BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Sumber Data Segala data dan informasi yang mendukung proses pengerjaan proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : •
Data literatur : buku, artikel, dan media elektronik
•
Survei Lapangan
•
Wawancara dengan Pak Teddy selaku owner dari Cut The Crab
•
Kuisioner
2.1.2 Data Literatur 2.1.2.1 Sejarah Cut The Crab Restoran kepiting yang sudah memiliki tiga cabang di Jakarta ini, dipelopori oleh Pak Teddy Yulianto. Pak Teddy Yulianto pada awalnya adalah seorang karyawan pada salah satu bank di Jakarta. Cut The Crab pertama kali beroperasi April 2013, dan berlokasi di Cikajang. Pada awalnya owner belum memiliki ketertarikan sama sekali pada bidang kuliner terurama seafood. Sebelum Cut The Crab beroperasi, gedung yang digunakan Cut The Crab merupakan sebuah restoran prasmanan yang dikelola oleh ibu dari Pak Teddy Yulianto. Namun ibu dari Pak Teddy Yulianto terkena kanker, yang menyebabkan terbengkelainya usaha restoran tersebut. Pertama kali membuka Cut The Crab Pak Teddy Yulianto berjuang sendiri dari titik nol. Mengembangkan usaha seafood dari awal dan mencari konsumen. Alasan Pak Teddy Yulianto untuk membuka restoran kepiting awalnya adalah kesukaannya pada makanan seafood. Konsep yang diusung oleh rumah makan ini juga cukup unik, yaitu disantap tanpa menggunakan piring mau alat makan apapun. Hidangan disajakan langsung
3
4 di atas meja yang berlapis kertas, lalu disantap dengan tangan. Konsep ini awalnya terinspirasi dari salah rumah makan yang terletak di pelosok Makassar. Pada saat itu Pak Teddy Yulianto sedang mengunjungi Makassar dan diajak untuk menikmati seafood dipelosok Makassar, rumah makan yang dikunjungi memiliki cara penyajian yang unik ya itu hidangan disajikan di atas daun pisang dan disantap langsung dengan tangan. Dengan konsep itulah Pak Teddy memakainya, dan terus digunakan hingga sekarang.
2.1.2.2 Asal Usul Nama Cut The Crab Nama Cut The Crab diambil dari idiom Cut The Crap yang kemudian penggunaan kata Crap-nya diganti menjadi Crab yang arti Indonesianya adalah kepiting. Makna dari Cut The Crap itu sendiri dapat juga diartikan sebagai Cut The Bullshit yang berarti “ngga usah banyak omong kerjain aja”. Idiom itu diambil karena konsep penyajian pada Cut The Crab yang tidak menggunakan alat apapun dan langsung disajikan di atas meja. Setelah disajikan di meja maksud dari owner adalah makanan tersebut langsung dinikmati tanpa basa basi dan tanpa memperdulikan cara makan.
2.1.2.3 Visi dan Misi Cut The Crab •
Visi Ingin menyajikan kepiting dengan kualitas yang bagus tetapi dengan harga murah.
•
Misi Menjadi restoran kepiting yang go internasional.
5 2.1.2.4 Logo Cut The Crab
Gambar 2.1 Logo Cut The Crab 2.1.2.4.1 Analisa Logo •
Font : Font yang digunakan pada logo cenderung standard dan tidak memberi kesan apapun baik fun, santai, modern, maupun classy.
•
Gestalt : Alur baca pada logo sudah bagus tetapi cenderung biasa, dengan peletakan typeface dan gambar kepiting di tengah.
•
Keterbacaan : Logo dapat terbaca dengan jelas dari jarak jauh, namun penggunaan typeface dan gambar kepiting sama-sama bold yang menyebabkan tidak adanya fokus pada logo tersebut.
•
Warna : Warna yang digunakan pada logo cukup aman yaitu hitam dan merah. Namun pada pengaplikasiannya logo berubah menjadi warna-warni.
