PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA PADA SISWA KELAS II SDN PAMULANG PERMAI TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh Nur Azizah NIM 1110018300006
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Nur Azizah, NIM 1110018300006, Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Kunci: Keterampilan Menyimak, Metode Bercerita Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan menyimak siswa kelas II SDN Pamulang Permai. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyimak melalui penerapan metode bercerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif melalui penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dalam dua siklus tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan, dalam setiap pertemuan terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai hasil belajar yang menunjukkan 45 siswa yang mengikuti tes siklus I terdapat 42 siswa mencapai nilai KKM dan 3 orang siswa belum mencapai nilai KKM dengan rata-rata hasil belajar sebesar 81,22. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yang menunjukkan seluruh siswa telah mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 93,89.
i
ABSTRACT Nur Azizah, NIM 1110018300006, Improvement of Listening Skills Through The Application of Story Telling Methods in Class 2 SDN Pamulang Permai South Of Tangerang 2013/2014 Key words: Listening skills, Story Telling method. This research is motivated by the lack of student’s listening skills in class 2 SDN Pamulang Permai. This research aims to improve student’s skill in listening through the application of story telling methods. Method used in this study is a qualitative description of classroom action research conducted in two cycles of action. Each cycle consisting of three meetings, and each meeting consists of four phases, they are planning, acting, observating and reflecting. The results showed the presence of student’s skill through the application of story telling in class 2 in SDN Pamulang Permai. This is evidenced by the acquisition of learning out comes that demonstrate the value of the 45 students who take the first cycle’s post test, there are 42 students reached the KKM and 3 students have not reached the KKM with an average of 81,22 learning outcomes. While on the second cycle showed increased that all students who have reached the KKM with an average value of 93,89.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1.
Dra. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Fauzan, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan kritik yang sangat membangun selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.
4.
Drs. Arsin, selaku Kepala SDN Pamulang Permai beserta seluruh Dewan Guru SDN Pamulang Permai yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan skripsi.
5.
Abdul Ghofur, MA., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi saran dan nasihat yang berguna bagi peneliti selama perkuliahan.
6.
Ayahandaku tercinta Tawakal, S.Pd.I yang selalu memberikan do’a, motivasi dan dukungannya baik moril maupun materil.
7.
Ibundaku tercinta Sumiyati, S.Pd.I yang telah membesarkan dan selalu mendidik peneliti, serta mendoakan selama peneliti menyelesaikan skripsi.
iii
8.
Adik-adikku tersayang Muhammad Shofyan Nawawi dan Yahya Muhaimin yang selalu menjadi semangat dan motivasi bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
9.
Teman - teman PGMI angkatan 2010 dan khusunya kelas A yang telah memberikan semangat dan pengaruh positif selama peneliti menyelesaikan skripsi.
10.
Teman-teman seperjuangan Alfiyah Nurul Azizah, Irfan Sidiq, Dewi Nurzanah, Gadies Farhana, Siti Nurkhoyah, Rahmi Mulyati, dan Yeti Puspitasari yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu selama bimbingan skripsi.
11.
Teman sepermainan Rafika, Herawati, Rosalina, Khumairoh, Nufus, Restu, Erin, Siti, Fitri, Ihda, Hilma, dan Elvina yang selalu menjadi semangat selama perkuliahan dan selalu memberikan saran selama peneliti menyelesaikan skripsi.
12.
Teman-teman satu kos Ari Istiara, Mariatul Kiftiah dan Yenti Susanti yang turut membantu dan memberi saran untuk peneliti selama menyelesaikan skripsi.
13.
Nuning Sintya Defa, Zakiatunnisa, dan Wulandari Nur Fajriyah yang selalu menjadi tempat peneliti untuk mengadu, berbagi ide dan saran untuk mengambil langkah di masa depan.
14.
Rio Prayogi yang selalu memberikan kritik, saran, motivasi, do’a dan dukungan tiada henti selama peneliti menyelesaikan skripsi.
15.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat. Jakarta, 06 September 2014
Nur Azizah
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR GRAFIK
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
4
C. Pembatasan Fokus Penelitian
5
D. Perumusan Masalah Penelitian
5
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
5
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teoretik
7
1. Hakikat Keterampilan Menyimak
7
a. Ragam Menyimak
11
b. Tujuan Menyimak
15
c. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
17
2. Hakikat Metode Pembelajaran
18
3. Metode pembelajaran menyimak
20
4. Metode Bercerita
22
a. Pengertian Metode Bercerita
22
b. Langkah – langkah Metode Bercerita
24
B. Hasil Penelitian yang Relevan
25
C. Kerangka Berpikir
27 v
D. Hipotesis Tindakan
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
29
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
29
C. Subjek Penelitian
31
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
31
E. Tahapan Intervensi Tindakan
31
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
34
G. Data dan Sumber Data
35
H. Instrumen Pengumpulan Data
35
I. Teknik Pengumpulan Data
37
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
38
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
38
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
39
BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
40
1. Tindakan Pembelajaran Siklus 1
40
a. Tahap Perencanaan
40
b. Tahap Pelaksanaan
41
c. Tahap Pengamatan
44
d. Tahap Refleksi
52
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
53
a. Tahap Perencanaan
53
b. Tahap Pelaksanaan
54
c. Tahap Pengamatan
57
d. Tahap Refleksi
65
B. Analisis Data
65
C. Pembahasan
66
vi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
69
B. Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
71
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Contoh Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru ...................................................................... 35
Tabel 3.2
Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ......................................................................... 36
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Pertama ................................................................ 44
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama ................................................................ 45
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Kedua .................................................................. 46
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua .................................................................. 47
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Ketiga .................................................................. 48
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Ketiga .................................................................. 49
Tabel 4.7
Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siklus I ................................................................ 50
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Keempat .............................................................. 57
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keempat .............................................................. 58
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Kelima ................................................................. 59
Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kelima ................................................................. 60
viii
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Keenam ................................................................ 61
Tabel 4.13
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keenam ................................................................ 61
Tabel 4.14
Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siklus II ............................................................... 62
Tabel 4.15
Rekapitulasi Hasil penilaian Keterampilan Menyimak Siswa ..................................................................................... 66
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Model Pembelajaran Menyimak ............................................. 21
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Berpikir ........................................................ 28
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin ............. 30
Gambar 3.2
Kegiatan Pra Penelitian ............................................................ 32
Gambar 3.3
Kegiatan Penelitian Siklus I .................................................... 32
Gambar 3.4
Kegiatan Penelitian Siklus II ................................................... 33
Gambar 4.1
Guru Menerapkan Metode Cerita ..........................................
Gambar 4.2
Para Siswa Mengerjakan LKS di Akhir
43
Pertemuan ................................................................................ 43 Gambar 4.3
Siswa Mengerjakan Lembar Soal Post Test Siklus I ..................................................................................... 44
Gambar 4.4
Siswa Antusias dan Fokus Menyimak Guru Bercerita ......................................................................... 56
Gambar 4.5
Siswa Mengerjakan Lembar Soal Post Test Siklus II ................................................................................... 55
x
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1
Perolehan Nilai Siswa Siklus I
51
Grafik 4.2
Perolehan Nilai Siswa Siklus II
64
xi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa itu meliputi empat aspek, yaitu membaca,
menulis, berbicara dan mendengarkan atau menyimak. Keempat aspek tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang disebut caturtunggal karena satu sama lain erat hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari kemampuan berbahasa. Seorang anak pasti akan melewati fase perkembangan bahasa, dari masa kanak-kanak awal hingga masa kanak-kanak akhir. Maka pada umumnya perkembangan bahasa merupakan perkembangan yang menonjol pada masa kanak-kanak akhir yaitu masa SD/MI, masa tersebut adalah masa yang ideal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa. Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh anak usia SD/MI adalah keterampilan mendengarkan atau menyimak. Beberapa kemampuan dasar yang harus dicapai siswa SD/MI dalam keterampilan mendengarkan atau menyimak meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, cerita rakyat, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran. Jika itu semua sudah dimiliki oleh siswa sekolah dasar maka tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia itu sudah tercapai. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan pada saat ini berorientasi terhadap proses dan hasil pembelajaran. Keberhasilan suatu siswa dalam belajar tidak hanya dilihat dari hasil belajar siswa semata melainkan dilihat juga kemampuan dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena alasan tersebut lah maka perlu adanya perubahan pola pikir guru, guru harus mampu menjadi fasilitator, dan teman belajar bagi peserta didiknya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didiknya.
1
2
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak usia sekolah dasar idealnya menyesuiakan dengan karakteristik perkembangan mereka. Misalnya menerapkan pembelajaran yang mampu menimbulkan kesan menyenangkan bagi siswa, pembelajaran yang mampu menumbuhkan kreativitas yang ada dalam diri siswa, dan mampu menggali potensi yang dimiliki. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak dijumpai pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI masih jauh dari harapan. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI masih banyak menggunakan pembelajaran yang konvensional dan kurang melibatkan partisipasi aktif siswa. Pembelajaran ini masih sering diterapkan oleh guru dengan alasan pembelajaran ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak, namun menyebabkan sedikit tuntutan aktivitas belajar dari siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Sering kita jumpai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak masih sering dianggap sulit bahkan dianggap membosankan oleh siswa. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, yakni faktor yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari siswa itu sendiri. Faktor yang berasal dari guru antara lain adalah kurangnya kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menyimak. Metode pembelajaran yang digunakan sering kali adalah metode ceramah yang kurang berkesan bagi siswa sehingga membuat siswa merasa bosan bahkan mengantuk. Selanjutnya pembelajaran keterampilan menyimak biasanya hanya sebatas guru membacakan materi dan siswa mendengarkan, tentunya hal tersebut membuat siswa merasa kesulitan memahami makna dari bahan simakan yang disampaikan. Selain itu jumlah siswa yang terlalu banyak dalam setiap rombongan belajar juga menyulitkan guru dalam menciptakan situasi belajar yang efektif dan efisien. Sementara itu, faktor yang berasal dari siswa antara lain kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menyimak, banyak siswa berpendapat bahwa menyimak guru menyampaikan
3
materi pelajaran itu membosankan. Suasana kelas yang ramai membuat siswa lebih tertarik untuk bercanda bersama teman-teman sehingga menimbulkan kegaduhan dan sering membuat siswa sulit berkonsentrasi dalam menyimak materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut berdampak pula pada hasil belajar siswa, banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sementara secara teoritis nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah tolak ukur keberhasilan belajar siswa pada suatu mata pelajaran. Selanjutnya, faktor lainnya yang berasal dari siswa adalah siswa mengalami kesulitan untuk mengungkapkan kembali isi dari materi yang mereka simak, masih banyak siswa yang tidak mau melaksanakan instruksi dari guru untuk maju ke depan kelas dan menyampaikan kembali apa yang mereka pahami dari bahan simakan disampaikan guru. Seperti yang diungkapkan sebelumnya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan efektif selalu muncul berbagai masalah dalam prakteknya yang mengharuskan seorang guru menemukan solusinya. Di antara berbagai masalah tersebut, masalah utamanya adalah metode pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, yang dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa, serta agar siswa dapat memahami dan menguasai setiap konsep materi pelajaran. Untuk itu perlunya suatu metode yang mampu memberikan kesan menarik siswa dalam belajar serta gambaran nyata yang memudahkan siswa dalam menyimak sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan untuk memahami materi atau bahan simakan yang disampaikan guru. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa adalah metode bercerita. Tentunya bercerita yang penuh kreativitas sehingga menimbulkan kesan menyenangkan pada siswa. Metode bercerita merupakan metode deskripsi yang memberikan penjelasan secara lisan tentang sesuatu. “Metode bercerita ini juga bermanfaat dalam hal menarik minat dan perhatian murid, melatih pemahaman, memperluas perbendaharaan kata dan tata
4
bahasa serta dapat meningkatkan penguasaan keterampilan berbahasa murid.”1 Dengan metode bercerita yang menyenangkan tersebut akan memudahkan siswa dalam menyimak dan menumbuhkan imajinasi yang nantinya berkembang menjadi ide dan kreativitas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014” B.
Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
dapat diidentifikasi area dan fokus penelitian dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Siswa menganggap pembelajaran menyimak adalah membosankan.
2.
Pembelajaran hanya berpusat pada guru dan kurang melibatkan pasrtisipasi siswa.
3.
Kemampuan siswa dalam memahami makna dari materi yang mereka simak masih rendah.
4.
Suasana kelas yang ramai membuat guru sulit menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien.
5.
Guru jarang menerapkan metode yang menarik dalam pembelajaran menyimak.
C.
Pembatasan Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian tersebut maka
penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan menyimak siswa dan
1
A. Fachrurazi, Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik Usia Dini. (Jurnal pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Suarabaya, 2009), hlm. 237.
5
penerapan metode bercerita di kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
D.
Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok
dalam penelitian ini adalah “bagaimana peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?”
E.
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
peningkatan
keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita siswa kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain: a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indoneisa. b. Bagi guru, sebagai sumber referensi untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan menentukan metode
pembelajaran
yang
akan
digunakan
khususnya
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. c. Bagi siswa, menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa berani dalam mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan, serta mudah memahami materi pelajaran khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A.
Kajian Teoretik 1. Hakikat Keterampilan Menyimak Menurut Rober dalam Muhibin Syah “keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif”.1 Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kecakapan, cekatan maksudnya adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas”.2 Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas. Berdasarkan dua pengertian tersebut, maka peneliti menjelaskan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik, cepat, dan tepat. Pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud berupa perbuatan, cara berfikir, berbicara, melihat, mengamati dan mendengar. Keterampilan akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan. Keterampilan yang akan dibahas dalam teori ini adalah keterampilan menyimak. Keterampilan menyimak perlu dipupuk dan dikembangkan sedini mungkin kepada anak-anak termasuk anak usia sekolah dasar, karena keterampilan menyimak memegang peranan penting 1
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.V, hlm. 117. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1447.
6
7
dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa. Henry Guntur Tarigan menyebutkan enam hakikat menyimak, yaitu: “menyimak sebagai sarana; menyimak sebagai keterampilan berkomunikasi, menyimak sebagai seni; menyimak sebagai proses; menyimak sebagai response; dan menyimak sebagai pengalaman kreatif”.3 Hakikatnya, menyimak merupakan satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap orang, karena keterampilan itu sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran keterampilan berbahasa lisan sering kita jumpai istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak. Ketiga istilah tersebut secara semantik memiliki makna yang berbeda. “Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengar sesuatu dengan sungguhsungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang, menyimak diartikan juga kemampuan menangkap pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan”.4 Sementara itu dalam pengertian yang lain dijelaskan bahwa “Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut”.5 Senada dengan pendapat tersebut Jauharoti Alfin menjelaskan bahwa “Menyimak merupakan proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan secara lisan dan dapat memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
3
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1986), hlm. 28. 4 Djago Tarigan, Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa 1-12, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. XVII, hlm. 2.5. 5 Ibid., hlm. 2.7.
8
bahasa lisan tersebut”.6 Sedangkan, Clark & Clark dan Richards mengartikan “menyimak sebagai pemrosesan informasi yang didapat oleh pendengar melalui pandangan dan pendengaran yang mencakup perintah untuk menyatakan apa yang akan dituju dan diekspresikan oleh pembicara”.7 Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dijelaskan di atas maka menyimak disebut suatu kegiatan mendengarkan dengan teliti dan hati-hati bunyi bahasa yang disampaikan pembicara, kegiatan menyimak juga menuntuk penyimak untuk aktif memahami pesan atau bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara agar memahami apa makna yang di tuju oleh pembicara tersebut. Menyimak mempunyai peranan yang penting sekali bagi kehidupan manusia, dengan menyimak seseorang dapat mengenal bunyi bahasa. “Menyimak juga berperan penting sebagai dasar seseorang belajar berbahasa, penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis, pelancar komunikasi lisan, dan penambah informasi atau pengetahuan. Menyimak sebagai proses yang diawali dengan kegiatan mendengarkan, mengenal, menginterpretasikan lambanglambang lisan, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.”8 Menurut Henry Guntur Tarigan, “menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian pemahaman apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.9 Berbeda dengan pendapat Tarigan, Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet berpendapat bahwa “menyimak dikatakan sebagai kegiatan berbahasa
6
Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: Learning Assistance Program For Islamic Schools PGMI, 2008), hlm. 9-10. 7 Ibid. 8 Novi Resmini, dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), hlm. 37. 9 Henry Guntur Tarigan, op.cit., hlm. 31.
9
reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium dengar (aural) maupun medium pandang (visual)”.10 Dalam pendapat yang lain dikemukakan bahwa “menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Artinya, dalam kegiatan menyimak seseorang harus mengaktifkan pikirannya untuk dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa, memahaminya dan menafsirkan maknanya sehingga tertangkap pesan yang disampaikan pembicara”.11 Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil suatu pemahaman bahwasanya yang disebut menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan lambang-lambang, bunyi-bunyi, suara, informasi atau pesan dengan seksama dan penuh penafsiran agar mampu memahami, menilai dan memperoleh makna dari informasi yang disampaikan. Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Tahapan-tahapan dalam proses menyimak tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing. 2) Tahap memahami, setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mmengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara. Maka sampailah kita ke dalam tahap understanding. 3) Tahap menginterpretasi, penyimak yang baik, yang cermat, dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar atau memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian maka sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting. 4) Tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang 10
Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, Meningkatkan keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 9. 11 Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 1.13.
10
pembicara, dimana keunggulan dan kelemahan, dimana kebaikan dan kekurangan sang pembicara, maka dengan demikian sang penyimak sudah sampai pada tahap evaluating. 5) Tahap menanggapi, merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, sang penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi responding.12 Menurut Jauharoti Alfin, dkk. dalam bukunya menjelaskan tiga tahap dalam proses menyimak, yaitu proses menerima, proses pemusatan perhatian, dan proses pembentukan makna melalui proses asimilasi dan akomodasi. Pada tahap menerima pendengar menerima stimulus lisan dan visual yang dihadirkan oleh pembicara. Pada tahap pemusatan perhatian pendengar memfokuskan diri pada stimulus, karena banyak sekali stimulus yang ada, maka pendengar memfokuskan pada informasi yang paling penting dalam pesan yang disimak. Pada tahap pemahaman makna, pendengar membentuk makna atau memahami pesan pembicara.13 Berdasarkan pendapat mengenai tahapan-tahapan menyimak yang telah dipaparkan tersebut dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses. Seseorang dikatakan telah memiliki kemampuan menyimak yang baik apabila dalam kegiatan meyimaknya telah melakukan lima tahapan yang dimulai dengan mendengarkan informasi yang mereka simak, memahami apa yang disampaikan, menafsirkan atau memaknai informasi tersebut, memberikan penilaian terhadap informasi yang disampaikan, dan terakhir mampu memberikan menanggapi dan menyerap informasi yang mereka simak.
a. Ragam Menyimak Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa tujuan menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta
12
Henry Guntur Tarigan, op.cit.,hlm. 63. Jauharoti Alfin, op.cit., hlm. 12.
13
11
memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Ini merupakan tujuan umum, selain tujuan umum menyimak juga memiliki tujuan khusus. Adanya tujuan khusus tersebut membuat Tarigan membagi menyimak kedalam banyak ragam yang dikelompokkan menjadi menyimak ekstensif dan menyimak intensif. 1) Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah “sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru”.14 Menyimak jenis ini merupakan jenis menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum. Menyimak ekstensif dibagi lagi kedalam 4 jenis, yaitu: a) Menyimak sosial, menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkrama. b) Menyimak sekunder, menyimak yang berlangsung secara kebetulan misalnya menyimak musik atau lukisan. c) Menyimak estetik, sering disebut menyimak secara apresiatif seperti menyimak puisi, drama, dan cerita. d) Menyimak pasif, adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai adanya upaya kita pada saaat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa dan menguasai suatu bahasa.15 2) Menyimak Intensif “Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum”.16 Kebalikan dari menyimak ekstensif pada menyimak intensif ini sangat membutuhkan bimbingan guru, karena bahan–bahan yang harus disimak perlu dipahami secara
14
Henry Guntur Tarigan, op. cit., h.38. Ibid., h. 40-42. 16 Ibid., h. 43. 15
12
teliti, terperinci dan mendalam. Menyimak intensif mempunyai banyak ragam, diantaranya: a) Menyimak kritis, adalah kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan. Tujuan dari menyimak ini adalah untuk memperoleh keakuratan tentang sesuatu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. b) Menyimak konsentratif, adalah menyimak bagianbagian tertentu dari suatu ujaran atau materi yang dianggap penting saja. c) Menyimak eksplorasif, adalah menyimak yang bersifat menyelidik atau mengetahui secara mendalam perbincangan yang disimaknya. d) Menyimak interogatif, adalah kegiatan menyimak yang yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. e) Menyimak selektif, adalah kegiatan menyimak yang memuaskan dengan membedakan kedua ciri menyimak yaitu kreatif dan aktivisme. f) Menyimak kreatif, adalah kegiatan menyimak yang dapat menyenangkan para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan kinestetik dari apaapa yang disimaknya.17 Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa “ragam kegiatan menyimak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, cara menyimak, taraf hasil simakan, keterlibatan penyimak dan kemampuan khusus, serta berdasarkan tujuan menyimak”.18 Menyimak “menyimak Menyimak
berdasarkan
interpersonal interpersonal
sumber
listening listening
suara dan
terjadi
dibedakan
intrapersonal pada
saat
menjadi listening. seseorang
mendengarkan dan memperhatikan suara-suara yang berasal dari dalam diri sendiri, misalnya merenung dan menyesali nasib”.19 Ragam menyimak lain yang berdasarkan sumber suara adalah menyimak
17
Ibid., h. 46-53. Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, op.cit., hlm. 17. 19 Ibid. 18
13
intrapersonal listening, yakni “menyimak yang terlaksana pada saat seseorang mendengarkan dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh orang lain, misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar dan sebagainya”.20 Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet juga menjelaskan bahwa ragam menyimak terjadi berdasarkan cara menyimak yang dilakukan. “Atas dasar cara penyimakan ini , ada penyimakan bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah (silent listening), penyimak baru dampai pada taraf memeberikan dorongan, perhatian yang bersifat nonverbal, misalnya mengangguk, tersenyum, ucapan-ucapan pendek dan sebagainya. Pada penyimakan taraf tinggi (active listening), penyimak tidak hanya sekedar memberikan dorongan , anggukan, dan sebagainya, tetapi yang bersangkutan mampu mengungkap kembali isi bahan simakan”.21 Berdasarkan pendapat Bustanul Arifin “secara garis besar, menyimak berdasarkan tujuan dapat dibedakan menjadi menyimak untuk belajar, menyimak untuk hiburan, menyimak untuk menilai, menyimak untuk mengapresiasi dan menyimak untuk memecahkan masalah”.22 Berbeda dengan Isah Cahyani yang menjelaskan bahwa kegiatan menyimak dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan situasinya “ ada dua jenis situasi dalam menyimak yaitu situasi menyimak interaktif dan situasi menyimak noninteraktif. Menyimak interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka atau percakapan ditelepon. Sedangkan menyimak noninteraktif terjadi pada saat menyimak radio, tv, film, dan menyimak dalam acara-acara seremonial”.23 Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut maka kegiatan menyimak banyak dan beraneka ragam jenisnya bergantung kepada tujuan yang ingin di dapatkan, sumber bahan simakan, cara menyimak dan intensitas seseorang dalam menyimak. 20
Ibid. Ibid. 22 Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 1.26. 23 Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 126. 21
14
Dari berbagai definisi mengenai ragam menyimak yang telah dipaparkan diatas mulai dari menyimak ekstensif sampai ragam menyimak intensif dan lainnya, maka peneliti menyimpulkan ragam menyimak yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah ragam menyimak ekstensif yakni jenis menyimak estetik atau menyimak secara apresiatif seperti menyimak puisi, drama, dan cerita. Karena materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi cerita anak, dan metode yang digunakan adalah metode bercerita. Didukung oleh pendapat Henry Guntur Tarigan bahwa “ bercerita terutama sekali yang menarik bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif, dan kerap kali pula mencakup suatu wadah yang baik bagi kata-kata baru dan beberapa struktur yang belum diajarkan sebelumnya”.24 Dalam pembelajaran menyimak ini siswa dituntut memahami bahan simakan yang disampaikan dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mereka simak.
