BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Sumber data Dalam memenuhi kebutuhan informasi, bab ini terbagi menjadi 2 bagian penting yaitu tinjauan umum mengenai landasan perancangan topik mengenai jamu serta tinjauan khusus mengenai landasan perancangan dari keilmuwan Desain Komunikasi Visual. Penulis menggunakan metode pencarian data sebagai berikut : 1. Studi pustaka 2. Studi website 3. Wawancara 4. Survei 2.1.1.1 Wawancara Wawancara dilakukan guna mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi dan untuk mendapatkan wawasan lebih mengenai topik yang bersangkutan. Beberapa nara sumber yang diwawancarai, yaitu : • Jonathan Lesmana - Kedai Jamu Suwe Ora Jamu. • Pedagang jamu keliling di Jakarta. • Masyarakat umum. 2.1.1.2 Literatur A. Kajian Pustaka Buku : Berupa data yang berkaitan dengan desain grafis dan jamu yang didapat dari buku dan buku elektronik (e-book) : •
Buku kajian jamu dan budaya : •
The Power of Jamu - Dr. Marta Tilaar dan Prof. Dr. Ir T. Widjaja, MM
•
Jamu Jawa Asli - Soedarmilah Soeparto
•
Strategi Kebudayaan. Suatu Pendekatan Filosofis.Poespowardojo
3
Seoerjanto
4
•
Buku Kajian Design grafis •
Desinging With Illustration – Steven Heller and Karen Pomeroy
•
Publication Design Workbook - Timothy Samara, 2007.
•
Basic design : layout - Gavin Amborse & Paul Harris, 2011
•
Making and Breaking the Grid - Timothy Samara, 2005
•
Tinjauan Desain Grafis - Arief Adityawan & Tim Litbang Concept, 2010.
•
Desain Komunikasi Visual Terpadu - Yongky Safanayong, 2006.
•
The element of Graphic Design – Alex W. White, 2002.
•
Color Graphic - Karen Triedman, 2002.
•
Desain dan Komunikasi Visual teori dan aplikasi – Rachmat Supriyono, 2010.
•
Pengantar Desain Komunikasi Visual – Adi Kustianto, 2006
•
Nirmana. Elemen-elemen seni dan desain- Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009.
2.1.2
Riset dan Data Umum
2.1.2.1 Sekilas Mengenai Jamu Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuhtumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan. Jamu telah dikenal sejak
jaman nenek moyang sebelum
farmakologi modern masuk ke indonesia. Oleh karenanya, banyak resep racikan jamu sudah berumur ratusan tahun dan digunakan secara turun temurun sampai saat ini. Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah "jamu" berasal dari bahasa Jawa Kuno, "Jampi" atau "Usodo" yang artinya adalah penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan. Pada tahun 15-16 M istilah jampi semakin populer di antara kalangan keraton. Kemudian, sebutan "jamu" mulai diperkenalkan pada publik oleh "dukun"
2.1.2.2 Sejarah Penyebaran Jamu di Indonesia Periode Sebelum Kolonial
5
Bukti
paling
pertama
bahwa
masyarakat
zaman
dahulu
telah
mengkonsumsi jamu, padaabad ke 8. Di Jawa Tengah, pada dinding Candi Borobudur (tahun 825 M) terdapat relief pohon kalpataru, yakni pohon mitologis yang melambangkan 'kehidupan abadi'. Dibawah pohon terdapat relief orang menghancurkan bahan bahan untuk pembuatan jamu. Ditemukan juga relief bergambar perempuan yang sedang mencamour tanaman untuk pemulihan dan perawatan tubuh. Dokumen atau naskah kuno di bali yang ditulis pada daun lontar kering, pada umumnya ditulis dalam bahasa sansekerta atau bahasa jawa kuno. sebagai contoh istilah 'usada' atau 'usadi yang berarti obat, ditemukan dalam kitab kakawin Ramayanapada tahun 898-910 M. Pada tahun 1460-1550 M, Dan Hyang Dwijendara seorang yang memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional, telah mengembangkan sistem pengobatan yang disebut Angen Baian Sakti. Disamoing itu, ia juga memotivasi proses penulisan usada seperti Usada Sari, Budha Kecapi, Kalima Usada, Taru Pramana, dan Dharma Usada, untuk penyakit umum, dan usada lain untu penyakit spesifik, seperti usada dalem, netra, tatanger bekig, upas.