6 2.1.3 Survey Lapangan 2.1.3.1 Interior Cut The Crab
Gambar 2.2 Interior Cut The Crab
Gambar 2.3 Interior Cut The Crab
Gambar 2.4 Interior Cut The Crab
7
Gambar 2.5 Interior Cut The Crab
Gambar 2.6 Interior Cut The Crab
Gambar 2.7 Interior Cut The Crab
8
Gambar 2.8 Interior Cut The Crab
Gambar 2.9 Interior Cut The Crab
Gambar 2.10 Eksterior Cut The Crab
9
Gambar 2.11 Ekterior Cut The Crab
Gambar 2.12 Seragam Pegawai
10
Gambar 2.13 Apron Cut The Crab 2.1.3.1.1 Analisa Interior Sistem identitas visual dan guidelines pada interior Cut The Crab masi belum digunakan dengan benar dan baik. Dapat dilihat dari penggunaan logo berwarnawarni pada wallpaper sehingga membingungkan pelangganan dengan logo yang sebenarnya. Pada lantai basement dan lantai lainnya juga memiliki perbedaan pada desain wallpapernya, di lantai basement tembok dilukis dengan tema kartun bawah laut, sedangkan di lantai 1 dan 2 desain yang digunakan berwarna-warni dan tidak ada lukisan apapun hanya menggunakan wallpaper dengan logo warna-warni dari Cut The Crab itu sendiri.
11 2.1.3.2 Menu Cut The Crab
Gambar 2.14 Menu Cut The Crab
Gambar 2.15 Menu Minuman
Gambar 2.16 Menu Paket
12
Gambar 2.17 Menu Kepiting
Gambar 2.18 Menu Combo
Gambar 2.19 Menu Kepiting
13
Gambar 2.20 Menu Seafood
Gambar 2.21 Menu Snack
Gambar 2.22 Menu Anak-Anak
14
Gambar 2.23 Menu Dessert 2.1.3.2.1 Analisa Menu Sistem guidelines tidak ada dan juga tidak terdapat konsistensi pada desain menu. Pada bagian awal desain yang digunakan ialah desain kartun namun pada halaman bagian belakang desain kartun sudah tidak digunakan lagi. Juga pada desain tidak terdapat layout, sehingga terlihat berantakan.
2.1.4 Khalayak Sasaran 2.1.4.1 Target Market 2.1.4.1.1 Demografi Gender
: Pria - Wanita
Usia
: 22-35 tahun
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Karyawan, Mahasiswa, Keluarga Muda
Kelas Sosial
:A–B
2.1.4.2 Geografi - Berada di Jakarta dan Sekitarnya - Mayoritas warga di sekitar restoran Cut The Crab
15 2.1.4.3 Psikografi - Pecinta kuliner khususnya seafood - Penggila pedas - Mengendarai motor, dan mobil pribadi - Menyukai sistem tata makan yang unik dan santai
2.1.5 Kuesioner Berikut data hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada 100 orang melalui internet, untuk membatu menganalisis masalah pada Cut The Crab. •
Jenis kelamin anda?
Gambar 2.24 Grafik Kuesioner •
Berapakah usia anda saat ini?
Gambar 2.25 Grafik Kuesioner
16
•
Apakah perkerjaan anda?
Gambar 2.26 Grafik Kuesioner •
Dimanakah anda tinggal?
Gambar 2.27 Grafik Kuesioner •
Penghasilan anda sebulan?
Gambar 2.28 Grafik Kuesioner
17
•
Apakah anda menyukai makanan seafood?
Gambar 2.29 Grafik Kuesioner •
Dimana biasanya anda menikmati seafood?
Gambar 2.30 Grafik Kuesioner •
Apakah anda mengetahui tentang “Cut The Crab”?
Gambar 2.31 Grafik Kuesioner
18 •
Darimana anda mengetahui tentang “Cut The Crab”?
