P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 7 Juli 2011
Indeks 1. Kejaksaan Tangkap 2 Tersangka Pemkab Batubara Pengalihan deposito itu dilakukan dalam lima tahap sejak September 2010 hingga April 2011 2. Seleksi Hakim Agung KY minta PPATK telusuri rekening calon hakim agung 3. Terorisme Kelompok yang ditangkap terkait Filipina
4. kasus Suap
Nazarudding minta ketemu Sutan
5. Nazaruddin : Saya ke Singapura Disuruh Anas 6. Korupsi Pemkab Batubara
Kejaksaan sita aset tersangka korupsi
Vivanews.com
Kamis, 7 Juli 2011
Kejaksaan Tangkap 2 Tersangka Pemkab Batubara
Pengalihan deposito itu dilakukan dalam lima tahap sejak September 2010 hingga April 2011.
VIVAnews - Kejaksaan Agung menangkap dua tersangka pembobol kas Pemerintah Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, senilai Rp80 miliar. Keduanya ditangkap di Medan, Sumatera Utara pada Rabu 6 Juli 2011.
"Iya semalam tim kami tangkap dua tersangka, sekarang sedang dalam perjalanan di Medan," kata Direktur Penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Jasman Panjaitan di Kejaksaan Agung, Kamis 7 Juli 2011.
Kedua tersangka itu adalah Direktur PT Pacifik Fortune Management, Ilham Martua Harahap dan Daud Aswan Nasution. Selain menangkap Ilham dan Daud, kejaksaan juga menyita satu mobil Civic dan uang tunai sebesar Rp220 juta.
Kasus ini terungkap dari informasi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Yos Rauke (Kepala Dinas Pendapatan Daerah) dan Fadil Kurniawan
(Bendahara Umum Pemkab Batubara) diduga melakukan pencairan dana kas daerah sebesar Rp80 miliar di Bank Sumatra Utara yang kemudian dipindahkan ke Bank Mega cabang Jababeka, Bekasi.
Selain melibatkan pejabat Kabupaten Batubara, kasus ini juga diduga melibatkan
Kepala Cabang Bank Mega Cabang Jababeka, Itman Hari. Itman diduga menawarkan
jasa perbankan berupa deposito on call dengan bunga 7 persen. Kemudian, Yos dan
Fadil memindahkan dana kas pemerintah kabupaten ke Bank Mega cabang Jababeka. Pengalihan deposito itu dilakukan dalam lima tahap sejak September 2010 hingga April 2011. Hasilnya, kedua orang tersebut diduga mendapat keuntungan sekitar Rp405 juta. Yos dan Fadil juga mencairkan deposito di Bank Mega kemudian
disetorkan ke beberapa perusahaan jasa keuangan dan jasa pengelolaan aset. (eh)
Suarakarya-online.com Kamis, 7 Juli 2011
SELEKSI HAKIM AGUNG KY Minta PPATK Telusuri Rekening Calon Hakim Agung JAKARTA (Suara Karya): Komisi Yudisial (KY) meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri rekening calon hakim agung.
"Ini sebagai bagian untuk melengkapi data track record (rekam jejak) calon hakim agung," kata Juru Bicara KY Asep Rahmat Fajar, di Jakarta, Rabu.
Asep Rahmat mengungkapkan rombongan KY yang mendatangi PPATK terdiri atas Komisioner KY Bidang Rekruitmen Hakim Taufiqqurahman Syahuri, Ketua Bidang
Hubungan Antar Lembaga KY Ibrahim dan beberapa tenaga ahli. "Rombongan KY diterima langsung oleh ketuanya Yunus Husein dan beberapa direkturnya," kata Asep.
Menurut Asep, tujuan pertemuan ini adalah untuk mengetahui apakah ada transaksi yang mencurigakan atau tidak dari para calon hakim agung tersebut. "Ini untuk
melengkapi data calon hakim agung, selain dari hasil investigasi dan pengaduan masyarakat," kata juru bicara KY ini.
Asep juga mengungkapkan bahwa dalam tiga pekan ke depan KY fokus
menginvestigasi seleksi 45 calon hakim agung yang lolos tahap ketiga. "Anggota komisioner KY akan mendatangi kediaman para calon hakim agung," katanya.
Menurut Taufiqurohman, sebelum meminta bantuan PPATK, pihaknya telah
menelusuri kekayaan masing-masing calon hakim agung. Dari hasil penelusuran ini, Taufiq mengaku terkejut dan prihatin. "Ada yang kaya, ada juga yang sederhana.