Periode Keraton Masyarakat suku jawa menulis resep jamu traditional dari tanaman dan dikenal sebagai Serat atau Primbon. Salah satu yang terkenal adalah serat centhini atau sukuj tambangraras yang didokumentasikan oleh kanjeng gusti pangeran adipati anom amengkunegara III. Panegran Sunan Pakubuwini IV.mada 12 renteran serat centhini. Semua Naskah kuno ini di istana mangkunegara,surakarta, jawa tengah. Selain itu, ada naskah-naskah kuno lain yang menceritakan tentang tanaman obat Jawa, seperti Serat Kaaruh Bab Jampi-Jampi. dan lain-lain.
Periode Jepang Pada tahun 1940 diadakan seminar pertama mengenai jamu di Solo, diikuti dengan Pembentukan Panitia Jamu Indonesia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sato, Kepala Jawatan Kesehatan Rakyat. Panitia ini bertugas untuk mengimbau para pengusaha jamu secara sukarela mendaftarkan resep pribadi mereka untuk diperiksa dan dinilai oleh jawatan kesehatan rakyat. Pada akhir
6
tahun 1944, diumumkan beberapa tanaman obat terpilih pada harian Asia Raya.
Periode Kemerdekaan Bung Karno sebagai presiden RI pertama memberikan perhatian cukup besar terhadap pengembangan obat tradisional. Tahun 1965, ketika berpidato Dies Natalis Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, presiden mengenalkan 6 orang sinche dari china yang khusus didatangkan untuk mengobati ginjalnya. Pada tahun 1964, Kementrian Penelitian Nasional, Kementrian Kesehatan ,Kementrian Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Kementrian Pertanian, Kementrian Tanaman Pangan dan Perkebunan, menyelenggarakan seminar yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan penggunaan tanaman obat. Sejak itu, ketertarikan pada studi tentang produksi dan penggunaan tanaman obat meningkat, dan pertemuan pertemuan ilmiah semakin sering diselenggarakan.
Jamu Masa Kini Beberapa peneliti Indonesia juta telah melakukan ppenelitian untuk mencari tahu tentang pengobatan di daerah Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia pada awal tahun 80an mengimbau negara-negara anggotanya untuk menggali dan memanfaatkan sumber-sumber obat alami,serta penggunaan tanaman obat lokal. Pemerintah memutuskan untuk mendukung bududaya dan penggunaan tanaman obat lokal, dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat
2.1.2.3 Cara Meracik Jamu Sejak jaman dahulu masyarakat timur menganut paham yang religius. Dalam setiap perbuatan dan langkah yang ingin diambil, tidak pernah lupa untuk selalu memohon berkat kepada Tuhan YME. Begitu juga dengan membuat jamu, harus meminta ijin kepada Tuhan YME agar membawa berkah dan manfaat, kemudian dilanjutkan dengna memulai memilih bahanbahan yang diketahui dapat memberikan khasiat menurut pengalaman.
7
2.1.2.4 Cara Pembuatan Obat Tradisional Pada prinsipnya pembuatan jamu tidak jaum berbeda dengan memasak. Seorang peracik jamu pintar biasanya dapat membuat jamu uang sekalipun pahit tetapi toh mengandung rasa yang sedap, sedikit manis, dan gurih.
2.1.3 Kuisioner Target Sasaran Penulis melakukan survei dengan membagikan kuisioner kepada 170 orang responden untuk mengetahui minat masyarakat terhadap Jamu.
8
Gambar 2.1: Hasil Kuisioner Bagian 1
9
Gambar 2.2: Hasil Kuisioner bagian 2
10
Gambar 2.3: Hasil Kuisioner bagian 3
2.1.4 Data Target 2.1.4.1 Demografi Umur
: 18-24 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan dan laki-laki
Status Sosial
: Menengah atas (B-A)
Status Pendidikan
: SMP, SMA, Kuliah
2.1.4.2 Psikografi a. Personality : •
Aktif
•
Ingin Tahu
•
Terbuka
•
Imajinatif
•
Ekspresif
11
b. Behaviour : •
Menyukai Buku
•
Peduli terhadap kesehatan
•
Sering menanyakan sesuatu yang dilihat
•
Mempunyai jiwa eksperimental yang selalu ingin mencoba sesuatu
•
Membaca artikel di internet atau di majalah
2.1.4.3 Geografi Domisili : Indonesia Letak : DKI Jakarta, kota-kota besar
2.1.4.4 Kompetitor A. The Power of Jamu – Dr Martha Tilaar
Gambar 2.4: Buku the Power of Jamu Buku The Power of Jamu membahas beberapa hal mengenai jamu dari aspek budaya, sains, ethnobotani, kesehatan, kecantikan, dan aspek industrialisasi dan komersialisasi.
