LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral KESDM Tahun 2013 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan mengacu kepada Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 Tahun 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap pelaksanaan program dan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi; ketenagalistrikan, energi baru terbarukan dan konservasi energi; mineral dan batubara; serta geologi kelautan selama tahun 2013. Program dan kegiatan tersebut mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Litbang ESDM Tahun 2010 – 2014. LAKIP ini menguraikan capaian target sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan Badan Litbang ESDM tahun 2013 dalam bentuk laporan dengan pendekatan pengukuran kinerja. Pada tahun 2013, capaian dari masing-masing sasaran dan indikator kinerja terealisasi hingga 100%. Dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan, Badan Litbang ESDM melaksanakan kegiatan yang menghasilkan 4 (empat) Karya Ilmiah yang terpilih dan masuk dalam 105 Inovasi Indonesia Paling Prospektif Tahun 2013 dan juga mendapatkan 4 (empat) buah sertifikat paten yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jenderal HaKI. Hasil kinerja tahun 2013 ini selanjutnya menjadi bahan evaluasi di lingkungan Badan Litbang ESDM untuk perbaikan kinerja pada tahun-tahun berikutnya sehingga menjadi lebih efisien dan efektif.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
i
ii
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Ringkasan Eksekutif Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) merupakan unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) awalnya dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 150 Tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001, dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1915 tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja DESDM. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi Badan Litbang ESDM mengalami penyesuaian, terakhir sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010 yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2013 tanggal 14 Agustus 2013. Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral mengemban tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral dengan melaksanakan fungsi menyusun kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; dan pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada pelaksanaan tahun anggaran 2013 telah dituangkan dalam perjanjian/penetapan kinerja yang dilakukan Kepala Badan Litbang ESDM selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan menetapkan sasaran strategis dan target indikator kinerja utama (IKU). Penetapan Kinerja tersebut sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis Badan Litbang ESDM pada Renstra Badan Litbang ESDM 2010-2014. Capaian dari masing-masing sasaran dan indikator kinerja tersebut ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
iii
Tabel 1.
Pencapaian Kinerja Tahun 2013
No
Program / Kegiatan
Sasaran
Indikator
Target
Realisasi
% Capaian
1
2
3
4
5
6
7
PROGRAM Terwujudnya PENELITIAN program-program DAN litbang unggulan PENGEMBAN GAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jumlah Laporan Ilmiah Jumlah Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi Jumlah peta/atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan
88
117
132,95%
51
62
121,57%
8
20
250%
11
18
163,64%
Terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM
Jumlah Usulan Masukan/ Rekomendasi Kebijakan/Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI )
24
35
145,83%
24
26
108,33%
90%
89%
99,26%
I
Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Terwujudnya peningkatan jasa Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan teknologi Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM
Pencapaian kinerja terhadap pelaksanaan kegiatan tahun 2013 menghasilkan output melebihi target yang telah ditetapkan kecuali indikator Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk yang sedikit dibawah target (99,26%) (lihat Tabel 1). Dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan telah dilakukan kegiatan antara lain; Penilaian Litbang Inovatif dengan hasil 4 (empat) Karya Ilmiah terpilih dan masuk dalam 105 Inovasi Indonesia yang paling prospektif Tahun 2013; Forum Litbang ESDM 2013 yang bertujuan menyebarluaskan inovasi, Sharing pengalaman dan pengetahuan, mengembangkan kapasitas produk, dukungan pendanaan dari perusahaan atau lembaga donor lain, dan sarana komunikasi para teladan di bidang energi dengan para pemangku
iv
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
kepentingan (stakeholders); Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management; KM) berupa forum Knowledge Sharing yang diselenggarakan di lingkungan Badan Litbang ESDM serta penyusunan buku seri KM dari para peneliti di lingkungan Badan Litbang ESDM; Penghargaan Energi yang menetapkan 15 (limabelas) penerima penghargaan; dan Paten. Pada tahun 2013, penelitian di Badan Litbang ESDM yang telah mendapatkan Sertifikat paten terdiri dari 4 (empat) buah sertifikat paten yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jenderal HaKI dengan judul Metode Pembuatan Elektroda Difusi Gas dengan Sputtering dan Produknya, No. Paten: P00201000812, Granted sejak 20 September 2013, Proses dan Peralatan Pembakar Siklon untuk Tepung Batubara, No. Paten: ID P0033147, Granted sejak 1 Maret 2013, dan Kokas Pengecoran dari Batubara Non Coking dan Proses Pembuatannya dengan Nomor Paten ID P0033336, Granted sejak tanggal 26 Maret 2013, dan Metoda Pengukuran Resistivitas Pada Batuan Sedimen Untuk Mengurangi Pengaruh Mineral Berat Konduktif Pada Analisis Log Sumur, Nomor Paten P0034113 tanggal 12 Juli 2013. Pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang bersumber dari Rupiah Murni dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2013 melalui Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral dijabarkan dalam 5 kegiatan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. KODE
Realisasi anggaran belanja per program tahun 2013
KEGIATAN APBN
PAGU (Rupiah)
REALISASI (Rupiah)
%
1910
Penelitian dan Geologi Kelautan
Pengembangan
114.463.298.000
99.363.332.014
86,81
1911
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
92.974.665.000
70.665.568.654
76,01
1912
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
130.366.413.000
114.686.390.295
87,97
1913
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
352.925.617.000
298.801.419.300
84,66
1914
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
50.958.667.000
36.392.960.880
71,42
TOTAL
741.688.660.000
619.909.671.143
83,58
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
v
Realisasi penyerapan anggaran sampai akhir tahun 2013 sebesar 83,58% dari total pagu anggaran/DIPA sebesar Rp. 741.688.660.000,- (Tabel 2) Dari 5 (lima) kegiatan yang ada di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun anggaran 2013, 3 (tiga) kegiatan realisasi anggaran di atas 80% dan 2 (dua) kegiatan di atas 70%. Tabel 3 menyajikan realisasi dan sisa anggaran berdasarkan jenis belanja yaitu belanja pegawai dengan realisasi 91,98%, belanja barang realisasi 81,33%, dan belanja modal dengan realiasi 84,95%. Tabel 3.
Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan
Jenis Belanja
Pagu Anggaran (Rp.)
•Belanja Pegawai •Belanja Barang •Belanja Modal Jumlah
77.410.470.000 431.469.003.000 232.809.187.000 741.688.660.000
Realisasi (Rp.) 71.199.049.021 350.941.930.946 197.768.691.176 619.909.671.143
% 91,98 81,33 84,95 83,58
Sisa Anggaran (Rp.) % 6.211.420.979 8,02 80.527.072.054 18,67 35.040.495.824 15,05 121.778.988.857 16,42
Sisa anggaran sebesar 16,42% karena pada pengadaan Barang/Jasa terdapat gagal dalam pelaksanaan lelang, belanja modal pelaksanaan pemagaran dan pematangan lahan pada Puslitbangtek KEBTKE tidak terlaksana/tertunda karena IMB belum keluar sebesar Rp 15,5 miliar, adanya sisa Gaji dan Tunjangan suami/istri (PNS pensiun), Tunjangan fungsional (diberhentikan sementara/permanen), dan Efisiensi Belanja uang makan PNS, serta pada output Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi, untuk P3TMB realisasi penerimaan di bawah target yang ditetapkan. Sedangkan P3TMGB “LEMIGAS” terdapat tagihan outstanding masih dalam proses pembayaran, sehingga realisasi di bawah target. Sisa anggaran BLU tidak dibelanjakan sebesar Rp. 16,3 miliar.
vi
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Daftar Isi Kata Pengantar ...........................................................................................................i Ringkasan Eksekutif .................................................................................................. iii Daftar Isi .................................................................................................................. vii Daftar Tabel ............................................................................................................ viii Daftar Gambar .......................................................................................................... ix Daftar Lampiran ........................................................................................................ xi I. Pendahuluan .........................................................................................................1 II. Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja ............................................................ 12 A. Rencana Strategis .................................................................................................. 12 1. Pernyataan Visi.............................................................................................................. 12 2. Pernyataan Misi ............................................................................................................ 12 3. Tujuan Strategis............................................................................................................. 13 4. Sasaran dan Program Tahun 2010-2014 ....................................................................... 13
B. Alokasi Anggaran ................................................................................................... 17 C. Perjanjian/ Penetapan Kinerja ............................................................................... 17 III. Akuntabilitas Kinerja ........................................................................................... 19 A. Gambaran Umum Capaian Kinerja Tahun 2013 .................................................... 19 1. Bidang Minyak dan Gas Bumi ........................................................................................ 20 2. Bidang Mineral dan Batubara ....................................................................................... 25 3. Bidang Ketenagalistikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi ................... 39 4. Bidang Geologi Kelautan ............................................................................................... 41
B. Indikator Kinerja Utama Badan Litbang ESDM ...................................................... 45 1. Tujuan 1: Terwujudnya konstribusi dalam pelaksanaan, perumusan, dan evaluasi kebijakan sektor ESDM.................................................................................................. 45 2. Tujuan 2: Terwujudnya kegiatan litbang unggulan yang mampu berkontribusi dalam menjawab permasalahan sektor ESDM ........................................................................ 88 3. Tujuan 3: Terwujudnya peningkatan partisipasi masyarakat/industri ........................ 104 4. Tujuan 4: Terwujudnya sentra teknologi di Bidang ESDM .......................................... 104 5. Tujuan 5: Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan .................................... 115
C. Akuntabilitas Keuangan ....................................................................................... 126 1. Realisasi Anggaran/DIPA Tahun 2013 ......................................................................... 126 2. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan .................................. 131
IV. Penutup ............................................................................................................ 133
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
vii
Daftar Tabel Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29. Tabel 30. Tabel 31. Tabel 32. Tabel 33. Tabel 34. Tabel 35. Tabel 36. Tabel 37. Tabel 38. Tabel 39. Tabel 40.
viii
Pencapaian Kinerja Tahun 2013 ................................................................................ iv Realisasi anggaran belanja per program tahun 2013 ................................................. v Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan ................................................... vi Jumlah Kegiatan Litbang Tahun 2010 - 2012 .............................................................. 9 Pencapaian Kinerja Badan Litbang ESDM Tahun 2010 - 2012 .................................. 10 Anggaran Badan Litbang ESDM Tahun 2010 - 2012 ................................................. 11 Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Penghematan Tahun 2013 .......................................................................................................................... 17 Penetapan Kinerja 2012............................................................................................ 18 Pencapaian Kinerja Tahun 2013 ............................................................................... 19 Hasil Pengujian Karakteristik Bahan Bakar LGV, DME dan Campurannya ................ 23 Data uji gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel .................................................... 31 Komposisi gas batubara pada percobaan gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel pada uji tahap pertama tahun 2013 ......................................................................... 31 Kondisi operasi karbonisasi pada rotary kiln ............................................................ 34 Hasil Uji Emisi Partikulat ........................................................................................... 36 Perhitungan Arus Laut Menjadi Energi Listrik di Beberapa Daerah .......................... 42 Ringkasan Blok Re-Evaluasi ....................................................................................... 46 Ringkasan Blok dengan Studi Lanjutan ..................................................................... 47 Perhitungan Ringkasan Sumberdaya ........................................................................ 47 Perkembangan Cadangan Minyak dan Gas Bumi pada 1 Januari 2012 dan 01 Januari 2013 .......................................................................................................................... 48 Model Penyaluran BBM ............................................................................................ 49 Analisis BCR ............................................................................................................... 53 Roadmap Infrastruktur Gas Bumi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang............ 55 Pemakaian Energi dan Tagihan Listrik PJU Kota Bandung ........................................ 64 Perbandingan bahan baku BBN ................................................................................ 75 Daftar Laporan Ilmiah Bidang Minyak dan Gas Bumi ............................................... 89 Daftar Laporan Ilmiah Bidang Mineral dan Batubara ............................................... 91 Daftar Laporan Ilmiah Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi ...................................................................................................... 93 Daftar Laporan Ilmiah Bidang Geologi Kelautan ....................................................... 95 Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Minyak dan Gas Bumi . 96 Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Mineral dan Batubara . 97 Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang KEBTKE ........................ 98 Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Geologi Kelautan ......... 99 Daftar Peta Geologi Kelautan ................................................................................. 103 Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan ............................................. 121 Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat ............................ 122 Penerima Penghargaan Energi Pratama ................................................................. 122 Penerima Penghargaan Energi Prabawa................................................................. 122 Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Penghematan ..... 126 Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan ................................................ 128 Realisasi anggaran belanja per program tahun 2013 ............................................. 130
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Daftar Gambar Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35. Gambar 36. Gambar 37. Gambar 38. Gambar 39. Gambar 40.
Struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral ....................................................................................................................... 2 Peran sektor ESDM dalam pembangunan nasional. ................................................... 3 Tantangan Ketahanan Energi Nasional ....................................................................... 4 Target TKDN ................................................................................................................ 5 Rantai Nilai Badan Litbang ESDM ............................................................................... 7 Peran Badan Litbang ESDM dalam kebijakan energi dan mineral nasional. .............. 8 Panel Proses Inversi Filter-Q ..................................................................................... 20 Proses Pabrikasi Rig CBM .......................................................................................... 22 Prototipe Rig CBM .................................................................................................... 22 Konsentrasi Hg yang terserap dalam adsorben. ....................................................... 25 Bagan Alir Terpadu Pencucian Bauksit dan Pemanfaatan Residu Bauksit ................ 29 Pemasangan alat panel listrik ................................................................................... 30 Perbaikan sistem drainase listrik .............................................................................. 30 Uji coba gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel .................................................... 32 Peralatan rotary kiln ................................................................................................. 33 Diagram alir proses pembuatan kokas pengecoran ................................................. 34 Pembakar Siklon 6 ton/jam ...................................................................................... 36 Pilot plant karbon aktif ............................................................................................. 37 Pemanasan rotary kiln dan pembakar siklon. ........................................................... 38 Peta Potensi Energi Arus Laut Seluruh Indonesia ..................................................... 43 Capaian pemetaan geologi kelautan hingga Tahun 2013 ......................................... 44 Klasifikasi Cadangan Indonesia Status 01 Januari 2013 ............................................ 48 Diagram Alur Pemodelan Distribusi BBM dengan Powersim ................................... 49 Estimasi hemat energi jika diberlakukan di Kota Denpasar dan Jembatan Suramadu. .................................................................................................................................. 66 Estimasi hemat energi jika diberlakukan di Kabupaten Sleman. .............................. 67 Lokasi Kajian Kebijakan Pengelolaan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi. .......... 76 Road Map Kebijakan Peningkatan Ketahanan Energi Nasional, Pencadangan Mineral Nasional dan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Pantai dan Laut di Sulawesi dan Sekitarnya 2013-2017. ....................................................................................... 78 Peta lokasi kajian Cekungan Banggai-Sula dan sekitarnya. ...................................... 81 Road Map Kebijakan Kemitraan Strategis dalam percepatan pengembangan Cekungan Banggai-Sula 2013-2017. ......................................................................... 82 Peta lokasi kajian perairan Selat Sunda dan sekitarnya............................................ 83 Peta lokasi kajian arus laut. ...................................................................................... 85 Road Map Kebijakan pengembangan energi laut 2014-2019. ................................. 86 Lokasi Kajian Kebijakan Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur........................... 87 Proses Fabrikasi Rig CBM ........................................................................................ 106 Hasil pemantauan setelah injeksi surfaktan. .......................................................... 109 Wire-ropemeter. ..................................................................................................... 114 Sparkarray Multielektroda. .................................................................................... 114 Airgun Controller .................................................................................................... 114 Para Pemenang litbang inovatif Badan Litbang ESDM. .......................................... 116 Forum Badan Litbang ESDM menghadirkan para Teladan Energi dan Perusahaan/lembaga donor ................................................................................... 117
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
ix
Gambar 41. Pelaksanaan Forum Diskusi dengan tema Konservasi Energi Nasional pada Demand Side Management................................................................................................... 118 Gambar 42. Malam Silaturahmi para Teladan Nasional dengan Presiden RI pada tanggal 18 Agustus 2013. ......................................................................................................... 119 Gambar 43. Pertemuan Menteri ESDM dengan para Penerima Penghargaan Energi 2013. ..... 120 Gambar 44. Penerima Penghargaan Energi 2013 Jenis Prakarsa bersama Menteri ESDM, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Badan Litbang ESDM................................................... 120 Gambar 45. Penerima Penghargaan Energi 2013 Jenis Pratama bersama Menteri ESDM, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Badan Litbang ESDM................................................... 121 Gambar 46. Penerima Penghargaan Energi 2013 Jenis Prabawa bersama Menteri ESDM, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Badan Litbang ESDM................................................... 121 Gambar 47. Hananto Kurnio, Peneliti Madya Badan Litbang ESDM menerima Energy Globe National Award 2013. ............................................................................................. 123 Gambar 48. FGD Peningkatan Pemanfaatan Produk Dalam Negeri. .......................................... 125 Gambar 49. Alokasi Penghematan berdasarkan jenis Kegiatan. ................................................ 127 Gambar 50. Pagu anggaran berdasarkan jenis belanja. ............................................................. 128 Gambar 51. Realisasi Anggaran berdasarkan jenis Belanja. ....................................................... 129 Gambar 52. Sisa Anggaran berdasarkan jenis belanja................................................................ 129 Gambar 53. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Monitoring .................................................................. 132
x
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Daftar Lampiran Lampiran 1. PENETAPAN KINERJA BADAN LITBANG ESDM TAHUN 2013 ................................ 135 Lampiran 2. DAFTAR KEGIATAN LITBANG TAHUN 2013 BADAN LITBANG ESDM .................... 137 Lampiran 3. Sertifikat Paten di Lingkungan Badan Litbang ESDM ............................................ 143
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
xi
I.
B
Pendahuluan
adan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) adalah unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 Tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001, dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1915 tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja DESDM. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber daya Mineral mengalami penyesuaian, terakhir sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010 yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2013 tanggal 14 Agustus 2013. Dalam struktur organisasi tersebut, Badan Litbang ESDM terdiri atas 4 (empat) Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang), yaitu: Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, dan Puslitbang Geologi Kelautan, serta Sekretariat Badan Litbang yang memberikan dukungan manajemen dan administrasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Badan Litbang ESDM memiliki kemampuan untuk menjalankan peran sesuai dengan amanat yang tertuang dalam kedua Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut. Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang kemudian diubah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2013 tanggal 14 Agustus 2013, Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral mengemban tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk melaksanakan tugas tersebut, fungsi Badan Litbang ESDM adalah sebagai berikut : a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral; b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral;
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
1
c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan di bidang energi dan sumber daya mineral;
penelitian
dan
d. pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI “LEMIGAS”
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
Gambar 1. Struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
Secara umum seluruh Puslitbang di lingkungan Badan Litbang ESDM mengemban tugas dan fungsi yang sama yaitu : a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian, pengembangan, perekayasaan teknologi, dan pengkajian survei; b. pelaksanaan penelitian, pengembangan, perekayasaan teknologi, pengkajian dan survei serta pelayanan jasa, pengelolaan pengetahuan dan inovasi; c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan teknologi, dan pengkajian, dan d. pelaksanaan administrasi. Yang membedakannya adalah ruang lingkup bidang penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan pada masing-masing puslitbang. Peran Sektor ESDM adalah sebagai penjamin sumber pasokan bahan bakar dan bahan baku (energi dan minerba) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah (Gambar 2). Sektor ESDM mempunyai pengaruh terhadap indikator fiskal, moneter dan sektor riil. Untuk fiskal, sektor ESDM berkontribusi kepada penerimaan negara (revenue) tapi juga menimbulkan konsekuensi subsidi dalam upaya mewujudkan harga energi yang terjangkau. Untuk moneter, komoditas ESDM yang bersifat
2
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
administered price berpengaruh kepada inflasi. Untuk sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM menumbuhkan investasi dan sekaligus membutuhkan investasi. Semua hal tersebut di atas menjadi landas gerak pembangunan nasional melalui four tracks yaitu pertumbuhan (pro-growth), penciptaan lapangan kerja (pro-job), pemerataan pembangunan dengan orientasi pengentasan kemiskinan (pro-poor), dan kepedulian terhadap lingkungan (pro-environment). Untuk mendukung peran sektor ESDM tersebut, sesuai tugas dan fungsinya, Badan Litbang ESDM melalui hasil kegiatan litbang dan kajian yang diwujudkan dalam indikator kinerja utama (Laporan dan makalah Ilmiah, usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi, Peta/Atlas Potensi, Usulan Masukan/ Rekomendasi Kebijakan, Pilot Plant/Prototype/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun) dalam menghadapi tantangan sektor ESDM antara lain meningkatkan perekonomian nasional, keamanan pasokan energi dan mineral, dan Permasalahan lingkungan.
Gambar 2. Peran sektor ESDM dalam pembangunan nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan ditambah dengan pertumbuhan penduduk akan menyebabkan semakin meningkatnya, kebutuhan energi di masa yang akan datang yang diperkirakan akan mencapai sekitar 7,2 juta barel per hari pada tahun 2025. Walaupun upaya dilakukan untuk mengurangi peranan minyak dari 50% pada saat ini menjadi hanya sekitar 24%, namun secara kuantitas volume kebutuhan minyak masih meningkat dan diperkirakan akan menjadi 1,8 juta barel per hari pada tahun 2025. Kebutuhan gas bumi diperkirakan akan mencapai 1,5 juta barel setara minyak per hari dan batubara 2,4 juta barel setara minyak per hari pada tahun 2025. Sedangkan EBT, apabila peranannya ditingkatkan menjadi sekitar 26% pada tahun 2025, kebutuhannya diperkirakan akan menjadi kurang lebih 2 juta barel setara minyak per hari.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
3
Gambar 3. Tantangan Ketahanan Energi Nasional
Namun demikian, dengan mempertimbangkan permasalahan sektor energi pada saat ini, pasokan energi sulit ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhannya. Proyeksi yang dilakukan Balitbang menunjukkan bahwa dengan cadangan minyak yang ada pada saat ini, produksi minyak bumi pada tahun 2025 akan hanya mencapai sekitar 400 ribu barel per hari. Dengan demikian, Indonesia akan kekurangan minyak bumi sekitar 1,4 juta barel per hari pada tahun 2025. Demikian juga halnya dengan gas bumi akan mengalami defisit sampai dengan 700an ribu barel setara minyak per hari pada tahun 2025. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan gas bumi diperkirakan akan meningkat menjadi kurang lebih 1,5 juta barel setara minyak per hari, sedangkan produksi gas bumi diperkirakan hanya mencapai 800 ribu barel setara minyak per hari. Dalam hal EBT, yang pemanfaatannya diproyeksikan akan meningkat menjadi 2 juta barel setara minyak per hari pada tahun 2025, peningkatan produksi EBT hanya akan mencapai sekitar 700 ribu barel setara minyak per hari. Dengan demikian, pada tahun 2025 akan kekurangan pasokan EBT sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari. Secara keseluruhan, deficit energy akan mencapai sekitar 2 juta barel setara minyak pada tahun 2025. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanpa ada upaya terobosan pengelolaan energi, ketergantungan Indonesia terhadap impor energi semakin besar, yang berarti ketahanan energi kita semakin terancam (Gambar 3).
4
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Tanpa ada upaya terobosan dalam hal pengelolaan energi, permasalahan ketahanan energi yang sedang dihadapi pada saat ini akan terus berlangsung dan bahkan sampai satu dekade mendatang, yang akan menyebabkan juga terancamnya kondisi perekonomian Indonesia di masa yang akan datang. Peranan Balitbang dapat dioptimalkan dalam memberikan berbagai masukan terobosan penyelesaian isu-isu strategis di bidang ESDM. Untuk lebih meningkatkan peran tersebut pada tahun 2013 Tujuan Balitbang ESDM direview dari sebelumnya 3 (tiga) menjadi 5 (lima) tujuan berikut, yaitu 1). terwujudnya konstribusi dalam pelaksanaan, perumusan, dan evaluasi kebijakan sektor ESDM, 2). Terwujudnya kegiatan litbang unggulan yang mampu berkontribusi dalam menjawab permasalahan sektor ESDM, 3). Terwujudnya peningkatan partisipasi masyarakat/industri, 4). Terwujudnya sentra teknologi di Bidang ESDM, dan 5). Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan. Pengembangan sektor ESDM belum secara optimal meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Sebagai akibatnya komponen impor masih sangat signifikan peranannya bahkan di banyak peralatan komponen impor masih lebih dari 50% (Gambar 4). Di samping itu, peranan perusahaan nasional di bidang jasa EPC masih sangat rendah, khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral. Kemampuan litbang belum secara optimal dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan kepada minyak melalui berbagai terobosan teknologi energi yang diperlukan dalam diversifikasi dan konservasi energi. Peranan litbang juga belum secara optimal diarahkan untuk mendukung program peningkatan TKDN. Banyak inovasi-inovasi ataupun hasil pengembangan teknologi dari Balitbang ESDM dan lembaga-lembaga R&D dalam negeri belum banyak dimanfaatkan.
Gambar 4. Target TKDN
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
5
Alih teknologi tidak terjadi seperti yang diharapkan, sehingga banyak paten dari hasil Balitbang ESDM yang belum diimplementasikan oleh industri ESDM di dalam negeri. Kegiatan-kegiatan litbang lebih difokuskan kepada upaya untuk menyelesaikan permasalahan nasional di bidang energi dan sumber daya mineral. Kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya sekedar ditujukan untuk pencapaian angka kredit para peneliti, perekayasa dan penyelidik bumi, namun dilaksanakan untuk pencapaian tujuan yang diperlukan oleh para peneliti, perekayasa dan penyelidik bumi, sekaligus diarahkan untuk mencari solusi isu-isu strategis di bidang energi dan sumber daya mineral. Selaras dengan maksud tersebut, kegiatan-kegiatan Balitbang ESDM mendatang lebih fokus dan produktif dalam menghasilkan paten, prototipe, pilot plant dan demo plant dari teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan pasokan energi dan juga mengurangi ketergantungan kepada minyak bumi. Di samping itu, paten-paten, prototipe, pilot plant dan demo plant sangat diperlukan oleh para investor sebagai contoh dan bukti keberhasilan suatu teknologi yang tentu saja merupakan indikator untuk mengurangi resiko investasi. Dengan demikian, hasil litbang juga akan mempunyai kontribusi yang signifikan dalam mendorong peningkatan TKDN. Balitbang ESDM mempunyai kemampuan untuk mengembangkan teknologi energi baik untuk meningkatkan kapasitas pasokan energi dan mengurangi ketergantungan kepada minyak serta mendukung pengembangan kapasitas nasional dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan potensi sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana yang tersedia serta mengingat isu strategis sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) pada saat ini, pemberdayaan Balitbang ESDM akan ditingkatkan dengan meninjau rantai nilai industri energi dan mineral sebagai acuan untuk melaksanakan misi pada Renstra Balitbang ESDM mendatang (Gambar 5).
6
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Gambar 5. Rantai Nilai Badan Litbang ESDM
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
7
Balitbang ESDM juga memfasilitasi terlaksananya perkembangan teknologi, transfer teknologi, peningkatan nilai tambah, dan peningkatan kapasitas di sektor ESDM. Proses litbang di bidang energi, baik fosil maupun EBT diarahkan pada pemanfaatannya di industri primer dengan pemanfataan akhir berupa produk energi, seperti BBM, BBG, BBN, dan listrik. Proses litbang juga dilaksanakan di bidang mineral yang diarahkan pada pemanfaatan nilai tambah di industri primer maupun sekunder. Selain itu, Badan Litbang ESDM juga berperan dalam mendukung pelaksanaan kebijakan dan strategi sektor ESDM (Gambar 6).
Gambar 6. Peran Badan Litbang ESDM dalam kebijakan energi dan mineral nasional.
Untuk melaksanakan hal-hal tersebut di atas, maka Badan Litbang ESDM memfokuskan diri dalam meningkatkan kontribusi penelitian dan pengembangan ESDM melalui peningkatan pemberdayaan Balitbang ESDM yang optimal guna mendukung perkembangan sektor ESDM. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Badan Litbang ESDM selama tahun 2013. Beberapa perbandingan dilakukan terhadap capaian kinerja dalam tahun 2013, yaitu : a. Dengan Pengukuran Kinerja (PK) tahun 2013 untuk mengukur keberhasilan tahunan organisasi. b. Dengan membandingkan capaian kinerja tahun sebelumnya bertujuan untuk melihat kecenderungan (trend) capaian kinerja. Analisis terhadap hal ini memungkinkan Badan Litbang ESDM fokus pada upaya peningkatan kinerja.
8
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
c. Bersama-sama dengan capaian kinerja pada tahun-tahun sebelumnya yang menghasilkan akumulasi capaian kinerja sampai dengan akhir tahun 2013, dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai sebagaimana diuraikan dalam Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014. Selama periode 2010 – 2012 telah dilaksanakan kegiatan yang didanai oleh APBN (DIPA) dialokasikan dalam Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, yang menghasilkan output dan outcome yang mendukung tercapainya Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tercantum dalam Penetapan Kinerja (PK) pada tahun berjalan. Jumlah kegiatan litbang yang telah dilaksanakan pada tahun 2010 – 2012 sebagaimana tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4.
Jumlah Kegiatan Litbang Tahun 2010 - 2012
JUMLAH KEGIATAN LITBANG
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2010
BLM 54
BLT 44
BLE 19
BLK 43
TOTAL 160
2011
54
48
23
37
162
2012
35
28
21
24
108
Secara keseluruhan dibandingkan tahun 2010 (based year) jumlah kegiatan litbang meningkat (1,3%) pada tahun 2011 namun mengalami penurunan (32,5%) pada tahun 2012. Selama periode 2010-2012 telah dilakukan review terhadap indikator kinerja utama Badan Litbang ESDM, di mana semula 6 indikator kinerja dan pada tahun 2012 menjadi 7 indikator kinerja. a. Indikator Kinerja tahun 2010 dan 2011, yaitu : 1) Usulan Paten dan Hak Cipta 2) Jumlah Makalah Ilmiah yang Dipublikasikan Pada Jurnal baik di tingkat Nasional maupun Internasional dan Laporan Ilmiah 3) Jumlah Masukan/ Rekomendasi Kebijakan LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
9
4) Jumlah Pilot Plant dan Demo Plant atau Rancangan Produk Rancang Bangun Penerapan Teknologi Unggulan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral 5) Jumlah Produksi Peta Potensi Geologi Kelautan 6) Jumlah Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan terhadap target yang ditetapkan (Dalam Juta Rp) b. Indikator Kinerja tahun 2012, yaitu : 1) Jumlah Laporan Ilmiah 2) Jumlah Makalah Ilmiah Yang Diterbitkan Oleh Media Yang Terakreditasi 3) Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi 4) Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan 5) Jumlah Usulan Masukan/ Rekomendasi Kebi-jakan/ Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) 6) Jumlah Pilot Plant/ Prototype/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/ Formula 7) Indeks Kepuasan Pelanggan Atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk Tabel 5. Sasaran Strategis Terwujudnya program-program litbang unggulan
Terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM
10
Pencapaian Kinerja Badan Litbang ESDM Tahun 2010 - 2012 Indikator Kinerja
Satuan
Realisasi 2010
Realisasi 2011
Realisasi 2012
Jumlah Laporan Ilmiah
Laporan
--
--
102
Jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi Jumlah usulan paten, hak cipta dan litbang inovasi Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan Jumlah Usulan Masukan/ Rekomendasi Kebijakan/ Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
Makalah
132
140
80
Usulan
9
6
7
Peta/ Atlas
9
9
23
Usulan/ Rancangan
28
43
25
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Satuan
Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM
Jumlah Pilot Plant/ Prototype/Demo Plant atau Rancangan/ Rancang Bangun/ Formula Indeks kepuasan pelanggan atas layanan jasa teknologi di bidang penelitian dan pengembangan ESDM dan sertifikasi produk Jumlah realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan terhadap target yang ditetapkan
Pilot Plant/ Prototype/ Demo Plant %
Terwujudnya peningkatan jasa teknologi
Juta Rp
Realisasi 2010
Realisasi 2011
Realisasi 2012
29
31
30
--
--
85
35.574
47.138
--
Realisasi anggaran Badan Litbang ESDM selama tahun 2010-2012 mengalami penurunan dengan rincian pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6.
Anggaran Badan Litbang ESDM Tahun 2010 - 2012
600.000,00
ANGGARAN (Juta Rp.)
500.000,00 400.000,00 300.000,00 200.000,00 100.000,00 -
BLM BLT 2010 323.007 104.237
BLE 34.004,
BLK 95.583,
SBL 22.480,
TOTAL 579.313
2011 313.681
87.859,
53.230,
69.023,
23.632,
547.427
2012 219.334
98.373,
43.668,
78.303,
28.199,
467.878
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
11
II. Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja A. Rencana Strategis
S
esuai tugas dan fungsinya, Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral menyusun Rencana Strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 2010-2014 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul serta berpedoman pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bahwa Badan Litbang ESDM diharapkan dapat memberikan solusi persoalan industri dan masyarakat serta memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan di Sektor ESDM. 1. Pernyataan Visi “Terwujudnya Badan Penelitian dan Pengembangan yang profesional, unggul, dan mandiri di sektor energi dan sumber daya mineral”. Dari visi tersebut, ada tiga kata kunci yang perlu didefinisikan agar diperoleh persepsi yang sama, yaitu: • Profesional: Dalam pengertian selalu berpegang teguh pada etika kerja tertinggi, independen (bebas dari tekanan pihak luar), efektif, efisien, produktif, dan inovatif yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima kepada pelanggan pada khususnya dan pemangku kepentingan (stakeholders) pada umumnya. • Unggul: Keseluruhan tahapan kegiatan litbang mulai dari fase inisiasi sampai evaluasi harus dilaksanakan dengan cara yang terbaik. • Mandiri: yaitu tingkat ketergantungan sumber dana dari pemerintah tidak lagi besar (signifikan) yang mengarah pada self-financing yang dicapai melalui peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Jasa Teknologi. 2. Pernyataan Misi Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkanlah misi Badan Litbang ESDM, yaitu : a. Memberikan solusi IPTEK di sektor energi dan sumber daya mineral. b. Meningkatkan peran dalam memberikan masukan bagi penyusunan kebijakan di sektor energi dan sumber daya mineral. c. Meningkatkan kualitas pelayanan jasa teknologi.
12
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan yang terjadi terutama untuk menjawab setiap hambatan, kendala, dan peluang dalam rangka mendukung tercapainya visi Badan Litbang ESDM. Pada awal Tahun 2013, tepatnya tanggal 31 Januari 2013 terjadi peralihan pimpinan di Badan Litbang ESDM, yaitu Kepala Badan Litbang ESDM yang sebelumnya adalah Bambang Dwiyanto, M.Sc karena telah memasuki masa purna tugas digantikan oleh F.X. Sutijastoto, M.A. Seiring pergantian tersebut, pimpinan baru mereview Renstra Badan Litbang ESDM 20102014 dan menguraikan misi dan sasaran strategis Balitbang ESDM lebih terarah. Adapun misi Badan Litbang ESDM Tahun 2013, yaitu sebagai berikut: • Mendukung pelaksanaan kebijakan dan strategi sektor ESDM • Memfasilitasi terlaksananya perkembangan teknologi, transfer teknologi, peningkatan nilai tambah, dan peningkatan kapasitas di sektor ESDM 3. Tujuan Strategis Tujuan Strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka Badan Litbang ESDM akan dapat mengetahui apa yang harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian misi dan visi organisasi, dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu : a. Meningkatnya peran dalam memberikan solusi bagi pengembangan iptek di bidang Minyak dan Gas Bumi, Mineral dan Batubara, Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Geologi Kelautan. b. Terlaksananya kontribusi optimal dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor energi dan sumber daya mineral. c. Meningkatnya pelayanan jasa penelitian dan pengembangan di bidang Minyak dan Gas Bumi, Mineral dan Batubara, Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Geologi Kelautan. 4. Sasaran dan Program Tahun 2010-2014 Sasaran strategis Badan Litbang ESDM merupakan penjabaran lebih rinci dari pernyataan Visi dan Misi sebelumnya, yang menggambarkan sesuatu
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
13
yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam lima periode secara tahunan melalui serangkaian kegiatan yang dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja Tahunan (performance plan). Sasaran-sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila sel`uruh sasaran yang ditetapkan telah tercapai, maka dapat diasumsikan bahwa tujuan strategis yang terkait juga telah dapat tercapai. Lebih lanjut, masingmasing sasaran ditetapkan program yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran yang terkait. Sebagaimana hubungan sasaran dengan tujuan, maka dengan terselenggaranya program dengan baik, dapat diasumsikan bahwa sasaran yang terkait telah dapat tercapai. Secara keseluruhan sasaran dan program Badan Litbang ESDM tahun 2010 – 2014 yang terkait dengan tujuan strategis, dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Tujuan Pertama “Meningkatkan peran dalam memberikan solusi bagi pengembangan IPTEK di bidang ESDM”, terdiri dari 3 sasaran yaitu 1) Sasaran 1 : terwujudnya program litbang unggulan dengan indikator : Laporan Ilmiah, Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi, Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi, Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan 2) Sasaran 2 : terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM dengan indikator : Pilot Plant dan Demo Plant atau Rancangan Produk Rancang Bangun Penerapan Teknologi Unggulan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral 3) Sasaran 3 : terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan dengan indikator : terlaksananya program/kegiatan penguatan kelembagaan yang selaras dengan kegiatan litbang b. Tujuan Kedua “Terlaksananya konstribusi optimal dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM”, terdiri dari 1 sasaran yaitu Sasaran : terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM dengan indikator: usulan
14
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
masukan/rekomendasi kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) c. Tujuan Ketiga “Meningkatnya pelayanan jasa litbang di bidang migas, minerba, ketenagalistrikan dan energi baru terbarukan serta geologi kelautan”, terdiri 1 sasaran yaitu Sasaran : terwujudnya peningkatan jasa teknologi dengan indikator: Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk Dengan adanya perubahan misi Badan Litbang 2013, tujuan dan sasaran strategis Balitbang ESDM berubah menjadi: 1. Terwujudnya konstribusi dalam pelaksanaan, perumusan, dan evaluasi kebijakan sektor ESDM Sasaran: terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM dengan indikator: usulan masukan/rekomendasi kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) 2. Terwujudnya kegiatan litbang unggulan yang mampu berkontribusi dalam menjawab permasalahan sektor ESDM Sasaran: terwujudnya program litbang unggulan dengan indikator : Laporan Ilmiah, Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi, Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi, Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan 3. Terwujudnya peningkatan partisipasi masyarakat/industri Sasaran : terwujudnya peningkatan jasa teknologi dengan indikator: Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk 4. Terwujudnya sentra teknologi di Bidang ESDM Sasaran : terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM dengan indikator : Pilot Plant dan Demo Plant atau Rancangan Produk Rancang Bangun Penerapan Teknologi Unggulan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
15
5. Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan Sasaran : terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan dengan indikator : terlaksananya program/kegiatan penguatan kelembagaan yang selaras dengan kegiatan litbang
16
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
B. Alokasi Anggaran Dalam tahun 2012, seluruh pembiayaan kegiatan yang bersumber dari DIPA dialokasikan dalam Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral yang terdiri atas 5 (lima) Kegiatan, dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7.
Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Penghematan Tahun 2013
1910
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
114.463.298.000
SETELAH PENGHEMATAN (Rupiah) 114.463.298.000
1911
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
110.760.339.000
92.974.665.000
1912
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
132.242.517.000
130.366.413.000
1913
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
352.925.617.000
352.925.617.000
1914
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
50.958.667.000
50.958.667.000
761.350.438.000
741.688.660.000
KODE KEGIATAN
NAMA KEGIATAN
TOTAL
AWAL (Rupiah)
Pada tahun anggaran 2013, anggaran awal Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM untuk 5 (lima) kegiatan sebesar Rp. 761.350.438.000, kemudian berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 2013 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pengendalian Belanja Kementerian Negara/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 dan Surat Menteri Keuangan Nomor S407/MK.02/2013 tanggal 18 Juni 2013 tentang Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2013, anggaran mengalami penghematan menjadi Rp 741.688.660.000. Besarnya penghematan anggaran pada tahun 2013 untuk seluruh kegiatan adalah sebesar 2,58%.
C. Perjanjian/ Penetapan Kinerja Perjanjian/Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh setiap instansi pemerintah, sebagai upaya untuk
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
17
meningkatkan efektivitas implementasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penetapan kinerja menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi pemerintah/unit kerja dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan Penetapan Kinerja adalah: 1. Percepatan untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel; 2. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; 3. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dengan pemberi amanah; 4. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; 5. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi aparatur. Pada pelaksanaan tahun anggaran 2013 telah dituangkan dalam perjanjian/penetapan kinerja yang dilakukan Kepala Badan Litbang ESDM (Lampiran 1) selaku Kuasa Pengguna Anggaran dengan menetapkan sasaran strategis dan target indikator kinerja utama (IKU). Penetapan Kinerja Tahun 2013 Badan Litbang ESDM (Tabel 8) sebagai berikut: Tabel 8. Sasaran Strategis Terwujudnya programprogram litbang unggulan
Terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM Terwujudnya peningkatan jasa teknologi
18
Penetapan Kinerja 2012 Indikator Kinerja
Target
Jumlah Laporan Ilmiah
88
Jumlah Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi
51
Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi
8
Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan
11
Jumlah Usulan Masukan/Rekomendasi Kebijakan/Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
24
Jumlah Pilotplant/Prototype/Demoplant atau Rancangan/ Rancangbangun/ Formula
24
Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk
90%
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
III. Akuntabilitas Kinerja
P
engukuran tingkat capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja utama yang dicapai pada tahun 2013.
A. Gambaran Umum Capaian Kinerja Tahun 2013 Ukuran yang digunakan untuk mengetahui rata-rata pencapaian indikator kinerja setiap sasaran adalah melalui indikator kinerja utama berdasarkan keluaran (output) dan capaian/realisasi hasil (outcome) sesuai Penetapan Kinerja Badan Litbang ESDM Tahun 2013 (Tabel 8). Secara keseluruhan capaian sasaran dan indikator yang telah dilaksanakan Badan Litbang ESDM pada tahun 2013 ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. No 1 I
Program / Kegiatan 2 PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANG AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Pencapaian Kinerja Tahun 2013
Sasaran
Indikator
3
Terwujudnya programprogram litbang unggulan
Target
Realisasi
% Capaian
4
5
6
7
Jumlah Laporan Ilmiah Jumlah Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi Jumlah peta/atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan
88
117
132,95%
51
62
121,57%
8
20
250%
11
18
163,64%
Terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM
Jumlah Usulan Masukan/ Rekomendasi Kebijakan/Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI )
24
35
145,83%
Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM
Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/Formula
24
26
108,33%
Terwujudnya peningkatan jasa teknologi
Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk
90%
89%
99,26%
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
19
Secara umum, realisasi melebihi target yang telah ditetapkan dikarenakan adanya penambahan jumlah kegiatan litbang yang merupakan hasil optimalisasi anggaran dengan menggunakan anggaran output cadangan. Untuk mendukung tercapainya indikator kinerja utama, pada Tahun 2013 jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh Puslitbang di Lingkungan Badan Litbang ESDM mencapai 117 kegiatan (Lampiran 1), dengan litbang unggulan sebagai berikut : 1. Bidang Minyak dan Gas Bumi a. Pengembangan Metode dan Aplikasi Perangkat Lunak Seismik untuk Mendukung Eksplorasi dan Karakterisasi Reservoar Pengembangan metode dan aplikasi teknologi perangkat lunak seismik merupakan langkah yang dirancang untuk mengatasi permasalahan di eksplorasi dan karakterisasi reservoar. Tingginya resiko kegagalan dalam pemboran diawali dengan belum tepatnya memilih daerah-daerah yang memiliki potensi migas. Minimnya metode pengembangan seismik membuat ketidakpastian dalam menentukan daerah mana saja yang memiliki kandungan hidrokarbon. Setiap rekaman data seismik yang diterima di receiver membawa informasi mengenai keadaan bawah permukaan termasuk informasi adanya anomali kandungan hidrokarbon. Pada penelitian ini, beberapa metode digunakan untuk meningkatkan kualitas data seismik, mendeteksi adanya fluida, dan bagaimana memisahkan litologi dan fluida. Metode tersebut, antara lain metode Inversi FilterQ (Gambar 7), Continuous Wavelet Transform (CWT), dan Empirical Mode Decomposition (EMD).
Gambar 7.
20
Panel Proses Inversi Filter-Q
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Metode-metode tersebut dimanifestasikan ke dalam bentuk perangkat lunak (software) sehingga memudahkan para user untuk menggunakannya. Aplikasi software ini menggunakan bahasa pemrograman MATLAB dengan fitur-fitur GUI (Graphical User Interface) yang dirancang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan software ini telah diuji coba untuk beberapa metode dan memakan waktu yang tidak lama sehingga memudahkan pekerjaan studi dan karakterisasi reservoar. Output dari pengolahan data ini dapat diaplikasikan pula ke software industri lainnya (mis : Petrel, HRS, dan lainya). Berdasarkan output kegiatan ini, maka pencapaiannya memenuhi target yang diinginkan untuk membuat suatu software sendiri yang metode-metode di dalamnya tidak dimiliki oleh software industri lainnya sehingga dapat dilakukan pengembangan metode lainnya dan dimasukkan ke dalam software ini. b. Rancang Bangun dan Pengembangan Prototipe Rig CBM Rancang bangun Rig CBM dilakukan bertujuan untuk : • Membuat rancangan sebuah Rig CBM yang handal, efisien, ekonomis dan tepat guna; • Membuat prototipe Rig yang dapat dikomersialkan dan dimanfaatkan oleh industri CBM dan industri Migas; • Mengembangkan kemampuan SDM dalam teknologi dan disain pembuatan Rig CBM untuk aplikasi industri bidang Migas khususnya CBM; • Mendorong pembuatan Rig CBM dalam negeri yang memenuhi standar internasional, murah, handal, dan mudah operasionalnya dengan TKDN tinggi yang dapat menunjang industri CBM mandiri, efisien, dan kompetitif. Kegiatan rancang bangun ini dilakukan karena ketersediaan Rig baru sekitar 348 buah dan usianya pun rata-rata sudah di atas 20 tahun (data APMI) sehingga perlu pembaruan. Secara rinci, kegiatan di tahun 2013 dibagi menjadi 3 bagian utama, meliputi evaluasi desain rig CBM yang telah dibuat sesuai dengan standar API spec. 4E-F yang mampu beroperasi pada kondisi lapangan CBM di Indonesia; pembuatan prototipe rig CBM termasuk rancang bangun peralatan rig (Gambar 8 dan Gambar 9) meliputi, pekerjaan Engineering, pekerjaan fabrikasi, Pemasangan Under Carrier, pemasangan Handling Tools, Test Fungsi & Test Beban, dan mobilisasi Unit dari Workshop Kontraktor ke kantor Lemigas; serta uji coba rig yang dibuat untuk unjuk kerja beban, semua sistim hydraulic, electric, dan unjuk kerja unit Rig secara keseluruhan pada skala warehouse.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
21
Gambar 8.
Proses Pabrikasi Rig CBM
Gambar 9. Prototipe Rig CBM
22
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Pada tahun 2013, rig CBM telah dibangun yang setara dengan rig konvensional tipe 350 Hp dengan TKDN yang dicapai dalam pembuatan Rig CBM tahap I mencapai kurang lebih 30%. c. Studi Pemanfaatan Campuran LPG dan DME untuk Kendaraan Bermotor Studi ini merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya berupa rancangan peralatan konversi LPG dalam rangka peningkatan kinerja sepeda motor. Dengan pengujian kendaraan berbahan bakar campuran LPG-DME pada chasis dynamometer dan uji prestasi di jalan raya yang disimulasikan dengan variasi konsentrasi DME dalam LPG akan didapatkan optimalisasi kinerja kendaraan berbahan bakar campuran LPG-DME. Pengujian juga dilakukan terhadap komponen non-metal pada saluran bahan bakar untuk mengetahui seberapa besar pengaruh campuran campuran LPG-DME. Tabel 10 menunjukkan hasil pengujian karakteristik meliputi specific gravity, Cooper corotion, water content, hidrogen sulfida pada bahan bakar LGV, DME dan campuran LGV-DME dalam komposisi 5%, 10%, 15% dan 20% DME. Tabel 10.
Hasil Pengujian Karakteristik Bahan Bakar LGV, DME dan Campurannya
Untuk mengetahui pengaruh dan respon kendaraan terhadap adanya perubahan penggunaan bahan bakar, maka kendaraan dilakukan uji unjuk kerja. Jenis pengujian yang dilakukan adalah pengujian terbatas kinerja kendaraan pada chassis dynamometer. Pengujian Kinerja mesin kendaraan berbahan bakar Bensin 88, LGV, dan LGV mix DME di lakukan pada chassis dynamometer dengan parameter yang diuji, antara lain daya maksimum, torsi maksimum, emisi gas buang, konsumsi bahan bakar, dan akselerasi.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
23
Dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa : a. Hasil pengujian karakteristik fisika-kimia campuran LGV dengan DME (5%, 10%, 15%, 20%) untuk semua parameter yang diuji masih memenuhi spesifikasi LGV b. Hasil pemeriksaan komposisi blending LGV dan DME menghasilkan penyimpangan maksimal 14% c. Hasil pengujian kinerja mesin dengan menggunakan bahan bakar campuran LGV - DME dari 0 sampai 20% dengan interval 5% berpengaruh terhadap : • Penurunan daya rata-rata kendaraan sebesar 3,16% dibandingkan dengan bensin 88 • Penurunan torsi rata-rata 3,03% dibandingkan dengan bensin 88 • Penurunan kadar emisi CO2 sebesar rata-rata 10.43% dibandingkan dengan bensin 88 • Penurunan emisi CO rata-rata 92.42% dibandingkan dengan bensin 88 • Penurunan kadar emisi HC sebesar rata-rata 21,23% dibandingkan dengan bensin 88 • Penurunan daya akselerasi rata-rata 1.23 detik dibandingkan dengan bensin 88 Berdasarkan dari hasil penelitian dapat direkomendasikan bahwa dengan penambahan DME pada LGV hanya sedikit berpengaruh terhadap kinerja kendaraan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif terhadap pemanfaatan bahan bakar campuran LGV-DME untuk sektor tranportasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang kajian ekonomi yang lebih mendalam dan lebih komprehensif dari hulu sampai hilir yang menyangkut tentang LGV dan DME. d. Optimalisasi Kinerja Pilot Plant Adsorber Mercury Removal untuk Gas Bumi Pada kegiatan sebelumnya di tahun 2012 telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan atau rancang bangun adsorber mercury removal dan peningkatan potensi adsorben karbon aktif untuk menyerap uap merkuri dalam gas bumi tetapi kinerja dan parameter spesifikasi adsorbennya belum teruji dan belum diteliti. Untuk itu kegiatan penelitian di tahun 2013 yaitu Optimalisasi Kinerja Pilot Plant Adsorben Mercury Removal untuk gas bumi sangatlah penting sebagai aplikasi langsung di lapangan dalam mewujudkan usaha peningkatan kualitas gas bumi dan mengembangkan potensi gas bumi dalam mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon (arang) yang berasal dari material tempurung kelapa. Adsorben telah diaktivasi dan hasilnya
24
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
telah mampu menyerap kandungan merkuri dalam gas bumi dan siap untuk digunakan dalam uji kinerja adsorber berskala pilot. Pengujian kinerja adsorber mercury removal dilakukan di GDS (Gas Demonstration System) plant di PPPTMGB “LEMIGAS” dengan kondisi pengujian tekanan aliran gas bumi 100 psi, temperatur udara 32oC dan laju alir gas bumi berkisar pada 4,6 liter/menit. Pengujian optimalisasi kinerja adsorber penghilang merkuri bertujuan untuk menghitung seberapa besar penurunan tekanan dalam sistem (pressure drop), menghitung besarnya efisiensi penyerapan dari adsorben dan menghitung masa pakai (life time) adsorben. Secara ideal, karakteristik adsorben di dalam silinder (adsorber) harus memiliki Pressure Drop maksimal 10 psig (Rules of Thumb for Chemical Engineers Carl Branan, 2002). Sementara hasil uji menunjukkan angka pressure drop jauh di bawah 10 psig, sehingga adsorber dapat berfungsi memisahkan merkuri dengan baik. Selain itu, dilakukan juga perhitungan kapasitas penyerapan adsorben karbon aktif tempurung kelapa sebesar 0,124 Kg-Hg/Kg-Carbon. Jadi untuk 1 kg adsorben karbon aktif tempurung kelapa yang telah diaktifasi, mampu menyerap merkuri dalam gas bumi sebesar 0,124 kg Hg. Kapasitas penyerapan suatu adsorber sangat bergantung pada ukuran dimensi adsorbernya seperti tinggi, diameter adsorber dan laju alir gas bumi yang diuji. Untuk efisiensi penyerapan, diperoleh rata-rata efisiensi penyerapan karbon aktif tempurung kelapa terhadap merkuri dalam gas bumi di titik inlet dan outlet adsorber adalah 95,74%.
Gambar 10. Konsentrasi Hg yang terserap dalam adsorben.
2. Bidang Mineral dan Batubara
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
25
a. Peningkatan Kadar dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Kalimantan Barat serta Pemanfaatan Tailingnya Indonesia memiliki endapan bauksit (Al 2 O 3 .3H 2 O) yang cukup potensial khususnya di Kalimantan Barat, berjumlah sekitar 810 juta ton. Selama ini bijih bauksit Indonesia hanya diekspor berupa bahan mentah, namun seiring dengan dikeluarkannya UU No. 4 Tahun 2009 Pasal 103 mewajibkan pemilik IUP bahan mineral, termasuk bijih bauksit. Untuk itu penelitian mengenai pemrosesan bauksit perlu dilakukan untuk memberikan nilai tambah lebih tinggi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu melakukan validasi alat upgrading crude bauxite (CBX) menggunakan RDS kapasitas 1600 kg/jam dan memanfaatkan tailing untuk pembuatan koagulan (PAC dan tawas) serta pengolahan bauksit kadar rendah dengan flotasi dan melakukan kajian keekonomiun upgrading bauksit dengan RDS kapasitas komersialnya. Uji validasi alat rotary drum scrubber (RDS) menunjukkan hasil yang relatif baik. Hal ini ditunjukkan oleh kinerja RDS yang memberikan hasil cucian bauksit yang bersih dan kondisi alat tetap beroperasi dengan baik. Hasil pencucian (upgrading) crude bauksit dari lokasi Toho, Mentonyek, Pinang, Spais dan menun jukkan bahwa bauksit asal Toho memiliki mutu yang paling baik dengan kadar alumina crude bauksit berturut-turut sebesar 41,44%, 37,05%, 26,30%% dan 22,11%. Bauksit asal Toho kandungan aluminanya dapat ditingkatkan dari semula 41,4% menjadi 48,61%, sedangkan bauksit Mentonyek naik dari 37,05% menjadi 41,84%%. Bauksit asal Pinang dan Spais masing-masing naik dari 26,3% menjadi 32,48% dan dari 22% menjadi 26,50%. Sampel bauksit asal Spais dan Pinang yang diuji ini kualitasnya sangat rendah dan tidak dapat diproses lebih lanjut (menjadi alumina) bila hanya dicuci dengan cara scrubbing biasa. Sedangkan untuk bauskit Toho dan Mentonyek masih memungkinkan untuk diproses lebih lanjut asalkan kandungan silika reaktifnya relatif rendah (<5%). Selain itu dilakukan juga dilakukan pemanfaatan tailing dan upgrading bauksit dengan hasil sebagai berikut: • Optimasi proses digesting bauksit Optimasi proses digesting dititik beratkan pada penambahan NaOH yang divariasikan mulai mendekati stoikhiometri sampai ekses 35%. Dari percobaan tersebut terlihat bahwa semakin tinggi ekses NaOH, persen ekstraksi alumina semakin tinggi. Dengan ekses NaOH 35% lebih, persen ekstraksi alumina mencapai lebih dari 92%. Sebaliknya bila ekses NaOH lebih rendah, persen ekstraksi alumina mengalami penurunan. Untuk ekses NaOH di bawah 6%, persen ekstraksi alumina yang dicapai relatif
26
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
rendah yaitu di bawah 60%. Ekses NaOH yang memberikan persen ekstraksi alumina yang optimum adalah berkisar 16-22%, dengan persen ekstraksi alumina di atas 80%. • Optimasi proses hidrolisis Hidrolisis dapat dilakukan dengan penambahan asam sulfat atau seed ke dalam larutan sodium aluminat. Hidrolisis dengan asam sulfat sangat mudah terjadi dan reaksinya spontan, sedangkan dengan menggunakan seed, membutuhkan waktu lama dan kualitas seed harus baik. Namun untuk penerapan proses Bayer, penambahan seed yang paling cocok karena NaOH yang dibutuhkan bisa disirkulasi kembali. Hasil hidrolisis larutan sodium aluminat yang dilaksanakan selama 72 jam menunjukkan bahwa kadar alumina dalam larutan dapat turun dari 166,4 g/L menjadi 62,5 g/L untuk ekses NaOH sekitar 15%, sedangkan untuk ekses yg lebih dari 30% hanya dapat menurunkan kadar dari 161,3 g/L menjadi 119,21g/L. Jadi ekses NaOH yang berlebihan kurang cocok untuk proses hidrolisis. • Pemurnian alumina hidrat untuk preparasi seed Kadar alumina dalam alumina hidrat dapat ditingkatkan dengan alat hidrosiklon dari semula sekitar 58,70% menjadi 62,79-63,1% Al 2 O 3 pada produk aliran atas dan 59-62,5% Al 2 O 3 pada aliran bawah. Dalam proses pemurnian alumina hidrat ini digunakan air sebagai media pencuci, sehingga semua pengotor yang menempel pada permukaan alumina hidrat seperti NaOH, NaAlO 2 , dan pengotor lainnya akan terbuang. Produk aliran atas dari hidrosiklon memiliki ukuran butir lebih halus dan kadar alumina yang lebih tinggi dari aliran bawahnya, sehingga ini lebih cocok untuk digunakan sebagai seed pada proses hidrolisis. • Proses pembuatan PAC Hasil percobaan pembuatan PAC cair sangat tergantung pada komposisi bahan-bahan yang digunakan, yang digunakan meliputi Al(OH) 3 , H 2 SO 4 , HCl dan kapur. Ratio bahan-bhan baku yang digunakan tersebut sangat menentukan mutu PAC cair yang dihasilkan. Perbandingan bahan antara Al(OH) 3 : H 2 SO 4 : HCl dan kapur yang cukup bagus adalah 100:127:180:100. Dari variasi penggunaan kapur antara 100-135 g, yang memberikan PAC cair yang baik adalah 135 g dengan komposisi Al 2 O 3 86,06% dan Cl 75,52%, hanya agak encer (kelebihan air). Tapi mutu produk PAC dari hasil uji jar tes menunjukkan hasil yang baik. Untuk mendapatkan PAC powder, telah dilakukan proses pengeringan PAC cair dengan menggunakan spray drier. Komposisi kimia PAC powder yang
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
27
dihasilkan memiliki kadar Al 2 O 3 antara 28,82-32,27%, Cl antara 24,6826,41% dan SO4 antara 8,08-14,35%. • Dari hasil uji jar tes PAC Hasil percobaan memiliki daya penjernih yang lebih baik dibandingkan dengan PAC Pasar, terutama untuk semua jenis PAC baik yang dibuat pada skala lab maupun skala pilot. • Percoban pembuatan tawas Percoban pembuatan tawas yang dilakukan pada kondisi konsentrasi asam sulfat 50%, persen solid 22%, suhu 100oC, waktu divariasikan mulai 30, 60, 90, dan 120 menit, menghasilkan produk tawas yang memenuhi syarat ditinjanu dari komposisi kimianya, yakni kandungan Al 2 O 3 dapat mencapai lebih dari 17% dengan kandungan Fe2O3 relatif kecil yakni <0,1% (persyaratan tawas pasaran Al 2 O 3 sekitar 17% dan Fe 2 O 3 <0,5%). • Proses upgrading bauksit kadar rendah dengan flotasi Variasi pH, ph=2,5 memberikan hasil terbaik dengan kandungan alumina sebesar 41,10% dan SiO 2 reaktif 6.9% dalam konsentrat dengan perolehan alumina sebesar 52,44%.Variasi doses kolektor, penggunaan aeropromoter 801:aeropromoter 825 dengan ratio 1:1 (325:325 g/ton) memberikan hasil terbaik dengan kandungan alumina sebesar 41,10% dan SiO 2 reaktif sebesar 6,9% dalam konsentrat dengan perolehan alumina 52,44%. Variasi waktu gerus, penggunaan waktu gerus 90 detik memberikan hasil terbaik dengan kandungan alumina 40,50% dan SiO 2 reaktif 8,10% dalam konsentrat dengan perolehan alumina sebesar 46,25%. Jadi kondisi terbaik dari flotasi bijih bauksit kadar rendah ini dicapai dengan menggunakan aeropromoter 801:825 dengan ratio 1:1 dari 325:325 g/ton, pH 2.5, persen solid 25%, waktu gerus 90 detik, waktu skimming 5 menit, yang menghasilkan konsentrat dengan kandungan alumina 41,10% dan perolehan 52,44%.
28
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Gambar 11. Bagan Alir Terpadu Pencucian Bauksit dan Pemanfaatan Residu Bauksit
b. Optimasi Reduksi Bijih Besi, Nikel dengan Rotary Kiln Skala Semi Pilot Indonesia memiliki potensi deposit mineral besi dan nikel yang cukup besar. Mineral besi mencapai 1,2 milyar ton (Yusuf, 2008) dan mineral nikel mencapai 1,6 milyar ton (Inco, 2009). Mineral besi terdiri atas bijih besi magnetit, hematit, bijih besi lateritik (gutit, limonit) dan pasir besi. Penyebaran mineral besi berupa bjih besi primer (magnetit, hematit) terdapat di Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, dan Aceh, mencapai 25,5 juta ton. Sedangkan mineral besi lateritik terdapat di Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua, dengan potensi deposit mencapai 1 milyar ton. Potensi deposit bijih nikel Indonesia mencapai 1,6 milyar ton dengan kandungan nikel rata-rata mencapai 1,57%. Bijih nikel berupa nikel lateritik yang tersebar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Halmahera. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan proses upgrading bijih besi dengan metode magnetic separator, flotasi untuk mendapatkan kualitas konsentrat yang memenuhi persyaratan proses reduksi. Lokasi pengambilan sampel bijih nikel di Pomala (Sulawesi Tenggara), studi banding teknologi tungku putar di PT. Vale Indonesia dan PT. Meratus Jaya Iron and Steel, PT. Delta Prima Steel di Pulau Kalimantan Selatan. Sedangkan proses reduksi dan karakterisasi
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
29
sampel dilakukan di Sentra Pengolahan Mineral, Citatah, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung. Proses reduksi dalam pembuatan DRI disebut berhasil jika angka metalisasi di atas 90%. Hasil reduksi yang dilakukan pada semua rangkaian percobaan reduksi pellet magnetit dengan memvariasikan C/Fe dari 0,22-0,52 dan suhu 950-1100oC, belum mencapai metalisasi di atas 90%. Metalisasi terbaik dicapai pada suhu 1100oC dan FC/Fe 0,52 dicapai metalisasi hanya 84,54% dengan kandungan Fe metal mencapai 74,68% dan Fe total dalam DRI mencapai 88,34% sehingga masih terdapat 13,66% Fe dalam bentuk oksida. Sementara pada pembuatan luppen yang dilakukan pada suhu 1300-1400oC, kondisi terbaik dicapai pada suhu 1400oC dengan kualitas luppen mencapai 417,4% Ni dan Fe 80,3% dengan perolehan mencapai 78,08%.
Gambar 12. Pemasangan alat panel listrik
Gambar 13. Perbaikan sistem drainase listrik
c. Pengembangan Gasifikasi Batubara Untuk PLTD Dual Fuel Tujuan kegiatan ini adalah melakukan optimalisasi dan penyusunan desain sistem pemanfaatan gas hasil gasifikasi batubara untuk PLTD sistem dual fuel pada mesin diesel kecepatan tinggi sistem turbo dan otomatis, membuat laporan sistem pengusahaan batubara serta melakukan ujicoba pemanfaatan tar sebagai produk samping proses gasifikasi untuk bahan bakar. Puslitbang tekMIRA telah berhasil melakukan ujicoba gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel (BBM – gas batubara) dengan menggunakan reactor fixed bed dengan ukuran diameter 2 meter dengan umpan batubara 400-500 kg/jam atau 55-65% kapasitas. Kegiatan uji coba ini merupakan kelanjutan yang telah dilakukan pada tahun 2012 yang masih belum optimal. Pada tahun 2013 dilakukan 2 kali percobaan dengan hasil ditunjukkan pada Tabel 11.
30
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Tabel 11.
Data uji gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel
Dari hasil uji coba terlihat bahwa rasio gas/diesel adalah sekitar 39 – 44 % pada pemakaian output beban sekitar 80 - 100 KWe atau sekitar 28% dari beban maksimum genset, target rasio G/D adalah 60-75%. Rasio masih dapat ditingkatkan jika output beban lebih dari 220 KWe (60% dari beban maksimum) namun hal ini belum dapat dilakukan mengingat kabel beban yang tersedia kapasitasnya terbatas sehingga pada uji coba berikutnya akan diupayakan untuk meningkatkan kapasitas kabel. Selain itu, dilakukan analisis terhadap gas batubara yang dihasilkan untuk mengevaluasi kinerja gasifier dengan menggunakan metoda orsat. Hasil dari analisa gas batubara dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12.
Komposisi gas batubara pada percobaan gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel pada uji tahap pertama tahun 2013
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
31
Berbeda dengan pemanfaatan gas alam, pada pemanfaatan gas hasil proses gasifikasi batubara selalu menyisakan tar yang dikategorikan limbah karena mengandung senyawa kimia (fenol) dan produk Poly Aromatic Hydrocarbon lainnya. Sebagai antisipasi permasalahan lingkungan di dalam system gasifikasi batubara baik untuk dual fuel pada PLTD maupun untuk industri kecil, maka perlu dilakukan penelitian agar produk samping gasifikasi dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan bakar maupun bahan kimia. Oleh karena itu, di dalam kegiatan tahun anggaran 2013 ini di samping pemanfaatan gas hasil gasifikasi sebagai bahan bakar eksternal maupun internal, juga akan dilakukan penelitian pemanfaatan produk samping tar. Sedangkan untuk antisipasi masalah pasokan batubara juga akan dilakukan kajian sistem pengusahaan batubara untuk gasifikasi baik sebagai bahan bakar di PLTD maupun untuk kesiapan bahan bakar pada industri kecil.
Gambar 14. Uji coba gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel
Dari hasil ujicoba gasifikasi batubara untuk PLTD dual fuel (Gambar 14) ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menangani krisis bahan bakar minyak di Indonesia. d. Pengembangan Kokas dari Batubara Peringkat Rendah Ketergantungan terhadap kokas pengecoran impor mengakibatkan industri kecil pengecoran besi sering mengalami kesulitan karena terganggunya pemasokan kokas impor. Kegiatan litbang pembuatan kokas dari batubara peringkat rendah telah dilakukan oleh Puslitbang tekMIRA. Produk kokas hasil litbang telah terbukti dapat digunakan untuk proses pengecoran menggunakan tungku kupola. Kegiatan litbang yang dilakukan pada TA 2013 ini bertujuan untuk percepatan penerapan teknologi produksi kokas pengecoran berbasis batubara (LRC) kapasitas 3.000 ton per tahun serta mengolah batubara non coking menjadi batubara coking yang berfungsi sebagai bahan additif/binder dalam pembuatan kokas metalurgi. Ruang lingkup kegiatan terdiri atas operasional pilot plant
32
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
pembuatan kokas berbasis batubara (bahan baku dan bahan bakar batubara); dan penyusunan desain umum, rancang bangun dan kelayakan secara umum produksi kokas pengecoran batubara Indonesia pada skala komersial kapasitas 3.000 ton/tahun. Kegiatan dilakukan di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara, Palimanan, Cirebon. • Operasional pilot plant pembuatan kokas berbasis batubara Operasional pembuatan kokas berbasis batubara terintegrasi terdiri atas 3 tahap proses utama yaitu tahap produksi kokas butiran (lump coke) melalui karbonisasi batubara, pembriketan kokas, dan karbonisasi ulang (rekarbonisasi). Fokus kegiatan operasi pilot plant pembuatan kokas pengecoran pada TA 2013 adalah ujicoba kinerja karbonisasi penggunakan peralatan rotary kiln yang telah diadakan pada TA 2012 (Gambar 15). Pertimbangan pemakaian rotary kiln adalah proses karbonisasi dapat dilakukan secara pemanasan langsung (direct heating), sehingga efisiensi pemakaian bahan bakar meningkat dibandingkan dengan pemanasan tidak langsung. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi operasi rotary kiln dapat dijaga konstan sesuai dengan kondisi yang diinginkan (Tabel 13). Hasil tersebut menunjukkan bahwa suhu dalam rotary kiln sudah mencapai kondisi karbonisasi yang diinginkan dan produk kokas sudah memenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu kadar volatile matter antara 1 – 2 %.
Gambar 15. Peralatan rotary kiln
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
33
Kondisi operasi karbonisasi pada rotary kiln
Tabel 13.
Sampel
Analisa Produk Karbonisasi
Rotary Kiln
Pembakar Siklon
A
rpm bahan bakar 7.0
T (OC) 643
T1 (OC) 879
T2 (OC) 674
T3 (OC) 500
IM VM Abu (%,adb) (%, db) (%, db)
FC (%, db)
3,35
2,96
11,74
81,95
B
7.0
827
899
690
548
3,61
3,69
8,53
84,17
C D
0.0
567
922
705
567
417 1031
904 979
728 745
570 597
2,52 1,57
10,81 6,43
86,32 91,5
E
0.0 6.5
0,35 0,5 0,5
1,7
6,16
91,64
F
6.0
1021
957
738
595
0,75
1,26
5,24
92,75
G
0.0
700
929
733
587
0,2
2
14,45
83,35
H
7.0
1054
966
740
526
0,95
1,76
4,02
93,27
I
6.5
1013
908
726
585
0,65
1,57
3,69
94,09
• Penyusunan Desain Umum Produksi Kokas Pengecoran Batubara Indonesia Pada Skala Komersil Penyusunan desain umum produksi kokas pengecoran berdasarkan data sistem proses optimal yang telah dikembangkan oleh Puslitbang tekMIRA yang terdiri atas karbonisasi batubara, pembuatan briket kokas dengan campuran aspal petrolium dan rekarbonisasi. Pekerjaan selanjutnya adalah peralatan utama sistem produksi, pembuatan struktur organisasi dan kebutuhan man power, kebutuhan biaya investasi operasi, serta perhitungan keekonomian. Asphalt
Pneumatic Conveyor Flue Gas + Steam
Non Coking Coal 142,74 Ton/Hari
Cyclone
Flue Gas
Bucket Elevator
72,91
Wet Scrubber/
Wet Scrubber/
veyo r
Conveyor
Rotary Driyer
Con
screen
Heater Tank
Hopper
Conveyor
Store
25,46
Liquid Asphalt
Rotary Kiln PV2 Screw Feeder Hammer Mill
6,64 ton
Mixer
Powder
PV 1
Briquette Feed Rotary Water Cooler
ROM Non Coking Coal
14.09
Nut Coke 23,29 Ton/Hari
Screw Feeder
Briquetting Machine
Preheating Zone
Cooling Zone
Powder Coal
Green Briquette Stock
Firing Zone
Udara Dingin
Green Briquette Foundry Coke/Final Product
Tunnel Kiln
24,99
Powder Coal
Siklo Burner
3.33 ton PV.3
Udara Panas Pulvirizer
Green Briquette
Nut Coke
PV.4
Binder material
Dried Coal Nut PT MADANI KOKASINDO ENERGI PROCESS FLOW SHEET
Bucket
Date Approved Checked Designed Drawn
No Req'd
Scale
Job No Dwg No
Gambar 16. Diagram alir proses pembuatan kokas pengecoran
34
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Hasil penyusunan desain menunjukkan bahwa untuk pabrik skala komersil kapasitas minimum (3.000 ton kokas/tahun) biaya investasi Rp 82.839.000.000; biaya operasional pada bulan pertama Rp. 8.650.000.000; dengan laba Rp. 1.865.565.000/bulan dan jangka waktu pengembalian 5 tahun. • Optimasi proses pembuatan aditif dari batubara peringkat rendah untuk kokas metalurgi Pembuatan aditif dari batubara Jambi mengacu pada penelitian terdahulu, yang menyatakan bahwa batubara Jambi yang telah mengalami proses hidrogenasi dapat dijadikan batubara coking coal yang cocok untuk dijadikan campuran kokas. Aditif tersebut kemudian dicampur dengan batubara Tuhup, Marunda dan Ombilin selanjutnya dikarbonisasi pada suhu 900oC. Kokas hasil percobaan di uji kekerasannya dengan uji kuat tekan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hasil uji kuat tekan yang paling tinggi dari batubara Tuhup pada campuran batubara:aditif = 6:4 menghasilkan kuat tekan 5,50 KN. e. Pembuatan dan Uji Pembakar Siklon Rendah Emisi Partikulat Peningkatan kinerja pembakar siklon perlu terus dikembangkan kehandalan parameter prosesnya. Sampai saat ini pembakar siklon telah diterapkan di berbagai fasilitas industri, seperti: boiler, pemanas olie, ketel, autoklaf, oven pengering, dapur putar, oven annealing, tungku kalsinasi, tungku pantul peleburan logam dan lain-lain dengan berbagai parameter keunggulan. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancang bangun pembakar siklon rendah emisi partikulat sehingga meningkatkan pangsa pasarnya termasuk ke boiler-boiler untuk PLTU yang banyak diperlukan, karena banyaknya pulau atau daerah-daerah terisolir di Indonesia yang memerlukan PLTU mini kurang dari 10 MW. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Palimanan, Cirebon, dan boiler industri di PT. Kertas Leces, Jawa Timur. Dalam kegiatan ini dikembangkan teknik pembakar siklon yang rendah emisi partikulatnya. Emisi partikulat yang rendah diperlukan pada penggunaanpenggunaan tertentu seperti boiler jenis-jenis tertentu. Dalam percobaan ini sistem penangkap debu yang digunakan dua jenis, yaitu penangkap debu sentrifugal dan gravitasi. Hasil percobaan menunjukkan penangkap debu sentrifugal cenderung memperangkap partikel-partikel karbon yang belum selesai terbakar, jadi selanjutnya hanya digunakan penangkap debu gravitasi. Uji emisi dilakukan dengan memeriksa asap dari pembakar siklon di cerobong sekunder yang temperaturnya dapat diatur sesuai dengan yang disyaratkan untuk pengukuran. Hasil pengukuran emisi partikulat untuk 4 buah contoh batubara ditunjukkan pada Tabel 14.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
35
Tabel 14.
