LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIET DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GLOBAL LIMBOTO
Oleh UCI MURDHIA RAHMAN (NIM : 841 410 107, Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan)
Telah diperiksa dan disetujui untuk publikasi
HUBUNGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIET DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS GLOBAL LIMBOTO
Uci Murdhia Rahman, Rini Fahriani Zees, Vivien Novarina A. Kasim1 Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email :
[email protected] ABSTRAK Uci Murdhia Rahman. 2014. Hubungan Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Global Limboto. Skripsi. Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas IlmuIlmu kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ns. Rini Fahriani Zees, M.Kep dan pembimbing 2 dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes. Daftar Pustaka : 30 (2002-2013). Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan sehingga komplikasi dapat dicegah. Tindakan pengendalian diabetes melitus untuk menjaga kadar gula darah agar tetap terkendali salah satunya dengan pengaturan diet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimen yang merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 41 responden diambil secara accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Analisis bivariat menggunakan uji Fisher Exact untuk menganalisis hubungan kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (85.3%) patuh dalam menjalankan diet dan sebagian besar responden (53.7%) memiliki kadar gula darah yang tidak terkendali. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah dengan nilai p = 0.023 (p < 0,05). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menjalankan diet pada penderita diabetes guna menjaga kadar gula darah tetap dalam batas normal. Kata Kunci : Diabetes melitus, Kepatuhan diet, Kadar Gula Darah
1
Uci Murdhia Rahman, 841410107, Program Studi ilmu Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Ns. Rini Fahriani Zees, M.Kep, dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes
Perkembangan tingkat kesejahteraan suatu negara berdampak pada perubahan gaya hidup, termasuk pola makan. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, cenderung akan menggeser pola makan tradisional menjadi pola makan internasional yang berlabel cepat saji. Tingginya konsumsi gula dan lemak dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang memicu terjadinya penyakit diabetes melitus (Rusilanti, 2008). Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara dengan penderita diabetes mellitus terbesar didunia setelah India, Cina, Amerika Serikat. Diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030, yaitu menjadi sekitar 21,3 juta orang (Tobing dkk, 2008). Penderita diabetes mellitus yang tercatat di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2012 adalah 4.789 orang dan pada tahun 2013 sebanyak 4803 orang (Dinkes Provinsi Gorontalo, 2013). Sementara di Puskesmas Global Limboto Diabetes Melitus menduduki peringkat kedua penyakit yang paling banyak diderita oleh lansia yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Global Limboto setelah penyakit Hipertensi. Selama 3 bulan terakhir dari bulan Januari sampai Maret 2014 pasien diabetes melitus yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Global Limboto mengalami peningkatan yaitu, bulan Januari terdapat 55 pasien, bulan Februari 78 pasien dan bulan Maret 95 pasien (Data Puskesmas Global Limboto). Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai dengan glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut atau relatif (Tobing dkk, 2008). Diabetes melitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan sehingga berbagai komplikasi dapat dicegah. Kunci penanganan diabetes adalah menjaga kadar gula darah. Cara menjaga kadar gula darah antara lain dengan menjalankan diet yang tepat, olahraga teratur, dan mengkonsumsi obat jika diperlukan (Holistic Health Solution, 2011). Salah satu komponen yang cukup penting adalah pengaturan makan (diet tepat) untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap terkontrol dan dipertahankan sehingga mendekati normal. Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap penderita diabetes mellitus. Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes mellitus harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes mellitus tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau paramedis, sebagaimana ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokoprawiro dalam Fahrun dan Rustini, 2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahrun dan Rustini (2010) menunjukkan bahwa dari 30 responden yang mempunyai tingkat kepatuhan diet yang tergolong patuh terhadap terapi diet yaitu sebanyak 50%, responden yang cukup patuh sebanyak 30% dan responden yang tidak patuh 20%. Sedangkan
