LAPORAN KINERJA TAHUN 2014
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DAFTAR ISI DAFTAR ISI (i) DAFTAR TABEL (ii) DAFTAR GAMBAR (iii) KATA PENGANTAR (v) IKHTISAR EKSEKUTIF (vii) I
PENDAHULUAN (1) A. Gambaran Umum (1) B. Permasalahan dan Aspek Strategis (5) C. Metode Pengumpulan Data Kinerja (9) D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja (11)
II
PERENCANAAN KINERJA (12) A. Metode Pengukuran Kinerja (12) B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014(15) C. Target Kinerja Lainnya (17)
III AKUNTABILITAS KINERJA (18) A. Capaian Kinerja (18) B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya (43) C. Akuntabilitas Keuangan (49) D. Capaian Kinerja Lainnya (50)) IV
PENUTUP (57) LAMPIRAN
i
Daftar
Tabel Tabel 1 Perjanjian Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014 (16) Tabel 2. Rincian Target Jumlah Tanah dilegalisasi (17) Tabel 3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1 (19) Tabel 4. Capaian Kinerja Legalisasi Asset 2014 dan selama 4 tahun terakhir (21) Tabel 5. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2 (24) Tabel 6. Capaian kinerja konsolidasi tanah tahun 2014 (29) Tabel 7. Output konsolidasi tanah Tahun 2010 – 2014 (30) Tabel 8. Capaian Kinerja Konsolidasi Tanah Tahun 2014 (32) Tabel 9. Realisasi Pencapaian Kinerja 2010-2014 (34) Tabel 10. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan Tahun 2014 (36) Tabel 11. Peningkatan cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi (39) Tabel 12. Capaian Kinerja cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi (39) Tabel 13. Kategorisasi Indeks Kepuasan Masyarakat (43) Tabel 14. Jenis Program Prioritas dan Realisasi Input dan Output Tahun 2014 (46) Tabel 15. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output Program Prioritas (47) Tabel 16. Realisasi dan Sisa pada Input dan Output Program Prioritas (48) Tabel 17. Realisasi Anggaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014 (49) Tabel 18. Nilai Hak Tanggungan (HT) dari Produk Sertipikat HAT yang Dikeluarkan oleh BPN selama tahun 2014 (54)
ii
Daftar
Gambar Gambar 1. Kontribusi BPN-RI dalam pencapaian Program Prioritas Nasional (1) Gambar 2. Sasaran Strategis Badan Pertanahan Nasional tahun 2014.(2) Gambar 3. Kondisi Kantor Unit Kerja (2) Gambar 4. Kondisi Fisik Bangunan Kantor Milik BPN-RI (3) Gambar 5. Pegawai Berdasarkan Lokasi Kerja (4) Gambar 6. Proporsi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin (4) Gambar 7. Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan (4) Gambar 8. Permasalahan Pertanahan Strategis (5) Gambar 9. Sasaran Stretegis BPN-RI (7) Gambar 10. Luas Wilayah dan Cakupan Peta (8) Gambar 11. Cakupan Peta Dasar Pertanahan Sampai dengan Akhir 2014 (9) Gambar 12. Skematis sistem Pelaporan pada SKMPP (10) Gambar 13. Persentase capaian kinerja legalisasi Aset tahun 2010-2014 (20) Gambar 14. Perbandingan target Renstra dan Capaian 2010-2014 (21) Gambar 15. Persentase pencapaian legalisasi Aset berdasarkan kegiatan Tahun 2014 (21) Gambar 16. Persentase capaian legalisasi asset Rupiah Murni (RM) dan PNBP (22) Gambar 17. Skema pencegahan dan penetapan tanah terlantar (25) Gambar 18. Kinerja usulan untuk penetapan (26) Gambar 19. Capaian Kinerja pencegahan tanah terlantar (26) Gambar 20. Perbandingan Target Renstra dengan Capaian 2010-2014 (27) Gambar 21. Perbandingan Capaian (%) Konsolidasi Tanah Tahun 2010-2014 (30) Gambar 22. Perbandingan Capaian Konsolidasi Tanah Renstra dan Ketersediaan Anggaran(30) Gambar 23. Capaian Kinerja (%) Redistribusi Tanah Tahun 2010 -2014 (33) Gambar 24. Perbandingan capaian Kinerja berupa output Redistribusi Tanah tahah sampai dengan 2014 dibandingkan Renstra (33) Gambar 25. Penyelesaian kasus pertanahan berdasarkan katagori penyelesaian (36) Gambar 26. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan 2010 - 2014 dibandingkan dengan Tahun 2010 – 2013 (37) Gambar 27. Capaian Penyelesaian Kasus Pertanahan Sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra (37) iii
Gambar 28. Capaian Kinerja Infrastruktur Pertanahan Tahun 2014 dibandingkan capaian 2010, 2011, 2012, 2013 (40) Gambar 29. Capaian Kinerja Pemetaan Dasar sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra (40) Gambar 30. Realisasi Pencapaian PNBP 2010-2014 (50) Gambar 31. Realisasi PNBP (Rupiah) 2010-2014 (50) Gambar 32. Perbandingan Legalisasi Aset 2014 Rupiah Murni dengan PNBP (51) Gambar 33. Perbandingan antara APBNP 2014 dengan Capaian Hak Tanggungan (56)
iv
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LKj) atau dulu dikenal dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) sejatinya merupakan dokumen pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi BPN-RI kurun waktu tahun 2014 kepada pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu Masyarakat Indonesia. Laporan Kinerja ini juga dapat di upload di website BPN RI yaitu : www.bpn.go.id. Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 merupakan tahun terakhir dari Pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI periode tahun2010-2014 sehingga secara akumulutatif capaian kinerja dari tahun 2010-2014 menggambarkan juga capaian kinerja Renstra BPN RI yang dimaksud. Dengan kata lain, asumsi-asumsi penyusunan Rencana Strategis tahun
2010-2014 telah disimpulkan benar ataukah ada yang kurang tepat. Hasil
evaluasi semacam ini sangat berguna untuk merumuskan asumsi-asumsi yang relevan untuk penyusunan perencanaan yang akan datang. Penyusunan Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 telah mengacu pada Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014. Dalam Peraturan ini penyusunan laporan kinerja tampak lebih sederhana, padat dan komunikatif dibandingkan penyusunan laporan akuntabilitas tahun-tahun sebelumnya. Hal ini Nampak dari struktur pelaporan yang secara tepat telah mampu merangkum semua capaian kinerja. Tentu saja capaian
kinerja
sangat
berbeda
dengan capaian
hasil.
Dalam
capaian
kinerja,
penekanannya pada sasaran dan indikator program. Seluruh sasaran dan indikator kegiatan tentu mengarah pada capaian sasaran dan indikator program. Manfaat atau benefit tercermin dari rumusan sasaran dan indikator program di setiap level eselon satu. Dalam laporan kinerja ini menggunakan seluruh bahan-bahan yang ada dalam setiap sasaran dan indikator program baik di pusat dan Daerah. v
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Telah diupayakan dengan segala daya baik pikiran dan tenaga bahkan melalui diskusi yang hangat, penyusunan Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 masih dijumpai kekurangan disana sini. Namun besar harapan, kiranya Laporan Kinerja BPN RI Tahun 2014 diapresiasi seluruh masyarakat sehingga upaya menjadikan tanah dan pertanahan bagi sebesar-besarnya kemamuran rakyat Indonesia segera terwujud. Laporan Kinerja ini juga menjadi bahan masukan yang sangat baik untuk perbaikan mutu perencanaan ke depan.
Jakarta,
2015
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
FERRY MURSYIDAN BALDAN
vi
IKHTISAR
EKSEKUTIF Indonesia merupakan salah satu dari 10 Negara di dunia yang memiliki wilayah daratan terluas. Dengan luas daratan mencapai 191,09 juta Hektar. Luasnya wilayah daratan ini merupakan berkah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus pekerjaan besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mengelolanya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan pergeseran ke Negara IndustrI telah menyebabkan semakin strategis dan semakin rumitnya pengelolaan pertanahan di Indonesia. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melaksanakan sebagian tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral; melalui tugas dan fungsi dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan manajemen dan pelayanan pertanahan. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya ini BPN-RI harus dapat menjawab permasalahan-permasalahn strategis bidang pertanahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu; tingginya konflik pertanahan, berlarutnya penyelesaian kasus pertanahan, rendahnya cakupan peta dasar, kurangnya SDM pengukuran, sulitnya pengadaan tanah untuk kepentingan umum, sebagian besar petani kusasi lahan dibawah setengah hektar serta permasalahan tanah adat dan tanah ulayat, berkurangnya kasus pertanahan.
Pada tahun 2010 – 2014, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berkonstribusi dalam pencapaian Program Prioritas Nasional yaitu Prioritas nomor 5 (penanggulangan kemiskinan), nomor 6 (infrastruktur), nomor 7 (iklim investarsi dan iklim usaha), nomor 8 (energi) dan nomor 10 (daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik), untuk kontribusi tersebut BPN-RI menetapkan enam sasaran stretegis yang ditetapkan pada Renstra 2010-2014, yaitu (1) terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah (dengan indikator kinerja utama adalah jumlah bidang tanah yang dilegalisasi), (2) terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (dengan indikator kinerja utama; (3) terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal(dengan indikator kinerja utama jumlah bidang tanah yang ditata melalui konsolidasi tanah dan jumlah bidang tanah yang ditata melalui redistribusi tanah),(4) berkurangnya kasus pertanahan (dengan indicator kinerja utama Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan) (5) terpenuhinya infrastruktur pertanahan(Jumlah cakupan peta Dasar, peta Tematik dan peta Potensi), (6) meningkatnya kualitas layanan pertanahan (dengan indikator kinerja utama Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah). Capaian kinerja BP-RI tahun 2014 terhadap kegiatan untuk mendukung sasaran trategis diuraikan sebagai berikut ; jumlah bidang tanah yang dilegalisasi dari target 866.461 bidang terealisasi sebanyak 828.830 bidang (target kinerja untuk penambahan jumlah relatif sertipikat tanah di seluruh Indonesia dari target 2,07% terealisasi 1,99% atau capaian kinerja 97,76%) terjadi peningkatan capai kinerja selama lima tahun sebelumnya masing-masing 59,83% (tahun 2010), 77,23%(tahun 2011), 86,65%(tahun 2012), 90,44%(tahun 2013). Target Renstra 2010-2014 yaitu sebanyak 4.063.430 vii
bidang sedangkan capaian selama 2010-2014 sebanyak 5.006.897 bidang atau 123,22%. Pada pelaksanaan kegiatan legalisasi asset semua hambatan dan kendala umumnya bisa diatasi, kecuali untuk kegiatan legalisasi asset transmigrasi, hal ini disebabkan adanya perbedaan data subyek dan obyek tanah yang disampaikan, beberapa wilayah transmigrasi telah ditetapkan sebagai kawasan hutan. Capaian kinerja terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah berupa kepustusan tanah terlantar yang ditetapkan sampai dengan akhir 2014 sebanyak 161 Surat Keputusan (SK) tercapai penambahanya sebanyak 15 SK dari target penambahan 65 SK artinya capaian kinerja 23,77%. Ada dua prespektif dalam pelaksanaan penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar, pertama prespektif penetapan tanah terlantar yang diukur dari jumlah usulan penetapan tanah terlantar capaian kinerja sebanyak 89,13%, sedangkan prespektif pencegahan 116,67%. Besarnya pencapaian prespektif pencegahan ini diyakini telah menyebabkan para pemegang hak menjadi sangat serius dan berupaya maksimal dalam memanfaatkan lahan yang mereka kuasai sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak. Hal ini terlihat dari berkurangnya secara drastis luas tanah terlantar darai 7,3 juta ha (tahun 2010) menjadi 4 juta ha (akhir 2014). Jika diperhatikan maka dari tahun 2010 -2014 capaian kinerja pencegahan tanah terlantar lebih dominan. Di dalam Renstra 2010-2011 target luas untuk diindtifikasi dan diteliti 379.500 ha capaian selama 2010-2014 seluas 2.050.088 ha atau 540%. Kendala utama dalam penetapan tanah terlantar adalah adanya perlawanan hukum yang dilakukan dari pemegang hak untuk membatalkan SK penetapan tanah terlantar. Namun jumlah penetapan bukanlah otcome yang diharapkan, keberhasilan dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah berkurangnya luas tanah terlantar dari tahun ke tahun di Indonesia dan meyakinkan kalau semua sumberdaya lahan telah digunakan secara optimal untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Capaian kinerja terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal (dengan indikator kinerja utama jumlah bidang tanah yang ditata melalui konsolidasi tanah dan jumlah bidang tanah yang ditata melalui redistribusi tanah). Dari target 11.250 bidang tanah (29,97% dari rencana di Renstra 2010-2014) tercapai 4.287 bidang (11,42%) dengan capaian kineja 38,11%. Terjadi penurunan capaian kinerja dari tahun 2010-2014. Untuk mengantisipasinya BPN-RI telah melakukan kegiatan pendukung berupa pemetaan potensi konsolidasi tanah untuk mengetahui daerah yang berpotensi sebagai lokasi kegiatan prioritas tahun berikutnya. Kegiatan redistribusi tanah dari target 154.075 bidang (6,59%) tercapai 138.181 bidang (5,91%), artinya capaian kinerja 89,68%. Secara umum capaian kinerja selama tahun 2010-2014 cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan rencana dalam Renstra tingkat capaianya 70,15%. Capaian kinerja berkurangnya kasus pertanahan (dengan indikator kinerja utama jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan, dari target 3.018 kasus (target sangat optimis 100%) dapat diselesaikan 2.910 kasus (96,42%) artinya capaian kinerja 96,42%. Capaian kinerja selama lima tahun cukup tinggi. Target Renstra 2010-2014 sebanyak 13.955 kasus yang berhasil diselesaikan sebanyak 11.736 kasus (84,09%). Keberhasilan kinerja ini terlihat dari jumlah tidak bertambahnya jumlah kasus dari tahun ketahun, kerana pasti ada kasus-kasus baru yang muncul dari waktu kewaktu. Hal terpenting adalah penambahan kasus tidak lebih banyak dari kasus yang diselesaikan. Capaian kinerja terpenuhinya infrastruktur pertanahan (jumlah cakupan peta Dasar, peta Tematik dan peta Potensi, dari target yang ditetapkan 1.453.475 Ha (ada penambahan cakupan 3,77% viii
tercapai seluas 810.308 Ha (2,10%), artinya capaian kinerja 55,75%. Capaian kinerja tahun 2014 paling kecil dibandingkan empat tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014 capaiannya 277,66%. Capaian kinerja meningkatnya kualitas layanan pertanahan (dengan indikator kinerja utama Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah), target nilai A, tercapia B. Capaian kinerja lainnya adalah legalisasi asset dari PNBP (dana dari pemohon) tahun 2014 tercapai sebanyak 1.105.552 bidang, artinya lebih banyak dari legalisasi asset yang dibiayai Rumpiah Murni. Disamping itu dalam tahun 2014 hak tanggungan yang tercapai sebanyak 658.63 Trilium, angka yang pastastif untuk mendukung peningkatan ekonomi di Negara kita. Efisiensi penggunaan angaran ratarata 100%, Sedangkan efisiensi SDM (Petugas Ukur ) 290% (menjadi mendesak untuk dilakukan penambahan jumlah petugas ukur). Realisasi penggunaan angaran di tahun 2014 adalah sebesar 84,74%.
ix
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Indonesia merupakan salah satu dari 10 Negara di dunia yang memiliki wilayah daratan terluas. Dengan luas daratan mencapai 191,09 juta Hektar. Luasnya wilayah daratan ini merupakan berkah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus pekerjaan besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mengelolanya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan pergeseran ke Negara industri telah menyebabkan semakin strategis dan semakin rumitnya
pengelolaan pertanahan di Indonesia. Luas wilayah
Indonesia adalah lebih kurang 840 juta Ha, terdiri 191 Juta Ha daratan dan 649 juta Ha lautan. Dari luas daratan, sekitar 124,19 juta hektar (64,93%) masih berupa hutan seperti hutan lebat, hutan sejenis, dan hutan belukar. Sisanya seluas 67,08 juta hektar (35,07%) telah dibudidayakan dengan berbagai kegiatan. Badan
Pertanahan
menyelenggarakan sebagian
Nasional
Republik
Indonesia
mempunyai
tugas
urusan pemerintahan di bidang pertanahan baik secara
nasional, regional dan sektoral, diatur pada Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013. Pada tahun 2010 – 2014, Badan Pertanahan Nasional berkonstribusi dalam pencapaian Program Prioritas Nasional yaitu Prioritas nomor 5, 6, 7, 8 dan 10 :
Gambar 1. Kontribusi BPN-RI dalam pencapaian Program Prioritas Nasional
Berdasarkan, Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 (dinyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat), UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (di dalamnya dijelaskan bahwa Negara menjamin hak-hak masyarakat atas bumi,
1
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya), dan TAP MPR Nomor IX/2001 tentang Pembaruan Agraria, dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang selanjutnya menetapkan prinsip-prinsip dan arah kebijakan pembaruan agraria dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan, kegiatan Reforma Agraria
telah
memperbaiki
menjadi
komitmen
permasalahan
utama
Pemerintah pada
Republik
Indonesia
ketimpangan
dalam
Penguasaan,
upaya
Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T). Dalam pelaksanaan anggaran tahun 2014 Badan Pertanahan Nasional menetapkan enam sasaran strategis Sesuai Renstra 2010 – 2014, dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
6 tahun 2012
dalam mencapai visi organisasi
dinyatakan sebagai berikut :
Gambar 2. Sasaran Strategis Badan Pertanahan Nasional tahun 2014.
