BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1. Sumber data Data dan literatur penulis dapatkan dari hasil meninjau buku, internet, video referensi, wawancara langsung maupun survey. Data data ini penulis gunakan untuk memperkuat teori yang akan digunakan dalam perancangan komunikasi visual animasi pendek “si Dolly” ini.
2.1.1. Literatur Buku a) Potret Keadaan Hutan Indonesia periode 2009-2013 Penulis mengambil data-data hasil riset dan penelitian dari Forest Watch Indonesia yang banyak dimuat dalam buku ini sebagai data penguat dalam pembuatan animasi pendek “si Dolly”
b) Laporan sidang promosi doktor “SKEMA LOKALISASI HYBRID DENGAN PLATFORM DOLLY UNTUK ESTIMASI POSISI NODE DI JARINGAN SENSOR NIRKABEL TERDISTRIBUSI” Laporan sidang promosi doktor karya Ibu Dr. Ir. Prima Kristalina, M.T. yang ditulis untuk keperluan sidang akhir promosi doktor di Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Laporan ini menjadi sumber utama penulis dalam mengangkat judul tugas akhir perancangan komunikasi visual animasi pendek “Si Dolly” ini.
c) Japanese Animation Guide : The History of Robot Anime Penulis menjadikan jurnal yang berisi sejarah dan seluk beluk tentang robot anime jepang sebagai inspirasi dalam pembuatan karakter robot “si Dolly”
d) Inspired 3D Short Film Production 3
4 Penulis menggunakan buku ini terutama bab tentang Character Development and Design sebagai literatur dalam pembuatan perancangan komunikasi visual animasi pendek “si Dolly”.
2.1.2. Literatur Internet a) http://data.go.id/dataset/data-bencana-kebakaran-hutan-2 Situs untuk mencari segala macam data informasi. Pada situs ini, penulis mendapatkan informasi berupa tabel data mengenai kebakaran hutan yang pernah terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2014.
b) https://www.shortoftheweek.com/channels/animation/ Website yang berisi segala jenis film pendek dunia yang diunggah sejak tahun 2007 hingga saat ini. Berbagai macam genre film pendek terdapat di website ini. Penulis banyak mendapatkan referensi dari website shortoftheweek.com ini.
c) http://www.filmsshort.com/festival-winners/Oscar-WinnersAnimations-1.html#.VXV93Pl9Kaw Website yang berisi daftar film-film animasi pendek yang menjadi pemenang Oscar dari tahun 1983 hingga 2013
2.1.3. Video Referensi
a) Short animation “The Fores”t oleh David Scharf (Hochschule Augsburg)
Film animasi pendek karya David Scharf yang bercerita tentang khayalan seorang anak perempuan yang ingin lari dari permasalahan dunia nyata dan bersembunyi di sebuah hutan ajaib. Penulis menggunakan video animasi pendek The Forest ini sebagai referensi utama perancangan komunikasi visual animasi pendek “Si Dolly”.
5 Penulis menjadikan gaya semi motion graphic yang banyak digunakan untuk menggambarkan cerita begitu pula dengan narasi yang membantu menyampaikan cerita sebagai referensi yang sesuai dengan gaya penyampaian cerita yang akan digunakan dalam animasi pendek “Si Dolly”.
Gambar 2.1 Adegan awal animasi pendek “The Forest” Sumber: http://www.the-forest.de/
Gambar 2.2 Scene hutan pada animasi “The Forest” Sumber: http://www.the-forest.de/
b)
Short animation”The Backwater Gospel” Animasi pendek menggunakan teknik 3D dengan tekstur 2D ini menjadi salah satu referensi style yang penulis gunakan untuk
6 membuat karakter “tangan pengusaha” yang ada dalam cerita animasi “Si Dolly”. Tekstur seperti ini dapat memberikan kesan jahat dan seram pada karakter tangan.
