LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL Yang Berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD Provinsi Gorontalo”
Oleh MERLIN DOMILI NIM: 841 411 007 Telah diperiksa dan disetujui
PEMBIMBING I
Suwarly Mobiliu S.Kp, M.Kep NIP. 196105311983112001
PEMBIMBING II
dr. Sri A. Ibrahim M.Kes NIP. 197103072000122001
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes NIP. 19771028 200812 2 003
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
Yang Berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD Provinsi Gorontalo” Oleh MERLIN DOMILI NIM: 841 411 007
1. Suwarly Mobiliu S. Kp, M. Kep NIP. 19610531198311 2 001
1. …………………
2. dr. Sri Ibrahim M.Kes NIP. 19710307200012 2 001
2. …………………
3. dr. Edwina R. Monayo, M.Biomed NIP. 19830906200812 2 004
3. …………………
4. Ns. Wirda Y. Dulahu, S.Kep.,M.Kep NIP.
4. …………………
Gorontalo, Juli 2015 Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes NIP. 19590110 198603 2 003
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 97
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU TANGGAP PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PROVINSI GORONTALO Merlin Domili1, Suwarly Mobiliu S.Kp, M.Kep2, dr. Sri A. Ibrahim M.Kes3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG 2. Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG Summary Merlin Domili. 2015. Faktor-faktor yang Berhubunngan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD Provinsi Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Suwarly Mobiliu S.Kp, M.Kep., dan Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim M.Kes. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. Tingginya angka kecelakaan yang dapat menyebabkan cedera kepala menyebabkan tingginya jumlah kunjungan ke IGD. Kecepatan waktu tanggap penanganan awal pasien cedera kepala sangat mempengaruhi tingkat kerusakan otak. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap penanganan pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD Provinsi Gorontalo. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan “Cross Sectional”. Sampel penelitian berjumlah 30 perawat dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui pengamatan menggunakan lembar observasi dan lembar kuesioner, kemudian diianalisis dengan menggunakan uji Fisher Exact Test dan Kolomogorov Smirnov Test. Disimpulkan sebagian besar waktu tanggap perawat pada penanganan cedera kepala adalah tepat (90%), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan waktu tanggap dengan nilai p=0,009 (p<0,05) dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan (p=1,000) dan lama kerja (p=1,000) dengan waktu tanggap perawat. Disarankan agar pihak rumah sakit dapat mempertahankan waktu tanggap yang tepat serta dapat menjadi bahan evaluasi bagi perawat dan rumah sakit untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan khususnya di IGD. Kata Kunci: Waktu Tanggap, Cedera Kepala, Instalasi Gawat Darurat Daftar pustaka : 33 referensi (2006-2015)
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 98
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRACT
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 99
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENDAHULUAN Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan sekunder yang utama, akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya, mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor, dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus kecelakaan kendaraan bermotor yang menimbulkan korban jiwa. Korban meninggal akibat kecelakaan kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan korban luka-luka/cacat lebih dari 30 juta per tahun, 50 % diantaranya menderita cedera kepala. Sedangkan menurut1 bahwa, kecelakaan dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 % dan 29,8 % per 100.000 populasi. Berdasarkan kajian Depkes (2005), di Indonesia kecelakaan kendaraan bermotor mencapai 13.339 kejadian yang mengakibatkan kematian 9.865 jiwa, luka berat 6.143 jiwa serta luka ringan 8.694 jiwa. Dari semua kasus kecelakaan kendaraan bermotor, 50 % adalah berupa cedera kepala2. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. Sampai saat ini penyebab utama cedera kepala yang serius adalah kecelakaan lalu lintas. Pertimbangan paling penting pada cedera kepala manapun adalah apakah otak telah atau tidak mengalami cedera. Kejadian cedera minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna. Sel-sel serebral membutuhkan suplai darah terus-menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih diakibatkan karena darah yang mengalir berhenti hanya beberapa menit saja, kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi3. Oleh karena itu, kecepatan waktu tanggap penanganan awal pasien dengan cedera kepala sangat mempengaruhi tingkat kerusakan otak. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas 1.033 Rumah Sakit Umum (RSU) dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000. Sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 atau sebanyak 13,3 % dari total seluruh kunjungan di RSU. Dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12 % berasal dari pasien rujukan4. Sementara itu berdasarkan hasil RISKESDAS5, prevalensi cedera nasional adalah sebanyak 8,2 % dimana hasil tersebut meningkat dari tahun 2007 yang prevalensinya 7,5 %. Sedangkan presentasi penyebab cedera karena kecelakaan transportasi darat berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 terjadi 1
