LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017
LAPORAN TRIWULANAN
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA
TRIWULAN IV-2012
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017
VISI BANK INDONESIA “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”
TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)
1. 2. 3.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Mengatur dan mengawasi bank.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Unit Kajian, Statistik, dan Survey Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah. Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang. Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, Februari 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA
Budiyono Kepala Perwakilan
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
i ii iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
vi
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 Gambaran Umum 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
1 1 2 14
BOKS 1
KETIMPANGAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI MALUKU UTARA: ANALISA TIPOLOGI KLASSEN, INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON DAN SIGMA CONVERGENCE
25
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1 Gambaran Umum 2.2 Inflasi Tahunan 2.3 Inflasi Triwulanan 2.4 Inflasi Bulanan
31 31 32 36 38
BAB III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1 Gambaran Umum 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum 3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum 3.4 Penyaluran Kredit 3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 3.6 Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 3.7 Perkembangan Bank Syariah
42 42 42 44 45 47 48 48
BAB IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 Gambaran Umum 4.2 Pendapatan Daerah 4.3 Belanja Daerah 4.4 Defisit dan Pembiayaan
49 49 49 50 52
BAB V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Transaksi Tunai 5.2 Transaksi Non Tunai
53 53 56
BAB VI
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 6.1 Kondisi Umum 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 6.3 Status Pekerjaan Utama
58 58 59 60
BAB VII
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
61 ii
7.1 7.2 7.3
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi Daerah Prospek Perbankan
61 62 63
iii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI MALUKU UTARA I.
Makro Ekonomi
INDIKATOR
Tw. 1
TAHUN 2012 Tw.2 Tw.3
Tw.4
MAKRO Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
133,20 4,54
134,73 4,30
135,68 3,87
136,87 3,29
PDRB - harga konstan (Juta Rp) - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan & Komunikasi - Keuangan, Persewaaan & Jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %)
837,07 279,75 33,79 97,13 3,98 16,33 241,55 67,71 30,88 65,95 7,29%
851,22 284,53 31,92 98,30 4,05 17,03 246,61 69,06 31,45 68,28 7,29%
874,47 287,77 32,87 99,38 4,15 17,56 259,41 71,04 32,29 70,02 6,33%
882,71 287,74 33,86 98,21 4,23 17,78 265,32 72,03 32,32 71,22 5,81%
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
136,04 2880,74 9,82 3,10
98,32 2049,09 2,63 2,14
121,59 2602,61 0 0
113,21 2837,42 0,01 0,00
iv
II.
Perbankan
INDIKATOR PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp milyar) DPK (Rp milyar) - Tabungan - Giro - Deposito Kredit (Rp milyar) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi LDR Kredit UMKM (Rp milyar) Kredit Mikro (Rp milyar) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit Kecil (Rp milyar) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit Menengah (Rp milyar) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Total Kredit MKM (Rp milyar) NPL MKM gross (%)
Tw. 1
5.072,35 4.313,00 2.021,02 1.521,24 770,74 3.299,83 1.119,04 1.880,50 300,28 76,51%
TAHUN 2012 Tw.2 Tw.3
5.087,49 4.352,70 2.222,78 1.294,04 751,45 3.380,16 1.347,64 1.702,69 329,83 81,61%
5.477,92 4.461,72 2.351,96 1.323,81 785,95 3.708,30 1.164,32 2.196,47 347,51 83,11%
Tw.4
5.791,38 4.424,58 2.737,29 865,03 822,26 3.864,23 1.169,31 2.334,80 360,13 87,34%
254,10 405,79 222,32 224,39 214,80 363,65 175,05 180,25 39,33 42,15 47,27 44,14 779,00 810,30 761,40 805,70 589,35 614,76 575,70 613,33 8,05 0,14 181,59 195,40 185,70 192,37 242,60 299,90 273,13 260,39 204,20 242,16 217,98 191,21 38,37 57,73 55,15 69,18 1.275,70 1.515,99 1.256,85 1.290,48 3,42% 3,32% 4,13% 3,78%
Keterangan: Definisi UMKM mengikuti skala usaha berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM
v
Ringkasan Eksekutif GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi Malut sebesar 5,81% (yoy)…
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar Rp882,71 milyar rupiah, tumbuh 5,81% (yoy) dibandingkan
periode
yang
sama
tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang tercatat sebesar 6,11% (yoy). Jika dibandingkan triwulan III-2012 pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan
adalah
0,94%
(qtq),
melambat
dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,73% (qtq). Sementara itu secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2012 adalah 6,66%, lebih tinggi dari nasional yang tumbuh 6,23%. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,41%. Tingkat inflasi Malut sebesar 3,29% (yoy)…
Tingkat inflasi di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan IV-2012 turun dibandingkan tahun sebelumnya. Secara tahunan inflasi yang terjadi adalah 3,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan kondisi periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,52% (yoy). Jika dibandingkan terhadap nasional, laju inflasi tahunan Kota Ternate lebih rendah, dimana inflasi nasional pada periode triwulan IV-2012 tercatat sebesar 4,30% (yoy).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pertumbuhan terutama digerakan oleh konsumsi…
Dari
sisi
permintaan
(penggunaan),
pertumbuhan
ekonomi yang terjadi terutama digerakan oleh kegiatan konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah, sedangkan ekspor
Ringkasan Eksekutif
masih
tumbuh
positif
meskipun
melambat
vi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan terutama disumbang oleh sektor PHR dan sektor pertanian. Faktor utama penggerak perekonomian pada triwulan laporan adalah dampak musiman kegiatan akhir tahun, pelaksanaan haji ditambah dengan realisasi APBD yang memasuki masa akhir anggaran. Struktur
perekonomian
Maluku
Utara
dari
sisi
permintaan (penggunaan) pada triwulan IV-2012 masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dengan pangsa 69%. Konsumsi pemerintah juga memiliki peran yang besar dengan pangsa sebesar 32%. Sementara itu kegiatan pembentukan modal tetap bruto/investasi (PMTB) memiliki pangsa 10%. Ekspor memiliki pangsa sebesar 25%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB masing-masing memiliki pangsa sebesar 26% dan 11%. PMTB tercatat memiliki pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 13,03% (yoy) yang terutama dipicu oleh realisasi proyek
pembangunan
infrastruktur
pada
beberapa
kabupaten/kota. Namun karena pangsanya yang relatif kecil, maka PMTB hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah terhadap pertumbuhan, yaitu hanya 0,75%. Impor juga tercatat memiliki pertumbuhan yang tinggi hingga mencapai 10,13%
(yoy)
pertumbuhan
dan
memberikan
sebesar
1,84%.
kontribusi Konsumsi
terhadap masyarakat
memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan yaitu mencapai 4,74% dengan angka pertumbuhan sebesar 8,32% (yoy). Struktur perekonomian Maluku Utara pada triwulan laporan masih didominasi oleh sektor pertanian dengan pangsa 34%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa 26%, dan sektor industri pengolahan sebesar 12%. Sektor pertambangan dan penggalian yang diharapkan dapat menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 5%.
Ringkasan Eksekutif
vii
Selain
sektor
industri
pengolahan,
seluruh
sektor
perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 menunjukan
kinerja
positif.
Sektor
yang
memberikan
kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yaitu sebesar 3,14%. Sektor ini juga tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya, diikuti oleh sektor bangunan.
INFLASI REGIONAL Pergerakan inflasi terutama dipengaruhi kelompok bahan makanan…
Pada triwulan IV-2012, inflasi Kota Ternate tercatat sebesar 3,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,52%. Kondisi ini terutama disebabkan karena melambatnya laju inflasi kelompok bahan makanan dari 3,38% pada triwulan IV-2011 menjadi 1,11% pada triwulan IV-2012. Dibandingkan tiga bulan sebelumnya, inflasi Kota Ternate pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 0,88% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,71% (qtq). Kondisi ini terutama disebabkan oleh terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan. Seluruh kelompok mengalami inflasi, kecuali kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada
Perbankan tumbuh positif …
triwulan IV-2012 masih menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Aset perbankan Prov. Maluku Utara juga mengalami kenaikan yang diiringi oleh kenaikan penghimpunan dana pihak ketiga dari
masyarakat.
Seiring
dengan
peningkatan
DPK,
penyaluran kredit juga mengalami peningkatan bahkan pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK yang mengakibatkan angka LDR mengalami kenaikan.
Ringkasan Eksekutif
viii
Namun demikian, penyaluran kredit masih terbatas pada sektor-sektor tertentu (perdagangan) dan belum menjangkau secara maksimal sektor-sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara
seperti
sektor
pertanian
termasuk
didalamnya
subsektor perikanan. Peningkatan penyaluran kredit juga mengakibatkan angka NPL’s (non performing loans) bank sedikit mengalami peningkatan walaupun masih berada didalam batas aman yang ditetapkan.
SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan sistem pembayaran meningkat…
Pada akhir tahun 2012, transaksi tunai dan tunai di Maluku Utara mengalami kenaikan. Dari transaksi tunai, terlihat dari naiknya transaksi masyarakat melalui kliring dan RTGS. Sementara dari transaksi tunai terindikasi melalui posisi kas Bank Indonesia yang mengalami netoutflow. Seiring dengan peningkatan kegiatan transaksi, penemuan uang palsu dan rasio cek dan bilyet giro yang ditolak juga mengalami kenaikan walaupun pertumbuhannya relatif lebih rendah
dibandingkan
pertumbuhan
transaksi.
Hal
ini
tentunya dapat menjadi indikator bahwa masyarakat telah semakin memahami bagaimana bertransaksi dalam sistem pembayaran Indonesia.
TENAGA KERJA Pada Agustus 2012, jumlah penduduk Maluku Utara Tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,76%...
yang berusia 15 tahun keatas sebanyak 702,53 ribu jiwa, meningkat 2,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 466,11 ribu jiwa termasuk kedalam angkatan kerja, sedangkan sisanya sebanyak 236,42 ribu jiwa tidak termasuk kedalam angkatan kerja. Selama setahun terakhir, jumlah angkatan kerja meningkat 0,54%, sedangkan penduduk bukan angkatan kerja meningkat 5,70%. Dari seluruh angkatan kerja yang ada, sebanyak 443,95
Ringkasan Eksekutif
ribu
jiwa
telah
bekerja,
sehingga
jumlah
ix
pengangguran sebesar 22,16 ribu jiwa. Dengan demikian tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Maluku Utara mencapai
66,35%,
sedangkan
tingkat
pengangguran
terbuka (TPT) adalah 4,76%.
Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 diperkirakan 6,00% ± 1% (y-o-y)…
PROSPEK EKONOMI REGIONAL Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan I-2013 pertumbuhan ekonomi Maluku Utara diperkirakan berkisar pada angka 6,00% ± 1% (y-o-y), atau meningkat 0,4% (qtq) jika dihitung secara triwulanan. Sementara itu inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 3,42% ± 1% (y-o-y). Kenaikan TDL akan menjadi salah satu faktor pendorong inflasi, disamping kenaikan harga komoditas ikan yang masih berpotensi terjadi karena belum stabilnya cuaca. Sejalan dengan kondisi ekonomi Maluku Utara yang diperkirakan meningkat, kondisi sektor
perbankan
diperkirakan
tumbuh
positif.
Aset
perbankan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 21% (y-o-y), kemudian DPK diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 18% (y-o-y), sedangkan kredit diperkirakan masih akan mencatatkan pertumbuhan tinggi yaitu sebesar 23% (y-o-y).
Ringkasan Eksekutif
x
BAB I: Perkembangan Ekonomi Makro 1.1
Gambaran Umum
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar Rp882,71 milyar rupiah, tumbuh 5,81% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan
nasional
yang
tercatat
sebesar
6,11%
(yoy).
Pertumbuhan ekonomi Malut Tw-IV 2012 lebih rendah dari nasional…
Jika
dibandingkan triwulan III-2012 pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan adalah 0,94% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,73% (qtq). Sementara itu secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2012 adalah 6,66%, lebih tinggi dari nasional yang tumbuh 6,23%. Pertumbuhan ini juga lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,41%.
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1.000
PDRB
10%
g_yoy
900
9%
800
8%
700
7%
600
6%
500
5%
400
4%
300
3%
200
2%
100
1%
‐
0% I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Dari sisi permintaan (penggunaan), pertumbuhan ekonomi yang terjadi terutama digerakan oleh kegiatan konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah, sedangkan ekspor masih tumbuh positif
Pertumbuhan digerakan konsumsi, ditopang sektor PHR…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
2
meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan terutama disumbang oleh sektor PHR dan sektor pertanian. Faktor utama penggerak perekonomian pada triwulan laporan adalah dampak musiman kegiatan akhir tahun, pelaksanaan haji ditambah dengan realisasi APBD yang memasuki masa akhir anggaran.
1.2
Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Struktur
perekonomian
Maluku
Utara
dari
sisi
permintaan
(penggunaan) pada triwulan IV-2012 masih didominasi oleh konsumsi masyarakat dengan pangsa 69%. Konsumsi pemerintah
Pangsa konsumsi dalam perekonomian 69%...
juga memiliki peran yang besar dengan pangsa sebesar 32%. Sementara itu kegiatan pembentukan modal tetap bruto/investasi (PMTB) memiliki pangsa 10%. Ekspor memiliki pangsa sebesar 25%, kemudian impor dan perubahan stok yang menjadi komponen pengurang PDRB masing-masing memiliki pangsa sebesar 26% dan 11%.
Grafik 1.2 Struktur PDRB Sisi Penggunaan Dikurangi Impor Barang dan Jasa; 26% Konsumsi Masyarakat; 69%
Ekspor Barang dan Jasa; 25%
Konsumsi Pemerintah; 32%
Perubahan Stok; ‐11%
Pembentukan Modal Tetap Bruto; 10%
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
PMTB tercatat memiliki pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 13,03%
(yoy)
yang
terutama
dipicu
oleh
realisasi
proyek
pembangunan infrastruktur pada beberapa kabupaten/kota. Namun karena pangsanya yang relatif kecil, maka PMTB hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah terhadap pertumbuhan, yaitu hanya
PMTB tumbuh paling tinggi…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
3
0,75%. Impor juga tercatat memiliki pertumbuhan yang tinggi hingga mencapai 10,13% (yoy) dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 1,84%. Konsumsi masyarakat memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan yaitu mencapai 4,74% dengan angka pertumbuhan sebesar 8,32% (yoy).
