KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil”
Misi Bank Indonesia: 1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis: Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: “Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan”
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun jangka panjang.
VISI DAN MISI i
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan III 2015 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara. Perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2015 tercatat 5,08% (yoy), relatif melambat dibandingkan dengan pencapaian pada periode lalu yang tercatat 5,13% (yoy). Peningkatan perekonomian Sumatera Utara didukung oleh membaiknya kinerja ekspor impor dari sisi penggunaan, serta akselerasi kinerja kategori Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Begitu juga dengan tekanan inflasi yang menurun signifikan dari 7,82% (yoy)menjadi 6,62% (yoy), lebih rendah dari capaian nasional yang mencapai 6,83%. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan pulih terbatas terutama ditopang oleh meningkatnya laju realisasi investasi dan konsumsi pemerintah sesuai dengan polanya. Sementara itu, konsumsi swasta diperkirakan stabil sedangkan realisasi ekspor dan impor kembali menurun. Dari sisi permintaan, perekonomian triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang oleh meningkatnya kinerja kategori konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan dan Pertanian diperkirakan stabil. Tekanan inflasi diperkirakan tidak setinggi pola historisnya sejalan dengan kondisi permintaan yang belum pulih serta stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Pelaksanaan pilkada serentak diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi. Untuk keseluruhan tahun, tekanan inflasi diperkirakan berada pada sasaran nasional yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, November 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA
Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif
KATA PENGANTAR ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISI
VISI DAN MISI ................................................................................................................................. I KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... II DAFTAR ISI .................................................................................................................................... III DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. V DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ VIII TABEL INDIKATOR ......................................................................................................................... IX RINGKASAN UMUM ....................................................................................................................... X BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................................................................................... 1 1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM .......................................................... 2 1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ................................................................................ 2 1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA/KATEGORI ........................................................... 7 BAB 2 INFLASI ............................................................................................................................19 2.1 KONDISI UMUM .......................................................................................................................20 2.2 DISAGREGASI INFLASI ................................................................................................................21 2.2.1 INFLASI VOLATILE FOODS ................................................................................................................ 21 2.2.2 INFLASI ADMINISTERED PRICES ........................................................................................................ 21 2.2.3 INFLASI INTI (CORE INFLATION) ........................................................................................................ 21 2.3 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA...........................................................................22 2.3.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN............................................................................................................ 22 2.3.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 22 2.3.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 23 2.3.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 23 2.3.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 24 2.3.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 24 2.3.7 KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN ........................................................... 24 2.4 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI ...................................................................................................25 BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ......................27 3.1 RINGKASAN UMUM ..................................................................................................................28 3.2 ANALISIS PERBANKAN DAERAH....................................................................................................28 3.3 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI DAN UMKM ...............................................................................30 3.4 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA..........................................................................................31 3.5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ........................................................................................32 3.5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ...................................................................................................... 32 3.5.2 KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI .................................................................................................. 33 BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH ................................................................................................35 4.1 REKENING APBN DI SUMATERA UTARA ........................................................................................36 4.2 REALISASI PENDAPATAN PEMDA DI SUMUT ....................................................................................36 4.3 REALISASI BELANJA PEMDA DI SUMUT ..........................................................................................37 4.4 REALISASI SURPLUS/DEFISIT .......................................................................................................38 4.5 REKENING PEMERINTAH DAERAH DI BANK .....................................................................................38 DAFTAR ISI iii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ......................................................................39 5.1 KETENAGAKERJAAN ...................................................................................................................40 5.2 KESEJAHTERAAN .......................................................................................................................41 5.2.1 TINGKAT PENGHASILAN MASYARAKAT.................................................................................................. 41 BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI ..............................................................43 6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI .............................................................................................44 6.2 PROSPEK INFLASI ......................................................................................................................45 6.3 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH ................................................................................47 LAMPIRAN ....................................................................................................................................49 DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................................52