b. Penilaian dan Umpan Balik Pembelajaran Menyimak Budinuryanta menjelaskan bahwa “penilaian terhadap pelaksanaan pengajaran menyimak ditujukan terutama pada aktivitas belajar siswa dan relevansi kegiatan belajar dengan tujuan pengajaran”.25 Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi tolak ukur dalam penilaian ketrampilan menyimak meliputi dua hal. Pertama, penilaian keterampilan menyimak ditujukan kepada aktivitas belajar siswa, maksudnya adalah pembelajaran keterampilan menyimak dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa dalam kelas sesuai dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak. Kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang sudah tercantum dalam Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan. 24
Berdasarkan
tujuan
pembelajaran
tersebut
kemudian
Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 39 Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 9.50 25
15
dikembangkan menjadi butir soal yang digunakan untuk mengukur ketercapaian keterampilan menyimak dan tujuan pembelajaran yang ada.
c. Tujuan Menyimak Berdasarkan
ragam
menyimak
yang
ada
maka
penulis
mengemukakan tujuan orang untuk menyimak sesuatu sangat beraneka ragam. Aneka tujuan menyimak tersebut diantaranya: menyimak untuk belajar; menyimak untuk menikmati; menyimak untuk mengevaluasi; menyimak untuk mengapresiasi; menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide; menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; menyimak untuk memecahkan masalah; dan menyimak untuk berlatih memusatkan pikiran. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan aktif reseptif yang membangun pesan dari suatu bunyi bahasa. Menyimak juga dikatakan sebagai suatu proses. “Dalam proses tersebut dapat dibedakan dua aspek tujuan menyimak, yaitu: 1) persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan. 2) resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara”.26 Menurut Gary T. Hunt dalam Kundharu Saddhono menyatakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut: 1) Untuk memeperoleh informasi yang bersangkut paut dengan profesi. 2) Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di temapt kerja, dan di dalam kehidupan bermasyarakat. 3) Untuk mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulankesimpulan yang masuk akal, dan 26
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 230.
16
4) Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu yang didengar.27 Berbeda dengan pendapat Gary T. Hunt di atas, Lilian Mogan dalam Kundharu Saddhono menjelaskan tujuan dari menyimak sebagai berikut: 1) Untuk dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, atau menyimak untuk belajar. 2) Untuk menikmati sesuatu materi ujaran (pagelaran) terutama dalam bidang seni, atau menyimak untuk menikmati keindahan audial 3) Untuk menilai bahan simakan (baik-buruk, indah-jelek, tepat, asal-asalan, logis-tak logis, dan sebagainya), atau menyimak untuk mengevaluasi, 4) Untuk dapat menikmati dan menghargai bahan simakan (penyimak cerita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi, dan sebagainya), atau menyimak untuk mengevaluasi, 5) Untuk dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan, ide-ide, perasaan-perasaan kepada orang lain dengan lancar dan tepat, atau menyimak sebagai penunjang berkomunikasi, 6) Untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, ini biasanya diperoleh dari native speaker (pembicara asli), 7) Untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analitis, dengan masukan dari bahan simakan, dan 8) Untuk dapat meyakinkan diri sendiri terhadap suatu masalah atau pendapat yang diragukan, atau menyimak persuasif.28 Telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya hakikat menyimak yang baik adalah penyimak mampu memberikan responsi yang tepat berdasarkan informasi yang di dapat. Berdasarkan pendapat di atas maka tujuan inti dari menyimak adalah untuk memperoleh informasi, memperoleh pengetahuan, menangkap isi dan memahami makna yang disampaikan pembicara dan menikmati serta mengevaluasi materi simakan.
27
Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, Meningkatkan keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 13. 28 Ibid., hlm. 14.
17
d. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak Bustanul Arifin menjelaskan ada dua faktor penentu dalam keberhasilan menyimak “yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal keberhasilan menyimak antara lain fisik penyimak, faktor psikologis yang melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi seorang menyimak, faktor pengalaman, dan jenis kelamin”.29 Kegiatan menyimak merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai unsur dasar yang mendukung. “Unsur-unsur dasar menyimak ialah pembicara, penyimak, bahan simakan dan bahasa lisan yang digunakan”.30 Berdasarkan unsur-unsur dasar dalam kegiatan menyimak tersebut Kundharu Saddhono menyatakan bahwa dalam setiap unsur tersebut mempunyai faktor-faktor yang menjadi penentu dalam keberhasilan menyimak. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Faktor yang berasal dari pembicara, yaitu penguasaan materi, berbahasa baik dan benar, percaya diri, berbicara sistematis, gaya berbicara menarik, dan kontak dengan penyimak. 2) Faktor yang berasal dari bahan simakan atau materi, yaitu actual, berguna, dalam pusat minat penyimak, sistematis, dan seimbang. 3) Faktor yang berasal dari situasi, yaitu ruangan, waktu, suasana, dan peralatan. 4) Faktor yang berasal dari penyimak, yaitu kondisi fisik dan mental penyimak, konsentrasi, bertujuan, berminat, berkemampuan linguistik, berpengetahuan dan berpengalaman yang luas.31 Selain ada faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak terdapat beberapa perilaku jelek yang harus dihindari selama kegiatan menyimak. Menurut Tarigan ada sepuluh kebiasaan jelak dalam menyimak, diantaranya adalah: menyerah kepada gangguan, menyimak dengan kertas dan pensil di tangan, menyimak lompat tiga, menyimak “saya dapat fakta”, noda ketulian emosional, menyimak supersensitive, menolak suatu subjek secara gegabah, mengeritik 29
Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 2.3 – 2.5. Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), hlm. 28. 31 Kundharu Saddhono dan St. Y Slamet, op.cit., hlm. 20-22. 30
18
cara dan gaya fisik pembicara, menghindari penjelasan yang sulit dan memberi perhatian semu.32 Sedangkan menurut Bustanul Arifin “ada tiga hal yang menjadi kebiasaan jelek dalam menyimak dan harus dihindari, tiga hal tersebut adalah menyimak lompat tiga atau menyimak dengan konsentrasi yang tidak penuh, menyimak fakta, dan menyimak dan merekam atau membuat catatan sebanyak mungkin”.33 Selanjutnya terdapat juga permasalah-permasalahan menyimak yang harus diatasi dan diselesaikan. Mengingat pembelajaran menyimak ini berlangsung di sekolah, maka yang harus mengatasi permasalahanpermasalahan yang ada adalah guru. Diantara permasalahn tersebut adalah: “memprasangkai objek yang disimak, perhatian semu dan purapura, kebingungan, pertimbangan yang prematur, pembuatan catatan yang tidak tepat guna, hanya menyimak fakta-fakta saja, melamun dan reaksi yang emosional”.34
2. Hakikat Metode Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, dan sumber serta evaluasi. Semua hal tersebut sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Namun, hal yang paling penting dan paling dibutuhkan guru dalam sebuah pembelajaran adalah metode atau cara guru dalam mengajar. “Metode dalam filsafat dan ilmu pengetahuan adalah cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu”.35 32
Henry Guntur Tarigan, op.cit., h.123. Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 2.8-2.9. 34 Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 136. 35 Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 20. 33
19
Dalam pengertian lain “metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran juga diartikan sebagai sesuatu prosedur atau proses, jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran”.36 Sedangkan menurut Hamzah metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis yaitu: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran. Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa. Sedangkan strategi pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variable metode pembelajaran lainnya”.37 “Metode
merupakan
salah
satu
sub-system
dalam
sistem
pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan”.38 Evline Siregar dalam bukunya menjelaskan bahwa “metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedudukan metode sebagai alat motivasi, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan”.39 Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas peneliti mencoba mengambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah serangkaian cara atau perangkat dalam pembelajaran yang dipergunakan 36
oleh
seorang
guru
secara
bervariasi
sesuai
tujuan
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 19. 37 Hamzah B Uno, Perencanaan pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 18. 38 Sudiyono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), hlm. 118. 39 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 80.
20
pembelajaran yang ingin dicapai. Metode pembelajaran bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu. Secara garis besar dalam interaksi belajar menempuh 4 (empat) fase pokok yang meliputi: a.
b. c.
d.
Fase pendahuluan, yang dimaksudkan untuk menyusun dan mempersiapkan mental set yang menguntungkan, menyenangkan guna pembahasan materi pembelajaran. Fase pembahasan yang dimaksudkan untuk melakukan kajian, pembahasan, dan penelaahan terhadap materi pembelajaran. Fase menghasilkan, yaitu tahap dimana seluruh hasil pembahasan ditarik suatu kesimpulan bersama berdasarkan pada pengalaman dan teori yang mendukungnya. Fase penurunan, yang dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasi siswa secara berangsur-angsur.40
Dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan disebut belajar apabila menempuh empat fase diatas. Dimulai dari fase pendahuluan atau persiapan pra pembelajaran, fase pembahasan atau kegiatan inti pembelajaran, fase menghasilkan atau penarikan kesimpulan dari materi yang diajarkan, dan fase penurunan atau penutupan akhir pembelajaran.
3. Metode Pembelajaran Menyimak Keterampilan menyimak menurut Rost dalam Iskandarwassid digambarkan dalam gambar berikut ini:
40
Sudiyono, dkk., loc.cit.
21
Keterampilan Menyimak
Keterampilan Mempersepsi:
Membedakan bunyi bahasa.
Mengenali kata.
Keterampilan Menyintesis: Keterampilan Menganalisis:
Mengidentifikasi satuan gramatikal.
Mengidentifikasi satuan pragmatis.
Menghubungkan penanda bahasa dengan penanda lainnya.
Memanfaatkan latar belakang pengetahuan.
Gambar 2.1. Model Pembelajaran Menyimak41
Menurut Budinuryanta, dkk. ada bermacam-macam metode pembelajaran menyimak yaitu “metode simak-ulang ucap, metode simakkerjakan, metode simak-terka, metode simak-tulis, metode memperluas kalimat, identifikasi kata kunci, identifikasi kalimat topik, metode menjawab pertanyaan, metode menyelesaikan cerita, metode merangkum dan metode parafrase”.42 Dalam menerapkan metode pembelajaran keterampilan menyimak terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan keterampilan menyimak, upaya tersebut antara lain: a. Berbicaralah dengan pembelajar dalam bahasa Indonesia b. Jadikanlah Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pelaksanaan proses pembelajaran. c. Kenalkan pembelajar pada beberapa penutur bahasa Indonesia, secara pribadi atau melalui video atau kaset rekaman.
41
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op.cit., hlm. 281. Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka 2008), hlm. 9.26. 42
22
d. Berilah kesempatan kepada pembelajar agar mereka belajar mandiri, mencari kesempatan menyimak, di luar kelas atas inisiatif sendiri. e. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi. f. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada evaluasi.43 Sedangkan
Bustanul
Arifin
menjelaskan
bahwa
“untuk
meningkatkan daya simak diri banyak cara yang dapat dilakukan. Pertama, kita harus memperhatikan dan menerapkan faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan menyimak. Kedua, hindari hal-hal yang dapat memperburuk hasil dari kegiatan menyimak, berusahalah menjadi penyimak yang baik”.44 Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka untuk menerapkan metode
pembelajaran
keterampilan
menyimak
gunakanlah
model
pembelajaran yang dapat meningkatkan daya simak, selain itu pembelajar perlu memperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak, dan hal-hal yang dapat meningkatkan keterampilan menyimak yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam penerapan metode pembelajaran menyimak juga harus menghindari kebiasaan jelek yang dapat memperburuk hasil dari kegiatan menyimak.
