BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Tinjauan Umum Pengumpulan data melalui berbagai sumber dilakukan dalam proses untuk mendukung perancangan Tugas Akhir seperti melalui artikel di website, buku literatur dan visual, survei lapangan dan survei melalui media sosial, serta wawancara dengan narasumber yang bergerak di bidangnya. Berbagai literatur digunakan sebagai referensi materi perancangan.
2.1.1. Sumber data 2.1.1.1 Online Resources •
http://www.torajamelo.com/templates/home.html
•
http://tekno.kompas.com/read/2012/02/13/19511042/belanja.q uotonlinequot.koleksi.terkini.toraja.melo
•
http://travel.detik.com/read/2014/12/31/160623/2791235/1519 /warisan-kain-tenun-toraja-terancam-punah-dimakan-zaman
•
http://warisanindonesia.com/2012/02/hitam-putih-tenuntoraja/
2.1.1.2 Data Literatur Berikut sumber buku sebagai materi pendukung perancangan identitas visual antara lain : • Buku Untannun Kameloan oleh TorajaMelo. • Buku Untannun Katuoan oleh TorajaMelo. • Buku Tenunan Indonesia oleh yayasan Harapan Indah TMII • Buku Tenun Handwoven oleh Cita Tenun Indonesia
5
6
2.1.1.3 Data Visual • Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler • Design for Communication oleh Elizabeth Resnick • What is branding? Oleh Matthew Healey • Basic Design : Typography oleh Ambrose and Harris • Mendesain Logo oleh Surianto Rustan 2.1.1.4 Narasumber • Ibu Dinny Jusuf, selaku pendiri dan CEO dari TorajaMelo. • Mbak Penny, selaku Marketing Executive • Mbak Trisha, selaku Head of Production House • Mbak Erna, selaku Head of Financial and Operational 2.1.2. Literatur 2.1.2.1 Tentang Tana Toraja Tana Toraja merupakan sebuah daerah nan jauh dari kesibukan
ibukota,
di
pedalaman
Sulawesi
Selatan.
Dibutuhkan waktu kurang lebih sembilan jam untuk sampai ke daerah ini. Dikelilingi oleh ladang hijau yang subur, pegunungan
tinggi
serta
orang–orang
yang
memiliki
kebudayaan yang unik. Disini orang hidup dalam budaya dimana roh–roh orang yang hidup dan mati berhubungan sangat erat. Keindahan tanah ini tercermin dalam kreasi artistik mereka. Kata toraja sendiri berasal dari bahasa Bugis, yang artinya “orang yang berdiam di negeri atas”. Mayoritas dari suku Tana Toraja memeluk agama Kristen, sementara yang lainnya menganut agama Islam dan kepercayaan animisme, yang lebih dikenal dengan sebutan Aluk To Dolo. Suku Tana Toraja terkenal dengan rumah adat tongkonan, kain tenun Toraja serta ritual pemakamannya. Banyak orang berkunjung
ke
Tana
Toraja
dengan
tujuan
untuk
menyaksikan langsung ritual pemakaman suku ini. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting
7
dan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Selain ritual pemakaman, Tana Toraja juga terkenal akan rumah adat tongkonan. Tongkonan merupakan rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam dan kuning. Kata “tongkonan” sendiri berasal dari bahasa Toraja, tongkon yang artinya duduk. Selain itu, Toraja juga terkenal akan kerajinan tangannya yakni kain tenun Toraja. Kain tenun Toraja merupakan salahsatu kerajinan tangan yang sampai sekarang dilestarikan keberadaannya. Ciri khas dari kain tenun ini adalah corak warna yang khas yang membedakan dari kain tenun lainnya di Indonesia. Selain itu, bahan kain ini kuat namun tetap halus dan indah. Salahsatu hal yang cukup menarik disini bahwa keahlian membuat kain tenun ini diwariskan atau diturunkan turun temenurun. (Melati, 2014 : 11)