Gambar 3. Kondisi Kantor Unit Kerja
2
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Terdapat 334 satker yang telah memiliki tanah dan bangunan sendiri 238 satker dalam kondisi baik, 69 satker kondisi rusak ringan dan 27 satker rusak berat,
Gambar 4. Kondisi Fisik Bangunan Kantor Milik BPN-RI
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia memiliki tugas dan fungsi pokok sebagai lembaga Pemerintah yang melakukan penataan dan pengelolaan bidang pertanahan di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Berdasarkan mandate Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 jo Perpres Nomor 85 Tahun 2012). Wilayah kewenangan Badan Pertanahan Nasional meliputi wilayah nasional daratan non hutan seluas kurang lebih 67,08 juta Ha. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di atas, pada akhir tahun 2014 BPN RI memiliki pegawai negeri sipil sebanyak 19.786 orang dengan rincian (1) Pegawai BPN Pusat berjumlah 1.218 orang, atau 7,14 %; (2) sebanyak 3.972 orang atau sekitar 18,39 %, tersebar di 33 Kantor Wilayah BPN Propinsi, serta (3) sebanyak 16.085 orang 74,47%. tersebar di 426 Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan 29 Perwakilan Kantor Pertanahan seluruh Indonesia. Perlu disampaikan bahwa pada awal tahun 2014 jumlah SDM BPN RI justru mengalami pengurangan yang cukup signifikan sehingga tinggal sekitar 19.786 orang.
3
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Gambar 5. Pegawai Berdasarkan Lokasi Kerja
Gambar 6. Proporsi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 7. Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
4
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
B. Permasalahan dan Aspek Strategis Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berada dalam suatu posisi yang sejalan dengan tujuan nasional yaitu: untuk mewujudkan tanah bagi sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian program-program yang direncanakan dan dilaksanakan merupakan langkah kongkrit dalam tahapan yang terukur dan berkesinambungan dalam mewujudkan tujuan nasional. Isu strategis dalam pengelolaan pertanahan di Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian serius dan ditindaklanjuti secara berkesinambungan sebagaimana disajikan pada gambar 8.
Gambar 8. Permasalahan Pertanahan Strategis
Masalah pertanahan di Indonesia tidak bisa di tangani dan diselesaikan dengan menggunakan
pendekatan
hukum
saja,
melainkan
dengan
pendekatan
holistik
(komperhensif) seperti politik, sosial budaya, ekonomi (kesejahteraan) dan ekologi. Yang tidak kalah penting adalah penanganan dan penyelesaian konflik dilapangan harus didukung oleh kelembagaan pertanahan yang kuat dan berwibawa, koordinasi antar instansi pemerintah yang efektif, administrasi pertanahan yang berbasis teknologi dan penerapan prinsip-prinsip good governance, manajemen konflik yang efektif dan efisien,
5
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
strategi penanganan dan penyelesaian yang cepat, tepat dan efektif ditopang sumber daya manusia yang handal, baik di pusat maupun di daerah. Saat ini penyelesaian sengketa atau permasalahan terkait bidang pertanahan di Indonesia dapat dilakukan baik melalui jalur pengadilan maupun di luar pengadilan (mediasi). Kebijakan Pemerintah saat ini lebih mengutamakan penyelesaian di luar pengadilan terlebih dahulu, apabila tidak dapat terselesaikan melalui jalur mediasi, penyelesaian dapat dilanjutkan ke acara pengadilan. Jalur pengadilan itu dapat berupa Pengadilan Umum, Pengadilan Tata Usaha Negara (misalnya pada kasus tuntutan pembatalan sertifikat tanah), serta Pengadilan Agama dalam hal sengketa tanah warisan dan tanah wakaf. Setiap konflik pertanahan kemudian diselesaikan dalam pengadilan umum, Dalam praktiknya, tiga pengadilan yang berbeda tersebut dapat melakukan acara peradilan pada kasus yang sama dengan hasil keputusan yang berbeda-beda. Intensitas kebutuhan pembangunan yang semakin meningkat serta kondisi makin terbatasnya ketersediaan tanah, secara signifikan berakibat pada semakin sulitnya optimalisasi pemanfaatan penggunaan tanah, khususnya bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Yang terjadi kemudian adalah pertentangan kepentingan antar pihak atas sebidang tanah yang sama. Akibatnya, Pemerintah pun mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembebasan lahan, terutama terkait eksekusi pembebasan penguasaan lahan dan pembiayaannya yang menjadi sangat mahal. Itu semua terlihat melalui banyaknya kasus pembebasan lahan yang berlarut-larut. Di sisi lain, hak penduduk yang lebih membutuhkan dan mampu memanfaatkan bidang tanah tersebut tidak terpenuhi, sehingga kesejahteraan yang seharusnya akan didapat menjadi tidak terwujud. Dari hasil evaluasi sementara, Badan Pertanahan Nasional secara ideal diharapkan memiliki kekuatan pegawai negeri sipil sebanyak 26.000 orang, dengan proporsi kompetensi ideal untuk juru ukur diharapkan 30 % dari jumlah pegawai. Saat ini jumlah sumber daya manusia juru ukur masih sangat kurang, yaitu baru mencapai sekitar 1.689 orang dari jumlah pegawai keseluruhan sebanyak 20.184 orang atau hanya 8%. Cakupan Peta Dasar Pertanahan secara nasional saat ini hanya meliputi 40% dari luas total wilayah daratan nasional. Ketersediaan peta dasar pertanahan menjadi penting karena merupakan dasar dalam penyusunan peta pertanahan lainnya, seperti peta pendaftaran tanah, peta zona nilai tanah, peta land use, peta neraca penggunaan tanah kesesuaian rencana, dan peta cadangan tanah. Berdasarkan Data November 2014, jumlah total tanah yang telah bersertipikat mencapai 41.711.790
bidang atau (48,61%) dari total
bidang tanah
nasional ±
85.803.826 bidang.
6
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Indonesia memiliki hukum pertanahan yang mengatur secara jelas mengenai tata cara baik kepemilikan maupun proses jual beli. Namun penerapan hukum pertanahan nasional tidak dapat dilakukan khususnya pada wilayah ulayat/adat terutama wilayah timur Indonesia. Adanya perbedaan penerapan hukum tanah di berbagai wilayah di Indonesia seringkali menimbulkan konflik pertanahan. Sehingga sistem tenurial dan pola kerjasama pemanfaatan berdasarkan hukum pertanahan nasional tidak dapat dilakukan dengan serta merta tanpa upaya matrikulasi penyamaan pemahaman konsep terlebih dahulu. Dalam rangka menyikapi permasalahan strategis pertanahan dan untuk mewujudkan cita-cita rakyat Indonesia, maka Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah menetapkan Rencana Strategis 2010 - 2014, sebagai perwujudan dari prosedur penyelenggaraan pemerintahan yang dibebankan kepada setiap Kementerian dan atau Lembaga Pemerintah, setiap periode lima tahunan diwajibkan menyusun dokumen Rencana Strategis Pembangunan Nasional di bidang Kementerian/ Lembaga masing masing. Dalam Rencana Strategis 2010 – 2014 telah ditetapkan capaikan kinerja yang akan dilaksanakan selama lima tahun dalam bentuk sasaran strategis yang terukur oleh Indikator Kinerja Utama (IKU), dalam penjabarannya untuk pelaksanaan tahun 2014 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah menetapkan target kinerja, dengan enam sasaran strategis yang hendak dicapai, sasaran strategis yang ditetapkan sebagaimana Gambar 9.
TANAH DIPERGUNAKAN BAGI SEBESAR-BESARNYA KEMAKMURAN RAKYAT (Pasal 33 UUD 1945)
Gambar 9. Sasaran Strategis BPN-RI
7
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Dalam hal cakupan peta dasar pertanahan, dari luasan 191.09 juta Ha wilayah daratan NKRI, komposisi data yang dimiliki BPN RI dengan dalam bentuk peta dasar dan potensi data yang dapat di sajikan pada gambar 10.
Gambar 10. Luas Wilayah dan Cakupan Peta Unit kerja pusat (BPN RI) melaksanakan kegiatan pemetaan pertanahan. Informasi spasial peta dasar pertanahan diperlukan untuk mengidentifikasi cakupan wilayah nasional yang telah memiliki peta dasar pertanahan. Total luas wilayah nasional diperkirakan mencapai sekitar 191,09 juta hektar. Dari jumlah luasan tersebut, data citra satelit yang telah tersedia mencapai 102,51 juta hektar (53,64%), sedangkan sisanya belum tersedia data citra satelit. Kemudian dari data citra satelit yang tersedia dan telah diolah menjadi Peta Dasar Pertanahan serta tersedia dengan format digital dengan cakupan seluruh wilayah nasional sampai dengan Bulan November 2013 adalah sekitar
8
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
25,44 juta Ha atau sekitar 13,31% dari total luas wilayah nasional secara keseluruhan (191,09 juta hektar). BPN melalui Direktorat Pemetaan Dasar telah menyusun peta dasar pertanahan tersebut pada 3 (tiga) besaran skala berbeda, yakni sekitar 19 Juta ha dipetakan pada peta skala 1:10.000, sekitar 4 Juta hektar pada peta skala 1:2.500, dan sekitar 2 Juta hektar pada skala 1:1.000. Data tersebut mencakup wilayah kabupaten/kota di seluruh Indonesia sedangkan 77,07 juta hektar sisanya belum diolah menjadi peta dasar pertanahan.
Gambar 11. Cakupan Peta Dasar Pertanahan Sampai dengan Akhir 2014
C. Metode Pengumpulan Data Kinerja Untuk mendapatkan data kinerja dengan tingkat presisi yang memenuhi standar keakuratan dan dapat dipertangungjawabkan dalam menyusun sebuah data pelaporan yang baik dan benar, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah memilki dan terus mengembangkan Sistem pelaporan Online yang berbasis Web, dan terintegrasi dengan seluruh Satuan Kerja, mulai dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota diseluruh Indonesia.
9
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Sistem ini dikenal dengan nama Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan (SKMPP), secara skematis sistem Pelaporan ini sebagaimana terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Skematis sistem Pelaporan pada SKMPP
Aplikasi SKMPP adalah perangkat lunak yang dibangun dan dikembangkan sebagai instrumen dalam rangka pengendalian pelaksanaan program pertanahan dan kinerja yang terintegrasi di dalam infrastruktur jaringan komunikasi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Program yang dipantau dalam aplikasi SKMPP saat ini berjumlah 49 kegiatan pertanahan, diantara kegiatan tersebut, beberapa ditetapkan sebagai kegiatan prioritas Sesuai dengan Renstra Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Indikator Kinerja Utama (IKU) serta Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tujuan SKMPP ini adalah
terwujudnya Sistem Informasi Eksekutif
Program Pertanahan yang mudah digunakan, sebagai sistem Informasi
tentang
yang cepat,
akurat, dan up to date, serta sebagai sistem pengendalian. Secara eksplisit mereka yang ditugaskan dalam pengelolaan SKMPP ditetapkan dalam Surat Keputusan secara berjenjang, yaitu sebagai penagungjawab di Tingkat Pusat Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama, di Provinsi Kepala Bagian Tata Usaha Kator Wilayah dan di tingkat Kabupaten/Kota Kepala Sub.Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan, sedangkan petugas yang melakukan entri data masing-masing tingkatan ditunjuk admin. Untuk
menjamin
keakuratan data sistem ini mengharuskan menyampaikan eviden (bukti) atas semua rangkaian laporan kinerja yang disampaikan.
10
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Disamping itu untuk lebih menjamin akurasi data, maka Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia secara periodik melakukan monitoring langsung ke lapangan atas kebenaran data yang disampaikan, termasuk melakukan validasi data kepada masyarakat dan pihak lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaporkan.
Dengan system SKMPP, pemerintah Indonesia melalui Kementerian ATR/BPN telah menjadi salah satu Negara di dunia yang memiliki system pemantauan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan dan kendala program pertanahan, yang berbasis web dan terintegrasi antara ukuran kinerja input, proses dan output.
D. Tujuan Penulisan Pelaporan Kinerja Laporan Kinerja tahun 2014 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ini disusun dengan tujuan (1). Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat dalam hal ini Presiden Reupublik Indonesia atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai selama tahun 2014, (2). Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) bagi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
11
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
II. PERENCANAAN KINERJA
A. Metode Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja disusun agak fleksibel,
karena hasil kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia cukup sulit untuk ditetapkan dalam periode satu tahun, hal ini disebabkan capaian dan outcomenya merupakan akumulasi dan salalu berhubungan dari capaian kinerja sejak berdirinya NKRI sampai dengan akhir tahun pelaporan. Misalnya dalam hal jumlah bidang tanah yang dilegalisasi penghitungan kinerjanya berupa penambahan bidang tanah yang terdaftar dalam satu tahun anggaran dibandingkan dengan total jumlah bidang tanah yang terdaftar, demikian juga dengan infrastruktur pertanahan, dalam hal sengketa pertanahan umumnya sengketa mulai timbul dan terselesaikan memakan waktu lebih dari satu tahun, bahkan puluhan tahun, itupun banyak sekali pihak yang berperan dalam penyelesaiannya, terhadap indikator penyelasaian sengketa ukuran kinerja dibuat dalam dua prespektif pertama dalam hal pencegahan munculnya masalah baru dan kedua dalam hal upaya penyelesaian masalah. Dalam hal penenetapan tanah sebagai tanah terlantar juga harus dipandang dalam dua prespektif yaitu kinerja dalam hal pencegahan dan kinerja penetapan sebagai tanah terlantar berupa pembatalan hak, oleh karena itu dalam menghitung capaian kinerja agak spesifik dibandingkan kinerja instansi pemerintah yang lain. Cara dalam penghitungan kinerja yang berbasis Outcome dan persamaan yang digunakan akan diuraikan lebih lanjut untuk masing-masing sasaran strerategis diuraikan sebagai berikut:
1. Terwujudnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Diukur dengan indikator bertambahnya Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi, dengan asumsi semakin bertambahnya jumlah bidang tanah yang bersertipikat maka akan terjadi juga peningkatan jaminan kepastian hukum hak atas tanah, penambahanya sendiri dapat diukur dari dua pendekatan, yaitu berapa penambahan jumlah bidang tanah yang bersertifikat dari awal berdirinya negara kesatuan republik indonesia dibandingkan capaiaan selama tahun 2014. Persamaan yang digunakan dalam asumsi ini adalah
12
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Sedangkan pendekatan kedua adalah membandingkan capaian kinerja Selama 5 Tahun (sesuai Renstra 2010 - 2014) dengan capaian kinerja yang dicapai selama tahun 2014, persamaan yang digunakan sebagai berikut:
2. Terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah Penatapan tanah indikasi terlantar memiliki dua makna strategis hubungannya dengan kinerja, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pedndayagunaan Tanah Terlantar, bahwa tujuan pengendalian dan pendayagunaan tanah terlantar tidak hanya penertiban tapi juga pencegahan terjadinya tanah terlantar. Untuk mengukur kinerja dari penetapan Surat Keputusan Tanah terlantar digunakan persamaan sebagai berikut:
Untuk mengukur kinerja dalam prespektif pencegahan terjadinya tanah terlantar digunakan persamaan sebagai berikut:
Prespektif pencegahan ini merupakan capaian kinerja, karena setelah dilakukan tahapan awal yaitu identifikasi tanah terlantar, Panitia C dan Peringatan-peringatan, telah memacu pemegang hak yang diindikasikan memiliki tanah terlantar melakukan upaya maksimal untuk segera memanfaatkan lahan yang diindikasikan terlantar, sehingga tidak diusulkan untuk ditetapkan sebagai tanah terlantar. Upaya pencegahan ini tentunya sangat besar manfaatnya terutama dalam mencegah kerugian yang ditimbulkan baik kerugian ekonomi, sosial, politik kerana adanya tanah terlantar. 3. Terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal Indikator yang digunakan adalah Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah dan Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Redistribusi Tanah, Persamaan yang digunakan dalam mengukur kinerja untuk konsolidasi tanah sebagai berikut:
13
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Sedangkan untuk mengukur kinerja redistribusi tanah dengan persamaan sebagai berikut :
4. Berkurangnya Kasus Pertanahan Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja yaitu Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan, menggunakan persamaan sebagai berikut:
5. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja yaitu
Jumlah cakupan Peta
Dasar, Jumlah cakupan Peta Tematik dan Jumlah cakupan Peta Potensi. Persamaan yang digunakan untuk pengukuran kinerja sebagai berikut:
6. Meningkatnya kualitas layanan pertanahan Badan Pertanahan Nasional melakukan kajian indeks kepuasan masyarakat secara rutin, dengan harapan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah, dalam hal ini diprioritaskan untuk
kegiatan
prona. Pengolahan data indeks kepuasan masyarakat mengikuti petunjuk dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
14
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Pada tahun 2014, pengukuran IKM dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, tahap I dilakukan pada bulan Maret di 32 Provinsi dan tahap II di 31 provinsi dengan mengambil sampel 1 (satu) kantor pertanahan kabupaten/kota di setiap provinsi. IKM terhadap pelayanan legalisasi aset tanah dinilai dari 13 unsur
sebagimana lampiran 5. Untuk
mengukur indeks kepuasan masyarakat secara nasional menggunakan persamaan sebagai berikut:
Menggunakan persamaan-persamaan di atas dalam mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis dan agar indikator kinerja memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu. Penetapan kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014. Disamping penelitian terhadap indeks kepuasan masyarakat oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, pada bagian analisa juga disajikan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan pihak lain (Skripsi, Tesis, dan hasil penelitian lainnya) terhadap kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diberikan.
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Perjanjian kinerja (dikutip dari penetapan kinerja
Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, tanggal 12 Maret 2014) yang
merupakan dokumen
berisikan pernyataan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam rangka pelaksanaan program selama tahun 2014, yang memuat indikator kinerja. Dalam pelaksanaan
perjanjian kinerja
melaksanakannya
Badan Pertanahan
Nasional
Republik
Indonesia
secara berjenjang. Pimpinan Eselon I melakukan perjanjian kinerja
kepada Kepala Badan, Pimpinan Eselon II di Lingkungan BPN RI melakukan perjanjian kinerja dengan Para Deputi, Pimpinan Eseleon II di Wilayah (Kepala Kantor Wilayah) membuat perjanjian kinerja dengan Sekretaris Utama. Perjanjian ini terus berjenjang dari Kakanwil ke Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Dari perjanjian yang disusun secara hirarki tersebut maka setiap unit kerja dapat secara pasti mengetahui kinerja yang diharapkan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi perihal
komitmen,
evaluasi,
penilaian
keberhasian
dan
kegagalan,
pemberian
15
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
penghargaan dan sanksi, monitoring, evaluasi dan supervisi serta penetapan sasaran kinerja pegawai. Perjanjian kinerja tahun 2014 disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Perjanjian Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
Terwujudnya Jaminan
Jumlah bidang tanah yang
866.491 Bidang
Kepastian Hukum Hak
dilegalisasi
2,07
Terkendalinya
Jumlah keputusan
161 SK
penguasaan, pemilikan,
penetapan tanah terlantar
Penetapan
60 %
penggunaan dan
yang ditetapkan
Pencegahan
40 %
%
Atas Tanah 2.
pemanfaatan tanah 3.
