LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL “Suku Mee (Tinjauan Sosial Budaya) di Desa Idakebo Kecamatan Kamuu Utara Kabupaten Dogiyai Propinsi Papua” oleh Nama : Fransiska Tebai Nim : 231 409 101
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sisoal Universitas Negeri Gorontalo 2014
SUKU MEE (TINJAUAN SOSIAL BUDAYA) Suatu Penelitian di Desa Idakebo Kecamatan Kamuu Utara Kabupaten Dogiyai Propinsi Papua Fransiska Tebai, Resmiyati Yunus*, Yusni Pakaya**.
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sisoal Universitas Negeri Gorontalo 2014
ABSTRAK Fransisika Tebai, Nim : 231 409 101, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2013.Dengan Judul: “Suku Mee (Tinjauan Sosial Budaya) di Desa Idakebo Kecamatan Kamuu Utara Kabupaten Dogiyai Propinsi Papua”. dibawah bimbingan Dra.Resmiyati Yunus.M.Pd dan Yusni Pakaya S.Pd.M.Pd1. Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kehidupan Suku Mee (Sosial Budaya) di Kecamatan Kamuu Utara Kabupaten Dogiyai Provinsi Papua.dalam pemahaman mengenai persepsi masyarakat terhadap Suku Mee tinjauan sosial budaya, maka metode yang dianggap layak digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomelogis. Hal ini dikarenakan; Pertama metode ini lebih muda jika dihadapan dengan kenyataan ganda, kedua,Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden ,ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap polapola nilai yang dihadapi oleh Suku Mee. Masyarakat Suku Mee memiliki kekuatan kebudayaan yang dimiliki orang Mee sangat menentukan dalam peradaban dan perkembangan zaman sampai sekarang dan akan datang.budaya sebagai warisan nenek moyang leluhur suku bangsanya-mesti dijadikan sebagai pijakan dasar dan menjadi rambu hidup. Kata kunci : SUKU MEE (TINJAUAN SOSIAL BUDAYA) Suatu Penelitian di Desa Idakebo Kecamatan Kamuu Utara Kabupaten Dogiyai Propinsi Papua. 1
Fransiska Tebai 231409101 Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Resmiyati Yunus, dan Yusni Pakaya.
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan bangsa yang terbangun dari perbedaan kebudayaan dan sejarah atau cikal bakal lahirnya kebudayaan itu sendiri memiliki pengalaman dan perkembangan sejarahnya berbeda-beda dari satu suku dengan suku yang lain. Perbedaan itu mempengaruhi dan juga membentuk hasil-hasil kebudayaannya. Hasil-hasil kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah hasil dari karya, cipta dan daya masyarakat yang memilikinya. Wujud dari hasil olahan tersebut adalah usaha memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga disebut sebagai kabudayaan atau adat masyarakat yang melahirkannya. Walaupun setiap suku bangsa di Indonesia ada didalam tantangan perubahan dan menerima dan mengikuti budaya yang datang dari luar namun setiap suku bangsa berusaha mempertahankan budaya aslinya Demikianpun kelompok masyarakat lain yang muncul dengan kebudayaan baru, yang sangat berbeda kebudayaan aslinya yang sedang ditransformasinya atau diperbaharui agar sesuai dengan tuntutan zaman sulit menerima karena sangat bertentangan kebudayaan dimaksud tersebut. Budaya setiap suku bangsa yang selalu mengikuti perkembangan zaman sambil mentransformasi kebudayaanya agar sesuai dengan tuntutan zaman itu memberikan sebuah nuansa baru. Nuansa baru yang dimaksud adalah kebudayaannya tetap eksis ditengah perubahan zaman yang cepat berubah sambil mengikuti perubahan zaman tersebut. Hal ini dilakukan agar kesadaran akan dirinya sebagai manusia berbudaya. Pemahaman akan manusia berbudaya melahirkan kesadaran akan dirinya sebagai bagian dari budaya itu. Selain itu, penghargaan akan hasil proses olah rasa, karsa dan jiwa orang-orang terdahulunya, yang melahirkan budayanya, merupakan penghargaan tertinggi. Sebab proses pembentukan kebudayaan di masa lalu dan perkembangan di waktu-waktu berikutnya hingga perhitungan perkembangan kebudayaan dalam waktu yang cepat berubah di masa sekarang dan ke masa depan penting sekali untuk dianalisis dan ditransformasi. Sebab proses perkembangan dan usaha mentrasformasi kebudayaan dalam lintasan perjalanan waktu ini harus dilakukan sebab budaya merupakan jati diri suku bangsa yang menganut kebudayaannya. Secara umum, setiap suku bangsa di Indonesia sebagai masyarakat yang berbudaya, maka proses demikian tersebut dengan skala besar atau kecil dapat dikatakan mulai terjadi sejak zaman prasejarahKehidupan pada masa prasejarah dalam satu-satuan kemasyarakatan yang relative terpisah satu sama lain telah memberikan peluang besar untuk tumbuhnya kebudayaan dengan ciri khasnya masing-masing. Dengan perkembangan ini, maka jati diri budaya masing-masing di tandai oleh kekhasan yang lebih rumit pula, menyangkut berbagai komponen kebudayaan. Masing-masing satuan kelompok orang yang berproses membentuk
satuan-satuan masyarakat dengan unit-unit kebudayaannya sendiri akan berkembang menjadi kekuatan-kekuatan sosial baru. Demikianpun suku-suku bangsa di Indonesia yang memiliki berbagai suku, bahasa dan sebagainya tersebut. Bangsa Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam suku bangsa telah menyebar dan menetap di berbagai pulau besar maupun pulau kecil, yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai suku tersebut mendiami wilayah yang berbeda-beda dan proses pembentukan karakternya yang terkandung dalam kebudayaan itu pun berbeda antara satu suku bangsa dengan suku bangsa yang lain. Ada suku bangsa yang tinggal di daerah daratan tinggi, pinggiran pantai, lereng-lereng gunung sehingga masyarakatnya hidup dengan pola budaya, sistem kebudayaannya disesuaikan dengan kondisi alam dan letak geografis dimana masyarakat menempatinya. Artinya, alam dan kondisi geografis tersebut ikut mempengaruhi proses panjang pembentukan karaktek dan kebudayannya. Pada kebudayaan, manusia menampakkan jejak-jejaknya dalam panggung sejarah. Khas pada kebudayaan ialah desain kehidupan itu diperoleh melalui proses belajar. Perkembangan