2.1.2.2 Tentang kain tenun Toraja Setiap orang pasti lebih sering mendengar sebutan kain batik dibandingkan dengan kain tenun. Kain tenun merupakan salahsatu kerajinan tangan dari Indonesia yang dibuat dengan cara
menggabungkan
benang
secara
memanjang
dan
melintang. Biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra dan lain–lain. Pembuatan kain tenun ini umumnya dilakukan di daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kain tenun dari setiap daerah, memiliki ciri khasnya masing–masing. Seperti
contohnya
kain
tenun
Toraja
yang
memiliki
keistimewaan di bagian corak warna yang khas yang membedakannya dari kain tenun lainnya. Pengrajin kain tenun Toraja banyak ditemui di daerah Toraja bagian Utara tepatnya di desa Sa’dan Malimbong. Dibuat oleh para wanita penenun yang kebanyakan dari mereka adalah single parent, karena ditinggalkan oleh suaminya mencari nafkah ke luar daerah. Tetapi banyak dari
8
suami mereka yang pergi merantau tidak pernah kembali ke Tana Toraja sehingga mereka harus menjadi tulang punggung untuk dapat menghidupi keluarganya. Disini pembuatan tenun Toraja menjadi kegiatan turun temurun. Awalnya anak–anak mulai belajar menenun dengan motif– motif yang sederhana seperti garis warna warni. Kemudian barulah belajar bentuk– bentuk lainnya seperti tedong (kerbau), tongkonan (rumah adat Toraja). Proses penenunanya masih menggunakan alat tenun tradisional. Tak heran, para penenun membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan sehelai kain tenun. Semakin sulit motifnya, semakin lama waktu pengerjaannya. Harganya pun bertambah mahal. Bahan dan pewarna kain tenun ini pun menggunakan bahan alam. Biasanya, serat kain ada dua macam, yaitu serat kapas dan serat daun nanas. Namun, sekarang serat daun nanas mulai sulit didapat. Untuk pewarna alami, para penenun menggunakan kulit, pelepah, biji, dan daun dari tumbuhan tertentu. Kain dengan pewarna alami tentu bernilai lebih tinggi. Harganya mencapai jutaan rupiah. Namun, kini, para penenun juga memakai pewarna buatan. Hasilnya tidak sebagus menggunakan pewarna alami, namun harganya lebih murah. Ada banyak warna dalam tenun Toraja. Yang paling sering digunakan, terutama dalam upacara adat, adalah merah dan hitam. Dulu, kain tenun Toraja menjadi lambang kemakmuran dan status sosial pemiliknya. Ada kain yang hanya boleh digunakan oleh para bangsawan, ada yang hanya untuk rakyat jelata. Kain-kain tertentu juga hanya digunakan untuk upacara adat tertentu. Misalnya, kain sarung hitam yang khusus digunakan untuk upacara kematian atau Rambu Solo’. Saat ini, siapa pun boleh menggunakan berbagai jenis kain Toraja. Modelnya pun sudah beragam. Meskipun masih tetap ada aturan tak tertulis tentang kain-kain yang bisa dipakai untuk upacara adat tertentu.
9
Hingga kini kain tenun Toraja masih dibuat dengan menggunakan alat tenun tradisional. Alat tenun yang digunakan terbuat dari bahan kayu dan batang bambu. Sedangkan, benang yang merupakan bahan dasar membuat kain tenun ini juga diproduksi dengan cara yang masih tradisional yaitu alat pemintal benang yang terbuat dari bahan kayu seperti gambar dibawah ini.