B.
Beras Kencur Kunyit Asam – M. Yusuf Sina
Gambar 2.5: Buku Beras Kencur Kunyit Asam
12
Beras kencur merupakan minuman penyegar khas dari Indonesia (Jawa). Minuman ini juga digolongkan sebagai jamu karena memiliki khasiat meningkatkan nafsu makan dan bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit antara lain batuk, jerawat, diare, mempelancar haid, mata pegal, kelelahan dan lain sebagainya. Beras kencur sangat populer karena memiliki rasa yang manis dan segar. C. Jamu Tradisional Nusantara – Soedarso Djojoseputro
Gambar 2.6: Buku Jamu Tradisional Nusantara Jamu adalah obat alami. Khasiatnya sudah terbukti selama berabad-abad. Jika tak ingin terus-menerus terjebak dalam obat-obatan kimia, jamu adalah jawaban untuk pengobatan.Jamu adalah warisan budaya bangsa Indonesia. Bukan hanya monopoli masyarakat Jawa Di seluruh wilayah nusantara mulai dan Jawa,Ball, Madura, Kalimantan, Aceh, Sulawesi, Sumbawa, dan Papua, punya ramuan mujarab. Setiap daerah memiliki racikan khas tersendin Namun semuanya memiliki kesamaan: bahan-bahannya dan tanaman herbal dan diolah dengan cara tradisional 2.1.5 Analisa Berdasarkan studi literasi, studi visual, dan riset survei berikut ini adalah analisa dari perancangan publikasi buku “Jamu. ” yang penulis susun 2.1.5.1 Faktor Pendukung •
Mulai dikenalnya sedikit demi sedikit tentang jamu di kalangan anak muda.
•
Belum ada buku jamu yang menarik.
13
•
Memberi wawasan dan informasi.
•
Menambah ragam buku kesehatan.
•
Tingginya minat membaca pada target sasaran
2.1.5.2 Faktor Penghambat •
Distribusi buku sejenis masih terbatas pada distribusi buku independen, sehingga penyampaian eksplorasi visualpun cukup terbatas.
•
Dalam
proses
pengumpulan
data
penulis mengalami kesulitan
dikarenakan sumber yang didapat melalui literatur tidak terlalu banyak. •
Kurangnya pengetahuan target konsumen terhadap topik yang dipilih juga menghambat publikasi buku ini.
2.1.5.3 Analisa SWOT Strength • Menjawab permasalahan dengan mengetahui khasiat jamu untuk kesehatan yang dipercaya sejak dahulu dengan resep yang tidak membosankan. • Pembahasan praktis dan mudah dicerna oleh para orang remaja hingga dewasa • Konten dan visual buku dirancang sedemikian rupa agar dapat menarik minta pembaca. • Menggunakan illustrasi dan fotografi yang dikemas dengan menarik sehingga dapat memuaskan pembaca dengan sajian visual yang menarik. Weakness • Belum terlalu besar
ketertarikan remaja untuk konsumsi maupun
mengenal jamu lebih dalam. • Penggunaan bahasa inggris, yang membuat konsumen lokal tertentu saja yang bida atau dapat membaca buku ini. Opportunity • Tema nusantara yang dikemas dengan nafas baru diharapkan menjadi daya tarik pembaca buku.
