TIM PENYUSUN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010
PEMBINA Dr. Endhay Kusnendar, MS PENANGGUNG JAWAB Dr. Ir. Achmad Poernomo, M.App.Sc KETUA Minhadi Noer Sjamsu, ST, ME SEKRETARIS Catur Pramono Adi, S.Pi, M.Si ANGGOTA Ir. Duto Nugroho, M.Si Ir. Retna Utami, M.Sc Kiswanto, SE, M.Ak Edy Pramono Sucipto, SE Dr. Ir. Singgih Wibowo, MS Dr. Ir. Armen Zulham, M.Sc Indriani Musthapia, S.Pi, M.Si Hardian Kumara Wardhana, S.Sos Tri Handanari, S.Si, M.Sc Tri Yuwono, S.Pi, M.Si
LAKIP Balitbang KP
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan akuntabilitas kinerja ini melaporkan Capaian Kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan selama tahun 2010 dikaitkan dengan Rencana Kinerja 2010 yang mengacu pada Rencana Stratejik 2010 -2014. Selama periode tahun 2010 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan melakukan pengukuran terhadap kegiatan yang tercakup dalam 1 (satu) program meliputi 5 (lima) sasaran stratejik. Setiap kegiatan yang diukur memiliki 2 (dua) jenis indikator yaitu indikator output dan indikator outcome. Tujuan mengacu kepada visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis yang akan dihasilkan dalam waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Berdasarkan hal tersebut di atas maka Balitbang KP menetapkan tujuan strategis sebagai berikut : 1.
Menghasilkan IPTEK yang handal sebagai basis pembangunan kelautan dan perikanan
2.
Memperkuat sumberdaya LITBANG kelautan dan perikanan secara terpadu
3.
Memperluas penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan oleh pemangku kepentingan
Adapun sasaran Balitbang KP yang telah ditetapkan sebagaimana berikut ini: 1) Tersedianya data, informasi dan pengetahuan ilmiah yang terkini, akurat dan memadai mengenai fenomena alam dan potensi sumberdaya alam kelautan dan perikanan sebagai basis pengelolaan yang berkelanjutan; 2) Tersedianya teknologi inovatif dan rancang bangun pembangunan industri kelautan dan perikanan yang handal dan bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing serta kelestarian kelautan dan perikanan; 3) Tersedianya
rekomendasi
kebijakan
pembangunan
kelautan
dan
perikanan
berkelanjutan secara tepat waktu dengan berbasis saintifik yang kuat; 4) Terwujudnya kelembagaan litbang yang kuat didukung dengan sumberdaya Iptek yang handal dan jaringan kerjasama Iptek yang luas di bidang kelautan dan perikanan.
LAKIP Balitbang KP
ii
5) Meningkatnya penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan secara luas dan tepat waktu serta peran pemangku kepentingan dalam inovasi teknologi; Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah inovasi iptek yang memperoleh pengakuan (HKI, SNI, dan Penghargaan) dengan target 3 tercapai 3 (tercapai 100 persen). Adapun 3 capaian tersebut adalah : 102 Inovasi 2010 : Teh Hijau Sebagai Antihistamin pada Pindang Ikan, 102 Inovasi 2010 : Alat Akustik Ancho Udang, Komersialisasi Hasil Litbang : Vaksin Aeromonas Hydrophila dengan PT SANBE. Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya iptek yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholders dan masyarakat dengan target 5 tercapai 7 (tercapai 140 persen). Rincian tersebut meliputi beberapa hal sebagai berikut : Hasil Penelitian yang diadopsi menjadi Kebijakan di Pekalongan, Rekomendasi teknis untuk Dokumen Klaim Pemerintah Indonesia dalam Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara), Rekomendasi teknis, Rekomendasi dan Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya di 3 Kawasan Minapolitan, rekomendasi teknis dalam Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong, Rekomendasi Pengelolaan Ikan Bilih di Danau Toba. Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dapat mencapai target yang telah ditetapkan (100%). Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional dengan target 500 tercapai 559 (tercapai 112 persen). Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah model pengembangan/prototipe penerapan iptek dengan target 15 tercapai 15 (tercapai 100 persen). Pelaksanaan program/ kegiatan Balitbang KP tahun 2010 sesuai dengan indikator kinerja output, difokuskan untuk pencapaian kinerja lainnya berdasarkan indikator kinerja utama dengan dukungan anggaran, sumberdaya litbang dan kelembagaan yang ada. Adapun rincian dukungan kegiatan penelitian yang menghasilkan output untuk mendukung outcome adalah : 1. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya 2. Model Pengembangan Minapolitan Berbasis Sumberdaya Perikanan Perairan Umum, Sungai dan Rawa 3. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap Laut PPN Pelabuhan Ratu, PPS Bitung
LAKIP Balitbang KP
iii
4. Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam) 5. Mewujudkan Efektivitas Kebijakan Subsidi Perikanan 6. Intervensi Kebijakan Dalam Mendorong Kesejahteraan Nelayan Dan Pembudidaya Ikan 7. Strategi menghadapi ACFTA 8. Strategi penerapan PNPM Mandiri KP, Subsidi Perikanan dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) 9. Keragaan Induk Ikan Kerapu Bebek Turunan (F2) Dan Produksi Induk Jantan Fungsional 10. Kontinuitas Pemijahan Induk Kerapu Macan dan Kerapu Sunu dengan Perlakuan Hormon LHRH-a 11. Perbaikan Teknik Pemeliharaan Benih Kerapu Bebek (C. altivelis) 12. Perbaikan Mutu Genetik Udang Windu melalui Transfer Gen Antivirus 13. Teknologi produksi massal ikan hias air tawar BOTIA (Chromobotia macracanthus Bleeker) 14. Produksi Patin Daging Putih (Komoditas Ekspor) 15. Perakitan Udang Galah GIMacro II Melalui Seleksi Individu Populasi Sintetis 16. Rumput Laut Gracillaria sp. Hasil Kultur Jaringan 17. Calon Induk Ikan Patin Nasutus 18. Calon Induk Ikan Nila 19. Calon Induk Udang Galah 20. Calon Induk Ikan Lele 21. Pembenihan ikan hias capungan banggai 22. Pembenihan ikan hias klon 23. Pengelolaan SDI Laut di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 24. Pengkajian efek perubahan iklim dan stresor antropogenik pada senyawa bioaktif ekologis biota invertebrata terumbu karang di lingkungan CTI 25. Penelitian pemanfaatan mikroorganisme dan enzim untuk pengembangan produk berbasis surimi tropical catfish, bioenergi dari limbah rumput laut dan nutrasetikal dari limbah udang 26. Penelitian pemanfaatan biomolekul dari rumput laut, kapang simbion spons laut dan limbah tropical catfish
LAKIP Balitbang KP
iv
27. Penelitian Bidang Sumberdaya Laut dan Pesisir Kajian Morfostruktur dan Aktivitas Hidrothermal Bawah Laut Kawasan Perairan Sangihe Talaud – Sulawesi Utara Pengukuran capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan pada tahun 2010 ini menggunakan rencana stratejik 2010-2014. Rencana stratejik ini menggunakan parameter dan indikator kinerja yang lebih difokuskan dan disesuaikan dengan program-program pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan pada saat ini. Pengukuran capaian kinerja dilakukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2010 dengan angka capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan sebesar 96.35 % dengan predikat sangat berhasil. Dari capaian kinerja tahun 2010 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan telah memenuhi 1 (satu) sasaran stratejik yang ditargetkan yaitu termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktifitas dan daya saing. Walaupun tingkat pencapaian sasaran strategis melampaui target yang telah ditetapkan, namun dalam pelaksanaan program dan kegiatan di tahun 2010 masih terdapat beberapa fisik kegiatan yang belum maksimal, seperti hasil rekomendasi masih berupa naskah akademis, banyak hasil penelitian yang belum sampai dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, belum adanya komisi rekomendasi yang akan merekomendasikan hasil penelitian Balitbang
KP
sebelum
disampaikan
ke
masyarakat,
belum
banyak
pemda
provinsi/kabupaten/kota yang mengaplikasikan rekomendasi dari Balitbang KP dalam bentuk perda, dan lainnya. Terkait hal tersebut, Balitbang KP senantiasa berupaya melakukan perbaikkan dan perubahan kea rah yang lebih baik dengan menyusun uatu perencanaan yang lebih konsisten dan berkelanjutan yang mengarah pada peningkatan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada perbaikkan hasil penelitian Balitbang KP. Di samping itu, langkah ke depan yang harus menjadi pertimbangan adalah penentuan indikator kinerja yang dapat benar-benar mempresentasikan
pencapaian
sasaran.
Sehingga
pencapaian
kinerja
benar-benar
mencerminkan capaian sasaran.
LAKIP Balitbang KP
v
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Iiiahi, karena atas karunia dan rakhmat-Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dapat disusun. Laporan merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelaksana penelitian dan pengembangan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam kaitannya dengan terselenggaranya good governance. Upaya tersebut sejalan dan didasarkan pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam Pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proposionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas. Dalam penjelasan mengenai pasal tersebut, dirumuskan bahwa asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. LAKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 disusun sebagai bentuk pelaksanaan instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Kinerja Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Dengan tersusunnya LAKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan perikanan Tahun 2010 ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1) Mendorong instansi pemerintah guna menyelenggarakan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar. 2) Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat bekerja secara efektif, efisien dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat. 3) Menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Serta 4) Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dalam dokumen ini dilaporkan kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan di Tahun 2010, yang memuat data dan informasi tentang pencapaian kinerja sesuai
LAKIP Balitbang KP
vi
indikator kinerja utama dan pencapaian kinerja sesuai output di bidang penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan. Dengan diterbitkannya LAKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Tahun 2010, diharapkan dapat memberikan gambaran manfaat nyata dari organisasi kepada masyarakat di bidang kelautan dan perikanan. Serta melalui laporan ini, dapat dijadikan media pertanggung jawaban kinerja bagi pihak – pihak yang berkepentingan untuk dapat memperoleh informasi yang akurat, relevan dan transparan.
Jakarta,
Maret 2011
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Dr. Ir. Endhay Kusnendar, M.S.
LAKIP Balitbang KP
vii
DAFTAR ISI
IKHTISAR EKSEKUTIF
Ii
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
x
DAFTAR GAMBAR
xi
PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
1
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
2
C. MANDAT DAN PERAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
5
D. SISTIMATIKA PENYAJIAN
8
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
10
A. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
10
B. PERJANJIAN KINERJA
16
AKUNTABILITAS KINERJA
18
A. HASIL PENGUKURAN KINERJA
18
B. PENCAPAIAN KINERJA BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
19
C. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA
36
D. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN
59
BAB IV PENUTUP
LAKIP Balitbang KP
72
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sasaran Strategis Pembangunan Balitbang KP
12
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Balitbang KP Tahun 2010
17
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Balitbang KP
18
Tabel 3.2 Sasaran 1
36
Tabel 3.3 Sasaran 2
37
Tabel 3.4 Sasaran 3
41
Tabel 3.5 Sasaran 4
51
Tabel 3.6 Sasaran 5
52
Tabel 3.7 Sasaran 6
53
Tabel 3.8 Sasaran 7
59
Tabel 3.9 Realisasi Keuangan Balitbang KP Tahun 2010
59
LAKIP Balitbang KP
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1
Perkembangan SDM
2
Grafik 1.2
Perkembangan Publikasi Karya Ilmiah Peneliti
3
Grafik 1.3
Jumlah Pegawai Balitbang KP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Kurun Waktu 2005 – 2010
5
Grafik 1.4
Jumlah Pegawai Per Unit Kerja Eselon II Balitbang KP Tahun 2010
5
Grafik 1.5
Kondisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005 - 2010
5
Grafik 1.6
Kondisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2005 - 2010
5
Grafik 1.7
Produksi Perikanan Negara Terbesar Dunia
6
Grafik 3.1
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Januari (dalam %)
64
Grafik 3.2
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Februari (dalam %)
65
Grafik 3.3
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Maret (dalam %)
65
Grafik 3.4
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan April (dalam %)
66
Grafik 3.5
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Mei (dalam %)
66
Grafik 3.6
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Juni (dalam %)
67
Grafik 3.7
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Juli (dalam %)
68
Grafik 3.8
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Agustus(dalam %)
69
Grafik 3.9
Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan September (dalam %)
69
Grafik 3.10 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Oktober (dalam %)
70
Grafik 3.11 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan November (dalam %)
70
Grafik 3.12 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Desember (dalam %)
71
LAKIP Balitbang KP
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Anchostik di tambak
20
Gambar 3.2
Publikasi Balitbang KP Tahun 2010
26
Gambar 3.3
Kegiatan IPTEKMAS di Danau Toba
27
Gambar 3.4
Kegiatan IPTEKMAS di Kab.Pacitan
29
Gambar 3.5
Kegiatan IPTEKMAS Udang Galah di Sleman
30
Gambar 3.6
Kegiatan IPTEKMAS Mutiara di Jembrana
30
Gambar 3.7
Aplikasi Probiotik Udang Windu
31
Gambar 3.8
Budidaya Udang Windu dengan Sistem Polikultur
31
Gambar 3.9
Alat Pemurni Garam Sederhana
32
Gambar 3.10 Alat Teknologi Ice Maker
33
Gambar 3.11 Pemanfaatan Teknologi Tenaga Surya
33
Gambar 3.12 Peta Lokasi 11 Wilayah Penangkapan Ikan RI
37
Gambar 3.13 Aplikasi Produk Magic Cube yang sudah di implementasikan
42
Gambar 3.14 Pelaksanaan Instalasi struktur pelindung pantai jenis KGM
45
Gambar 3.15 Pelaksanaan Instalasi Pemantauan Pasang Surut dan Dinamika Perairan
46
Gambar 3.16 Pelaksanaan Pemasangan Bouy di Wakatobi
47
Gambar 3.17 Proses pembuatan membrane
49
Gambar 3.18 Peralatan ujicoba aplikasi membran
49
Gambar 3.19 Komponen Ancho serta proses Instalasi di tambak
50
Gambar 3.20 Model Minapolitan Perikanan Perairan Umum Daratan (Lebak Lebung, Kab. OKI, Prov. Sumsel)
54
Gambar 3.21 Model Konseptual Minapolitan
55
Gambar 3.22 Model Praktikal dan Intervensi Minapolitan Budidaya
56
Gambar 3.23 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Pelabuhan Ratu
57
Gambar 3.24 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Bitung
57
Gambar 3.25 Perspektif Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam)
58
LAKIP Balitbang KP
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) adalah satu-satunya unit organisasi eselon I pada Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki tugas melaksanakan program penelitian dan pengembangan (litbang) Iptek di bidang Kelautan dan Perikanan. Program litbang ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan sistem inovasi nasional untuk menunjang pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Rencana Strategis Balitbang KP Tahun 2010-2014 merupakan dokumen perencanaan strategis Balitbang KP yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan program dalam kurun waktu lima tahunan. Mengacu pada dokumen Renstra tersebut, setiap unit kerja lingkup Balitbang KP membuat perencanaan tahunan guna mencapai indikator sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan program yang termuat dalam Renstra Balitbang KP. Perencanaan tersebut dibuat disertai indikator sasaran dan cara mencapai sasaran tersebut secara strategis baik dalam kurun waktu satu tahun maupun lima tahunan. Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Rencana Strategis maupun Rencana Kerja tahunan yang dibuat sebelumnya. LAKIP juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada, Balitbang KP menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balitbang KP tahun 2010. LAKIP Balitbang KP tahun 2009 merupakan LAKIP terakhir pelaksanaan Renstra Balitbang KP 2010-2014. Dengan demikian, penyusunan LAKIP Balitbang KP tahun 2010 ini juga merupakan evaluasi secara menyeluruh terhadap pencapaian Renstra Balitbang KP 2010-2014. LAKIP Balitbang KP tahun 2010 ini akan menginformasikan output, dan outcome dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan dalam kurun waktu tahun 2010 yang secara terstruktur meliputi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2010, Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) 2010 dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) 2010 serta menganalisis pencapaian secara menyeluruh pelaksanaan Renstra Balitbang KP 2010-2014.