Gambar 2.32 Grafik Kuesioner •
Apakah anda pernah mengunjungi restoran “Cut The Crab”?
Gambar 2.33 Grafik Kuesioner •
Apakah anda mengetahui logo “Cut The Crab”?
Gambar 2.34 Grafik Kuesioner
19 •
Apakah logo di atas perlu diganti atau tidak?
Gambar 2.35 Grafik Kuesioner •
Apa yang menjadi pilihan anda untuk mengunjungi restoran?
Gambar 2.36 Grafik Kuesioner
20 2.1.6 Kompetitor Kompetitor dari restoran Cut The Crab, diantaranya: •
The Holy Crab
Gambar 2.37 Logo The Holy Crab Jakarta, Indonesia, 28 Januari 2014: Ersons Foods, perusahaan yang telah menaungi tiga merk dagang usaha di Indonesia; Hokkaido Ramen Santouka, Grandma’s Suki dan Grandma’s Thai kembali hadirkan terobosan terbarunya berupa restoran hidangan laut ala Louisiana, Amerika Serikat bagi masyarakat Indonesia. Outlet pertama The Holy Crab yang dibuka pada tanggal 3 Februari 2014 ini menandakan semakin beragamnya tawaran portfolio produk jasa makanan dan minuman di bawah bendera Ersons Foods. Dengan lokasi strategis yang bersebelahan dengan kawasan SCBD, The Holy Crab bertujuan untuk menjamu masyarakat dengan tidak hanya dengan akses yang mudah, tapi juga dengan menyediakan ukuran ruangan yang besar dan nyaman. Restoran 2-lantai yang terletak di Jalan Gunawarman Nomor 55 ini memiliki kapasitas 130 kursi, bertujuan untuk memberikan pelayanan
21 prima bagi para pelanggan, serta menyediakan fasilitas area tersendiri yang dapat digunakan untuk berbagai acara pribadi. Guna memberikan pengalaman unik bagi pelanggan, suasana interior The Holy Crab dibuat dengan memadukan Southern Hospitality ala Louisiana dengan nuansa nautical yang menjadikan pengalaman bersantap hidangan laut tak terlupakan bagi para pelanggan. “Keistimewaan The Holy Crab terletak pada tiga elemen yaitu, variasi seafood yang disajikan, bumbu special hasil racikan sendiri, serta cara makan yang unik. Kami menyediakan bermacam-macam hidangan laut impor dan lokal dengan kualitas terbaik, yang kemudian dipadukan dengan kelezatan saus spesial rahasia yang kami ciptakan sendiri di dapur kami,” ujar Albert Wijaya, Executive Chef dan Pemilik, The Holy Crab. “Perpaduan hidangan laut kelas dunia yang dimasak dengan standar dan metode khas Louisiana, ditambah suasana nyaman serta unik, menjadi kekuatan The Holy Crab dalam meningkatkan pengalaman bersantap hidangan laut di sini. Dengan harga yang cukup terjangkau, menu andalan kami dapat dinikmati oleh semua keluarga”. •
Rasane
Gambar 2.38 Logo Rasane Rasane Seafood dan Ikan Bakar berdiri sejak bulan Agustus tahun 2002 di sebuah ruko kecil di Taman
22 Ratu, Jakarta Barat. Pada tahun 2005, Rasane mulai membuka cabang pertamanya di Taman Palem Lestari dan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan cabang Puri Indah pada pertengahan tahun 2006. Rasane Taman Ratu kemudian direlokasi ke Greenville sedangkan Rasane Taman Palem Lestari ke Citra Garden 6. Kemudian pada tahun 2009 Rasane membuka cabang di Kelapa Gading, Citra Garden 1 dan Surabaya. Cabang terbaru Rasane di Alam Sutera dan Ancol baru saja buka pada tahun 2011 dan di Tebet pada tahun 2012. Sehingga saat ini Rasane telah mempunyai 8 cabang yaitu Rasane Puri Indah, Greenville, Citra Garden 6, Citra Garden 1, Kelapa Gading, Ancol, Tebet dan Alam Sutera. Berawal dari kecintaan akan masakan seafood sejak kecil dan pengalaman hunting masakan seafood di seluruh Jakarta bahkan seluruh Indonesia mendorong John B Indrajaya, pendiri Rasane untuk membuka sebuah restoran seafood yang menyajikan seafood dengan kualitas terbaik dari sumber-sumber laut seluruh Indonesia. Konsep yang diusung adalah restoran seafood dengan cita rasa khas Indonesia, selalu menyajikan seafood yang paling segar bahkan hidup, ruangan yang selalu bersih dan nyaman, layanan cepat dan ramah dengan suasana santai, hangat dan memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat kota besar Indonesia.