4. Metode Cerita a. Pengertian Metode Cerita Menurut Abdul Aziz Abdul Majid “bercerita disebut juga penceritaan yang artinya adalah pemindahan cerita atau penyampainnya kepada penyimak atau pendengar.45 Dalam pendapat lain diungkapakan bahwa “metode bercerita dapat pula disebut metode deskripsi yakni metode yang memberikan
43
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op.cit., hlm. 282. Bustanul Arifin, dkk., op.cit., hlm. 2.17. 45 Abdul Aziz Abdul majid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. VIII, hlm. 28. 44
23
penjelasan atau memeberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang suatu materi pembelajaran tertentu”.46 Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat yang sejak dahulu tidak pernah kehilangan penggemar. Hampir semua siswa yang telah menikmati suatu cerita akan selalu siap untuk menceritakannya kembali, terutama bila cerita itu sangat mengesan pada mereka. Oleh karena itu, guru sebenarnya dapat memanfaatkan esiapan siswa dalam hal ini. Untuk memulai aktivitas penceritaan atau bercerita guru dapat mengawalinya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang penting sehubungan dengan cerita itu. Pertanyaan-pertanyaan itu di samping mengarahkan proses berfikir siswa juga untuk meyakinkan pemahaman siswa tentang cerita itu.47 Berdasarkan beberapa pendapat di atas metode bercerita adalah metode yang digunakan guru atau fasilitator dalam menyampaikan materi pelajaran secara lisan, biasanya yang disampaikan berupa hal-hal yang menarik seperti cerita atau kisah, dongeng, dan sejarah. Metode bercerita ini efektif diterapkan pada anak-anak kelas rendah di tingkat sekolah dasar. Kegiatan bercerita pada anak dapat dianggap penting karena memberikan dampak positif kepada anak. Dengan bercerita anak dapat berbagi dan menciptakan pengalaman bersama, dapat mengembangkan kemampuan anak dalam menafsirkan peristiwa yang ada di luar pengalaman langsungnya. Kegiatan bercerita juga bermanfaat dalam hal menarik minat dan perhatian murid, melatih pemahaman, memperluas perbendaharaan kata dan tata bahasa serta dapat meningkatkan penguasaan keterampilan berbahasa murid.48 Senada
dengan
pengertian
sebelumnya
Sihabudin,
dkk.
menyatakan bahwa “bercerita bagi anak-anak memberikan banyak manfaat dalam berbagai aspek antara lain membantu pembentukan
46
Sudiyono, op.cit., hlm. 20. B Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisisus Anggota IKAPI, 1992), hlm. 113. 48 A. Fachrurazi, Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik Usia Dini. (Jurnal pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Suarabaya, 2009), h. 237. 47
24
pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat menulis dan minat baca anak, dan membuka cakrawala anak”.49 Dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran Bahasa Indonesia tugas guru lah sebagai fasilitator atau pencerita. Dalam penyampaian cerita yang baik, yang terpenting adalah pengungkapan yang baik pula. Jika bercerita dilakukan dengan penuh kesabaran, sebuah cerita akan dapat memunculkan kesan yang baru, menambah nilai seni, dan anak sebagai penyimak dapat menikmatinya. Sementara itu Abdul Majid berpendapat bahwa “ada beberapa hal sebagai metode yang perlu diperhatikan oleh guru dalam bercerita, meliputi: tempat bercerita; posisi duduk; bahasa cerita; intonasi guru; pemunculan
tokoh-tokoh;
penampakan
emosi;
peniruan
suara;
penguasaan terhadap murid yang serius; menghindari ucapan spontan”.50 b. Langkah-langkah Metode Bercerita Menurut Abdul Majid ada 3 langkah utama dalam bercerita yang harus diketahui guru, yaitu: 1) Pemilihan cerita, pemilihan cerita yang tepat akan sangat mempengaruhi suasana penyampaiannya. Hal yang dapat dijadikan acuan dalam memilih cerita adalah situasi dan kondisi murid. 2) Persiapan sebelum masuk kelas, sebelum bercerita dikelas guru seyogyanya memikirkan, merancang gambaran alur cerita secara jelas, dan menyampaikan kalimat-kalimat yang akan disampaikannya. 3) Perhatikan posisi duduk murid, posisi duduk yang baik bagi para murid dalam mendengarkan cerita adalah berkumpul mengelilingi guru dengan posisi setengah lingkaran atau mendekati lingkaran.51 Benar sekali bahwa sebelum guru masuk kelas dan menerapkan metode bercerita dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan 3 49
Sihabudin, dkk., Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama, (Jakarta: Learning Assistance Program for Islamic Schools PGMI, 2009), hlm. 8.13-8.15. 50 Abdul Aziz Abdul Majid, op.cit., h. 47-54. 51 Ibid., hlm. 30.
25
langkah utama yang telah disebutkan diatas agar maksimal dalam menerapkan metode tersebut dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain 3 langkah utama yang harus diperhatikan sebelum bercerita, ketika bercerita pun ada hal-hal yang harus diterapkan agar bercerita itu mampu menarik perhatian dan menimbulkan kesan menyenangkan bagi siswa. Menurut Takwin dalam Fachrurazi bahwa ketika bercerita seorang guru perlu memperhatikan hal-hal sebagi berikut: 1)
Yang pertama-tama harus diingat adalah bahwa bercerita (storytelling) tidak sama dengan membacakan cerita. Pada intinya bercerita lebih dari sekedar membacakan cerita, dalam bercerita kita juga menghidupkan kembali kisah (entah tulisan maupun lisan) dengan menggunakan beragam keterampilan dan alat bantu. 2) Terapkan dasar-dasar ilmu peran, seperti pengubahan suara, ekspresi wajah dan gerak tubuh, menjadi sangat penting dalam proses bercerita. 3) Melibatkan sebanyak mungkin penggunaaan media atau alat bantu seperti gambar sederhana, music pengiring, atau model (boneka atau rumah-rumahan) untuk menghidupkan kisah yang kita sampaikan ke benak pendengar. 4) Libatkan audiens dalam interaksi dari awal hingga akhir aktivitas bercerita.52 Apabila keempat hal tersebut diperhatikan dalam menerapkan metode bercerita, maka bercerita yang diterapkan guru tersebut mampu menarik perhatian siswa dan memberikan kesan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran menyimak tercapai.
B.
Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tentang keterampilan menyimak ini telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya antara lain: 1.
Abdullah, 2007.
52
A. Fachrurazi, op.cit., hlm. 241.
26
Judul Skripsi, Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng dengan Pendekatan Integratif Melalui Teknik Dengar-Cerita pada Siswa Kelas II SD Negeri 4 Mlati Norowito Kudus. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tindakan. Tahap tindakan terdiri atas siklus I dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menyimak dongeng kelas II SD Negeri 4 Mlati Norowito Kudus. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil menceritakan isi dongeng. Untuk tes non tes berupa data perilaku siswa dari hasil observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi kepada siswa. Teknik analisis data kualitatif menggunakan deskripsi kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui pendekatan integratif. Nilai rata-rata kelas pada tahap pratindakan sebesar 61 dan mengalami peningkatan sebesar 6.1 menjadi sebesar 67.1. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76.3. Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan Abdullah dengan peneliti, yaitu dalam lokasi penelitian dan metode yang digunakan. Lokasi dan penelitian Abdullah di SD Negeri 4 Mlati Norowito Kudus, sedangkan peneliti di SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan. Metode pembelajaran yang digunakan Abdullah adalah metode dengar-cerita, sedangkan peneliti menggunakan metode bercerita.
2.
Hartono, 2012. Judul Skripsi, Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode
Bercerita pada Siswa Kelas VI MIN Pulau Tidung. Penelitian ini dilakukan di MIN Pulau Tidung pada siswa kelas VI dengan tjuan meningkatkan keterampilan menyimak siswa melalu metode bercerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah action research atau penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus yang subjeknya
27
sebanyak 24 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan menyimak siswa yang dibuktikan dengan adanya peningkatan pada siklus I dari 77% menjadi 94% dan pada siklus II dari 94% menjadi 96%. Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan Hartono dengan peneliti, yaitu dalam lokasi penelitian. Lokasi dan penelitian Hartono di MIN Pulau Tidung pada siswa kelas VI, sedangkan peneliti di SDN Pamulang Permai pada siswa kelas IIA. C.
Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran keterampilan menyimak yang banyak ditemukan di
tingkat sekolah dasar masih banyak siswa mengalami kesulitan, disebabkan metode pengajaran guru hanya sebatas menyampaikan materi dan siswa menyimak tanpa mampu memahami materi yang mereka simak. Selain itu kelas yang terdiri dari banyak siswa sering menimbulkan kegaduhan dan membuat konsentrasi siswa terganggu sehingga pembeljaran menyimak kurang maksimal. Padahal hakikat dari menyimak itu sendiri adalah mendengar dengan seksama dan teliti untuk mendapatkan makna dari informasi yang disampaikan guru. Pada tingkat sekolah dasar seorang siswa dituntut memiliki keterampilan menyimak yang meliputi menyimak cerita, dongeng, pengumuman, dan berita yang disampaikan secara lisan. Erat kaitannya dengan permasalahan yang ada dalam pembelajaran menyimak maka metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak tersebut adalah metode bercerita. Metode bercerita dirasa sebagai strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan pembelajaran menyimak, karena metode tersebut mampu menumbuhkan keaktifan siswa, imajinasi siswa dan menumbuhkan ide baru dari proses menyimak sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami apa yang disampaikan guru, menafsirkan apa yang disampaikan guru. Dengan penerapan metode bercerita ini maka keterampilan menyimak siswa akan meningkat. Setelah mempelajari masalah pada Bab 1 dan mengkaji teori-teori yang telah dibahas pada bab 2, maka dapat dikembangkan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
28
Kondisi Awal
Strategi
Siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menyimak, karena pembelajaran hanya sebatas guru menyampaikan dan siswa mendengar tanpa memahami makna dari bahan simakan.
Guru menerapkan metode bercerita yang menyenangkan, agar dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Tujuan
Siswa dapat memahami makna dari bahan simakan, dan keterampilan menyimak siswa meningkat.
Penerapan Metode Bercerita
Rencana Pemecahan Masalah Evaluasi Siklus
Evaluasi Awal
Evaluasi Akhir
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
D.
Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretik, penelitian yang relevan dan penyusunan
kerangka berpikir tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut: “Terdapat Peningkatan Keterampilan Menyimak Siswa Melalui Penerapan Metode Bercerita pada Siswa Kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Pamulang Permai dengan alamat
Komplek Pamulang Permai 1 Blok A 43 Pamulang Permai Tangerang Selatan Banten. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
B.
Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research
yang sering disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini lebih menekankan kepada proses atau tindakan penelitian, oleh karena itu berhasil atau tidaknya penelitian dapat dilihat dari proses tindakan penelitian. Menurut Kurt Lewin “penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi”.1 Sedangkan kerangka dari setiap tahapan yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian ini meliputi: 1.
Perencanaan Dalam kegiatan perencanaan, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Mengidentifikasi masalah tentang keterampilan menyimak siswa b. Masalah
yang
telah
diidentifikasi,
dianalisis
untuk
kemudian
disimpulkan. c. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan masalah yang ditemukan
dalam
pembelajran
dengan
menyiapkan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, instrument soal tes akhir siklus, serta pedoman observasi aktivitas mengajar guru, dan pedoman observasi aktivitas belajar siswa. 1
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 42.
29
30
2.
Pelaksanaan Tindakan Dalam
pelaksanaan
tindakan,
peneliti
melaksanakan
proses
pembelajaran di dalam kelas menggunakan rancangan metode dan RPP yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Pada tahapan ini peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. 3.
