LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL
PENGARUH INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 LEMITO KABUPATEN POHUWATO
Oleh NURAIN MUKUSIBU 451 410 049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
1
PENGARUH INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 LEMITO KABUPATEN POHUWATO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014 ABSTRAK Nurain Mukusibu. 451 410 049. “Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Dalam Mata Pelajaran Geografi Materi Lingkungan Hidup Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Lemito Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo”. Skripsi. Jurusan Fisika Program Studi Geografi. Fakultas Matematika dan IPA. Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Pembimbing (1) Bapak Dr. Nawir Sune, M.Si dan pembimbing (2) Ibu Dr. Eng. Sri Maryati, S.Si1 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan integrasi model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dengan Numbered Head Together (NHT) dan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lemito dan sampel pada penelitian ini yakni kelas XI IPS2 dengan jumlah siswa 21 orang sebagai kelas eksperimen dan XI IPS3 dengan jumlah siswa 21 orang sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan Two Group Post test-Only. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen test. Test instrumen berupa tes yang diberikan kepada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas data homogenitas varians. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis statistik uji t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan intergrasi model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Skor rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Kata Kunci : Model Pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI), Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT), Model Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar.
1
Nurain Mukusibu, Nim; 451 410 049, Program studi Geografi, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorotalo, dibawah bimbingan Bapak Dr. Nawir Sune, M.Si dan pembimbing (2) Ibu Dr. Eng. Sri Maryati, S.Si
2
Geografi merupakan mata pelajaran yang mengembangkan kemampuan dan pemahaman peserta didik tentang fenomena-fenomena alam yang ada dimuka bumi. Namun kenyataan yang ada di lapangan bahwa pembelajaran geografi belum terlalu optimal. Kemudian ditambah dengan penyampaian materi pelajaran yang masih berjalan dalam satu arah atau lebih cenderung dengan menggunakan metode ceramah dan kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran serta siswa tidak termotivasi dalam menerima materi pelajaran geografi. Untuk mengantisipasi hal tersebut guru geografi dituntut untuk kreatif dalam menemukan strategi pengajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan dalam mempelajari geografi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Lemito, Kabupaten Pohuwato bahwa proses pembelajaran geografi masih didominasi dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan mengajar sehingga mengakibatkan siswa kurang bersemangat dan berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal di atas, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang lebih menekankan siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Ada berbagai tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang semuanya lebih menekankan siswa lebih aktif di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Integerasi adalah menggabungkan beberapa bagian sehingga dapat bekerja sama atau membentuk keseluruhan. Jadi, berintegrasi dapat diartikan sebagai bergabung supaya menjadi kesatuan yang utuh dan mengintegrasikan yaitu menggabungkan atau menyatukan. Menurut Suprijono (2009:58), pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masaalah yang dimaksud. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar siswa berupa prestasi akademik. Untuk mencapai hasil belajar tersebut maka
3
model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama siswa dan pertaggungjawaban kelompok dalam struktur tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa. Pada model pembelajaran kooperatif juga siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya dan mempunyai motivasi yang lebih besar untuk belajar. Roger dan David, 2002 (dalam Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut:
Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
Face to face promotive interaction (interaksi promotif) Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatka n, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan, siswa harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
4
Group processing (pemrosesan kelompok) Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005), tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama (Slavin, 2005). Model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu model dalam model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan siswa untuk aktif melalui kerja sama antar siswa. Siswa saling membantu, bertukar pikiran satu sama lain dalam sebuah diskusi kelompok. Model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran yang memiliki sistem yang terstruktur dengan mengedepankan tanggung jawab individual terhadap kelompok, dan pemerataan peran yang sangat berpengaruh terhadap prestasi kelompok. Peran aktif individu sangat menentukan keberhasilan kelompok. Kerja sama dari seluruh keterbatasan anggota kelompok tersebut merupakan kekuatan besar bagi setiap
kelompok.