manusia tergantung pada sosialisasi, yakni suatu proses interaksi terus menerus memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta keterampilan-keterampilan social, namun untuk menjadi manusia, orang tidak hanya belajar satu cara. Isi sosialisasi manusia memperoleh kebudayaan masyarakat dimana ia di lahirkan dan dibesarkan. Didalam lingkungan kebudayaan masyarakatnya itulah manusia yang belajar tentang kebudayaan. Pada dasarnya setiap program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat akan berdampak pada nilai dan norma serta budaya local. Demikian pula dengan kehidupan social budaya kehidupan masyarakat yang terdapat di suku mee. Masyarakat Suku Mee merupakan masyarakat yang dikenal dengan masyarakat yang hidup di bagian pegunungan dan memiliki budaya dan kehidupan social yang unik. Kebudayaan yang tersebar diseluruh bangsa Indonesia sangatlah beragam macam maupun bentuknya. Budaya dalam bentuk apapun khususnya budaya secara adat ini tidaklah terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan serta tingkat pergaulan dari masyarakat yang bersangkutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berdampak pada degradasi nilai-nilai budaya tersebut. Pembaharuan budaya merupakan hal yang mesti dilakukan oleh orang Mee sendiri. Akan pentingnya pembaharuan budaya dapat dilandasi menurut landasan fundamental sebagai totalitas yang berkelanjutan pada sumber keutuhan hidup sebagai pribadi. Perbandingan mempertahankan hidup masyarakat adat orang mee secara interen maupun eksteren sudah mengalami perubahanperubahan akan tetapi keadaaan tresebut membuat seakan-akan tidak mengalami perubahan atas dasar pedoman hidup.
Keadaan orang Mee dahulu sangat menghayati dan memahami pedoman hidup manusia sejati yang disebut makodo Mee. Karena dalam mewujudkan kegiatan sehari-hari terjadi dengan tindakan nyata mencapai tujuan. Perubahan sedang terjadi atas wilayah yang dulunya tertutup akhirnya mulai terbuka dan pribadi yang dulunya sebatas komunitas sendiri sudah mulai terbuka keluar dan mengenal manusia lain termasuk suku-suku tetangga yang memberikan nama sapaan. Semestinya pengakuan diri sebagai manusia sejati harus diletakan diatas pedoman hidup sebagai kekuatan bersama namun sikap, tindakan pribadi tertentu kadang tidak memperlihatkan sedalam pemahaman leluhur bangsanya dan akhirnya sangat mudah mengalami kelonggaran tanpa menyadari sebagai pemilik sebelum memproteksinya. Menyingkapi kondisi krisis identitas dan jati diri orang Mee pada masa kini, akan dikaji menurut perspektif eksistensi manusia Mee kondisi dulu dan sekarang demi masa depan, tanpa saling menyalahkan antara satu sama lain baik pribadi, suku Mee, pemerintah, agama, dan komponen pendukung lainnya serta masyakarakat pendatang yang ada didaerah ini. Terpenting sekarang adalah membangun konteks kebersamaan dengan mengdepankan pembaharuan sebagai wujud kemandirian secara benar dan dengan berjiwa.Budaya dan Kehidupan Sosial masyarakat, masyarakat Papua secara umum dan masyarakat Dogiyai pada khususnya yang mengedepankan nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku di kalangan masyarakat, serta disempurnakan oleh Pedoman Hidup. Makluk sosial dan sebagai makluk ciptaan Tuhan, dengan tergesernya nilai-nilai mencerminkan jati diri Orang “Mee” telah di kikis dengan berbagai pengaruh yang masuk dari luar, dengan demikin berdampak negatif pada persatuan dan kesatuan masyarakat. Pola pergeseran ini telah terjadi dan secara perlahan mulai musnah dari kehidupan, ada pemusnahan di lakukan oleh orang Dogiyai dengan atribut dan kekayaan budaya selain itu dengan arus persiangan aliran-aliran dan persiangan ideologi, ekonomi maupun politik telah menerang langsung dalam kehidupan rakyat Masyarakat Dogiyai dan suku Mee pada umumnya. Pergeseran-pergeseran tersebut terjadi dalam dua bentuk, yakni pergeseran cara dan pola pikir dan pergeseran secara fisik dalam gaya hidup atau Life Style terjadi dan ditemukan dalam banyak contoh kasus di Dogiyai. Tanpa melalui pedoman hidup dan introspeksi diri akan budaya masyarakat adat pada masa sekarang maka tidak akan tercapai pembaharuan secara maksimal pada harapan diinginkan oleh semua komponen masyarakat adat. Maksudnya, sebagai manusia Mee yang menyebutkan manusia sejati dapat merefleksikan tentang pribadi, keluarga, masyarakat dan sebagai satu-kesatuan komunitas satu suku bangsa yang ada ditanah papua. Berangkat dari uraian latar belakang diatas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan mengangkat judul “Suku Mee
(Tinjauan Sosial Budaya) di Kecamatan Idakebo Distrik Kamuu Utara Kabupaten Dogiyai, Propinsi Papua. Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana proses perkembangan kehidupan sosial budaya suku Mee ? KAJIAN PUSTAKA Pengertian kebudayaan Para pakar antropologi budaya Indonesia umumnya sependapat bahwa kata”kebudayaan”berasal dari bahasa sansekerta buddhayah. Kata buddhayah adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau ”akal”. Secara etimologis, kata “kebudayaan” berarti hal-hal yang berkaitan dengan akal (Koentjaningrat,1974:9). Namun ada pula anggapan bahwa kata“budaya”berasal dari kata majemuk budidaya yang berarti “daya dari budi”daya dari akal”yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Menurut E.B.Tylor (1871:26) menggunakan kata kebudayaan untuk menunjuk “keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam pengalaman historinya”. Termasuk disini adalah pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai masyarakat’’. Berdasarkan pendapat diatas, maka perlu disimpulkan bahwa kebudayaan merupaka suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dengan mengeluarkan pendapat atau ide dari masing-masing masyarakat guna menjalankan roda kehidupan budaya dalam kehidupannya. Dari pandanngan para ahli diatas, maka kesimpulan yang bisa diambil adalah kebudayaan tidak terlepas dari masyarakat karena hasil kreasi manusia yang