responden yang mempunyai pengendalian kadar gula darahnya yang terkendali dengan baik / tinggi yaitu sebanyak 50%, pengendalian kadar gula darah normal yaitu 40 %, sedangkan responden yang tingkat pengendalian kadar gula darahnya 10%. Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat dengan 3J yaitu tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Karena kepatuhan diet merupakan aspek penting untuk keberhasilan dalam menjalankan terapi dan mengendalikan gula darah. Dengan demikian pasien diabetes harus mengikuti dan mematuhi program penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai kontrol metabolik yang optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes (Misnadiarly, 2006). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26 Januari 2014, dalam wawancara terhadap 5 orang pasien yang datang berobat di Puskesmas Global Limboto diperoleh bahwa 2 orang pasien patuh terhadap diet yang dianjurkan oleh dokter dan 3 orang pasien tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan. Dari 2 orang pasien yang patuh terhadap diet tersebut mengatakan bahwa gula darahnya masih dalam batas yang terkontrol selama 3 bulan terakhir. Sedangkan 3 orang pasien yang tidak patuh terhadap diet gula darahnya tidak stabil. Atas dasar pertimbangan inilah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes di Puskesmas Global Limboto”. 1. Metode Penelitian 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di Puskesmas Global Limboto dan waktu penelitian berlangsung dari tanggal 17 Maret 2014 sampai tanggal 17 April 2014. 1.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimen yang merupakan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012). 1.3 Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel independen adalah kepatuhan diet dan variabel dependen adalah kadar gula darah. 1.4 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus yang berobat rawat jalan di Puskesmas Global Limboto. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling dimana mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 responden. 1.5 Teknik Analisa Data 1.5.1 Analisa Univariat Analisis univariat untuk menganalis kepatuhan diet pasien dan kadar gula darah. 1.5.2 Analisa Bivariat Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini mencari hubungan antara mencari hubungan antara kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah. Uji statistik menggunakan Fisher Exact Test. 2. Hasil dan Pembahasan 2.1 Karakteristik Responden 2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tabel 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Global Limboto Tahun 2014 Jumlah Jumlah Usia Jenis Kelamin n % n % 45-59 tahun 18 43.9 Laki-laki 15 36.6 60-74 tahun 23 56.1 Perempuan 26 63.4 Total 41 100 41 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar usia responden adalah kelompok usia 60-74 tahun yaitu sebanyak 56.1% dan kelompok usia 45-59 tahun sebanyak 43.9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 63.4%. Sedangkan sisanya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 36.6%. 2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Tabel 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerajaan Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Global Limboto Tahun 2014 Jumlah Jumlah Pendidikan Pekerjaan n % n % 5 12.2 23 56.1 SD Tidak Bekerja 13 31.7 11 26.8 SMP Wiraswasta 16 39.0 7 17.1 SMA PNS 7 17.1 PT Total 41 100 41 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa dari 41 responden yang menderita diabetes melitus, responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 39.0%, responden yang berpendidikan SMP sebanyak 31.7%, responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 17.1%, dan sisanya responden yang berpendidikan SD sebanyak 12.2%. Sebagian besar responden adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 56.1%, responden yang bekerja sebagai wiraswasta 26.8%, dan responden yang bekerja sebagai PNS 17.1%.
