TESIS
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN BANYUWANGI
SRI WIDOWATI NIM 0991061008
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
TESIS
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN BANYUWANGI
SRI WIDOWATI NIM 0991061008
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN BANYUWANGI
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana
SRI WIDOWATI NIM 0991061008
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 19 JANUARI 2012
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. N.K.Mardani, MS NIP. 130289173
Ir. A.A. G.Raka Dalem, MSc (Hons) NIP. 1965.0708.1992.031004
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kajian pariwisata Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS NIP. 194409291973021001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP 19590215 198510 2001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 18 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. 117/ UN/ 14. 4 / HK/ 2012 Tanggal 16 Januari 2012
Ketua
: Prof. Dr. N.K.Mardani, MS
Sekretaris :
Ir. A.A.G. Raka Dalem, MSc (Hons)
. Anggota: 1. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS. 2. Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi, MSP 3. Drs. I Nyoman Sunarta, MSi.
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa / Allah Maha Besar, berkat rahmat-Nyalah maka penyusunan tesis yang berjudul “Kajian Potensi dan Evaluasi Penerapan Prinsip prinsip dan Kriteria Ekowisata di Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Desa Taman Sari,
Kabupaten
Banyuwangi ” akhirnya dapat diselesaikan. Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa dorongan, petunjuk, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada. 1.
Prof. Dr. N. K. Mardani, MS selaku pembimbing I dan Dosen Program Studi Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
2.
Ir. A. A. G. Raka Dalem, MSc ( Hons ) selaku Dosen
pembimbing II dan
Program Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana
Universitas Udayan yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam penelitian. 3.
Bapak Rektor Universitas Udayana,atas kesempatan yang diberikan kepada penulis penulis
untuk
Magister
Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas
(S2)
mengikuti
Udayana.
v
pendidikan S2 pada Program
4.
Prof. Dr.dr.A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Pascasarjana Universitas Udayana.
5.
Bapak Prof. Nyoman Sirtha, SH, MS. selaku Ketua Program Studi Magister (S2) Kajian pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
6.
Bapak/ibu staf pengajar Program Magister (S2) Kajian pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah membimbing penulis selama mengikuti kuliah.
7.
Ucapan terima kasih juga perlu penulis sampaikan kepada
teman
mahasiswa Program Studi Kajian Pariwisata Pascasarjana Universitas Udayana Angkatan 2009 turut memotivasi sehingga akhirnya tesis ini berhasil penulis susun. 8.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada teman sejawat di Politeknik Negeri Bali yang sudah mendukung pelaksanaan penelitian ini.
9.
Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada suami tercinta Hamong Suharsono dan anak yang tersayang, yang telah memberikan dukungan moral, perhatiannya sehingga tesis ini berhasil disusun untuk memenuhi tugas akhir
pendidikan Magister Pariwisata.
10. Terakhir terima kasih penulis sampaikan kepada segenap staf administrasi dan perpustakaan Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung sehingga
tesis
ini dapat diselesaikan. Semoga budi baik dan segala
partisipasi yang telah diberikan mendapat imbalan yang pantas serta rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa
vi
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian, penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat memberi sumbangan ilmiah bagi pembaca pada umumnya dan bagi ilmuwan sosial yang mengkaji masalah Pengkajian Potensi dan Penerapan Prinsip dan Kreteria Ekowisata.
Denpasar, 10 November 2011 Penulis
vii
ABSTRAK KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN BANYUWANGI Pengembangan Pariwisata harus menguntungkan secara ekonomi, tidak merugi-kan sosial budaya masyarakat,menjaga kelestarian alam. Banyuwangi memiliki keindahan panorama kawah gunung Ijen dan potensi pendukung yaitu flora dan fauna sebagai daya tarik wisata. Pemanfaatan potensi ekowisata belum memberikan keuntungan perekonomian masyarakat lokal, karena belum adanya keterlibatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi serta evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata serta upaya yang dilakukan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Metode yang digunakan adalah: observasi lapangan serta mengajukan pertanyaan kepada para pengunjung. Selain itu, data tentang flora dan fauna dikumpulkan dari observasi lapangan dan inventarisasi yang diambil di kawasan taman wisata alam kawah Ijen dan KSDA. Untuk evaluasi penerapan prinsip dan criteria ekowisata, teknik yang digunakan adalah mengevaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria hasil lokakarya dan pelatihan ekowisata Nasional tahun 2006 di Bali. Berdasarkan hasil tersebut, maka rekomendasi diberikan untuk perbaikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Kawah Ijen memiliki potensi besar bagi pengembangan ekowisata, meskipun belum sepenuhnya dikembangkan. Sumber wisata yang paling utama adalah panorama / pemandangan kawah Gunung Ijen dengan tiga warna berbeda, yaitu: hijau, biru, dan kuning emas. Selain itu, aktivitas manusia mengambil belerang dari kawah, potensi lain yang mendukung yaitu flora dan fauna yang beragam di wilayah tersebut. Daya tarik lain yang mendukung ekowisata yaitu potensi budaya yang unik dari komunitas yang berdekatan dengan Gunung Ijen. Hasil evaluasi atas pelaksanaan ekowisata menunjukkan bahwa beberapa indikator yang diamati memenuhi kriteria ekowisata, seperti nomor kriteria 1,2, 7 dan 9. Kriteria yang belum terpenuhi seperti nomor 3, 4, 5, 6 dan 8. Untuk meningkatkan implementasi konsep ekowisata atau kriteria, diperlukan pelatihan. Selain itu masyarakat setempat harus dilibatkan dalam program. Desa harus mendirikan fasilitas pesinggahan untuk mengakomodasi pengunjung yang melewati desa Taman Sari menuju ke Kawah Ijen. Kata kunci : ekowisata,Gunung Ijen, konservasi alam, ekonomi lokal, kriteria ekowisata
viii
ABSTRACT STUDIES ON POTENTIALS AND EVALUATION OF IMPLEMENTATION OF PRINCIPALS AND CRITERIA OF ECOTOURISM IN KAWAH IJEN NATURAL TOURISM PARK, TAMAN SARI VILLAGE, BANYUWANGI REGENCY Tourism development should bring benefits economically. In addition, it should in line with socio-culture of local community, as well as conserve the environment. Banyuwangi has a scenic view of volcano called Kawah Ijen. In addition it has a wide ranges of flora and fauna that could be used as tourist attractions. The benefit gain from ecotourism businesses in this regency however has not been significant for the local because of low involvements from local community. This research is aimed to find out the potentials as well as to evaluate implementations of principals and criteria of ecotourism. In addition, it was also aimed to find out effort which should be performed to improve development of ecotourism based on those two factors. The methods utilized including: field observation on the attractions as well as asking questions to the visitors. In addition, data on flora and fauna were collected from field observation and records taken by local authority (forestry department). For evaluation of implementation of principals and criteria of ecotourism, the techniques utilized were evaluating them using the criteria established from national (Indonesian) workshop of ecotourism year 2006 in Bali. Based on those results, then recommendations given for improvements. Result of this research showed that: Kawah Ijen has a great potentials for the development of ecotourism, despite the fact it has not been fully developed. It main source of attractions was the panorama/view of the crater of Mt. Ijen with three distinctive colours, namely: green, blue, and golden yellow. In addition, human activities taking sulvur from crater provided additional attractions, as well as flora and fauna that varied in the region. The attraction as the potentials for the development of ecotourism was also supported by availability of unique culture of the community adjacent to Mount Ijen. Result of the evaluation on implementation of ecotourism showed that some of the observed indicators fulfill the criteria of the ecotourism, such as criteria number 1, 2, 7 and 9. The criteria which have not been fulfilled such as number 3, 4, 5, 6 and 8. To improve of implementation of ecotourism concepts or criteria, trainings are needed. In addition local community should be involved in the programmes. The village should established a stop over facility to catch visitors passing the site. Key words : ecotourism, Mount Ijen, natural conservation, local economy, ecotourism criteria.
ix
RINGKASAN PENELITIAN Pengembangan Pariwisata harus menguntungkan secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Pada dasarnya penyelenggaraan ekowisata menjaga kelestarian alam, kelestarian kebudayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga terjadinya suatu keseimbangan Kabupaten Banyuwangi memiliki flora dan fauna sebagai daerah tujuan ekowisata, pemanfaatan potensi desa belum menyentuh pada tingkat kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan pengelolaan belum optimal. Pariwisata belum memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat maupun Pemerintah. Kawah Ijen adalah sebuah Kawasan Wisata yang telah di tetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, memiliki panorama yang indah yaitu berupa kawah yang memiliki air tiga warna yaitu hijau, biru dan kuning keemasan, sumber belerang dan munculnya api biru (bluefire),disamping flora dan fauna. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1)Apa potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata ? (2) Bagaimana evaluasi penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi? (3) Serta upaya-upaya yang dilakukan dari hasil identifikasi potensi dan hasil evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata. Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi dan evaluasi penerapan prinsipprinsip dan kriteria ekowisata serta upaya apa yang dilakukan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi. Lokasi Penelitian ini di desa Taman Sari kabupaten Banyuwangi. Tepatnya di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Jenis dan Sumber Data, yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah dari lingkungan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen dan dari luar Kawasan yaitu instansi terkait. Sedangkan instrumen penelitian yang dipergunakan adalah quesioner, wawancara, observasi dan dokumen. Adapun metode dan Teknik Analisis Data dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data untuk mengetahui potensi kawah Ijen berupa informasi dari wisatawan maupun berupa dokumentasi fotokemudian dianalisis dan dideskrepsikan. Potensi flora dan fauna dilakukan pendataan (inventarisasi) terhadap jumlah jenis flora dan fauna serta apa yang langka dan unik merupakan faktor potensial. Potensi kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yaitu dengan analisis deskripsi. Potensi Sumber Daya Manusia dengan analisis deskripsi dan menggambarkan kondisi masyarakat. Pengumpulan data dari evaluasi menerapkan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata hasil Lokakarya dan pelatihanan Ekowisata Nasional tahun 2006 di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Hasil Penelitian ini kemudian Pembahasan yaitu 1.Potensi Kawah Ijen yaitu keindahan kawah dengan tiga warna air yang dimiliki yaitu hijau, biru dan kuning keemasan, sumber belerang dan api biru atau bluefire pada malam hari. Potensi Flora jumlah jenis flora ada >31 jenis. Kriteria kualitas keanekaragaman flora termasuk dalam skala 5(lima). Maksudnya bahwa jenis flora yang ada, termasuk dalam kategori sangat baik. Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman flora yang dimiliki. Potensi Fauna berdasarkan data
x
berjumlah >15 jenis spesies. Jika dimasukkan dalam kriteria kualitas keanekaragaman fauna termasuk dalam skala 5 (lima) . Maksudnya bahwa jenis fauna yang ada, termasuk dalam kategori sangat baik.. Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman fauna yang dimiliki. Faktor lain yang sangat mendukung potensi flora, fauna yang langka dan unik, seperti flora kelompok angrek sebagai primadona dan fauna yaituwalek kepala ungu maupun burung cekakak. Potensi Kebudayaan berdasarkan hasil observasi dan analisis masyarakat memiliki seni budaya yang cukup unik dan merupakan ciri khas Banyuwangi. Berupa tarian yang dipentaskan merupakan tradisi yang sifatnya turun temurun dinyakini oleh masyarakat. Potensi Sumber Daya Manusia berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan bahwa, masyarakat memiliki potensi yaitu berasal dari sumber daya manusia itu sendiri yang cukup unik. Keunikannya adalah sebuah kegiatan penambangan belerang yang masih tradisional dengan alat yang sederhana. (2) Evaluasi Penerapan Prinsip – Prinsip dan Kriteria Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa Taman Sari Banyuwangi. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa pada dasarnya Secara rinci yaitu : pada kriteria 1,2,7 dan 9 sudah ada kesesuaian, yaitu masyarakat berupaya melakukan untuk penyeimbangan alam dan menjaga alam sesuai dengan keyakinanan mereka, mengikuti UU yang berlaku Kriteria berikutnya adalah kriteria 3, 4, 5, 6, dan 8 yang berkaitan dengan kunjungan wisatawan, persetujuan dengan masyarakat dalam mengambil keputusan pengembangan maupun dalam hal keterlibatan masyarakat dan dalam hal pelayanan terhadap wisatawan. Ini semua tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006. Hal ini dikarenakan secara prinsip belum adanya pengembangan ekowisata. Karena keterlibatan masyarakat dalam pariwisata tidak ada, atau hanya sebagian kecil saja yang bisa menikmatinya. Pengembangan pariwisata belum optimal, secara managemen pengembangan belum mengarah pada ekowisata. Sehingga tujuan pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat tidak ada.(3). Upaya yang dilakukan dari pengkajian potensi dan penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi. Untuk mencapai suatu tujuan dalam pengelolaan pariwisata yang optimal maka, dalam pengelolaan diperlukan yang komprehensif dan terpadu serta dilaksanakan secara konsisten. Adapun upaya yang dilakukan adalah : (a).Meningkatkan pemahaman masyarakat desa Taman Sari tentang ekowisata yaitu dengan cara memberikan penyuluhan, membuat kelompok sadar wisata (DARWIS), sadar lingkungan (DARLING) dan sadar budaya (DARBUD) yang mengarah pada pelestarian budaya.(b). Meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat desa Taman Sari. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan berkaitan dengan pengelolaan ekowisata mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Pengelolaan objek wisata yang dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari, diupayakan adanya pelatihan yang didukung dan difasilitasi oleh dinas Pariwisata daerah maupun pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan sarana
xi
pariwisata dan pelayanan jasa (c). Meningkatkan ketrampilan pada masyarakat desa Taman Sari.seperti pembuatan kerajinan tangan untuk dijadikan souvenir Potensi yang lain yang dimiliki oleh masyarakat yaitu pembuatan makanan tradisional dan menu lain serta cara penyajiannya. Pentingnya meningkatkan kemampuan berbahasa untuk melayani wisatawan dari mancanegara. Mengingat bahwa Taman Wisata Alam yang sudah dikenal di manca negara. Simpulan 1. Potensi alam kawah Ijen dengan keindahan kawah, sumber belerang, dan api biru yang sudah terkenal. Potensi flora jenis flora ada >31 jenis, kriteria kualitas keanekaragaman flora termasuk skala 5(lima). Berkisar 21 sampai 31 jenis tumbuhan, termasuk dalam kategori sangat baik. Potensi fauna jumlah spesies fauna >15 jenis spesies. Kriteria kualitas termasuk skala 5 (lima) yaitu lebih dari 15 jenis fauna, termasuk dalam kategori sangat baik.Potensi seni budaya ini sering dipentaskan sebagai tradisi yang sifatnya turun temurun dinyakini masyarakat. Seperti tari grandung, tari jaranan dan tari kebo-keboan. Potensi sumber daya manusia itu sendiri yang berupa kegiatan penambangan belerang dengan cara tradisional dan peralatan sederhana. Kreatifitas penduduk dalam mengolah makanan yaitu rujak soto.(2) Beberapa hal penerapan prinsip dan kriteria rumusan hasil lokakarya dan pelatihan Ekowisata Nasional 2006. Secara rinci yaitu : pada kriteria 1,2,7 dan 9 sudah ada kemiripan, sedangkan kriteria 3,4,5,6,dan 8 tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006. Secara manajemen belum mengarah pada ekowisata dan belum optimal.Dengan demikian prinsip pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat tidak ada(3) Upaya yang dilakukan dari hasil potensi dan hasil evaluasi penerapan prinsip dan kriteria ekowisata yaitu peningkatan pemahaman tentang pariwisata, pengetahuan tentang pengelolaan ekowisata, meningkatkan ketrampilan pada masyarakat. Saran 1.Pengelola sebaiknya dalam pengembangan mengarah pada ekowisata,keterlibatan masyarakat diperlukan. Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Pemda untuk masyarakat dalam jangka waktu pendek adalah :1.Diadakan pelatihan memandu, berbahasa Inggris sebagai media komunikasi, pelatihan kewirausahaan.Jika dilakukan swadaya masyarakat sepenuh, masyarakat tidak mampu, jangka waktu pendek adalah berupaya membuat desa sebagai stop over.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR ..................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..............................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................
v
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
ABSTRAC .....................................................................................................
ix
RINGKASAN PENELITIAN .......................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................
6
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN ............................................................
7
2.1. Kajian Pustaka ..................................................................
7
2.2. Konsep ..............................................................................
10
2.3. Landasan Teori .................................................................
16
xiii
BAB III
BAB IV
2.4. Model Penelitian .............................................................
25
METODE PENELITIAN ........................................................
28
3.1. Rancangan Penelitian .......................................................
28
3.2. Lokasi Penelitian ..............................................................
28
3.3. Jenis Data dan Sumber Data .............................................
29
3.4. Instrumen Penelitian ..........................................................
29
3.5. Metode dan Teknik Analisis Data ....................................
31
3.6. Penyajian Hasil Analisis Data ...........................................
36
DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN ..........................................
37
4.1 Gambaran Umum Desa Taman Sari ......................................
37
4.1.1 Sejarah Desa Taman Sari ...............................................
37
4.1.2 Kondisi Geografis ..........................................................
38
4.1.3 Kondisi Demografis, Sosial, dan Ekonomi ....................
40
4.1.4 Komposisi Warga Desa Menurut Umur dan Jenis Kelamin 41
BAB V
4.1.5 Komposisi Warga Desa Menurut Pendidikan ................
42
4.1.6 Komposisi Warga Desa Menurut Matapencaharian ......
43
4.1.7 Sarana .............................................................................
44
4.2 Gambaran Umum Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
45
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
47
5.1 Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa Taman Sari Sebagai Daya Tarik Ekowisata ..........................
47
5.1.1 Potensi Alam ...................................................................
46
5.1.2 Potensi Kebudayaan .......................................................
68
xiv
5.1.3 Potensi Sumber Daya Manusia .......................................
73
5.2 Evaluasi Penerapan Prinsip – Prinsip dan Kriteria Ekowisata Menurut Rumusan Hasil Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata Nasional 2006...........................................................................
80
5.3 Upaya yang dilakukan untuk memberikan rekomendasi berdasarkan hasil
kajian Potensi dan
Penerapan Prinsip dan Kriteria
Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi ......................................
97
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
103
6.1 Simpulan ................................................................................
103
6.2 Saran .......................................................................................
106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
107
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1.
Peta Orientasi Kawah Ijen ................................................................... 111
2.
Pedoman Wawancara ........................................................................... 101
3.
