PLPBK 1
(RTPLP) RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK METRO 2015) FOKUS PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN KORUMBA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA
1
3.2 GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.2.2 Luas wilayah berdasarkan Wilayah RW
3.2.1 Gambaran Umum Wilayah Kelurahan korumba Secara pemerintahan di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga kota kendari berada ditengah-tengah pusat kota kendari yang juga merupakan sentral kegiatan ekonomi
disamping
tentunya
kegiatan
pemerintahan,
permukiman,
pendidikan,
perkantoran, pertokoan dan fasilitas umum lainnya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sarana-sarana tersebut terletak dikelurahan korumba. Secara administrasi kelurahan korumba terdiri dari 10 Rw dan 27 Rt dengan komposisi masyarakat yang heterogen dengan mata pencaharian sebagai pns, tni, polri, wiraswasta, buruh pabrik, jasa, pedagang dan pensiunan. Letak kelurahan korumba berbatasan dengan : 1. Sebelah utara
: Berbatasan dengan kelurahan Lahundape dan Kemaraya
Kecamatan kendari barat 2. Sebelah Selatan
: Berbatasan Dengan Kelurahan Bende Kecamatan Kadia
3. Sebalah Barat
: Berbatasan Dengan Kelurahan Mandonga
4. Sebalah Timur
: Berbatasan Dengan Kelurahan Lalolara Kecamatan Kambu
Nama
Luas
Luas
RW
(M²)
(Ha)
1.
RW. 01
680.227
68.023
2.
RW. 02
905.849
90.585
3.
RW. 03
112.590
11.259
4.
RW. 04
145.950
14.595
5.
RW. 05
237.073
23.707
6.
RW. 06
220.071
22.007
7.
RW. 07
127.444
12.744
8.
RW. 08
65.765
6.577
9.
RW. 09
76.435
7.644
10.
RW. 10
90.386
9.039
No
Tabel 3.2-2. Luas wilayah berdasarkan RW
3.2.3 Pembagian Wilayah
Untuk luas keseluruhan, Kelurahan Korumba mempunyai luas wilayah ± 266.179 H Nama
Jumlah
RW
RT
1.
RW. 01
4
2.
RW. 02
3
3.
RW. 03
3
4.
RW. 04
2
5.
RW. 05
3
6.
RW. 06
2
7.
RW. 07
3
8.
RW. 08
2
9.
RW. 09
2
10.
RW. 10
3
No
KAWASAN PRIORITAS
Gambar 3.2.1 Peta batas Kelurahan korumba
Tabel 3.2-3 pembagian jumlah RT dalam lingkungan RW
2
Sarana dan Prasarana yang ada di kelurahan korumba
Sarana Pendidikan No
Sekolah
Negeri
Swasta
Bank
:
12
1.
SD
3
1
Hotel
:
38
2.
SMP / MTs
-
-
Mall
:
1
3.
SMA / SMK
-
-
Pasar
:
2
4.
AK / PT
-
2
SPBU
:
2
Toko / Kios
:
677
Swalayan
:
1
No
Koperasi
:
5
1.
Masjid
8
BUMD/BLUD
:
1
2.
Gereja
2
BPR
:
2
3.
Klenteng
-
Penggadaian
:
3
4.
Kuil / Pura
-
Bioskop
:
1
Tempat Karaoke
:
3
3.4
THR
:
4
3.4.1 Batas dan Luas Kawasan
Sarana Kesehatan
Sarana Ibadah Sarana
Jumlah
Gambaran Umum Lokasi Prioritas
Lokasi kawasan prioritas terletak di wilayah RT21 (RW-08), RT23, (RW-09) dan RT
Rumah Sakit
:
1
Apotik
:
6
24 (RW-10) Kelurahan Korumba, Kecamatan mandonga, Kota Kendari, Provinsi Sulawesii Tenggara dengan luas ± 37.343 M²
Posyandu
Posyandu-Balita
:
7
Posyandu-Lansia :
1
Sarana Publik
MTQ
:
1
Sarana Media dan Elektronik
Media Elektronik
:
1
Media Cetak
:
4
Sumber :
[email protected]
Gambar 3.4-1 Batas Kawasan
9
Sebaran Permukiman Kumuh Kawasan Prioritas
Gambar 3.4.2. Peta Permukiman Kumuh Kawasan Prioritas Kel. Korumba (Sumber : Pemetaan Swadaya)
10
Seperti terlihat pada tabel perbandingan jumlah penduduk sebagai berikut :
luas area
Jumlah No.