Misalnya ada calon yang memiliki tanah 7 lokasi, punya rumah lebih dari 3 buah," ujarnya menambahkan.
Asep Rahmat mengatakan bahwa pekan depan pihaknya akan menyelesaikan
tugasnya dalam melakukan seleksi calon hakim agung setelah sebelumnya seluruh komisioner KY mendatangi kediaman masing-masing calon. Hal itu dilakukan,
menurut Asep, bertujuan untuk melakukan investigasi guna mendapatkan calon hakim agung yang berkualitas dan berintegritas.
Sebelumnya, dalam tahap investigasi terhadap 45 calon hakim agung yang
memasuki tahap wawancara, KY sempat menemukan harta kekayaan peserta yang tidak masuk akal. Menurut Asep, setiap temuan tim investigasi, bakal diverifikasi saat wawancara dilakukan.
"Ada calon yang memiliki harta yang cukup fantastis, perilaku tak patut di tempat
kerja. Insya Allah dari investigasi tertutup komisioner, banyak data yang menarik dan bermanfaat," katanya menambahkan.
Seleksi calon hakim agung dilakukan untuk memenuhi kuota hakim agung sebanyak
60 orang. Saat ini, Mahkamah Agung memiliki 50 hakim agung, dan seorang dari 50 hakim agung itu, Moegihardjo, pekan lalu meninggal dunia saat menjalankan tugas di Canberra, Australia.
Terkait banyaknya hakim yang tertangkap tangan menerima suap, Kepala Biro
Hukum dan Hubungan Masyarakat (Humas) Mahkamah Agung, Nurhadi, memastikan bahwa rekrutmen dan seleksi calon hakim, telah dilakukan sesuai prosedur dan
transparan melalui outsourcing, yaitu dilaksanakan oleh UI (Universitas Indonesia) dan Unpad (Universitas Padjajaran, Bandung.
Dalam seleksi calon hakim agung tahap kedua, KY telah meloloskan 45 calon untuk selanjutnya mengikuti seleksi tahap ketiga mulai 8 Juni hingga 12 Juli 2011. Seleksi tahap ketiga ini dimulai dengan investigasi secara terbuka oleh KY.
Menurut Taufiqurrahman, dalam investigasi terbuka ini komisioner KY akan mendatangi rumah atau pun tempat kerja para calon hakim agung untuk mengklarifikasi langsung.
Sebanyak 45 calon hakim agung yang lolos seleksi tahap kedua adalah: Suhadi, H
Sunarto, Hj Mami Emmy Mustafa, I Putu Widjya, Made Rawa Aryawa, Elang Prakoso Wibowo, Nommy HT Siahaan, Muh Daming Sunusi, Andi Samsan Ngaro, Rahmi Mulyati, Sutoyo, Sudiman, Muhammad Rum Nessa, Hj Husnaini, Hj Djazimah
Muqoddas, Mohammad Yamin Awie, Amran Suadi, Heru Mulyono Iwan, Mayjend TNI Burhan Dahlan, Laksma TNI Anthony R Tampubolon, Kolonel Chk (Purn) Santoso, Soemarno, Iing R Sodikin.
Kemudian Yayah Yarotul Salamah, Gayus Lumbuun, Taqwaddin, Dwi Andayani
Budisetyowati, Syafrinaldi, Mahdi Syahbandir, Dudu Duswara Machmudin, Mashudi, Basuki Rekso Wibowo, RM Panggabaen, Zainal Arifin Hoesein, Rahayu Hartini. Dewi Kania Sugiharti, HM Harry Djatmiko, Made Darma Weda, Fauzie Yusuf Hasibuan, Nurul Elmiyah, Anna Maria Tri Angraeni, Elisabeth Sundari, Yuswanto, Abustan. (Sugandi)
Cetak.kompas.com Kamis, 7 Juli 2011
TERORISME Kelompok yang Ditangkap Terkait Filipina Jakarta, Kompas - Penangkapan terhadap orang yang diduga terkait jaringan dan
aksi terorisme oleh polisi antiteror Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan
upaya mencegah aksi terorisme. Kelompok orang yang ditangkap selama ini diduga
berhubungan dengan kelompok radikal di Filipina untuk memasok senjata, termasuk senjata berperedam suara, untuk melakukan pembunuhan dengan target aparat kepolisian.
Hal itu dikatakan Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Petrus Golose di Jakarta, Rabu (6/7). ”Seluruh orang yang ditangkap akhir-akhir ini diduga
berhubungan dengan kelompok di Filipina. Mereka diduga memasok senjata, termasuk senjata peredam,” kata Petrus.
