BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Data dan Analisa
2.1.1 Sumber Data 2.1.1.1 Literatur Buku •
Ilmu Penyakit Mata oleh Prof, dr. H. Sidarta Ilyas Hasyim
•
Kemandirian Tunanetra
•
Mengenbangakan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan
2.1.1.2 Literatur Internet •
http://pertuni.idp-europe.org/
•
http://www.ar7ikel.com/view-content-36-teori-dan-faktatentang-warna.html/
•
http://www.bimbingan.org/teori-warna-menurut-paraahli.html/
•
http://www.idseducation.com/2015/01/10/fotografimenurut-para-ahli
•
http://www.thinkingwithtype.com/contents/text/
•
/http://www.satriamultimedia.com/artikel_apa_itu_tipogr afi.html/
2.1.1.3 Literatur Narasumber •
Pesatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI)
•
Mimi Institute
•
Para Penyandang Tuna Netra
2.1.2 Data Umum 2.1.2.1 Pengertian Tunanetra Secara harafiah, kata tunanetra terdiri dari dua kata yaitu: Tuna(Tuno: Jawa) yang berarti rugi yang kemudian dapat diidentikan menjadi hilang, rusak, terganggu, tidak memilki dan Netra(Netro: Jawa) yang berarti mata. Dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan mata. 3
4 Menurut Persatuan Tunanetra Indonesia atau Pertuni, mendefinisikan ketunanetraan adalah situasi dimana seseorang tidak dapat melihat sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih dapat memakai sisa indra penglihatannya namun tidak dapat melihat tulisan biasa yang berukuran 12 point dengan pencahayaan normal meskipun telah dibantu dengan kaca mata. 2.1.2.2 Karakteristik Ketunanetraan Ketunanetraan menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatan. Hal ini juga mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan
sesama
di
lingkunagnnya.
Tidak
jarang
ketunanetraan
seseorang
mengakibatkan seseorang memiliki penampilan dan perilaku tertentu. 1. Karakter fisik tunanetra Ketunanetraan seseroang dapat dilihat langsung dari anatomi mata, fisologis dan gestur tubuhnya.
a)
Ciri fisik tunanetra buta Seorang tunanetra yang mengalami tunanetra buta biasanya terlihat
dari fungsi mata yang jarang atau bahkan tidak pernah bergerak dan mengedip. Respon terhadap rangsangan cahaya juga tidak ada. Karena tidak memiliki konsep tubuh atau body image, seorang tuna netra juga seringkali memiliki postur tubuh yang berbeda, seperti kepala yang tertunduk, menengadah, tangan yang kaku atau lemas, dan lainnya.
b)
Ciri fisik tunanetra kurang penglihatan. Seorang
tunanetra
kurang
penglihatan
biasanya
masih
bisa
membedakan gelap dan terang. Mereka. Namun, dalam merespon rangsangan inilah yang membuat seorang tunanetra terlihat aneh. Dalam melihat suatu benda, biasanya mereka memicingkan mata, membelalakan mata, melihat dengan jarak sangat dekat.
2. Karakter psikis tunanetra
5 Secara umum, krakter psikis tunanetra buta dan kurang penglihatan menunjukan sifat kaku yang disebabkan oleh kurangnya gerakan mata dan ekspresi, serta terhambatnya kemampuan orientasi. dan mobilitas.
a)
Ciri psikis tunanetra buta Karena
kurangnya
kemampuan
untuk
berorientasi
dengan
lingkungannya, menybabkan seorang tunanetra buta merasakan perasaan kurang percaya diri, pasif, kurang rasa percaya terhadap lingkungan, menutup diri, kebergantungan kepada orang lain, dan lainnya.
b)
Ciri psikis tunanetra kurang penglihatan Tunanetra kurang penglihatan merasa beada di dua dunia. Di satu sisi,
mereka merasa superior dengan keadaan mereka yang melebihi tunanetra lainnya, nemun merasa tidak percaya diri bila berada di lingkungan masyarakat awas.
2.1.2.3 Problematika Ketunanetraan Mary Kingsley (dalam Heather Mason, 1999 : 23) menyebutkan empat dampak dalam kehilangan penglihatan, yaitu : sosial dan emosional, bahasa, kognitif, serta orientasi dan mobilitas. a)
Dampak personal Pihak pertama yang merasakan dampak dari kehilangan indra penglihatan sudah pasti adalah penyandang itu sendiri. Ketunanetraan akan memberikan dampak negative bagi pribadi tersebut. Proses dampak tersebut sebagai berikut. •
Ketunanetraan akan membawa dampak langsung kepada penderitanya yaitu hilangnya kemampuan untuk melihat.