14
• Menjelaskan kepada masyarakat mengenai jamu,mulai dari sejarah jamu hingga cara membuat jamu yang nikmat dan memiliki khasiat. Threat • Kurangnya minat dari masyarakat untuk membuka wawasan tentang jamu yang merupakan salah satu warisan obat tradisional Indonesia. • Munculnya literatur dari media elektronik yang membahas hal serupa sehingga minat membeli buku dari para target sasaran berkurang karena merasa lebih praktis membaca melalui media elektronik. 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Teori Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual merupakan ilmu yang mempelajari
proses
komunikasi yang dipublikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis berupa gambar (ilustrasi dan fotografi), warna, huruf dan tipografi, komposisi dan layout. Menurut M Arief Budiman, desain komunikasi visual tidak hanya berfungsi mekanikal tetapi ada fungsi lainnya, yaitu memberi inspirasi, informasi dan menggerakkan kita untuk beraksi, selain memiliki fungsi sosial, desain komunikasi visual juga memiliki fungsi fisik dan fungsi pribadi. Menurut Yongki Safanayong dalam terapannya sebagai ilmu komunikasi, desain komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu : 1. Untuk memberitahu atau memberi informasi (to inform) seperti menjelaskan, menerangkan, dan mengenalkan. 2. Untuk memberi penerangan (to enlighten), seperti membuka pikiran dan menguraikan. 3. Untuk
membujuk
(to
persuade),
seperti
menganjurkan,
komponenkomponennya termasuk kepercayaan, logika dan daya tarik. 4. Untuk melindungi (to protect), seperti fungsi khusus untuk desain kemasan dan kantong belanja. (Yongky Safanayong 2006 hal ) Sesuai dengan teori tersebut, penulis melakukan perancangan publikasi guna memberikan informasi (to inform) dan memberi wawasan (to enlighten) tentang jamu kepada target sasaran (audience), melalui media promosi publikasi buku yang tepat dan menarik (to persuade).
15
2.2.2 Teori Buku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku / bu·ku / n adalah lembaran kertas yg berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Oxford Dictionary, buku adalah hasil karya yang ditulis atau dicetak dengan halamanhalaman yang dijilid pada satu sisi atau dua hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan. Menurut Roger Fawcett Tang dalam buku New Book Design, menurutnya buku yang baik adalah buku yang didesain dengan memperhatikan : •
Struktur Isi buku dibentuk oleh tiga elemen desain yaitu tipografi, grid, dan image.
•
Navigasi Dalam suatu buku, meletakkan informasi-informasi dalam komposisi yang baik merupakan hal yang penting agar tidak membingungkan pembaca.
•
Kemasan -
Menggunakan image yang dapat menarik perhatian
-
Tampilan luar suatu buku merupakan salah satu faktor yang penting. Suatu kemasan buku yang baik mampu menarik rasa keingintahuan orang untuk melihat buku tersebut diantara buku-buku yang lain.
-
Fungsi utama kemasan buku sebagai pelindung bisa diolah menjadi menarik.
2.2.3 Teori Grid Menurut Timothy Samara dalam bukunya "Making and Breaking the Grid", grid merupakan gabungan dari 2 struktur dimensional yang dipertemukan antara garis vertikal dan horisontal yang digunakan untuk struktur konten. Dan grid merupakan awal dan dasar dari sebuah proses desain yang kemudianakan tidak terlihat atau invisible pada audience. Grid sistem sangat membantu untuk mendesain sebuah buku untuk repetisi elemen-elemen yang ada pada tiap halaman sebuah buku. Sistem ini dirancang agar flexible, dimana terkadang sebuah elemen desain akan keluardari sistem tersebut, namun ini tergantung dari seberapa banyak variasi yang diinginkan. (Timothy Samara 2005 : 30). Modular Grid
16
Layout yang digunakan di dalam perancangan publikasi buku ini menggunakan modular grid. Modular grid yang digunakan adalah modular grid variation and violation yang telah dijelaskan oleh Timothy Samara pada buku Making and Breaking the Grid bahwa sebuah grid dapat dikatakan berhasil apabila dapat memecahkan masalah. Modular Grid merupakan grid yang dapat membantu desainer dalam membuat layout secara eksperimental.
