LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSEPSI SISWA KELAS XII SMA TERHADAP JURUSAN SEJARAH DI PERGURUAN TINGGI ( Suatu Penelitian di Kabupaten Gorontalo )
OLEH ARSAD PUSINA 231 4101 140
PERSEPSI SISWA KELAS XII SMA TERHADAP JURUSAN SEJARAH DI PERGURUAN TINGGI ( Suatu Penelitian di Kabupaten Gorontalo )
Arsad Pusina, Trisnowati Tuahunse*, Yusni Pakaya ** Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014 ABSTRAK Arsad Pusina. 231 410 140. Persepsi Siswa Kelas XII SMA, Terhadap Jurusan Sejarah di Perguruan Tinggi “Suatu Penelitian di Kabupaten Gorontalo”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Trisnowati Tuahunse dan Pembimbing II Yusni Pakaya.1 Tujuan Penelitian ini adalah (1); Untuk Mengetahui Persepsi Siswa Kelas XII SMA Terhadap Jurusan Sejarah di Perguruan Tinggi dan (2) Untuk Mengetahui Apakah Jurusan di SMA bagi siswa Kelas XII, dapat Mempengaruhi Persepsinya Terhadap Jurusan Sejarah di Perguruan Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, sumber data dalam penelitian ini yaitu : informan atau narasumber, yaitu pelajar SMA Negeri 1 Asparaga dengan informan 20 siswa jurusan IPA dan IPS, SMA Negeri 1 Boliyohuto dengan informan 20 siswa jurusan IPA dan IPS dan SMA Negeri 1 Tolangohula dengan informan 20 siswa jurusan IPA dan IPS. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik wawancara mendalam (in-depth interviewing). Tehnik pengembangan validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data (trianggulasi sumber) dan review informan. Adapun tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (Interactive Model of Analisys) yang memiliki tiga komponen yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verivikasinya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa (1); persepsi siswa kelas XII SMA, terhadap jurusan sejarah di perguruan tinggi di tiga sekolah tersebut sebagian besar memberikan respon positif, siswa mengatakan sangat mendukung akan keberadaan jurusan sejarah di perguruan tinggi, yakni dengan presentasi 88,33% atau dengan frekuensi 53 siswa. Menurut para siswa tersebut jurusan sejarah ialah salah satu jurusan yang di dalamnya mampu menceritakan suatu fenomena dan kejadian fakta yang benar-benar terjadi pada masa lalu (lampau) secara mendalam yang belum tentu dikaji pada jurusan-jurusan yang lain. Karena rasa keingintahuan siswa sehingga mendorong mereka untuk terus belajar dan belajar mengenai sejarah itu sendiri. dan (2) siswa di tiga sekolah tersebut sebagian besar mengatakan bahwa jurusanya di SMA tidak berpengaruh terhadap apa yang mereka persepsikan terhadap jurusan sejarah di perguruan tinggi, yakni dengan capaian 85% dengan frekuensi 51 siswa. Kata Kunci 1
: Persespsi Siswa, Jurusan Sejarah di Perguruan Tinggi
Arsad Pusina, 231 410 140, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Trisnowaty Tuahunse, Yusni Pakaya.
Para siswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat berperan dalam globalisasi kearah yang lebih baik mereka membutuhkan pembinaan dan pengembangan kemampuan sejak dini dari orang tua maupun lembaga pendidikan untuk berkembang secara optimal dan dapat berperan diera globalisasi, peran lembaga pendidikan khususnya pendidikan formal (sekolah) yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah sebagai suatu lembaga formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan
yang menyediakan berbagai kesempatan bagi para siswa untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal memiliki tugas menciptakan output yang berkualitas. Akan tetapi pada setiap akhir tahun ajaran, khususnya para siswa lulusan sekolah menengah atas atau yang sederajat, senantiasa mengalami keresahan. Keresahan
itu di
sebabkan oleh hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam usaha melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hambatan itu antara lain, biaya masuk kuliah sangat mahal, banyak persaingan diantara pelamar dimasing-masing jurusan, kuota setiap jurusan dibatasi dan masih banyak lagi hambatan-hambatan dihadapi jika para siswa akan masuk di perguruan tinggi, akan tetapi semua itu tidak bisa dijadikan sebuah alasan untuk tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berasumsi dari itu bahwa seorang siswa jika ingin melanjutkan pendidikanya ke perguruan tinggi diperhadapkan pada suatu fenomena untuk menentukan jurusan nanti, karena itulah merupakan persyaratan yang wajib diikuti jika peserta didik akan masuk di perguruan tinggi. Sehingga dalam penelitian ini persepsi siswa kelas XII SMA sangat diperlukan