4.
5.
Terciptanya pengaturan
Jumlah bidang tanah yang
dan penataan
ditata melalui Konsolidasi
penguasaan, pemilikan,
Tanah
penggunaan dan
Jumlah bidang tanah yang
pemanfaatan tanah secara
ditata melalui Redistribusi
optimal
Tanah
Berkurangnya Kasus
Jumlah kasus pertanahan
Pertanahan
yang terselesaikan
Terpenuhinya infrastruktur pertanahan
a. Jumlah cakupan
11.250 Bidang 29,97 %
154.075 Bidang 6,59
%
3.018 Kasus 100 % 259.475 Ha
Peta Dasar b. Jumlah cakupan
495.000 Ha 3,77 %
Peta Tematik c. Jumlah cakupan
699.000 Ha
Peta Potensi 6.
Meningkatnya kualitas
Indeks Kepuasan
layanan pertanahan
Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset
A
tanah dengan nilai Sangat Baik (A)
16
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Sasaran strategis 1 Terwujudnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah, dengan indikator kinerja utama Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi dan target sebanyak 866.491 bidang ditetapkan capaian kinnerjanya target capaian 2,07 % pada tahun 2014 (artinya jika tercapai target 866.491 bidang maka terjadi peningkatan jumlah tanah yang dilegalisasi di seluruh NKRI sebanyak 2,07 % dibandingkan pencapaian sampai dengan akhir 2013) terdiri dari beberapa kegiatan sertipikasi, namun produk akhirnya sama-sama legalisasi aset berupa sertipikasi tanah, dirinci berdasarkan Indikator Kinerja Kegiatan sebagai mana tabel 2.
Tabel 2. Rincian Target Jumlah Tanah dilegalisasi
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
TARGET ( Bidang )
1
Prona
757.552
2
Petani
24.234
3
Transmigrasi
33.244
4
UKM
19.392
5
Nelayan
24.549
6
Menpera (MBR)
7.500
JUMLAH
866.491
C. Target Kinerja Lainnya Kinerja lain yang dilaksanakan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang merupakan kegiatan yang sifatnya sangat strategis yaitu : -
Kegiatan Legalisasi Asset
yang didukung oleh Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), -
Peran Produk pertanahan dalam memberikan EVA (economic value added) Pembangunan Kegiatan diatas merupakan kegiatan yang juga sangat berhubungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap dalam pencapaian Program Prioritas Nasional.
17
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas Kinerja
merupakan perwujudan
kewajiban Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia untuk mempertangungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2014. Sebagai bahan evaluasi kinerja juga dibandingkan dengan kinerja empat tahun sebelumnya serta kinerja yang diharapkan pada rencana strategis yang telah disusun yaitu tahun 2010-2014. Pada bagian ini juga akan diuraikan tentang Akuntabilitas dalam penggunaan anggaran serta Capaian Kinerja lainnya yang dicapai Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan, dalam hal mewujudkan Kehadiran Negara dalam Kebijakan Pertanahan Sebagai Ruang Hidup Rakyat
A. Capaian Kinerja Capaian kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014, diuraikan masing-masing tiap sasaran strategis dan indikator kinerja, meliputi; capaian kinerja tahun 2014, perbandingan antara capaian kinerja tahun 2014 dengan empat tahun sebelumnya (2010,2011,2012, dan 2013), membandingkan kinerja sampai dengan tahun 2014 dengan target Renstra BPN-RI 2010-2014, analisa kegagalan dan keberhasilan. Sedangkan analisa efisiensi terhadap pemanfaatan sarana prasarana, sumberdaya manusia dan sumberdaya dana/anggaran disampaian secara umum pada lingkup BPN RI yang dihubungnkan dengan kegiatan yang dilaksanakan. Berikut disampaikan uraian capaian kinerja:
18
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Percepatan legalisasi aset merupakan sebuah keharusan untuk mewujudkan fokus dari arah pembangunan nasional di bidang pertanahan. Masih banyaknya bidang tanah yang belum terdaftar dan diberikan legalitas asetnya berupa sertipikat hak atas tanah, akan berpengaruh terhadap kepastian hukum atas tanah, baik bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah yang dilaksanakan pada tahun 2014 berdasarkan penetapan kinerja terdiri dari enam kegiatan yaitu Prona, Petani, Transmigrasi, UKM, Nelayan dan Menpera dengan target sebagaimana disajikan pada tabel 2. Capaian legalisasi asset sebagaimana disajikan pada tabel 4. Tabel 3. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 1
No
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Realisasi
.
1
Capaian Kinerja
Persen penambahan
2,07 %
jumlah bidang tanah
(866.491 Bidang)
1,99%
95,76%
(828.830 Bidang)
yang dilegalisasi
Kinerja tahun 2014 juga dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya yaitu tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 dengan maksud untuk mengkaji trend peningkatan atau penurunan kinerja yang dilakukan BPN-RI, harapan yang ingin dicapai organisasi tentu saja jika masih rendah capaiannya akan diupayakan meningkat, jika sudah tinggi capaiannya harus dipertahankan. Perbandingan Kinerja ini disajikan pada tabel 4 dan grafik perbandingan capaian kinerja dari empat tahun sebelumnya disajikan pada gambar 13.
19
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tabel 4. Capaian Kinerja Legalisasi Asset 2014 dan selama 4 tahun terakhir
NO
TAHUN
1
2014
TARGET
REALISASI
CAPAIAN KINERJA
(Bidang)
(Bidang)
(%)
865.491
828.830
2,07
1,99
928.693
839.918
2,27
2,06
2012
1,077.655
933.821
% Peningkatan
2,70
2,34
2011
1,848.488
1.427.501
% Peningkatan
4,80
3,71
1,632.740
976.824
4,35
2,60
59,83
6.353.067
5.006.894
78,81
% Peningkatan 2
2013
% Peningkatan 3
4
5
2010
% Peningkatan Jumlah
95,76
90,44
86,65
77,23
Gambar 13. Persentase capaian kinerja legalisasi Aset tahun 2010-2014
Bahwa target kinerja tahunan merupakan sub sistem dari rencana kinerja selama lima tahun yang tertuang dalam Renstra, untuk mengukur apakah kinerja yang dicapai telah mengarah pada rencana lima tahunan yang ditetapkan maka di sajikan data capaian kinerja sampai akhir 2014 dibandingkan dengan target kinerja pada renstra.
20
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Target Kinerja yang direncanakan pada Rencana Strategis 2010-2014 yaitu bertambahnya bidang tanah yang dilegalisasi sebanyak 4.063.430 bidang, sedangkan penambahan yang berhasil dilakukan sampai dengan akhir 2014 sebanyak 5.006.894 bidang (capaian 123,22%). Penambahan ini sebagaimana gambar 14. Sedangkan capaian kinerja masing-masing kegiatan terlihat pada gambar 15.
Gambar 14. Perbandingan target Renstra dan Capaian 2010-2014
Gambar 15. Persentase pencapaian legalisasi Aset berdasarkan kegiatan Tahun 2014
Disamping legalisasi asset berasal dari Rupiah Murni (RM) sebagaimana diuraikan sebelumnya Badan Pertanahan Nasional juga melakukan legalisasi aset melalui kegiatan PNBP yang dananya bersumber dari pemohon. Pada tahun 2014 legalisasi output asset melalui PNBP sebanyak 1.105.552 Bidang, jika diakumulasi capaian
21
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
legalisasi asset yang dilakukan BPN sebanyak, 1.844.382 Bidang selama tahun 2014, Proporsi legalisasi asset berdasarkan sumberdana ini dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Persentase capaian legalisasi asset Rupiah Murni (RM) dan PNBP
Ukuran Capaian kinerja legalisasi asset selama tahun 2014 tentunya tidak hanya dilihat dari penetapan kinerja tahun 2014 saja, karena penghitungan terhadap peningkatan jaminan kepastian hukum hak atas tanah merupakan akumulasi dari jumlah total bidang tanah yang dilegalisasi dari berbagai sumber dana (Rupiah Murni dan PNBP), jika digabungkan maka BPN-RI selama tahun 2014 berhasil meningkatkan persentase bidang tanah yang dilegalisasi sebanyak 4,42 % atau sebanyak 1.844.382 Bidang. Gambar 15 menunjukkan ada kegiatan yang capaian kinerjanya masih rendah yaitu kegiatan legalisasi aset transmigrasi (52,46%), berapa faktor yang berhasil diidentifikasi sebagai rendahnya capaian kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Transmigrasi :
Subjek dan obyek kegiatan
ditentukan oleh instansi
Transmigrasi tanpa memperhitungkan kondisi terakhir
yang membidangi sumbyek dan objek
tanah
Ketika pengukuran ternyata sebagian obyek masuk kawasan hutan, hal ini disebabkan karena penetapan batas kawasan hutan dilakukan setelah lokasi dijadikan Transmigrasi.
2. Prona:
Masyarakat enggan membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) karena dianggap memberatkan
22
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
3. UKM
Ketika pengukuran ternyata sebagian obyek masuk kawasan hutan, untuk dialihkan ke lokasi lain sudah tidak ada obyeknya lagi
Subyek dan obyek tidak disertakan oleh SKPD yang membidangi UKM
Pengumpulan data/berkas dari SKPD sangat sulit dilakukan
Meskipun banyak hambatan dan masalah yang dihadapi
dalam kegiatan
legalisasi asset dalam rangka meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas tanah yang dilakukan BPN RI selama tahun 2014, ternyata dengan usaha keras dan semangat pengabdian yang baik, telah membuat capaian kinerja total (RM dan PNBP) bisa mencapai 123,22%. Selama lima tahun terakhir, hal ini tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan. Banyak upaya yang ditempuh namun yang dianggap signifikan dalam menentukan keberhasilan diidentifikasi sebagai berikut : -
Melakukan perencanaan pekerjaan teknis dan keuangan secara baik, sehingga dapat diterapkan diseluruh wilayah NKRI dengan kondisi wilayah yang berbeda-beda;
-
Terus menerus meningkatkan kemampuan teknis terhadap SDM yang berkaitan langsung dengan kegiatan legalisasi aset;
-
Menambahkan sentuhan teknologi yang dapat mendukung percepatan dan akurasi produk yang dihasilkan;
-
Secara intensif melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan pihak lain di luar BPN-RI dalam pelaksanaan kegiatan;
-
Terus menerus memberikan pemahaman yang dibutuhkan masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan;
-
Dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan kegiatan di lapangan;
-
Memanfaatkan SKMPP secara optimal untuk mengetahui capaian kinerja yang up to date.
23
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Yang dimaksud dengan “tanah yang terindikasi terlantar” adalah tanah hak atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya yang belum dilakukan identifikasi dan penelitian. Untuk memperoleh data tanah terindikasi terlantar dilaksanakan kegiatan inventarisasi Dalam pengukuran kinerja penetapan tanah terlantar ditargetkan sampai dengan akhir tahun 2014 sebanyak 161 Surat Keputusan Penetapan Tanah Terlantar dari Kepala BPN-RI. Sampai dengan akhir 2013 telah berhasil ditetapkan sebanyak 96 SK, artinya untuk mencapai target 161 SK dalam tahun 2014 akan ditetapkan sebanyak 65 SK. Selama tahun 2014 berhasil ditetapkan sebanyak 15 SK. Maka capaian kinerja selama tahun 2014 sebagaimana tabel 5. Tabel 5. Capaian Kinerja Sasaran Strategis 2
No. 1
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Realisasi
Kinerja
161 SK – 96 SK = 65 SK
15 SK
23,77 %
Jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan
Meskipun capaian kinerja penetapan tanah terlantar relatif kecil, namun berbanding terbalik dengan capaian kinerja pencegahan penelantaran tanah, secara skematis capain kedua kinerja tersebut diilustrasikan pada skema berikut :
24
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Skema pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011 KINERJA PENCEGAHAN
Identifikasi dan penelitian Panitia C Peringatan I Peringatan II Peringata III PEMEGANG HAK TELAH MENGGUNAKAN SESUAI MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN HAK TIDAK DIUSULKAN SEBAGAI TANAH TERLANTAR
KINERJA PENETAPAN
Identifikasi dan penelitian Panitia C Peringatan I Peringatan II Peringatan III Usulan Penetapan Tanah Terlantar
PENETAPAN TANAH TERLANTAR
TANAH CADANGAN UNTUK NEGARA (TCUN)
OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAHAN Gambar 17. Skema pencegahan dan penetapan tanah terlantar
Dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar yang merupakan dasar dalam pelaksanaan kegiatan penertiban
25
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
tanah terlantar, dijelaskan bahwa ada dua prospektif dalam penertiban pertama untuk ditetapkan sebagai tanah terlantar dan kedua adalah mencegah terjadinya tanah terlantar. Prespektif pertama outputnya adalah pemerintah mendapatkan tanah dengan luasan tertentu sebagai tanah yang dikuasai pemerintah dalam hal ini BPN-RI, Prespektif kedua outputnya adalah pemegang hak sesegera mungkin dalam masa peringatan I, Peringatan II dan Peringatan III untuk memanfaatkan tanahnya sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian haknya, sehingga jumlah total luas tanah terlantar
secara nasional menjadi berkurang. Kedua prespektif ini menguntungkan pemerintah
dalam mewujudkan sasaran strategis kedua yaitu Terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Capaian kinerja penatapan tanah terlantar
berdasarkan
usulan penetapan dan capaian kinerja pencegahan tanah terlantar selama tahun 2010-2014 masing-masing terlihat pada gambar 18 dan 19.
Gambar 18. Kinerja usulan untuk penetapan
Gambar 19. Capaian Kinerja pencegahan tanah terlantar
26
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Jika dibandingkan antara target luas tanah yang dilakukan identifikasi dan penelitian pada Renstra 2010-2014 dibandingkan dengan capaian sampai dengan akhir 2014, terlihat ada capaian realisasi yang melebih target, dimana adanya capaian identifikasi dan penelitian sebanyak 540,20 %. Luas yang berhasil dilakukan identifikasi dan penelitian dibandingkan target Renstra sebagaimana gambar 20.
Gambar 20. Perbandingan Target Renstra dengan Capaian 2010-2014
Mekipun uraian diatas menunjukkan masih rendahnya capaian kinerja penetapan tanah terlantar, namun hal yang sangat menggembirakan dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2010 ini telah berhasil melakukan pencegahan terhadap terjadinya tanah terlantar
dan secara signifikan berhasil mengurangi luas
tanah yang diduga diterlantarkan oleh pemegang hak atas tanah. Untuk menjawab pertanyaan apakah pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar akan mempengaruhi sasaran strategis ke dua yang telah ditetapkan pada renstra dan penetepan kinerja yaitu Terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, digunakan dua pendekatan yang menyebabkan keberhasilan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini yaitu: Pertama; pemegang hak atas tanah, terutama hak atas tanah skala besar (Hak Guna Usaha) akan terpacu untuk memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki untuk sesegera mungkin memanfaatkan sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak terhadap
seluruh luas tanah yang telah mereka kuasai, jika tidak ada ancaman
pembatalan dari Pemerintah dalam hal ini BPN-RI. Pendekatan pertama ini hasilnya
27
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
sangat signifikan terlihat dari berkurangnya luas tanah yang diindikasikan terlantar di indonesia dari 7,3 (tahun 2010) juta hektar hanya menjadi 4 juta hektar (tahun 2014), Kedua ; Pemerintah mendapatkan tanah sebagai hasil penetapan suatu bidang tanah yang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar yaitu Tanah Cadangan Untuk Negara (TCUN) yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.
Dalam pelaksanaanya kegiatan ini tak terlepas dari hambatan dan kendala diantaranya perlawanan hukum yang dilakukan oleh pemegang hak yang tanahnya ditetapkan sebagai tanah terlantar, data tanah terlantar, koodinasi dengan pihak lain di luar BPN-RI
(Panitia C) untuk usulan penetapan tanah terlantar. Upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini diataranya : Pertama: dalam penetapan sebagai tanah terlantar diperlukan kehati-hatian dan dasar hukum yang tepat,
untuk mengantisipasi jika pemegang hak melakukan upaya
perlawana hukum dan menggagalkan keputusan penetapan sebagai tanah terlantar melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Kedua: meningktatkan keakuratan database tanah terlantar melalui up dating terus menerus diseluruh wilayah secara berjenjang (kabupaten, Propinsi dan Nasional) untuk mengatisipasi perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah indikasi terlantar di lapangan, sehingga tiadak ada satu bidang tanahpun (skala besar) yang tidak terpantau penggunaan dan pemanfaatanya setelah 3 tahun pemberian hak atas tanah. Ketiga; melakukan koordinasi secara sistematis kepada semua pihak, terutama panitia C dan Pemegang Hak, baik yang terindikasi menelantarkan tanah maupun yang tidak terindikasi sebagai upaya pencegahan.
28
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Untuk pencapaian sasaran strategis ini, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mengusulkan 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU), yaitu, Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah dan Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Redistribusi Tanah.
1. Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui Konsolidasi Tanah
Penyelenggaraan
konsolidasi
tanah
merupakan
kebijaksanaan
pertanahan
mengenai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Capaian kinerja konsolidasi tanah tahun 2014 disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Capaian kinerja konsolidasi tanah tahun 2014
No
Indikator Kinerja Jumlah bidang tanah
1
yang ditata melalui Konsolidasi Tanah
Target Kinerja
Realisasi
29,97 %
11,42 %
(11.250 Bidang)
(4.287 Bidang)
Kinerja
38,11 %
Capaian kinerja selama tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 disajikan pada tabel 7 dan gambar 21.