Gambar 2.3 Gaya 3D dengan tekstur 2D yang digunakan pada animasi pendek “The Backwater Gospel” Sumber: http://backwatergospel.blogspot.com/
Gambar 2.4 Efek seram yang dihasilkan oleh tekstur dan grunge yang digunakan dalam film animasi pendek “The Backwater Gospel” Sumber: http://backwatergospel.blogspot.com/
c)
Short animation “The Tale of the Three Brothers”
7 Animasi pendek yang menjadi bagian dari film sequel “Harry Potter The Deathly Hallows”menggunakan teknik 2D dengan beberapa 3D untuk bagian foreground-nya. Penulis menjadikan mood warna yang digunakan dalam film ini sebagai referensi untuk warna mood yang menggambarkan suasana sore hari pada animasi pendek “Si Dolly”.
Gambar 2.5 Mood warna senja dalam film animasi pendek “The Tale of the Three Brothers” Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=bN1_h_eGitE
Gambar 2.6 Film animasi pendek “The Tale of the Three Brothers” menggunakan teknik gabungan 3D dengan 2D. Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=bN1_h_eGitE
2.1.4. Wawancara
8 Penulis berkesempatan mewawancarai penulis dari laporan “Skema Lokalisasi Hybrid dengan Platform Dolly untuk Estimasi Posisi Node di Jaringan Sensor Nirkabel Terdistribusi” ibu DR. Ir. Prima Kristalina yang berada di Surabaya via telepon. Ibu Prima Kristalina selaku dosen Teknologi Telekomunikasi di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) telah mengerjakan projek “Dolly” ini selama beliau menempuh masa program doktor di ITS jurusan Teknik Elektro dan dinyatakan lulus dengan nilai sangat memuaskan. Ibu Prima Kristalina mengatakan bahwa walaupun kelulusan dan gelar doktor telah beliau gapai, beliau tetap akan mengembangkan proyek Dolly ini untuk kedepannya agar bisa bermanfaat untuk negara. Ibu Prima menjelaskan bahwa platform Dolly atau yang lebih sering beliau sebut Dolly adalah alat yang dapat digunakan untuk mencari posisi seseorang atau sesuatu dengan bantuan berupa sensor kecil yang menempel pada orang atau benda tersebut. sebenarnya sudah pernah dibuat yang serupa tetapi buatan luar negeri. Bedanya yaitu alat-alat buatan luar tidak bisa mencari posisi melainkan hanya mengukur suhu dan kondisi objek atau benda saja. Dolly lebih fokus kepada pencarian posisi. Seperti yang disampaikan Ibu Prima Kristalina bahwa target konsumen Dolly adalah sebagai berikut ini : 1. Taman Nasional Indonesia: Dolly dapat berfungsi untuk monitoring posisi hewan yang ada di taman nasional Indonesia. 2. Perhutani Indonesia : Diharapkan dengan disebarnya sensor Dolly di hutan-hutan Indonesia dapat mengurangi kebakaran hutan yang sering terlambat penangannya. 3. Rumah Sakit : Dolly telah diuji coba dan berhasil digunakan untuk mendeteksi lokasi pasien di sebuah rumah sakit di Surabaya. Dengan dipasangnya sensor Dolly pada gelang pasien, maka lokasi dimana pasien berada dapat terdeteksi dari monitor pusat
9 sehingga jika terjadi sesuatu maka perawat dapat segera mengetahui posisi pasien dan menanganinya. Di luar negeri aplikasi alat seperti ini sudah banyak, tetapi di Indonesia belum familiar akan penggunaan alat seperti Dolly ini. Maka dari itu Ibu Prima berharap dengan adanya publikasi yang baik dan menarik dapat mengenalkan alat ini kepada masyarakat luas.
Prima Kristalina (2015, Februari 20). Wawancara pribadi.
2.2. Data Umum
2.2.1. Animasi Dua puluh lima ribu tahun yang lalu di bagian barat daya Eropa, manusia cro-magnon membuat lukisan lukisan indah yang bercerita tentang hewan buruannya di dinding dan atap gua. Lukisan-lukisan tersebut tidak hanya indah tetapi juga memiliki cerita atau “kehidupan” didalamnya. Banyak terdapat gerakan dinamis dalam lukisan-lukisan tersebut. Sejak saat itu banyak orang yang mulai menyukai kegiatan melukis baik diatas media clay, batu atau menggunakan tinta yang mengandung cerita didalamnya. Tetapi saat itu belum ada yang bisa menggambarkan apa yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian yang ada dalam lukisan tersebut. Artinya lukisan mereka kebanyakan hanya lukisan satu adegan suatu peristiwa. Baru pada akhir tahun 1800 ditemukan penemuan yang memungkinkan untuk menggambarkan peristiwa sebelum dan sesudah dari suatu peristiwa. Bersamaan dengan perkembangan kamera film dan roll film, maka lahirlah gaya seni baru yaitu animasi. Animasi tertua di dunia dipercaya ditemukan dalam bentuk kumpulan gambar dalam sebuah mangkuk yang berusia sekitar 5200 tahun yang lalu. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak.