Penerapan Prinsip – Prinsip dan Kriteria Ekowisata Nasional ............. 105
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pariwisata mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembang kan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan. Tahun 1996 pembangunan pariwisata alternatif muncul sebagai kritik terhadap berbagai penyimpangan praktik pariwisata massal (mass tourism). Konsep baru dengan sebutan ekowisata.
Selain itu
piagam
inilah yang populer
pariwisata
berkelanjutan
(Insula,1995) menekankan bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pengembangan harus menguntungkan secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat . Perlu adanya alternatif
pendekatan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat lokal. Dasa warsa terakhir ini ekowisata telah berkembang sebagai salah satu industri yang potensial untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Ekowisata mempunyai kekhususan, yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan dan menguntungkan penduduk lokal (meningkatkan perekonomian penduduk lokal). Penyelenggaraan ekowisata pada dasarnya dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keasliaan alam dan lingkungan, memelihara keaslian adat istiadat, kebiasaan hidup atau the way of life, menjaga kelestarian flora dan fauna, serta melestarikan lingkungan hidup sehingga
1
terjadinya suatu keseimbangan antara kehidupan manusia dengan lingkungan alam ( Sukma, 2009 ) Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, sebagai pintu gerbang Pulau Jawa menuju ke Bali. Kabupaten Banyuwangi memiliki alam cukup bagus terutama untuk flora dan faunanya. Yaitu kawasan hutan seluas 31,72 % sedangkan lahan persawahan meliputi 11,44 % dari keseluruhan lahan yang ada ( Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka, 2009 ; 3 ). Disamping itu kondisi pedesaan yang masih alami juga sangat mendukung jika Banyuwangi dikembangkan sebagai daya tarik wisata alam. Pemanfaatan alam pedesaan seperti Desa Wisata Using yang terletak di desa Kemiren, Alas Purwo, perkebunan kopi Kalibaru, Kali Klatak serta Taman Wisata Alam Kawah Ijen, sebagai daerah tujuan ekowisata merupakan target spesial. Hal ini dikarenakan alam pedesaan sebagai daerah yang relatif masih asli atau alami. Daerah ini semuanya masih alami, namun dalam tahap pemanfaatan potensi desa belum menyentuh pada tingkat kesejahteraan masyarakat lokal. Bahkan untuk menuju pada tahap ekowisata yang berkelanjutan masih belum pada sasarannya. Pengelolaan daerah yang belum optimal ini, dengan demikian sehingga pariwisata belum memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Daya tarik wisata di Banyuwangi masih relatif belum banyak dikunjungi wisatawan manca negara maupun domestik. Indikatornya antara lain terlihat, dari segi Pendapatan Daerah Regional
2
Bruto (PDRB) sektor pariwisata masih relatif rendah kontribusinya dibandingkan dari sektor lain. Misalnya yang cukup tinggi kontribusinya yaitu pendapatan dari pelabuhan laut, karena Kabupaten Banyuwangi sebagai pintu gerbang Pulau Jawa menuju ke Bali. Disamping itu, Muncar merupakan salah satu daerah penghasil ikan terbesar di Banyuwangi, juga tidak sedikit memberikan kontribusi terhadap pemerintah maupun masyarakat. ( Banyuwangi Dalam Angka, 2009 ). Kawah Ijen adalah sebuah Kawasan Wisata yang telah di tetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam yaitu tanggal 10 Desember 1981 oleh Mentri Pertanian dengan SK. 1017/Kpts-II/Um/12/198. Ide penataan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi telah dilaksanakan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi. KSDA berperan sebagai pengelola Kawah Ijen dalam rangka untuk melindungi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Ide penataan kawasan sudah ada, namun belum secara keseluruhan yang mengena. Upaya yang telah dilaksanakan oleh KSDA yaitu pelestarian alam, pengembangan kawasan, namun belum meningkatkan perekonomian masyarakat lokal maupun pelestarian budaya. Walaupun pemerintah daerah telah berupaya untuk mengembangkan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, sebagai wisata alam. Disamping itu juga pemerintah daerah mengharapkan adanya peningkatan pendapatan daerah dan peningkatan perekonomian masyarakat setempat . (Balai Besar KSDA Jawa Timur, Wilayah V Banyuwangi ). Taman Wisata Alam Kawah Ijen memiliki kawah yang berupa danau, yang memiliki warna biru, hijau dan kuning keemasan jika terkena sinar matahari.
3
Kawah Gunung Ijen sebagai sumber belerang, yang mana belerang ini harus diambil agar tidak terjadi penumpukan. Mengakibatkan terjadinya pemanasan yang berlebihan didalam bumi, akan
keluar
asap
yaitu dengan cara pengeboran,
sehingga
belerang dan terjadilah sublimasi (pengkristalan). Asap
belerang begitu terkena angin berubah menjadi kristal. Kristal belerang inilah yang kemudian menumpuk dan harus diambil. Agar terjadi keseimbangan alam (Balai Besar KSDA Jawa Timur). Kegiatan ini merupakan salah satu daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, karena menggunakan alat yang sangat sederhana dan dengan cara tradisional. Selain hutan tropis dengan aneka flora didalamnya, juga perkebunan sebelum sampai pada lokasi Kawah pada gunung Ijen Berdasarkan hal – hal tersebut diatas dan dukungan pemerintah daerah, maka perlu diadakan penelitian, yaitu dengan judul
“ Kajian Potensi Dan Evaluasi
Penerapan Prinsip - Prinsip dan Kriteria Ekowisata Di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Desa Taman Sari, Kabupaten Banyuwangi “.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan diatas, maka masalah yang diangkat adalah : 1.2.1
Apa potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata ?
1.2.2
Bagaimana evaluasi penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi ?
1.2.3
Upaya apa yang dilakukan untuk memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian potensi dan evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria 4
1.2.4
ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi ?
1.3. Tujuan Penelitiaan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu :
1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji potensi dan evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata serta upaya apa yang dilakukan untuk memberikan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi penerapan ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, desa Taman Sari Banyuwangi dalam rangka menuju Pariwisata berkelanjutan.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apa potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa Taman Sari Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata. 2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi penerapan prinsip - prinsip dan kriteria Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi. 3. Untuk memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian potensi maupun evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, di desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi.
5
Dari ketiga hal tersebut diharapkan dapat memberikan rekomendasi, dengan demikian akan memberikan suatu masukan apakah penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata sudah sesuai dengan acuan yang ada, sehingga dapat dipergunakan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu sebagai berikut : 1.4.1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang pentingnya mengetahui potensi serta evaluasi penerapan prinsip – prinsip, kriteria ekowisata dan upaya apa yang harus dilakukan dari hasil kajian potensi maupun evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat desa Taman Sari dalam mengelola pariwisata menuju Kabupaten Banyuwangi pada maupun
kebijakan
dalam
umumnya
ekowisata pada khususnya, dan dalam
membuat
pertimbangan
pengembangan pariwisata khususnya ekowisata.
Mengingat bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki alam maupun budaya yang cukup potensial untuk dijadikan sebagai daya tarik ekowisata.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu Dalam kajian pustaka ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang penulis anggap cukup relefan dengan penelitian ini, khususnya tentang ekowisata dan Pariwisata berkelanjutan. Adapun tujuannya yaitu sebagai pembanding antara peneliti terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat,
sehingga akan
menghasilkan penelitian yang lebih akurat. Penelitian Astiti (2003) tentang “Penerapan Tri Hita Karana Dalam Pengembangan Ekowisata Pada Waka Gangga Resort Tabanan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Tri Hita Karana dalam pengembangan ekowisata lebih banyak mempunyai kekuatan (sawah, yang luas berterasering, pemandangan laut), peluang (kegiatan penanaman padi, perahu dan memancing), kelemahan (tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan alam, social budaya masyarakat setempat).
7
Penelitian Sutiarso (2004) dalam kajiannya tentang “ Ekowisata Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jawa Timur”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pariwisata di Bromo (TNBTS) berakar pada masyarakatnya. Yaitu masyarakat Tengger menikmati hasil pariwisata melalui keterlibatan mereka dalam usaha-usaha yang terkait dengan pariwisata (kepemilikan kuda, jeep, dan homestay) . Pada penelitian ini yang menarik bahwa masyarakat lokal (suku Tengger) tetap mendapatkan keuntungan ekonomi langsung dari periwisata di daerahnya dengan cara mengontrol dengan ketat terhadap kepemilikan jasa-jasa pariwisata. Hal ini merupakan kunci utama mereka untuk mendapatkan kesejahteraannya. Pemanfaatan Taman Nasional untuk tujuan pariwisata secara finansial dan ideologis dapat didukung sepanjang tidak merusak lingkungan. Pemanfaatan pariwisata itu penting untuk mendukung eksistensi taman nasional dan juga eksistensi masyarakat lokal yang tinggal di kawasan tersebut. Peneliti Latupapua (2008) dalam kajiannya tentang ”Study Potensi Kawasan Dan Pengembangan Ekowisata Di Tual Kabupaten Maluku Tenggara”. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa di Tual Maluku Tenggara potensi untuk dikembangkan sebagai ekowisata. Adapun sebagai pertimbangan karena memiliki potensi aneka flora yaitu sekitar 11 sampai 20 jenis tumbuhan hal ini akan menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Adapun keanekaragaman fauna memiliki keragaman yang tinggi, sehingga bisa digunakan sebagai penunjang ekowisata.
8
Dari hasil penelitian diketahui 68%
pengunjung merasa puas atas
kunjungannya karena panorama alam. Hal ini dikaitkan dengan respon masyarakat yaitu 75,7% baik sekali karena pengembangan objek wisata ini mampu menyediakan peluang pekerjaan. Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian tersebut adalah pariwisata terutama ekowisata perlu dikembangkan agar terjadi konservasi alam, budaya maupun meningkatkan perekonomian masyarakat. Ini semua bisa terrealisasi dengan baik, dan PAD juga akan meningkat. Penelitian – penelitian lainnya tentang ekowisata telah banyak dilakukan oleh Raka Dalem, dkk. Dari kelompok studi ekowisata Fakultas MIPA Universitas Udayana dan PUSLIT UDBAR UNUD serta Bali Greenery Denpasar . Hasil penelitian tersebut antara lain yaitu :
1. Desa Sumbangan Suka Sada Buleleng ( Raka Dalem, dkk, 2005). 2. Perkebunan Pulukan Jembrana ( Raka Dalem, dkk,2003 ) 3. Di Beberapa Destinasi Ekowisata Berbasis Kera di Bali ( Suryawan dan Raka Dalem, 2010 ), ( Raka Dalem dan Astini, 2000). 4. Taman Nasional Gunung Leuser ( Sumatra Utara ), ( Suryawan dkk, 2009)
9
2.2 Konsep Penelitian Konsep penelitian merupakan terminologi teknis yang merupakan komponen dari kerangka teori. Penelitian ini berawal dari asumsi bahwa penerapan prinsip dan kriteria ekowisata mengacu pada potensi yang dimiliki oleh Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Adapun konsep tersebut adalah : 2.2.1 Ekowisata Definisi ekowisata yang digunakan untuk standar internasional adalah seperti yang dipakai NEAP, serta EAA, yaitu : Ecologically sustainable tourism with a primacy focus on experience natural areas that foster enviromental and cultural understanding, appreciation and conservation (pariwisata yang berkelanjutan secara ekologis dengan fokus utama pada pengalaman pada daerah alami yang membantu meningkatkan pemahaman, apresiasi serta konservasi terhadap lingkungan serta budaya) (Crabtree dkk., 2002:4 dalam Raka-Dalem, 2006) Sementara itu menurut versi Indonesia yaitu, hasil Lokakarya dalam Pelatihan Ekowisata Nasional di Bali 25-26 Agustus 2006, ekowisata didefinisikan sebagai penyelenggara kegiatan wisata yang bertanggungjawab di tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaedah alam, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Anonim, 1996 dalam Raka Dalem, 2006). Definisi ini kemudian dijabarkan dalam sembilan prinsip yaitu :
10
1. Peka dan menghormati nilai - nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. 2. Memiliki kepedulian, komitmen dan tangung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya. 3. Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. 4. Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan. 5. Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah. 6. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat. 7. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku 8. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen. 9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggung jawab). Secara umum ada kemiripan dalam definisi serta prinsip-prinsip tersebut, tetapi kelihatannya prinsip ekowisata Internasional lebih menonjol daripada definisi nasional dalam hal memberikan penekanan pada kepuasan konsumen serta responsible marketing. Di samping itu unsur interprestasinya juga lebih eksplisit sehingga memberikan peluang pada mereka lebih mengerti, lebih mampu
11
berapresiasi serta lebih menikmati alam itu sendiri serta secara tidak langsung akan menggugah kesadaran akan perlunya konservasi lebih baik (Dalem,2006:3) Pada dasarnya dalam pengembangan ekowisata keterlibatan masyarakat harus ada bahkan masyarakat sebagai pengelola dan pemerintah dalam hal ini sebagai mitra. Untuk menuju kearah yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat WWF Internasional (2001) dalam Guidelines for community-based ecotourism development ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan
pertimbangan yaitu : (1). Menyediakan kehidupan yang berkelanjutan untuk masyarakat lokal.(2). Mendorong masyarakat
secara
langsung
melakukan
ekowisata. (3). Mendapatkan keuntungan langsung dari pelestarian alam (4). Produk yang dikembangkan harus berdasarkan pengetahuan masyarakat, serta nilai dan kemampuan mereka. (5).
Masyarakat bisa menentukan budaya
wisatawan yang perlu disaring.
2.2.2
Kawasan Wisata
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 2009 Bab I pasal 10 menjelaskan tentang Kawasan strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama Pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan Pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
12
Kemudian dipertegas di dalam Bab V pasal 12 yaitu : 1. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan : (a). Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata. (b). Potensi pasar. (c). Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.(d). Perlingdungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. (e). Lokasi yang strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya. (f).
Kesiapan dan dukungan
masyarakat. (g). Kekhususan dari wilayah. 2.
Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam
terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan negara Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial,
dan
agama masyarakat setempat.
2.2.3 Pariwisata Berkelanjutan Konsep pembangunan Pariwisata berkelanjutan yang dirumuskan oleh The World Commissions for Environmental and Development (WCED) mendefisikan pembangunan Pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang, tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya mereka sendiri.
13
Dengan tujuan adalah memadukan pembangunan dengan lingkungan sejak awal proses penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan yang strategis sampai kepada penerapannya di lapangan. Adapun Federation of Nature and National Parks (1993) memberikan batasan tentang pariwisata berkelanjutan yaitu semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang memelihara integritas lingkungan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan dari sumber daya alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama. Dari definisi pariwisata berkelanjutan tersebut di atas maka, suatu kegiatan wisata yang dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat diantaranya : 1.Berkelanjutan secara ekologis artinya bahwa pembangunan pariwisata tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap ekosistem setempat, dan kegiatan
konservasi dilaksanakan sebagai upaya untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan. 2.Berkelanjutan secara sosial dan budaya yaitu
kemampuan
masyarakat
lokal dalam menerima kegiatan Pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial. Sedangkan berkelanjutan budaya artinya bahwa masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang memiliki latar belakang berbeda. 3. Berkelanjutan
secara ekonomi artinya bahwa kegiatan pariwisata akan
memberikan keuntungan secara ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.
14
2.2.4 Potensi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992:345), potensi Pariwisata dapat didefinisikan sebagai daya tarik, keunikan, kekuatan dan kesanggupan yang dimiliki oleh suatu obyek yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan sesuatu yang menjadi aktual atau nyata. Atau dengan perkataan lain potensi pariwisata adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah tujuan wisata yang berguna untuk pengembangan industri pariwisata di daerah tersebut. Menurut Soekadijo (1996:57), potensi pariwisata yang merupakan suatu modal nantinya menjadi daya tarik dan dikembangkan menjadi atraksi wisata ada tiga macam, yaitu : potensi alam, potensi kebudayaan, dan potensi manusia. Adapun jenis atraksi tersebut adalah : 1. Potensi Alam Potensi alam yang dimaksud adalah alam fisik (gua, sungai, danau, topografi yang menantang, dan pemandangan), fauna, dan floranya. Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga - tiganya selalu bersama-sama dengan potensi kebudayaan dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu yang menonjol. 2. Potensi Kebudayaan Potensi kebudayaan disini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat.
15
3. Potensi Manusia Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata yang menarik kedatangan wisatawan seperti akrobatik dan atraksi loncat batu di Nias. Menurut Yoeti (1996:158) potensi Pariwisata adalah suatu aset yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata atau obyek wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya.
2.3. Landasan Teori Landasan teori yang yang dimaksud adalah teori – teori relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang vareabel yang akan diteliti. Sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis) serta penyusunan instrumen penelitian Teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang benar – benar telah teruji kebenarannya (Riduwan, 2004 : 19) Untuk menganalisis hasil penelitian yang dibahas pada bab berikut, maka perlu adanya beberapa teori dan pendekatan sebagai acuan. Untuk menjawab pada permasalahan yang pertama yaitu tentang potensi apa yang ada di Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi yaitu :
2.3.1. Teori potensi. Menurut Soekadijo (1996:57), potensi pariwisata yang merupakan suatu
16
modal nantinya menjadi daya tarik wisata dan bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Ada tiga macam potensi wisata yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata yaitu : 1. Potensi Alam Potensi alam yang dimaksud adalah alam fisik (gua, sungai, danau, topografi yang menantang, dan pemandangan), fauna, dan floranya. Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga - tiganya selalu bersama-sama dengan potensi kebudayaan dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu yang menonjol. a.Potensi Sumber Daya Alam Potensi sumber daya alam disini dimaksudkan sumber daya alam yang memiliki daya tarik secara alami. Kawasan taman wisata alam kawah Ijen, memiliki daya tarik alami yaitu berupa kaldera Ijen disamping sebagai sumber belerang air kawah ini memiliki tiga warna yaitu hijau, biru dan kuning keemasan. Pada malam hari di kawah Ijen terdapat cahaya yang sangat unik yaitu api biru atau bluefire. b. Potensi Flora Menurut Fandeli 1992 dalam Latupapua 2008 bahwa, potensi flora terdiri dari keanekaragaman jenis merupakan salah satu aset wisata yang potensial, sebagai daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan.