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya Komponen Pertumbuhan Kontribusi Kons. Masyarakat 8,32% 4,74% Kons. Pemerintah 9,47% 2,02% PMTB 13,03% 0,75% Ekspor 1,89% 0,15% Dikurangi Impor 10,13% 1,84% PDRB 5,81% 5,81% Sumber: BPS Prov Malut, diolah
A. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih terjaga pada tingkat yang baik, dan cenderung meningkat dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya.
Konsumsi
masyarakat yang terdiri atas konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta tumbuh 8,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,03% (yoy). Beberapa faktor yang memicu pertumbuhan konsumsi adalah faktor musiman kegiatan akhir tahun seperti natal dan tahun baru, serta pelaksanaan haji.
Secara triwulanan, pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan IV-2012 lebih lambat dari triwulan III-2012. Jika pada triwulan III2012 pertumbuhan konsumsi sebesar 3,88% (qtq), maka pada triwulan IV-2012 pertumbuhannya adalah 1,91% (qtq). Trend konsumsi masyarakat pasca puasa dan Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III memang cenderung menurun, karena tingkat konsumsi masyarakat
kembali
normal,
dan
mengakibatkan
tingkat
pertumbuhan konsumsi pada triwulan IV menjadi lebih rendah,
Pertumbuhan konsumsi meningkat…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
4
meskipun terdapat beberapa faktor yang membantu peningkatan konsumsi.
Grafik 1.3 Perkembangan PDRB Riil Sektor Konsumsi Kons. Msy. (Milyar)
800
g_yoy
10% 9%
700
8%
600
7%
500
6%
400
5%
300
4% 3%
200
2%
100
1% 0%
‐ I
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Melambatnya kinerja konsumsi juga tercermin dari perkembangan angka indeks tendensi konsumen (ITK) yang mengalami penurunan. Meskipun ITK masih berada diatas 100, namun angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 111,7 ataupun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 106,6.
Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen 114 111,7
112
110,4
110
108,6
108
106,6 105,3
106 104
107,18 104,62
102,4
102 100 98 96 I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
IV
Indeks tendensi konsumen menurun…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
Grafik 1.4 Indeks Pendapatan Rumah Tangga
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi
111,15
112
110,1
Konsumsi
2.500
109,7
110
g_yoy
45% 40%
108 106
5
2.000
105,8
30%
1.500
103,8
103,6
104
35%
105,0
25%
102,17
20%
1.000
102 100
15% 10%
500
98
5% 0
96 I
II
III
IV
2011
I
II
III
II
III
IV
I
2011
2012
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
0% I
IV
II
III
IV
2012
Sumber: DSM
Melambatnya konsumsi masyarakat juga dipicu oleh penurunan tingkat pendapatan rumah tangga. Indeks pendapatan rumah tangga pada triwulan laporan tercatat sebesar 102,17 atau lebih
Indeks pendapatan rumah tangga menurun…
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 111,15 maupun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 103,8. Akan tetapi disisi lain, konsumsi masyarakat masih didukung oleh kredit perbankan, dimana tercatat kredit konsumsi meningkat 29,89% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,40% (yoy), meskipun masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 40,07% (yoy Sementara itu angka nilai tukar petani (NTP) yang menggambarkan 1
daya beli petani di wilayah pedesaan, pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 101,26 atau turun -0,33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun meningkat 1,01% (qtq) jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa pengeluaran konsumsi masih digerakan oleh masyarakat
di
perkotaan,
dibandingkan
pedesaan.
1
Menggunakan angka rata-rata bulanan
dengan
masyarakat
Nilai tukar petani menurun…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
6
Grafik 1.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani 102
4%
NTP
101
3%
g_yoy
2%
100
1% 99 0% 98
‐1%
97
‐2%
96
‐3% I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Melambatnya tingkat konsumsi masyarakat didukung pula oleh penurunan pasokan kebutuhan masyarakat, yang terlihat dari 2
aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate , pada hampir seluruh komoditas bahan pokok.
Grafik 1.8 Volume Bongkar Komoditas Minuman Ringan (Ton/M3)
Grafik 1.7 Volume Bongkar Komoditas Bahan Makanan (Ton/M3) 3.000
volume
100%
6.000
80%
5.000
60%
4.000
40%
3.000
20%
2.000
0%
1.000
volume
g_yoy
2.500
500% 400%
2.000 1.500 1.000
I
II
500
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
300% 200% 100% 0% ‐100%
0
‐20%
‐200% I
2012
II
III
IV
I
2010
III
IV
I
II
III
IV
2011
2012
‐60%
Grafik 1.9 Volume Bongkar Beras Non Dolog (Ton/M3) 30.000
volume
g_yoy
25.000 20.000
1.600
4000%
1.400
3500%
1.200
3000%
1.000
2000% 1500%
10.000
1000% 500%
5.000
Grafik 1.10 Volume Bongkar Ikan Beku/ Daging Beku (Ton/M3)
4500%
2500% 15.000
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
volume
1800% 1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% ‐200%
g_yoy
800 600 400 200
0%
2
II
‐40%
0
0
600%
g_yoy
‐500%
2012
Sumber: Pelindo (Data Simoppel, diolah)
0 I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
Volume bongkar komoditas bahan pokok di pelabuhan menurun…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
Grafik 1.11 Volume Bongkar Telur (Ton/M3) 200%
1.600
volume
1.400
g_yoy 150%
1.200 100%
1.000 800
50%
600
0%
400 ‐50%
200 0
‐100% I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
7
Grafik 1.12 Volume Bongkar Bawang(Ton/M3) 5.000
1800%
volume
4.500
1600%
g_yoy
1400%
4.000
1200%
3.500 3.000
1000%
2.500
800%
2.000
600%
1.500
400% 200%
1.000
0%
500 0
I
II
III
2010
2012
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
‐200%
2012
B. Investasi (PMTB) Pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV-2012 masih terjaga pada tingkat yang cukup tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan III-2012 pertumbuhannya sebesar 13,20% (yoy), maka pada triwulan IV-2012 pertumbuhanya adalah 13,03% (yoy). Kegiatan investasi pada triwulan laporan banyak digerakan oleh pembangunan infrastruktur khususnya di Morotai seperti pembangunan jalan lingkar Morotai sepanjang 180 Km, serta di Kabupaten Halmahera Tengah. Beberapa kegiatan investasi lainnya yaitu pengembangan pabrik ikan asin di kawasan Koloray, Morotai
Selatan,
Kabupaten
Pulau
Morotai;
pembangunan
pelabuhan di Batang Dua dan Moti, Kota Ternate; perbaikan jalan trans Pulau Taliabu dari Bobong sampai Sahu di Kabupaten Pulau Taliabu, menyusul pembangunan Bandara Sahu; dan kelanjutan pembangunan Tidore Trade Center (TTC) di Kota Tidore Kepulauan yang terletak di Pasar Sarimalaha Tidore, dengan anggaran sebesar Rp58 miliar dan direncanakan rampung pada tahun 2014, yang tahapannya sudah dimulai sejak 2012.
Kegiatan investasi terutama didorong pembangunan infrastruktur…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
8
Grafik 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor PMTB PMTB (Milyar)
80
g_yoy
16%
70
14%
60
12% 10%
50
8%
40
6%
30
4%
20
2%
10
0% ‐2%
‐ I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Terjadinya perlambatan pertumbuhan investasi juga tercermin diantaranya dari perkembangan kredit investasi yang ikut melambat, walaupun masih berada dalam kisaran pertumbuhan yang cukup baik. Jika pada triwulan sebelumnya pertumbuhan kredit investasi mencapai
44,97%
(yoy),
maka
pada
triwulan
laporan
pertumbuhannya sebesar 26,46% dengan nilai mencapai Rp360,13 milyar. Jika dilihat dari input bahan baku, pada triwulan laporan belum terdapat penambahan impor barang modal. Disisi lain terjadi peningkatan realisasi pengadaan semen hingga 48% (yoy) atau dengan nilai pengadaan sebanyak 51.273 ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14% (yoy) yang mengindikasikan berjalannya investasi fisik.
Grafik 1.14 Perkembangan Kredit Investasi
Grafik 1.15 Impor Barang Modal 5000%
30.000.000 Investasi
400
g_yoy
80%
350
70%
300
60%
250
50%
200
40%
150
30%
100
20%
50
10%
0
0% I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
Nilai ($US)
g_yoy
25.000.000
4000%
20.000.000
3000%
15.000.000
2000%
10.000.000
1000% 0%
5.000.000
‐1000%
0 I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
Realisasi pengadaan semen meningkat…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
9
Grafik 1.16 Konsumsi Semen 70.000
140%
Konsumsi (Ton)
60.000
120%
g_yoy
100% 50.000
80%
40.000
60%
30.000
40% 20%
20.000
0% 10.000 ‐
I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
‐20% ‐40%
2012
Sumber: ASI
C. Pengeluaran Pemerintah Kinerja pengeluaran pemerintah pada triwulan IV-2012 tumbuh 9,47% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 10,95% (yoy).
Secara triwulanan,
pertumbuhan konsumsi pemerintah adalah 1,92% (qtq), dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 7,05% (qtq). Grafik 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengeluaran Pemerintah 300
Kons. Pem. (Milyar)
16%
g_yoy
14%
250
12% 200
10% 8%
150
6%
100
4% 50
2% 0%
‐ I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Kinerja positif belanja pemerintah tergambar dari perkembangan saldo giro pemerintah daerah di perbankan, baik itu pemerintah provinsi, kota, maupun kabupaten. Pada triwulan IV-2012 jumlah saldo
giro
pemerintah
daerah
pada
perbankan
mengalami
penurunan sebesar 77,29 (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau turun sebesar 50,78% (yoy) dibandingkan periode yang sama
Pertumbuhan pengeluaran pemerintah melambat…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
10
tahun sebelumnya. Semakin rendah saldo giro yang dimiliki menandakan bahwa semakin tinggi pengeluaran belanja pemerintah daerah.
Grafik 1.18 Perkembangan Giro PEMDA di Maluku Utara 700
200%
Nominal
600
150%
g_yoy
500
100%
400 50% 300 0%
200
‐50%
100
‐100%
0 I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
D. Kegiatan Ekspor dan Impor Melambatnya kinerja ekspor dan meningkatnya kinerja impor mengakibatkan keseimbangan perdagangan Maluku Utara masih berada pada posisi net import karena nilai impor lebih besar dari ekspor. Sejak beberapa tahun terakhir ekspor bersih memang terus menunjukan tendensi penurunan, dan sejak triwulan III-2012 telah terjadi kondisi net import.
Grafik 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Ekspor 235
Ekspor (Milyar)
15%
g_yoy
10%
230
5% 225
0%
220
‐5%
215
‐10% ‐15%
210
‐20% 205
‐25% ‐30%
200 I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
I
2011
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
II
III
2012
IV
Maluku Utara mengalami net import…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
11
Perkembangan ekspor pada triwulan laporan menunjukan kinerja positif, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan sebesar 1,89% (yoy),
Ekspor tumbuh namun melambat…
dimana pertumbuhan triwulan sebelumnya adalah 2,51% (yoy). Masih positifnya kinerja ekspor tercermin dari aktivitas ekspor luar negeri, dimana sepanjang periode Januari-November 2012 volume ekspor mencapai 10,37 juta ton atau tumbuh 7,69% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor luar negeri memiliki pangsa 58%, sedangkan 42% adalah ekspor antar daerah.
Grafik 1.20 Ekspor Luar Negeri Maluku Utara Volume Ekspor 3.500
Nilai Ekspor 250%
Volume Ekspor (Ribu Ton) g_yoy
3.000
200%
180
350%
Nilai Ekspor (Juta $US)
160
300%
g_yoy
140
250%
120
200%
100
150%
2.500
150%
2.000
100%
1.500
50%
80
100%
1.000
0%
60
50%
500
‐50%
0
‐100% I
II
III
2009
IV
I
II
III
IV
I
2010
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
40
0%
20
‐50%
0
‐100% I
II
III
IV
2009
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber: DSM *Data triwulan IV-2012 hingga posisi November
Jika dilihat berdasarkan nilainya, ekspor Maluku Utara yang didominasi oleh bijih nikel mengalami penurunan, yang disebabkan karena pergerakan harga nikel internasional yang cenderung turun. Rata-rata harga nikel internasional pada triwulan laporan adalah USD16.983,17/MT, turun 7,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan harga nikel internasional pengaruhi ekspor Malut…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
12
Grafik 1.21 Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Maluku Utara Bijih Nikel 180
Kopra
Ekspor Bijih Nikel (Juta $US)
160
g_yoy
350%
8.000
300%
7.000
140
250%
120
200%
100
150%
80
100%
60
50%
40
0%
20
‐50%
0
‐100% I
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
2010
I
II
III
IV
I
II
2011
III
1000%
Ekspor Kopra (Ribu $US) g_yoy
800%
6.000 600%
5.000 4.000
400%
3.000
200%
2.000 0%
1.000 0
‐200% I
IV
II
III
IV
I
2009
2012
II
III
IV
2010
I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
2012
Sumber: DSM *Data triwulan IV-2012 hingga posisi November
Turunnya harga nikel global tidak hanya dipengaruhi dari sisi permintaan, tetapi juga dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan turunnya harga nikel disebabkan karena turunnya permintaan, sebagai dampak dari krisis hutang di Eropa, lambatnya pemulihan ekonomi Amerika, dan melambatnya pertumbuhan industri di China. Dari sisi penawaran, harga nikel turun karena terjadinya peningkatan produksi global yang didorong oleh proyek pertambangan di Kaledonia Baru, Finlandia, serta pengembangan proyek di Australia dan Afrika.