•
Kehilangan kemampuan melihat menimbulkan hambatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
6 •
Hambatan-hambatan yang harus dijalani akan menumbuhkan emosi dalam diri penyandang tunanetra.
•
Emosi yang tidak dapat dikontrol akan berkembang menjadi frustasi.
•
Frustasi akan mempengaruhi kepribadian seseorang nantinya. Penyandang tunanetra akan menjadi menutup diri, emosional, atau kurang percaya diri.
b)
Dampak pada perkembangan sosial dan emosional Pada dasarnya penyandang tuna netra memiliki keinginan yang sama dalam berpartisipasi dan memiliki peran dalam bermasyarakat. Namun kecacatan dalam diri tunanetra membuat masyarakat memiliki respon yang berbeda-beda. Terdapat respon positif, namun tidak jarang juga para penyandang tunanetra mengalami respon negatif dari masyarakat, seperti: perlakuan masa bodoh, menganggap tunanetra kurang atau tidak punya kepribadian, atau menganggap tunanetra selalu bergantung pada orang lain. Pemikiran ini yang mengakibatkan seoran tunanetra memiliki sikap negatif.
c)
Dampak pada perkembangan bahasa dan komunikasi. Karena berkurangnya kemampuan melihat, akan berimbas kepada rangsangan untuk berkomunikasi. Para penyandang tunanetra akan kehilangan kesemparan untuk berbicara, dan memilih untuk tidak berbicara di depan umum.
d)
Dampak pada perkembangan kognitif. Penyandang suit mendapatkan ilmu baru dalam hidupnya dikarenakan tidak dapat meniru yang terjadi di sekitarnya.
e)
Dampak pada perkembangan gerak serta orientasi dan mobilitas. Dengan
kehilangan
penglihatan,
penyandang
mendapatkan pengalaman baru dari pergerakan tubuh.
2.1.2.4 Masalah yang dialami tunanetra
tunanetra
sulit
7 Ketunanetraan yang dialami seseorang akan menciptakan masalah atau kendala yang harus dilalui dalam menjalani hidup, antara lain: a)
Munculnya hambatan (handicap) Tidak dapat dipungkiri, tunanetra adalah sebuah kecacatan. Kecacatan tersebut mengakibatkan ketidakmampuan penyandang untuk melakukan sebuat tugas. Sebenarnya, ketidakmampuan tersebut dapat dihilangkan dengan latihanlatihan, namun sikap negatif dari masyarakat sering menjadikan tertutupnya kesempatan untuk penyandang tunanetra untuk mengikuti pelatihan yang ada. Dari pemikiran yang ada, para penyandang tunanetra akan berusaha berinteraksi dengan lingkungannya. Namun, sekali lagi hal itu tergantung dari lingkungan yang berada di sekitarnya.
b)
Munculnya adatan Adatan diartikan sebagai gerakan, tingkah laku, munculnya suara yang tidak diketahui maksud dan tujuannya. Para penyandang tunanetra terlihat aneh dan berneda dengan adatang yang mereka ciptakan, seperti mengedip-kedipkan mata, tersenyum tanpa alasan, bertepuk tangan.
c)
Keterbatasan daam segi kognitif Proses pembelajaran awal manusia adalah dengan meniru. Proses meniru ini dilakukan dengan kemampuan visual. Penyandang tunanetra yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan, menggunakan indra lain yang masih berfungsi sebagai penggantinya. Hal ini mengakibatkan proses kognitif akan berbeda dengan manusia awas.
d)
Terhambatnya gerak dan orientasi dan gerak Ketunanetraan yang diderita akan membuat seseorang susah bergerak, terlihat kaku, bergerak tidak beraturan, sulit merespon.
e)
Keterbatasan interaksi dengan lingkungan
8 Kemampuan visual seseorang berkaitan langsung dengan penguasaan terhadap suatu situasi atau pengasaan lingkungan. Bila kemampuan visual terganggu atau bahkan tidak ada, mengakibatkan rasa kecemasan terhadap lingkungan. Perasaan ini yang mengakibatkan perasaan frustasi yang nantinya akan membentuk pribadi penyandang tunanetra menjadi tertutup, tidak percaya diri, dan lainnya. 2.1.2.5 Tunanetra di Indonesia Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2009 menunjukan bahwa jumlah disabilitas atau disabilitas secara keseluruhan adalah 2,13 juta orang dengan perbandingan 1,13 juta disabilitas laki-laki dan 0,99 juta disabilitas perempuan. Data Susenas tersebut lebih lanjut menginformasikan bahwa dari 2,13 juta penyandang disabilitas tersebut, 339,309 orang adalah penyandang tuna netra dengan komposisi 180.009 penyandang tuna netra laki-laki dan 159.300 penyandang tuna netra perempuan. 2.1.2.6 Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI) Pertuni merupakan organiasi tunanetra terbesar dan tertua di Indonesia, visi dan misi pertuni adalah sebagai berikut Visi Pertuni : Organisasi yang memperjuangkan terwujudnya masyarakat inklusif dimana orang tunanetra dapat berpartisipasi penuh atas dasar kesetaraan. Misi Pertuni : •
Mengupayakan kesamaan kesempatan pendidikan bagi orang tunanetra pada berbagai jenjang termasuk di lembaga pendidikan umum dalam setting inklusi.