Gb 01. Alat pemintal benang tradisional (Sumber : www.tourtoraja.com)
Gb 02. Alat tenun tradisional di desa Sa’dan (Sumber : www.getlostmagz.com)
10
2.1.3. Wawancara 2.1.3.1 Wawancara Ibu Dinny Jusuf Dinny Jusuf adalah pendiri sekaligus CEO dari TorajaMelo. Awalnya ibu Dinny berkerja di Citibank Jakarta sebagai marketing, training dan private investment. Kemudian tahun 1998, beliau memilih untuk berhenti bekerja di Citibank dan lebih menfokuskan hidupnya di dalam membesarkan anak. Dari sanalah beliau mulai mengikuti beragam program– program sosial, salahsatunya yaitu Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Suara Ibu Peduli dan lain–lain. Menikah dengan orang asli Toraja membuat ibu Dinny memiliki kediaman di sendiri di Tana Toraja. Maksud hati ingin menikmati masa pensiun dengan tenang di Tana Toraja, jalan hidup justru menggiring beliau ke arah yang lain yaitu menjaga eksistensi tenun Toraja yang hampir punah. Berawal dari kesenangan beliau
melakukan perjalanan
keliling
kampung-kampung, termasuk kampung ibu mertuanya di Sa’dan (To’Barana). Disana beliau bertemu dengan banyak penenun yang rata-rata adalah wanita dari kalangan kurang mampu. Daerah ini merupakan Setra Penenun yang ditujukan bagi para turis-turis. Namun sangat sepi pembeli. Melihat hal tersebut, Ibu Dinny yang terbiasa peka pada masalah perempuan tentu tidak bisa tinggal diam. Dari sanalah Ibu Dinny membeli beberapa kain tenun kemudian dibawa ke Jakarta, lalu dikonsultasikan ke teman-temannya yang sudah terlebih dahulu berkecimpung di dunia bisnis kain. Beliau ingin membangkitkan kembali gairah para wanita penenun Toraja dengan mengapresiasikan hasil karya mereka dalam bentuk produk yang berkualitas. Disana Ibu Dinny bersama dengan adiknya seorang desainer, Ibu Nina Jusuf memiliki ide untuk membuat sebuah brand yang menjual produk yang berbahan dasar kain tenun Toraja yaitu brand TorajaMelo. Selain itu, pembuatan brand ini juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Tana Toraja yang
11
mulai terlupakan. Awalnya, ibu Dinny menjual hasil produkproduk tersebut dengan menawarkannya kepada kerabat atau pun kenalan. Tidak tahunya laku hingga 100 buah. Kemudian untuk pertama kalinya, mulai mengikuti bazaar pada Desember 2009 di Kemang Village International Ekspatriat of Jakarta dibantu anak dan teman–temannya. Mulai dari saat itu, ibu Dinny mulai mengikuti pameran bazaar untuk memperkenalkan kain tenun Toraja. Kecintaannya terhadap kain tradisional, membuat ibu Dinny senang menjalani pekerjaannya ini. Namun setiap keberhasilan tidak akan terlepas dari masalah ataupun hambatan. Beberapa hambatan yang dialami oleh ibu Dinny di dalam menjalankan TorajaMelo antara lain, banyaknya penenun tua yang mengetahui motif–motif kain tenun Toraja tidak mau mengajarkan kepada generasi selanjutnya karena banyak anak muda di Tana Toraja yang pergi merantau meninggalkan tanah kelahirannya menjadi TKI di luar negeri.
2.1.3.2 Wawancara kelompok ( Marketing Executive, Head of Production House, Head of Financial and Operation ) Wawancara ini bersifat wawancara dalam kelompok. Penny merupakan bagian marketing fashion dari TorajaMelo, serta tangan kanan dari ibu Dinny Jusuf. Pekerjaan beliau adalah mengkomunikasikan TorajaMelo ke masyrakat luas dengan menceritakan cerita Tana Toraja dan memiliki kewajiban menaikan penjualan produk serta menjadikan TorajaMelo sebagai shopping destination di Indonesia. Karena banyak orang yang membeli produk TorajaMelo hanya karena sebatas pertemanan, bukan mengetahui informasi TorajaMelo dari luar ataupun dari social media. Sebagai seorang marketing, mbak Penny menghadalkan network marketing strategy sebagai strategi utamanya. Namun hal tersebut tidak berjalan sesuai rencana, karena sosial media dari TorajaMelo tidak berjalan sama sekali. Padahal sosial media merupakan
12
kunci
dari
marketing
untuk
saat
ini,
semua
orang
menggunakan social media. Mulai dari facebook, instagram dan lain–lain. Hal ini menjadikan tantangan bagi mbak Penny untuk dapat memperkenalkan TorajaMelo kepada masyrakat luas. Selanjutnya bagian produksi, disini ada mbak Trisha yang merupakan tangan kanan dari ibu Nina Jusuf. Bertugas pada bagian produksi, memasukan bahan baku berupa benang –benang beragam warna kepada para penenun. Melakukan pengiriman barang dari Tana Toraja ke Jakarta serta menjadi komunikator antara penenun dan distributor. Dari pekerjaan mbak Trisha, beliau mengalami hambatan dimana ada saat kain terlalu banyak yang datang dan tidak dapat dijual ataupun ada saat dimana kain sama sekali tidak ada sehingga bagian sales tidak dapat menjual barang apapun. Selain itu, mbak Trisha adalah penulis dari buku Untannun Katuoan yang diterbitkan pada saat Indonesian Fashion Week 2015. Sedangkan untuk bagian finance, disini ada mbak Erna yang merupakan head of finance and operation. Beliau bertugas merapikan semua dokumen–dokumen keuangan, administrasi serta laporan keuangan dari TorajaMelo. Alasan mereka semua bergabung di TorajaMelo adalah kecintaannya mereka pada kain tradisional, menggerakan hati mereka untuk ikut bergabung bersama ibu Dinny.
