PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS (PADA STUDI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TRANSPORTASI) MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN BELAJAR PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV MI MIFTAHUSSHIBYAN CURUG TANGERANG
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Abdus Syukur 18090183000055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DUAL MODE SYSTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Nama: Abdus Syukur, NIM: 18090183000055, Judul Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar IPS (Pada Studi Perkembangan Teknologi Transportasi) Melalui Penerapan Pendekatan Belajar Pembelajaran Kontekstual (Siswa kelas IV MI Miftahusshibyan Curug Tangerang). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peranan strategis dalam mempersiapkan peserta didik sekolah dasar memasuki masyarakat dinamis, seiring berkembangnya teknologi, informasi dan komunikasi serta laju globalisasi. Namun apa yang diharapkan masih jauh dari kenyataan. Penyajian Mata Pelajaran IPS terkesan belum berorientasi pada pembelajaran aktif dan masih rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran IPS. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah penggunaan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perkembangan Teknologi Transportasi. (2) bagaimanakah hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran IPS pada pokok bahasan perkembangan teknologi transportasi setelah diterapkan pendekatan pembelajaran CTL. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan kegiatan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV (empat) MI Miftahusshibyan Pasirandu Tangerang. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar.Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendekatan belajar pembelajaran kontekstual dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kela iv Mi Miftahusshibyan
i
ABSTRACT
Name: Abdus Syukur, NIM: 18090183000055, Thesis Title: Improved Learning Outcomes At the IPS (Studin Perkembangan Transportation Through Technology) Implementation Approach Contextual Learning In (MI Miftahusshibyan fourth grade students). Subjects Social Sciences (IPS) has a strategic role in preparing students to enter public elementary dynamic, as the development of technology, information and communication as well as the pace of globalization. However, what is expected is still far from reality. Presentation of Subject-oriented IPS impressed yet active learning and the low value of the students in social studies. The problems to be examined in this study are: (a) How does the use of Contextual Teaching and Learning Approach Learning to improve student learning outcomes in social studies subject of the development of transportation technology. (B) how the learning outcomes of students after teaching social studies in the subject of the development of transportation technology as applied learning approach CTL.This study uses action research (action research) as many as two rounds. Each round consists of four phases: planning, implementing, observation and reflection. The target of this study is class IV (four) MI Miftahusshibyan Pasirandu Tangerang. Data obtained in the form of formative test results, observation sheets and learning activities. The conclusion of this study is the approach to learning Contextual Teaching and Learning (CTL) can be a positive influence on student achievement of grade IV (four) MI Miftahusshibyan waterfall Tangerang.
ii
PERSEMBAHAN: Skripsi ini dengan penuh rasa bahagia ku persembahkan untuk keempat orang tuaku, istriku dan anaku tercinta, atas do’a restu dan motivasinya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
i
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya maka skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS (Pada Studi Perkembangan Teknologi Transportasi) Melalui Penerapan Belajar Pembelajaran Kontekstual Siswa Kelas IV Mi Miftahusshibyan Curug Tangerang” ini dapat diselesaikan dengan bentuk seperti yang terlihat seperti saat ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan tercinta, Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan segala kebaikan kepada umatnya. Skripsi ini terselesaikan karena bantuan semua pihak. Untuk itu, penulis dengan hati yang tulus dan ikhlas menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. Komaruddin Hidayat selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2. Ibu Dra.Nurlena Rifa’i, M A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Bapak Dr. Fauzan, M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Muh Arif, M.Pd selaku pembimbing penulisan skripsi ini, yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. 5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kemudahan, pelayanan dan ilmu serta bimbingan kepada penulis selama menempuh pendidikan pada jenjang Strata 1 (S1) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Dual Mode System (DMS). 6. Ibu (Hj. Maesaroh), Bapak (H. Abdul Latif) dan istri (Iis Istiyanah) tercinta yang telah mendorong penulis dengan seluruh cinta dan harapan hingga skripsi ini bisa selesai.
ii
7. Rekan-rekan yang telah memberikan banyak motivasi (Heni, Asep). 8. Kusnadi, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah MI Miftahusshibyan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian. 9. Seluruh Dewan Guru dan Staff Mi Miftahusshibyan Pasirandu Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. 10. Untuk Putri mungilku (Farah Aribatunnisa), penyemangat Ayah, terima kasih untuk seluruh cinta, dorongan dan bantuannya. Akhirnya, kepada mereka senantiasa penulis berharap semoga Allah SWT membalas budi baik tersebut, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk penulis dan pembaca pada umumnya. Amin…… Tangerang, 2 Desember 2014
Abdus Syukur
iii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ……………………………....
i
ABSTRAK ………………………………………..………………………….
ii
PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………………………….
iv
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ……………………………………..
v
PERSEMBAHAN ………………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………….……
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………..…………………………
1
B. Identifikasi Masalah ……………………….……………………………
5
C. Pembatasan Masalah ……………………………….……………………
5
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………
6
E. Tujuan Penelitian …………………………………….............................
6
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………………
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN TEORITIS A. Kajian Pustaka…………………………………………………………...
8
1. Hasil Belajar …………………………………………………………
8
a. Pengertian Hasil Belajar …………………………......................
8
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi hasil Belajar ………………
11
c. Indikator Hasil Belajar ………………………………………….. 20 2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ……………………………………...
24
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) …………………......
24
iv
b. Hakikat Pembelajaran IPS…………………………………...….
25
c. Tujuan Pembelajaran IPS ………………………….………….
25
3. Contextual Teaching and Learning (CTL) ………….…………….
27
a. Pengertian Pembelajaran CTL ………………………………..
27
b. Karakteristik Pembelajaran CTL………………….…………..
30
c. Sejarah Pembelajaran CTL ....………………….…….. ……… 30 d. Langkah-langkah Pembelajaran CTL…………………………. 32 e. Komponen Pembelajaran CTL …………….…………………. 33 f. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL ………………. 34 B. Kerangka Berfikir …………………………………………..…………. 36 C. Hasil Penelitian Yang Relevan …………………...………..………….
37
D. Hipotesis Tindakan ……………………………………..…................... 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………. 39 B. Metode Penelitian ……………………………………………………… 40 C. Subjek Penelitian ………………………………………………………. 42 D. Peran Posisi Peneliti Dalam Penelitian ………………............................ 42 E. Tahapan Intervensi Tindakan …………………………………………..
42
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan …………............................ 44 G. Data dan Sumber Data …………………………………………………. 44 H. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………………... 45 I. Tehnik Pemeriksaan Kepercayaan Studi …………….............................
52
J. Tehnik Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis Data ………………
54
K. Pengembangan perencanaan Tindakan …………………..……………..
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ………..……………………………………..
55
B. Pemeriksaan Keabsahan Data …………………….…………………….. 57 C. Analisis Data ……………………………………………….…………...
61
D. Pembahasan …………………………………….…………….................
71
v
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………….……….... 73 B. Saran ……………………….………………………….............. 74 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….. 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai orang yang memiliki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru yang berkaitan sebagai seorang pendidik. Pendidikan pada hakekatnya merupakan unsur vital dalam kehidupan dan merupakan kebutuhan serta tuntutan yang amat penting untuk menjamin perkembangan, kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2010 pengajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemapuan dasar untuk berpikir logis dan kritis , rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan.
1
2
4. Memiliki
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, jika ditelaah lebih jauh tujuan intruksional dari pengajaran IPS SD/MI tidak hanya menekankan aspek kognitif (pengetahuan) saja, tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap) dan psikomotor (tingkah laku). Oleh karena itu, seorang guru tidak seharusnya hanya menonjolkan salah satu aspek saja dalam kegiatan belajar-mengajar, tetapi harapannnya ketiga aspek tersebut dapat berkembang secara harmonis dan seimbang. Dalam mengembangkan aspek kognitif, tidak cukup seorang guru hanya menggunakan metode ceramah saja karena itu tidak mendorong daya kreatifitas dan daya nalar anak. Akibatnya anak akan cenderung menghafal materi. Padahal pengetahuan yang diperolah dari hafalan kurang bermakna dan cenderung mudah lupa. Berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemanhaman akan lebih bermakna dan tahan lama. Untuk dapat menguasai nilai dan sikap selama proses belajar berlangsung, diharapkan siswa tersebut terlibat secara intelektual, emosioanal dan sosial. Artinya mereka benar-benar mengalami sendiri atau berada dalam situasi yang seolah-olah nyata dengan begitu pembelajaran akan semakin bermakna dalam diri siswa dan pengetahuan yang di dapat akan bertahan lama dalam ingatan. Dalam pengembangan aspek psikomotor, seorang guru harus mampu mengajak siswanya untuk senantiasa mengaplikasikan atau menerapkan ilmu-ilmu yang ada untuk membantu mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Barangkali dalam proses penerapan ini perlu pembiasaan yang terus menerus dari guru sehingga perilaku yang baik itu akan menjadi kepribadian yang telah mengakar kuat dalam diri individu.