Adapun kriteria kualitas
keanekaragaman ragaman flora sebagai dasar pengukuran apakah bisa dikatakan berpotensi atau tidak yaitu sebagai berikut :
17
- Skala 1 jumlah jenis
<5
jenis berarti buruk
- Skala 2 jumlah jenis 6 - 10 jenis berarti agak buruk - Skala 3 jumlah jenis 11 - 20 jenis berarti sedang - Skala 4 jumlah jenis 21 - 31 jenis berarti baik - Skala 5 jumlah jenis > 31
jenis berarti sangat baik.
c.Potensi fauna Menurut Fandeli 1992 dalam Latupapua 2008 bahwa, potensi fauna terdiri dari keanekaragaman jenis merupakan aset wisata yang potensial. Bisa sebagai daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Adapun kriteria kualitas keanekaragaman fauna yaitu :
- Skala 1 jumlah jenis 1 - 2 jenis satwa berarti buruk - Skala 2 jumlah jenis 3 - 5 jenis satwa agak buruk - Skala 3 jumlah jenis 6 - 10 jenis satwa berarti sedang - Skala 4 jumlah jenis 11 -15 jenis satwa berarti baik - Skala 5 jumlah jenis >15 jenis satwa berarti sangat baik. 2. Potensi Kebudayaan Potensi kebudayaan disini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya Meliputi kebudayaan tinggi, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat.
Adapun untuk mengetahui
potensi kebudayaan pada masyarakat menggunakan analisis deskripsi dengan
18
menggambarkan keadaan budaya, adat istiadat maupun tradisi masyarakat. 3.Potensi Sumber Daya Manusia Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata yang menarik kedatangan wisatawan seperti akrobatik dan atraksi loncat batu di Nias. Sedangkan untuk mengetahui potensi manusia yaitu menggunakan analisis deskripsi dengan menggambarkan kondisi, kegiatan masyarakat.
2.3.2 Penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata rumusan hasil Lokakarya dan Pelatihan tahun 2006 Untuk menjawab pada permasalahan yang kedua yaitu tentang penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata, yaitu menggunakan evaluasi formatif. Adapun pendekatan
yang digunakan dalam hal ini yaitu menggunakan alat
evaluasi dari prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata menurut rumusan Hasil revisi Lokakarya Nasional di Bali 2006. Yang mana telah mengacu pada TIES (The International Ecotourism Society) yang sudah dipasarkan oleh Green Globe 21 (Raka Dalem dkk, 2006 : 41). Sebagai dasar pertimbangan menggunakan rumusan tersebut sebagai alat evaluasi adalah : 1. Credible maksudnya bahwa organisasi ekowisata tersebut dapat dipercaya oleh konsumen dan diyakini kebenarannya. Hal ini terbukti sudah diterapkan di wilayah Indonesia seperti Bali, Kalimantan dll.
19
2. Affordable maksudnya bahwa produk ekowisata terjangkau oleh konsumen atau wisatawan. 3. Accessible maksudnya bahwa produk ekowisata mudah dipahami atau mudah dipakai. 4. Instantly recognizable maksudnya bahwa produk ekowisata mudah dikenali oleh konsumen. (Dalem dkk, 2006). Adapun rumusan, prinsip dan kriteria ekowisata Nasional perspektif teori tersebut adalah : Prinsip-prinsip dan kreteria ekowisata nasional (1996) telah berhasil diperbaharui atau direvisi berdasarkan hasil lokakarya dan pelatihan yang dilaksanakan di Sanur tahun 2006. (Dalem dkk, 2006). Menghasilkan rumusan sebagai berikut :
Prinsip Ekowisata: 1. Peka dan menghormati nilai - nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. 2. Memiliki kepedulian, komitmen dan tangung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya. 3. Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. 4. Edukasi ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan
20
5. Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah. 6. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat. 7. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku 8. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen. 9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggung jawab).
Prinsip I : Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Kriteria-kriteria: 1. Sistem pengolahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep masyarakat setempat, atau seperti Tri Hita Karana: memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan ( parahyangan ), hubungan antara manusia dengan manusia (pawongan), hubungan antara manusia dengan lingkungan (palemahan) 2. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal. 3. Keberadaan dan kegiatan obyek ekowisata tidak mengganggu aktivitas keaagamaan masyarakat setempat.
21
Prinsip II : Memiliki kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya Kriteria-kriteria : 1. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan. 2. Penggunaan teknologi ramah lingkungan. 3. Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai objek ekowisata disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya. 4. Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan daya dukung setempat. 5. Memperhatikan keberadaan endemisitas.
Prinsip III :
Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada
wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. Kriteria-kriteria : 1. Menyediakan pramuwisata profesional dan berlisensi. 2. Menyediakan fasilitas pendukung dan infomasi yang memadai terkait dengan objek ekowisaata. 3. Melibatkan lembaga adat setempat.
Prinsip IV : Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan
22
Kriteria-kriteria : 1. Melibatkan unsur akademis, pemerhati lingkungan serta lembaga terkait (langsung atau tidak langsung). 2. Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan nilai-nilai budaya lokal. Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam dan budaya.
Prinsip V: Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah Kriteria-kriteria : 1. Perencanaa , pengembanga , pengelolaan , dan pengawasannya perlu mendapat persetujuan masyarakat setempat. 2. Melakukan koordinasi dengan masyarakat setempat dalam setiap tahap pengembangannya 3. Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berdampak luas terhadap masyarakat, lingkungan, dan perusahaan.
Prinsip VI :
Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta
sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat.
23
Kriteria-kriteria : 1. Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian. 2. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional objek ekowisata 3. Melibatkan lembaga adat atau tradisional serta tokoh masyarakat setempat.
Prinsip VII : Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku kriterianya: Kriteria-kriteria : 1. Mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 2. Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut masyarakat setempat.
Prinsip VIII :
Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen
Kriteria-kriteria : 1. Membrikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen. 2. Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen. 3. Memanfaatkan masyarakat setempat sebagai local guide 4. Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen.
Prinsip IX : Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan/pemasaran yang bertanggung jawab.
24
Kriter1ia-kriteria : 1. Materi pemasaran harus akurat, jelas, berkualitas, dan sesuai dengan kenyataan. 2. Meteri pemasaran harus melalui media promosi yang dipilih sesuai dengan target mark.
2.4. Model Dalam menjawab dan memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka konsep atau model penelitian yang dapat digunakan sebagai kerangka kerja dalam penelitian ini. Hal utama yang dilakukan untuk mengawali penelitian ini adalah Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang di kelola oleh Konservasi Sumber Daya Alam ( KSDA ) maupun pemerintah Kabupaten Banyuwangi, hal ini perlu dilestarikan untuk menuju pariwisata berkelanjutan. Adapun konsep utama dalam program pariwisata berkelanjutan yaitu menggunakan konsep ekowisata. Sebelum menerapkan
konsep
mengidentifikasi vareabel
dan kriteria ekowisata yang diperlukan adalah sesuai dengan permasalahan secara logis. Yaitu
diawali dengan mengidentifikasi potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen di desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata. Adapun untuk menganalisis potensi mengukurnya menggunakan tiga vareabel
25
yaitu potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia. Dari potensi yang ada
kemudian diterapkan prinsip dan
kriteria ekowisata yaitu menurut
rumusan dari hasil lokakarya dan Pelatihan Nasional yang diselenggarakan di Bali tahun 2006. Untuk menganalisis penerapan ekowisata ini peneliti menggunakan metoda evaluasi formatif,
merupakan suatu proses untuk membuat keputusan, dengan
memanfaatkan potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia yang ada. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendukung dalam melaksanakan evaluasi prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata yang digunakan dari rumusan
hasil
Pelatihan dan Lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006 serta upaya apa yang dilakukan hasil identifikasi potensi maupun hasil evaluasi . Dari analisis tersebut adanya suatu rekomendasi peneliti yang ditujukan kepada pemerintah dan masyarakat mupun pihak pengelola kawasan taman wisata alam kawah Ijen dan desa Taman Sari dalam rangka penerapan ekowisata.
26
Model Penelitian : Kajian Potensi dan Penerapan Prinsip - Prinsip serta Kriteria Ekowisata Di Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa Taman Sari Banyuwangi.
Pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Pariwisata Berkelanjutan
Ekowisata
Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen di desa TamanSari - Alam -Manusia - Kebudayaan
Prinsip-prinsip dan Kriteria Ekowisata Rumusan hasil pelatihan dan Lokakarya Ekowisata Nasional(2006)
Upaya yang dilakukan dari potensi dan evaluasi prinsip dan penerapan ekowisata
Hasil Penelitian Rekomendasi
27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif serta interpretatif, dengan melakukan pengamatan atau observasi, wawancara, quesioner dan dokumen. Metode tersebut digabungkan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dan mendapatkan fakta yang terkait dengan mengidentifikasi potensi alam, kebudayaan, SDM dan mengevaluasi terhadap penerapan prinsip-prinsip dan kreteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah evaluasi formatif dan identifikasi.
3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Taman Sari kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Tepatnya di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Untuk mencapai ke lokasi, jarak dari Banyuwangi kota yaitu 37 Km. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan atas pertimbangan - pertimbangan tertentu. Yaitu atas dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang direkomendasi dari Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) wilayah V Banyuwangi. Untuk lebih jelasnya peta orientasi lokasi penelitian dapat dilihat pada (Lam.1).
28
3.3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini jenis data yang di pergunakan yaitu 1.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar hanya berupa uraian dan informasi, namun bisa dijabarkan secara rinci yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Data kuantitatif adalah data yang dalam bentuk angka dan dapat dihitung atau diolah dengan menggunakan matematik atau statistik. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bersumber dari dalam lingkungan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen dan dari luar Kawasan yaitu instansi terkait. Ada dua sumber data yang dipergunakan yaitu : 1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan data tentang potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam memformulasikan antara kriteria dan prinsip - prinsip ekowisata menurut hasil Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata tahun 2006. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa dokumentasi dan arsip resmi dari Dinas Pariwisata Daerah
Kabupaten
Banyuwangi,
Balai
Pusat Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Banyuwangi, Konservasi Sumber Daya Alam ( KSDA ) Kabupaten Banyuwangi maupun dari desa Taman Sari. 3.4. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang akan dipakai dalam pengumpulan data
29
adalah quesioner,
pedoman wawancara, observasi serta panduan dokumen.
Pedoman wawancara digunakan pada saat wawancara sehingga pertanyaan akan lebih terfokus. Jenis pertanyaan yang digunakan adalah wawancara tersetruktur . Hasil wawancara akan dicatat dan menggunakan alat bantu berupa buku catatan. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan ( Riduwan, 2004 : 104 ). Panduan pengamatan digunakan saat melakukan observasi di lapangan sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Dalam observasi juga diperlukan kamera untuk mengambil gambar-gambar sehingga dapat menunjang penyajian informasi. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi
buku – buku yang relevan, peraturan – peraturan, foto,
dokumenter serta data yang relevan dengan penelitian. 3.4.1. Populasi dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara purposive sampling peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli dan mengetahui secara pasti tentang obyek yang diteliti atau memberikan
30
pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan (Riduwan, 2004:63). Dalam hal ini berperan sebagai informan, yang mengetahui lebih banyak tentang obyek. Adapun yang menjadi sampel dengan teknik purposive sampling yaitu : - Kepala Bappeda Kabupaten Banyuwangi 1 orang. - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi 1 orang - Lurah desa Taman Sari 1 orang. - Tokoh masyarakat setempat (tokoh agama Islam/Kyai desaTaman Sari )1 orang - Pengelola perkebunan cengkeh, kopi, coklat dan karet 4 orang. - Akademisi yang berkaitan dengan Pariwisata 2 orang - Kepala KSDA Banyuwangi 1 orang - Kepala Lingkungan Hidup Banyuwangi 1 orang
3.5. Metode dan Teknik Analisis Data 3.5.1. Metode Penelitian Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.5.1.1 Pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui potensi yaitu : 1. Potensi Kawah Ijen Untuk mengetahui potensi kawah Ijen yaitu menggunakan analisis deskripsi dengan menggambarkan kondisi maupun
keadaan
alam di
kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Didukung dengan data berupa dokumentasi yaitu foto kawah Ijen sebagai data yang autentik.
31
2. Potensi Flora Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data potensi flora. Adapun untuk mengetahui potensi flora dilakukan pendataan (inventarisasi) terhadap jumlah, jenis flora yang terdapat di kawasan taman wisata alam kawah ijen desa Taman Sari. Sedangkan cara inventarisasi dilakukan dengan teknik sampling yang mempergunkan sistem jalur yaitu dengan pertimbangan adanya faktor kemudahan pencapaian jalur yang diambil sebagai sampel (purposive line transect) Fandeli (2000) dalam Latupapua (2008).
Tabel 1. Kriteria Kwalitas Keanekaragaman Flora Skala
Jumlah Jenis jenis tumbuhan
Arti
1
Terdapat < 5
Buruk
2
Terdapat 6 – 10 jenis tumbuhan
Agak brk
3
Terdapat 11-20 jenis tumbuhan
Sedang
4
Terdapat 21-31 jenis tumbuhan
Baik
5
Terdapat > 31 jenis tumbuhan
Sgt Baik
Sumber : Fandeli 2000 2. Potensi Fauna Potensi fauna juga sangat penting untuk diketahui, dalam penelitian ini adalah melakukan penjelajahan dan menginvetarisasi vegetasi yang ada. Pengamatan terhadap jenis satwa dilakukan dengan mengamati secara
32
langsung maupun tidak langsung. Potensi obyek wisata mempunyai nilai tinggi jika mempunyai keanekaragaman jenis fauna yang tinggi, maka dibuat kriteria keanekaragaman fauna seperti pada tabel 2. ( Fandeli 2000 dalam Latupapua 2008)
Tabel 2. Kriteria Kwalitas Keanekaragaman Fauna Skala
Jumlah Jenis
Arti
1
Jumlah 1 – 2 jenis satwa
Buruk
2
Jumlah 3 – 5 jenis satwa
Agak Brk
3
Jumlah 6 - 10 jenis satwa
Sedang
4
Jumlah 11 - 15 jenis satwa
Baik
5
Jumlah > 15 jenis satwa
Sgt Baik
Sumber : Fandeli 2000 3. Potensi Kebudayaan Untuk mencari potensi kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yaitu dengan menggunakan analisis deskripsi dengan menggambarkan kondisi maupun keadaan budaya, adat istiadat maupun tradisi masyarakat. 4. Potensi Manusia Sedangkan untuk mengetahui potensi manusia yaitu menggunakan analisis deskripsi dengan menggambarkan kondisi masyarakat.
33
3.5.1.2 Pengumpulan data untuk mengevaluasi dari penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata Penelitian evaluasi dapat dinyatakan juga sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk menjelaskan fenomena. Adapun jenis dalam penelitian evaluasi ini yaitu evaluasi formatif (Kidder, 1981:84) maksudnya adalah ingin mendapatkan umpan balik dari suatu aktifitas dalam proses tersebut, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan program atau produk tertentu. Disini diterapkan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata dari hasil pelatihan Lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006 (Lam.2), di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Yang nantinya ada respon dari pemerintah, steakholder, masyarakat maupun wisatawan. Proses ini bisa dipakai sebagai keputusan untuk mengambil kebijakan. Adapun upaya – upaya real yang akan dilakukan, mengacu pada hasil identifikasi potensi dan hasil evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata rumusan hasil pelatihan dan lokakarya tahun 2006.
34
3.5.2 Teknik Analisis Data
1. Analisis (a) Potensi Alam ( Flora,Fauna dan kawah Ijen ), Kebudayaan dan SDM, dari hasil analisis potensi kawah Ijen kemudian dideskripsikan dan hasil analisis flora,fauna kemudian diberikan deskripsi pada masing – masing jenis atau kelompoknya. Sehingga akan menjadi jelas
untuk diketahui apakah
dengan adanya keragaman flora dan fauna mampu menjadi
potensi pendukung
sebagai obyek dan daya tarik ekowisata. Disamping itu keunikan dan kelangkaan jenis flora maupun fauna akan menjadi salah satu faktor potensi kawasan tersebut, karena faktor ini sangat mendukung
suatu kawasan akan
menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan hasil analisis (b) potensi
kebudayaan
dan
sumber
daya
manusia, kemudian
deskripsinya untuk masing – masing kelompoknya. Sehingga diketahui
apakah
mampu menjadi
dengan kebudayaan potensi
dan
pendukung bahwa
adat desa
diberikan akan jelas
istiadat yang
unik
Taman Sari dijadikan
sebagai obyek wisata dan daya tarik ekowisata. 2.Evaluasi terhadap penerapan prinsip dan kriteria ekowisata menurut rumusan Hasil Pelatihan dan Lokakarya Nasional Ekowisata tahun 2006. Hasil evaluasi kemudian di rekomendasi sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
35
3.Analisis upaya – upaya yang akan dilakukan dari hasil potensi yang telah diidentifikasi
serta hasil evaluasi
penerapan
prinsip – prinsip dan kriteria
ekowisata di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari.
3.6 Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan cara formal yaitu dalam bentuk tabel maupun dengan cara informal yaitu dalam bentuk naratif. Secara formal teknik penyajian akan menggunakan beberapa tabel, sedangkan secara informal hasil penelitian disajikan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat verbal sebagai sarana dengan ragam bahasa maupun menggunakan foto sebagai salah satu data autentik yang bisa kemukakan.
36
BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Taman Sari 4.1.1
Sejarah Desa Taman Sari Desa Taman Sari adalah sebuah desa yang terletak di Kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. Secara administratif pemerintahan, kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen terletak dalam dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Namun dalam hal ini yang menjadi pokok utama yaitu wilayah Kabupaten Banyuwangi. Keberadaan desa Taman Sari ini memiliki asal usul yang cukup mengesankan, yaitu sejak peninggalan pada zaman Belanda kurang lebih 128 tahun yang lalu. Pada masa itu ada seorang Belanda yang bertempat tinggal di Taman Sari tepatnya di Dusun Kranjan bernama Tuan Van Ort Lander atau Tuan Pancur panggilan akrab oleh masyarakat setempat. Kemudian Tuan Pancur menikah dengan penduduk pribumi yang bernama Ny. Mince / Astiyah. Nama Taman Sari diambil dari sebuah taman, yang dipergunakan sebagai tempat penginapan yang dimiliki oleh Tuan Pancur berada di Dusun Krajan, dengan jarak tempuh 200 m dari kantor Kepala Desa Taman Sari. Sebagai salah satu bukti keberadaan Tuan Pancur yaitu puing bangunan dan makam yang berada di desa Taman Sari.