Grafik 1.22 Perkembangan Harga Nikel Internasional 30.000
100%
Harga (USD/MT) g_yoy
25.000
80% 60%
20.000
40% 15.000 20% 10.000
0%
5.000
‐20%
0
‐40% I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
Sumber: Bloomberg
IV
I
II
III
2012
IV
Penurunan harga nikel internasional dipengaruhi permintaan dan penawaran global…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
13
Sementara itu aktivitas ekspor antar daerah, yang diantaranya digambarkan oleh aktivitas muat barang di pelabuhan masih menunjukan pertumbuhan yang tinggi. Tercatat total volume muat barang
melalui
Pelabuhan
Ahmad
Yani
Ternate
Volume muat barang di pelabuhan meningkat …
adalah
3
25.227ton/m , meningkat 453,95% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 1.23 3 Volume Muat Barang Pelabuhan Ahmad Yani (Ton/M ) 30.000
700%
Volume Muat
600%
g_yoy 25.000
500% 20.000
400% 300%
15.000 200% 100%
10.000
0% ‐100% ‐200%
I
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
IV
5.000 ‐
Sumber: Pelindo
Pertumbuhan impor pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 10,13% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,29% (yoy). Pertumbuhan ini didukung oleh kinerja impor luar negeri maupun impor dalam negeri yang sama-sama meningkat. Namun porsi impor dalam negeri masih memiliki kontribusi yang tinggi, yaitu dengan pangsa mencapai 98%.
Pertumbuhan impor meningkat …
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
14
Grafik 1.23 Perkembangan PDRB Riil Sektor Impor 250
Impor (Milyar)
20%
g_yoy
18%
200
16% 14%
150
12%
100
8%
10% 6% 50
4% 2%
‐
0% I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Impor antar daerah yang diindikasikan oleh perkembangan bongkar barang di pelabuhan masih menunjukan pertumbuhan yang tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat
Volume bongkar barang di pelabuhan melambat …
volume bongkar barang di Pelabuhan Ahmad Yani sebanyak 3
424.589ton/m , meningkat 273,10% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 1.24 Volume Bongkar Barang Pelabuhan Ahmad Yani 350%
volume
450.000
g_yoy
300%
400.000
250%
350.000 300.000
200%
250.000
150%
200.000
100%
150.000
50%
100.000
0%
50.000
‐50%
I
II
III
IV
2010
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
0
2012
Sumber: Pelindo
1.3
Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran
Struktur perekonomian Maluku Utara pada triwulan laporan masih didominasi oleh sektor pertanian dengan pangsa 34%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa 26%, dan sektor industri pengolahan sebesar 12%. Sektor pertambangan dan
Sektor pertanian dominasi pangsa PDRB…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
15
penggalian yang diharapkan dapat menjadi sektor unggulan lainnya memiliki pangsa sebesar 5%.
Grafik 1.25 Struktur PDRB Sisi Lapangan Usaha Keuangan, Persewaan, & Js. Prsh. 4% Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan, 8% Hotel & Restoran 26%
Bangunan 3%
Jasa‐Jasa 7%
Pertanian 34%
Industri Pengolahan 12%
Pertambangan & Penggalian 5%
Listrik, Gas & Air Bersih 1%
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Selain sektor industri pengolahan, seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 menunjukan kinerja positif. Sektor
yang
pertumbuhan
memberikan ekonomi
kontribusi
pada
periode
paling laporan
besar
terhadap
adalah
sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yaitu sebesar 3,14%. Sektor ini juga tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya, diikuti oleh sektor bangunan.
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya Sektor Ekonomi Pertumbuhan Kontribusi Pertanian 3,61% 1,20% Pertambangan & Penggalian 1,13% 0,05% Industri Pengolahan -0,01% 0,00% Listrik, Gas & Air Bersih 6,98% 0,03% Bangunan 10,53% 0,20% Perdagangan, Hotel & Restoran 10,95% 3,14% Pengangkutan & Komunikasi 7,22% 0,58% Keuangan, Persewaan & Js. Prsh. 5,02% 0,19% Jasa-jasa 5,27% 0,43% PDRB 5,81% 5,81% Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Seluruh sektor ekonomi tumbuh positif, kecuali industri pengolahan…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
16
A. Pertanian Sektor
pertanian
tumbuh
3,61%
(yoy)
sedikit
melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,81% (yoy). Pertumbuhan terutama didorong oleh subsektor tanaman perkebunan dengan andil sebesar 1,19% dan tercatat mengalami pertumbuhan 6,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
Sektor pertanian melambat terutama dipicu kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan...
triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,23% (yoy). Produksi tanaman perkebunan terutama didorong oleh panen kelapa yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Sula dan Kabupaten Halmahera Timur.
Sub kelompok tanaman bahan makanan tumbuh 0,38% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,02% (yoy). Peningkatan kinerja sub kelompok ini terutama didorong oleh peningkatan produksi jagung dan komoditas kacang-kacangan, ditengah menurunnya produksi padi.
Grafik 1.26 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 8%
Pertanian (Milyar Rp)
280
g_yoy
7%
270
6%
260
5%
250
4%
240
3%
230
2%
220
1%
210
0%
200 I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Produksi padi pada triwulan IV-2012 diperkirakan mengalami penurunan. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) II tahun 2012, produksi padi sepanjang periode September-Desember 2012 akan turun 26,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian secara total pada tahun 2012 akan terjadi
Produksi padi menurun…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
17
kenaikan produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 8,53% dibandingkan
tahun
sebelumnya
yang
disebabkan
karena
meningkatnya luas panen dan produktivitas. Secara khusus kenaikan produksi terjadi pada periode Januari-April.
Sementara itu produksi jagung pada triwulan IV-2012 diperkirakan meningkat. Secara total produksi jagung pipilan kering pada tahun 2012
diperkirakan
meningkat
5,97%
dibandingkan
Produksi jagung menurun…
tahun
sebelumnya, yang disebabkan karena meningkatnya produktivitas, meskipun dilain pihak diperkirakan terjadi penurunan lahan. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi pada periode SeptemberDesember yaitu sebesar 33,80% dibandingkan tahun sebelumnya.
Produksi kacang kedelai pada triwulan IV-2012 juga diperkirakan meningkat. Pada periode September-Desember diperkirakan terjadi peningkatan
produksi
sebesar
18,54%
dibandingkan
Produksi kedelai menurun…
tahun
sebelumnya, sedangkan secara total pada tahun 2012 diperkirakan terjadi peningkatan produksi kedelai sebesar 12,91%.
Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 4,13% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,22% (yoy). Peningkatan ini dipicu oleh kenaikan
Idul Adha picu peningkatan subsektor peternakan…
permintaan masyarakat pada saat hari raya Idul Adha, dengan sentra produksi utama berada di Kabupaten Halmahera Barat dan Halmahera Utara.
Subsektor kehutanan mengalami kontraksi pertumbuhan hingga mencapai -4,46% (yoy), dimana pada tahun sebelumnya subsektor ini tumbuh 6,55%. Penurunan ini disebabkan karena berkurangnya produksi kayu di Halmahera.
Sementara itu subsektor perikanan masih menunjukan kinerja positif, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat subsektor ini tumbuh 0,19% (yoy), lebih rendah dibandingkan
Cuaca buruk pengaruhi hasil tangkapan ikan…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
18
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,10% (yoy). Kinerja positif subsektor perikanan dikonfirmasi oleh produksi perikanan tangkap di PPN Ternate pada triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 40,41% (yoy), dengan jumlah produksi sebesar 1.623 ton. Walaupun secara tahunan tumbuh cukup besar, jika dilihat kinerja penangkapan dibandingkan triwulan sebelumnya mengalami
perlambatan.
Melambatnya
kinerja
subsektor
ini
disebabkan karena tingginya gelombang luat yang mengakibatkan nelayan sulit melaut.
Grafik 1.27 Produksi Ikan Tangkap di PPN Ternate 2.000
1.877
Volume (Ton)
1.800
120 100
60%
80
400%
60
300%
40
200%
20
100%
600% Pertanian (Milyar Rp)
1.623
1.518
1.420
1.400
500%
g_yoy
1.156
1.200 1.000
100% 80%
1.734
g_yoy (%)
1.600
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
967
40%
939
20%
800 600
0%
400 ‐20%
200 ‐
0
I
II
III
IV
I
2011
Sumber: PPN Ternate
II
III
0% I
‐40% IV
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
2012
2012
Sumber: DSM
Melambatnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan juga sejalan dengan melambatnya penyaluran kredit kepada sektor ini, dimana kredit kepada sektor pertanian tercatat sebesar Rp53,89 miliar, atau tumbuh 55,73% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 70,47% (yoy).
B. Perdagangan, Hotel & Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh 10,95% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,57% (yoy). Subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan adalah subsektor perdagangan besar dan eceran dengan andil 3,12% dan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,04% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,68%. Survei
Kinerja sektor PHR meningkat…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
Kegiatan
Dunia
Usaha
(SKDU)
19
yang
dilaksanakan
kepada
supermarket di Kota Ternate juga menemukan bahwa sepanjang triwulan IV-2012 terjadi peningkatan permintaan masyarakat yang terutama dipicu oleh Hari Raya Natal, Tahun Baru, Festival Maitara, maupun pelaksanaan kegiatan akhir tahun lainnya. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan pada sisi konsumsi masyarakat yang juga mengalami peningkatan.
Grafik 1.29 Perkembangan PDRB Riil Sektor PHR Perdagangan, Hotel & Restoran (Milyar Rp) g_yoy
16% 14%
300 250
12% 200
10% 8%
150
6%
100
4% 50
2% 0%
0 I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Subsektor hotel tumbuh 3,53% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,72% (yoy). Senada dengan hal ini, subsektor restoran tumbuh 7,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,76% (yoy).
Meningkatnya kinerja subsektor hotel dikonfirmasi oleh Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terhadap usaha perhotelan, dimana pada
triwulan
IV-2012
terjadi
peningkatan
nilai
penjualan/
pendapatan usaha/ omset yang disebabkan karena meningkatnya permintaan sebagai dampak musiman masa liburan ditambah dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah memasuki masa penutupan anggaran. Namun demikian permintaan ini belum diikuti oleh permintaan terhadap kamar hotel, dimana rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) pada triwulan IV-
Subsektor hotel dan restoran meningkat…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
20
2012 adalah 23,88 atau turun sebesar -21,10% (yoy), namun lebih rendah dari penurunan tahun sebelumnya yang sebesar -25,17% (yoy). Grafik 1.30 Perkembangan TPK Hotel3 TPK
1000
g_yoy
40
10% 33,93
35 30
Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor PHR 5%
30,27 25,41
26,31
28,25 24,89
25
25,39
0% 23,88
‐5%
50%
Perdagangan, Hotel & Restoran (Milyar Rp) g_yoy
900
45%
800
40%
700
35%
600
30%
500
25%
20
‐10%
400
20%
15
‐15%
300
10
‐20%
200
10%
5
‐25%
100
5%
0
‐30%
0
0%
I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
2012
15%
I
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
2012
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Meningkatnya kinerja sektor PHR sejalan dengan perkembangan penyaluran kredit perbankan kepada sektor ini yang juga meningkat. Tercatat kredit sektor PHR sebesar Rp899,74 miliar atau tumbuh 32% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 30% (yoy).
C. Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2012 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,01% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 2,85% (yoy). Subsektor yang memberikan kontribusi
negatif
terhadap
pertumbuhan
adalah
subsektor
makanan, minuman, dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,13%, sedangkan subsektor yang memberikan kontribusi positif adalah subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan kontribusi sebesar 0,13%.
3
Menggunakan rata-rata bulanan
Kinerja sektor industri pengolahan terkontraksi…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
21
Grafik 1.32 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0%
Industri Pengolahan (Milyar Rp)
100
g_yoy
98 96 94 92 90 88 86 I
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Subsektor makanan, minuman, dan tembakau mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar
-3,91%
(yoy),
dimana
pada
triwulan
sebelumnya tumbuh sebesar 4,54% (yoy). Berkurangnya permintaan masyarakat pasca Puasa dan Idul Fitri telah mengakibatkan kinerja sektor ini mengalami penurunan. Secara lebih spesifik, kinerja industri makanan pada triwulan IV-2012 terkontraksi hingga -9,05% (yoy), sedangkan industri minuman terkontraksi sebesar -3,07% (yoy).
Subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya masih menunjukan kinerja positif, meskipun tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat subsektor ini tumbuh 1,56% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 2,16% (yoy). Kinerja industri pengolahan kayu pada triwulan laporan memang lebih baik dibandingkan industri lainnya, dimana industri kayu non furnitur tumbuh 5,16% (yoy), sedangkan industri furnitur tumbuh 5,96% (yoy).
Penurunan permintaan masyarakat picu kontraksi subsektor makanan…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
22
Tabel 1.3 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro & Kecil Provinsi Maluku Utara Tw IV-2012 Pertumbuhan Tw IV2012 (%) qtq yoy
Jenis Industri Industri Makanan
-5,88
-9,05
Industri Minuman
13,30
-3,07
Industri Pakaian Jadi
-5,76
-19,19
14,38
5,16
-5,71
-25,61
Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Industri Barang Galian Bukan Logam
9,62
-7,68
Industri Logam Dasar
-4,37
-14,51
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
-4,07
-15,03
Industri Alat Angkutan Lainnya
4,85
-0,93
Industri Furnitur
-6,72
5,96
Industri Pengolahan Lainnya
-12,80
41,18
Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil
-1,86
-3,25
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
D. Pertambangan & Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian menunjukan kinerja positif meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tumbuh 1,13% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 2,70% (yoy).
Subsektor
penggalian
mengalami
pertumbuhan
tertinggi
dibandingkan subsektor lainnya yaitu sebesar 5,04% (yoy), meskipun lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,94% (yoy). Subsektor ini memberikan andil terhadap pertumbuhan sebesar 0,03%. Subsektor penggalian terutama masih digerakan oleh penambangan bahan galian tipe C seperti pasir. Hal ini terjadi seiring dilaksanakannya pembangunan infrastruktur terutama di Kabupaten Morotai dan daerah-daerah di Pulau
Kinerja sektor pertambangan melambat…
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
Halmahera,
maka
permintaan
terhadap
23
komoditas
ini
juga
meningkat. Subsektor pertambangan tanpa migas tumbuh 0,55% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,92% (yoy). Subsektor ini memberikan andil terhadap pertumbuhan sebesar 0,02%. Pertambangan di Maluku Utara masih didominasi oleh nikel, khususnya operasional yang dijalankan oleh PT Aneka Tambang.