Disinilah
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Teams
Assisted
Individualization (TAI) membangun kerja sama dan kekompakan kelompok sehingga kelompok memiliki makna organisme (Slavin, 2005) Menurut Kagen, 2007 (dalam Lambodji, 2012), pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasan akademik. Tipe ini melibatkan para
5
siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.. Kagen, 2007 (dalam Lambodji, 2012), mengemukakan bahwa Numbered Head Together (NHT) merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk didiskusikan jawaban atau pemecahan yang benar di dalam kelompoknya. Kelompok memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. Dari pendapat di atas dilihat bahwa model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan dua model pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang berpusat pada siswa dan lebih menekankan pada kerjasama kelompok. Siswa dengan kemampuan lebih akan membantu siswa lain dalam kelompoknya dan memastikan bahwa semua anggota kelompok memahami materi yang disampaikan guru sehingga terbentuk kerjasama tim yang baik. Model pemebelajaran Numbered Head Together (NHT) ini siswa diharuskan untuk bertanggung jawab terhadap soal yang diberikan oleh guru, segingga memicu siswa menjadi aktif dalam menjawab pertanyaan. Disamping itu juga, dalam setiap kelompok mungkin terdapat siswa yang lemah, maka dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ini siswa yang lemah dapat berdiskusi dengan siswa yang pandai sehingga terjadi interaksi antar siswa melalui diskusi kelompok.
METODE PENELITIAN Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan Two Group Post test-Only. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument test. Test instrument berupa test yang diberikan kepada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas data homogenitas varians. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis statistik uji t.
PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lemito kurang lebih 3 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua perangkat yakni data hasil belajar pada materi lingkungan hidup yang
6
diajarkan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
integrasi
Team
Assisted
Individualization (TAI) dengan Numbered Head Together (NHT) (kelas eksperimen) dan data hasil belajar siswa pada materi lingkungan hidup yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung (kelas kontrol). Data dalam penelitian ini diperoleh melalui test hasil belajar siswa yang didapatkan dengan menggunakan test evaluasi belajar berbentuk essay yang berjumlah 6 butir soal.
Analisis Data 1..1 Uji Validitas Untuk pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat korelasi item soal. Pengujian validitas ini di uji dengan menggunakan persamaan produk moment yaitu dengan membandingkan harga rtabel dengan harga rhitung dari setiap item soal, diperoleh bahwa rtabel ≤ rhitung sehingga layak digunakan untuk instrument penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.1 Koefisien dan Status Validitas Butir Soal Nomor Soal
Koefisien Validasi rhitung 0,473 0,585 0,508 0,521 0,468 0,637
1 2 3 4 5 6
Status Validasi
rtabel 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
1..2 Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dilakukan untuk melihat suatu instrument yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Pengujian reliabilitas ini di uji dengan menggunakan persamaan Alpha Cronbach. Analisis data hasil perhitungan diperoleh pengujian reliabilitas tes hasil belajar yang disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Pengujian Reabilitas Tes No Soal 1 2 3
Varians 1,45 10,59 8,33
7
4 5 6
1,54 5,42 27,33
Dari hasil perhitungan yang diperoleh bahwa r = 0,4608 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa test reliabel artinya dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian. Data Hasil Belajar Siswa
85.33 86 84 82 80
Eksperimen 76.85
78
Kontrol
76 74 72 Eksperimen
Kontrol
Gambar 4.1 Data belajar hasil siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar 4.1 menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas eskperimen lebih tinggi nilai rata-ratanya dibandingkan dengan kelas kontrol. Dalam hal ini kelas eksperimen menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Nilai rata-rata dari kelas eksperimen adalah 85,33 dengan jumlah siswa 21 orang, sedangkan nilai rata-rata dari kelas kontrol adalah 76,85 dengan jumlah siswa 21 orang. Hasil ini menunjukan bahwa integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) cocok diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah SMAN 1 Lemito karena dengan menggunakan model ini hasil belajar siswa meningkat dibanding menggunakan model pembelajaran langsung.