37
Pada awalnya secara administratif desa Taman Sari masuk wilayah Kecamatan Glagah. Namun diperbantukan oleh kantor perwakilan Licin yang berlokasi di wilayah desa Licin. Pada tanggal 11 November 2004 terjadi pemekaran wilayah menjadi dua bagian yaitu Kecamatan Glagah sebagai Kecamatan induk dan Kecamatan Licin sebagai Kecamatan pemekaran. Kecamatan Licin memiliki wilayah 8 desa yaitu :
desa Taman Sari, desa Licin, desa Pakel, desa Kluncing, desa
Segobang, desa Banjar, desa Blimbingsari, desa Gumuk. 4.1.2.
Kondisi Geografis
Desa Taman Sari merupakan daerah dataran tinggi dengan rata-rata curah hujan per tahun sebesar 1.500 – 3.000 mm ( sumber KSDA Banyuwangi ). Hal ini akan mempengaruhi jenis vegetasi yang tumbuh di daerah ini. Seperti perkebunan tumbuh subur dan berbuah dengan di desa ini. Letak desa Taman Sari cukup potensial karena dikelilingi oleh perkebunan karet, cengkeh, kopi dan coklat, serta berbagai macam flora maupun fauna seperti yang ada di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Adapun batas – batas wilayah Desa Taman Sari adalah : Sebelah Utara
: Desa Kampung Anyar
Sebelah Selatan
: Desa Banjar
Sebelah Barat
: Kabupaten Bondowoso
Sebelah Timur
: Desa Licin
38
Tabel 4.1 Tata Guna Tanah Desa Taman Sari Tahun 2010
No.
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha)
(%)
1.
Tanah Sawah
164
24,114
2.
Tanah Tegalan
310,97
45,723
3.
Tanah Pekarangan
42,47
6,245
4.
Tanah Perkebunan
76,62
11,266
5.
Tanah Hutan Produktif
75
11,028
6.
Tanah Jalan, Sungai, pemukiman
11,05
Jumlah
680,1
1,625 100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010 Melihat jenis penggunaan tanah atau lahan diatas menunjukkan bahwa di desa Taman Sari yang termasuk Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen masih cukup luas untuk penghijauan. Lahan yang ada masih cukup untuk lahan hijau atau jalur hijau, yang selama ini dipelihara oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari lahan yang ada yaitu 1,625 % untuk pemukiman penduduk. Sedangkan sisanya yaitu 98,375% lahan persawahan, hutan, pekarangan, perkebunan dan tegalan. Lahan seluas ini, masyarakat bisa memanfaatkan sebagai matapencaharian mereka, yaitu berupa pertanian maupun perkebunan dengan hasil yang cukup untuk kehidupan dalam keluarga
39
4.1.3 Kondisi Demografis, Sosial dan Ekonomi Penduduk desa Taman Sari secara keseluruhan berjumlah 6996 jiwa dan yang produktif dalam hal ini mempunyai matapencaharian sebanyak 1321 jiwa. Sebagai pegawai 285 jiwa, pedagang 139, dan sebagai petani 897 jiwa. (Statistik Desa Taman Sari tahun 2010) Tabel 4.2 Komposisi Warga desa Taman Sari menurut jenis pekerjaan tahun 2010
No
Jenis Matapencaharian
Jumlah (orang)
(%)
1.
Petani
897
67,9
2.
Pegawai
285
21,6
3.
Pedagang
139
10,5
Jumlah
1321
100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4.2 , bahwa masyarakat desa Taman Sari sementara 67,9 % adalah sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di desa Taman Sari ini cukup menjajikan, dengan luas lahan yang juga cukup luas. Jadi cukup berimbang antara lahan yang tersedia dengan jumlah penduduk sebagai petani. Mereka pada umumnya belum mengarah pada kegiatan pariwisata. Karena belum dikembangkan secara optimal dan masyarakat masih kurangnya pengetahuan tentang pariwisata.
40
4.1.4
Komposisi Warga Desa Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi warga desa Taman Sari menurut umur dan jenis kelamin pada tahun 2010. Terlihat pada tabel berikut secara rinci dan jelas, masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Dengan demikian akan bisa diprediksi kelompok umur yang produktif di desa Taman Sari Tabel 4.3 Komposisi Warga desa Taman Sari Menurut Umur dan Jenis Kelamin tahun 2010 No
Umur (tahun)
%
Jml(jiwa)
%
1.
0 - 4
341
10,1
338
9,3
679
9,7
2.
5 - 14
630
18,7
640
17,7
1270
18,2
3.
15 - 24
1103
32,7
1207
33,3
2310
33,1
4.
25 - 54
647
19,2
803
22,2
1450
20,6
5.
55 ke atas
654
19,3
633
17,5
1287
18,4
100
6996
Jumlah
L (jiwa)
3375
%
100
P (jiwa)
3621
100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010 Dari Tabel 4.3 tampak terdapat perbedaan jumlah penduduk dari jenis kelamin yang berhubungan dengan usia produktif. Yaitu pada usia antara 25 – 54 tahun kaum wanita yang jumlahnya lebih besar dari pada kaum laki-laki. Namun disini kaum wanita tetap tidak mendominasi dalam suatu pekerjaan. Hanya kaum laki-laki yang aktif melakukan pekerjaan atau untuk mencari nafkah keluarga.
41
4.1.5
Komposisi Warga Desa Menurut Pendidikan
Komposisi warga desa Taman Sari menurut jenjang pendidikannya diperlihatkan dalam Tabel 4.4 berikut. Hal ini akan menggambarkan bahwa pada tingkat pendidikan semakin tinggi dalam suatu komunitas, maka ada kecenderungan dalam hal tingkat kemajuan sebuah desa. Tabel 4.4 Komposisi Warga desa Taman Sari menurut pendidikan tahun 2010 No
Tingkat Pendidikan
1.
TK
2.
Tidak Tamat SD
3.
SD
4.
Jumlah (orang) -
(%) -
1130
28,34
931
23,34
SLTP
1054
26,43
5.
SMU
671
16,82
6.
Perguruan Tinggi
202
5,07
Jumlah
3988
100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010 Dari Tabel 4.4 dapat diketahui jumlah warga Desa Taman Sari yang sudah dapat mengeyam pendidikan sampai perguruan tinggi adalah 202 orang atau 5,07% dari keseluruhan jumlah warga yang sudah tamat pendidikan. Pendidikan tinggi di Desa Taman Sari
pada dasarnya masyarakat sudah mengenal, namun mereka belum
mampu menjakau dikarenakan dari segi biaya tidak mampu.
42
4.1.6. Komposisi Warga Desa Menurut Matapencaharian Matapencaharian masyarakat desa Taman Sari cukup vareasi, hal ini karena belum terfocus pada kegiatan pariwisata. Pengembangan pariwisata belum optimal. Hal ini terlihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5 Komposisi Warga desa Taman Sari menurut jenis pekerjaan tahun 2010
No
Jenis Matapencaharian
Jumlah (orang)
(%)
4.
Petani
897
67,9
5.
Pegawai
285
21,6
6.
Pedagang
139
10,5
Jumlah
1321
100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010 Jika dilihat dari data pada Tabel 4.5, bahwa masyarakat desa Taman Sari sementara ini kebanyakan sebagai petani yaitu sebesar 67,9%. Apabila dibandingkan dengan lahan persawahan maupun hutan yang cukup luas, masih cukup sebagai matapencaharian mereka. Jumlah pedagang menduduki peringkat paling rendah yaitu hanya sebesar 10,5%, hal ini dikarenakan pekerjaan mereka atau sebagai petani merupakan turun temurun dari nenek monyang mereka.
43
4.1.7
Sarana
Desa Taman Sari telah memiliki sarana sebagai penunjang untuk kelancaran kegiatan masyarakat. Yaitu jalan desa atau jalan utama di tengah-tengah desa yang sudah beraspal sepanjang 9,5 Km dan jalan tanah sepanjang 10 Km. Jalan antar desa atau kecamatan sebagai penghubung antar desa yang beraspal sepanjang 5 Km dan jalan tanah sepanjang 15 Km. Disamping itu sebagai penghubung lain yaitu jembatan desa yang terbuat dari beton ada 6 buah yang mana fungsinya sangat penting yaitu untuk memperlancar kegiatan masyarakat desa Taman Sari. Sedangkan jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antar desa atau antar kecamatan, yang terbuat dari beton berjumlah 6 buah. Jalan untuk menuju ke kawasan taman wisata alam kawah Ijen juga sudah relatif cukup memadai yaitu 17 km sudah menggunakan aspal kasar, kurang lebih 10 km jalan menggunakan koral. Disamping jalan, air yang fungsinya sangat penting sekali bagi kehidupan. Adapun air yang ada yaitu dari sumber mata air yang kemudian ditampung pada sebuah tempat, kemudian dialirkan ke rumah, sawah. Desa Taman Sari memiliki sumber mata air di 5 lokasi. Fungsinya sangat penting untuk kepentingan masyarakat disamping untuk air minum, mencuci maupun pengairan sawah. Sedangkan untuk penerangan di Desa Taman Sari sudah menggunakan listrik yaitu
PLN. Dengan demikian masyarakat sudah bisa menggunakan peralatan
elektronik untuk menunjang kegiatan sehari – hari. Namun karena daya listrik masih relatif rendah sehingga masyarakat menggunakan juga terbatas.
44
Adanya listrik masuk desa, sehingga peralatan telekomunikasi juga sudah relatif lancar. Peralatan telekomunikasi mudah diperoleh, karena di era globalisasi saat ini yang diimbangi dengan perkembangan teknologi dituntut berfikir maju satu langkah kedepan. . Adapun sarana pendidikan yang ada hanya sebatas tingkat Sekolah Dasar yaitu berjumlah 5 buah. Sedangkan untuk tingkat Taman Kanak – Kanak berjumlah 3 buah . Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi belum ada. Disamping sarana pendidikan juga sarana kesehatan untuk masyarakat. PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) di desa Taman Sari belum sersedia. Yang ada Posyandu Balita berjumlah 8 buah, dan Posyandu Lansia berjumlah 8 buah. Dengan demikian masyarakat jika sakit harus periksa ke PUSKESMAS yang ada di Kecamatan.
4.2
Gambaran Umum Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
4.2.1 Kondisi Umum Gunung Ijen Gunung api Ijen adalah gunung api bertipe strato, salah satu generasi kerucut vulkanik setelah pembentukan kaldera Ijen. Gunung api ini terdapat di daerah perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Adapun tinggi kurang lebih 2.400 m diatas permukaan laut. Posisi geografinya terletak pada 8o 3’30’ Lintang Selatan dan 114o 14’30’ Bujur Timur (KSDA, Banyuwangi) Gunung api Ijen dicirikan oleh danau kawah berukuran kurang lebih 960 x 600 m2 dengan kedalaman air danau kurang lebih 200 m. Di batasi oleh pematang kawah
45
berketinggian antara 2.145 m sampai dengan 2.386 m, sedangkan volume air kawah sekitar 36 juta m3. (KSDA Banyuwangi) Secara geologi taman wisata alam kawah Ijen terdiri dari batuan kwartier muda yang membentuk tanah regosol. Sedangkan jenis tifosol terbentuk dari batuan abu atau pasir tuf-fulkan yang bersifat intermedier sampai dengan pasir. Taman Wisata Alam Kawah Ijen secara geografis terletak pada 8o 3’ 30” Lintang Selatan dan 114o 14’ 30” Bujur Timur. Di sebelah utara dibatasi oleh hutan lindung Gunung Remuk dan sebelah barat dibatasi oleh jalan lintas Banyuwangi–Bondowoso. Aliran sungai Banyulinu merupakan batas sebelah selatan, sedangkan batas timurnya adalah lereng gunung Merapi. Hal ini akan berpengaruh pada angin musim yang termasuk daerah kering dengan curah hujan tahunan rata - rata berkisar antara 1500 – 3000 mm serta suhu udara berkisar antara -2o sampai 23oC. Iklim yang demikian akan mempengaruhi pada jenis vegetasi maupun binatang yang mendiami, disamping itu karena gas belerang juga sangat berpengaruh pada jenis tumbuhan maupun binatang yang ada.
46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari sebagai daya tarik Ekowisata.
5.1.1
Potensi Alam
5.1.1.1 Potensi Kawah Gunung Ijen Berdasarkan peta tanah, Lembaga penelitian tanah Bogor tahun 1966 taman wisata alam kawah Ijen terdapat jenis tanah yang merupakan endapan dari bahanbahan piroklastik, abu scorea dan lava dari letusan gunung berapi. Walaupun pertumbuhan gunung api ini relatif bersamaan dengan kerucut vulkanik lain seperti gunung Merapi, gunung Rante dan gunung Suket di bagian sisi tenggara, selatan dan baratdaya kaldera. Namun karena letusan magmatik dan freatik terakhir, sehingga muncul kawah ini yang disebut Ijen. Kawah gunung Ijen yang telah di tetapkan sebagai kawasan taman wisata alam ini, telah banyak kejadian fenomena alam sehingga sampai terjadinya sebuah kawah yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Berikut beberpa gambar kawah Ijen sebagai penghasil belerang.
47
Gambar : 5.1. Gunung Ijen Sumber : Google 2000
Kawasan taman wisata alam kawah Ijen, merupakan kawasan yang dilindungi. Dibandingkan dengan gunung yang lain disekeliling gunung Ijen, karena gunung Ijen memiliki jenis flora maupun fauna yang lebih vareatif, disamping itu karena gunung Ijen merupakan gunung vulkanik yang cukup aktif. Gunung Ijen juga sebagai sumber belerang yang cukup aktif pula, sehingga kawasan itu dilindungi, ada kemungkinan kadar belerang meningkat, maka akan membahayakan bagi kehidupan disekitarnya.
48
Gambar : 5.2. Gunung Ijen Sumber : Google 2010 Terlihat pada gambar 5.2 , bahwa gunung Ijen juga dikelilingi oleh gununggunung lain. Seperti gunung Blaos, gunung Pawenan, dan gunung Remuk. Diantara gunung di sekeliling gunung Ijen, gunung Ijenlah yang aktif dan menghasilkan belerang ( sumber belerang ). Belerang juga bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun jika kadar belerang tersebut tinggi, maka akan membahayakan bagi kehidupan, karena kadar belerang yang cukup tinggi akan mengeluarkan gas beracun. Dicirikan dengan berubahnya air kawah, yaitu menjadi warna hitam dan berbusa, dan bau sangat menyengat, sehingga akan mengganggu saluran pernafasan ( KSDA Banyuwangi). 49
Gambar : 5.3 Kaldera Ijen Sumber : Google 2010
Gambar 5.3. menunjukkan kaldera Ijen dengan diameter 200 m dan disekelilingnya menghasilkan belerang. Gumpalan belerang ini merupakan proses dari sublimasi. Adapun proses sublimasi tersebut dari lobang yang berada di tepi kawah gunung. Lobang ini secara sengaja dibuat yaitu dengan cara pengeboran yang kemudian mengeluarkan asap belerang. Asap terkena angin maupun sinar matahari kemudian menggumpal ( terjadi pengkristalan ). Disamping sebagai sumber belerang, kawah ini memiliki tiga warna yaitu hijau, biru dan kuning keemasan. Keunikan inilah yang merupakan salah satu faktor
50
sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan sepuluh wisatawan asing berasal dari Eropa yang berkunjung ke gunung Ijen, berkomentar bahwa gunung Ijen merupakan pemandangan yang luar biasa bagusnya. Belum pernah melihat fenomena alam seperti ini. Berbeda
dengan group lain,
wisatawan yang berkunjung sampai mengadakan kemping di lereng gunung karena ingin menyaksikan api biru atau bluefire. Fenomena seperti ini hanya bisa disaksikan pada malam hari yaitu sekitar jam 02.00 waktu setempat. Fenomena alam seperti inilah yang menjadi daya tarik tersendiri, walaupun dengan perjalanan yang susah payah untuk menjakau ke lokasi. Gumpalan belerang merupakan salah satu faktor daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Demikian banyaknya yang di produksi, sehingga setiap harinya harus ditambang, dalam hal ini dilakukan kerja sama antara stakeholders ( pemerintah, KSDA dan geologi ) dengan masyarakat. Jadi pihak pemerintah secara tidak langsung membuka padat karya yaitu masyarakat menggali belerang atau menambang yang kemudian dijual kepada pengepul. Penambangan ini dilakukan setiap hari jika tidak dilakukan maka, gumpalan ini akan menumpuk dan menyumbat lobang untuk keluar asap. Sehingga akan terjadi pemanasan di dalam gunung, yamg mengakibatkan peledakan. Jadi tujuan dari pada penambangan ini adalah untuk menyeimbangkan kondisi gunung agar tetap stabil. Gunung Ijen sebagai sumber belerang, di satu sisi akan menguntungkan untuk kehidupan manusia. Hal ini jika kadar gas belerang dalam kondisi yang stabil bisa
51
sebagai daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, dan bisa dimanfaatkan untuk bahan baku kesehatan maupun sebagai bahan baku kosmetik setelah mengalami prosesi. Adapun sisi negatifnya jika kadar belerang tinggi, maka akan mengeluarkan gas beracun
sehingga akan membahayakan bagi kehidupan manusia maupun
lingkungan disekitarnya. Informasi yang telah disampaikan oleh Kades Taman Sari, bahwa kejadian keluarnya gas beracun yang membahayakan bagi kehidupan manusia pernah terjadi yaitu sekitar tahun 1962. Kemudian muncul kembali kadar belerang tinggi akibatnya mengeluarkan gas beracun yaitu terjadi pada pertengahan desember 2011. Kejadian fenomena alam ini sangat berbahaya bagi kehidupan khususnya untuk manusia, sehingga kawasan ini di tutup sementara untuk pengunjung dan penambang
5.1.1.2 Potensi Flora Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen secara fisik berpotensi yaitu memiliki aneka ragam jenis flora. Penyebaran flora di kawasan seluas 2.560 ha cukup merata dan beraneka ragam tipe vegetasi yang ada. Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan dan yang diperoleh dari KSDA tentang macam flora yang ada dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Daerah dengan ketinggian 700 – 1000 m yang disebut dengan Montane Rain Forest atau hutan hujan pegunungan.