20000
Uraian
RT
RW
KK
27
10
3
3
(RT21, 23, 24)
(8,9, 10)
Jiwa Lk
Pr
3.346
6.235
6.790
13.025
147
323
296
619
LUAS M2
15000 10000
1.
Kel. Korumba (keseluruhan)
2.
Khusus Kawasan Prioritas
5000 0 LUAS AREA RT
1
2
3
6129 21
17352 23
13862 24
Gravik 3.4-1 Luas area kawasan prioritas berdasarkan luasan RT (Sumber : pemetaan swadaya)
Dari grafik terlihat bahwa RT 21 adalah kawasan yang memiliki luas wilayah paling kecil 2
2
6212 m , disusul RT 24 dengan luas 13.862 m
dan RT terluas adalah RT-23 dengan luas
Total jiwa
Tabel 3.5-1 perbandingan jumlah penduduk kawasan prioritas (Sumber : pemetaan swadaya)
Berikut adalah grafik perbandingan jumlah jiwa masing-masing RT berdasarkan hasil surveii Pemetaan Swadaya yaitu sebagai berikut :
2
17.352 M .
Adapun 4 karakteristik kawasan yang ada pada kawasan prioritas kelurahan korumba adalah : 1. Kondisi rawan lingkungan fisik, yaitu : rawan banjir, kebakaran, sarana prasarana kurang memadai, sanitasi lingkungan buruk, tidak ada ruang terbuka, perumahan
200
Persentase jumlah penduduk per-RT
150 100
18% RT.23 RT.24
50 0
padat dan kurang layak huni.
RT.23
RT.24
RT.21
2. Kondisi ekonomi rendah, dimana penduduknya berpenghasilan rendah
Laki-laki
168
96
59
3. Kondisi sosial rendah, dimana tingkat pendidikan rendah dan tingkat kesehatan
Perempuan
151
98
47
rendah. 4. Aspek hukum, dimana terdapat hunian yang tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lingkungan permukiman kumuh prioritas berdasarkan lokasi dapat digolongkan
Grafik 3.5.1 Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan berdasarkan RT
kelurahan korumba masuk dikategori kumuh pusat kota . 3.5
ASPEK DEMOGRAFI Jumlah penduduk kawasan prioritas kelurahan Korumba adalah 619 jiwa, yang terdiri atas 323 laki-laki dan 296 perempuan. Dengan Jumlah kk 147 jiwa, untuk RT yang memiliki jumlah penduduk terbanyak berada di RT 23 dengan jumlah 319 jiwa , sedangkan RT yang memiliki penduduk paling sedikit adalah RT 21 dengan jumlah 106 jiwa.
52%
RT.21
Gambar 3.5.2 persentase perbandingan
Dibawah adalah grafik jumlah perbandingan jumlah kk berdasarkan batasan RT adalah sebagai berikut :
kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi, kumuh pusat kota, kumuh pinggiran kota, kumuh daerah rawan bencana, kumuh tepian sungai dan danau. Untuk kawasan prioritas
30%
JUMLAH KK PER-RT
80 70 60 50 40 30 20 10 0 JUMLAH KK
RT.23
RT.24
RT.21
74
45
28
Grafik 3.5.2 Grafik perbandingan KK berdasarkan RT (Sumber : pemetaan swadaya)
11
3.6
KONDISI SUNGAI Untuk area sempadan kali pada kawasan terdapat tanggul ,saat ini area sisi sempadan kali kini sudah beralih fungsi menjadi kawasan permukiman warga. Semakincepatnya pertumbuhan penduduk serta semakin tingginya kebutuhan akan tempat tinggal sehingga membawa dampak menurunnya fungsi sempadan sungai yang berakibat pada pengurangan kapasitas resapan air hujan yang berakibat luapan air hujan dari penampungnya. Pelanggaran ini juga Tampak salah satu prasana Jembatan penyebrangan antara RT22 dengan RT.23. tampak Kondisi railing jembatan sudah rusak. Hal ini memberi rasa tidak aman bagi warga.
menyebabkan sulitnya kontrol dan pengerukan terhadap kali, serta memperburuk dampak banjir yang selalu terjadi saat musim hujan datang.
Tampak pada gambar kondisi bangunan disisi kali yang hanya berjarak ± 90 cm dari tanggul kali mandonga.
Kondisi lingkungan kumuh pada sempadan kali mandonga. Merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir dimana semakin berkurangnya daerah resapan air.