Legalisasi areal pertambangan rakyat seperti di Halmahera Selatan dapat meningkatkan peran sektor pertambangan. Pada tahun 2012 Pemda Halsel melalui Distamben akan melegalkan beberapa lokasi tambang rakyat dalam bentuk penetapan wilayah pertambangan rakyat (WPR). WPR tersebut berada di Desa Palamea dan Doko Kasiruta Barat untuk mineral bukan logam dan batu atau batu bacan dengan luas 100 hektare dan dibagi dalam empat WPR masingmasing 25 hektare. Di kawasan Kubung kecamatan Bacan Selatan, luas areal mineral logam atau emas sebesar 100 hektare serta Desa Jibubu dan desa Awis di Kecamatan Gane Barat Selatan dengan luas 100 hektare untuk mineral logam atau emas. Pada tahun 2012 juga dilakukan revisi WPR yang ada di Desa Anggai kecamatan Obi untuk tambang emas.
Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro
24
Grafik 1.33 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14%
40
Pertambangan & Penggalian (Milyar Rp) g_yoy
12%
35 30
10%
25
8%
20 6%
15
4%
10
2%
5 0
0% I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
Sumber: BPS Prov Malut, diolah
Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian 3,0
7000%
Pertambangan & Penggalian (Milyar Rp)
6000%
g_yoy
2,5
5000% 2,0
4000% 3000%
1,5
2000%
1,0
1000% 0,5
0% ‐1000%
0,0 I
II
III 2011
Disisi
lain
perkembangan
IV
I
II
III
IV
2012
penyaluran
kredit
kepada
sektor
pertambangan pada triwulan laporan juga mengalami perlambatan. Jika pada triwulan III-2012 pertumbuhannya mencapai 24% (yoy), maka pada triwulan IV-2012 pertumbuhannya sebesar 23% (yoy). Penyaluran kredit kepada sektor ini memang masih relatif kecil, yaitu baru mencapai Rp2,43 milyar.
BOKS 1 KETIMPANGAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI MALUKU UTARA: ANALISA TIPOLOGI KLASSEN, INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON DAN SIGMA CONVERGENCE
1
2
Provinsi Maluku Utara memiliki luas wilayah 145.801,10 km dimana 69% adalah berupa wilayah lautan, dan 31% berupa wilayah daratan. Saat ini terdapat sembilan Kabupaten/Kota di Maluku Uatara, dengan daerah terluas adalah Kabupaten Halmahera Selatan dengan luas 2
wilayah 40.263,72 km , sedangkan daerah terkecil adalah Kota Ternate dengan luas total 2
5.795,40 km . Daerah yang memiliki persentase wilayah daratan terbesar adalah Kota Tidore Kepulauan dengan rasio 69%, sedangkan daerah yang memiliki rasio wilayah daratan terkecil adalah Kota Ternate yaitu sebesar 4%. Dengan
perbedaan geografis seperti ini, maka
berpengaruh juga terhadap dinamika perekonomian pada masing-masing daerah.
TIPOLOGI KLASSEN Dengan menggunakan dua indikator ekonomi utama yaitu PDRB perkapita dan tingkat pertumbuhan, dapat dilakukan klasifikasi atau pemetaan daerah berdasarkan tipologi Klassen. Alat analisis tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam tipologi Klassen adalah sebagai berikut: 1.
Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh, yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi .
2.
Daerah Maju Tapi Tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding dengan rata-rata provinsi .
3.
Daerah Cepat Berkembang adalah yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata provinsi .
4.
Daerah Relatif Tertinggal, yaitu adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata provinsi.
1
Ringkasan hasil penelitian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara tahun 2012
25
Diagram 1 Klasifikasi Kabupaten/Kota Menurut Tipologi Klassen Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh
Daerah Berkembang Cepat
Haltim, Ternate
Tidore
Daerah Maju Tetapi Tertekan
Daerah Relatif Tertinggal
Halteng
Halbar, Kepsul, Halsel, Halut
Sumber: Data diolah
INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON Selanjutnya untuk melihat perkembangan ketimpangan daerah dan mengukur tingkat ketimpangan secara lebih konkret dapat digunakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks Ketimpangan Williamson terletak antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Jika mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara daerah merata. Jika mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota
di provinsi Maluku Utara adalah tinggi atau
pertumbuhan ekonomi antar derah tidak merata.
Grafik 1 Perkembangan Indeks Williamson
Indeks Williamson 0,8590 0,8585 0,8580 0,8575 0,8570 0,8565 0,8560 0,8555
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Williamson 0,858 0,858 0,857 0,858 0,858 0,858 0,858 0,857 0,857 0,856 0,858 0,857
Sumber: Data diolah
Pengukuran ketimpangan antar daerah dengan menggunakan indeks Williamson menunjukan bahwa Maluku Utara memiliki ketimpangan antar daerah yang relatif tinggi dengan rata-rata indeks sebesar 0,8579. Sejak tahun 2000 hingga 2011 nilai indeks Williamson selalu berada diatas 0,85 meskipun terlihat adanya tendensi penurunan. Pada periode awal pembangunan 26
yaitu tahun 2000-2001 terlihat bahwa ketimpangan mengalami peningkatan, namun kemudian menurun pada tahun 2002. Pada tahun 2003-2004 ketimpangan kembali meningkat, dan baru menurun pada kurun waktu tahun 2005 hingga 2009, sebelum kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010.
Untuk menjelaskan masalah ketimpangan dapat dilihat beberapa faktor,Faktor tersebut adalah :
Kualitas infrastruktur Jalan. Semakin baik kualitas infrastruktur, maka perkembangan ekonomi dapat berjalan lebih baik, karena arus barang, jasa, maupun informasi dapat berjalan dengan lancar. Dengan minimnya infrastruktur jalan ini, arus barang dari sentra produksi yang umumnya berada di wilayah Halmahera tidak dapat dengan mudah dipasarkan. Akibatnya terjadi penyumbatan transaksi ekonomi, dimana produksi berjalan, namun tidak terjadi distribusi barang keluar daerah sentra. Hal ini tentu menghambat perkembangan daerah, karena ekonomi juga tumbuh ketika terjadi perdagangan. Rasio Elektrifikasi Rasio elektrifikasi di Maluku Utara belum merata pada setiap daerah. Hanya terdapat tiga daerah yang mencapai rasio elektrifikasi 60% yaitu, Kota Tidore Kepulauan (98%), Kota Ternate (71%) dan Kabupaten Halmahera Barat (60%). Masih relatif kurangnya rasio elektrifikasi pada sebagian besar daerah tentu menjadi salah satu faktor penghambat produktivitas sehingga mengurangi kemampuan daerah untuk berkembang. Penyebaran Aset Perbankan Terkonsentrasinya aktivitas ekonomi pada daerah tertentu dapat pula dilihat berdasarkan penyebaran aset perbankan. Selama beberapa tahun terakhir tidak terdapat perubahan berarti pada penyebaran aset perbankan, dimana Kota Ternate masih mendominasi pangsa aset bank umum di Maluku Utara. Angka ini bisa lebih besar jika memasukan aset BPR dan BPRS. Tingkat kepadatan Penduduk Geliat perekonomian suatu daerah juga sangat terkait dengan ketersediaan SDM. Daerah terpadat di Maluku Utara adalah Kota Ternate dengan tingkat kepadatan 758,16 2
penduduk/Km , jauh diatas tingkat kepadatan penduduk daerah lainnya. Tingginya kepadatan penduduk di Ternate menggambarkan masih tingginya daya tarik Ternate sebagai pusat aktivitas ekonomi Maluku Utara, walaupun daerah tersebut memiliki luas yang terkecil. Kesejahteraan Masyarakat Meskipun memiliki kepadatan penduduk tertinggi, namun dari tingkat kesejahteraan Kota Ternate memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang tertinggi. Hal ini tergambar dari persentase keluarga pra sejahtera pada masing-masing daerah. Hanya terdapat 0,81% 27
penduduk pra sejahtera di Kota Ternate dibandingkan jumlah populasinya. Dari sisi aspek pembangunan manusia, secara umum Kota Ternate juga berada diatas daerah lain di Maluku Utara dengan nilai indeks pembangunan manusia sebesar 76,58.
Rasio Panjang Jalan Terhadap Luas Wilayah Malut
Rasio Elektrifikasi di Maluku Utara Malut Tidore Ternate Morotai Haltim Halut Halsel Sula Halteng Halbar
2,3%
Sula
5,0%
Morotai
4,0%
Halut
18,1%
Haltim
3,1%
Halteng
5,2%
Halsel
5,6%
Halbar
8,8%
Tidore
1,6%
Ternate
34,0% 0%
10%
20%
30%
40%
50% 32% 43% 49% 60%
Tidore
Kota Tidore Kepulauan
80,6% 3,3% 2,2% 3,6% 10,9% 79,9%
Halmahera Utara
52,91
Halsel
23,2
Kepsul
14,09
Halteng
19,26
Halbar 40%
60%
80%
39,37
100%
Persentase Keluarga Pra Sejahtera di Malut
400
600
Tidore
3,33% 19,34%
Halsel
12,84%
Kepsul
35,22%
Halteng
67,90
Halut
67,98
Halsel
67,98
Kepsul
67,96 69,13
Halbar 21,10%
10%
76,58
Haltim
Halteng
9,85%
Halbar 20%
66,99
Malut 30%
800
69,62
Ternate
0,81%
0%
200
IPM Prov. Malut Tahun 2010
5,76%
Halut
100%
11,51
0
Haltim
80%
758,16
Halut
Halmahera Selatan
2,3% 2,0% 4,9%
Ternate
60%
23,31
Haltim
Kepulauan Sula
Tidore
40%
9,64
Morotai
Kota Ternate
20%
20%
Ternate
10,3%
0%
39% 34%
Kepadatan Penduduk di Maluku Utara
Pangsa Aset Bank Umum 2010‐2011
2010
98% 71%
0%
Pangsa Aset Bank Umum di Malut 2010-2011
2011
53%
40%
62,00
69,03 64,00
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
Sumber: BPS Prov Malut, diolah & Bank Indonesia
KONVERGENSI
2
Jika pada bagian sebelumnya terlihat bahwa ketimpangan daerah di Maluku Utara cenderung menurun, meskipun masih berada pada tingkat ketimpangan yang tinggi, maka pada bagian ini akan dilihat lebih jauh apakah sejak tahun 2000 hingga 2011 terjadi penurunan ketimpangan atau disparitas pendapatan, yang akan diukur dengan menggunakan pendekatan sigma convergence. 2
Teori konvergensi dapat dilihat pada Abramowitz (1956), Solow (1956, 1957) dan Swan (1956)
28
Sigma convergence terjadi ketika perbedaan tingkat pendapatan antar perekonomian menurun seiring berjalannya waktu. Dispersi tingkat pendapatan tersebut dapat diukur dengan menggunakan standar deviasi, variasi, atau koefisien variasi (CV) dari PDRB perkapita antar daerah daerah (Vojinovic, Acharya dan Prochniak, 2009).
Untuk memverifikasi hipotesis σ convergence, dilakukan estimasi garis trend dari dispersi tingkat pendapatan antar daerah. Variabel yang akan dijelaskan adalah koefisien variasi dari PDRB perkapita antar daerah di Maluku Utara sedangkan variabel penjelasnya adalah variabel waktu: t=1,…,12 untuk periode 2000-2011; εt adalah error term. Jika parameter α1 bertanda negatif, maka terdapat σ convergence.
Hasil pengukuran konvergensi dengan menggunakan nilai koefisien variasi menemukan bahwa secara umum sepanjang tahun 2000 hingga 2011 terdapat sigma convergence, dimana nilai koefisien dari slope bertanda negatif (-0,006) dan secara statistik signifikan yang ditunjukan 2
dengan nilai R sebesar 0,946. Hal ini juga terkonfirmasi dari perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar daerah yang menunjukan trend penurunan. Namun pada tahun 2002 hingga 2004 terjadi divergensi, dimana perbedaan tingkat pendapatan antar daerah mengalami peningkatan. Kondisi ini juga terjadi pada tahun 2010 – 2011 yang menunjukan adanya kecenderungan peningkatan disparitas tingkat pendapatan. Dengan terjadinya sigma convergence ini berarti bahwa dari waktu ke waktu, ketimpangan pendapatan antar daerah di provinsi Maluku Utara terus menurun Gambar 9 Perkembangan Konvergensi
Sigma Convergence
0,40
y = ‐0,006x + 0,396 R2 = 0,946
0,38 0,36 0,34 0,32 0,30
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: Data diolah
29
KESIMPULAN Berdasarkan pemetaan dengan tipologi Klassen diketahui bahwa mayoritas daerah di Provinsi Maluku Utara masih berada pada kategori daerah relatif tertinggal, dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya. Selanjutnya dengan menggunakan indeks Williamson diketahui bahwa Maluku Utara memiliki ketimpangan antar daerah yang relatif tinggi dengan rata-rata indeks sebesar 0,8579. Sejak tahun 2000 hingga 2011 nilai indeks Williamson selalu berada diatas 0,85 meskipun terlihat adanya tendensi penurunan. Dengan menggunakan pendekatan sigma convergence diketahui bahwa tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah di Provinsi Maluku Utara terus menunjukan trend penurunan dari waktu ke waktu. Dari tiga indikator tersebut maka secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat ketimpangan antar daerah yang cukup tinggi di Provinsi Maluku Utara, meskipun terdapat trend penurunan yang juga diikuti dengan semakin berkurangnya ketimpangan tingkat pendapatan antar daerah. Dengan demikian untuk menurunkan ketimpangan antar daerah diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh pemerintah daerah, terutama dalam pembangunan infrastruktur untuk memperkuat integrasi antar daerah yang juga perlu didukung oleh pembangunan SDM agar tidak terjadinya konsentrasi perekonomian pada daerah tertentu saja.