terhadap jurusan sejarah di perguruan tinggi. Erat sekali dengan keputusan memasuki perguruan tinggi adalah masalah pemilihan jurusan yang akan di ambil, secara garis besar pemilihan jurusan pendidikan di perguruan tinggi mirip dengan pemilihan lapangan kerja. Karena pada dasarnya suatu jurusan pendidikan tertentu akan menuju pada suatu profesi serta kelompok lapangan kerja tertentu pula. Perbedaanya ialah, dalam pemilihan lapangan kerja, jarak waktu antara saat memilih dan saat bekerja umumnya tidak panjang, tetapi pengaruh dari pemilihan jurusan bila dikaitkan dengan lapangan kerja serta profesi baru akan terasa setelah jangka waktu lima tahun atau lebih. Yaitu setelah selesai masa pendidikan. Perbedaan lain adalah pemilihan jurusan juga akan sangat menentukan seberapa besar biaya pendidikan yang harus disediakan sebelum dapat bekerja. Persepsi umum yang berkembang, yakni jurusan sejarah selalu identik dengan hafalan tahun-tahun dan peristiwa yang begitu banyaknya. Harus diakui bahwa anggapan-anggapan itu ada benarnya, tetapi juga tidak sepenuhnya begitu. Secara mendasar pola belajar-mengajar
di sekolah dan perguruan tinggi memiliki perbedaan. Mau seperti apapun kurikulumnya, dijenjang sekolah pembelajaran cenderung berjalan satu arah. Guru seakan seperti seorang penceramah. Sementara di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk jadi lebih aktif. Metode “ceramah” memang masih ada, tetapi lebih fleksibel dengan diskusi dan persentasi yang cukup intens. Inilah yang pertama harus diketahui, cara belajar yang berbeda. Harus diakui bahwa peminat studi sejarah itu sedikit. Di antara yang sedikit itu ada yang memang sudah dari awal memiliki komitmen terhadap keilmuan sejarah. Ada juga, yang masuk sejarah sebatas sebagai batu loncatan ke dunia kerja. Dan ada pula mereka, yang “terpaksa” masuk program studi sejarah karena gagal memasuki program studi pilihan utamanya. Yang perlu dicatat juga adalah mereka yang awalnya “tak sengaja” atau “terpaksa” masuk program studi sejarah lalu malah menemukan “sesuatu” yang membuat mereka beruntung atau kemudian mendedikasikan dirinya untuk keilmuan sejarah. Seringkali faktor utama yang jadi penyebab sepinya peminat studi sejarah adalah masalah prospek kerja. Jika melihat keadaan Indonesia sekarang ini, alasan itu menjadi terasa sangat wajar memang. Kita hidup di negara berkembang yang sebagian masyarakatnya masih menjadikan pertimbangan ekonomis sebagai satu hal penting dalam aspek hidupnya. Termasuk dalam menentukan pilihan studi di perguruan tinggi. Biasanya mereka memilih bidang-bidang studi yang memberikan prospek cerah dari segi finansial di masa depan atau setidaknya bisa gampang mencari kerja. Itu kenyataanya, harus dimaklumi dan tak perlu disesali. Itulah sebabnya pula bidang-bidang studi ekonomi, psikologi, teknik, kesehatan, dan beberapa ilmu terapan laris manis. Sementara rumpun ilmu-ilmu murni, terutama bidang sosial dan sastra atau budaya sepi peminat. lulusan kedokteran bisa jadi dokter. Lulusan psikologi bisa jadi pegawai bidang SDM di perusahaan. Lulusan farmasi bisa jadi apoteker atau buka apotek sendiri. Lulusan keperawatan bisa jadi perawat. Tapi coba lulusan sejarah, apakah harus jadi sejarawan juga? Atau coba pikirkan lagi, lulusan ilmu politik lalu harus jadi politikus? atau lulusan sastra Indonesia lantas jadi sastrawan? Tentu tidak. Prospek kerja lulusan sejarah atau bisa pekerjaan yang bisa dilakukan dengan bekal ilmu sejarah sebenarnya tidaklah sedikit yang disangkakan. Kalau dipikirkan linear memang terlihat sedikit sekali. Biasanya di buku-buku panduan ujian masuk perguruan tinggi disebut peluang di bidang akademisi (dosen, guru) dan bidang penelitian (periset di lembaga-lembaga penelitian atau perusahaan). Tapi coba cermati sejenak, prospek itu jadi sedikit karena kita berpikir linear. Artinya kita hanya memandang lulusan sejarah nantinya kerja juga dibidang yang langsung berkaitan dengan ilmu yang di pelajari. Padahal tidak sepenuhnya demikian. Secara pribadi penulis membedakan prospek kerja menjadi dua. Pertama, pekerjaan yang