Hasil Uji Emisi Partikulat
No.
Batubara
Kadar Abu
Kecepatan Pembakaran, kg/jam
Konsentrasi Partikulat, mg/m3
1.
A
8,7
46
165,3
2.
B
12,49
50,8
369,6
3.
C
10,73
49
481,9
4.
D
8,25
47,2
307,6
Hasil uji emisi partikulat tersebut menunjukkan konsentrasi partikulat dipengaruhi oleh kadar abu dari batubara yang dibakar. Untuk kadar abu 8,25 – 12,49%, emisi partikulat di bawah ambang batas yang diperbolehkan. Rancang bangun penangkap debu gravitasi akan diujikan pada pembakar siklon untuk substitusi BBG pada boiler PLTU 20 MW di PT Kertas Leces. Boiler mempunyai 2 lubang pembakar, pada tahap ini digunakan 1 lubang terlebih dahulu dengan pembakar siklon ½ kapasitas sebenarnya. Jika hasil uji dengan ½ kapasitas menunjukkan karakteristik yang dapat diterima, dilanjutkan pemasangan pembakar siklon pada lubang kedua sehingga dapat dicapai kapasitas penuhnya. Kegiatan yang dilakukan adalah pembersihan konstruksi (plant clearing), pemasangan pembakar siklon dan uji kinerjanya. Ukuran pembakar siklon yang dipasang adalah φ 300 cm panjang 580 cm (Gambar 17).
Gambar 17. Pembakar Siklon 6 ton/jam
Setelah pemasangan pembakar siklon dan refraktorinya selesai, dilanjutkan dengan uji coba pembakar siklon tersebut untuk melihat karakteristik pembakarannya dan respon dari boiler.
36
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
f. Rancang Bangan Karbon Aktif Dari Batubara Peringkat Rendah Selama ini, pemanfaatan batubara adalah sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor ke berbagai negara. Namun, pada dasarnya batubara sebagai bahan karbon dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk non BBM, di antaranya sebagai bahan untuk pembuatan karbon aktif. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk percepatan penerapan teknologi produksi karbon aktif kapasitas 3.000 ton per tahun dari batubara peringkat rendah, yang berlokasi di Sentra Teknologi Pemanfaatan Batubara, di Palimanan-Cirebon, sedangkan pelaksanaan sosialisasi direncanakan bersamaan dengan waktu uji coba proses. Pengembangan Karbon Aktif dari Batubara Peringkat Rendah adalah kegiatan operasional pilot plant karbon aktif di Palimanan (Gambar 18). Kegiatan tersebut terdiri atas empat komponen utama, yaitu instalasi peralatan dan pengujian kinerja peralatan secara kontinu, uji coba pembuatan karbon aktif dari batubara bituminus dan arang tempurung kelapa sebagai kondisi dan bahan baku acuan untuk operasional secara kontinu, serta sosialisasi dan kajian teknis peralatan pilot plant. Instalasi proses kontinu telah dilaksanakan dengan mengintegrasikan kedua rotary kiln untuk proses karbonisasi dan aktivasi (Gambar 19), dengan melengkapi peralatan pendukung seperti roll mill, jaw crusher dan vibrating screen. Sedangkan ujicoba proses menggunakan arang tempurung kelapa dan batubara bituminus yang merupakan bahan baku yang digunakan secara komersial dalam industri karbon aktif. Hasil kegiatan menunjukkan, bahwa perubahan kapasitas kiln dari 1 ton/hari menjadi sekitar 5 ton/hari membutuhkan kesesuaian material pendukung sehingga beroperasi secara optimal. Sedangkan hasil pengujian peralatan dengan menggunakan arang tempurung kelapa dan bituminus, menghasilkan produk karbon aktif dengan daya serap yang sangat baik, yaitu tercapainya bilangan Iodium >1000 mg/gr. Sedangkan percobaan dengan menggunakan batubara sub-bituminus dan bituminous mengalami kendala dengan terjadinya blocking pada distribusi uap.
Gambar 18. Pilot plant karbon aktif
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
37
Gambar 19. Pemanasan rotary kiln dan pembakar siklon.
g. Kajian Pendahuluan Teknologi Eksploitasi Tambang Batubara Melalui Aplikasi Teknologi Energi Bersih UCG di Indonesia Menipisnya sumber energi konvensional yang biasa diperoleh dari penambangan minyak bumi, gas alam dan batubara menjadikan Indonesia harus segera menemukan energi alternatif (baru) sebagai energi substitusi di masa depan. Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berpotensi menggantikan minyak dan gas bumi di masa depan. Potensi batubara yang dimiliki Indonesia cukup banyak, yaitu mencapai 161 milyar ton dan cadangan 28 miliar ton (Sukhyar, 2012). Potensi batubara mencakup tambang terbuka mencapai 120 milyar ton dan tambang bawah tanah mencapai 41 milyar ton dengan kedalaman hingga ± 300 meter. Berdasarkan analisis geologi batubara, diperkirakan sampai kedalaman 1.000 meter masih ditemukan batubara dengan potensi yang jauh lebih besar yang dapat dieksploitasi melalui teknologi gasifikasi batubara bawah tanah (underground coal gasification, UCG), yang tidak layak apabila ditambang secara konvensional baik tambang terbuka maupun tambang dalam. Tujuan aplikasi teknologi eksploitasi tambang dengan mengekstrak batubara melalui teknologi energi bersih UCG, dalam upaya mengoptimalkan penggunaan
38
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
batubara peringkat rendah (low grade) sebagai konversi energi alternatif dari batubara ke gas dan mengurangi emisi gas. Lokasi kajian di daerah Wilayah Kontrak Penambangan (WKP) PTBA, PT. Medco Mining dan PT. Odira, di Propinsi Sumatera Selatan. Luasan total dari keseluruhan cekungan batubara Indonesia adalah 423.348 km2, dengan asumsi bahwa 20% luasan tersebut merupakan luasan cekungan yang potensial untuk pengembangan UCG, maka didapat luas sekitar 77.377,1 km2 diperoleh volume potensi sumber daya batubara untuk UCG di Indonesia sebesar 1.869.048.418.000 meter kubik, apabila density diasumsikan 1,3 ton/meter kubik, maka akan dihasilkan tonase batubara 2.429.762.943.400 ton (2,429 triliun ton). Dalam perhitungan perkiraan jumlah gas yang akan dihasilkan dari proses UCG dapat diketahui, dengan asumsi bahwa 1 ton batubara akan menghasilkan 3.000 Nm3 gas bakar (producer gas), dengan nilai panas rendah yaitu < 200 BTU/scf (sebagai pembanding nilai panas gas alam adalah 1.000 Btu/scf). Dengan konversi 1 Nm3 = 35,315 scf, maka perkiraan jumlah gas yang akan dihasilkan dari proses UCG di Indonesia diketahui sebesar 257.420 Tscf. Apabila diasumsikan nilai kalor dari gas bakar adalah 150 Btu/scf (< 200 BTU/scf), maka perkiraan besarnya produksi gas yang akan dihasilkan dari proses UCG di sebelas cekungan batubara di Indonesia adalah 150 Btu/scf x 257.420 Tscf = 38.613.000 TBTU setara dengan 38.613 x 109 MMBTU. Nilai tersebut masih jauh lebih besar dibandingkan dengan gas yang dihasilkan dari gas alam sebesar 487 x 109 MMBTU dan Coal Bed Methane (CBM) sebesar 453 x 109 MMBTU. Mengingat potensi gas yang dapat dihasilkan dari batubara melalui proses UCG sangat besar, maka perlu segera disiapkan regulasi pengusahaan UCG tersebut. Regulasi ini harus didukung dengan kajian akademis tentang teknologi dan keekonomian UCG serta dampaknya terhadap lingkungan. 3. Bidang Ketenagalistikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi a. Pengembangan Peta Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya visualisasi data potensi energi baru terbarukan di Indonesia. Dalam rangka menunjang target Kebijakan Energi Nasional yaitu, pangsa energi baru terbarukan sebesar 17% pada tahun 2025, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi melakukan kegiatan Pengembangan Peta Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia, dengan tujuan menyiapkan informasi berbentuk database berbasis peta digital mengenai potensi energi terbarukan, yang meliputi :
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
39
1. Pembuatan/Pembangunan peta potensi energi terbarukan Indonesia berbasis database digital yang mencakup data potensi energi angin, biomasa, mikrohidro, dan surya 2. Menginventarisasikan data hasil studi potensi energi baru terbarukan yang telah dilakukan oleh P3TKEBTKE untuk komoditas energi angin, biomasa, mikrohidro, surya, dan panas bumi 3. Melakukan verifikasi data potensi energi angin, mikrohidro, biomasa, dan surya untuk melengkapi data potensi pada daerah prospek 4. Melakukan publikasi database peta potensi energi baru terbarukan Indonesia Hasil kegiatan telah tersedia Peta Potensi EBT seluruh Indonesia meliputi Panas bumi, Biomassa, Angin, Surya, dan Mikrohidro. Update Peta Potensi Mikrohidro telah dilaksanakan di Pulau Sumatera, demikian juga Peta Kecepatan Angin dan intensitas radiasi sesolusi 27 Km, serta Peta Potensi Biomassa dari limbah hutan produksi di Pulau Sumatera. Model Ekonomi – Energi berbasis computable general equilibrium (INDOREEC) telah selesai. Model tersebut dapat digunakan untuk mensimulasi dampak suatu kebijakan terhadap perekonomian dan output sektor energi. b. Studi Potensi Energi Angin Tujuan kegiatan ini adalah tersedianya data potensi energi angin yang akurat. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Angin) merupakan pembangkit listrik yang sangat ramah lingkungan, penerapannya dapat berbentuk wind farm ataupun stand alone, baik yang terhubung ke dalam grid maupun off grid. PLT Angin sangat cocok diterapkan pada lokasi terpencil maupun yang telah mempunyai grid. Keberadaan dan kelangsungan suatu PLT Angin ditentukan oleh pemilihan lokasi yang tepat berdasarkan data angin yang akurat dan berlaku sepanjang waktu guna (service life) mesin turbin angin, oleh karena itu diperlukan kajian mendalam untuk menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumber energi angin di wilayah Indonesia sebelum diputuskan untuk membangun PLT Angin. Pelaksanaan kegiatan studi potensi energi angin dilaksanakan melalui pengukuran dengan anemometer (data primer) yang dipasang di Sulawesi Utara (P. Sangihe, dan P. Lembeh), Jawa Timur (Probolinggo), Sumatera Utara (Serdang Bedagai), Banten (P. Panjang), Pulau Sabu (NTT), dan Maluku Barat Daya serta studi bersama dengan Pertamina di Banten, Lampung, dan Kalimantan Selatan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut di-record dan selanjutnya dilakukan analisis data.
40
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
c. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Tujuan kegiatan ini adalah memanfaatkan limbah brine sebagai bahan baku PLTP Binary 50 kW. Kegiatan ini dimaksudkan juga untuk mengembangkan sistim kontrol dan proteksi pada unit PLTP siklus binari sebagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya pemanasan yang berlebih (over heated) terhadap fluida kerja (normal pentana, nC 5 H 12 ) dan beban (load) dari PLN yang berfluktuasi sehingga peralatan PLTP siklus binari dapat bekerja secara efisien dan aman. Pembangkit listrik tenaga panas bumi siklus binari (PLTP binari) skala 50 kW yang dibangun pada Tahun Anggaran 2012 ini memanfaatkan brine (air sisa fluida panas bumi) dari sumur di PAD-29 lapangan panas bumi Dieng, Jawa Tengah bekerja sama dengan PT. Geodipa Energi. Limbah air panas bumi yang dihasilkan dari separator PAD-29 (sumur 29 dan sumur 29A) ini masih bertemperatur 160170oC, tekanan sebesar 8,91 – 10 bar dan total laju alir brine sebesar 97,2 ton/jam atau 27 kg/detik. Reservoir di lapangan panas bumi Dieng memproduksi fluida fasa dengan kandungan air cukup banyak. Fluida reservoir 2 fasa ini dipisahkan di separator pada tekanan kerja di atas 10 bar dimana fasa uap dialirkan untuk menggerakan turbin sedangkan fasa air (brine) akan dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan teknologi PLTP siklus binari. Kegiatan pada TA 2013 ini merupakan kelanjutan kegiatan TA 2012 yaitu memasang (installing) peralatan PLTP siklus binari, melakukan pengujian, mengembangkan sistem kontrol-proteksi, mengembangkan jaringan listrik ke grid PLN terdekat dan melapisi sistim pemipaan PLTP siklus binari dengan insulating material dan cladding. Saat ini, individual (komponen) dan system test untuk seluruh peralatan PLTP Cycle Binary di Dieng sudah dilakukan dan sistem secara keseluruhan dapat berfungsi dengan baik namun belum dapat diuji sepenuhnya karena PLTP belum beroperasi. 4. Bidang Geologi Kelautan a. Penelitian Potensi Arus Laut Sebagai Pembangkit Energi Baru Terbarukan Kelautan Tujuan dari penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Energi Baru Terbarukan adalah: • Mengetahui potensi energi setempat khususnya sumber energi terbarukan (arus Laut) di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
41
• Mengetahui karakteristik fisik air laut dan dasar laut yang dapat digunakan untuk menentukan jenis turbin yang cocok untuk daerah penelitian. Telah dilakukan penelitian potensi energi arus laut di Selat Boleng, NTT, Selat Lombok, Selat Alas, Selat Toyopakeh, Selat Riau, Selat Larantuka, Selat Pantar, Selat Molo, Selat Boleng, dan di Selat Mansuar Raja Ampat (Papua Barat). Hasil perhitungan energi arus laut menjadi energi listrik berdasarkan data arus di selat-selat tersebut di atas ditunjukkan pada Tabel 15 berikut. Tabel 15.
Perhitungan Arus Laut Menjadi Energi Listrik di Beberapa Daerah
No
Selat
Tahun
Kec. arus maks. (m/s)
Rapat Daya (kW/m2)
Luas daerah potensi (kec. >=1.5m/s) m2
Daya Teoritis (kW)
Daya Teknis (kW)
Daya Praktis (kW)
1
Lombok
2006
2,44
7,44
19.107.438
33.049.897
8.262.474
2.065.619
2
Alas
2006
2,90
12,50
60.853.994
105.258.394
26.314.598
6.578.650
3
Toyopakeh
2008
3,00
13,84
2.959.360
5.118.768
1.279.692
319.923
4
Riau
2008
1,39
1,38
55.751.111
96.432.000
24.108.000
6.027.000
5
Larantuka
2009
3,00
13,84
287.500
497.285
124.321
31.080
6
Pantar
2010
2,91
12,63
921.600
1.594.080
398.520
99.630
7
Molo
2011
1,85
3,24
216.400
374.304
93.576
23.394
8
Boleng
2012
1,50
1,73
1.658.610
2.868.877
717.219
179.305
9
Mansuar, Raja Ampat
2013
1,79
2,94
3.619.998
6.261.465
1.565.366
391.342
251.455.069
62.863.767
15.715.942
Total
78,86
Energi arus laut sampai saat ini yang teridentifikasi dari hasil penelitian yang dilakukan P3GL secara keseluruhan potensi teoritis sebesar 251,5 GW, potensi teknis 62,9 GW, dan potensi praktis sebesar 15,7 GW. Bersama dengan asosiasi profesi ASELI (Asosiasi Energi Laut Indonesia), semua data-data hasil penelitian P3GL mengenai potensi arus laut tersebut telah disusun Peta Potensi Energi Arus Laut Pasang Surut Seluruh Indonesia.
42
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Gambar 20. Peta Potensi Energi Arus Laut Seluruh Indonesia
Untuk mengimplementasikan hasil penelitian potensi energi arus laut sebagai energi baru terbarukan kepada masyarakat telah disusun roadmap energi laut Indonesia. Dalam roadmap tersebut, untuk jangka pendek direncanakan dibangun Pilot Project penempatan turbin energi arus laut berkapasitas 1 MW di tahun 2015-2016. Untuk mewujudkan pilot project tersebut, khusus pada tahun 2014 akan dilaksanakan kegiatan: • Pemilihan lokasi (diskusi, evaluasi dan pengambilan keputusan) • Pengembangan konsep teknis dan prototipe skala laboratorium. Untuk selanjutnya dilaksanakan tahapan-tahapan kegiatan teknis antara lain: mulai dari survei detail pada lokasi terpilih, pemilihan teknologi turbin, disain teknis, fabrikasi dan integrasi, instalasi lapangan, pengujian, operasional dan monitoring, hingga evaluasi. Kegiatan teknis tersebut tentunya diselaraskan dengan kegiatan yang besifat koordinatif dan administratif. b. Pemetaan Geologi Kelautan Bersistem Tujuan pemetaan geologi kelautan ini adalah untuk menginventarisir dan memetakan aspek-aspek geologi yang berkaitan dengan potensi sumberdaya alam, termasuk mineral dan energi, di samping itu, data geologi dan geofisika ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan di bidang keilmuan. Pemetaan geologi kelautan menggunakan Kapal Riset Geomarin III dengan metode terdiri dari: pemeruman kedalaman laut (batimetri) dan Sub-Bottom Profiler (SBP), pengambilan sampel sedimen permukaan dasar laut dengan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
43
alat gravity corer dan multi-corer, pengukuran magnet laut dan seismik multi-kanal. Sampai tahun 2013 telah dilakukan pemetaan geologi kelautan sistematik sebanyak 117 lembar, sehingga baru menyelesaikan 32,05 % dari 365 lembar peta (Bakosurtanal), terutama di wilayah laut dangkal. Wilayah laut dalam terutama terletak di Indonesia bagian timur masih belum semuanya terpetakan, sehingga perlu usaha percepatan untuk menguak potensi kekayaan sumberdaya geologi di wilayah pesisir dan laut yang dimiliki Indonesia. Pada tahun 2013 pemetaan geologi kelautan tersebut dilaksanakan pada 6 lembar peta, yaitu: Lembar Peta 2713, 2714 di Perairan Misol; dan Lembar Peta 3113, 3114, 3013 dan 3014 di Perairan Teluk Cendrawasih.
Gambar 21. Capaian pemetaan geologi kelautan hingga Tahun 2013
Data-data dasar geologi kelautan sangat bernilai tinggi menjadi penting sebagai dasar penelitian lebih terinci terkait potensi energi dan sumber daya mineral di wilayah perairan lepas pantai Indonesia. Rencana pemetaan geologi kelautan sistematik menggunakan KR. Geomarin III pada tahun 2014 akan dilaksanakan pada 6 lembar peta, yaitu LP 2812 dan 2912 di Perairan Laut Seram, Provinsi Papua Barat; LP 2813 dan 2814 di Perairan Laut Seram, Provinsi Papua Barat; dan LP 3208 dan 3209 di Perairan Laut Arafuru, Provinsi Papua.
44
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
B. Indikator Kinerja Utama Badan Litbang ESDM Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan berikut ini dijabarkan sesuai dengan urutan tujuan Strategis Badan Litbang ESDM 2013: 1. Tujuan 1: Terwujudnya konstribusi dalam pelaksanaan, perumusan, dan evaluasi kebijakan sektor ESDM Sasaran: terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM dengan indikator: usulan masukan/rekomendasi kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) No
Sasaran
Indikator Kinerja
1.
Terwujudnya kontribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor ESDM
Jumlah usulan masukan/rekomendasi kebijakan/regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
Capaian Satuan
Target
Realisasi
%
Masukan/ rekomendasi kebijakan
24
35
145,83%
Usulan Masukan/Rekomendasi Kebijakan/Regulasi (NSPK) dan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Kegiatan yang terkait dalam masukan/rekomendasi kebijakan merupakan kegiatan yang hasilnya berupa data dan informasi yang dapat mendukung dan menjadi masukan/rekomendasi kebijakan bagi Kementerian ESDM. 1) Bidang Minyak dan Gas Bumi Bidang Minyak dan Gas Bumi pada tahun 2013 melaksanakan 14 kegiatan yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai pendukung bagi usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Kaji Ulang Data Geoscience untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru Migas b. Inventarisasi dan Analisa Data Cadangan Migas Indonesia 01 Januari 2013 c. Optimasi Sistem Distribusi Bahan Bakar Minyak d. Pemanfaatan CO 2 untuk Kultivasi Migroalga dalam Photobioreaktor Secara Kontinyu dengan Hasil Biomassa yang Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Biofuel e. Produksi Biobutanol sebagai Energi Alternatif dari Bahan Selulosa Skala Mini Pilot f. Pengembangan Proses Katalitik Pembuatan Olefin dari Bioetanol g. Studi Pemanfaatan Campuran LPG dan DME untuk Kendaraan Bermotor
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
45
h. Studi Penggunaan Aditif Dispersant Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Deposit pada Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Biofuel i. Kajian Kesiapan Infrastruktur Fasilitas Pengaturan BBM Bersubsidi dan Pemanfaatan BBG j. Analisis Cost Benefit Pengembangan Cadangan Nasional Cadangan Strategis k. Kajian Konversi BBM ke Gas Bumi untuk Industri l. Analisis Kebijakan Penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batubara m. Roadmap Gas Bumi n. Participating Interest Kegiatan Operasional Migas Rincian hasil keempatbelas kegiatan berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kaji Ulang Data Geoscience untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru Migas Kaji ulang data geoscience ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan wilayah kerja migas baru sehingga meningkatkan penerimaan devisa negara. Kaji ulang dilakukan di 10 wilayah kerja migas, yaitu Blok North East Madura V, Kolaka Lasusua, Buton II, Polowali, East Belitung I, East Belitung II, Amborip I dan Amborip II, West papua II, Offshore Semai. Namun karena ketersediaan data yang diperlukan untuk kaji ulang tidak merata dan umumnya sangat minim, maka ada blok yang hanya bisa dilakukan reevaluasi tanpa ada kajian/studi yang mendalam. Dari hasil kajian hampir semua blok masih layak untuk ditawarkan kepada investor dengan beberapa usulan catatan dan persyaratan. Tabel 16.
46
Ringkasan Blok Re-Evaluasi
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Tabel 17.
Tabel 18. NO
Ringkasan Blok dengan Studi Lanjutan
Perhitungan Ringkasan Sumberdaya
BLOK P90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BUTON II OFFSHORE SEMAI I WEST PAPUA II EAST BELITUNG I EAST BELITUNG II NE MADURA V POLEWALI KOLAKA LASUSUA AMBORIP II AMBORIP III TOTAL
POTENSI SUMBERDAYA MMBOE P50
341.54 155.06 4,407.28 Batuan induk tdk matang Batuan induk tdk matang Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data 4,903.88
P10
683.08 310.12 8,814.56
1,024.61 465.19 13,221.83
9,807.76
14,711.63
b. Inventarisasi dan Analisa Data Cadangan Migas Indonesia Tujuan kegiatan, antara lain mengetahui potensi cadangan migas Indonesia dan kemampuan produksinya dalam menopang pembangunan Nasional dan menentukan indikator kinerja industri migas. Dari kajian yang dilakukan, berdasarkan data status 01.01.2013, terdapat 62 Daerah Kabupaten / Kota pada 18 Daerah Propinsi dan Pemerintah Pusat (>12 mil) yang mempunyai Cadangan dan Produksi Minyak dan Gas Bumi terbukti. Cadangan Terbukti yang tersisa pada 01.01.2013 adalah sebesar 3,692.50 MMSTB minyak dan 101,538.22 BSCF Gas, sedangkan Cadangan Potensial Minyak yang terdiri dari Cadangan Mungkin sebesar 1,987.70 MMSTB dan Cadangan Harapan 1,869.61 MMSTB. Cadangan Potensial Gas
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
47
terdiri dari Cadangan Mungkin sebesar 24,867.57 BSCF dan Cadangan Harapan 23,985.57 BSCF (Gambar 22). Produksi pada tahun 2012 sebesar 298.54 MMSTB Minyak dan 3,068.56 BSCF Gas.
Gambar 22. Klasifikasi Cadangan Indonesia Status 01 Januari 2013 Tabel 19.
Perkembangan Cadangan Minyak dan Gas Bumi pada 1 Januari 2012 dan 01 Januari 2013
A. MINYAK BUMI (DALAM SATUAN MMMSTB) (*) C A D A N GA N TANGGAL
1 Januari 2012
1 Januari 2013
PERUBAHAN
STATUS TERBUKTI
MUNGKIN
HARAPAN
SUDAH BERPRODUKSI
3.485
1.718
1.436
BELUM BERPRODUKSI
.256
.221
.292
J U ML AH
3.741
1.939
1.727
SUDAH BERPRODUKSI
3.456
1.778
1.599
BELUM BERPRODUKSI
.237
.210
.271
J U ML AH
3.693
1.988
1.870
SUDAH BERPRODUKSI
-.84%
3.46%
11.34%
BELUM BERPRODUKSI
-7.36%
-5.06%
-7.11%
J U ML AH
-1.29%
2.49%
8.23%
(*) Termasuk Kondensat B. GAS BUMI (DALAM SATUAN TSCF) C A D A N GA N TANGGAL
STATUS TERBUKTI ASSOC.
1 Januari 2012
1 Januari 2013
PERUBAHAN
MUNGKIN
NON ASS.
ASSOC.
HARAPAN
NON ASS.
ASSOC.
NON ASS.
SUDAH BERPRODUKSI
4.407
29.414
1.145
6.589
.610
4.645
BELUM BERPRODUKSI
1.576
67.950
.237
17.242
.251
16.633 21.278
J U ML AH
5.983
97.364
1.382
23.831
.861
SUDAH BERPRODUKSI
4.445
29.815
1.518
7.116
.565
9.419
BELUM BERPRODUKSI
1.639
65.639
.260
15.974
.319
13.682
J U ML AH
6.084
95.454
1.777
23.090
.884
23.101
SUDAH BERPRODUKSI
.85%
1.36%
32.50%
8.00%
-7.39%
102.78%
BELUM BERPRODUKSI
4.01%
-3.40%
9.70%
-7.35%
27.21%
-17.74%
J U ML AH
1.69%
-1.96%
28.60%
-3.11%
2.69%
8.57%
c. Optimasi Sistem Distribusi Bahan Bakar Minyak Maksud dan tujuan dilakukannya kegiatan adalah tersedianya alternatif strategi pola distribusi BBM yg paling efisien sesuai dengan kondisi wilayah kepulauan Republik Indonesia dan adanya model pengembangan infrastruktur alat/peralatan distribusi BBM skala nasional.
48
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Sistem distribusi BBM existing oleh PT. Pertamina dibagi atas 8 (delapan) UPMS, yaitu UPMS I Medan, UPMS II Palembang, UPMS III Jakarta, UPMS IV Semarang, UPMS V Surabaya, UPMS VI Balikpapan, UPMS VII Makassar, UPMS VIII Jayapura. Untuk melakukan optimasi pengangkutan BBM di Indonesia, dibuatkan model yang menggambarkan seluruh pola penyaluran BBM. Berikut data yang dibutuhkan untuk model optimasi: Tabel 20.
Model Penyaluran BBM
Gambar 23. Diagram Alur Pemodelan Distribusi BBM dengan Powersim
d. Pemanfaatan CO 2 untuk Kultivasi Migroalga dalam Photobioreaktor Secara Kontinyu dengan Hasil Biomassa yang Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Biofuel Tujuan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan teknik kultivasi & produksi biomassa mikroalga dengan dukungan CO 2 dalam photobioreaktor secara kontinyu dan penanganan untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bahan bakar biofuel. Hasil penelitian menunjukkan kandungan lipid terbesar diperoleh melalui ekstraksi maserasi yang didahului dengan ultrasonik pada amplitudo 40%
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
49
dan waktu kontak 5 menit, yaitu 63,59 %bk. Kandungan lipid terbesar yang didahului dengan proses fermentasi, untuk sementara dihasilkan melalui hidrolisis DAP + Enzim (Mono culture), yaitu sebesar 11,52 %bk. Peningkatan kandungan lipid dari kegiatan sebelumnya, diharapkan menjadi angin baru dalam mencari dan menemukan metode yang tepat dalam memperoleh minyak alga, sehingga diharapkan mampu dijadikan bahan dasar biofuel pengganti bahan dasar fosil dalam jumlah yang banyak. e. Produksi Biobutanol sebagai Energi Alternatif dari Bahan Selulosa Skala Mini Pilot Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan biobutanol dari fermentasi skala mini pilot. Kegiatan ini telah berhasil memperoleh biobutanol namun capaian kinerja kegiatan keseluruhan belum dapat dikatakan berhasil karena belum dapat menghasilkan butanol menggunakan peralatan mini pilot biobutanol terpadu. Kecilnya konsentrasi butanol kemungkinan karena proses distilasi sederhana dapat menghilangkan sebagian kandungan butanol yang masih dalam bentuk azeotrop butanol-air. Dengan meningkatkan konsentrasi dan perolehan butanol, maka diharapkan dapat berkontribusi dalam program substitusi BBM f. Pengembangan Proses Katalitik Pembuatan Olefin dari Bioetanol Tujuan kegiatan adalah untuk mendapatkan kondisi operasi proses katalitik pembuatan olefin dari bioetanol dan formula katalisnya pada skala laboratorium yang sesuai untuk mengkonversikan bioetanol menjadi olefin (ethylene & prophylene) yang siap untuk dikembangkan lebih lanjut ke skala pilot plant atau komersial. Hasil penelitian menunjukkan: a. Katalis Zeolit H-ZSM-5 dari bahan baku zeolit alam yang dihasilkan: • sintesis hidrotermal 12 jam memiliki rasio Si/Al 45,18 • sintesis hidrotermal 24 jam memiliki rasio Si/Al 87,45 • sintesis hidrotermal 36 jam memiliki rasio Si/Al 96,50 b. Konversi tertinggi dihasilkan katalis zeolit H-ZSM-5 (12 Jam) pada temperatur reaksi 350°C sebesar 91,32 %; c. Perolehan produk etilen tertinggi dihasilkan oleh katalis H-ZSM-5 (12 Jam) sebesar 91,156% pada temperatur reaksi 300°C; d. Perolehan produk propilen tertinggi dihasilkan oleh katalis H-ZSM-5 (36 Jam) sebesar 9,238% pada temperatur reaksi 350°C.
50
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
g. Studi Pemanfaatan Campuran LPG dan DME untuk Kendaraan Bermotor Tujuan kegiatan adalah terlaksananya uji jalan sepeda motor LPG dan kendaraan LGP mix DME untuk mendapatkan data kinerja mesin kendaraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi sistem konversi pada sepeda motor menghasilkan kinerja mesin bahan bakar LPG lebih baik dibandingkan bensin 88, serta menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih. Penambahan DME pada LGV menghasilkan kinerja yang baik, walaupun masih di bawah kinerja kendaraan berbahan bakar bensin 88. h. Studi Penggunaan Aditif Dispersant Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Deposit pada Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Biofuel Tujuan kegiatan untuk mengetahui pengaruh penambahan aditif dispersant berbasis nabati dalam campuran minyak solar dan biodiesel (B-XX) terhadap perubahan sifat fisika kimia dan penurunan pembentukan deposit karbon pada komponen ruang bakar mesin. Hasil kegiatan berupa data teknis (fisika kimia, kinerja, dan pembentukan deposit) yang dapat menjadi masukan kebijakan kepada pemerintah tentang penggunaan bio aditif dalam bahan bakar B-XX. i. Kajian Kesiapan Infrastruktur Fasilitas Pengaturan BBM Bersubsidi dan Pemanfaatan BBG Tujuan kegiatan adalah tersedianya rekomendasi dari kesiapan infrastruktur fasilitas pengaturan BBM bersubsidi dan pemanfaatan BBG. Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa: • Kuota BBM Bersubsidi dibuat berdasarkan Roadmap BBM Bersubsidi di mana dalam Jangka Pendek Kuota BBM Tahun 2014 ditetapkan sama dengan Kuota BBM Tahun 2013, untuk Jangka Menengah Kuota BBM diturunkan 10% per tahun sampai tahun 2018. Setelah Tahun 2018 Kuota BBM ditetapkan hanya untuk pengguna yang berhak; • Berdasarkan Roadmap BBM Bersubsidi dan Proyeksi Konsumsi BBM, dapat dihitung Penambahan Kapasitas dan Switching Kapasitas tangki timbun penyimpanan BBM di Depot dan SPBU. Besarnya Penambahan dan Switching Kapasitas di depot dan SPBU bervariasi untuk setiap wilayah; • Pengangkutan BBM dan LPG yang ada saat ini masih dapat dioptimasi menggunakan Object Function Minimum dari Biaya Pengangkutan, di mana dihasilkan penghematan masing-masing sebesar Rp. 4,77 Milyar/hari dan sebesar Rp. 52,45 juta/hari; • Alokasi gas bumi untuk sektor transportasi sangat kecil yaitu sekitar 36,5 MMSCFD (tahun 2014) atau setara dengan pemakaian BBM sebesar 399.675 Kilo liter per tahun. Penggunaan BBG tersebut hanya sekitar
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
51
0,8% dari total konsumsi BBM nasional. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemanfaatan gas bumi yang agresif dengan menambah pasokan gas bumi untuk transportasi darat, misalnya dengan pemanfaatan LNG; • Pemerintah telah membuat Roadmap pembangunan SPBG pada wilayahwilayah yang dilewati jaringan transmisi gas bumi di Sumatera, wilayah tersebut adalah Aceh, Medan, Jambi, Batam, Palembang dan Pekanbaru. Sedangkan untuk Kalimantan adalah Balikpapan dan Samarinda; • Konversi BBM ke CNG untuk wilayah yang tidak dilalui jaringan transmisi gas bumi dapat dipenuhi menggunakan Truck dan pembangunan pipa. Harga CNG yang menggunakan Truck berkisar dari Rp. 6.600/lsp sampai Rp. 7.200/lsp; • Konversi BBM ke LGV dapat dilakukan melalui penambahan dispenser LGV pada SPBU. Besarnya harga LGV di konsumen tergantung dari biaya distribusi dari depot ke SPB LGV. Harga LGV di konsumen berkisar dari Rp. 9.700/lsp sampai Rp. 9.935/lsp. j. Analisis Cost Benefit Pengembangan Cadangan Nasional Cadangan Strategis Tujuan kegiatan adalah tersedianya informasi cost (biaya) investasi yang dibutuhkan untuk dan benefit (keuntungan) yang terukur baik direct benefit maupun indirect benefit dari pengembangan Cadangan Strategis. Dalam menetapkan besarnya cadangan strategis, dibutuhkan informasi mengenai kebutuhan Unit Pengolahan (Refinery Unit) yang saat ini bisnis pengolahannya dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero). RU yang dioperasikan sebanyak 6 (enam) buah dengan kapasitas total mencapai 1.046,70 barrel dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Hampir sebagian besar umpan kilang tersebut berasal dari produksi lapangan minyak bumi di Indonesia, selain itu terdapat juga minyak mentah hasil impor, mayoritas berasal dari Timur Tengah (Arabian Light Crude), Azerbaijan, Nigeria, dan Asia Crude (medium crude). Untuk mencapai kilang, moda transportasi yang dilakukan dapat berupa tanker maupun melalui jaringan perpipaan. Untuk mengetahui apakah suatu fasilitas penyimpanan minyak mentah dalam mengembangkan cadangan strategis di suatu wilayah diperlukan, maka parameter yang harus diperhatikan adalah kapasitas penyimpanan minyak mentah, kapasitas operasi dari RU di suatu wilayah, sumber pasokan minyak mentah, dan jarak tempuh dari sumber ke kilang. Selain hal-hal tersebut, besaran investasi yang harus dikeluarkan juga harus diperhatikan, hal ini untuk mengestimasi besarnya biaya dari pembangunan penyimpanan minyak mentah di beberapa wilayah di Indonesia.