29
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tabel 7. Output konsolidasi tanah Tahun 2010 – 2014
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Target
9.200
10.000
2.663
4.430
11.250
Realisasi
8.790
7.912
2.020
2.656
4.287
Capaian
Gambar 21. Perbandingan Capaian (%) Konsolidasi Tanah Tahun 2010-2014
Gambar 22. Perbandingan Capaian Konsolidasi Tanah Renstra dan Ketersediaan Anggaran
30
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Pencapaian kinerja selama tahun 2014 relatif kecil yaitu hanya 38,11 %, dan capaian kinerja dari tahun 2010-2014 terjadi penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan perbandingan antara capaian 2010-2014 dibandingkan renstra adalah 39,48 %, sedangkan jika di bandingkan dengan ketersediaan dana pada DIPA adalah sebesar 68,36 %. Kondisi capaian ini diidentifikasi penyebab utamanya adalah: Pertama; kegiatan konsolidasi berupa penataan posisi bidang-bidang tanah menyebabkan perubahan posisi dan letak tanah dari posisi sebelum dilakukan konsolidasi tanah, yang ditetapkan melalui kegitan musyawarah penetapan kaveling baru, umumnya musyawarah sulit mencapai kata sepakat, dan berpacu dengan tahun anggaran. Kedua; kegiatan konsolidasi mengharuskan adanya disumbangkan tanah secara bersama-sama untuk kepentingan umum, misalnya tanah untuk jalan, saluran dan fasilitas lainnya, konsekuensinya adalah berkurangnya luas tanah peserta setelah dilakukan konsolidasi tanah, hal ini membutuhkan kesepakatan yang kadang-kadang berlarut-larut. Ketiga; Belum diketahui secara pasti potensi konsolidasi tanah pada suatu wilayah berupa ketersediaan lokasi, dukungan masyarakat dan dukungan Pemerintah Daerah serta dukungan pemangku kepentingan lainnya. Untuk mengatasi permasalahan ini telah dilakukan upaya-upaya secara sistematis dan terencana, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah ini, diantaranya telah dilakukan pemetaan potensi konsolidasi tanah dengan satuan kabupaten/kota untuk mengetahui lokasi potensial untuk konsolidasi tanah pada masa-masa berikutnya. Disamping itu secara terus-menerus dan berjenjang dilakukan sosialisasi dan promosi kegiatan konsolidasi tanah untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah. 2. Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui RedistribusiTanah
Salah satu program utama landreform adalah redistribusi tanah obyek landreform atau biasa dikenal redistribusi tanah. Redistribusi tanah adalah pembagian tanah terhadap tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Negara sebagai obyek landreform dengan hak milik kepada petani penggarap yang memenuhi syarat menurut ketentuan Pasal 8 dan 9 PP No. 224 Tahun 1961 jo. PP No. 41 tahun 1964. Berdasarkan Keputusan Kepala BPN RI Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara menjadi Obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/Landreform, khususnya Pasal 1 menyebutkan bahwa Tanah Negara Lainnya yang akan ditegaskan menjadi obyek pengaturan penguasaan tanah/landreform oleh Kepala BPN meliputi: (a) Tanah Negara Bebas, (b) Tanah-tanah bekas Hak Erpacht,
31
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
(c) Tanah-tanah bekas Hak Guna Usaha yang telah berakhir waktu dan tidak perpanjang oleh pemegang hak atau telah dicabut/dibatalkan oleh Pemerintah, (d) Tanah-tanah Kehutanan yang telah digarap/dikerjakan oleh rakyat dan telah dilepaskan haknya oleh Instansi yang bersangkutan, (e) Tanah-tanah bekas Gogolan, dan (f) Tanah-tanah bekas Hak Adat/Ulayat. Selain itu, Tanah-tanah Obyek Landreform Lama (SK Kinag) harus segera diidentifikasi dan diredistribusikan kepada penggarap yang memenuhi persyaratan. Pelaksanaan redistribusi tanah tidak hanya berhenti pada pembagian tanah tetapi harus ditindaklanjuti dengan bina penerima manfaat/akses reform yang sampai saat ini belum maksimal dilaksanakan. Sasaran strategis ini (SS3) bertujuan agar pelaksanaan redistribusi tanah semakin maksimal dengan obyek yang berasal dari TOL Baru maupun TOL Lama, serta potensi obyek lainnya. Jumlah Bidang Tanah yang diberikan kepada Penerima Manfaat melalui Kegiatan Redistribusi Tanah merupakan salah satu indikator untuk menilai hasil pelaksanaan landreform, yaitu jumlah bidang yang telah diredistribusikan.Direktorat Landreform sebagai pengemban kegiatan landreformdiharapkan mampu meningkatkan jumlah redistribusi tanah dalam rangka mengurangi ketimpangan penguasaan pemilikan tanah, kemiskinan sertameningkatkan kesejahteraan petani. Jumlah bidang tanah yang telah di redistribusi dari tahun 1961 – 2013 adalah sebanyak 2.337.096 bidang, Sedangkan yang berhasil di redistribusi di tahun 2014 adalah sebanyak 138.181 bidang, artinya ada penambahan sebanyak 5,91% bidang tanah yang diredistribusikan kepada masyarakat dari total pencapaian dari tahun 1961-2013. capaian kinerja disajikan pada tabel 9.
Tabel 8. Capaian Kinerja Redistribusi Tanah Tahun 2014
No. 1
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Realisasi
Kinerja
6,59 %
5,91 %
89,68 %
(154.075 Bidang)
(138.181 Bidang)
Persentase peningkatan bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah
32
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tabel 9. Realisasi Pencapaian Kinerja 2010-2014
2010
2011
2012
2013
2014
Target
210.500
181.825
132.155
175.500
154.075
Realisasi
193.111
146.187
132.155
159.480
138.181
Gambar 23. Capaian Kinerja (%) Redistribusi Tanah Tahun 2010 -2014
Gambar 24. Perbandingan capaian Kinerja berupa output Redistribusi Tanah tahah sampai dengan 2014 dibandingkan Renstra
Dalam upaya untuk meningkatan capain kinerja tahun 2014 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia akan menempuh langkah-langkah sebgaia berikut : Pertama : melakukan identifikasi lokasi potensi TOL (Tanah Obyek Landreform) lebih awal atau sebelum tahun angran dimulai.
33
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Kedua : mengidentifikasi SK TOL Lama (SK Kinag) yang tanahnya belum diredistribusikan untuk segera diredistribusikan. Ketiga : Mencari sumber-sumber potensi obyek landreform baru, misalnya obyek hasil penyelesaian sengketa/pertanahan, tanah negara bekas tanah terlantar atau tanah Negara bekas kawasan Hutan/Pertambangan.
Telah dilakukan Kegiatan Kajian Implikasi Pelaksanaan Redistribusi TOL yang merupakan penunjang capaian kinerjanya untuk perbaikan tahun-tahun berikutnya. Implikasi Pelaksanaan Redistribusi Tol bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat khususnya bekas pemilik tanah yang terkena ketentuan landreform terhadap besaran ganti rugi sesuai ketentuan atau peraturan yang berlaku. Hasil kajian ini bermanfaat untuk masukan perumusan kebijakan teknis landreform Berapa faktor yang berhasil diidentifikasi sebagai rendahnya capaian kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama : penguasaan tanah masyarakat di lokasi kegiatan belum didukung dengan bukti yuridis yang memenuhi persyaratan, sehingga dalam kegiatan pendataan memerlukan ketelitian dan memerlukan waktu yang relatif lama Kedua : petunjuk batas/pemilik tanah tidak berdada di tempat pada saat pelaksanaan pengukuran dan sebagian masyarakat tidak mau diukur tanahnya sehingga tidak dapat diikutsertakan menjadi peserta Ketiga : lokasi sebagian masuk kawasan hutan Keempat : usul penegasan TOL maupun pernerbitan keputusan TOL sering mengalami keterlambatan, sehingga mengakibatkan keterlambatan proses pendaftaran hak, Kelima : adanya penolakan dari masyarakat di beberapa tempat terhadap program redis terkait adanya ketentuan larangan pengalihan hak selama 10 tahun Keenam : subyek penerima manfaat pada SK TOL tidak dapat diproses karena sudah berubah pemilikannya, bukan tanah pertanian, tanahnya telah disertipikatkan melalui kegiatan lain
34
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Dalam rangka menindaklanjuti mandat Presiden Republik Indonesia kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada bulan Agustus 2012 yang antara lain agar menuntaskan kasus-kasus pertanahan di Indonesia. Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk mendorong
jajaran
Badan
Pertanahan
Nasional
Republik
Indonesia
melakukan
peningkatan dan percepatan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertenahan, telah ditetapkan beberapa keriteria terhadap kasus pertanahan yang dinyatakan selesai sebagaimana disebutkan dalam Pasal 72 Peraturan Kepala Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, yaitu: a.
Kriteria Satu (K-1) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa;
b.
Kriteria Dua (K-2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah, atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan;
c.
Kriteria Tiga (K-3) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain; disetujui oleh para pihak;
d.
Kriteria Empat (K-4) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya kesepakatan untuk berdamai;
35
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
e.
Kriteria Lima (K-5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain. Selama tahun 2014, jumlah kasus pertanahan yang masuk ke Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia mencapai 5.878 kasus, yang terdiri dari sisa kasus tahun 2013 yang belum diselesaikan sebanyak 1.927 kasus serta kasus baru sebanyak 3.906 kasus. Jumlah kasus yang telah selesai sebanyak 2.910 kasus atau 57,92% dari seluruh kasus yang masuk yang tersebar di 33 Provinsi seluruh Indonesia. Jika dibandingkan dengan target penanganan dan penyelesaian kasus pertanahan tahun 2014 sebanyak 3.018 kasus sebagaimana yang tercantum dalam Penetapan Kinerja tahun 2014, maka kasus-kasus yang telah diselesaikan adalah sebanyak 2.910 kasus atau 96,42 % dari yang ditargetkan (capaian kinerja tahun 2014 disajikan pada tabel 10). Penyelesaian kasus pertanahan tersebut dapat dirinci berdasarkan kriteria penyelesaian, sebagai berikut:
Gambar 25. Penyelesaian kasus pertanahan berdasarkan katagori penyelesaian.
Tabel 10. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan Tahun 2014
IndikatorKinerja Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan
Target
Realisasi
Kinerja
Kinerja
3.018 Kasus
2.910 Kasus
(100%)
(96,42%)
Kinerja%
96,42 %
36
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Gambar 26. Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Pertanahan 2010 - 2014 dibandingkan dengan Tahun 2010 - 2013
Gambar 27. Capaian Penyelesaian Kasus Pertanahan Sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra
Untuk penanganan kasus yang bersifat strategis dan berdampak sosio politis telah dibentuk Tim Ad Hoc yang terdiri dari 14 tim sebagaimana Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 227/KEP-25.2/IV/2013 Tanggal 4 April 2013 Tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Yang Berpotensi Konflik Strategis jo. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 702/KEP-25.2/IX/2013 Tanggal 27 September 2013 Tentang Perubahan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 227/KEP25.2/IV/2013 Tanggal 4 April 2013 Tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Yang Berpotensi Konflik Strategis.
37
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Beberapa faktor keberhasilan maupun ketidakberhasilan dalam penyelesaian kasus pertanahan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Permasalahan yang dihadapi sangat kompleks dan sudah berlangsung lama; 2. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan dalam menyelesaikan konflik pertanahan; 3. Sikap arogansi dari suatu institusi/lembaga dalam menghadapi masalah/konflik; 4. Putusan pengadilan yang tidak dapat dilanjuti; 5. Tidak adanya kejelasan perkembangan blokir yang diajukan oleh penyidik; 6. Anggaran kegiatan penyelesaian masalah pertanahan, baik penyelesaian sebelum proses pengadilan, proses sidang pengadilan serta mediasi relatif masih memiliki anggaran yang sangat terbatas. Untuk mempertahankan capaian kinerja tahun-tahun berikutnya agar tetap tinggi maka enam permasalahan yang diidentifikasi dapat mempengaruhi kinerja tersebut akan dilakukan upaya-upaya perbaikan.
38
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Sasaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan infrastruktur pertanahan secara sektoral, regional dan nasional dalam hal ini cakupan wilayah peta pertanahan. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 11. Peningkatan cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi
No
Indikator Kinerja
Target Kinerja
Realisasi
1
Persentase Peningkatan cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi
3,77 % (1.453.475 Ha )
2,10 % (810.308 Ha)
Kinerja
55,75%
Tabel 12. Capaian Kinerja cakupan Peta Dasar, Peta Tematik dan Peta Potensi
TAHUN
TAHUN 2010
TAHUN 2011
TAHUN 2012
Realisasi Kinerja
Target Kinerja
2.100.000 Ha
2.100.000 Ha
(20.62%)
(20.62%)
5.035.000 Ha
5.035.000 Ha
(33.08%)
(33.08%)
20.775.590
21.106.997
Ha(57.72%)
Ha(58.64%)
TAHUN 2013
2.531.524 Ha(7.03%)
TAHUN 2014
810.308 Ha(2.10%)
2.380.000 Ha (6.61%) 1.453.475 Ha (3.77%)
Capaian Kinerja (%) 100
100
98.43
106.37
55.75
39
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Gambar 28. Capaian Kinerja Infrastruktur Pertanahan Tahun 2014 dibandingkan capaian 2010, 2011, 2012, 2013
Gambar 29. Capaian Kinerja Pemetaan Dasar sampai Tahun 2014 dibandingkan dengan Renstra
Meskipun capaian kinerja tahun 2014 relatif kecil yaitu 55,75 %, namun jika diakumulasikan capaian kinerja berupa cakupan peta dasar selama 2010-2014 dibandingkan renstra 2020-2024 adalah 277,66%. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama : masih terbatasnya citra satelit atau foto udara yang memiliki resolusi tinggi, dalam membangun infrastruktur cakupan peta dasar pertanahan dengan skala peta yang
40
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
diinginkan dibutuhkan jumlah cakupan citra satelit dan foto udara sehingga terbatas juga cakupan peta yang dihasilkan. Kedua : adanya ketimpangan keahlian dan pengalaman
petugas serta keterbatasan
kemampuan dan jumlah staf yang mengelola infrastuktur pertanahan. Ketiga : akses untuk mencapai lokasi pengamatan di lapangan belum ada, atau jikapun ada sangat minim, sehingga membutuhkan sumberdaya yang sangat besar untuk melakukan pemetaan.
41
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Pelayanan publik merupakan barometer dari transparansi dan akuntabilitas lembaga.
Penyelenggaraan
pelayanan
kepada
masyarakat
harus
berparadigma
penyelenggaraan good governance yakni menjadi entrepreneurial competitive government (pemerintahan
yang
kompetitif),
(pemerintahan
tanggap/responsif),
customer serta
driven
dan
global-cosmopolit
accountable
government
orientation
government
(pemerintahan yang berorientasi global). Penerapan prinsip pelayanan prima yang meliputi metode dan prosedur pelayanan, produk dan jasa pelayanan, penetapan standar pelayanan, indeks kepuasan masyarakat, pengembangan model dan penanganan keluhan masyarakat, modernisasi administrasi melalui otomatisasi administrasi perkantoran elektronis di setiap Kantor Pertanahan, penerapan dan pengembangan e-government, serta publikasi secara terbuka prosedur, biaya dan waktu pelayanan. Setelah melakukan upaya-upaya perbaikan terhadap pelayanan publik, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melakukan uji kepuasan publik akan pelayanan yang diberikan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
berupaya
menyajikan indeks kepuasan masyarakat secara rutin, dengan harapan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di Badan Pertanahan Nasional kepada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah, dalam hal ini diprioritaskan untuk
kegiatan
prona. Pengolahan data indeks kepuasan masyarakat mengikuti petunjuk dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004
tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2014 sebagai berikut:
42
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tabel 13. Kategorisasi Indeks Kepuasan Masyarakat
Interval
Mutu
Kinerja
81,26 – 100
A
SANGAT BAIK
61,26 - 81,25
B
BAIK
43,76 - 61,25
C
CUKUP BAIK
25 - 43,75
D
KURANG BAIK
0 – 24
E
TIDAK BAIK
Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Mayarakat yang penelitiannya dilakukan di 33 provinsi di seluruh Indonesia di diambil dilakukan penjumlahan nilai total yang kemudian dibagi banyaknya sampel, hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai IKM tahun 2014 untuk nasional adalah adalah 74,05 dengan mutu kinerja yang baik (B). Metode yang digunakan dalam penelitian, lokasi penelitian, jumlah sampel serta hasil masing-masing sampel secara lengkap dilampirkan pada lampiran 2.
B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya 1. Efisiensi Penggunaan Sarana dan Prasarana Pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Ruang lingkup manajemen sarana dan prasarana, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, dan penggunaan sarana dan prasarana. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana
meliputi
perencanaan
kebutuhan,
pengadaan,
penyimpanan,
penginventarisasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana kantor khususnya penyediaan aset tanah dan bangunan kantor di lingkungan satuan kerja BPN–RI menjadi perhatian yang sangat serius, baik penyediaanya maupun efisiensi dalam pemanfaatanya. Untuk melihat efisiensi
tingkat efisiensi pemanfaatan gedung kantor beserta fasilitas
pendukungnya, dilakukan tinjauan dengan pendekatan sebagai berikut :
43
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
BPN-RI memiliki 512 satuan kerja, namun hanya memiliki 354 saja gedung kantor milik sendiri, artinya dari segi efisiensi pemanfaatan gedung kantor untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi memiliki tingkat efisiensi sebesar 145%. Kondisi tidak seimbangnya jumlah satker dibandingkan dengan gedung milik sendiri ini tentunya tidak membuat BPN-RI menjadi tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya, untuk itu dilakukan beberapa upaya diantaranya dengan bekerjasama untuk pinjam tanah dan bagunan kepada Pemerintah Daerah dan malakukan Sewa ke Pihak lain. Untuk menjamin agar layanan tetap berjalan sebanyak 32 satker melakukan sewa, sedangkan sebanyak 81 satker memakai aset Pemerintah Daerah.