memilikinya. Masyarakat tanpa budaya adalah masyarakat yang tak memiliki hidup. Karenanya, kebudayaan selalu melekat pada masyarakat penganutnya, yang mana masyarakatnya berdasarkan tata nilai kebudayaannya dapat melakukan kebiasaan atau kebudayaannya untuk menunjuhkan ciri khas dirinya dan beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara manusia membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuantujuan hidupnya. Unsur-Unsur Kebudayaan Hal diatas menjadi dasar untuk masuk mengenal unsur-unsur kebudayaan orang Mee dan akhirnya mengkaji unsur-unsur budaya universal sebagai acuan teori. Teori menurut C. Kluckhohn (1949:64-67) dalam buku berjudul universal categories of culture memperkenalkan tujuh unsur kebudayaan, diantaranya : sistem teknologi dan peralatan. Setiap teknologi peralatan merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannnya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu, manusia dapat membuat peralatan dan mempergunakan alat, Sistem mata Pencarian Hidup dan
Sistem Ekonomi. Merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. Sebagai homo economicus orang Mee mengejar jenjang Tonowi dapat menunjukan kebolehannya melalui pola pertanian-berladang (bugi), Peternakan-beternak babi (muniya agiyo), sistem produksi (agiyo-umina, puduma), sistem distribusi (iyo makida, owudi, ebemakida, Sistem Organisasi Kemasyarakatan. Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal. Maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatnya kesejahteraan hidupnya. Sistem organisasi kemasyarakatan berarti masyarakat melakukan pekerjaan secara bersama-sama dalam kelompok guna saling meringankan tugas yang berat masyarakat atau manusia saling membutuhkan, saling membantu antara masyarakat satu dengan lainnya, Sistem Bahasa Merupakan produk dari manusia sebagai homo longues. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian yang disempurnakan dalam bahasa lisan dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan. Misalnya, bahasa Mee atau Mee mana dapat dikenal melalui tanda larangan atau perintah-tuni makii, bahasa lisan tentang kehidupan-umitou mana dan tertulis versi bahasa Mee tentang lagu-lagu rohani. Bahasa merupakan suatu komunikasi yang dilakukan setiap individu dengan secara komunikasi antara satu orang keorang lain dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa tulisan, Kesenian Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisinya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. Manusia bukan lagi semata-mata memenuhi kebutuhan isi perut saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara yang mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara yang merdu, tarian yang unik yang semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian. Kesenian adalah suatu seni yang dimiliki oleh masyakat melalui karya-karya seni seperti seni sastra, musik, tarian, lukisan, dan drama manusia mengekspresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita serta perasaan dalam diri masyarakat, Sistem Pengetahuan Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang diketahui kemudian menyampaikan kepada orang lain melalui bahasa. Hal ini menyebabkan pengetahuan menyebar luas . Lebih-lebih bila pengetahuan itu dibukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi Pengetahuan adalah suatu ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri dan kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang diketahui kemudian menyampaikan kepada orang lain melalui bahasa, Sistem Religi (Sistem Kepercayaan) Merupakan produk manusia sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur telah menyadari bahwa diatas kekuatan yang dimiliki
manusia (dirinya) namun ada kekuatan lain yang lebih besar ada dan kekuataan tersebut mengatasi dan mengendalihkan manusia dan dunia. Karena itu manusia sadar akan dirinya Kepercayaan adalah suatu keyakinan oleh setiap masyarakat dalam melakukan segala sesuatu dengan dorongan dari Tuhan lewat kegiatan kita masing-masing dalam kehidupannya Wujud ideal Wujud ideal adalah wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud ini disebut ideal, karena sifatnya yang abstrak, tak dapat diraba atau difoto. ia terdapat dalam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan hidup. Sistem sosial Manusia tidak hanya berpikir dan mencetuskan ide-ide. Manusia juga tidak hanya berharap dan mencita-citakan sesuatu yang baik. Manusia pun berusaha mewujudkan apa yang dipikirkan dan dicita-citakannya. Untuk itu dia harus melakukan pelbagai aktivitas atau kegiataan. Dia tidak melakukan aktivitasaktivitas secara individual, melainkan secara sosial atau kerja sama Kebudayaan fisik Kebudayaan fisik meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya manusia, seperti rumah, gedung-gedung perkantoran, jalan, jembatan, mesinmesin, dan sebagainya. Karena itu sifatnya pun paling konkret, mudah diobservasi, diraba. Kebudayan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia. Ciri-Ciri kebudayaan Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya, kebudayaan adalah ciptaan manusia, bukan ciptaan tuhan atau dewa. manusia adalah pelaku sejarah dan kebudayaannya. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara individual, melainkan oleh manusia secara, bersama. Kebudayaan adalah suatu karya bersama bukan karya perorangan. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya, kebudayaan ini diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi lainnya melalui proses belajar. Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar manusia. Tampak di sini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat historis, artinya proses yang selalu berkembang. Kebudayaan bersifat simbolik, sebab kebudayaan merupakan ekspresi, ungkapan kearifan manusia. Sebagai ekspresi manusia, kebudayaan itu tidak sama dengan manusia. Kebudayaan disebut simbolik sebab mengakspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya. Kebudayaan adalah sistem pemenuhan pelbagai kebutuhan manusia. Tidak seperti hewan, manusia memenuhi segala kebutuhannya dengan cara-cara beradab, atau dengan cara-cara dengan manusiawi. Hewan misalnya, tidak mampu mengolah makanan hingga terasa enak dan lezat untuk di santap. Hewan kalau lapar, langsung saja