52
Wilayah ini meliputi daerah sekitar Totokan dan hutan lindung. Daerah ini pada umumnya di dominasi oleh pohon-pohon dari famili Fagaceae, Magnoliaceae, Ericaceae, Hamamelidaceae dan Coniferae. Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen memiliki vegetasi dengan ciri khusus hal ini dikarenakan akibat efek keluarnya gas belerang dari dalam kawah. Sehingga memiliki formasi yang berbeda jika dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki ketinggian yang sama. Perbedaan formasi inilah yang merupakan salah satu keunikan dan kelangkaan yang jarang ditemui pada daerah lain ( KSDA Banyuwangi ). 2. Daerah dengan ketinggian 1000 – 2.500m dpl yang di sebut dengan High Montane Rain Forest ( Hutan Hujan Pegunungan Tinggi ). Daerah ini merupakan daerah yang dominan, oleh karena itu tipe vegetasi ini yang paling banyak ditemui. Merupakan peralihan antara hatan hujan pegunungan dengan hutan hujan sub alpin. Jadi jenis tumbuhan yang bisa dijumpai di ketinggian ini adalah kombinasi antara famili yang ditemui di hutan hujan pegunungan da formasi hutan hujan sub alpin yang didominasi oleh Compositae ( Eidelweiss ) dan Ericaceae ( Vaccinium ). 3. Daerah dengan ketinggian 2500 – 4000 m dpl disebut dengan Sub Alpin Rain Forest ( hutan hujan sub Alpin ). Hanya sebagian kecil saja yang merupakan tipe vegetasi hutan hujan sub alpin di kawasan taman wisata alam kawah Ijen ini, yaitu di daerah gunung Merapi yang mempunyai ketinggian sekitar 2800 m dpl. Vegetasi di dominasi oleh tumbuhan yang
53
mempunyai habitat semak dan perdu. Mengingat kondisi yang kurang mendukung dan semakin besarnya pengaruh gas belerang terhadap daerah ini, sehingga vegetasi yang ada sangat berbeda dengan vegtasi yang tumbuh di daerah lain dalam kondisi lingkungan yang sama. Hutan hujan tropis pegunungan yang ada di kawasan taman wisata alam kawah Ijen juga terdapat hutan pegunungan kering dan semak Alpin. Hutan pegunungan kering didominasi oleh cemara gunung ( Casuarina Junghuhniana ) dengan rumput penutup di dasar yang mudah terbakar. Sedangkan semak alpin berada diatas garis tumbuh pohon pada gunung – gunung yang paling tinggi. Semak seperti ini biasanya didominasi oleh suku Ericaceae, misalnya Vaccinium, ditambah tumbuhan seperti Schima, Potentilla dan Hypericum. Potensi flora di kawasan taman wisata alam kawah Ijen setelah diidentifikasi secara menyeluruh ada 86 jenis yang terdiri dari semak / perdu, epifit, tumbuhan bawah, pohon dan rumput. Dari beberapa pengelompokan tersebut, masing – masing mempunyai penyebaran yang tidak merata karena kondisi vegetasi yang tidak sama antara satu kawasan dengan kawasan yang lainnya. Paling banyak ditemui adalah jenis semak, yaitu sampai 29 jenis yang didominasi oleh Euphatorium dan Eidelweiss. Untuk banyaknya spesies yang dijumpai pada peringkat kedua adalah rumput, yaitu telah teridentifikasi sebanyak 24 jenis. Selanjutnya berturut – turut adalah herba/ terna ( 13 jenis), pohon (12 jenis), Epifit ( 9 jenis) dan semak/perdu (7 jenis ).
54
Untuk jenis pohon yang mendominasi adalah pohon cemara gunung ( Casuarina junghuhniana) yang sebarannya merata dan merupakan ciri khas dari tegakan dataran tinggi. Kelompok tumbuhan epifit merupakan tumbuhan yang paling indah diantara tumbuhan yang lainnya. Kelompok ini didominasi oleh jenis anggrek yang sudah dikenal oleh masyarakat secara umum sebagai primadona tanaman hias. Vaccinium merupakan tanaman khas yang hanya di jumpai pada dataran tinggi. Jenis perdu ini juga dapat hidup di daerah yang tumbuhan lainnya tidak bisa hidup. Kelebihan dari tumbuhan ini adalah mampu membentuk kayu yang keras di daerah yang minim dengan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Disamping jenis pohon yang hidup secara merata di dataran tinggi tersebut, juga beberapa pohon didalam perkebunan. Pohon ini potensi untuk tanaman agro wisata. Adapun jenis pohon yang memungkinkan sebagai agrowisata yaitu, perkebunan cengkeh, perkebunan kopi, perkebunan coklat maupun perkebunan karet. Berdasarkan hasil inventarisasi jenis flora yang ada, secara kasad mata bahwa di kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berpotensi sebagai ekowisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisataawan. Disamping itu perkebunanan juga sangat potensial jika dikembangkan sebagai agrowisata, disamping hasil perkebunan juga merupakan potensi pendukung ekowisata. Dari jumlah hasil inventarisasi tersebut yang mengacu pada teori di bab sebelumnya yaitu menurut Fandeli (1992) dalam Latupapua (2008) jika dimasukkan dalam kriteria kualitas keanekaragaman flora termasuk dalam skala 5 (lima), yaitu
55
jumlah jenis > 31 jenis. Maksudnya bahwa jenis flora yang ada, termasuk dalam kategori sangat baik. Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman flora yang dimiliki, dengan demikian dapat menambah daya tarik wisatawan untuk melihat dan menikmatinya keindahan alam serta keanekaragaman flora. Namun ada yang lebih menarik lagi yaitu dengan adanya jenis flora yang termasuk kategori langka dan sangat spesifikasi karena pengaruh gas belerang inilah walaupun dalam ketinggian yang sama, sehingga perlu dilindungi. Dengan peringkat masuk
dalam kategori sangat baik secara kasad mata
bahwa di kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berpotensi sebagai ekowisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisataawan. Disamping itu perkebunanan juga sangat potensial jika dikembangkan sebagai agrowisata disamping merupakan potensi pendukung ekowisata. Jika berdasarkan data monografi desa Taman Sari yang memiliki luas wilayah 680 ha, menunjukkan 98,375 % merupakan perkebunan, hutan, sawah, tegalan. Dari prosensatese yang sangat besar ini, menggambarkan bahwa desa Taman Sari merupakan lahan hijau sebagai pendukung ekowisata sangat potensial. Berdasarkan data kondisi geografi, desa Taman Sari merupakan daerah dataran tinggi dengan rata – rata curah hujan per tahun sebesar 1.500 – 3.000 mm (sumber KSDA Banyuwangi ). Hal ini akan mempengaruhi jenis fegetasi yang tumbuh di daerah ini. Jadi jenis vegetasi yang ada pengaruh dari iklim, tingkat kesuburan tanah, cuaca dan yang sangat berpengaruh efek dari pada gas belerang akan
56
mempengaruhi jenis vegetasi yang ada di yang desa Taman Sari, sehingga akan menambah khasanah kekayaan jenis flora. Jika dikembangkan ekowisata di desa Taman Sari sangat mendukung dengan adanya keanekaragam flora yang dimiliki, keunikan jenis vegetasi yang ada maupun dengan luasnya perkebunan. Hal ini terlihat pada gambar berikut yang menunjukkan sebagian keanekaragaman flora.
Gambar : 5.4 Pemandangan Aneka Vegetasi Sumber : Google 2011
57
Gambar 5.4
menunjukkan aneka flora yang ada, jadi sebelum wisatawan
menuju ke puncak kawah Ijen akan melewati pemandangan ini. Terlihat juga pada gambar jenis pohon dari famili fagaceae, Magnoliaceae. Pohon – pohon seperti ini jarang kita jumpai pada dataran rendah. Sehingga merupakan salah satu keunikan tersendiri yang bisa dinikmati. Apalagi bagi wisatawan yang menyenangi dunia flora, akan benar – benar bisa melihat secara langsung keanekaragaman yang ada. Wisatawan yang peduli lingkungan, senang untuk mengamati dengan dekat tentang flora yang ada. Bahkan wisatawan bisa ikut serta dalam program pelestarian alam yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya dengan penghijauan kembali pada hutan – hutan di kawasan taman wisata alam kawah ijen. Program penghijauan yang dilakukan masyarakat yang didukung oleh pemerintah, dilakukan juga oleh wisatawan. Terutama bagi wisatawan yang konsen terhadap lingkungan. Kegiatan dilakukan di kawasan taman wisata alam kawah ijen.
58
Gambar : 5.5
Perkebunan Cengkeh
Sumber : Dokumentasi Penelitian 2011
Gambar 5.5 merupakan perkebunan cengkeh yang terdapat di desa Taman Sari. Perkebunan ini juga cukup potensial jika dikembangkan sebagai wisata agro, yang bisa dinikmati oleh wisatawan yang mau menuju ke puncak Ijen. Jadi sebelum mendaki gunung Ijen, wisatawan akan melewati perkebunan cengkeh sepanjang jalan Ijen kurang lebih dengan luas 21,2 ha.
59
Luas perkebunan cengkeh diatas, sangat mendukung sebagai tempat wisata menuju ekowisata. Apalagi didukung dengan hawanya yang sejuk, dan rimbun disekelilingnya dengan pepohonan yang lain.
Gambar : 5. 6
Perkebunan Kopi
Sumber : Dokumentasi Penelitian 2011 Gambar 5.6 menunjukkan perkebunan kopi, yang terbentang sepanjang jalan menuju ke kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Tidak hanya perkebunan cengkeh tetapi perkebunan kopi juga merupakan salah satu daya tarik sebagai agro wisata. Wisatawan bisa berkunjung ke perkebunan sebelum naik ke puncak kawah Ijen. Berdasarkan data monografi desa Taman Sari, perkebunan kopi dengan luas lahan
60
kurang lebih 24,1 ha sangat potensial sebagai daya tarik wisata karena dengan pemandangan yang hijau dan sejuk apalagi jika sebagai agrowisata. Bahkan hal ini bisa dijadikan sebagai pendukung ekowisata. Wisatawan bisa menikmati pemandangan sambil berrsantai menikmati udara yang sejuk di sekitar perkebunan kopi.
Gambar : 5.7. Hutan Semak/ Perdu Sumber : Google 2011
Pada gambar 5.7 menunjukkan hutan dengan pohon-pohon semak yang beranekaragam jenisnya. Memang jika di lihat sepintas hanya sekedar semak yang kurang bermanfaat. Namun ternyata begitu ditelusuri sampai ke dalam banyak jenis 61
flora yang tidak pernah dijumpai pada dataran rendah. Seperti
, semak, Epifit,
tumbuhan bawah, pohon dan rumput gunung. Dengan perbedaan jenis pohon ini merupakan daya tarik ekowisata yang bisa dikembangkan.
5.1.1.3. Potensi Fauna Secara fisik potensi yang dimiliki Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berupa aneka ragam jenis flora disamping itu juga fauna. Penyebaran fauna di kawasan seluas 2.561 ha cukup merata dan beraneka ragam spesies yang ada. Berdasarkan hasil inventarisasi dan pengamatan yang telah dilakukan yaitu macam fauna yang ditemui, berdasarkan klasifikasinya adalah : 1.Klas Mamalia Mamalia yang ada di kawasan taman wisata alam kawah Ijen, cukup sulit ditemui secara langsung, namun data – data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan, walaupun beberapa adalah menggunakan data sekunder. Berdasarkan dari pengumpulan data yang diperoleh adalah sebanyak 16 jenis Jenis tersebut adalah : macan kumbang /tutul ( Panthera pardus ), kucing hutan/ macan rembah ( Felis bengalensis ), ajag ( Cuon alpinus ), lutung jawa ( Trachypithecus auratus ), lutung jawa merah ( Trachypithecus auratus phyrha ), tupai terbang ( Petaurista elegan), Kijang (Muntiacus muntjak ), Jelarang ( Ratufa bicolor ) babi hutan ( Sus verrucosus ), luwak biasa (Paradoxurus hermaphroditus ).
62
2. Klas Aves / Burung Hasil pengamatan yang dilaksanakan baik di dalam maupun luar kawasan taman wisata alam kawah Ijen, ditemukan 124 ( tahun 2001). Dari jumlah tersebut 21 jenis diantaranya termasuk jenis burung endemik. Burung – burung endemik yang dimaksud antara lain ayam hutan hijau ( Gallus varius ), walek kepala ungu (Ptylinopus porphyreus ), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris ), sepah gunung (Pericrocotus miniatus ), cucak gunung ( Pycnonotus bimaculatus ) dan kipasan bukit (Rhipidura euryura). Burung tersebut secara merata menyebar pada masing – masing tipe habitat yang ada. Beberapa merupakan jenis burung yang langka seperti walek kepala ungu (Ptylinopus porphyreus ), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris ), disamping langka juga unik tidak ada di daerah lain Beberapa jenis burung migran ada juga di kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Ada dua jenis burung yang melewatkan musim dingin di belahan bumi bagian utara dan menjadikan kawasan pegunungan Ijen sebagai salah satu lintasannya guna menuju sisi bumi bagian selatan. Kedua jenis burung tersebut yaitu sikatan emas ( Ficedula zanthopygia ) dan sikatan bubik ( Muscicapa daurica ). Kaitannya dengan aspek perlindungan, sebanyak 21 jenis burung yang masuk dalam kategori dilindungi. Tercatat selama pengamatan ada dua jenis burung yang terancam punah dan dua jenis yang mendekati terancam punah. Yang tergolong terancam punah adalah elang jawa ( Spizaetus bartels ) pada kondisi endangered
63
( genting ) dan walet gunung ( collocalia vulcanorum ) pada kondisi vulnerable (rentan ). Sedangkan dua jenis lainnya yang mendekati terancam punah yaitu tulung tumpuk (Megalaima javensis) dan kipasan bukit ( Rhipidura euryura ). Berdasarkan hasil inventarisasi jenis fauna yang ada di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari fauna yang ada berjumlah > 15 jenis satwa. Dari jumlah tersebut menurut Fandeli (1992) dalam Latupapua (2008) jika dimasukkan dalam kriteria kualitas keanekaragaman fauna termasuk dalam skala 5 (lima). Maksudnya bahwa jenis fauna yang ada, termasuk dalam kategori sangat baik. Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman fauna yang dimiliki, dengan demikian dapat menambah daya tarik wisatawan untuk melihat dan menikmati keanekaragaman fauna. Peringkat skala 5, dan kategori sangat baik secara kasad mata bahwa di kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berpotensi, jika dikembangkan sebagai ekowisata. yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Salah satu faktor yang mendukung kawasan berpotensi sebagai ekowisata yaitu antara lain kelangkaan dan keunikan suatu daerah sehingga berbeda dengan daerah lain. Terlihat pada gambar berikut yang menunjukkan sebagian keanekaragaman fauna dan kelangkaan serta keunikan.
64
Gambar : 5.8. Kijang (Muntiacus muntjak) Sumber : Google 2011
Pada gambar 5.8.
menunjukkan spesies rusa hutan, gambar ini hanya
menunjukkan sebagian rusa yang ada di kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Ratusan jenis rusa hutan mendiami pada kawasan gunung Ijen. Hal ini merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk melihat pada habitat tersebut. Satu jenis spesies yang jumlahnya tidak sedikit ini merupakan salah satu pendukung untuk dikembangkannya ekowisata.
65
Gambar : 5.9 Walik Kepala Ungu (Ptylinopus porphyreus) Sumber : Google 2010
Gambar 5.9. menunjukkan spesies walik kepala ungu, jenis ayam hutan ini sangat unik. Disamping suaranya yang unik lain dengan ayam kampung, secara fisik jenis ayam hutan walik ini memiliki bulu yang terbalik. Disamping itu jenis ayam hutan ini kecil (kate). Spesies ini cukup banyak mendiami di kawasan gunung Ijen. Dengan bentuk fisiknya yang unik pada ayam hutan walek ini, sehingga akan menambah daya tarik wisatawan untuk mengujunginya. Apabila wisatawan sudah mengetahui pasti akan penasaran ingin melihatnya. Disamping keunikannya jenis
66
spesies ini termasuk fauna yang dilindungi karena termasuk langka. Dengan demikian dengan adanya ayam hutan walek ini akan mendukung ekowisata di kawasan taman wisata alam kawah ijen.
Gambar : 5.10. Banteng Hutan Sumber : Google 2009
Gambar 5.10. menunjukkan sekelompok banteng hutan yang mendiami pada kawasan taman wisata alam kawah ijen. Jenis spesies ini jumlahnya tidak sedikit yang berada pada kawasan ini. Binatang ini cenderung lebih menyukai menggerombol bersama sejenisnya, dan biasanya kelihatan pada waktu sore hari. 67
Banteng hutan ini merupakan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini merupakan potensi wisata untuk menarik wisatawan berkunjung, selain mengunjungi gunung Ijen.
5.1.2 Potansi Kebudayaan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat desa Taman Sari cukup vareatif sehingga menarik perhatian pengunjung namun hal ini kurang diperhatikan oleh masyarakat maupun pemeritah kabupaten. Adapun kebudayaan tersebut berupa peninggalan sejarah yang sudah ratusan tahun umurnya, peninggalan ini berkaitan dengan sejarah keberadaan nama desa Taman Sari, yaitu diambil dari sebuah taman yang dipergunakan sebagai tempat penginapan. Pemiliknya adalah Tuan Pancur pada jaman penjajahan Belanda yang terletak di Dusun Krajan. Jarak tempuh 200 m dari kantor Kepala Desa Taman Sari. Salah satu bukti keberadaan Tuan Pancur yaitu puing bangunan dan makam yang berada di desa Taman Sari, dengan usia 128 tahun. Peninggalan seperti ini merupakan daya tarik tersendiri, apalagi posisi puing bangunan ini berada di bawah tanah yang perlu dilestarikan. Merupakan peninggalan dari bersejarah dengan nilai sejarah yang tinggi. Adanya peninggalan – peninggalan bersejarah ini, perlu kiranya penggalian budaya yang mulai tenggalam ternyata juga menarik perhatian pengunjung, tidak hanya alamnya yang indah.