Pengamatan atau observasi Pada tahapan ini observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran guru di dalam kelas, dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.
4.
Refleksi Pada tahap refleksi, data yang telah dianalisis dilakukan evaluasi dan refleksi dengan tujuan untuk merencanakan tindakan berikutnya dan memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan pada siklus II. Jika hasil pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian dihentikan. Peneliti akan memaparkan rancangan siklus tersebut pada gambar berikut ini.
TAHAP 1
TAHAP 2
TAHAP 3
TAHAP 4
PERENCANAAN
TINDAKAN
PENGAMATAN
REFLEKSI
Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin2
2
Wijayah Kusuma dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua, (Jakarta: PT Indeks, 2010), hlm. 28.
31
C.
Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
IIA SDN Pamulang Permai semester 2 tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 45 siswa dengan komposisi 25 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
D.
Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada penelitian tindakan kelas peneliti mempunyai peranan tersendiri yaitu
sebagai perancang kegiatan, pelaksana kegiatan, mengumpulkan data serta melaporkan hasil penelitian, pada jalannya proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode bercerita. Dalam melakukan kegiatan penelitian, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
E.
Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan penelitian tindakan kelas ini terdiri atas rangkaian empat kegiatan
yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, apabila PTK nya tidak dilakukan sendirioleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua”.3 Peneliti merancang penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, yang terdiri dari 3 pertemuan untuk setiap siklusnya. Dalam satu siklus biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga siklus tersebut berlanjut pada siklus II, apabila data yang diperoleh pada siklus II masih perlu penyempurnaan maka akan dilanjutkan pada siklus III begitu seterusnya sampai diperoleh data yang dapat dikumpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Berikut desain intervensi tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini: 3
Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas,( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VI, hlm. 74.
32
1. Kegiatan Pra penelitian, yaitu: Gambar 3.2 Kegiatan Prapenelitian a. Observasi di kelas yang akan menjadi subjek penelitian b. Pembuatan surat izin penelitian c. Pembuatan instrumen penelitian d. Menghubungi kepala sekolah untuk meminta izin penelitian
2. Penelitian Siklus I dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Gambar 3.3 Tahap Perencanaan Tindakan a.
Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode bercerita.
b.
Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
c.
Menyiapkan media pembelajaran
d.
Membuat lembar observasi aktivitas mengajar guru
e.
Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa
f.
Menyiapkan dokumentasi kegiatan pembelajaran
Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran b. Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan menggunakan metode bercerita c. Mencatat hal-hal penting yang terjadi di dalam kelas
33
Tahap Pengamatan a. Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I berlangsung, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh (observer). b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa di kelas
Tahap Refleksi a. Peneliti bersama dengan observer mendiskusikan hasil pengamatan atau merefleksikan untuk menentukan keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut b. Merencanakan tindakan pada siklus II, berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I 3. Penelitian Siklus II, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Gambar 3.4 Tahap Perencanaan Tindakan a. Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP menggunakan metode bercerita yang telah diperbaiki berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I b. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) c. Menyiapkan media pembelajaran d. Membuat lembar observasi aktivitas mengajar guru e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa
34
Tahap Pelaksanaan Tindakan a.
Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran
b.
Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan menggunakan metode bercerita
c.
Mencatat hal-hal penting yang terjadi di dalam kelas
Tahap Pengamatan a. Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II berlangsung, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer. b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa di kelas
Tahap Refleksi a. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan untuk dilakukan perbaikan- perbaikan dari tindakan tersebut b. Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian.
F.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan menyimak siswa melalui penerapan metode bercerita. Penelitian ini akan dihentikan apabila telah memenuhi standar yang ditentukan yaitu: 1. Aktivitas pembelajaran oleh guru dan siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran metode bercerita pada kategori baik. 2. Hasil pembelajaran keterampilan menyimak siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 70.
35
G.
Data dan Sumber Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. 1. Data Kualitatif Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi proses pembelajaran, dan hasil dokumentasi jalannya proses pembelajaran. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar setiap akhir siklus ataupun hasil lembar kerja siswa (LKS). Sumber data penelitian ini diperoleh dari peneliti, siswa kelas IIA, dan teman sejawat yang sekaligus bertindak sebagai observer.
H.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas mengajar guru dan melihat aktivitas belajar siswa sehingga dapat diketahui gambaran pembelajaran yang terjadi. Contoh lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
1
Mengatur posisi duduk siswa
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
3
Penggunaan media pembelajaran
B
C
K
SK
36
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
5
Penyampaian alur cerita
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
7
Intonasi guru dalam bercerita
8
Melibatkan siswa selama bercerita
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
Keterangan: S
= (Sangat Baik)
B
= (Baik)
C
= (Cukup)
K
= (Kurang)
SK
= (Sangat Kurang) Tabel 3.2 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
B
C
K
SK
37
7
Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita
8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
Keterangan: S
= (Sangat Baik)
B
= (Baik)
C
= (Cukup)
K
= (Kurang)
SK
= (Sangat Kurang)
2. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan menyimak siswa terhadap materi yang disampiakan dengan menggunakan metode bercerita. Tes hasil belajar ini dilakukan di setiap akhir siklus. Instrumen tes yang digunakan berupa soal uraian singkat yang berhubungan dengan bahan simakan yang disampaikan. Contoh lembar post test untuk siklus I dan siklus II terlampir. I.
Teknik Pengumpulan Data “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.4 Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa: 1. Lembar Observasi Observasi yang dilakukan terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran 4
selama
penelitian
berlangsung.
Observasi
proses
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), hlm. 224.
38
pembelajaran guru dilihat dari setiap tahap pembelajaran yaitu kesesuaian tahapan pembelajaran dengan langkah-langkah metode bercerita yang diterapkan. Sedangkan observasi aktivitas belajar siswa dilihat dari proses pembelajaran yang meliputi siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran, siswa terlibat dalam penggunaan media pembelajaran dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. 2. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak. Tes hasil belajar ini terdiri dari tes tertulis. Tes tertulis yang berupa tes objektif dan tes esai yang dilakukan pada setiap akhir siklus. J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Dalam sebuah penelitian perlu dilakukan pemeriksaan keterpercayaan
untuk mengukur validitas atau ketepatan dan reabilitas atau yang sering disebut dengan kestabilan hasil pengukuran sebuah instrumen penilaian proses dan hasil belajar siswa. Teknik pemeriksaan keterpercayaan yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan ini adalah judgment ahli atau keputusan ahli. Keputusan Ahli yang dimaksud adalah keputusan dari dosen pembimbing untuk menentukan instrument penilaian dalam penelitian ini stabil dan tepat digunakan.
K.
Analisis Data dan Interpretasi Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari data
yang ada di berbagai sumber, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis data dilakukan apabila semua data yang diinginkan telah terkumpul. Hasil analisis tes kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: “MX = ∑F (X) ∑N MX
= Mean (nilai rata-rata) yang kita cari
39
∑F (X)
= Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan frekuensinya.
N
= Number of Cases”.5
Selain menggunakan analisis kuantitatif, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini diambil untuk memperoleh data yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Data tersebut berupa hasil tes siswa dalam keterampilan menyimak dan merupakan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan metode bercerita sebagai salah satu metode untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
L.
Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus 1) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan keterampilan menyimak siswa maka akan ditindaklanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus 1, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus 2. Apabila setelah melakukan refleksi pada siklus 2 belum mencapai hasil yang diharapkan maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya dan begitu seterusnya. Penelitian ini berakhir, apabila langkahlangkah pembelajaran keterampilan menyimak telah mencapai kategori baik dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak sudah mencapai nilai KKM 70 melalui penerapan metode bercerita.
5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) Cet. XXIV, hlm. 83.
BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Tindakan Pembelajaran Siklus I Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan, setiap pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap pada siklus I adalah:
a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini dilakukan penyususnan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IIA, dengan Kompetensi Dasar menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya. Instrumen pembelajaran dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari lembar pengamatan aktivitas belajar siswa, lembar pengamatan aktivitas mengajar guru, lembar penilaian dan lembar soal post tes. Perangkat lainnya yang disiapkan adalah media pembelajaran yang berkaitan judul cerita yang disajikan, beberapa cerita anak diantaranya: “Harimau dengan BayangBayangnya”, “Semut yang Pemberani”, dan “Kura-Kura Diterbangkan Burung”, yang dijadikan bahan untuk peneliti di SDN Pamulang Permai. Lembar post tes siklus I dibuat untuk mengetahui keterampilan menyimak pada siswa kelas IIA di SDN Pamulang Permai dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode bercerita. Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bercerita dapat meningkatkan 40
41
keterampilan menyimak siswa. Target yang ingin dicapai peneliti pada siklus I ini yaitu siswa mampu menyebutkan tokoh yang ada dalam cerita, mampu menyebutkan watak tokoh yang ada dalam cerita, dan menyebutkan waktu serta tempat kejadian berdasarkan cerita yang disimaknya.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan dengan alokasi waktu (2x35 menit) pada setiap pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 April 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.20 WIB sampai dengan 09.30 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menyebutkan tokoh yang ada dalam cerita yang didengar dengan judul “Harimau dan Bayang-Bayangnya”. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 45 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran peneliti menerapkan metode bercerita dengan terlebih dahulu mengatur posisi duduk siswa, kemudian memulai bercerita dibantu dengan media pembelajaran. Selama kegiatan bercerita peneliti melibatkan partisipasi aktif siswa, menerapkan ilmu peran dan menggunakan intonasi suara yang menarik. Setelah bercerita peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi cerita yang disampaikan. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan menyimak siswa pada pertemuan pertama ini, peneliti memberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan memerintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut.
42
2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 April 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 10.20 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menyebutkan watak tokoh yang ada dalam cerita yang didengar dengan judul “Semut yang Pemberani”. Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 45 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran peneliti menerapkan metode bercerita dengan terlebih dahulu mengatur posisi duduk siswa, kemudian memulai bercerita dibantu dengan media pembelajaran. Selama kegiatan bercerita peneliti melibatkan partisipasi aktif siswa, menerapkan ilmu peran dan menggunakan intonasi suara yang menarik. Setelah bercerita peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi cerita yang disampaikan. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan menyimak siswa pada pertemuan ini, peneliti memberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan memerintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut. 3) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 05 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.20 WIB sampai dengan 09.30 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menyebutkan waktu dan tempat kejadian cerita yang didengar dengan judul “Kura-kura yang Diterbangkan Burung”. Pada pertemuan ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 45 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran peneliti menerapkan metode bercerita dengan terlebih dahulu mengatur posisi duduk siswa, kemudian memulai bercerita dibantu dengan media pembelajaran. Selama kegiatan bercerita peneliti melibatkan partisipasi
43
aktif siswa, menerapkan ilmu peran dan menggunakan intonasi suara yang menarik. Setelah bercerita peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi cerita yang disampaikan. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan menyimak siswa pada pertemuan ini, peneliti memberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan memerintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut. Dokumentasi selama kegiatan pembelajaran pada siklus 1 akan dijelaskan oleh gambar - gambar berikut ini:
Gambar 4.1 Guru menerapkan metode bercerita dan anak-anak aktif menyimak cerita yang disampaikan.
Gambar 4.2 Para Siswa mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) di akhir pertemuan
44
Gambar 4.3 Seorang siswa mengerjakan lembar soal Post Test siklus I
c.