Menurut Petrus, jaringan terorisme berupaya melakukan pembunuhan dengan target
tertentu (assassination). ”Targetnya, mereka melakukan assassination terhadap polisi yang mereka anggap thogut (penguasa jahat),” katanya. Beberapa kantor polisi sudah disurvei oleh jaringan terorisme itu.
Petrus menambahkan, sampai kini polisi antiteror menangkap delapan orang yang diduga terkait jaringan terorisme. Terakhir, orang yang ditangkap berinisial TH di Jakarta Selatan.
Secara terpisah, Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli
Amar mengatakan, polisi antiteror setidaknya menangkap tujuh orang yang diduga
terkait jaringan terorisme. Mereka diduga terlibat juga dalam jaringan perdagangan senjata api yang dipasok dari Filipina melalui jalur Tawau, Nunukan, Kalimantan Timur, Palu, dan Surabaya.
Orang yang ditangkap di Surabaya berinisial AI alias ADM dan IK. Bukti yang disita berupa satu pucuk senjata api jenis M16, lima senjata api jenis FN, dan satu
mitraliur. Lima orang ditangkap di Jakarta, yaitu A alias IK , AI alias MR, WO alias S, MIR, dan Ama alias A. Bukti yang disita adalah dua pucuk senjata M16.
Secara terpisah, Rabu, sejumlah polisi menggeledah rumah tiga terduga teroris di
Koja, Jakarta Utara. Dua terduga teroris ditangkap hari Senin lalu, yaitu Munir (30) dan Handoyo (34). Seorang terduga lagi, Udin (30), kini masih buron. Dari penggeledahan itu, polisi mengambil bukti berupa senjata tajam, senjata api, dan lebih dari 10 eksemplar majalah Anija.
Menurut Selly (27), istri Munir, suaminya ditangkap orang yang mengaku polisi,
Senin lalu. Suaminya ditangkap saat masih mengendarai motor dan akan masuk ke rumah. Munir selama ini menjadi guru. (fer/mdn) Kompas.com
Kamis, 7 Juli 2011 Kasus Suap
Nazaruddin Minta Ketemu Sutan JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana menyatakan rekan separtainya, Muhammad Nazaruddin pernah menghubunginya dari Singapura pada tanggal 28 Juni 2011. Saat itu, lanjutnya, Nazaruddin meminta agar dapat
bertemu dengan Sutan. Namun, kata Sutan, Nazaruddin tak menyebutkan tempat akan bertemu di mana.
"Terus terang aja saya dikontak beliau (Nazaruddin) tanggal 28 Juni. Ketika itu saya masih di luar, dia telpon saya, pakai kode Singapura. Dia tanya saya kapan di Jakarta, saya bilang tanggal 6 Juli. Kemudian dia bilang 'Bang (Sutan) kalau bisa kita ketemu. Saya bilang silakan aja. Dia yang ngontak saya ya, bukan saya yang kontak dia. Lalu
dia hanya tanya kabar saja. Kan kami teman bicara. Dia tidak sebutkan tempatnya.
Dia tidak bilang ketemu untuk apa," ujar Sutan di Gedung Nusantara II DPR RI, Kamis (7/7/2011).
Ketika disampaikan bahwa Nazaruddin tak lagi berada di Singapura, Sutan mengaku tak tahu menahu. Ia yakin bahwa Nazaruddin saat ini masih berada di Singapura. Meskipun, tutur Sutan, pagi tadi ia mencoba menelepon Nazaruddin, tapi nomor mantan Bendum Demokrat itu sudah tak aktif lagi. Ia justru mempertanyakan
pemberitaan seputar Nazaruddin yang tak berada di Singapura, karena menurutnya Nazar tak pernah menyatakan akan meninggalkan Singapura.
"Pagi tadi saya coba telepon nggak diangkat tuh. Mati teleponnya. Itu, anda itu juga
aneh-aneh, Nazaruddin tidak pernah ada di Singapura bagaimana? OC Kaligis
ketemu beliau di Singapura, berarti di Singapura kan. Jadi Pemerintah Singapura mengatakan yang mana, saya enggak tahu," imbuhnya.
Seperti diberitakan, Kementerian Luar Negeri Singapura menegaskan bahwa M
Nazaruddin, tersangka kasus dugaan suap pada proyek pembangunan wisma atlet
SEA Games 2011, tak lagi berada di Singapura. Hal ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Singapura melalui siaran pers yang dapat diakses di http://www.mfa.gov.sg/. "Nazaruddin tidak di Singapura, dan tidak berada di Singapura selama beberapa
waktu. Informasi ini telah disampaikan kepada pihak otoritas Indonesia beberapa
minggu lalu, jauh sebelum yang bersangkutan ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia pada 30 Juni 2011," demikian isi siaran pers tersebut.