Deskontrusi Grid Dalam buku yang sama, David Carson, Neville Brody, dan Stefan Sagmeister banyak memberikan contoh grid yang saling menabrak, dengan alasan sebuah ide yang terstruktur tidaklah harus teratur. Tetapi memiliki sistem yang baik dan alur yang menarik. Walau memecah readibility tetapi tetap sesuai dengan tujuan yang ada. Menurut Timothy Samara, dengan mendekonstruksi grid, kita dapat mendekonstruksi struktur grid yang sudah ada untuk menemukan hubungan spasial dan visual yang baru. Mendekonstruksi atau mengubah struktur dapat dilakukan melalui metode seperti pemotongan dan pergeseran terpisah dari bidang utama, baik horisontal maupun vertikal. Sebagai contoh yang disampaikan Timothy Samara, Sebuah grid modular dasar dapat didekonstruksi dalam berbagai cara, salah satunya dengan cara melakukan pergeseran disekitar modul atau dengan melebarkan modul. Tetapi jika semakin kompleks mendekonstruksi sebuah grid, akan semakin ambigu hubungan spasial dari tipografi pada struktur baru. Mendekonstruksi sebuah grid perlu diperhatikan untuk beberapa kebutuhan dan keperluan saja. Melalui teori tersebut, penulis menggunakan
modular
grid
dan
mendekonstruksinya
untuk
berkesperimental dan menemukan visual yang baru untuk menarik target sasaran dari segi visual. 2.2.4 Teori Layout Dalam buku basic design : layout, Gavin Amborse & Paul Harris menerangkan bahwa layout adalah pengaturan elemen-elemen desain dala kaitannya dengan ruang atau bidang di mana elemen - elemen tersebu berada, dan dalam keserasian dengan tampilan secara keseluruhan dari segi estetis. (Gavin
17
Amborse & Paul Harris 2011 : 15) untuk mendapatkan layout yang baik diperlukan adanya : 1.
Kesatuan komposisi yang baik dan enak dilihat
2.
Variasi agar tidak monoton dan membosankan
3.
Keseimbangan agar terlihat sepadan, serasi, dan selaras
4.
Irama yang berupa pengulangan bentuk / unsur-unsur layout dan warna
5.
Harmoni berupa keselarasan atau keserasian hubungan antara unsurunsur yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan
6.
Kontras yang berupa perpaduan antara warna gelap dan terang
2.2.5 Teori Warna Warna merupakan salah satu unsure penting dalam desain. Warna dapat menampilkan identitas atau citra yang ingin disampaikan, dapat membedakan sifat, dapat menarik perhatian dan meningkatkan mood ( Anggraini S. dan Nathalia, 2014: 37). Kusrianto (2007: 31) menjelaskan, kesan warna yang dapat diterima oleh mata ditentukan oleh cahaya, yang bergantung pada hue (spectrum warna). Saturation (nilai kepekatan) dan lightness (nilai cahaya atau gelap terang). Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam buku The element of Graphic Design karya Alex W. White dijelaskan bahwa salah satu elemen yang mempengaruhi dalam membuat desain adalah warna. Perbedaan kontras warna sama fungsinya dengan penggunaan typeface, type wheight, dan ukuran font sebagai penentu hirarki. Selain itu warna juga memiliki beberapa fungsi, antara lain : •
Warna sebagai media penarik perhatian: Warna adalah elemen utama yang dapat digunakan untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang yang melihatnya. Kekuatan dari warna dapat menarik perhatian dan memotivasi penjualan, warna dapat digunakan memberikan identitas pada sebuah brandKehidupan yang penuh warna dalam keseharian manusia berpengaruh pada
•
Warna sebagai pembangkit emosi :
18
Emosi, perasaan dan hal semacamnya. Untuk memperkuat desain diperlukan satu pemahaman atas respon seseorang terhadap warna dan pengertian terhadap target market yang dituju. •
Warna mengandung makna : Pesan utama dari sebuah warna dapat digunakan sebagai identitas yang kuat dari sebuah brand. Penggunaan warna corporate dapat memberikan produk sebuah posisi yang lebih kuat di pasar. Berikut merupakan penjabaran karakteristik warna secara universal menurut Anggraini S. dan Nathalia (2014: 38) :
• Merah: menyimbolkan agresivitasm keberanian, semangat, percaya diri, gairah, kekuatan dan vitalitas. • Pink: mengisyaratkan sesuatu yang lembut dan menenangkan, cinta kasih sayang dan feminim. • Biru: melambangkan keharmonisan, memberi kesan lapang, ketenangnan, kesetiaan dan kepercayaan. • Hijau: melambangkan alam, kehidupan, symbol fertilitas sehat dan natural. • Oranye: melambangkan sosialisasi, keceriaan, kehangatan, segar , semagnat dan energi. • Ungu: memberi kesan spiritual yang magis, mistis, misterius dan kebangsawanan. • Coklat: merupakan warna natural hangat, membumi dan menghadirkan kenyamanan. • Abu-abu: me;ambangkan kesederhanaan, intelek, fitiristik dan milenium. • Hitam: warna yang kuat dan percaya diri, penuh perlindungan, maskulin, elegan, dramatis dan misterius.
19
Gambar 2.7: Warna-warna dalam lingkaran warna.