2. Efisiensi Pengunaan Sumber Daya Manusia Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsinya yang efektif dan efisien adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang tinggi serta profesional sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Perencanaan SDM adalah sebagai proses untuk menentukan jumlah dan jenis manusia yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dalam waktu dan tempat yang tepat serta melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan. Penyusunan rencana SDM pada kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dimaksudkan untuk menjamin agar kebutuhan SDM dapat terpenuhi secara konstan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk itu perencanaan SDM sudah merupakan bagian integral dari fungsi manajemen SDM bahkan dianggap sangat vital bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementerian. Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu proses merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menghasilkan segala bentuk aktivitas kerja untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai. Kaitan antara manajemen sumberdaya manusia dengan peningkatan kinerja sangat berkaitan erat, sehingga menjadi perhatian bagi Kementerian mengembangkan adanya peningkatan sumberdaya manusia sesuai dengan peningkatan kinerja yang dicapainya. Untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan sumber daya manusia digunakn pendekatan membandingkan output dengan sumberdaya manusia yang digunakan dalam mendukung kinerja. Karena masalah yang dihadapi oleh BPN-RI adalah
44
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
keterbatasan jumlah petugas ukur, untuk analisa efisiensinya diguanakan persamaan sebagai berikut :
Secara Nasional pekerjaan yang dilakukan oleh petugas ukur adalah melakukan pengukuran bidang tanah dari berbagai kegiatan (legalisasi asset, IP4T, Konsolidasi Tanah, redistribusi tanah, PNBP dan pengukuran bidang skala besar) baik pekerjaan lapangan maupun pengolahan data. Hasil perhitungan efisiensi sebagai berikut : Jumlah total beban pekerjaan/tahun
= 2.218.508 Bidang
Jumlah total petugas ukur
= 1.609 Orang
Asumsi hari Kerja
= 24 hari/bulan
Jumlah Bulan Efektif/tahun
= 8 bulan
Pekerjaan lain selain Pengukuran bidang
= 0 bidang
Beban kerja/hari
= 14,5 bidang/orang/hari
Kemampuan Normal petugas ukur/hari
= 5 Bidang
Efisiensi = 14,5 bidang/ 5 bidang x 100%
= 290%
Untuk mengatasi permasalahan kekurangan
petugas ukur dan tetap
menjamin kualitas hasil ukuran yang bisa dipertangungjawabkan maka BPN-RI telah melakukan penggunaan teknologi Continously Opration Reverens Station (CORS) yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan SDM Pengukuran dalam melakukan pengukuran bidang tanah.
3. Efisiensi Penggunaaan Anggaran
Dari total penyerapan anggaran DIPA Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2014, yaitu Rp 3.785.758.844.460,- atau 84,74% sebesar Rp 1.358.240.531.249,- atau 79,57 % adalah realisasi program pengelolaan pertanahan yang merupakan induk program dari beberapa program kegiatan strategis atau prioritas yang merupakan target Renstra dan RPJM 2010-2014. Efisensi penggunaan anggaran sangat bermanfaat dalam rangka melakukan optimalisasi pencapaian target-target fisik
45
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
dengan alokasi anggaran yang ada, sehingga potensi capaian output program kegiatan prioritas tersebut dapat dipertahankan pada level target yang telah ditetapkan. Tabel 14. Jenis Program Prioritas dan Realisasi Input dan Output Tahun 2014
Realisasi / Capaian No
Program/Kegiatan
Anggaran (Input)
%
Fisik/Bidang (Output)
%
1
Prona
300.223.494.586,-
93,33
738.056
97,43
2
Petani
10.211.315.825,-
88,88
23.202
95,74
3
Nelayan
9.681.244.138,-
93,03
23.927
97,47
4
UKM
8.094.518.234,-
93,02
18.834
98,13
5
MBR-Menpera
3.380.418.362,-
97,13
7.372
98,29
6
Transmigrasi HM
6.650.249.025,-
49,00
17.439
52,46
7
Redistribusi Tanah
78.601.674.610,-
73,59
138.181
88,31
Rata-Rata
84,00
89,69
*) Data SKMPP 2014 diolah
Efisiensi Penggunaan Anggaran pada program Prioritas Pertanahan Dengan mengacu pada kajian teori, untuk menganalisis efisiensi pada penggunaan anggaran program/kegiatan prioritas BPN RI yang dilaksakan pada tahun 2014 dapat dirumuskan sebagaimana berikut:
Asumsi yang digunakan adalah : -
Jika E = 1, artinya Penggunaan anggaran untuk program prioritas adalah efisien.
-
Jika E > 1, artinya penggunaan anggaran untuk program prioritas adalah sangat efisien.
-
Jika E < 1, artinya penggunan anggaran untuk program prioritas adalah tidak efisien.
46
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tabel 15. Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output Program Prioritas
No
Program/Kegiatan
Tingkat Efisiensi Anggaran Terhadap Output yang dihasilkan 1,044
Realisasi / Capaian % Input % Output 93,33 97,43
1
Prona
2
Petani
88,88
95,74
1,077
3
Nelayan
93,03
97,47
1,047
4
UKM
93,02
98,13
1,054
5
MBR-Menpera
97,13
98,29
1,011
6
Transmigrasi HM
49,00
52,46
1,070
7
Redistribusi Tanah
73,59
88,31
1,200
84,00
89,69
1,055
Rata-Rata
Dari perhitungan dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa:
Seluruh 7 (tujuh) kegiatan/program prioritas nasional tersebut memiliki tingkat efisiensi E > 1 yang berarti Sangat Efisien, dengan rata-rata tingkat efisiensi adalah E = O : I = 1,055;
Dengan tingkat Efisiensi sebesar rata-rata 1,055 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
keluaran (output) dari program/kegiatan prioritas ini
yaitu sertipikat tanah (legalisasi aset) dapat dilaksanakan dan mencapai target dengan proporsi output (bidang tanah yang disertipikatkan) lebih besar dari input (anggaran yang digunakan);
Dengan masing-masing program/kegiatan prioritas tersebut masih memiliki proporsi
“persentase
anggaran
yang
tidak
terserap”
maka
dapat
disimpulkan bahwa masih ada potencial improvement area variables dan potencial risk area variables;
Potencial improvement area variables tersebut adalah variabel-variabel potensi kinerja yang bisa meningkatkan jumlah bidang tanah yang disertipikatkan (output) jika serapan anggaran (input) bisa ditingkatkan sebesar volume sisanya. Misalnya : Desa/Kelurahan sebagai lokasi baru atau tambahan, Juru Ukur Tambahan, Penggunaan Teknologi tambahan dan lain sebagainya;
Potencial risk area variables adalah variabel-variabel potensi resiko yang bisa menurunkan kualitas sertipikat (output) jika serapan anggaran (input)
47
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
terlalu efisien. Misalnya : Kualitas hasil ukur, kualitas data yuridis, motivasi dan lain sebagainya;
Kedua Potensi diatas mengingat keuntungan (andvantages) dan resiko (risks) masing-masing harus mendapatkan perhatian selain dari tingkat efisiensi penggunaan anggaran.
Perbaikan Variabel input dan output
Meskipun memiliki tingkat efisiensi penggunaan anggaran program prioritas yang cukup baik (E > 1) namun analisis efisiensi ini juga sekaligus dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan terhadap variabel input dan output seperti yang tergambar didalam tabel dibawah ini: Tabel 16. Realisasi dan Sisa pada Input dan Output Program Prioritas
Realisasi / Sisa No
Program/Kegiatan
%
%
Input
Sisa
% Output
% Sisa
Tingkat Efisiensi
1
Prona
93,33
6,67
97,43
2,57
1,044
2
Petani
88,88
11,12
95,74
4,26
1,077
3
Nelayan
93,03
6,97
97,47
2,53
1,047
4
UKM
93,02
6,98
98,13
1,87
1,054
5
MBR-Menpera
97,13
2,87
98,29
1,71
1,011
6
Transmigrasi HM
49,00
51,00
52,46
47,54
1,070
7
Redistribusi Tanah
73,59
26,41
88,31
11,69
1,200
Secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai yang terendah, efisiensi penggunaan anggaran untuk kegiatan/program prioritas nasional adalah : -
Redistribusi Tanah (1,200)
-
Petani (1,077)
-
Transmigrasi (1,070)
-
UKM (1,054)
-
Nelayan (1,047)
-
Prona (1,044)
-
MBR-Menpera (1,011)
48
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Dari perspektif Efisiensi, maka seluruh kegiatan/program telah sangat Efisien menggunakan anggaran dalam rangka melakukan pensertipikatan tanah/legalisasi aset. Realisasi anggaran untuk program/kegiatan Transmigrasi, Redistribusi dan Petani harus mendapatkan perhatian dan kajian lebih dalam untuk perbaikan kedepan mengingat tingkat ketidak terserapannya (sisa) berada persentase 2 (dua) digit. Realisasi Fisik untuk program Transmigrasi dan Redistribusi Tanah harus mendapatkan perhatian dan kajian lebih dalam untuk perbaikan kedepan mengingat ketidak capaiannya (sisa) berada pada persentase 2 (dua) digit. C. Akuntabilitas Keuangan. 1. Realisasi Anggaran Berdasarkan alokasi anggaran Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2014, pagu anggaran adalah sebesar Rp. 4.467.565.541.000,-(empat triliun empat ratus enam puluh tujuh milyar lima ratus enam puluh lima juta lima ratus empat puluh satu ribu rupiah). Realisasi penyerapan anggaran pada masing-masing program sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp.3.785.758.844.460,(Tiga triliun tujuh ratus delapan puluh lima miliar tujuh ratus lima puluh delapan delapan ratus empat puluh empat ribu empat ratus enam puluh rupiah) atau 84,74% dari pagu anggaran. Pencapaian realisasi anggaran masing-masing program disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Realisasi Anggaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2014 TARGET (Rp)
REALISASI (Rp)
NO
PROGRAM
1
Program Pengelolaan Pertanahan
1.706.989.756.000
1.358.240.531.249
79.57
2
Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
2.321.406.859.000
2.034.868.679.012
87,66
3
Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN
13.076.491.000
9.764.745.186
74.67
4
Program Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Aparatur BPN-RI
426.092.435.000
382.884.889.013
89.86
4.467.565.541.000
3.785.758.844.460
84.74
Total
%
49
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
D. Capaian Kinerja Lainnya 1. Penerimaan PNBP Disamping menggunakan dana Rupiah Murni (RM) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BPN-RI juga menggunakan dana PNBP yang dihimpun dari masyarakat. Data tentang target dan realisasi penerimaan PNBP dapat juga dijadikan gambaran kinerja yang dilakukan dan pelayanan yang diberikan oleh BPN-RI. Capaian kinerja penerimaan PNBP (%) tahun 2010 – 2014 sebagaimana gambar 30 dan jumlah penerimaan (Rupiah) tahun 2010 – 2014 sebagaimana gambar 31.
Gambar 30. Realisasi Pencapaian PNBP 2010-2014
Gambar 30. Realisasi PNBP (Rupiah) 2010-2014
50
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
Realisasi penerimaan PNBP dari tahun 2010 – 2014 selalu lebih dari 80 %, bahkan di tahun 2013 mencapai 120,65%, angka ini menggambarkan banyaknya masyarakat yang membutuhkan pelayanan dari BPN-RI di suatu sisi, di sisi lain BPN-RI juga berusaha mewujudkan sasaran-sasaran strategis yang merupakan dukungan prioritas nasional.
2. Legalisasi Aset Dari PNBP Capaian kinerja lainnya selama tahun 2014 legalisasi aset dari dana PNBP sebanyak 1.105.552 Bidang tanah dari Target 1.337.810 Bidang. Realisasi PNBP ini secara nasional memiliki capaian yang lebih besar dari yang dibiayai dari Rupiah Murni, untuk melihat perbedaan capaian ini sebagaimana gambar 32.
Gambar 32. Perbandingan Legalisasi Aset 2014 Rupiah Murni dengan PNBP
Gambar 32 mengilustrasikan BPN-RI dalam mengakomodir keinginan kuat dari pemerintah dan juga keinginan masyarakat dalam melakukan legalisasi aset, sebagai upaya bersama untuk sesegera mungkin mewujudkan tanah untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
51
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
3. Peran Produk pertanahan dalam memberikan EVA (economic value added) Pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi, baik makro maupun mikro sangat ditentukan oleh bergeraknya investasi riil di pasar modal dan usaha. Hukum ekonomi mengatakan bahwa dimana ada pertumbuhan ekonomi (growth) maka disitu ada kehidupan keberlangsungan rumah tangga ekonomi (economic household lifecycle). Dalam perspektif ini diasumsikan bahwa ketika setiap rumah tangga memiliki akses terhadap sumber-sumber ekonomi (kapital) maka belanja atau konsumsi barang dan jasa akan membuat produksi barang dan jasa meningkat sehingga memacu investasi yang lebih besar (ekspansif) disemua bidang dan semua level baik oleh sektor swasta maupun oleh pemerintah sehingga secara mikro akan menjamin pendapatan dan daya beli sekaligus belanja barang dan jasa. Perputaran ini yang dalam makro ekonomi akan berimbas pada pertumbuhan (growth). Pertumbuhan ekonomi yang merata dan riil akan mensuplai kemampuan masyarakat dalam memenuhi unsur-unsur kesejahteraan atau kehidupan yang layak secara ekonomis (welfare).
*) Presentasi Deputi Survey dan Pengukuran Tanah dalam Rakernas Evaluasi Kinerja Program Tahun 2014, Desember 2014, Hotel Ciputra-Jakarta Kegiatan pembangunan di bidang ekonomi tentu membutuhkan penyediaan modal yang besar. Demikian pula halnya dengan suatu usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan proses produksinya akan membutuhkan pendanaan seperti sebagai salah satu sumber dana yang
52
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
diantaranya dalam bentuk penyediaan perkreditan. Kredit adalah penyaluran dana pinjaman oleh bank kepada masyarakat. Dalam praktek perbankan untuk lebih mengamankan dana yang disalurkan bank (kreditur) kepada peminjam (debitur) diperlukan pengaman berupa jaminan. Adapun jaminan yang banyak digunakan adalah jaminan tanah didasarkan pada pertimbangan bahwa tanah paling aman dan mempunyai nilai ekonomi relative tinggi. Jaminan hak tanggungan berupa tanah dianggap paling aman dan efektif karena mudahnya dalam mengidentifikasi obyek hak tanggungan, jelas dan pasti eksekusinya. Ketentuan tentang hak tanggungan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah (selanjutnya disebut dengan UUHT) merupakan pengganti ketentuan tentang hipotik dan credietverband sejauh tentang tanah dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Penggantian ini selain diamanatkan oleh ketentuan dalam Pasal 51 Undang-Undang No. 5 tahun 1960 peraturan dasar pokok-pokok agraria (selanjutnya disebut UUPA) juga untuk mengatasi persoalan tentang pelaksanaan eksekusi hipotik. Hak Tanggungan yang dikeluarkan oleh BPN diseluruh Indonesia memiliki nilai yang sangat besar, bahkan dalam perhitungan lokal masing-masing Provinsi, Kabupaten dan Kota, nilai Hak Tanggungan yang merupakan nilai kredit yang diperoleh dari agunan yang berbentuk Sertipikat Hak Atas Tanah nilainya melampau APBD masing-masing. Nilai hak tanggungan tersebut ada yang dalam bentuk mata uang Rupiah ada juga yang dalam bentuk nilai mata uang asing seperti US Dollar, Dollar Australia, Yen dan Dollar Singapore. Nilai Hak Tanggungan yang sangat besar ini secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan gambaran belanja investasi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi baik makro maupun mikro dalam skop lokal, nasional bahkan internasional. Semakin besar nilai Hak Tanggungan di suatu wilayah secara langsung cenderung akan berbanding lurus dengan besarnya investasi. Besarnya investasi akan berbanding lurus terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dan selanjutnya ekonomi nasional yang merupakan stimulan meningkatnya daya beli atau konsumsi masyarakat yang dalam bahasa sosialnya disebut kesejahteraan (welfare).
53
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Tabel 18. Nilai Hak Tanggungan (HT) dari Produk Sertipikat HAT yang Dikeluarkan oleh BPN selama tahun 2014.
Melihat dari nilai Hak Tanggungan baik secara wilayah maupun nasional yang dihasilkan per tahun dimana peran BPN didalamnya sangatlah besar, maka dapat dikatakan bahwa secara
langsung
maupun tidak
langsung
BPN telah
berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional melalui produk pertanahan (sertipikat, peta dan lain-lain) yang memberikan economic value added (EVA) bagi sosial ekonomi masyarakat Indonesia.
54
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Dalam prosesnya, Hak Tanggungan yang dikeluarkan oleh BPN selanjutnya akan menstimulasi bertumbuhnya investasi, namun sebagaimana penjelasan dalam gambar diatas, dapat dilihat bahwa ada 2 (dua) posisi pengungkit ekonomi pembangunan yang diemban oleh BPN, yaitu :
1. Proses Pendaftaran tanah yang dilakukan oleh BPN terhadap seluruh bidang tanah yang ada
akan membuat para pemilik memiliki Sertipikat Hak Atas
Tanah (HAT) yang kemudian guna kepentingan ekonomi dan investasi dipasang sebagai Hak Tanggungan dilembaga keuangan atau perbankan. Invenstasi yang kemudian dilakukan melalui kredit yang dperoleh disatu sisi akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui alur makro dan mikro economic household lifecycle yang dalam proporsi ekonomi tertentu dan berimbang akan menciptakan akses kesejahteraan masyarakat (social welfare); 2. Secara teknis substantif, pendaftaran tanah akan dilaksanakan beriringan dan saling menopang dengan penataan ruang (spatial planning), penataan ruang disetiap
tingkatan
wilayah
pembangunan
lainnya
pertimbangan
kedepannya
akan
terpetakan adalah
membuat dengan
area
jelas
kesejahteraan
investasi
dan dan
akurat
maupun dengan
keseimbangan
keberlanjutan ekosistem serta lingkungan. Kondisi ini merupakan salah satu variabel kesejahteraan masyarakat.
Sebagai ilustrasi terhadap kinerja BPN-RI lainnya dalam hal memberikan nilai tambah bagi pembangunan ekonomi di Indonesia dapat dilihat dari gambar 32
55
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
dimana membandingkan antara APBN.P selama tahun 2014 dengan jumlah Hak Tanggungan selama 2014.