T. Bararah & M. Jauhar, Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional, Jakarta, Prestasi Pustakarya, 2013. 2 Desi Susilawati, Hubungan Waktu Prehospital dan Nilai Tekanan Darah dengan Survival dalam 6 Jam Pertama Pada Pasien Cedera Kepala Berat dSi IGD RSUP. Dr. M. Djamil Padang, Padang, 2010. 3 Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta, EGC, 2013. 4 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit, Jakarta, 2009. 5 Bagus Febrianto, dkk, Riset Kesehatan Dasar Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Gorontalo Tahun 2013, Gorontalo, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 100
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO peningkatan yang cukup tinggi, dari sebelumnya pada tahun 2007 25,9 % menjadi 47,7 % pada tahun 2013. Pada provinsi Gorontalo sendiri prevalensi cedera sebanyak 9,0 % pada tahun 2013, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Bone Bolango yaitu sebanyak 11 %, diikuti oleh Kota Gorontalo sebanyak 10,8 %, dengan prevalensi penyebab cedera karena sepeda motor yaitu sebanyak 44,8 %. Data dari RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, cedera otak 3 tahun terakhir masuk 10 besar kasus terbanyak dengan rata-rata 204 kasus6. Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data pasien yang mengalami cedera kepala yang dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe (RSAS) Kota Gorontalo dan RSUD Toto Kabila Kab. Bone Bolango pada 10 bulan terakhir sebanyak 350 pasien, dengan rata-rata pasien cedera kepala per hari sebanyak ±3 pasien. Jumlah perawat yang bekerja di IGD Bedah RSAS sebanyak 15 dan IGD RSUD Toto sebanyak 17 perawat, yang semuanya sudah bersertifikasi pelatihan gawat darurat BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support). Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Maret 2015, didapatkan hasil, dari 5 pasien yang masuk ke IGD, 2 pasien dilayani dengan waktu tanggap kurang dari 5 menit dan 3 pasien dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit. Pasien yang dilayani dengan waktu tanggap lebih dari 5 menit dikarenakan jumlah perawat saat itu kurang memadai untuk memberikan pelayanan pada pasien yang masuk secara berurutan. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh7 pada tahun 2012 didapatkan hasil faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap adalah ketersediaan stretcher dan petugas triase. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh8 dkk pada tahun 2014, didapatkan hasil faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap antara lain, usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, dan motivasi. Pentingnya waktu tanggap gawat darurat pasien dalam upaya mempertahankan keselamatan pasien yang datang di Instalasi Gawat Darurat (IGD) khususnya cedera kepala dan berdasarkan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi Gorontalo.
6
7
8
Muhammad Isman Jusuf, Manajemen Neurologis Trauma Kapitis. Seminar Nasional Keperawatan Penatalaksanaan Terkini Pasien Cedera Kepala, 2014. Wa Ode Nurisnah Sabriyanti, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus pada Respon Time I di IGD Bedah dan Non Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 2012. Vitrise Maatilu & Regi T. Malara. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, 2014.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 101
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Waktu pelaksanaan tanggal 18 Mei 2015 sampai dengan 20 Juni 2015. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan “Cross Sectional”. Sampel diambil dengan cara total sampling yakni seluruh perawat yang menangani pasien cedera kepala, yaitu sebanyak 30 perawat. Data dikumpul melalui pengamatan menggunakan lembar observasi dan lembar kuesioner yang berisi data demografi perawat dan pernyataan pengetahuan cedera kepala. Data dianalisis dengan uji statistic Fisher Exact Test dan Kolomogorov Smirnov Test. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
(n)
(%)
Laki-Laki Perempuan
17 56,7 13 43,3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa perawat laki-laki berjumlah 17 perawat (56,7%) dan perawat perempuan berjumlah 13 perawat (43,3%). 2. Umur Karakteristik responden berdasarkan umur disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur (n) (%) 20-30 Tahun 28 93,3 31-40 Tahun 1 3,3 >40 Tahun 1 3,3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa terdapat 28 perawat (93,3%) dengan umur 20-30 tahun, 1 perawat (3,3%) dengan umur 31-40 tahun, dan 1 perawat (3,3%) dengan umur > 40 tahun. Analisa Univariat 1. Gambaran Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo Gambaran waktu perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo adalah sebagai berikut.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 102