3
Apabila ketiga aspek tersebut dikembangkan secara seimbang, maka tugas dari pendidikan IPS dapat terealisasi dengan baik. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi belum mampu menghasilakan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karena itu, perlu ada perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup sekarang maupun yang akan datang. Pendekatan yang paling cocok dengan hal di atas adalah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk
dapat
menemukan
materi
yang
dipelajari
dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuik dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka1. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan
1
Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan (Jakarta: kencana) 2010, hal 255
4
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk di tumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. MI Miftahusshibyan merupakan salah satu sekolah yang terdapat di wilayah kecamatan Curug Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas saat mengajar kelas IV MI Miftahusshibyan serta diperkuat dengan dokumentasi hasil belajar pada semester satu. Dari rata-rata nilai ulangan harian menunjukan bahwa hasil belajar siswa terutama pada mata pelajarn IPS tergolong rendah yaitu 60 nilai tersebut masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan minimal 65. Pada saat peneliti melakukan kegiatan pembelajaran IPS kelas IV secara langsung peneliti hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, karena peneliti menganggap metode ceramah adalah metode yang paling mudah dilaksanakn oleh guru. Siswa kurang bersemangat dan terlihat jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar. Guru menggunakan sumber belajar berupa buku teks saja. Dalam pembelajaran terlihat masih rendahnya perhatian dan aktifitas positif siswa. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, bahkan mereka terlihat sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, seperti bermain sendiri, ataupun mengganggu teman sebangkunya. Selain itu guru belum mengetahui atau mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa. Untuk memperbaikinya, maka peneliti berinisiatif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil dalam pembelajaran IPS. Diharapkan dengan menggunakan pendekatan CTL
5
dalam proses pembelajaran IPS akan menarik minat siswa untuk aktif mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial
(IPS)
Pada
Studi
Perkembangan
Teknologi
Transportasi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV MI Miftahusshibyan”. Peneliti ingin membuktikan bahwa pembelajaran yang sangat menyenangkan dengan menggunakan pembelajaran Contekstual Teaching Learning (CTL). Selain itu, dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (CTL), peneliti yakin bahwa hasil belajar IPS khususnya di kelas IV MI Miftahusshibyan dapat ditingkatkan.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Masih rendahnya hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahusshibyan terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 2. Rendahnya perhatian dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. 3. Pola pengajaran masih berpusat pada guru dari pada berpusat pada siswa, di mana guru lebih banyak ceramah daripada melibatkan siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas peneliti membatasi pada masih rendahnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif kelas IV MI Miftahusshibyan terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
6
D. Rumusan Masalah Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, peneliti mengambil rumusan masalah yaitu, “Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pada Studi Perkembangan Teknologi Transportasi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV MI Miftahusshibyan?”.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pada Studi Perkembangan Teknologi Transportasi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV MI Miftahusshibyan.
F. Manfaat penelitian 1. Manfaat penelitian bagi guru a. Penelitian dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir penelitian adalah perbaikan pembelajaran. b. Dengan melakukan penelitian guru dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. c. Melalui penelitian guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri, tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain namun ia sendiri adalah perancang dan perilaku perbaikan tersebut yang menghasilklan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran. 2. Manfaat Penelitian bagi siswa a. Meningkatkan hasil belajar siswa
7
b. Menjadi modal bagi siswa untuk menyikapikinerja sehingga siswa dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil belajarnya sendiri. c. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPS d. Meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS 3. Manfaat Penelitian bagi sekolah a. Sekolah mempunyai kesempatan besar untuk berkembang pesat, bila para gurunya mempu membuat perubahan atau berbagai perbaikan seperti: penanggulangan berbagai masalah belajar
siswa,
perbaikan
kesalahan
konsep,
serta
penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami guru. b. Menumbuhkan
iklim
kerjasama
yang
kondusif
untuk
memajukan sekolah yang berasal dari hubungan yang sehat yang tumbuh dari rasa saling membutuhkan.
1
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil menurut kamus Bahasa Indonesia artinya pendapatan, perolehan, akibat dari suatu tindakan atau perbuatan. Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Nasution menyatakan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghargaan dalam diri pribadi yang belajar.2 Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang terjadi dari proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah, hasil belajar yang diharapkan adalah prestesi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen disekolah. Pada dasarnya hasil pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hasil berupa akademik dan presteasi non akademik, hasil prestasi akademik misalnya lomba karya ilmiah, lomba matematika, fisika dan lain-lain.hasil belajar non akademik misalnya kesenian dan olah raga, interaksio belajar dan mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan pembelajaran.
1
Slameto Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya I(Jakarta: Rineka Cipta) 2010, hal.2 2 S. Nasution 1994 Didaktik Asas-asas Mengajar (bandung : Bumi Aksara) h.24
8
2
9
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofisnya, namun untuk menyatakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulu yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antar alain bahwa” suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat tercapai3 Interaksi yang diupayakan guru baik yang di dalam kelas maupun diluar, memposisikan hubungan antara guru dan siswa atau sebaliknya dan hubungan siswa dengan siswa. Berdasarkan paparan ini interaksi diartikan sebagai hubungan timbal balik, hubungan ini tidak bersifat sepihak bahwa guru merupakan satu-satunya subjek. Siswa dapat
juga sebagai
subjek belajar, artinya adakalanya
guru
mendominasi proses interaksi, adakalanya baik guru maupun siswa berinteraksi secara seimbang. Proses interaksi ini merupakan proses interaksi belajar mengajar, guru, siswa, dan materi pelajaran adalah tiga unsur utama yang terlibat langsung dalam proses ini agar tujuan pembelajaran tercapai, selain unsur utama, unsur lain yang terlibat adalah media, dengan demikian interaksi belajar mengajar dapat didepinisikan sebagai pendekatan khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perubahan yang terjadi dalam diri seorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu tidak setiap perubahan tingkah laku seorang dikatakan belajar. Hal tersebut dikemukakan oleh slameto, bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah4:
1. Perubahan terjadi secara sadar 3
Drs.Syaiful Bahri Djamarah,Drs. Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2006) hal.105 4 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003) hal. 2
10
Ini berarti bahwa seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu atau fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Seorang anak yang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. 3. Perubahan dalam belajar dalam belajar bersifat positif dan aktif Itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. 4. Perubahan belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang berifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melelui suatu proses belajar meliputi perubahan seluruh tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan
11
tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian seorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dari segi pengetahuan maupun segi pengetahuan lainnya. Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan disekolah saja akan tetapi lebih dari itu, masyarakatpun bisa dijadikan lahan dunia pendidikan yang notabene sering dilupakan oleh umumnya banyak orang. Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan proses terjadinya interaksi guru dengan siswa yang memiliki rumusan tujuan sebagai target yang harus dicapai dalam proses belajar mengajar. Menurut Benyamin S.Bloom dan Kratwool yang dikutif dari Martinis Yamin bahwa isi rumusan tujuan dalam pendidikan dikelompokkan menjadi tiga aspek5. Ketiga aspek tersebut dalam istilah dunia pendidikan dengan istilah taksonomi Bloom yang meliputi tiga ranah yaitu: 1. Ranah Kognitif yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi. 2. Ranah afektif
yang meliputi
atas penerimaan respon,
organisasi, evaluasi, dan memberi sifat (karakter). 3. Ranah Psikomotorik meliputi pentahapan imitasi, posisi, artikulasi, dan naturalisasi.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Keberhasilan belajar siswa tidaklah berdiri sendiri, melainkan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, baik itu faktor internal maupun
faktor
eksternal.
Secara
global
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam :
5
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, (Jambi: Gaung Persada Press Jakarta, 2007) hal. 31
12
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa 2. Faktor Eksternal (Faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran6. Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut diataslah muncul siswa-siswa yang high-echievers (berprestasi tinggi) dan under-echievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru yang berkompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya
kelompok
siswa
yang
menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengethui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. 1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : a. Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh yang lemah, dapat 6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003) cet ke-8, hal 132
13
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipeljarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi . Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.Banyak Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu beberapa faktor sebagai berikut: 1) Intelegensi Siswa Intelegensi dapat dikatakan sebagai sejumlah kecakapan yang dimiliki siswa. Kecakapan tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah belajaratau dalam kehidupan seharihari7. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa dapat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses 2) Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan
7
Udin S Winataputra dkk, Op Cit hal 4.40
14
sebagainya baik secara positif maupun negatif8. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap yang negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikannya dapat menimbulkan kesulitan belajar siwa tersebut. 3) Bakat Siswa Bakat adalah bawaan yang merupakan potensi ( Potensial Ability) yang masih perlu dikembangkan9. Dengan demikian, setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi.
Itulah
sebabnya
anak
yang
berintelegensi sangat cerdas disebut juga anak berbakat. Bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidangbidang studi tertentu. Oleh sebab itu sebagai orangtua hendaknya menyekolahkan anaknya sesuai dengan bakat yang dimilikinya. 4) Minat Siswa Minat adalah sikap jiwa seseorang yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat10. Minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapain hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu.
8
Muhibbn Syah, Op Cit , hal 135 Alex Sobur, Psikologi Umum, ( Bandung : Pustaka Setia, 2003) hal 180 10 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998) hal 151 9
15
5) Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah11. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu, motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik12. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari rangsangan dari luar, motivasi intrinsik pada umunya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar. Dengan demikian, kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal , akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran baik di sekolah atau di rumah. 2. Faktor Eksternal Siswa Menurut Muhibbin Syah bahwa “ faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa meliputi dua faktor, yaitu : faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial”. Untuk lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut: a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial berupa sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Dengan demikian seoarang guru yang memiliki sikap dan perilaku yang simpatik serta memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi siswa tersebut. 11 12
hal 9
Muhibbin Syah ,OpCit hal 136 Noehi Nasution, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Universitas Terbuka, 1994) cet ke-4,
16
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut13. Kondisi masyarakat disekitar perkampungan yang kumuh akan menghambat dalam aktivitas belajar siswa, siswa akan mengalami kesulitan pada saat mereka membutuhkan teman belajar atau berdiskusi atau pun pada saat mereka membutuhkan alat-alat belajar. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri14. Sifat-sifat orang orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam mengelola keluarga yang keliru dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi anak, tidak hanya dalam belajar tetapi juga dapat mengakibatkan perilaku menyimpang seperti antisosial.
b) Lingkungan nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang di gunakan siswa15. Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja akan mendorong siswa untuk berkeliaran ketempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah yang seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. Waktu yang dapat digunakan untuk belajar adalah pagi atau sore. Belajar pada pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada 13
Muhibbin Syah, Op Cit, hal 137 Ibid, hal 138 15 Ibid, hal 138 14
17
waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli gaya belajar, hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung kepada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Di antara siswa ada yang siap belajar pada pagi hari, ada pula yang siap pada sore hari bahkan tengah malam. Perbedaan
waktu
dan
kesiapan belajar inilah
yang
yang
menimbulkan study time preference antara seoarang siswa dengan siswa lainnya. Dengan demikian , perbedaan waktu yang digunakan siswa dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan system memori anak dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan informasi-informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
3. Faktor Pendekatan Belajar Di samping faktor internal dan eksternal siswa yang dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap
keberhasilan
proses
pembelajaran
siswa
tersebut.
Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam
menunjang
efektivitas
dan
efisiensi
proses
pembelajaran materi tertentu16. Menurut Ballard dan Clanchy yang dikutip dari Muhibbin Syah Bahwa “pendekatan belajar siswa pada umunya dipengaruhi oleh sikap terhadap pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa yang menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu : sikap melestarikan yang sudah ada (conserving), dan sikap memperluas (extendingI)17. Siswa yang bersikap conserving pada umunya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali 16 17
Ibid, hal 139 Ibid, hal 127
18
fakta dan informasi). Sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar “analisis” (berdasarkan pemilahan dan interpretsi fakta dan informasi). Bahkan diantara mereka yang bersikap extending cukup banyak menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran yang mendalam), yang bukan saja bukan saja
bertujuan
menyerap
pengetahuan
melainkan
juga
mengembangkannya. Selain pendekatan belajar yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa pendekatan belajar yang dikemukan oleh John B. Biggs yang dikutip dari Muhibbin Syah, yaitu : 1). Pendekatan surface (permukaan atau bersifat lahiriah), 2). Pendekatan deep (mendalam), 3). Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)18. Siswa yang menggunakan pendekatan surface, memiliki keinginan belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya, siswa yang menggunakan pendekatan deep biasanya mempelajari materi karena ia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umunya dilandasi motif ekstrinsik yang berciri khusus disebut “ego enhacement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indek
18
prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih
Ibid, hal 128-129
19
serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. Dalam kenyataan di sekolah, intelegensi yang dimiliki siswa tidak menjadi jaminan mutlak bahwa siswa tersebut akan suksek dalam belajar, karena masih ada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, baik itu yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor pendekatan belajar yang dilakukan oleh siswa juga dapat memberikan peluang terhadap siswa tersebut untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar di atas, maka penulis susun rinciannya dalam bentuk table berikut: TABEL 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Unsurnya Internal Siswa 1. Aspek Fisiologis
Eksternal Siswa 1. Lingkungan Sosial
Pendekatan Belajar 1. Pendekatan Tinggi
- tonus jasmani
- keluarga
- speculative
- mata dan telinga
- guru dan staf
- achieving
- masyarakat - teman 2. Aspek Psikologis
2. Lingkumgan Nonsosial
2. Pendekatan Sedang
- intelegensi
- rumah
- analitical
- sikap
- sekolah
- deep
- minat
- peralatan
- bakat
- alam
- motivasi
3. Pendekatan Rendah - reproduktif - surface
20
c.
Indikator Hasil Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman
dan
proses
belajar
siswa.
Namun
demikian,
pengungkapkan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu yang dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan dapat diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi ranah cipta, rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur19. Selanjutnya agar dapat memberikan suatu pemahaman lebih mendalam mengenai kunci pokok ukuran prestasi belajar siswa, berikut ini penulis uraikan jenis prestasi, indikator, dan cara evaluasi untuk menggambarkan hasil belajar siswa.
19
Ibid, hal 150
21
TABEL 2.2 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil belajar Siswa Ranah/ Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan
2. Ingatan
1.Dapat menunjukan
1. Tes lisan
2.Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1. Tes lisan
2. Dapat menunjukan
2. Tes tertulis
kembali 3. Pemahaman
3. Observasi
1. Dapat menjelaskan
1. Tes lisan
2. Dapat mendefinisikan
2. Ter tertulis
dengan lisan sendiri 4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi
5. Analisis ( pemeriksaan 1. Dapat menguraikan
1. Tes tertulis
dan pemilahan secara
2. Pemberian
teliti)
2. Dapat mengklasifikasikan/memi
tugas
lah-milah 6. Sintesis ( membuat
1. Dapat menghubungkan
1. Tes tertulis
panduan baru dan utuh)
2. Dapat menyimpulkan
2. Pemberian
3. Dapat
tugas
menggeneralisasikan (menbuat prinsip umum)
B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan
1. Menunjukan sikap menerima 2. menunjukan sikap
1. Tes tertulis 2. Tea skala sikap 3. Observasi
22
menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi
3. Apresiasi (sikap Menghargai)
1. Menganggap penting dan bermanfaat) 2. Menganggap indah dan
4. Internalisasi (pemahaman)
1. Tes skala penilaian/sikap 2. Pemberian
harmonis
tugas
3. Mengagumi
3. Observasi
1. Mengakui dan meyakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian tugas ekspresif 3. Observasi
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku
1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi
sehari-hari
C. Ranah Karsa
1. Mengkoordinasikan
(Psikomotorik)
gerak mata, tangan, kaki
1. Keterampilan bergerak
dan anggota tubuh
dan bertindak
2. Kecakapan ekspresi
1. Observasi 2. Tes tindakan
lainnya
1. Mengucapkan
Verbal dan nonverbal 2. membuat mimik dan gerakan jasmani
1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan
23
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar di atas, sorang guru perlu mengetahui bagaimana menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Ranah-ranah psikologis, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataannya sukar diungkap sekaligus bila hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu ranah. Seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama Islam, belum tentu rajin beribadah sholat. Sebaliknya, siswa lain yang hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru menunjukan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan dalam asfek kognitif tidak menjamin suatu kemampuan afektif dan psikomotorik pada diri siswa. Ini merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh para guru. Untuk menjawab tantangan tantangan ini guru seyogyanya tidak hanya terikat oleh penilaian yang bersifat kognitif, tetapi juga memperhatikan penilaian afektif dan psikomotorik siswa. Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar.
Di antara norma-norma
pengukuran tersebut ialah: 1). Norma skala angka dari 0 sampai 10; 2). Norma skala angka dari 0 sampai 10020. Pengunaan norma angka di atas menurut para ahli , bahwa angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Jadi, pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab 20
Ibid, hal 153
24
lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, maka ia telah dianggap memenuhi target minimal keberhasilan siswa. Namun demikian, kiranya perlu dipertimbangkan oleh para guru penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti (core subject). Pelajaran-pelajaran inti ini meliputi, pelaran bahasa dan matematika, karena kedua bidang studi ini merupakan “kunci pintu” pengetahuan-pengetahuan lainnya. Hal terpenting dalam proses evaluasi prestasi bukanlah mengenai norma mana yang akan ditetapkan atau diambil , melainkan sejauh mana norma itu dipakai secara lugas untuk mengevaluasi seluruh kecakapan siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik). 2. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) a. Pengertian Ilmu Sosial (IPS) Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program bidang studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah ”Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS lebih dikenal sosial studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatandari para ahli atau pakar di Indonesia. Menurut James A. Banks yang dikutip dari Sapriya, Sulistyawati dan Sajarudin Nurdin bahwa sosial studi adalah bagian dari Kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara untuk dapat hidup berpartisipasi dalam bermasyarakat demokratis21. Sedangkan menurut Calhoun dalam Hasan yang dikutip dari Ahmad Yani bahwa ” Ilmu-ilmu sosial adalah studi tentang tingkah laku kelompok manusia”22. jadi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah Ilmu yang mempelajari tentang 21 22
Sapriya, Susilawati, Sadjarudin Nurdin, Konsep Dasar IPS (Bandung: Upi Press. 2006) hal.4 Ahmad Yani, Pembelajaran IPS (Jakarta:2009) hal. 2
25
tingkah laku dan sikap agar peserta didik menjadi manusia yang bersifat demokratis,
bertangggung
pengetahuan
dan
jawab
keterampilan
dan yang
mampu diperlukan
mengembangkan dalam
hidup
bermasyarakat.
b. Hakikat Pembelajaran IPS Hakikat IPS dalam pengertian yang terpadu inilah yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Dengan pengertian itu menunjukan bahwa IPS sebenarnya merupakan pelajaran yan cukup komprehensif yang dapat menjadi salah satu instrument untuk ikut memecahkan
masalah-masalah
sosio-kebangsaan
di
Indonesia.
Pendidikan IPS juga dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral pendidikan budi pekerti. Pendidikan IPS memiliki arah dan tujuan yang sama dengan tujuan pembelajaran IPS, yakni sama-sama bertujuan agar peserta didik dan warga belajar pada umumnya menjadi warga negara yang baik. Pembelajaran IPS diarahkan untuk menjadikan warga negara yang baik, melahirkan pelaku-pelaku sosial yang cerdas, arif dan bermoral. Dalam konteks pendidikan karakter para peserta didik dengan potensi yang dimilikinya, difasilitasi untuk mengembangkan berfikir kritis dan kreatif, percaya diri dan membangun kemandirian, memiliki semangat kebangsaan, dan bangga terhadap hasil karya budaya bangsa sendiri. Jadi pembelajaran IPS adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk menjadi manusia yang berkarakter dan bertanggung jawab.
a. Tujuan Pembelajaran IPS Tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mentsal positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
26
menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. 6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi 8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya ” to prepare to be well-functioning citizens in a democratic society”. 9) Menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan23. Tujuan pembelajaran IPS, secara umum dapat dirumuskan anatara lain untuk mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik agar : (1) menjadi warga negara (dan juga warga dunia)
yang
baik,
(2)
mengembangkan
pemahaman
mengenai
pengetahuan dasar kemasyarakatan, (3) mengembangkan kemampuan berpikir dengan penuh kearifan dan keterampilan inkuiri untuk dapat memahami, menyikapi, dan mengambil langkah-langkah untuk ikut memecahkan masalah sosial kebangsaan, (4) membangun komitmen terhadap
nilai-nilai
luhur
dan
budaya
Indonesia,
dan
(5)
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam
23
Trianto, Model pembelajaran Terpadu (Jakarta : PT. Bumi Aksara.2010) Hal.176-177
27
kehidupan masyarakat yang majemuk, baik lokal, regional maupun internasional. Dari
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
tujuan
pembelajaran IPS adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pemahaman mengenai pengetahuan dasar kemasyarakatan, berfikir dengan bijaksana,
mengembangkan keterampilan dan mampu
mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah maupun isu-isu yang berkembang di lingkungan masyarakat.