Teori Brewster merupakan teori yang menyederhanakan warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna (Anggraini S. dan Nathalia, 2014: 38). Keempat kelompok warna tersebut antara lain: 1.
Warna primer Merupakan warna dasar yang bukan campuran warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru dan kuning.
Gambar 2.8: Warna primer dalam lingkaran warna
2.
Warna Sekunder Merupakan hasil dari percampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Jingga merpakan hasil percampuran dari warna meradah dan kuning, hijau merupakan hasil dari percampuran warna biru dan kuning serta ungu merupakan percampuran warna merah dan biru.
20
Gambar 2.9: Warna Sekunder Dalam Lingkaran Warna 3.
Warna tersier Warna tersier merupakan campuran salah satu warna perimer dengan salah satu warna sekunder. Msialnya warna jingga kekuningan didapat dari percampuran warna kuning dan jingga sedangkan warna ungu kemerahan merupakan percampuran merah dan ungu.
Gambar 2.10: Warna Tersier Dalam Lingkaran Warna. 4.
Warna netral Warna netral merupakan hasil percampuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil percampuran yang tepat akan menuju hitam. Dalam penggunaannya warna dapat dibedakan menjadi dua, yaitu warna yang ditimbulkan karena sinar (additive color / RGB) yang biasanya digunakan pada warna lampu, layar monitor, televisi dan sebagainya, serta warna yang dibuat menggunakan unsure tinta atau cat (substractive color / CMYK) yang biasanya digunakan dalam
21
prose’s pencetakan ke permukaan benda padat seperti kertas, logam, kain, plastik dan lain-lain ( Anggraini S. dan Nathalia, 2014: 40).
Gambar 2.11: Perbedaan Additive dan Subtractive Color
Secara visual warna dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu warna panas dan warna dingin. Warna dingin seperti hijau, bisu, hijau kebiruan, ungu dan ungu kebiruan dapat memberi kesan pasif, statis, damai dan secara umum kurang mencolok. Sebaliknya, warna panas seperti merah, merah-ungu memberi kesan hangat, dinamis aktif dan mengundang perhatian. (Supriyono,2014: 74)
2.2.6 Teori Tipografi Tipografi didefinisikan sebagai suatu prose’s seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak, yang meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki (Kusrianto, 20117:190). Lazlo Moholy berpendapat bahwa tipografi adalah alat komunikasi , olehkarena itu tipografi harus bisa berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat (clarity) dan terbacar (legibility). Dalam membuat perencanaan suatu karya desain, keberadaan elemen tipografi sudah harus selslu diperhitungkan, karena dapat memperngaruhi susunan kuasa (hirarki) dan keseimbangan karya desain tersebut (Anggraini S. dan Nathalia, 2014: 53). Tipografi diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok. Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentummomentum penting dalam perjalanan penciptaandan pengembangan bentuk huruf (Anggraini S. dan Nathalia, 2014: 58). Adapun klasifikasi huruf tersebut sebagai berikut:
22
1. Serif Jenis huruf serif mempunyai kaki atau sirip yang berbentuk lancip pada ujungnya. huruf serif memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya, sehingga memiliki kemudahan baca (readibility)
yang
cukup
tinggi.
Kaki-kaki
berfungsi
untuk
memudahkan membaca teks kecil dan teks dengan jarak baris yang sempit. Serif dapat memberi kesan klasik, resmi dan elegan pada sebuah karya desain. Serif sering dipergunakan pada surat resmi, bukubuku dan surat kabar. Contoh jenis huruf sanserif antara lain Times New Roman, Garamond, Bodoni dan lain sebagainya.
Gambar 2.12: Contoh penggunaan font serif
2. San Serif Sans serif diartikan tanpa sirip/serif, jadi huf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Sans serif melambangkan kesederhanaan, lugas, masa kini dan futuristic. Huruf ini cocok apabila didampingkan dengan grafis yang berkesan modern. Huruf sans serif lebih banyak digunakan pada layar komputer,
Karena huruf sans serif berbentuk lebih
sederhana (tidak memiliki kait) dan huruf-huruf kecil menjadi lebih mudah terbaca. Beberapa contoh huruf sans serif antara lain Helvetica, arial, trebuchet, DIN Pro, dan lain sebagainya.