68
Masyarakat desa Taman Sari juga memiliki berbagai kesenian yang sangat menarik perhatian pengunjung. Seperti tarian untuk acara – acara tertentu, yang dibawakan oleh masyarakat. Berikut ini beberapa tarian yang cukup mengesankan diantaranya
Gambar : 5.11. Tari Gandrung Banyuwangi Sumber : Google 2011
Seni Tari Gandrung seperti pada gambar 5.11. diatas merupakan salah satu seni tari tradisional yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Gandrung Banyuwangi berasal dari kata Gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Tarian ini
69
masih satu generasi dengan tarian seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di Cilacap dan Banyumas dan Joged Bumbung di Bali. Gandrung adalah sebuah tarian ciri khas Banyuwangi, merupakan tarian untuk penyambutan tamu. Keunikan dari tarian ini adalah penarinya di lakukan oleh orang tertentu yaitu merupakan turun menurun dalam sebuah keluarga. Penarinya dilakukan oleh laki-laki namun berbusana wanita (bencong) . Hal ini tidak sembarangan orang bisa sebagai penari. Hal ini tidak sembarangan orang bisa sebagai penari. Namun budaya ini sudah mulai hilang, sekarang ini penarinya adalah wanita, bahkan tidak sedikit wanita bisa menari gandrung. Dalam tarian grandrung yakni melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik atau gamelan. Tarian ini populer di wilayah Banyuwangi, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan Gandrung, bisa dijumpai patung penari Gandrung di berbagai sudut wilayah Banyuwangi. Tidak hanyal lagi Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung. Tari Gandrung ini sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi. Tari Gandrung memiliki ciri khas , penari dengan kipas dan ketika penari menyentuh kipasnya kepada salah satu penonton biasanya laki – laki kemudian di ajak menari. Tari Gandrung dalam pementasannya didukung oleh berbagai unsur, yaitu penari, pemusik, alat musik, nyanyian, gerak tari, dan arena atau panggung. Masing-masing
70
unsur mempunyai tugas dan peranannya sendiri-sendiri. Selain itu dalam pementasan juga didukung oleh pemaju, yaitu penonton yang menari bersama penari Gandrung. Setiap penonton mempunyai kesempatan untuk menari bersama Gandrung.
Gambar : 5.12. Tari Jaranan Sumber : Google 2011
Pada gambar 5.12. menunjukkan seorang warga desa Taman Sari sedang menari Jaranan, yaitu sebuah tarian tradisional Jaranan dari Banyuwangi Jaranan adalah
71
salah satu tarian kebudayaan yang hampir selalu ada disetiap pesta perkawinan di daerah Banyuwangi. Tarian jaranan merupakan tarian tradisional yang cukup menarik wisatawan. Di sebut tarian jaranan karena penarinya berbusana seperti layaknya jaran ( kuda ). Yang unik dari tarian ini adalah penarinya seperti kuda dan diikuti dengan busananya seperti kuda. Tarian ini potensial untuk dikembangkan (perlu dilestarikan).
Gambar : 5.13. Tari Kebo-Keboan Sumber : Google 2011
72
Gambar 5.13. menunjukkan sebuah tarian kebo-keboan, tarian ini sangat unik yaitu dilakukan pada saat sebelum menanam padi. Penari setelah mendengar irama musik (gendang) kemudian menari, dan nantinya ada yang sampai kerasukan. Begitu kerasukan seperti layangnya seekor kerbau yaitu bermandikan lumpur yang ada di sawah. Seperti pada gambar diatas menunjukkan penari sudah kerasukan, sehingga dia berperilaku seperti layaknya kerbau, yang suka pada lumpur. Tarian tradisional ini sangat menarik, karena tidak ada didaerah lain. Dan tradisi ini selalu dilaksanakan oleh warga desa, karena merupakan tradisi yang turun temurun. Jadi masyarakat berupaya melestarikan tradisi ini. Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan bahwa, di desa Taman Sari masyarakat memiliki seni budaya yang cukup unik dan merupakan ciri khas Banyuwangi. Seni budaya ini sering dipentaskan sebagai suatu pertunjukkan yang sudah merupakan sebuah tradisi yang sifatnya turun temurun dinyakini oleh masyarakat, secara tidak langsung berupaya melestarikan seni budaya ini. Sehingga bisa dikatakan cukup potensi jika dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
5.1.3 Potensi Sumber Daya Manusia. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, bahwa masyarakat desa Taman Sari cukup berpotensi dalam seni budaya yang dimiliki. Yaitu yang merupakan hasil budi daya masyarakat misalnya kerajinan tangan. Seperti kebutuhan peralatan rumah tangga yang terbuat dari pelepah pisang.
73
Disamping itu kegiatan menggali belerang yang masih dengan cara tradisional dengan menggunakan alat yang sangat sederhana di kerjakan oleh masyarakat sehari– hari. Pengambilan belerang ini harus dilakukan setiap hari.
Karena jika tidak
diambil maka akan terjadi penumpukan, yang mengakibatkan terjadinya pemanasan di dalam gunung. Dengan jalan menyeimbangkan ini maka, akan mengurangi terjadinya pemanasan dalam gunung. Mengacu pada hasil observasi tersebut, maka berikut beberapa potensi sumber daya manusia desa Taman Sari yang masih perlu diperhatikan. Dengan demikian akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih optimal. Sumber daya manusia juga merupakan potensi wisata, sebagai daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Namun jika dilihat dari data monografi tingkat pendidikan desa Taman Sari rata-rata tingkat pendidikan mereka yaitu tingkat menengah. Sedangkan yang sudah mengenyam pendidikan tinggi masih di bawah rata-rata, bahkan masih bisa dihitung. Pendidikan yang masih relatif rendah, namun masyarakat memiliki ketrampilan dalam pembuatan kerajinanan tangan, yang terbuat dari pelepah pisang. Hasilnya dipergunakan untuk taplak meja, hiasan dinding dan lainnya. Saat ini masyarakat sedang berupaya membuat kerajinan tangan dengan bahan dasar yaitu belerang. Masyarakat mencoba memanfaatkan bahan baku yang melimpah yaitu belerang. dengan harapan akan mengoptimalkan sumber daya manusia, karena desa Taman Sari memang banyak menghasilkan belerang yang berasal dari kawah gunung Ijen.
74
Disamping kerajinan tangan masyarakat juga memiliki makanan khas berupa rujak Soto. Makanan ini merupakan masakan khas Banyuwangi, merupakan makanan masyarakat Banyuwangi sehari – hari. Berikut adalah sumber daya manusia yang cukup potensial sebagai daya tarik ekowisata.
Gambar : 5.14. Rujak Soto Sumber : Google 2011
Gambar 5.14. yaitu menu masakan yang disebut rujak soto. Masakan tradisional ini sangat populer di Banyuwangi karena merupakan masakan khas
75
Banyuwangi. Ramuannya yaitu layaknya rujak cingur kemudian ditambahkan kuah soto, yang kemudian dimakan bersamaan, sehingga di sebut rujak soto. Masakan khas seperti ini merupakan kreatifitas masyarakat Banyuwangi dalam mengolah sebuah masakan. Hal ini memungkinkan merupakan suatu potensi yang perlu di pertahankan, bahkan ada kala perlu di gali lagi potensi yang lain. Sehingga bisa merupakan daya tarik wisata kuliner.
Gambar : 5.15. Situasi Penggalian Belerang Sumber : Google 2011
76
Gambar 5.15. menunjukkan kegiatan masyarakat sedang menggali belerang dengan cara tradisional. Gumpalan – gumpalan asap disekelilingnya dan bau belerang yang begitu keras tidak membuat patah semangat para penggali. Hal ini merupakan kegiatan yang sudah menjadi rutinitas sehingga saluran pernafasan tidak bermasalah, jadi sudah memiliki kekebalan tersendiri. Penggalian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyeimbangkan alam, yaitu mengurangi panas di dalam gunung. Penggalian ini merupakan tanggung jawab pihak KSDA dan Geologi sebagai pihak pengelola. Karena setiap harinya terjadi penumpukan belerang hasil dari sublimasi, maka penambangannyapun dilakukan setiap hari. Jika tidak dilakukan seperti pada hari raya Idul Fitri, maka terjadi penumpukan. Sehingga pihak pengelola berusaha menyingkirkan gumpalan belerang agar tidak menutupi lubang asap. Penambangan yang masih tradisional dan menggunakan alat yang sangat sederha inilah merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Justru wisatawan melihat aktifitasnya dan dengan cara yang masih sederhana dengan peralatan apa adanya.
77
Gambar : 5.16. Mengangkut Belerang Sumber : Google 2011
Gambar
5.16. menunjukkan situasi masyarakat dalam pengangkutan hasil
penggalian belerang yang kemudian dibawa ke pabrik. Adapun rata – rata pengangkutan perorang berkisar 70 – 100 kg sekali angkut per hari. Karena melihat medannya yang begitu berat sehingga tidak memungkinkan untuk pengangkutan dilakukan berulang kali. Sesampainya di pabrik kemudian diproses, didistribusikan
78
sesuai dengan kebutuhan. Hasil pemrosesan inilah masyarakat mencoba membuat kerajinan tangan seperti hiasan untuk diruang tamu yang terbuat dari bahan dasar belerang. Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa masyarakat desa Taman Sari memiliki potensi yaitu berasal dari sumber daya manusia itu sendiri
yang cukup unik dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Sehingga
membuat daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh wisatawan. Keunikannya itu adalah sebuah kegiatan penambangan belerang yang semua serba sederhana dan tradisional, jadi situasi inilah membuat daya tarik tersendiri. Disamping itu, kreatifitas masyarakat dalam mengolah sebuah makanan sehingga memiliki rasa tersendiri yang di sebut rujak soto.
79
5.2 Penerapan Prinsip-Prinsip dan Kriteri Ekowisata menurut rumusan dari hasil Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata Nasional 2006. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA NASIONAL Hasil Lokakarya dalan Pelatihan Ekowisata Nasional di Bali 25-26 Agustus 2006 Nama : Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Tanggal : 12 Agustus 2011 Asesor/Evaluator : Sri Widowati N o
Prinsip dan Kriteria
Tem uan di Lapa ngan
1 Peka & menghormati nilainilai sosial budaya dan Y tradisi keagamaan A masyarakat setempat.
(a).Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep masyarakat setempat, seperti Tri Hita Karana:memperhatikan keselaran hubungan antara manusia(parahyangan), hubungan antara manusia dengan manusia(pawongan hubungan antara manusia dengan lingkungan (palemahan).
Rekomendasi
T I D A K
Masyarakat berusaha semaksimal mungkin dalam rangka menyeimbangkan alam dan menjaganya sesuai dengan kenyakinan yaitu dengan cara menggali belerang setiap hari.Dengan tujuan mengurangi pemanasan yang terjadi di dalam bumi, seperti filosofi masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana.
V
V
80
(b)
Pembangunan dan V operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat ,dan kearifan lokal. (c). Keberadaan kegiatan objek ekowisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan masyarakat V setempat. 2 Memiliki kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya. (a). Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan. V
Pembangunan telah disesuaikan dengan tatakrama maupun kearifan lokal. Seperti yang ada dilapangan bahwa pembangunan tetap menghormati adat istiadat yang ada. Temuan di lapangan pembangunan pariwisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan masyarakat lokal.
Dengan cara melakukan pengeboran di sekitar kawah, sehingga akan keluar asap kemudian terjadi proses sublimasi dan terjadilah pengkristalan belerang. Belerang tersebut setiap hari di tambang agar tidak terjadi penyumbatan Masyarakat menambang berlerang dengan tujuan untuk menyeimbangkan alam. Pengambilan belerang dilakukan dengan cara tradisional (teknologi ramah lingkungan telah dilakukan). Sementara konsep pelestarian budaya merupakan salah satu aset ekowisata menuju pariwisata berkelanjutansecara tidak langsung sudah berjalan, dengan seringnya mementaskan tarian yang khas dan unik.
(b) Penggunaan teknologi ramah lingkungan. V
(c) Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai objek ekowisata disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya.
(d) Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan daya dukung setempat
V
Hasil evaluasi dilapangan yang telah dilakukan bahwa, kegiatanpenghijauan merupakan salah satu program pelestarian alam yang dilaksanakan KSDA Banyuwangi telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan program yang dimiliki oleh kawasan taman wisata alam kawah ijen.
V
81
(e) Memperhatikan keberadaan Endemisitas V 3 Menyediakan interprestasi . yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. (a) Menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi.
(b)Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan objek wisata. (c) Melibatkan lembaga adat setempat
V
Keberadaan dilaksanakan
endemisitas
sudah
karena dalam pengelolaan belum optimal yaitu terlihat pada V pemanfaatan sumber daya manusia yang belum maksimal dalam penyelenggaraannya. sudah menyediakan fasilitas pendu kung misalnya paltuding, sebagai tempat peristirahatan sebelum wisatawan mulai mendaki gunung Ijen Adapun yang berkaitan dengan V fasilitas maupun daya tarik pendukung sebelum mencapai pada kawah gunung Ijen aparat desa tidak dilibatkan. Berdasarkan konsep ekowisata bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang utama, karena untuk menambah lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat, namun belum terrealisasi.
4 Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan
82
(a)Melibatkan unsur akademis, pemerhati lingkungan dan informasi yang memadai terkait dengan objek ekowisata.
Jadi selama ini hanya wisata alam yang ditonjolkan. Unsur akademisi maupun pemerhati lingkungan tidak V terlibat, untuk ke depan perlu adanya keterlibatan ke dua unsur tersebut untuk menuju ke ekowisata dan pariwisata berkelanjutan.
(b)Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan nilai-nilai budaya lokal.
Bentuk dialogis lain antara wisatawan dengan masyarakat yaitu V memberikan pemahaman kepada wisatawan tentang keanekaragaman hayati yang di miliki kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Hal ini bisa terlaksanakan dengan baik jika wisatawan menggunakan pemandu lokal, atau petugas perhutani.
(c) Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam dan budaya.
dilakukan oleh masyarakat kepada wisatawan yaitu dengan V mengadakan penghijauan yang dilakukan wisatawan. Terkadang ada beberapa group wisatawan yang memang pecinta alam, sehingga mau mengadakan penghijauan.
5 Pengembangannya harus didasarkan persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah. (a) Perencaan, pengembangan, pengelolaan dan pengawasa pengawasan pada mendapat mendapat persetujuan masyarakat setempat.
Pengelolaan kawasan taman wisata alam kawah ijen sepenuhnya dilakukan oleh KSDA. Masyarakat hanya V mengelola fasilitas – fasilitas pendukung, sebelum wisatawan menuju kawah. Dalam hal ini untuk pengembangan dikoordinasikan dengan masyarakat setempat.
83
(b)Melakukan koordinasi dengan masyarakat setemp setempat dalam setiap tahap pengembangannya
V dalam hal pengembangan masyarakat tidak dilibatkan, dikarenakan pengelolaan ekowisata belum ada.
(c)Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berdampak luas terhadap masyarakat,lingkungan dan perusahaan
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas selalu melibatkan kepala desa V sebagai perwakilan masyarakat.
6 Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat (a)Memprioritaskan Pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian
(b)Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional objek ekowisata.
(c) Melibatkan lembaga adat/ tradisional serta tokoh masyarakat setempat.
sumber daya manusia lokal belum bisa diandalkan karena untuk V pengembangan pariwisata maupun yang menuju ekowisata masih terlalu jauh dari harapan.
V
Berkaitan dengan SDM yang dimiliki, untuk produk lokal juga belum bisa dimanfaatkan secara optimal misalnya seperti hasil perkebunan hanya bisa memetik hasilnya sampai pada tahap pengelolaan belum ada.
Pengembangan pariwisata selama ini tidak pernah ada secara formal, baik V tokoh masyarakat maupun lembaga desa, selalu diajak duduk bersama sebagai tanggung jawab bersama.
7 Mentaati peraturan perundangudangan yang berlaku
84
(a)Mentaati peraturan perundang- udangan yang berlaku
(b) Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat setempat.
Di dalam pengembangan maupun operasional sehari – hari dari pihak pengelola yaitu KSDA selalu mengacu pada perundang - undanganan yang berlaku.
V
Kearifan lokal yang telah dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari dalam hal penambangan belerang yaitu sudah merupakan suatu ketentuan dalam masyarakat bahwa menambang itu merupakan suatu kewajiban dalam masyarakat. Jadi para penambang merupakan tradisi turun temurun sampai generasi sekarang, sehingga mereka sudah menyatu dengan alam.
V
8 Secara koasisten memberikan kepuasan kepada konsumen (a)Memberikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen V
pihak pengelola selalu memberikan informasi yang akurat kepada pengunjung, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan para pengunjung dalam melakukan pendakian atau kegiatan yang lainnya. Sudah melaksanakan sesuai dengan prinsip ekowisata
(b) Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen
Berarti tidak sesuai dengan prinsip dan kriteria ekowisata. V Ketidaksesuaian ini dikarenakan desa Taman Sari dalam pengelolaan potensi wisata yang dimiliki belum optimal.Apalagi sampai mengarah pada ekowisata.
(c) Memanfaatkan masyarakat lokal sebagai local guide
Belum ada, hanya beberapa yang menggunakan masyarakat. Sementara V ini group wisatawan selalu membawa guide sendiri. Sehingga pemanfaatan masyarakat belum optimal.
85
(d) Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen.
Hal ini dikarenakan pengembangan V pariwisata belum optimal. Apalagi sampai mengarah kepada ekowisata, belum dikenal.
9 Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggungjawab)
(a)Materi pemasaran harus akurat, jelas, berkualitas, dan sesuai dengan kenyataan.