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Tabel 3. Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo. Waktu Tanggap (n) (%) Tepat (≤ 5 menit) 27 90 Tidak tepat (>5 menit) 3 10 Total 30 100 Tabel 3. menunjukkan perawat dengan waktu tanggap tepat sebanyak 27 perawat (90%) dan perawat yang tidak tepat sebanyak 3 perawat (10%). 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Perawat di IGD RSUD Prov. Gorontalo Tingkat Pendidikan (n) (%) Diploma (III&IV) 24 80 S1 Ners 6 20 Total 30 100 Tabel 4 menunjukkan jumlah perawat dengan tingkat pendidikan D3 dan D4 sebanyak 24 perawat (80%) dan pendidikan S1 Ners sebanyak 6 perawat (20%). 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan perawat terhadap cedera kepala adalah sebagai berikut. Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Perawat terhadap Cedera Kepala Tingkat Pengetahuan
(n)
(%)
Baik Cukup Kurang
18 60 9 30 3 10 Total 30 100 Tabel 5 menunjukkan perawat dengan pengetahuan baik sebanyak 18 perawat (60%), pengetahuan sedang sebanyak 9 perawat (30%), dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 3 perawat (10%). 4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Distribusi responden berdasarkan lama kerja adalah sebagai berikut. Tabel 6. Lama Kerja Perawat di IGD RSUD Prov. Gorontalo Lama Kerja (n) (%) ≤ 5 Tahun 23 76,7 > 5 Tahun 7 23,3 Total 30 100 Tabel 6 menunjukkan lama kerja perawat di IGD dengan lama kerja ≤ 5 tahun sebanyak 23 perawat (76,7%) dan lama kerja > 5 tahun sebanyak 7 perawat (23,3%).
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 103
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Analisa Bivariat Analisis bivariat menggunakan uji Fisher Exact Test untuk variabel tingkat pendidikan dan lama kerja perawat, sedangkan uji Kolomogorov Smirnov Test untuk variabel tingkat pengetahuan perawat terhadap cedera kepala. adapun hasil uji hubungan adalah sebagai berikut. Tabel 7. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Lama Kerja Perawat dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo. Waktu Tanggap Tepat
Tidak Tepat
Variabel
Pendidikan Diploma S1 Ners Pengetahuan Baik Cukup Kurang Lama Kerja ≤ 5 Th >5 Th
p n
%
n
%
21 6
70 20
3 0
10 0
18 9 0
60 30 0
0 0 3
0 0 10
21 6
70 20
2 1
6,7 3,3
1,000
0,009
1,000
Tabel 7 menunjukkan bahwa perawat dengan tingkat pendidikan diploma memiliki waktu tanggap tepat sebanyak 21 orang (70%) dan tidak tepat sebanyak 3 orang (10%), sedangkan pada tingkat pendidikan S1 Ners terdapat 6 perawat (20%) yang memiliki waktu tanggap tepat. Hasil uji menunjukkan nilai p value = 1,000 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD. Sedangkan pada tingkat pengetahuan, perawat dengan tingkat pengetahuan baik yang memiliki waktu tanggap tepat sebanyak 18 perawat (60%), pengetahuan cukup 9 perawat (30%), serta perawat dengan pengetahuan kurang yang memiliki waktu tanggap tidak tepat sebanyak 3 perawat (10%). Hasil uji menunjukkan nilai p value = 0,009 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan waktu tanggap perawat. Pada lama kerja, perawat dengan lama kerja ≤ 5 tahun yang memiliki waktu tanggap tepat sebanyak 21 perawat (70%) dan yang tidak tepat sebanyak 2 perawat (6,7%). Sedangakan perawat dengan lama kerja > 5 tahun yang memiliki waktu tepat sebanyak 6 perawat (20%) dan terdapat 1 perawat (3,3%) yang memiliki waktu tangap tidak tepat. Hasil uji menunjukkan nilai p value = 1,000 yang berarti tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan wakt tanggap perawat.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 104
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBAHASAN 1. Gambaran Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian besar lama waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo, dalam kategori tepat yaitu sebanyak 27 perawat (90%) mempunyai waktu tanggap ≤ 5 menit. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe dan RSUD Toto Kabila memiliki waktu tanggap yang cepat khususnya pasien cedera kepala, sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi pelayanannya kepada pasien secara umumnya. Hasil temuan lainnya didapatkan bahwa terdapat 3 perawat (10%) yang memiliki waktu tanggap tidak tepat atau >5 menit. Asumsi peneliti, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu beratnya cedera dan tingkat kooperatif pasien, dimana berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, pada saat itu terdapat pasien dengan kriteria cedera kepala sedang korban kecelakaan, dan pasien saat itu meronta-ronta kesakitan sehingga memperlambat perawat dalam melakukan penanganan awal. Berkaitan dengan cedera kepala, maka sangat penting sekali dalam melakukan penanganan yang cepat dan tepat. Menurut9 pertimbangan paling penting dari cedera kepala adalah apakah otak telah mengalami cedera atau tidak dimana otak merupakan organ vital pengendali sistem tubuh. Kejadian cedera minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna10. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabriyanti, dkk pada tahun 2012 yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus pada respon time I di IGD bedah dan non bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Didapatkan hasil waktu tanggap penanganan kasus bedah sebagian besar tepat (< 5 menit) yaitu sebesar 67,9%. 2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo Berdasarkan hasil analisis diperoleh sebanyak 21 perawat yang mempunyai waktu tanggap tepat pada tingkat pendidikan D3/D4 dan 6 perawat pada tingkat pendidikan S1 Ners. Sedangkan terdapat 3 perawat mempunyai waktu tanggap tidak tepat pada tingkat pendidikan D3/D4. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil ρ-value 1,000 (ρ > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan waktu tanggap perawat pada pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat, sehingga hipotesis penelitian ditolak. Asumsi peneliti hal ini disebabkan oleh keterampilan kerja lebih dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan keahlian semakin terasah dengan banyaknya kasus yang 9
Suzzane C. Smeltzer & Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta, EGC, 2013. HIPGABI, Materi Pelatihan Emergency Nursing Basic Trauma Cardiac Life Support, Manado, HIPGABISULUT, 2014.
10
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 105
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO sudah ditangani di IGD, serta semua perawat sudah mengikuti pelatihan BTCLS. Oleh karena itu perawat dengan lulusan D3/D4 maupun S1 Ners sama-sama memiliki waktu tanggap yang tepat, sehingga tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan pada waktu tanggap perawat. Hal ini dapat juga disebabkan oleh tingkat motivasi perawat dalam mempraktikkan keterampilan kerja . Nursalam11 (2013) menyatakan bahwa berkembangnya pendidikan keperawatan di Indonesia baik secara kuantitas maupun kualitas, sampai saat ini masih belum memberikan kontribusi yang bermakna terhadap peningkatan peran perawat secara profesional. Nursalam mensinyalir bahwa pendidikan hanya difokuskan pada penyediaan tenaga perawat yang siap untuk pelayanan dan orientasi pendidikan yang sempit. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maatilu, dkk (2014) dengan hasil perawat vokasi sebanyak 60% dan perawat profesi sebanyak 40%. Dengan hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan perawat pada penanganan pasien gawat darurat dengan nilai p 0,084. 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat pengetahuan perawat mengenai cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat, sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebesar 18 perawat (60%) dengan waktu tanggap tepat, sedangkan dalam kategori cukup terdapat 9 perawat (30%) dengan waktu tanggap tepat, serta terdapat 3 perawat (10%) dengan kategori kurang dengan waktu tanggap kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan perawat tentang konsep cedera kepala, serta penanganan pasien cedera kepala adalah baik. Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan nilai ρ-value 0,009 (ρ < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan waktu tanggap perawat pada penanganan cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat, sehingga hipotesis penelitian diterima. Asumsi peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi perawat dalam melakukan tugasnya. Seiring dengan bertambahnya lama kerja yang telah dijalani oleh perawat akan membentuk pengalaman kerja sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini juga didukung oleh pelatihan yang telah diikuti oleh semua perawat yaitu Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) yang menunjang pengetahuan perawat. Menurut Wawan & Dewi (2011) dalam Fathoni12 (2014), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dan keterampilan berhubungan dengan penanganan prosedur, 11
Nursalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional (Ed 3.), Jakarta, Salemba Medika, 2013. 12 Fathoni, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support dengan Perilaku Perawat dalam Pelaksanaan Primary Survey di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, Surakarta, 2014.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 106