2.2 Analisa Univariat Tabel 1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Diet dan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Global Limboto Tahun 2014 Jumlah Jumlah Kepatuhan Diet Kadar Gula Darah n % n % Patuh Tidak Patuh
35 6
85.3 14.7
Terkendali Tidak Terkendali
19 22
46.3 53.7
Total 41 100 41 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yang patuh dalam menjalankan diet sebanyak 85.3%. Sisanya, responden yang tidak patuh dalam menjalankan diet sebanyak 14.7%. Sebagian besar responden memiliki gula darah yang tidak terkendali yaitu sebanyak 53.7%. Sedangkan responden yang memiliki gula darah yang terkendali adalah sebanyak 46.3%. 2.3 Analisa Bivariat Tabel 1.4 Hubungan Kepatuhan dalam Menjalankan Diet dengan Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Global Limboto Tahun 2014 Pengendalian Kadar Gula Darah P Total Kepatuhan Tidak Diet Terkendali Value Terkendali n % n % N % Patuh 19 46.3 16 39.0 35 85.3 0.023 Tidak patuh 0 0 6 14.7 6 14.7 19 46.3 22 53.7 41 100 Total Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji Fishers Exact Test diperoleh nilai p value = 0.023 yang berarti lebih kecil daripada α = 0.05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah. 3. Pembahasan 3.1 Kepatuhan Diet Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang patuh dalam menjalankan diet adalah sebanyak 35 responden (85.3%) dan responden yang tidak patuh dalam menjalankan diet adalah sebanyak 6 responden (14.7%). Hasil yang sama terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) tentang kepatuhan diet pasien diabetes melitus tipe II, dimana dari 100 responden yang mengikuti penelitian 56% responden patuh dalam menjalankan diet. Sementara itu 44% responden tergolong tidak patuh dalam menjalankan diet. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ernaeni (2005) tentang “Hubungan kepatuhan diet dengan pengendalian kadar gula darah penderita diabetes usia
lanjut” menunjukkan presentasi responden yang tidak patuh sebesar 91,4% dan responden yang patuh hanya sebesar 8,6%. Dalam penelitian ini didapatkan jumlah responden yang patuh terhadap diet yang dianjurkan lebih tinggi daripada jumlah responden yang tidak patuh terhadap diet. Berdasarkan wawancara, responden yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh dan dukungan yang baik dari keluarga, sehingga mereka cenderung untuk mematuhi aturan diet. Sementara sebagian responden yang tidak patuh beralasan bahwa bahwa diet menjadi suatu kegiatan yang membosankan dan merepotkan karena kesulitan mereka mengukur porsi secara tepat dan menyesuaikan dengan jadwal yang telah dianjurkan, sehingga diet seringkali diabaikan. Kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, dan mengikuti jadwal (Niven, 2002). Menurut Tovar (2007), kepatuhan diet diabetes melitus merupakan perilaku meyakini dan menjalankan rekomendasi diet diabetes melitus yang diberikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan diet merupakan salah satu aspek yang paling menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Hal ini didukung oleh pernyataan Tovar (2010) yang mengatakan bahwa diet merupakan kebiasaan yang paling sulit diubah dan paling rendah tingkat kepatuhannya dalam manajemen diri seorang penderita DM tipe II. 3.2 Pengendalian Kadar Gula Darah Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengendalian kadar gula darah yang tidak terkendali yaitu sebanyak 22 reponden (53.7%). Sedangkan jumlah responden yang gula darahnya terkendali adalah sebanyak 19 responden (46.3%). Dalam penelitian ini didapatkan jumlah responden yang mempunyai kadar gula darah tidak terkendali lebih besar dari pada responden yang memiliki gula darah terkendali. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan oleh gaya hidup yang tidak berimbang, pola makan yang tidak teratur dan juga disebakan oleh faktor usia. Hal ini didukung oleh pernyataan Anderson dalam Iskandar (2010) yang menyatakan bahwa kadar gula darah meningkat secara progresif setelah berumur 50 tahun terutama pada orang yang tidak aktif dan obesitas. Metabolisme glukosa diketahui efisiensinya akan berkembang dari dekade ketiga atau keempat dalam kehidupan dan akan terjadi kemunduran yang cepat pada usia diatas 60 tahun. Terkendalinya kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan gula darah yang terkendali, tidak bergantung pada hilangnya gejala diabetes saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah (Soewondo, 2002). Kadar gula darah pada orang normal biasanya konstan karena pengaturan metabolisme karbohidrat yang baik. Tetapi pada orang yang menderita diabetes melitus, kadar gula darah menjadi tidak normal. Hal ini karena terganggunya metabolisme karbohidrat yang disebabkan kekurangan insulin yang disekresikan