30
BAB II: Perkembangan Inflasi Regional 2.1. Gambaran Umum Tingkat inflasi di Maluku Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate
pada
triwulan
IV-2012
turun
dibandingkan
tahun
sebelumnya. Secara tahunan inflasi yang terjadi adalah 3,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan kondisi periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,52% (yoy). Jika dibandingkan terhadap nasional, laju inflasi tahunan Kota Ternate lebih rendah, dimana inflasi nasional pada periode triwulan IV-2012 tercatat sebesar 4,30% (yoy). Grafik 2.1 Perbandingan Inflasi Kota Ternate terhadap Nasional 8% mtm
yoy
yoy‐nas
mtm‐nas
7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% ‐1% ‐2%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011
2012
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Tabel 2.1 Lima Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahunan (yoy) Komoditas Pendorong Inflasi Komoditas Penahan Inflasi Keramik (4,85%) Kontrak Rumah (-5,99%) Seng (3,81%) Sewa Rumah (-4,26%) Rokok Putih (1,65%) Rokok Kretek Filter (-1,30%) Kapur Sirih (1,13%) Rokok Kretek (-1,10%) Papan (0,78%) Semen (-1,03%) ( ) andil inflasi Sumber: BPS diolah
Inflasi triwulan IV-2012 sebesar 3,29% (yoy), lebih rendah dari nasional…
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
32
Komoditas yang menjadi kontributor utama inflasi pada triwulan IV2012 adalah komoditas bahan bangunan, yaitu keramik seng, dan papan dengan andil masing-masing sebesar 4,85%, 3,81%, dan
Kenaikan harga keramik dorong inflasi…
0,78%. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya renovasi dan pembangunan rumah maupun gedung perkantoran. Komoditas utama lainnya yang menjadi pendorong inflasi pada triwulan laporan adalah rokok putih dan kapur sirih, yang dipicu oleh kenaikan permintaan masyarakat. Adapun komoditas utama yang mampu meredam tekanan inflasi adalah kontrak rumah dengan andil -5,99% dan sewa rumah dengan andil -4,26%. Penurunan dua komoditas ini banyak disebabkan oleh lebih banyaknya rumah maupun kamar kost yang tersedia untuk disewa. Sementara Komoditas lain yang memiliki andil cukup besar dalam menahan tekanan inflasi adalah rokok kretek filter, rokok kretek dan semen yang disebabkan karena cukupnya pasokan di pasaran.
2.2. Inflasi Tahunan (y-o-y) Pada triwulan IV-2012, inflasi Kota Ternate tercatat sebesar 3,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,52%. Kondisi ini terutama disebabkan karena melambatnya laju inflasi kelompok bahan makanan dari 3,38% pada triwulan IV-2011 menjadi 1,11% pada triwulan IV-2012.
Berdasarkan andilnya, kelompok yang menjadi kontributor utama pembentukan inflasi tahunan (yoy) Kota Ternate adalah kelompok perumahan,air,listrik,gas
&
bahan
bakar
(0,85%);
kelompok
makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (0,78%); kelompok transpor,komunikasi dan jasa keuangan (0,55%), kelompok sandang (0,38%), kelompok bahan makanan (0,33%), kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,23%) dan kelompok kesehatan (0,16%).
Penurunan inflasi kelompok bahan makanan menahan peningkatan laju inflasi…
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
33
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Kota Ternate 0%
1%
2%
3%
4%
5%
3,29%
0,33%
Inflasi
6% Andil Inflasi
1,11%
UMUM Bahan Makanan
5,47%
0,78% 0,85%
7%
3,15%
Perumahan, Listrik Air, Gas & BB 6,38%
0,38% 4,55%
0,16%
4,35%
0,23% 0,55%
Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk
3,89%
Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transpor, Komunikasi & Js Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Kelompok Bahan Makanan Melambatnya laju inflasi kelompok bahan makanan terutama disebabkan karena terjadinya deflasi pada sub kelompok ikan segar (9,16%) dan sub kelompok sayur-sayuran (-13,02%). Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan harga adalah ikan cakalang, ekor kuning, teri, tongkol, tuna dan lolosi. Penurunan ini terjadi karena cukup tersedianya pasokan di pasaran. Adapun komoditas sayursayuran yang mengalami penurunan harga adalah bayam, daun melinjo, daun singkong, kacang panjang, kangkung, ketimun, labu siam, nangka muda, sawi hijau, tauge dan terong panjang. Hal ini banyak disebabkan oleh melimpahnya pasokan karena musim panen.
Kelompok Makanan Jadi Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga mengalami perlambatan dari 6,93% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 5,47% (yoy) pada triwulan IV-2012. Melambatnya inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan karena melambatnya inflasi pada subkelompok makanan jadi, yaitu dari 10,13% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 5,11 (yoy) pada triwulan IV-2012. Kondisi ini terutama terjadi karena komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter mengalami penurunan harga, yang disebabkan karena cukupnya pasokan di pasaran.
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
Kelompok Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Inflasi kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar juga melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu dari 3,43% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 3,15% (yoy) pada triwulan IV-2012. Hal ini terutama disebabkan karena penurunan inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal, dengan komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu cat tembok, kayu balok, biaya kontrak rumah, semen, dan biaya sewa rumah yang terutama terjadi karena turunnya permintaan.
Kelompok Sandang Inflasi kelompok sandang pada triwulan laporan tercatat sebesar 6,38% (yoy), atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,72% (yoy). Sub kelompok yang mengalami perlambatan inflasi adalah sandang anak-anak, yaitu dari 7,01% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 3,45% (yoy) pada triwulan IV2012, serta sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dari 18,88% (yoy) menjadi 6,04% (yoy). Komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya yaitu blus untuk anak-anak, tas tangan wanita dan semir sepatu.
Kelompok Kesehatan Pada kelompok kesehatan terjadi peningkatan inflasi, yaitu dari 3,04% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 4,55% (yoy) pada triwulan IV-2012, yang disebabkan karena meningkatnya inflasi pada seluruh sub kelompok yang ada. Komoditas yang mengalami peningkatan harga cukup signifikan (lebih dari 10%) adalah biaya check up dokter, jasa creambath, lipstik dan sabun wajah. Namun demikian komoditas-komoditas tersebut sebenarnya memiliki andil yang relatif rendah terhadap inflasi, meskipun kenaikannya tinggi. Komoditas yang memiliki andil tertinggi pada kelompok kesehatan adalah obat dengan resep, dan tercatat mengalami inflasi 9,14% (yoy).
34
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
Kelompok Pendidikan, rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 4,35% (yoy), meningkat jika dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,50% (yoy). Hal ini terutama disebabkan karena terjadinya peningkatan inflasi pada sub kelompok kursus-kursus / pelatihan dan sub kelompok rekreasi. Komoditas yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan (inflasi lebih dari 10%) diantaranya yaitu kursus bahasa asing, compact disc, dan biaya jaringan saluran TV yang terjadi karena naiknya permintaan masyarakat, maupun penyesuaian tarif langganan oleh penyedia jaringan TV kabel.
Kelompok Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,89% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,38% (yoy). Kondisi ini terutama disebabkan karena peningkatan harga sub kelompok transport, dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan yaitu tarif angkutan udara karena merupakan masa peak season.
Disagregasi Inflasi Dengan melambatnya laju inflasi kelompok bahan makanan, maka inflasi volatile foods juga mengalami penurunan. Jika pada triwulan IV-2011 inflasi volatile foods adalah 4,38% (yoy), maka pada triwulan IV-2012 inflasinya adalah 0,22% (yoy). Kontributor utama kenaikan kelompok ini adalah komoditas cabe rawit, ikan malalugis, bawang putih, jeruk dan beras. Sejalan dengan inflasi volatile foods, core inflation (inflasi inti) juga mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 4,89% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 4,85% (yoy) pada triwulan laporan. Komoditas yang memberikan sumbangan besar terhadap terjadinya inflasi kelompok ini adalah keramik, seng, papan, cat kayu dan biaya tempat tinggal. Inflasi kelompok administered prices juga mengalami penurunan yaitu dari 3,79% (yoy) menjadi
35
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
36
3,65% (yoy). Berdasarkan komoditas yang memberikan andil terbesar, komoditas rokok putih memberikan andil sebesar 1,65%.
Grafik 2.3 Pergerakan Inflasi Volatile Foods, Administered Prices dan Core 14%
vol
adm
core
12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
2011
4
5
6
7
8
9 10 11 12
2012
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
2.3. Inflasi Triwulanan (qtq) Dibandingkan tiga bulan sebelumnya, inflasi Kota Ternate pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 0,88% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,71% (qtq). Kondisi ini
terutama disebabkan oleh terjadinya inflasi pada
kelompok bahan makanan. Seluruh kelompok mengalami inflasi, kecuali kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Berdasarkan andilnya, kelompok yang menjadi kontributor utama dalam
pembentukan
inflasi
triwulanan
Kota
Ternate
adalah
kelompok bahan makanan (0,62%), dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,09%). Adapun kelompok yang memberi kontribusi negatif terhadap inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (-0,03%). Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan bahan makanan mengalami inflasi 2,14% (qtq), berbanding terbalik dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,95%. Terjadinya kenaikan harga terutama didorong oleh
Inflasi triwulanan sebesar 0,88%, lebih tinggi dari triwulan III2012…
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
37
inflasi sub kelompok ikan segar dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Komoditas ikan segar yang mengalami inflasi yaitu ekor kuning, kembung, malalugis, tude dan tuna. Kenaikan harga ini terjadi karena faktor cuaca sehingga nelayan sulit melaut. Adapun komoditas bumbu-bumbuan yang mengalami kenaikan harga adalah bawang merah, gula merah, kecap, cabe merah dan cabe rawit. Kenaikan bawang merah, cabe merah, dan cabe rawit terjadi karena terlambatnya pasokan masuk ke Ternate.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,64% yang bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara, dengan inflasi sebesar 4,82% dan memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,09%.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan mengalami deflasi 0,24% (qtq), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 3,54% (qtq). Kondisi ini terutama dipicu oleh penurunan harga gula pasir, karena banyaknya pasokan di pasaran.
Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan Kota Ternate (%) ‐1%
0%
1%
2%
3%
0,88%
UMUM 2,14%
0,62% ‐0,24% ‐0,03%
Bahan Makanan Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk
0,29% 0,08%
Perumahan, Listrik Air, Gas & BB 1,43%
0,09%
Sandang
0,66%
0,02% 0,32% 0,02% 0,64% 0,09%
Kesehatan Inflasi Kontribusi
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transpor, Komunikasi & Js Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
38
2.4. Inflasi Bulanan (mtm) Sepanjang periode Oktober hingga Desember 2012, Kota Ternate mengalami dua kali inflasi yaitu pada bulan September dan Desember, serta satu kali deflasi yang terjadi pada bulan Oktober.
a. Oktober Pada bulan Oktober 2012 Kota Ternate mengalami deflasi 0,84% (mtm), dengan kontributor utama penurunan adalah kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Oktober 2012 dan Kontribusi Per Kelompok (%) ‐0,84
UMUM
‐3,42
Bahan Makanan
‐0,98 ‐0,22 ‐0,03
Inflasi Kontribusi
Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk 0,37 0,10
Perumahan, Listrik Air, Gas & BB
0,51 0,03
Sandang
0,04 0,00
Kesehatan
0,25 0,01
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
0,21 0,03
Transpor, Komunikasi & Js Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi 3,42% (mtm), sehingga memberikan andil terhadap inflasi sebesar -0,98%. Komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap deflasi kelompok
ini
adalah
ikan
cakalang,
yang
disebabkan
oleh
bertambahnya pasokan di pasaran. Komoditas lain yang juga memberikan andil dalam menekan inflasi adalah lolosi, tomat sayur, kangkung, daging ayam ras dan telur ayam ras.
Deflasi dipicu oleh penurunan harga ikan cakalang…
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
39
Tabel 2.2 Lima Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Oktober 2012 Komoditas Pendorong Inflasi Komoditas Penahan Inflasi Lemari Pakaian (0,08%) Cakalang (-0,43%) Ikan Tude (0,05%) Lolosi (-0,11%) Ikan Ekor Kuning (0,05%) Tomat Sayur (-0,09%) Kacang Panjang (0,04%) Kangkung (-0,07%) Tarif Angkutan Udara (0,03%) Daging Ayam Ras (-0,07%) ( ) andil inflasi Sumber: BPS diolah Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami deflasi 0,22% (mtm) dimana bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,04% (mtm), yang terutama disebabkan karena turunnya harga komoditas gula pasir, karena banyaknya pasokan.
Kelompok sandang mengalami inflasi tertinggi yaitu 0,51% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,82% (mtm). Tekanan inflasi kelompok sandang pada bulan Oktober 2012 terutama dipicu oleh kenaikan harga emas perhiasan.
b. November Pada bulan November tercatat Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,95% (mtm). Kondisi ini terutama disebabkan oleh pergerakan harga pada kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 3,49%. Sub kelompok yang memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan harga pada bulan Oktober adalah sub kelompok ikan segar dan sub kelompok sayur-sayuran, dimana tercatat masing-masing sub kelompok memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,42% dan 0,29%. Adapun komoditas yang secara signifikan mempengaruhi pergerakan inflasi diantaranya adalah ikan cakalang, ikan malalugis, ikan lolosi, dan ikan tude. Terjadinya kenaikan harga ikan ini disebabkan oleh kurangnya tangkapan nelayan sehingga menurunkan pasokan di pasaran.
Inflasi November terutama dipengaruhi oleh harga ikan cakalang...