c. Contextual Teaching And Learning (CTL) a. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari24. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Sedangkan menurut Drs. B. Suryosubroto pengajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektifitasnya tergantung dari beberapa unsur. Efektifitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif. Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektif yaitu murid-murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan dalam mengajar.25 Untuk lebih jelasnya tentang Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) berikut akan diuraikan beberapa definisinya menurut para ahli sebagai berikut:
24 25
Depdiknas, Pendekatan Kontextual . 2002. Hlmn.1. Suryosubroto, Proses belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta:Rineka Cipta, 1997), hlm.9
28
1. Menurut Mulyasa Pembelajaran Contextual Teaching And Learing (CTL) adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari . melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh
makna
yang
mendalam
terhadap
apa
yang
dipelajarinya26. 2. Menurut Nurhadi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang
dimiliknya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat27. 3. Menurut Dr. Wina Sanjaya Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata
sehingga
mendorong
siswa
untuk
dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka28. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan 26
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2005) Nurhadi, Op.cit., hlm.13 28 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, (Jakarta:Prenada Media, 2005), hlm.109 27
29
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa melainkan dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi. Bila pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) terlebih dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi
tentang
konsep-konsep
pembelajaran
Contextual
Teaching And Learning (CTL) dan penerapannya. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menghubungkan suatu mata pelajaran dengan pekerjaaan atau
30
kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka semakin akrab/dekat dengan lingkungannya.
b. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) a. Dalam
CTL,
pembelajaran
merupakan
proses
pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan
menambah
pengetahuan
baru
(acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh secara dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan secara terperinci. c. Pemahaman
pengetahuan
(understanding
knowledge),
artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat dialikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. e. Melakukan
refleksi
(reflecting
knowledge)
terhadap
strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
c. Sejarah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Penerapan pembelajaran Kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik Jhon Dewey pada tahun 1916 mengajukan berhubungan
teori
kurikulum
dengan
dan
pengalaman
metodologi dan
minat
pengajaran siswa.
yang
Filosofi
31
pembelajaran kontekstual berakar dari paham Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan sekolah berpusat pada anak (Child-Centered), sebagai refleksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (TeacherCentered) atau bahan pelajaran (subject-centered29. Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah. Selain teori Progresivisme Jhon dewey, teori kognitif juga melatar belakangi filosofi pembelajaran Kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat aktif dalam kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukan hasil belajar dalam bentuk apa yang dapat mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Disamping itu siswa yang menggunakan strategi kognitif memungkinkan ketika ia mengikutiberbagai uraian dari apa yang sedang ia baca, apa yang ia pelajari, mungkin keterampilan intelektual, mungkin informasi. Dia menggunakan strategi kognitif untuk memilih dan menggunakan kode bagi apa yang dia pelajari, dan strategi lain
untuk
mengungkapkannya
kembali.
Yang
terpenting,
dia
menggunakan beberapa strategi kognitif dalam memikirkan apa yang telah dia pelajaridan dalam memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah cara yang dimiliki pelajar dalam mengelolaproses belajar. Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah stragegi belajar baru yang lebih meeberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswamenghafal fakta-fakta, tetapi 29
Redja Mudyaharja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 142
32
sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui landasan Filosofi Konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. menurut (Jhonson, 2007: 72-85) dikutip dari Ahmad Yani bahwa ada tiga prinsip pembelajaran yang menjadi ciri khas pembelajaran CTL dibandingkan dengan pembelajaran yang lain yaitu prinsip kesaling ketergantungan, prinsip diferensisasi, dan prinsip pengaturan diri30.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Sebelum
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
Contextual Teaching and Learning (CTL), tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (langkah-langkah) pembelajarannya, sebagai pedoman dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan bekerja sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan. 4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.31
30
31
Ahmad Yani, Pembelajaran IPS (Jakarta: 2009) hal.56 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet.3, h. 189
33
e. Komponen Pembelajaran Contexstual Teaching and Learning (CTL) 1. Kontruktivisme Kontruktivisme adalah landasan filosofis yang beranggapan bahwa pengetahuan manusia diperoleh sedikit demi sedikit dan setelah diperoleh sejumlah pengetahuan lalu dikonstruksi(bentukan) sendiri oleh siswa. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintrpretasikan objek tersebut. 2. Menemukan (inquiry) Merupakan
bagian
inti
dari
kegiatan
pembelajaran
kontekstual. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan. 3. Bertanya (questioning) pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hsil belajar diperoleh dari tukar pikiran atau sharingantar tema, antar kelompok, dan antar teman yang tahu ke yang belum tahu. 5. Pemodelan (Modeling) pemodelan pada dasrnya membahasakan yang dipikirkan mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswwanya melakukan. 6. Refleksi (reflection) merupakan cara berfikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
34
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic Assessment) penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa32.
b. Kelebihan dan kelemahanPembelajaran CTL Kelebihan dari model pembelajaran CTL : a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM. b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari. d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru. e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok. g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. Kelemahan dari model pembelajaran CTL : a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan
siswa
padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang
32
Ahmad yani, Pembelajaran IPS (Jakarta: 2009) hal.58
35
memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan. e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini. f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan
intelektual
tinggi
namun
sulit
untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya. g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata. h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
B. Kerangka Berfikir Keberhasilan proses belajar mengajar dengan pencapaian tujuan yang diharapkan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu terdiri dari : faktor internal, faktor eksternal , dan faktor pendekatan belajar. Sebagaimana telah penulis sebutkan bahwa salah satu faktor eksternal siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah interaksi guru dengan siswa termasuk di dalamnya adalah pendekatan pembelajaran
36
yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar. Menurut W. Gulo (2002) yang dikutip dari Evaline siregar dan hartini Nara bahwa ”pendekatan pembelajaran adalah suatu pandangan dalam mengupayakan cara siswa berinteraksi dengan lingkungannya”33.metode mengajar itu sendiri Muhibbin syah yang dikutip dari arifin adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu34. maka cara-cara mengajar serta belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Sebagaimana pendapat yang telah dikemukakan di atas, jelaslah bahwa pendekatan pembelajaran itu berpengaruh terhadap belajar siswa. Oleh karena itu model pendekatan mengajar guru yang kurang baik akan menjadikan hasil belajar siswa yang kurang baik pula dan sebaliknya. Guru yang berani mencoba pendekatan-pendekatan pembelajaran baru, akan dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Berdasakan uraian di atas dalam kaitannya dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), maka dapat dikatakan bahwa apabila pendekatan yang diterapkan guru itu baik dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengajaran maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Menghayati
kajian
teoritis
di
atas,
penulis
merasa
tertarik
untuk
mempermasalahkan, sejauh mana kebenaran logika bahwa pendekatan pembelajaran Kontekstual pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
33
Evaline Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar danPembelajaran (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010) hal.75 34 Muhibbin Syah, Op Cit, hal 181-182
37
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
No
Penulis
Hasil
Yang Membedakan
Hasil belajar biologi ranah kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik kelas vii semester genap dengan pendekatan CTL
1
Apik Wijaya
disertai tugas
Hasil belajar
lebih baik di
belajar pada ranah
banding dengan pendekatan
kognitif, afektif dan psikomotorik
konvensional pada materi dinamika pendudu dan permasalahannya SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 Penerapan pendekatan CTL 2
Mikrotul Jamilah
melalui metode inqury dan tanya jawab terbukti dapat
Melalui metode inquiry dan tanya jawab
38
meningkatkan pemahaman konsep IPA pokok bahasan energi bunyi peserta didik Dari hasil Penerapan pendekatan CTL 3
Abdus syukur
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pendekatan pembelajaran CTL dengan mengaktifkan siswa melalui diskusi/kerja kelompok
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah terdapat Peningkatan Hasil Belajar IPS (pada Materi Perkembangan Teknologi Transportasi) Melalui penerapan Pendekatan Belajar Pembelajaran Kontekstual (Kelas IV MI Miftahusshibyan) Ds. Kadu Curug Tangerang”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian pada penelitian ini adalah MI Miftahusshibyan Pasirandu Kadu Curug Tangerang. Proses belajar mengajar di sekolah akan lebih baik jika ditunjang dengan penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). 2. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung pada bulan Desember sampai Agustus pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dan dilaksanakan di MI Miftahusshibyan yang beralamat di Kp. Pasirandu Rt. 07/02 Ds. Kadu Curug Tangerang. Untuk lebih jelas mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan-Tahun 2014
3
Observasi ke Sekolah
√
4
Penyusunan Instrumen
√
5
Pra Penelitian
√
6
Penelitian
7
Tahap Pelaporan
√
√
39
Agt
Revisi Proposal Skripsi
Jul
2
Jun
Proposal Skripsi
Mei
√
1
Apr
Mar Feb
Jan
Kegiatan
Des
No
8
1. Tabulasi Data
√
dan Analisis Data 9
2. Penyusunan
√
√
Draft hasil penelitian
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan Kelas merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh seorang guru untuk memecahkan masalah pembelajaran dikelasnya. Menurut Kemmis dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa Penelitian Tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran praktik social mereka1. Sedangkan menurut Elliot dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa Penelitian Tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui
proses
diagnosis,
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan,
dan
mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya2. Secara etimologis pengertian PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisa setiap pengaruh dari perlakuan3.sedangkan menurut Tim PGSM dikutip dari Achmad Hufad bahwa PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi utama praktik pembelajaran4. 1
Wina Sanjaya, Penelitian tindakan Kelas (Jakarta : Kencana, 2011) hal. 24 Ibid, hal 25 3 Ibid, hal. 26 4 Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:2009) hal. 6 2
Berdasarkan pendapat para ahli tesebut, dapat ditarik kesimpulan PTK adalah menawarkan cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan prodesional guru dalam memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Maka untuk keperluan tersebut perlu diadakan pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection ( refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permaslahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II Pelaksanaan Gambar 3.1 Alur PTK
Pelaksanaan
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa-siswa kelas IV (empat) yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Subjek dipilih kelas IV (empat) karena untuk kemudahan komunikasi, berkaitan dengan materi yang diajarkan adalah perkembangan teknologi transportasi.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran dan posisi peneliti disini adalah sebagai pengajar dan peneliti dibantu oleh satu guru yang mengajar pada kelas lain, guru tersebut sebagai guru mitra.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (orientasi awal) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus pertama dan siklus selanjutnya hingga mencapai indikator keberhasilan. Adapun uraian dari tahapan-tahapan penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi Awal a. Pengamatan Keadaan Kelas Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran di kelas IV waktu pelaksanaan observasi yakni satu minggu sebelum melakukan tindakan. Semua data dan temuan lapangan yang berkaitan dengan suasana belajar di kelas IV pada saat pembelajaran IPS, pengelolaan kelas, kegiatan guru atau kegiatan peserta didik dicatat dalam catatan lapangan (Field Notes). Catatan lapangan ini juga berisi tentang komentar sebagian peserta didik kelas IV, guru dan kepala sekolah, beberapa kejadian yang terjadi dalam proses belajar mengajar dicatat dalam catatan lapangan sebagai bahan refleksi dan analisis.