10 Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak bermunculan film animasi 3 dimensi daripada film animasi 2 dimensi. Pengertian Animasi Menurut Ibiz Fernandes dalam bukunya Macromedia Flash Animation & Cartooning: A creative Guide, animasi definisikan sebagai berikut “Animation is the process of recording and playing back a sequence of stills to achieve the illusion of continues motion” (Ibiz Fernandez McGrawHill/Osborn, California, 2002) .Yang artinya kurang lebih adalah : “Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan.” Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah menghidupkan. Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Dewasa ini penggunaan animasi sangatlah beragam. Mulai dari tayangan televisi, iklan, media sosial online hingga aplikasi untuk telepon genggam semuanya menggunakan animasi.
2.2.2. Sejarah Film Animasi di Indonesia Animasi di Indonesia pada awalnya digunakan untuk kepentingan politik. Sejak tahun 1933 di Indonesia banyak koran lokal yang memut iklan Walt Disney. kemudian Pada Tahun 1955 Presiden Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney. Setelah tiga bulan beliau kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama berjudul “Si Doel Memilih”. Film animasi 2 dimensi tentang kampanye pemilihan umum pertama di Indonesia itu menjadi tonggak dimulainya animasi modern di negeri ini. Kemudian pada tahun 70-an didirikanlah studio animasi oleh seorang warga Amerika Serikat di Jakarta bernama Anima Indah. Anima Indah termasuk yang mempelopori animasi di Indonesia karena menyekolahkan krunya di Inggris, Jepang,Amerika dan lain-lain. Namun Anima Indah hanya berkembang di bidang periklanan. Di tahun 70-an banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm, maraknya penggunaan kamera untuk membuat film tersebut,
11 akhirnya menjadi penggagas adanya festival film. di festival film itu juga ada beberapa film animasi Batu Setahun, Trondolo, Timun Mas yang disutradarai Suryadi alias Pak Raden (animator Indonesia Pertama). Tahun 80-an merupakan tahun maraknya animasi Indonesia. Adapun animasi-animasi seperti “Rimba Si Anak Angkasa” yang disutradai oleh Wagiono Sunarto, Animasi serial TV “Si Huma” yang diproduksi oleh PPFN yang sangat digemari pada masa tersebut. Era tahun 1980-1990-an banyak bermunculan beberapa perusahaan animasi yang menerima order dari luar negeri seperti Asiana Wang Animation (kerja sama dengan Wang Film Animation, Taiwan) yang bergaya Disney, sedangkan untuk gaya Jepang atau Anime ada Evergreen, Marsa Juwita Indah di Bali, dan lain-lain. Lalu dilanjutkan dengan munculnya Red Rocket di Bandung, Bening di Yogyakarta, Tegal Kartun, dan seterusnya hingga muncul di tahun 1990-an, beberapa perusahaan animasi yang juga mengerjakan 3D animasi seperti Kasatmata, Matahari Studio (lebih ke game animation), dan generasi baru anakanak nongkrong MTV seperti Wahyu Aditya dengan Hellomotion-nya. Di tahun 1990-an di Indonesia mulai bertaburan dengan berbagai film animasi. Diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang, Satria Nusantara yang kala itu masih menggunakan kamera film seluloid 35mm, kemudian ada serial Hela,Heli,Helo yang merupakan film animasi 3D pertama yang di buat di Surabaya. Tahun 1998 mulai bermunculan film-film animasi yang berbasis cerita rakyat seperti Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Mas dan petualangan si Kancil. Di Era 90-an ini banyak terdapat animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari jepang seperti Doraemon dan Pocket Monster. Diantara sekian banyak studio animasi di Indonesia, Red Rocket Animation termasuk yang paling produktif. Pada tahun 2000 Red Rocket memproduksi beberapa serial animasi TV seperti Dongeng Aku dan Kau, Klilip dan Puteri Rembulan, Mengapa Domba Bertanduk dan Berbuntut Pendek, Si Kurus dan Si Macan, pada masa ini serial animasi cukup populer karena menggabungkan 2D animasi dengan 3D animasi.Pada tahun 2003, serial 3D animasi merambah