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
40
Grafik 2.6 Inflasi Bulanan November 2012 dan Kontribusi Per Kelompok (%) 0,95
Umum 3,49
0,98 ‐0,02
Bahan Makanan Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk
0,00 ‐0,16 ‐0,04
Perumahan, Listrik Air, Gas & BB 0,17 0,01
Sandang
0,23 0,01
Kesehatan
0,07 0,00 0,00 0,00
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
Inflasi Kontribusi
Transpor, Komunikasi & Js Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami deflasi 0,16% sehingga memberikan andil sebesar -0,04% terhadap inflasi Kota Ternate. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas seng.
Tabel 2.3 Lima Komoditas Utama Penyumbang Inflasi November 2012 Komoditas Pendorong Inflasi Komoditas Penahan Inflasi Ikan Cakalang (0,22%) Tauge (-0,04%) Tomat Sayur (0,11%) Seng (-0,04%) Ikan Malalugis (0,10%) Kangkung (-0,04%) Ikan Lolosi (0,09%) Ikan Bubara (-0,02%) Ikan Tude (0,07%) Ikan Goropa (-0,02%) ( ) andil inflasi Sumber: BPS diolah c. Desember Pada bulan Desember, Kota Ternate mengalami inflasi 0,77% (mtm) dengan penyumbang inflasi terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan dengan andil 0,63%. Penyumbang terjadinya inflasi kelompok ini akibat kenaikan harga pada sub kelompok ikan segar dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi adalah ikan cakalang, ikan tude, ikan malalugis, bawang merah dan cabe rawit. Kenaikan komoditas ikan
Inflasi Desember terutama dipengaruhi ikan cakalang...
Bab II: Perkembangan Inflasi Regional
terjadi karena kurangnya tangkapan nelayan yang disebabkan oleh gangguan cuaca, sementara terjadinya peningkatan harga pada komoditas bumbu-bumbuan terjadi karena terlambatnya kiriman pasokan ke Ternate.
Grafik 2.7 Inflasi Bulanan Desember 2012 dan Kontribusi Per Kelompok (%) 0,77
Umum 2,19
0,63
Bahan Makanan
0,00 0,00
Mkn Jadi, Minuman, Rokok & Tbk
0,08 0,02
Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB 0,74
Sandang
0,05 0,39
Kesehatan
0,01 0,00 0,00
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,43
0,06
Inflasi Kontribusi
Transpor, Komunikasi & Js Keuangan
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Tabel 2.4 Lima Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Desember 2012 Komoditas Pendorong Inflasi Komoditas Penahan Inflasi Ikan Cakalang (0,20%) Jeruk (-0,07%) Ikan Tude (0,13%) Bayam (-0,05%) Ikan Malalugis (0,10%) Salak (-0,05%) Bawang Merah (0,09%) Ikan Teri (-0,04%) Cabe Rawit (0,07%) Minyak Goreng (-0,04%) ( ) andil inflasi Sumber: BPS diolah
41
BAB III: Perkembangan Perbankan Daerah 3.1 Gambaran Umum Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV2012 masih menunjukan perkembangan positif, baik secara kelembagaan maupun secara keuangan. Aset perbankan Prov. Maluku Utara juga mengalami kenaikan yang diiringi oleh kenaikan penghimpunan dana pihak ketiga dari masyarakat. Seiring dengan peningkatan DPK, penyaluran kredit juga mengalami peningkatan bahkan pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan penghimpunan DPK yang mengakibatkan angka LDR mengalami kenaikan. Namun demikian, penyaluran kredit masih terbatas pada sektor-sektor tertentu (perdagangan) dan belum menjangkau secara maksimal sektor-sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara seperti sektor pertanian termasuk didalamnya subsektor perikanan. Peningkatan penyaluran kredit juga mengakibatkan angka NPL’s (non performing loans) bank sedikit mengalami peningkatan walaupun masih berada didalam batas aman yang ditetapkan.
3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV2012 tercatat sejumlah Rp5,79 triliun rupiah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pertumbuhan aset terlihat masih cukup tinggi yaitu mencapai 20,6% (y-o-y). Seiring dengan pertumbuhan secara tahunan, secara triwulanan pertumbuhan asset masih cukup tinggi yaitu mencapai 29,8% (q-t-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari segi kepemilikan, pertumbuhan aset bank swasta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bank pemerintah, namun porsi aset
Aset bank umum di Maluku Utara meningkat 20,6% (yoy)…
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
43
bank swasta terhadap keseluruhan aset bank umum relatif rendah sehingga pertumbuhan asset bank swasta tampak signifikan. Pertumbuhan aset bank swasta secara tahunan mencapai 33,8% (yo-y), sedangkan pertumbuhan aset bank pemerintah mencapai 18,5% (y-o-y). Porsi aset bank swasta naik dari 14,1% pada triwulan IV-2011 menjadi 15,6% pada triwulan IV-2012.
Berdasarkan jenis operasinya, peningkatan aset perbankan syariah terus menunjukan pertumbuhan yang signifikan, lebih tinggi dari pertumbuhan aset perbankan konvensional. Jika pertumbuhan aset perbankan konvensional hanya mencapai 20,1% (y-o-y), maka aset perbankan
syariah
pertumbuhannya
mencapai
30,9%
(yoy).
Meskipun porsi perbankan syariah masih relatif kecil dalam struktur perbankan secara keseluruhan, namun porsinya terus mengalami peningkatan. Jika pada triwulan IV-2011 porsi aset bank syariah terhadap total aset perbankan adalah 4,4%, maka pada triwulan IV2012 porsinya menjadi 4,8%.
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara 7.000
Aset (Rp. Milyar)
Pertumbuhan (RHS)
45% 40%
6.000
35%
5.000
30%
4.000
25%
3.000
20% 15%
2.000
10%
1.000
5%
0
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011
Sumber: LBU, diolah
2012
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
44
3.3 Penghimpunan Dana Bank Umum Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 mencapai Rp4,42 triliun, meningkat 15,5% (y-o-y) dibandingkan tahun sebelumnya. Secara triwulanan, penghimpunan DPK oleh bank umum di Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan 0,8% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh siklus akhir tahun dimana pemerintah menarik gironya di bank-bank yang ada di Provinsi
Maluku
Utara.
Secara
triwulanan,
giro
mengalami
penurunan yang sangat signifikan, yaitu mencapai hampir 35% (34,7%, q-t-q). Dana pihak ketiga tersebut mayoritas disimpan dalam bentuk tabungan dengan kontribusi 61,9%, sedangkan deposito dan giro masing-masing
memiliki
porsi
sebesar
18,6%
dan
19,6%.
Dibandingkan komponen DPK lainnya, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 21,9% (y-o-y) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk komponen DPK lainnya deposito tumbuh 13,3% (y-o-y) dan giro hanya tumbuh 0,8% (y-oy).
Grafik 3.2 Perkembangan DPK (Milyar Rp) 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 Rp. Milyar
Giro
Tabungan
Deposito
gDPK_yoy
45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011
Sumber: LBU diolah
2012
Jumlah DPK yang dihimpun meningkat 15,5% (yoy)…
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
45
3.4 Penyaluran Kredit Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 mencapai Rp3,86 triliun, meningkat 23,4% (yoy)
Penyaluran kredit meningkat 23,4% (yoy)…
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulan, kredit yang disampaikan oleh bank umum di Maluku Utara juga mengalami kenaikan sebesar 4,2% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari
sisi
penggunaan,
kredit
konsumsi
masih
mendominasi
penyaluran kredit dengan porsi sebesar 60,4%, diikuti oleh kredit modal kerja sebanyak 30,3%, dan sisanya sebesar 9,3% diberikan untuk kredit investasi. Jika dilihat pertumbuhan masing-masing kredit tersebut, kredit konsumsi mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 29,9% (y-o-y), diikuti kredit investasi yang meningkat 26,5% (y-o-y), dan kredit modal kerja yang berkembang 11,3% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Secara triwulanan, kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 6,3% (q-t-q, diikuti oleh kredit investasi yang tumbuh 3,6% (q-t-q). Sedangkan untuk kredit modal kerja, pertumbuhannya relatif stabil, berada pada kisaran 0,4% (q-t-q). Pertumbuhan kredit konsumsi terbesar digunakan oleh debitur perseorangan untuk keperluan multiguna.
Dari sisi golongan kredit, total kredit UMKM pada triwulan laporan mencapai Rp1,29 triliun atau sebesar 33,4% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara. Selama setahun terakhir penyaluran kredit UMKM naik sebanyak 9,1% (y-o-y), yang terutama disebabkan oleh naiknya penyaluran kredit pada kategori menengah dengan porsi 20,2% terhadap total kredit UMKM. Perkembangan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) pada triwulan IV-2012 mencapai Rp2,57 triliun atau meningkat 32,0% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran KUR juga mengalami peningkatan sebesar 5,0% (q-t-q)
Kredit untuk UMKM mencapai 33,4% dari total kredit bank umum...
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
46
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan penyaluran KUR di Provinsi Maluku Utara relatif masih baik dan memiliki prospek yang potensial.
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara 4.500
Modal Kerja
Investasi
50%
4.000
Konsumsi
gKredit_yoy
45% 40%
3.500
35%
3.000
30%
2.500
25%
2.000
20%
1.500
15%
1.000
10%
500
5% 0%
0 Rp. Milyar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011
2012
Sumber: LBU, diolah
Dari sisi penyaluran kredit kepada sektor usaha, disamping 60,4% kredit yang disalurkan kepada penerima bukan lapangan usaha (kredit konsumsi), sektor perdagangan besar dan eceran adalah lapangan usaha yang memperoleh porsi kredit terbesar dengan komposisi mencapai 22,3% senilai Rp. 860,11 milyar. Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit kepada sektor ini meningkat 32,1% (y-o-y). Secara triwulanan, penyaluran kredit di sektor ini juga mengalami
pertumbuhan
sebesar
6,6%
(q-t-q)
dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sektor lainnya yang memperoleh porsi kredit cukup besar adalah sektor konstruksi dengan kontribusi 4,1% sebesar Rp158,33 Milyar. Sedangkan untuk sektor lainnya relatif kecil, dengan kontribusi porsi kredit masing-masing kurang dari 3%.
Untuk beberapa sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang merupakan salah satu sektor unggulan di Maluku Utara hanya memperoleh porsi kredit sebanyak 1,2%, atau senilai Rp46,58 milyar. Namun apabila
Kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran tumbuh 32,1%...
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
47
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, telah terjadi peningkatan penyaluran kredit pada sektor tersebut sebesar 61,4% (y-o-y), sedangkan secara triwulanan pertumbuhan kredit di sektor ini hanya mencapai 6,8% (q-t-q). Sementara itu sektor perikanan hanya memperoleh kredit sebanyak 0,2% atau senilai Rp7,30 milyar. Dibandingkan tahun sebelumnya, penyaluran kredit ke sektor ini telah meningkat 27,4% (y-o-y), namun secara triwulanan turun sebesar
2,3%
(q-t-q).
Dari
beberapa
fakta
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa sektor-sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara belum tersentuh secara maksimal oleh perbankan Maluku Utara.
3.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Dibandingkan tahun sebelumnya, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR mengalami kenaikan. Jika pada triwulan IV-2011 angka LDR sebesar 81,8%, maka pada triwulan IV2012 angkanya meningkat mencapai 87,3%. Dibandingkan triwulan sebelumnya, angka LDR pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan, dimana pada triwulan III-2012 angka LDR hanya sebesar 83,1%.
Grafik 3.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 5.000
DPK (Milyar)
4.500
Kredit (Milyar)
LDR (RHS)
100% 90%
4.000
80%
3.500
70%
3.000
60%
2.500
50%
2.000
40%
1.500 1.000
30%
500
20%
0
10% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011
Sumber: LBU, diolah
2012
LDR mencapai 87,3%...
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
48
3.6 Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum Jumlah kredit bermasalah pada triwulan IV-2012 masih berada dibawah batas yang ditentukan yaitu 5%. Tercatat nilai NPL’s pada triwulan laporan adalah sebesar 2,0%,
mengalami kenaikan jika
dibandingkan NPL’s pada triwulan IV-2011 yang tercatat hanya sebesar 1,7%. Namun jika dibandingkan triwulan sebelumnya, NPL’s pada triwulan laporan mengalami penurunan, dimana nilai NPL pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,2%.
Dari keseluruhan kredit bermasalah, kredit investasi merupakan penyumbang NPL’s terbesar yaitu 6,2%. Angka ini mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,5%. Kenaikan ini disebabkan oleh macetnya kredit investasi di sektor konstruksi, perdagangan dan transportasi. Untuk kredit modal kerja NPL-nya adalah sebesar 3,1%, sedangkan untuk kredit konsumsi NPL-nya hanya sebesar 0,8%.
Grafik 3.5 Perkembangan NPL’s Perbankan 4.500
Kredit (Milyar)
3,0%
NPL's
4.000
2,5%
3.500 3.000
2,0%
2.500
1,5%
2.000 1.500
1,0%
1.000
0,5%
500 0
0,0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011
2012
Sumber: LBU, diolah
3.7 Perkembangan Bank Syariah Kinerja perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 masih
menunjukan
perkembangan
positif.
Jumlah
aset,
NPL’s mengalami kenaikan hingga mencapai 2,0%...
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
penghimpunan intermediasi
dana,
seluruhnya
49
penyaluran
pembiayaan
mengalami
tumbuh,
dan
dengan
peran kualitas
pembiayaan yang masih terjaga.
Aset perbankan syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 adalah sebesar Rp278,71 miliar, tumbuh 30,9% (y-o-y) dari periode
Aset perbankan syariah tumbuh 30,9% (yoy)…
yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan secara triwulanan, aset perbankan syariah tumbuh sebesar 12,1% (q-t-q)
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2012 juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
sebesar
27,1%
(y-o-y).
Secara
DPK perbankan syariah tumbuh 27,1% (yoy)…
triwulanan,
penghimpunan DPK pada perbankan syariah juga mengalami kenaikan sebesar 8,9% (q-t-q). Pada triwulan laporan tabungan syariah juga mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 35,6%(y-o-y) sedangkan secara triwulanan tumbuh 15,8% (q-t-q). Deposito syariah juga mengalami pertumbuhan sebesar 10,7% (y-oy), sedangkan secara triwulan tumbuh sebesar 18,1% (q-t-q). Hal sebaliknya terjadi pada giro syariah yang mengalami penurunan sebesar 4,3% (y-o-y), sedangkan secara triwulanan juga mengalami penurunan sebesar 57,6% (q-t-q). Penurunan giro syariah juga disebabkan oleh siklus tahunan dimana pada akhir tahun biasanya pemerintah menarik gironya dari perbankan.
Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar Rp 146,37 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar 21,8% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, penyaluran pembiayaan syariah pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan sebesar
3,6%
(q-t-q)
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Pembiayaan konsumsi masih memiliki porsi pembiayaan terbesar sebesar 77,1% dan tumbuh sebesar 15,1% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu
Penyaluran pembiayaan tumbuh 21,8% (yoy)…
Bab III: Perkembangan Perbankan Daerah
pembiayaan modal kerja yang
50
memiliki porsi sebesar 16,0%
mengalami pertumbuhan sebesar 5,6% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk pembiayaan investasi syariah yang baru dilakukan pada tahun 2012 ini baru memiliki porsi sebesar 6,9% dari total pembiayaan syariah di Provinsi Maluku Utara.
Peran intermediasi bank syariah yang digambarkan melalui angka FDR (financing to deposit ratio) masih terjaga pada tingkatan yang baik, walaupun mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan IV-2011 angka FDR sebesar 68,8%, maka pada triwulan IV-2012 angka FDR menurun sedikit ke level 65,9%. Hal yang positif adalah bahwa peran intermediasi perbankan syariah masih memperhatikan kualitas pembiayaan yang disalurkan, dimana angka non performing finances (NPF’s) pada triwulan IV2012 berada pada level 0,9% atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berada pada level 1,1% sehingga masih dibawah batas yang ditentukan.
Grafik 3.6 Perkembangan Bank Syariah 250.000
Pembiayaan (Juta)
DPK (Juta)
FDR
90% 80%
200.000
70% 60%
150.000
50% 40%
100.000
30% 20%
50.000
10% 0 Rp. Milyar
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2011
Sumber: LBU, diolah
2012
FDR sebesar 65,9%, sedangkan NPF’s 0.9%...
BAB IV: Perkembangan Keuangan Daerah 4.1. Gambaran Umum Pada tahun 2013, Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD sebesar Rp1,28 triliun, meningkat 14,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu target belanja
Pada tahun 2013 defisit APBD akan meningkat 167,14%...
adalah sebesar Rp1,40 triliun, meningkat 19,95% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian pada tahun 2013 akan terjadi defisit anggaran sebesar Rp120,21 milyar atau meningkat 167,14%.
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 1.600.000 1.400.000
Juta Rupiah
1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 ‐ (200.000)
2012
2013
Pendapatan
1.125.033
1.283.230
Belanja
1.170.033
1.403.442
Pembiayaan Netto
143.000
147.500
Surplus/Defisit
(45.000)
(120.211)
Sumber: DJPK, KUA-PPAS Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013
4.2. Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara memiliki target pendapatan dalam APBD 2013 sebesar Rp1,28 triliun atau meningkat 14,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama dipicu oleh
optimisme
Pemerintah
Provinsi
terhadap
penerimaan
pendapatan asli daerah (PAD), yang ditargetkan meningkat hingga
Pendapatan daerah ditargetkan meningkat 14,06%...
Bab IV: Perkembangan Keuangan Daerah
50
31,09%. Beberapa hal yang diperkirakan mempengaruhi pencapaian target PAD pada tahun 2013 yaitu dilakukannya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi, peningkatan objek pajak baru, penerapan manajemen pengelolaan modern dan audit kinerja yang objektif. Semua strategi tersebut diharapkan berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dan terhindarnya kebocoran pajak (KUA APBD TA 2013).
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemprov Malut 2012 dan 2013 (Rp Juta) Uraian
2012
2013
Pertumbuhan
1.125.033
1.283.230
14,06%
93.649
122.762
31,09%
Pajak daerah
76.453
95.219
24,55%
Retribusi daerah
14.786
15.134
2,35%
2.409
12.409
415,03%
820.571
941.442
14,73%
DBH
79.554
99.163
24,65%
DAU
703.159
772.591
9,87%
DAK
37.858
69.688
84,08%
210.813
219.026
3,90%
210.813
219.026
3,90%
Pendapatan PAD
Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan
Lain-lain Pend. Daerah yang Sah Hibah
Sumber: DJPK, KUA-PPAS Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013
4.3. Belanja Daerah Target belanja daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp1,4 triliun atau meningkat 19,95%. Komponen belanja tidak langsung ditargetkan sebesar Rp529,47 miliar atau meningkat 18,39%, sedangkan belanja langsung ditargetkan sebesar Rp873,97 miliar atau meningkat 20,91%.
Rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah pada tahun 2013 adalah 22,49%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 21,95%. Secara total, jumlah belanja pegawai pada tahun 2013 (langsung dan tidak langsung) adalah Rp315,62 milyar atau meningkat 22,92%. Kondisi ini sejalan dengan rencana
Belanja daerah ditargetkan meningkat 19,95%...
Bab IV: Perkembangan Keuangan Daerah
51
penerimaan CPNSD pada lingkup pemerintah provinsi Maluku Utara tahun 2013 sebanyak 300 orang, yang diperuntukan bagi guru sekolah luar biasa (SLB), tenaga kesehatan dan tenaga teknis.
Rasio belanja modal serta belanja barang dan jasa terhadap total belanja daerah mencapai 58,46%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 57,48%. Tercatat jumlah belanja kedua komponen tersebut adalah sebesar Rp820,46 milyar, atau meningkat 22,00% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan besarnya rasio belanja modal ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2013. Tabel 4.2 Anggaran Belanja Pemprov Malut 2012 dan 2013 (Rp Juta) Uraian
2012
2013
Pertumbuhan
1.170.033
1.403.442
19,95%
447.217
529.473
18,39%
Belanja Pegawai
206.468
262.115
26,95%
Belanja Hibah
178.963
195.458
9,22%
Belanja Bantuan sosial
22.550
25.000
10,86%
Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga
34.337
42.000
22,32%
900
900
0,00%
4.000
4.000
0,00%
722.816
873.968
20,91%
50.303
53.506
6,37%
Belanja Barang dan jasa
333.186
354.835
6,50%
Belanja Modal
339.327
465.627
37,22%
Belanja Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung Belanja Pegawai
Sumber: DJPK, KUA-PPAS Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013
Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2013, dalam
rangka
penguatan
struktur
ekonomi
Maluku
Utara,
pembangunan daerah akan diprioritaskan pada sembilan hal yaitu: 1) Infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan; 2) Pendidikan dan kesehatan; 3) Ketahanan Pangan;
Bab IV: Perkembangan Keuangan Daerah
52
4) Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, pemberdayaan dan perlindungan sosial; 5) Sumberdaya energi, air dan mineral; 6) Bencana alam, tata ruang dan lingkungan hidup; 7) Pariwisata dan kebudayaan; 8) Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan; 9) Wilayah perbatasan, terluar, terpencil dan tertinggal.
4.4. Defisit dan Pembiayaan Defisit APBD Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar Rp120,21 milyar atau meningkat 167,14% dibandingkan APBD tahun sebelumnya. Meskipun tidak ada rencana pembiayaan untuk menutup defisit tersebut, namun sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya
yang mencapai
Rp150 milyar sudah mampu untuk menutup defisit APBD yang ada.
Tabel 4.3 Defisit dan Pembiayaan Pemprov Malut 2012 dan 2013 (Rp Juta) Uraian
2012
2013
45.000 143.000
120.211 147.500
167,14% 3,15%
Penerimaan Pembiayaan
145.000
150.000
3,45%
SiLPA TA sebelumnya
145.000
150.000
3,45%
2.000
2500
25,00%
2.000
2500
25,00%
Defisit Pembiayaan Pembiayaan Netto
Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah
Pertumbuhan
Sumber: DJPK, KUA-PPAS Pemerintah Provinsi Maluku Utara 2013
BAB V: Perkembangan Sistem Pembayaran Pada akhir tahun 2012, transaksi tunai dan tunai di Maluku Utara mengalami kenaikan. Dari transaksi tunai, terlihat dari naiknya transaksi masyarakat melalui kliring dan RTGS. Sementara dari transaksi tunai terindikasi melalui posisi kas Bank Indonesia yang
Transaksi dalam sistem pembayaran mengalami peningkatan...
mengalami netoutflow. Seiring dengan peningkatan kegiatan transaksi, penemuan uang palsu dan rasio cek dan bilyet giro yang ditolak juga mengalami kenaikan walaupun pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan pertumbuhan transaksi. Hal ini tentunya dapat
menjadi
indikator
bahwa
masyarakat
telah
semakin
memahami bagaimana bertransaksi dalam sistem pembayaran Indonesia.
5.1 Transaksi Tunai 5.1.1 Aliran Uang Kartal (Outflow / Inflow) Pada triwulan IV-2012, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (inflow) mencapai Rp91,99 milyar atau mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 45,4% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan jumlah uang yang keluar (outflow) mengalami kenaikan sebesar 26,6% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya atau berada pada level Rp 566,03 milyar. Kenaikan outflow lebih besar dibandingkan inflow pada triwulan laporan menyebabkan terjadi net outflow sebesar Rp 474,04 milyar atau mengalami kenaikan signifikan sebesar 70,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami netoutflow sebesar Rp. 278,51 Milyar.
Sedangkan bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah inflow tercatat mengalami penurunan sebesar 23,4% (yoy). Penurunan juga terjadi jika dibandingkan periode yang
Pada triwulan IV2012 terjadi netoutflow sebesar Rp 474,04 milyar…
BAB V: Perkembangan Sistem Pembayaran
54
sama pada tahun sebelumnya yang turun 14,8% (yoy). Kondisi net ouflow pada periode pelaporan juga mengalami penurunan sebesar 12,9% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Faktor seasonal pada akhir tahun ditenggarai menjadi penyebab kenaikan outflow pada triwulan IV-2012. Proses pembayaran proyek, kegiatan akhir tahun, pembayaran pajak merupakan kegiatan lazim yang dilakukan pada akhir tahun sehingga mengakibatkan aliran dana outflow menjadi lebih besar pada akhir tahun.
Grafik 5.1 Perkembangan Kegiatan Kas KPw Bank Indonesia Prov. Maluku Utara 300
Rp Milyar
200 100 0 ‐100 ‐200
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2010
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
2011
Tw III Tw IV
2012
‐300 ‐400 ‐500
Inflow
‐600 ‐700
Outflow
Net Value
Sumber: Bank Indonesia diolah
Untuk menjamin tersedianya uang di masyarakat dalam pecahan yang tepat serta kondisi yang layak edar terutama pada akhir tahun 2012, KPw Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengintensifkan kegiatan kas keliling baik di dalam maupun di luar kota. Kegiatan ini selain melayani penukaran uang kecil juga melayani penukaran uang tidak layak edar (UTLE).
Pada triwulan IV-2012 telah dilakukan kegiatan kas keliling sebanyak enam kali, dengan lokasi pelayanan seluruhnya di luar kota Ternate
BAB V: Perkembangan Sistem Pembayaran
55
yaitu Jailolo, antar pulau (P. Hiri dan P. Moti), Weda, Buli, Bacan dan Tobelo. Seluruh kegiatan kas keliling tersebut disambut antusias oleh warga sekitar, terlihat dari jumlah uang yang diedarkan pada kegiatan kas keliling tersebut mencapai lebih dari Rp. 3 Milyar.
5.1.2
Pemusnahan Uang
Sebagai lembaga yang bertindak sebagai otoritas moneter di wilayah NKRI,
Bank
Indonesia
merupakan
satu-satunya
pihak
yang
bertanggung jawab untuk senantiasa menjaga uang yang beredar di masyarakat berada dalam kondisi yang layak (fit for circulation). Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar untuk kegiatan transaksi masyarakat. Pemusnahan tersebut dilakukan dengan cara meracik/memotong uang menggunakan mesin racik untuk uang kertas maupun dengan cara peleburan untuk uang logam. Tabel 5.1 Jumlah Uang Dimusnahkan Di KPw Bank Indonesia Prov. Maluku Utara Volume Nominal Periode (Rp. Milyar) (Juta lembar) Tw I 41,5 3 Tw II 33,4 2,5 2010 Tw III 55,3 3 Tw IV 46,8 3,6 Tw I 68,6 4,8 Tw II 95,3 5,5 2011 Tw III 79,0 4,7 Tw IV 74,2 4,6 Tw I 77,7 5,1 Tw II 18,8 3,6 2012 Tw III 6,5 2,3 Tw IV 28,3 4,2 Sumber : Bank Indonesia, diolah
Jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan sebesar Rp 28,31 milyar, dengan volume mencapai 4,24 juta lembar. Kegiatan pemusnahan uang pada triwulan berjalan mengalami peningkatan setelah pada triwulan sebelumnya sedikit terhambat sebagai langlah antisipasi
kebutuhan
uang
masyarakat
menjelang
lebaran.
Dibandingkan triwulan sebelumnya telah terjadi kenaikan nominal
Jumlah uang yang dimusnahkan pada triwulan IV – 2012 mencapai Rp 28,31 milyar
BAB V: Perkembangan Sistem Pembayaran
56
pemusnahan uang sebesar 333,3% (qtq), sedangkan secara volume juga terjadi kenaikan sebesar 86,7% (qtq). Secara tahunan, jumlah nominal uang yang dimusnahkan mengalami penurunan signifikan sebesar 61,9% (yoy) sedangkan secara volume hanya sedikit mengalami penurunan 7,8% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
5.1.3
Uang palsu
Pada triwulan IV-2012, terdapat 1 kasus temuan uang palsu yang cukup besar di daerah Halmahera Timur . Jumlah nominal uang palsu yang ditemukan adalah sebesar Rp. 24.600.000 berupa pecahan
Jumlah uang palsu yang ditemukan selama tahun 2012 Rp. 31.200.000,-
uang Rp. 50.000 tahun emisi 2005 yang terdiri dari 4 nomor seri dengan jumlah lembar uang palsu sebanyak 492 lembar. Dengan penemuan tersebut jumlah uang palsu yang ditemukan selama tahun 2012 sebesar Rp. 31.200.000.