52
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Dari besaran nilai investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan infrastruktur penyimpanan minyak mentah diketahui, kemudian dapat diketahui besar keuntungan langsung (direct benefit) total sebesar 419 juta US$ atau setara dengan 4,6 Triliun Rupiah. Sedangkan besar keuntungan tidak langsung (undirect benefit) dikuantifikasi dari pengembangan fasilitas penyimpanan yang terdiri dari peningkatan output barang dan jasa, peningkatan faktor produksi, Institusi, dan Sektor produksi dengan menggunakan model sistem neraca soisal ekonomi, dengan total mencapai 9,326 Miliar US$ atau setara dengan 102,591 Triliyun Rupiah. Dari hasil tersebut diatas, kemudian dilakukan analisis manfaat-biaya (cost benefit analysis) untuk mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Analisis dilakukan dengan menggunakan Benefit Cost Ratio (BCR), dan hasilnya terlihat seperti pada Tabel 21. Tabel 21.
Analisis BCR
Total
BCR Direct
Indirect
Cost Benefit Analysis Total Direct Indirect
RU II Dumai
1.2295
0.0376
1.1919
SIAP
TIDAK
SIAP
RU III Plaju (Musi)
1.5379
0.0683
1.4692
SIAP
TIDAK
SIAP
RU IV Cilacap
1.1095
0.0431
1.0664
SIAP
TIDAK
SIAP
RU V Balikpapan
1.3533
0.085
1.2683
SIAP
TIDAK
SIAP
RU VI Balongan
1.2296
-
1.2296
SIAP
TIDAK
SIAP
RU VII Kasim
2.0562
0.0348
2.0214
SIAP
TIDAK
SIAP
Kilang
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa cadangan strategis siap/layak untuk dikembangkan di seluruh kilang jika benefit yang diperhitungkan bukan hanya yang secara langsung (direct benefit) dari peningkatan penjualan produk hasil kilang, tetapi juga diperhitungkan dampak tidak langsung berupa efek berganda dari pengembangan cadangan strategis yang akan dirasakan di seluruh faktor produksi, institusi yang terlibat dan sektor produksi yang ada di sekitar kilang minyak. Jika membandingkan BCR dengan indirect benefit atau efek berganda yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa prioritas pengembangan cadangan strategis yang paling siap/layak untuk dikembangkan adalah RU VII Kasim dengan nilai BCR indirect sampai 2,02. Hal ini dikarenakan wilayah Irian Jaya yang merupakan lokasi beradanya wilayah kilang merupakan daerah dengan infrastruktur yang relatif kurang sehingga pengembangan cadangan strategis di wilayah ini dapat berdampak berjalannya faktor produksi, intitusi dan sektor produksi yang ada di sekitar kilang, dan pada akhirnya akan menggulirkan roda perekonomian sehingga daerah tersebut menjadi lebih hidup.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
53
k. Kajian Konversi BBM ke Gas Bumi untuk Industri Tujuan kegiatan adalah untuk mengetahui volume gas bumi dan sumbernya yang diperlukan untuk menggantikan minyak solar di sektor industri serta keekonomian dan infrastruktur yang diperlukan. Dari hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut: • Potensi Konversi BBM ke Gas Bumi didalam wilayah Kajian (Sumatera, Jawa dan Bali) sebesar 554 MMScfd saat ini dan mencapai 1500 MMscfd di tahun 2025. • Untuk memenuhi pasokan gas tersebut, dapat diupayakan melalui impor LNG dengan menggunakan fasilitas Floating Storage Regasification Unit. • Lokasi Industri-industri yang masih menggunakan BBM tidak berpusat pada satu kawasan, sehingga pendistribusian gas bumi dengan menggunakan cng trailer merupakan alternatif yang ekonomis. • Dengan menghitung dampak konversi BBM ke Gas Bumi menggunakan model I/O, didapat efek berganda mencapai 5% dari PDRB untuk sektor industri. l. Analisis Kebijakan Penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batubara Tujuan kegiatan adalah tersedianya rekomendasi strategi penawaran Wilayah Kerja GMB. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: • Gas yang berasal dari batubara (GMB) sangat berpotensi untuk mendukung kebutuhan gas untuk pembangkit listrik dan domestik; • Berbagai hambatan yang ada adalah tantangan yang bisa diselesaikan dan harus dengan komitmen tinggi. Rekomendasi untuk pemerintah terhadap pengembangan GMB : • Pemberian Insentif untuk bisnis GMB, (jenis insentif masih dalam tahap diskusi); • Evaluasi harga gas CBM – mendekati harga LNG Int’l (13% s.d. 15% slope); • Solusi perijinan yang berlapis-lapis agar dapat dilakukan satu atap dan terintegrasi; • Menyediakan berbagai keperluan procurement GMB; • Evaluasi G&G dan penyediaan database pemetaan GMB. m. Roadmap Gas Bumi Tujuan kegiatan adalah tersedianya Roadmap Gas Bumi untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam upaya pemenuhan kebutuhan Gas Bumi untuk kebutuhan domestik.
54
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Agar roadmap gas yang tersusun ini dapat diimplementasikan, diperlukan peranan dari Pemerintah, Litbang dan Swasta. Secara garis besar peranan dari Pemerintah, Litbang dan Swasta dalam pelaksanaan roadmap gas diperlihatkan dalam Tabel 22. Tabel 22.
Roadmap Infrastruktur Gas Bumi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang.
n. Participating Interest Kegiatan Operasional Migas Tujuan kegiatan adalah terwujudnya kesamaan pengertian terkait participating interest antara pemerintah pusat dan daerah, KKKS dan para stakeholders di daerah penghasil migas. Penawaran Participating Interest 10% kepada daerah merupakan pengalihan hak dan kewajiban pengelolaan interest kepada daerah, dan bukan pengalihan interest Blok Migas, mengingat blok migas adalah milik negara yang tidak dapat dipindahtangankan kepada subjek hukum manapun. Kontraktor hanya punya hak mengelola, maka hak mengelola itulah yang dipindahtangankan tentunya beserta segala konsekuensi untung dan ruginya. Penawaran Participating Interest 10% kepada daerah dalam hal ini BUMD merupakan hak prioritas sebelum hak pengalihan diberikan kepada perusahaan non afiliasi atau perusahaan selain mitra kerja dalam wilayah kerja yang sama. Participating Interest merupakan saham atau penyertaan modal perusahaan secara langsung atas sebab hukum dan bukan penyertaan modal porto folio. Oleh sebab itu penyertaan modal kepada BUMD ini
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
55
bersifat sangat strategis dan memiliki karakteristik yang unik dalam implementasi operasionalnya. Pengalihan hak dan kewajiban dalam operasional hulu migas terkait Participating Interest Daerah 10% dapat diartikan merupakan pengalihan pengusahaan terhadap sebagian blok wilayah kerja migas sesuai prosentase 10% kepada BUMD. Pengalihan interest berdasarkan operasi bersama tersebut diharapkan menghasilkan keuntungan sehingga semanagt otonomi daerah dan pemberdayaan kekayaan alam daerah dapat sesuai dengan tujuannya yaitu meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Implementasi Penawaran Participating Interest 10% kepada daerah ini masih membutuhkan campur tangan pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan maupun petunjuk teknis dan petunjuk pelaksnaannya. Hal ini disebabkan karena: • Daerah masih belum memahami, bahwa PI 10% bagi daerah penghasil migas merupakan upaya hukum dari pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan berdasarkan peraturan perundangan migas untuk mensejahterakan masyarakat di wilayah tersebut. PI 10% adalah hak istimewa yaitu saham yang diperoleh secara langsung berdasarkan hukum/perundangan bukan untuk pengelolaan Blok Migas, tetapi merupakan pengalihan hak dan kewajiban 10% berupa investasi dari keseluruhan nilai investasi dari suatu wilayah kerja; long term investment sehingga daerah tidak dapat menikmati keuntungan secara instant. Disamping itu, pada saat BUMD terlibat dalam kegiatan operasional hulu migas, maka BUMD harus tunduk pada semua ketentuan bisnis yang lazim. Ada kalanya, bila wilayah kerja migas berbatasan dengan dua provinsi atau dua kabupaten, pengelolaan PI 10 % sering kali memicu polemik mengenai pembagian proporsi besaran PI, karena terkait dengan batas wilayah. • Pengalihan interest 10% kepada BUMD sejauh ini dalam prakteknya hanya diberlakukan bagi wilayah kerja baru, sedangkan bagi wilayah kerja perpanjangan belum diakomodir dalam peraturan perundangan. • Persoalan Kapasitas Modal Daerah yang belum memadai, disebabkan Pengelolaan PI 10% sangat membutuhkan dana yang besar , sedangkan modal kerja BUMD terbatas, sehingga harus menggandeng Investor sebagai konsorsium untuk ikut mendanai PI 10% tersebut. Dalam implementasinya, daerah dalam hal ini BUMD, masih belum memiliki kapasitas modal yang memadai, sehingga potensi masuknya investor asing dalam participating interest daerah 10% ini sangat dimungkinkan. Bila mengacu pada ketentuan Pasal 9 PP No. 35 Tahun 2004, bahwa dalam hal BUMD tidak memiliki dana yang cukup, maka Menteri berwenang menawarkann ya kepada BUMN dalam hal ini PERTAMINA, meskipun kebijakan ini akan ditentang oleh daerah.
56
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
• Beberapa daerah meyakini bahwa penawaran PI kepada daerah diharapkan dapat :
Menaikan DBH Migas Ikut serta dalam Participating Interest Turut serta pengelolaan sumur-sumur tua Sharring bisnis BUMD dengan BUMN terutama pada Blok-Blok yang telah habis masa kontraknya.
• Dalam Hitungan Kekonomian daerah menganggap bahwa akan lebih effisien menggunakan sistem Golden Share. Namun demikian usulan daerah atas golden share PI adalah kurang tepat, mengingat Golden share merupakan hak Pemerintah Pusat dalam pengelolaan BUMN yang didalamnya melekat hak veto dalam rangka penentuan Direksi, Komisaris, merger, akuisisi maupun likuidasi Badan Usaha. Di samping itu, bila Daerah memiliki golden share, maka akan bertentangan dengan prinsip good corporate governance dan iklim usaha yang kondusif. 2)
Bidang Mineral dan Batubara
Bidang Mineral dan Batubara pada tahun 2013 melaksanakan 7 kegiatan yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia b. Prospek Pengembangan Usaha Peningkatan Nilai Tambah Zirkon c. Kajian Manfaat Usaha Pertambangan Bauksit Terhadap Sosial Ekonomi Daerah dalam Rangka Mendukung Program MP3EI di Propinsi Kalimantan Barat d. Kajian Sinkronisasi Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Mineral dengan Energi Geotermal e. Kajian Dampak Pasca Penerapan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral f. Kajian Sianidasi Intensif Sistem Custom Plant dari Konsentrat Sulfida Marjinal Cianjur-Sukabumi g. Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Upgrading Bauksit dan Pemanfaatan Red Mud di Indonesia
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
57
Rincian hasil ketujuh kegiatan berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia Tujuan kegiatan adalah mendukung program PNT batubara melalui pembangunan pabrik teknologi pemanfaatan batubara di Indonesia dan menemukan solusi untuk percepatan penerapan teknologi pemanfaatan batubara khususnya gasifikasi batubara, CWM, upgrading batubara kokas pengecoran dan karbon aktif. Hasil: • Mengingat dampak positif cukup besar, maka sudah selayaknya pemerintah memberikan dukungan berdirinya pabrik komersial teknologi pemanfaatan batubara di Indonesia. Hal ini dapat diejawantahkan melalui pembangunan infrastruktur, pemberian garansi pinjaman, penyertaan modal dan pemberian jaminan penyediaan bahan baku. • Teknologi pengolahan batubara yang siap untuk dikomersialkan di Indonesia dalam waktu cepat adalah teknologi gasifikasi batubara. Kebijakan penunjangnya perlu menjadi prioritas. • Untuk mendukung program peningkatan nilai tambah batubara, Ditjen Minerba sedang mempersiapkan regulasi terkait skenario pengendalian produksi dan ekspor. Puslitbang tekMIRA (Balitbang ESDM) diharapkan ikut berperan aktif. • Hasil pertemuan dengan Wamen ESDM dan Eselon 1 KESDM maka Ditjen Minerba bertanggung jawab atas perijinan untuk industri pengolahan batubara sementara untuk perijinan penjualan produk hasil pengolahan batubara menjadi tanggung jawab Ditjen Migas. • Kebijakan mengenai royalti batubara: royalti batubara hanya dikenakan satu kali yaitu di hulu, setelah di industri pengolahan atau konversi tidak akan dikenakan lagi. Kebijakan mengenai harga dapat diterapkan berdasarkan cost plus margin. b. Prospek Pengembangan Usaha Peningkatan Nilai Tambah Zirkon Tujuan kegiatan adalah mengetahui potensi kebutuhan dan spesifikasi zirkon yang digunakan oleh industri pengguna zirkon (industri hilir), analisis finansial pembangunan pabrik pengolahan zirkon, dan analisis kebijakan ekspor pasir zirkon
58
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Hasil kegiatan: • Diketahuinya jumlah dan spesifikasi kebutuhan zirkon Indonesia dan dunia; • Jenis zirkon yang banyak digunakan dalam bidang industri bukan pasir zirkon ZrSiO 4 +HfO 2 ) kadar ZrO 2 ≥ 65,5% melainkan zirkonium silikat dengan kadar minimum 64% atau (ZrSiO4+HfO2) kadar ZrO2 ≥ 64%. • Jumlah pemakaian zirkonium silikat pada tahun 2012 sekitar 57.187 ton. Industri yang paling banyak menggunakan zirkonium silikat adalah industri keramik (44,79%), industri frit/glasir (31,78%), pasir cetak dalam industri pengecoran logam (21,33%) dan bata tahan api (2,10%). • Indonesia baru memiliki 3 perusahaan pabrik pengolahan zirkonium silikat dengan kapasitas 35.200 ton per tahun. • Untuk mendukung program hilirisasi optimal, sebaiknya yang boleh diekspor paling tidak hingga produk zirkonium silikat, menimbang sebagai mata rantai yang menghubung hulu (penambangan) dan industri hilir, teknologi sudah ada, secara finansial cukup layak, untuk subtitusi impor, mempunyai nilai tambah 2 kali dibanding produk konsentrat pasir zirkon; • Mendorong lembaga kelitbangan untuk mengkaji percepatan teknologi pemanfaatan kimia zirkonium, logam zirkonium dan paduan, serta menjawab isu unsur radiasi. c. Kajian Manfaat Usaha Pertambangan Bauksit Terhadap Sosial Ekonomi Daerah dalam Rangka Mendukung Program MP3EI di Propinsi Kalimantan Barat Terumuskannya kebijakan baik ditingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam rangka peningkatan manfaat usaha pertambangan bauksit terhadap sosial ekonomi daerah terpadu dengan program MP3EI di Koridor Kalimantan Barat Melalui model analisis I-O dan sosial ekonomi, dapat diidentifikasi sektor-sektor yang dominan dipengaruhi oleh rencana pengolahan bauksit, yakni sektor penambangan dan penggalian (kesiapan jumlah bijih bauksit) sebagai input bahan baku sebesar 42,63 juta ton; sektor infrastruktur fisik jalan, jembatan dan pelabuhan; sektor energi, dimana kebutuhan energi listrik untuk smelter sebesar 345 MW, serta sektor tenaga kerja dengan berbagai kompetensi sebesar 18.817 untuk sektor penambangan dan penggalian, belum termasuk untuk sektorsektor terpengaruh. Langkah strategis yang diperlukan adalah : 1) Pada tingkat perusahaan, perlu adanya peningkatan jumlah sumberdaya dan cadangan, serta menyiapkan peningkatan penambangan, sedangkan pada tingkat nasional, perlu adanya
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
59
2)
3)
4)
5)
kebijakan tentang kewajiban pemenuhan kebutuhan bijih atau konsentrat untuk kegiatan pengolahan dan pemurnian; Pembangunan infrastruktur dalam wilayah perusahaan dibangun oleh perusahaan sedangkan di luar perusahaan termasuk untuk Program MP3EI secara keseluruhan, difasilitasi oleh Pemda atau Pusat; Pada tingkat perusahaan, membangun energi listrik sendiri, sedangkan secara nasional, Pemerintah perlu mengembangkan energi yang diarahkan pada diversifikasi dan konservasi energi yang aman, andal dan ramah lingkungan dengan mengoptimalkan potensi sumber energi lokal, antara lain pemanfaatan energi nuklir. Program pengembangan SDM terpadu antara Perusahaan dengan Disnaker Daerah sejak penyusunan perencanaan tenaga kerja, penyediaan tenaga kerja serta proses rekrutmen, dalam rangka optimalisasi penyerapan tenaga kerja lokal; Meningkatkan muatan lokal untuk pemenuhan kebutuhan input proses produksi penambangan maupun pengolahan bijih bauksit;
d. Kajian Sinkronisasi Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Mineral dengan Energi Geothermal Tujuan kegiatan adalah untuk menyusun pra studi kelayakan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian dengan memanfaatkan energi geothermal di NTT, Malut dan Aceh. Hasil kegiatan: • Mineral unggulan di wilayah studi kasus adalah nikel di Maluku Utara, Mangan di Nusa Tenggara Timur dan Besi di Aceh, • Umumnya pengambangan untuk smelter baru tahap perencanaan (kecuali PT Antam dan PT WBN), dengan perkiraan kebutuhan energi listrik masing-masing • Pengembangan potensi geotermal di wilayah studi kasus umumnya baru tahap pelelangan, dan orientasi pengembangannya untuk memenuhi kekurangan energi listrik masyarakat. • Perlu memasukkan kebutuhan energi smelter mineral dalam contract of dead (COD) pengembangan geotermal di wilayah studi kasus e. Kajian Dampak Pasca Penerapan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral Tujuan kegiatan adalah untuk memprediksi dampak penerapan kebijakan PNT terhadap penerimaan negara dan tenaga kerja pasca penerapan kebijakan PNT Mineral.
60
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Ada dua hal yang menjadi isu sentral dalam pelaksanaan kebijakan PNT mineral, yaitu terkait dengan penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja. Artinya, jika PNT dilaksanakan sesuai jadwal, maka dikhawatirkan akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja karyawan dan penurunan penerimaan negara. Tarik-ulur yang terjadi kemudian pada gilirannya telah menimbulkan dilema yang cukup pelik, dan membuat pertambangan mineral Indonesia berada dalam ketidakpastian hukum. Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, bersama-sama dengan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, terungkap bahwa penerimaan negara dan penyerapan tenaga kerja akan menurun drastis pada tahun pertama (2014) pelaksanaan PNT, tetapi akan bergerak naik pada tahun-tahun berikutnya. Penerimaan negara yang diperlihatkan oleh nilai ekspor selama periode tahun 2013-2017 menunjukkan, nilai ekspor pada tahun 2014 anjlok hampir setengah daripada nilai ekspor tahun 2013. Hal ini dapat dimaklumi karena hanya beberapa smelter yang sudah beroperasi sejak sebelum kebijakan PNT diberlakukan. Pada tahun 2015, nilai ekspor bergerak naik mendekati capaian di tahun 2013. Pada tahun 2016, nilai ekspor bahkan sudah melampaui nilai ekspor pada tahun 2013, dan mencapai lebih dari dua kali lipat pada tahun 2017. Tahun-tahun berikutnya diperkirakan nilai ekspor Indonesia yang berasal dari komoditas tambang mineral hasil pengolahan dan pemurnian akan terus meningkat, atau bergerak di antara angka USD30USD35 miliar. Sementara itu, dengan asumsi perusahaan tambang belum mampu merealisasikan rencananya untuk membangun pabrik smelter, maka akan terjadi penurunan jumlah tenaga kerja, dari semula 56.127 orang pada tahun 2013 menjadi 9.676 orang pada tahun 2014. Seiring dengan beroperasinya perusahaan yang membangun smelter pada tahun-tahun berikutnya, mengakibatkan terjadi kenaikan tenaga kerja. Pada tahun 2015, tenaga kerja naik menjadi 19.102 orang, dan pada tahun 2016 naik lagi menjadi 40.773 orang. Pada tahun 2017, penyerapan tenaga kerja naik lagi menjadi 65.440 orang, melampaui penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013 yang berjumlah 56.127 orang. Dengan melihat perkembangan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertambangan mineral selama periode 2013-2017, maka berarti salah satu tujuan penerapan kebijakan PNT sudah tercapai, yaitu meningkatnya jumlah tenaga kerja. Berdasarkan analisis SWOT, terbuka peluang untuk mengoptimalkan kebijakan PNT. Untuk itu diperlukan upaya dan kerja keras serta konsistensi pemerintah dalam menerapkan kebijakan PNT. Selain itu, diperlukan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
61
penataan yang menyeluruh terhadap berbagai komponen yang selama ini dianggap menghambat pelaksanaan kebijakan PNT, terutama menyangkut koordinasi dan tumpang-tindih kebijakan di antara instansi terkait. Pemerintah juga hendaknya konsisten melaksanakan kebijakan PNT sesuai amanat UU No.4/2009 agar Indonesia mampu mensejajarkan diri dengan negara-negara maju sebagai penghasil barang hasil olahan. Rekomendasi: 1) Mempercepat pembangunan smelter; 2) Memberikan insentif terhadap perusahaan yang akan membangun smelter; 3) Jika solusi a dan b tidak tercapai dan tetap terjadi gejolak akibat adanya PHK karyawan, maka diperlukan pengunduran waktu (relaksasi) terhadap pemberlakuan PNT, yakni berupa izin ekspor bijih (ore) secara terbatas dan ekstra ketat. 4) Diperlukan penataan yang menyeluruh terhadap berbagai komponen yang selama ini dianggap menghambat pelaksanaan kebijakan PNT, terutama menyangkut koordinasi dan tumpang-tindih kebijakan di antara instansi terkait. f. Kajian Sianidasi Intensif Sistem Custom Plant dari Konsentrat Sulfida Marjinal Cianjur-Sukabumi Tujuan kegiatan adalah untuk memberi masukan kebijakan bagi pengelolaan dan pemanfaatan bijih di daerah Cianjur dan Sukabumi yang tertata baik, menguntungkan masyarakat lokal dan daerah serta tidak mencemari lingkungan. Kesimpulan dan rekomendasi: • Dikuasainya teknologi proses pentahapan pengolahan konsentrat sulfida marjinal dengan sistem sianidasi intensif; • Perlu kajian lanjutan disamping kajian pengembangan teknologi juga dari sisi keekonomian dan kebijakan pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan produk; • Mendorong Pemda melalui Dinas ESDM Cianjur dan Sukabumi untuk membuat regulasi konsep custom plant melalui pendirian pabrik pengolahan dan pemurnian yang bahan bakunya dari penambang rakyat, dengan mengedepankan pendekatan yang pro-growth, pro-job, pro-poor dan pro-environment. g. Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Pemanfaatan Red Mud di Indonesia
Upgrading
Bauksit
dan
Tujuan kegiatan untuk mensosialisaskan teknologi rotary drum scrubber (RDS) ke pengusaha IUP. 62
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Kesimpulan: • Memperkenalkan pemanfaatan red mud untuk bahan bangunan • Diterimanya RDS sebagai teknologi upgrading bauksit • Diperoleh bata geopilimer, bisa menjadi alternatif produk pemanfaatan limbah red mud. • Diperolehnya data teknis dan keekonomian sebagai bahan rumusan kebijakan pengelolaan, terutama terkait nilai tambah mineral 3) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan pada tahun 2013 melaksanakan 8 kegiatan yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Audit Energi PJU di 5 Kota (Bandung, Bengkulu, Surakarta, Denpasar, dan Sleman) dan Jembatan Suramadu b. Analisis Peluang Penghematan Energi pada Gedung dan Industri serta Kendala Penerapannya c. Kajian Substitusi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) oleh Pembangkit dengan Energi Baru dan Energi Terbarukan d. Pengkajian Pengembangan Solar Farm di Daerah Reklamasi Tambang e. Kajian Tarif Tenaga Listrik yang Optimal per Golongan per Daerah f. Studi dampak kebijakan insentif energi bersih dan konservasi energi terhadap makroekonomi g. Dekomposisi Krisis Ekonomi 2013 dan Alternatif Solusi h. Policy Brief: Peningkatan Pemanfaatan Biodiesel Rincian hasil kedelapan kegiatan berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Audit Energi PJU Pintar di 5 Kota (Surakarta, Bandung, Bengkulu, Denpasar, dan Sleman) dan Jembatan Suramadu Kegiatan PJU Pintar di 5 kota dan Jembatan Suramadu dilakukan melalui survei lapangan untuk mengambil data dari PLN dan dinas pemerintah terkait. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) PJU Bandung Audit berupa Survei dan pengukuran dilakukan pada 4 Januari 2013 – 1 Maret 2013. Di kota Bandung terdapat 862 sistem PJU yang terdistribusi pada 7 UPJ PLN. Pada Mei 2013, Pemkot Bandung membayar tagihan listrik sebesar Rp 1,7 miliar untuk sistem PJU tersebut. Dari 862 PJU tersebut, 153 merupakan PJU Abonemen dan 709 merupakan PJU meter. PJU meter
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
63
memiliki beban terpasang hampir sama dengan PJU abonemen, namun tagihan PJU meter jauh lebih kecil daripada PJU abonemen (Tabel 23). Tabel 23.
Pemakaian Energi dan Tagihan Listrik PJU Kota Bandung
Jenis Sistem PJU Abonemen
Jumlah Beban Terpasang Pemakaian Energi Sistem (kVA) (MWh/bulan) 153 3.937 1.464.594
Tagihan Listrik (Rp/bulan) 1.326.705.361
PJU Meter
709
3.648
387.501
414.848.583
Total
862
7.585
1.852
1.741.553.944
Dari hasil pengukuran 35 sistem PJU yang disampling di PJU masing-masing UPJ, diperoleh data: • Tagihan listrik PJU abonemen menggunakan tarif tenaga listrik (TTL) yang lebih besar daripada ketentuan Permen ESDM 30/2012. Estimasi kelebihan pembayaran mencapai Rp 67.260.064,-/bulan. Tagihan listrik PJU secara rata-rata 55,2 % lebih besar daripada daya pengukuran KESDM. • Tagihan listrik PJU abonemen tidak mengikuti Keputusan Direksi PLN No. 212.K/010/DIR/2002 sehingga terjadi kekurangan tagihan listrik sebesar 4.941 kWh/bulan atau sekitar Rp 4 juta/bulan. • Meterisasi PJU abonemen akan mengurangi tagihan listrik sebesar Rp 660 juta/ bulan namun membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 10,7 miliar. • Penggunaan lampu efisiensi tinggi perlu segera dimulai dengan pengadaan berdasarkan total biaya operasi lampu yang memperhatikan harga, tingkat hemat energi dan usia lampu. • Aplikasi lampu efisien bersama PJU pintar pada PJU yang disurvei berpotensi mengurangi konsumsi listrik sebesar 153 MWh/tahun (49%) atau setara dengan Rp 153 juta/ tahun. 2) PJU Bengkulu Hasil audit di Pemerintah kota Bengkulu diperoleh data sebagai berikut: • Pada Mei 2013, Pemkot Bengkulu membayar tagihan listrik sebesar Rp 309 juta untuk 192 sistem PJU yang terdistribusi pada 4 Rayon PLN. • Mayoritas PJU kota Bengkulu telah dipasang kWh meter, namun beban terpasangnya hampir sama dengan PJU abonemen dan tagihannya 1/3 tagihan PJU abonemen 3. • Beberapa sistem PJU meter dikenakan tagihan melebihi kapasitas beban maksimumnya. Kemungkinan penyebabnya ada 2 yaitu pembacaan kWh meter tidak akurat atau adanya penggantian fuse/ sekring yang lebih besar tanpa melapor ke PLN;
64
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
• Secara rata-rata, kapasitas beban PJU meter yang digunakan hanya 19%.Beberapa penyebabnya adalah banyaknya lampu yang mati dan penggantian lampu dengan daya yang lebih rendah; • Dari total 6.769 unit lampu PJU Kota Bengkulu, jumlah lampu yang disurvei sebanyak 517 unit. Lampu terdistribusi pada Rayon Nusa Indah sebanyak 402 unit dan Rayon Teluk Segara sebanyak 115 unit; • 41,2% lampu yang disurvei dalam kondisi tidak menyala dengan rincian 41,5% untuk PJU Nusa Indah dan 40% untuk PJU Teluk Segara. Dengan asumsi nilai ini berlaku untuk seluruh lampu kota, maka jumlah lampu yang mati mencapai 2.809 titik lampu. • Distribusi lampu PJU Kota Bengkulu didominasi lampu 250W (61,3%) dan lampu 125W (21,5%); • Menyalakan 100% lampu PJU Kota Bengkulu dengan lampu efisiensi tinggi membutuhkan biaya Rp 799 juta dan menaikkan konsumsi listrik PJU 127.984 kWh/bulan atau setara dengan Rp 115 juta/ bulan (TTL Mei 2013). 3) PJU Surakarta Hasil audit di Pemerintah kota Surakarta diperoleh data sebagai berikut: • Tagihan listrik PJU abonemen lebih besar daripada kapasitas daya terpasangnya. Estimasi kelebihan pembayaran mencapai 16,48 miliar/ tahun; • Tagihan listrik PJU secara keseluruhan lebih besar daripada daya pengukuran, sehingga berpotensi kelebihan pembayaran sebesar Rp 2,06 miliar/ tahun; • Penggantian lampu merkuri dengan lampu yang lebih efisien di PJU abonemen berpotensi mengurangi tagihan listrik sebesar Rp 199 juta per 1.000 lampu per tahun; • Penggunaan lampu yang efisien dan PJU cerdas pada PJU meter berpotensi mengurangi tagihan listrik sebesar 1,5 miliar rupiah per tahun (1.702 MWh); • Penghematan energi di PJU Surakarta berpotensi menurunkan konsumsi listrik JAMALI sebesar 5,7 GWh dan beban puncak hingga 1,3 MW (asumsi 17.000 lampu MV 125W diganti HPS 70W). 4) Kota Denpasar Hasil audit di Pemerintah kota Surakarta diperoleh data sebagai berikut: • Dengan pemasangan 17.135 lampu PJU, konsumsi listrik PJU 29 MWh/ hari. • Tagihan listrik per Awal Desember 2013 (saat audit dilakukan) sebesar Rp 900.461.936. • Dilakukan estimasi jika menggunakan lampu hemat energi, tagihan akan turun menjadi Rp 477.244.826,-, sedangkan jika menggunakan Lampu
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
65
Balast serta PJU Pintar tagihan akan turun menjadi Rp 405.658.102,(Gambar 24). • Telah dilakukan penggantian 42 unit HPS 250 W dengan lampu LED 120W yang dilengkapi teknologi PJU pintar bantuan Kementerian ESDM pada tahun 2013. 5) Jembatan Suramadu Hasil audit di Pemerintah Kabupaten Sleman diperoleh data sebagai berikut: • Dengan pemasangan 326 lampu PJU, konsumsi listrik 4 MWh/ hari. • Tagihan listrik pada awal November 2013 (saat audit dilakukan) adalah sebesar Rp 166.332.170,-. • Dilakukan estimasi jika menggunakan lampu hemat energi, tagihan akan turun menjadi Rp 66.949.655,-, sedangkan jika menggunakan Lampu Balast serta PJU Pintar tagihan akan turun menjadi Rp 57.308.905,(Gambar 24). • Telah dilakukan penggantian 16 unit HPS 250 W dengan lampu LED 120W yang dilengkapi teknologi PJU pintar bantuan Kementerian ESDM pada tahun 2013.
Gambar 24. Estimasi hemat energi jika diberlakukan di Kota Denpasar dan Jembatan Suramadu.
6) Kabupaten Sleman Hasil audit di Pemerintah Kabupaten Sleman diperoleh data sebagai berikut: • Dengan pemasangan 13.000 lampu PJU, konsumsi listrik 64 MWh/ hari. • Tagihan listrik pada awal September 2013 (saat audit dilakukan) adalah sebesar Rp 1.843.318.692,-. • Dilakukan estimasi jika dilakukan meterisasi, tagihan akan turun sebesar Rp 889.366.430,-, jika menggunakan lampu hemat energi, tagihan akan turun menjadi Rp 471.364.208,-, sedangkan jika menggunakan Lampu Balast serta PJU Pintar tagihan akan turun menjadi Rp 400.659.577,(Gambar 25).
66
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
• Telah dilakukan penggantian 16 unit HPS 250 W dengan lampu LED 120W yang dilengkapi teknologi PJU pintar bantuan Kementerian ESDM pada tahun 2013.