•
Mengupayakan tersedianya aksesibilitas lingkungan fisik agar orang tunanetra dapat menggunakan layanan publik secara lebih mandiri dan aman.
•
Mengupayakan aksesibilitas informasi dan komunikasi agar orang tunanetra memperoleh kesamaan akses ke informasi dan komunikasi melalui berbagai format termasuk Braille, audio, tulisan besar (bagi low vision) dan teknologi komputer.
9 •
Mengupayakan perluasan kesempatan kerja bagi tunanetra pada semua bidang baik melalui jalur khusus, sistem kuota maupun pasar kerja terbuka.
•
Melakukan advokasi guna memastikan orang tunanetra mendapatkan hak asasinya sebagai warga negara dan mencegah berlakunya peraturan perundangundangan yang diskriminatif terhadap orang tunanetra.
•
Membangun dan menumbuhkan kesadaraan masyarakat, pemerintah, dan pihakpihak terkait akan hak-hak orang tunanetra sebagai warga Negara serta ikut berperan dalam memenuhi hak-hak para tunanetra.
•
Membangun PERTUNI menjadi organisasi yang demokratis dan berdaya dari segi SDM, dana, sarana maupun prasarana.
2.1.2.7 Pandangan Masyarakat Mengenai Tunanetra Menurut Didi Tarsisi, ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI) pada kompas.com, mengatakan masih banyaknya pandangan negatif yang diberikan masyarakat kepada para penyandang tunanetra. Masih banyak stigma yang terbentuk di masyarakat tentang keterbatasan kemampuan yang dapat dilakukan oleh para penyandang. Hak mendapatkan pekerjaan bagi penyandang tunanetra menurut undang-undang masih belum diterapkan dengan baik. Masyarakat masih berfikiran para pengandang tiadak bisa menjadi pribadi yang mandiri. Menurut Mimi Lusli dalam bukunya yang berjudul “helping children with sight loss” mengatakan umumnya orang tua, guru, dan masyarakat masih belum mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai seseorang yang kehilangan penglihatan. Hal ini membuat terjadinya beberapa hal seperti rasa kurang yakin, membentuk pandangan keliru, memberikan perlakuan yang kurang tepat, menunjukan sikap yang terlalu melindungi atau terlalu mengabaikan, merasa tunanetra sebagai beban atau merepotkan, dan pesimis dengan masa depan tunanetra. Tunanetra seharusnya diajak berkomunikasi selayaknya manusia awas lainnya. Mengajak dalam kegiatan normal akan membangun rasa percaya diri dan inisiatif dari para tunanetra. sikap pasif, tidak mau mengajak, dan mengasihani tuanetra akan menciptakan pribadi yang pasif bagi ara penyandang.
