, P157) NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (capital
outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan NPV. Dan rumus perhitungan NPV adalah: NPV =
_laba 1_ (1 + DF)1
+
_ laba 2_ (1 + DF)2
+
_laba n_ (1 + DF)n
-
Investasi
29
Ket:
DF = discount factor / tingkat keuntungan yang diharapkan N = Tahun pengembalian
Untuk discount factor, selain menggunakan tabel A1 dapat juga menggunakan rumus (Kasmis, dkk , 2005, P159): Tahun 1 = _
1
_
=
0.833
_ =
0.694
(1 + 0.20) Tahun 2 = _ 1
(a + 0.20)2 penilaian dilakukan dengan melihat nilai NPV. Apabila nilainya positif maka investasi dikatakan menguntungkan, namun sebaliknya bila nilainya negatif maka investasi dapat dikatakan tidak menguntungkan.
3) Internal Rate of Return (IRR) Menurut Kasmir, dkk (2005, P159) Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Rumus yang digunakan adalah: IRR = P1 - C1 x P2 – P1 C2 – C1
Ket:
P1 = tingkat bunga 1 (keuntungan yang paling minim) P2 = tingkat bunga 2 ( kerugian yang paling kecil) C1 = NPV1 C2 = NPV2
IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga dimana nilai sekarang investasi sama dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Apabila tingkat bunga yang relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan sedangkan bila tingkat bunga dalam IRR lebih kecil daripada tingkat bunga relevan, maka investasi dikatakan tidak menguntungkan.
30
4) Average Rate of Return (ARR) Metode ARR ini mengukur berupa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi. Angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan total atau average investment. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persentase. Secara matematis ARR dapat dicari dengan menggunakan rumus (Husein Umar, 2006, P197) sebagai berikut: ARR = _ rata-rata EAIT _ x 100% rata-rata investasi dimana:
rata-rata EAIT =
total EAIT n
rata-rata investasi =
investasi 2
Angka ini kemudian dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin besar ARR maka akan semakin disukai calon investor. Seperti halnya Payback
Period, pemakaian kriteria ini harus menentukan terlebih dahulu berapa besar angka ARR sebagai patokan. Bila ARR yang ditawarkan kurang dari angka patokan tersebut maka usulan proyek tidak disetujui.
5) Profitabilitas Indek Menurut Kasmir, dkk (2005, P163) Profitabilitas index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C ratio) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi. Rumusan yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut: PI = ∑ PV kas bersih PV investasi Metode ini digunakan untuk menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa mendatang dengan nilai sekarang investasi. Kalau hasil PI lebih besar dari satu maka proyek dikatakan menguntungkan.
31
2.1.5.2.7.4
Pembiayaan Investasi
Jika suatu studi kelayakan telah dinyatakan layak untuk diimplementasikan, dari sisi keuangan masih perlu analisis lanjutan, yaitu dengan memilih pembiayaan investasi. Caranya bermacam-macam, seperti misalnya apakah pembiayaan investasi akan dilaksanakan dengan cara pinjaman atau dengan cara leasing. Menurut Husein Umar (2006, P211) dari sudut kepentingan perusahaan pemakai (lessee), leasing dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: NAL = Lt (1 – T) + T . Dept + _ Vn _ (1 + Kb) [1 + (1 - T)Kb]
- Io
Dimana NAL
= Net Advantage of Leasing
Lt
= Pembayaran secara periodik
Dept
= Penyusutan mesin dalam periode t
Kb
= Tingkat bunga
Vn
= Nilai sisa investasi setelah pajak yang diperkirakan
Io
= Harga mesin
Kriteria penilaian: - Jika NAL = 0 Maka biaya untuk meminjam sama dengan biaya untuk leasing - Jika NAL > 0 Maka biaya meminjam lebih besar daripada biaya leasing - Jika NAL < 0 Maka biaya meminjam lebih kecil daripada biaya leasing
2.1.5.2.7.4.1 Pengertian Leasing Menurut Sri Susilo, dkk (2001, P128) Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lesse untuk penyewaan suatu jenis barang atau aset tertentu langsung, dari pabrik atau agen penjual oleh lesse. Hal kepemilikan barang tersebut tetap berada pada lessor.
32
Lesse memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam
transaksi
leasing
sekurang-kurangnya
melinatkan
4
pihak
yang
berkepentingan, antara lain: 1. Lessor, yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lesse dalam bentuk barang modal. 2. Lesse, adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor. 3. Supplier, yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. 4. Bank atau Kreditur, dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut tetapi bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor. Dalam hal ini, tidak tertutup kemungkinan supplier menerima kredit dari bank. 2.1.5.2.7.4.2 Teknik-teknik Pembiayaan Leasing Dilihat dari jenis transaksi leasing, teknik pembiayaan leasing secara garis besar dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori. Antara lain (Sri Susilo, dkk, 2001, P131-132): •
Financial Lease Dalam leasing atau sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lesse) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dengan jumlah seluruhnya ditambah
33
dengan pembayaran nilai sisa (residual value) akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. •
Operating lease Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli barang modal dan di sewa guna usahakan kepada lesse. Pembayaran periodik yang dilakukan oleh lesse tidak mencakup biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang disewa guna usahakan. Lessor dapat juga memperoleh sumber penghasilan dari perjanjian sewa guna usaha yang lain. Karena harapan keuntungan operating lease ini tergantung pada penjualan barang yang sudah selesai di sewa guna usahakan, lessor harus memiliki keahlian khusus untuk memasarkan kembali barang modal tersebut. Selain itu lessor biasanya bertanggung jawab atas biaya-biaya
pelaksanaan
sewa
guna
usaha
seperti
asuransi,
pajak
maupun
pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. Apabila dalam financial lease lessor tidak dapat melakukan pembatalan kontrak masa sewa guna usaha selama jangka waktu yang disepakati, maka dalam operating lease lessor dapat membatalkannya sebelum jangka waktu leasing (cancelable).
34
2.2 Kerangka Pemikiran
PT TATA SURYA
Studi kelayakan proyek pengadaan tronton
Aspek Hukum
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Manajemen dan Organisasi
Aspek Teknis
Aspek Ekonomi dan Sosial
Penilaian Kelayakan Usaha
Layak
Tidak Layak
Cara pembiayaan investasi
Leasing
Pinjaman
Gambar 2.2
Kerangka pemikiran
Aspek AMDAL
Aspek Keuangan