LAKIP Balitbang KP
1
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Sesuai ketentuan yang berlaku, utamanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, lembaga litbang milik kementerian memiliki lingkup tugas sebagai berikut: 1) Penguatan Sistem Inovasi yang meliputi kelembagaan riset, sumberdaya manusia Iptek, sarana-prasarana Iptek, perangkat perundangan Iptek dan jaringan Iptek baik nasional maupun internasional; 2) Penyelenggaraan kegiatan penelitian ilmiah dan pengembangan Iptek yang meliputi riset, pengembangan, inovasi, perekayasaan dan alih teknologi di bidang kelautan dan perikanan; 3) Pembangunan model/ prototipe penerapan hasil riset dan Iptek untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Sementara itu sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.15/Men/2010, tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada pasal 837 menyebutkan bahwa Balitbang KP mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam penguatan Sistem Inovasi Kelautan dan Perikanan (SIKP) sebagai bagian dari Sistem Inovasi Nasional (SIN), Balitbang KP telah mencatat beberapa perkembangan organisasi Balitbang KP yang saat ini meliputi 1 (satu) Sekretariat Badan dan 16 (enam belas) Unit Kerja
Jumlah Pegawai (orang)
900 800
731
782
799
773
831
(tiga) Balai Besar Riset, 7 (tujuh) Balai Riset
700
600 500 400
300
358
331
293
Mandiri meliputi 4 (empat) Pusat Riset, 3
754
412
429
478
dan 2 (dua) Loka Riset. Pengembangan
200 100
sumberdaya
manusia Iptek di Balitbang KP (Grafik 1.1)
0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Fungsional Non Fungsionl
Grafik 1.1 Perkembangan SDM
2010
difokuskan
pada
pembinaan
dan
pengembangan jabatan fungsional peneliti dan jabatan fungsional penunjang penelitian
lainnya seperti perekayasa, perencana, Instansi (TP2I) yang ada di Balitbang KP sudah mendapatkan akreditasi dari LIPI dan berhak melakukan penilaian angka kredit sampai dengan jenjang Peneliti Madya. Hingga akhir Tahun 2010 sejumlah sarana dan prasarana Iptek penunjang riset telah dibangun di 11 UPT riset. Namun demikian kelengkapan sarana-prasarana tersebut masih harus ditingkatkan. Pengembangan sarana dan prasarana Iptek kelautan dan perikanan harus LAKIP Balitbang KP
2
dikelola dengan menerapkan sistem manajemen mutu. Oleh karena itu akreditasi laboratorium riset dan akreditasi lembaga litbang harus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, saat ini telah diselesaikan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2008 tentang Penelitian dan Pengembangan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 13 Tahun 2009 tentang Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan. Masih dalam proses sejumlah peraturan perundang-undangan lainnya, baik yang merupakan tindak lanjut Undang-Undang Nomor 31 maupun UndangUndang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jejaring Kerja Iptek Kelautan dan Perikanan dibangun melalui kerjasama kelembagaan, baik nasional maupun internasional, yang bersifat bilateral maupun multilateral. Jejaring kerja Iptek seperti Jaringan Pemuliaan, Forum Rumput Laut dan lain-lain terus dikembangkan di Balitbang KP dengan prinsip kemitraan. Kinerja kegiatan penelitian dan pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan selama ini telah menghasilkan tiga kelompok out put : (1) ilmu pengetahuan, (2) teknologi dan (3) rekomendasi kebijakan berbasis ilmiah. Sementara itu out come yang dihasilkan Balitbang KP ditandai dengan termanfaatkannya sejumlah out put tersebut oleh para pemangku kepentingan. Pengalaman menunjukkan bahwa out come dari kegiatan litbang tidak selalu terbentuk Grafik 1.2 Perkembangan Publikasi Karya Ilmiah Peneliti BRKP
dengan sendirinya, tetapi seringkali diperlukan upaya-
upaya kreatif dan sistematis. Di masa yang akan datang upaya tersebut harus ditingkatkan agar outcomes segera terbentuk dan manfaat keberadaan Balitbang KP lebih dapat dirasakan oleh para pemangku kepentingan. Pengelolaan Jurnal Ilmiah dan HKI adalah contoh upaya-upaya mempercepat terjadinya out come dari hasil riset yang telah berjalan selama ini. Di masa yang akan datang masih diperlukan adanya lembaga non struktural seperti publishing house, komisi rekomendasi Iptek dan tim analisis kebijakan. Keberadaan lembaga non struktural ini diharapkan dapat membantu mempercepat pembentukan out come. Kegiatan Iptekmas yang merupakan model penerapan Iptek untuk pemberdayaan masyarakat telah dikerjakan sejak tahun 2007. Hingga saat ini sudah terdapat 18 paket Iptekmas di berbagai daerah. Model penerapan Iptek semacam ini dimaksudkan agar pemanfaatan Iptek oleh Direktorat Jenderal Teknis dan pemangku kepentingan lainnya dapat lebih tepat guna dan minim persoalan. Pada waktu yang akan datang perlu dikembangkan LAKIP Balitbang KP
3
model-model penerapan Iptek untuk tujuan lainnya seperti membangun prototipe industri, pengembangan kawasan dan pengelolaan ekosistem. Merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No : Per.15/Men/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan maka organisasi Balitbang KP menjadi sebanyak 16 (enam belas) satuan kerja mandiri yang terdiri dari : 1. Sekretariat Badan 2. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang Balai Riset Pemuliaan Stok Ikan, Jatiluhur 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Depok Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi 4. Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan 5. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Balai Riset dan Obervasi Kelautan, Perancak Loka Riset Kerentanan Pesisir dan Laut 6. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 7. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan beserta personalia yang memangku jabatan struktural tergambar pada Lampiran 1. Jumlah Pegawai Balitbang KP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Kurun Waktu 2005 – 2010 tersaji dalam grafik 1.3., Jumlah Pegawai Per Unit Kerja Eselon II BALITBANG KP Tahun 2010 tersaji dalam grafik 1.4., Kondisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005 - 2010 tersaji dalam grafik 1.5., dan Kondisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2005 - 2010 tersaji dalam grafik 1.6.
LAKIP Balitbang KP
4
700 600 500 400 300 200 100 0
Grafik 1.3 Jumlah Pegawai BALITBANG KP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Kurun Waktu 2005 – 2010
Jumlah Pegawai
2005 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
2006
S3
2007
S2
2008
S1
2009
Non sarjana
430 290 81 Set.BRKP
66 PRPT
PRPB
PRTK
102
154
112
74
PRWLSNH BBRPBL BBRPPBKP BBRSEKP
Jumlah Pegawai
Unit kerja Eselon II
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
2006 2007 2008 2009 2010 26-35
36-45
46-55
>56
Kelompok Umur
900 Jumlah Pegawai (orang)
Grafik 1.4 Jumlah Pegawai Per Unit Kerja Eselon II BALITBANG KP Tahun 2010
2005
<25
800
2010
731
782
799
773
Grafik 1.5 Kondisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005 - 2010
831 754
700 600 500 400 300
293
358
331
412
429
478
Grafik 1.6 Kondisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2005 - 2010
200 100 0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun Fungsional Non Fungsionl
C. MANDAT DAN PERAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar yang apabila dikelola secara benar akan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan kejayaan bangsa dan negara sepanjang masa. Sesuai amanah konstitusi, perintah undang-undang dan trend global yang direkomendasikan dalam berbagai konvensi dan resolusi internasional yang berlaku, maka pembangunan kelautan dan perikanan harus dijalankan dengan menerapkan
LAKIP Balitbang KP
5
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Ini sejalan dengan apa yang dimaksud dalam Agenda 21 Perserikatan Bangsa-Bangsa. Implementasi secara benar konsep pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan diharapkan akan mampu mewujudkan perairan yang bersih, sehat, asri dan lestari serta produktif sehingga dapat memberi manfaat banyak untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penguatan daya tahan ekonomi bangsa sepanjang masa. Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan, dan tetap memberi kontribusi ekonomi yang cukup signifikan, dalam situasi krisis multi dimensi pada tahun 1997 yang lalu. Potensi ekonomi ini diyakini masih dapat dikembangkan lebih jauh dengan menekan praktik Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing, destructive fishing, irresponsible aquaculture serta dengan memperluas pasar, meningkatkan nilai tambah produk dan merehabilitasi habitat perikanan yang rusak. Berdasarkan statistik perikanan dunia yang dilansir oleh Food and Agricultural Organization (FAO, 2007), produksi total perikanan Indonesia termasuk tumbuhan laut masih tertinggal di belakang China. Faktanya Indonesia memiliki wilayah perairan, baik laut maupun darat, yang lebih luas. Meskipun perikanan tangkap saat ini dalam status pengendalian, namun budidaya perairan (aquaculture) diyakini masih dapat ditingkatkan produksinya secara signifikan pada tahun-tahun mendatang.
Grafik 1.7. Produksi Perikanan Negara Terbesar Dunia, 2007
Pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan masih membutuhkan komitmen dalam bentuk kebijakan yang kuat berbasiskan litbang (research based policy) dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Dengan demikian, penyelenggaraan litbang dan keberadaan ilmu pengetahuan serta teknologi yang handal adalah kunci utama dalam implementasi research based policy dimaksud. Sebagai negara Kepulauan yang berciri nusantara, Indonesia menyadari secara penuh pentingnya litbang dalam penyelenggaraan pembangunan nasional. Kesadaran itu telah tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (5) yang berbunyi: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Selain itu terdapat pasal-pasal yang menekankan hal berikut: a. Pentingnya pembangunan ekonomi didasarkan pada prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. LAKIP Balitbang KP
6
b. Memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hak bagi setiap orang dalam mengembangkan dirinya. Dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, terdapat undang-undang yang mengatur sistem kelitbangan, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang disahkan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki delapan misi pembangunan. Misi ke dua diantara kedelapan misi tersebut yaitu Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, yang pencapaiannya antara lain dengan meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan. Sedangkan misi ke tujuh yaitu, mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, pencapaiannya antara lain dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. “Strategi untuk menjadi negara maju adalah dengan memadukan pendekatan sumberdaya alam, iptek dan budaya (knowledge-based, resource based and culture-based development)”, strategi tersebut dinyatakan oleh Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada silaturrahmi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Masyarakat Ilmiah di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), SerpongTangerang, Januari 2010. Pembangunan kelautan dan perikanan harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan sehingga dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak diperlukan. Sedikitnya terdapat tiga undang-undang yang mengamanatkan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan di bidang Kelautan dan Perikanan, yaitu: a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, mengamanatkan penelitian dan pengembangan perikanan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha perikanan agar lebih efektif, efisien, ekonomis, berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan serta menghargai kearifan tradisi/ budaya lokal. b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil, mengamanatkan penelitian dan pengembangan di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan dalam pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar lebih efektif, efisien, ekonomis,
LAKIP Balitbang KP
7
berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan, serta menghargai kearifan tradisi atau budaya lokal. c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi the United Nation on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, mengamanatkan agar negara-negara melakukan penelitian ilmiah kelautan serta pengembangan dan alih teknologi kelautan.
D. SISTIMATIKA PENYAJIAN Akuntabilitas Kinerja ini memperlihatkan capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan selama tahun 2010. Capaian Kinerja (Performance Results) 2010 tersebut dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) 2010 sebagai indikator keberhasilan tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Dari hasil analisis tersebut akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (Performance Gap) bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Lakip Balitbang KP merujuk Laporan Akuntabiltas Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 mengacu pada: Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010. Laporan Akuntabiltas Kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian kinerja Balitbang KP selama tahun 2010. Capaian Kinerja (Performance Results) 2010 tersebut dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) Balitbang KP 2010 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun sistemetika penyajian Laporan Akuntabiltas Kinerja Balitbang KP sebagai berikut: 1.
Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capaian kinerja, permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang mungkin terjadi pada tahun mendatang.
2.
Bab I Pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Balitbang KP, uraian singkat tentang tugas pokok dan fungsi Balitbang KP, mandat dan peran Balitbang KP serta sistematika penyajian.
3.
Bab II Perencanaan Strategis, pada bab ini disajikan rencana strategis (meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, dan program), rencana kinerja dan perjanjian kinerja.
4.
Bab III Akuntabilitas, pada bab ini disajikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas
kinerja
termasuk
didalamnya
keberhasilan
dan
kegagalan
serta
permasalahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut penyelesaian masalah. Dalam bab ini LAKIP Balitbang KP
8
juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula penjelasan tentang efisiensi. 5.
Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan, kegagalan dan permasalahan serta upaya tindak lanjut untuk perbaikan tahun mendatang.
6.
Lampiran
LAKIP Balitbang KP
9
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) adalah unit organisasi eselon I di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Iptek di bidang Kelautan dan Perikanan. Dalam rangka implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana ketentuan yang berlaku, maka disusunlah dokumen rencana strategis ini. Rencana Strategis Balitbang KP 2010 - 2014 berisi langkah-langkah stratejik jangka menengah yang akan memberi arah bagi pengembangan riset kelautan dan perikanan dalam rangka menunjang visi pembangunan kelautan dan perikanan untuk menjadikan Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015 dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, secara lestari dan berkelanjutan. Dalam struktur organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP merupakan salah satu unit organisasi/eselon I penunjang yang mempunyai tugas di bidang penelitian dan pengembangan Iptek di bidang Kelautan dan Perikanan. Memperhatikan visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014 yang ingin menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015, dengan misi mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan, maka rumusan visi Balitbang KP harus sejalan dengan hal itu. Selain itu visi Balitbang KP juga harus memperhatikan The Blue Ocean Policies untuk mewujudkan visi dan misi Kelautan dan Perikanan. Oleh karena itu rumusan visi Balitbang KP adalah sebagai berikut: [Institusi riset yang handal dalam menghasilkan iptek menuju negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015] Visi tersebut di atas adalah visi yang menggambarkan ouput yang diinginkan Balitbang KP, yaitu Iptek sebagai output utama. Produksi Kelautan dan Perikanan terbesar terkait langsung dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kesejahteraan masyarakat terkait langsung dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan.
LAKIP Balitbang KP
10
Sehubungan
dengan
visi
Balitbang
KP
tersebut
di
atas,
dan
dengan
mempertimbangkan arah kebijakan yang sedang berkembang baik nasional, kementerian maupan sektoral, maka misi Balitbang KP adalah sebagai berikut: 1. Menguasai IPTEK di bidang kelautan dan perikanan melalui kegiatan litbang yang terintegrasi 2. Memperkuat kapasitas dan daya dukung sumberdaya IPTEK yang mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan litbang di bidang kelautan dan perikanan 3. Menyebarluaskan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan untuk peningkatan produksi bagi peningkatan kesejahteraan
TUJUAN Tujuan mengacu kepada visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis strategis yang akan dihasilkan dalam waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Berdasarkan hal tersebut diatas maka Balitbang KP menetapkan tujuan strategis sebagai berikut : 1. Menghasilkan IPTEK yang handal sebagai basis pembangunan kelautan dan perikanan 2. Memperkuat sumberdaya LITBANG kelautan dan perikanan secara terpadu 3. Memperluas penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan oleh pemangku kepentingan
SASARAN Balitbang KP mempunyai sasaran yang merupakan gambaran hasil pada tahun yang bersangkutan dalam kurun waktu empat tahun dan dialokasikan dalam empat periode secara tahunan melalui serangkaian kegiatan yang akan dijabarkan dalam suatu rencana kinerja. Dalam Sasaran perlu ditetapkan indikator untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Adapun sasaran Balitbang KP yang telah ditetapkan sebagaimana berikut ini: 1) Tersedianya data, informasi dan pengetahuan ilmiah yang terkini, akurat dan memadai mengenai fenomena alam dan potensi sumberdaya alam kelautan dan perikanan sebagai basis pengelolaan yang berkelanjutan;
LAKIP Balitbang KP
11
2) Tersedianya teknologi inovatif dan rancang bangun pembangunan industri kelautan dan perikanan yang handal dan bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing serta kelestarian kelautan dan perikanan; 3) Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan secara tepat waktu dengan berbasis saintifik yang kuat; 4) Terwujudnya kelembagaan litbang yang kuat didukung dengan sumberdaya Iptek yang handal dan jaringan kerjasama Iptek yang luas di bidang kelautan dan perikanan. 5) Meningkatnya penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan secara luas dan tepat waktu serta peran pemangku kepentingan dalam inovasi teknologi; Rincian sasaran strategis Balitbang KP selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Sasaran Strategis Pembangunan Balitbang KP Sasaran Termanfaatkannya hasil dan inovasi Iptek kelautan dan perikanan
Indikator Jumlah pengguna/kelompok masyarakat KP, lokasi, luasan wilayah yang mengadopsi hasil litbang setelah melalui proses komunikasi, diseminasi dan difusi hasil litbang seperti IPTEKMAS atau cara lainnya termasuk di dalamnya menguatnya peran serta kelompok masyarakat dalam sistem Usaha KP yang kuat akibat penerapan hasil litbang KP. Jumlah kawasan Minapolitan yang mengadopsi hasil litbang KP. Jumlah hasil penelitian yang diadopsi oleh masyarakat kelautan dan perikanan dan/atau oleh pemangku kepentingan serta masyarakat lainnya di wilayah sasaran terutama di kawasan Minapolitan Jumlah rekomendasi litbang yang dijadikan perencanaan dan kebijakan pembangunan di pusat dan daerah Persentase peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat KP yang mengadopsi hasil litbang KP di wilayah sasaran terutama di kawasan Minapolitan
Wilayah perairan Indonesia yang teridentifikasi potensi produksi, karakteristik, kebutuhan konservasi sumber daya ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi dan rekomendasi pengelolaannya.
Jumlah rekomendasi pengelolaan
Hak Kekayaan Intelektual (HKI), rekomendasi, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam, kualitas dan keamanan komoditas unggulan.
Jumlah rekomendasi yang meningkatkankan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan
Rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan pantai, energi terbarukan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim,
Jumlah rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim, mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan
LAKIP Balitbang KP
12
mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpetakan sumber daya dan kerentanannya secara terkini dan akurat.
Jumlah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpetakan sumberdaya & kerentanannya secara terkini dan akurat.
HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/ prospektif.
Jumlah HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/prospektif.
Rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan serta model pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan.
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan serta model pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan.
Terwujudnya perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Persentase perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
KEBIJAKAN Arah kebijakan pengembangan iptek kelautan dan perikanan yang akan dilakukan oleh Balitbang KP mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut: 1) Riset Ilmiah dan Eksplorasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dilaksanakan secara terpadu dan sistematis untuk meningkatkan pemahaman akan fenomena alam di laut dan perairan, mengetahui potensi, distribusi dan karakteristik sumberdaya kelautan dan perikanan serta memperoleh basis pengetahuan lainnya sebagai dasar dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan; 2) Pengembangan, inovasi dan alih teknologi di bidang Kelautan dan Perikanan didorong untuk menghasilkan invensi, inovasi dan alih teknologi yang tepat guna yang bermanfaatkan dalam peningkatan produktivitas hasil kelautan dan perikanan serta meningkatkan daya saingnya; 3) Analisis dan sintesis kebijakan pembangunan KP berbasis riset diarahkan untuk menyiapkan hasil-hasil riset dan pengembangan teknologi sebagai dasar pengambilan LAKIP Balitbang KP
13
kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari dan berkelanjutan; Dalam rangka Peningkatan Kapasitas dan Daya Dukung Sumberdaya Iptek KP arah kebijakannya meliputi: 1) Penguatan Kelembagaan Iptek difokuskan penajaman tugas dan fungsi antar unit kerja yang ada dengan secara selektif penambahan unit kerja baru untuk menangani tugas-tugas Balitbang KP yang belum tertangani dengan baik. Sementara itu keberadaan lembaga fungsional yang dapat membantu proses penguasaan Iptek serta penerapannya dalam masyarakat akan didorong. Penyelesaian peraturan perundangan yang terkait dengan litbang KP dan yang dimandatkan kepada Balitbang KP menjadi prioritas penting; 2) Penguatan Daya Dukung Sumberdaya Iptek KP difokuskan pada peningkatan kompetensi dan profesionalisme SDM serta revitalisasi Sarana Teknologi dan Prasarana Iptek lainnya yang telah mengalami penurunan fungsi dan daya dukung serta pengadaan sarana riset baru sesuai kondisi yang berkembang; 3) Peningkatan Jejaring Kerja dan Jaringan Kerjasama Iptek KP diarahkan untuk mempercepat proses alih teknologi dari manca negara, membangun sinerji antar sesama lembaga litbang dan mempercepat penerapan iptek oleh Daerah dan masyarakat. Dalam rangka Pemacuan Penyebaran dan Pemanfaatan Hasil Riset dan Iptek KP, arah kebijakannya meliputi: 1) Kegiatan publikasi ilmiah dan pemsyarakatan Iptek didorong intensitas dan kualitasnya melalui peningkatan kualitas journal, pembentukan lembaga publishing house, penyelenggaraan forum-forum ilmiah tingkat nasional maupun internasional melalui kemitraan dengan organisasi profesi, lembaga riset dan perguruan tinggi di bidang kelautan dan perikanan; 2) Pembangunan Model Penerapan Iptek untuk Pembangunan Kelautan dan Perikanan dipacu untuk mempercepat pemanfaatan hasil riset dalam pengelolaan sumberdaya dan proses produksi sehingga produk kelautan dan perikanan memiliki daya saing yang tinggi.
PROGRAM Sesuai dengan Renstra KKP tahun 2010-2014 program Balitbang KP adalah Program Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan. Program Litbang Iptek Kelautan dan Perikanan mewadahi kegiatan-kegiatan dalam rangka melaksanakan 3 (tiga) misi pembangunan Iptek Kelautan dan Perikanan sebagaimana tersebut. Ragam dan Fokus Kegiatan program Litbang Iptek Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut:
LAKIP Balitbang KP
14
1. Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Tangkap Kegiatan litbang Perikanan Tangkap dimaksudkan untuk menyiapkan basis ilmiah bagi pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan dan pengembangan industri perikanan yang berdaya saing tinggi. Kegiatan ini memiliki 4 (empat) sub kegiatan, yaitu: a. Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan; b. Litbang Iptek Perikanan Laut; c. Litbang Iptek Perikanan Perairan Umum; d. Litbang Iptek Pemulihan Sumberdaya Ikan. 2. Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Budidaya Kegiatan Litbang Iptek Perikanan Budidaya dimaksudkan untuk menyiapkan basis ilmiah yang kuat bagi pengembangan perikanan budidaya secara berkelanjutan serta menyiapkan dukungan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan untuk peningkatan produktivitas budidaya perikanan. Kegiatan ini memiliki 6 (enam) sub kegiatan, yaitu: a. Analisis Kebijakan Pengembangan Budidaya Perikanan; b. Litbang Iptek Budidaya Perikanan Air Tawar; c. Litbang Iptek Budidaya Perikanan Air Payau; d. Litbang Iptek Budidaya Perikanan Laut; e. Litbang Iptek Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar; f.
Litbang Iptek Budidaya Ikan Hias.
3. Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan Kegiatan Litbang Iptek Kelautan dan Perikanan dimaksudkan untuk menyiapkan dukungan teknologi bagi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan proteksi sumberdaya alam dan lingkungan kelautan dan perikanan serta adaptasi perubahan iklim. 4. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kewilayahan, Dinamika dan Sumberdaya Non Hayati Pesisir dan Laut Kegiatan Litbang Iptek Kewilayahan, Dinamika dan Sumberdaya Non Hayati Pesisir dan Laut dimaksudkan untuk melakukan observasi, eksplorasi dan pemetaan kelautan bagi penyiapan dukungan ilmiah untuk pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, termasuk mitigasi terhadap perubahan iklim. Kegiatan ini memiliki 3 sub kegiatan, yaitu: a. Kajian dan Analisis Kebijakan Kewilayahan dan Sumberdaya nonhayati; b. Observasi Kelautan; c. Pemetaan Kerentanan Pesisir dan Pulau Kecil. 5. Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
LAKIP Balitbang KP
15
Kegiatan Litbang Iptek Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan diarahkan untuk menyiapkan iptek pasca panen dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan. 6. Penelitian dan Perekayasaan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kegiatan Litbang Iptek Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan dimaksudkan untuk menyiapkan analisis berbasis iptek dan pendekatan sosial ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. 7. Program Peningkatan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya Balitbang KP Kegiatan manajemen dan tugas teknis lainnya Balitbang KP dimaksud meliputi manajerial dan pelayanan tugas teknis lainnya seperti pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan, penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran termasuk pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana riset kelautan dan perikanan, penyusunan program, monitoring dan evaluasi, pengelolaan keuangan dan BMN, pengelolaan kerjasama dan pemanfaatan hasil riset kelautan dan perikanan, pengelolaan dan pengembangan kepegawaian, serta pelaporan.
B. PERJANJIAN KINERJA Outcome Balitbang KP adalah Termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK kelautan dan perikanan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan proses produksi berdaya saing yang ditandai/diukur dari: 1. Jumlah Inovasi Iptek yang memperoleh pengakuan/perlindungan hukum (SNI, HKI, penghargaan, dan lain-lain); 2. Karya Tulis Ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional yang terakreditasi; 3. Karya Iptek yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholder dan masyarakat; 4. Jumlah riset/kajian yang menjadi bahan rekomendasi kebijakan berbasis Iptek untuk pengelolaan SDKP secara berkelanjutan; 5. Jumlah model pengembangan/ prototipe penerapan IPTEK. Output adalah luaran langsung, atau luaran dasar, dari suatu kegiatan. Kegiatan litbang akan menghasilkan outputs berupa Iptek yang antara lain terdiri dari: 1. Pengetahuan ilmiah, yaitu berupa data, informasi dan fenomena yang diperoleh dari kegiatan understanding, discoveries, explorasi, karakterisasi, inventarisasi dan sejenisnya yang dilakukan dengan metode ilmiah;
LAKIP Balitbang KP
16
2. Inovasi teknologi, yaitu berupa teknologi yang diperoleh dari kegiatan invensi, inovasi, alih teknologi serta kegiatan sejenis yang menghasilkan hardware, software, produk biologi maupun formulasi; 3. Rekomendasi kebijakan adalah luaran yang dihasilkan dari kegiatan analisis dan/atau sintesis/telaah kebijakan berbasis ilmiah yang didukung dengan data dan informasi ilmiah serta pengetahuan yang ada secara memadai. Selain output utama dari kegiatan litbang, Balitbang KP juga memiliki output lainnya dari kegiatan penunjang yaitu: Sumberdaya litbang serta diseminasi dan difusi Iptek Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) pada tahun 2010 mempunyai Komitmen Kinerja yang terdiri dari sasaran, indikator dan target tahun 2010. Target ditetapkan untuk indikator kinerja, baik indikator kinerja tingkat sasaran maupun indikator kinerja tingkat kegiatan (input, output, outcome). Perjanjian Kinerja tahun 2010 dijabarkan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Balitbang KP Tahun 2010 SASARAN STRATEGIS Termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktifitas dan daya saing
INDIKATOR
TARGET
Jumlah Inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan (HKI,SNI dan Penghargaan)
3 buah
Jumlah Karya IPTEK yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholder dan masyarakat
5 buah
Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional/dan atau international terakreditas
500 buah
Jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
10 buah
Jumlah model pengembangan/prototipe penerapan IPTEK KP
15 paket
Untuk mencapai target indikator kinerja outcome, dalam penetapan kinerja telah dirumuskan indikator kinerja output yang merupakan hasil langsung dari kegiatan penelitian dan pengembangan dari satuan kerja litbang lingkup Balitbang KP. Penetapan Kinerja 2010 memuat target kinerja outcome merupakan bentuk komitmen yang disepakati oleh Kepala Balitbang KP yang selanjutnya dilaksanakan utamanya untuk mendukung Program Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan. LAKIP Balitbang KP
17
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. HASIL PENGUKURAN KINERJA Untuk memantau perkembangan target kinerja yang sudah ditetapkan, maka pada awal Tahun Anggaran 2010 telah dibuat Penetapan Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indkator kinerja yang termuat pada Penetapan Kinerja tersebut. Pencapaian kinerja bulanan dipantau oleh penanggung jawab kegiatan, selanjutnya penanggung jawab kegiatan melaporkannya kepada kepala satker. Berdasarkan laporan unit kerja penanggung jawab kegiatan, kepala satker melakukan evaluasi untuk pengendalian pencapaian pelaksanaan program/kegiatan secara keseluruhan. Setiap semester Balitbang KP melakukan evaluasi terhadap pencapaian indikator kinerja yang dilakukan oleh Satker lingkup Balitbang KP Kelompok indikator kinerja yang digunakan adalah indikator input, output dan outcome. Indikator kinerja input meliputi dana dengan satuan rupiah dan tenaga kerja/SDM dengan satuan orang, sedangkan indikator kinerja output dan outcome ditetapkan berdasarkan sasaran yang dituangkan dalam kegiatan dan program seperti yang tertera dalam rencana strategis (Renstra) KKP, sebagaimana tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Indikator Kinerja Balitbang KP SASARAN Termanfaatkannya hasil
INDIKATOR 1)
riset dan inovasi IPTEK
3 buah
(HKI,SNI dan Penghargaan)
untuk pengelolaan sumberdaya kelautan
Jumlah Inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan
TARGET 2010
2)
Jumlah Karya IPTEK yang telah direkomendasikan
5 buah
dan/atau diadopsi oleh stakeholder dan masyarakat
dan perikanan secara berkelanjutan serta
3)
500 buah
ilmiah nasional/dan atau international terakreditasi
meningkatkan produktivitas dan daya
Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal
4)
saing
Jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan
10 buah
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan 5)
Jumlah model pengembangan/prototipe penerapan
15 paket
IPTEK KP
LAKIP Balitbang KP
18
B. PENCAPAIAN KINERJA BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan memiliki 1 (satu) program yaitu Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan dengan sasaran termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas dan daya saing. Pada tahun 2010 Balitbang KP telah dapat melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan pada organisasi yang tercermin dari tercapainya indikator yang telah ditetapkan. 1) Jumlah Inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan (HKI, SNI dan Penghargaan) Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah inovasi iptek yang memperoleh pengakuan (HKI, SNI, dan Penghargaan) dengan target 3 tercapai 3 (tercapai 100 persen). Adapun 3 capaian tersebut adalah : 102 Inovasi 2010 : Alat Akustik Ancho Udang, 102 Inovasi 2010 : Teh Hijau Sebagai Antihistamin pada Pindang Ikan, Komersialisasi Hasil Litbang : Vaksin Aeromonas Hydrophila dengan PT SANBE Sampai dengan tahun 2010. Permasalahan yang dihadapi terkait komersialisasi hasil litbang KP adalah belum ada kesepakatan draft PKS (Perjanjian Kerjasama) antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya dengan PT. SANBE dalam produksi masal vaksin Aeromonas hydrophila. Untuk itu ditindaklanjuti dengan melakukan peninjauan kembali draft dokumen kesepakatan kerja sama, selain itu penemuan vaksin ini juga sedang diusulkan untuk memperoleh HKI. Balitbang KP telah mengupayakan untuk mendapatkan hak paten (HKI) sebanyak 3 usulan HKI dan usulan tersebut sedang dalam proses dan 2 diantaranya telah dalam proses di
DEPHUKHAM,
saat
ini
sedang
dalam
proses
hingga
tahap
pemeriksaan
administrasi/pemeriksaan substansif, sedangkan untuk Teknologi Budidaya Ikan Batak usulan HKInya telah diusulkan ke Badan Litbang KP pada tahun 2010, namun rilisnya yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2010 ditunda sampai tahun 2011 karena keterbatasan pendanaan proses rilis tersebut. Untuk selalu mendapatkan update informasi perlu dilakukan pengawalan, karena dari satu tahap prosedur menuju ke prosedur berikutnya memerlukan waktu yang panjang. Balitbang KP telah menghasilkan 500 judul karya ilmiah yang telah dipublikasikan namun sampai dengan tahun ini baru menghasilkan 2 karya ilmiah yang masuk dalam 102 karya inovasi, diharapkan pada tahun 2011 hasil penelitian Balitbang KP lebih dari 2 judul karya ilmiah yang masuk dalam 103 karya inovasi.
LAKIP Balitbang KP
19
a. 102 Innovasi 2010: Alat Akustik Ancho Udang Badan Litbang KP telah berhasil merekayasa anco konvensional menjadi alat ancho akustik (ancoustic) sebagai pendeteksi aktivitas udang yang menandakan ketersediaan pakan berupa pellet di dalam tambak. Alat ini menggunakan suara ultra agar lebih akurat dan terjamin dalam pendeteksian jumlah pakan, dan didukung oleh teknologi telemetri berbasis panel matahari yang memungkinkan pemantauan jarak jauh untuk cakupan yang luas dan hemat energi. Teknologi akustik dapat memantau tingkah laku udang dalam ancho secara periodik dan terkendali. Atas hal itu alat tersebut memperoleh penghargan oleh pemerintah sebagai salah satu teknologi dari 102 inovasi tahun 2010. Dengan berhasilnya riset anchostik dapat memberikan pilihan bagi korporasi tambak udang dan masyarakat untuk menjadikan ancho sebagai instrumentasi pemantauan tambak udang. Skematika rancang bangun ancoustic ditunjukkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema Instalasi dan An
Gambar 3.1 Anchostik di tambak b. 102 Inovasi 2010: Teknologi pemanfaatan Teh Hijau Sebagai Antihistamin pada Pindang Ikan Balitbang KP telah menghasilkan teknologi yang dapat menekan pertumbuhan bakteri pengurai histidin (salah satu asam amino pada protein ikan) menjadi histamin (penyebab alergi) pada pengolahan pindang ikan tongkol. Teknologi ini mendapatkan pengakuan dari Kemenristek sebagai salah satu 102 Inovasi Paling Prospektif tahun 2010. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk produk olahan ikan lainnya, atau bahkan untuk mempertahankan kesegaran ikan yang tidak disimpan pada suhu rendah.