Prasarana Jembatan penyebrangan antara RT22 dengan RT.23 yang merupakan akses utama warga keluar masuk kawasan.
Gambar 3.6.1 Peta Eksisting Daerah Aliran Sungai (Das) 2.9
(Sumber Pemetaan swadya) POTENSI TAPAK
12
3.7
PRASARANA DAN UTILITAS
3.7.1 Jarigan Air Bersih Air (minum) merupakan kebutuhan dasar, bahkan PBB telah menetapkan air minum sebagai hak asasi. Namun pada kenyataannya masih banyak warga yang belum terlayani kebutuhan air minumnya. Untuk keburtuhan air bersih
domestik, warga di
kawasan prioritas dominan menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM. Namun ada beberapa hunian yang menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur bor. Namun yang menjadi masalah saat
ini perlu menambahkan sarana perpipaan dan
meningkatkan kualitas air bersih karena berdasarkan data survei beberapa jalur perpipaan tidak memenuhi syarat sehingga perlu untuk lebih memperhatikan kesehatan lingkungan, menjaga agar sumber air tidak tercampur dengan sumur warga dan area yang mengalami kesulitan air bersih
melakukan pengolahan agar air minum dapat memenuhi syarat. Kondisi Dan Permasalahan jaringan air bersih di kawasan prioritas : 1. Pipa air PDAM yang tidak teratur berada di saluran air drainase pembuangan limbah sehingga menggangu aliran air yang melewati saluran 2. Jaringan pipa yang berada diatas permukaan tanah di tengah pemukiman padat yang sangat mengganggu aktifitas kendaraan roda 2 dan para pejalan kaki. 3. Jaringan pipa yang berada bantaran kali mandonga menempel pada badan tanggul . dengan kondisi pipa tidak teratur/semrawut. 4. Kondisi topografi kawasan yang memiliki ketinggnya 30m diatas permukaan laut mempengaruhi kecepatan air naik diatas kawasan 5. Kondisi umur pipa yang sudah usang sehingga mempengaruhi dimensi pipa dan juga berakibat kebocoran sehingga berdampak pada kecepatan arus air. 6. Pengguna air bersih yang berasal dari sumur bor MCK komunal di RT 23 mengalami kesulitan air bersih di karenakan jumlah pemakai air berlebihan ditambah lagi hunian menggunakan mesin pompa pada tiap rumah sehingga memerlukan sistem pengontrolan secara berkala agar setiap hunian terbagi secara merata 7. Warga yang berada di daerah bawah puncak mengeluhakan kesulitan air bersih sehingga menginginkan di buatkannya air bersih tambahan yakni sumur bor 8. Pada kawasan RT 24 mengalami kesulitan air bersih. Sumber air yang di gunakan adalah air besih PDAM, sehingga perlu mendapatakan perhatian agar kebutuhan akan air bersih dapat terpenuhi.
Gambar 3.7-1 : Peta area kawasan kesulitan air bersih
3.7.1.1 Penanganan Jaringan Air Bersih 1. Menata kembali Jaringan pipa yang masih melintas diatas permukaan tanah agar ditanam dibawah muka tanah (under ground). Kegiatan ini agar dilakukan secara bergotong royong karena merupakan tanggung jawab kita bersama 2. Untuk jangka panjang dapat dilakukan perbaikan atau pergantian aksesoris dimensi pipa dengan tujuan bisa mempengaruhi laju aliran air ke area puncak kawasan. 3. Perbaikan sistem pengelolaan disitribusi air secara bergilir sumur bor pada RT 23 4. Pengaturan sistem pipa yang berada di badan tanggul sungai agar tertata rapih 5. Pembuatan tandon air dari beton kapasitas ± 5000 L dengan ketinggian sedang di RT.24 6. Sistem pengaliran air secara bergilir sehingga distribusi air dapat terbagi secara merata. Ini memerlukan kerja sama yang baik dari segenap warga 7. Perilaku masyarakat untuk berhemat dalam pemakaian air perlu juga ditekankan.