2. Siklus pertama a. Perencanaan Tindakan Siklus Pertama Perencanaan kegiatan penelitian di awali dari pemahaman tentang gambaran umum tentang subjek penelitian, kemudian menyusun instrument penelitian sebagai berikut: 1) Menyusun soal pretest 2) Menyusun Lembar Observasi penggunaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) 3) Menyusun lembar Penilaian Diskusi 4) Menyusun Lembar Nilai Peserta Didik (pretest dan Posttest)
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama Langkah-langkah yang
ditempuh pada tahapan ini adalah sebagai
berikut: 1) Memberikan pretest sebagai test awal untuk melihat tentang pengetahuan awal peserta didik tentang permasalahan pendidik dan upaya penanggulangannya. 2) Melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
Contextual Teaching and Learning (CTL) sesuai dengan langkahlangkah yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. 3) Memberikan posttest untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus pertama.
c. Observasi Tindakan Siklus Pertama Langkah-langkah yang dilakuakan pada tahap ini adalah: 1) Peneliti meminta bantuan kepada guru mitra untuk melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. 2) Guru mitra mengamati proses pembelajaran dengan instrument yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi Siklus Pertama Setelah dilakukan pembelajaran, kegiatan selanjutnya adalah mengadakan refleksi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Melakukan
diskusi
dengan
guru
mitra
membahas
proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Memeriksa hasil pretest 3) Memeriksa hasil posttest 4) Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan pada siklus pertama sebagai dasar untuk menyusun instrument pada siklus selanjutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Meningkatnya hasil belajar yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran sebagai nilai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65, jika peserta didik mendapat nilai sesuai KKM 65 ke atas mencapai 100 % maka penggunaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS meningkatnya hasil belajar pada nilai rendah pada n-gain < 0,3.
G. Data dan Sumber Data Data yang hendak dikumpulkan adalah tentang: a. Pelaksanaan pendekatan
proses
pembelajaran
Contextual
Teaching
dengan and
mengimplementasikan
Learning
(CTL)
untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS di MI Miftahussibyan. b. Unjuk kerja guru dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Lerarning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS di MI Miftahusshibyan. c. Hambatan
dan
kesulitan
guru
dalam
menggunakan
pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajar IPS di MI Miftahusshibyan.
d. Upaya yang dilakukan guru untuk menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di MI Miftahusshibyan.
H. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: 1. Tehnik Tes a. Pretest Data hasil pretest
diperoleh dari pemberian tes di awal
pembelajaran sebelum diadakan tindakan terhadap pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam memahami dan mengenal materi yang akan dipelajari. Data hasil pretest diambil dari kedua siklus yang diberikan.
b. Post test data hasil tes akhir ini diambil dari pemberian tes kepada peserta didik setelah dilakukan tindakan pembelajaran. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dalam mempelajari suatu materi yang diberikan. Data yang diambil terdiri dari kedua siklus yang diberikan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Siklus I Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Mengenal
Mengenal
Menyebutkan
sumber daya
perkembangan
alat
alam, kegiatan
teknologi
transportasi
ekonomi, dan
produksi,komunikasi, tradisional
kemajuan
dan transportasi serta
darat dan air
Nomo
Sk
r Soal
or
1,2,3
teknologi di
pengalaman
Menyebutkan 4,5,6,8
lingkungan
menggunakannya.
alat
kabupaten/kota
transportasi
dan provinsi
modern Menyebutkan
7
bahan bakar truk Menyebutkan kekurangan
10,11, 12
dan kelebihan transportasi modern dan transportasi tradisional Menyebutkan
13,14,
alat gerak
15
transportasi modern dan tradisional
Tabel 3.3 Kisi-kisi Siklus II Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Nomo Skor r Soal
Mengenal
Mengenal
Menyebutka
1,2,3,
sumber daya
perkembangan
n alat
4,5,6,
alam, kegiatan
teknologi
transportasi
10,15
ekonomi, dan
produksi,komunikasi, modern dan
kemajuan
dan transportasi serta
tradisional
teknologi di
pengalaman
Menjelaska
lingkungan
menggunakannya.
n pengertian
kabupaten/kota
teknologi
dan provinsi
modern
7
Menyebutka 8 n tempat pemberhenti an pesawat Menyebutka 9,12,1 n bahan
3
bakar dan alat gerak transportasi modern dan tradisional Mnyebutka
11
n cirri teknologi tradisional
2. Tehnik Observasi Data observasi ini diisi oleh guru mitra untuk melihat keberhasilan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunkan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Tabel 3.4 Lembar Observasi Siswa No 1
Aktifitas Siswa Menjawab salam dan
Ya
Tidak
Ket
sapaan guru 2
Memperhatikan dan menyimak penjelasan guru
3
Melaksanakan Test Awal (pre test )
4
Mempelajari materi yang diajarkan
5
Membuat kelompok
6
Masing-masing kelompok diberikan tugas
7
Melakukan diskusi kelompok
8
Mengerjakan tugas kelompok
9
Melaporkan hasil diskusi kelompok
10
Aktif mengungkapkan pendapat
11
Melaksanakan test akhir (post test)
Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktifitas Guru No
Kegiatan
1
Apersepsi
2
Penjelasan materi
3
Penjelasan metode pembelajaran
4
Penguasaan kelas
5
Penggunaan media
6
Pengelolaan kegiatan kelas
7
Pemberian pertanyaan
8
Kemampuan melakukan evaluasi
9
Memberikan penghargaan
Skor 1
2
3
individu 10
Menyimpulkan materi pembelajaran
11
Menentukan nilai individu
12
Menutup pelajaran
Tabel 3.6 Catatan Lapangan Selama Pembelajaran No 1
Aktifitas Pendahuluan (kegiatan Inti) a. Guru membuka pelajaran b. Guru mengkondisikan kelas dan siswa pada situasi belajar yang kondusif c. Guru mengadakan apersepsi sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang
catatan
Ket
4
diajarkan d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2
Kegiatan Inti a. Guru menunjukan gambar teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang. Yang telah dipersiapkan dari rumah (komponen CTL: Pemodelan) b. Melakukan Tanya jawab dengan siswa hingga siswa menemukan sendiri pengertian teknologi transportasi pada masa lalu dan sekarang. c. Guru kemudian menyampaikan keunggulan dan kekurangan dari teknologi transportasi masa lalu dan sekarang dengan memberi contoh yang ada pada kehidupan nyata siswa. d. Sebanyak 25 siswa kelas iv dibagi menjadi 5 kelompok. Masingmasing kelompok terdiri dari 5 siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen. e. Siswa berkumpul dengan anggota kelompoknya untuk melakukan diskusi tentang arti/maksud dari gambar proses perkembangan teknologi. Satu kelompok minimal mendiskusikan 2 gambar
peristiwa proses perkembangan teknologi pada masa lalu dan masa sekarang. f. Siswa dari perwakilan kelompok maju ke depan menjelaskan arti/maksud dari gambar proses perkembangan teknologi padamasa lalu dan masa sekarang.siswa yang lain mendengarkan.(Kontruktivisme) g. Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusinya, guru dan siswa melakukan Tanya jawab seputar teknologi transportasi dan masa sekarang di lingkungan sekitarnya. h. Guru memberikan penguatan kepada siswa berupa ucapan maupun isyarat terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran serta memberikan hadiah terhadap kelompok yang terbaik (aktif,kompak,dan hasil diskusi bagus) i. Penutup
I. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi 1. Uji Validitas Alat Ukur validitas adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Untuk mengukur validitas item tersebut bisa menggunakan program ANNATES versi 4.0.9. Dari hasil perhitungan terhadap 15 butir soal yang diujicobakan, maka soal yang tidak valid disisihkan dan diganti dengan soal yang baru tanpa harus melalui uji validitas kembali. Butir soal yang valid berjumlah 11 soal, dan yang tidak valid berjumlah 4 soal.
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program ANNATES adapun criteria kategori reliabilitas adalah sebagai berikut: 0.00-0.20 reliabilitas kecil 0.20-0.40 reliabilitas rendah 0.40-0.70 reliabilitas sedang 0.070-0.90 reliabilitas tinggi 0.90-1.00 reliabilitas sangat tinggi5 Hasil perhitungan reliabilitas soal melalui komputer program ANNATES versi 4.0.9 didapat angka reliabilitas sebesar 0.40 berdasarkan kriteria kategori reliabilitas dapat disimpulkan bahwa butir soal yang diujikan memiliki reliabilitas sedang karena berada pada rentang 0.400.70.