2.1.3.3 Kuisioner Kuesioner dibagikan kepada 105 responden melalui media sosial dan survei lapangan. 1. Jenis kelamin
13
2. Usia
3. Pekerjaan
4. Apakah Anda mengenal kain tradisional ?
5. Kain tradisional apa saja yang Anda ketahui ?
14
6. Darimana Anda mengertahui jenis kain tradisional ?
7. Menurut Anda apa yang membuat kain tradisional menarik ?
8. Apakah Anda mengetahui kain tenun Toraja ?
15
9. Apakah Anda mengetahui brand TorajaMelo ?
10. Jika kain tenun Toraja dijadikan sebagai produk fashion, apakah Anda tertarik untuk menggunakannya ? -
“Ya, karena hal itu dapat mencerminkan kecintaan kita terhadap salahsatu kebudayaan bangsa kita. Justru seharusnya kita bangga sudah menggunakannya.”
-
“ Ya, karena bisa memberi trend baru dan ciri khas fashion di Indonesia.“
-
“Jika dibuat dalam motif yang indah dan di desain menjadi barang yang mempunyai nilai guna dan praktis tentu akan saya gunakan.”
-
“Ya, karena suka dengan warna-warninya, dan dengan menggunakannya berarti turut melestarikan budaya Indonesia.”
-
“Yes! Because they're really beautiful and i'd love to wear it as often as possible!”
2.1.4. Observasi Pengamatan secara langsung survei lapangan dilakukan penulis ketika mengunjungi showroom TorajaMelo di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
16
Gb. 03 Suasana showroom TorajaMelo di Kemang
Gb. 04 Packaging pelepah pisang dari TorajaMelo
17
Gb. 05 Beberapa koleksi tas dari TorajaMelo
Gb. 06 Beberapa koleksi baju hasil dari TorajaMelo
18
Gb. 07 Beberapa koleksi sepatu hasil dari TorajaMelo
Gb. 08 Beberapa koleksi dompet dari TorajaMelo
2.1.5. Tinjauan Pustaka
2.1.5.1 Data Perusahaan 2.1.5.1.1 Sejarah TorajaMelo yang arti “Toraja yang Indah“ merupakan sebuah perusahaan tenun yang bergerak di bidang fashion khususnya pada kain tenun Toraja. Perusahaan ini awalnya dibentuk tahun 2008 oleh ibu Dinny Jusuf. Kecintaannya akan kain tradisional membuat ibu Dinny mendirikan TorajaMelo. Pada awal dibentuknya TorajaMelo, semata–mata bukan untuk mencari keuntungan namun untuk membantu para wanita
19
penenun di Tana Toraja yang membutuhkan pekerjaan untuk dapat menghidupi keluarganya. Selain itu juga untuk membantu melestarikan kebudayaan Tana Toraja. Sejak tahun 2008, TorajaMelo telah berkarya di daerah Sa’dan, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Indonesia. Berbeda dengan para perintis lainnya, yang biasanya memulai pengembangan komunitas terlebih dahulu, TorajaMelo memulainya dengan memusatkan perhatian pada peningkatan nilai melalui desain, produksi dan marketing karya yang berkualitas tinggi. Dengan tujuan ingin membawa kain tenun Toraja ke dalam kehidupan sehari-hari dengan menciptakan edisi terbatas seri karya mode dari “kepala hingga kaki” dan kebutuhan rumah tangga. Seluruh produksi dikerjakan dengan tangan dari awal hingga akhir. Sejak tahun 2010, produk TorajaMelo dipasarkan melalui showroom di bilangan Kemang, Jakarta Selatan dan juga mengikuti berbagai bazaar serta pameran baik di Jakarta maupun di luar negeri seperti Bangkok, San Fransisco, Tokyo dan
kota–kota
lainnya.