"Singapura selalu berkeinginan bekerja sama dengan aparat penegak hukum
Indonesia terkait kasus ini dan kasus lainnya. Namun, karena Nazaruddin tidak
dikenakan pasal pidana apa pun, atau ditetapkan sebagai tersangka saat dirinya berada di Singapura, serta memiliki paspor yang valid, tak ada alasan bagi
Pemerintah Singapura untuk mencekalnya dari Singapura," ujar Kementerian Luar Negeri Singapura.
Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan, pihaknya tak mengetahui di mana Nazaruddin saat ini. Juru Bicara Kemlu Singapura mengatakan, "Saya tidak
mengetahuinya karena kami tidak melacak orang yang telah meninggalkan
Singapura. Kami telah menginformasikan pihak otoritas Indonesia mengenai
tujuannya setelah meninggalkan Singapura. Ini adalah informasi yang kami miliki."
Detik.com
Kamis, 7 juli 2011 Korupsi Alkes Flu Burung
KPK Kembali Periksa Mantan Petinggi Kemenkes Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memanggil tersangka kasus
pengadaan alat kesehatan terkait flu burung di Kementerian Kesehatan, Ratna Dewi Umar. Mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan ini untuk kesekiankalinya diperiksa sebagai tersangka.
Menurut Kepada Biro Humas KPK Johan Budi SP, Ratna diperiksa sebagai tersangka dalam kasus alat kesehatan untuk penanganan wabah flu burung di Departemen
Kesehatan (sekarang Kementerian Kesehatan). Ratna tiba sekitar pukul 10.00 WIB mengenakan blazer warna gelap.
"Yang bersangkutan diperiksa sebagai tersangka," ujar Johan saat dihubungi, Kamis (7/7/2011).
Ratna telah ditetapkan sebagai tersangka sejak tahun lalu, namun sampai saat ini
belum juga ditahan oleh KPK. Dalam kasus ini, KPK telah memeriksa mantan Ketua
Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Sutrisno Bachir dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.
Selain Ratna, dalam kasus ini KPK juga telah menetapkan Sekretaris Direktorat
Jenderal (Sesditjen) Bina Pelayanan Medik (Yanmedik) Kementerian Kesehatan Mulya A Hasyim. Tersangka, ketika menjabat sebagai Sesditjen bertanggungjawab dalam pengadaan yang anggarannya telah digelembungkan. KPK menduga telah terjadi kerugian keuangan negara mencapai Rp 52 miliar. KPK juga menetapkan mantan Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Sutedjo Yuwono. Dia telah ditahan KPK sejak Senin 7 Februari lalu.
KPK mengumumkan, Sutedjo sebagai tersangka pada 3 September 2009 silam.
Suetedjo diduga telah menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 32 miliar. Adapun nilai kontrak pengadaan senilai Rp 98 miliar. Sutedjo dikenakan dengan pasal
sangkaan Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. (fjp/mok) Suarapembaruan.co.id Kamis, 7 Juli 2011
Nazaruddin : Saya ke Singapura Disuruh Anas [JAKARTA] Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang kini sudah menjadi
buronan Interpol, M Nazaruddin mengakui bahwa kepergiannya ke Singapura adalah atas perintah Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
Melalui pesan BlackBerry, Nazaruddin mengungkapkan, Anas memintanya pergi ke Singapura dan menghilang selama tiga tahun untuk beristirahat dari tuduhan yang dialamatkan padanya dalam kasus suap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora).
“Mas Anas berjanji pada saya untuk membereskan urusan ini dengan KPK. Saya pun
diminta pergi ke Singapura untuk beristirahat. Saya diminta menghilang dulu selama 3 tahun,” ujar Nazaruddin dalam pesan BlackBerry, kepada wartawan DPR, Kamis (7/7).
Namun menurutnya, Anas tidak menepati janji untuk membereskan persoalan ini
dan justru melemparkan bola panas kepada Nazaruddin, sehingga dipecat dari posisinya bahkan kini dijadikan tersangka.
Hal inilah yang membuat Nazaruddin kemudian membuka berbagai ketidakberesan
dan permainan proyek yang melibatkan kader Partai Demokrat, termasuk Anas Urbaninggrum yang baru disebut namanya oleh Nazaruddin belakangan ini.