Tahap Pengamatan 1) Observasi Aktivitas Pembelajaran Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan di setiap pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti.
a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 28 April 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Pertama No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Mengatur posisi duduk siswa
√
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
√
3
Penggunaan media pembelajaran
√
C
K
SK
45
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
√
5
Penyampaian alur cerita
√
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
√
7
Intonasi guru dalam bercerita
8
Melibatkan siswa selama bercerita
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
√ √ √
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada beberapa aspek sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek intonasi guru dalam bercerita dan penguasaan guru terhadap siswa yang gaduh perlu ditingkatkan lagi.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Pertama No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
√
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
√
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
√
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
√
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
√
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
√
7
Fokus memperhatikan guru
√
C
K
SK
46
menyampaikan cerita 8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
√
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
√
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama sudah menunjukkan kategori baik.
b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa 29 April 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Kedua No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Mengatur posisi duduk siswa
√
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
√
3
Penggunaan media pembelajaran
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
√
5
Penyampaian alur cerita
√
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
7
Intonasi guru dalam bercerita
√
8
Melibatkan siswa selama bercerita
√
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
√
C
√
√
K
SK
47
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan kedua ini untuk beberapa aspek sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek penggunaan media pembelajaran dan pemunculan tokoh dalam cerita perlu ditingkatkan lagi. Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kedua No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
√
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
√
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
√
7
Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita
√
8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
C
K
SK
√ √ √
√ √
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua ini untuk beberapa aspek sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk kedisiplinan siswa agar tidak gaduh dan keterlibatan siswa dalam penggunaan media masih perlu ditingkatkan lagi.
48
c) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 05 Mei 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Ketiga No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
C
K
SK
√
1
Mengatur posisi duduk siswa
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
3
Penggunaan media pembelajaran
√
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
√
5
Penyampaian alur cerita
√
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
7
Intonasi guru dalam bercerita
√
8
Melibatkan siswa selama bercerita
√
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
√
√
√
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan ketiga ini sudah menunjukkan kategori baik terutama pada aspek penggunaan bahasa dan pemunculan tokoh cerita.
49
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Ketiga No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
√
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
√
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
√
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
√
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
√
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
7
Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita
√
8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
√
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
√
C
K
SK
√
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di atas, pada pertemuan ketiga ini aktivitas belajar siswa sudah menunjukkan kategori baik terutama pada aspek meyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita.
2) Penilaian Pembelajaran Siklus I Penilaian pembelajaran siklus I dilaksanakan untuk mengukur keterampilan menyimak siswa setelah diberikan perlakuan dengan metode bercerita. Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 06 Mei 2014. Pada tes akhir siklus I ini seluruh siswa kelas IIA hadir dengan
50
jumlah 45 siswa. Hasil penilaian pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Pembalajaran Keterampilan Menyimak Siklus I NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
NAMA
Aa Ab Ac Ad Ae Af Ba Ca Da Db Dc Fa Ga Ha Hb Hc Ia Ib Ic Ka La Ma Mb Mc Md Me Mf Mg Mh
Nilai KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Hasil Tes Akhir Siklus I 90 100 95 80 90 80 70 90 70 70 70 80 70 90 80 100 100 70 60 80 60 70 70 80 90 50 100 90 90
51
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Mi Mj Na Nb Nc Nd Pa Ra Rb Rc Sa Sb Sc Ta Wa Ya
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Jumlah Rata-rata
70 90 80 90 70 90 80 80 80 90 100 90 80 80 80 70 3655 81.22
Berdasarkan tabel penilaian pembelajaran keterampilan menyimak siklus I di atas diperoleh rata-rata nilai siswa 81, 22. Selanjutnya akan dijelaskan pada grafik perolehan nilai siswa berikut ini:
Grafik 4.1 Perolehan Nilai Siswa Siklus I
52
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa dari 45 siswa yang mengikuti tes akhir siklus 1 ada 1 orang siswa mendapatkan nilai 50, 2 orang siswa mendapatkan nilai 60, 11 orang siswa mendapatkan nilai 70, 13 orang siswa mendapatkan nilai 80, 12 orang siswa mendapatkan nilai 90, 1 orang siswa mendapatkan nilai 95, dan 5 orang siswa mendapatkan nilai 100.
d. Tahap Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, serta hasil penilaian keterampilan menyimak pada siklus I, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Guru a) belum maksimal dalam menggunakan media pembelajaran. b) belum menerapkan langkah-langkah bercerita dengan baik, terutama penerapan ilmu peran. c) belum maksimal dalam memfokuskan siswa untuk menyimak cerita. d) belum menguasai kelas. 2) Siswa a) belum terlibat dalam penggunaan media pembelajaran. b) belum antusias menyimak cerita yang disampaikan guru. c) belum berkonsentrasi menyimak cerita guru. d) sulit menjawab pertanyaan guru, karena tidak fokus dalam menyimak cerita. Berdasarkan temuan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka peneliti
berencana
melakukan
perbaikan-perbaikan
pada
kegiatan
pembelajaran siklus II. Rencana perbaikan tersebut antara lain: 1) Memaksimalkan penggunaan media pembelajaran. 2) Menerapkan langkah-langkah bercerita dengan baik terutama penerapan ilmu peran. 3) Memfokuskan perhatian siswa dalam menyimak dan membuat siswa terlibat aktif selama kegiatan bercerita.
53
4) Memberikan reward kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 5) Mengatur siswa yang gaduh dan tidak disiplin saat proses pembelajaran.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II Tindakan pembelajaran siklus II merupakan tindakan lanjutan berdasarkan hasil refleksi pada tindakan pembelajaran siklus I. Kegiatan penelitian pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan, setiap pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap tindakan pembelajaran pada siklus II adalah:
a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan instrumen pembelajaran yang dibuat sendiri oleh peneliti, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi ajar berupa cerita anak, membuat LKS (Lembar Kerja Siswa), membuat soal post tes keterampilan menyimak siswa, menyiapkan media pembelajaran, serta menyiapkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan lembar pengamatan aktivitas mengajar guru, dan keperluan lainnya. Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah menceritakan kembali isi dongeng yang didengar melalui metode bercerita dengan beberapa judul cerita “Gagak yang Sombong”, “Keluarga Serigala”, dan “Singa Sang Raja Hutan”. Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah siswa semakin baik dalam menceritakan kembali isi dongeng yang didengar, menjelaskan amanah yang ada dalam dongeng dan mengidentifikasi sikap baik dan buruk berdasarkan dongeng yang didengar.
b. Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan Keempat Pertemuan keempat pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis, 08 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran
54
(2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.20 WIB sampai dengan 09.30 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menceritakan kembali isi dongeng yang didengar dengan judul “Gagak yang Sombong”. Pada pertemuan keempat ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 45 siswa. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sama halnya dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I diawali dengan membuka pelajaran, melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran peneliti menerapkan metode bercerita dengan terlebih dahulu mengatur posisi duduk
siswa,
kemudian
memulai
bercerita
dibantu
dengan
media
pembelajaran. Selama kegiatan bercerita peneliti melibatkan partisipasi aktif siswa, menerapkan ilmu peran dan menggunakan intonasi suara yang menarik. Setelah bercerita peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi cerita yang disampaikan. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan menyimak siswa pada pertemuan ini, peneliti memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan memerintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut.
2) Pertemuan Kelima Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.20 WIB sampai dengan 09.30 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menjelaskan amanah dari dongeng yang didengar dengan judul “Keluarga Serigala”. Pada pertemuan kelima ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 45 siswa. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kelima ini diawali dengan membuka pelajaran, melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran peneliti menerapkan metode bercerita dengan terlebih dahulu mengatur posisi duduk siswa, kemudian memulai bercerita dibantu dengan media pembelajaran. Selama kegiatan bercerita peneliti melibatkan partisipasi aktif siswa, menerapkan ilmu peran dan
55
menggunakan intonasi suara yang menarik. Setelah bercerita peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi cerita yang disampaikan. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan menyimak siswa pada pertemuan ini, peneliti memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan memerintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut.
3) Pertemuan Keenam Pertemuan keenam pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Mei 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 10.20 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi sikap baik dan buruk berdasarkan dongeng yang didengar dengan judul “Singa Sang Raja Hutan”. Pada pertemuan keenam ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 45 siswa. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini diawali dengan membuka pelajaran, melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran peneliti menerapkan metode bercerita dengan terlebih dahulu mengatur posisi duduk siswa, kemudian memulai bercerita dibantu dengan media pembelajaran. Selama kegiatan bercerita peneliti melibatkan partisipasi aktif siswa, menerapkan ilmu peran dan menggunakan intonasi suara yang menarik. Setelah bercerita peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi cerita yang disampaikan. Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengukur keterampilan menyimak siswa pada pertemuan ini, peneliti memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan memerintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut.
56
Gambar 4.4 Siswa antusias dan fokus menyimak guru bercerita
Gambar 4.5 Siswa sedang mengerjakan soal Post Test siklus II
57
c.
Tahap Pengamatan 1) Observasi Aktivitas Pembelajaran Tahap pengamatan pada siklus II ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti.
a)
Pertemuan Keempat Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Kamis, 08 Mei 2014,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Keempat No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Mengatur posisi duduk siswa
√
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
√
3
Penggunaan media pembelajaran
√
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
√
5
Penyampaian alur cerita
√
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
√
7
Intonasi guru dalam bercerita
√
8
Melibatkan siswa selama bercerita
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
√ √
C
K
SK
58
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan keempat dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Terutama untuk aspek melibatkan siswa selama bercerita.
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keempat No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
√
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
√
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
√
7
Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita
√
8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
√
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
√
C
K
SK
√ √ √
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan ini sudah menunjukkan kategori baik terutama pada aspek keterlibatan penggunaan media pembelajaran, dan menyimak alur cerita yang disampaikan guru.
59
b) Pertemuan Kelima Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Senin, 12 Mei 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Kelima No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
C
K
SK
√
1
Mengatur posisi duduk siswa
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
√
3
Penggunaan media pembelajaran
√
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
√
5
Penyampaian alur cerita
√
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
√
7
Intonasi guru dalam bercerita
√
8
Melibatkan siswa selama bercerita
√
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
√
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan ini sudah menunjukkan kategori baik, terutama pada aspek penggunaan bahasa dalam bercerita, penggunaan media pembelajaran, intonasi guru dalam bercerita, dan melibatkan siswa selama bercerita.
60
Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Kelima No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
C
K
SK
√
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
√
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
√
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
√
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
√
7
Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita
√
8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
√
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
√
√
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di atas, pada pertemuan ini aktivitas belajar siswa sudah menunjukkan kategori baik untuk semua aspek yang diamati.
c) Pertemuan Keenam Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Mei 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
61
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Pertemuan Keenam No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
B
C
K
SK
√
1
Mengatur posisi duduk siswa
2
Penggunaan bahasa dalam bercerita
√
3
Penggunaan media pembelajaran
√
4
Menerapkan ilmu peran dalam bercerita
√
5
Penyampaian alur cerita
6
Pemunculan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
√
7
Intonasi guru dalam bercerita
√
8
Melibatkan siswa selama bercerita
√
9
Penguasaan terhadap siswa yang gaduh
√
√
Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan terakhir dalam siklus II ini untuk semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik Tabel 4.13 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pertemuan Keenam No
Aspek yang dinilai
Penilaian SB
1
Duduk sesuai dengan instruksi guru
2
Mendengarkan cerita yang disampaikan guru
3
Terlibat dalam penggunaan media pembelajaran
B √
√ √
C
K
SK
62
4
Antusias menyimak peran guru dalam cerita
√
5
Menyimak alur cerita yang disampaikan guru
√
6
Siswa menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam cerita
√
7
Fokus memperhatikan guru menyampaikan cerita
√
8
Terlibat aktif dalam cerita yang disampaikan guru
√
9
Tidak gaduh selama guru bercerita
√
Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa di atas, pada pertemuan terakhir dalam siklus II ini untuk semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik.