12 layar lebar diantaranya Janus Perajurit Terakhir, menyusul kemudian bulan Mei 2004 terdapat film layar lebar 3D animasi berdurasi panjang yaitu Homeland. Setelah itu, pada Juli 2009 Indonesia berhasil meluncurkan film animasi 3D pertama yang ditayangkan di layar lebar. Dan konon kabarnya film ini siap Go Internasional dan bersaing dengan film animasi sekelas Hollywod. Film yang berjudul Meraih Mimpi tersebut diproduksi Infinite Frameworks (IFW), studio animasi yang berpusat di Batam. Dalam pembuatan film tersebut melibatkan 150 animator yang hampir semuanya orang Indonesia dan hanya lima orang asing.
Gambar 2.7 Animasi serial TV Indonesia “Si Huma” yang beredar pada tahun 80-an. Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=MN1_h_enJtE
2.2.3. Prinsip Dasar Animasi Animasi yang baik adalah animasi yang menganut 12 prisip dasar yang di rumuskan oleh Frank Thomas dan Ollie Johnston (1981:47). 12 prinsip dasar animasi itu sendiri antara lain: Squash and strech, anticipation, staging, pose to pose, follow through and Overlapping Action, Slow in and out, Arch, Secondary Action, Timing and Spacing, Exegeration, Solid
13 Drawing, and Appeal. Prinsip ini diperkenalkan oleh Frank Thomas dan Ollie Jhonston dalam bukunya yang berjudul Illusion of Life yang meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan waktu, visual, teknis pembuatan animasi dan semua itu saling berhubungan serta mendukung satu sama lain. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah: 1.
Squash and Stretch, gerak yang memantul dan merenggang pada obyek untuk memberikan kesan berat pada benda dan bervolume dalam animasi. Hal ini memberikan kesan dinamis pada obyek sekaligus memberi kesan hidup pada animasi
2.
Anticipation, merupakan awalan gerak atau ancang-ancang
3.
Staging, bagaimana membuat lingkungan sekitar dibuat untuk mendukung suasana atau ‘mood’ yang ingin di capai dalam suatu scene atau keseluruhan scene.
4.
Pose to pose, merupakan penentuan posisi key animation yang menjadi gerakakn kunci pada suatu animasi, kemudian interval pada setiap key animation/keyframe diisi dengan in between animation guna untuk memperhalus gerakan.
5.
Follow Through and Overlapping Action, Follow through merupakan bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Misalnya, rambut yang tetap bergerak sesaat setelah berhenti berlari. Overlapping action adalah serangkaian gerakan yang saling mendahului. Contohnya pada pergerakan tangan dan kaki ketika berjalan.
6.
Slow in and Slow out, adalah akselerasi dan deselerasi. Pada setiap gerakan pasti memiliki titik percepatan dan perlambatan yang dipengaruhi oleh gaya, massa dan kecepatan.
7.
Secondary
Action,
merupakan
gerakan-gerakan
tambahan
yang
dimaksudkan untuk memperkuat gerakan utama supaya sebuah animasi tampak lebih realistik. Secondary action tidak dimaksudkan untuk menjadi ‘pusat perhatian’ sehingga mengaburkan atau mengalihkan perhatian dari gerakan utama.
Kemunculannya
lebih
berfungsi
memberikan
empasis
untuk
memperkuat gerakan utama. 8.