Gambar 33. Perbandingan antara APBNP 2014 dengan Capaian Hak Tanggungan
Ada sebanyak 658,63 Triliun dana yang dibiayai oleh lembaga-lembaga perbankan kepada masyarakat secara umum yang menggunakan produk legalisasi asset BPN-RI berupa sertipikat tanah sebagai angunan, capaian ini tentunya sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
56
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2014
IV. PENUTUP
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melaksanakan sebagian tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral; melalui tugas dan fungsi dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan manajemen dan pelayanan pertanahan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj) BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 ini telah tersusun sebagai sarana penyediaan dokumen bagi penilaian kinerja instansi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang mencakup kinerja jajaran pusat dan daerah untuk kurun waktu tahun anggaran 2014. Laporan Kinerja ini menguraikan berbagai capaian sebagai wujud keberhasilan, di samping hambatan, kendala, dan masalah yang dihadapi hingga peyebab kegagalan dalam mencapai rencana strategis yang ditetapkan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2014. Keberhasilan maupun kegagalan tersebut digambarkan dalam bingkai capaian Indikator Kinerja Utama serta analisis kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasar tujuan dan sasaran lima tahunan.
Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah menyusun Rencana Strategis yang mencakup visi dan misi, hingga tujuan dan sasaran yang diwujudkan dalam program kerja dan kegiatan dalam kurun waktu 2010-2014. Selanjutnya, Renstra 2010-2014 dirumuskan dalam setiap tahun berupa Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan RPJM bidang pertanahan yang berlaku.
Uraian hasil capaian kinerja selama periode 2014 pada umumnya dapat memenuhi target sesuai ketersediaan anggaran, meskipun pada beberapa kegiatan ternyata target lebih rendah dari rencana. Hal tersebut, yakni keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis merupakan resultan dari kinerja jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dari pusat hingga provinsi dan kabupaten/kota, selain peran serta secara aktif masyarakat dan dunia usaha/korporat. Langkah-langkah yang harus diambil untuk meningkatkan kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun mendatang: 1. Penyelarasan dalam penyusunan Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, dan Pelaporan Kinerja;
57
2014
LAPORAN KINERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
2. Konsistensi dalam realisasi pelaksanaan kegiatan terhadap target yang tertera dalam dokumen rencana kerja dan anggaran; 3. Perencanaan kegiatan yang realistis, terkoordinasi, dan terintegrasi; terutama yang berkaitan dengan pihak-pihak di luar jajaran BPN dalam kegiatan lintas-sektor sehingga sejak awal telah dapat dipastikan target yang diusulkan; 4. Pemanfaatan tenaga di luar struktur dalam pelaksanaan tugas teknis bila memungkinkan, misalnya “outsourcing” tenaga pengukuran bidang tanah bekerjasama dengan Surveyor Berlisensi demi peningkatan capaian target pengukuran bidang tanah dalam sertifikasi; 5. Komitmen secara sungguh-sungguh segenap personil jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan fisik,
adminitrasi, dan keuangan yang didukung oleh pelaksana yang kredibel, kompeten, kapabel, dan memiliki kapasitas yang layak lagi konsekuen dan konsisten; dan 6. Setiap strategi yang dirumuskan telah dirinci berupa tahapan dan didukung semua sumberdaya yang diperlukan terangkum rencana aksi, penjadwalan, dan seterusnya yang merupakan peta jalan (roadmap) pencapaian target kinerja yang ditetapkan; serta 7. Pengungkapan
secara
memadai
setiap
hasil
pelaksanaan
kegiatan
hingga
penyusunan laporan yang sesuai dengan ketentuan agar memudahkan kepada berbagai pihak yang akan melakukan penilaian atas kinerja instansi, baik fisik maupun keuangan.
Demikian Laporan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun 2014, dengan harapan dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta sarana peningkatan kinerja guna mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi BPN-RI. Berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan, harus dijadikan bahan kajian dan sebagai pembelajaran untuk peningkatan.
58
FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH
Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran Sasaran Strategis 1.
(1) Terwujudnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
2.
Terkendalinya penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
3.
Terciptanya pengaturan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal
: BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA : 2014 Indikator Kinerja
Target
(2)
(3)
Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi
865.491 Bidang
Jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan
161 SK
a. Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah
11.250 Bidang
b. Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Redistribusi Tanah
154.075 Bidang
4.
Berkurangnya Kasus Pertanahan
Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan
5.
Terpenuhinya infrastruktur pertanahan
a. b. c.
6.
Meningkatnya kualitas layanan pertanahan
Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah dengan nilai Sangat Baik (A)
3.018 Kasus
Jumlah cakupan Peta Dasar Jumlah cakupan Peta Tematik Jumlah cakupan Peta Potensi
259.475 Ha 495.000 Ha 699.000 Ha A
Jakarta,
Maret 2014
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
HERDARMAN SUPANDJI
Formulir 1 TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2010 -2014 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NO 1 A
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
2 3 PROGRAM : PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1
4
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7
PUSAT a. DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN,
Outcome :
DAN PEMETAAN (DEPUTI Terwujudnya suatu kondisi yang I)
mampu menstimulasi, mendinamisasi dan memfasilitasi
DEPUTI BIDANG 1 Tersedianya cakupan wilayah kerangka dasar
satelit pertanahan (JRSP) untuk mendukung
pertanahan secara nasional,
akselerasi pelaksanaan kegiatan pertanahan melalui
diperlukan di seluruh Indonesia;
5.000.000 SURVEI, PENGUKURAN,
kadastral nasional melalui kegiatan pengukuran 2 Tersedianya cakupan wilayah jaringan referensi
pengembangan infrastruktur regional dan sektoral, yang
5.000.000
kegiatan pengukuran dasar (hektar) 3 Tersedianya peta dasar pertanahan untuk
100.000
6.376.000 DAN PEMETAAN
3.500.000
9.000.000
2.125.340
10.626.700
218.160
10.626.700
472.280
2.361.400
1
5
pendaftaran tanah, pemetaan tematik, pemetaan nilai tanah dan kegiatan pertanahan lainnya melalui kegiatan pemetaan dasar (hektar) 4 Tersedianya peta-peta tematik pertanahan mendukung perencanaan dan arah penyelenggaraan kegiatan pertanahan dan berkontribusi dalam penyusunan data spasial pertanahan nasional melalui kegiatan pemetaan tematik (hektar) 5 Tersedianya peta dan informasi potensi nilai tanah dan kawasan sebagai referensi dan indikator ekonomi tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan survey potensi tanah (hektar) 6 Tersedianya geospasial database pertanahan sesuai dengan standar infrastruktur data spasial nasional (Standar IDSN) melalui kegiatan pemetaan dasar pertanahan (hektar) 7 Tersedianya kebijakan teknis mengenai pembuatan dan pengelolaan data spasial pertanahan nasional melalui kegiatan penyusunan pedoman dan standarisasi (paket)
F.1-1
NO 1
PROGRAM/ KEGIATAN 2 i. KEGIATAN : PENGUKURAN DASAR 1
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
Pengukuran dan pemetaan
1 Tersedianya standar dan mekanisme kendali mutu,
Kerangka Dasar Kadastral
pengukuran dan pemetaan kerangka dasar kadastral
Nasional di Kab/Kota, Koridor
nasional, koridor batas kawasan dan koridor batas
Batas Kawasan dan Koridor
wilayah administrasi yang dihasilkan (paket)
TARGET 2010
2014
5
6 1
PELAKSANA 7 Direktorat 5 Pengukuran Dasar
Batas Wilayah sesuai standar dan ketentuan Juknis 2
Tersedianya sistem referensi sesuai standar
3
Tersedianya konsep peraturan tentang pengukuran dan pemetaan kerangka dasar
ii. KEGIATAN : PEMETAAN DASAR
2 Hasil pengukuran koridor Batas Kawasan, Koridor
15.560
77.800
100.000
2.802.700
(hektar) 4 Jumlah dokumentasi titik dasar teknik (titik).
28
138
5 Jumlah layanan informasi pengukuran dasar (paket)
10
50
Batas Wilayah Administrasi dan Pulau Terluar (hektar) 3 Cakupan wilayah sistem JRSP untuk membangun kerangka dasar kadastral sesuai standar nasional
Direktorat
Output : Terlaksananya Survei dan
1 Jumlah dokumen standard dan mekanisme survei
Pemetaan Dasar Sesuai Standar
dan pemetaan dasar (paket) 2 Jumlah citra optis resolusi tinggi (hektar)
Operasi dan Prosedur (SOP)
1
5 Pemetaan Dasar
400.000
8.000.000
4.000.000
20.000.000
4 Jumlah peta dasar pertanahan yang dibuat sesuai
600.000
9.000.000
standar (hektar) 5 Tersedianya geospasial database unsur dasar
680.000
3.400.000
spasial nasional (Standar IDSN) (hektar) 6 Jumlah supervisi/monitoring pemetaan dasar
33
165
(paket) 7 Jumlah pembinaan pejabat fungsional survei dan
3 Jumlah citra optis resolusi menengah (hektar)
geografi sesuai dengan standar infrastruktur data
33
165
pemetaan (paket) 8 Jumlah bimbingan teknis pemetaan dasar (paket)
1
5
9 Jumlah pengadaan/upgrading hardware dan
2
10
software (paket)
F.1-2
NO 1
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Ouput :
4
2 iii. KEGIATAN : PEMETAAN TEMATIK 1
2
Tersedianya Peta-Peta
1 Jumlah pemetaan tematik model untuk penyusunan
Tematik Utama Pertanahan
standar pemetaan tematik pertanahan pada wilayah
sesuai dengan NSPM untuk
pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, wilayah
mendukung pelaksanaan
ekonomi khusus dan bidang tanah ataupun untuk
program dan kegiatan BPN RI
tema pertanahan tertentu (paket)
TARGET 2010
2014
5
6
95.380
PELAKSANA 7 Direktorat
476.900 Pemetaan Tematik
Tersedianya NSPM tentang
2 Jumlah kajian / studi standarisasi pemetaan
1
5
pelaksanaan pemetaan
tematik pertanahan. (paket) 3 Jumlah peraturan/juklak/juknis NSPM untuk survei
1
5
3.175.000
21.462.800
5 Jumlah konversi data tematik ke dalam Sistem
3.175.000
21.462.800
Aplikasi Geodatabase (paket). 6 Jumlah supervisi/monitoring pemetaan tematik
33
165
(paket) 7 Jumlah Bimbingan Teknis Pemetaan Tematik
tematik pertanahan secara nasional
dan pemetaan tematik pertanahan yang ditetapkan (paket) 4 Jumlah integrasi secara nasional peta-peta tematik pertanahan hasil kerja Kanwil BPN Propinsi (paket)
26
132
(paket) 8 Jumlah pengadaan/upgrading hardware dan
1
5
software penunjang pemetaan tematik (paket). 9 Jumlah dokumentasi atau publikasi peta tematik
1
5
pertanahan nasional (paket). 10 Jumlah (tema) peta-peta tematik lainnya
1
5
terpetakan sesuai dengan NSPM (paket) 11 Jumlah data sosial, ekonomi, demografi untuk
1
5
pemetaan tematik yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pertanahan (paket)
F.1-3
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
2 iv. KEGIATAN : SURVEI POTENSI TANAH
Tersedianya Peta Nilai Potensi Tanah Sesuai Standar Operasi dan Prosedur (SOP) sebagai referensi dan indikator ekonomi tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat
TARGET
1 Jumlah survei potensi tanah di wilayah khusus dan
2010
2014
5
6
199.400
PELAKSANA 7 Direktorat Survei
7.726.900 Potensi Tanah
strategis (hektar) 2 Jumlah supervisi (paket)
33
165
3 Jumlah pembinaan/bimtek/sosialisasi (paket)
33
165
4 Jumlah peraturan/juklak/juknis (paket)
2
8
5 Jumlah studi penilaian tanah (paket)
0
2
20
99
8
42
(orang) 8 Jumlah peralatan penunjang survei dan pemetaan
1
5
bidang tanah dan kawasan (paket) 9 Jumlah pembangunan/pengembangan sistem
0
1
3.423.640
20.605.200
6 Jumlah pengembangan/sosialisasi aplikasi nilai bidang tanah dan kawasan (paket) 7 Jumlah kegiatan peningkatan pengetahuan/ketrampilan tenaga penilai tanah
informasi nilai aset pertanahan (paket) 10 Jumlah pengintegrasian peta ZNT, ZNEK, dan penyebaran data transaksi tanah ke dalam sistem b
DEPUTI BIDANG HAK
Outcome:
aplikasi geodatabase BPN RI (paket)
DEPUTI BIDANG
TANAH DAN
Terwujudnya percepatan legalisasi
1 Tersedianya rumusan kebijakan di bidang Hak
PENDAFTARAN TANAH
aset pertanahan, ketertiban
Tanah dan Pendaftaran Tanah (paket) 2 Bertambahnya jumlah bidang tanah
administrasi pertanahan dan kelengkapan informasi legalitas aset tanah i
KEGIATAN :
1
HAK TANAH DAN
5
PENDAFTARAN terdaftar
1.635.515
(bidang) 3 Tersedianya database legalitas aset tanah yang
1
15.828.400 TANAH 5
berkualitas sesuai dengan standar (paket) Output :
Direktorat
PENGATURAN DAN
Tersedianya rumusan kebijakan
1 Jumlah penetapan dan perizinan hak atas tanah
PENETAPAN HAK
teknis dibidang pengaturan dan
TANAH
penetapan hak tanah serta meningkatnya pelaksanaan penetapan dan perizinan hak tanah.
350
1.750 Pengaturan dan
(SK) 2 Jumlah data penetapan hak dalam data base Sistem
1
Penetapan Hak 5 Tanah
Informasi Pertanahan (Paket) 3 Terlaksananya Pembinaan, monitoring, pengendalian
1
5
1
5
dan evaluasi teknis pengaturan dan penetapan hak tanah (Paket) 4 Jumlah kebijakan teknis, norma, standar, pedoman dan mekanisme pengaturan dan penetapan hak
F.1-4
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 ii
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
2 KEGIATAN : PENINGKATAN
Terlaksananya pengukuran
1 Jumlah kebijakan teknis penetapan batas ruang dan
KUALITAS
pemetaan dan informasi bidang
perairan (Paket) 2 Jumlah bidang tanah yang ditetapkan batasnya
PENGUKURAN,
tanah, ruang dan perairan yang
PEMETAAN DAN
berkualitas.
TARGET 2010
2014
5
6 0
416.140
PELAKSANA 7 Direktorat 1 Penetapan Batas
Bidang Tanah dan 2.080.700 Ruang
(HGU) (Hektar)
INFORMASI BIDANG
3 Jumlah Penetapan Batas satuan Ruang Atas dan
5.540
27.700
TANAH, RUANG DAN
Bawah Tanah (Unit Satuan Ruang) 4 Jumlah Penetapan Batas satuan Ruang Perairan
300
1.400
PERAIRAN
(Unit Satuan Ruang) 5 Jumlah sistem informasi bidang tanah yang
1
5
dibangun (HGU, HGB, HPL dan HP) (Paket) 6 Jumlah surveyor kadastral berlisensi yang
139
694
ditetapkan (orang) 7 Jumlah asisten surveyor kadastral berlisensi yang
820
4.100
ditetapkan (orang) 8 Terlaksananyapembinaan, monitoring, pengendalian
1
5
1
5 Pengaturan dan
dan evaluasi teknis Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang (Paket) iii. KEGIATAN :
Output :
Direktorat
PENGATURAN DAN
Terlaksananya Pengaturan
1 Jumlah pelaksanaan pengadaan tanah di tingkat
PENGADAAN TANAH
pengadaan tanah pemerintah,
DAN LEGALISASI
penetapan hak atas tanah dan hak
pusat (Paket) 2 Jumlah penetapan hak atas tanah dan hak
TANAH INSTANSI
pengelolaan instansi pemerintah
pengelolaan instansi pemerintah, Pemerintah
PEMERINTAH DAN
dan BUMN/BUMD secara lebih
BUMN/BUMD
baik
Daerah dan BUMN/BUMD (SK) 3 Jumlah rekomendasi perjanjian pemanfaatan,
120
Pengadaan Tanah 600 Pemerintah
30
150
1
5
1
5
penggunaan tanah atas bagian-bagian Hak Pengelolaan (SK)
4 Terlaksananya Pembinaan, monitoring, pengendalian dan evaluasi teknis Pengaturan dan pengadaan tanah pemerintah (Paket) 5 Jumlah kebijakan teknis, norma, standar, pedoman dan mekanisme Pengaturan dan pengadaan tanah pemerintah (Paket)
F.1-5
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
2 iv. KEGIATAN : PENINGKATAN
Terwujudnya Pembinaan dan
1 Pengelolaan Penggunaan blangko sertipikat tanah
PENDAFTARAN HAK
pengelolaan pendaftaran hak atas
TANAH DAN GUNA
tanah, hak milik atas satuan rumah
dan blangko akta PPAT (Paket) 2 Jumlah PPAT yang ditetapkan (orang)
RUANG
susun, tanah wakaf, guna ruang dan
3 Terlaksananya Pembinaan, monitoring, pengendalian
perairan serta PPAT
TARGET 2010
2014
5
6 1 764
PELAKSANA 7 Direktorat 5 Pendaftaran Hak
Tanah dan Guna 3.820 Ruang
1
5
1
4
1
5 PENGATURAN
100
498 PERTANAHAN
dan evaluasi teknis Pendaftaran hak atas tanah dan guna ruang (Paket) 4 Jumlah kebijakan teknis, norma, standar, pedoman dan mekanisme pendaftaran hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun, tanah wakaf, dan guna ruang serta perairan (Paket)
c
DEPUTI BIDANG PENGATURAN DAN
Outcome: Meningkatnya pengaturan dan
PENATAAN PERTANAHAN penataan penguasaan dan
DEPUTI BIDANG 1 Tersusunnya kebijakan dan pelaksanaan 2 neraca penatagunaan tanah (kab/Kota)
dan penggunaan tanah secara
3 Penyelenggaraan redistribusi tanah dalam rangka
optimal.