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO persiapan klien, teaching, dan perawatan post prosedur adalah hal yang esensial dalam praktek keperawatan gawat darurat13. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Achmad, dkk14 pada tahun 2012 yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama waktu tanggap perawat pada penanganan asma di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul yang mendapatkan hasil sebanyak 65% perawat dengan pengetahuan baik dan 35% perawat dengan pengetahuan kurang. Dari hasil uji analisis terdapat hubungan antara pengetahuan dengan lama waktu tanggap penanganan asma dengan nilai p 0,004. 4. Hubungan Lama Kerja dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prov. Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan waktu tanggap perawat, sehingga hipotesis penelitian ditolak. Asumsi peneliti hal ini disebabkan karena sebagian besar perawat yang bekerja di IGD masih muda yang baru mulai bekerja, dibandingkan dengan perawat yang sudah lama bekerja. Namun perawat cepat tanggap, karena semua perawat sudah bersertifikasi pelatihan gawat darurat. Selain itu, banyaknya jumlah kunjungan pasien kecelakaan yang mengalami cedera kepala yang datang ke IGD cukup mampu mengasah keterampilan perawat dalam menangani kasus, sehingga sebagian besar dapat menangani kasus dengan cepat dan tepat. Sebagian besar perawat di instalasi gawat darurat masih berusia dewasa muda dimana baru memasuki lingkungan kerja yang berarti memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan secara profesional. Hal ini didukung oleh teori Robin (2007) dalam Maatilu, dkk, (2014) yang mengatakan bahwa tidak ada alasan yang meyakinkan bahwa orang-orang yang telah lebih lama berada dalam suatu pekerjaan akan lebih produktif dan bermotivasi tinggi ketimbang mereka yang senioritasnya rendah15. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Gambaran waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Gorontalo sebagian besar berada pada kategori tepat, yaitu ≤ 5 menit dengan persentase 90% dan tidak tepat sebanyak 10%. 2. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan perawat dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi Gorontalo.
13
Krisanty P. Manurung, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta, TIM, 2009. Anita K. Achmad, dkk, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Asma di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta, 2012. 15 Vitrise Maatilu & Regi T. Malara. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, 2014. 14
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 107
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi Gorontalo. 4. Tidak terdapat hubungan antara lama kerja perawat dengan waktu tanggap perawat pada penanganan pasien cedera kepala di IGD RSUD Provinsi Gorontalo. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar dapat mempertahankan hasil waktu tanggap yang cepat dan tepat, serta lebih meningkatkan lagi pelayanannya khususnya di bidang gawat darurat. 2. Bagi Perawat Diharapkan kepada perawat agar hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan potensi diri sehingga tercapai pelayanan optimal kepada pasien. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian agar dan lebih menambah faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi waktu tanggap. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. K., S. A. Winarti, & N. R. Ramdani 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan Asma di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal. Universitas Respati Yogyakarta. Bararah, T., & Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Fathoni, A. N. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Basic Life Support dengan Perilaku Perawat dalam Pelaksanaan Primary Survey di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Program Sarjana STIKES Kusuma Husada. Surakarta. Febrianto, B., Agustini, M., Rahardianingtyas, E., Anasiru, A., Tomayahu, M., Hiola, T., & Goi, M. 2013. Riset Kesehatan Dasar Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Gorontalo Tahun 2013. Gorontalo: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. HIPGABI. 2014. Materi Pelatihan Emergency Nursing Basic Trauma Cardiac Life Support. Manado: HIPGABI-SULUT Jusuf, M. I. 2014. Manajemen Neurologis Trauma Kapitis. Seminar Nasional Keperawatan Penatalaksanaan Terkini Pasien Cedera Kepala.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 108
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan. Jakarta. Krisanty, P., Manururng, S., Suratun, Wartonah, Sumartini, M., Dalami, E., & Rohimah. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM. Maatilu, V., Mulyadi, & R. T. Malara. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal. Universitas Sam Ratulangi Manado Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional (Ed 3.). Jakarta: Salemba Medika Sabriyanti, W.O.N., dkk. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus pada Respon Time I di IGD Bedah dan Non Bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal. Universitas Hassanudin. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Susilawati, D. 2010. Hubungan Waktu Prehospital dan Nilai Tekanan Darah dengan Survival dalam 6 Jam Pertama Pada Pasien Cedera Kepala Berat dSi IGD RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Skripsi. Program Sarjana Universitas Andalas. Padang.
Merlin Domili | Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG 109