Arcs, yaitu dalam animasi, sistem pergerakan tubuh pada manusia, binatang, atau makhluk hidup lainnya bergerak mengikuti pola/jalur (maya) yang disebut Arcs. Hal ini memungkinkan mereka bergerak secara ‘smooth’ dan lebih realistik, karena pergerakan mereka mengikuti suatu pola yang berbentuk lengkung (termasuk lingkaran, elips, atau parabola). Pola gerak semacam inilah
14 yang tidak dimiliki oleh sistem pergerakan mekanik/ robotik yang cenderung patah-patah. 9.
Timing and Spacing, Grim Natwick, seorang animator Disney pernah berkata, “Animasi adalah tentang timing dan spacing”. Timing adalah tentang menentukan waktu kapan sebuah gerakan harus dilakukan, sementara spacing adalah tentang menentukan percepatan dan perlambatan dari bermacam-macam jenis gerak.
10. Exaggeration, merupakan upaya mendramatisir animasi dalam bentuk rekayasa gambar yang bersifat hiperbolis. Dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat sebagai bentuk ekstrimitas ekspresi tertentu dan biasanya digunakan untuk keperluan komedik. Seringkali ditemui pada film-film animasi anak-anak (segala usia) seperti Tom & Jery, Donald Duck, Mickey Mouse, Sinchan, dsb 11. Appeal, merupakan keseluruhan look atau gaya visual dalam animasi yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan dalam bentuk kesan yang menarik dan komunikatif dari sebuah karakter atau cerita yang ditampilkan. 12. Solid Drawing, Kemampuan menggambar sebagai dasar utama animasi memegang peranan yang menentukan “baik proses maupun hasil” sebuah animasi, terutama animasi klasik. Pemahaman dasar dari prinsip ‘menggambar’ akan menghasilkan animasi yang lebih ‘peka’.
2.2.4. Teori Psikologi Warna “What is color?” menurut Adams Morioka dan Terry Stone (2006) dalam buku mereka yang berjudul Color design workbook, warna adalah dalam suatu perasaan fisik, tidak ada yang namanya ‘warna’, hanya gelombang cahaya dari berbagai macam panjang gelombang tersebut. Mata manusia dapat membedakan antara panjang gelombang tersebut, kita melihat dunia dalam warna. Sinar cahaya yang bergertar pada kecepatan yang berbeda, sensasi dari warna, yang terjadi dalam otak kita, adalah hasil dari respon penglihatan kita untuk setiap setiap panjang gelombang ynag berbeda. Sebagaimana diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna, warna memiliki efek psikologis. Kemampuan warna menciptakan impresi,mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Efeknya berpengaruh terhadap pikiran, emosi,tubuh, dan keseimbangan.
15 Mata manusia dan pengalaman otak pada warna secara fisik, mental, dan emosional. Sebagai hasilnya, warna tersebut memiliki arti sendiri. •
Merah Positif: Gairah, cinta, darah, energi, antusias, kegembiraan, panas, kekuatan. Negatif: penyerangan, marah, perang, revolusi, kekejaman, keabadian.
•
Kuning Positif: pandai, kebijaksanaan, optimisme, cahaya, keriangan, idealisme. Negatif: cemburu, perasaan pengecut, kebohongan, peringatan.
•
Biru Positif: pengetahuan, kesejukan, kedamaian, kejantanan, perenungan, kesetiaan, keadilan, kecerdasan, Negatif: depresi, kedinginan, ketidak pedulian
•
Hijau Positif: kesuburan, uang, bertumbuh, penyembuhan, sukses, alami, harmoni, kejujuran, masa muda. Negatif: kerakusan, iri, muak, racun, kerusakan, kurang pengalaman.
•
Ungu Positif:
kemewahan,
kebijaksanaan,
imajinasi,
pangkat,
inspirasi,
kekayaan,
bangsawan Negatif: berlebihan, kegilaan, kekejaman •
Jingga Positif: kreativitas, menyegarkan, keunikan, energi, stimulasi, keramahan, kesehatan, aktivitas. Negatif: kecanggungan, kecenderungan, lebisingan
•
Hitam Positif: kuat, berwibawa, berat, keelokan, formalitas, keseriusan, martabat, solitude, misteri. Negatif: ketakutan, negatif, jahat, dukacita, kehampaan.