LAKIP Balitbang KP
20
c. Vaksin Aeromonas hydrophila Peneliti Balitbang KP telah menemukan vaksin pencegahan penyakit Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) yang menyerang semua jenis ikan air tawar sehingga dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan. Vaksin ini belum diproduksi secara massal, untuk itu saat ini telah dilakukan kerjasama dengan PT SANBE, namun belum mencapai kesepakatan. Pada tahun 2010 Vaksin MAS sudah dalam usulan untuk mendapatkan paten (HKI). 2) Jumlah Karya IPTEK Yang Telah Direkomendasikan dan/atau Diadopsi Oleh Stakeholder dan Masyarakat Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya iptek yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholders dan masyarakat dengan target 5 tercapai 7 (tercapai 140 persen). Capaian tersebut meliputi : Hasil Penelitian yang diadopsi menjadi Kebijakan di Pekalongan, Rekomendasi teknis untuk Dokumen Klaim Pemerintah Indonesia dalam Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara), 3 Rekomendasi dan Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya pada 3 Kawasan Minapolitan, rekomendasi teknis dalam Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong, dan Rekomendasi Pengelolaan Ikan Bilih di Danau Toba. a. IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan Kegiatan IPTEK tersebut telah menyampaikan hasil litbangnya melalui ajang diseminasi hasil iptek pengolahan produk pada tahun 2006 – 2008 di Kabupaten Pekalongan. Hasil litbang yang telah diadopsi oleh masyarakat di Kabupaten Pekalongan adalah: alat pengolah kerupuk ikan dan proses pengolahan kerupuknya, produk olahan berbasis surimi (somay, otak-otak, pempek dll), diversifikasi produk olahan berbasis ikan patin dan produk olahan berbasis bahan baku ikan. Dari diseminasi yang dilakukan selama 3 tahun di kabupaten Pekalongan ini serta melihat animo dan dampak terhadap masyarakat akan teknologi pengolahan produk olahan ikan ini, pemerintah daerah kabupaten Pekalongan menetapkan kebijakan yang mendorong berkembangnya usaha masyarakat di bidang olahan ikan dan menjadikan produk olahan ikan sebagai salah satu produk andalan kabupaten Pekalongan. b. Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara) Pada 21 Agustus 2009 terjadi ledakan di sumur pengeboran minyak Montara milik PTTEP Ashmore Australia (anak perusahaan dari PTTEP Group Thailand) di Samudera Hindia Tenggara di wilayah perairan Australia. Tanggal 31 Agustus 2009
LAKIP Balitbang KP
21
penyebaran cemaran minyak memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Tanggal 21 September 2009 Stasiun penerima citra satelit Balai Riset & Observasi Laut (BROK) mendeteksi cemaran minyak mencapai 51 NM tenggara dari Pulau Rote. Pemantauan melalui citra satelit terus dilakukan hingga akhir tahun 2009. Tim Nasional Advokasi Laut Timor (TALT) dibentuk oleh Presiden dengan Penangung jawab adalah Menteri Perhubungan, dengan Ketua Tim Penyusunan Klaim dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kepala Badan Riset Kelautan & Perikanan (saat itu) & Sekretaris Jenderal KKP menjadi anggota Tim Pengarah, dan BRKP terlibat menjadi anggota TALT. Survei oleh Tim Balitbang KP & PSDKP menggunakan Kapal Pengawas Perikanan untuk pengujian kandungan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) dan kualitas air dilakukan pada 10-26 Mei 2010, dengan hasil adalah positif minyak pencemar adalah berasal dari sumur pengeboran minyak Montara. Hasil ini memverifikasi hasil temuan sifat fisik minyak pencemar (Tarball) dari survei 23 Oktober 2009 & 3-5 November 2009 oleh Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) NTB dan KLH. Survei verifikasi lanjutan oleh Tim Balitbang KP & PSDKP dilakukan pada 20-22 Agustus 2010. Pemodelan transpor sebaran tumpahan minyak (oil spill) dilakukan oleh BPPT sedangkan verifikasi hasil model hidrodinamika dan transpor dilakukan oleh Puslitbang SDLP dimana salah satunya adalah menggunakan data dari Ditjen KP3K. Dimana wilayah pengelolaan perikanan (WPP) seluas 7.0841,76 km2, taman nasional laut (TNL) Laut Sawu seluas 3.4089,87 km2, wilayah nurseri seluas 135.799,93 km2, habitat sapi laut (Dugong) seluas 15.712,11 km2, habitat penyu seluas 4.096.40 km2, dan terumbu karang seluas 944,90 km2 terancam pengaruh pencemaran minyak. Dokumen klaim pemerintah Indonesia berhasil disusun pada Oktober 2010 dan serangkaian pertemuan negosiasi dan debat teknis klaim telah beberapa kali dilakukan di Perth Australia, dan Singapura. c. Rekomendasi Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya di 3 (Tiga) Kawasan Minapolitan c.1.
Kabupaten Pacitan Rekomendasi dari hasil analisis data kualitas perairan di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa pengembangan budidaya ikan di Kecamatan Bandar yang paling baik adalah ikan nila. Desa Kebon dalem sangat baik untuk
LAKIP Balitbang KP
22
pengembangan ikan nila, mas/tombro, maupun lele. Pengembangan budidya ikan di Kecamatan Nawangan yang paling baik adalah ikan nila. Pengembangan ikan di Kecamatan Punung cocok untuk ikan nila, lele, dan tombro. Karena perairan di Kabupaten Pacitan relatif kurang subur, maka sebelum dilakukan pemeliharaan, sebaiknya dilakukan pemupukan dan pemberian kapur supaya lebih subur. Budidaya udang windu di Kecamatan Pacitan masih potensial untuk dikembangkan dan budidaya rumput laut selain Spinosum, jenis E. Cotonii baik untuk dikembangkan di Teluk Segoro anakan, Kecamatan Ngadirojo. c.2.
Kabupaten Pandeglang Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di kedua lokasi penelitian masih pada kisaran yang layak untuk mendukung kegiatan budidaya laut. Analisis spasial tingkat kelayakan lahan menghasilkan luas dan kelas kelayakan lahan untuk budidaya. Potensi yang dimiliki ini tentunya harus didukung juga dengan infrastruktur yang baik. Tersedianya fasilitas pencucian kerang (depurasi) di Panimbang merupakan satu fasilitas yang baik guna mendukung kualitas produksi kekerangan. Akses antara lokasi budidaya di Kabupaten Pandeglang umumnya cukup baik terutama akses sampai ke Teluk Lada, Panimbang. Namun akses transportasi ini menjadi sangat sulit (kondisi jalan rusak). Untuk itu pada tahun yang akan datang akan mengajak PEMDA setempat (Dinas PU) untuk memperbaiki insfrastruktur untuk akses menuju teluk Lada menuju ke lokasi pengembangan budidaya rumput laut di Perairan Sumur. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan kebijakan penyusunan tata ruang dan perencanaan pemerintah daerah setempat.
c.3.
Kabupaten Serang Rekomendasi alternatif pengelolaan budidaya tambak pada tiga kecamatan di Kabupaten Serang adalah (1) Perbaikan tingkat kesuburan tanah dengan penggunaan pupuk urea dan pupuk organik utamanya dari kotoran sapi dan kerbau; dan (2) Penanaman mangrove (perbaikan jalur hijau) mencegah abrasi yang besar dan sebagai perangkap polutan yang mencemari perairan tambak (menurunkan kadar Fe dalam air dan tanah tambak). Jenis komoditas budidaya yang bisa dikembangkan adalah bandeng, rumput laut (Gracilaria), dan udang dengan teknologi tradisional plus. Teknologi tradisional plus dikelola tanpa input yang tinggi seperti penggunaan kincir air, namun dilakukan dengan sistem polikultur.
LAKIP Balitbang KP
23
c.4.
Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong Peranan Balitbang KP di dalam Tim Teknis KKP dalam penanganan kasus Lumpur Sidoarjo (LUSI) tahun 2006– 2011: 1. Monitoring zona ekosistem estuari dan muara Porong (mulai Juli 2006) 2. Uji coba mangrove pada media lumpur tumpahan (Lab scale, Perancak 2007) 3. Survei, observasi & modeling batimetri, arus laut, pasang-surut, muddispersion 4. Pemodelan numerik dispersi lumpur di muara Porong dampak areal tambak, lahan baru Hasil dari kegiatan ini adalah dikeluarkannya Rekomendasi teknis & desain pengelolaan zona muara ramah lingkungan & Sidoarjo mud-flow management, namun demikian bahwa untuk pemanfaatan lumpur dan kawasan budidaya masih naskah akademik, untuk itu tahun berikutnya akan diusulkan untuk legalisasi rekomendasi teknis.
d. Penerapan Paket Kebijakan Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Introduksi (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba. Untuk
menjaga
stok
ikan
bilih
tetap
lestari
maka
Balitbang
KP
merekomendasikan pada PEMDA Kab. Samosir untuk membuat Perda tentang penetapan suaka ikan bilih, pengaturan aktivitas penangkapan (musim dan intensitas penangkapan) dan dikelola secara kelompok (informal dan sukarela) pada penangkapan dan pengolahannya. Sebagai
pedoman
pengelolaan
telah
disusun
buku-buku
panduan
Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Pemacuan Stok (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba. Untuk selanjutnya perlu dilakukan evaluasi tentang efektifitas perda yang telah dibuat serta diterapkan di lokasi lain (kawasan perairan umum dan daratan) dengan komoditas yang sama maupun komoditas yang lain. 3) Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional/dan atau international terakreditasi Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan LAKIP Balitbang KP
24
dapat mencapai target yang telah ditetapkan (100%). Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional dengan target 500 tercapai 559 (tercapai 112 persen). Penerbitan publikasi yang dilakukan oleh Balitbang KP terdiri atas publikasi ilmiah dan semi ilmiah. Jenis – jenis karya ilmiah terbitan Balitbang KP diantaranya: a. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia b. Indonesia Fisheries Research Journal c. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia d. Warta Perikanan Bawal e. Buletin Teknik Litkayasa Sumberdaya dan Penangkapan f.
Jurnal Riset Akuakultur (3 edisi)
g. Indonesian Aquaculture Journal (2 edisi) h. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Edisi Sosial Ekonomi, Akuakultur, Sumberdaya dan Penangkapan i.
Indonesia Fisheries Research Journal
j.
Jurnal Riset IPTEK Kelautan
k. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi KP l.
Jurnal Segara
m. Jurnal Kelautan Nasional n. Jurnal Paca Panen dan Bioteknologi o. Majalah Bawal p. Buletin Teknik Litkayasa Budidaya q. Media Akuakultur r.
Buletin Squalen
s. Warta Litbang t.
Buletin Kelautan
u. Warta Riset Sosial Ekonomi v. Prosiding Kelautan dan Perikanan
LAKIP Balitbang KP
25
w. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur x. Prosiding Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II y. Monograph “ Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan dan Kelautan z. Buku Peralatan Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan untuk Mendukung Minapolitan : Hasil Modifikasi Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Jenis – jenis karya ilmiah yang telah diterbitkan oleh Balitbang KP telah di publikasikan ke masyarakat lewat web Balitbang KP maupun Digital Library “SIDIK (Sumber Informasi Dokumentasi Ilmiah Kelautan dan Perikanan)” yang bisa diakses melalui www.litbang.kkp.go.id dan www.sidik.litbang.kkp.go.id. Hasil-hasil penelitian Balitbang KP berupa artikel dan buku karya ilmiah juga telah di publikasikan ke masyarakat lewat Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota, stakeholders (600 paket) dan pengiriman ke ASFA (FAO) bekerja sama dengan PDII LIPI (ada 200 artikel karya ilmiah balitbang yang sudah publish).
Gambar 3.2 Publikasi Balitbang KP Tahun 2010 4) Jumlah Model Pengembangan/Prototipe Penerapan IPTEK KP Capaian
IKU
Badan
Litbang
KP
dengan
indikator
jumlah
model
pengembangan/prototipe penerapan iptek dengan target 15 tercapai 15 (tercapai 100 persen). Dalam rangka adopsi teknologi inovatif terpilih, transfer teknologi yang adaptif terhadap masyarakat serta percepatan pembangunan kelautan dan perikanan di daerah dalam bidang kelautan dan perikanan yang dihasilkan oleh Balitbang KP kepada stakeholders dalam upaya pembangunan industri kelautan dan perikanan untuk percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat di sektor tersebut maka dikembangkan model
IPTEKMAS
yang
dirancang
untuk
pemberdayaan
masyarakat
dengan
mempertimbangkan : (i) 4 komponen IPTEKMAS : assessment, bantuan teknologi, LAKIP Balitbang KP
26
bimbingan teknologi dan monitoring manfaat dan dampak, serta (ii) bantuan dan bimbingan teknologi yang diberikan mempertimbangkan kondisi setempat (masyarakat, infrastruktur yang ada, sumber daya, dan pasar). Penerapan model IPTEKMAS dilakukan dalam bentuk : Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha kelautan dan perikanan berbasis IPTEK ; Membangun sistem pengadaan teknologi dasar (misalnya teknologi benih dasar, prototipe alat/mesin produksi, usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan produk skala komersial) secara luas dan desentralistik ; Menyediakan informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah melalui penerapan IPTEK kelautan dan perikanan bagi para praktisi usaha kelautan dan perikanan ; Memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi dalam rangka pengembangan riset di lingkup Balitbang KP. Model IPTEKMAS yang telah diadopsi dimasyarakat antara lain : a. Penerapan Paket Kebijakan Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Introduksi (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba. Untuk
menjaga
stok
ikan
bilih
tetap
lestari
maka
Balitbang
KP
merekomendasikan pada PEMDA Kab. Samosir untuk membuat Perda tentang penetapan suaka ikan bilih, pengaturan aktivitas penangkapan (musim dan intensitas penangkapan) dan dikelola secara kelompok (informal dan sukarela) pada penangkapan dan pengelolaannya. Sebagai
pedoman
pengelolaan
telah
disusun
buku-buku
panduan
Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Pemacuan Stok (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba. Untuk selanjutnya perlu dilakukan evaluasi tentang efektifitas perda yang telah dibuat serta diterapkan di lokasi lain (kawasan perairan umum dan daratan) dengan komoditas yang sama maupun komoditas yang lain.
Gambar 3.3 Kegiatan IPTEKMAS di Danau Toba
LAKIP Balitbang KP
27
b. Penerapan IPTEK Pengelolaan Sumberdaya Ikan Patin Siam (Pangasinodon hypopthalmus) secara Ko-Manejemen di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah Hasil yang dicapai dari kegiatan IPTEKMAS di Wonogiri adalah : a.
Buku panduan Teknik Pengelolaan Ikan Patin Siam Secara co-management di Waduk Gajah Mungkur-Wonogiri.
b.
Terbentuknya Kelompok Nelayan (49 orang).
c.
Terbentuknya Kelompok Pengelola dan Pemasaran Hasil.
d.
Naskah
Akademis
tentang
Pengelolaan
Sumberdaya
Ikan
Patin
Siam
(Pangasimonodon hypopthalamus) secara ko-manajemen dan Penggunaan Alat Tangkap Ramah Lingkungan di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah sebagai bahan penyusunan Draft Perda Suaka ikan Patin Siam di Muara Sungai Keduang. e.
Upaya Peningkatan pendapatan nelayan dan pengolah melalui diversifikasi produk hasil olahan ikan patin.
c. IPTEKMAS Budidaya Ikan Nila BEST dengan pakan pelet berbahan baku maggot di Sungai Duren, dan Jambi Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain : a.
Komposisi pakan dengan bahan baku maggot
b.
Efisiensi harga pakan hingga 52% (kualitas murah dan berkualitas)
c.
Beberapa pembudidaya membuat pabrik pakan pelet mini untuk mencukupi kebutuhan kelompok
d.
Pertumbuhan nila best lebih cepat dari nila yang dibudidaya sebelumnya, menyebabkan banyak kelompok sekitar yang tertarik membudidayakan ikan nila Best. Sedangkan kendala yang dihadapai masyarakat adalah tingginya harga pakan
ikan sehingga dengan adanya pakan alternatif dari maggot cukup membantu masyarakat dalam menekan biaya produksi. d. Pemasyarakatan teknologi budidaya ikan nila best di Kab. Pacitan Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain :
LAKIP Balitbang KP
28
a.
Benih sudah mampu diproduksi oleh kelompok di Kecamatan Punung, Nawangan dan bandar mencapai 30.000 - 50.000.
b.
UPR di Kecamatan Punung sudah melayani permintaan benih dari pembudidaya di luar Kabupaten Pacitan (Surabaya).
c.
Perbenihan menggunakan induk yang unggul.
d.
Peningkatan luas dan ukuran kolam kelompok.
e.
Pembesaran menggunakan benih bermutu dari nila BEST.
f.
Budidaya nila best dilakukan dengan cara intensif dan sesuai dengan SOP. Namun demikian masih ditemukan beberapa kendala di tingkat petani seperti
masih menggunakan sistem budidaya tradisional, belum ada usaha perbenihan dengan pasokan benih dari luar dan usaha budidaya untuk konsumsi rumah tangga
Gambar 3.4 Kegiatan IPTEKMAS di Kab.Pacitan e. IPTEKMAS Budidaya Udang Galah Di Desa Sendang Tirto Kec. Brebah, Kab. Sleman. Kegiatan IPTEKMAS ini menghasilkan: Budidaya udang galah sesuai SOP (CBIB), peningkatan hasil panen udang galah sebesar 180% (175 kg/ha menjadi 315 kg/ha), kelompok mampu memproduksi benih sendiri, Pengembangan usaha hatchery skala rumah tangga dengan dukungan pemda dan masyarakat dengan tenaga tetap pengelola hatchery, Terbangunnya komunikasi yang baik dengan penyuluh lapangan dan peneliti secara kontinyu dan penguatan modal kelompok dari hasil panen udang galah yang dibudidayakan Dari pelaksanaan kegiatan IPTEKMAS ini ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain: Sebagian besar petani masih menggunakan sistem budidaya tradisional dan belum adanya usaha pembenihan selain itu pasokan benih masih belum mencukupi dan sulitnya merubah pola masyarakat petani pembudi daya yang harus melakukan konversi budidaya ikan menjadi udang galah.
LAKIP Balitbang KP
29
Gambar 3.5 Kegiatan IPTEKMAS Udang Galah di Sleman f.