5
Suharsimi Ariskunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) h.100
3. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupakan proporsi atau perbandingan antara peserta didik yang menjawab benar dengan kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan program ANNATES dengan klassifikasi sebagai berikut: Klsifikasi indeks kesukaran: P = 0,00 - 0,3 = sukar P = 0,31 – 0,70 = sedang P = 0,71 – 1,00 = mudah Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0,5 atau 0,156.
Hasil perhitungan butir soal menunjukan dari 15 butir soal yang diujikan terdapat 1 butir soal sukar dan 14 sedang.
4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda dapat dilakukan dengan program ANNATES versi 4.0.9 Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: 0,00 – 0,20 = Buruk 0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = baik 0, 71 – 1,00 = Baik Sekali7 Hasil 15 butir soal yang diujikan menunjukan terdapat terdapat 4 soal berkategori baik sekali, 6 soal berkategori baik, dan 5 soal berkategori buruk.
6
Effendi, Op-cit, h. 74 Arikunto, Op-cit, h. 218.
7
J. Teknik Analisis data dan Interpretasi Hasil Analisis Data data yang dikumpulkan pada setiap observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriftif dengan melihat nilai posttest peserta didik yang sudah berada di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu >65 dan menganalisis nilai pretest dan posttest dengan menggunakan rumus N-Gain untuk melihat kenaikan nilai peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus Meltzer.
Dengan kategori perolehan: g tinggi
: nilai (g) > 0,70
g sedang
: 0,70 > (g) > 0,3
g rendah
: nilai < 0,3
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki tahapan-tahapan dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan siklus pertama selesai dilakukan dan belum terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus kedua sebagai perbaikan pembelajaran.
1
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dikemukakan temuan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan rangkaian tindakan kelas yang dilakukan. Paparan hasil penelitian ini diawali dengan deskripsi sekolah sebagai lokasi kegiatan penelitian, gambaran mengenai subyek penelitian, gambaran mengenai subyek penelitian dalam hal ini adalah peserta didik kelas IV dan guru mitra peneliti, tahapan pembetukan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian tindakan. Pembahasan selanutnya adalah deskripsi tahap orientasi awal sebagai gambaran proses pembelajaran IPS pada kelas IV, deskripsi observasi tindakan mulai siklus pertama hingga kedua, dan diakhiri dengan paparan temuan hasil penelitian. A. Deskripsi 1. Deskripsi Sekolah MI Miftahusshibyan Pasirandu a. Lokasi MI Miftahusshibyan MI Miftahusshibyan Pasirandu Curug Tangerang beralamat di Jalan Pasirandu Rt. 07/02 Desa Kadu Kecamatan Curug Tangerang, kondisi sosial penduduk secara umum yang berada di sekitar sekolah terutama yang berada di sekitar Pasirandu , mayoritas penduduk bersuku sunda dengan mata pencaharian sebagai petani, buruh, dan karyawan. Lokasi sekolah ini cukup strategis dekat dengan mesjid dan lingkungan padat penduduk.
51
56
MI Miftahusshibyan memiliki 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 5 ruang kelas, 1 ruang komputer. b. Deskripsi Guru dan Pimpinan Sekolah MI Miftahusshibyan Pasirandu pada tahun ajaran 2013-2014, di bawah pimpinan bapak Kusnadi, S.Pd.I, tenaga pengajar yang bertugas di sekolah ini berjumlah 14 guru yang semuanya guru tetap. Latar belakang pendidikan guru yang mengajar adalah 13 pendidik telah menyelesaikan Sarjana (termasuk kepala sekolah) dan 1 tenaga pendidik sedang mengikuti pendidikan Sarjana. c. Gambaran Umum Peserta Didik untuk tahun pelajaran 2013-2014 di bawah pimpinan kepala sekolah Kusnadi, S.Pd.I jumlah peserta didik sebanyak 232 peserta didik. 2. Deskripsi Kelas IV Alasan peneliti memilih kelas IV sebagai subyek dalam penelitian tindakan kelas (Class Action Research). Hal ini dikarenakan seperti yang pernah disampaikan pada latar belakang masalah bahwa alasan pemilihan kelas ini karena peneliti merupakan guru kelas dari subyek yang di teliti.dan peneliti menilai masih banyak siswa yang nilainya masih banyak di bawah kriteria ketuntasan minimal, peserta didik kelas IV berjumlah 25 peserta didik, terdiri dari 14 peserta didik pria dan 11 peserta didik wanita. Topik utama kegiatan peneliti ini adalah bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat menciptakan pembelajaran IPS yang kondusif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Adapun indikator yang menandai kondisi tersebut di atas terdiri dari penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan mengembangkan tujuan yang dilakukan guru, strategi pembelajaran yang dikembangkan, metode mengajar yang ditampilkan, media dan sumber belajar yang dipergunakan dalam pembelajaran. Dalam setiap tahap kegiatan penelitian, guru mitra selalu terlibat. Keterlibatan tersebut meliputi kegiatan diskusi, refleksi hasil temuan awal,
57
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan dan pelaksanaan, serta penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Data hasil belajar diperoleh dari tes yang berupa pretes, yaitu tes yang dilakukan sebelum memperoleh materi pelajaran dan postes, yaitu tes yang dilakukan setelah siswa mendapatkan materi pelajaran. Masing-masing tes diperiksa atau dikoreksi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kemudian dari hasil pretes dan postes tersebut dianalisis dan diperbandingkan apakah telah terjadi peningkatan hasil belajar atau tidak. Apabila hasil belajar yang diproleh tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan maka akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya sebagai perbaikan pembelajaran. Data hasil penelitian juga diproleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti agar dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kegiatan pembelajaran dikelas agar berjalan dengan baik. Selanjutnya diberikan angket atau questioner kepada siswa untuk mengetahui tanggapan atau hasil belajar siswa mengenai penerapan model pembelajaran koopratif metode Jigsaw dalam mempelajari materi permasalahan sosial. Selain itu,ada catatan lapangan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dan dokumentasi sebagai bukti peneliti telah melaksanakan penelitian.
C. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan 1. Tahap Orientasi Awal Pembelajaran IPS di Kelas IV Orientasi pertama peneliti lakukan di MI Miftahusshibyan pada tanggal 6 januari 2014, yaitu melakukan percakapan ringan dengan kepala sekolah. Percakapan ini dilakukan di dalam ruang kepala sekolah. Pada saat inilah peneliti mengajukan pertanyaan secara lisan kepada beliau mengenai izin penelitian di sekolah. Pada saat yang sama kepala sekolah pun menyanyakan sudah sejauh mana kegiatan peneliti dalam hal penelitian tindakan kelas yang menjadi rencana penelitian, selanjutnya peneliti menyampaikan mengenai
58
rencana pelaksanaan tindakan kelas yang akan dilaksanakan pada kelas IV dengan guru mitranya adalah ibu Badriah, S.Pd.I. Antusias Kepala sekolah tampak pada dukungan dan izin penelitian yang diberikan pada peneliti karena ingin tenaga pengajarnya menyelesaikan pendidikan S1. Tahap orientasi ini ternyata sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2014 dan dilakukan secara random kepada 15 peserta didik kelas IV. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kondisi awal proses belajar mengajar dan kendala-kendala yang dihadapi kelas IV khususnya pada mata pelajaran yaitu IPS. Hasil wawancara diperoleh data yaitu 13 peserta didik merasa bosan dengan metode yang digunakan
oleh peneliti. Metode yang digunakan hanya
ceramah saja untuk seluruh tema atau materi pelajaran. Sedangkan materi atau tema pembelajaran mempunyai
karakteristik
yang berbeda,
pembelajaran masih bersifat teacher centered bukan student centered. Media gambar-gambar atau video juga sangat jarang dilakukan oleh peneliti. Karena hanya 4 peserta didik yang mengatakan pernah. Hal ini menunjukan bahwa peneliti sebenarnya mampu untuk mengembangkan metode belajar namun belum optimal. Pengembangan materi pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar masih berorientasi pada buku Pket yang dimiliki guru, menunjukan bahwa pengembangan materi terbatas. Sumber belajar yang hanya dimiliki peneliti sering menjadi kendala dalam proses pembelajaran terutama IPS yang sangat memerlukan bahan materi yang cukup banyak dan luas untuk dipelajari peserta didik secara mandiri. Kendala ini pada umumnya karena banyak peserta didik tidak mampu membeli atau tidak bersungguhsungguh dalam memliki buku paket. Sementara ini peserta didik hanya memiliki buku LKS IPS yang disediakan oleh koperasi sekolah. Kreatifitas
guru dalam mengatasi sumber belajar dengan
memanfaatkan buku yang tersedia di perpustakaan pun masih belum tampak. Sebenarnya jika kemampuan guru untuk meningkatkan peserta didik belajar aktif dan kreatif, maka pembelajaran IPS akan menjadi
59
menantang berfikir peserta didik baik secara individu atau berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kendala mengenai keterbatasan sumber belajar (buku paket) sering menjadikan guru membuat solusi dalam pembelajarannya mengahadapi kendala ini adalah dengan metode belajar “mencatat buku paket guru” Fakta ini menunjukan bahwa pembelajaran masih bersifat teacher centered, serta teks book oriented. Karena tidak member kesempatan peserta didik untuk aktif dan guru tidak mengembangkan sumber belajar selain buku paket.