17
3.7.2 Jaringan Air Limbah
2. Karena pembuatan saluran bisa berupa pipa buis beton, maka harus dijaga
Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Karakteristik air limbah pada kawasan prioritas adalah air limbah domestik yaitu air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. (Permen No.5 tahun 2014)
jangan
sampai
disumbat
oleh
sampah
sehingga
untuk
itu
lubang-lubang
harus cukup besar dan da lam. 3. Saluran pembuangan di kanan kiri jalan ini harus cukup dalam, minimum 0,75 – 1.00m dengan lebar (garis tengah) minimum 0,75 – 1,5 m. 3.7.2.1 Penanganan jaringan air limbah
Kondisi dan permasalahan drainase kawasan prioritas : 1. Sistem drainase saluran air limbah yang tidak terpadu. limbah yang berasal dari
Perbaikan dan normalisasi saluran drainase, serta mengembalikan fungsi drainase yang
rumah tangga yang seharusnya dialirkan sampai ke drainase primer yang
sesungguhnya dengan cara :
selanjutnya di teruskan ke sungai tidak tercapai.
1. Teknis
2. Pada area puncak RT. 24 sistem drainase kuarter (saluran limbah rumah tangga) atau saluran yang mengalikan limbah domestik rumah tangga, yang di salurkan ke drainase tersier tidak berjalan dengan baik disebabkan saluran yang ada hanya berupa galian tanah maupun saluran alami tanpa struktur pasangan batu/plesteran
a. Membuat skema aliran air limbah pada kawasan, sehingga aliran air dapat mengalir dengan baik sehingga tidak adanya genangan pada saluran. b. Pada struktur drainase yang kondisinya rusak, baik berat, sedang ataupun ringan dapat dilakukan upaya perbaikan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik
semen. 3. Sebagian drainase tersier dalam kawasan tidak berfungsi dengan baik karena
c. Peningkatan Kualitas Drainase dengan melakukan pengerukan pada drainase yang penuh dengan sampah dan timbunan tanah akibat banjir sehingga
tumpukan sampah dan timbunan material bangunan. 4. Menurunnya perhatian masyarakat khususnya mengenai operasi dan pemeliharaan drainase sebagai dampak dari pola pikir dan kesadaran masyarakat yang masih
fungsinya sebagai saluran air hujan, untuk mengatasi debit air hujan yang berlebihan dapat kembali seperti semula dan tidak lagi terjadi banjir. d. Penambahan untuk pengadaan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai
rendah akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. 5. Terdapatnya pipa air bersih pada saluran drainase sehingga menghambat laju air dalam saluran dan juga bisa menjadi tempat tersangkutnya sampah pada saluran. 6. Tidak adanya saluran drainase pada kawasan RT 23 yang berada di area sempadan
resapan air hujan, khususnya di perkotaan. e. Membuat bak kontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak terjadi endapan f. Membuat saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan
kali. 7. Saluran tidak tepat posisinya, terlalu tinggi dan sering tersumbat oleh pasir/tanah dan sampah sehingga limpasan air hujan tidak bisa/kurang lancar masuk ke sistem
2. Non teknis a. Evaluasi dan monitoring dalam manajemen sistem drainase. Ini dilakukan mulai dari perencanaan, tahap kegiatan pembangunan sampai tahap pemeliharaan.
saluran drainase yang ada.
b. Mengadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran tidak membuang sampah Adapun syarat-syarat pengadaan/pembuatan selokan/parit adalah :
pada saluran air serta pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar
1. Pengadaan/pembuatan parit harus lebih rendah dari badan jalan, agar air dapat
aturan,
mengalir dengan lancar ke arah samping kanan kiri jalan, untuk ditampung dan dialirkan melalui gorong-gorong menuju ke sungai.
selanjutnya
terutama
membuang
sampah
sembarangan,
agar
masyarakat
mengetahui pentingnya manfaat saluran drainase c. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan, terutama membuang sampah sembarangan, agar masyarakat mengetahui pentingnya manfaat saluran drainase
18
3.7.3 Persampahan
7. Bila kepadatan lalat di sekitar sampah
Masalah yang terjadi di lapangan, terutama masyarakat yang masih membuang sampah di mana saja dan sering pula di sungai yang mengalir dalam kota. Sehingga
melebihi 20 ekor per blok grill, perlu
dilakukan pemberantasan dan perbaikan pengelolaan sampah. 3.73.1 Konsep Penanganan :
wajar saja sungai didalam kota serta tempat ditengah pemukiman menimbulkan bau tak
Beberapa alternatif pengolahan sampah pada kawasan :
sedap. Itu baru kekeliruan proses pembuangannya karena belum adanya kesadaran dan
1. Upaya untuk mengurangi volume sampah yang ada di kawasan saat ini :
kejelasan pengaturannya, belum lagi kelemahan dari proses pengolahannya.
a. Bila dilakukan pembakaran, asap dan debu yang dihasilkan tidak mengganggu
Adapun beberapa indikasi penyebab terjadinya masalah persampahan di kawasan
dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya dengan pertimbangan
adalah :
harus memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan.