DAFTAR ISI iv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................................. 2 Grafik 1.2 Persepsi Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu ............................................................. 3 Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................................... 3 Grafik 1.4 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................................... 3 Grafik 1.5 Survei Konsumen ................................................................................................................................... 3 Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................................ 3 Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................................ 4 Grafik 1.8 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara Hingga Triwulan III ........................................................ 4 Grafik 1.9 Kredit Investasi ....................................................................................................................................... 4 Grafik 1.10 Penjualan Semen.................................................................................................................................. 5 Grafik 1.11 Penjualan Barang Konstruksi ............................................................................................................... 5 Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................................... 5 Grafik 1.13 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 6 Grafik 1.14 Perkembangan Harga CPO dan Karet .................................................................................................. 6 Grafik 1.15 Ekspor CPO ........................................................................................................................................... 6 Grafik 1.16 Ekspor Karet ......................................................................................................................................... 6 Grafik 1.17 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................................... 7 Grafik 1.18 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ......................................................................................... 7 Grafik 1.19 Realisasi NTP Sumatera Utara .............................................................................................................. 8 Grafik 1.20 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara .................................................................................. 8 Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Pertanian ................................................................................................................ 9 Grafik 1.22 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................................... 9 Grafik 1.23 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara ................................................................................ 9 Grafik 1.24 Penyaluran Kredit Kategori PBE ........................................................................................................... 9 Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi .............................................................................................. 10 Grafik 1.26 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................................... 10 Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................................. 10 Grafik 1.28 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................................... 10 Grafik 1.29 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 11 Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................................... 11 Grafik 1.31 Openess to Trade dan Export Productivity Sumatera Utara............................................................... 12 Grafik 1.32 Klasifikasi Teknologi Ekspor Sumut .................................................................................................... 12 Grafik 1.33 Perkembangan RCA Kategori Produk Unggulan................................................................................. 13 Grafik 1.34 Konsentrasi Produk Ekspor ................................................................................................................ 13 Grafik 1.35 Market Positioning Produk Ekspor Provinsi Sumatera Utara............................................................. 14 Grafik 1.36 Penetrasi Impor Produk Champions dan Underachievers; bubble size menunjukkan pangsa produk terhadap total ekspor ........................................................................................................................................... 14 Grafik 1.43 Pertumbuhan Ekononomi Kelompok Parwisata di Provinsi Sumatera Utara .................................... 15 Grafik 1.44 Pangsa Kategori Pariwisata ................................................................................................................ 15 Grafik 1.45 Wisatawan Mancanegara vs Domestik .............................................................................................. 16 Grafik 1.46 Asal Wisatawan Mancanegara ........................................................................................................... 16 Grafik 1.47 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara di Medan dan Batam ............................................. 16 Grafik 1.48 Dana Pelaksaan Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ................... 17 Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................................... 20 Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut ............................................................................................................................ 20 Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut....................................................................................................................... 20 Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut ..................................................................................................................... 21 DAFTAR GRAFIK v