Pemasyarakatan Iptek Pendederan Tiram Mutiara Di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali Kegiatan ini menghasilkan output berupa, 1). Produksi spat untuk kelompok nelayan oleh BBRPBL Gondol dan benih oleh kelompok nelayan untuk dijual ke pengguna atau pengusaha budidaya tiram mutiara, 2). Terbangunnya model kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha, 3). Peningkatan penghasilan per anggota kelompok antara Rp. 350.000,- s.d Rp. 420.000,- dan 4). Pengembangan inisiatif budidaya polikultur dengan lobster dan baronang.
Gambar 3.6 Kegiatan IPTEKMAS Mutiara di Jembrana g. Aplikasi Probiotik Pada Budidaya Udang Windu pada Tambak di Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Barru Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain : a.
Dari aplikasi bakteri probiotik secara bergiliran: Meningkatkan panen udang sekitar 120% – 160% (60 kg/ha/MT menjadi 76 kg/ha/MT pada lahan susah kering dan 90 kg/ha/MT menjadi 150 kg/ha/MT pada lahan mudah dikeringkan)
b.
Peningkatan kemampuan pembudidaya dengan: memproduksi probiotik sendiri, pengelolaan tambak sesuai SOP, melakukan tindakan praktis pencegahan penyakit
LAKIP Balitbang KP
30
berdasarkan warna air tambak dan berkembangnya kelompok binaan (8 kelompok) Namun demikian masih ada kendala yang dihadapi yaitu penurunan produksi udang akibat penyakit dari dampak penurunan mutu lingkungan
Gambar 3.7 Aplikasi Probiotik Udang Windu h. Budidaya Udang Windu Sistem Polikultur di Tambak di Kabupaten Pinrang Ds Wiring Tasi Sulawesi Selatan Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain: Teknik pemeliharaan sistem polikultur untuk komoditas udang, bandeng, nila merah dan rumput laut , mampu meningkatkan hasil panen udang sebesar 145% dari pada sistem monokultur selain itu budidaya polikultur dapat menghambat berkembangnya WSSV dan saat ini telah berkembang kelompok binaan dengan memanfaatkan lahan tidur. Namun demikian masih ditemukan berbagai kendala yang dihadapi para petani udang berupa penurunan produktivitas tambak yang disebabkan oleh merosotnya kualitas lingkungan
Gambar 3.8 Budidaya Udang Windu dengan Sistem Polikultur i.
Penerapan Alat Pemurni Garam Sederhana Untuk Meningkatkan Kualitas Garam Rakyat Berstandar Industri (di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan) Dengan adanya kegiatan IPTEKMAS ini maka: 1). Pendapatan masyarakat petambak garam meningkat, 2). Jumlah garam rakyat berkualitas tinggi mengalami peningkatan, dan 3). Terlatihnya SDM di lokasi pemasangan alat pemurni garam tersebut. Namun demikian masih ada kendala yang masih dihadapi masyarakat sekitar berupa kualitas garam rakyat masih rendah dengan harga sangat tidak ekonomis
LAKIP Balitbang KP
31
Gambar 3.9 Alat Pemurni Garam Sederhana j.
Penerapan IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk meningkatkan nilai tambah di Kab. Pacitan, Pengembangan pengolahan produk perikanan dilakukan melalui IPTEKMAS dengan memberikan bantuan perbaikan sanitasi ruangan pengolahan diversifikasi olahan tuna, peralatan pengolahan dan pelatihan peningkatan nilai tambah produk perikanan (materi pelatihan berupa teori tentang pasca panen hasil perikanan, sanitasi dan higienis pengolahan produk perikanan, serta pengemasannya dan dilanjutkan dengan praktek diversifikasi produk olahan ikan). IPTEKMAS ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan hasil tangkapan nelayan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah di kabupaten Pacitan dari segi produksi hasil olahan ikan. Teknologi pengolahan produk perikanan melalui IPTEKMAS telah diadopsi masyarakat perikanan di kabupaten ini.
k. Penerapan IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk meningkatkan Nilai Tambah di Propinsi DIY Alih teknologi paket iptek berupa perbaikan sanitasi ruang pengolahan, paket bantuan peralatan pengolahan dan bimbingan teknis (teori dan pelatihan peningkatan nilai tambah produk perikanan) melalui kegiatan IPTEKMAS. Perbaikan sanitasi ruang pengolahan terdiri dari perbaikan sanitasi pengolahan bandeng duri lunak (Kabupaten Kulon Progo), perbaikan sanitasi ruang pengolahan ikan lele asap (Kabupaten Bantul), serta perbaikan sanitasi ruang diversifikasi olahan ikan dan ruang display produk akhir (Kabupaten Gunung Kidul). IPTEKMAS di propinsi Yogyakarta telah mengadopsikan teknologi pengolahan produk yang diterima masyarakat perikanan dengan baik, terbukti dengan telah dipakainya teknologi pengolahan pada beberapa UKM. l.
Pemanfaatan teknologi untuk mempertahankan kualitas hasil tangkapan nelayan IPTEKMAS pemanfaatan teknologi ice maker di Pantai Pandansimo – Srandakan Bantul tipe ICE MAKER – CR 500 energi hybrid (tenaga surya dan tenaga
LAKIP Balitbang KP
32
angin) kapasitas 127 kW, mesin ini mampu menghasilkan es sebanyak 500 kg per hari dengan daya sebesar 2200 Watt, Usaha budidaya ikan dan perikanan tangkap berkembang dengan tersedianya sumber energi terbarukan. Kegiatan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi nelayan yang selama ini hasil tangkapannya berkualitas rendah. Ketersediaan es balok merupakan salah satu sarana pengawet hasil tangkapan nelayan yang masih sulit didapatkan bagi masyarakat nelayan khususnya di daerah Bantul. Membangun pabrik es dengan kapasitas besar di daerah tersebut tentunya tidak memungkinkan karena jumlah kebutuhan es mereka tidak terlalu besar sehingga solusi yang paling cocok adalah dengan menyediakan unit teknologi pembuat es (ice maker) yang berkapasitas kecil antara 300 – 500 kg per hari. Selain itu, salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah pengoperasiannya tidak terlalu besar dan cocok untuk daerah yang memiliki pasokan listrik PLN masih terbatas ataupun belum ada.
Gambar 3.10 Alat Teknologi Ice Maker m. Pemanfaatan teknologi tenaga surya untuk energy listrik di Morotai 2010, Kegiatan IPTEKMAS ini memanfaatkan tenaga surya untuk listrik di rumah tangga wilayah terisolir dengan sistem tanpa accu, serta pemeliharaan lebih mudah. Selama ini telah disebarkan 10 paket teknologi di Desa Cibubu dan 20 unit di Desa Mandiri. Dengan Kapasitas Panel Surya sebesar 600 KJ/hari, energi tersimpan sebesar 60 KJ/per lampu. Kegiatan ini berdampak positif karena dengan adanya penerangan di rumah nelayan, digunakan untuk mendukung aktifitas di malam hari termasuk kegiatan belajar mengajar keluarga.
LAKIP Balitbang KP
33
Gambar 3.11 Pemanfaatan Teknologi Tenaga Surya n. Model Pengembangan/Prototipe Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEKMAS) Usaha Garam Rakyat Pada tahapan FGD (Focus Group Discussion) dengan petambak garam dilakukan identifikasi kebutuhan teknologi garam ini dilakukan pada masyarakat petambak garam di calon lokasi sasaran. Identifikasi kebutuhan inilah yang dicari pemecahannya terkait dengan hasil yang didapatkan pada tahapan pertama. Pada tahap ke-3 yaitu uji adaptasi perbaikan produktivitas, dilihat sejauh mana produktivitas (produksi per satuan luas) pada usaha garam rakyat dapat ditingkatkan menggunakan teknologi yang diperkenalkan dalam kajian ini. Teknologi yang diperkenalkan adalah paket teknologi garam solusi (Ramsol) yang bekerja sama dengan Universitas Trunojoyo. Teknologi Ramsol dibedakan atas Ramsol asal Indramayu dan Ramsol asal Madura (temuan hasil penelitian Universitas Trunojoyo). Dalam penerapannya kedua teknologi tersebut dipadukan dengan teknologi penggaraman tradisional asal Madura. Pada tahap replikasi perbaikan produktivitas, masyarakat petambak garam secara luas dapat mengadopsi perbaikan produktivitas usaha garam rakyat yang dilakukan oleh BBRSEKP yang bekerja sama dengan Puslitbang SULAP dan Universitas Trunojoyo. Tahapan ke-5 yaitu monitoring dan evaluasi perbaikan teknologi, dikaji berdasarkan aspek ekonomi apakah perbaikan produktivitas (teknis dan sosial ekonomi serta kelembagaan) dapat meningkatkan pendapatan jika dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya introduksi perbaikan produktivitas . Sementara dari aspek sosial tidak ada hambatan (social acceptance) serta dari aspek lingkungan apakah teknologi yang diperkenalkan termasuk kategori ramah lingkungan (tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan). Hasil yang disampaikan stakeholder merupakan hasil akhir terbaik dari pengujian replikasi perbaikan produktivitas yang dilakukan pada kajian penerapan ini. Sementara ini, hasil yang terbaik adalah perpaduan antara penerapan teknologi Ramsol Indramayu menggunakan sistem penggaraman tradisional Madura. o. Kelembagaan Sapta Mitra Pantura Berdasarkan hasil kajian terhadap kegiatan IPTEKMAS atau Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk Pemberdayaan Masyarakat, yang dilakukan oleh Badan Litbang KP sejak tahun 2008 hingga 2010 di wilayah Pantura Jawa Tengah, dapat dikemukakan prototipe penerapannya adalah sebagai berikut; 1). Penentuan lokasi prioritas; LAKIP Balitbang KP
34
2). Melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat; 3). Melakukan inventarisasi teknologi yang siap untuk diterapkan; 4). Penentuan lokasi percontohan; 5). Penetapan kelompok koperator; 6). Penyaluran bantuan program IPTEKMAS (fisik; non fisik); 7). Evaluasi Adopsi Teknologi; Penentuan lokasi prioritas untuk lokasi penerapan IPTEK KP dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan teknis dan sosial. Dari aspek ekonomi apakah teknologi (teknis dan sosial ekonomi serta kelembagaan) dapat meningkatkan pendapatan jika dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya introduksi inovasi atau sebelum adanya kegiatan penerapan IPTEK ini (incremental benefit cost ratio). Sementara dari aspek sosial tidak ada hambatan (social acceptance) serta dari aspek lingkungan apakah teknologi yang diperkenalkan termasuk kategori ramah lingkungan (tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan). Dalam kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan oleh BBRSEKP telah disepakati bahwa kegiatan akan dilakukan di wilayah Sapta Mitra Pantura (7 Kabupaten dan Kota) berdasarkan hasil kajian sebelumnya bahwa wilayah tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dari sisi potensi, permasalahan dan kebijakan yang dibuat, sehingga pembangunan diprioritaskan berdasarkan potensi masing-masing daerah kabupaten. Kemudian, didapatkan pola pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Malahayu sebagai sentra produksi ikan di Jawa Tengah dan perspektif model minapolitan berbasis sumberdaya perairan umum waduk Jatiluhur di Jawa Barat. Model kajian IPTEKMAS diharapkan dapat menjadi terobosan model diseminasi teknologi dan pengembangan kelembagaan yang menghasilkan suatu perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan yang terpadu antar wilayah disesuaikan
dengan
status
potensi
dan
peran
yang
akan
dikembangkan.
Pengembangan pola pengelolaan waduk Malahayu Jawa Tengah untuk perairan waduk lainnya termasuk pola pengembangan minapolitan di perairan umum waduk Jatiluhur, Jawa Barat.
LAKIP Balitbang KP
35
C. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA Pelaksanaan program/ kegiatan Balitbang KP tahun 2010 sesuai dengan indikator kinerja output, difokuskan untuk pencapaian kinerja lainnya berdasarkan indikator kinerja utama dengan dukungan anggaran, sumberdaya litbang dan kelembagaan yang ada. SASARAN 1
Wilayah perairan Indonesia yang teridentifikasi potensi produksi, karakteristik, kebutuhan konservasi sumber daya ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi dan rekomendasi pengelolaannya. Tabel 3.2 Sasaran 1 Indikator
Target
Capaian
Evaluasi
Jumlah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang teridentifikasi potensi produksi dan karakteristik Sumber Daya Ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi pemanfaatannya
2 WPP
2 WPP
tercapai
Jumlah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang teridentifikasi potensi produksi dan karakteristik sumber daya ikan Tunanya
2 WPP
2 WPP
tercapai
Jumlah wilayah ekosistem perairan Indonesia yang teridentifikasi untuk rehabilitasi dan konservasi serta jumlah inovasi teknologi rehabilitasi dan konservasi
2 Wilayah
2 Wilayah
tercapai
Jumlah tipe Ekosistem Perairan Umum yang teridentifikasi potensi dan karakteristik Sumber Daya Ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi pemanfaatannya
4 Tipe Ekosistem
4 Tipe Ekosistem
tercapai
Keberhasilan : Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya ikan laut di wilayah pengelolaan perikanan RI salah satunya dihasilkan dari investasi berlebih
pada armada
penangkapan ikan di sebagian besar WPP-RI, yang berakibat kapasitas penangkapan ikan yang melebihi tingkat optimalnya dan menyebabkan pemanfaatan SDI secara berlebih, yaitu melebihi daya-dukungnya; praktek IUU fishing; konflik antar-nelayan; peningkatan suhu global atau perubahan iklim yang berdampak negatif terhadap produktivitas perikanan serta keterbatasan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pengelolaan perikanan, khususnya dalam melaksanakan eksplorasi potensi/penelitian dinamika sumberdaya ikan dan perikanan. Hal ini mendorong Badan Litbang untuk menerbitkan bahan rekomendasi hasil kajian sumberdaya perikanan laut di beberapa WPP yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Rekomendasi
LAKIP Balitbang KP
36
yang disampaikan berupa data estimasi potensi produksi lestari maksimum dari sumberdaya ikan pada masing-masing WPP RI. Balitbang KP mentargetkan wilayah pengelolaan perikanan sebanyak 4 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan), namun Balitbang KP dapat mencapai 11 WPP.
Gambar 3.12 Peta Lokasi 11 Wilayah Penangkapan Ikan RI SASARAN 2
Hak Kekayaan Intelektual (HKI), rekomendasi, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam, kualitas dan keamanan komoditas unggulan. Tabel 3.3 Sasaran 2 Indikator
Target
Capaian
Evaluasi
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan air laut.
Produk biologi: 1
Produk biologi: -
Ragam: 1
Ragam: -
Paket teknologi: 1
Paket teknologi: 3
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan air payau.
HKI: 1
HKI: 2
proses
Produk biologi: 1
Produk biologi: -
-tercapai
Ragam: 2
Ragam: 2
Paket teknologi: 4
Paket teknologi: 7
HKI : -
HKI: 2
proses
Produk biologi: 1
Produk biologi: -
-
Ragam: 3
Ragam: -
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan air tawar.
LAKIP Balitbang KP
-tercapai
tercapai
-tercapai
37
Paket teknologi: 3
Paket teknologi: 3
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul dan kualitas ikan hias.
Ragam: 1
Ragam: -
-
Paket teknologi: 1
Komponen teknologi: 1
tercapai
Jumlah HKI, inovasi ragam komoditas unggulan perikanan budidaya yang efisien, berkualitas dan aman.
Ragam: 5
Ragam: 5
tercapai
Komponen teknologi: 2
Komponen teknologi: 6
tercapai
Jumlah rekomendasi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan kemanana komoditas unggulan
5 rekomendasi
7 rekomendasi
belum maksimal
Rekomendasi : 1. Teknologi budidaya ikan nila BEST (teknologi ini dianjurkan dan juga didukung oleh kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan di Pacitan dan Muara Jambi-Jambi pada tahun 2010) 2. Teknologi pendederan tiram mutiara (teknologi ini dianjurkan dan juga didukung oleh kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan di Penjarakan, Negara, Bali pada tahun 2010) 3. Pemanfaatan teknologi probiotik untuk budidaya udang windu (teknologi pemanfaatan probiotik ini dianjurkan terutama untuk pemanfaatan probiotik RICA produksi massal hasil dari BRBAP Maros dan juga didukung oleh kegiatan IPTEKMAS di Pinrang SULSEL pada tahun 2010) 4. Teknologi Budidaya Udang Galah (teknologi ini dianjurkan dan juga didukung oleh kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan di Jogjakarta pada tahun 2010) 5. Teknologi produksi patin daging putih (teknologi produksi patin yang berdaging putih telah dikuasai dan dianjurkan serta didukung oleh kegiatan IPTEKMAS Sapta Pantura pada tahun 2008-2010) 6. Teknologi produksi massal ikan hias air tawar botia (teknologi produksi massal ini dianjurkan, namun kegiatan IPTEKMAS akan direncanakan pada tahun 2011) 7. Peta kelayakan tambak di Selayar, Maros, Pangkep, Jambi, Berau dan Luwu (peta ini telah dianjurkan dan disampaikan kepada pemerintah daerah dimaksud)
Paket teknologi : 1.