23 •
Jemahdi
Gambar 2.39 Logo Jemahdi Jemahdi seafood adalah tempat anda dapat menikmati makanan seafood yang fresh dan lezat/ Outlet pertama Jemahdi terletak di Muara Karang (Jakarta Utara) dan didirikan pada 16 April 2005 dan telah berpindah lokasi ke
Pluit
pada
1
Juli
2012,
dengan
tujuan
memaksimalkan dan memastikan kenyamanan suasana bagi para pelanggan. Kualitas menjadi hal yang selalu diutamakan.
Oleh
karena
itu,
Jemahdi
selalu
memberikan makanan laut yang terbaik sejak pertama kali dibuka di tahun 2005.
•
Bandar Djakarta
Gambar 2.40 Logo Bandar Djakarta Bandar Djakarta, adalah Seafood Restaurant dengan konsep memiliki pasar ikan sendiri yang menyediakan beragam live seafood dan fresh seafood, yang memberikan semua kenyamanan yang anda harapkan. Pemandangan yang indah, suasana yang nyaman, bersantai dan berekreasi sambil menikmati hidangan laut.
24 Bandar Djakarta - Ancol, adalah restaurant seafood di tepi laut teluk Jakarta yang memberikan semua kenyamanan yang anda harapkan. Pemandangan yang indah, suasana yang nyaman, bersantai dan berekreasi sambil menikmati hidangan laut yang lezat berkualitas. Anda dapat memilih duduk di tepi pantai, lesehan atau di dalam ruangan-ruangan yang terbuka dan tertutup dengan kapasitas sampai 1800 orang, sambil menikmati lagu-lagu manis yang dinyanyikan oleh artis Bandar. Seakan kita berada di tengah pusat belanja di bandar tua Jakarta tempo doeloe yang romantis. Di design mengunakan ornamen-ornamen utamanya pintu-pintu tua dari toko-toko tua yang dikumpulkan dari desa-desa di sekitar JaBoTaBek, agar bentuk dan keaslian penampilan dapat sesuai keberadaanya yang langsung di pinggir laut dan laguna Ancol, perahu-perahu yang bersandar
di
tepinya,
nyiur
melambai
serta
pemandangan alam yang indah dan bersih. Kita lupa sejenak, kebisingan dan debu, asap kota Jakarta. Mulai dengan memilih dan belanja ikan, cumi, udang, kepiting, kerang, sesuai dengan kebutuhan anda, di pasar ikan yang disediakan semuanya segar-segar dan beragam. Anda dapat minta di masak sesuai dengan selera anda. Kemudian anda akan diantar ke tempat pilihan anda sendiri dimana suasana yang cocok dengan keinginan anda untuk bersantap dan bersantai dengan pelayanan yang ramah tamah dan akrab.