oleh kelenjar pankreas (Qurratuaeni, 2009). Diabetes melitus yang terkendali dengan baik, tidak hanya kadar gula darahnya yang terkendali, tetapi harus meliputi status gizi, kadar lipid dalam darah dan nilai tekanan darah. Apabila pasien yang bersangkutan berpartisipasi secara aktif dalam program, termasuk pemantauan diri mengetahui kadar gula darah dan diet, maka kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh umpan balik karena adanya keinginan pasien untuk sembuh (Smeltzer, 2001). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan teori, dapat dikatakan bahwa penderita diabetes melitus perlu mengendalikan kadar gula darah dan menjaga kadar gula darah dalam batas normal. 3.3 Hubungan kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 35 responden (85.3%) yang patuh terhadap diet menunjukkan 19 responden (46.3%) memiliki gula darah yang terkendali dan 16 responden (39.0%) memiliki gula darah yang tidak terkendali. Sedangkan sisanya, 6 responden (14.7%) yang tidak mematuhi aturan diet memilki gula darah yang tidak terkendali. Dilihat dari hasil uji satatistik (Fisher Exact test) didapatkan P value sebesar 0.023 yang berarti P value lebih kecil dari α = 0.05 maka H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Global Limboto. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmina (2010) tentang kepatuhan diet dengan gula darah terkontrol yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet dengan gula darah terkontrol dengan nilai P value = 0,015 dan α = 0.05. Menurut asumsi peneliti, masih tingginya jumlah responden yang memiliki gula darah yang tidak terkendali padahal sudah menerapkan diet yang tepat bisa saja disebabkan oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah. Hasil wawancara dengan responden, sebagian besar responden mengalami stress karena penyakit, waktu tidur yang tidak teratur dan kurang melakukan aktivitas fisik. Sehingga hal-hal tersebut akan berdampak pada kadar gula darah. Stress emosional dapat meningkatkan kadar gula darah dan glukosuria melalui peningkatan stimulus simptoadrenal. Stress meningkatkan produksi hormone hipofisis, katekolamin, kortikosteroid, dan menekan pelepasan insulin sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat (Putranto & Mudjadid, 2003). Tidur yang cukup merupakan kunci untuk merasa nyaman dan bahagia. Sebaliknya, kurang tidur mengakibatkan kelelahan dan mudah marah. Sama eratnya hubungan antara stress dan makan, stress dan tidur juga tak terpisahkan. Manakala stress mendera, salah satu bentuk gangguan tidur akan muncul (Khavari, 2006). Waktu tidur yang tidak teratur dapat mempengaruhi peningkatan kadar gula darah. Waktu tidur yang kurang dari 6 jam bisa menyebabkan resistensi insulin. Jika insulin didalam darah berkurang, maka akan menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah.
Selain itu, aktivitas fisik juga perlu dilakukan untuk mengontrol gula darah. Aktivitas fisik akan membantu pasien DM mengontrol berat badan yang merupakan indikator penunjuk penderita DM lebih mudah, karena penderita diabetes mampu menggunakan glukosa sebagai bahan penghasil energi secara maksimal. Saat manusia melakukan aktivitas atau kegiatan, tubuh akan mengeluarkan energi, semakin berat aktivitas yang dilakukan akan mengeluarkan energi atau kalori yang semakin tinggi, sedangkan sumber kalori manusia yang paling utama adalah glukosa, setiap seseorang melakukan aktivitas maka otot akan meningkatkan pembakaran glukosa secara maksimal, dan menyebabkan penurunan kadar gula darah (Asdie dalam Eko, 2010). Terkontrolnya kadar gula darah bergantung pada 4 pilar penting pengelolaan diabetes melitus yaitu, manajemen diet, Latihan fisik (excercise), obat-obatan dan pemberian pendidikan kesehatan. Salah satu pilar yang sangat penting adalah manajemen diet. Selain 4 hal tersebut, pasien yang menderita diabetes melitus harus secara rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah agar dapat disesuaikan dengan asupan diet yang harus dikonsumsi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien diabetes melitus perlu meningkatkan kepatuhan, jika hal tersebut dilakukan dengan baik maka kekambuhan pasien diabetes melitus dapat diminimalkan dan juga untuk menghindari ancaman komplikasi kronik. 4. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti berkesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden yang datang berobat rawat jalan di puskesmas global limboto patuh dalam menjalankan diet yaitu sebesar 85,3%. 2. Sebagian besar responden yang datang berobat rawat jalan di puskesmas global limboto memiliki kadar gula darah yang tidak terkendali yaitu sebesar 53.7% 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Global Limboto. 4.2 Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dalam menambah pengetahuan tentang hubungan antara kepatuhan klien diabetes mellitus dalam menjalankan diet dengan pengendalian kadar gula darah. 2. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber informasi untuk memberikan edukasi kepada pasien diabetes melitus agar lebih meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan diet sehingga tercapai pengendalian kadar gula darah yang baik. 3. Bagi pasien Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pasien tentang cara pengendalian kadar gula darah dengan mematuhi diet agar tidak terjadi
komplikasi kronik sehingga pasien lebih termotivasi menerapkan diet yang dianjurkan petugas kesehatan dan mengontrol kadar gula darah secara rutin. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan masukan dan sumber informasi. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dalam pengambilan sampel agar lebih banyak. Peneliti juga perlu mempertimbangkan pengaruh lain dari pengendalian kadar gula darah misalnya aktivitas fisik, tidak hanya meneliti dari manajemen dietnya saja. Daftar Pustaka Almatsier, Sunita (2006). Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Baradero, Mary et.al (2009). Seri Endokrin. Jakarta : EGC
Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Bastable, Susan. B (2002). Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip- Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta : EGC Brunner and Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Djokomoeljanto. (2007). Diabetes Mellitus Ditinjau dari Aspek Penyakit Dalam. Semarang: Badan Penerbit Diponegoro.