Untuk meminimasi penemuan uang palsu kedepan, KPw BI Provinsi Maluku Utara terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan
dan
antisipatif
terhadap
uang
palsu
kepada
masyarakat, yang dilakukan dengan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CCKUR) secara berkala. Sepanjang tahun 2012 telah dilakukan sosialisasi CCKUR sebanyak tujuh kali yang dilakukan pada berbagai kesempatan kepada masyarakat. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan kegiatan sosialisasi CCKUR pada tahun 2011 yang hanya dilakukan sebanyak enam kali.
5.2
Transaksi Non Tunai
5.2.1
Perkembangan Kliring Lokal
Jumlah transaksi keuangan di Maluku Utara triwulan IV-2012 melalui sarana kliring tercatat sebesar Rp. 270,86 milyar atau meningkat sebesar
7,7%(qtq)
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, jugaterjadi kenaikan sebesar 57,6% (yoy), dimana jumlah transaksi keuangan pada triwulan IV-2011 hanya sebesar Rp 171,88 milyar.
Transaksi kliring meningkat 7,7% (qtq)
BAB V: Perkembangan Sistem Pembayaran
57
Secara proporsional, kenaikan transaksi kliring juga diikuti oleh Rata-rata harian transaksi kliring naik 15,0% (qtq)
kenaikan rata-rata harian perputaran kliring. Rata-rata transaksi kliring pada triwulan IV-2012 adalah Rp. 4,59 milyar setiap harinya, naik 15,0% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, rata-rata harian transaksi kliring juga mengalami kenaikan sebesar 73,6% (yoy). Secara volume juga terjadi kenaikan jumlah transaksi kliring yaitu dari 67 lembar per hari pada triwulan III-2012, menjadi 77 lembar per hari pada triwulan IV-2012 atau mengalami kenaikan 14,5% (qtq). Seiring dengan kenaikan transaksi secara tahunan, volume rata-rata transaksi kliring harian juga mengalami kenaikan sebesar 52,3% (yoy) dari 50 lembar per hari pada triwulan IV-2011.
Seiring dengan kenaikan nominal dan volume transaksi kliring, rasio
Rasio penolakan cek/BG relatif stabil pada kisaran 1,5%...
nilai cek atau bilyet giro yang ditolak transaksinya pada triwulan IV2012 mengalami sedikit kenaikan. Jika pada triwulan III-2012 nilai transaksi yang ditolak mencapai 1,4% dari total nilai transaksi, maka pada triwulan IV-2012 rasionya menjadi 1,5% dari total nilai transaksi. Namun secara tahunan, rasio nilai cek dan bilyet giro yang ditolak mengalami kenaikan dari 0,7% pada triwulan IV-2011. Tabel 5.2 Perkembangan Kliring Perbankan Periode
2010
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011
Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2012
Tw III Tw IV
Perputaran Kliring
Rata-rata Harian Perputaran Kliring
Penolakan Cek/BG Kosong
Lembar
Nominal
Lembar
Nominal
Lembar
Nominal
(satuan)
(milyar Rp)
(satuan)
(milyar Rp)
(%)
(%)
3.437 3.978 4.208 4.058 3.853 2.312 2.724 587 3.354 4.200 4.230 4.515
179,63 204,01 221,08 202,83 197,23 116,68 144,05 31,55 179,24 237,70 251,47 270,86
56 64 69 65 62 38 44 9 53 68 67 77
2,94 3,29 3,62 3,27 3,18 1,91 2,32 0,49 2,85 3,83 3,99 4,59
1,3% 1,1% 0,8% 1,4% 0,7% 0,7% 0,8% 4,1% 1,7% 1,2% 1,4% 1,3%
1,8% 1,3% 0,5% 2,8% 2,7% 1,8% 0,9% 4,1% 1,4% 2,1% 1,4% 1,5%
Sumber Bank Indonesia, diolah
BAB V: Perkembangan Sistem Pembayaran
5.2.2
Perkembangan
Transaksi
RTGS
58
(Real
Time
Gross
Settlement) Transaksi keuangan melalui sarana RTGS keluar dari Maluku Utara
Penyelesaian transaksi melalui RTGS meningkat…
(outflow) pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar Rp943,54 milyar, meningkat 27,56% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun jika
dibandingkan
dengan
periode
yang
sama
pada
tahun
sebelumnya, jumlah transaksi tersebut mengalami peningkatan sebesar 23,00% (yoy). Sementara itu, transaksi RTGS masuk (inflow) sebesar Rp1967,78 milyar atau naik 29,13% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, inflow RTGS juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 49,81% (yoy). Untuk transaksi RTGS antar bank di Maluku Utara (from – to) pada periode laporan tercatat senilai Rp199,15 miliar, meningkat sebesar 5,95% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, atau meningkat 13,24% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS Kota Ternate Rp Milyar
Nominal Outflow g_yoy Outflow
2.000
Nominal Inflow g_yoy Inflow
Nominal From‐To g_yoy From‐To
60%
1.800
40%
1.600 20%
1.400 1.200
0%
1.000 ‐20%
800 600
‐40%
400 ‐60%
200 0
‐80% I
II
III 2011
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
IV
I
II
III 2012
IV
BAB VI: Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah 6.1 Kondisi Umum Pada Agustus 2012, jumlah penduduk Maluku Utara yang berusia 15 tahun keatas sebanyak 702,53 ribu jiwa, meningkat 2,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 466,11 ribu jiwa termasuk kedalam angkatan kerja, sedangkan sisanya sebanyak 236,42 ribu jiwa tidak termasuk kedalam angkatan kerja. Selama setahun terakhir, jumlah angkatan kerja meningkat 0,54%, sedangkan penduduk bukan angkatan kerja meningkat 5,70%. Dari seluruh angkatan kerja yang ada, sebanyak 443,95 ribu jiwa telah bekerja, sehingga jumlah pengangguran sebesar 22,16 ribu jiwa. Dengan demikian tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di
Maluku
Utara
mencapai
66,35%,
sedangkan
tingkat
pengangguran terbuka (TPT) adalah 4,76%.
Grafik 6.1 Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja di Maluku Utara (Ribu Jiwa) 600
Bekerja
Penganggur
500 400 300 200 100 0 Feb
Agt 2009
Feb
Agt 2010
Feb
Agt 2011
Feb
Agt 2012
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya, TPAK pada posisi Februari 2012 mengalami penurunan, dengan diikuti oleh
Tingkat pengangguran terbuka 4,76%, turun dibandingkan tahun sebelumnya...
Bab III: Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
59
menurunnya TPT. Pada posisi Agustus 2011, tercatat TPAK adalah 67,45%, sedangkan TPT adalah 5,55%.
6.2 Lapangan Pekerjaan Utama Tidak berbeda dengan kondisi sebelumnya, lebih dari separuh tenaga kerja di Maluku Utara bekerja pada sektor pertanian. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja di sektor ini mencapai 244,17 ribu jiwa atau mencapai 55,00%. Jumlah tersebut telah meningkat 1,17% dibandingkan tahun sebelumnya, dimana jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada posisi Agustus 2011 adalah 241,34 ribu jiwa.
Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi (Ribu Jiwa) 2010 2011 2012 Lapangan Pekerjaan Utama Agst Agst Agst Pertanian Pertambangan Industri Listrik, gas, air Bangunan Perdagangan Angkutan & pergudangan Keuangan dan jasa perusahaan Jasa kemasyarakatan TOTAL
238,79 6,36 9,81 1,50 12,26 43,78 23,60 3,52 71,74 411,36
241,34 7,61 10,76 0,81 18,22 55,29 27,74 2,93 73,18 437,87
244,17 10,91 14,88 0,94 17,40 51,71 26,06 3,94 73,95 443,95
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sektor lain yang memiliki porsi tenaga cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan, dimana jumlah tenaga kerja di sektor ini adalah 73,95 ribu jiwa, atau sebesar 16,66%. Selama setahun terakhir jumlah tenaga kerja di sektor ini telah meningkat 1,06%, dimana pada tahun sebelumnya, tenaga kerja di sektor ini sebanyak 73,18 ribu jiwa. Sektor perdagangan adalah sektor lain yang menyerap tenaga kerja cukup besar yaitu sebanyak 11,65%, atau sebanyak 51,71 ribu jiwa, turun 6,48% dibandingkan tahun sebelumnya.
55,00% penduduk bekerja di sektor pertanian…
Bab III: Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
60
6.3 Status Pekerjaan Utama 28,53% tenaga kerja di Maluku Utara atau sebanyak 126,64 ribu jiwa bekerja di sektor formal, sedangkan 71,47% sisanya atau sebanyak 317,30 ribu jiwa bekerja di sektor informal. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja di sektor formal turun 0,77% sedangkan sektor informal meningkat 2,28%.
Dari seluruh tenaga kerja di sektor formal tersebut, sebanyak 12,89 ribu jiwa atau 10,16% adalah mereka yang memiliki usaha dengan dibantu buruh tetap. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah ini turun 13,19%. Untuk 89,82% lainnya atau sebanyak 113,76 ribu jiwa adalah yang statusnya sebagai buruh/ karyawan/ pegawai, dan jika dibandingkan tahun sebelumnya mengalami peningkatan 0,86%.
Di sektor informal, mayoritas tenaga kerja adalah sebagai pekerja yang tidak dibayar, dimana jumlahnya adalah 109,34 ribu jiwa atau mencapai 34,46%. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah pekerja yang tak dibayar telah meningkat 10,19%. Pekerja bebas pada sektor non pertanian turun secara signifikan yaitu mencapai 16,74%, dimana jumlahnya pada Agustus 2011 adalah 8,63 ribu jiwa, sedangkan pada Agustus 2012 jumlahnya adalah 7,19 ribu jiwa.
Grafik 6.2 Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Sektor Formal
Sektor Informal Berusaha dibantu buruh tetap 10,18%
Buruh/ Karyawan/ Pegawai 89,82%
Pekerja tak dibayar 34,46% Pekerja bebas di non pertanian 2,26%
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Pekerja bebas di pertanian 4,97%
Berusaha sendiri 29,71%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 28,60%
70,25% tenaga kerja Maluku Utara bekerja di sektor informal…
BAB VII: Prospek Perekonomian Daerah 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Realisasi perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV2012 sejalan dengan proyeksi yang dibuat Bank Indonesia pada Kajian Ekonomi Regional triwulan sebelumnya meskipun mendekati level pesimis. Realisasi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,81% (y-oy), dimana pertumbuhan yang diproyeksikan adalah 6,29% ± 1% (yo-y).
Grafik 7.1 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen 114 111,7
112
110,4
110
108,6
108
106,6
105,97 104,62
105,3
106 104
107,18
102,4
102 100 98 96 I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
2012
I* 2013
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada
triwulan
I-2013
pertumbuhan
ekonomi
Maluku
Utara
diperkirakan berkisar pada angka 6,00% ± 1% (y-o-y), atau meningkat 0,4% (qtq) jika dihitung secara triwulanan.
Konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan menjadi penggerak utama perekonomian dari sisi penggunaan, meskipun secara siklus triwulanan, pada periode triwulan I akan terjadi perlambatan pasca periode libur di akhir tahun. Akan tetapi optimisme konsumen masih
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 diperkirakan 6,00% (yoy)...
BAB VII: Prospek Perekonomian Daerah
62
cukup baik yang diindikasikan oleh nilai ITK sebesar 105,97 atau diatas batas nilai optimis sebesar 100.
Dari sisi PMTB atau investasi, kelanjutan beberapa proyek pada tahun 2012 maupun proyek baru pada 2013 diharapkan dapat memberi kontribusi positif pada pertumbuhan. Beberapa rencana proyek di Maluku
Utara
pada
2013
diantaranya
yaitu
pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) oleh PT PLN pada enam pulau di Maluku Utara, yaitu Hiri, Moti, Batangdua, Taliabu, Makian dan Kasiruta. Rata-rata setiap PLTS akan dapat menghasilkan listrik sebesar 250 kWp (kilo Watt peak). Sebagai gambaran, PLTS di Morotai yang berdiri sejak 13 Mei 2012 lalu membutuhkan biaya sebesar Rp 29 miliar. Kemudian proyek pembangunan dermaga di Pulau
Hiri,
pembangunan
jalan
lingkar
pulau
Maitara
dan
pembangunan infrastruktur di Morotai dengan nilai proyek 16 miliar yang bersumber dari pemerintah pusat
7.2 Prospek Inflasi Daerah Realisasi inflasi di Maluku Utara (Kota Ternate) pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 3,29% (y-o-y), masih sejalan dengan proyeksi yang dilakukan Bank Indonesia pada KER triwulan sebelumnya, namun berada pada level pesimis yaitu 2,67% ± 1% (y-o-y). Kondisi ini disebabkan karena terjadinya inflasi yang relatif tinggi pada bulan November dan Desember yang disebabkan oleh fluktuasi harga ikan cakalang yang memang produksinya sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca.
Dengan melihat kecenderungan ekonomi dan perkembangan harga kedepan, pada triwulan I-2013 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 3,42% ± 1% (y-o-y). Kenaikan TDL akan menjadi salah satu faktor pendorong inflasi, disamping kenaikan harga komoditas ikan yang masih berpotensi terjadi karena belum stabilnya cuaca.
Inflasi triwulan I2013 diperkirakan 3,42 ± 1% (yoy)...
BAB VII: Prospek Perekonomian Daerah
63
7.3 Prospek Perbankan Sejalan dengan kondisi ekonomi Maluku Utara yang diperkirakan meningkat, kondisi sektor perbankan diperkirakan tumbuh positif. Aset perbankan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 21% (y-o-y), kemudian DPK diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 18% (y-o-y), sedangkan kredit diperkirakan masih akan mencatatkan pertumbuhan tinggi yaitu sebesar 23% (y-o-y).
Aset, DPK dan Kredit diperkirakan meningkat…