DAN PENATAAN
penatagunaan tanah yang optimal
pemilikan tanah serta pemanfaatan
tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan serta tersedianya data tekstual dan spasial bidang tanah tentang penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) dalam rangka penataan ketimpang - redistribusi (bidang)
210.000
1.544.000
- IP4T (bidang)
335.665
5.011.186
10.000
63.850
134
672
4 Penyelenggaraan konsolidasi tanah untuk mewujudkan lingkungan yang berkualitas (Bidang) 5 Terciptanya Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah di Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (wilayah)
F.1-6
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 i
2 KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Out put :
4
PENGEMBANGAN
kebijakan teknis dan pelaksanaan
KEBIJAKAN TEKNIS
Penatagunaan tanah yang optimal
DAN PELAKSANAAN
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7 Direktorat Penatagunaan
1 Pedoman di bidang pengaturan dan penataan,
1
5 Tanah
1
5
penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
PENATAGUNAAN
(jumlah)
TANAH
2 Terbangunan basis data dan jaringan penatagunaan Tanah di pusat dan daerah di 33 Provinsi (paket) 3 Tersusunnya Neraca Penatagunaan Tanah di pusat dan daerah (Kab/Kota, Kecamatan, Lokasi, Kawasan Khusus) - Provinsi
7
33
100
500
- Kecamatan
0
498
- Lokasi
3
16
- Kawasan Khusus
1
5
1
5
2
10
- Kab/Kota
4 Terlaksananya koordinasi internal dan eksternal Penatagunaan Tanah dalam mewujudkan Rencana Tata Ruang (Paket) 5 Terlaksananya monitoring perubahan penggunaan tanah skala besar, perdesaan dan perkotaan ii
KEGIATAN :
Output :
PENGELOLAAN
Terciptanya pengelolaan
LANDREFORM
landreform yang lebih baik
(paket) 1 Jumlah rumusan kebijakan teknis landreform yang
Direktorat 2
9 Landreform
disusun (Rumusan) 2 Jumlah data dan informasi P4T dan Redistribusi
645.565
6.580.400
334.665
5.030.400
2
10
310.000
1.550.000
280
1.400
620.000
3.100.000
yang terintegrasi dalam Sistem Informasi Manajemen Landreform (Bidang) 3 Persentase data P4T yang sesuai NSPM (Bidang) 4 Jumlah workshop landreform yang diselenggarakan (Paket) 5 penerima manfaat sesuai dengan NSPM (KK) 6 Jumlah tanah kelebihan maksimum dan absentee yang terbayar (Hektar) 7 Jumlah tanah negara yang ditegaskan menjadi tanah obyek landreform (TOL) dan atau yang dikeluarkan dari TOL (Hektar)
F.1-7
NO 1
PROGRAM/ KEGIATAN 2 iii. KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
PENGELOLAAN
Terlaksananya pengelolaan
KONSOLIDASI
konsolidasi tanah
TANAH
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7 Direktorat
2
10 Konsolidasi Tanah
2 Jumlah obyek potensi konsolidasi tanah (Provinsi)
7
33
3 Proporsi provinsi orang/pihak yang bersedia
7
33
1 Jumlah rumusan kebijakan teknis konsolidasi tanah yang disusun (Rumusan)
mengikuti konsolidasi tanah terhadap jumlah iv. KEGIATAN :
Output :
PENGELOLAAN
Terlaksananya pengelolaan Wilayah
WILAYAH PESISIR,
Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,
PULAU-PULAU KECIL, Perbatasan dan Wilayah Tertentu. PERBATASAN DAN WILAYAH TERTENTU (WP3WT)
promosi dan koordinasi (provinsi) 1 Jumlah rumusan kebijakan teknis Pertanahan
Direktorat Wilayah 1
5 Pesisir, Pulau-Pulau
Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan
Kecil, Perbatasan
Wilayah Tertentu yang tersusun (TCK/NSPM Inventarisasi, Zonasi, Penataan dan
dan Wilayah Tertentu
Monev) 2 Jumlah Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) yang - pulau kecil terluar
4
41
- pulau kecil perairan dalam
8
67
- pesisir strategis (Kecamatan)
0
12
- wilayah tertentu (Lokasi)
2
20
- penyusunan basis data (Paket)
1
5
- sosialisasi data WP3WT (Paket)
1
5
- bimbingan teknis di provinsi (Paket)
7
33
- supervisi inventarisasi di provinsi (Paket)
7
33
- zonasi pemanfaatan kawasan (Paket)
1
5
- penataan kawasan (Paket)
1
5
- monitoring dan evaluasi pemanfaatan kawasan
4
69
Kabupaten (Paket) - konsultasi teknis / workshop / studi banding
1
5
(paket) - koordinasi pengembangan sumberdaya kawasan
1
5
3 Persentase kegiatan penataan kawasan dan monitoring dan evaluasi pemanfaatan kawasan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu yang terlaksana.
(Paket)
F.1-8
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
2 DEPUTI BIDANG
3 Outcome:
4
1 d
PENGENDALIAN
Terwujudnya Pengendalian
1 Luas tanah hak dan tanah yang telah mempunyai
PERTANAHAN DAN
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan
PEMBERDAYAAN
dan Pemanfaatan Tanah dan
dasar penguasaan yang terindikasi terlantar yang 2 Luas tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis
MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat dalam
TARGET 2010
2014
5
6
57.500 18.400
yang dikelola (Hektar)
PELAKSANA 7 DEPUTI BIDANG
750.000 PENGENDALIAN PERTANAHAN 400.000 DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
rangka Peningkatan Akses terhadap sumber ekonomi
3 Jumlah masyarakat kurang mampu yang
56.000
379.300
memperoleh akses penguatan HAT dan akses sumber-sumber ekonomi (orang) i
KEGIATAN :
Output :
PENGENDALIAN
Terlaksananya Pengendalian
PERTANAHAN
Penerapan Kebijakan Dan Program
Direktorat 1 Jumlah Rumusan Kebijakan teknis pengendalian
1
5 Pengendalian Penerapan
Penerapan Kebijakan Program Pertanahan (Paket) 2 Jumlah Data dan Informasi hak atas tanah dan
1
Kebijakan Dan 5 Program
perijinan yang diindikasikan terlantar yang terintegrasi dalam basis data (paket) 3 Jumlah pembinaan, pemantauan dan evaluasi
33
165
2
10
pengendalian penerapan kebijakandan program pertanahan (paket) 4 Jumlah data dan informasi penerapan program pertanahan dan sektoral (paket) ii
KEGIATAN :
Direktorat
Ouput :
PENGELOLAAN
Terselenggaranya pengelolaan
TANAH NEGARA,
tanah negara, tanah terlantar dan
Tanah Negara, Tanah Terlantar dan Tanah Kritis
Negara, Tanah
TANAH TERLANTAR
tanah kritis
(Paket)
Terlantar Dan
DAN TANAH KRITIS
1 Jumlah Rumusan Kebijakan Teknis Pengelolaan
2 Jumlah Analisa ketersediaan tanah untuk
1
0
6 Pengelolaan Tanah
18 Tanah Kritis
kepentingan masyarakat, pemerintah dan badan usaha (Paket) 3 Jumlah kerjasama antar instansi dalam pengelolaan
0
6
33
165
tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis (Paket) 4 Jumlah pembinaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis (Paket)
F.1-9
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
2 iii. KEGIATAN : PEMBERDAYAAN
Terselenggaranya akses
MASYARAKAT DAN
masyarakat dan lembaga terhadap
KELEMBAGAAN
penguatan hak atas tanah dan
DALAM
sumber permodalan dan produksi
PENGELOLAAN
serta pemberdayaan masyarakat
PERTANAHAN
secara integratif dan lintas sektor
1 Norma, Standar, Pedoman dan Mekanisme (paket)
TARGET 2010
2014
5
6 1
PELAKSANA 7 Direktorat 5 Pemberdayaan Masyarakat Dan
2 Pengembangan Basis Data Pemberdayaan
1
5
2
10
33
165
2
12
Kelembagaan
Masyarakat dan kelembagaan bidang pertanahan (paket) 3 Jumlah kerjasama antar instansi dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan (Paket) 4 Peningkatan partisipasi masyarakat dan kelembagaan dalam pemberdayaan masyarakat bidang pertanahan (Paket) 5 Pelaksanaan kerjasama lintas sektor dalam pemberdayaan masyarakat di pemukiman informal,
e
DEPUTI BIDANG
Outcome:
daerah konflik dan bencana (paket)
PENGKAJIAN DAN
Berkurangnya sengketa, konflik
PENANGANAN
dan perkara pertanahan serta
SENGKETA DAN
mencegah timbulnya sengketa,
2 Jumlah Penanganan, Penyelesaian Sengketa Konflik
KONFLIK
konflik dan perkara pertanahan
dan perkara pertanahan (kasus) 3 Jumlah Percepatan Pengkajian, penanganan,
PERTANAHAN
1 Jumlah Pengkajian/analisa atas sengketa konflik
DEPUTI BIDANG 590
3.650 PENGKAJIAN
1.666
6.000 PENANGANAN
DAN
dan perkara pertanahan ,
960
penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan
SENGKETA DAN 4.250 KONFLIK PERTANAHAN
(kasus) i
KEGIATAN :
Output:
Direktorat
PENGKAJIAN,
Terlaksananya Pengkajian,
1 Jumlah rumusan kebijakan teknis sengketa
PENANGANAN DAN
Penanganan dan Penyelesaian
PENYELESAIAN
Sengketa Pertanahan secara lebih
pertanahan yang disusun (Paket) 2 Jumlah Objek sengketa yang dikaji dan dipetakan
93
500
SENGKETA
berkualitas
akar masalahnya (kasus) 3 Jumlah Penyelesaian Sengketa Pertanahan (kasus)
93
300
4 Jumlah Keputusan Penghentian dan Pembatalan Hak
20
140
atas Tanah (SK) 5 Jumlah Pembinaan dan evaluasi sengketa
33
165
PERTANAHAN
0
4 Sengketa Pertanahan
pertanahan di daerah (Paket)
F.1-10
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 ii
2 KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output:
4
PENGKAJIAN DAN
Terlaksananya Pengkajian dan
PENANGANAN
Penanganan Konflik Pertanahan
KONFLIK
secara lebih berkualitas
PERTANAHAN
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7 Direktorat Konflik
67
400 Pertanahan
67
240
1
5
20
100
30
250 Pertanahan
2 Jumlah Perkara yang ditangani dan dimenangkan
30
170
oleh pihak BPN RI (Kasus) 3 Jumlah Penyelesaian tindak lanjut pelaksanaan
25
150
1
5
27
135
1 Jumlah Obyek konflik yang dapat dikaji dan dipetakan akar masalahnya (Kasus) 2 Jumlah Penanganan Konflik Pertanahan (kasus) 3 Jumlah rumusan kebijakan teknis konflik pertanahan yang disusun (Surat Edaran/Juknis) 4 Jumlah pembinaan dan evaluasi konflik pertanahan di daerah (Paket)
iii. KEGIATAN : PENANGANAN DAN PENYELESAIAN PERKARA PERTANAHAN
Direktorat Perkara
Output : Terlaksananya penaganan dan penyelesaian perkara pertanahan secara lebih berkualitas
1 Jumlah obyek perkara dapat dikaji dan dipetakan akar masalahnya (kasus)
putusan pengadilan (kasus) 4 Jumlah Rumusan Kebijakan Teknis Perkara yang disusun (Surat Edaran/Juknis) 5 Jumlah Supervisi dan Monitoring/Evaluasi Perkara Pertanahan di daerah (Paket) 2
KEGIATAN PENGELOLAAN PERTANAHAN DI DAERAH KANWIL BPN PROVINSI KEGIATAN : PENGELOLAAN PERTANAHAN PROVINSI
Seluruh Kantor
Output : Pertanahan yang terkelola dengan
1 luas wilayah yang dipetakan dan bidang tanah
baik untuk peningkatan
yang ditetapkan batasnya
kesejahteraan masyarakat,
- JRSP (hektar)
keadilan P4T, keharmonisan sosial
- Peta Dasar skala 1:2.500 (hektar)
masyarakat dan keberlanjutan
- Peta Dasar skala 1:10.000 (hektar)
kehidupan masyarakat dalam
- Peta Tematik Utama Pertanahan:
wilayah provinsi
2.100.000 4.385.934
10.500.000 Wilayah BPN Provinsi 21.929.672
943.753
4.718.765
5.662.517
28.312.587
Peta Penggunaan Tanah (hektar)
11.325.035
56.625.175
Peta Penguasaan Tanah (hektar)
11.325.035
56.625.175
Peta Kemampuan Tanah (hektar)
11.325.035
56.625.175
Peta Tempat-Tempat Penting (hektar)
11.325.035
56.625.175
- Peta Potensi Nilai Tanah dan Kawasan skala
6.535.489
32.677.445
1:25.000 (hektar)
F.1-11
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
1
2
3
INDIKATOR 4 - Laporan hasil supervisi (paket) - Laporan hasil pembinaan/bimtek/sosialisasi ke kab/kota (paket) - Peta ZNT, ZNEK dan penyebaran data transaksi
TARGET 2010
PELAKSANA
2014
5
6
7
135
675
33
165
135
675
tanah yang terkoreksi dan disahkan (paket) - Tenaga profesional di bidang penilaian tanah
99
495
(orang) - Tenaga terampil di bidang penilaian tanah (orang)
264
1.320
- Hardware dan software teknologi informasi yang
99
495
terkini (paket) - Penetapan Batas HPL Transmigrasi (Hektar) - Penetapan Batas Swadaya (Bidang)
11.010
55.000
2.482.120
6.056.010
Indikator Output pada Kab/Kota : - Peta Dasar skala 1:1.000 (Ha)
31.458
157.300
- Peta Potensi Tanah (Ha)
70.781
353.900
- Informasi Nilai Tanah dan Pasar Tanah
415
2.100
Kabupaten/Kota (Paket) - Informasi Peta ZNT, ZNEK dan Data Transaksi
415
2.100
tanah Kabupaten/Kota (Paket) - Hardware dan software teknologi informasi yang
415
2.100
terkini 2 Jumlah legalisasi aset tanah, pengelolaan Informasi dan pemeliharaan data pertanahan - PRONA (Bidang) - Transmigrasi (Bidang)
223.330
2.500.000
30.237
642.428
- Pemeriksaan Tanah HPL Transmigrasi (Hektar)
175.000
- Ajudikasi (Pendaftaran Tanah Sistematik)
400.000
(Bidang) - Tanah UKM (Bidang)
30.000
110.000
- Tanah Petani (Bidang)
23.000
127.002
3.000
59.000
- Tanah Nelayan (Bidang) - Sertipikasi Pasca Bencana di Nias (bidang)
20.000
- Sertipikasi Perumahan Rakyat Sederhana (bidang)
30.000
- Legalisasi Swadaya (Bidang)
1.062.458
4.037.340
- Pengelolaan Informasi Pertanahan
2.591.759
4.100.000
F.1-12
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
1
2
3
INDIKATOR 4 - Pemeliharaan Data Pertanahan - Pemeriksaan tanah
TARGET
PELAKSANA
2010
2014
5 3.961.033
6 6.241.000
546.750
1.260.000
210.000
1.050.000
10.000
50.000
7
3 Penataan dan pengaturan pertanahan - Redistribusi Tanah (Bidang) - Konsolidasi Tanah (Bidang) - Neraca Penggunaan Tanah (Kabupaten/Kota)
100
500
335.665
1.678.325
- Redistribusi Tanah Swadaya (Bidang)
15.550
15.550
- Konsolidasi Tanah Swadaya (Bidang)
24.615
31.615
- Inventarisasi P4T (Bidang)
- Penataan dan Inventarisasi P3WT
177
885
4 Luas Aset tanah terindikasi terlantar/ bekas hak/ tanah kritis dan jumlah POKMASDARTIBNAH/GEMARA - Identifikasi dan Penertiban Tanah Terindikasi
57.500
287.500
Terlantar (Hektar) - Inventarisasi Tanah Bekas Hak/Tanah Kritis
18.400
92.000
(Hektar) - Pembentukan POKMASDARTIBNAH/GEMARA
201
1.005
(Kelompok) - Fasilitasi Pra dan Pasca Sertipikasi Tanah UKM,
33
165
Nelayan, Transmigrasi dan Petani (Paket) - Inventarisasi Tanah Hak yang diindikasikan
33
165
2.791
13.955
400
2.000
- Penanganan Perkara Pertanahan
731
3.655
- Mediasi
700
3.500
- Operasi Penyelesaian Masalah Pertanahan
900
4.500
Beraspek Perdata/TUN (Operasi Tuntas) - Operasi Penyelesaian Masalah Pertanahan
60
300
terlantar (Paket) 5 Jumlah pengkajian dan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan - Pengkajian Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan
Berindikasi Pidana (Operasi Sidik Sengketa)
F.1-13
NO 1 B
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
TARGET 2010
PELAKSANA
2014
2 3 4 5 6 PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 1
7
PUSAT SEKRETARIAT UTAMA
Outcome: Meningkatnya Kualitas Koordinasi, Sinkronisasi dan Integrasi Pelaksanaan Tugas dan Fungsi BPN RI serta Mutu Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan
SEKRETARIAT 1 Persentase pemenuhan anggaran yang direncanakan
20
100 UTAMA
BPN RI denganPagu yang dialokasi Pemerintah kepada BPN RI (%) 2 Meningkatnya opinilaporan hasil keuangan dan
-
WTP
kekayaan BPN RI (tingkat) 3 terpenuhinya kebutuhan pegawai di seluruh Unit
20
100
Kerja di lingkungan BPN RI (%) 4 Terwujudnya penataan sistem politik dan hukum
5
25
pertanahan/keagrariaan (Paket) 5 Prosentase hasil penelitian dan pengembangan yang
70
100
dijadikan bahan kebijakan pertanahan 6 Meningkatnya persentase pemenuhan data dan
12
60
informasi pertanahan yang dibutuhkan (%) 7 Meningkatnya status akreditasi Program Studi
-
A
STPN (Nilai) 8 Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat 9 Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan BPN RI (%) 10 Bertambahnya jumlah pegawai BPN RI yang
"Sangat
"Sangat
Memuaskan" 20
Memuaskan" 100
8
40
20
100
mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan organisasi (%) 11 Meningkatnya pengelolaan administrasi umum dan barang milik negara (%)
F.1-14
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 i
2 KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT 3 Output:
PERENCANAAN,
Perencanaan, pemantauan dan
PEMANTAUAN DAN
evaluasi program dan anggaran
EVALUASI PROGRAM
serta administrasi kerjasama luar
DAN ANGGARAN
negeri BPN RI yang berkualitas.