mencaplok bahan-bahan mentah yang sudah sediakan alam baginya. Sedangkan manusia mengolah terlebih dahulu bahan makanan dari ladang yang di garapnya dengan teknik- teknik yang tertentu, sehingga makanannya yang pantas untuk di santap.Jadi disimpulkan bahwa kebudayaan ini mempunyai ciri-ciri yang tercantum dalam kehidupan manusia untuk memenuhi dan melaksanakan kebudayaan dalam kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam pemahaman mengenai suku Mee (tinjauan social budaya) dikecamatan Idakebo kabupaten Dogiyai-Papua, maka jenis penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis artinya suatu pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam hal tertentu. Penelitian ini penulis mencoba memahami seluruh kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan objek penelitian yaitu perkembangan sosial budaya masyarakat suku Mee di Idekebo. Disamping itu peneliti berusaha memasuki medan-medan penelitian yang berhubungan langsung dengan situasi serta objek yang diteliti, yaitu tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan masyarakat adat yang memiliki hubungan langsung dengan obyek penelitian. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi di Kampung Idakebo Kecamatan Kamuu Kabupaten Dogiyai, Provinsi papua. Sumber data Data hasil penelitian ini diperoleh dari data yang benar-benar bersumber dari objek penelitian itu sendiri, yakni: Data primer adalah data yang diperoleh dilapangan yakni pemerintah distrik idakebo serta masyarakat suku Mee. Data sekunder adalah data yang bersumber dari buku dan sumber lainnya berkaitan dengan penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian data tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sesuai dengan bentuk penelitian yang dilakukan yakni penelitian kualitatif akan dalam upaya untuk memperoleh data yang dibutuhkan penelitian menggunakan teknik observasi wawancara dan dokumentasi.Observasi Teknik ini dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan objek penelitian untuk menunjung penelitian serta, untuk mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Wawancara yang sifatnya terbuka tidak berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang pada informan yang sama. Adapun bentuk pertanyaan yang diajukan pada umumnya peneliti memfokuskan pada permasalahan dalam penelitian ini, sehingga informasi yang dikumpulkan semakin rinci dan mudah untuk diolah serta memiliki keakuratan data. Wawancara merupakan cara utama dalam mengumpulkan data dan informasi dari objek yang diteliti, metode ini digunakan oleh penulis untuk mewawancarai secara langsung kepada tokoh adat, tokoh masyarakat dan instansi terkait guna memperoleh data yang di perlukan. Dokumenter Dokumen yaitu menelusuri data yang berkaitan dengan materi dan kegiatan penelitian seperti literatur, dokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik Analisis Data Penelitian ini pengolahan data dan analisis data dapat dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh baik melalui observasi maupun wawancara diolah dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan tema sesuai dengan focus permasalahan. Sebab penelitian difokuskan pada bagaimana proses perkembangan kehidupan social budaya suku Mee di kecamatan Kamuu Papua. Selama kegiatan pengolahan analisis data dapat dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu mengklasifikasikan data dalam berbagai arah untuk memperoleh gambaran yakni bersifat umum dan catatan langsung. Kemudian dikelompokkan atau dikatekorikan sesuai dengan penelitian. Peneliti menghimpun elemen-elemen yang ada hubungannya masalah 1.8. Kerangka Berpikir penelitiannya sebagai berikut : Penelitian kualitatif dilukiskan dalam kata-kata, bukan dalam bentuk angkaangka. Maka itu penting sekali untuk dirumuskan dalam pola, kategori, tema atau pokok permasalahan tertentu. Oleh karennya, catatan-catatan dalam pengumpulan data (wawancara atau hasil observasi) perlu direduksi dan dimasukan kedalam pola, kategori, fokus atau tema penelitian. Hasil reduksi perluh di “display” secara tertentu untuk masing-masing pola, kategori, fokus atau tema yang hendak dipahami dan dimengerti “duduk soalnya”. Akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan tertentu dari hasil pemahaman dan pengertiannya. Proses ini merupakan suatu siklus yang interaktif. Gambarannya seperti berikut ini :
Reduksi Data
Pengumpulan Data
Display Data
Penggambaran Kesimpulan
Peneliti banyak mendapatkan data dari wawancara, observasi, dan dari sejumlah dokumen dari lapangan. Semua data itu dirangkum, diiktiarkan, atau diseleksi. Hasilnya dimasukan ke dalam tema yang sama dalam penelitian yang dilaksanakan. Proses ini adalah proses kerja reduksi data. Disamping proses kerja seperti ini diperluhkan kegiataan display data, artinya kegiataan penyajian data berdasarkan urutan waktu dan kronologis terjadinya sesuatu, saling pengaruh antar faktor atau komponen didalam perkembangan suatu kejadian atau peristiwa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemerintah kabupaten Dogiyai dibentuk berdasarkan UU. Nomor 08 Tahun 2008 tentang Pembnetukan Kabupaten Otonom Dogiyai pada tanggal 20 Juni 2008. Selanjutnya UU Nomor 08 Tahun 2008 ini diberlakukan dalam penerapan sebagai kabupaten Otonom sebagaimana kabupaten lain di Indonesia dengan beberapa produk hukum yang mulai berlaku. Beberapa produk hukum yang dimaksud adalah Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keungan antara pusat. Produk-produk UU tersebut berdampak positif terhadap pengembangan pembangunan daerah, pengembangan potensi daerah yang ada.