1. Kurangnya kesadaran dari warga prioritas akan pentingnya kebersihan lingkungan 2. Sistem pengumpulan dan pembuangan sampah dan pengangkutan sampah yang sudah ada tidak efektif
b. Bila
sampah
yang
dihasilkan
ditimbun
atau ditanam
pada
lubang
galian tanah, jaraknya terhadap sumur atau sumber air bersih terdekat minimal 10 m
3. Letak geografis sebagian kawasan berada di ketinggian ± 30 m sehingga akses penyaluran sampah ke luar kawasan tidak berlangsung dengan baik 4. Jumlah produksi sampah yang sangat tinggi pada area puncak kawasan ini di tunjang dengan semakin tingginya pertumbuhan penduduk kawasan.
2. Mengolah sampah menjadi pupuk organik dengan metode khusus pengolahan sampah dengan menggunakan pempres bekas yang masih basah yang kemudian di tempatkan pada sebuah wadah tertutup yang telah terisi sampah sisa makanan atau sampah daur ulang. Hasil pengolahan di gunakan kembali sebagai pupuk tanaman.
5. Faktor musim atau iklim akan mempengaruhi jumlah produksi sampah terutama
3. Mendaur ulang sampah menjadi peralatan / barang yang lebih berguna sebagai
sampah pada area sungai kali mandonga disebabkan sampah bawaan dari hulu
contoh, pecahan kaca/gelas, besi, plastik, kertas, karton dan Iain-lain yang masih
sungai.
mempunyai nilai ekonomi yang lumayan akan diambil dan dikumpulkan untuk dijual
Adapun
sistem pengelolaan
sampah
khususnya
di Indonesia, telah ditetapkan
beberapa persyaratan sebagai berikut :
kembali salah satunya dengan menggunakan sistem bank sampah 4. Penempatan tempat pengumpulan sampah sementara yaitu:
1. Setiap sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah.
a. Tidak merupakan sumber bau dan sumber lalat dari rumah terdekat.
2. Sampah-sampah yang cepat membusuk dan berbau sebelum ditampung ditempat
b. Dihindarkan sampah masuk dalam saluran air.
sampah agar dimasukkan dalam kantong kedap air dan diikat. 3. Tempat sampah yang dipakai untuk menampung sampah harus : a. Terbuat dari bahan yang kedap air, tak mudah dilubangi tikus dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan, c. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan. 4. Tempat sampah berupa bak beton permanen terutama di permukiman, tidak dianjurkan. 5. Menampung sampah di tempat sampah tidak boleh melebihi 3 x 24 jam (3 hari). 6. Tidak diperkenankan membiarkan sampah yang dapat menampung air menjadi
c. Tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan banjir 5. Sampah tidak akan dibuang sembarangan tapi malahan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian melakukan pemilahan pada tempat sampat terpisah dan kemudian di bawa keluar kawasan ketempat bak sampah komunal yang aktif. 6. Pengangkutan sampah. a. Menggunakan alat transportasi motor 3 roda dilengkapi bak sehingga mampu menjangkau sampai ke puncak kawasan dengan mempersiapkan petugas khusus pengangkut sampah. b. Setiap kendaraan keluar dari tempat pembuangan akhir sampah, harus selalu dalam
keadaan
bersih.
tempat bersarangnya serangga.