23
Gambar 2.13: Contoh Penggunaan Font Sanserif
3. Script Huruf script merupakan huruf yang menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan epna, kuas, atau pensil tajam yang biasanya miring ke kanan. Ada dua jenis huruf script. Yaitu formal script dan casual script menyerupai tulisan tangan yang menggunakan pena klasik. Jenis huruf ini banyak digunakan untuk undangan untuk undangan dan media cetak yang sifatnya formal. Contoh huruf script antara lain adalah kunstler script dan snell roundhand.
Gambar 2.14: Contoh Penggunaan Font Formal Script
Sementara itu, casual script lebih digunakan pada media yang bersifat santau atau kurang formal. Contohnya menu, iklan dan lain-lain. Casual script lebih menyerupai tulisan tangan dengan goresan kuas atau pensil, dan menimbulkan kesan seperti akrab dan bersifat pribadi.
24
4. Dekoratif Dekoratif merupakan jenis huruf yang merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk huruf yang sudah ada, ditambah hiasan dan ornamen atau garis-garis dekoratif. Biasanya huruf dekoratif hanya digunakan pada judul. Huruf ini sangat tidak dianjurkan pada body teks karena keterbacaannya sangat kurang.
Gambar 2.15: Contoh Penggunaan Font Casual Script
Dalam perancangan publikasi buku ini, penulis memakai prinsip dasar tipografi yang diutarakan oleh Alex W. White dan melakukan pendekatan visual secara eksperimental dengan mengolah tipografi sebagai image. Terdapat beberapa prinsip tipografi yang diutarakan oleh Alex W. White pada buku The Element of Graphic Design : •
Legibility Kualitas dari huruf sehingga huruf tersebut terbaca. Misalnya bentuk huruf yang terlalu abstrak bisa membuat huruf tersebut tidak dikenali atau tidak terbaca.
•
Readibility Kualitas pada teks yang membuat teks tersebut mudah dibaca, menarik, dan tidak melelahkan mata. Hal ini berhubungan pula dengan jarak antar huruf dan jarak antar baris.
25
•
Visibility Kemampuan huruf dan teks untuk terbaca. Misalnya ukuran huruf pada poster yang ada di pinggir jalan harus cukup besar.
•
Clarity Kualitas pada teks dan huruf untuk dapat dimengerti dengan jelas. Misalnya slogan berbahasa Inggris pada billboard di pinggir jalan harus bisa dimengerti atau dipahami.
2.2.7 Teori Illustrasi Pengertian ilustrasi secara umum adalah gambar atau foto yang bertujuan menjelaskan teks sekaligus menciptakan daya tarik (Supriyono, 2010: 51). Secara harafiah ilustrasi berarti gambar yang dipergunakan untuk menerangkan atau mengisi sesuatu. Dalam desain grafis, ilustrasi merupakan subjek tersendiri yang memiliki alur sejarah serta perkembangan yang spesifik atau jenis kegiatan seni itu (Kustianto, 2007:110) Illustrasi, apapun bentuknya, memiliki potensi besar untuk merebut perhatian pembaca (Supriyono, 2010: 52). Tujuan ditambahkannya ilustrasi dalam sebuah desain antara lain: •
Menangkap perhatian pembaca.
•
Memperjelas isi yang terkandung dalam teks (bodycopy)
•
Menunjukan produk yang ditawarkan.
•
Meyakinkan pembaca terhadap informasi yang disampaikan melalui teks.
•
Membuat pembaca tertarik membaca judul.
•
Menonjolkan keunikan produk.
•
Menciptakan kesan terhadap produk atau pengiklan.