menerapkan secara langsung bidang ilmu kita. Kedua, pekerjaan yang tidak secara langsung menerapkan bidang ilmu kita. Soal pilihan pertama dirasa sudah jelas. Biasanya memang orang-orang dengan dedikasi dan komitmen kuat untuk mengembangkan keilmuan memilih jalur ini. Pilihan kedua adalah alternatif, dan itulah mengapa penulis sebenarnya tidak sutuju dengan anggapan bahwa prospek kerja lulusan sejarah sangat terbatas. Sama sekali tidak. Dan terbukti di laman web program studi sejarah beberapa perguruan tinggi mencantumkan prospek kerja yang lebih dari pada sekadar pilihan pertama. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang persepsi, penjurusan di SMA, jurusan sejarah, dan perguruan tinggi. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Pertama teori tentang persepsi Dalam memandang suatu permasalahan setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda.Persepsi seseorang berkaitan dengan pengalaman, kemampuan maupun daya persepsi yang di terimanya. Persepsi merupakan bagian dari konsep diri manusia. persepsi tidak akan lepas dari peristiwa, objek dan lingkungan sekitarnya.Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Persepsi seringkali dinamakan dengan pendapat, sikap dan penilaian. Menurut Slameto dalam (http/khairuliksan.blogspot.com di akses Tanggal 15 februari 2014) bahwa “Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini di lakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”. Persepsi seringkali dinamakan dengan pendapat, sikap dan penilaian. Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk membedakan mengelompokan dan memfokuskan yang ada di lingkungan sekitar mereka disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono (http://www.referensimakalah.com di akses tanggal
Tanggal 15 februari 2014) “Persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-
bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya”. Jadi yang di maksud persepsi disini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi pemikiran dari siswa kelas XII SMA tentang jurusan sejarah di perguruan tinggi. Berdasarkan
beberapa
pendapat di atas maka penulis dapat menarik suatu
kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang terintegrasi dari pengamatan, tanggapan dan penilaian seseorang terhadap objek, peristiwa realitas kehidupan yang ditangkap oleh alat indera manusia dalam hal ini siswa kelas XII yang akan dimintai
mengenai pendapat tentang bagaimana persepsi mereka terhadap jurusan sejarah yang ada di perguruan tinggi. Kedua teori tentang penjurusan di SMA, Setiap manusia dilahirkan unik dengan bakat dan kepribadian yang berbeda. Dalam pendidikan di sekolah, perbedaan masing-masing siswa harus diperhatikan karena dapat menentukan baik buruknya prestasi belajar siswa. Yudrik Yahya (2003 : 11) mengemukakan bahwa: Manusia sebagai mahluk individu mempunyai ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Karena itu manusia juga disebut sebagai mahluk yang unik. Individualitas manusia itu menampilkan sifat-sifat kerakteristik yang khas unik, tidak ada kembaranya dari struktur kepribadian. Jadi terdapat keabsahan mengenai variasi dan perbedaan alami pada setiap pribadi manusia. Pendidikan diharapkan dapat memberikan bantuan agar peserta didik mampu menolong diri sendiri. Menurut Snow, 1986 yang di kutip dalam (http://www.kabarinonesia.com di akses tanggal 24 maret 2014) bahwa tujuan sekolah yang mendasar adalah “mengembangkan semua bakat dan kemampuan siswa, selama proses pendidikan hingga mencapai tingkat...”. Perbedaan individual antara siswa di sekolah diantaranya meliputi perbedaan kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, minat dan kreativitas. Sesuai kurikulum yang berlaku di seluruh Indonesia, maka siswa kelas X SMA yang naik ke kelas XI akan mengalami pemilihan jurusan/penjurusan. Penjurusan akan disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa. Tujuannya agar kelak dikemudian hari, pelajaran yang akan diberikan kepada siswa menjadi lebih terarah karena telah sesuai dengan minatnya. Selain dari pada itu bahwa penjurusan juga merupakan proses penempatan atau penyaluran dalam pemilihan program pengajaran para siswa di SMA. Dalam penjurusan ini, siswa diberi kesempatan memilih jurusan yang paling cocok dengan karakteristik dirinya. Ketepatan dalam memilih jurusan dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang karena kekurang tepatan dalam menentukan jurusan. Dalam kurikulum KTSP. Penjurusan di SMA dimulai pada akhir semester 2 kelas X. Selama di kelas X siswa hanya menerima program pengajaran umum, sedangkan di kelas XI dan XII selain menerima program umum, siswa juga mendapatkan program pengajaran khusus sebagai pilihan IPA atau IPS. Seperti yang di kutip dalam (http://www.kabarindonesia.com di akses tanggal 24 maret 2014) bahwa penjurusan di SMA dilakukan dengan mempertimbangkan orientasi siswa yakni sebagai berikut : “(a); Melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi ke program studi Ilmu Alam, Ilmu Sosial, atau Bahasa sesuai dengan minat setelah lulus dari SMA (b); Bekerja di masyarakat; penjurusan merupakan salah satu proses penempatan atau penyaluran dalam pemilihan program pengajaran para siswa SMA”. Penjurusan di SMA dimana siswa diberi kesempatan memilih jurusan yang paling cocok dengan kerakteristik dirinya. Ketepatan memilih jurusan
dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang kerena kekurang tepatan menentukan jurusan. Tujuan penjurusan antara lain dalam (http//www.kabarindonesia.com di akses tanggal 24 maret 2014): “(a); Mengelompokkan siswa sesuai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama (b); Membantu mempersiapkan siswa melanjutkan studi dan memilih dunia kerja (c); Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan studi dan dunia kerja)”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pemilihan jurusan/Penjurusan bagi siswa SMA/Ma sederajat merupakan awal dari pemilihan karir ke depannya. Hal ini dikarenakan jurusan di SMA/Ma sederajat akan mengantarkan siswa pada penjurusan studi lanjut sebelum akhirnya siswa tersebut menentukan, memilih pekerjaan atau karir ke depannya. Penjurusan diperkenalkan sebagai upaya untuk lebih mengarahkan siswa berdasarkan minat dan kemampuan akademiknya. Pengarahan sejak dini ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa memilih major/bidang ilmu yang akan ditekuninya di Universitas atau akademi yang tentunya akan mengarah pula kepada karirnya kelak. Tetapi penjurusan ditingkat SMA tidak selalu menjamin bahwa seorang siswa akan memilih bidang studi yang sama di Universitas, karena pada kenyataannya banyak siswa program IPA yang memilih jurusan Ekonomi, Politik, Hubungan Internasional, atau siswa jurusan IPS yang memilih program Bahasa. Penjurusan yang ada di SMA saat ini adalah penjurusan yang mengarah kepada satu tujuan yaitu melanjutkan ke perguruan tinggi. Penjurusan seperti ini memiliki keterbatasan dalam mengantisipasi kondisi siswa-siswa yang karena alasan tertentu tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, dan memilih (terpaksa memilih) untuk langsung bekerja. Dengan kemampuan yang dipersiapkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, maka wajar jika banyak siswa SMA juga mengalami kesulitan ketika bekerja di masyarakat. Bahkan pekerjaan yang dilakukan barangkali serabutan,dengan prinsip yang penting bekerja. Ketiga teori tentang jurusan sejarah, Jurusan sejarah merupakan salah satu jurusan atau program studi yang berada di perguruan tinggi akan tetapi tidak semua perguruan tinggi mempunyai jurusan sejarah. Sejarah dan pendidikan sejarah adalah suatu disiplin ilmu yang setara dengan disiplin ilmu lain. Jurusan ini berusaha untuk mencapai suatu tujuan yaitu tujuan pendidikan nasional yang didalmnya terkandung aspek-aspek kognitif dan efektif yang mampu mengembangkan kecakapan, kreativitas, mandiri serta bertanggung jawab. Di dalam sejarah, manusia menjadi focus sentral. Karena manusia merupakan subjek sekaligus sebagai
objek dari suatu kajian yang telah dilakukan (terjadi/peristiwa) yang dialami oleh manusia baik individu maupun kelompok masyarakat. Peristiwa yang terjadi yang dialami oleh manusia pada masa lampau dapat berupa jejak-jejak peninggalan bukti-bukti yang menyangkut kehidupan masyarakat. Perkataan “sejarah” mula-mula berasal dari bahasa arab “syajaratun” artinya “pohon kayu”. Pohon mengambarkan pertumbuhan terus menerus dari bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan dan daun, kembang atau bunga serta buah. Memang dalam kata sejarah itu tersimpan makna” pertumbuhan atau silsilah”, yamin dalam sjamsuddin dan ismaun (1996 : 2). Sejarah tidak dapat dipisahkan dari ilmu dan seni, sejarah adalah keduanya, sebagai ilmu dan sebagai seni. Kuntowijoyo dalam Daliman (2012 : 4 ) Sebagai ilmu sejarah memiliki cirri-ciri : “(1); Bersifat empirik (2); objek sejarah adalah masa lampau (3); Sejarah memiliki metode tersendiri, ialah metode sejarah (4); Sejarah juga memiliki teori-teori dan konsep-konsep sendiri”. Sejarah termasuk pada ilmu-ilmu empirik artinya sejarahpun mendasarkan diri pada pengamatan serta pengalaman manusia. Memang harus diakui bahwa pengamatan sejarah tidak mungkin dilakukan secara langsung terhadap objeknya seperti halnya pada ilmu-ilmu alam. Objek ilmu sjarah adalah masa lampau. Masa lampau itu sendiri sudah tidak lagi dapat diamati dan dialami lagi, karena memang sudah lampau dan hilang ditelan waktu. Yang masih dapat diamati dalam sejarah adalah peninggalan-peninggalan