Konsekuensinya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mengikutsertakan masyarakat secara aktif baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pembangunan di daerah. Kondisi Geografis Kabupaten Dogiyai merupakan kabupaten yang wilayahnya terletak dipegunungan tengah pulau papua. Kabupaten Dogiyai memiliki posisi strategis bagi lalu lintas perdagangan dan transportasi antara kabupaten-kabupaten di daerah pegunungan di wilayah Papua Secara administratif batas wilayahnya kabupaten Dogiyai adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Siriwo kabupaten Nabire, Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Mimika Barat kabupaten Mimika, Sebelah barat berbatasan berbatasan dengan kecamatan Kaimana kabupaten Nabire, Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Paniai Barat kabupaten Paniai. Secara geografis kabupaten Dogiyai terletak di daerah pegunungan tengah provinsi Papua, Indonesia. Luas wilayah Luas wilayah kabupaten Dogiyai berdasarkan undang-undang RI Nomor. 8 tahun 2008 tentang pembentukan kabupaten Dogiyai di provinsi Papua adalah seluas sebesar ± 4.237,4 km2 yang semuanya adalah daerah pegunungan dan lembah-lembah. Distrik dengan luas wilayah terbesar adalah distrik Mapia dan distrik dengan luas terkecil adalah distrik Mapia Tengah. Topografi Wilayah kabupaten Dogiyai memiliki topografi yang bervariasi mulai dari daratan bergelombang, berbukit dan pegunungan. Wilayah perbukitan dan pegunungan mendominasi hampir 85 persen wilayah kabupaten Dogiyai dan masih dipenuhi hutan alami. Berdasarkan perbedaan geomorfologisnya wilayah kabupaten Dogiyai dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) zona agrosistem, yaitu: zona ketinggian sedang ± 600-a500 dpl, zona daratan tinggi ± diatas 600 dpl, Lereng bukit dan daerah pegunungan/daratan tinggi pada umumnya mempunyai jenis tanah podzolik merah, hidromorf kelabu, merah sampai kuning. Iklim Pada umumnya kabupaten Dogiyai beriklim tropis basah dengan curah hujan hampir sepanjang tahun. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian letak dimana setiap kenaikan 100 m dari permukaan air laut mengalami penurunan ratarata 0,60 c, sehingga dengan topografi yang bervariasi didaratan tinggi. Maka suhu udara di kabupaten Dogiyai berkisar antara 22.6 c sampai dengan 33,1 c dengan suhu rata-rata pada tahun 2008 mencapai 27.c secara rinci suhu rata-rata di kabupaten Dogiyai. Kabupaten Dogiyai secara geografis terletak didaerah khatulistiwa yang menyebabkan daerah ini beriklim tropis, juga karena kabupaten Dogiyai bagian
pulau papua yang terletak antara benua Australia dan benua Asia yang iklimnya dipengaruhi oleh angin musim yang bertiup secara bergantian setiap enam bulan sekali. Angin musim tenggara yang bertiup pada bulan Mei hingga bulan November berasal dari benua Australia, dimana matahari berada diutara garis khatulistiwa menyebabakan daerah ini rendah tekanan udaranya dan memiliki sifat tidak banyak mengandung uap air karena daratan Australia Utara merupakan daerah savana yang tandus. Antara bulan Desember hingga bulan april bertiup angin musim barat laut dengan memiliki sifat yang berbeda dengan angin musim tenggara, angin ini bertiup dari daratan asia dan banyak mengandung uap air, karena daerah yang dilalui cukup luas yang melewati sebagian samudera dan lautan sehingga banyak mendatangkan hujan. Selain itu kelembaban udara di kabupaten Dogiyai umumnya sangat tinggi.Demografis berdasarkan hasil sensus penduduk pada Tahun 2012, di kampung Idakebo adalah pada umumnya “Suku Mee”. Berdasarkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian dalam hal ini sumber tertulis kantor kampung Idakebo. Agama Sebagian besar warga masyarakat kecamatan Kamuu beragama kristen (Katolik dan Protestan). Jumlah pemeluk agama di kabupaten Dogiyai sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai: Kristen protestan: 38.177 orang, Kahtolik : 36.871 orang, Islam :145,orang dll. Untuk menjalankan ibadah bagi para pemeluk agama tersebut, di kecamatan Kamuu telah tersedia sarana ibadah dengan perincian sebagai berikut: kristen protestan 74 unit, kahtolik 66 unit, mesjid 2 unit. Mata pencarian Jenis mata pencarian merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. Misalnya, orang Mee mengejar jenjang Tonowi dapat menunjukan kebolehannya melalui pola pertanian berladang {bugi}, peternakan–beternak babi {muniya agiyo}, sistem produksi {agiyo-umina,puduma}, sistem distribusi {iyo makina,owudi,ebemakina}. Perumahan Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok dari sepuluh kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan papan. Disisi lain rumah merupakan tempat untuk melindugi dari sengatan dan hujan oleh karena itu rumah memiliki peranan penting dalam kebutuhan manusia. Dalam ada istiadat suku Mee kampung Idakebo setiap orang berkeluarga harus memiliki rumah sendiri seperti rumah honai alang-alang, rumah honai atap seng, rumah honai papan atap seng dan tidak dapat satu rumah dengan orang tua. Aspek Pendidikan