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Tukar ................................................................................................................... 21 Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Biaya Pendidikan dan Rumah ................................................................................. 21 Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Sumut ........................................................................................ 22 Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas) ........................................................................................ 22 Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Makanan Jadi ............................................................................................................ 23 Grafik 2.10 Pergerakan Harga Rokok Kretek ........................................................................................................ 23 Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut ........................................... 23 Grafik 2.12 Indeks Harga Properti Residensial ..................................................................................................... 23 Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Sandang di Sumut ................................................................................................... 24 Grafik 2.14 Harga Emas di Sumut ......................................................................................................................... 24 Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Kesehatan di Sumut ................................................................................................ 24 Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Sumut ......................................................... 24 Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut ......................................... 24 Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Cabe Merah .......................................................................................................... 26 Grafik 2.19 Pergerakan Inflasi Bawang Merah ..................................................................................................... 26 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ........................................................................................................... 28 Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................................. 28 Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK ........................................................................................................... 28 Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK .......................................................................................................... 29 Grafik 3.5 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 29 Grafik 3.5 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional ........................................................................................ 29 Grafik 3.6 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 29 Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Kredit ....................................................................................................... 29 Grafik 3.8 Perkembangan Intermediasi Perbankan .............................................................................................. 30 Grafik 3.9 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF) ............................................................................................ 30 Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut ......................................................................................... 30 Grafik 3.11 Perkembangan NPL Kredit Korporasi ................................................................................................. 30 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut ............................................................................................. 31 Grafik 3.13 Perkembangan NPL Kredit UMKM ..................................................................................................... 31 Grafik 3.14 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut........................................................................................ 31 Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut berdasarkan Kelompok Pendapatan ............................. 31 Grafik 3.16 Perkembangan Kredit Rumah Tangga ................................................................................................ 32 Grafik 3.17 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga......................................................................................... 32 Grafik 3.18 Perkembangan Transaksi BI RTGS ...................................................................................................... 32 Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi Kliring ........................................................................................................ 33 Grafik 3.20 Perkembangan Uang Kartal di Sumut ................................................................................................ 33 Grafik 3.21 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut ................................................................................... 33 Grafik 4.1 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara........................................................................................... 36 Grafik 4.2 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara........................................................................................... 36 Grafik 4.3 Porsi Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah di Sumatera Utara .................................................... 37 Grafik 4.4 Porsi Realisasi Pendapatan Pemda di Sumut ....................................................................................... 37 Grafik 4.5 Realisasi Belanja Pemda di Sumut........................................................................................................ 37 Grafik 4.6 Porsi Realisasi Belanja Pemda di Sumut............................................................................................... 37 Grafik 4.7 Defisit APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara........................................................................... 38 Grafik 4.8 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara .......................................................................................... 38 Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Pemda di Sumatera Utara ..................................................... 38 Grafik 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumut .............................................................................................. 40 Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................................................... 40 Grafik 5.3 Indikator Jumlah Karyawan Total ......................................................................................................... 40 Grafik 5.4 Sektor Tenaga Kerja ............................................................................................................................. 40 DAFTAR GRAFIK vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Grafik 5.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara ................................................................................................... 41 Grafik 5.6 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta .................................................. 41 Grafik 5.7 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara......................................................... 42 Grafik 5.8 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut ...................................................................................... 42 Grafik 5.9 Nilai Tukar Petani ................................................................................................................................. 42 5.3 Grafik 5.10 Indeks Penghasilan Konsumen ................................................................................................. 42 Grafik 6.1 Survey Konsumen................................................................................................................................. 44 Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................................. 45 Grafik 6.1 Pandangan Konsumen Terhadap Perubahan Harga ............................................................................ 47 Grafik 6.2 Pandangan Pedagang Terhadap Perubahan Harga .............................................................................. 47