Gambar 25. Estimasi hemat energi jika diberlakukan di Kabupaten Sleman.
b. Analisis Peluang Penghematan Energi pada Gedung dan Industri serta Kendala Penerapannya Pelaksanaan audit energi pada sektor bangunan terdiri dari gedung pemerintahan, hotel, gedung perbelanjaan, rumah sakit, dan gedung akademik. Pada proses audit tersebut telah diidentifikasi dari masing-masing lokasi potensi penghematan energinya, mulai dari implementasi tanpa biaya sampai dengan biaya tinggi. Pada implementasi penghematan energi tanpa biaya, penerapan sistem perawatan (housekeeping) yang baik serta manajemen energi dapat menurunkan pemakaian energi sampai dengan 5 persen. Untuk perubahan setting pada beberapa peralatan terutama peralatan pengkondisi udara akan dapat menurunkan pemakaian energi sampai dengan 10 persen. Pengurangan beban energi (listrik) pada penerangan di malam hari, perbaikan faktor daya, dan pengurangan jumlah trafo dapat menurunkan pemakaian energi sampai dengan 15 persen. Penerapan penghematan energi dengan menggunakan investasi biaya rendah dan sedang dapat dilakukan dengan beberapa cara, umumnya untuk memperbaiki kinerja dari penerangan dan pengkondisi udara. Pada beban penerangan dapat diperbaiki kinerja pemakaian energi dengan menggantikan jenis lampu yang dipakai dengan lampu hemat energi dan penggunaan balast elektronik untuk jenis lampu fluoresen. Pada sistem pengkondisi udara dapat dicapai penghematan energi dengan cara memperbaiki tirai, memasang kaca film, dan mengganti refrigeran. Sistem kelistrikan juga dapat dioptimalkan dengan menggunakan perangkat penghemat energi (energy saver). Besaran maksimum penghematan energi yang dapat dicapai adalah sebesar 23.5 persen. Penerapan penghematan energi dengan menggunakan investasi biaya tinggi dapat dicapai dengan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
67
melakukan modifikasi pada peralatan yang ada, menggunakan variabel speed drive untuk pengaturan beban motor listrik, menggunakan sistem kendali bangunan (building energy management system), dan penggantian perangkat chiller untuk pengkondisi udara dengan menggunakan teknologi baru yang hemat energi. Besaran maksimum penghematan yang dapat dicapai adalah sebesar 28.5 persen. Pelaksanaan audit energi pada sektor industri terdiri dari industri tekstil, baja, kimia, dan lain-lain. Pada proses audit tersebut telah diidentifikasi dari masing-masing lokasi potensi penghematan energinya, mulai dari implementasi tanpa biaya (no cost) sampai dengan biaya tinggi (high cost). Rekomendasi implementasi penghematan energi pada sektor industri dengan investasi tanpa biaya dapat dilakukan, antara lain meningkatkan beban motor listrik lebih dari 80 persen, menjaga keseimbangan beban antar fasa, menurunkan kehilangan daya akibat sistem pentanahan (grounding) yang buruk, dan lain-lain. Penghematan energi yang cukup besar dapat dicapai dengan menurunkan kapasitas daya terpasang dan membuat SOP (standard operational procedure) untuk pengoperasian mesin dengan baik. Rekomendasi implementasi penghematan energi pada sektor industri dengan investasi biaya rendah dapat dilakukan, antara lain memasang kapasitor dan filter harmonik pada kompressor, menggantikan belt motor listrik yang sudah kendur, pengurangan rugi daya pada trafo, perbaikan kinerja furnace, dan penambahan isolasi serta menutup kebocoran pada pipa-pipa saluran uap. Untuk investasi dengan biaya sedang, dapat dilakukan dengan cara antara lain, menerapkan sistem manajemen energi yang baik, peningkatan faktor daya baik pada tiap mesin produksi maupun sentral, pemasangan inverter atau sistem kendali pintar untuk beban motor listrik, pemanfaatan panas buang, penggantian motor konvensional dengan motor efisien tinggi, dan menggantikan mesin pendingin (penunjang) pada bagian produksi. Implementasi dengan menggunakan biaya tinggi dapat dicapai dengan cara antara lain, konversi energi menggunakan gas, perbaikan kualitas daya listrik, peningkatan faktor daya, dan pemanfaatan panas buang pada boiler. c. Kajian Substitusi Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) oleh Pembangkit dengan Energi Baru dan Energi Terbarukan Hampir semua pembangkit di wilayah NTB (99,9%) merupakan PLTD yang menyebabkan biaya pokok produksi (BPP) mencapai Rp.2.098/kWh pada 2009. Daya yang mampu disuplai dari sistem interkoneksi rata-rata 72% dari daya terpasang sehingga menyebabkan sistem masih mengalami defisit. Daftar tunggu 2009 yang belum dilayani di wilayah NTB mencapai 155.400 pelanggan daya 130 MVA akibat selama 10 tahun terakhir tidak ada
68
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
penambahan pembangkit baru. Rata-rata pertumbuhan permintaan 5 tahun terakhir adalah 13,6% per-tahun, dimana permintaan pada tahun 2005 sebesar 451,5 GWh dan menjadi 751,5 GWh pada tahun 2009. Prospek panas bumi di propinsi NTB berada di 2 pulau, yaitu pulau Lombok dan Sumbawa. PLTD akan terbuffer dalam radius 32 km dengan adanya pemasangan PLTP Sembalun di pulau Lombok dan juga PLTD akan terbuffer dalam radius 32 km dengan adanya pemasangan PLTP Huu Daha dan Marongge di pulau Sumbawa. Apabila seluruh prospek panas bumi di wilayah NTB dikembangkan menjadi PLTP sebesar 40 MW, maka pada saat ini akan menggantikan sekitar 7 unit PLTD. Total PLTD yang terbuffer oleh panas bumi kapasitas totalnya adalah sebesar 36,4 MW dengan produksi listrik per tahun sekitar 135.837,7 MWh. Maka Pemakaian BBM yang dapat dihemat per tahun adalah sebesar 39.925,9 kilo liter. Jika harga minyak diesel adalah Rp. 6.500,- rupiah/liter, maka biaya pemakaian BBM yang dihemat adalah sebesar 259,5 Miliar Rupiah atau 27,3 juta USD. d. Pengkajian Pengembangan Solar Farm di Daerah Reklamasi Tambang Pengembangan solar farm dilakukan dengan sistem kluster pada tiap desa di Pulau Enggano, yaitu 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Klaster Banjarsari @ 160 kWp Klaster Meok @ 110 kWp Klaster Malakoni dan Apoho @ 370 kWp Klaster Kaana 1 @ 90 kWp Klaster Kaana 2 @ 100 kWp Klaster Kahyapu @ 150 kWp
Total PLTS Terpusat @ 980 kWp. Pengembangan solar farm di daerah reklamasi tambang Bangka adalah layak dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha reklamasi tambang dengan revegetasi pada umumnya, dengan alasan: • • • • •
Potensi energi surya ada cukup, @ 3,5 kWh/m2/hari. Dapat menghemat BBM karena listrik saat ini masih 100% dari PLTD Kontribusi penurunan Gas Rumah Kaca Dapat mencegah kerusakan lingkungan akibat penambangan liar Memanfaatkan lahan bekas tambang yang prospek tanpa membuka lahan hijau • Dapat meningkatkan Rasio Elektrifikasi yang masih 73% tahun 2012 • Meningkatkan kap. terpasang; daya mampu; & beban puncak yang saat ini = 89,46 MW hanya 0,04 MW dari PLTS; 51,34 ; 129,48 MW • Faktor Beban, Faktor Kapasitas, Faktor Permintaan = 65,63% ; 92,87% ; 27,56%.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
69
e. Kajian Tarif Tenaga Listrik yang Optimal per Golongan per Daerah Perhitungan tarif dengan harga biaya marginal tenaga listrik di Sistem Sumatera, Jawa Bali, Kalimantan, dan Sulawesi dilakukan dengan asumsi pembangkit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan beban dasar adalah pembangkit PLTU dan untuk memenuhi kebutuhan beban puncak adalah pembangkit PLTG. Perhitungan biaya marginal energi beban puncak dibuat dengan dua model. Model pertama adalah pembangkit PLTG diasumsikan menggunakan bahan bakar gas dan model kedua diasumsikan menggunakan bahan bakar HSD. Perhitungan biaya marginal kapasitas jaringan transmisi dan distribusi dihitung berdasarkan perubahan kenaikan biaya investasi jaringan transmisi dan distribusi untuk memenuhi kenaikan beban konsumen masing-masing wilayah dimasa yang akan datang. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa tarif harga biaya marginal lebih tinggi dibandingkan tarif listrik tenaga listrik 2013 yang ditetapkan Pemerintah. Pada sistem Sumatera, tarif harga biaya marginal (LRMC) rata-rata lebih tinggi 188 %. Pada wilayah Jawa Bali rata-rata lebih tinggi 6 %, wilayah Kalimantan rata-rata lebih tinggi 233 %, wilayah Sulawesi rata-rata lebih tinggi 170 %, dan wilayah Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara rata-rata lebih tinggi sebesar 201 %. Subsidi tenaga listrik akan semakin besar apabila pembangkit peaker menggunakan bahan bakar HSD. Total subsidi yang harus diberikan mencapai 164.1 trilyun rupaih. Wilayah yang paling banyak mendapatkan subsidi adalah di wilayah Jawa Bali yang mencapai 91,85 trilyun rupiah dan golongan pelanggan yang paling banyak mendapatkan subsidi adalah pelanggan golongan Rumah Tangga yang mencapai 115 trilyun rupiah. Untuk mengurangi besarnya subsidi, maka pada penelitian ini diusulkan adanya kenaikan tarif tenaga listrik khususnya pada golongan pelanggan Rumah Tangga 450 VA , Rumah Tangga 900 VA, pelanggan Bisnis, dan pelanggan Industri. Dari kajian kemampuan bayar masyarakat yang telah dilakukan oleh Ditjen Ketenagalistrikan Kementrian ESDM, kemampuan bayar masyarakat golongan pelanggan Rumah Tangga 450 VA rata-rata ada sebesar Rp 569/kWh dan golongan pelanggan Rumah Tangga 900 VA sebesar Rp 701/kWh. Dari hasil perhitungan kemampuan bayar pelanggan Bisnis dan Industri dengan pendekatan substitusi terhadap pasokan listrik PLN dengan menggunakan PLTD berbahan bakar solar adalah sebesar Rp 2.000/kWh sampai Rp 3.000/kWh. Usulan kenaikan tarif tenaga listrik pada penelitian ini adalah untuk golongan pelanggan Rumah Tangga 450 VA dinaikan sebesar Rp 569/kWh, Rumah Tangga 900 VA sebesar Rp 701/kWh, dan kenaikan tarif golongan pelanggan Bisnis dan Industri sebesar 10 % dari tarif saat ini
70
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
f. Evaluasi Kebijakan Mobil Murah dan Ramah Lingkungan Ditengah upaya beberapa pemerintah daerah mengatasi kemacetan di daerahnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Perindustrian justru mengeluarkan Program mobil harga terjangkau dan ramah lingkungan atau lebih dikenal dengan low cost green car (LCGC). Program ini menimbulkan kontra karena dikhawatirkan menambah kemacetan, konsumsi BBM dan kerusakan lingkungan yang disebabkannya, serta hilangnya potensi pajak dan defisit anggaran. Pemerintah berpendapat sebaliknya, yaitu kebijakan LCGC akan memberi dampak positif, antara lain mendorong industri otomotif dalam negeri, meningkatkan investasi dalam negeri, membuka lapangan kerja baru, dan memperluas akses kepemilikan mobil di masyarakat kelas menengah dengan menyediakan mobil yang murah, irit dan ramah lingkungan. Pelaksanaan program LCGC di Amerika memiliki kelemahan, antara lain penurunan konsumsi BBM diestimasi hanya 0,2%/tahun, adanya potensi kredit macet oleh masyarakat berpenghasilan rendah – menengah, dan butuh program penanganan limbah mobil bekas. Pelaksanaan program LCGC di Thailand juga memiliki kelemahan, antara lain potensi hilangnya pendapatan pajak negara karena mobil murah mendapat pembebasan pajak dan sekitar 10% pembeli sudah tak mampu membayar cicilan bulanan yang mengharuskan pemerintah untuk mengeluarkan program tambahan. Berikut evaluasi penerapan kebijakan tersebut: • Program LCGC lebih bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri otomotif dalam membuat mobil nasional yang hemat energi. Dampak di jangka pendek, LCGC menambah konsumsi BBM karena tidak ada mobil lama yang ditarik namun di jangka panjang LCGC mampu menjadi structural change yang mengubah tren permintaan mobil dari mesin boros energi dan menggunakan BBM bersubsidi menjadi mesin hemat energi dan tidak menggunakan BBM bersubsidi meski tidak menjamin konsumsi BBM akan turun karena masyarakat menjadi lebih suka berpergian dengan mobil pribadi yang hemat energi dibandingkan transportasi umum. • Jika masyarakat menjadi suka bepergian dengan mobil pribadi akan berimbas pada meningkatnya kepadatan lalu lintas dan mengganggu program kerja transportasi umum di daerah sehingga pemerintah daerah perlu menjamin transportasi umum yang nyaman agar masyarakat memilih transportasi umum. • Kebijakan LCGC tidak perlu ditentang namun justru perlu didukung oleh semua pihak. Mengubah atau bahkan menghentikan program LCGC di
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
71
saat baru berjalan akan menjadi insiden negatif di mata investor yang akan mempengaruhi keputusan investasi di masa depan. Sebagai gantinya, sektor-sektor lain perlu meningkatkan kinerja program kerjanya sehingga mampu bersaing dengan LCGC dalam melayani masyarakat. • Sektor perhubungan perlu inovasi pengembangan transportasi umum sehingga lebih nyaman dan pada akhirnya lebih dipilih oleh masyarakat daripada kendaraan pribadi. • Sektor energi perlu inovasi yang lebih baik dalam upaya penyediaan energi untuk transportasi. Jumlah BBM akan terus berkurang sementara permintaannya terus meningkat. Pemerintah perlu menyiapkan berbagai bahan bakar alternatif seperti bahan bakar nabati (BBN), mobil listrik, fuel cell dan teknologi lainnya. • Akan lebih baik, jika LCGC merupakan persyaratan mobil baru yang dapat beredar di Indonesia tanpa memberikan insentif (seperti halnya fuel economy). Mobil baru tersebut juga diberikan label tingkat konsumsi BBM agar memudahkan masyarakat dalam memilih mobil. g. Dekomposisi Krisis Ekonomi 2013 dan Alternatif Solusi Estimasi relasi berbagai variabel terhadap nilai tukar merupakan topik studi yang terus diperkaya hingga saat ini, beberapa kesimpulan studi menunjukkan kecenderungan berikut dengan tetap memperhatikan adanya nilai kesetimbangan (equilibrium): • Neraca Perdagangan: Ekspor lebih sedikit dari Impor sehingga rupiah melemah. • Cadangan devisa: Cadangan menipis sehingga rupiah melemah • Utang luar negeri: Utang besar sehingga rupiah melemah • Suku bunga: Suku bunga rendah membuat biaya investasi menjadi murah namun menurunkan minat menyimpan uang sehingga butuh dana luar negeri untuk pendanaan menyebabkan rupiah melemah. Sebaliknya, jika suku bunga tinggi maka investasi akan mahal dan konsumsi domestik menjadi rendah akibat meningkatnya minat menyimpan uang sehingga perekonomian turun di jangka pendek. • Pengeluaran Pemerintah: Pembiayaan luar negeri tinggi sehingga rupiah melemah. • Bursa saham/stok: Pelepasan saham oleh investor sehingga rupiah melemah. • Kestabilan politik/ ekonomi: Krisis sehingga rupiah melemah. Usulan alternatif solusi: 1) Peningkatan neraca pembayaran dengan melakukan pengurangan impor tanpa melanggar perjanjian WTO, seperti membangun jaringan gerai khusus produk Indonesia untuk menyaingi gerai produk impor seperti ACE
72
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Hardware, Daisho dan All Fresh; memperketat perizinan gerai produk impor tersebut; membuat website khusus produk Indonesia yang dilengkapi dengan layanan pembelian online; dan minimalisasi belanja impor pemerintah dengan mensyaratkan TKDN yang tinggi. Selain itu dilakukan juga penguatan ekspor, antara lain dengan menghapus hambatan ekspor seperti mempermudah perizinan/pelayanan khususnya dipelabuhan, penghapusan pungutan liar di pelabuhan dan sebagainya; memberikan berbagai insentif ekspor seperti pembebasan pajak, promosi, pinjaman pembelian bahan baku dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan lainnya; serta memperbaiki infrastruktur ekspor seperti jalan dan pelabuhan yang dapat mengurangi biaya transportasi ekspor. 2) Pengurangan konsumsi energi fosil dengan melakukan pembangunan Energi Baru Terbarukan (PLTMH, PLTS, BBN, PLTA) sebagai skala prioritas, konservasi energi (Low cost green car (LCGC), percepatan program labelisasi hemat energi peralatan listrik rumah tangga), dan diversifikasi output di sektor industri, pertanian, jasa dan ekonomi, serta energi. h. Policy Brief: Peningkatan Pemanfaatan Biodiesel Untuk mengurangi konsumsi minyak solar, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.32/2008 tentang mandatory pemanfaatan biodiesel, dengan menaikan kandungan biodiesel pada minyak solar secara bertahap pada sektor transportasi (PSO, non PSO), industri dan listrik. Indonesia merupakan salah satu produsen CPO terbesar dunia dengan produksi mencapai 26,5 juta ton di 2012 yang dimanfaatkan untuk industri pangan dalam negeri (5,4 juta ton), ekspor (18,1 juta ton) dan biodiesel (2,0 juta ton). Saat ini, biodiesel di Indonesia hanya diproduksi dari crude palm oil (CPO). Untuk memenuhi mandatori tersebut, terdapat permasalahan, antara lain: • Tata niaga biodisel belum menemukan perepsi yang sama terutama pada Harga Indeks Pasar (HIP). • Ketersediaan infrastruktur kurang memadahi sehingga pabrik biodiesel di Indonesia tidak mampu memenuhi mandatori tahun 2013. • Kenaikan Harga Pokok Penjualan akibat investasi sarana dan fasilitas dan pembelian • Kekhawatiran BUPIUNU BBM akan ketersediaan pasokan BBN serta belum meratanya stock point FAME di seluruh wilayah niaga BU PIUNU sehingga menambah biaya transportasi • Belum dipahaminya kebijakan Pemerintah dalam mandatori oleh Konsumen BBM (end user). Konsumen BBM (end user) belum memahami bahwa penggunaan FAME pada BBM sebanyak 5-10% volume adalah aman dan dapat diterapkan secara teknis terhadap mesin yang digunakan.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
73
• Kekhawatiran industri pertambangan bahwa pencampuran BBN akan menghilangkan garansi mesin kendaraan. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan di atas, maka diusulkan strategi sebagai berikut: • Lelang Pengadaan Biodiesel • Minyak Kelapa Sawit Sebagai Komoditi Strategis • Pengembangan BBN non Pangan Rekomendasi Kebijakan Dari pemecahan masalah di atas maka dapat diusulkan rekomendasi kebijakan sebagai berikut: 1) Jangka Pendek Penerapan DMO CPO untuk biodiesel dapat dimulai dari 20% produksi (saat ini hanya 8% produksi CPO untuk BBN) untuk kemudian dinaikkan secara bertahap berdasarkan evaluasi respon pasar. Kebijakan ini akan mengurangi ekspor CPO sebesar 3,1 juta MT yang mengakibatkan penurunan pendapatan ekspor CPO sebesar 39,5% walau telah dikompensasi kenaikan harga ekspor CPO sebesar 0,46% setiap 1% penurunan stok CPO. Analisis ini berdasarkan model estimasi untuk CPO Malaysia yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan Indonesia. Harga DMO akan mengikuti mekanisme pasar dalam negeri. DMO serupa dapat juga diterapkan pada etanol sebab sebagian besar produksi etanol masih diekspor baik untuk keperluan pangan maupun industri. Walaupun DMO diterapkan, kapasitas produksi etanol dalam negeri tetap tidak mampu memenuhi target campuran bioetanol. Untuk itu, perlu pembangunan pabrik etanol baru yang salah satunya dapat menggunakan skema kerjasama build operate transfer (BOT) antara swasta dengan BUMN perkebunan selama 15 tahun dengan jaminan pembelian produk oleh Pertamina selama 15 tahun. 2) Jangka Menengah Pemerintah perlu diversifikasi bahan baku BBN selain CPO, singkong dan molases. Tabel 24 menunjukkan perbandingan karakteristik komoditi perkebunan yang dapat dimanfaatkan untuk BBN. Berdasarkan tabel tersebut, kemiri sunan mempunyai produktifitas yang paling tinggi setelah kelapa sawit. Badan Litbang ESDM akan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Bappenas, Badan Koordinasi Fiskal dan Kementerian Koordinator Perekonomian untuk mengkaji kesiapan lahan, bibit, teknologi dan tata niaga yang diperlukan.
74
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Tabel 24. NO
Perbandingan bahan baku BBN
KOMODITI
POTENSI PRODUKTIFITAS RAW MAT.
1
Sawit
27 tonTBS/Ha
REND. MINYAK 50%
BIODIESEL
2
Kelapa
5 ton kopra/Ha
56%
88%
3
Kemiri sunan
18 ton biji/Ha
42%
88%
4
Jarak pagar
5 ton biji/Ha
28-34 %
92%
5
Nyamplung
4,8 ton kernel/Ha
11-12 %
84%
6
Kesambi
1,2 ton biji/Ha
54%
88%
7
Kepuh
2,75 ton biji/Ha
51%
88%
8
Pongamia
3,6 ton biji/Ha
36-42 %
86%
9
Bintaro
400 kg kernel/Ha
50%
92%
10
Kemiri
2 ton kernel/Ha
60%
88%
11
Jarak Kepyar
2,5-3,2 ton/Ha
50%
86%
12
Karet (BPM24)
451.000 butir/Ha
22,3-30 %
82%
92%
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar – Badan Litbang Pertanian
3) Jangka Panjang Intensifikasi litbang BBN generasi II perlu dilakukan khususnya yang berbahan baku mikroalga karena dapat dibudidayakan di laut untuk menghindari konflik penggunaan lahan sekaligus diversifikasi usaha nelayan. Intensifikasi memerlukan dasar hukum Peraturan Pemerintah mengenai Pelaksanaan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengatur agar Badan Litbang ESDM dapat mendanai riset BBN di universitas negeri dan swasta. Tujuan utama dari pendanaan ini adalah tersedianya demplot dan demostrasi unit produksi BBN (advanced technology) serta rekomendasi tata niaga yang mampu mendorong komersialisasi. 4) Bidang Geologi Kelautan Bidang Geologi Kelautan pada tahun 2013 melaksanakan 6 kegiatan yang menghasilkan data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai usulan masukan/rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Kajian Kebijakan Pengelolaan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi b. Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Panas Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional c. Studi Cekungan Banggai-Sula Untuk Mendukung Data Usulan Wilayah Kerja Migas.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
75
d. Kajian Kebijakan Bidang Geologi Kelautan Untuk Pembangunan Infrastruktur di Selat Sunda e. Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional f. Kajian Kebijakan Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur Rincian hasil kedelapan kegiatan berupa data dan informasi untuk mendukung usulan masukan/rekomendasi kebijakan tersebut, antara lain sebagai berikut: a. Kajian Kebijakan Pengelolaan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi Tujuan kajian adalah untuk mengumpulkan dan mengkompilasi data geologi kelautan terutama dalam rangka menyiapkan bahan-bahan rekomendasi sektor energi dan sumber daya mineral dan sektor kelautan lainnya. Sektor yang menjadi isyu penting saat ini adalah meningkatkan ketahanan energi, terutama yang berkaitan dengan upaya mendukung usulan Wilayah Kerja Migas dan peningkatan peran mineral kelautan dalam mendukung pencadangan mineral nasional. Lokasi kajian terletak di P. Sulawesi dan perairan sekitarnya, pada koordinat antara 117o 30' 00" - 127o 30' 00" BT dan 04o 00' 00" LU - 07o 30' 00" LS (Gambar 26).
Gambar 26. Lokasi Kajian Kebijakan Pengelolaan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi.
76
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Hasil kajian potensi batuan dasar dan sumber daya di P. Sulawesi telah berhasil dibuat beberapa peta, seperti: peta batuan plutonik, batuan vulkanik, batugamping, batuan ofiolit/malihan, gunung api dan danau vulkanik/fumarol. P. Sulawesi mempunyai potensi mineral nikel, emas, perak, mangan, tembaga dan pasir besi. Potensi emas sudah dikembangkan di beberapa daerah di seluruh provinsi di P. Sulawesi. Potensi mangan terdapat di Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Potensi nikel terbesar telah ditambang di beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Tenggara; merupakan sumber devisa negara. Potensi pasir besi akan dikembangkan di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Potensi batugamping untuk industri semen terdapat di beberapa provinsi seperti: Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara. P. Sulawesi telah memproduksi migas, seperti di daerah Cekungan BanggaiSula dan Cekungan Bone. Lapangan yang telah/akan produksi migas adalah: Donggi, Senoro, Maleo, Tiaka dan Methindak. Daerah potensial lainnya adalah Cekungan Bone, Cekungan Tukangbesi, Cekungan Gorontalo dan Cekungan Spermonde. Kondisi tektonik dan kegempaan yang tinggi, merupakan potensi yang dapat menimbulkan bencana di P. Sulawesi, maka setiap pengembangan wilayah harus berbasis mitigasi bencana alam. Potensi wilayah hampir terdapat di seluruh daerah pesisir pantai P. Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya. Potensi kewilayahan di P. Sulawesi lainnya adalah pengembangan pelabuhan, infrastruktur dan kota/pemukiman. Potensi lainnya adalah gunung api dan danau vulkanik untuk panas bumi, terdapat di sepanjang daratan dan pantai P. Sulawesi dan pulau-pulau vulkanik lainnya di bagian utara Provinsi Sulawesi Utara seperti di Kepulauan Sangihe-Talaud. Kebijakan pengembangan Sulawesi dan perairannya yang dapat diusulkan adalah: Peningkatan Ketahanan Energi Nasional, Pencadangan Mineral Nasional dan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Pantai dan Laut di Sulawesi dan Sekitarnya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disarankan beberapa hal, sebagai berikut: 1) Perlunya dibuat kebijakan khusus pengembangan P. Sulawesi dalam rangka mendukung kebijakan Ketahanan Energi Nasional dan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
77
Pencadangan Mineral Nasional. Kebijakan ini akan mendukung peran P. Sulawesi sebagai lumbung mineral nasional. 2) Perlunya kebijakan khusus dalam rangka mempercepat eksplorasi dan eksploitasi potensi migas di P. Sulawesi dan sekitarnya. Cekungan prospek di P. Sulawesi adalah: Cekungan Banggai-Sula (telah produksi), Cekungan Bone, Cekungan Tukangbesi, Cekungan Gorontalo, Cekungan Tomini, Cekungan Spermonde dan Cekungan Makassar Selatan. Berdasarkan kajian akademis potensi migas, mineral dan wilayah di P. Sulawesi, perlu adanya gerakan nasional dalam percepatan peningkatan sumber daya, cadangan dan produksi migas dan mineral nasional. Untuk itu diusulkan adanya kebijakan nasional bersifat teknis sebagai turunan perundang-undangan, selain mempertahankan keunggulan P. Sulawesi sebagai lumbung mineral nasional dan potensi migas melalui kebijakan Peningkatan Ketahanan Energi Nasional, Pencadangan Mineral Nasional dan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Pantai dan Laut di Sulawesi dan Sekitarnya. Sasaran akhir dari kegiatan kajian ini adalah penyusunan Naskah Akademik Usulan Rekomendasi Kebijakan "Pengelolaan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi". Di samping itu, saat ini belum ada undang-undang sektor ESDM yang mengatur tentang pengelolaan ESDM di darat dan laut. Undangundang Sektor ESDM, pada umumnya mengacu pada pengelolaan di bagian hulu atau hilir saja. Diharapkan di masa mendatang perlunya "Hak Inisiatif" Pemerintah atau badan legislatif negara (DPR dan DPD) dalam mengusulkan sistem perundang-undangan terpadu dan komprehensif pengelolaan ESDM yang berorientasi pada negara kepulauan/maritim.
Gambar 27. Road Map Kebijakan Peningkatan Ketahanan Energi Nasional, Pencadangan Mineral Nasional dan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Pantai dan Laut di Sulawesi dan Sekitarnya 2013-2017.
78
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Road Map Kebijakan Peningkatan Ketahanan Energi Nasional, Pencadangan Mineral Nasional dan Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Pantai dan Laut di Sulawesi dan Sekitarnya merupakan upaya implementasi pengembangan hingga mencapai sasaran nasional (Gambar 27). b. Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Panas Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional Tujuannya kajian adalah untuk memetakan potensi energi panas laut di perairan Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga panas laut. Sasaran yang akan dicapai adalah untuk mendapatkan informasi data mengenai potensi energi panas laut yang dapat diberdayakan menjadi pembangkit listrik terutama di daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya yang masih minim mendapatkan pasokan listrik. Dari hasil kajian akademis ini akan diperoleh zona yang berpotensi OTEC untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang disesuaikan dengan data kependudukan di daerah yang berpotensi. Berdasarkan kajian Akademis Potensi Energi Panas Laut maka beberapa usulan rekomendasi yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1) Perlu adanya gerakan nasional dalam percepatan peningkatan energi samudera khususnya di bidang energi panas laut. Untuk itu diusulkan adanya kebijakan nasional bersifat teknis sebagai turunan dari UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dalam bentuk Inpres dan/atau Permen ESDM tentang peningkatan di bidang energi samudera.Pada kebijakan ini perlu dicantumkan daerah yang berpotensi yang perlu menjadi perhatian bersama. 2) Besarnya potensi energi panas laut di Indonesia maka perlu dimasukkan dalam Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Umum Energi Nasional sebagai salah satu komponen bauran energi nasional. 3) Untuk mendukung point 2 perlu dibuatkan roadmap pemberdayaan energi panas laut yang terukur untuk program jangka pendek dan jangka panjang. 4) Perlunya dilakukan sosialisasi tentang peran penting energi panas laut terhadap ketahanan energi dan peningkatan elektrifikasi ke pemerintah daerah setempat mengingat hampir sebagian besar potensi energi arus laut berada di daerah. 5) Perlu direalisasikan pilot project konversi energi panas laut yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang di lokasi potensial dan kajian keekonomiannya sebagai salah satu strategi mempercepat pengembangan energi panas laut secara nasional. 6) Perlu dibentuk kerjasama antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan energi panas laut secara nasional.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
79
Hasil kajian potensi energi panas laut ini, diharapkan dapat menunjang kebutuhan listrik di daerah terpencil yang belum terjangkau listrik. 1) Perairan Indonesia bagian timur memiliki nilai perbedaan suhu (ΔT) lebih besar dari pada di Indonesia bagian barat. 2) Berdasarkan data batimetri dan data temperatur antara permukaan dan bawah permukaan laut maka daerah yang berpotensi untuk menghasilkan energi panas laut yaitu perairan utara Bali, perairan bagian barat Mamuju di Selat Makassar, Teluk Tomini, perairan Laut Maluku (Halmahera) dan perairan Laut Maluku (Banggai-Luwuk) serta Laut Sulawesi. 3) Perairan utara Bali dan Mamuju menjadi salah satu lokasi untuk menjadi pilot plant mempercepat kegiatan pembangunan infra struktur pemanfaatan energi panas laut. Berdasarkan kajian akademis potensi energi panas laut perlu adanya gerakan nasional dalam percepatan pemanfaatan energi panas laut di kawasan Indonesia timur. 1) Perlunya dilakukan sosialisasi tentang peran penting energi panas laut terhadap ketahanan energi setempat dan peningkatan elektrifikasi daerah ke pemerintahdaerah mengingat hampir sebagian besar potensi energi arus laut berada di daerah. 2) Perlu direalisasikan pilot project konversi energi panas laut yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang di lokasi potensial dan kajian keekonomiannya sebagai salah satu strategi mempercepat pengembangan energi panas laut secara nasional. 3) Perlu dibentuk kerjasama antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan energi panas laut secara nasional. c. Studi Cekungan Banggai-Sula Untuk Mendukung Data Usulan Wilayah Kerja Migas Tujuan kajian adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki Cekungan Banggai-Sula melalui berbagai data tersebar di berbagai instansi dan publikasi; sehingga diperoleh gambaran apakah Cekungan Banggai-Sula memiliki potensi hidrokarbon, dan seberapa besar potensi yang dimiliki. Hasil kajian ini juga diharapkan dapat membantu dalam menentukan usulan Wilayah Kerja Migas di Cekungan Banggai-Sula dan sekitarnya. Lokasi kegiatan berada di Perairan Banggai-Sula terletak di antara koordinat 123000’ - 125000’ BT dan 1000’ - 2015’ LS, dan meliputi suatu daerah Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sula dengan luasnya mencapai + 6.000 km2. Dalam terminasi geologi cekungan yang termasuk dalam wilayah Cekungan Banggai-Sula meliputi keseluhan wilayah Sulawesi Tengah bagian timur,
80
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sula yang seluruhnya termasuk dalam mikrokontinen Banggai Sula (Gambar 28). Pada kajian ini, wilayah Cekungan Banggai-Sula tidak hanya mencakup mikrokontinen Banggai-Sula, tetapi juga mencakup wilayah perairan Laut Maluku dan Laut Banda serta daerah pantai timur Sulawesi bagian tengah ke arah selatan.
Gambar 28. Peta lokasi kajian Cekungan Banggai-Sula dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil kajian: 1) Cekungan Banggai-Sula sebagai mikrokontinen telah terbukti mengandung gas, dan telah berproduksi pada lapangan Senoro, Donggi, Tiaka dan Maleo, maka berdasarkan kajian ini merupakan daerah prospek untuk kegiatan eksplorasi lebih rinci. 2) Berdasarkan data kedalaman laut, ketebalan sedimen, anomali gaya berat, rembesan migas, seismik stratigrafi dan analisis kimia, maka diperoleh daerah prospek di selatan P. Banggai dan P. Peleng atau sekitar pantai bagian selatan Teluk Tolo. 3) Hasil analisis kimia diperoleh jenis kerogen tipe III merupakan ciri gas bumi. 4) Cekungan Banggai-Sula dapat menjadi titik awal perlunya mempercepat kegiatan eksplorasi di daerah-daerah prospek secara geologi, geofisika dan geokimia, sehingga akan mempercepatan peningkatan cadangan dan produksi migas nasional. Maka direkomendasikan perlu adanya gerakan nasional dalam percepatan peningkatan cadangan dan produksi migas nasional. Untuk itu diusulkan adanya kebijakan sebagai turunan UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas (dan rencana revisinya) dalam bentuk Inpres dan/atau Permen ESDM tentang ”Percepatan Peningkatan Cadangan dan Produksi Migas Melalui Peningkatan Peran Litbang Lembaga Pemerintah dan Swasta”.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
81
Sasaran akhir dari kegiatan Studi Cekungan Banggai-Sula Untuk Mendukung Data Usulan Wilayah Kerja Migas adalah penyusunan Naskah Akademik Usulan Rekomendasi Kebijakan "Pengelolaan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi". Selanjutnya sebagai dasar dalam pengembangan Cekungan Banggai Sula, perlu permen khusus yang mengatur“Pengembangan Cekungan BanggaiSula Melalui Kegiatan Litbang Terpadu”. Sedangkan, rekomendasi penting dalam Road Map Kebijakan ini adalah: 1) Penambahan data seismik, daerah existing produksi dan prospek baru di sekitar P. Peleng dan bagian barat pada lintasan MGI-MRWL-09. 2) Studi tematik (pemboran, geokimia dan pemodelan petroleum) pada sedimen Tersier dan Mesozoikum untuk mendapatkan data primer batuan sumber dan reservoir. 3) Pemodelan cekungan untuk merekonstruksi proses pembentukan hidrokarbon terhadap waktu, sehingga diketahui aktifitas petroleum system.
Gambar 29. Road Map Kebijakan Kemitraan Strategis dalam percepatan pengembangan Cekungan Banggai-Sula 2013-2017.
d. Kajian Kebijakan Bidang Infrastruktur di Selat Sunda
Geologi
Kelautan
Untuk
Pembangunan
Maksud dan tujuan kompilasi adalah: identifikasi kondisi sumber daya geologi; identifikasi keberadaan dan potensi perkembangan infrastruktur, dan sebagai bahan masukan pelengkap naskah daya dukung geologi kelautan dan sebagai data dasar dalam evaluasi potensi sumberdaya geologi kelautan di kawasan Selat Sunda.
82
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lokasi kegiatan kajian berada di perairan Selat Sunda yang menghubungkan P. Sumatera dan P. Jawa. Daerah ini akan dikembangkan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang menghubungkan kedua pulau tersebut (Gambar 30). Secara geologi, JSS terletak pada zona tektonik (patahan dan kegempaan) yang aktif. Berdasarkan kondisi tersebut, posisi JSS rawan terhadap bencana geologi. Pada kajian ini dibahas mengenai kondisi tektonik dan kegempaan, sehingga diharapkan konstruksi bangunan JSS akan dapat mengumbangi kondisi tektonik tersebut.
Gambar 30. Peta lokasi kajian perairan Selat Sunda dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil kajian: Pola struktur di kawasan Selat Sunda sangat berhubungan dengan perkembangan tektonik regional zona-zona patahan di Selat Sunda dan sekitarnya yang berhubungan dengan lintasan vulkanik. Sistem sesar regional kawasan Selat Sunda dari barat ke timur mencakup: sebagian sistem sesar Sumatera, sesar Selat Sunda berarah utara-timurlaut (Banten trench), sesar Kepayang yang memotong tinggian Lampung, sesar utaraselatan sepanjang pantai tenggara Sumatera, dan sesar besar merencong berorientasi N700E di Jawa Barat. Sesar besar lainnya adalah sesar berarah utara-selatan yang membagi Jawa yang dekat dengan sesar N700E. Sesar ini dinamakan sebagai “bukaan Natuna” di utara Paparan Sunda, depresi Biliton di sebelah selatan, dan menerus ke selatan Parit Jawa, menuju ke Samudera Hindia. Struktur kawasan Selat Sunda terkait pada interpretasi adanya rotasi Sumatera yang searah jarum jam atau Lempeng Sunda yang berlawanan dengan jarum jam. Terdapat dua struktur geologi regional yang ditafsirkan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
83
oleh para ahli dikontrol oleh struktur bersekala besar dan sedimentasi subsekuen sebagai respon dari struktur besar tersebut. Struktur yang pertama adalah “jalur pemisah dalam”(deep-seated split) kerak benua yang memisahkan Jawa dan Sumatera. Struktur yang berkembang pada bagian selat yang lebar dan alur yang sempit, yang merupakan alur pelayaran kapal feri. Sesar-sesar tersebut memperlihatkan kerapatan dan intensitas yang sangat tinggi, penyebarannya dapat dipisahkan dalam dua zona yaitu, pola dan arah sesar yang sejajar dengan sesar di perairan Teluk Lampung dan di bagian timur laut merupakan sesar-sesar kecil perkembangan dari fracture yang ditimbulkan oleh sesar yang lebih besar yaitu sesar yang menerus ke arah Pulau Sumatera, yang berarah barat laut-tenggara. Maka direkomendasikan perlu adanya disain JSS yang berbasis geologi dan kebencanaan. Selanjutnya sebagai dasar dalam pengembangan Jembatan Selat Sunda, perlu regulasi yang mengatur tata ruang wilayah zona JSS yang berbasis kebencanaan. Sedangkan, rekomendasi penting dalam Road Map Kebijakan ini adalah: 1) Penambahan data geologi dan geofisika secara rinci di daerah rencana tapak dan jalur JSS untuk mengetahui potensi tektonik (patahan aktif dan berpotensi) dan kegempaan lokal yang berpengaruh terhadap konstruksi jembatan. 2) Studi tematik untuk rekonstruksi dan simulasi tektonik dan kegempaan termasuk respon jembatan terhadap potensi bencana di sekitar jembatan. e. Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional Maksud kajian adalah: 1) Memberikan gambaran potensi energi arus laut yang ada di wilayah perairan Indonesia, khususnya wilayah perairan sekitar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang dapat dimanfaatkan dan dikonversikan menjadi energi listrik dengan teknologi yang ada saat ini. 2) Sebagai data dukung / bahan masukan untuk membuat rekomendasi kebijakan tentang energi laut dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang baru. Adapun tujuan penyusunan naskah akademik ini adalah agar perumusan rancangan kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan potensi energi arus laut sebagai salah satu solusi dalam penyediaan energi secara nasional didukung oleh suatu kajian ilmiah yang mencakup aspek potensi, teknis dan ekonomis.
84
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lokasi kegiatan kajian secara khusus difokuskan di perairan selat di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Gambar 31).
Gambar 31. Peta lokasi kajian arus laut.