Sampai
saat
ini,
TorajaMelo
mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat, terbukti dengan berkembangnya masyarakat pecinta TorajaMelo di Jakarta. Pada tahun 2012, seiring dengan berjalannya fondasi pasar,
TorajaMelo
memulai
program
pengorganisasian
komunitas yang menyeluruh bagi para penenun. Program ini meliputi pelatihan desain, kepemimpinan, management, pengelolaan keuangan, dan kredit usaha kecil. Didasari semangat cinta kasih, terutama kasih terhadap bumi tercinta, TorajaMelo menggunakan
berusaha sesedikit
menghasilkan mungkin
produk
sumber
daya
yang dan
meninggalkan sesedikit mungkin limbah. (Achjadi, 2014 : 17)
2.1.5.1.2 Karakteristik Badan Usaha
: sebuah
perusahaan
tenun;
yang
menjual produk fashion, berbahan dasar kain tenun Toraja.
20
Lokasi
: Jl. Kemang Timur 62 upstairs Jakarta Selatan
Jam operasional
: Senin - Sabtu (09.00-17.00 WIB)
2.1.5.1.3 Visi dan Misi Visi dan Misi dari TorajaMelo antara lain : • Melestarikan dan meremajakan tenun dari Tana Toraja serta membantu para penenun dan komunitas di sekelilingnya. • Membantu
para
wanita
di
Tana
Toraja
yang
mengalami kesulitan ekonomi.
2.1.5.1.4 Logo
Gb. 09 Logo TorajaMelo ( Sumber : www.TorajaMelo.com )
Gambar
berikut
merupakan
logo
dari
TorajaMelo. Menggunakan warna orange untuk menunjukan bahwa TorajaMelo melayani pelanggan dengan ramah dan hangat. Sedangkan untuk huruf “T” di depan awalan TorajaMelo menggunakan ilustrasi rumah tongkonan untuk melambangkan budaya dari suku Tana Toraja. Selain itu, dalam logo ini menggunakan huruf script untuk memberikan kesan elegant dari TorajaMelo. Menurut Penulis, logo di atas kurang sesuai dengan target market yang ingin dicapai, kurang menunjukkan ciri khas dari kain tenun Toraja yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk TorajaMelo. Penggunaan
21
logonya pun tidak konsisten dalam penerapan di setiap media. TorajaMelo memerlukan perancangan ulang dengan melakukan rejuvenasi pada logo. Rejuvenasi bertujuan untuk menyesuaikan dengan target market yang ingin dicapai oleh TorajaMelo yaitu kalangan muda yang mencintai barang- barang localbrand.
2.1.5.2 Data Target Market Berikut ini merupakan target sasaran penulis dalam komunikasi visual : a. Target Primer 1.
Psikografis a. Personality - Young at heart - Independent - Mature b. Behavior -
Cita akan budaya Indonesia
-
Menyukai barang-barang localbrand
c. Lifestyle -
Shopaholic / menyukai belanja online
-
Aktif menggunakan media sosial
-
Senang jalan – jalan / travelling
-
Senang menghadiri acara localbrand market seperti brightspot dan lain-lain
2.