10
2.1.2.8 Perlakuan Diskriminasi Kepada Kaum Tunanetra Dewasa ini, masyarakat secara tidak disengaja masih melakukan perlakuan diskriminatif dan penilaian negative terhadap kaum disabilitas, tidak terkecuali kaum tunanetra. Hasil konvensi hak-hak disabilitas tahun 2011 lalu tidak dapat terpublikasi dengan baik. Berikut beberapa perlakuan diskriminasi yang masih diterima oleh kaum tunanetra: 1. Diskriminasi pendidikan Kaum difabel tidak terkecuali kaum tunanetra tidak dapat mendaftar masuk ke beberapa perguruan tinggi negeri. Hal ini disebabkan karena kurangnya dosen pengajar yang dapat mendidik kaum tunanetra tersebut. Di sisi lain, kurangnya prasarana yang mendukung juga menjadi hal yang menyulitkan kaum difable dalam menuntut ilmu. 2. Diskriminasi hukum Keberadaan kaum tunanetra di mata hukum masih sangat lemah. Kesaksian seorang tunanetra tidak dapat diterima di dalam persidangan. Hal ini disebabkan persyaratan seseorang dapat bersaksi adalah dalam keadaan sadar atau dapat melihat suatu kejadian. 3. Diskriminasi transportasi dan fasilitas umum Masih banyaknya fasilitas publik yang belum mendukung kaum disabilitas, seperti guiding block di stasiun kereta api, tidak adanya alat bantu menaiki tangga bagi kaum disabilitas, fasilitas umum berbicara (lift, atm, tempat penyebrangan), dan lainnya. 4. Diskriminasi hak pilih Tidak adanya surat suara yang menggunakan sistem braille, sehingga kaum tunanetra harus meminta bantuan orang lain dalam memilih. 5. Diskriminasi Pekerjaan
11 Tidak adanya sistem karir pada kaum tunanetra. seorang tunanetra tidak ada kesempatan untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dalam suatu pekerjaan seperti pekerja awas. 6. Diskriminasi Lainnya Tunanetra dinyatakan sebagai pribadi rawan musibah, sehingga sering sulit mendapatkan claim asuransi, dan pinjaman dari bank. 2.1.2.9 Merealisasikan Lingkungan Bagi Tunanetra Perlunya lingkungan yang nyaman bagi penyandang tunanetra sangatlah perlu dalam kehidupan sehari-hari. Nyaman di sini diartikan aman untuk bergerak ; nyaman berinteraksi ramah berinteraksi sosial. Lingkungan yang nyaman tersebut meliputi: •
Lingkungan sosial Meliputi pandangan, kata-kata, perilaku, dan sikap terhadap kaum tunanetra.
•
Lingkungan fisik Segala sarana yang tersedia guna menunjang tunanetra dalam bergerak di masyarakat. Pada umumnya para pengandang tunanetra memiliki keinginan yang sama untuk
berinteraksi di masyarakat. Mengetahui cara yang tepat dalam berkomunikasi dengan mereka, membantu orang tua, guru, dan orang lain dapat memperlakukan mereka sebagai mana mestinya. Berkomunikasi
dengan
seseorang
yang
kehilangan
penglihatannya
sebenarnya mudah. caranya: hindari dan jangan menggunakan media lihat dan visual, seperti gerakan tubuh, pandangan mata, senyum atau gambar. Penggunaan media lihat atau visual seperti di atas sama sekali tidak membantu para penyandang tunanetra dalam berkomunikasi. Hal ini justru mempersempit ruang gerak mereka. Berinteraksi dengan tunanetra dapat menggunakan metode 3S: Sapa, Salam, Sentuh. Dengan tips ini, dapat dijelaskan kiat membantu para tunanetra. 1. Dalam berjalan dengan salah satu teman yang kehilangan penglihatannya, pegang pada telapak tangan, atau pundak bila tinggi hamper sama.
12 2. Jika inngin menjelaskan tentang suatu arah atau letak, hindari menggunakan kata ganti tempat, seperti: “di sana”, “di sini”, “ke sini”,”ke situ”. Lebih baik memberikan petinjuk yang lebih konkret. Misal, ketika teman kita mencari barang yang terletak di atas meja, kita bisa memberikan instruksi yang harus dia lakukan hingga dapat mencapai barang yang ingin ia dapatkan, seperti “jalan kea rah kiri 2 langkah, disitu ada meja, barangmu ada di ujung kanan atas meja”. Atau konsep arah jarum jam sebagai pengganti arah. 3. Saat berhadapan dengan teman kita, berikan insruksi kanan dan kira dari sisi mereka, bukan dari sisi kita. 4. Dalam situasi apapun, jangan menyentuh teman tunanetra kita tanpa memberitahukan sesuatu sebelumnya. Bila terjadi, hal ini dapat menciptakan reaksi kaget atau perasaan tidak aman di diri tunanetra. 5. Hindari kata “awas”. Kata “awas” tidak berarti apapun bagi sahabat kita yang kehilanagn penglihatannya. Lebih baik menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada teman kita. 6. Sapa atau panggi terlebih dahulu sambil membuat kontak dengan teman tunanetra. 7. Bila ingin membantu penyandang tunanetra, ada baiknya untuk mengajak berbicara terlebih dahulu, seteleh itu menawarkan bantuan. Sekali lagi sentuhan secara tiba-tiba akan mengakibatkan reaksi kaget dan perasaan tidak nyaman. 8. Pada membantu naik turun tangga, sentuhkan tangan mereka pada pegangan tangga. 9. Dalam melewati jalan sempit, putar tangan kita kea rah punggung belakang sambil memegang tangan sahabat kita sambil membuat satu barisan. 10. Bila ingin meninggalkan teman tunanetra kita, lebih baik bila pamit terlebih dahulu. Jangan lupa jelaskan keadaan lingkungan saat anda meninggalkan mereka. 11. Jika ingin mempersilakan duduk kepada teman tunanetra, sentuhkan tangan teman pada bangku. Untuk kursi tanpa sandaran, sentuhkan tangan pada tempat duduknya. 12. Jika naik taua turun kendaraan, untuk busa dan mobil. Sentuhkan tangan teman atau saudara pada bagian pintu, unutk mobil sedan, sentuhkan pada bagian atas kendaraan 13. Hindari kata ganti sapaan dan tepat, seperti: kamu, dia, mereka, di sini, di situ. Karena tidak membangun komunikasi yang interaktif
13 14. Untuk lingkungan yang sudah dikenalnya, para penyandang tunanetra harus diberitahu dahulu bila ingin memindahkan letak suatu barang. 15.