DAFTAR GRAFIK vii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan..................................................................................... 2 Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................................. 5 Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ........................................................................................................... 6 Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ..................................................................................... 7 Tabel 1.5 Realisasi Tanaman Pangan ...................................................................................................................... 8 Tabel 1.6 Kawasan Pariwisata .............................................................................................................................. 15 Tabel 1.7 Forward dan Backward Linkage Sektor Pariwisata ............................................................................... 16 Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulan III 2015 di Sumatera Utara ...................................... 20 Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan III 2015 di Sumatera Utara....... 20 Tabel 2.3 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................................... 22 Tabel 5.1 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha....................................................................................... 40 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama .............................................................. 41 Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................................. 44
DAFTAR TABEL viii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
TABEL INDIKATOR
2012
2013
Total
Total
IV
Total
I
II
III
IVp
6,45
6,08
4,81
5,23
4,82
5,13
5,08
5,0-5,4
Totalp 4.8-5.2
4,80
4,91
4,97
5,10
4,65
3,96
4,38
4,1-4,5
4,0-4,4
Konsumsi Swasta
4,73
5,05
5,08
5,20
4,69
4,35
4,58
4,3-4,7
4,6-5,0
Konsumsi Pemerintah
5,25
4,06
4,29
4,31
4,28
0,99
2,92
3,0-3,4
1,1-1,5
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi PDRB (%,yoy)
2014
2015
Sisi Permintaan Konsumsi
Pembentukan Modal Tetap Bruto*
8,62
5,14
3,25
2,93
3,23
3,07
4,84
4,7-5,1
4,0-4,4
Ekspor
4,18
3,23
1,63
4,32
10,59
12,79
11,14
10,8-11,2
12,0-12,4
Impor
3,07
0,28
-0,18
0,76
5,75
6,12
12,28
9,4-9,8
13,2-13,6
5,31
4,71
5,19
4,37
6,07
5,56
3,87
5,3-5,5
4,6-5,0
Pertambangan dan Penggalian
11,95
26,03
4,43
5,33
12,25
5,84
3,58
6,0-6,4
6,0-6,4
Industri Pengolahan
5,64
4,84
0,32
2,97
0,30
3,09
5,01
3,3-3,4
3,1-3,5
Pengadaan Listrik, Gas
-3,03
-3,88
6,26
3,71
-9,82
-8,04
2,13
-0,40
-3,4-(-0,3)
Pengadaan Air
5,13
5,68
6,84
6,04
9,70
8,62
4,34
2,4-2,8
6,6-7,0
Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,67
7,66
8,53
6,79
8,29
6,58
5,56
6.5-6.9
6,2-6,6
7,91
5,57
5,46
6,94
4,54
5,43
4,24
5,4-5,8
4,5-,49
Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
8,25
7,41
6,35
5,71
5,39
5,37
6,26
5,6-,6,0
5,7-6,1
6,75
7,81
6,50
6,48
9,21
6,86
6,18
7,0-7,4
6,9-7,3
Informasi dan Komunikasi
8,79
7,78
4,74
7,23
5,81
7,07
8,10
6,3-6,7
7,0-7,4
Jasa Keuangan
10,09
9,99
6,69
2,84
3,32
4,62
7,75
4,4-4,8
6,0-6,4
Real Estate
6,96
6,94
7,93
6,59
4,94
5,62
6,10
5,0-5,4
5,6-6,0
Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
6,04
6,68
7,46
6,76
7,24
6,84
5,01
8,0-8,4
6,0-6,4
2,53
3,34
5,19
6,92
5,32
6,31
7,04
2,6-2,8
6,0-6,4
Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Jasa Pendidikan
4,94
8,34
0,00
6,37
2,45
-0,25
8,14
6,6-7,0
4,3-4,7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
10,58
10,82
8,56
7,00
6,37
7,90
8,85
1,5-,19
7,6-8,0
Jasa lainnya Inflasi IHK (%,yoy)
7,83 3,9
7,45 10,2
6,08 8,2
7,04 8,2
6,15 6,2
6,91 7,8
5,61 6,6
6,6-7,0 4.0-5.0
5,8-6,2 4.0-5.0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah p : angka proyeksi
TABEL INDIKATOR ix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
RINGKASAN UMUM
ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2015 sedikit melambat dari 5,13% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,08% (yoy). Belum pulihnya aktivitas perdagangan global serta masih lemahnya perekonomian domestik menjadi faktor perlambatan perekonomian pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin pada semakin kecilnya nilai tambah dari triwulan II ke triwulan III (qtq) dibandingkan dengan periode yang sama di beberapa tahun sebelumnya. Namun, pencapaian pada triwulan laporan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 4,73% (yoy). Dari sisi penggunaan, melambatnya perekonomian Sumatera Utara disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekspor dan peningkatan konsumsi yang tidak setinggi polanya. Sementara itu, konsumsi pemerintah, investasi dan impor meningkat sesuai dengan polanya. Sementara dari sisi penawaran, Perekonomian Sumatera Utara pada periode laporan tertekan oleh melambatnya kinerja kategori utama, yaitu Kategori Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi serta Transportasi dan Pergudangan, sementara itu untuk kategori industri pengolahan justru mengalami peningkatan. ASESMEN INFLASI Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2015 menurun dan berada dibawah inflasi Nasional. Penurunan tekanan inflasi terjadi di seluruh kota sampel penghitungan IHK di Sumatera Utara dan seluruh komponen disagregasi inflasi. Penurunan inflasi terjadi seiring melimpahnya pasokan komoditas utama seperti bawang merah dan cabai merah. Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah yang menjaga stabilnya harga BBM premium serta menurunkan tarif LPG 12 kg juga turut menjaga rendahnya tekanan inflasi. Hal tersebut juga tak lepas dari komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera Utara untuk fokus dalam melaksanakan program pengendalian inflasi jangka pendek maupun menengah. ASSESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja Perbankan Sumatera Utara pada Triwulan III 2015 semakin membaik. Hal tersebut tercermin dari akselerasi pertumbuhan kredit dan aset, serta stabilnya pertumbuhan DPK, demikian pula dengan penyaluran kredit Korporasi danUMKM. Peningkatan kinerja perbankan dan meningkatnya aktifitas masyarakat menghadapi hari besar nasional dan keagamaan serta seasonal event seperti tahun ajaran baru mendorong kenaikan aktivitas transaksi masyarakat, baik secara tunai maupun non tunai. Meski demikian, hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah masih meningkatnya risiko kredit serta terus menurunnya kinerja kredit ke rumah tangga yang dipengaruhi oleh tertahannya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Hingga triwulan III 2015, realisasi APBN di Sumatera Utara menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu diduga terkait menurunnya perpajakan seiring penurunan kinerja ekonomi Sumatera Utara serta lambannya realisasi belanja modal terkait proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, realisasi dana desa di Sumatera Utara relatif sesuai dengan pola yang ditetapkan. Di sisi lain, realisasi APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara hingga triwulan laporan justru meningkat dibanding periode yang sama tahun 2014. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara cenderung memburuk hingga triwulan laporan. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, terutama untuk masyarakat pedesaan. Belum membaiknya harga komoditas mengakibatkan Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan daya beli masyarakat. Namun, masyarakat masih yakin akan perbaikan kondisi perekonomian dan kesejahteraan hingga akhir 2015.