2) Penilaian Pembelajaran Siklus II Penilaian pembelajaran pada siklus II dilakukan untuk mengukur keterampilan menyimak siswa setelah diberikan perlakuan dengan metode bercerita. Tes akhir siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Mei 2014. Pada tes akhir siklus II ini seluruh siswa kelas IIA hadir dengan jumlah 45 siswa. Hasil penilaian pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Hasil Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menyimak Siklus II NO
1 2 3 4 5
NAMA
Aa Ab Ac Ad Ae
Nilai KKM 70 70 70 70 70
Hasil Tes Akhir Siklus II 95 90 100 100 100
63
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Af Ba Ca Da Db Dc Fa Ga Ha Hb Hc Ia Ib Ic Ka La Ma Mb Mc Md Me Mf Mg Mh Mi Mj Na Nb Nc Nd Pa Ra Rb Rc Sa Sb Sc Ta Wa
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
90 85 100 100 90 100 100 100 100 100 95 90 90 95 100 90 85 90 95 90 70 90 80 90 90 100 100 100 100 100 100 100 70 85 100 100 85 100 100
64
45
Ya
70 Jumlah Rata-rata
95 4225 93.89
Berdasarkan tabel hasil penilaian pembelajaran keterampilan menyimak siswa di siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa 93.89. Selanjutnya akan dijelaskan pada grafik perolehan nilai siswa berikut ini:
Grafik 4.2 Perolehan Nilai Siswa
Berdasarkan grafik perolehan nilai siswa di atas dapat dilihat bahwa dari 45 siswa yang mengikuti tes akhir siklus II ada 2 orang siswa mendapat nilai 70, 1 orang siswa mendapat nilai 80, 4 orang siswa mendapat nilai 85, 11 orang siswa mendapat nilai 90, 5 orang siswa mendapat nilai 95, dan 22 orang siswa mendapat nilai 100.
65
d. Tahap Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi guru dan siswa pada siklus II, maka dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran selama siklus II ini sudah berjalan dengan baik, penerapan metode bercerita pada
semua
tahapan
dan
langkah-langkah
pembelajarannya
sudah
dilaksanakan dengan baik. Hasil tes keterampilan menyimak siswa pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil tes akhir siklus II yang menunjukkan semua siswa kelas IIA telah mencapai nilai KKM 70 dengan nilai rata-rata 93,89.
B. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut: 1.
Data Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Selama pelaksanaan pembelajaran peneliti didampingi oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer tersebut diberikan lembar observasi yang berfungsi sebagai alat pengamatan untuk mengetahui dan mengukur keterampilan peneliti sebagai guru yang menerapkan inovasi pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menyimak cerita yang disampaikan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan dalam setiap pertemuan pada siklus I dan siklus II. Indikator ketercapaian keterampilan menyimak siswa dalam penelitian ini adalah apabila lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa selama dua siklus telah menunjukkan kategori baik pada setiap aspek yang diamati.
2.
Data Hasil Penilaian Keterampilan Menyimak Siswa Dari hasil penilaian keterampilan menyimak siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata nilai siswa yang digambarkan dalam tabel sebagai beikut:
66
Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Menyimak Siswa
Tingkat Keterampilan Menyimak Siswa
Hasil Tes Keterampilan Menyimak Siswa Siklus I
Siklus II
Nilai tertinggi
100
100
Nilai terendah
50
70
Rata-rata nilai
81.22
93.89
Indikator ketercapaian keterampilan menyimak siswa dalam penelitian ini adalah jika nilai siswa telah mencapai nilai KKM 70 dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Dilihat dari tabel di atas bahwa rata-rata nilai tes akhir pada siklus I sebsar 81.22 dan rata-rata nilai tes akhir pada siklus II sebsar 93.89 hal tersebut berarti keterampilan menyimak siswa selama dua siklus ini mengalami peningkatan sebesar 12.67.
C. Pembahasan Pada siklus I yang terdiri dari 3 pertemuan diperoleh data hasil observasi
aktivitas
guru
dan
aktivitas
siswa
selama
pembelajaran
berlangsung. Pada pertemuan pertama beberapa aspek aktivitas mengajar guru sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aspek intonasi guru dalam bercerita dan penguasaan guru terhadap siswa yang gaduh perlu ditingkatkan lagi. Sedangkan aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama ini sudah menunjukkan kategori baik. Pada pertemuan kedua aspek aktivitas mengajar guru yang belum mencapai kategori baik adalah aspek penggunaan media pembelajaran dan pemunculan tokoh dalam cerita, sedangkan aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua ini aspek yang belum menunjukkan kategori baik adalah aspek kedisiplinan siswa agar tidak gaduh dan keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran. Selanjutnya pada
67
pertemuan ketiga yang merupakan pertemuan terakhir pada siklus I ini dapat dilihat bahwa aktivitas mengajar guru untuk semua aspek sudah menunjukkan kategori baik. Demikian halnya dengan aktivitas belajar siswa pada semua aspek sudah menunjukkan kategori baik terutama untuk aspek menyimak semua tokoh yang dimunculkan guru dalam bercerita.
Pada akhir siklus I dilakukan tes untuk mengukur keterampilan menyimak siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode bercerita. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 81.22. Dari 45 siswa yang mengikuti tes akhir siklus I terdapat 3 orang siswa yang belum mencapai nilai KKM 70. Hal tersebut berarti masih perlu ditingkatkan lagi proses pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Pada siklus II tindakan pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, selama tindakan pembelajaran siklus II ini diperoleh data hasil observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. Pada pertemuan keempat aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa pada semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik terutama untuk aspek keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran, serta aspek penggunaan media pembelajaran oleh guru. Pada pertemuan kelima, diperoleh data observasi aktivitas mengajar guru sudah menunjukkan kategori baik terutama untuk aspek penggunaan bahasa dalam bercerita, penggunaan media pembelajaran, intonasi guru dalam bercerita, dan melibatkan siswa selama bercerita. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa pada pertemuan ini dapat dilihat bahwa semua aaspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Pada pertemuan keenam yang merupakan pertemuan terakhir dalam tindakan pembelajaran siklus II diperoleh data observasi aktivitas mengajar guru sudah menunjukkan kategori baik untuk semua aspek yang diamati. Demikian halnya untuk data observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan ini pada semua aspek yang diamati juga sudah menunjukkan kategori baik.
68
Selanjutnya, pada akhir siklus II dilakukan tes untuk mengukur peningkatan keterampilan menyimak siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode bercerita. Dari 45 siswa yang mengikuti tes akhir siklus II seluruh diperoleh rata-rata nilai keterampilan menyimak siswa pada siklus II adalah 93.89, jika dibandingkan dengan rata-rata nilai keterampilan menyimak siswa pada siklus I sebesar 81.22 maka pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 12.67. Hal tersebut berarti tindakan penelitian berhenti di siklus II, karena tindakan pembelajaran pada siklus II berhasil meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil tindakan sikuls I dan siklus II, disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan menyimak siswa melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas IIA SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan data dari hasil observasi pembelajaran guru dan siswa yang sudah sesuai dengan langkah-langkah metode bercerita dan pada semua aspek pengamatan menunjukkan kategori baik. Data dari hasil tes akhir siklus menunjukkan peningkatan, pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar sebesar 81,22 dan pada siklus II meningkat 12,67 sehingga rata-rata nilai hasil belajar mencapai 93,89.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi sekolah, metode bercerita ini merupakan salah satu metode yang dapat menjadi rujukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indoneisa. 2. Bagi guru, metode bercerita sebagai sumber referensi dalam upaya memperbaiki dan menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan khususnya dalam pembelajaran keterampilan menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 3. Bagi siswa, dengan metode bercerita ini siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi
dalam
kegiatan
pembelajaran,
siswa
berani
dalam
mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan, serta mudah memahami materi pelajaran khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
69
DAFTAR PUSTAKA Alfin, Jauharoti dkk. Bahasa Indonesia 1. Surabaya: Learning Assistance Program For Islamic Schools PGMI, 2008. Arifin, Bustanul, dkk. Menyimak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Cahyani, Isah. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012. Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: UPI Press, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Fachrurazi, A. Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik Usia Dini. Jurnal pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Suarabaya, 2009. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2011. Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Kusuma, Wijayah dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks, 2010. Majid, Abdul Aziz Abdul. Memdidik dengan Cerita. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisisus Anggota IKAPI, 1992. Resmini, Novi dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press, 2007. Saddhono, Kundharu dan St. Y Slamet. Meningkatkan keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati, 2012. Sihabudin, dkk. Bahasa Indonesia 2 Edisi Pertama. Jakarta: Learning Assistance Program for Islamic Schools PGMI, 2009. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. 70
Subana, dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2011. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Sudiyono, dkk. Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi. Malang: UIN Malang Press, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013. Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.V, 2010. Tarigan, Djago. Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa 1-12, Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. XVII. 2005. Tarigan, Henry Guntur. Menyimak Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1986. Uno, Hamzah B. Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
71
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2
: Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 3
: Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4
: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 5
: Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Lampiran 6
: Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 7
: Instrumen Soal Post Test Siklus I
Lampiran 8
: Instrumen Soal Post Test Siklus II
Lampiran 9
: Lembar Jawaban Siswa pada Soal Post Test Siklus I
Lampiran 10 : LembarJawaban Siswa pada Soal Post Test Siklus II Lampiran 11 : Foto-foto Kegiatan Penelitian Lampiran 12 : Lembar Uji Referensi Lampiran 13 : Profil Sekolah Lampiran 14 : Biografi Penulis
72
BIOGRAFI PENULIS Nur Azizah, lahir di Beringin Kencana, 30 Mei 1992. Merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Tawakal, S.Pd.I dan Sumiyati, S.Pd.I, yang beralamatkan di Jalan Merdeka Barat No. 08 Beringin Kencana, Candipuro,
Lampung
Selatan,
Lampung.
Penulis memiliki dua orang adik yang bernama Muhammad Shofyan Nawawi dan Yahya
Muhaimin.
Penulis
memulai
Pendidikan di MI Miftahul Ulum Beringin Kencana pada tahun 1998 dan selesai pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan ke MTs Miftahul Ulum Beringin Kencana lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya ke MAN 1 (MODEL) Bandar Lampung dan lulus tepat waktu pada tahun 2010. Tamat dari MAN penulis mendaftarkan diri untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada tahun 2010, melalui jalur PMDK penulis berhasil lulus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Proses belajar mengajar di kelas harus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Melalui skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Metode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014” di bawah bimbingan Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd.. Penulis berupaya mengembangkan metode pembelajaran yang ada menjadi menarik dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran inti di setiap jenjang pendidikan. Semoga bermanfaat, Aamiin…..
'l
LEMBAR U.R REFERENSI Nama
Nur Azizah
NIM
1110018300006
Jurusan
PendidikanGuru MadrasahIbtidaiyah
Judul Skripsi
PeningkatanKeterampilanMenyimak Melalui PenerapanMetode Bercerita pada Siswa Kelas II SDN PamulangPermai Tangerang SelatanTahunPelajaran2013/2014
Pembimbing : Dindin Ridwanudin,M.Pd.
Fachrurazi, A. Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan KemampuanBerbahasadan Karakter Peserta Didik Usia Dini. Jurnal pendidikan Universitas PGN Adi BuanaSuarabaya,2009. Syah,Muhibin. Psikologi Pendidikan denganPendekatanBaru. Bandung: Cet.V,2010. RemajaRosdakarya, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa
Edisi
Keempat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Tarigan, Henry Guntur. Menyimak Sebagai
suatu
Keterampilan
$
Bertahasa.Bandung:Angkasa,I 986.
4.
2
9
9
Tarigan, Henry Guntur. MenYimak
t2
l1
Sebagai
\4,15,
t2
Berbahasa.Bandung:Angkasa,1986.
suatu
KeteramPilan
t6, l7
5.
13
3 0 ,3 2
18
46
23
Fachrurazi, A. PeneraPanMetode
50
25
Bercerita dalam Mengembangkan KemampuanBerbahasadan Karakter Peserta Didik Usia Dini. Jurnal pendidikan Universitas PGRI Adi BuanaSuarabaya,2009.
6
4,5
8
Tarigan, Djago.
Materi
Pokok
PendidikanKeterampilanBerbahasa I-12, Jakarta:UniversitasTerbuka, Cet.XVII. 2005.
7.
6
IJ
Jauharoti
dkk.
Bahasa
8
Alfin.
9
Indonesia 1. SurabaYa: Learning
1l
Assistance Program For Islamic SchoolsPGMI,2008.
8.
8
9
1 {
Resmini, Novi dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press, 2007.