Menginformasikan segala sesuatu yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. Selain masyarakat yang membentuk lingkungan yang kondusif bagi
penyandang tunanetra, pengenbangan diri dari seorang tunanetra juga diperlukan untuk tercapainya lingkungan yang baik. Tahapan tersebut dibagi menjadi 4, yaitu: •
Penerimaan diri Proses dimana seseorang menerima keadaannya sebagai seorang tunanetra.
•
Pengenalan diri sendiri Proses pengembangan diri sebagai seorang tunanetra di kehidupan sehari-hari. Dalam fase ini, seorang tunanetra belajar dan menentukan cara yang nyama dalam mekukan kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan braille, tongkat, modul berbicara, mobilitas dan orientasi.
•
Mengkomunikasikan diri Dalam fase ini, seorang tunanetra sudah berani mengkomunikasikan tentang dirinya kepada masyarakat luas. Dia tidak malu mengatakan bahwa ia adalah seorang tunanetra.
•
Bangga kepada diri sendiri Dalam
tahap
ini,
seorang
tunanetra
sudah
dapat
menerima
dan
mengkomunikasikan kepada masyarakat bahwa ia adalah seorang tunanetra. ia bangga menjadi seorang tunanetra.
2.1.2.10 Hasil Survey Lapangan Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis melakukan tinjauan langsung tentang ketunanetraan yang terjadi di masyarakat. Penulis bertemu langsung dengan pengurus DPP PERTUNI daerah DKI Jakarta, Pemilik Mimi Institute yang bergerak di bidang pelayanan kaum difable, dan juga para penyandang tunanetra itu sendiri. Penulis mengkonklusikan bahwa diskriminasi terhadap tunanetra terjadi di seluruh bidang kehidupan. Hal ini terjadi dikarenakan pemikiran masyarakat yang menganggap tunanetra adalah seseorang sebagai pribadi cacat, bukan sebagai seorang disabilitas yang membutuhkan bantuan cara lain dalam melakukan suatu hal.
14 Pemberian bantuan kepada kaum difable-pun masih berupa charity base, atau pemberian dana bantuan kepada kaum difable. Hal ini sebenarnya tidak memberikan jalan keluar kepada kaum difable. sedangkan yang dibutuhkan adalah pelatihanpelatihan yang dapat memberikan pengetahuan dan pemberdayaan kepada tunanetra sehingga dapat berguna di masyarakat. Semua hal ini terjadi dikarenakan belum teredukasinya masyarakat tentang ketunanetraan. Buku “Helping Children With Sight Loss” sudah tidak beredar di toko buku dikarenakan kurangnya minat baca masyarakat kepada buku teks ketunetraan. Di sisi lain, masyarakat menganggap penyampaian informasi melalui buku teks dilihat terlalu kaku bagi para masyarakat yang tidak mengetaui dan tidak bersangkutan dengan tunanetra.
2.1.2.11 Data Produk Pembanding Buku “Helping Children With Sight Loss” yang ditulis oleh Dra. V. L. Mimi Mariani Lusli, M.Si, M.A menjelaskan tentang ketunanetraan pengembangan ketunanetraan dan panduan bagi orang tua, guru, dan masyarakat dalam mengembangkan dan berkomunikasi dengan tunanetra.
Gambar 1.1 Book of Helping Children With Sight Loss Sumber : Rachmanzi 2.1.2.12 Data penyelenggara Toko Buku Gramedia dikenal masyarakat sebagai jaringan toko buku yang terluas, terbesar dan terlengkap di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 100 toko
15 buku yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara mulai dari Pulau Sumatera sampai dengan Pulau Irian (Papua). Sebagai salah satu ujung tombak Kelompok Kompas Gramedia, toko buku Gramedia telah berperan penting dalam penyebaran ilmu pengetahuan bagi masyarakat Indonesia.