Pendidikan di kecamatan Kamuu telah mendapat perhatian yang sangat besar dari masyarakat. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan pendidikan maka banyak generasi mudah yang mengenyam pendidikan dan banyak pulah yang sudah menyelesaikan pendidikan Tinggi. Walaupun demikian masih ada sebagian kecil orangtua yang beranggapan bahwa membiayai sekolah membutuhkan biaya yang besar, karena setiap anak yang masuk sekolah harus menyiapkan biaya yang banyak untuk keperluan sekolah. Pendidikan anak Mee kini, lebih berfokus pada hubungan antara keluarga dan pendidikan formal, terutama dari tingkat sekolah dasar/SD. Setelah masuknya pengaruh dari luar, pola pendidikan anak mee sudah mulai berubah. Perhatian dan tanggung jawab orangtua dalam hal pendidikan dan pembinaan anak, semakin menurun. Hal ini terutama dengan hadirnya lembaga pendidikan formal yakni sekolah. Pendidikan pada saat ini dalam bidang, pendidikan mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh salah seorang pengawai pemerintah kabupaten Dogiyai, bahwa pendidikan adalah kunci perubahan yang diinginkan, menurutnya tidak ada perubahan tanpa orang-orang yang berpendidikan yang dapat membangun bangsa ini pada umumnya, lebih khususnya kabupaten Dogiyai. Potensi Alam Sumber daya alam yang tersebar di kabupaten Dogiyai sangat potensial antara lain terdapat sumber daya hutan tropis yang kaya akan berbagai jenis flora seperti: Arucaria, Librocedus, Grevika, Eucalyptus, Metrosideros, Trisnatia, Melakuca, Darydium, rotan, damar, sagu, kayu lawang, mosohi dan gaharu. Sedangkan fauna terdiri dari berbagai jenis mamalia, unggas dan reptilia seperti babi, rusa, kuskus, kasuari dan sebagainya. Disamping itu, terdapat juga hutan manggrof, sumber daya kelautan, pertambangan, dan bahan-bahan galian antara lain marmer, mika, minyak bumi, emas dan lain-lain. Perkembangan kehidupan sosial budaya Suku Mee. Suku Mee adalah nama suku bangsa di tanah Papua. Nama yang diturunkan oleh leluhur suku ini adalah Mee. Mee berarti orang-orang yang telah dipenuhi dengan akal budi yang sehat, dapat berpikir secara logis, dapat membedakan suku ini dari suku yang lain, Hal ini dapat ditandai dengan dengan pemberian nama marga suku Mee. Suku Mee dikenal sebagai petani ubi jalar, talas, sayur-mayur, tebu, dan buah-buahan. (dalam kehidupan suku-suku Irian Barat, Slamet Ina E,1964:35), dijelaskan bahwa suku Mee adalah suku-suku menetap sebagai petani, dan memperlihatkan suatu kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Budaya suku Mee telah ada sejak nenek moyang leluhur kecuali pemiliknya tampak mulai melupakan dengan alasan menyesatkan dalam waktu dan tempat tertentu. Tanpa kebudayaan tidak memiliki arti dan makna hidup
untuk tetap diatas identitas jati diri budaya bangsa yang kukuh. Manusia Mee menunjukan sikap keberpihakan untuk melestarikan. Dimana wujud kebuyaan suku bangsa Mee telah berlandaskan diatas pedoman hidup’’touye mana’’sebagai manusia sejati ‘’Makodo Mee’’kebudayaan yang dimiliki orang Mee sangat menentukan dalam peradaban dan perkembangan zaman sampai sekarang dan akan datang. Budaya sebagai warisan nenek moyang leluhur suku bangsanyamesti dijadikan sebagai pijakan dasar dan menjadi rambu hidup sesuai dimensi waktu.Perubahan kebudayaan juga berlangsung dengan pesat dari waktu ke waktu. Sebagaimana dalam kebudayaan yang dianut oleh semua manusia baik dalam komunitas kebudayaan tertentu selalu adalah budaya yang positif (mengandung nilai kebaikan) dan negatif (mengandung nilai keburukan), begitu pula yang dianut dalam tradisi masyarakat orang Mee. Kontak awal orang Mee dengan Misionaris diawali dari kokonao (Pesisir selatan Papua barat). Kontak itu terjadi ketika orang-orang Mee melakukan transaksi (jual-beli) barang Yang dibawanya dengan kulit kerang yang akan jadikan Mege dengan orang-orang kamoro.orang Mee yang pertama kali bertemu dengan Misionaris adalah Auki Tekege, salah satu tonowi (orang kaya) di modio, daerah Mapiha dan sekitarnya. Misionaris yang ditemuinya adalah Pater Tillemans. Kemudian ia mengajak Pater Tillemans untuk ketempat asalnya di Modio.Kedatangan Misionaris yang secara fisik berbeda dengan orang Mee/Melanesia dipapua barat mengundang pembicaraan yang sangat serius dikalangan masyarakat. bahkan berita kedatangan misionaris itu sampai ke wilayah lainnya seperti kamuu, tigi, paniyai, bahkan sampai berkunjung ke modio untuk melihat kedatangan misionaris tersebut, apalagi didukung dengan kesohoran nama Tekege Auki sebagai salah seorang Tonowi disekitar wilayah mapiha dan sekitarnya. setelah para pengunjung itu berkumpul bersama Pater Tillemans, Tekege Auki dan lainnya, Pater Tillemans bertanya”iniike mee wageetai ,iniike mogai kouna teetai, iniike omakounaa nootai iniike puyaa mana kouna wegatai”kemudian mereka bertanya balik kepada pater tillemans.”Apa yang harus kami lakukan?”kemudian Pater Tillemans menyarankan supaya”jangan melanggar sepuluh Perintah Allah lagi. Kemudian dilanjutkan dengan acara pesta Tetodei. Pesta Tetodei diselingi bersamaan dengan Otikai Tokonai (Mematahkan kayu tertentu). Pada awalnya masuknya gereja katolik dan pendidikan (sekolah) orang Mee dapat dihimpun menjadi Satu keluarga diatas persatuan yang sudah ada sebelumnya, adanya pengenalan tatanan dunia lain baru yang dapat mendorong orang Mee untuk menyiapkan diri dalam segala hal agar tidak dijajah lagi, masyarakat Mee diperkenalkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam perkembangan selanjutnya tidak dapat ditolak lagi (sebelummnya mereka tidak pernah mengenal budaya menulis dan membaca, kecuali berhitung dan alamiah),