RINGKASAN UMUM x
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan membaik seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi serta tekanan inflasi yang rendah. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami perlambatan sementara tekanan inflasi mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi yang membaik terutama ditopang oleh meningkatnya laju realisasi investasi dan konsumsi pemerintah sesuai dengan polanya. Sementara itu, konsumsi swasta diperkirakan stabil sedangkan realisasi ekspor dan impor kembali menurun. Sedangkan dari sisi permintaan, perekonomian triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang oleh meningkatnya kinerja kategori konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan dan Pertanian diperkirakan stabil Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan tidak setinggi pola historisnya sejalan dengan kondisi permintaan yang belum pulih serta stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Pelaksanaan pilkada serentak diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi.
RINGKASAN UMUM xi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
RINGKASAN UMUM xii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2015 sedikit melambat dari 5,13% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,08% (yoy). Belum pulihnya aktivitas perdagangan global serta masih lemahnya perekonomian domestik menjadi faktor perlambatan perekonomian pada triwulan laporan. Kondisi tersebut tercermin pada semakin kecilnya nilai tambah dari triwulan II ke triwulan III (qtq) dibandingkan dengan periode yang sama di beberapa tahun sebelumnya. Namun, pencapaian pada triwulan laporan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 4,73% (yoy). Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, melambatnya perekonomian Sumatera Utara disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekspor yang diikuti oleh peningkatan impor yang cukup signifikan. Sementara itu, permintaan domestik membaik yang terlihat pada perbaikan konsumsi pemerintah, investasi, dan konsumsi swasta sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih terjaga. Sisi Penawaran Perekonomian Sumatera Utara pada periode laporan tertekan oleh melambatnya kinerja kategori utama, yaitu Kategori Pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran, Konstruksi serta Transportasi dan Pergudangan, sementara kategori industri pengolahan justru meningkat.
EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan
Pertumbuhan Ekonomi PDRB (%,yoy) Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Impor
2012
2013
Total
Total
IV
Total
I**
II**
III**
6,45 4,80 4,73 5,25 8,62 4,18 3,07
6,08 4,91 5,05 4,06 5,14 3,23 0,28
4,81 4,97 5,08 4,29 3,25 1,63 -0,18
5,23 5,10 5,20 4,31 2,93 4,32 0,76
4,82 4,65 4,69 4,28 3,23 10,59 5,75
5,13 3,96 4,35 0,99 3,07 12,79 6,12
5,08 4,38 4,58 2,92 4,84 11,14 12,28
**) Angka Sangat Sementara Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Kinerja perekonomian Sumut pada triwulan III 2015 sedikit melambat dari 5,13% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,08% (yoy). Secara agregat, output riil PDRB Provinsi Sumatera Utara periode laporan tercatat Rp112,0 triliun1. Capaian tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan capaian nasional yang hanya sebesar 4,73% (yoy), Namun kinerja perekonomian Sumatera Utara justru berlawanan arah dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat tumbuh dari 4,67% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara kuartalan, perekonomian Sumut mengalami pertumbuhan sebesar 3,21% (qtq). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartalan untuk triwulan yang sama pada 4 tahun sebelumnya (2011: 3,63% (qtq), 2012: 3,99% (qtq), 2013: 3,32% (qtq), dan 2014: 3,25% (qtq)). Melambatnya kinerja perekonomian pada triwulan laporan tidak terlepas dari masih tertekannya harga komoditas di pasar global. Kondisi tersebut mengakibatkan melambatnya kegiatan ekspor. Di sisi lain, impor meningkat tajam, sehingga kinerja sektor eksternal memburuk. Namun demikian, peningkatan impor khususnya dalam bentuk impor barang modal mengindikasikan mulai bekerjanya ekonomi di dalam negeri. Sementara kegiatan ekonomi domestik terindikasi membaik, tercermin pada mulai membaiknya kegiatan konsumsi masyarakat dan investasi.