yang masih tersisa, buktibukti serta kesaksian dari para pelaku sejarah. Waktu menjadi objek ilmu sejarah, berbeda dengan ilmu-ilmu sosial yang berupaya memahami prilaku manusia di waktu sekarang, maka ilmu sejarah lebih berusaha untuk memahami prilaku manusia di waktu lampau. Jika ilmu-ilmu alam membahas tentang waktu; waktu yang dibahas adalah waktu fisik. Waktu fisik adalah waktu objektif, waktu yang terjadi dalam alam. Waktu yang dikaji dalam sejarah adalah waktu subjektif, ialah waktu yang diraskan oleh manusia. Makna waktu bagi manusia tergantung relasinya terhadap dirinya. Metode yang digunakan dalam sejarah adalah metode sejarah. Dengan metode sejarah itulah akan dikaji keaslian sumber data sejarah, kebenaran informasi sejarah, serta bagaimana dilakukan interpretasi dan inferensi terhadap sumber data sejarah tersebut. Selain itu sejarah juga memiliki teori ilmu pengetahuan sendiri yang memberikan dasar-dasar bagi kaidahkaidah ilmu sejarah. Sejarah memiliki teori-teori tersendiri mengenai kebenaran, objektivitas,
subjektivitas, generalisasi dan hukum sejarah. Sejarah sebagai ilmu telah memiliki tradisi yang tua lagi panjang, tiap kurun zaman berkembang pula filsafat sejarah tersendiri. Menurut Gottschalk (1985 : 118) “bahwa dalam usaha mempelajari sejarah adalah lebih baik bagi seorang siswa untuk didorong oleh minatnya sendiri dari pada didorong oleh minat gurunya”. Dan inlah yang menjadi salah satu tanggung jawab dari pendidikan sejarah. aspek kesadaran manusia yang menjadi tanggung jawab pendidikan sejarah dirumuskan sebagai penanaman dan pengembangan kesadaran sejarah dalam diri para siswa. Secara sederhana kesadaran sejarah dapat diartikan sebagai kemampuan mental dalam menggunakan dan atau memanfatkan secara reflektif pengalaman historis untuk memahami dan menyikapi secara kritis berbagai fenomena yang dihadapi masa kini. Dengan demikian, pengalaman historis yang terjadi pada masa lampau. Diposisikan sebagai referensi penting untuk menyikapi kehidupan masa kini dan menyikapi masa depan. Sjamsuddin dan ismaun (1996 : 107) mengatakan bahwa “ sejarah dari ilmu-ilmu kemanusiaan erat sekali hubunganya dengan pendidikan, bahkan di pergunakan untuk kepentingan pendidikan”. Sebagai mahluk yang hidup dan dibentuk dalam sejarah, pemahaman manusia tidak lepas dari sejarah. Untuk memahami teks, peristiwa, situasi dan keadaan yang ada pada masa kininya, manusia tidak berangkat dari ruang yang hampa. Dalam dirinya telah ada pengetahuan dan kesadaran sejarah yang mempengaruhi, bahkan mementukan, manusia dalam memaknai sesuatu. Pengaruh tersebut dapat Secara positif, kesadaran sejarah akan membantu dan mempertajam manusia dalam menjalani kehidupanya di masa kini, baik dalam pengertian kepekaan nurani maupun kemanusianya. Secara negativ, kesadran sejarah akan menghambat dan menghalangi berbagai inovasi kretif, terutama inovasi yang tidak sesuai dengan alur pengalaman historisnya. Dalam ungkapan yang lebih netral, kesadaran historis menjadikan manusia mampu secara otonom memilih dan menentukan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, baik dari aspek rasionalitas, sosial maupun cultural. Bisa disimpulkan bahwa jurusan sejarah maupun program studi pendidikan sejarah ada diperguruan tinggi, karena dengan adanya doronngan manusia untuk mmenegtahui kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena yang terjadi di masa lampau yang bisa dijadikan pegangan hari ini dan untuk masa depan. Sejarah juga sebagai ilmu memiliki kerakteristik tersendiri bersifat khas atau unik. Sejarah meneliti dan memberikan penjelasan tentang proses perkembangan peradaban manusia. Tugas ilmu sejarah ialah, untuk memahami masa silam serta menerangkanya; bahkan untuk menciptakanya kembali atau menghidupkanya kembali sebagaian masa silang pada masa sekarang. Tugas itu mengahadapi persoalan-persoalan
tersendiri yang memerlukan pemecahan-pemecahan tersendiri pula, sehingga sejarah memiliki kesimpulan-kesimpulan dan pengetian tersendiri yang dapat dipahami dengan jelas bagi mereka yang mempelajarinya. Ketiga teori tentang perguruan tinggi, Perguruan tinggi bertujuan menyiapkan
mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan khasanah ilmu penegtahuan, teknologi atau kesenian serta menerapkan penggunaanya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Perguruan tinggi di Indonesia adalah tempat warga negara memiliki peluang yang sama untuk meningkatkan kadar intelektualnya dimana dengan tekun dan kondusif, seseorang dapat menggali dan mengembangkan ilmu bagi dirinya serta bagi masyarakat pada umumnya. Pendidikan tinggi yang merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/ atau professional yang dapat menerapkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi untuk dapat terlaksananya fungsi pendidikan tinggi. Sesuai UU No. 22 tahun 1961 dalam Kansil (1997 : 27 ) yang dimaksud dengan Perguruan Tinggi ialah “lembaga pendidikan tinggi yang memberikan pendidikan, pengajaran dan penelitian atas ilmu pengetahuan secara mendalam dan luas”. Pendidikan tinggi ialah pendidikan yang berada di atas pendidikan tingkat menengah. Menurut batasan ini yang termasuk perguruan tinggi ialah : Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, dan Akademi. Keputusan menteri pendidikan RI No.198 -213/U/72 dalam kansil ( 1997 : 27) secara singkat, tujuan umum pendidikan di perguruan tinggi ialah : (1); Berjiwa pancasila (2); Bersifat terbuka dan dapat menghargai pendapat orang lain serta memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan (3); Cakap untuk memangku jabatan yang memerlukan pendidikan tinggi dan cakap berdiri sendiri dalam memelihara dan memajukan ilmu penegetahuan (4); Menguasai ilmu yang dipelajarinya dan teknikteknik analisa guna mengadakan penelitian dan pemahaman seluruh proses ilmu yang di pelajarinya, dan pengolahan sumber-sumber dalam masyarakat(5); Ikut serta dalam memajukan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang di pelajarinya. Berjiwa pancasila dimana para lulusan suatu perguruan tinggi, diharapkan dapat mampu bekerja di masyarakat dengan berlandaskan asas-asas pancasila. Bisa menghargai pendapat orang lain dalam suatu forum, dengan berlandasakan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang di miliikinya. Bisa mepergunakan ilmunya dengan baik dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Serta dapat berguna bagi masyarakat banyak.
Menurut Kansil (1997 : 27) mempersiapkan
lulusanya
untuk
tujuan khusus pendidikan diperguruan tinggi, ialah memiliki
nilai,
sikap,
pengetahuan,
kecerdasan,
keterampilan kemampuan berkomunikasi dan kesadaran ekologi yang diarahkan pada pembentukan manusia pembangunan yang berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menjadi, tenaga ahli, perencana dan peneliti, dan pengelola. pembimbing dan penyuluh, pekerja social. Ekawahyu Kasih dan Azis Suganda (1999 : 44 ) mengatakan bahwa “perguruan tinggi merupakan satuan organisasi yang memiliki kinerja berupa kualitas alumi-aluminya sebagai hasil proses pendidikan yang dilaksanakanya”. Setiap perguruan tinngi perlu memiliki tanggung jawab etis terhadap kualitas lulusanya. Perguruan tinggi yang tidak memiliki kepedulian terhadap kualitas lulusan dan terhadap bagaimana perkembangan para alumi setelah menyelesaikan pendidikanya, yang tidak memiliki kepedulian apakah aluminya bisa berkiprah dan eksis atau tidak di dalam masyarakat, dapat dikatakan sebagai perguruan tinggi yang tidak etis. Pandangan dari sisi lain, perguruan tinggi yang tidak memiliki kepedulian apakah aluminya diminati atau tidak oleh oleh para penyerap sumber daya manusia, atau apakah kondisi intelektual para aluminya sudah sesuai
atau tidak dengan kebutuhan
masyarakat, juga dapat dikatakan sebagi perguruan tinggi yang kurang etis. Perkembangan alumni sangat ditentukan oleh bekal yang diperoleh ketika menjalani proses pendidikan. Proses pendidikan yang tidak atau kurang serius, akan menghasilkan alumi yang kurang memiliki kualitas. Rendahnya kualitas sangat berpengaruh terhadap perkembangan alumi di masyarakat. Karena kualitas alumi bukan saja memiliki kaitan dengan faktor-faktor internal yang terdapat pada diri alumi seperti kemampuan kerja, kreativitas dan sikap, tetapi juga sangat berkaitan denagan faktor-faktor eksternal alumi antara lain pengakuan masyarakat penyerap sumber daya manusia terhadap kredibilitas perguruan tinggi tersebut. Jika peserta didik ingin memasuki dan melanjutkan pendidikanya ke perguruan tinggi haruslah lebih pintar memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuanya, karena untuk memajukan suatu perguruan tinggi tergantung kepada hasil keluaranya yakni alumi-aluminya.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis,
yang memfokuskan pada pengumpulan infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus terpancang (embedded case study research) karena fokus permasalahan sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti melaksanakannya. Disebut kasus tunggal terpancang karena penelitian ini mempunyai karakteristik tunggal .