Berbagai Universitas
Dorland, W.A Newman (2000). Kamus kedokteran Dorland. Jakarta : EGC Eko, Ahmad (2010). Hubungan aktivitas fisik dan istirahat dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus rawat jalan RSUD PROF. Dr. Margono Soekardjo. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Guyton & Hall (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC Holistic Health Solution (2011). Diabetes Di Usia Muda. Gramedia Khavari, K. A. (2006). The Art Of
Jakarta
:
Happiness. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
Lestari, Tri Suci (2012). Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi dengan Kepatuhan Diet pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Fatmawati Tahun 2012. Skripsi : Universitas Indonesia Misnadiarly (2006). Diabetes Mellitus : Ganggren, Ulcer, infeksi.Mengenal Gejala, menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Mudjadid, & Putranto, R. (2003). Aspek Psikosomatik Pasien Mellitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia.
Diabetes Atmajaya
Niven, Neil (2002). Psikologi kesehatan Untuk Perawat Profesional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC
Dan
Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi Penelitian : Rineka Cipta
Kesehatan.
Nurjanah, Nunung dan Julianti, Elisa Diana (2007). Diabetes Dengan Terapi Jus, Plus Menu Sehat dan Ramuan Obat. Jakarta : Puspa Swara
Jakarta
Taklukkan Tanaman
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) (2011). Konsensus pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia Tahun 2011. (http://www.perkeni.org, Diakses pada 28 Desember 2013) Qurratuaeni (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta. Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rosyid, Fahrun Nur dan Rustini, Sri Anik (2010). Hubungan Antara Kepatuhan Terapi Diet DM Dan Pengendalian Gula Darah Pada Klien DM Tipe II Di RS Adi Husada Kapasari Surabaya. Rubenstein, David et.al (2007). Lecture Notes : Kedokteran Klinis. Jakarta : Penerbit Erlangga Rusilanti (2008). Menu Sehat Untuk Pengidap Diabetes. Jakarta : Kawan Pustaka Rusmina, Dina (2010). Hubungan Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Dengan Gula Darah Terkontrol di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Tahun 2010. Skripsi : UPNV Jakarta Soewondo, P (2002). Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI
:
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Tarwoto (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Jakarta : Trans Info Media Tobing, Ade et.al (2008). Care Your Self Penebar Plus
Diabetes
Sistem Endokrin.
Mellitus.
Jakarta
:
Tovar, E (2007). Relationship Between Psychosocial Factors and Adherence to Diet and Excercise in Adults whit Type 2 Diabetes : A Test of Theoritical Model. Disertasi. The University of Texas Medical Branch Graduate School of Biomedical Sciences. Di akses pada 25 Juni 2014 dari ProQuest Information and Learning Company. Yurisa, Wella (2008). Etika Penelitian Universitas Riau
Kesehatan.
Fakultas
Kesehatan
Wikipedia (2013). Gula Darah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah, diakses tanggal 27 Desember 2013)