8
100 100 80
97 89
100 89 81
78
70
67 62
80 74
60 40
Eksperimen Kontrol
20 0
Gambar 4.2 Data hasil belajar siswa melalui ranah kognitif taksonomi bloom Gambar 4.2 menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas eskperimen melalui ranah kognitif taksonomi bloom lebih tinggi nilai rata-ratanya dibandingkan dengan kelas kontrol. Dalam hasil soal nomor 1 dengan tingkat ranah kognitif C1 ( Pengetahuan) menunjukan bahwa skor hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 100 daripada skor kelas kontrol yang hanya mencapai skor 70. Untuk hasil soal nomor 2 dengan ranah kognitif C4 (Analisis) menunjukan bahwa skor hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 97 daripada skor kelas kontrol yang hanya mencapai skor 89. Untuk hasil soal nomor 3 dengan ranah kognitif C3 (Penerapan) menunjukan bahwa skor hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 89 daripada skor kelas kontrol yang mencapai skor 81. Untuk hasil soal nomor 4 dengan ranah kognitif C2 (Pemahaman) menunjukan bahwa skor hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 100 daripada skor kelas kontrol yang hanya mencapai skor 78. Untuk hasil soal nomor 5 dengan ranah kognitif C3 (Penerapan) menunjukan bahwa skor hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 67 daripada skor kelas kontrol yang mencapai skor 61. Untuk hasil soal nomor 6 dengan ranah kognitif C5 (Sintesis) menunjukan bahwa skor hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dengan skor 80 daripada skor kelas kontrol yang hanya mencapai skor 74.
9
Persyaratan Pengujian Penelitian 1..1 Pengujian Normalitas Data Untuk pengujian normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdisitribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data hasil penelitian ini di uji dengan menggunakan persamaan Chi Kuadrat, data yang akan diuji adalah data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh bahwa
2
hitung
untuk kelas eksperimen
yang menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) adalah
2 hitung =
4,9022 sedangkan untuk kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran langsung adalah
2
hitung
= 6,215. Dengan nilai yang ada di
tabel distribusi harga tabel Chi Kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 5-1 = 4. Bila dk = 4 dan taraf 0,05, maka nilai harga tabel Chi Kuadrat 9,488. Karena dari kedua kelas tersebut harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel, maka distribusi data untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut normal. 1..2 Pengujian Homogenitas Varians Untuk pengujian homogen varians data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh kedua varians homogen atau tidak. Untuk menguji homogen varians digunakan rumus uji statistik. Untuk menguji F (Varians) maka varians terbesar dibagi dengan varians terkecil hingga mendapatkan hasilnya. Dalam hal ini, diketahui nilai varians untuk kelas eksperimen adalah 9.232190062 dengan jumlah siswa 21 orang. Sedangkan diketahui nilai varians untuk kelas kontrol adalah 13,587809 dengan jumlah siswa 21 orang. Menyesuaikan dengan rumus, nilai varians kelas kontrol yang lebih besar dibagi dengan nilai varians kelas eksperimen yang lebih kecil maka menghasilkan nilai F = 1.47. Untuk menetapkan daerah kritis melaui tabel F, dkpembilang = 21 - 1 = 20 dan dkpenyebut = 21 – 1 = 20, dengan taraf signifikan α = 0.05 maka didapat F tabel = 2.12. Karena Fhitung < Ftabel yaitu dengan Fhitung 1,47 < 2,12 pada α = 0,05 maka H0 diterima, artinya kedua variansnya homogen. 1..3 Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis data, digunakan rumus t-test maka mendapatkan hasil thitung = 2,311. Untuk menentukan ttabel , maka digunakan taraf signfikan α = 0.05 dengan dk = n1 + n2 10
2 = 21 + 21 – 2 = 40. Dengan melihat tabel distribusi t, untuk
1,684.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat hasil pengujian menunjukkan bahwa sehingga dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan
diterima. Yaitu
terdapat pengaruh antara kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) dengan kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen yang menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Numbered Head Together (NHT) dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Numbered Head Together (NHT) dan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi lingkungan hidup. Sesuai dengan fungsinya bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang dilakukan guru untuk mengajarkan materi kepada siswa yang memotivasi siswa dan lebih mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar sedangkan model pembelajaran langsung yang cenderung monoton dan membosankan dengan metode ceramah atau sebagainya. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila siswa tersebut terlibat secara aktif, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yakni untuk memperoleh data dengan melakukan observasi di sekolah dan berkonsultasi dengan pihak sekolah, yang kemudian diperoleh informasi bahwa kedua kelas yang akan digunakan perlakuan memiliki kemampuan yang sama. Untuk perlakuan yang pertama pada kelas eksperimen yaitu kelas XI IPS2 dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Numbered Head Together (NHT), dan perlakuan yang kedua pada kelas kontrol yaitu kelas XI IPS3 dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Setelah guru memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, guru memberikan post-test. Tujuan dari post-test ini untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajran Team Assisted Individualization (TAI) dan
11
Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Melalui penelitian ini maka diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari skor rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen yakni 85,33 sedangkan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yakni 76,85. Jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen dengan menggunakan integrasi model pembelajran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) sebanyak 17 orang siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 orang siswa dari 21 siswa. Kemudian dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung sebanyak 12 orang siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 orang siswa dari 21 siswa. Untuk hasil perhitungan analisis normalitas data diperoleh bahwa eksperimen adalah
2
hitung
2
= 4,9022 sedangkan untuk kelas kontrol adalah
hitung
untuk kelas
2 hitung
= 6,215.