2.1.2.13 Target Pasar •
Demografis Usia : 30-40 tahun, Pria dan Wanita Tingkat Sosial : B, B+, dan A. Pendidikan : minimal S1, Bekerja. Warga Negara Indonesia.
•
Geografis Kota-kota di Indonesia
•
Psikografis - Mempunyai
anggota
keluarga
yang
mengalami
gangguan
pengelihatan.
2.1.2.14 SWOT Tunanetra •
Strenght : -
Ketunanetraan sebagai hal yang dekat dengan kehidupan seharihari.
-
Angka ketunanetraan Indonesia yang sudah termasuk tinggi diantara Negara-negara tetangga.
•
Weakness -
•
Cara pembelajaran tunanetra yang berbeda dengan manusia awas.
Opportunity -
Minat target audience tentang hal-hal baru yang belum pernah atau jarang mereka alami.
-
Kaum tunanetra yang dapat dimaksimalkan perannya di masyarakat.
•
Threat
16 -
Beberapa isitlah ketunanetraan yang tidak lazim di telinga masyarakat.
-
Status tunanetra yang dianggap sebagai orang cacat yang tidak dapat melakukan banyak hal.
Buku •
Strenght : -
Ketunanetraan sebagai hal yang dekat dengan kehidupan seharihari.
-
Angka ketunanetraan Indonesia yang sudah termasuk tinggi diantara Negara-negara tetangga.
•
Weakness -
Memerlukan biaya yang lebih dalam memperbarui informasi yang disampaikan.
•
Opportunity -
•
Menjadi sumber informasi yang mudah dibawa.
Threat -
Biaya yang dikeluarkan untuk menikmati informasi di dalam sebuah buku.
-
2.2
Media informasi internet yang sangat lengkap.
Landasan Teori
2.2.1 Teori Publikasi Menurut Timothy Samara dalam bukunya Publication Design Workbook: A Real-World Design Guide, publishing adalah untuk menyatakan ide atau gagasan di depan umum, secara terbuka dan membuat ide atau gagasan itu diketahui secara umum (2005 : 10)
2.2.2 Teori Buku
17 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong; kitab; beberapa helai kertas yang terjilid (berisi tulisan untuk dibaca atau halaman kosong untuk ditulisi -buku tulis)
2.2.3 Tipografi Menurut situs satriamultimedia.com, tipografi (dalam bahas inggris : Typography) adalah perpaduan antara seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Pengolahan tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain.
2.2.3.1 Single Family Theory Seperti yang telah disebutkan oleh Timothy Samara dalam bukunya Graphic Design Essential Reference, Seorang disainer disarankan membatasi diri dalam dua jenis keluarga font. Bila memungkinkan, hanya dua jenis berat dari setiap jenis. Maksud dari pembatasan ini berfokus agar memudahkan para pembaca. Mengenali dan mengkelompokan perlakuan yang berbeda antara komponen editorial seperti headline, deck, subheadline, caption dan lainnya. Dari segi estetika, sedikit pengurangan akan membuat bahasa visual akan terasa lebih jelas. Setiap tipografi ditambahkan ke dalam campuran harus cukup berbeda untuk membawa beberapa pemberitahuan-bisa perubahan ke halaman, dan itu harus memenuhi beberapa fungsi (2011: 29)
2.2.3.2 Type Size Menurut Timothy Samara dalam bukunya Publication Design Workbook: A Real-World Design Guide, ukuran teks paragraph berkisar antara 9 sampai 12 point. Tulisan dengan ukuran 14 point ke atas disebut display size dan biasanya dipakai untuk judul. Sedangkan ukuran tulisan dibawah 9 point disebut caption size (2011: 36)
2.2.3.3 Functions of Weight, Posture, Width, and Value
18 Mengubah postur dan berat dalam teks adalah alat yang sangat berharga untuk meningkatkan "suara" dari teks, dengan cara yang sama bahwa komunikasi lisan bergantung pada penekanan dan irama untuk menyampaikan sebuah makna. Sebuah kata atau frase dalam bobot yang lebih berat dari teks sekitarnya ditafsirkan sebagai kata yang lebih keras, lebih agresif, atau lebih penting. sedangkan teks yang lebih ringan atau halus dianggap lebih tenang, lebih pendiam, kurang penting, atau sebagai pendukung teks lebih berat-berat. Perubahan lebar huruf dalam pengaturan teks juga dapat mengubah irama atau tempo. Typeface yang diperpanjang sering dianggap sebagai membaca lebih lambat. 2.2.4 Layout Layout adalah istilah umum yang digunakakn untuk mendeskripsikan bentuk dan perasaan dari seluruh bentuk komunikasi yang dibuat untuk memecahkan masalah visual yang ada. Solusinya datang dalam berbagai bentuk. Dimulai dari kartu pos, pamphlet, poster, brosur, hingga buku. Itu adalah bentuk tanggung jawab desainer dalam menentukan dan menciptakan penerjemah kreatif dari brief klien. Paragraph rata kanan kiri, pengaturan jarak antar kata adalah masalah yang paling sulit diatasi. Hasil penyusunan yang sangat buruk di dalam bidang kerja yang terus berubah-ubah menciptakan river. Dalam penyusunan paragraph rata kanan kiri yang buruk, river akan sering terlihat dan membuat sebuah paragraph menjadi terlihat aneh. Paragraph rata pada satu sisi menawarkan kesempatan untuk menghindari kesalahan yang biasanya dialami oleh paragraf rata kanan kiri. Jarak antar kata tetap konstan.