Berdasarkan hasil kajian: 1) Besarnya potensi energi arus laut yang teridentifikasi dan terpetakan di wilayah perairan Bali - Nusa Tenggara Timur mununjukkan bahwa potensi energi di sektor kelautan cukup potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, oleh karena itu kegiatan pemetaan potensi energi di sektor kelautan harus dilakukan secara sistematis di wilayah perairan lainnya dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan potensi sumber daya energi setempat di daerah. 2) Sebagai sumber daya energi setempat yang ketersediaan potensinya cukup besar di daerah, pada masa yang akan datang energi ini akan memegang peranan penting dalam rangka peningkatan elektrifikasi dan menjaga ketahanan energi terutama pada daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik PLN. Maka direkomendasikan perlu adanya gerakan nasional dalam percepatan peningkatan cadangan dan produksi dan pengembangan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Sasaran akhir dari kegiatan Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional adalah penyusunan Naskah Akademik Usulan Rekomendasi Kebijakan "Pengembangan Potensi Energi Arus Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional" Selanjutnya sebagai dasar dalam data potensi energi arus di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Timur maka rekomendasi penting dalam Road Map Kebijakan ini adalah:
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
85
1) Pemetaan potensi energi arus laut secara bersistem dan rinci, mengingat data dan informasi mengenai potensi energi arus laut di Indonesia masih sangat terbatas, sementara di sisi lain banyak lokasi perairan di Indonesia mempunyai potensi energi arus yang belum teridentifikasi. 2) Percepatan realisasi pilot project pemasangan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di lokasi potensial sebagai salah satu strategi mempercepat pengembangan energi arus laut secara nasional. 3) Pengembangan teknologi turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut yang model prototipenya disesuaikan dengan karakteristik arus di perairan Indonesia, mengingat turbin arus laut yang ada di pasaran dunia saat ini standarnya mengacu pada kondisi arus laut di perairan lintang tinggi yang karakteristik arusnya berbeda dengan perairan lintang rendah (Indonesia). 4) Rumusan kerjasama yang jelas baik antar instansi pemerintah (pusat/daerah) maupun dengan pihak swasta dalam pengembangan energi arus laut secara nasional. 5) Perlu adanya insentif dari pemerintah pusat dan dibuatkan regulasi yang jelas yang terkait dengan implementasi teknologi pembangkit listrik tenaga arus laut
Gambar 32. Road Map Kebijakan pengembangan energi laut 2014-2019.
f. Kajian Kebijakan Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur Tujuan kajian adalah untuk mengumpulkan dan mengkompilasi data geologi kelautan potensi ESDM di pulau-pulau kecil terdepan KTI terutama dalam rangka menyiapkan bahan-bahan rekomendasi pengembangan pulau-pulau kecil terdepan.
86
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lokasi kajian terletak pada daerah-daerah pulau-pulau kecil terdepan di Kawasan Timur Indonesia (Gambar 33).
Gambar 33. Lokasi Kajian Kebijakan Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur.
Metoda kajian ini menggunakan data sekunder dari berbagai sumber. Berdasarkan PP Nomor 78/2005 terdapat 92 pulau di wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan negara tetangga. Di KTI berbatasan dengan Filipina (11), Palau (7), Australia (23), Timor Leste (10) dan Papua Nugini (1) dan tersebar pada beberapa provinsi, yaitu: NTB (1), NTT (5), Sulawesi Tengah (3), Sulawesi Utara (11), Maluku Utara (1), Maluku (18), Papua (6) dan Papua Barat (3). Pulau-pulau kecil tersebut sangat rentan terhadap eksploitasi, sehingga keberadaan pulau-pulau kecil tersebut perlu dipertahankan dan dikembangkan melalui konservasi dan pengelolaan terpadu. Umumnya kondisi geologi pulau-pulau kecil tersebut dibentuk oleh batuan beku, metasedimen dan karang/sedimen resen. Potensi yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan energi laut (arus, gelombang dan panas laut), migas serta pariwisata. Berdasarkan kajian, maka kebijakan pengembangan pulau-pulau kecil terdepan di KTI yang diusulkan adalah: Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur melalui Konservasi dan Pemanfaatan potensi Berbasis Ketahanan Wilayah.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
87
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disarankan beberapa hal, sebagai berikut: • Perlunya dibuat kebijakan khusus pengembangan pulau-pulau kecil terdepan secara nasional dan terpadu antar instansi KL. • Perlunya kebijakan khusus pengembangan ESDM berbasis potensi lokal berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan tetap mempertahankan kondisi fisik pulau-pulau kecil tersebut. Perlu dihindarkan kegiatan penambangan/eksploitasi di sekitar pulau-pulau kecil tersebut karena dapat merusak kondisi fisik dan mengurangi daya tahan pulau terhadap kondisi alam setempat. Potensi lokal yang dapat dikembangkan adalah energi laut (arus, gelombang, panas laut), angin, surya dan energi fosil. Di samping itu perlu membuka jalur pelayaran dan pengembangan pelabuhan, sehingga hasil bumi daerah setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh daerah lainnya. 2. Tujuan 2: Terwujudnya kegiatan litbang unggulan yang mampu berkontribusi dalam menjawab permasalahan sektor ESDM Sasaran: terwujudnya program litbang unggulan dengan indikator : Laporan Ilmiah, Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi, Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi, Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan No
Sasaran
1.
Terwujudnya Program Litbang unggulan
Indikator Kinerja
Satuan
Capaian Target Realisasi
%
Jumlah Laporan Ilmiah Jumlah Makalah Ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi
Laporan Makalah/Laporan
88 51
117 62
132,95% 121,57%
Jumlah Usulan Paten, Hak Cipta dan Litbang Inovasi Jumlah Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan
Usulan Paten/Hak Cipta Peta
8
20
250%
11
18
163,64%
Rincian untuk tujuan strategis kedua Badan Litbang ESDM 2013 adalah sebagai berikut: 1) Laporan Ilmiah Setiap akhir pelaksanaan kegiatan litbang, pelaksana kegiatan menyusun laporan akhir berupa Laporan Ilmiah. Pada tahun 2013, target Laporan Ilmiah hanya 88, sedangkan realisasi Laporan Ilmiah adalah sebanyak 117 laporan. Terdapat penambahan kegiatan selama tahun berjalan melalui
88
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
optimalisasi anggaran melalui anggaran output cadangan. Kegiatan baru berupa kajian-kajian di sektor ESDM sesuai arahan Menteri ESDM. a) Bidang Minyak dan Gas Bumi Laporan ilmiah bidang Minyak dan Gas Bumi tahun 2013 dihasilkan sebanyak 43 laporan. Tabel 25 menunjukkan judul Laporan Ilmiah bidang minyak dan gas bumi dengan rincian hulu migas sebanyak 20 laporan dan hilir migas sebanyak 23 laporan. Tabel 25.
Daftar Laporan Ilmiah Bidang Minyak dan Gas Bumi
No
JUDUL LAPORAN
Keterangan
1.
Eksplorasi Migas pada Prospek Dangkal melalui Pendekatan Anomali Topografi dengan Remote Sensing pada Onshore Area (Studi Kasus Daerah Indramayu) Pengembangan Metode dan Aplikasi Perangkat Lunak Seismik untuk Mendukung Eksplorasi dan Karakterisasi Reservoar Kaji Ulang Data Geoscience untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru Migas Studi Reservoar Batupasir Permeabilitas Rendah dan Penyebarannya Berdasarkan Mikroanalisis di Cekungan Sumatera Tengah Pengembangan Atlas Gas Bumi dan CO 2 Indonesia Timur
Hulu
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Evaluasi Lahan Migas Daerah Pesisir dan Lepas Pantai Timur Laut Cekungan Seram Evaluasi Lahan dan Potensi Hidrokarbon Cekungan Frontier Pulau Misool dan Sekitarnya Proyek Percontohan Penemuan Cadangan Shale Gas
Hulu Hulu Hulu
Hulu Hulu Hulu Hulu
Optimasi dan Pengembangan Teknologi DNA Rekombinan Surfaktan Peptida LEMIGAS (SUPEL) untuk Uji Sumur Lapangan Minyak “XYZ” Sebuah Upaya Bioteknologi untuk Menghasilkan Biosurfaktan Lokal Pengembangan Teknologi Ultrasonography untuk Aplikasi Industri Migas Tahap III (Design Alat Inspeksi Sumur) Studi Pengaruh Cairan Rumen untuk Memprediksi Peningkatan Volume Gas Methane Batubara (GMB) Peningkatan Produksi Minyak dan Penyimpanan Emisi CO 2 dengan Metode Injeksi Air Berkarbonasi
Hulu
13.
Evaluasi Kapasitas Simpan CO 2 pada Formasi Geologi di Sumatera Selatan dan Pengaruhnya terhadap Underlying Aquifer
Hulu
14.
Integrasi Seismik, Petrofisika, dan Teknik Reservoar dalam Karakterisasi Reservoar Inventarisasi dan Analisa Data Cadangan Migas Indonesia 01 Januari 2013
Hulu
9.
10. 11. 12.
15.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Hulu Hulu Hulu
Hulu
89
No
JUDUL LAPORAN
Keterangan
16.
Uji Coba Sumuran Surfaktan LEMIGAS Berbasis MES dengan Metoda Huff and Puff sebagai Aplikasi EOR Penggunaan Semen Ringan (Light Weight Cement) untuk Mitigasi Kerusakan Formasi Akibat Penyemenan pada Sumur CBM Perekayasaan Peralatan dan Pemodelan Injection Fall Off Test (IFO Test) untuk Aplikasi di bidang Industri CBM Desain Lumpur untuk Menjaga Well Bore Stability saat Pemboran di Formasi Shale Gas Rancang Bangun dan Pengembangan Prototype Rig CBM
Hulu
Pengembangan Teknologi Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) pada Pembuatan BBM Rendah Sulfur Pemanfaatan Tar Batubara Menjadi Umpan Kilang
Hilir
Pembuatan Assorben Alkanol Amina Berpenyangga Material Berpori untuk Penangkapan CO 2 dan H 2 S pada Gas Alam dan Flue Gas Perancangan Alat Penangkap CO dengan menggunakan
Hilir
17.
18. 19. 20. 21. 22. 23.
24. 25. 26.
27. 28.
Solvent Potassium Carbonate Berpromotor Asam Borat Pengembangan Proses Katalitik Pembuatan Olefin dari Bioetanol Pemanfaatan CO 2 untuk Kultivasi Migroalga dalam Photobioreaktor Secara Kontinyu dengan Hasil Biomassa yang Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Biofuel Produksi Biobutanol sebagai Energi Alternatif dari Bahan Selulosa Skala Mini Pilot Optimasi Sistem Distribusi Bahan Bakar Minyak
Hulu Hulu Hulu
Hilir
Hilir Hilir Hilir
Hilir Hilir Hilir
30.
Pembuatan Lithium 12-Hydroxistearat Berbasis Minyak Jarak Sebagai Thickener Gemuk Lumas Studi DME untuk Motor Diesel pada Transportasi dan Industri
31.
Formulasi Gemuk Lumas Temperatur Rendah
Hilir
32.
Aplikasi Pemanfaatan LPG sebagai Bahan Bakar Sepeda Motor
Hilir
33.
Studi Pemanfaatan Campuran LPG dan DME Untuk Kendaraan Bermotor Studi Penggunaan Aditif Dispersant Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Deposit pada Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Biofuel Formulasi Minyak Lumas Kendaraan Berbahan Bakar Gas
Hilir
29.
34.
35. 36.
90
2
Hulu
Perancangan Formula Minyak Lumas Transformator (Minyak Trafo)
Hilir
Hilir
Hilir Hilir
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
No
JUDUL LAPORAN
Keterangan
37.
Pengaruh Karakteristik BBG terhadap Ketahanan Tabung dan Sistem Konverter Kit untuk Kendaraan Berbahan Bakar Gas Kajian Kesiapan Infrastruktur Fasilitas Pengaturan BBM Bersubsidi dan Pemanfaatan BBG Analisis Cost Benefit Pengembangan Cadangan Nasional Cadangan Strategis Rancang Bangun Tabung ANG untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua Kajian Konversi BBM ke Gas Bumi untuk Industri
Hilir
Analisis Kebijakan Penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batubara Kajian Strategis Susektor Migas: • Pembuatan Membran Serat Berongga dan Uji Aplikasi Pemisahan CO pada Gas Alam Lapangan Tekanan Rendah
Hilir
38. 39. 40. 41. 42. 43
Hilir Hilir Hilir Hilir
Hilir
2
• Optimalisasi Kinerja Pilot Plant Adsorber Mercury Removal untuk Gas Bumi • Roadmap Gas Bumi • Participating Interest Kegiatan Operasional Migas
b) Bidang Mineral dan Batubara Laporan ilmiah bidang Mineral dan Batubara tahun 2013 dihasilkan sebanyak 24 laporan, dengan rincian teknologi pemanfaatan mineral sebanyak 9 laporan, teknologi pemanfaatan batubara sebanyak 8 laporan, dan teknologi eksploitasi tambang dan pengelolaan sumber daya sebanyak 7 laporan (Tabel 26). Jumlah target Penelitian dan Pengembangan semula 17 kegiatan menjadi 24 kegiatan sebagai upaya untuk optimalisasi anggaran sehingga dibentuklah 7 tim kegiatan litbang yang dibiayai dari output cadangan. Tabel 26.
Daftar Laporan Ilmiah Bidang Mineral dan Batubara
No
JUDUL LAPORAN
1.
Penelitian Pengolahan dan Kajian Pengusahaan Logam Tanah Jarang Mineral Monasit Peningkatan Kadar dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Kalimantan Barat serta Pemanfaatan Tailingnya Optimasi Reduksi Bijih Besi, Nikel dengan Rotary Kiln Skala Semi Pilot Kajian Sianidasi Intensif Sistem Custom Plant dari Konsentrat Sulfida Marjinal Cianjur-Sukabumi
2. 3. 4.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Keterangan Teknologi Pemanfaatan Mineral Teknologi Pemanfaatan Mineral Teknologi Pemanfaatan Mineral Teknologi Pemanfaatan Mineral
91
No
JUDUL LAPORAN
5.
Prospek Pengembangan Usaha Peningkatan Nilai Tambah Zirkon Kajian Manfaat Usaha Pertambangan Bauksit Terhadap Sosial Ekonomi Daerah dalam Rangka Mendukung Program MP3EI di Prop. Kalbar Kajian Dampak Pasca Penerapan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral Kajian Sinkronisasi Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Mineral dengan Energi Geothermal Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Upgrading Bauksit dan Pemanfaatan Red Mud di Indonesia Pengembangan Gasifikasi Batubara Untuk PLTD Dual Fuel Pengembangan Kokas dari Batubara Peringkat Rendah Pembuatan dan Uji Pembakar Siklon Rendah Emisi Partikulat Pengembangan Karbon Aktif dari Batubara Peringkat Rendah Pengembangan Rancang Bangun GasifierBatubara Mini Untuk Menunjang Ketersediaan Energi di UMKM dan Pengganti BBM pada Mesin Generator Listrik 1 KW Pengembangan Process Demonstration Unit Gas Sintesis dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Ganda Pengembangan Process Demonstration Unit Gas Sintesis dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Ganda
Teknologi Pemanfaatan Mineral
Pengembangan Upgrading Batubara Dengan Teknologi Coal Drying and Briquetting Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia Rancang Bangun Sistem Pengendalian Keselamatan Kerja Penambangan Bawah Tanah Pengembangan Model Eksploitasi Emas (Bio-ore) Artisanal pada Penambangan Skala Kecil dengan Metode Phytomining
Teknologi Pemanfaatan Batubara
6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
16. 17. 18. 19.
92
Keterangan Teknologi Pemanfaatan Mineral
Teknologi Pemanfaatan Mineral Teknologi Pemanfaatan Mineral Teknologi Pemanfaatan Mineral Teknologi Pemanfaatan Batubara Teknologi Pemanfaatan Batubara Teknologi Pemanfaatan Batubara Teknologi Pemanfaatan Batubara Teknologi Pemanfaatan Batubara
Teknologi Pemanfaatan Batubara
Teknologi Pemanfaatan Batubara Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
No
JUDUL LAPORAN
Keterangan
20.
Penilaian dan Penerapan Resiko Kecelakaan Kerja & Kerusakan Lingkungan Penambangan Mineral dan Batubara Di Indonesia Estimasi Stok Karbon Akibat Perubahan Luas Penutupan Lahan di Kawasan Penambangan Terkait dengan Skema REDD (Reduction Emission from Deforestation and Forest Degrafation) Kajian Pendahuluan Teknologi Eksploitasi Tambang Batubara Melalui Aplikasi Teknologi Energi Bersih UCG di Indonesia Ujicoba Produk Rancang Bangun Peralatan Sistem Pengambilan Data Pumping Test dengan Telemetri dan Kontrol Kecepatan Pompa Penyiapan Data Primer untuk Aplikasi Teknologi Underground Coal Gasification
Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya
21.
22. 23.
24.
Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya
Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya Teknologi Eksploitasi Tambang dan Pengelolaan Sumber Daya
c) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Laporan ilmiah bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi tahun 2013 dihasilkan sebanyak 23 laporan, dengan rincian teknologi energi baru terbarukan sebanyak 9 laporan, Teknologi Ketenagalistrikan sebanyak 8 laporan, dan Tekno Ekonomi, Konservasi dan Lingkungan Ketenagalistrikan sebanyak 6 laporan (Tabel 27). Tabel 27.
No 1. 2. 3.
Daftar Laporan Ilmiah Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
JUDUL LAPORAN
Keterangan
Penelitian dan pengembangan energi Teknologi Energi Baru Terbarukan angin untuk pembangkit listrik tenaga angin kapasitas menengah Penelitian dan pengembangan mikroalga Teknologi Energi Baru Terbarukan sebagai bahan baku biodiesel Pengembangan peta potensi energi baru Teknologi Energi Baru Terbarukan terbarukan Indonesia
4.
Studi potensi energi angin Indonesia
Teknologi Energi Baru Terbarukan
5.
Pengembangan fuel cell untuk mobil listrik
Teknologi Energi Baru Terbarukan
6.
Penelitian dan pengembangan teknologi Teknologi Energi Baru Terbarukan PV thin film Teknologi Energi Baru Terbarukan Penelitian dan pengembangan energi laut
7.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
93
No
JUDUL LAPORAN
Keterangan untuk
Teknologi Energi Baru Terbarukan
9.
Studi Potensi Panas Bumi untuk Catu Daya Smelter Mangan di Nusa Tenggara Timur
Teknologi Energi Baru Terbarukan
10.
Penelitian dan pengembangan teknologi
8.
Sistem
Gasifikasi
Biomassa
Pembakaran Keramik
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
20. 21. 22. 23.
94
pembangkit listrik tenaga panas bumi Apilkasi pemanfaatan potensi dan teknologi energi baru terbarukan pada sistem smart microgrid Pengatur kualitas daya untuk mengatasi distorsi harmonisa pada sistem energi terbarukan Perancangan bi-directional power inverter untuk aplikasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Kajian kesetimbangan energi pada siklon burner Pengkajian Pengembangan Solar Farm di Daerah Reklamasi Tambang Kajian Tarif Tenaga Listrik yang Optimal per Golongan per Daerah Kajian Substitusi Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) oleh Pembangkit dengan Energi Baru dan Energi Terbarukan Pemanfaatan gas metan dari sanitary landfill untuk pembangkit listrik di Kabupaten Buleleng. Bali Penelitian pemanfaatan panas buang boiler mini tekanan rendah berbahan bakar biomasa sebagai pengering hasil pertanian/ perkebunan Penelitian penentuan faktor emisi gas rumah kaca teknologi energi baru terbarukan Studi dampak kebijakan insentif energi bersih dan konservasi energi terhadap makroekonomi Analisis Peluang Penghematan Energi pada Gedung dan Industri serta Kendala Penerapannya Prospek Bioetanol sebagai Bahan Bakar Cair untuk Substitusi BBM
Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Teknologi Ketenagalistrikan Tekno Ekonomi, Konservasi Lingkungan Ketenagalistrikan
dan
Tekno Ekonomi, Konservasi Lingkungan Ketenagalistrikan
dan
Tekno Ekonomi, Konservasi Lingkungan Ketenagalistrikan
dan
Tekno Ekonomi, Konservasi Lingkungan Ketenagalistrikan
dan
Tekno Ekonomi, Konservasi Lingkungan Ketenagalistrikan
dan
Tekno Ekonomi, Konservasi Lingkungan Ketenagalistrikan
dan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
d) Bidang Geologi Kelautan Laporan ilmiah bidang Geologi Kelautan tahun 2013 dihasilkan sebanyak 27 laporan, dengan rincian Sumber Daya Geologi Kelautan sebanyak 6 laporan, Lingkungan dan Kebencanaan Geologi Kelautan sebanyak 3 laporan, Kebijakan Teknis Geologi Kelautan sebanyak 7 laporan, Pemetaan Geologi Kelautan sebanyak 8 laporan, dan Rancang Bangun sebanyak 3 laporan (Tabel 28). Tabel 28.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Daftar Laporan Ilmiah Bidang Geologi Kelautan
JUDUL LAPORAN Studi Direct Hidrocarbon Indicator (DHI) pada Cekungan Sedimen di Perairan Maluku Utara B06 2013 Penelitian Potensi Arus Laut Sebagai Energi Baru Terbarukan di Perairan Raja Ampat, Papua Barat Penelitian Kandungan Potensi Emas dan Mineral Jarang di Pantai & Perairan Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat Penelitian Potensi Keterdapatan Mineral Berat dan Unsur Logam Tanah Jarang di Perairan Tanjung Pandan, Belitung. Penelitian Potensi Migas Untuk mendukung Penyiapan Wilayah Kerja Migas Nasional (Survei Geomarin III) Misol - Semai Perairan Papua Barat Pemetaan Mineral Sulfida Bawah Laut di Perairan Komplek Komba, NTT Penelitian Rona Awal Lingkungan Geologi di Daerah Morotai Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara Penelitian Aspek Kebencanaan Geologi Kelautan di Bagian Utara Pulau Obira, Kepulauan Obi, Provinsi Maluku Penelitian Lingkungan Geologi Kelautan Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku (Pulau Terdepan Berbatasan Dengan Timor Leste) Kajian Kebijakan Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur Kajian Kebijakan Pemetaan Potensi Migas CekunganCekungan Frontier Indonesia Kajian Kebijakan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi Kajian Kebijakan Bidang Geologi Kelautan Untuk Pembangunan Infrastruktur di Selat Sunda Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Arus Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Keterangan Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Lingkungan dan Kebencanaan Lingkungan dan Kebencanaan Lingkungan dan Kebencanaan Kebijakan Teknis Kebijakan Teknis Kebijakan Teknis Kebijakan Teknis Kebijakan Teknis
95
No
JUDUL LAPORAN
Keterangan
19.
Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Panas Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional Studi Potensi Lapangan Morowali dan Peningkatan Status Cekungan Banggai-Sula Untuk Mendukung Pengembangan Migas Nasional (Survei GM III) Pemetaan Geologi dan Geofisika LP 2713, 2714 (Misol) Pemetaan Geologi dan Geofisika LP 3113, 3114, 3013, 3014 (Teluk Cendrawasih) Pemetaan Landas Kontinen di Peraitan Utara Papua
20.
Pemetaan Geomagnet Perairan LP 1210
Pemetaan
21.
Pemetaan
25.
Pemetaan Geomagnet Perairan LP 1310 Kajian Biostratigrafi Laut Dalam, Laut Sulawesi Berdasarkan Foraminifera Prosesing Data Seismik Multikanal dan Kajian Geodinamika Cekungan Tomini Prosesing Data Seismik Multikanal dan Kajian Geodinamika Sub-cekungan Wetar Wire Rope Meter
Rancang Bangun
26.
Spark Ray Multi Elektroda
Rancang Bangun
27.
Airgun Controller untuk 12 airgun
Rancang Bangun
15. 16. 17. 18.
22. 23. 24.
Kebijakan Teknis Kebijakan Teknis Pemetaan Pemetaan Pemetaan
Pemetaan Pemetaan Pemetaan
2) Makalah Ilmiah Yang Dipublikasikan Pada Jurnal Baik di Tingkat Nasional Maupun Internasional dan Laporan Ilmiah a). Bidang Minyak dan Gas Bumi Makalah ilmiah bidang Minyak dan Gas Bumi dimuat dalam Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi (LPMG) dan Scientific Contribution Oil and Gas (SCOG) Tahun 2013. LPMG dan SCOG dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. No. 1. 2. 3. 4. 5.
96
Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Minyak dan Gas Bumi Judul Makalah Ilmiah
Media
Karakteristik Batupasir Formasi Telisa Yang Berpotensi Menjadi Reservoir Pada Perangkap Stratigrafi Peluang dan Tantangan Eksplorasi HC di Kawasan Misool Papua Barat
LPMG LPMG
Perancangan Surfaktan Protein untuk Pengurasan Minyak
LPMG
Studi Pengaruh Cairan Rumen dan Jenis Batubara untuk Produksi Gas Metana Pengaruh Konsentrasi Cairan Rumen Terhadap Produksi Gas Metana dari Berbagai Jenis Batubara
LPMG LPMG
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
No.
Judul Makalah Ilmiah
Media
6.
Produksi Gas Metana Batubara Dengan Memanfaatkan Mikroba Rumen Pada Berbagai Variasi Suhu
LPMG
7.
Evaluasi Kapasitas Simpan CO 2 pada Formasi Geologi di Sumatera Selatan dan Pengaruhnya Terhadap Underlying Aquifer
LPMG LPMG
15
Penentuan Tipe Batuan (Facies) Berdasarkan Parameter-Parameter Elastik Berdasarkan Kombinasi Data Sumur dan Seismik Penyempurnaan Model analitik Hubungan Besaran Seismik dan Petrofisika, Berdasarkan Densitas Matriks dan Modulus Kering Batuan - Suatu Analisa Berdasarkan Data Sumuran Integrasi Hasil Inversi AVO dengan Model Hubungan Sifat Petrofisika dan Atribut Seismik Bagi Penentuan Peta Porositas dan Saturasi Air Analisis Tingkat Penarikan Produksi Minyak Lapangan-Lapangan Sumatera Selatan Uji Injeksi Huff and Puff Surfaktan Berbasis MES Suatu Pembelajaran Desain Formulasi Semen Ringan (Light Weight Cement) Untuk Mitigasi Kerusakan Formasi Akibat Penyemenan Pada Sumur GMB Brine Mud Dengan Densitas Tinggi Yang Dapat Berfungsi Sebagai Fluida Pemboran dan Fluida Komplesi Pada Temperatur Tinggi Rancang Bangun dan Pembuatan Prototype Rig CBM
16
Pengaruh Tekanan Hidrokraking Pada Komposisi Kimia Tar Batubara
8. 9 10 11 12 13 14
17 18 19 20 21
LPMG LPMG LPMG LPMG LPMG LPMG LPMG LPMG
Pengaruh Penambahan Asam Borat Pada Kemampuan Pelarut Kalium Karbonat Dalam Menyerap CO 2 Perancangan Alat Penangkapan CO 2 Dengan Absorber dan Desorber Enhancement seismic resolution based on Inverse Q Filter (Case Study : X-Field) Differentiating coal and gas response on the seismic using Empirical Mode Decomposition (EMD) Detecting Stratigraphic Discontinuities using Wavelet Transform of Well Data Analysis
LPMG LPMG SCOG SCOG SCOG
b) Bidang Mineral dan Batubara Makalah Ilmiah di bidang mineral dan batubara pada Tahun 2013 diterbitkan pada Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara (Tabel 30). Tabel 30. No. 1. 2. 3.
Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Mineral dan Batubara Judul Makalah Ilmiah
Media
Kajian Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Monasit Pengembangan Kokas dari Batubara Peringkat Rendah (unggulan) Pengembangan Karbon Aktif dari Batubara Peringkat Rendah (unggulan)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
97
No. 4. 5. 6. 7. 8.
Judul Makalah Ilmiah
Media
Penilaian dan Penerapan Resiko Kecelakaan Kerja & Kerusakan Lingkungan Penambangan Mineral dan Batubara di Indonesia Estimasi Stok Karbon Akibat Perubahan Luas Penutupan Lahan di Kawasan Penambangan Terkait dengan Skema REDD Pengembangan Model Eksploitasi Emas (Bio-ore) Artisanal pada Penambangan Skala Kecil dengan Metode Phytomining Kajian Pendahuluan Teknologi Eksploitasi Tambang Batubara Melalui Aplikasi Teknologi Energi Bersih UCG di Indonesia Penyiapan Data Primer Untuk Aplikasi Teknologi Underground Coal Gasification
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara
c) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan oleh media yang terakreditasi Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan pada tahun 2013 sebanyak 8 makalah ilmiah (Tabel 31). Tabel 31.
Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang KEBTKE
NO. Judul Makalah Ilmiah Media 1. Aspek Endapan (Scaling) pada Rencana PLTP Siklus Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Binari di Lapangan Panas Bumi Dieng, Jawa Tengah 2. Pelapisan Katalis pada Proses Pabrikasi MEA Fuel Cell Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Jenis PEM 3. Pemanfaatan Biomassa sebagai Bahan Bakar untuk Jurnal Ketenagalistrikan dan Pemakaran Keramik dengan Menggunakan Teknologi Energi Terbarukan 4. 5. 6. 7.
8.
98
Gasifikasi Kesetimbangan Energi dan Emisi CO 2 Bioetanol Jurnal Ketenagalistrikan Energi Terbarukan Berbahan Baku Pati Singkong Jurnal Ketenagalistrikan Potensi Limbah Lampu Hemat Energi di Indonesia Energi Terbarukan Audit Energi Penerangan Jalan Umum Kota Surakarta Jurnal Ketenagalistrikan Energi Terbarukan dan Kota Bandung Pembuatan Webgis Peta Potensi Energi Biogas Limbah Jurnal Ketenagalistrikan Ternak Sapi dan Kerbau dengan Perangkat Lunak Energi Terbarukan
dan dan dan dan
Opengeo Generation of Space Vector PWM Using Micro International Journal of Scientific and Engineering Controller Atmega 16 Research Vol 4 Issue 3 March 2013, ISSN 22295518
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
d) Bidang Geologi Kelautan Puslitbang Geologi Kelautan mempunyai sarana publikasi karya tulis ilmiah yang sudah terakreditasi, yaitu Jurnal Geologi Kelautan yang berbahasa Indonesia dengan akreditasi/ISSN B/1693-4415 dan Bulletin of the Marine Geology yang berbahasa Inggris dengan akreditasi/ISSN 1410-6175. Pada Tabel 32 merupakan makalah ilmiah geologi kelautan yang termuat dalam masing-masing publikasi pada tahun 2013. Tabel 32. No
Judul makalah ilmiah yang telah terpublikasikan di Bidang Geologi Kelautan Judul Makalah Ilmiah
Media
1
Gunungapi Bawah Laut Kawio Barat, Perairan Sangihe, Sulawesi Utara: Aktivitas Hidrotermal dan Mineralisasi
Jurnal Geologi Kelautan
2
Kandungan Logam Berat (Cu, Pb, Zn, Cd, Dan Cr) Dalam Air dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta
Jurnal Geologi Kelautan
3
Penelitian Awal Penempatan Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) dari Data Arus dan Morfologi Dasar Laut di Selat Boleng, Nusa Tenggara Timur
Jurnal Geologi Kelautan
4
Penerapan Metode F-K Demultiple dalam Kasus Atenuasi Water-Bottom Multiple
Jurnal Geologi Kelautan
5
Kondisi Arus Pasang Surut Dan Erosi-Sedimentasi di Sekitar Garis Pantai Depan PLTU Tarahan Lampung Menggunakan Delft 3D Versi 3.28
Jurnal Geologi Kelautan
6
Biostratigrafi Foraminifera Kuarter Pada Bor Inti MD 982152 dan 982155 dari Samudra Hindia
Jurnal Geologi Kelautan
7
Tinjauan Geologi Landas Kontinen Indonesia di Luar 200 Mil Laut Sebelah Selatan Perairan Pulau Sumba
Jurnal Geologi Kelautan
8
Karakteristik Pantai Pulau Laut-Sekatung (Salah Satu Pulau Terluar NKRI)
Jurnal Geologi Kelautan
9
Karakteristik dan Distribusi Lumpur Sidoarjo Sepanjang Sungai, Estuari dan Perairan Porong
Jurnal Geologi Kelautan
10
Karakteristik Pasir di Pantai dan Lepas Pantai Binuangeun, Lebakbanten
Jurnal Geologi Kelautan
11
Pola Anomali Bouguer dan Anomali Magnet Dan Kaitannya Dengan Prospek Sumber Daya Mineral dan Energi di Pulau Laut, Pulau Sebuku dan Selat Sebuku, Kalimantan Selatan
Jurnal Geologi Kelautan
12
Analisis Perbandingan Geokimia Granit dan Sedimen Dasar Laut di Pulau Singkep Bagian Timur, Provinsi Kepulauan Riau
Jurnal Geologi Kelautan
13
Struktur Geologi Teluk Bone - Sulawesi Selatan
Jurnal Geologi Kelautan
14
Rona Lingkungan Geologi Kelautan di Perairan P. Rote Nusa Tenggara Timur
Jurnal Geologi Kelautan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
99
No
Judul Makalah Ilmiah
Media Jurnal Geologi Kelautan
15
Sebaran Spasial Foraminifera dalam Kaitannya Dengan Kedalaman Laut dan Jenis Sedimen di Teluk Bone, Sulawesi Selatan
16
Indication of Gold and Silver Occurrence at Sampit Bay, Bulletin of the Marine Kota Waringin Timur District, Central Kalimantan Geology Province
17
The Petrology Characteristic of Granitoid Rock Based on Geochemical Analysis of Bajau Cape Coast and its Surrounding, West Kalimantan
Bulletin of the Marine Geology
18
Coastal Characteristics of Papela and Adjacent Area, Rote Island, East Nusa Tenggara
Bulletin of the Marine Geology
19
The Images of Subsurface Tertiary–Quartenary Deposits Based on Ground Penetrating Radar Records of Subi Kecil Island, Natuna District, Riau Archipelago Province
Bulletin of the Marine Geology
20
Characteristic of Shale Gas Reservoir Using LMR (LambdaMu-Rho) Inversion: Case Study Barnett Shale, Fort Worth Basin, Texas, USA
Bulletin of the Marine Geology
21
Study of Gas Potency Based on Gravity Anomaly Modeling And Seismic Profile Analysis at Banggai-Sula Basin
Bulletin of the Marine Geology
22
The Relationship of Seafloor Surfacial Sediment with Seabottom Morphology of Lemkutan Island Water, West Kalimantan
Bulletin of the Marine Geology
23
Characteristic of Rare Earth Element in Sediment at Coastal and Offshore Area of Kundur Island, Riau Province
Bulletin of the Marine Geology
24
The Characteristic of Coastal Subsurface Quartenary Sediment Based on Ground Probing Radar (GPR) Interpretation and Core Drilling Result of Anyer Coast, Banten Province
Bulletin of the Marine Geology
25
Quality Improvement of Seismic Image from 2D PSDM (Pre Stack Depth Migration) Using Tomography for Interval Velocity Model Refinement
Bulletin of the Marine Geology
3) Usulan Paten/Hak Cipta/Litbang Inovasi a) Bidang Minyak dan Gas Bumi Terdapat 3 judul penelitian yang sudah didaftarkan kepada Direktorat Jenderal HKI pada tahun anggaran 2013 untuk mendapatkan paten, penelitian tersebut merupakan hasil dari kegiatan tahun anggaran sebelumnya, yaitu: • Tabung ANG (Adsorbed Natural Gas) Untuk Penggunaan Rumah Tangga, Nomor Paten S00201300051 (KPPP Teknologi Gas).