SERTA ADMINISTRASI
1 Persentase pemenuhan anggaran yang direncanakan
2010
2014
5
6 20
PELAKSANA 7 Biro Perencanaan 100 Dan Kerjasama Luar Negeri
BPN RI denganPagu yang dialokasi Pemerintah kepada BPN RI (%) 2 Persentase kerja sama luar negeri bidang
20
100
pertanahan yang diprogramkan terlaksana (%) 3 Persentase data dan informasi hasil inventarisasi
20
100
4 Peningkatan peringkat LAKIP BPN RI (peringkat)
2
10
1 Persentase pelaksanaan anggaran berjalan sesuai
20
100 Pelaksanaan
2 Persentase ketersediaan data dan informasi
20
100
anggaran Badan Pertanahan Nasional; (%) 3 Persentase pelaksanaan dan Daya Serap anggaran
20
100
4 tersedianya data penyelesaian kerugian negara
20
100
(kasus) 5 terlayaninya pelaksanaan APBN (%)
20
100
6 PersentaseKeuangan Manual Bulanan dan Laporan
20
100
20
100 Pimpinan Dan
rangka penyusunan program dan anggaran. (%)
NEGERI BIDANG PERTANAHAN
KEGIATAN :
Output:
PEMBINAAN
Terselenggaranya pengelolaan
ADMINISTRASI DAN anggaran sesuai dengan aturan PENGELOLAAN
4
TARGET
pemantauan dan evaluasi dimanfaatkan dalam
KERJA SAMA LUAR
ii
INDIKATOR
yang berlaku
ANGGARAN BADAN PERTANAHAN
Biro Keuangan dan Anggaran
peraturan yang berlaku (%)
sesuai dengan rencana (%);
NASIONAL
Keuangan BPN RI dengan SAI (Sistem Akuntansi Instansi) menuju Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) (%). iii KEGIATAN :
Biro Tata Usaha
Output:
PENYELENGGARAAN
Terlaksananya pengelolaan tata
URUSAN TATA
usaha pimpinan, keamanan, dan
keputusan, atau dokumen lainnya yang
USAHA PIMPINAN,
urusan keprotokolan.
ditandatangani oleh KBPN RI, eselon I dan komite
PENGAMANAN, DAN URUSAN KEPROTOKOLAN
1 Persentase penyelesaian konsep-konsep surat,
Pertanahan 2 Persentase distribusi surat, dokumen, pesan ,
Protokol
20
100
20
100
disposisi ke unit kerja Eselon I dengan tepat waktu dan tepat sasaran 3 Persentase digitalisasi dokumen pimpinan
F.1-15
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
1
2
3
INDIKATOR 4 4 Persentase terjaminnya keamanan lingkungan
TARGET 2010
PELAKSANA
2014
5
6
7
20
100
kantor BPN RI 5 Persentase Terjaminnya keamanan pimpinan BPN RI
20
100
6 Persentase Terlaksananya penyiapan urusan
20
100
7 Jumlah komunikasi dan koordinasi yang efektif
20
100
dengan eksternal dan internal lembaga 8 Jumlah pemberian penghargaan di bidang
70
350
keprotokolan bagi kegiatan KBPN RI dan Eselon I
pertanahan kepada perseorangan dan atau lembaga iv KEGIATAN :
Output:
PEMBINAAN
Penataan organisasi dan layanan
1 Jumlah Pembinaan organisasi dan Kepegawaian
ORGANISASI DAN
kepegawaian
2 Proporsi organisasi yang tepat fungsi dan tepat
PENGELOLAAN
KEGIATAN :
Biro Organisasi 1
5 dan Kepegawaian
20
100
efisien dan terukur (%) 3 Proporsi layanan pengembangan kepegawaian yang
20
100
tepat waktu dan tepat sasaran (%) 4 Proporsi layanan mutasi kepegawaian yang tepat
20
100
waktu dan tepat sasaran (%) 5 proporsi layanan umum kepegawaian yang tepat
20
100
waktu dan tepat sasaran (%) 6 Proporsi data kepegawaian yang lengkap dan akurat
20
100
120
600
20
100
1.300
6500
120
600
8.000.000
40.000.000
ukuran serta prosedur kerja yang jelas, efektif
KEPEGAWAIAN BPN
v
(buah)
Output:
PENGELOLAAN
Terlaksananya pengelolaan
ADMINISTRASI
administrasi umum dan barang
UMUM
milik negara
dengan dukungan SIMPEG (%) 1 Terbinanya unit kerja pengelolatata naskah dinas,
Biro Umum
tata kearsipan dan penggandaan (unit kerja) 2 Terpenuhinya kebutuhan perlengkapan pegawai (%) 3 Terbayarnya gaji pegawai dan tunjangan serta terpenuhinyaurusan rumah tangga kantor(orang) 4 Terbinanya unit kerja pengelola Barang Milik Negara dan tersedianya data Barang Milik Negara yang akurat dan akuntabel (Unit Kerja) 5 Pengadaan Blanko Akta PPAT dan Blanko sertipikat
F.1-16
NO 1
PROGRAM/ KEGIATAN 2 vi KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output:
PENGELOLAAN DATA Tersedianya Data dan Informasi
4 1 Lima (5) standar sistem informasi pertanahan yang
DAN INFORMASI
Pertanahan yang terintegrasi
mencakup teknologi informasi, data dan informasi,
PERTANAHAN
secara nasional dalam rangka
perangkat lunak untuk internal dan eksternal,
pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)
TARGET 2010
2014
5
6 1
PELAKSANA 7 Pusat Data Dan 5 Informasi Pertanahan
perangkat keras dan sistem keamanan jaringan 2 Ketersediaaan data dan informasi pertanahan
12
60
20
100
20
100
nasional pada sistem informasi dan manajemen pertanahan nasional (SIMTANAS) (%) 3 Kantor Pertanahan dan Layanan informasi pertanahan online (%) 4 Kantor Pertanahan terlayani dengan program Larasita (%)
vii KEGIATAN :
Pusat Hukum dan
Output :
PENGEMBANGAN
Terlaksananya pengembangan
PERATURAN
peraturan perundang-undangan
PERUNDANG-
bidang pertanahan dan Hubungan
UNDANGAN BIDANG
Masyarakat
PERTANAHAN DAN
1 Jumlah Rancangan peraturan perundang-undangan
MASYARAKAT
21 Hubungan Masyarakat
dan kebijakan di bidang pertanahan (Peraturan) 2 Jumlah Penyampaian informasi di bidang pertanahan (paket) 3 Jumlah Peraturan perundang-undangan di bidang
HUBUNGAN
4
2
10
250
1.251
2
10
pertanahan yang terdokumentasi dalam sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum (Peraturan) 4 Jumlah pemberian bantuan, pendampingan dan konsultasi hukum bagi lembaga dan pejabat BPN RI
viii KEGIATAN : PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIDANG
Output: Terlaksananya Penelitian dan
(paket) Jumlah hasil penelitian dan pengembangan (paket)
Pusat Penelitian 9
49 dan Pengembangan
Pengembangan Bidang Pertanahan
PERTANAHAN
F.1-17
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1
OUTCOME/OUTPUT
2 ix KEGIATAN :
INDIKATOR
3 Output:
PENDIDIKAN DAN
Terselenggarakannya Pendidikan
PELATIHAN BIDANG
dan Pelatihan di lingkungan BPN RI
PERTANAHAN
yang berkualitas (profesional)
4 1 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7 Pusat Pendidikan
3.678 Dan Pelatihan
878
Prajabatan bagi seluruh CPNS di lingkungan BPN RI 2 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
125
625
263
1.572
Kepemimpinan bagi seluruh pejabat struktural di lingkungan BPN RI 3 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis bagi pegawai di lingkungan BPN RI 4 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
68
413
7
49
Fungsional bagi pegawai di lingkungan BPN RI 5 Penyelenggaraan Tugas Belajar jenjang pendidikan S2 dan S3 bagi pegawai di lingkungan BPN RI 2 KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS KANWIL BPN PROPINSI KANWIL BPN
Seluruh Kantor
Output:
PROVINSI
Terlaksananya Dukungan
KEGIATAN :
Manajemen Dan Pelaksanaan
DUKUNGAN
Tugas Teknis Kanwil BPN Provinsi
MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN
1 gaji dan tunjangan lainnya tepat waktu (pegawai)
20.693
103.465 Wilayah BPN Provinsi
2 operasional perkantoran satker daerah (paket)
453
2.265
3 dukungan menejemen dan teknis satker daerah
453
2.265
(paket)
TUGAS TEKNIS KANWIL BPN PROPINSI 3
STPN KEGIATAN :
Tersedianya sumber daya manusia
MANAJEMEN DAN
yang berkualitas melalui Pendidikan
PELAKSANAAN
STPN
TUGAS PENDIDIKAN STPN
Sekolah Tinggi
Output:
DUKUNGAN
1 Terbayarnya gaji pegawai dan tunjangan serta
170
850 Pertanahan Nasional (STPN)
terpenuhinya urusan rumah tangga STPN (orang) 2 operasional perkantoran STPN (Paket)
1
5
3 Jumlah Lulusan Tugas belajar Dosen dan Staf
9
45
Administrasi Pasca Sarjana S-2 (Orang) 4 Jumlah Lulusan Tugas belajar Dosen dan Staf
2
10
80
400
-
A
Administrasi Pasca Sarjana S-3 (Orang) 5 Jumlah Lulusan Mahasiswa Sarjana Sains Terapan Bidang Pertanahan (orang) 6 Meningkatnya Status Program Diploma IV Pertanahan STPN (nilai)
F.1-18
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
1
2
3
INDIKATOR 4 7 Meningkatnya Status semua Program studi pendidikan lainnya (nilai) 8 Meningkatnya Status Lembaga STPN (nilai)
TARGET 2010
PELAKSANA
2014
5
6 -
7 A
-
A
15
75
Perguruan Tinggi(paket) 10 Jumlah pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
10
50
(paket) 11 Jumlah pengadaan bidang tanah untuk pembangunan
0
2
9 Jumlah penelitian pelaksanaan Tri Dharma
gedung negara (bidang) 12 Jumlah gedung negara yang dibangun (unit)
1
5
13 Jumlah pengadaan sarana dan prasarana kantor dan
3
15
pendidikan (Paket) 14 Jumlah gedung negara direhab (unit)
1
5
15 Jumlah pengadaan kendaraan roda 4 (unit)
2
10
16 Jumlah pengadaan kendaraan roda 6 (unit) 17 Jumlah Lulusan Pendidikan Ketrampilan untuk
0
2
20
100
128
650
9
45
27
150
11
60
1.280
2.250
masyarakat non Institusional 18 Jumlah Lulusan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 19 Jumlah Lulusan Program Diploma IV Pertanahan/ S1 20 Jumlah Lulusan Pendidikan Khusus PPAT 21 Jumlah Lulusan Program Spesialis Penilaian Tanah / S-2 Penilaian Tanah / S-2 Pertanahan
F.1-19
NO 1 C
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
2 3 4 PROGRAM PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 1
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7
PUSAT SEKRETARIAT UTAMA Outcome : Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana BPN RI
1 Meningkatnya persentase pemenuhan kebutuhan
20
100 SEKRETARIAT UTAMA
tanah dan gedung negara di lingkungan BPN RI (%) 2 Meningkatnya persentase pemenuhan kebutuhan
20
100
165
825
0
1
2 Jumlah terbangunnya gedung negara (unit)
1
3
3 Jumlah pengadaan sarana dan prasarana penunjang
1
5
meubelair, peralatan dan mesin (%) 3 Jumlah Gedung Negara, Peralatan dan Mesin yang dilakukan perbaikan (unit) KEGIATAN :
Output :
PENGELOLAAN
Terlaksananya pengadaan dan
SARANA DAN
pengembangan Sarana dan
PRASARANA (PUSAT) Prasarana kantor
Biro Umum 1 Jumlah pengadaantanah untuk pembangunan gedung negara (bidang)
lainnya (Paket) 4 Jumlah pengadaan kendaraan operasional kantor
20
100
(Unit) 5 Jumlah Pengadaan peralatan dan Mesin (Paket)
1
5
6 Jumlah Pengadaan Kapal Bermotor (Paket)
1
5
F.1-20
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 2
OUTCOME/OUTPUT
2 3 KEGIATAN PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA (DAERAH) KEGIATAN :
INDIKATOR 4
2010
2014
5
6
PELAKSANA 7
Output :
PENGELOLAAN
Terlaksananya pengelolaan Sarana
SARANA DAN
dan Prasarana Kanwil BPN Provinsi
PRASARANA
dan Kantah Kab/Kota
(DAERAH)
Seluruh Kantor 1 Jumlah pengadaan tanah untuk pembangunan
27
135 Wilayah BPN Provinsi
gedung negara (Bidang) 2 Jumlah gedung negarayang dibangun(unit)
27
135
3 Jumlah gedung negara direhab (unit)
16
80
4 Jumlah pengadaan sarana dan prasarana kantor
16
80
serta peralatan teknis (Paket) 5 Jumlah pengadaan kendaraan roda 4(Unit)
30
150
6 Jumlah pengadaan kendaraan roda 2 (Unit)
110
550
16
80
7 Jumlah pengadaan peralatan dan mesin (Paket) D
TARGET
PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1
PUSAT INSPEKTORAT UTAMA Outcome : Meningkatnya akuntabilitas kinerja pelaksanaan tugas pada semua unit kerja BPN RI
INSPEKTORAT 1 PersentaseTemuan Hasil Pemeriksaan yang
100
100 UTAMA
ditidaklanjuti terhadap jumlah temuan (%) 2 Rasio Jumlah Temuan Pemeriksaan terhadap
20
15
jumlah obyek pemeriksaan berkurang (%)
F.1-21
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 i
2 KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7 IRWIL I
PENGAWASAN DAN
Terlaksananya pengawasan dan
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
33
177
PENINGKATAN
peningkatan akuntabilitas aparatur
AKUNTABILITAS
BPN RI di Wilayah I
Kasus (Obrik); 2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
20
100
20
100
Ekstern (%); 4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil
20
100
Pemeriksaan (%); 5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
20
100
20
100
20
100
20
100
20
100
33
177
20
100
20
100
20
100
APARATUR BPN RI
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa, Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%); 3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan /
WILAYAH I
Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan
pemeriksaan / pengawasan (%); 6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat mandiri/ seminar / workshop / lokakarya / sosialisasi / asistensi (%); 7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi (intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan (%); 8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit Pejabat Fungsional Auditor (%). 9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam ii
KEGIATAN :
Output :
PENGAWASAN DAN
Terlaksananya pengawasan dan
PENINGKATAN
peningkatan akuntabilitas aparatur
AKUNTABILITAS
BPN RI di Wilayah II
APARATUR BPN RI WILAYAH II
upaya perbaikan pelayanan publik (%) 1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
IRWIL II
Kasus (Obrik); 2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa, Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%); 3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan / Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan 4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil Pemeriksaan (%);
F.1-22
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
1
2
3
INDIKATOR 4 5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang pemeriksaan / pengawasan (%); 6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
TARGET 2010
PELAKSANA
2014
5
6
7
20
100
20
100
20
100
20
100
20
100
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya / sosialisasi / asistensi (%); 7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi (intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan (%); 8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit Pejabat Fungsional Auditor (%). 9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam upaya perbaikan pelayanan publik (%) iii KEGIATAN :
Output :
IRWIL III
PENGAWASAN DAN
Terlaksananya pengawasan dan
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
33
177
PENINGKATAN
peningkatan akuntabilitas aparatur
AKUNTABILITAS
BPN RI di Wilayah III
Kasus (Obrik); 2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
20
100
20
100
20
100
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
20
100
pemeriksaan / pengawasan (%); 6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
20
100
20
100
APARATUR BPN RI WILAYAH III
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa, Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%); 3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan / Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan Ekstern (%); 4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil Pemeriksaan (%);
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya / sosialisasi / asistensi (%); 7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi (intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan (%);
F.1-23
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
1
2
3
4 8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit
TARGET 2010
PELAKSANA
2014
5
6
7
20
100
20
100
Pejabat Fungsional Auditor (%). 9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam iv KEGIATAN : PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BPN RI WILAYAH IV
Output :
upaya perbaikan pelayanan publik (%)
IRWIL IV
Terlaksananya pengawasan dan
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
33
177
peningkatan akuntabilitas aparatur
Kasus (Obrik); 2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
20
100
20
100
20
100
20
100
20
100
20
100
20
100
20
100
BPN RI di Wilayah IV
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa, Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%); 3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan / Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan Ekstern (%); 4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil Pemeriksaan (%); 5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang pemeriksaan / pengawasan (%); 6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat mandiri/ seminar / workshop / lokakarya / sosialisasi / asistensi (%); 7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi (intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan (%); 8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit Pejabat Fungsional Auditor (%). 9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam upaya perbaikan pelayanan publik (%)
F.1-24
NO
PROGRAM/ KEGIATAN
1 v
2 KEGIATAN :
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
3 Output :
4
TARGET 2010
2014
5
6
PELAKSANA 7 IRWIL V
PENGAWASAN DAN
Terlaksananya pengawasan dan
1 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja dan
33
177
PENINGKATAN
peningkatan akuntabilitas aparatur
AKUNTABILITAS
BPN RI di Wilayah V
Kasus (Obrik); 2 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Review Laporan
20
100
20
100
20
100
5 Rata-rata Jumlah kebijakan teknis bidang
20
100
pemeriksaan / pengawasan (%); 6 Rata-rata Jumlah auditor sebagai peserta diklat
20
100
20
100
20
100
20
100
APARATUR BPN RI WILAYAH V
Keuangan, Evaluasi SPI Pengadaan Barang dan Jasa, Program Kerja DIPA/Renstra dan LAKIP (%); 3 Rata-rata Jumlah Laporan Pemantauan / Pemutakhiran Hasil Pemeriksaan Intern dan Ekstern (%); 4 Rata-rata Jumlah Laporan Pengolahan Hasil Pemeriksaan (%);
mandiri/ seminar / workshop / lokakarya / sosialisasi / asistensi (%); 7 Rata-rata Jumlah Laporan pembinaan / Asistensi (intern dan ekstern) / Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan (%); 8 Rata-rata Jumlah Laporan Penilaian Angka Kredit Pejabat Fungsional Auditor (%). 9 Rata-rata Jumlah Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Intensitas Pengawasan dalam upaya perbaikan pelayanan publik (%)
F.1-25