Pembenihan abalone (masih dalam editing draft petunjuk teknis)
LAKIP Balitbang KP
38
2.
Pembenihan ikan hias capungan banggai (akan dicetak 2011)
3.
Pembenihan ikan hias klon (sebagai bahan diseminasi)
4.
Teknik transfeksi udang windu (masih draft)
5.
Teknik protoplas (masih drfat)
6.
Tenik embriogenesis (sebagai bahan diseminasi)
7.
HSRT Kepiting Bakau (masih dalam penyempurnaan draft, dan sebagai bahan diseminasi)
8.
SOP Produksi Bioflok (masih dalam penyempurnaan draft)
9.
SOP Kultur Jaringan dan Teknologi Aklimatisasi 100% (sebagai bahan diseminasi)
10. SOP Seleksi Klon Rumput Laut 100% (masih perlu uji multilokasi) 11. Teknologi budidaya ikan nila di lahan gambut (masih draft) 12. Teknologi pembesaran ikan baung di kolam dalam sampai ukuran konsumsi (masih drfat) 13. Teknologi produksi ikan nilem betina (all female) dengan menggunakan pejantan fungsional (masih draft)
Komponen Teknologi : 1.
Teknologi Pembesaran Ikan Patin Nasutus
2.
Teknologi Suplementasi Kalsium pada Pakan Induk Udang Galah
3.
Teknologi resirkulasi untuk pemijahan udang galah
4.
Strain Ikan Nila Hibrida Toleran Salinitas
5.
Pengaruh Kadar Nutrisi Pakan Terhadap Bioflok
6.
Pengaruh Kepadatan Ikan Filter Feeder Terhadap Bioflok
7.
Alat deteksi kelamin ikan arwana : • Teknik dot-blotted •
Lateral Flow Device
Ragam (hasil antara untuk menghasilakn produk biologi) :
LAKIP Balitbang KP
39
1. Dari rumput laut Gracilaria sp hasil kultur jaringan telah tersedia ragam sebanyak 60 kg Gracilaria di tambak, dan 100 kg dan Eucheuma cottonii. Perbanyakan di lab dan lapangan terus dilakukan (benih kegiatan IPTEKMAS Brebes 2011) dan didistribusikan ke BBL Lombok 2. Dihasilkan ragam berupa calon induk udang windu tahan WSSV (F0) 53 ekor (20-30 gram/ekor), 314 ekor (0,3-0,4 g/ekor), 3000 ekor PL 30 melalui perbaikan teknik transfeksi dan pemeliharaan calon induk 3. Dihasilkan ragam berupa calon induk ikan patin nasutus sebanyak 500 ekor dengan bobot 500 gr 4. Dihasilkan ragam berupa calon induk ikan nila dari 3 koleksi calon induk jenis: nirwana, best dan aureus 5. Dihasilkan ragam berupa calon induk udang galah sebanyak 5.000 ekor induk udang galah populasi sintetik. 6. Dihasilkan ragam berupa calon induk ikan lele dari 3 koleksi calon induk jenis: sangkuriang, dumbo dan paiton. 7. Dihasilkan ragam berupa calon induk Ikan mas yang berasal dari 5 koleksi calon induk jenis : rajadanu, majalaya, wildan, sutisna dan sinyonya
HKI/Rilis : 1. Probiotik RICA 2. Monoklonal antibodi untuk mendeteksi WSSV 3. Vaksin Aeromonas hydrophila (Hidrovac) 4. Rilis Ikan Batak
Target pengusulan HKI dan rilis dari teknologi perikanan budidaya sesuai dengan Tapja (terlampir) adalah tiga, yaitu: probiotik RICA, monoclonal antibody untuk mendeteksi WSSV, dan rilis ikan batak. Namun realisasi usulan HKInya menjadi 4 usulan, dari dua teknologi yang diusulkan HKI belum satu pun yang mendapatkan HKI dari KemenKumHam, dan usulan HKI vaksin Hidravac Aeromonas hydrophila telah diusulkan sejak tahun 2006 ke BRKP namun harus kembali diulang pada tahun 2010 ini karena tidak terdeteksi present status usulannya, sedangkan ikan batak usulan HKInya pada tahun 2010 ini telah di proses Badan Litbang KP, dan
LAKIP Balitbang KP
40
rilisnya kepada masyarakat/stake holder baru akan dilaksanakan pada tahun 2011 karena terkendala dalam pendanaan. SASARAN 3
Rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan pantai, energi terbarukan, pengawasan,
eksplorasi,
eksploitasi,
instrumentasi
kelautan,
maritim,
mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Tabel 3.4 Sasaran 3 Indikator
Target
Capaian
Evaluasi
Jumlah rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim, mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
2 Rekomendasi
2 Rekomendasi
tercapai
9 Inovasi
9 Inovasi
Keberhasilan 1. UJI KINERJA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK KAPAL NELAYAN Merekomendasikan penggunaan bahan bakar gas sebagai pengganti bahan bakar konvensional untuk kapan nelayan, yang terbukti memiliki kelebihan yaitu : (1) Terjadi penurunan Torsi dan daya mesin bila menggunakan dual-fuel yaitu sekitar 2,4%, (2) Konsumsi bahan bakar spesifik (BSFC) pada dual-fuel terjadi penghematan sebesar 6,0% dibandingkan solar, (3) Kepekatan asapnya (smoke), operasional dual fuel lebih rendah. Namun dalam pengoperasiannya terdapat kendala yaitu : 1. Pengaturan aliran gas ke intake manifold masih manual. 2. Flow mass gas LPG masih memakai timbangan digital sehingga hasilnya belum akurat. 3. Pengoperasian peralatan lebih dari 2 orang Tindak Lanjut : Agar dapat diterapkan pada kapal nelayan maka sebaiknya pengaturan aliran gas ke intake manifold dibuatkan desain alat sederhana disesuaikan dengan bukaan throttle nya yang dapat dioperaikan oleh 1 org nelayan 2. KAJIAN PENGEMBANGAN DERMAGA APUNG UNTUK PULAU-PULAU KECIL Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (DJ-KP3K), KKP telah merintis program Pengembangan Sarana Tambatan Perahu untuk pulau-pulau kecil. Ini LAKIP Balitbang KP
41
dikarenakan banyak pulau-pulau kecil bahkan belum mempunyai dermaga (tipe tiang pancang). Program dari DJKP3K ini dilakukan untuk memberdayakan pulau-pulau kecil diseluruh Indonesia. Seperti kita ketahui, pulau-pulau terluar milik Republik Indonesia butuh dukungan sarana transportasi laut yang murah dan aman. Sembilan puluh dua (92) pulau tersebut tanpa didukung pemerintah dan swasta tak akan memiliki daya tarik untuk dikembangkan, baik dari sektor pariwisata, keamanan dan politik. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa dermaga dengan sistem tiang pancang kurang memiliki fleksibilitas terhadap kenaikan permukaan air laut dan beda pang surut yang tinggi. Seiring dengan itu, Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK-BRKP) berniat mendukung program yang sudah dikembangkan DJKP3K, dengan mendisain dermaga apung yang dapat dipakai dan diimplementasikan pada pulau-pulau kecil dan terluar tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah : (1) Memperoleh konsep dermaga apung utuk pulaupulau kecil, (2) Menyediakan disain awal (conceptual-design) dermaga apung utuk pulaupulau kecil. Hasil/output dari kegiatan ini yaitu : (1) Tersedianya berbagai data konsep dan data ketersediaan sarana dermaga apung untuk pulau-pulau kecil, berikut data yang dimaksud :
Sarat aman dari dermaga apung dengan menggunakan “Magic Cube/Float” adalah 0,30m atau dengan displacement 59,97ton. Dengan maksimum sarat sebesar 0,35m.
Gambar 3.13 Aplikasi Produk Magic Cube yang sudah di implementasikan.
Dermaga apung memiliki panjang 35m, lebar 15m dan tinggi 0,4m. Terdiri dari dua (2) bagian dengan ukuran masing-masing 30m x 4m dan 5m x 15m. FLOATING DOCK memiliki panjang 35 m, lebar 15 m dan tinggi 0.4 m yang merupakan floating jetty. Dimana teridiri dari 2 bagian yaitu 30x4 m dan 5x15 m, dimana setiap bagian terdiri
LAKIP Balitbang KP
42
dari sarat aman dan sarat maksimum. Kondisi terapung untuk sarat aman mendekati 0.30 m dan untuk sarat maksimum yang diijinkan yaitu 0.35 dengan tidak terjadi trim. Hal ini merupakan kondisi floating dock sesuai dengan perhitungan. Rekomendasi :
Teknologi Dermaga Apung Untuk Pulau-Pulau Kecil, dapat dimanfaatkan ke semua pulau kecil dan untuk budidaya perikanan.
Aplikasi pada DJPB- KKP: Budidaya rumput laut dan budidaya di waduk/perairan umum
Aplikasi dermaga apung pada DJKP3K- KKP: Pulau-Pulau Kecil & Terluar dan kawasan MPA.
Beberapa inovasi : 1. Kajian Pelindung Pantai Untuk Area Pertambakan Berdasarkan hasil analisis mengenai perubahan garis pantai di daerah penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
(1) Karakteristik Pantai Lombang
Indramayu adalah tipe pantai berpasir dengan relief rendah dengan batuan penyusun lempung lanauan yang sangat lunak, (2) Morfologi pantai termasuk tipe pantai lurus, yang terbentuk oleh transport sedimen dalam arah sejajar pantai, (3) Perubahan garis pantai di Pantai Lombang dipengaruhi oleh angin musim, (4) Pengaplikasian struktur pelindung pantai di Pantai Lombang jenis pemecah gelombang sistem Karung Geotekstil Memanjang (KGM) adalah tiga buah dengan lebar 1.6 m, tinggi 1.4 m dan panjang 20 m. Jarak antara KGM adalah 40 m (Layout dapat dilihat di lampiran), (5) Pemasangan KGM untuk perlindungan pantai Lombang masih belum efektif, terutama pada musim barat. Kurang efektifnya pemecah gelombang ini juga dikarenakan jarak antara KGM yang cukup panjang, sehingga kurang bisa mereduksi gelombang dan penangkapan sedimen, (6) Hasil analisis lapangan di Pantai Lombang sebelum pemasangan pemecah gelombang pada musim angin peralihan garis pantai relative seimbang dari ujung seawall sampai ujung groin dekat Pantai Tirtamaya. Pada pengamatan dua bulan setelah pemasangan yang dipengaruhi oleh musim angin timur kondisi garis pantai di wilayah Pantai Lombang mengalami penambahan sedimen atau akresi pada sisi ujung seawall sehingga mengakibatkan majunya garis pantai, sedangkan pada sisi groin dekat tirtamaya mengalami pengurangan sedimen atau abrasi. Selanjutnya pada pengamatan lapangan empat LAKIP Balitbang KP
43
bulan setelah pemasangan yang dipengaruhi oleh musim barat kondisi garis pantai di sisi seawall mengalami pengurangan sedimen atau terjadi abrasi, sedangkan pada sisi ujung groin dekat tirtamaya mengalami penambahan sedimen atau akresi. Namun demikian karena litologi penyusun pantai tersebut di dominasi pasir, maka transport sedimen pada musim barat diimbangi dengan transport sedimen pada musim timur, sehingga perubahan garis pantai yang terjadi tidak terlalu besar., (7) Terdapat penutupan vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan pionir tapak kambing (Ipomoea pres-caprae) pada sisi pantai berpasir yang berhadapan langsung dengan air pasang, berdasarkan pengamatan pada dua bulan setelah pemasangan KGM. Peran dalam stabilitas pantai: akar Ipomoea pres-caprae dapat mengikat pasir. adanya vegetasi alami pantai membantu dalam memperlambat erosi pantai. Dengan demikian mempertahankan adanya vegetasi alami pantai, merupakan salah satu cara untuk mempertahankan fungsi perlindungan alami pantai Rekomendasi : 1.
Sedimen yang terperangkap/tertahan di belakang bangunan pemecah gelombang, lama kelamaan akan membentuk daratan baru (tombolo). Tombolo yang terbentuk akan merubah bentuk garis pantai sehingga lebih maju dari garis pantai semula. Untuk mempertahankan tombolo yang terbentuk tersebut, perlu adanya penanaman vegetasi di lokasi tersebut, sehingga bentuk pantai yang baru dapat dipertahankan.
2.
Selain upaya perlindungan keras dengan membangun struktur-struktur keras pelindung pantai yang tepat, maka aplikasi struktur lunak dengan memasang geotekstil yang dipadukan dengan mempertahankan vegetasi alami atau penanaman kembali vegetasi pantai yang telah hilang (revegetasi), merupakan salah satu alternatif solusi yang perlu dilakukan.
3.
Pengaplikasian pemecah gelombang jenis KGM ini areal pertambakan di Pantai Lombang Indramayu akan lebih efektif dengan memperhatikan jarak penempatan antara KGM. Diusahakan untuk jarak antar KGM adalah tidak melebihi panjang dari KGM.
LAKIP Balitbang KP
44
Gambar 3.14 Pelaksanaan Instalasi struktur pelindung pantai jenis KGM
2. Rancang Bangun Teknologi Pemantauan Pasang Surut dan Dinamika Perairan Kawasan Budidaya Dalam upaya merealisasikan target peningkatan produktivitas usaha budidaya, dibutuhkan dukungan inovasi teknologi perikanan budidaya seperti teknologi pemantauan lingkungan untuk daerah/kawasan budidaya pesisir dan perikanan laut. Inovasi teknologi pemantauan lingkungan dapat dilakukan dengan berbasis mikrokontroler dan di integrasikan dengan sistem telemetri sehingga dapat melakukan perekaman data secara real time dan cepat walaupun berada di remote area. Outcome yang dihasilkan yaitu tersedianya instrumentasi pengukur pasang surut yang dapat menghasilkan informasi karakteristik perairan secara cepat dan time series di beberapa perairan Indonesia. Berdasarkan dari pelaksanaan penelitian sesuai dengan metodologi yang diterapkan hingga tercapainya output yang diinginkan, terdapat beberapa kesimpulan antara lain : (1) Pemantauan lingkungan perairan untuk budidaya laut dan pelayaran sangat dibutuhkan masyarakat pesisir dan diinformasikan secara cepat, (2) Perancangan sistem pemantauan lingkungan laut yang terdiri dari beberapa sensor pengukur (pasang surut, arah dan kecepatan angina, suhu dan dissolved oxygen) dapat diintegrasikan sehingga mempermudah dalam pengelolaan LAKIP Balitbang KP
45
data dan penyampaian informasi secara langsung, (3) Pengembangan sistem telemetri untuk komunikasi data dengan memanfaatkan jaringan GPRS dan frekuensi radio dapat diterapkan dalam satu sistem integrasi di daerah Kepulauan Seribu, (4) Sistem pemantauan ini memiliki tingkat validitas data yang cukup baik, akan tetapi perlu adanya pemeliharaan secara rutin untuk menjaga performa sensor khususnya untuk kualitas air. Rekomendasi : Indonesia membutuhkan sebuah sistem pemantauan lingkungan perairan, tidak hanya perairan laut akan tetapi juga perairan umum. Kedepan perlu dikembangkan sebuah sistem yang terintegrasi antara perairan laut dan perairan umum seperti waduk, danau dan sungai khususnya untuk budidaya. Selain pengembangan sistem, pengembangan terhadap komponen dan pembuatan sensor perlu di inisiasi guna meningkatkan muatan lokal sehingga tercipta daya saing dan kemandirian dalam pengembangan teknologi.
Gambar 3.15 Pelaksanaan Instalasi Pemantauan Pasang Surut dan Dinamika Perairan 3. Pengembangan Buoy Pantai Untuk Pemantauan Budidaya Rumput Laut. Kebutuhan akan data yang kontinyu dan dapat direproduksi adalah besar, mengingat data-data tersebut dapat menunjang berbagai aspek yang diperlukan, bukannya untuk kegiatan penelitian akan tetapi juga untuk kegiatan umum di masyarakat, misalnya untuk pengambilan keputusan terhadap gejala alam atau memprediksi suatu fenomena yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan lain sebagainya. Dalam pengamatan lingkungan laut, tentunya data-data yang direproduksi ini sangat penting untuk mengetahui berbagai fenomena dan pengolahan sumberdaya khususnya di lingkup kelautan dan perikanan. Dari hasil riset ini yaitu : (1) Secara khusus tersedianya data-data kelautan secara kontinu bagi pengembangan kawasan Kep. Seribu dan secara umum LAKIP Balitbang KP
46
berperan pada deklarasi INAGOOS, (2) Mendukung kebijakan dan pengambil keputusan bagi Dirjen KP3K, Dirjen PT, PB, dan Pemkab. Wakatobi. Rekomendasi :
Teknologi buoy pantai dapat diaplikasikan juga untuk perairan danau, waduk, dan tambak.
Untuk masa depan, pengembangan system telemetri agar akusisi data dapat dilakukan lebih mudah.