100
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
• Airgun Dengan Klep Searah, Nomor Paten P00201300366 (KPPP Teknologi Eksplorasi). • Sekuen Molekul Asam Amino Peptida Bersifat Surfaktan Anionik, Nomor Paten P00201300618 (KPPP Teknologi Eksploitasi dan Proses). Usulan litbang inovasi di bidang minyak dan gas bumi adalah: • Rekayasa Instrumentasi Geofisika High Resolution Mini Seismic Data Acquisition System (HR MS-DAS) oleh Prof. Dr. Suprajitno Munadi (alm), Humbang Purba, dkk dari Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”. • Formulasi Gemuk Lumas Peralatan dan Mesin Pertanian (ALSINTAN) oleh Dra. Ratu Ulfiati, M.Eng, Ir. Subiyanto, Prof. Dr. E. Suhardono, dkk Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”. b) Bidang Mineral dan Batubara Terdapat 2 judul penelitian yang sudah didaftarkan untuk mendapatkan paten kepada Direktorat Jenderal HaKI pada tahun anggaran 2013, yaitu: • Pengembangan Rancang Bangun Gasifier-Batubara Mini untuk Menunjang Ketersediaan Energi di UMKM dan Pengganti BBM pada Mesin Generator Listrik 1 KW (Dra. Yenny Sofaeti, M.Si., dkk.) dengan Permohonan Paten telah disampaikan kepada Dit. Jen HaKI Kemenkumham pada tanggal 16 Desember 2013, No. Permohonan : P00201304841. Usulan disampaikan di akhir tahun karena masih menunggu hasil ujicoba dan pengembangan. • Peralatan Silinder Putar untuk Memisahkan Fraksi Ukuran Butir Mineral (Prof. Ir. Husaini, M.Sc.) dengan Permohonan Paten telah disampaikan kepada Dit. Jen HaKI Kemenkumham pada tgl. 30 April 2013 No.Permohonan : P00201300332. Sementara itu, dilakukan juga usulan hak cipta sebagai berikut: • Buku Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia Edisi 2012, dengan pencipta: Prof. Dr. Bukin Daulay, M.Sc, dkk, Pemegang Hak Cipta Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Permohonan Hak Cipta telah disampaikan kepada Dit. Jen HaKI Kemenkumham pada tanggal 19 Desember 2013 No. C00201305631. • Buku BAUKSIT Masa Depan Industri Berbasis Alumunium di Indonesia Edisi 2012, Penulis Prof. Ir. Husaini, M.Sc., dkk dan Pemegang Hak Cipta Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Permohonan Hak Cipta telah disampaikan kepada Dit. Jen HKI Kemenkumham pada tanggal 19 Desember 2013 No. C00201305632.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
101
• • • •
Sedangkan Litbang Inovasi bidang mineral dan batubara adalah sebagai berikut: Co-firing Batubara-Biomassa Menggunakan Pembakar Siklon Sederhana untuk Industri Kecil-Menengah (Inovator : Ikin Sodikin, S.T., dkk) Penelitian Pembuatan Sponge Fe-Ni dari Bijih Nikel Laterit dalam Tungku Putar (Inovator: Ir. Nuryadi Saleh, dkk) Gasifier Batubara dan Biomas untuk Industri Kecil Menengah (Inovator : Dra. Yenny Sofaeti, M.Si., dkk) Alat Rainfall Simulator Test (RST) untuk memprediksi besaran tingkat erosi tanah, infiltrasi dan koefisien air limpasan pada lahan miring di daerah pertambangan (Inovator: Nendaryono Madiutomo, dkk)
c) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Usulan Paten dan hak cipta oleh P3TKEBTKE pada Tahun Anggaran 2013 Metode Pembuatan Peta Potensi Biogas Limbah Kotoran Sapi dan Kerbau, No. Pendaftaran P00201304894. Sedangkan Litbang inovasinya adalah Sistem Solar Tracker pada PLTS Skala Komunal On Grid, Teknologi Monitoring Pembangkit Listrik Jarak Jauh, Kontinuitas Produksi Gas Metana dari Sanitary Landfill untuk Pembangkit Listrik. d) Bidang Geologi Kelautan Hak cipta bidang geologi kelautan pada tahun 2013, sebagai berikut: • Album Mikrofosil Foraminifera dan Nanoplanton perairan Indonesia, ISBN 978-979-3022-19-2 tahun 2012 terdaftar di Ditjen HAKI pada tanggal 25 Juli 2013. • Marine Geological Investigation in The Tomini Basin, Central Sulawesi, ISBN 978-979-3022-20-8 tahun 2012 terdaftar di Ditjen HAKI pada tanggal 25 Juli 2013. • Geomorfologi Dasar Laut Perairan Gugusan Pulau Kotok, Kep. Seribu, Indonesia, ISBN 978-979-3022-22-2 tahun 2012 terdaftar di Ditjen HAKI pada tanggal 25 Juli 2013. 4) Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi, Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan, serta Geologi Kelautan a) Peta yang dihasilkan oleh Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 2013 terdiri dari tiga jenis, yaitu Peta Anomali Magnet Total sebanyak 5 peta, Peta Sebaran Tekstur Sedimen Dasar Laut sebanyak 5 peta, dan Peta Potensi Energi Laut 3 peta (Tabel 33).
102
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Tabel 33.
Daftar Peta Geologi Kelautan
No Judul 1 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut. Perairan Lembar 1311 (Laut Jawa) 2 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar 1609 (Ketapang) 3 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar 1709 (Arjasa) 4 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar 1111-1112 (Menggala-Tg selapan) 5 Peta Sebaran Tekstur Sedimen Permukaan Dasar Laut Lembar 1813-1814 (Sampanahan–Balikpapan) 6 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1316 (Singkawang) 7 Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1711 (Batakan) 8 9 10 11 12 13
Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 2210 (Baubau) Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 2211 (Raha) Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 2212 (Kendari) Peta Potensi Energi Arus Laut Indonesia Peta Potensi Energi Gelombang Laut Indonesia Peta Potensi Energi Panas Laut Indonesia
b) Peta yang dihasilkan oleh Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan pada tahun 2013 adalah peta Energi Baru terbarukan yng terdiri atas 4 jenis, yaitu:
Peta Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia sebanyak 4
(empat) jenis peta, yaitu peta Biomassa, Mikrohidro, Angin, dan Surya. Peta Potensi Biomassa tersebut merupakan peta potensi di dalam Provinsi dengan ruang lingkup Sekam Padi, Singkong, Jagung, Kelapa, Kelapa Sawit, dan Hutan Industri. Peta Potensi PLTMH diambil per Provinsi dan Peta Potensi Angin per Lokasi Ukur (Data Primer). c) Peta/Atlas Potensi Minyak dan Gas Bumi dihasilkan 4 (empat) peta/atlas Wilayah Kerja Migas.
PETA BLOK OFFSHORE SEMAI I yang meliputi peta prospek hidrokarbon SM 1 s.d. 3.
PETA BLOK BUTON II yang meliputi peta time structure dan peta dept structure.
PETA BLOK WEST PAPUA II yang meliputi peta prospek and lead hidrokarbon WP 1 s.d. 3
PETA TIMUR PULAU SERAM yang meliputi Empat (4) kawasan Leads dari tiga (3) Play.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
103
3. Tujuan 3: Terwujudnya peningkatan partisipasi masyarakat/industri Sasaran : terwujudnya peningkatan jasa teknologi dengan indikator: Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk Peningkatan partisipasi masyarakat/industri pada tahun 2013 baru didapatkan melalui Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk.
No
1.
Sasaran
Indikator Kinerja
Terwujudnya Indeks Kepuasan peningkatan jasa Pelanggan atas teknologi Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk
Capaian Satuan
Target
Realisasi
%
%
90%
89%
99,26%
Indeks Kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk Indeks kepuasan Pelanggan atas Layanan Jasa Teknologi di Bidang Penelitian dan Pengembangan ESDM dan Sertifikasi Produk didapatkan melalui kuisioner yang disampaikan kepada pelanggan jasa teknologi. 4. Tujuan 4: Terwujudnya sentra teknologi di Bidang ESDM Sasaran : terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM dengan indikator : Pilot Plant dan Demo Plant atau Rancangan Produk Rancang Bangun Penerapan Teknologi Unggulan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
104
No
Sasaran
1.
Terwujudnya sentra teknologi di bidang ESDM
Indikator Kinerja Jumlah pilot plant/ prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula
Capaian Satuan
Target
Realisasi
%
Pilot plant/ prototype/ demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula
24
26
108,33%
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Pilot Plant/Prototype/Demo Plant atau Rancangan/Rancang Bangun/ Formula 1) Bidang Minyak dan Gas Bumi Pilot Plant/prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula pada bidang Minyak dan Gas Bumi terdiri dari 11 buah, yaitu: a. Pengembangan Atlas Gas Bumi dan CO 2 Indonesia Timur Tujuan penelitian adalah tersedianya Sistem Informasi Geografis tentang karakter dari gas bumi, CO 2 berdasarkan analisis sidikjari dan isotop karbon. Hasilnya berupa GIS dan atlas gas bumi & CO 2 yang dapat digunakan menentukan/membantu mengetahui prospek penemuan gas alam dan sebagai referensi dalam kajian eksplorasi migas. Pengembangan Atlas Gas Bumi dan CO 2 di Indonesia dilakukan dengan cara pembuatan data komposisi gas alam yang hasilnya setelah melewati uji verifikasi, data tersebut didokumentasikan/ dikatalogkan ke dalam software Atlas yang telah terbangun sebelumnya. Atlas yang terbangun menjadi alat (tool) yang diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan utama pemerintah dalam mengambil keputusan strategis yang berhubungan dengan kebijakan eksplorasi energi nasional khususnya gas alam. Lain dari pada itu, Atlas Gas Bumi & CO 2 ini dapat digunakan untuk membantu mengetahui prospek penemuan gas alam lengkap dengan perkiraan karakter dari gas yang akan ditemukannya, sehingga besaran kandungan pengotor khususnya CO 2 dapat diprediksikan. Jadi dengan tersedianya tool ini akan berdampak positif terhadap meningkatnya kinerja pemerintah, khususnya dalam membuat/ menyusun kebijakan teknis dan pengambilan keputusan terhadap pengajuan wilayah kerja migas baru. Sebanyak 132 sampel gas bumi telah disampling dan dikumpulkan pada tahun ini dari beberapa cekungan seperti: Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Sumatera Tengah, Sub Cekungan Jambi, Cekungan Kutei (Kalimantan Timur), Cekungan Banggai (Sulawesi), Cekungan Bula (Ambon) dan Cekungan Salawati (Papua). Sampel tersebut telah dianalisis dengan metoda geokimia dan hasilnya telah diverifikasi sebelum dimasukkan ke dalam database. b. Rancang Bangun dan Pengembangan Prototipe Rig CBM Rancang bangun Rig CBM dilakukan bertujuan untuk : • Membuat rancangan sebuah Rig CBM yang handal, efisien, ekonomis dan tepat guna;
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
105
• Membuat prototype Rig yang dapat dikomersialkan dan dimanfaatkan oleh industri CBM dan industri Migas; • Mengembangkan kemampuan SDM dalam teknologi dan disain pembuatan Rig CBM untuk aplikasi industri bidang Migas khususnya CBM; • Mendorong pembuatan Rig CBM dalam negeri yang memenuhi standar internasional, murah, handal, dan mudah operasionalnya dengan TKDN tinggi yang dapat menunjang industri CBM mandiri, efisien, dan kompetitif. Kegiatan rancang bangun ini dilakukan karena ketersediaan Rig baru sekitar 348 buah dan usianya pun rata-rata sudah di atas 20 tahun (data APMI) sehingga perlu pembaruan. Secara rinci, kegiatan di tahun 2013 akan dibagi menjadi 3 bagian utama, meliputi evaluasi desain rig CBM yang telah dibuat sesuai dengan standar API spec. 4E-F yang mampu beroperasi pada kondisi lapangan CBM di Indonesia; pembuatan prototipe rig CBM termasuk rancang bangun peralatan rig (pekerjaan Engineering, pekerjaan fabrikasi, Pemasangan Under Carrier, pemasangan Handling Tools, Test Fungsi & Test Beban, dan mobilisasi Unit dari Workshop Kontraktor ke kantor Lemigas); serta uji coba rig yang dibuat untuk unjuk kerja beban, semua sistim hydraulic, electric, dan unjuk kerja unit Rig secara keseluruhan pada skala warehouse.
Gambar 34. Proses Fabrikasi Rig CBM
106
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
c. Desain Lumpur untuk Menjaga Well Bore Stability saat Pemboran di Formasi Shale Gas Tujuan penelitian adalah mencari lumpur water base yang compatible di formasi Shale untuk menahan welbore agar tidak runtuh dan tidak mengakibatkan sweling ( pipa terjepit). Hasil penelitian berupa lumpur Brine yang dapat digunakan sampai temperature 350°F dan lumpur KCl Polimer yang hanya mampu sampai suhu 325°F. Namun lumpur KCl Polimer mampu mengurangi pengembangan clay lebih baik dari lumpur brine. Lumpur brine memberikan kandungan solid yang lebih rendah dibanding lumpur KCl polimer karena tidak menggunakan weighting agent. Dari data SEM dan EDAX lumpur brine dapat membuat porositas menjadi lebih besar dibanding lumpur KCl Polimer. Secara keseluruhan, penelitian ini masih harus dioptimalisasi untuk mendapatkan material yang lebih baik untuk diaplikasikan di formasi shale. d. Integrasi Seismik, Petrofisika, dan Teknik Reservoar dalam Karakterisasi Reservoar Tujuan kegiatan adalah membangun model parameter elastik terhadap porositas dan saturasi fluida hidrokarbon pada skala lapangan dengan bantuan atribut seismik dan data sumuran untuk mengurangi resiko ketidakpastian pengembangan tingkat lanjut suatu lapangan hidrokarbon. Hasil penelitian berupa model analitik; Good engineering practices; dan model reservoar terukur. e. Penggunaan Semen Ringan (Light Weight Cement) untuk Mitigasi Kerusakan Formasi akibat Penyemenan pada Sumur CBM Tujuan penelitian adalah tersedianya formula semen yang dapat mengatasi penyemenan yang kurang tepat pada formasi CBM yang mudah runtuh sehingga perforasi dapat dilakukan dengan mudah dan baik. Hasil yang diperoleh dari penelitian laboratorium ini, terdiri dari : • Additive extender merupakan additive yang cocok digunakan dalam mendesain formulasi bubur semen (slurry) pemboran untuk sumur dengan kondisi reservoar CBM yang bertekanan rendah; • Nilai kuat tekan (compressive strength) batuan semen cenderung berkurang apabila prosentase komposisi bahan additive extender bertambah dalam suspensi semen seiring dengan penurunan densitas; • Penggunaan additive Glass Bubbles paling optimum dalam mendesain semen ringan (light weight cement);
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
107
• Kendala dalam mendesain semen ringan (light weight cement) adalah terjadinya pengendapan (settling) bubur semen (slurry), yang berakibat terhadap pengurangan kolom fluida penyemenan; • Penggunaan Glass Bubbles dalam semen ringan (light weight cement) dapat mempercepat waktu tunggu semen kering. f. Perekayasaan Peralatan dan Pemodelan Injection Fall Off Test (IFO Test) untuk Aplikasi Dibidang Industri CBM Tujuan perekayasaan adalah mengembangkan teknologi dan peralatan IFO Test untuk aplikasi industri bidang Migas khususnya CBM, melakukan rancang bangun dan prototype peralatan Injection Falloff Test untuk meningkatkan kompetensi SDM dan produksi nasional, dan pemanfaatan data atas permukaan untuk analisa permeabilitas dan demange pada seam yang diuji. Pada tahun pertama ini kegiatan baru melaksanaan rancang bangun peralatan IFO Test. Namun karena adanya keterlambatan pengadaan peralatan sehingga prototipe IFO test belum dapat dihasilkan. g. Uji Coba Sumuran Surfaktan LEMIGAS Berbasis MES dengan Metode Huff and Puff sebagai Aplikasi EOR Tujuan penelitian adalah uji coba skala sumuran surfaktan MES LEMIGAS. Injeksi surfaktan dilakukan pada tanggal 30 September 2013 selama 3,5 jam. Sementara injeksi postflush air dari stasiun pengumpul selama kurang lebih 4 jam 15 menit. Total volume injeksi sebesar 1,005 bbls yang terdiri dari 447 bbls larutan surfaktan dan 558 bbls air postflush. Setelah injeksi surfaktan, sumur ditutup selama 7 hari (shut in), dan pada tanggal 9 Oktober 2013 sumur dioperasikan kembali. Gambar 35 merupakan hasil pemantauan produksi minyak dan water cut sebelum dan sesudah injeksi surfaktan. PRODUKSI SUMUR LDK-163
108
SETELAH INJEKSI
SEBELUM INJEKSI
8 6 4 2 0
gross (BFPD)
Injeksi dilakukan pada tanggal 30 September 2013 oil (BOPD)
PRODUKSI NETT (BOPD)
600 500 400 300 200 100 0
Tutup Sumur
PRODUKSI GROSS (BLPD)
INJEKSI SURFAKTAN MES LEMIGAS
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
100 95 90 85 80
Tutup Sumur
Water Cut (%)
WATER CUT SUMUR LDK-163 INJEKSI SURFAKTAN MES LEMIGAS
WC
Gambar 35. Hasil pemantauan setelah injeksi surfaktan.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa surfaktan tidak terkandung pada air produksi sampai 60 hari sumur berproduksi. Berdasarkan data pemantauan produksi terlihat bahwa produksi awal sebelum injeksi rata-rata adalah 6 bopd dengan gross sekitar 500 bfpd, sedangkan setelah injeksi surfaktan dilakukan, produksi mengalami penurunan selama hampir dua bulan produksi. Produksi minyak hanya sekitar 4 BOPD. Ada beberapa kemungkinan yang diperkirakan menjadi penyebab surfaktan Lemigas yang diuji tidak menunjukkan kinerja yang diharapkan yaitu integritas sumur yang kurang baik, jumlah surfaktan yang diinjeksikan terlalu sedikit dan faktor heterogenitas batuan di dalam reservoir. h. Formulasi Minyak Lumas Kendaraan Berbahan Bakar Gas Tujuan penelitian adalah tersedianya formula minyak lumas kendaraan berbahan bakar gas. Hasilnya adalah formula dan spesifikasi minyak lumas kendaraan berbahan bakar gas dan data teknis tentang minyak lumas kendaraan berbahan bakar gas. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap minyak lumas kendaraan berbahan bakar gas (formula 5), dapat disimpulkan bahwa: • Terjadi penurunan nilai TBN, penurunan viskositas dan kenaikan nilai TAN pada analisa used oil-nya; • Terjadi kenaikan kandungan logam (Fe, Cu, Cr, Al) sedangkan kandungan logam pada aditifnya (Ca, Mg, Zn) relatif stabil; • Minyak lumas yang digunakan pada kendaraan uji berbahan bakar gas lebih cepat mengalami penurunan kualitas dibandingkan saat digunakan pada kendaraan uji berbahan bakar premium;
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
109
• Kandungan logam keausan yang terkandung pada minyak lumas yang digunakan pada kendaraan uji berbahan bakar gas lebih banyak dibandingkan pada kendaraan uji berbahan bakar premium; • Minyak lumas kendaraan berbahan bakar gas masih menunjukkan kinerja yang baik sampai jarak tempuh 10.000 km; • Hasil rating terhadap komponen mesin menunjukkan bahwa kondisi komponen masih baik dan memenuhi kriteria unjuk kerja API SL. i. Perancangan Formula Minyak Lumas Transformator (Minyak Trafo) Tujuan perancangan adalah tersedianya formula minyak lumas transformator yang memilki kinerja tinggi dan umur yang panjang. Dari hasil yang diperoleh, didapat kesimpulan bahwa penggunaan base oil mineral sebagai bahan dasar untuk pembuatan minyak lumas trafo mampu menghasilkan produk minyak lumas trafo yang sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan IEC 60296/2003. Formula terbaik yang dihasilkan dari formulasi yaitu Formula 2, Formula 6, dan Formula 15, memiliki viskositas kinematik pada 40oC, titik nyala, angka asam total, dielectric breakdown voltage (DBV) dan interfacial tension (IFT) yang setara dengan beberapa produk yang sama di pasaran. j. Rancang Bangun Tabung ANG untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua Tujuan rancang bangun adalah membuat rancang bangun tabung ANG khusus untuk kendaraan sepeda motor yang mencakup tentang pembuatan adsorben gas, desain dan pembuatan tabung ANG untuk sepeda motor; memanfaatkan bahan bakar gas sebagai pengganti bahan bakar premium untuk kendaraan sepeda motor; dan mendukung program pemerintah melakukan diversifikasi energi untuk kendaraan sepeda bermotor. Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan sebagai berikut: • Aktivasi karbon aktif dilakukan secara kimia dan fisika dengan surface area sekitar 1200 m2/g. • Kualitas karbon aktif belum bisa seragam dalam setiap proses aktivasinya. • Pembuatan peralatan briketing dengan tekanan 10 ton dan ukuran molding 5- 12 cm. • Prototipe tabung ANG untuk sepeda motor dengan ukuran 1,5 dan 2 liter wc yang setara dengan 1/5 lt bensin.
110
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
k. Pembuatan Membran Serat Berongga dan Uji Aplikasi Pemisahan CO2 pada Gas Alam Lapangan Tekanan Rendah Tujuan penelitian adalah tersedianya elemen/modul membran serat berongga yang selektif untuk pemisahan CO 2 dari gas alam tekanan rendah. Hasilnya adalah unit sistem penggerak fluida secara pneumatic, membran serat berongga beberapa komposisi; data uji permeabilitas dan ketahanan tekan membran serat berongga yang dibuat; elemen membran dan data uji selektivitas aktual terhadap elemen membran; dan data uji pemisahan gas alam bertekanan rendah menggunakan elemen/modul membran yang dibuat. 2) Bidang Mineral dan Batubara Pilot Plant/prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula pada bidang Mineral dan Batubara terdiri dari 6 buah, yaitu: a. Peningkatan Kadar dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Kalimantan Barat serta Pemanfaatan Tailingnya Tujuan penelitian adalah merancang rangkaian sistem proses upgrading bauksit menuju provent teknologi; Uji validasi sistem, optimasi ekstraksi Al 2 O 3 dari washed bauksit, serta pembuatan PAC dan Tawas. Hasil validasi: RDS dapat menaikkan kadar Al 2 O 3 bauksit ˃50% , hasil Ekstraksi : Al 2 O 3 ˃86% dengan ekses NaOH 16-22%, sedangkan PAC & Tawas belum memenuhi spesifikasi. b. Optimasi Reduksi Bijih Besi, Nikel dengan Rotary Kiln Skala Semi Pilot Tujuan penelitian adalah untuk merancang rangkaian sistem proses Reduksi Bijih Besi, Nikel dengan Rotary Kiln Skala Semi Pilot menuju provent teknologi. Hasil yang didapatkan telah dilakukan modifikasi peralatan rotary dengan menambahkan screw feeder, intermittent feeder, penangkap debu; optimasi reduksi bijih nikel dan bijih besi serta peleburan sponge ferronikel belum selesai karena daya sedot exhauster yang terpasang rendah sehingga debu dan asap masih dalam kiln dan sistem penangkap debu. c. Pengembangan Upgrading Batubara Dengan Teknologi Coal Drying and Briquetting Tujuan pengembangan adalah menghasilkan teknologi pengering batubara yang efisien, murah dan ramah lingkungan. Hasil yang diperoleh yaitu berupa modifikasi peralatan rotary valve, penangkap debu (siklon dust separator, wet scruber, de-fog dan kolam water treatment) kemudian diuji cobakan. Sementara hasil percobaan
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
111
kapasitas rotary dryer mencapai 350 kg/jam – 700 kg/jam dan kadar air batubara mencapai 10 % - 25%. Masih diperlukan penelitian lanjutan berupa modifikasi lanjutan dalam rangka peningkatan kinerja alat. d. Pembuatan dan Uji Pembakar Siklon Rendah Emisi Partikulat Tujuan rancang bangun adalah menghasilkan rancang bangun pembakar siklon rendah emisi partikulat untuk PLTU 10 MW. Telah dihasilkan rancang bangun penampung debu sentrifugal dan gravitasi serta dilakukan instalasi Siklon burner di PT Leces kapasitas 6 ton/jam (diameter = 300 cm, L = 580 cm) dan hasil uji pembakaran menghasilkan kadar abu 8,25 - 2,49% , abu yang diemisikan 3%, pembakaran = 4,5 ton/jam; Puap = 14 bar , T= 140oC. Hasil ini belum optimal karena penangkap debu sentrifugal dan head ducting terlalu besar sehingga diperlukan penangkap debu sentrifugal OFF, mengurangi head, dan pemasangan castable. e. Pengembangan Process Demonstration Unit Gas Sintesis dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Ganda Tujuan pengembangan untuk memperoleh data kinerja alat hot model fluidized bed/PDU dan memperoleh data percobaan gasifikasi. Hasil yang diperoleh adalah modifikasi alat hot model fluidized bed dan instalasi hasil modifikasi masih berlangsung namun belum dilakukan uji coba alat tersebut karena waktu tidak mencukupi. f.
Ujicoba Produk Rancang Bangun Peralatan Sistem Pengambilan Data Pumping Test dengan Telemetri dan Kontrol Kecepatan Pompa Tujuan penelitian adalah merancang sistem uji pemompaan otomatis dan sebagai pelopor uji pemompaan otomatis untuk berbagai kondisi lapangan. Hasil uji coba rancang bangun, yaitu sistem bekerja baik meliputi: telemetri data, pengaturan kecepatan pompa, dan probe elektroda. Hasil rancang bangun diupayakan akan dipatenkan.
3) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Pilot Plant/prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula pada bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan terdiri dari 6 buah, yaitu: a. Pilot Plant
PLTP Binary Cycle 25 Kw dengan tujuan memanfaatkan waste
energy (brine) PLTP Dieng untuk menghasilkan listrik dengan teknologi Siklus Binari. Saat ini siklus biner sudah terpasang di Pad-29 PLTP Dieng, pipa-pipa sudah dilapisi rock wool dan aluminium, Sistem Kontrol Proteksi sudah terpasang dilokasi
112
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
namun siklus biner belum diuji dilokasi menunggu PLTP beroperasi dan mendpatkan kendala karena ingkungan asam sehingga logam cepat berkarat dan berpotensi endapan. b. Rancangan
Desain sistem pemanfaatan fuel cell untuk mobil listrik yang aman
pada kegiatan pengembangan fuel cell untuk mobil listrik. Hasil kegiatan: Penyusunan analisa skenario kegagalan tiap komponen telah terlaksana, kode dan standar keamanan keselamatan telah teridentifikasi, perancangan mobil listrik telah selesai, dan perancangan sistem fuel cell masih terus disempurnakan.
Desain struktur sel surya thin film pada kegiatan penelitian dan
pengembangan teknologi PV thin film. Desain/model sel surya dan analisa hasil rancangan telah selesai dilakukan.
Desain power inverter pada kegiatan perancangan bi-directional power inverter untuk aplikasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hasil: Layout wiring elektronik DC-Dc converter sudah jadi, susunan tata letak interface module dan driver inverter sudah jadi. Tercapainya efisiensi daya 99,6% dengan error kendali 0,1%
c. Prototipe
Subsistem human machine interface (HMI) pada kegiatan litbang energi angin untuk pembangkit listrik tenaga angin kapasitas menengah. Hasil: Modifikasi Human Machine Interface programming dan Modifikasi setting inverter Altivar telah dilaksanakan serta telah dilakukan Pengujian Human Machine Interface.
Alat pengatur kualitas daya untuk mengatasi distorsi harmonisa
pada sistem energi terbarukan. Hasil pengujian menunjukkan terjadi penurunan THD Arus dari 15.7 % saat tanpa filter menjadi 10.1 %. Hasil yang didapatkan dari filter belum maksimal karena masih terdapat cacat gelombang tegangan akibat proses switching pada ballast. Pengujian hanya dilakukan di PLTMH Kombongan, dikarenakan PLTMH Melong masih dalam perbaikan.
4) Bidang Geologi Kelautan Pilot Plant/prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula pada bidang Geologi Kelautan terdiri dari 3 buah, yaitu: a. Wire-ropemeter Tujuan rancang bangun untuk mendukung pekerjaan sampling sedimen dasar laut, yang menggunakan metode pemercontoh gravity core di KR.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
113
Geomarin I dan Geomarin III dengan hasil Peralatan display wireropemeter dan depth echosounder.
Gambar 36. Wire-ropemeter.
b. Sparkarray Multielektroda Tujuan rancang bangun adalah meningkatkan standar operasional penelitian yang menggunakan metode geofisika dengan hasil multi elektroda sparker berupa pembuatan catamaran sparker, perancangan kawat email menjadi multi elektroda, dan perakitan multi elektroda ke katamaran sparker.
Gambar 37. Sparkarray Multielektroda.
c. Airgun Controller untuk 12 Airgun Tujuan rancang bangun adalah menambah jumlah peralatan pendukung seismik sebagai alat pengontrol ledakan airgun dan waktu ledakan airgun array sebanyak 12 Airgun dengan hasil peralatan survei seismic Pengontrol 12 Airgun Array dan pendalaman dan pengalaman pembuatan pengontrol airgun.
Gambar 38. Airgun Controller
114
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
5. Tujuan 5: Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan Sasaran: terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan dengan indikator: terlaksananya program/kegiatan penguatan kelembagaan yang selaras dengan kegiatan litbang Badan Litbang ESDM terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui beberapa kegiatan, antara lain sebagai berikut: 1) Penilaian Litbang Inovatif Pada tahun 2013 dilakukan penilaian Litbang Inovatif terhadap 21 (dua puluh satu) usulan yang diajukan oleh Puslitbang di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Dari hasil seleksi tersebut ada 5 (lima) hasil litbang yang diikutsertakan dalam 105 Inovasi Indonesia yang dilaksanakan oleh Kementerian Riset dan teknologi yang bekerjasama dengan Business Innovation Center (BIC). 4 (empat) Karya Ilmiah terpilih dan masuk dalam 105 Inovasi Indonesia yang paling prospektif Tahun 2013, yaitu: a) Rekayasa Instrumentasi Geofisika High Resolution Mini Seismic Data Acquisition System (HR MS-DAS) oleh Prof. Dr. Suprajitno Munadi (alm), Humbang Purba, dkk dari Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”. b) Formulasi Gemuk Lumas Peralatan dan Mesin Pertanian (ALSINTAN) oleh Dra. Ratu Ulfiati, M.Eng, Ir. Subiyanto, Prof. Dr. E. Suhardono, dkk Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”. c) Gasifier Batubara dan Biomas untuk Industri Kecil Menengah oleh Dra. Yenny Sofaeti, M.Si, Nurhadi, ST, MT, Yusnanto, Rudi Saputra, Ropik dari Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara; d) Co-Firing Batubara-Biomassa menggunakan Pembakar Siklon Sederhana untuk Industri Kecil Menengah oleh Ikin Sodikin, ST, Drs. Soemaryono, M.Sc, Tatang Koswara, Engkos Kosasih dari Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
115
Gambar 39. Para Pemenang litbang inovatif Badan Litbang ESDM.
2) Forum Litbang ESDM 2013 Forum Litbang ESDM Tahun 2013 bertema “Menjembatani Para Teladan di Bidang Energi dengan Pelaku Usaha Nasional dalam rangka Peningkatan Efisiensi dan Performance dari Produk-produk Para Inovator”. Penyelenggaraan Forum Litbang ESDM diharapkan menyebarluaskan inovasi, sharing pengalaman dan pengetahuan, mengembangkan kapasitas produk, dukungan pendanaan dari perusahaan atau lembaga donor lain, sarana komunikasi para teladan di bidang energi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Forum Badan Litbang ESDM menghadirkan Narasumber para Teladan di Bidang Energi dan perusahaan/lembaga donor (Gambar 40). Forum ini dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta meliputi Undangan Unit-unit di lingkungan Kementerian ESDM, Dewan Juri Penghargaan Energi 2013, Bupati/Dinas ESDM/Instansi terkait di wilayah Penerima Penghargaan Energi, BUMN/Perusahaan sektor ESDM, Asosiasi sektor ESDM, Perguruan Tinggi, Kementerian KUKM, Kementerian Perindustrian, dan BNI.
116
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Gambar 40. Forum Badan Litbang ESDM menghadirkan para Teladan Energi dan Perusahaan/lembaga donor
3) Knowledge Management (KM) Berdasarkan skala prioritas dan untuk memenuhi kebutuhan suatu lembaga litbang dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan, pada tahun 2010 Badan Litbang ESDM mulai mengembangkan kegiatan Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) berupa sosialisasi KM dan forum Knowledge Sharing yang diselenggarakan di lingkungan Badan Litbang ESDM. Pada Tahun 2013, kegiatan Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) adalah menyelenggarakan beberapa Forum Knowledge Sharing, yaitu: a. Forum Knowledge Sharing “The Science Behind Seismic Data Acquisition”. Forum ini dilaksanakan pada tanggal 14-16 April 2013 dengan narasumber Prof. Dr. Suprajitno Munadi bertujuan meningkatkan kualitas data seismik dalam mendukung kegiatan eksplorasi migas nasional. b. Forum Knowledge Sharing “Pengetahuan dasar Pendokumentasian Kegiatan Litbang”. Forum ini dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 24 Mei 2013 dan mendatangkan narasumber Okke Gania bertujuan untuk meningkatkan kualitas cara pendokumentasian momen-momen penting yang terjadi di lingkungan Badan Litbang ESDM. Selain forum Knowledge Sharing, kegiatan KM juga mencoba menangkap pengetahuan yang ada dari para ahlinya melalui wawancara kemudian dibukukan dalam Buku Seri Knowledge Management. Pada tahun 2013, telah dilakukan wawancara terhadap 5 (lima) peneliti senior di lingkungan Badan Litbang ESDM, yaitu Prof. Dr. Maizar Rahman, Evita Legowo, Subaktian Lubis, Slamet Suprapto, dan Sumarjono.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
117
4) Pembinaan, Pengawasan dan Diseminasi Kelitbangan Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Tahun 2013, Badan Litbang ESDM menyelenggarakan Forum Diskusi Konservasi Energi Nasional pada Demand Side Management yang diselenggarakan pada hari Rabu – Jumat, tanggal 24 – 26 Juli 2013 (Gambar 41).
Gambar 41. Pelaksanaan Forum Diskusi dengan tema Konservasi Energi Nasional pada Demand Side Management.
Adapun peserta dalam forum ini adalah dari Pemerintah Daerah, Dinas ESDM, Dina Pertamanan dan Tata Kota, BUMN/BUMD, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Unit Kerja di Lingkungan Badan Litbang ESDM, dan Unit Kerja di lingkungan Kementerian ESDM 5) Penghargaan Energi Penghargaan Energi pada tahun 2013 merupakan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk ketiga kalinya. Tim Pelaksana Penghargaan Energi berupaya untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di tahun 2011 dan 2012 sehingga untuk keefektifan pelaksanaan Penghargaan Energi selanjutnya diperlukan adanya perubahan pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 04 Tahun 2011 tentang Penghargaan Energi. Pertimbangan utama perubahan Peraturan Menteri dimaksud adalah adanya penambahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM, penajaman Kriteria Penerima Penghargaan Energi mengingat terdapat Pemangku Kepentingan (Perorangan maupun Kelompok Masyarakat) yang bersumber dari Akademisi yang perlu mendapat perhatian serta perlunya penyederhanaan mekanisme penjaringan Calon Penerima Penghargaan Energi. Pertimbangan tersebut kemudian dituangkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 16 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 4 Tahun 2011 tentang Penghargaan Energi.
118
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Proses perubahan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 16 Tahun 2013 membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga Pelaksanaan Kegiatan Penghargaan Energi baru efektif dimulai pada bulan Mei 2013. Secara umum, jumlah Calon Penerima “Penghargaan Energi 2013” ini sebanyak 82 (delapan puluh tiga) calon (Gambar 11). Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan Calon pada tahun 2012 sebanyak 83 Calon, atau dengan perkataan lain turun sebesar 1%. Berikut rincian Calon Penerima Penghargaan Energi tahun 2013: a. Penghargaan Energi Prakarsa, sebanyak 42 (empat puluh dua) Calon (Unsur Perseorangan sebanyak 26 (dua puluh enam) Orang dan Kelompok Masyarakat sebanyak 16 (enam belas) Kelompok. b. Penghargaan Energi Pratama, sebanyak 24 (dua puluh empat) Perusahaan Nasional, Daerah/Asing. c. Penghargaan Energi Prabawa, sebanyak 16 (enam belas) Provinsi/Kabupaten Para Penerima Penghargaan Energi tahun 2013 mendapat kesempatan istimewa untuk bertemu dengan teladan nasional di Istana Negara sekaligus bersilaturahmi dengan Presiden RI beserta jajaran Menteri Kabinet Bersatu Jilid II pada tanggal 18 Agustus 2013 (Gambar 42).
Gambar 42. Malam Silaturahmi para Teladan Nasional dengan Presiden RI pada tanggal 18 Agustus 2013.
Menteri ESDM juga menyambut para Penerima Penghargaan Energi di Kementerian ESDM pada tanggal 19 Agustus 2013 sekaligus meluncurkan buku “Bergerak dengan Energi Terbarukan” (Gambar 43).
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
119
Gambar 43. Pertemuan Menteri ESDM dengan para Penerima Penghargaan Energi 2013.
Penganugerahan Penghargaan Energi ke-3 tahun 2013 dilaksanakan dalam rangkaian Hari Jadi Pertambangan ke-68 dan Hari Energi Dunia. Pelaksanaan Penganugerahan ini bertempat di Grand Ballroom The Dharmawangsa Jl. Brawijaya Raya No. 26 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada tanggal 22 Oktober 2013. Para Penerima Penghargaan Energi tahun 2013 menerima langsung Piala (Gambar 44, Gambar 45, Gambar 46 ), Piagam, Keputusan Menteri ESDM tentang Penerima Penghargaan yang diserahkan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik.
Gambar 44. Penerima Penghargaan Energi 2013 Jenis Prakarsa bersama Menteri ESDM, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Badan Litbang ESDM.
120
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Gambar 45. Penerima Penghargaan Energi 2013 Jenis Pratama bersama Menteri ESDM, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Badan Litbang ESDM.
Gambar 46. Penerima Penghargaan Energi 2013 Jenis Prabawa bersama Menteri ESDM, Wakil Menteri ESDM, dan Kepala Badan Litbang ESDM.