”Ternyata kepergian saya ke Singapura semuanya skenario untuk membuat namanya
bersih. Bola panasnya dia lemparkan pada saya. Makanya saya buka sekalian semuanya,” ujar Nazaruddin.
Dia mengaku informasi ini harus dibukanya karena tentunya masyarakat ingin mengetahui alasan mengapa dirinya ke Singapura, satu hari sebelum dicekal Komisi Pemberantasan Kosrupsi (KPK).
“Tentunya menjadi pertanyaan semua kenapa akhirnya saya membuka semua ini
karena Anas menghianati saya,” kata Nazaruddin.
Dia juga menyayangkan sikap sejumlah pengurus DPP PD yang memojokkan dirinya,
padahal tidak tahu persoalan. Nazaruddin bahkan mengancam akan membeberkan permainan anggaran yang selama ini dilakukan anggota DPR dari PD.
“Tolong sampaikan kepada Pasek (I Gde Pasek Suardika, red) dan Pohan (Ramadhan
Pohan, red) kalau enggak tahu cerita dan tidak tahu apa-apa, jangan asal ngomong. Yang saya omongkan ini benar. Makin mereka bohong, saya akan buka semua tentang permainan anggaran untuk Anas dan teman-teman Demokrat,” ujar Nazaruddin. [J-9] Vivanews.com
Rabu, 6 Juli 2011 Korupsi Pemkab Batubara Kejaksaan Sita Aset Tersangka Korupsi
Pada Senin 30 Mei 2011 lalu kejaksaan menahan Rahman Hakim VIVAnews - Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Agung menyita sejumlah aset
tersangka korupsi pemkab Batubara, Racman Hakim selaku Direktur Utama PT Pacific Fortune Management.
"Hari ini ada penyitaan aset terkait kasus korupsi pemkab Batubara," kata Kepala Pusat Penerangan dan Hukum, Noor Rachmad di Kejaksaan Agung, Rabu 8 Juni 2011.
Noor mengatakan, ada empat barang yang disita, antara lain Toyota Vellfire dengan
Nomor Polisi B 484 QW, Toyota Fortuner dengan Nomor Polisi 1954 PJA, Honda CRV
dengan Nomor Polisi B 805 PFM, dan Honda Freed B 1071 UKO. "Mobilnya ada di Pidsus sekarang" kata dia.
Seperti diketahui, pada Senin 30 Mei 2011 lalu kejaksaan menahan Rahman Hakim. Dalam kasus korupsi pemkab Batubara, Rahman sebagai penghubung antara dua
pejabat di Pemkab Batubara, yakni Yos Rauke (Kepala Dinas Pendapatan Daerah) dan Fadil Kurniawan (Bendahara Umum Pemkab Batubara) dengan Itman Hari Basuki (Kepala Cabang Bank Mega Jababeka Cikarang).
Rahman juga diduga mengetahui aliran dana dari pemkab ke Bank Mega. Kasus ini terungkap dari informasi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Yos dan Fadil diduga melakukan pencairan dana kas daerah sebesar Rp80 miliar di Bank Sumatra Utara yang kemudian dipindahkan ke Bank Mega cabang Jababeka, Bekasi.
Selain melibatkan pejabat Kabupaten Batubara, kasus ini juga diduga melibatkan
Kepala Cabang Bank Mega Cabang Jababeka, Itman Hari. Itman diduga menawarkan
jasa perbankan berupa deposito on call dengan bunga 7 persen. Kemudian, Yos dan
Fadil memindahkan dana kas pemerintah kabupaten ke Bank Mega cabang Jababeka. Pengalihan deposito itu dilakukan dalam lima tahap sejak September 2010 hingga April 2011. Hasilnya, kedua orang tersebut diduga mendapat keuntungan sekitar Rp405 juta. Yos dan Fadil juga mencairkan deposito di Bank Mega kemudian
disetorkan ke beberapa perusahaan jasa keuangan dan jasa pengelolaan aset. Itman sendiri telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembobolan rekening deposito Elnusa. Dalam kasus pembobolan dana kas Kabupaten Batubara itu, statusnya masih saksi. (eh)
Humas PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC) (P) +62-21-3850455/3853922 (F) +62-21-3856809/3856826 (E)
[email protected]
DISCLAIMER: Informasi ini diambil dari media massa dan sumber informasi lainnya dan
digunakan
khusus
untuk
PPATK
dan
pihak-pihak
yang
memerlukannya. PPATK tidak bertanggungjawab terhadap isi dan pernyataan yang disampaikan dalam informasi yang berasal dari media massa.