Atas Dasar Harga Konstan, tahun dasar 2010
2014
2015
Arah (Tw II Tw III) Menurun Akselerasi Akselerasi Akselerasi Akselerasi Melambat Melambat
Dari sisi lapangan usaha/kategorial, menurunnya kinerja perekonomian terutama disumbang oleh menurunnya kinerja kategori pertanian, Perdagangan Besar dan Eceran (PBE), sementara kategori industri pengolahan justru meningkat.
1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, geliat perekonomian Sumatera Utara mulai terlihat dalam bentuk kegiatan konsumsi dan PMTB2. Sementara kegiatan sektor eksternal memburuk, yang lebih terkait melonjaknya impor. Pada triwulan III 2015, konsumsi swasta memberikan andil sebesar 2,64% (yoy), disusul oleh PMTB sebesar 1,49% (yoy) (Grafik 1.1).
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan
Konsumsi pada triwulan laporan terakselerasi dari 3,96% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,38% (yoy). Stabilnya konsumsi didorong oleh meningkatnya realisasi konsumsi swasta maupun pemerintah.
2
Pembentukan Modal Tetap Bruto
EKONOMI MAKRO REGIONAL 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Adanya kegiatan (1) persiapan pelaksanaan pilkada serentak, (2) faktor musiman (HKBN, THR/Gaji ke-13 dan libur sekolah), (3) pelaksanaan festival tahunan3 menjadi pendorong aktivitas konsumsi masyarakat ke level yang lebih tinggi. Selain itu, terkendalinya inflasi yang diantaranya terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menunda kenaikan atau bahkan menurunkan harga bahan bakar diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan konsumsi swasta. Namun, pertumbuhan konsumsi swasta masih belum pulih yang berada pada level dibawah pertumbuhan periode-periode sebelumnya. Belum pulihnya pertumbuhan konsumsi swasta tersebut diindikasikan pada masih melambatnya perkembangan beberapa indikator konsumsi. Harga komoditas internasional masih menurun yang memengaruhi daya beli masyarakat Sumatera Utara yang banyak bergantung pada sektor perkebunan. Indeks persepsi penghasilan masyarakat dari hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sumut dan Nilai Tukar Petani (NTP) juga masih cenderung menurun (lihat bab 5)
Grafik 1.3 Perkembangan Nilai Tukar
Grafik 1.4 Impor Barang Konsumsi
Indeks Keyakinan Konsumen juga masih menunjukkan penurunan (Grafik 1.5), disamping penyaluran kredit konsumsi yang cenderung tertekan (Grafik 1.7) pada periode laporan. Di sisi lain, pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran menunjukkan perbaikan meski masih terkontraksi (Grafik 1.6).
Grafik 1.2 Persepsi Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
Demikian juga dengan impor barang konsumsi masih terkontraksi, yaitu dari -19,2% (yoy) menjadi -33,6% (yoy). Penurunan impor barang konsumsi terutama pada impor makanan jadi yang menurun 62% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 4% (yoy).
3
Festival Danau Toba, Tebing Tinggi Agrimart serta Karo Festival
Grafik 1.5 Survei Konsumen
Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran
EKONOMI MAKRO REGIONAL 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Dapat ditambahkan bahwa kebijakan pelonggaran ketentuan Loan To Value (LTV) pada awal triwulan laporan dari 30% menjadi 20% baik untuk kendaraan bermotor atau properti terlihat belum mendorong peningkatan kredit konsumsi. Kredit konsumsi khususnya Kredit Perumahan Rakyat (KPR) pada triwulan III 2015 melambat. Dari hasil liaison yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sumut terungkap bahwa kegiatan properti ditengarai adanya hambatan terkait dengan gencarnya pemerintah menertibkan kesadaran wajib pajak4.
proses pengesahan P–APBD 2015 serta belum stabilnya kondisi politik di Sumatera Utara yang SKPD lebih berhati-hati dalam merealisasikan anggarannya.