Gambar 3.16 Pelaksanaan Pemasangan Bouy di Wakatobi 4. Karakteristik Pembuatan Membran Dengan Teknik Inversi Vasa Untuk Menunjang Budidaya Perikanan. Aplikasi teknologi membran (mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi) adalah salah satu alternatif solusi untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat untuk kegiatan
LAKIP Balitbang KP
47
perikanan. Aplikasi proses ini begitu luas, khususnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi (turbidity), termasuk padatan berupa mikroalga, Cryptosporidium oocysts, Giardia lamblia cysts, bakteri patogen, virus dan pyrogens. Untuk mendapatkan membran yang memenuhi persyaratan untuk kegiatan perikanan, maka dilakukan karakterisasi pada pembuatan membran. Karakterisasi ini bertujuan untuk menentukan komposisi polimer yang digunakan pada proses pembuatan membran. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Karakteristik membran filtrasi dapat dikendalikan melalui pemilihan jenis polimer dan pengaturan konsentrasi polimer, dimana semakin tinggi konsentrasi polimer semakin rendah fluks yang diperoleh. Rendahnya perolehan fluks ini akibat resistensi membran. Untuk kasus pemisahan umpan dengan kandungan bahan terlarut, sebagai tambahan pada resistensi membran timbul adanya resistensi polarisasi atau cake. Resistensi ini dapat lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi membran itu sendiri, (2) Hasil pengujian terhadap membran selulosa asetat pada konsentrasi polimer 11, 13, (3) 15, dan 17% tidak dihasilkan permeate. Pada konsentrasi selulosa asetat sebesar 9% dihasilkan fluks membran, tetapi jumlahnya sangat kecil, yaitu 60-70 L/m2/jam Hal tersebut menunjukkan membran dengan bahan polimer selulosa asetat pada penelitian ini belum dapat dikatakan layak karena tidak memenuhi standar/ syarat pembuatan membran, (4) Membran polisulfon dengan konsentrasi sebesar 11% merupakan membran yang terbaik ditinjau dari fluks, rejeksi parameter fisika dan mikrobiologi yang dihasilkan. Pada uji coba aplikasi, fluks membran ini mencapai 140 – 150 L/m2.jam, rejeksi terhadap kekeruhan & TSS mencapai 100%, rejeksi terhadap warna mencapai 92,8%, rejeksi terhadap parameter biologi yaitu TPC & total koliform masing-masing sebesar 99,9 dan 87,5 %. Rekomendasi : Data komposisi polimer yang dihasilkan pada riset ini, dapat digunakan sebagai rekomendasi pembuatan membran skala industri. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan proses preparasi membran guna memperoleh karakteristik membran yang diinginkan, yaitu membran dengan fluks dan selektivitas tinggi serta tahan terhadap pengaruh mekanis, termal, dan kimiawi.. Kajian pada skala lebih besar dapat dilakukan untuk mengkaji tingkat kepraktisasi, konsistensi membran yang dihasilkan, dan tingkat kelayakan finansial.
LAKIP Balitbang KP
48
Gambar 3.17 Proses pembuatan membrane
Gambar 3.18 Peralatan ujicoba aplikasi membran 5. Rancang Bangun Teknologi Akustik Untuk Monitoring (LUMBA) Manajemen Pakan Tambak Udang Intensif. Akumulasi sisa pakan di dalam tambak udang dapat menyebabkan turunnya kualitas air tambak, turunnya produktivitas hasil panen dan merugikan para petani tambak. Pemantauan secara manual tidaklah efektif, menyita banyak waktu dan tenaga, rentam terhadap kesalahan, apalagi untuk areal yang luas. Anco (diameter 1x1m) digunakan sebagai alat pantau di tambak dan secara berkala sampling dilakukan oleh operator tambak. Ancostik mampu mendeteksi aktivitas udang yang menandakan ketersediaan pakan berupa pellet di dalam tambak. Hasil menggunakan suara ultra lebih akurat dan lebih terjamin, ditambah teknologi telemetri berbasis panel matahari memungkinkan pemantauan jarak jauh untuk cakupan yang luas dan hemat energy.
LAKIP Balitbang KP
49
Gambar 3.19 Komponen Ancho serta proses Instalasi di tambak 6. Kajian Listrik Tenaga Arus Laut. Peningkatan pemakaian energi dari fossil (minyak dan gas bumi) tidak diimbangi dengan proses terbarukannya sehingga terjadi peningkatan harga konsumsi yang sulit dijangkau masyarakat pesisir dan pulau. Kebutuhan energi listrik untuk proses penanganan bahan baku ikan/hasil laut yang dihasilkan dari usaha nelayan di pulau-pulau kecil selain itu listrik juga dibutuhkan bagi pemenuhan energi untuk budidaya perikanan lepas pantai. Dari riset yang telah dilakukan dihasilkan beberapa kesimpulan : (1) Dari semua pengukuran turbin baru mulai bergerak pada inverter 20 atau sekitar 0.11 – 0.12 m/s. Maka disini cut in speed dari model Turbin adalah 0.11 m/s. Maka jika di skalakan dalam prototype dengan perbandingan 1:5 dengan model maka cut-inspeed dari prototype Turbin adalah berkisar 0.25 m/s, sebagai perbandingan turbin komersial tipe Gorlov memiliki cut-in-speed 0.5 m/s dengan perbandingan dimensi geometric yang sama dengan turbin prototype, (2) Model turbin yang dikembangkan dalam penelitian ini akan bekerja relative sama baiknya pada kondisi turbin terendam seluruhnya maupun hanya sebagian yang terendam. Dengan demikian model turbin ini akan dapat tetap bekerja jika dipasang di atas permukaan air surut terendah (LWS), (3) Tip Speed Ratio (TSR) dari hasil pengujian model turbin terdapat kondisi hasil pengukuran pada model yang memiliki TSR > 1, hal ini menunjukkan model turbin memilki potensi kecepatan linear dari ujung propeller yang lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan fluidanya. Sebagai perbandingan, secara teori, model turbin crossflow tidak dapat memberikan kecepatan propeller yang lebih cepat dari kecepatan fluida, dan hanya turbin dengan tipe axial flow yang memilki potensi TSR>1. Maka Turbin ini lebih baik dibandingkan turbin tipe crossflow pada umumnya, (4) Dari pengujian dan dari hasil analisa data pengukuran dapat dilihat pola pergerakan Turbin tidak kontinu. Pola perubahan kecepatan
LAKIP Balitbang KP
50
putar turbin ini mengikuti pola posisi lengan turbin. Hal ini dapat dilihat dari pola perubahan
kecepatan
rotasi
turbin,
Turbin
dengan
3
lengan
memiliki
kecenderungan siklus perubahan kecepatan tiga kali dalam satu putaran sesuai dengan pola simetris turbin tiga lengan tiap120 derajat, sementara untuk turbin 4 lengan memilki siklus 4 kali dalam satu putaran sesuai dengan pola simetris turbin tiap 90 derajat, (5) Dari analisa terhadap koefisien kinerja Turbin, Turbin dengan Sirip Sempit Akan Bekerja lebih efektif di kecepatan Rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya seret yeng bekerja berlawanan dengan arah torsi pada saat Turbin Bergerak., Turbin 4 Lengan akan bekerja lebih baik dari pada turbin 3 Lengan terutama pada kecepatan tinggi, (6) Cp Turbin adalah berkisar dari 0.1 sampai 0.6 pada kecepatan Tinggi. SASARAN 4
Wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang teridentifikasi potensi, karakteristik, kebutuhan konservasi sumber daya laut, pesisir dan fenomena alam, serta jumlah rekomendasi pengelolaan dan model pemanfaatan sumber daya dan ekosistem. Tabel 3.5 Sasaran 4 Indikator
Frekwensi pemantauan wilayah perairan Indonesia yang terprediksi dan terpantau fenomena lautnya secara terkini, akurat dan kontinu dalam pengelolaan kelautan, konservasi dan adaptasi perubahan iklim.
Jumlah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpetakan sumberdaya & kerentanannya secara terkini dan akurat.
Target
Capaian
Evaluasi
Frekwensi pemantauan fishing ground melalui satelit : 2 kali/minggu sepanjang tahun
2 kali/minggu
tercapai
5 Kawasan pesisir
5 Kawasan Pesisir
tercapai
Keberhasilan: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan melaksanakan dua kegiatan di bidang Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir yang masingmasing telah terpenuhi
100% target capaian indikator, terdiri dari : Kegiatan Penelitian
Observasi Laut yang melakukan pemantauan wilayah laut di daerah fishing ground nasional dengan frekuensi dua kali dalam satu minggu untuk mendapatkan data yang akurat dan kontinu berupa peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan yang dapat diakses melalui situs www.litbang.kkp.go.id. Dari kegiatan Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir LAKIP Balitbang KP
51
melakukan pemetaan sumberdaya dan kerentanan secara terkini dan akurat melalui lima penelitian sebagai berikut: -
Studi Potensi Sumberdaya Hidrologi dan Studi Resiliensi Kawasan Budidaya Terhadap Bahaya Laut di Wilayah Pesisir untuk Pengambangan Budidaya di Kawasan Corocok Kab. Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
-
Studi Potensi Bittern pada tambak garam rakyat di Pantai Utara Jawa dan Pulau Madura
-
Analisis Kerentanan Pesisir Kawasan Budidaya Terhadap Kenaikan Muka Air Laut di Jepara, Pati dan Padang
-
Kajian Proses Sedimentasi dan dampaknya terhadap Pengembangan Kawasan Budidaya di Kabupaten Sambas , Prov. Kalimantan Barat
-
Variabilitas Fluks CO2 di Perairan teluk Banten
Hambatan dan tindak lanjut: Sumberdaya dan kerentanan yang telah terpetakan sebagian besar dilaksanakan di kawasan pesisir, karena mempertimbangkan kemudahan aksessabilitas ke lokasi penelitian. Untuk memperluas cakupan pemetaan sumberdaya dan kerentanan nasional diperlukan lebih banyak lagi penelitian-penelitan serupa, terutama di kawasan pulau-pulau kecil. SASARAN 5
HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/ prospektif. Tabel 3.6 Sasaran 5 Indikator
Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI), rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/prospektif
Target
Capaian
Evaluasi
3 paket
4 paket
tercapai
Keberhasilan : Pencapaian target indicator tersebut adalah 130 % yang terdiri dari 1 (satu) Inovasi teknologi teh hijau dan 3 (tiga) paket teknologi tentang pengolahan patin, pengolahan agaragar, dan ikan asap dengan asap cair. Ketiga hasil paket teknologi akan dipublikasikan dalam bentuk buku paket teknologi pada T.A. 2011.
LAKIP Balitbang KP
52
SASARAN 6
Rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan serta model pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan. Tabel 3.7 Sasaran 6 Indikator
Target
Jumlah rekomendasi kebijakan
Capaian
Evaluasi
4 Rekomendasi
pembangunan kelautan dan
4 Model
perikanan serta model pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan.
Keberhasilan : Telah dihasilkan bahan rekomendasi kebijakan Kelautan dan Perikanan berupa naskah akademis yang berkaitan dengan : Subsidi Perikanan, Nilai Tukar Nelayan (NTN), Strategi menghadapi ACFTA, Strategi penerapan PNPM Mandiri KP, dan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Selain itu juga dihasilkan model pengembangan usaha dan pemasaran ikan berbasis minapolitan, yang meliputi : 1. Model Pengembangan Minapolitan Berbasis Sumberdaya Perikanan Perairan Umum, Sungai dan Rawa Kawasan
perairan
umum
daratan
memiliki
potensi
perikanan
untuk
dikembangkan, baik untuk perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Namun demikian masih terdapat banyak permasalahan dalam mengembangkan potensi sumberdaya perikanan di perairan umum daratan ini. Permasalahan yang akan dianalisis pada tulisan ini adalah mengenai bagaimana memberikan bahan rekomendasi kebijakan berupa model pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan perairan umum daratan. Diharapkan bahan rekomendasi yang diberikan dapat dipergunakan oleh para pemangku kepentingan terkait (stakeholder) untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya perikanan perairan umum daratan dengan lebih bijaksana dan berdaya guna bagi masyarakat.
LAKIP Balitbang KP
53
Gambar 3.20 Model Minapolitan Perikanan Perairan Umum Daratan (Lebak Lebung, Kab. OKI, Prov. Sumsel) 2. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya Berikut adalah hasil review program minapolitan terutama pada kendala dan permasalahan yang dihadapi berdasarkan deskripsi masing-masing model . Model Existing, Model eksisting minapolitan direkonstruksi dari berbagai dokumen terkait minapolitan yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Model Perbaikan, perlu adanya penyempurnaan dengan menambahkan beberapa aspek penting yang belum terakomodasikan yaitu: 1) aspek kelembagaan dan bisnis, 2) aspek masyarakat, 3) aspek sumberdaya dan tata ruang, 4) aspek kebijakan dan governance dan 5) aspek infrastruktur, 6) dampak perubahan iklim.
LAKIP Balitbang KP
54
Gambar 3.21 Model Konseptual Minapolitan
Berdasarkan hasil-hasil identifikasi permasalahan pada penyiapan dan pelaksanaan program minapolitan, berikut adalah model praktikal, yang dipergunakan untuk
LAKIP Balitbang KP
55
menentukan posisi berbagai intervensi yang ada, baik pada tahapan penyiapan maupun implementasi (Gambar 3.22).
Gambar 3.22 Model Praktikal dan Intervensi Minapolitan Budidaya 3. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap Laut PPN Pelabuhan Ratu, PPS Bitung Penelitian ini melakukan penilaian terhadap kesiapan kawasan tersebut melalui indeks kesiapan pelaksanaan program minapolitan yang mengacu pada 6 pilar yaitu kondisi infrastruktur, masyarakat/bisnis, sumberdaya/tata ruang, kelembagaan, teknologi, dan kebijakan/ tata kelola. PPS Bitung dan PPN Pelabuhan Ratu dapat dikategorikan sebagai kawasan yang siap melaksanakan program minapolitan dengan memperkuat kelembagaan dan kebijakan. Kedua lokasi tersebut memiliki komoditas andalan tuna dan cakalang. Model minapolitan pada masing-masing lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan tangkap laut sifatnya unik pada setiap lokasi. Berikut disajikan Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan.