2. Refleksi Temuan Awal Penelitian Peneliti
melakukan
pertemuan
dengan
guru
mitra
untuk
mendiskusikan dan merefleksikan hasil temuan pada observasi awal. Pertemuan pada tanggal 14 Januari 2014. Hasil temuan tersebuat diantaranya: a. Pada
awal
pembelajaran
peneliti
yidak
membuka
pelajaran
sebagaimana mestinya untuk mengkondisikan peserta didik. b. Guru hanya mengambil sumber pembelajaran dari buku paket dan LKS. c. Belum ada upaya untuk menggunakan metode yang melibatkan peserta didik aktif. d. Guru tidak menggunakan media mengajar. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, peneliti dan guru mitra kemudian melangkah pada tahap refleksi dan mendiskusikannya. Refleksi yang dilakukan menyangkut beberapa hal yaitu: a. Guru hanya mengambil apa yang ada dalam buku paket saja, kegiatan pembelajaran tidak maksimal. b. Guru tidak berupaya melibatkan peserta didik. c. Metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar hanya ceramah, dan lebih banyak kegiatan mencatat materi materi.
60
d. Belum ada upaya untuk menggunakan metode mengajar yang memungkinkan peserta didik meningkatkan hasil belajarnya. e. Sumber belajar yang digunakan guru hanya buku paket.
3. Perencanaan Untuk menindaklanjuti dari refleksi dan diskusi awal dari penelitian
ini,
guru
mitra
dan
peneliti
melakukan
perencanaan
pembelajaran untuk siklus pertama. Perencanaan ini bertujuan untuk mempersiapkan skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran yang sesuai denagn tujuan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran IPS melalui pendekatan
Contextual
Teaching
and
Learning
(CTL)
untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pertemuan perencanaan dilakukan pada tanggal 14 Januari 2014. Hasil dari perencanaan ini adalah sebagai berikut : a. Pemberian soal pretest oleh guru dan pengerjaan soal pretest peserta didik dilakukan sehari sebelum proses pelaksanaan tindakan. b. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru akan membuka pelajaran (apersepsi) agar peserta didik dapat memusatkan perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dilakukan dengan cara absensi kehadiran peserta didik dan Tanya jawab untuk mengingatkan kembali terhadap materi kajian yang telah dibahas sebelumnya. c. Peserta didik akan dilibatkan aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan terlebih dahulu menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL). d. Sumber belajar akan ditambah dengan menggunakan sumber belajar yang terdapat di perpustakaan. Dengan masing-masing peserta didik meminjam buku sekolah yang sudah tersedia di perpustakaan. e. Media belajar akan ditambah dengan cara menampilkan konteks yang sesuai dengan pembelajara yaitu dengan menggunakan video. Konteks
61
yang digunakan sesuai dengan materi yang akan dibahas, seperti peralatan teknologi transportasi tradisional dan modern. f. Metode belajar akan menggunakan beberapa metode yaitu diskusi, dan
berkelompok.
Diskusi
akan
dilakukan
pada
pertemuan
kedua.peserta didik di bagi menjadi 5 kelompok secara random dan guru memberikan lembar diskusi untuk didiskusikan bersama teman sekelompoknya. g. Setelah peserta didik selesai berdiskusi secara kelompok maka dilanjutkan
dengan
presentasi
oleh
ketua
kelompok
dan
dipresentasikan di depan kelas. h. Selanjutnya
guru
akan
menutup
pembelajaran
yaitu
dengan
melaksanakan evaluasi dan guru bersama peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. i. Guru memberikan soal posstest kepada masing-masing peserta didik. Pelaksanaan perencanaan siklus pertama kan dilakukan pada tanggal 2 dan 16 april 2014.
D. Analisis Data 1. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama a) Deskripsi Observasi Tindakan Sesuai dengan hasil perencanaan yang telah disepakati bersama, pelaksanan untuk siklus pertama dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 2 dan 16 april 2014 dan akan membahas tentang pekembangan teknologi transportasi. Sehari sebelum melaksanakan tindakan, peneliti memberikan soal Pretest kepada peserta didik kelas IV setelah jampelajaran berakhir. Tujuannya untuk mengukur kemampuan peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari. Hari pertama, yaitu pada tanggal 2 april 2014. Pada saat istirahat yaitu pukul 09:40, peneliti dan guru mitra bersama-sama memasang
62
LCD yang akan digunakan pada proses pembelajaran. Sebelum bel masuk berbunyi, peneliti sudah berada di dalam kelas bersama guru mitra dan peneliti memulai pelajaran. Tindakan selanjutnya yaitu guru memulai pelajaran dengan melakukan apersepsi. Apersepsi dilakukan dengan cara melakukan absensi kehadiran peserta didik dan Tanya jawab untuk mengingatkan kembali terhadap materi kajian yang dibahas dalam pembelajaran yang lalu. Ketika memasuki kegiatan inti, guru memberikan penyajian materi dengan cara ceramah dan guru menunjukan konteks yang akan dibahas dalam pembelajaran hari ini, yaitu dengan ilustrasi teknologi transportasi tradisonal dan modern guru melontarkan pertanyaan dari ilustrasi yang telah di ditunjukan dan mengarahkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan pertanyaan yang berhubungan dengan konteks perkembangan teknologi transportasi. Kegiatan selanjutnya yaitu guru memberikan contoh dari konteks perkembangan teknologi transportasi tradisonal dan modern yaitu dengan menayangkan video teknologi transportasi tradisional dan modern. Dalam kegiatan ini, terlihat beberapa peserta didik tidak bersungguh-sungguh memperhatikan video dan masih mengobrol dengan temannya. Setelah kegiatan ini berakhir, peserta didik menuliskan apa yang mereka pahami tentang video yang telah ditayangkan. Kemudian, guru menunjuk kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan apa yang dipahami dari video tersebut seperti kutipan berikut: Guru
:” coba anas…! Apa yang kamu pahami tentang video yang Telah kamu lihat?
Kemudian anas pun mengungkapkan pemahamannya tentang video tersebut.
63
: “jawaban yang bagus anas, selanjutnya coba anis..! apa
Guru
yang kamu pahami? Kemudian anis pun mengungkapkan jawabannya. : “ baiklah pembelajaran hari ini saya akhirkan dikarenakan
Guru
waktu yang sudah habis untuk belajar IPS hari ini. Insyaallah akan kita lanjutkan hari rabu tanggal 16 april” Peneliti bersama guru mitra meninggalkan kelas IV dan menuju ke ruang guru. Pada tanggal 16 april 2014. Peneliti bersama guru mitra masuk kembali ke kelas IV peneliti membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi. Apersepsi dilakukan dengan cara melakukan absensi kehadiran peserta didik. Tahap
selanjutnya
adalah
masing-masing
peserta
didik
membaca buku sekolah yang telah dipinjam dari perpustakaan sekolah sebelum proses pembelajaran berlangsung. Untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik, maka guru membagi peserta didik menjadi 5 keompok untuk melakukan diskusi. Guru membagikan lembar diskusi dan mengarahkan peserta didik dalam melaksanakan diskusi. Guru
: “anak-anak, sekarang kita diskusi, ini lembaran pertanyaan untuk dibahas bersama dalam diskusi, saya beri waktu sampai jam 11:00, nanti ketua kelopoknya mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kita bahas bersama.” Kegiatan diskusi pun dapat dilaksanakan oleh peserta didik
dengan baik, karena guru secara sekasama mengawasi jalannya diskusi. Sehingga terlihat partisipasi seluruh peserta didik laki-laki maupun perempuan sudah merata. Setelah selesai berdiskusi pada jam 11: 00, maka satu persatu ketua kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya di
64
depan kelas dan guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas. Tahap akhir yaitu peserta didik mengerjakan mengerjakan soal posstest yang diberikan oleh guru. Pada tahap observasi guru materi mata
pelajaran
mengobservasi
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) , sekaligus mengamati aktifitas peserta didik dan aktifitas guru selaku pengajar dengan melakukan dokumentasi berupa poto-poto serta menilai hasil belajar peserta didik setelah dilakukan pretest dan posstest. Setelah tahapan ini dilakukan kemudian guru menutup pembelajaran dan akan dilakukan
siklus berikutnya jika belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Tabel 4.1 Kegiatan Guru dan Siswa Pada Siklus I Kegiatan
No I
Guru
Siswa 1. Menjawab salam dan sapa
Pendahuluan 1. Memberi
salam
dan
menyapa
siswa.
2. Mengacungkan jarinya saat
2. Mengabsen siswa.
namanya
3. Apresiasi.
mempersiapkan
4. Membangkitkan minat atau ingin
belajar.
tahu siswa (motivasi). 5. Menjelaskan mengenai dianjurkan
II
guru.
3. Menyimak
secara materi
disebut
yang
sesuai
singkat
sekaligus
diri
serta
untuk
aktif
mengungkapkan pendapat .
akan 4. Siswa termotivasi. dengan 5. Memperhatikan
kompetensi dasar yang hendak
mendengarkan
dicapai mengenai pelaku ekonomi.
yang disampaikan.
dan penjelasan
Kegiatan Inti
1. Menjawab soal dengan baik
1. Memberikan soal pre-test
2. Mendengarkan dengan baik.
65
2. Mejelaskan
materi
yang
akan 3. Siswa aktif bertanya.
diplajari dengan peta konsep.
4. Siswa menyimak penjelasan
3. Memberiakan kepada siswa untuk bertanya.
guru 5. Siswa membuat kelompok.
4. Menjelaskan
langkah-langkah 6. Masing-masing
kelompok
Contextual Teaching and Learning
mendapat lembar tugas dari
(CTL)
guru.
5. Membagi
siswa
menjadi
4-5 7. Masing-masing
kelompok .
kelompok
mengerjakan
dan
setiap
6. Membuat ketua kelompok.
anggota kelompok mengetahui
7. Memberikan tugas kepada masing-
jawabanya
masig kelompok untuk berdiskusi
8. Menjawab soal dengan baik.
8. Memberikan soal pre-test III
Penutup
3. Mendengarkan dengan baik.
1. Guru memberikan kesimpulan.
4. mengucapkan lafadz hamdalah
2. Mengingat dan memotivasi siswa dan untuk lebih giat belajar.
menjawab salam
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan
mengucap
lafadz
hamdalah, sekaligus mengucapkan salam.