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Siswa Kelas XII SMA, Terhadap Jurusan Sejarah di Perguruan Tinggi Persepsi merupakan proses pemberian arti atau interpretasi dari seseorang terhadap masukan (informasi) atau objek yang berasal dari lingkungannya sehingga diperoleh suatu makna tertentu yang berarti bagi dirinya. Sesuai penelitian di SMA 1 Asparaga dan sesuai persepsi deskripsi rata-rata siswa mengatakan sangat mmendukung akan keberadaan suatu jurusan yang menurut mereka adalah jurusan peradaban. Seperti yang di kemukakan oleh siswa Wisran Talani bahwa “Jurusan sejarah adalah jurusan pradaban, karena merupakan satu-satunya jurusan yang mampu menggali dan bisa menceritakan fenomena yang terjadi pada masa lalu secara mendalam, di samping itu pelajaranya pun sangat asyik untuk dipelajari”. (wawancara, 25 April 2014). Sejarah itu berguna sebagai pengetahuan. Seandainya sejarah tidak berguna secara pengetahuan, yang berarti tidak ada sumbangannya di luar dirinya, cukuplah dengan nilainilai intrinsik. Akan tetapi, disadari atau tidak, ternyata sejarah ada di mana-mana. Sejarah sebagai ilmu. Sejarah adalah ilmu yang terbuka. Keterbukaan itu membuat siapapun dapat mengaku sebagai sejarawan secara sah (tidak seperti profesi lain seperti dokter, guru, wartawan dll) asal hasilnya dapat dipertanggung jawabkan sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan berbagai cara : (1); perkembangan dalam filsafat, (2); perkembangan dalam teori sejarah, (3); perkembangan dalam ilmu lain dan (4) perkembangan dalam metode sejarah. Sama halnya yang di temukan di SMA Negeri 1 Boliyohuto dan SMA Negeri 1 Tolangohula. Bahwa menurut mereka sejarah itu seperti guru kehidupan. Dan mereka mengatakan bahwa jurusan sejarah di perguruan tinggi memberikan suatu pendidikan yang tentunya akan bermanfaat untuk masa kedepanya. Karena bisa mengetahui pelajaran demi pelajaran dari sejarah itu secara mendalam dan bukan melihat suatu fenomena secara umum saja. jurusan sejarah juga merupakan salah satu jurusan yang sangat menantang akan logika
dari seseorang untuk menkaji fenomena dalam sejarah. Sejarah pun merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang menjangkau ilmu-ilmu yang lain. Sehingga jiika didalam jurusan sejarah akan lebih banyak materi dan ilmu yang akan didapat. Bagi siswa mempelajari sejarah merupakan hal yang sangat penting dan urgen untuk dikaji, Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau, dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau, peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang, dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi. Selain itu ilmu sejarah juga banyak manfaatnya di antaranya adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Sejarah itu menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti. Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan. Dapat di simpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting. Peristiwa yang abadi bahwa peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa. peristiwa yang unik peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya. peristiwa yang penting adalah peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak. Siswa kelas XII yang berada di tiga sekolah ini, sesuai hasil penelitian banyak yang menyukai pelajaran sejarah baik yang berasal dari program studi/jurusan IPS dan IPA yakni sekitar 85%. Mereka mengatakan sangat senang mempelajari sejarah apalagi membahas kejadian kejadian yang pernah terjadi pada masa silam yang belum pernah diungkapkan sebelumnya.
Mempelajari sejarah adalah sesuatu yang menjadi keharusan bagi setiap insan,Orang tidak akan belajar sejarah jika tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa sejarah terus ditulis orang, disemua peradaban dan sepanjang waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah dapat menjalar dari ilmu satu keilmu lainya. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau. Ada setidaknya dua sikap terhadap sejarah setelah mengetahui masa lampaunya, yaitu melestarikan atau menolak. Melestarikan karena manganggap masa lampau itu penuh makna. Sejarah dapat digunakan sebagai liberal education untuk mempersiapkan mahasiswa supaya siap secara filosofis, tidak saja untuk yang akan belajar di Jurusan Sejarah. Secara umum sejarah mempunyai fungsi pendidikan yaitu sebagai pendidikan moral, pendidikan penalaraan, pendidikan politik, dan pendidikan masa depan. Sejarah di SMA berbicara Meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini. Peradaban moderen yang dicapai saat ini memrupakan hasil proses perkembangan yang panjang. Sejarah merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mampu menguraikan proses tersebut. Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia. Semua peradaban besar dunia memiliki akar yang sama disamping berbagai karakteristik lokal, kebanyakan adalah unsur-unsur yang menunjukkan kesatuan dasar manusia. Salah satu sasaran utama sejarah pada sisi ini adalah menekankan dasar tersebut. Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan setiap bangsa telah menyumbangkan dengan berbagai cara terhadap peradaban secara keseluruhan. Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para siswa. Memperkokoh pemahaman bahwa intereksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia. Memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat memepelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manuasi secara keseluruhan. B. Apakah Jurusan di SMA bagi Siswa kelas XII, dapat Mempengaruhi Persepsinya Terhadap Jurusan Sejarah di Perguruan Tinggi Jurusan ilmu sosial dan jurusan ilmu alam yang merupakan dua jurusan yang berada di sekolah menengah atas. perbedaan ini tidak membuat penghalang bagi siswa yang berada di dalamnya memberikan suatu argumen terhadap suatu fenomena atau permasalahan yang berkembang searah dengan perkembangan jaman seperti sekarang ini. Dua jurusan tersebut tumbuh dan berada pada suatu kurikulum.