dan banyak perubahan lainnya. Pada waktu kedatangan para misionaris itu sulit untuk menyesuaikan dengan orang Mee karena orang mee merasa takut melihat orang kulit putih sehingga mereka jauh dari para misionaris cuma satu dua orang yang mendekati dengan mereka. Namun lama kelamaan para misionaris mulai mendekati dengan masyarakat sehingga sudah menjadi kebiasaan untuk bergaul dengan para misionaris dan mereka memberikan pendidikan kepada masyarakat orang Mee. Orang Mee mengenal dan sangat menyadari bahwa sebagai manusia mereka memilki akal budi. Dalam kesadaran itu, setiap orang Mee mesti pandai dan bijaksana menggunakan akal budinya. Setiap orang Mee harus menggunakan akal budi pikirannya juga demi masa depan manusia Mee dan wilayah tanah berpijaknya bersama pemerintah daerahnya, mengingat bahwa pikiran-pikiran ini menuntut kerja keras dan berjuang demi kehidupan masa kini dan masa depan; memikirkan norma dan hukum yang dikenal sejak zaman leluhur bagi diri dan lingkungan, serta segala hal yang dapat dipikirkan oleh akal budi demi kebaikan orang Mee sebagai manusia. Keyakinan orang Mee hidup diatas pedoman hidup dengan tuntutan landasan hidup “Touye Mana”. Orang Mee sekarang atau masa kini, belajar dari pengalaman dan teladan nenek moyang leluhur suku bangsa dan kemudian pergulatan hidup yang sedang alami, rasakan lansung tanpa memisahkan antara masa dahulu masa kini sebelum memasuki masa depan yang menjadi harapan itu. Orang Mee masa kini dapat bercermin antar dimensi perubahan untuk mempersiapkan jalan bagi generasi mendatang secara berkelanjutan. kenyataan hidupnya pun menjadi nyata apabila dihayati dan diperlukan diatas pedoman hidup dengan landasan ‘Touye Mana’ yang diperkenalkan oleh leluhurnya. Ketika zaman terus berubah dan hingga sampai sekarang dan memandang sebagai ketinggalan zaman maka akan menjadi tidak ideal karena cita-cita dan harapan hidup orang mee menjadi tidak punya arti sesuai pedoman hidup. Landasan pedoman hidup yang dibekali dengan ‘dimi akauwai awi’. Sebab dengan adanya pedoman hidup melahirkan suatu harapan yang mengandung arti mendalam melalui’dou gai ekowai,dan ewanai. Suku mee mesti memiliki harapan dan citacita untuk sekarang dan masa depan tanpa melupakan masa dahulu diatas pedoman hidup sebagai basis eksistensi. Harapan hidup bagi suku mee merupakan keinginan yang hendak dicapai pada masa dahulu bagi seseorang manusia sejati sebagai Makodo Mee. Dalam mencapai harapannya, manusia Mee memiliki ‘dou, gaii, ekowai, ewanai’ sebagai dorongan yang kuat. Daerah masyarakat Mee mulai terbuka dan hidup masyarakat mulai berubah sejak pemerintah belanda dan agama kristiani diperkenalkan disana kepada mereka, khususnya melalui organisasi protestan dan katolik.kontak awal agama dan sistem awal pemerintah belanda telah memperkenalkan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah ada dalam
budaya Mee dan wilayah mereka. Sejumlah hal baru sengaja dimasukan baik oleh organisasi gerejani mengikuti irama perkembangan zaman. Budaya “Mee” mengetahui orang lain/mengasihi sesama ini sampai di mana posisinya sudah tertanam sejak nenek moyang Manusia “ Mee”. Sehingga manusia Mee selalu di identik dengan pengasih (Ipayagomee), atau Mee merupakan orang–orang yang selalu mengutamakan Kasih, atau bahasa Mee sendiri diartikan bahwa Ipadimi. Sehingga pandangan sosial budaya Mee dipandang sebagai Ekonomi atau harta dan kekayaan merupakan hal yang kedua bagi setelah mengasihi sesama (mee ipa egai). Dalam sistem kehidupan Manusia “Mee”, Ipadimi sebagai landasan/ pedoman hidup. Sehingga Mee dalam membangun relasi yang baik tidak selalu di pandang dari statusnya. Kehidupan Mee ini sering di tandai dengan kebersamaan yang kuat dalam membangun hubungan dengan sesama dalam pikiran dan maksud yang baik. Dalam gambarannya mau pergi cari kayu bakar di hutang mereka tidak selalu sendirian tetapi mereka harus mengacak temannya atau tetangganya untuk bersama-sama mencari kayu bakar di hutang. Bukan berarti mereka takut akan terjadi sesuatu di jalan atau di hutang tetapi hanya karena mereka lebih dulu mengetahui Posisi diri dan orang lainnya. Sebelum masuknya alkitab atau agama di wilayah Paniai/Meeuwo dide dari makataka sampai kegata Budaya mengetahui posisi orang lain (Mengasihi/Ipadimi) sudah ada sebelumnya. Maka di lihat dari kedua segi ini ada kesamaan antara nilai budaya (cultural value) Mee dengan nilai agama (Religius value) sebelum masuknya agama sehingga kesamaan tersebut memberikan sesuatu kekuatan dan sebagai dorongan untuk mengembangkan dalam hal Mee ipaegai/mengasihi sesama kita.Demikian juga di kelompok lingkungan Mee, pengaruh budaya Luar yang semakin besar sangat besar potensinya dalam memudahkan Manusia “Mee” meninggalkan budaya mengasihi atau mengetahui posisi orang lain sebagai pedoman hidup. Maka semakin hari semakin menghilang jika di tinjau dari masa- masa sekarang.Dimanakah potensi terbesar yang mempengaruhi dari pihak ekstern dan semakin hari semakin menghilangnya budaya mengetahui posisi orang lain/mengasihi, kegotong–royongan, kerja sama. Dalam Real yang ada sekarang potensi yang terpengaruh dalam memusnahkannya budaya “Mee”. Salah satunya minuman beralkohol yang dikonsumsi generasi muda dan judi togel sedang maraknya di daerah ini. Kehidupan Mee yang dulunya pintar membangun hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang digunakan setiap saat bertemu dengan orang di tempat mana saja baik itu di jalan maupun di tempat – tempat umum. Contoh kecilnya ketika bertemu dengan teman atau orang lain di jalan sering di sapa, ditegur atau bersalaman dengan menggunakan kata – kata seperti (Nauwaii Koyaoo, Naitai koyaooo, Namaa Koyaoo) dengan meningkatnya minuman
beralkohol dan togel semakin hari semakin menghilang nilai-nilai kebersamaan ini. Kata-kata salaman, teguran seperti (Nauwaii Koyaa wanee “Selamat malam kakak”,Naitai koyaa abata”selamat pagi bapak”, Nama Koyaa uwata”selamat sore om”) semakin bertambahnya minuman beralkohol dan togel di lingkungan yang di pengaruhi dari lingkungan luar semakin hari semakin menghilang kebiasaan menggunakan kata-kata salaman dan sudah di ganti (change) dengan kebiasaan baru yang tidak memberikan efek yang positif yaitu ketika bertemu dengan orang lain di jalan atau mengunjungi kerumahnya orang langsung mengungkapkan berapa angka yang keluar tadi malam om?, berapa sio yang kamu hitung ? kata – kata seperti ini yang sering di gunakan sekarang dan sudah berubah sangat jauh dengan masa lalu yang menggunakan kata-kata salaman, teguran yang efeknya positif. Konsep keluarga bagi