2.2.4.1 Headline Suatu tulisan yang dimulai oleh sebuat atau beberapa kata yang disebut judul. Judul dibuat ukuran besar untuk menarik pembaca dan membedakannya dengan elemen desain lainnya. Selain ukuran, pemilihan yang tercemin dari jenis huruf yang dipilih juga harus menarik, karena segi estetik pada judul lebih di prioritaskan.
2.2.4.2 Deck
19 Gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan pada isi tulisan (bodytext). Letaknya bervariasi tapi biasanyaantara judul dengan isi. Fungsi deck sebagai pengantar sebelum membaca isi.
2.2.4.3 Caption Keterangan yang menyertai elemen visual. Biasanya dicetak dalam ukuran lebih kecil dan dibedakan gaya atau jenis penulisannya dengan teks lain.
2.2.4.4 Page Number Page number bertujuan untuk mengingatkan pembaca halaman mana yang telah dibaca.
2.2.4.5 Bodytext Elemen layout yang paling banyak memberikan penjelasan tentang topik bahasan. Keberhasilan bodytext ditentukan oleh judul dan dek yang menarik, sehingga pembaca meneruskan keingintahuan akan informasi yang lengkap.
2.2.4.6 Running Head Merupakan judul buku, nama pengarang, bab, atau topik yang sedang dibaca yang dilang-ulang pada setiap halaman dan posisinya tidak berubah.
2.2.5 Grid System Menurut Timothy Samara dalam bukunya Making and Breaking the Grid, Grid adalah kerangka yang tidak terlihat yang digunakan untuk membangun sebuah halaman atau komposisi untuk sebuat karya cetak. Dalam grid diberikan struktur untuk membantu konsistensi dari sebuah dokumen (2002:24) 2.2.5.1 Multicoloum Grid Disaat sebuah konten terdiri dari berbagai jenis bahan, multicoloum grid dapat menjadi alat yang baik dalam membantu mengatur sebuah komunikasi. Kolom
20 dapat digunakan tersendiri untuk konten dalam lingkup kecil, untuk kelanjutan running text, atau dikombinasikan dengan gutter tuntuk mendapatkan spasi yang lebih lebar. Grid kolom merupakan struktur yang sangat fleksibel. Oleh karena itu, harus dipikirkan saat membuatnya. 2.2.5.2 Baseline Grid Sebuah sub struktur, baseline grid membantu dalam penyusunan yang konsisten dari sebuah elemen tipografi dengan menciptakan serangkaian baris, berdasarkan ukuran huruf yang ditentukan. Namanya berasal dari bagaimana ia digunakan untuk menyediakan panduan penyusunan di semua baris huruf. Khususnya untuk multikolom grid, baseline grid akan memastikan sebua konsistensi antara tulisan dan ukuran. Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis menggabungkan antara multikolom grid dengan baseline gris demi menciptakan sebuah sistem grid yang fleksibel dan dapat mengatur konten secara vertical dan horizontal. Halaman akan dibagi menjadi 6 kolom yang akan memisahkan element design secara horizontal, serta baseline grid dengan ukuran 12 point yang akan megatur spasi konten secara vertical. 2.2.5.3 Margins Margin adalah daerah ruang negatif antara tepi halaman dan konten pada halaman. Margin didefinisikan sebagai daerah hidup dan memungkinkan desainer untuk fokus perhatian pemirsa, membuat area istirahat untuk mata, atau informasi bawahan terpisah seperti running head atau folio. 2.2.5.4 Flowline Flowline adalah keberpihakan standar yang membantu untuk memandu pemirsa di seluruh halaman dan membuat informasi. 2.2.5.5 Coloums Kolom adalah wadah vertikal yang menciptakan perpecahan di daerah hidup untuk menahan konten. Kolom bervariasi lebarnya, bahkan dalam satu grid untuk mengakomodasi informasi spesifik.