Menurut (Wina Sanjaya, 2006 : 55) Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. “kurikulum berbasis kompetensi SMA merupakan sistem kurikulum program studi/jurusan. yakni jurusan atau program studi ilmu alam dan ilmu sosial”. Jurusan ilmu alam (IPA) merupakan jurusan yang banyak berhubungan dengan teknologi, berhitung dan mengamati fenomena alam. Mempelajari ilmu pasti dan alam atau eksakta. Lengket dengan metode ilmiah yang mengutamakan percobaan-percobaan dan tes yang penuh logika. Jawaban atas pertanyaan soal adalah pasti tidak bisa diganggu gugat. Cocok untuk yang berminat pada teknik, sains dan perkembangan teknologi, berhitung dan mengamati fenomena makhluk hidup dan alam sekitarnya. Jurusan ilmu sosial (IPS) mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Intinya jurusan ini mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Mulai dari sosiologi, geografi, ekonomi akuntansi dan sejarah. Pelajaranpelajaran ini terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sangat pas untuk kita yang berminat pada bidang sosial-politik, kewartawanan dan bisnis marketing.
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan serta uraian hasil penelitian, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Secara umum persepsi siswa tentang jurusan sejarah di perguruan tinggi yang berada di SMA Negeri 1 Asparaga, SMA Negeri 1 Boliyohuto, dan SMA Negeri 1 Tolangohula di Kabupaten Gorontalo. Memberikan respon yang positif tentang kedudukan jurusan sejarah yakni secara keseluruhan 88,33% mengatakan sangat mendukung akan keberadaan jurusan sejarah jika berada di perguruan tinggi. Siswa mengatakan bahwa jurusan sejarah adalah jurusan yang mampu menceritakan suatu fenomena dan kejadian fakta yang benar-benar terjadi pada masa lalu (lampau) secara mendalam. Karena rasa keingintahuan siswa sehingga mendorong mereka untuk terus belajar dan belajar mengenai sejarah itu sendiri. Sehingga tak dapat di pungkiri sekitar 70% siswa di tiga sekolah tersebut sangat menyukai pelajaran sejarah. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa jurusan/program studi mereka saat ini di SMA, baik dari jurusan atau program studi IPA maupun IPS. Tidak berpengaruh besar terhadap pandangan atau persepsi siswa tentang jurusan sejarah di perguruan tinggi. Yakni mencapai 85%.
B. SARAN Memperhatikan hal-hal sebagaimana disimpulkan dari hasil penelitian maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan penelitian ini : Begitu banyaknya siswa yang menyukai pelajaran sejarah dan sangat mendukung atas keberadaan jurusan sejarah di perguruan tinggi yang menurut mereka adalah jurusan peradaban, sehingga perlu adanya pembelajaran di sekolah, khususnya pada pembelajaran sejarah. dapat ditingkatkan dan perlu penambahan jam-jam pelajaran pada program-progran studi/jurusan ilmu sosial dan khususnya pada program ilmu alam. Hendaknya
perguruan
tinggi
yang
mempunyai
jurusan
sejarah,
dapat
mensosialisasikan di sekolah-sekolah tentang jurusan sejarah. Karena sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa begitu banyak siswa yang menyukai jurusan ini baik dari jurusan IPS maupun IPA. Akan tetapi karena kurangnya akses informasi yang di dapatkan oleh para siswa, khususnya siswa kelas XII SMA mengenai jurusan sejarah itu sendiri sehingga para siswa mengambil jurusan lain yang sudah dulu mereka tau jika akan melanjutkan ke perguruan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Bimo, Walgito. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset Burhan, Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Djam’an Satori & Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Ekawahyu Kasih & Azis Suganda.1999. Pendidikan Tinggi Era Indonesia Baru. Jakarta : PT. Grasindo Helius Sjamsuddin & Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Depdikbud Kansil, 1997. Melangkah Ke Perguruan Tinggi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Louis, Gottschalk. 1930. Mengerti Sejarah. Terjemahan Oleh Nugroho Notosusanto. 1985. Jakarta; Universitas Indonesia Mohamad, Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga Moh, Nasir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Wina, Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Yudrik, Yahya. 2003. Wawasan Kependidikan. Jakarta : Depertemen pendidikan nasional direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah Sumber website Http://www.referensimakalah.com di akses tanggal 15 februari 2014 Http://khairuliksan.blogspot.com di akses Tanggl 15 februari 2014 Http://www.kabarindonesia.com di akses tanggal 24 maret 2014