•
Putih Positif: kesempurnaan, pernikahan, kebersihan, kebaikan, penerangan, kelembutan, kesunian, kesedehanaan, kebenaran. Negatif: rapuh, pengasingan.
•
Abu-abu: Positif: seimbang, keamanan, kesopanan, kedewasaan, kebijaksanaan.
16 Negatif: tidak memiliki komitment, tidak menentu, kemurungan, berawan, kebosanan, kebimbangan, cuaca buruk, kesedihan.
2.2.5.
Low Poly Menurut Jim Thompson, Barnaby Berbank-Green (2007) dalam buku
Game design course: principles, practice, and techniques, Low Poly adalah polygon mesh pada komputer grafis tiga dimensi yang memiliki jumlah poligon yang relatif sedikit. Low poly biasa diaplikasikan pada aplikasi seperti games. Istilah low poly digunakan baik untuk pengertian teknis dan deskriptif. Jumlah polygons dalam mesh menjadi faktor yang sangat penting dalam optimalisasi hasil tetapi dapat berpengaruh pada bentuk grafis yang dihasilkan.
Gambar 2.8 Perbedaan animasi low poly (kiri) dengan animasi high poly (kanan) Sumber: http://dwiperdana.blogspot.com/
2.2.6.
Film pendek Film pendek ialah salah satu bentuk film paling simple dan paling kompleks.
Di awal perkembangannya film pendek sempat dipopulerkan oleh comedian Charlie Chaplin. Secara teknis film pendek merupakan film yang memiliki
17 durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema. Menurut Dr. Richard Raskin, seorang professor at Aarhus University in Denmark yang juga merupakan ahli teori film pendek dunia film pendek adalah film yang normalnya berdurasi tidak lebih dari sepuluh menit. Menurutnya ada tiga perbedaan utama antara film pendek dengan film naratif berdurasi panjang. Yang pertama, dalam film pendek dapat terjadi atau tidak terjadi konflik antar karakter sedangkan dalam film durasi panjang konflik pasti ada. Kedua, karakter dalam film durasi panjang biasanya akan mengalami perubahan fundamental yang dinamakan character arc sedangkan karakter dalam film pendek akan tetap sama sepanjang film. Daripada perubahan karakter atau yang disebut dengan character arc, dalam film pendek akan ditemukan character moments atau moment ketika karakter membuat keputusan yang dapat merubah situasinya. Perbedaan ketiga yaitu dalam film pendek storytelling tanpa dialog adalah sebuah pilihan utama disisi lain film durasi panjang membutuhkan dialog.
2.2.7.
Satire dan Sindiran Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Satire adalah gaya bahasa untuk
menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Istilah ini berasal dari frasa bahasa Latin satira atau satura. Dalam perancangan komunikasi visual animasi pendek “Si Dolly”, satire digunakan untuk menggambarkan sindiran kepada pengusaha-pengusaha yang tidak bertanggung jawab merusak hutan-hutan di Indonesia demi kepentingan kekayaan mereka.
18
2.3. Data Khusus
2.3.1.
Hutan Menurut UU No.41 tahun 1999 pengertian hutan adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pengertian hutan atau definisi hutan menurut Dengler adalah suatu kumpulan atau asosiasi pohon-pohon yang cukup rapat dan menutup areal yang cukup luas sehingga akan dapat membentuk iklim mikro yang kondisi ekologis yang khas serta berbeda dengan areal luarnya. Eksistensi hutan sebagai subekosistem global menenpatikan posisi penting sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996).
2.3.2.
Hutan menurut fungsinya Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya dengan kriteria dan pertimbangan tertentu, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 5 ayat (2), sebagai berikut : a.
Kawasan Hutan Konservasi. Hutan konservasi adalah kawasan hutan
dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. (Dwi Eko,2011). Hutan konservasi terdiri atas : 1) Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 2) Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
19 dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 3) Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. (Sumber : Klasifikasi atau Pembagian Hutan, http://Newberkeley.wordpress.com, Diakses pada tanggal 7 Juni 2015) b.
Hutan Lindung. Menurut Pasal 1 ayat (14), (15), (16) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (UUKSDAH) terdiri atas: 1) Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. 2) Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. 3) Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. c.