(b)Materi pemasaran harus melalui media promosi yang dipilih sesuai dengan target market
temuan di lapangan bahwa pada prinsip ke 9 dengan 2 kriteria sudah sesuai dengan kenyataan. Namun dalam pemasarannya belum optimal, secara khusus dan dengan target pasar yang jelas. Hal ini dikarenakan memang pada Kawasan ini belum dikembangkan secara profesional sesuai dengan potensi yang dimiliki pada kawasan. Pengenalan
V
V
Sumber : Hasil Penelitian 2011
Berdasarkan hasil evaluasi tabel di atas bahwa prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari beberapa hal ada
kesesuaian dengan
prinsip - prinsip
dan
kriteria
dari
rumusan
hasil
Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata 2006 yang mana rumusan ini sebagai acuan
86
untuk mengukur standar ekowisata yang telah diakui secara Nasional dan telah mengacu pada Green Globe, yang telah diakaui dan dipercaya dalam tingkat Internasional. Adapun analisis dari masing – masing prinsip dan kriteria yang ada di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari adalah sebagai berikut : Prinsip 1 yang terdiri dari 3 kriteria bahwa dalam pelaksanaan pariwisata yang mengacu pada ekowisata ada beberapa hal yang sesuai dengan rumusan hasil Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata Nasional 2006. Namun yang membedakan yaitu dari struktur masyarakatnya. Desa Taman Sari masyarakatnya mayoritas beragama Islam, namun filosofi kehidupan masyarakat juga ternyata sama dengan masyarakat Bali yaitu dalam menjaga dan memelihara keseimbangan alam. a. Temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi bahwa konsep Tri Hita Karana yang merupakan filosofi kehidupan orang Bali
dalam
menjaga
dan
memperhatikan keseimbangan alam, hal serupa juga terlihat dalam pengelolaan kawasan taman wisata alam kawah Ijen yang tidak terlepas dari ajaran Islam karena mayoritas penduduk beragama Islam yaitu bagaimana menjalin hubungan antara manusia (habluminanas) hubungan manusia dengan Sang Pencipta dalam hal ini Allah (habluminAllah) yang tidak lepas menciptakan bumi dan isinya. Hubungan manusia dengan alam, dalam hal ini manusia diwajibkan memelihara keseimbangan bumi. Yang intinya adalah bahwa Allah menciptakan bumi dan isinya untuk dinikmati oleh manusia, namun diwajibkan juga untuk memelihara
87
dan menjaga. Bukan hanya diambil hasilnya, jika tidak diindahkan maka akan terjadi bencana dengan berpegang itulah dalam pengelolaan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen berjalan dengan baik. Masyarakat berusaha semaksimal mungkin dalam rangka
menyeimbangkan alam yaitu dengan cara menggali
belerang setiap hari. Dengan tujuan mengurangi pemanasan yang terjadi di dalam bumi b. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat, dan kearifan lokal. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan bahwa pembangunan pariwisata, walaupun belum optimal,
maupuun operasional sudah terlaksana yaitu
menyesuaikan tata krama maupun norma setempat. Menyesuaikan adat istiadat masyarakat. Banyuwangi yang tidak lepas dari ajaran Islam dan tradisi yang masih kental dari peninggalan nenek moyang. Gunung Ijen dan sumber mata pencaharian
hutan
sebagai
mereka, sebagai tempat kelangsungan kehidupan
sampai anak cucu turun temurun dengan demikian
filosofi
yang
mereka
pergunakan cukup bijak yaitu bahwa Tuhan menciptakan bumi sudah indah diperuntukan kesejahteraan manusia. Bagaimana merawat keindahan ini untuk kelangsungan hidup manusia dibumi. c. Keberadaan
kegiatan ekowisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan
masyarakat setempat. Berdasarkan hasil evaluasi di lapangan bahwa kegiatan yang
mengarah pada pariwisata
khususnya
88
yang
menyangkut
tentang
kegiatan ekowisata cukup beralasan untuk menjaga maupun memelihara alam, masyarakat cukup antusias dan kegiatan keagamaan terkoordinir,
masyarakat namun
ini
tidak
setempat.Secara prinsip
kegiatan
ini
mengganggu
aktifitas
kegiatan ekowisata belum
tidak mengganggu
aktifitas keagamaan
masyarakat setempat. 2. Memiliki kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya. a. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan. Temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi bahwa di desa Taman Sari dalam pemanfaatan lahan, sudah memperhatikan untuk menyeimbangkan alam, yaitu dengan cara melakukan pengeboran di sekitar kawah, sehingga akan keluar asap kemudian terjadi proses sublimasi dan terjadilah pengkristalan belerang. Belerang tersebut setiap hari di tambang agar tidak terjadi penyumbatan. Hal ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan terjadi pemanasan di dalam gunung. b Penggunaan teknologi ramah lingkungan. Temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi bahwa di desa Taman Sari Masyarakat menambang berlerang dengan tujuan untuk menyeimbangkan alam. Pengambilan belerang dilakukan dengan cara tradisional, dan hasil penambangan di jual ke pabrik. Jadi
teknologi ramah lingkungan masih diterapkan dalam
penggalian belerang .
89
c Pemanfaatan
areal
warisan budaya sebagai ekowisata disesuaikan dengan
peruntukan dan fungsinya. Setelah dilakukan evaluasi temuan yang didapat bahwa di desa Taman Sari karena pemanfaatan untuk pariwisata pada umumnya belum optimal, sehingga warisan budaya maupun peninggalan budaya belum di kelola dengan baik. Sementara konsep pelestarian budaya merupakan salah satu aset ekowisata menuju pariwisata berkelanjutan secara tidak langsung sudah berjalan, dengan seringnya mementaskan tarian yang khas dan unik. d Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan daya dukung setempat. Hasil evaluasi dilapangan yang telah dilakukan bahwa, kegiatan penghijauan merupakan salah satu program pelestarian alam yang dilaksanakan KSDA Banyuwangi telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan program yang dimiliki oleh kawasan taman wisata alam kawah ijen. 3. Menyediakan interprestasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. a Menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi. Pada kriteria ini belum sesuai dengan temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi di Kawasan taman wisata alam kawah Ijen, karena dalam pengelolaan belum optimal yaitu terlihat pada pemanfaatan sumber daya manusia yang belum maksimal dalam penyelenggaraannya. Misalnya untuk memandu wisatawan yang berkunjung tidak menggunakan pemandu lokal, karena belum adanya kerja sama antara tour leader dengan
masyarakat sebagai pemandu
90
lokal. Sebenarnya
masyarakat berperan sebagai pemandu lokal akan lebih menguasai daerahnya dari pada pemandu dari luar. Di samping itu juga perlu pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. b Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan obyek wisata. Temuan dilapangan dari hasil evaluasi di Kawasan taman wisata alam kawah Ijen sudah menyediakan fasilitas pendukung misalnya paltuding, sebagai tempat peristirahatan sebelum wisatawan mulai mendaki gunung Ijen. c Melibatkan lembaga adat setempat Hasil
evaluasi di lapangan bahwa dalam
kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan kawasan taman wisata alam kawah Ijen tidak melibatkan aparat pedesaan. Namun disini fungsi dari pada lembaga desa, yaitu hanya dalam hal pengembangan wilayah desa. Adapun yang berkaitan dengan fasilitas maupun daya tarik pendukung sebelum mencapai pada kawah gunung Ijen aparat desa tidak dilibatkan. Berdasarkan
konsep
ekowisata bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan hal yang utama, karena untuk menambah lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat. 4. Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan a Melibatkan unsur akademis, pemerhati lingkungan dan informasi yang memadai terkait dengan ekowisata.
91
Dalam hal pengembangan terkait dengan ekowisata di kawasan taman wisata alam kawah Ijen berdasarkan hasil evaluasi di lapangan masih kurang optimal dalam melibatkan unsur akademis maupun pemerhati lingkungan. Hal ini dikarenakan pada kawasan ini baik pemerintah maupun masyarakat belum mengetahui tentang ekowisata secara menyeluruh. Jadi selama ini hanya wisata alam yang
ditonjolkan. Unsur akademisi maupun pemerhati lingkungan tidak
terlibat, untuk ke depan perlu adanya keterlibatan ke dua unsur tersebut untuk menuju ke ekowisata dan pariwisata berkelanjutan. b. Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan nilai-nilai budaya lokal. Bentuk dialogis lain antara wisatawan dengan masyarakat yaitu memberikan pemahaman kepada wisatawan tentang keanekaragaman hayati yang di miliki kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Hal ini bisa terlaksanakan dengan baik jika wisatawan menggunakan pemandu lokal, atau petugas perhutani. c Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam dan budaya. Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam, yang dilakukan oleh masyarakat kepada wisatawan yaitu dengan mengadakan penghijauan yang dilakukan wisatawan. Terkadang ada beberapa group wisatawan yang memang pecinta alam, sehingga mau mengadakan penghijauan.
92
5. Pengembangannya harus didasarkan persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah. Berdasarkan dari hasil evaluasi bahwa selama ini setiap ada kegiatan yang berkaitan dengan kepariwisataan selalu ada persetujuan dengan masyarakat, hal ini di karenakan masyarakat inilah yang mengetahui lebih jauh tentang daerahnya. a. Perencanaan, pengembangan, pengelolaan dan pengawasan mendapat persetujuan masyarakat setempat. Pengelolaan kawasan taman wisata alam kawah ijen sepenuhnya dilakukan oleh KSDA. Masyarakat hanya mengelola fasilitas – fasilitas pendukung, sebelum wisatawan menuju kawah. Dalam hal ini untuk pengembangan dikoordinasikan dengan masyarakat setempat. b. Melakukan koordinasi dengan
masyarkat setempat
dalam setiap tahap
pengembangannya. Berdasarkan hasil evaluasi dalam hal pengembangan masyarakat tidak dilibatkan, dikarenakan pengelolaan ekowisata belum ada. c. Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berdampak luas terhadap masyarakat, lingkungan dan perusahaan. Hasil evaluasi bahwa pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingan
masyarakat luas selalu melibatkan kepala desa sebagai perwakilan masyarakat. 6. Memberdayakan
dan
mengoptimalkan
partisipasi
serta
sekaligus
memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat
93
a Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian. Berdasarkan hasil evaluasi bahwa sumber daya manusia lokal belum bisa diandalkan karena untuk pengembangan pariwisata maupun yang menuju ekowisata masih terlalu jauh dari harapan. b. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional obyek ekowisata. Berkaitan dengan SDM yang dimiliki, untuk produk lokal juga belum bisa dimanfaatkan secara optimal misalnya seperti hasil perkebunan hanya bisa memetik hasilnya sampai pada tahap pengelolaan belum ada. c. Melibatkan lembaga adat/ tradisional serta tokoh masyarakat setempat. Pengembangan pariwisata selama ini tidak pernah ada secara formal, baik tokoh masyarakat maupun lembaga desa, selalu
diajak duduk bersama sebagai
tanggung jawab bersama. Berdasarkan dari kriteria no 6 dan ke tiga prinsipprinsipnya bahwa ekowisata di kawasan taman wisata alam kawah ijen desa Taman Sari belum masuk dalam kriteria ekowisata. Hal ini dikarenakan memang kawasan taman wisata alam kawah ijen desa Taman Sari dalam pengelolaannya belum ekowisata secara totalitas 7. Mentaati peraturan perundang-udangan yang berlaku a. Mentaati peraturan perundang - udangan yang berlaku Di
dalam
pengembangan
maupun
operasional
sehari – hari
dari pihak
pengelola yaitu KSDA selalu mengacu pada perundang - undanganan yang berlaku.
94
b. Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat setempat Kearifan lokal yang telah dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari dalam hal penambangan belerang yaitu sudah merupakan suatu ketentuan dalam masyarakat bahwa menambang itu merupakan suatu kewajiban dalam masyarakat. para penambang
Jadi
merupakan tradisi turun temurun sampai generasi sekarang,
sehingga mereka sudah menyatu dengan alam. 8. Secara koasisten memberikan kepuasan kepada konsumen a. Memberikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen Berdasarkan hasil evaluasi bahwa pihak pengelola selalu memberikan informasi yang akurat kepada pengunjung, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan para pengunjung dalam melakukan pendakian atau
kegiatan yang lainnya. Sudah
melaksanakan sesuai dengan prinsip ekowisata b. Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen. Berdasarkan hasil evaluasi dan temuan dilapangan, bahwa Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari belum menyediakan fasilitas maupun pelayanan yang prima terhadap konsumen. Berarti tidak sesuai dengan prinsip dan kriteria ekowisata. Ketidaksesuaian ini dikarenakan desa Taman Sari dalam pengelolaan
potensi wisata yang dimiliki belum optimal.Apalagi sampai
mengarah pada ekowisata.
95
c. Memanfaatkan masyarakat lokal sebagai local guide. Pemanfaatan masyarakat sebagai local guide belum ada, hanya beberapa yang menggunakan masyarakat. Sementara ini group wisatawan selalu membawa guide sendiri. Sehingga pemanfaatan masyarakat belum optimal. d. Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen Berdasarkan pada prinsip nomor 8 yang terdiri dari 4 kriteria tersebut, bahwa hasil evaluasi tidak ada yang sesuai hanya pada kriteria a. saja. Hal ini dikarenakan pengembangan pariwisata belum optimal. Apalagi sampai mengarah kepada ekowisata, belum dikenal. 9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan ( pemasaran yang bertanggung jawab ) a. Materi pemasaran harus akurat, jelas, berkualitas, dan sesuai dengan kenyataan. b. Materi pemasaran harus melalui media promosi yanng dipilih sesuai dengan target market. Berdasarkan hasil evaluasi, temuan di lapangan bahwa pada prinsip ke 9 dengan 2 kriteria sudah sesuai dengan kenyataan. Namun dalam pemasarannya belum optimal, secara khusus dan dengan target pasar yang jelas. Hal ini dikarenakan memang pada Kawasan ini belum dikembangkan secara profesional sesuai dengan potensi yang dimiliki pada kawasan. Pengenalan kawasan yang dilakkukan oleh pihak swasta masih kurang adanya dukungan dari pemerintah.
96
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa pada dasarnya di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari, beberapa hal sudah sesuai dengan prinsip dan kriteria yang telah dirumuskan oleh hasil lokakarya dan pelatihan Ekowisata Nasional 2006. Secara rinci yaitu : pada kriteria 1,2, 7 dan 9 sudah ada kesesuaian, yaitu masyarakat berupaya melakukan penyeimbangan alam dan menjaga alam sesuai dengan keyakinanan yang dianut. Kriteria berikutnya adalah kriteria 3, 4, 5, 6, dan 8 yang berkaitan dengan kunjungan wisatawan,
persetujuan
dengan
masyarakat
dalam mengambil
keputusan
pengembangan maupun dalam hal keterlibatan masyarakat dan dalam hal pelayanan terhadap wisatawan. Ini semua tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006. Hal ini dikarenakan secara prinsip belum adanya pengembangan ekowisata. . Konsep pengembangan ekowisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat dalam pariwisata tidak ada, atau hanya sebagian kecil saja yang bisa menikmatinya. Secara manejemen pariwisata di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari, juga belum tertata. Masyarakat belum berorientasi pada pariwisata, walaupun dari segi alam, maupun budaya sangat mendukung. Sehingga yang terjadi pariwisata terkesan belum terjamah, sementara kunjungan wisatawan dari mancanegara sudah cukup banyak.
97
5.3. Upaya yang dilakukan dari pengkajian potensi dan penerapan prinsip prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi.
Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi berperan dalam meningkatkan kegiatan pariwisata bersama-sama dengan masyarakat maupun stakeholders dan instansi terkait. Namun terkadang pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor unggulan yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu pengembangan pariwisata di daerah lebih menekankan pada wisata yang memberikan manfaat ekonomi lebih tinggi. Sehingga konsep pengembangan ekowisata dianggap kurang memadai karena secara ekonomis tidak memberikan keuntungan yang maksimum, karena harus memperhatikan manfaat ekologi, sosial dan budaya. Mengacu pada data hasil penelitian maupun pengamatan, bahwa potensi di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi dari segi alam sangat baik, kebudayaan maupun sumber daya manusia juga baik, sehingga secara teori bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Bahkan sangat memungkinkan pada pengembangan yang mengarah pada ekowisata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ini adalah disamping potensi alam, budaya, sumber daya manusia memiliki peran yang cukup besar. Bahkan bisa merupakan suatu kendala dalam faktor internal. Dalam hal ini yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu dengan keterbatasan kualitas
98
SDM yang bergerak di sektor pariwisata. Kurangnya pemahaman masyarakat desa Taman Sari tentang pariwisata khususnya tentang ekowisata. Sehingga selama ini didominasi oleh orang luar dalam penanganan pariwisata seperti sebagai pemandu wisata , sehingga yang terjadi pada mereka kurang memahami ekosistem dan budaya lokal. Sebaliknya jika menggunakan pemandu lokal yang terjadi yaitu terbatasnya pengetahuan serta penguasaan bahasa, meskipun memiliki pemahaman akan kondisi lokal yang sangat penting dalam pengembangan ekowisata. Pencapaian suatu tujuan dalam pengelolaan pariwisata agar lebih optimal maka, dalam pengelolaan diperlukan yang komprehensif dan terpadu serta dilaksanakan secara konsisten. Mengingat bahwa pariwisata di desa Taman Sari merupakan hal yang baru, akan lebih baik langsung pada pengembangan ekowisata karena melihat potensi baik alam, budaya maupun sumber daya manusia yang di miliki oleh masyarakat desa Taman Sari. Sesuai dengan prinsip dasar ekowisata, keterlibatan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak diperlukan untuk menjalankan kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya lokal serta harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan adalah :
1.Peningkatan pemahaman masyarakat desa Taman Sari Untuk meningkatkan pemahaman tentang ekowisata pada masyarakat desa Taman Sari yaitu dengan cara memberikan penyuluhan, membuat kelompok sadar wisata (DARWIS) untuk kelompok tingkat muda mudi desa Taman Sari. Kelompok
99
sadar lingkungan (DARLING) yang mengarah pada pelestarian lingkungan dan kelompok sadar budaya (DARBUD) yang mengarah pada pelestarian budaya.
2. Pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat desa Taman Sari. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan berkaitan
dengan pengelolaan
ekowisata mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Hal ini juga memungkinkan perlu antisipasi dari dampak ekowisata yaitu pengelolaan dampak lingkungan dan dampak budaya. Kegiatan ini terdiri dari pengelolaan objek wisata dan sarana wisata. Pengelolaan objek wisata yang dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari, diupayakan adanya pelatihan yang didukung dan difasilitasi oleh dinas Pariwisata daerah maupun pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pengelolaan ini mengacu pada pelestarian alam pelestarian budaya. Pengelolaan sarana Pariwisata yang berkaitan dengan pelayanan jasa maupun pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Seperti misalnya penginapan atau home stay yang diadakan dari rumah penduduk dan layanan jasa yang bisa diberikan kepada wisatawan seperti warung, cafe, toko. Pelayanan jasa transportasi yang dibutuhkan oleh wisatawan untuk melihat kawah Ijen, seperti kendaraan roda empat yaitu sejenis jeep, karena jika menggunakan kendaraan jenis lain tidak mampu sampai ke Paltuding ( tempat peristirahatan untuk wisatawan yang akan melanjutkan pendakiannya ).