9.
l0
10
Saddhono, Kundharu dan St. Y
18
t3
Slamet. Meningkatkan keterampilan
t4
Berbahasa Indonesia.
t6
Karya PutraDarwati, 2012.
19,20,21 25,26
Bandung:
T
,l
29
l7
11
10
22
I4
27
t7
31
l8
42
22
23
15
, l
10.
u
2
Arifin, Bustanul, dkk. Menyimak. Jakarta:UniversitasTerbuka.2007.
Cahyani,Isah. Pembelajaran Bahasa Direktorat
Indonesia.
Jakarta:
Jenderal
Pendidikan
Islam
AgamaRI, 2012. Kementerian
t2.
24
l5
39
2l
Iskandarwassid
22
13.
28
t7
Dadang
1
Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa.
41
dan
Bandung:
Remaja
Cet.III, 2011. Rosdakarya, Cahyani,
Isah
dan
Hodijah.
KemampuanBerbahasaIndonesiadi UPI Press,2007. SD.Bandung: 14,
JJ
t9
Subana,dan Sunarti.StrategiBelajar Mengajar
B.ahasa
Indonesia.
Bandung:PustakaSetia,2011.
15.
34
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung:
Remaja
1 'D \_4
Rosdakarya,20Il. \
t6.
35
Uno,
Hamzah B.
Perencanaan
pembelajaran. I akarta:Bumi Aksara, 20t1.
f
I
,'
36
t7"
18.
2
38
20
44
23
37
20
Strategi
Sudilono,
dkk.
Pembelajaran
Partisipatori
di
Perguruan Tinggi. Malang: UIN MalangPress,2006. Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelaiaran. 2011 Bogor:GhaliaIndonesia,
40
t9 .
21
Budinuryanta, dkk.
Pengajaran
Keterampilan Berbahasa. Jakarta: UniversitasTerbuka,2008.
20.
43
22
48
24
1 I I
0f
I
Majid, Abdul Aziz Abdul. Memdidik denganCerita. Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2002.
49
2t.
45
23
Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra.
Yogyakarta:
Kanisisus
AnggotaIKAPI, 1992.
22.
47
24
Sihabudin,dkk. BahasaIndonesia2 Edisi Pertama. Jakarta: Leaming Assistance Program for
Islamic
SchoolsPGMI,2009.
^0 Y \
23.
a J
t
29
Kunandar.
Penelitian
Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008.
24.
2
30
Kusuma, Dwitagama.
Wijayah Mengenal
dan
-t
Dcdi
Penelitian
Tindakan Kelas Edisi Kedua. Jakarta:
{
'.?lr
PT Ihdeks,2010. Arikunto, Suharsimi,dl
Jakarta; Bumi
Aksara,2008. Sugiyono. Kuantitatif
Metode Kualitatif
Penelitian dan R&D.
Bandung:PenerbitAlfabeta,2013. Sudijono, Anas. Pengontar Statistik Pendidikan Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
t:
/
AGAMA TEMCTqTCRIAN
UINJAKARTA FITK gS JI.lr, H. JRNa No
FORM(FR)
CiNEtlSll2ldonesia
NELITIAN
AS9'l2014 -31 Nomor: Un.01/F.1/KM.01 Lamp. : OutlinerProPosal : Permohonanlzin Penelitian Hal
Jakarta,2l APril2O14
KepadaYth. Kepala SDN PamulangPermai di Tempat alaikumwr.wb. Assalamu' Denganhormatkamisampaikanbahwa, Nama
Nur Azizah
NIM
1110018300006 PendidikanGuru Madrasahlbtidaiyah
Jurusan
Vlll(Delapan) MenyimakMelaluiMetodeBercerita JudulSkripsi PeningkatanKeterampilan padaSiswaKelasll SDN PamulangPermai KeguruanulN Jakarta adalahbenar mahasiswaliFakultasllmu Tarbiyahdan penelitian(riset) di yang sedang r"nyr"un sfripsi, dan akan m'engadakan yang Saudarapimpin' instinsi/sekolah/madrasah Semester
UntukitukamimohonSaudaradapatmengizinkanmahasiswatersebut penelitianciimaksud. melaksanakan Atas perhatiandan kerjasama saudara,kami ucapkanterimakasih' alaikum wr.wbWassalamu' a.n.Dekan KajurPGMI
Qq.J.IL,
Dr. Fauzin, MA. 2007011013 NIP:.1975l!i:1,07 Tembusan: 1. DekanFITK 2. PembantuDekanBidangAkademik 3. MahasiswaYangbersangkutan
. ;','
,/
PEMERINTAHKOTATANGERANGSELATAN DINASPENDIDIKAN KECAMATANPAMULANG UPT PENDIDIKAN
SEKOLAHDASARNEGERIPAMULANGPERMAI pannlargPennait g&n€ Farndag FennaiTeb : (021)7a9856 Alamat: Konrplek Email:
[email protected]
PENETITIAN SURATKETERANGAN Nomorz421.2I OSs I SD.PP I lKl 2OL4
Pamulang Kota PermaiKecamatan Yangbertanda tangandi bawahini KepalaSDNPamulang bahwa: Bantenmenerangkan Tangerang SelatanPropinsi Nama
NURAZIZAH
NIM
1_110018300006
Tempat/Tanggal Lahir
30 Mei 1992 BeringinKencana,
Jurusan
lbtidaiyah GuruMadrasah Pendidikan
Kelas(PTK), dalamrangka Tindakan Penelitian adalahbenarnamatersebutdiatasTelahmelaksanakan MenyimakMelaluiPenerapan Keterampilan menyelesaikan skripsidenganjudulPeningkatan Metode BerceritaPadaSiswaKelasll SDNPamulangPermai. mestinya. sebagaimana inidibuat,agardapatdimakluml Demikian suratketerangan
,l
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM(FRl
Jl- lr. H- Jnn&a t'lo 95 Ciurtat 154.12Indarcsia
No.Dokumen : Tgl.Terbit : No. Revisi: Hal
:
FITK-FR-AKD-085 1 Maret201O 01 t
PERMOHONAN SURATBIMBINGANSKRIPSI Nornor Lampiran Perihal
Jakarta"10 Februari 2014
: Istimewa : Satu berkasProposal : Bimbingan Skripsi Kepada Yth. Ka. SubbagAkademik & Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Tempat
Assalamu'alaikum wr. wb. Yang bertanda tangan di bawah ini Nama NIM Jurusan/Prodi Semester
Nur Azizah 1I 10018300006 PenddikanGuru|ladrasahIbtidaiyah(PGMI) VIII A
Dengan ini mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi, sebagai salah satu syarat menyelesaikanprogram S-1 (Strata 1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Adapunjudul skripsi yang diajukanadalah: ..PE,NINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA PADA SISWA KELAS IIA SDN PAMULANG PERMAI" Dcsen Pembimbing - Skripsi yang diust{kan:
pembimbingr '^Di,^6-r,tfi?$0wrA\,^ PembimbinsII
:
Sebagaibahanpertimbangansayalampirkan proposal. Demikian permohonanini sayasampaikan,atasperhatiannyadiucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Mengetahui, Ketua.Iurusan \1. ."j;'".tt r.j l.i. ii:
lDtr'Faqranl,uA iiNilP": fqt6tiozzoozottot:
\
J;"iit:ti'' '"
.h
\.,p
,
'';'' i.r,
Tembusan:'-'pc;;:p1e."1 "' l. DosenPenaleHbt Akademik
Nur NIM.
110018300006
IJ
@ L-u!!!j lrla-l
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen :
FoRM(FR)
FITK-FR-AKD-O81
Tgl.Terbit
:
'l Maret20'10
No. Revisi:
:
01
Jl. k. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412lndonesia
SURATBIMBINGANSKRIPSI Nomor: Un.0llF.llKM .At3t.Lg\t..8.. Lamp. :........ Hal : BimbinganSkripsi
Jakarta,l8 Februari2014
KepadaYth. Dindin Ridwanudin,M.Pd. PembimbingSkripsi FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif I{idayatullah Jakarta. Assalamu'alaikumwr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I . (materi/teknis)penulisanskripsi mahasiswa: Nama
Nur Azizah
NIM
I 110018300006
Jurusan
PendidikanGuru MadrasahIbtidaiyah
Semester
8 (Delapan)
Judul Skripsi "PeningkatanKeterampilanMenyimak Melalui MetodeBerceritaPadaSiswaKelas IIA SDN PamulangPermai" Judul tersebut telah disefujui oleh Jurusan yang bersangkutanpada tanggal 13 Februari 2014 , abstraksi/outlineterlampir. Saudaradapat melakukan perubahoni"dukrional pada judul. tersebul Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembim^bing menghubungiJurusanterlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam wakfu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama6 (enam) bulan berikutnya tanpa suratperpanjangan. Atas perhatiandan kerja samaSaudara,kami ucapkanterima kasih. Vlassal amu' qlaikum wr.wb.
a.n.Dekan K.eJqpJurusanPGMI
Tembusan: l. DekanFITK 2. Mahasiswaybs.
fr
NqSTRI'.]MEN SOA{ POST'[EST SItrZ],UStr
,{ Nama
: Dcrra
Kelas
: t_'t
Berdasarkan dongeng uKura-kura Diterbangkan Burung" yang pernah kalian dengar,jawahlah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini ! I
1. Siapakahtokoh utamadalamdongeng"Kura-kura DiterbangkanBurung" adalah.. 9u [e.ag .4.qn..yruF.cL-t^Dr-O
,,-/5""ekor
burungdankura-kura berbincang-bincang di tepik+rin5... .....
3. Ada berapabanyakhewandalamdongengtersebut.higc... ,.(6"*
uHapasajakahitu. . .b u.tu.ng., . . Kur4. ;. !.rus.q
,.6ong"ng
kura-kuratersebutterjadipadamusim.gsfbg
6. Burung terbangmembawakura-kurauntuk mencari..oiq Dimankah banyakorangheranmelihat kura-tura bisa terbang..glgiba-iu.q.
,,.T
8. Mengapakura-kurabisaterjatuh.di . .9d.. . P.cruratanq. .. 9err..rcai v ,tt
/9.
Apa pesanburungkepadakura-kura. .g'rg,rtzrm. . jongo"n. . .gafi?si..res.rgrpes
10.Akibat kura-kuratidak mendengarkan pesanburungmakakura-kurartloCr
t
;rr
INSTRTIMENSOAil POSTTEST SIKLUS 2 Nama
,ShU9)til Sq ['f tgk t
Kelas
z2h
| :5€ll (l') - \?--nld' Hari,Tengga
z}lq
Berdasarkan dongeng oSinga SangRaia Hfiano yang pernnh halian dengar, jawablah pefianyannqertanyaan dibawah ini! *Singa SangRaja Hutan"? 1 . Bagaimanakahsikap singadalam dongeng
.9.{Ihoss Mengapahewan lain tidak mau menjenguksinga?
.\Lr,tten0..$.\.8.({.!..eruLL....r..ow.wtg. Bagaimanaka! sikapkeradalamdongengitu?
........ .r.h!dc(U...tpfi.yrl.nL. .brrtu. .nptt ).r5rlfi0t..$en0l0n9. Mengapakita tidak boleh bersifatjahat sepertisinga?
S.s,ndr.ri.r.t\.ds.l{..A.i.ierg.4U..olrh...t[efpt..r].l* r{rqqh
lrw v
Bagaimanakita harusbersikapkepadatemanyang sombong?
.htk..i.t19d...........
6. Sebutkansifat-sifat singa!
.6p.rul.ho.n9................. ". u.Sttl l(.
7. Apakah sifat singabaik arauburuk? Bwtlah gambor serytm jika sifat singa baik, dan gambor cemberutjika sifat singa buruk!
Sebutkansifat-sifat kera!
yi.t L g.u.t/'q.. s.ap.w.f.w..... b. .hflrl{....hertt.............. 9. Apakah sifat kera baik atau buruk? Buatlah gambar senyumjika sifot singa baik, don gambar cemberutjika sifat singa btmrk!