19
7. Pengosongan sampah di tempat pengumpulan sementara harus dilakukan minimal 1
3.7.3.2 Foto dokumentasi tempat pembuangan sampa
(satu) kali dalam 3 (tiga) hari. 8. Peran pemerintah dalam menetapkan serta menegakan peraturan yang sudah ada dan berkelanjutan. 9. Menyediakan tempat pembuangan sampah, ditempat-tempat yang mudah di jangkau oleh warga. 10. Menyadarkan generasi muda pada kawasan tentang etika, bahaya dan efek buruk sampah melalui pelatihan/seminar pengolahan sampah dan atau melalui jalur pendidikan sejak dini sehingga mampu merubah perilaku. 11. Membuat program edukasi bagi setiap elemen masyarakat seperti, membagikan buku, poster, brosur, dan kalender tentang sampah kepada masyarakat 12. Pembuatan papan himbauan pada area sungai dan puncak untuk tidak membuang sampah disembarang tempat. 13. Adanya petugas kebersihan khusus kawasan yang bertugas mengelola sampah untuk kemudian di bawa keluar dari kawasan. Upaya individu dalam menyelasaikan masalah persampahan : 1. Pilih botol / gelas daripada plastik 2. Pilih kertas dp plastik 3. Pemisahan untuk daur ulang di rumah 4. Menyimpan sampah di rumah dgn polybag sampai pengangkut sampah akan datang 5. Cuci lagi gelas piring untuk dipakai lagi 6. Berikan bekas pada orang lain untuk dipakai 7. Jangan buang bahan kimia ke sampah 8. Jangan buang ke tanah atau badan air 9. Jangan pakai lagi kaleng bekas pestisida (zat yg beracun untuk membunuh hama; racun pembasmi hama; racun hama) 10. Jangan buang bahan kimia dijalanan
20
3.8
RUANG PUBLIK Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang
Openspace berperan sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik
terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah
formal maupun informal, individu atau kelompok. Pengertian ruang publik secara singkat
bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh
merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang
tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung
berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya. Sehingga mampu merubah sikap dan
manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat
perilaku
manusia.
ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi.
Gambar 3.8.2 : foto eksisting lahan Pada area puncak kawasan berpotensi sebagai area ruang publik (public space), untuk berkumpul, bermain dan belajar dengan menjadikan area pada puncak sebagai taman kawasan. Keberadaan ruang terbuka tersebut hanya sebagai pelengkap kawasan namun mempunyai kontribusi terhadap penciptaan karakter kawasan. Beberapa elemen yang bisa di munculkan pada ruang publik diantaranya : 3. Soft scape 4. Hard scape Selain itu posisi lahan yang berada diketinggian sehingga akan tampak dari atas kawasan yang berada di bawah ketinggian yang secara tidak langsung memberikan efek psikologis kepuasan dan kenyaman yang baik bagi yang meihat. Gambar 3.8.1 : Potensi Ruang Terbuk
22
3.9
Prasarana MCK Mck umum adalah sarana umum yang digunakan untuk mandi, mencuci dan buang air oleh beberapa keluarga di lokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300-500 orang/ha) (SNI 03-2399-2002).
5. Sarana kamar mandi 6. Sarana tempat cuci 7. Sarana kakus Standar kebutuhan ruang :
Persyaratan umum MCK 1. Rencana pembangunan MCK umum bara dapat dilaksanakan setelah rnernenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebagai berikut : lokasi, jumlah pemakai, sistem penyediaan air bersih , sistem pembuangan air limbah. 2. Kemampuan pengelola MCK . 3. Air, limbah dari MCK umum harus diolah sebelum dibuang sehingga tidak mencemari air, udara dan tanah dilingkungan permukirnan 4. Jarak maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani adalah 100 meter, lokasi daerah harus bebas banjir
No
Jumlah pemakai
1
Banyak ruangan Mandi
Cuci
kakus
10-20
2
1
2
2
21-40
2
2
2
3
41-80
2
3
4
4
81-100
2
4
4
5
101-120
4
5
4
6
121-160
4
5
6
7
161-200
4
6
6
Kriteria keberhasilan dari pembangunan MCK diantaranya yaitu : 1. Masyarakat merasa puas dengan kualitas dan kuantitas dari MCK yang dibangun.
(SNI 03-2399-2002)
2. MCK yang dibangun tidak terabaikan, desain dan kualitas konstruksi memenuhi kebutuhan masyarakat. 3. Fasilitas MCK dioperasikan dan dipelihara dengan baik secara berkelanjutan oleh masyarakat. 4. Adanya rasa memiliki dan tanggung jawab yang besar terhadap MCK terkait dengan keberlanjutan dari bangunan tersebut. 5. Berkurangnya penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk. 6. Masyarakat yang selama ini menggunakan pantai dan ruang terbuka untuk keperluan MCK, beralih menggunakan jamban umum yang disediakan. 7. Masyarakat memberikan kontribusi untuk biaya konstruksi dengan adanya iuran sebagai tindak lanjut untuk keberlanjutan fasilitas tersebut. 8. Lebih berdayanya lembaga masyarakat dalam pengelolaan MCK Adapun syarat pembangunan MCK (SNI 03-2399-2002) : 1. Konstruksi 2. Plambing 3. Pipa air bersih 4. Pipa air Iimbah
27