Dengan nilai yang ada di tabel distribusi harga tabel Chi Kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 5-1 = 4. Bila dk = 4 dan taraf 0,05, maka nilai harga tabel Chi Kuadrat 9,488. Karena dari kedua kelas tersebut harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel, maka distribusi data untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut normal. Dalam penelitian ini, diketahui nilai varians untuk kelas eksperimen adalah 9.232190062 dengan jumlah siswa 21 orang. Sedangkan diketahui nilai varians untuk kelas kontrol adalah 13,587809 dengan jumlah siswa 21 orang. Menyesuaikan dengan rumus, nilai varians kelas kontrol yang lebih besar dibagi dengan nilai varians kelas eksperimen yang lebih kecil maka menghasilkan nilai F = 1.47. Untuk menetapkan daerah kritis melaui tabel F, dkpembilang = 21 - 1 = 20 dan dkpenyebut = 21 – 1 = 20, dengan taraf signifikan α = 0.05 maka didapat F tabel = 2.12. Karena Fhitung < Ftabel yaitu dengan Fhitung 1,47 < 2,12 pada α = 0,05 maka H0 diterima, artinya kedua variansnya homogen. Untuk pengujian hipotesis data, digunakan rumus t-test maka mendapatkan hasil thitung = 2,311. Untuk menentukan ttabel , maka digunakan taraf signfikan α = 0.05 dengan dk = n1 + n2 - 2 = 21 + 21 – 2 = 40. Dengan melihat tabel distribusi t, untuk 1,684. Berdasarkan hasil perhitungan didapat hasil pengujian menunjukkan bahwa sehingga dapat disimpulkan bahwa 12
ditolak dan
diterima. Hal
ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan
menggunakan
integrasi
model
pembelajaran
Team
Assisted
Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. Berdasarkan semua hasil rata-rata yang diperoleh bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : Penggunaan integrasi model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap siswa SMA Negeri 1 Lemito cocok diterapkan guna meningkatkan hasil belajar
Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajarn langsung pada mata pelajaran geografi materi lingkungan hidup.
Skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan integrasi model
pembelajaran
Teams
Assisted
Individualization
(TAI)
dan
model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung. Saran
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran yang baik dan tepat agar siswa bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam proses pembelajaran dewasa ini, guru hendaknya mengikutsertakan serta mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran agar siswa tidak kaku dan bosan dengan proses pembelajaran yang selalu monoton.
13
Integrasi model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai guru untuk lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam model ini pula terdapat beberapa kekurangan dan diharapkan guru dapat mengatasi kekurangan tersebut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta Endarto, D. 2009. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XI. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Grahardi Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo Iko, H. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrosfer Melalui Integrasi Model Kooperatif Tipe Talking Stick Dan NHT (Numbered Head Together) Di Kelas X SMA Tridharma Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo Lambodji, N. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Melalui Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Pokok Bahasan Hidrosfer. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo Pardirla,
R.
2013.
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Teams-Assisted
Individualizatiaon TAI Terhadap Hasil Belajar Geografi Di SMAN 1 Bukit Sundi, Kab Solok. Skripsi. Universitas Negeri Padang Slavin, R. 2005. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktek. Jakarta. Nusamedia Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Pakem). Yogyakarta. Pustaka Belajar
14
Suwarno.
2010.
Pembelajaran
Kooperatif
Jenis
Numbered
Head
Together.
http://suwarnostatistik.wordpress.com (Diakses Tanggal 17 Februari 2013) Wahidati, S. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Teams Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Kalor Di SMP N 16 Semarang. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo
15