Selanjutnya, 15 Penerima Penghargaan Energi Tahun 2013 sesuai Keputusan Menteri ESDM adalah sebagai berikut: 1. Keputusan Menteri ESDM Nomor 2841 K/74/MEM/2012 tanggal 27 September 2012 tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun 20123027 K/74/MEM/2013 tanggal 16 Agustus 2013 Tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun 2013. Tabel 34. No A B
Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan Nama Agus Sebayang Ferdinandus B. Tandyoga
C
I Wayan Nyarka
D
Sudirman
E
Supar
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lokasi Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Kabupaten Tengah Kabupaten Lampung
Sigi,
Provinsi
Pesawaran,
Sulawesi Provinsi
121
Tabel 35.
Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat
No
Nama
Lokasi
A.
Koperasi Agro Niaga Jabung
B.
Koperasi Sejahtera
Tuah
Sabeena
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh
2. Keputusan Menteri ESDM Nomor: 3028 K/74/MEM/2013 tanggal 16 Agustus 2013 Tentang Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2013. Tabel 36.
Penerima Penghargaan Energi Pratama
No
Nama
Lokasi
A
Chevron Geothermal Salak, Ltd (CGS) PT Metropolitan Bayu Industri PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Gresik
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
B C
Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur
3. Keputusan Menteri ESDM Nomor: 3029 K/74/MEM/2013 tanggal 16 Agustus 2013 Tentang Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2013. Tabel 37.
Penerima Penghargaan Energi Prabawa
No
Instansi Pemerintah
Lokasi
A B C D
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Pemerintah Kabupaten Malang
Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Malang, Jawa Timur
E
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Barat, Jambi
6) Energy Globe National Award Hananto Kurnio, Peneliti Madya Badan Litbang ESDM menerima Energy Globe National Award 2013 melalui kegiatan/project Utilization of Biogenic Gas For Rural Communities yang dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL), Badan Litbang ESDM yang penganugerahannya dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 4 April 2013, di kediaman Konselor Perdagangan Kedutaan Besar Austria di Jakarta.
122
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Didi Sukaryadi, Peneliti Muda Badan Litbang ESDM mendapatkan nominasi Energy Globe National Award 2013 berjudul "Utilization Heat Energy From Geothermal Hotspring for Drying Process” dan diundang untuk dapat hadir pada Penganugerahan Energy Globe National Award 2013 pada tanggal 4 Februari 2014, di Austria.
Gambar 47. Hananto Kurnio, Peneliti Madya Badan Litbang ESDM menerima Energy Globe National Award 2013.
7) Sertifikat Paten Pada tahun anggaran 2013 terdapat 4 (empat) buah sertifikat paten yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jenderal HaKI sebagai berikut: a. Metode Pembuatan Elektroda Difusi Gas dengan Sputtering dan Produknya, No. Paten: P00201000812, Granted sejak 20 September 2013 (Puslitbangtek KEBTKE). b. Kokas Pengecoran dari Batubara Non Coking dan Proses Pembuatannya, No. Paten ID P0033336, Tanggal Pemberian 26 Maret 2013, Puslitbangtek Mineral dan Batubara (Lampiran 3). c. Proses dan Peralatan Pembakaran Siklon untuk Tepung Batubara, No. Paten ID P0033147, Tanggal Pemberian 01 Maret 2013, Puslitbangtek Mineral dan Batubara (Lampiran 3). d. Metoda Pengukuran Resistivitas Pada Batuan Sedimen Untuk Mengurangi Pengaruh Mineral Berat Konduktif Pada Analisis Log Sumur, Nomor Paten P0034113, tanggal 12 Juli 2013 (Puslitbangtek Migas “LEMIGAS”). 8) Kerja Sama Pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan kerja sama dalam negeri dengan Instansi Pemerintah, BUMN, dan Perguruan Tinggi dengan rincian sebagai berikut: a. 6 (enam) MoU telah ditandatangani, yaitu: 1) PT. Geo Dipa Energi(Persero)
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
123
2) Pemkab-Natuna 3) Pemkab Rote Ndao 4) PT. BA 5) PT. Pertamina 6) Badan Litbang Pertanian b. 6 (enam) MoU sedang dalam proses (menunggu tanggapan Biro Hukum KESDM), yaitu: 1) UI 2) UGM 3) Universitas Islam Riau 4) Institut Adhi Tama Surabaya (ITATS) 5) PT. Kertas Leces (Persero) 6) Pemkab. Bangka Belitung, c. 7 (tujuh) MoU belum mendapatkan respon kembali dari unit satuan kerja di lingkungan Badan Litbang ESDM dan Biro Hukum KESDM , yaitu: 1) LAPAN 2) BATAN 3) PT. Medco Energy Mining Indonesia 4) Perwaku 5) PT. Odira 6) Incore Group 7) Pemkab. Serdang Bedagai Selain kerja sama dalam negeri, terdapat juga rencana kerja sama luar negeri, khususnya dengan Universitas Chiang Mai, Thailand sebagai tindak lanjut ITEF 4 di Bali dengan peluang kerjasama riset khususnya bidang bioenergi. Selanjutnya telah disusun draft MoA sebagai rencana tindak lanjut yang rencananya akan di tanda tangani pada ITEF 5 di Thailand 2014. 9) Proyek Perubahan Badan Litbang ESDM Dalam rangka upaya meningkatkan peran Badan Litbang ESDM di sektor ESDM, pada tahun 2013 dilaksanakan FGD untuk memetakan kegiatan prioritas Badan Litbang ESDM untuk penyusunan/rancangan Renstra Badan Litbang 2015-2019, antara lain sebagai berikut: 1) 10 September 2013, FGD Peningkatan Pemanfaatan Produk Dalam Negeri (Gambar 48) 2) 17 September 2013, Tindak lanjut diskusi Strategi Energi Sebagai Konsep RUEN 3) 18 September 2013, Kajian Strategi Energi Nasional 4) 19 September 2013, Pembahasan lanjutan Kajian Strategi Energi Nasional 5) 24 September 2013, Kick Off Tim Kajian Strategi Energi Nasional Badan Litbang ESDM
124
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
6) 26 September 2013, Seminar Pemetaan Kebutuhan dan Peluang Riset Pada Industri Migas Indonesia 7) 26 September 2013, Pembahasan Blue Print Litbang ESDM Tahun 2015 - 2019 8) 27 September 2013, Pembahasan lanjutan Blue Print dan Road Map Litbang ESDM Tahun 2015 - 2019 9) 27 September 2013, FGD Roadmap Pengembangan Energi Laut Indonesia 10) 11 Oktober 2013, Pembahasan lanjutan Blue Print dan Road Map Litbang ESDM Tahun 2015 - 2019 11) 16-17 Oktober 2013, FGD Clean Coal Technology 12) 22-24 Oktober 2013, Forum Litbang ESDM (Workshop Pemberdayaan Penerima Penghargaan Energi) 13) 25 Oktober 2013, FGD Arus Laut 14) 25-27 Oktober 2013, Refocusing dan formulasi Road Map kegiatan Litbang ESDM 15) 29 Oktober 2013, Konsep sistem pendukung kegiatan litbang 16) 31 Oktober 2013, FGD Peta Arus Laut 17) 1 Nopember 2013, Pra-Raker Blue Print 2015-2019 18) 6 Nopember 2013, Kemitraan Strategis untuk Eksplorasi Migas KTI 19) 6 Nopember 2013, FGD Binary (Panas Bumi) 20) 7 Nopember 2013, Raker Blue Print 2015-2019 21) 11 Nopember 2013, Persetujuan Blue Print Badan Litbang ESDM 22) 12 Nopember 2013, FGD Nikel 23) 13 Nopember 2013, FGD BBN dan Kemiri Sunan
Gambar 48. FGD Peningkatan Pemanfaatan Produk Dalam Negeri.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
125
C. Akuntabilitas Keuangan 1. Realisasi Anggaran/DIPA Tahun 2013 Pagu anggaran/DIPA tahun 2013 (pagu awal) sebesar Rp. 761.350.438.000,-. dengan anggaran blokir/dibintang (*) sebesar Rp. 240.302.832.000 (31,56%) dan Output Cadangan sebesar Rp. 42.071815.000 (5,53%). Adanya anggaran diblokir/dibintang (*) disebabkan : (a) Peralatan yang tidak dilengkapi dalam TOR maupun RAB, dan Referensi Harga (Price List), (b) Tidak ada risalah lelang (kendaraan), dan (c) Tidak ada analisis biaya dari Kementerian PU (Tanah dan Bangunan). Sedangkan untuk Output Cadangan dikarenakan Efisiensi dari Perjalanan Dinas, Belanja Bahan, Belanja Honor, Belanja Jasa Konsultan, Konsinyering /Rapat Luar Kota). Pagu anggaran/DIPA tahun 2013 selanjutnya mengalami penurunan dengan pagu awal Rp. 761.350.438.000,-. menjadi Rp. 741.688.660.000,- dengan rincian per kegiatan pada Tabel 38. Penurunan ini dikarenakan adanya kebijakan penghematan anggaran berdasarkan berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 2013 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pengendalian Belanja Kementerian Negara/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 dan Surat Menteri Keuangan Nomor S407/MK.02/2013 tanggal 18 Juni 2013 tentang Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2013. Pengesahan anggaran untuk penghematan/pemotongan anggaran sebesar Rp. 19.661.778.000 berdasarkan surat Direktur Anggaran I (u.b. Direktur Jenderal Anggaran) Nomor S-2004/AG/2013 tanggal 27 Agustus 2013. Anggaran penghematan tersebut berasal dari Output Cadangan. Tabel 38.
1910
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
114.463.298.000
SETELAH PENGHEMATAN (Rupiah) 114.463.298.000
1911
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
110.760.339.000
92.974.665.000
1912
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
132.242.517.000
130.366.413.000
1913
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
352.925.617.000
352.925.617.000
KODE KEGIATAN
126
Alokasi Anggaran Pada Badan Litbang ESDM Awal dan Setelah Penghematan AWAL (Rupiah)
NAMA KEGIATAN
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
KODE KEGIATAN 1914
50.958.667.000
SETELAH PENGHEMATAN (Rupiah) 50.958.667.000
761.350.438.000
741.688.660.000
AWAL (Rupiah)
NAMA KEGIATAN Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral TOTAL
Miliar Rupiah
Alokasi Anggaran
Alokasi anggaran mengalami penghematan paling besar pada kegiatan dengan kode 1911 sebesar 16,05% dari anggaran sebesar Rp. 110.760.339.000,menjadi Rp. 92.974.665.000,- dan penghematan seluruh kegiatan adalah sebesar 2,58% dari Rp. 761.350.438.000,-. menjadi Rp. 741.688.660.000,(Gambar 49). 400
Awal (Rupiah)
350 Setelah Penghematan (Rupiah)
300 250 200 150 100 50 0
1910
1911
1912
1913
1914
Kode Kegiatan
Gambar 49. Alokasi Penghematan berdasarkan jenis Kegiatan.
Dari 5 (lima) kegiatan yang ada di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun anggaran 2013, realisasi penyerapan anggaran sampai akhir Triwulan IV sebesar 83,56% dari total pagu anggaran/DIPA sebesar Rp. 741.688.660.000,-. Realisasi dan sisa anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada Tabel 39.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
127
Tabel 39.
Realisasi dan Sisa Anggaran Setelah Penghematan
Jenis Belanja
Pagu Anggaran (Rp.)
•Belanja Pegawai •Belanja Barang •Belanja Modal Jumlah
77.410.470.000 431.469.003.000 232.809.187.000 741.688.660.000
Realisasi ( Rp.) 71.199.049.021 350.941.930.946 197.768.691.176 619.909.671.143
% 91,98 81,33 84,95 83,58
Sisa Anggaran (Rp.) % 6.211.420.979 8,02% 80.527.072.054 18,67% 35.040.495.824 15,05% 121.778.988.857 16,42%
Pagu anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada Gambar 50, terbesar pada belanja barang, yaitu sebesar 58,17% (Rp. 431.469.003.000,-), kemudian pada belanja modal sebesar 31,39% (Rp. 232.809.187.000,-), dan belanja pegawai sebesar 10,44% (Rp. 77.410.470.000,-).
Pagu Anggaran •BELANJA PEGAWAI
•BELANJA BARANG
•BELANJA MODAL
Rp. 232,809.187.000,- ; 29%
Rp. 77,410,470,000 ; 10%
Rp. 431,469,003,000,- ; 58%
Gambar 50. Pagu anggaran berdasarkan jenis belanja.
Realisasi Anggaran berdasarkan jenis belanja (Gambar 51) paling besar dicapai pada belanja pegawai sebesar 91,98% (Rp. 71.199.049.021,-), kemudian belanja modal 84,95% (Rp. 232.809.187.000,-), dan belanja barang sebesar 81,33% (Rp. 350.941.930.946,-).
128
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Realisasi •BELANJA PEGAWAI
•BELANJA BARANG
•BELANJA MODAL 91,98%; Rp. 71.199.049.021,-
84,95%; Rp. 197.768.691.176, 81,33%; Rp. 350.941.930.946, -
Gambar 51. Realisasi Anggaran berdasarkan jenis Belanja.
Sisa anggaran berdasarkan jenis belanja (Gambar 52) paling besar pada belanja barang sebesar 18,67% (Rp. 80.527.072.054,-), kemudian belanja modal sebesar 15,05% (Rp. 35.040.495.824,-), dan belanja pegawai sebesar 8,02% (Rp. 6.211.420.979,-).
Sisa Anggaran •BELANJA PEGAWAI
•BELANJA BARANG
•BELANJA MODAL 8,02%; Rp.6.211.420.9 79,-
15,05%; Rp. 35.040.495.82 4,18,67%; Rp. 80.527.072.05 4,-
Gambar 52. Sisa Anggaran berdasarkan jenis belanja.
Total anggaran yang diblokir awal adalah sebesar Rp. 240,30 miliar (31,56% dari pagu awal) dan Output Cadangan sebesar 422,07 miliar (5,53% dari pagu awal) dan telah dilakukan usulan buka blokir/revisi. Sampai dengan bulan April 2013 usulan buka blokir/revisi (revisi 2) telah mendapat persetujuan secara keseluruhan sehingga status anggaran yang diblokir menjadi Rp. 0,-.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
129
Ketentuan buka blokir dan revisi anggaran ini diatur sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 32/PMK.02/2013 tanggal 6 Februari 2013 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2013 dengan batas waktu pengusulan adalah sebagai berikut : • Paling lambat sampai akhir bulan Maret 2013 untuk paket pekerjaan yang alokasi anggarannya diblokir/dibintang (*)sebagai akibat belum dilengkapinya TOR/RAB, (Pasal 55) • Tanggal 11 Oktober 2013, untuk penerimaan usulan revisi anggaran (Pasal 52). • Pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang dibiayai dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) melalui Rupiah Murni dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2013 dijabarkan dalam Tabel 40 berikut ini. • Total anggaran Output Cadangan semula sebesar Rp. 42.071.815.000 setelah dikurangi penghematan dan revisi pada akhir tahun masih ada sisa sebesar Rp. 3.520.602.000. Dengan demikian alokasi anggaran yang masih diblokir tersebut tidak dapat dipergunakan sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2013 sehingga mempengaruhi total penyerapan anggaran pada akhir tahun. Tabel 40. KODE
Realisasi anggaran belanja per program tahun 2013
KEGIATAN APBN
PAGU (Rupiah)
REALISASI (Rupiah)
%
1910
Penelitian dan Geologi Kelautan
Pengembangan
114.463.298.000
99.363.332.014
86,81
1911
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
92.974.665.000
70.665.568.654
76,01
1912
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
130.366.413.000
114.686.390.295
87,97
1913
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
352.925.617.000
298.801.419.300
84,66
1914
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
50.958.667.000
36.392.960.880
71,42
TOTAL
741.688.660.000
619.909.671.143
83,58
Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2013 telah menyerap anggaran yang tersedia untuk menghasilkan output berdasarkan target kegiatan.
130
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Namun demikian terdapat beberapa kegiatan tahun 2013 yang tidak terlaksana atau realisasi rendah sehingga mempengaruhi jumlah realisasi anggaran. Hal ini disebabkan antara lain : a. Total anggaran yang diblokir awal (termasuk Output Cadangan) adalah sebesar 282,37 miliar (37,09%) dan telah dilakukan usulan buka blokir/revisi. Sampai dengan bulan April 2013 telah dilakukan buka blokir sebesar Rp. 240,3 miliar. b. Besar pemotongan/penghematan anggaran sebesar 19,66 miliar atau 2,58% dari total anggaran. Anggaran tersebut berasal dari output cadangan yang pada awal tahun semula sebesar Rp. 42,07 miliar. Terhadap output cadangan telah diusulkan revisi/buka blokir sampai dengan akhir tahun sebesar Rp. 38,55 miliar. Dengan demikian sampai akhir tahun 2013, anggaran output cadangan sebesar Rp. 3,5 miliar yang tidak digunakan. c. Pada pengadaan Barang/Jasa terdapat gagal dalam pelaksanaan lelang. d. Belanja modal pelaksanaan pemagaran dan pematangan lahan pada Puslitbangtek KEBTKE tidak terlaksana/tertunda karena IMB belum keluar sebesar Rp 15,5 miliar. e. Adanya sisa Gaji danTunjangan suami/istri (PNS pensiun), Tunjangan fungsional (diberhentikan sementara/permanen), dan Efisiensi Belanja uang makan PNS. f. Pada output Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi, untuk P3TMB realisasi penerimaan di bawah target yang ditetapkan. Sedangkan P3TMGB “LEMIGAS” terdapat tagihan outstanding masih dalam proses pembayaran, sehingga realisasi di bawah target. Sisa anggaran BLU tidak dibelanjakan sebesar Rp. 16,3 miliar. g. Efisiensi Belanja (belanja di bawah pagu) 2. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan anggaran dan kegiatan telah dilakukan pengendalian internal melalui penerbitan Instruksi Kepala Badan Litbang tentang monitoring dan evaluasi sebagai berikut : • Instruksi Kepala Badan Nomor 186.K/82/BLB/2012 tanggal 27 Januari 2012 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja di Lingkungan Badan Litbang ESDM; • Instruksi Kepala Badan Nomor 211.K/82/BLB/2012 tanggal 16 Maret 2012 tentang Monitoring Pelaksanaan Kegiatan di Lingkungan Badan Litbang ESDM Monitoring pelaksanaan anggaran pada periode 2013 selanjutnya mengalami perubahan dengan dibentuknya Tim Evaluasi Pengawasan dan Penyerapan Anggaran (TEPPA) oleh Presiden RI tahun 2012. Pelaksanaan kegiatan ini
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
131
melalui Sistem Monitoring TEPPA (sismontep) untuk mendorong penyerapan anggaran. Melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran telah dilakukan upayaupaya percepatan absorbsi penyerapan anggaran tahun 2013, melakukan bimbingan teknis dan pendampingan secara terus menerus kepada para Pengelola APBN dalam proses pelaksanaan anggaran dan pencairan dana Monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada tahun berjalan, yaitu akhir bulan ke-3 (B03), akhir bulan ke-6 (B06), akhir bulan ke-9 (B09), dan akhir bulan ke-12 (B12), dilakukan terhadap 117 kegiatan Litbang. Berdasarkan hasil evaluasi dengan melakukan Penilaian Pencapaian Ukuran Keberhasilan untuk setiap kegiatan yang telah dilaporkan (117 kegiatan) dapat diidentifikasi capaian terhadap target yaitu: a. b. c. d.
Kategori Biru (Baik Sekali) Kategori Hijau (Baik) Kategori Kuning (Cukup) Kategori Merah (Kurang)
: : : :
0 kegiatan (0%) 114 kegiatan (97,4%) 3 kegiatan (2,6%) 0 kegiatan (0%)
Secara umum target Ukuran Keberhasilan pada checkpoint B12 dapat dicapai 97,4% (114 dari 117 kegiatan) dari hasil penilaian dengan kategori Hijau. 2,6% Baik Sekali Baik Cukup 97,4%
Kurang
Gambar 53. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Monitoring
132
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
IV. Penutup
B
erdasarkan pengukuran kinerja tahun 2013 telah dilakukan sejumlah kegiatan untuk menunjang tugas dan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM yaitu: “Melaksanakan Penelitian dan Pengembangan di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral”, dan dalam rangka pencapaian sasaran tahun 2013 dengan hasil sebagai berikut : 1. Keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan telah mendukung 5 (lima) sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra Badan Litbang ESDM Tahun 2010 – 2014 yaitu : a.) Terwujudnya program-program litbang unggulan; b.) Terwujudnya konstribusi dalam perumusan dan evaluasi kebijakan sektor energi dan sumber daya mineral; c.) Terwujudnya peningkatan jasa teknologi; d.) Terwujudnya sentra teknologi di bidang energi dan sumber daya mineral; e.) Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan, dengan indikator terlaksananya program/kegiatan penguatan kelembagaan yang selaras (alignment) dengan kegiatan litbang. 2. Realisasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM tahun 2013 sebesar Rp. 619.909.671.143,- atau 83,58% dibandingkan dengan anggaran yang tersedia (pagu) sebesar Rp. 741.688.660.000,-. Pembiayaan kegiatan yang bersumber dari DIPA tersebut dialokasikan dalam Program Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral yang terdiri atas 5 (lima) kegiatan, yaitu: a) Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, b) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi, c) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, d) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, dan e) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. 3. Pencapaian kegiatan yang diukur melalui indikator masukan (input) dan indikator keluaran (output) menunjukkan keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Namun demikian terdapat beberapa kegiatan tahun 2013 yang tidak terlaksana atau realisasi rendah sehingga mempengaruhi jumlah realisasi anggaran. Hal ini disebabkan antara lain : a. Total anggaran yang diblokir awal (termasuk Output Cadangan) adalah sebesar 282,37 miliar (37,09%) dan telah dilakukan usulan buka blokir/revisi. Sampai dengan bulan April 2013 telah dilakukan buka blokir sebesar Rp. 240,3 miliar.
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
133
b. Besar pemotongan/penghematan anggaran sebesar 19,66 miliar atau 2,58% dari total anggaran. Anggaran tersebut berasal dari output cadangan yang pada awal tahun semula sebesar Rp. 42,07 miliar. Terhadap output cadangan telah diusulkan revisi/buka blokir sampai dengan akhir tahun sebesar Rp. 38,55 miliar. Dengan demikian sampai akhir tahun 2013, anggaran output cadangan sebesar Rp. 3,5 miliar yang tidak digunakan. c. Pada pengadaan Barang/Jasa terdapat gagal dalam pelaksanaan lelang. d. Belanja modal pelaksanaan pemagaran dan pematangan lahan pada Puslitbangtek KEBTKE tidak terlaksana/tertunda karena IMB belum keluar sebesar Rp 15,5 miliar. e. Adanya sisa Gaji dan Tunjangan suami/istri (PNS pensiun), Tunjangan fungsional (diberhentikan sementara/permanen), dan Efisiensi Belanja uang makan PNS. f. Pada output Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa Teknologi, untuk P3TMB realisasi penerimaan di bawah target yang ditetapkan. Sedangkan P3TMGB “LEMIGAS” terdapat tagihan outstanding masih dalam proses pembayaran, sehingga realisasi di bawah target. Sisa anggaran BLU tidak dibelanjakan sebesar Rp. 16,3 miliar. g. Efisiensi Belanja (belanja di bawah pagu)
134
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lampiran 1.
PENETAPAN KINERJA BADAN LITBANG ESDM TAHUN 2013
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
135
136
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lampiran 2.
No
DAFTAR KEGIATAN LITBANG TAHUN 2013 BADAN LITBANG ESDM
NAMA UNIT/KEGIATAN
I. PUSLITBANG TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI “LEMIGAS” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Eksplorasi Migas pada Prospek Dangkal melalui Pendekatan Anomali Topografi dengan Remote Sensing pada Onshore Area (Studi Kasus Daerah Indramayu) Pengembangan Metode dan Aplikasi Perangkat Lunak Seismik untuk Mendukung Eksplorasi dan Karakterisasi Reservoar Kaji Ulang Data Geoscience untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru Migas Studi Reservoar Batupasir Permeabilitas Rendah dan Penyebarannya Berdasarkan Mikroanalisis di Cekungan Sumatera Tengah Pengembangan Atlas Gas Bumi dan CO 2 Indonesia Timur Evaluasi Lahan Migas Daerah Pesisir dan Lepas Pantai Timur Laut Cekungan Seram Evaluasi Lahan dan Potensi Hidrokarbon Cekungan Frontier Pulau Misool dan Sekitarnya Proyek Percontohan Penemuan Cadangan Shale Gas Optimasi dan Pengembangan Teknologi DNA Rekombinan Surfaktan Peptida LEMIGAS (SUPEL) untuk Uji Sumur Lapangan Minyak “XYZ” Sebuah Upaya Bioteknologi untuk Menghasilkan Biosurfaktan Lokal Pengembangan Teknologi Ultrasonography untuk Aplikasi Industri Migas Tahap III (Design Alat Inspeksi Sumur) Studi Pengaruh Cairan Rumen untuk Memprediksi Peningkatan Volume Gas Methane Batubara (GMB) Peningkatan Produksi Minyak dan Penyimpanan Emisi CO 2 dengan Metode
Injeksi Air Berkarbonasi Evaluasi Kapasitas Simpan CO 2 pada Formasi Geologi di Sumatera Selatan dan Pengaruhnya terhadap Underlying Aquifer Integrasi Seismik, Petrofisika, dan Teknik Reservoar dalam Karakterisasi Reservoar Inventarisasi dan Analisa Data Cadangan Migas Indonesia 01 Januari 2013
Uji Coba Sumuran Surfaktan LEMIGAS Berbasis MES dengan Metoda Huff and Puff sebagai Aplikasi EOR Penggunaan Semen Ringan (Light Weight Cement) untuk Mitigasi Kerusakan Formasi Akibat Penyemenan pada Sumur CBM Perekayasaan Peralatan dan Pemodelan Injection Fall Off Test (IFO Test) untuk Aplikasi Dibidang Industri CBM Desain Lumpur untuk Menjaga Well Bore Stability saat Pemboran di Formasi Shale Gas Rancang Bangun dan Pengembangan Prototype Rig CBM
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
137
No
NAMA UNIT/KEGIATAN
21.
Pengembangan Teknologi Desulfurisasi Secara Oksidatif (ODS) pada Pembuatan BBM Rendah Sulfur Pemanfaatan Tar Batubara Menjadi Umpan Kilang
22. 23.
Pembuatan Assorben Alkanol Amina Berpenyangga Material Berpori untuk Penangkapan CO dan H S pada Gas Alam dan Flue Gas
24.
Perancangan Alat Penangkap CO dengan menggunakan Solvent Potassium
25.
Carbonate Berpromotor Asam Borat Pengembangan Proses Katalitik Pembuatan Olefin dari Bioetanol
26.
Pemanfaatan CO 2 untuk Kultivasi Migroalga dalam Photobioreaktor Secara
2
27. 28.
2
2
Kontinyu dengan Hasil Biomassa yang Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Biofuel Produksi Biobutanol sebagai Energi Alternatif dari Bahan Selulosa Skala Mini Pilot Optimasi Sistem Distribusi Bahan Bakar Minyak
30.
Pembuatan Lithium 12-Hydroxistearat Berbasis Minyak Jarak Sebagai Thickener Gemuk Lumas Studi DME untuk Motor Diesel pada Transportasi dan Industri
31.
Formulasi Gemuk Lumas Temperatur Rendah
32.
Aplikasi Pemanfaatan LPG sebagai Bahan Bakar Sepeda Motor
33.
Studi Pemanfaatan Campuran LPG dan DME Untuk Kendaraan Bermotor
34. 35.
Studi Penggunaan Aditif Dispersant Ramah Lingkungan untuk Mengatasi Deposit pada Ruang Bakar Mesin Diesel Berbahan Bakar Biofuel Formulasi Minyak Lumas Kendaraan Berbahan Bakar Gas
36.
Perancangan Formula Minyak Lumas Transformator (Minyak Trafo)
37.
39.
Pengaruh Karakteristik BBG terhadap Ketahanan Tabung dan Sistem Konverter Kit untuk Kendaraan Berbahan Bakar Gas Kajian Kesiapan Infrastruktur Fasilitas Pengaturan BBM Bersubsidi dan Pemanfaatan BBG Analisis Cost Benefit Pengembangan Cadangan Nasional Cadangan Strategis
40.
Rancang Bangun Tabung ANG untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua
41.
Kajian Konversi BBM ke Gas Bumi untuk Industri
42.
Analisis Kebijakan Penawaran Wilayah Kerja Gas Metana Batubara
43.
Kajian Strategis Susektor Migas: a. Pembuatan Membran Serat Berongga dan Uji Aplikasi Pemisahan CO pada 2
29.
38.
Gas Alam Lapangan Tekanan Rendah b. Optimalisasi Kinerja Pilot Plant Adsorber Mercury Removal untuk Gas Bumi c. Roadmap Gas Bumi d. Participating Interest Kegiatan Operasional Migas
138
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
No
NAMA UNIT/KEGIATAN
II. PUSLITBANG TEKNOLOGI KETENAGALISTRIKAN, EBT DAN KE 1.
Penelitian dan Pengembangan Energi Angin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Kapasitas Menengah
2.
Penelitian dan Pengembangan Mikroalga sebagai Bahan Baku Biodiesel
3.
Pengembangan Peta Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia
4.
Studi Potensi Energi Angin Indonesia
5.
Pengembangan Fuel Cell untuk Mobil Listrik
6.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi PV Thin Film
7.
Penelitian dan Pengembangan Energi Laut
8.
Sistem Gasifikasi Biomassa untuk Pembakaran Keramik
9.
Studi Potensi Panas Bumi untuk Catu Daya Smelter Mangan di Nusa Tenggara Timur
10.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
11.
Apilkasi Pemanfaatan Potensi dan Teknologi Energi Baru Terbarukan pada Sistem Smart Microgrid
12.
Pengatur Kualitas Daya untuk Mengatasi Distorsi Harmonisa pada Sistem Energi Terbarukan
13.
Perancangan Bi-directional Power Inverter untuk Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
14.
Kajian Kesetimbangan Energi pada Siklon Burner
15.
Pengkajian Pengembangan Solar Farm di Daerah Reklamasi Tambang
16.
Kajian Tarif Tenaga Listrik yang Optimal Per Golongan per Daerah Kajian Substitusi Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) oleh Pembangkit dengan Energi Baru dan Energi Terbarukan
17. 18. 19.
Pemanfaatan Gas Metan Dari Sanitary Landfill untuk Pembangkit Listrik di Kabupaten Buleleng, Bali Penelitian Pemanfaatan Panas Buang Boiler Mini Tekanan Rendah Berbahan Bakar Biomasa sebagai Pengering Hasil Pertanian/ Perkebunan
20.
Penelitian Penentuan Faktor Emisi Gas Rumah Kaca Teknologi Energi Baru Terbarukan
21.
Studi Dampak Kebijakan Insentif Energi Bersih dan Konservasi Energi Terhadap Makroekonomi
22.
Analisis Peluang Penghematan Energi pada Gedung dan Industri serta Kendala Penerapannya
23.
Prospek Bioetanol sebagai Bahan Bakar Cair untuk Substitusi BBM
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
139
No
NAMA UNIT/KEGIATAN
III. PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA 1.
Kajian Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Monasit
2.
Peningkatan Kadar dan Pemrosesan Bauksit Bernilai Tambah Kalimantan Barat serta Pemanfaatan Tailingnya Optimasi Reduksi Bijih Besi, Nikel dengan Rotary Kiln Skala Semi Pilot
3. 4. 5. 6. 7.
Kajian Sianidasi Intensif Sistem Custom Plant dari Konsentrat Sulfida Marjinal Cianjur - Sukabumi Prospek Pengembangan Usaha Peningkatan Nilai Tambah Zirkon Kajian Manfaat Usaha Pertambangan Bauksit Terhadap Sosial Ekonomi Daerah dalam Rangka Mendukung Program MP3EI di Propinsi Kalimantar Barat Kajian Dampak Pasca Penerapan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral
10.
Kajian Sinkronisasi Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Mineral dengan Energi Geothermal Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Upgrading Bauksit dan Pemanfaatan Red Mud di Indonesia Pengembangan Gasifikasi Batubara Untuk PLTD Dual Fuel
11.
Pengembangan Kokas dari Batubara Peringkat Rendah
12.
Pembuatan dan Uji Pembakar Siklon Rendah Emisi Partikulat
13.
Pengembangan Karbon Aktif dari Batubara Peringkat Rendah
14.
Pengembangan Rancang Bangun Gasifier-Batubara Mini Untuk Menunjang Ketersediaan Energi di UMKM dan Pengganti BBM pada Mesin Generator Listrik 1 KW Pengembangan Process Demonstration Unit Gas Sintesis dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Ganda Pengembangan Process Demonstration Unit Gas Sintesis dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Ganda Pengembangan Upgrading Batubara Dengan Teknologi Coal Drying and Briquetting Kajian Percepatan Penerapan Teknologi Pemanfaatan Batubara di Indonesia
8. 9.
15.
16. 17. 18. 19. 20. 21.
140
Rancang Bangun Sistem Pengendalian Keselamatan Kerja Penambangan Bawah Tanah Pengembangan Model Eksploitasi Emas (Bio-ore) Artisanal pada Penambangan Skala Kecil dengan Metode Phytomining Penilaian dan Penerapan Resiko Kecelakaan Kerja & Kerusakan Lingkungan Penambangan Mineral dan Batubara Di Indonesia Estimasi Stok Karbon Akibat Perubahan Luas Penutupan Lahan di Kawasan Penambangan Terkait dengan Skema REDD (Reduction Emission from Deforestation and Forest Degrafation)
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
No
NAMA UNIT/KEGIATAN
22.
Kajian Pendahuluan Teknologi Eksploitasi Tambang Batubara Melalui Aplikasi Teknologi Energi Bersih UCG di Indonesia Ujicoba Produk Rancang Bangun Peralatan Sistem Pengambilan Data Pumping Test dengan Telemetri dan Kontrol Kecepatan Pompa Penyiapan Data Primer untuk Aplikasi Teknologi Underground Coal Gasification
23. 24.
IV. PUSLITBANG GEOLOGI KELAUTAN 1.
Pemetaan Geologi dan Geofisika LP 2713, 2714 (Misol)
2.
Pemetaan Geologi dan Geofisika LP 3113, 3114, 3013, 3014 (Teluk Cendrawasih)
3.
Pemetaan Landas Kontinen di Peraitan Utara Papua
4.
Pemetaan Geomagnet Perairan LP 1210
5.
Pemetaan Geomagnet Perairan LP 1310
6.
Kajian Biostratigrafi Laut Dalam, Laut Sulawesi Berdasarkan Foraminifera
7.
Prosesing Data Seismik Multikanal dan Kajian Geodinamika Cekungan Tomini
8.
Prosesing Data Seismik Multikanal dan Kajian Geodinamika Sub-cekungan Wetar Studi Direct Hidrocarbon Indicator (DHI) pada Cekungan Sedimen di Perairan Maluku Utara B06 2013 Penelitian Potensi Arus Laut Sebagai Energi Baru Terbarukan di Perairan Raja Ampat, Papua Barat Penelitian Kandungan Potensi Emas dan Mineral Jarang di Pantai & Perairan Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat Penelitian Potensi Keterdapatan Mineral Berat dan Unsur Logam Tanah Jarang di Perairan Tanjung Pandan, Belitung.
9. 10. 11. 12. 13.
Penelitian Potensi Migas Semai Misool-Papua Barat (Survei KR. Geomarin 3)
14.
Pemetaan Mineral Sulfida Bawah Laut di Perairan Komplek Komba, NTT Penelitian Rona Awal Lingkungan Geologi di Daerah Morotai Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara Penelitian Aspek Kebencanaan Geologi Kelautan di Bagian Utara Pulau Obira, Kepulauan Obi, Provinsi Maluku Penelitian Lingkungan Geologi Kelautan Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku (Pulau Terdepan Berbatasan Dengan Timor Leste) Kajian Kebijakan Pemetaan dan Pengelolaan Potensi Energi dan Sumberdaya Mineral di Pulau-Pulau Kecil Terdepan Kawasan Indonesia Timur Kajian Kebijakan Pemetaan Potensi Migas Cekungan-Cekungan Frontier Indonesia Kajian Kebijakan Data Geologi Kelautan Lintas Sektoral Terkini Untuk Mendukung Kebijakan ESDM dan Pengembangan Wilayah Sulawesi
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Kajian Kebijakan Bidang Geologi Kelautan Untuk Pembangunan Infrastruktur di Selat Sunda
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
141
No
NAMA UNIT/KEGIATAN
22.
Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Arus Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional
23.
Kajian Akademis Pemetaan Potensi Energi Panas Laut Sebagai Solusi Ketahanan Energi Nasional
24.
Studi Potensi Lapangan Morowali dan Peningkatan Status Cekungan Banggai-Sula Untuk Mendukung Pengembangan Migas Nasional (Survei GM III)
142
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
Lampiran 3.
Sertifikat Paten di Lingkungan Badan Litbang ESDM
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
143
144
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013
145
146
LAKIP Badan Litbang ESDM Tahun 2013