2) Tahap Pengamatan a.) Lembar Observasi Guru Siklus I Tabel 4.2 Lembar Observasi Guru Siklus I No 1
Aspek Penelitian
1
2
Nilai 3 4
Kegiatan Pendahuluan a. Mengkondisikan kesiapan siswa dan kesiapan kelas
√
5
66
-
Memberi salam
-
Mengabsen siswa √
b. Apresiasi c. Membangkitkan minat atau rasa ingin tahu siswa
√
(motivasi) d. Menyampaikan tujuan / indikator yang ingin
√
dicapai 2.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi
√ √
b. Penggunaan media/alat pembelajaran yang sesuai dengan indikator bahan ajar c. Elaborasi -
Membagi siswa menjadi 4/5 kelompok
-
Memberikan bahan bagi setiap kelompok
-
Setiap kelompok bahan yang telah dibagikan
√
oleh guru dan berdiskusi -
Membuat ketua kelompok
-
Masing-masing ketua kelompok membacakan hasil diskusi
-
Menyimpulkan hasil diskusi siswa
d. Pemusatan perhatian siswa terhadap proses
√
pembelajaran e. Teknik menjelaskan / manyampaikan materi
√
f. Pengelolaan kegiatan diskusi
√
g. Bimbingan kepada kelompok
√
h. Konfirmasi
√
i. Pemberiatan kesempatan kepada siswa untuk
√
berfikir j. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat
√
67
√
k. Antusias terhadap jawaban atau pendapat siswa 3.
Kegiatan Pnutupan a. Elaborasi
√
b. Memberikan kesimpulan
√
c. Menutup pembelajaran
√
Jumlah
74
Skor Ideal
80
Presentase (%)
80%
b) Lembar observasi Siswa Siklus I Tabel 4.3 Data Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I No
Aktivitas Siswa
Ya
1
Menjawab salam dan sapaan guru
√
2
Melaksanakan test awal ( pre-test )
√
3
Telah mempelajari materi yang diajarkan
4
Mendengarkan
penjelasan
materi
yang
Tidak
Jumlah 25
√ 3
√
disampakan oleh guru 5
Membuat kelompok
√
6
Membuat ketua kelompok
√
7
Melakukan diskusi kelompok
√
8
Mengerjakan tugas kelompok
√
9
Melaporkan hasil diskusi kelompok
√
10
Aktif mengungkapkan pendapat
√
4
11
Aktif bertanya
√
7
12
Melaksanakan tes akhir (post-test )
√
25
68
Tabel 4.4 Prolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PMB Siklus I
A
Skor Prolehan 13
Skor Ideal 16
Presentase (%) 81
B
16
16
89
Tertinggi
C
14
16
87
Tinggi
D
12
16
75
Sedang
E
11
16
68
Terendah
Kelompok
Keterangan Tinggi
a) Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus I Tabel 4.5 Hasil Belajar Siklus I No
Nama Siswa
Siklus I Prestest Posttest 53 70
N-Gain
Kategori
0,3
Sedang
1
Mila Amelia
2
Ahmad Ilham Hidayat
60
80
0,5
Sedang
3
Lusiana
53
70
0,3
Sedang
4
Wiwi Ziyadatul Widad
53
93
0,8
Tinggi
5
Amada Putri
70
93
0,7
Tinggi
6
M. Hikmal Akbar
40
73
0,5
Sedang
7
Resti Amelia
53
73
0,4
Sedang
8
Anisa Nurazizah
40
73
0,5
Sedang
9
Ita Chi Akira
40
70
0,5
Sedang
10
Anisa Ficka R
53
80
0,5
Sedang
11
Rizky Aditia
60
80
0,5
Sedang
12
Ramanda Sulistia B
53
73
0,4
Sedang
13
Khaerun Fadilah
40
70
0,5
Sedang
14
Bondan Tri Aditia
60
86
0,6
Sedang
15
Diki Andrian
46
73
0,5
Sedang
69
16
Putra Hadi Wijaya
66
86
0,5
Sedang
17
M. Gilang Fadilah
40
73
0,5
Sedang
18
M. Anas
53
73
0,4
Sedang
19
Anisa Destiani
60
80
0,5
Sedang
20
Teguh Rival S
73
86
0,4
Sedang
21
Siti Nurhayati
53
70
0,3
Sedang
22
M. Sripudin
40
70
0,5
Sedang
23
Bayu Witama
53
80
0,5
Sedang
24
Andi
46
70
0,4
Sedang
25
Dwi Yulianti
73
93
0,7
Tinggi
JUMLAH
1331
1938
12.2
RATA-RATA
53.24
77.52
0.4
Grafik 4.1 N-Gain Siklus I
Hasil Belajar 25 20 15 Hasil Belajar
10 5 0 Hasil Belajar
Rendah
Sedang
Tinggi
Hasil belajar IPS siswa siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan. Hal itu dapat dibuktikan dengan berkurangnya nilai dibawah rata-rata.
70
22 siswa N-gainnya tergolong sedang, yakni nilai pretes antara 40 hingga 66 dan nilai postes antara 70 hingga 86. 3 siswa N-gainnya tergolong tinggi, dengan prolehan nilai pretest antara 53 hingga 73 dan nilai postest 93 . Berdasarkan tabel 4.6 , dapat dilihat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata pretest dan rata-rata postest . Princian nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut pretest
rata-ratanya 53, dan postest
rata-
ratanya 77 . Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai Normal Gain, yakni N-gain 0,44. Hasil observasi aktivitas guru dalam belajar mengajar pada siklus I tergolong kriteria sangat baik. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari sebelum dilaksanakan tindakan. Dari sekor ideal 80 nilai yang diperoleh adalah 79 atau 92%. Ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan. a) Hasil evaluasi siklus I mengenai penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran. Proses pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan. Kondisi tersebut dapat diamati berdasarkan hasil observasi pada saat proses pemblajaran. Beberapa peningkatan tesebut antara lain : a) Siswa lebih fokus dalam proses pembelajaran. b) Siswa sudah memahami tahapan dalam metode belajar yang digunakan tanpa dijelaskan yang mendetail. c) Alokasi
waktu
untuk
mengerjakan
soal,
diskusi
dan
menyimpulkan pembelajaran lebih optimal karna diukur siswa yang lebih optimal dalam belajar. d) Siswa lebih bersemangat ketika kelompoknya diberikan penghargaan oleh guru.
71
3) Tahap Refleksi Sesuai dengan rencana dengan guru mitra dan peneliti melakukan refleksi dan diskusi pada hari rabu tanggal 23 april 2014. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi seluruh tindakan dari tahap awal hingga ahir. Dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Seluruh peserta didik menyimak dengan baik jalannya penayangan video. 2. Peserta didik sudah cukup percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dan berpartisipasi dalam melaksanakan diskusi. 3. Seluruh peserta didik telah mencapai nilai di ata sKriteria Ketuntasan
Minimal
(KKM).
Sehingga
peneliti
merasa
tindakannya sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan dan penelitiannya diberhentikan pada siklus pertama
E. Pembahasan Temuan Penelitian Siklus I berlangsung selama dua kali pertemuan. Dimana materi yang diajarkan yaitu perkembangan teknologi transportasi. Setelah pada awal siklus I dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum menerima pelajaran, kemudian pada akhir siklus I dilakukan posstest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah menerima pelajaran yan diberikan oleh guru. Di mana soal yang diberikan pada saat pretest dan posttest diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah mempelajari materi perkembangan teknologi transportasi. Setelah mengetahui hasil posstest pada siklus I dapat diketahui bahwa setelah diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sudah mencapai indikator keberhasilan. Hasil posstest siklus I dapat dilihat hasil persentase ketuntasan belajar yaitu 100% dan hasil perhitungan n-gain yang meningkat dari 0,3 menjadi 0,48. Hal ini menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai. Dengan membandingkan hasil pra siklus dan siklus I dianggap telah mencapai indikator
72
keberhasilan yang telah ditetapkan, maka pemberian tindakan berupa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dihentikan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam pembelajaran IPS pada penelitian menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini terlebih dahulu dilakukan dengan menyusun soal pretest, menyusun lembar observasi
penggunaan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), menyusun lembar penilaian diskusi dan menyusun lembar nilai pretest, posttest dan n-gain peserta didik. Dari rangkaian penelitian yang sudah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa hasil belajar (posttest) peserta didik pada siklus pertama yaitu sebanyak 25 peserta didik yang nilai posttest-nya sudah berada di atas KKM (>65). Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang pada siklus pertama hanya rata-rata 64.00 menjadi 77.00. Hal ini dapat memberikan
kesimpulan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan Cotextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV di MI Miftahusshibyan, B. Saran-saran Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka diajukan beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berperan penting memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran yang kondusif. Dengan demikian metode ini perlu mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. 2. Guru diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan pendekatan CTL dengan baik dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Hal ini dapat dilakukan apabila konsep pembelajaran dan situasi belajar mendukung untuk menggunakan metode pembelajaran tersebut.
73
74
3. Para peneliti yang lain diharapkan untuk melakukan penelitian yang sejenis dalam pembelajaran yang lainnya pada tingkat dan kelas yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2010 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010 Nasution, S, Asas-asas Mengajar , Bandung: PT. Bumi Aksara,1994 Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet – 8, 2003 Sobur, Alex, Psikologi Umum, , Bandung: PT. Pustaka Setia, 2003 Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998 Nasution Noehi, Psikologi Pendidikan ,Universtas Terbuka, Cet – 4, 1994 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Upi Press, 2006 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, PT. Bumi Aksara, 2010 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT. Rineka Cipta, 1997 Mulyasa, E, Implementasi Kurikulum 2004, PT. Remaja Rosda Karya, 2005 Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi KBK, Preneda Media, 2005 Mudyaharja, Redja, Pengantar pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Siregar, Evaline, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010 Ariskunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta: PT. Rineka Cipta , 2002 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung, 2007
75
76
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2011 Hufad, Achmad, Penelitian Tindakan Kelas, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia,2009 Yani, Ahmad, Pembelajaran IPS, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, Ariskunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2007
77