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.8 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara Hingga Triwulan III Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi
Di sisi Pemerintah, sebagaimana dengan polanya, kegiatan konsumsi terakselerasi signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Sangat rendahnya realisasi belanja APBD/APBN pada semester I 2015 mendorong laju realisasi anggaran sehingga mampu mendorong konsumsi pemerintah hingga 2,92% (yoy) setelah pada periode lalu mencatat pertumbuhan yang sangat rendah, yaitu 0,99% (yoy). Namun demikian, peningkatan tersebut masih relatif rendah yang tercermin pada masih rendahnya realisasi APBN dan APBD (lihat Bab Keuangan Pemerintah). Realisasi belanja pemerintah yang dibiayai dari APBN hingga triwulan laporan tercatat 46,24% (dari pagu APBN), sedangkan yang dibiayai oleh APBD pemerintah daerah Sumatera Utara adalah 51,3%. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak lepas dari terhambatnya proses lelang/pengadaan terkait perubahan nomenklatur beberapa Kementrian/ Lembaga, terhambatnya
Sejalan dengan membaiknya konsumsi, kegiatan investasi5 terakselerasi secara signifikan, dari 3,07% (yoy) menjadi 4,84% (yoy). Meningkatnya realisasi investasi ini tercermin dari terakselerasinya laju kredit investasi dari -0,7% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 2,8% (yoy). Peningkatan secara signifikan ini diduga didorong oleh meningkatnya investasi non bangunan dibandingkan investasi bangunan.
Grafik 1.9 Kredit Investasi
Peningkatan kinerja investasi non bangunan terkonfirmasi dari membaiknya indikator impor barang modal dan indeks pembelian barang tahan lama meski dalam level yang cukup terbatas. Adanya persiapan untuk menghadapi permintaan yang sesuai polanya akan meningkat pada semester kedua mendorong peningkatan impor barang modal.
Pembentukan Modal Tetap Bruto
EKONOMI MAKRO REGIONAL 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Meskipun demikian, peningkatan investasi non bangunan ini diperkirakan tidak setinggi potensinya yang diindikasikan pada tingkat utilisasi perusahaan yang menurun. Hal ini terkait dengan masih lesunya penjualan serta berkurangnya pasokan bahan baku. Hal ini menyebabkan tidak sedikit pelaku usaha menunda rencana investasi yang dilakukan6.
Utara perlu terus diperbaiki. Hal itu dikarenakan realisasi PMA dan PMDN7 yang justru menurun secara signifikan baik secara jumlah maupun nilai proyek. Masih terkendalanya penyediaan energi (listrik dan gas) diperkirakan menjadi salah satu hambatan yang perlu diperbaiki agar minat investasi di Sumatera Utara membaik.
Investasi bangunan ditengarai membaik namun masih dalam level yang terbatas. Hal ini didasarkan pada berlanjutnya perbaikan penjualan semen ditengah stabilnya indeks penjualan barang konstruksi.
Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara Periode
PMA Proyek
2014
2015
PMDN
I
65
I (juta USD) 122,40
Proyek 15
I (Rp miliar) 559,50
II
117
156,34
49
2985,77
III
74
200,30
20
428,51
IV
180
71,76
73
250,09
Total
436
550,80
157
4223,86
I
123
308,10
53
905,10
II
107
323,60
59
2110,10
III
101
308,20
24
82,80
P: jumlah proyek Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.10 Penjualan Semen
Grafik 1.12 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara Grafik 1.11 Penjualan Barang Konstruksi
Investasi pada periode ini masih tumbuh terbatas. Pertumbuhan investasi belum dapat melampaui pertumbuhan di atas 5% di tahun 2013 atau bahkan di 2012 yang mampu tumbuh di atas 8%. Hal ini dikarenakan pelaku usaha yang cenderung wait and see terkait perlambatan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih serta belum kondusifnya situasi politik menjelang Pilkada serentak.
Di sisi eksternal, kinerja ekspor Sumut pada periode laporan melambat dari 12,79% (yoy) menjadi 11,14% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh masih lesunya permintaan mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area pada triwulan III 2015 yang kembali tertahan.