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Landasan Teori
25 2.2.1.1 Teori Branding Wheeler (2013: 6) mengemukakan pendapatnya mengenai apa itu branding sebagai berikut: “Branding is a disciplined process used to build awareness and extend customer loyalty. It requires a mandate from the top and readiness to invest in the future. Branding is about seizing every opportunity to express why people should choose one brand over anther.” Yang bisa di artikan branding adalah sebuah proses disiplin yang digunakan untuk membangun kesadaran dan memperluas loyalitas pelanggan. Branding juga membutuhkan mandat dari yang teratas dan terbagus sebagai investasi di masa depan. Branding adalah tentang bagaiman menarik dan melihat setiap kesempatan serta untuk menjelaskan mengapa seseorang harus memilih satu merk diantara merk lainnya. Menurut Alina Wheeler alasan sebuah perusahaan untuk berinvestasi pada brand identity, yaitu: •
Mempermudah pelanggan untuk membeli
•
Mempermudah sales untuk menjual
•
Mempermudah untuk membangun sebuah merk dagang
Sedangkan
menurut
Robin
Landa
pada
bukunya
Designing Brand Experiences. Brand experiences adalah sebuah pengalaman atau perasaan yang dirasakan oleh konsumen setiap kali berinteraksi atau melihat brand tersebut. Setiap interaksi brand yang dirasakan atau dialami oleh konsumen itu mempengaruhi persepsi dia terhadap brand tersebut. Baik itu pendapat positif, negatif, maupun netral.
2.2.1.2 Teori Logo
26 Menurut Surianto Rustan pada bukunya Mendesain Logo asal kata logo adalah dari bahasa Yunani logos, yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi. Pada awalnya yang lebih dulu di populer adalah istilah logotype, bukan logo. Logo merupakan penyingkatan dari logotype. Istilah logo baru muncul tahun 1937 dan kini istilah logo lebih popular daripada logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja: tulisan, logogram, gambar, ilustrasi, dan lain-lain. Dan menurut Robin Landa pada bukunya Designing Brand Experiences, logo adalah sebuah identias seperti symbol yang unik atau wordmark, yang juga dikenal sebagai brandmark, mark,
logotype, logomark, atau trademark.
Sebuah logo harus dapat mewakili dan mencakup segala sesuatu dari sebuah brand ataupun sebuh perusahaan. Dari buku tersebut juga dapat diketahui bahwa logo harus dapat: •
Memberi ciri khas yang membedakan dengan kompetitornya
•
Mudah diingat
•
Dapat dipakai dimanapun dan mengkomunikasi brand
•
Dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama
•
Terdaftar dan memiliki hak legal atas logo tersebut
2.2.1.3 Teori Tipografi Menurut James Craig dalam bukunya Designing with type – A basic course in typography. Tipografi adalah seni mendesain dengan huruf. Pada bukunya juga James Craig mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan huruf, yaitu : -
Legibility dan Readability
27 Legibility adalah menekankan pada keterbacaan dari suatu huruf atau tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan, readability adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca atau kualitas dan jenis huruf serta pemilihan huruf secara tepat. -
Figure/Ground Juga bisa disebut sebagai area negatif dan positif. Ini merupakan
istilah
yang
sering
digunakan
dalam
menganalisis desain. Figure adalah yang paling dominan dan harus terlihat lebih dahulu oleh mata yang bisa disebut sebagai sisi ‘positif’, sedangkan ground adalah bagian ‘negatif’. Misal, huruf yang berwarna hitam adalah figure, sementara white space adalah ground. -
Justified dan Unjustified Membuat huruf menjadi rata tengah adalah istilah dari justified. Huruf bisa juga dibuat rata kiri, rata kanan atau tidak beraturan maka itu disebut unjustified.
-
White space White space secara singkat adalah bagian kosong yang tidak mengandung konten didalamnya. White space sangat berpengaruh dalam desain karena dapat memberikan harmoni serta sebagai panduan mata pada keseluruhan desain.