100
Saat ini masyarakat mulai merintis untuk pengadaan pelayanan ini. Misalnya seperti yang dilakukan oleh keluarga bapak kepala desa membuat cafe untuk wisatawan yang singgah. Jasa lain yang bisa di pertontonkan kepada wisatawan yaitu membuat atraksi seperti traking, maupun haiking menuju ke gunung Ijen, maupun melihat secara langsung flora dan fauna yang masuk kategori langka, unik maupun yang dilindungi karena mendekati kepunahan. Disamping itu kegiatan yang bisa dipertotonkan kepada wisatawan yaitu membentuk sanggar tari untuk para mudamudi yang memang mempunyai bakat untuk menari
3.Meningkatkan ketrampilan pada masyarakat desa Taman Sari. Kegiatan meningkatkan ketrampilan ini seperti pembuatan kerajinan tangan untuk dijadikan souvenir dari hasil pengamatan bahwa masyarakat pada saat ini sedang berupaya membuat souvenir dengan bahan baku belerang. Masyarakat ingin memanfaatkan belerang karena hasil belerang melimpah. Disamping itu juga perlu diupayakan usaha masyarakat dalam pembuatan souvenir yang terbuat dari bahan dasar pelepah pisang, yaitu di buat untuk taplak meja, hiasan dinding. Potensi yang lain yang dimiliki oleh masyarakat yaitu pembuatan makanan tradisional dan menu lain serta cara penyajiannya. Makanan yang menjadi pavorit masyarakat bahkan sudah di kenal di daerah lain yaitu rujak soto, hal ini perlu dipertahankan sehingga bisa dijadikan daya tarik wisata. Pentingnya meningkatkan kemampuan berbahasa
101
untuk melayani wisatawan dari mancanegara. Mengingat bahwa Taman Wisata Alam Kawah Ijen sudah di kenal dunia dan banyak wisatawan manca negara yang berkunjung. Mengacu pada potensi yang dimiliki maupun upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari perlu dukungan dari stakeholders. Upaya ini pada dasarnya juga merupakan salah satu cara yang dilskuksn untuk mengantisipasi, karena aktifnya kawah gunung Ijen. Meningkatnya kadar belerang yang pernah terjadi, sehingga upaya yang dilakukan oleh pemerintah menutup sementara, baik untuk kegiatan penambangan maupun kunjungan wisatawan. Kadar belerang yang meningkat sangat berbahaya bagi pernafasan manusia, bahkan bisa membuat kematian. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam sehari-hari secara rutin adalah adanya pemantauan yang dilakukan bagian geologi. Namun selama ini yang dipantau adalah tentang keaktifan gunung Ijen itu sendiri, juga tentang keseimbangan panas yang dikandung di dalam gunung. Fenomena yang terjadi belakangan ini yaitu tanggal 15 Desember 2011 yang lalu, dengan meningkatnya kadar belerang, sehingga terjadi penutupan sementara untuk kawasan ini. Fenomena seperti ini tidak bisa dipredeksikan kapan akan terjadi atau jika bagaimana fenomena ini terjadi. Menurut tokoh masyarakat fenomena ini terjadi terakhir yaitu sekitar pada tahun 1962, kemudian baru sekarang ini muncul kembali
102
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan analisis diatas maka dapat di tarik simpulan bahwa : 1. Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata. Potensi yang ada yaitu potensi alam berupa kawah Ijen yang memiliki air tiga warna, sumber belerang dan yang unik adanya api biru atau bluefire, serta panorama kawah Ijen. Potensi flora yang berjumlah >31 jenis, termasuk dalam kategori sangat baik. Fauna yang berjumlah >15 jenis spesies termasuk dalam kategori sangat baik. Menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman flora dan fauna yang dimiliki. Faktor lain untuk flora yaitu dari kelangkaan tumbuhan sebagai daya tarik. Seperti kelompok tumbuhan epifit didominasi oleh jenis anggrek sebagai primadona tanaman hias. Vaccinium merupakan tanaman khas yang hanya di jumpai pada dataran tinggi. Jenis perdu ini juga dapat hidup di daerah yang tumbuhan lainnya tidak bisa hidup. Kelebihan dari tumbuhan ini adalah mampu membentuk kayu yang keras di daerah yang minim dengan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Potensi yang lain pada fauna beberapa merupakan jenis burung yang langka seperti walek kepala ungu (Ptylinopus porphyreus ), disamping langka juga unik
103
tidak ada di daerah lain yaitu Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris ) hanya berada di Jawa dan Bali (Raka Dalem). Beragam seni budaya yang dimilki seperti tari gandrung, tari jaranan dan tari kebo-keboan. Disamping itu potensi yang sangat menarik yaitu dari sumber daya manusia berupa kegiatan penambangan belerang dengan cara tradisional dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Potensi ini dapat menambah daya tarik wisatawan untuk melihat dan menikmatinya keindahan alam dengan keanekaragaman flora, fauna, kebudayaan maupun sumber daya manusia, serta panorama kawah Ijen sebagai daya tarik utama dan sebagai kunjungan utama para wisatawan. 2. Evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa pada dasarnya Secara rinci yaitu : pada kriteria 1,2,7 dan 9 sudah ada kesesuaian, yaitu masyarakat berupaya melakukan untuk penyeimbangan alam dan menjaga alam sesuai dengan keyakinanan mereka, mengikuti UU yang berlaku Kriteria berikutnya adalah nomor 3, 4, 5, 6, dan 8 yang berkaitan dengan kunjungan wisatawan, persetujuan dengan masyarakat dalam mengambil keputusan pengembangan maupun dalam hal keterlibatan masyarakat dan dalam hal pelayanan terhadap wisatawan. Ini semua tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006. Hal ini dikarenakan secara prinsip pengembangan ekowisata. .
104
belum adanya
Prinsip pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat dalam pariwisata tidak ada, atau hanya sebagian kecil saja yang bisa menikmatinya. Pengembangan pariwisata belum optimal, secara manejemen pengembangan belum mengarah pada ekowisata. 3.Upaya yang dilakukan dari pengkajian potensi dan penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi. Untuk mencapai suatu tujuan dalam pengelolaan pariwisata yang optimal maka, dalam pengelolaan diperlukan yang komprehensif dan terpadu serta dilaksanakan secara konsisten. Adapun upaya yang dilakukan adalah a.Peningkatan pemahaman masyarakat desa Taman Sari Untuk meningkatkan pemahaman tentang ekowisata pada masyarakat desa Taman Sari yaitu dengan cara memberikan penyuluhan, membuat kelompok sadar wisata (DARWIS), sadar lingkungan (DARLING) dan sadar budaya (DARBUD) yang mengarah pada pelestarian alam maupun budaya. b. Pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat desa Taman Sari Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan berkaitan
dengan pengelolaan
ekowisata mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Diupayakan adanya pelatihan yang didukung dan difasilitasi oleh dinas Pariwisata daerah maupun pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan sarana pariwisata dan pelayanan jasa
105
c. Meningkatkan ketrampilan pada masyarakat desa Taman Sari. Kegiatan meningkatkan ketrampilan ini seperti pembuatan kerajinan tangan untuk dijadikan souvenir Potensi yang lain yang dimiliki oleh masyarakat yaitu pembuatan makanan tradisional dan menu lain serta cara penyajiannya. Pentingnya meningkatkan kemampuan berbahasa maupun memandu, untuk melayani wisatawan dari mancanegara. 6.2.
Saran Mengacu pada data hasil observasi maupun penelitian, bahwa flora, fauna,
kebudayaan maupun sumber daya manusia di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari sangat potensial. Namun baik pemerintah maupun masyarakat kurang memahaminya. Dengan demikian pihak pengelola ( KSDA ) sebaiknya dalam pengembangan mengarah pada ekowisata. Disamping itu keterlibatan masyarakat diperlukan. Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaten untuk masyarakat dalam jangka waktu pendek adalah : 1. Diadakan pelatihan memandu wisatawan untuk menjadi local guide 2. Pelatihan berbahasa Inggris sebagai media komunikasi dengan wisatawan. 3. Pelatihan kewirausahaan. Diharapkan pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, karena ketidakmampuan masyarakat jika dilakukan swadaya dari masyarakat.
106
Sedangkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk pemerintah desa, maupun kecamatan dalam jangka waktu pendek adalah : 1.Mengupayakan agar desa Taman Sari sebagai desa stop over ( persinggahan ) wisatawan sebelum atau sesudah dari Ijen. Sehingga desa ini tidak semata - mata hanya sebagai jalan yang dilewati saja. 2.Dalam kegiatan ini pemerintah harus melibatkan masyarakat, jadi percayakan masyarakat untuk mengelolanya. Sehingga keuntungan bisa secara langsung diterima oleh masyarakat.
107
DAFTAR PUSTAKA Agus Sudiarso 2004, “Ekowisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Jawa Timur”, (tesis) Universitas Udayana. Denpasar Agung Suryawan W dan A. A. G. Raka Dalem, 2010, Implementation of Local Knowledge “ Tri Hita Karana “ in Ecotourism Management in Bali, soca 10 (1) : 94 - 99 Anonim. 2003. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Jawa Timur Anonim. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Anonim. 1996. dalam Raka-Dalem, Ayu Astarini, Denny S. Yusup, Ria Defiani, Ginantra, 2006. Ekoturisme. F.MIPA Universitas Udayana Anonim. 1997. dalam Raka-Dalem, Ayu Astarini, Denny S. Yusup, Ria Defiani, Ginantra, 2006. Ekoturime. Universitas Udayana Anonim. 2001. Direktorat Jendral Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Anonim. 2001. WWF International 2001, Guidelines For Community – Based Ecotourism Development Anonim. 2007. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2007, Kerjasama BAPPEDA dengan Kabupaten Banyuwangi Anonim. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Anonim. 2009. Balai Pusat Statistik. Banyuwangi Anonim. 2009. UU RI No. 10 Tahun 2009, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Anonim. 2009. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2009, Kerjasama BAPPEDA dengan Kabupaten Banyuwangi.
Anonim. 2010. Balai Pusat Statistik. Banyuwangi
108
Crabtree et.al. 2002. dalam Raka Dalem, Ayu Astarini, Denny S. Yusup, Ria Defiani, Ginantra, 2006. Ekoturisme. Universitas Udayana Emas Oka A. Yoeti, 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Bandung Fandeli, 2000, dalam Latupapua, 2008, “Study Potensi Kawasan dan Pengembangan Ekowisata Di Tual Kabupaten Maluku Tenggara” Federation of Nature and National Parks 1993, dalam Janianton Damanik 2006, Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta Insula 1995 dalam Sukma Ariada, Nyoman, 2009, Meretas Jalan Ekowisata Bali : PressUdayana UGM Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta. Kidder 1981, dalam Riduwan, 2004. ” Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”, Bandung Kusmayadi dan Sugiarto, 2000 dalam Riduwan, 2004. ” Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”, Bandung Lembaga Penelitian Tanah Bogor (1966), dalam dokumen Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi (2010) Nata Wirawan. 2001. Statistik Deskriptif Untuk Ekonomi Dan Bisnis, Keramas Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta : Andi Putri Dewi Astiti. 2003. ” Penerapan Tri Hita Karana Dalam Pengembangan Ekowisata PadaWaka Gangga Resort Tabanan ”,(tesis) Universitas Udayana, Denpasar. Raka Dalem, A..A. G dan I.A. Astini, 2000. Significant Achiesments or the Development of Ecotourism in Bali, Indonesia Annals World Ecotour, 2000, Brazil 221 – 222. Raka Dalem, A. A. G., I. B. G. Pujaastawa, I W. Sandi Adyana, I M. Sudarsana, 2003, Studi Sertifikasi Potensi dan Prospek Pengembangan Kepariwisataan di Kawasan Perkebunanan Pulukan, Jembrana, Puslitbudpar UNUD dan Disparda Bali. Raka Dalem, A. A. G.,dkk, 2005, Identifikasi Potensi dan Prospek Pengembangan Ekowisata di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng
109
Raka Dalem, A. A. G., 2006, ” Ekoturisme ”, Fakultas MIPA Universitas Udayana Riduwan, 2004. ” Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”, Bandung Sukandarrumidi. 1999. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, Bandung : Angkasa Surakhmad, 1994 dalam Riduwan, 2004. “Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”, Bandung Suryawan, A. A. P. A, A.A. G. Raka Dalem, I. B. Pujastawa dan Nym. Madiun, 2009, Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Lesuser, di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, Bali Greenery Denpasar. Sukma Ariada, Nyoman, 2009, Meretas Jalan Ekowisata Bali : Press Udayana UGM Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta The World Commissions For Evironmental and Development, dalam Janianton Damanik 2006, Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR The International Ecotourism Society ( TIES ) 1990 , dalam Janianton 2006, Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR UGM Kerjasama Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta.
110
Lampiran 1
Peta Orintasi Kawah Ijen Sumber : KSDA Banyuwangi 2009
111
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA (UNTUK PEJABAT : Bappeda, DIPARDA, KSDA, Akdemisi, LPPH ) POTENSI DAN PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN DI DESA LICIN KABUPATEN BANYUWANGI BAGIAN PERTAMA : (Identitas) 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis kelamin
:
4. Pekerjaan
:
5. Alamat
:
6. Kebangsaan
:
L/P
BAGIAN KE DUA : (Profesi) 1. Pekerjaan/profesi khusus apa yang anda tekuni saat ini ? 2. Sudah berapa lama anda menekuni pekerjaan / profesi anda ?
BAGIAN KE TIGA : (Pendapat) A. Potensi 1.
Apa yang anda ketahui tentang pariwisata?
2. Bagaimana menurut anda jika Banyuwangi dijadikan sebagai daerah
tujuan
pariwisata? 3. Banyuwangi memiliki alam yang bagus dengan aneka flora maupun fauna, serta kebudayaan
yang
masih
kental dengan
112
adat istiadat yang masih
terpelihara sampai sekarang, begitu juga sumber daya manusia juga cukup potensial.
Menurut
anda wisata
apa
yang
cocok
untuk
memajukan
Banyuwangi ? 4. Bagaimana menurut pendapat anda tentang kebudayaan, adat istiadat yang ada di desa Taman Sari masih
merupakan warisan dari nenek
moyang
yang
terpelihara dengan baik ? Apakah harus dilestarikan untuk pariwisata
untuk menambah kekayaan budaya Indonesia ? a. Jika ya, mengapa? b. Jika tidak, mengapa? 5. Bagaimana menurut pendapat anda tentang daya tarik Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen? a. Apa yang menarik di Kawasan Kawah Ijen? b. Apakah perlu ada pengembangan di Kawasan Kawah Ijen? c. Pengembangan yang bagaimana yang diperlukan? 6. Menurut anda apakah perlu ada pelestarian untuk kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen ? a. Jika ya, mengapa ? b. Jika tidak, mengapa ? 7. Sepanjang kawasan Taman Wisata Alam menuju ke kawah Ijen kita temui perkebunan, Bagaimana menurut anda apakah hal itu merupakan salah satu daya tarik wisata ?
113
8.
Fasilitas- fasilitas apa saja yang harus disediakan untuk wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen ?
10. Apakah perlu adanya fasilitas / infrastruktur yang
berhubungan dengan
pendidikan lingkungan bagi pengunjung ? (contoh : papan interprestasi pada setiap jalur, brosur informasi pada pusat pengunjung, video-video) 11.
Menurut anda, apakah perlu keterlibatab masyarakat untuk pariwisata ke depan ?
12. Dengan adanya pariwisata yang telah berkembang sampai pada kondisinya saat ini, Bagaimana prediksi anda untuk Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen ke depan? 13. Jika anda adalah manager/pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, apa saja yang anda akan lakukan untuk perubahan ? 14. Bagaimana komentar/penilaian anda terhadap fasilitas yang ada di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen ? -
Penginapan ?
-
Alat transportasi ?
-
Jalan ?
-
Toilet ?
-
Pusat informasi pengunjung ?
15. Apa harapan anda untuk pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen ?
114
16. Menurut anda apakah kegiatan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen menekankan kegiatan konservasi ? a. Jika ya, mengapa ? b. Jika tidak, mengapa ? 17. Menurut anda, apakah kegiatan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen mengakomodasi budaya lokal ? 18. Menurut anda apakah kegiatan pariwisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen memberi mafaat ekonomi bagi masyarakat lokal ? a. Jika ya, apa bentuk yang secara nyata ? b. Jika tidak, apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat agar bermanfaat.
115
Lampiran 3 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA NASIONAL Hasil Lokakarya dalan Pelatihan Ekowisata Nasional di Bali 25-26 Agustus 2006
Nama : Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Tanggal : ............................. Asesor/Evaluator : ............................. No Prinsip dan Kriteria 1
Temuan di Rekomendasi Lapangan YA TIDAK Peka & menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. (a).Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep masyarakat setempat, seperti Tri Hita Karana: memeperhatikan keselaran hubungan antara manusia (parahyangan), hubungan antara manusia dengan manusia (pawongan), hubungan antara manusia dengan lingkungan (palemahan).
2
(b). Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat ,dan kearifan lokal. (c). Keberadaan kegiatan objek ekowisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan masyarakat setempat. Memiliki kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya. 116
(a).
3.
4
5
Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan. (b)Penggunaan teknologi ramah lingkungan. (c)Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai objek ekowisata disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya. (d) Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan daya dukung setempat (e) Memperhatikan keberadaan Endemisitas Menyediakan interprestasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. (a)Menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi. (b) Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan objek wisata. (c) Melibatkan lembaga adat setempat Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan (a)Melibatkan unsur akademis, pemerhati lingkungan dan informasi yang memadai terkait dengan objek ekowisata. (b)Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan nilai-nilai budaya lokal. (c) Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam dan budaya. Pengembangannya harus didasarkan Persetujuan masyarakat setempat
117
6
7
8
melalui musyawarah. (a) Perencaan, pengembangan, pengelolaan dan pengawasan pada mendapat persetujuan masyarakat setempat. (b) Melakukan koordinasi dengan masyarkat setempat dalam setiap tahap pengembangannya (c) Melibatkan masyarakat dalam set iap proses pengambilan keputusan yang berdampak luas terhadap masyarakat,lingkungan dan perusahaan Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap kat setempat (a) Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian. (b) Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional objek ekowisata. (c) Melibatkan lembaga adat/ tradisional serta tokoh masyarakat setempat. Mentaati peraturan perundangudangan yang berlaku (a) Mentaati peraturan perundangudangan yang berlaku (b) Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat setempat. Secara koasisten memberikan kepuasan kepada konsumen (a) Memberikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen (b) Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen (c) Memanfaatkan masyarakat lokal sebagai local guide
118
9
(d) Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggungjawab) (a) Materi pemasaran harus akurat, jelas, berkualitas, dan sesuai dengan kenyataan. (b) Materi pemasaran harus melalui media promosi yanng dipilih sesuai dengan target market
119