21
2.2.5.6 Modules Modul adalah unit individu ruang yang dipisahkan oleh interval standar itu, ketika diulang di halaman, menciptakan serangkaian berulang dari kolom dan baris. 2.2.5.7 Spatial Zones Zona spasial adalah area yang berbeda dibentuk dengan menggabungkan kelompok modul, dan dapat membuat teratur, daerah tertentu mengandung jenis konten secara konsisten. 2.2.5.8 Markers Penanda menentukan area untuk informasi bawahan atau konten secara konsisten muncul seperti folio, running head, ikon, atau konten berulang lainnya.
2.2.6 Prinsip layout yang baik
Menurut Tom Lincy (dalam Design Principle for Desktop Publishing) terdapat 5 buah prinsip utama dalam desain, yaitu: •
Proporsi (Proportion)
•
Keseimbangan (Balance)
•
Kontras (Contrast)
•
Irama (Rhythm)
•
Kesatuan (Unity)
2.2.7 Teori Fotografi Menurut idsseducation.com secara garis besar, arti fotografi adalah suatu proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan
22 merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Fotografi juga merupakan gambar, foto merupakan alat visual efektif yang dapat memvisualkan sesuatu lebih konkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.
2.2.7.1 Fotografi Portrait/Potrait Photography Foto portrait adalah sebuah foto yang mengedepankan detail dari obyek foto, untuk menunjukkan karakter dari sebuah obyek foto. Apabila objek adalah manusia, maka pada umumnya mata dari obyek akan lurus menatap kepada kamera. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi “komunikasi” yang intens antara obyek dengan fotografer. Ekspresi wajah begitu dominan untuk mengungkapkan persamaan, kepribadian, bahkan perasaan seseorang. Pada umumnya foto portrait menampilkan ekspresi alami dari objek yang di foto. disini mata dari objek menjadi komponen penting dari sebuah foto portrait.
2.2.7.2 Environmental Portrait Ini berarti objek difoto di lingkungan tempat ia biasa beraktifitas. Misalnya, seorang pekerja bangunan di tempat konstruksi, guru di dalam kelas, pematung di studio pahat, dan semacamnya. Lingkungan sekitar dimanfaatkan untuk menonjolkan objek dan mengedepankan karakternya. Fotografer bisa mengatur setting dan pose objek, tentunya.
2.2.7.3 Candid Portrait Foto semacam ini tentu diambil tanpa sepengetahuan objek, biasanya digunakan dalam foto jurnalisme, travel photography, street photography, dan event. Kebalikan dari environmental portrait, foto candid harus diambil secara spontan, tidak diatur. Fotografi adalah media yang digunakan penulis guna menampilkan sisi kehidupan seorang tunanetra. fotografi lebih dapat menceritakan fakta dan realita yang terjadi. Fotografi portrait dan environmental photography digunakan untuk menceritakan kehidupan tunanetra serta membangun emosi pembaca tentang kondisi ketunanetraan saat ini.
23
2.2.8 Teori Warna Menurut Ryan Hembree dalam bukunya the Complete Graphic Designer, Warna memiliki kemampuan untuk membangkitkan emosi dari orang banyak. Maka bila digunakan dengan baik, dapat menjadi alat yang efektif untuk berkomunikasi. Selanjutnya, warna membawa makna budaya atau sosial, terkait dengan penggunaannya dalam upacara keagamaan atau ikonografi, atau lambang, di bendera, atau historis dalam pakaian atau seni.
Menggunakan warna dalam suatu bagian dapat menjadi piligan dalam system warna untuk lebih memudahkan, mengelompokan warna harus simple dan mudah dikenali. Mengelompokan dengan banyak warna dapat pembingungkan. Memaksa pembaca mengingat warna- warna dengan pesan yang ingin disampaikan (2011:28)
Penulis menggunakan warna kuning dalam cover buku untuk mendapatkan perhatian calon pembaca tanpa harus melihat isi buku, dikarenakan topik tunanetra bukan termasuk tema populer saat ini. Mood warna yang terdapat di dalam buku ini dibuat soft and warm dengan pemilihan warna kertas dan warna yang dihasilkan dari fotografi film.
2.2.8.1 Exploiting Color to Enhance Hierarchy Berkaitan dengan hierarki, dalam visual atau tipografi, warna merah jingga, dan kuning cenderung menangkap perhatian lebih mudah karena mereka akam muncul dan maju ke arah penonton. Di dalam bidang netral, semakin besar saturasi akan mendapatkan perhatian.
24