Demografis a. Usia
: 21 – 40 tahun
22
b. SES
:A–B
c. Gender
: Perempuan
d. Kewarganegaran : Indonesia e. Pekerjaan
:Mahasiswa,wirausahawan, Pegawai negeri dan swasta
3.
Geografis a. Wilayah
: Jakarta dan sekitarnya
b. Iklim
: Tropis
a. Target Sekunder
1. Psikografis a. Personality - Peduli - Dewasa - Berwawasan luas b. Behavior - Suka mengkoleksi kain tradisional - Menyukai budaya dan seni c. Lifestyle
2.
-
Shopaholic
-
Senang jalan – jalan
Demografis a. Usia
: 30 – 40 tahun
b. SES
:A–B
c. Gender
:Laki – laki dan perempuan
d. Kewarganegaran : Indonesia e. Pekerjaan
: Orangtua, wirausahawan, Pegawai negeri dan swasta
23
3.
Geografis a. Wilayah
: Jakarta dan sekitarnya
b. Iklim
: Tropis
2.1.5.3 Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread)
•
Strength (Kekuatan) TorajaMelo memiliki network/channel yang besar. Hal ini dapat membuat TorajaMelo semakin berkembang dan dapat dikenal banyak orang. Setiap orang di dalam team TorajaMelo memiliki passion yang sama yaitu ingin melestarikan dan memperkenalkan kain tenun Toraja dalam bentuk produk fashion kepada masyrakat luas terutama masyarakat Indonesia. Semua ini didedikasikan untuk membantu para wanita di Tana Toraja yang mengalami kesulitan ekonomi. Selain itu produk fashion yang dihasilkan oleh TorajaMelo sangat ekslusif/ limited edition. Karena hanya dibuat beberapa lusin saja. Sehingga tidak akan sama satu dengan yang lainnya.
•
Weakness (Kelemahan) Identitas visual yang
kurang menonjol membuat
TorajaMelo tidak banyak dikenal oleh masyarakat. Serta kurangnya media promosi seperti facebook, instragram ataupun twitter yang harusnya menjadi bahan promosi utama kurang dijalankan dengan baik.
•
Opportunity (Peluang) Banyaknya orang yang menyukai hasil kerajinan tangan dari TorajaMelo terutama di bagian koleksi baju. Menggabungkan motif tenun Toraja dengan model baju modern membuat banyak orang memilih membeli koleksi baju dari TorajaMelo.
24
•
Thread (Ancaman) Pengaruh dunia fashion dari barat
yang terus
berkembang dan masuk ke Indonesia membuat kalangan muda sekarang lebih menyukasi fashion dari barat dibandingkan dengan fashion dalam negeri. Banyak generasi muda di Tana Toraja yang pergi merantau meninggalkan tanah kelahirannya menjadi TKI di luar negeri. Hal ini membuat tidak adanya penerus dalam pembuat kain tenun Toraja.
2.1.5.4 Pembanding
2.1.5.4.1 BIN House
Gb. 10 Logo Bin House (Sumber : www.binhouse.com) Bin House merupakan salahsatu Indonesian clothing
design
studio
yang
mencampurkan
sentuhan modern ke dalam koleksi bajunya. Bin House menjual pakaian siap pakai dan kain sutera Indonesia. Dengan banyak menampilkan koleksi bajunya di berbagai fashion show serta memiliki showroom di bilangan Kemang dan Menteng
25
membuat Bin House terkenal di mata masyrakat.
Gb. 11 Beberapa koleksi dari BIN House (Sumber : www.batikantik.com)
2.1.5.4.2 Threads of Life
Gb. 12 Logo Threads of Life (Sumber : www.threadsoflife.com) Threads of Life merupakan salahsatu toko tekstil Indonesia yang menjual kain tenun Indonesia. Dengan tujuan membantu finansial para penenun, Threads of Life menjual kain tenun Indonesia ke berbagai kota besar. Selain itu, mereka juga membuat kelas menenun bagi para turis yang ingin mengenal kain tenun lebih dalam dengan tujuan untuk melestarikan budaya tenun.
26
Gb. 13 Koleksi kain dari Threads of Life (Sumber : www.tripadvisor.com)