Hutan Produksi. Menurut UU no 41 tahun 1999 adalah kawasan
hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
2.3.3. Teori tentang kebakaran hutan Kebakaran hutan dan lahan dimulai dengan adanya sulutan api. Dalam teori segitiga api, api tidak akan berjalan sendiri (menyala) tanpa adanya bahan yang dibakar dan oksigen (O2 ). Bahan bakar dalam kebakaran hutan dan lahan tentu adalah hutan dan lahan gambut yang telah rusak. Kerusakan lahan gambut dapat dipicu antara lain oleh kegiatan penebangan liar, pembukaan lahan pertanian, industry dan pemukiman, serta pembuatan parit atau saluran. Kegiatan-kegiatan tersebut berdampak pada terjadinya
20 pengeringan gambut dan subsiden yang akanimulai dengan adanya api yang disulutkan. Dalam teori segitiga api, api tidak akan berjalan sendiri (menyala) tanpa adanya bahan yang dibakar dan oksigen (O2). Bahan bakar dalam kebakaran hutan dan lahan kali ini tentu adalah hutan dan lahan gambut yang telah rusak. Kerusakan lahan gambut dapat dipicu antara lain oleh kegiatan penebangan liar, pembukaan lahan pertanian, industri dan pemukiman, serta pembuatan parit/saluran. Kegiatan-kegiatan tersebut berdampak pada terjadinya pengeringan gambut dan subsiden yang akan menimbulkan kebakaran di musim kemarau dan banjir di musim hujan serta berbagai bencana ekologis lainnya. Tipe kebakaran lahan gambut adalah tipe kebakaran bawah tanah (underground fire), dan tidak menyebabkan nyala yang besar, atau hanya menyebabkan pembaraan (smoldering). Pembaraan dapat diartikan sebagai hasil oksidasi bahan bakar padat tanpa penyalaan. Dengan demikian reaksi oksidasi dan panas dilepaskan dari permukaan bahan bakar padat. Sebaliknya, hasil reaksi oksidasi pada penyalaan terjadi pada fase gas. Pada pembaraan, suhu, dan kecepatan dan jumlah panas yang dilepaskan relatif lebih rendah daripada penyalaan. Umumnya, temperatur puncak pembaraan berkisar antara 500 – 700 °C, dengan kecepatan pelepasan panas 1-50 mm/jam. Sedangkan pada penyalaan, temperatur mencapai 1500 °C, dan dengan kecepatan 1500 mm/jam (Syaufina 2008). Dampak pembaraan adalah tingginya emisi, terutama senyawa organik, CO, danpolyaromatic hydrocarbon, mungkin terjadi peralihan dari bara menjadi nyala secara tiba-tiba, dan sulit dipadamkan (Syaufina 2008). Kebakaran
lahan
gambut
secara
nyata
berpengaruh
terhadap
terdegradasinya kondisi lingkungan, kesehatan manusia dan aspek sosial ekonomi bagi masyarakat (Hermawan 2006)
2.3.4.
Kebakaran Hutan di Indonesia Menurut analisa dari hasil pemantauan hutan oleh menteri kehutanan Indonesia, Indonesia dengan luas daratan 190,994 hektar telah ditetapkan 70 persen kawasannya adalah hutan. Dengan demikian Indonesia menduduki
21 peringkat kedua negara kepulauan yang memiliki hutan tropika terbesar di dunia, kaya dengan keanekaragaman hayati dan dikenal sebagai salah satu dari 7 A. Jenis Hutan Di Indonesia Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang drastis akibat kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan membabat dan menggunduli hutan demi mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global. (tujuh) negara “megabiodiversity” Hutan telah menjadi sumber kehidupan dan penghidupan bagi manusia. Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga semua jenis keuntungan ekonomis yang bisa diperoleh dari hutan. Sayangnya pemanfaatan hutan sering
disalah
gunakan
oleh
pengusaha-pengusaha
kelapa
sawit.