Berdasarkan teknik yang digunakan, ilustrasi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok,antara lain:
26
1. Ilustrasi gmbar tangan (drawing) Ilustrasi gambar tangan adalah teknik membuat gambar dengan menggunakan keterampilan tangan. Menurut Supriyono dalam bukunya yang berjudul Desain Komunikasi Visual, teori dan aplikasi (2010: 109), dengan gambar seseorang akan mampu menyampaikan ide yang ada dalam pemikirannya. Alat yang umum dipakai adalah pensil, pena, kuas, tinta, pensil berwarna, krayon, arang maupun spidol. 2. Ilustrasi Fotografi Fotografi merupakan pengambilan objek gambar dengan bantuan alat berupa kamera dan adanya sumber cahaya. Karya fotografi merupakan salah satu elemen dari desain grafis. Fungsinya sama seperti gambar, lukisan, maupun ornamen dekoratif yaitu memberi hiasan atau ilustrasi (Kustianto, 2007: 119) . 3. Ilustrasi teknik gabungan Ilustrasi
teknik
gabungan
adalah
bentuk
ilustrasi
yang
merupakan
penggabungan dari beberapa teknik seperti teknik gambar tangan ataupun fotografi. Teknit ini memiliki kelebihan yaitu dengan penggunaan program komputer, ilustrasi drawing dan fotografi dapat lebih disempurnakan. Kusrianto (2007: 157) menjelaskan, gambar yang diperoleh menggunakan komputer dapat dimodifikasi dan digandakan secara cepat, baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian tertentu sehingga pembuatan efek-efek yang sama pada saat harus membuat adegan lain illustrasi akan menjadi lebih mudah. Menurut Otto Kleppner, penyajian ilustrasi dalam iklan media cetak dapat dikelompokan menjadi bebrapa kategori (Supriyono, 2010:1150), antara lain: •
Illustration of the product alone: hanya menampilkan gambar produk itu sendiri tanpa dipadukan dengan unsure-unsur visual lainnya.
•
Illustration of the product in setting: produk disajikan bersama dengan unsure-unsur pendukung agar kualitas atau cirri-ciri keunikan produk tampak lebih menonjol.
•
Illustration of the product in use: menampilkan ketika produk sedang digunakan
27
•
Illustration of benefit from the use of the product or a loss or disadvantage from not using product: menggambarkan keuntungan menggunakan produk dan kerugian tidak menggunakannya.
•
Dramatization of single situation: mendramatisir situasi, yang dijaskan lewat bodycopy ataupun caption.
•
Dramatization of evidence: menunjukan pembuktian fakta melalui tes produk
•
Continuity strip dramazation of sequence: menggambarkan cerita atau pengalaman seseirang yang berhubungan dengan produk.
•
Dramatization of detail: menunjukan gambar detail atau bagian penting dari produk.
•
Comparison: menggambarkan perbandingan dengan produk lain.
•
Contrast: menggambarkan perbedaan mencolok dari dua buah produk atau kekontrasan sebuah objek saat sebelum dan sesudah menggunakan produk.
•
Cartoon: ilustrasi dengan gaya kartun atau karikatur, baik secara tunggal maupun serial.
•
Trade character: ilustrasi yang menunjukan karakteristik suatu produkk melalui model (endroser) dan teks.
•
Chart and diagram: ilustrasi menggunakan diagram atau grafik untuk menjelaskan data statistik atau fakta yang signifikan.
•
Phantom or ghost diagram: penggambaran system oprasional atau konstruksi produk.
2.2.8 Teori Elemen Desain Menurut Wucius Wong dalam bukunya “Principle of Form and Design” (Wong, 1993) elemen dasar desain terbagi menjadi 4 pengelompokkan: Conceptual Elements Elemen visual ini eksis namun tidaklah nyata, merupakan sebuah elemen imajiner, belum dinyatakan pada suatu media.
- Point
28
Sebuah titik mengindikasikan sebuah posisi. Tidak mempunyai panjang dan lebar. Bukan merupakan sebuah wilayah atau ruang. Merupakan awalan dan akhir dari sebuah garis. - Line Sebuah garis memiliki panjang namun tidak memiliki lebar. Garis ini membentuk bidang. - Plane Sebuah bidang dibentuk dari garis. Sebuah bidang memiliki panjang dan lebar tapi tidak memiliki ketebalan. - Volume Volume dibentuk dari gabungan bidang. Dalam desain 2 dimensi, volume hanyalah imajinasi yang tak nyata.
Visual Elements Ketika conceptual elements mulai dinyatakan pada media contohnya digambarkan pada suatu kertas, ia akan menunjukkan dirinya. Sebuah garis tidak lagi hanya memiliki panjang tapi kini memiliki lebar (lebih tepatnya ketebalan). Ketika telah dinyatakan, conceptual elements kini memiliki: - Shape Apapun yang dapat digolongkan menjadi sebuah shape (bentuk). - Size Setiap bentuk mempunyai besar yang bersifat relatif ataupun terukur secara matematis. - Color Sebuah bentuk dibedakan dari sekelilingnya karena warna yang ada padanya. - Texture Bentuk dapat memiliki karakter tekstur entah itu polos atau memiliki hiasan, entah itu lembut atau kasar.