orang Mee adalah pemahaman keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) dan keluarga luas (kakek, nenek, paman, bibi). Relasi kekerabatannya tertutup masayarakat Mee tidak mengenal kasta. Strata lebih diwarnai status sosial seseorang dalam masyarakat, Tanah dipandang orang Mee seperti ibu, pemberi kehidupan. Kepemilikan tanah biasanya secara komunal atau kepemilikan bersama. dari kepemilikan bersama baru dibagikan kepada keluargakeluarga untuk diolah. Orang Mee mengerti betul batas-batas hak, karena itu tidak ada sejengkel tanah pun yang kosong atau tak tertuan. Kepemilikan diwariskan kepada turunan ayahnya. Karena tanah dipandang sebagai ibu oleh masyarakat Mee, maka tanah tidak diperjualkanbelikan.masyarakat hanya mempunyai hak pakai. Masyarakat mee membagi wilayahnya atas: Mude, areal tanah garapan untuk kebun keluarga. Gamouda, hutan yang ditumbuhi pohon pening bermutu untuk pembuatan perahu, papan rumah, areal ini juga ditumbuhi rotan sebagai areal pertumbuhan bahan rotan. Buguwa, hutan rimba yang dimiliki secara bersama. Tempat ini merupakan tempat untuk berburu. Selain tempat ini merupakan tempat berburu. Selain tempat berburu juga sebagai areal pertumbuhan bahan rotan, Bega adalah tanah dipuncak-puncak gunung yang tidak berhutan. Tanah ini milik klen tertentu dan dianggap sebagai tempat yang keramat, Rawa adalah tanah berair dan berlumpur yang terletak dilembah-lembah dimiliki secara kolektif dan merupakan tempat mencari ikan. Dengan membagi wilayah pada fungsi tertentu akan menjaga keberadaan tanah tersebut. Mereka menjaga tanah tersebut. Mereka menjaga tanah dengan ketat terutama secara ritual. Setiap jengkel tanah disucikan dengan ritual-ritual periodik. Sistem kekerabatan patrilineal, dengan pola pemukiman keluarga secara patrilokal. pembagian tanggung jawab antara pria dan wanita tetap jelas. Wanita tugasnya menjaga kelangsungan hidup keluarga, dengan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, sementara laki-laki menjaga martabat, aturan adat dan sebagainya.Pembagian tanggung jawab ini tercermin pada pola ruang dalam
rumah. dapat dilihat bahwa ada ruang laki-laki dan ada ruang laki-laki dan ada ruang perempuan. Perempuan tidak dibenarkan masuk kedalam ruang laki-laki. Pemisahan kandang babi dari utama juga merupakan bentuk perkembangan rumah vernakular mereka. Pada suku mee yang masih tinggal dipedalaman babi akan hidup bersama dalam satu rumah dengan perempuan. Babi menjadi tanggung jawab perempuan, jika perlu menyusui mereka, Penjabaran kebiasaan masyarakat tersebut diatas masih berlaku hingga saat sekarang. Dan hal ini tidak lain adalah bagian terpenting bagi kelompok capain adat terhadap tradisi dan budaya suku Mee. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, maka pada bab penutup ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Budaya dan Kehidupan Sosial bermasyarakat secara umum di daerah Meuwodide dan orang Mee di kabupaten Dogiyai pada khususnya dalam kehidupan budaya dan sosial di masa lalu hidup berdasarkan nilai-nilai kebudayaannya sehingga banyak menjadi Tonowi namun masa sekarang orang sedang tidak hidup mengedepankan nilainilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku di kalangan masyarakat, baik berdasarkan nilai-nilai yang baik (nilai budaya, nilai-nilai global, nilai-nilai humanis dan nilai-nilai agama serta pedoman Hidup dari Agama dan Sosial dalam kehidupan bermasyarakat sebagai dasar dalam pelaksanaan diri dan tugas yang diembannya.Dalam perkembangan sosial budaya sekarang di daerah Meuwodide pada umumnya dan kabupaten Dogiyai pada khususnya bahwa nilainilai, norma-norma dan kaidah-kaidah mengalami kecenderungan penurunan dan berdampak pada kehidupan masyarakat sebagai individu, sebagai makluk social dan sebagai makluk ciptaan Tuhan. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: Demi kepentingan pembangunan, khususnya tentang perkembangan kebudayaan daerah, maka perlu penelitian akan menangani masalah sosial budaya, Untuk memperoleh suatu gambaran kehidupan sosial budaya masa lampau secara sistematis, aktual dan ilmiah, maka dibutuhkan sifat keterbukaan dari para informan untuk mengungkapkan kembali kisah kehidupan serta perkembangan sosial budaya agama, pemerintah masa lampau maunpun masa kini dan akan datang demi pengembangan sosial budaya suku Mee di Kamuu, Kepada pemerintah, peran pemerintah harus tampil ditengah masyarakat yang mengalami pergeseran, kegoncangan budaya bertani dan beternak dan berusaha menjadi Tonowi sejati untuk berkarya di daerahnya sambil menyesuaikan dengan peradaban yang ada demi kemajuan kedepan yang diharapkan bersama;
DAFTAR PUSTAKA Pekei Christ Titus,Manusia Mee di Papua.pusat studi Ekologi Papua.Cetk.1,Hal.XXXV+350.Yogyakarta.2008 Dumupa Odiyaipai Yakobus.Goodide Awe Pito.penerbit paradise press & bagaskara yogyakarta.2008 Yobee Andreas.Struktur Cerita Rakyat Dalam Kehidupan Masyarakat Suku Mee Papua,mataram lombok NTB: Arga Fuji Press.2006 Pemerintah kabupaten dogiyai (badan perencanaan pembangunan daerah),2009,Monografi Kabupaten Dogiyai. Esther Kuntjara.Penelitian kebudayaan sebuah panduan praktis,Edisi:IYoyakarta;Graha Ilmu;Hal.vii+136.2006 Martono Nanang.Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif Klasik,Modern,Posmodern,Poskolonial),Ed.1-Cet.1.-Jakarta:Rajawali Pres.2011 Koentjaraningrat.pengantar ilmu antropologi.jakarta:aksara baru,1974 Maran Raga Rafael.Manusia&Kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar.PT.RINEKACIPTA.jakarta.2007 Tylor.E.B.Primitive Culture Vol.1.1,pp 1-6 jhon Muray,London,1891 Lowie.H.Robert.Sari Sejarah Filsafat 1,Penerbit Kanisius,Yogjakarta,1937 Kluchohn,Clyde.Valus and Value-Orientation in the Thery of Action.Harvard Univ.Press.1949