Dikarenakan permintaan dunia akan kelapa sawit meningkat yaitu mencapai lebih dari 236 juta ton dalam lima hingga tujuh tahun mendatang (dibahas dalam Oilworld Outlook Conference di Hamburg, Jerman), maka pengusaha kelapa sawit nasional tentunya akan memanfaatkan kesempatan ini untuk berburu wilayah yang akan dijadikan lahan sebagai perkebunan kelapa sawit. Namun perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat sejak tahun 1980. Dari luas lahan 290.000 hektar di tahun 1980, areal kelapa sawit tumbuh cepat secara luar biasa menjadi 6,32 juta hektar pada tahun 2007 dan tetap meluas hingga beberapa tahun kedepan. Ironisnya sebagian besar lahan tersebut dimiliki oleh perusahaan besar swasta dan hanya belasan persen yang menjadi milik perusahaan besar negara (Sumber : http://green.kompasiana.com/ diakses pada 17 Maret 2015). Adanya kebutuhan bagi para pengusaha kelapa sawit nasional akan lahan bebas untuk dijadikan kebun kelapa sawit, kebanyakan pada akhirnya mengorbankan hutan dengan cara menebang dan membakar total wilayah hutan dan menggantinya dengan kebun kelapa sawit. Banyaknya pembakaran hutan untuk kebun kelapa sawit ini mengakibatkan seringnya
22 terjadi kebakaran hutan yang kemudian meluas ke wilayah-wilayah hutan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh World Resources Institute, Provinsi Riau memiliki peringatan titik api terbesar di Indonesia (58 persen), dan lebih dari empat per lima dari total peringatan titik api di Sumatra (81 persen) dalam 12 bulan terakhir.
Gambar 2.9 Peringatan titik api terkonsentrasi di Provinsi Riau, Indonesia. (Periode 18 Maret 2013-17 Maret 2014)
Sumber: www.globalforestwatch.org Menelaah lebih lanjut data yang tersedia, dapat dilihat bahwa di dalam Provinsi Riau, hanya sebagian kecil Kabupaten yang terkena dampak dari kebakaran hutan. Empat Kabupaten di Provinsi Riau – Bengkalis, Rokan Hilir, Pelalawan, dan Siak – merupakan lokasi terjadinya 52 persen dari total peringatan titik api di seluruh Indonesia dalam satu tahun terakhir . Di dalam
23 empat Kabupaten ini, Global Forest Watch menunjukkan dengan akurat beberapa Kecamatan yang menjadi lokasi mayoritas peringatan titik api, dengan Bukit Batu, Tanah Putih, Kandis, dan Medang Kampai sebagai Kecamatan dengan peringatan titik api terbanyak.
Gambar 2.10 Kabupaten dengan kebakaran paling banyak di Indonesia. (Periode 18 Maret 2013-17 Maret 2014)
Sumber: www.globalforestwatch.org
24 Analisis Global Forest Watch menunjukkan bahwa 75% peringatan titik api terjadi di wilayah lahan gambut, tipe tanah yang sebagian besar tersusun atas material organic yang terurai.
Gambar 2.11 Tiga per empat peringatan titik api terjadi di lahan gambut (Sumatra, Indonesia, 18 Maret 2013-17 Maret 2014)
Sumber: www.globalforestwatch.org
WRI (World Resources Institute) mengirimkan staf ke Riau pada puncak krisis kabut asap baru-baru ini untuk mengumpulkan data awal mengenai sumber dari kebakaran yang terjadi di Riau. Wawancara, laporan media lokal, dan observasi langsung, menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Banyak kebakaran yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan kelapa sawit, kayu, dan penebangan. 2. Beberapa kebakaran dapat disebabkan oleh konflik di antara perusahaan kelapa sawit dan kertas pulp besar dengan petani-petani kecil. Masyarakat lokal dan perusahaan pertanian yang berskala besar di Indonesia memiliki hubungan yang sangat kompleks, seringkali penuh dengan konflik, seperti yang terlihat baru-baru ini selama kerusuhan di PT. Asiatic Persada di Sumatra yang membunuh satu warga lokal.
25 Api mungkin dapat digunakan oleh masyarakat merebut lahan-lahan sengketa atau usaha balas dendam kepada perusahaan. 3. Perusahaan kecil dan menengah dapat juga menggunakan api secara illegal untuk mempercepat pembukaan lahan.