2.2.1.4 Teori Warna Dalam bukunya Pantone Guide to Communicating with Color, Leatrice Eiseman mengatakan : “The colors that we see are invariably influenced by what we feel. From the time of early infancy when our eyes first perceive color, we start to formulate feelings about those colors that invariably carry over into adult life.” Yang dapat diartikan juga, “Warna yang kita lihat selalu dipengaruhi oleh apa yang kita rasakan. Dari ketika seseorang
28 pertama kali melihat warn, kita mulai untuk menentukan perasaan mengenai warna tersebut dan itu berlangsung hingga dewasa.” Dalam bukunya Leatrice Eiseman juga mengartikan beberapa warna, yaitu •
Orange Orange sering dilihat sebagai warna paling panas di antara semua warna. Hal ini juga membuat orange melekat dengan musim gugur. Dapat juga dilihat sebagai warna yang playful, ramah, bahagia dan anka-anak. Orange merupakan gabungan dari warna merah, dan dicampur dengan warna kuning yang memliki unsur bahagia dan ceria.
•
Kuning Di setiap kalangan, kuning sering disamakan dengan kemegahan dan panas matahari. Kuning mengemulsi
sinar
matahari,
cahaya,
dan
kehangatan. Kuning terang, mewakili sebagai ceria, halus, dan lembut untuk disentuh. •
Biru Biru paling sering diwakilkan dengan langit dan air, biru dianggap sebagai hal konstan di kehidupan kita. Biru juga memberi kesan tenang, dan tenang.
2.2.1.5 Teori Doodle Dalam bukunya Kwei (2013) mengemukakan pendapatnya mengenai Doodling/Doodle sebagai berikut: “Doodling is not a thinking activity but a spontaneous one, subliminal, personal, and ultimately revealing.” Yang dapat juga diartikan, Doodling adalah sebuah aktivitas yang dilakukan secara spontan, tanpa sadar, perorangan, dan mengandung makna.
29 Pada bukunya Eleanor Kwei juga mengungkapkan bahwa Doodling membantu konsentrasi membantu mata dan tangan , sementara otak menyerap informasi. Berdasarkan teori otak kiri dan otak kanan, kedua otak terkadang bekerja sama untuk membantu kita dalam mengatasi dan menghadapi masalah. Doodling sangat membantu aktivitas otak kanan. Doodling, juga merupakan hal yang membantu dalam proses kerja otak kiri. Menurut Eleanor Kwei Doodling menggunakan 2 hal, yaitu : •
Titik Merupakan
tanda
paling
dasar,
tetapi
jika
disatukan dapat membentuk suatu hal yang canggih dan indah. •
Garis Garis menjelaskan struktur dan mengalihkan pandangan mata ke poin utama.
2.2.2 S W O T Setelah mendapatkan data melalui interview dan analisis ditemukan komposisi S W O T dari Cut The Crab sebagai berikut: 2.2.2.1 Strength: •
Tersedia banyak jenis paket harga.
•
Varian kepiting beragam.
•
Saus yang ditawarkan bermacam-macam.
•
Kebersihan restoran terjaga.
•
Makanan selalu fresh.
•
Cara makan yang khas.
2.2.2.2 Weakness: •
Belum memiliki banyak cabang
•
Kurangnya media promosi.
•
Tidak ada identitas visual yang jelas.
30 •
Brand masi dibuat seadanya.
•
Menu terlihat amburadul.
•
Table decor sama sekali tidak ada.
2.2.2.3 Opportunity: •
Banyak pencinta seafood.
•
Gaya hidup serba praktis.
•
Letaknya strategis sehingga mudah dijangkau.
•
Dapat dijadikan tempat reuni.
•
Belum banyak restoran yang menyediakan beraneka ragam kepiting.
2.2.2.4 Threat: •
Tidak setiap hari orang mengkonsumsi seafood.
•
Belum ada identitas visual yang melekat.
•
Banyak bermunculan restoran baru.
•
Seafood dapat menyebabkan alergi.
•
Masih banyak seafood kaki lima dengan harga yang lebih murah.