LAKIP Balitbang KP
56
Gambar 3.23 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Pelabuhan Ratu
Gambar 3.24 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Bitung
LAKIP Balitbang KP
57
4. Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam) Hasil kajian pada kawasan minapolitan garam menunjukkan bahwa, model minapolitan yang diharapkan tidak hanya tumbuh menjadi suatu kawasan minapolitan garam yang didalamnya dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi pada masyarakat sekitarnya, melainkan juga menjadi tempat observasi kegiatan yang berhubungan dengan garam. Bahkan dimungkinkan berdirinya Instalasi Pemanfaatan Air Laut (IPAL) dalam kawasan minapolitan. Dengan adanya lembaga ini diharapkan semua kegiatan yang berhubungan dengan garam yang terdapat di kawasan minapolitan dapat dilakukan monitoring dan evaluasi
Gambar 3.25 Perspektif Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam) SASARAN 7
Terwujudnya perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel
dan
tepat waktu
berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
LAKIP Balitbang KP
58
Tabel 3.8 Sasaran 7 Indikator
Target
Capaian
Evaluasi
Persentase perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
100%
100%
tercapai
D. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN Perkembangan anggaran tahun 2010 sejumlah Rp. 275.179.948.000 mengalami kenaikkan sejumlah 70.49 % dibandingkan anggaran tahun 2009 yang hanya sebesar Rp. 193.973.805.000, hal ini karena adanya kegiatan pengadaan sarana prasarana berupa pengadaan kapal riset sebesar Rp. 60.000.000.000,-. Dana yang dianggarkan dan direalisasikan untuk mewujudkan pencapaian misi yang telah ditetapkan dapat dirinci sebagaimana tabel 3.9 berikut : Tabel 3.9 Realisasi Keuangan Balitbang KP Tahun 2010 SASARAN
Termanfaatkannya
Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
hasil dan inovasi
Konservasi Sumber Daya Ikan
Iptek kelautan dan perikanan
TARGET
REALISASI
(Rp x 000)
(Rp x 000)
KEGIATAN
Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Budidaya
%
104,355,862
98,953,047
94,82
74,535,057
74,438,811
98,90
16,907,811
15,380,462
90,97
22,692,825
22,324,899
98,38
Penelitian dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perikanan dan Teknologi Penelitian dan Pengembangan Iptek Kewilayahan, Dinamika dan Sumber Daya Laut dan Pesisir Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengolahan Produk dan Bioteknologi
LAKIP Balitbang KP
19,083,104
59
Kelautan dan Perikanan Penelitian dan Perekayasaan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
18,410,557
96,48
11,781,642
11,641,858
98,81
25,089,471
22,459,610
89,52
Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kendala masing-masing satker adalah kurang tertibnya pelaporan terkait SAI karena satker kurang menguasai SAI, keterlambatan pencairan tanda bintang dalam RKAKL, revisi RKAKL yang terlambat, perubahan kurs dollar sehingga pembelian barang impor terlambat, masalah PHLN, dll Anggaran pelaksanaan riset di lingkungan Balitbang KP saat ini sebagian besar berasal dari APBN. Namun demikian terbuka peluang untuk menggali sumber-sumber pendanaan di luar APBN melalui kegiatan kerja sama, pelayanan jasa riset, komersialisasi produk kegiatan riset dengan mekanisme PNBP. Target sesuai sasaran Balitbang KP tahun 2009 sejumlah Rp. 193.973.805.000 dapat terealisasi sejumlah Rp. 177.410.616.656 (91,46%). Namun target sesuai sasaran Balitbang KP pada tahun 2010 sejumlah Rp. 275.179.948.000 dan teralisasi sejumlah Rp. 263.609.247.000 (95.80 %) dan tercapainya sasaran termanfaatkannya hasil dan inovasi Iptek kelautan dan perikanan melalui kegiatan Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Budidaya, Penelitian dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perikanan dan Teknologi, Penelitian dan Pengembangan Iptek Kewilayahan, Dinamika dan Sumber Daya Laut dan Pesisir, Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Penelitian dan Perekayasaan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Dukungan
anggaran
untuk
pelaksanaan
program/kegiatan
penelitian
dan
pengembangan kelautan dan perikanan sebesar Rp. 275.179.948.000,-. Dari jumlah tersebut, realisasi anggaran Tahun 2010 sebesar Rp. 263.609.247.000,- atau 95.80%. Secara umum, realisasi anggaran tersebut telah melampaui target realisasi keuangan sebagaimana dalam lembar penetapan kinerja yaitu 90% atau di atas rata-rata Kementerian Kelautan dan Perikanan (95%). Lebih lanjut, realisasi keuangan pada tahun 2010 juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 91,46% sedangkan pagu anggaran meningkat cukup
LAKIP Balitbang KP
60
signifikan sebesar 41,86% dari tahun 2009 ke tahun 2010 serta tahun ini merupakan realisasi paling tinggi sejak tahun 2005. Program penelitian dan pengembangan IPTEK dengan sasaran termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK Kelautan dan Perikanan dan indikator jumlah inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan (HKI, SNI dan Penghargaan), direkomendasikan dan mempunyai model penerapan dengan target 3 buah dan realisasi 3 buah (100%), menggunakan pagu anggaran sejumlah Rp. 68.721.397.000,- terealisasi sejumlah Rp.63.678.481.485,- (92,66%). Realisasi Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Tahun 2010 dengan sumber dana APBN (rupiah murni), sejumlah Rp. 62.473.605.000,- terealisasi sejumlah Rp. 60.510.083.475,- ( 96.86%), sedangkan dari sumber dana PHLN dengan pagu sejumlah Rp. 4.902.125.000,- terealisasi sejumlah 2.208.117.530,- ( 45.04% ), namun dari sumber PNBP sejumlah Rp. 1.345.667.000,- terealisasi sejumlah Rp.960.280.480,- ( 71.36% ). Pada Tahun 2010 Balitbang KP mendapatkan luncuran dana kegiatan PHLN pada kegiatan Tahun 2009, sejumlah Rp 1.493.394.000,- dari pagu awal sejumlah Rp. 3.408.731.000,-, dengan rincian : Untuk satker BBRPBL sejumlah Rp. 636.118.000,- , satker BRPBAP Rp. 384.110.000,-, dan satker P4KSI sejumlah Rp. 473.166.000,-. Melalui perbandingan dengan tahun 2009, kenaikan anggaran yang cukup signifikan tersebut dialokasikan untuk belanja modal melalui peningkatan sarana-prasarana litbang. Peningkatan sarana litbang masih menjadi proporsi anggaran terbesar sebagaimana tahuntahun sebelumnya. Penguatan sarpras litbang merupakan salah satu kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas dan daya dukung sumberdaya Iptek KP sebagaimana RENSTRA 2010 2014. Pada tahun 2010, Balitbang KP memperkuat sarana litbang perikanan tangkap melalui pengadaan kapal riset untuk survei sumberdaya perikanan di Samudera/perairan Indonesia, pembangunan gedung kantor UPT baru di Bungus (LRKPL), revitalisasi aset litbang dan peningkatan sarana laboratorium untuk mendukung penelitian dan pengembangan. Dukungan penganggaran diarahkan agar tercapainya 3 (tiga) tujuan strategis untuk termanfaatkannya hasil riset dan inovasi Iptek untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas dan daya saing. Sebagai bentuk pertanggungjawaban dari hasil kinerja keuangan sebesar 95,80% tersebut, secara umum seluruh indikator kinerja outcome telah memenuhi target yang ditetapkan bahkan beberapa diantaranya melebihi target yaitu jumlah karya tulis yang dipublikasikan dan jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sehingga total realisasi outcome untuk Balitbang KP sebesar 133%. Hal ini
LAKIP Balitbang KP
61
merupakan bentuk komitmen Balitbang KP dalam menjalani tupoksinya dalam bidang penyedia iptek hasil penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan. Sasaran pada rencana strategis BALITBANG tahun 2010 adalah termanfaatkannya hasil dan inovasi Iptek kelautan dan perikanan, namun sasaran yang terdapat pada Penetapan Kinerja tahun 2010 - 2014 adalah penjabaran dari sasaran yang ada pada rencana strategis Balitbang KP tahun 2010 - 2014 yaitu termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas dan daya saing. Penetapan kinerja Balitbang KP tahun 2010 dibuat saat pejabat eselon 1 dibawah kepemimpinan Bapak Gellwynn Jusuf yang merupakan kontrak kerja antara Menteri Kelautan dan Perikanan dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Laporan realiasi anggaran Balitbang KP diantaranya adalah : 1) Pendapatan Negara dan Hibah
Nilai total anggaran penerimaan PNBP lingkup Balitbang KP sebesar Rp. 1.316.917.000,-
Terdapat selisih penerimaan PNBP antara data SAU dan data SAI ebesar Rp.6.844.521,-
2) Belanja Realisasi belanja rupiah murni sebesar Rp.262.908.468.441 atau 97% dari anggaran, sedangkan realiasi belanja hibah sebesar Rp.2.208.117.530,- atau 45,04 % Beberapa keberhasilan terkait laporan keuangan Balitbang KP 1). Dalam penyusunan laporan keuangan unit akuntansi pembantu pengguna anggaran Balitbang KP, eluruh Satker atau unit akuntansi kuasa pengguna anggaran hadir dan telah siap dengan laporan keuangan dan laporan BMN serta data-data pendukungnya 2). Komitmen pimpinan terkait ketertiban penyampaian laporan SAI, dan SABMN setiap bulannya, dan pembuatan laporan keuangan semester/tahunan 3). Terdapat komitmen yang telah disepakati oleh para Satker lingkup Balitbang KP untuk dapat dilaksanakan pada tahun 2011, diantaranya: Komitmen kepala satker mencapai opini WTP di tahun 2011 yang dituangkan dalam kontrak kerja Satker; Pembentukan tim penghapusan dan tim lelang serta mengusulkan penghapusan ke Sekretariat Jenderal paling lambat Bulan Juni 2011; Target penyelesaian Aset ex Departemen Pertanian bulan Juni 2011
LAKIP Balitbang KP
62
Capaian kinerja Balitbang KP terdapat kendala dari aspek efisiensi dan efektifitas terhadap anggaran. Hal-hal yang mempengaruhi penyerapan DIPA adalah sebagai berikut : APBN • Lelang ulang Kapal Riset dan Lelang Pembangunan Kantor UPT Loka Litbang di Bungus • Cuaca ekstrim berpengaruh pada jadwal pelaksanaan penelitian • Penghematan anggaran terkait efisiensi sisa kontrak • Kekurangan Gaji dan Jasa di beberapa satker, namun di beberapa satker berlebih dan tidak bisa direalokasi ke satker lain yang kekurangan PHLN Perlu pengesahan dari Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan (Sekretariat Balitbang KP, dan BRBIH Depok, namun tidak dapat dihitung sebagai penyerapan DIPA) Terdapat luncuran anggaran PHLN dari TA. 2009, sehingga terjadi penambahan Pagu di TA. 2010 yang mempengaruhi target serapan yang telah ditetapkan sebelumnya Terdapat PHLN yang tercatat di Balitbang KP, yang digunakan oleh pihak lain (DJPT) yang belum menyampaikan hasil pelaksanaan dan serapannya PNBP • Dana penerimaan fungsional diterima pada akhir tahun anggaran sehingga waktu untuk penggunaan dana tersebut tidak dapat direalisasikan Sedangkan dari aspek Sumber Daya Manusia, tenaga peneliti di Balitbang KP tidak merata tingkat/ jenjang keprofesionalismenya antara satuan kerja satu dengan yang lain. Banyak peneliti senior yang akan memasuki usia pensiun yang tidak diikuti oleh terbinanya peneliti yunior dan calon peneliti. Karena kemampuan peneliti kurang bisa mengimbangi kebutuhan
pengguna
baik
di
tingkat
pengambil
kebijakan
maupun
masyarakat
perikanan/stakeholders dan masih berorientasi pada perolehan angka kredit akan memberi dampak kepada masyarakat seperti : a. Paket teknologi dari hasil penelitian sebagian sudah dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan untuk tahun berikutnya, namun perlu adanya hipotesa b. Bentuk data dan informasi, ada yang sudah menindaklanjuti sebagai bahan rekomendasi namun banyak yang hanya berfungsi sebagai data dan informasi semata
LAKIP Balitbang KP
63
c. Bentuk rekomendasi, beberapa sudah ditindaklanjuti oleh pemda/stakholders, namun banyak rekomendasi belum dirumuskan menjadi paper brief untuk kepentingan pemangku kebijakan. Sajian – sajian gambar berikut memperlihatkan realisasi daya serap DIPA Tahun 2009 dan 2010 Balitbang KP untuk bulan Januari – Desember 2009/2010 pada program/kegiatan lingkup Balitbang KP. Sajian ini bertujuan memperlihatkan perbandingan serapan anggaran setiap bulannya yang dibandingkan antara bulan pada Tahun 2009 dengan bulan Tahun 2010. Bulan Januari daya serap Tahun 2008 adalah 2,01 % sementara pada Tahun 2009 dan Tahun 2010 daya serap bulan Januari masih 0 %
Grafik 3.1. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Januari (dalam %) Bulan Februari daya serap Tahun 2008 adalah 8,66 % sementara pada Tahun 2009 daya serapnya 1,57 % dan Tahun 2010 daya serap masih 0 %
LAKIP Balitbang KP
64
Grafik 3.2. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Februari (dalam %) Bulan Maret daya serap Tahun 2009 adalah 10,01 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 8,36 %, sedangkan target serapannya 13,4 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 5,04 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
Grafik 3.3. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Maret (dalam %) Bulan April daya serap Tahun 2009 adalah 21,7 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 14, 3 %, sedangkan target serapannya 18,9 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 4,6 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
LAKIP Balitbang KP
65
Grafik 3.4. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan April (dalam %) Bulan Mei daya serap Tahun 2009 adalah 27 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 26 %, sedangkan target serapannya 37 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 11 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
Grafik 3.5. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Mei (dalam %) Bulan Juni daya serap Tahun 2009 adalah 43 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 28 %, sedangkan target serapannya 38 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 10 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
LAKIP Balitbang KP
66
Grafik 3.6. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Juni (dalam %) Bulan Juli daya serap Tahun 2009 adalah 52 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 35,55 %, sedangkan target serapannya 45,27 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 10,72 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana UP, pengadaan alat dalam tahap penyusunan administrasi pelelangan, Belanja modal tidak sesuai target karena lelang masih dalam proses (Perencanaan pembangunan gedung BRKP 2 sebesar Rp. 800 Juta dan pengadaan alat pengolah data sebesar Rp. 200 Juta ), Gaji mengalami kelebihan pagu (target 1,7 milyar rupiah, namun realisasinya 1,5 milyar rupiah), PHLN masih dibintang (perkembangan proses pencairan bintang masih ditingkat DJPU, Kemenkeu), pelaksanaan kegiatan lain yang tertunda karena keterkaitannya dengan instansi lain, beberapa kegiatan riset belum berjalan sesuai target karena kendala cuaca dan kondisi alam di wilayah survey, pengadaan sarana air bersih sebesar Rp.250 juta masih dalam proses revisi, dan ada kuitansi yang masih belum di pertanggungjawabkan. Adapun tindak lanjut yang harus dilakukan adalah permohonan UP dan mengajukan SPM GU Nihil/isi
LAKIP Balitbang KP
67
Grafik 3.7. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Juli (dalam %) Bulan Agustus daya serap Tahun 2009 adalah 58 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 41 %, sedangkan target serapannya 51 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 10 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh rehabilitasi tambak baru dibayarkan uang muka 30 % dan pembayaran termin 1 dalam proses, sementara fisik kegiatan sudah mencapai 100 %, pengadaan alat laboratorium/realisasi alat lab 100 % sedangkan alat lapangan lainnya masih dalam proses pembayaran dan pengiriman barang, diseminasi dan asimilasi hasil riset direncanakan bulan Oktober, pemanfaatan anggaran PNBP masih dalam proses, Anggaran PHLN masih dalam proses revisi DIPA, pagu 2008/2009/2010 yang satu akun diluncurkan menjadi 5 akun pada DIPA 2010 dan revisi kode kantor bayar KPPN 132 menjadi KPPN 140 Jakarta, pengadaan jurnal buku masih dalam proses revisi akun dari 536121 menjadi 536111, mundurnya kegiatan riset karena belum lengkapnya ketersediaan alat survey dan kondisi cuaca yang dinamis, adanya perubahan rencana yang menyebabkan revisi DIPA, realisasi pengadaan alat laboratorium masih rendah karena masih dalam proses revisi untuk penyesuaian biaya lelang, kegiatan dengan dana dari PHLN masih dibintang, pengadaan dari akun belanja modal masih dalam proses pelelangan, beberapa pekerjaan terkait perawatan gedung masih dalam proses pengerjaan, pengadaan perlengkapan sarana gedung dan alat pengolah data mengalami pengunduran jadwal terkait bersamaan dengan proses kegiatan sail banda. Tidak lanjut dari permasalahan tersebut adalah; segera memproses pembayaran termin 2, segera mendatangkan alat lapangan, segera memanfaatkan dan mempercepat proses (revisi akun/DIPA, revisi PHLN, anggaran PNBP,pencairan bintang), koordinasi dengan instansi terkait.
LAKIP Balitbang KP
68
Grafik 3.8. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulanAgustus(dalam %) Bulan September daya serap Tahun 2009 adalah 65 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 54 %, sedangkan target serapannya 58 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 4 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
Grafik 3.9. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan September (dalam %) Bulan Oktober Tahun 2010 daya serapnya adalah 60,75 %, sedangkan target serapannya 64,74 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 3,99 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan realisasi pengiriman barang pengadaan alat laboratorium diundur sekalian pelatihan penggunaan alat dari rekanan, realisasi alat laboratorium masih rendah karena dalam tahap revisi untuk penyesuaian biaya LAKIP Balitbang KP
69
lelang kegiatan terkait, terjadi perubahan waktu pelaksanaan dan prinsip efisiensi dalam pengadaan barang/jasa, belum lengkapnya ketersediaan alat survey dan adanya kondisi cuaca yang dinamis.
Grafik 3.10. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Oktober (dalam %) Bulan Nopember Tahun 2010 daya serapnya adalah 64,53 %, sedangkan target serapannya 69,45 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 4,92 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan.
Grafik 3.11. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan November (dalam %) Bulan Desember daya serap Tahun 2009 adalah 91 % sementara pada Tahun 2010 daya serapnya 95,80 %, sedangkan target serapannya 98,22 %. Dengan demikian terdapat LAKIP Balitbang KP
70
deviasi sebesar 2,42 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan.
Grafik 3.12. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Desember (dalam %)
LAKIP Balitbang KP
71
BAB IV PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan tahun 2010 merupakan media akuntabilitas dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang digambarkan dalam angka-angka pencapaian kinerja kegiatan, program dan kebijakan. Hasil-hasil yang telah dicapai ini menunjukkan indikasi bahwa pelaksanaan kegiatan, program dan kebijakan secara umum telah berjalan secara efektif. Pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan akan dapat dijadikan landasan untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan kelautan dan perikanan dalam tahun berikutnya. Pencapaian kinerja tahun 2010 menunjukkan bahwa sasaran stratejis yang telah dapat dicapai dengan optimal. Program dan kegiatan yang telah dicapai secara optimal akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya untuk mendukung pelaksanaan riset stratejis yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan dampak yang positif bagi masyarakat. Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi Badan Litbang Kelautan dan Perikanan antara lain menyangkut mekanisme pengukuran outcome hasil litbang belum ada sehingga belum diketahui efektifitas dan tingkat pemanfaatannya sesuai dengan RPJM. Pengukuran tingkat pemanfaatan luaran hasil litbang perlu dilakukan karena kondisi saat ini, seperti bentuk rekomendasi ada beberapa yang sudah ditindaklanjuti oleh stakeholder namun banyak rekomendasi yang belum dirumuskan menjadi paper brief untk kepentingan pemangku kebijakan, bentuk data dan informasi banyak yang berfungsi sebagai data dan informasi semata serta paket teknologi sebagian sudah dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan untuk tahun selanjutnya namun perlu adanya hipotesis. Hasil Balitbang KP yang telah dilakukan dari tahun 2002-2010 perlu dikaji dalam perencanaan kegiatan Balitbang KP di tahun yang akan datang.
LAKIP Balitbang KP
72