Meskipun kegiatan investasi secara agregat mengalami peningkatan, iklim investasi di Sumatera
Data BKPM triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL 5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 1.15 Ekspor CPO Grafik 1.13 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama
Kinerja manufaktur AS, Tiongkok, India dan Euro Area sebagai mitra dagang utama menunjukkan kinerja yang stagnan atau menurun pada triwulan III 2015. Bahkan, manufaktur Tiongkok masih berada di fase kontraksi. Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama
Komoditas Kelapa Sawit Karet Kopi Lainnya
Pangsa 4,86% 9,73% 4,33% 81,09%
Kinerja ekspor karet juga belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Lesunya permintaan untuk produk karet terjadi setelah efektifnya pemberlakuan kebijakan compound rubber di Tiongkok dengan campuran maksimal 88% per 1 Juli 2015. Tidak sesuainya spesifikasi permesinan yang dimiliki oleh industri di Tiongkok menyebabkan menurunnya permintaan karet. Hal ini mendorong Tiongkok menurunkan porsi impor karet alamnya. Selain itu, masih berlimpahnya ketersediaan karet dunia turut menekan harga karet dari -17,5% (yoy) pada triwulan lalu menjadi -18,2% (yoy).
Grafik 1.16 Ekspor Karet
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 1.14 Perkembangan Harga CPO dan Karet
Turunnya permintaan kelapa sawit ditengarai juga terkait dengan intensi pemerintah negara mitra dagang untuk melindungi industri lokal minyak kedelai dan minyak rapeseed sebagai produk subtitusi CPO. Dari Eropa, penurunan permintaan CPO tertahan oleh maraknya black campign terkait lingkungan dan kesehatan. Menurunnya permintaan ditengah pasokan global yang cukup baik kembali menekan harga CPO -25,9% (yoy). Selain itu, masih cukup rendahnya harga minyak bumi turut menekan harga CPO. Akibatnya, kinerja ekspor CPO mengalami penurunan pada periode laporan.
Penurunan kinerja ekspor juga tercermin dari pertumbuhan bongkar di Pelabuhan Belawan yang masih tercatat diangka kontraksi. Dalam rangka mendorong aktivitas bongkar muat, otoritas terkait telah memberlakukan tarif progressif yang cukup tinggi terhadap biaya penumpukan peti kemas di container yard sejak Mei 2015. Aktivitas impor mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 6,12% (yoy) menjadi 12,28% (yoy). Indikasi membaiknya aktivitas impor tercermin pada membaiknya kategori impor barang modal dari -70,2% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 18,6% (yoy) dan kategori impor bahan baku dari 15,7% (yoy) menjadi -10,7% (yoy).
EKONOMI MAKRO REGIONAL 6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 1.17 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut
Sementara itu, kinerja impor barang konsumsi relatif stabil. Peningkatan aktivitas impor bahan baku terjadi untuk memenuhi kebutuhan industri dalam memenuhi kebutuhan domestik yang memang secara polanya mengalami peningkatan. Sementara itu, peningkatan impor barang modal terjadi seiring dengan pola peningkatan PMTB yang meningkat memasuki paruh kedua setiap tahunnya seiring dengan akselerasi belanja modal, khususnya belanja modal Pemerintah. Sementara itu, adanya pemberlakuan bea impor belum memberikan dampak bagi kinerja impor Sumatera Utara.
Grafik 1.18 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha/Kategori Melambatnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2015 terutama disebabkan oleh tertahannya kinerja dua kategori utama, yaitu Pertanian, dan kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Sementara itu, kategori utama lainnya, yaitu Industri Pengolahan mengalami peningkatan yang signifikan. Ketiga kategori tersebut menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera Utara.
Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Komponen PDRB Sisi Penawaran (Kategorial)
2014 IV
2014
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
5,19
Pertambangan dan Penggalian
4,43
Industri Pengolahan
0,32
2,97
Pengadaan Listrik, Gas
6,26
3,71
Pengadaan Air
6,84
6,04
Konstruksi
8,53
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2015
Arah
I**
II**
III**
4,37
6,07
5,56
3,87
Melambat
5,33
12,25
5,84
3,58
Melambat
0,30
3,09
5,01
Akselerasi
-9,82
-8,04
2,13
Akselerasi
9,70
8,62
4,34
Melambat
6,79
8,29
6,58
5,56
Melambat
5,46
6,94
4,54
5,43
4,24
Melambat
Transportasi dan Pergudangan
6,35
5,71
5,39
5,37
6,26
Akselerasi
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
6,50
6,48
9,21
6,86
6,18
Melambat
Informasi dan Komunikasi
4,74
7,23
5,81
7,07
8,10
Akselerasi
Jasa Keuangan
6,69
2,84
3,32
4,62
7,75
Akselerasi
Real Estate
7,93
6,59
4,94
5,62
6,10
Akselerasi
Jasa Perusahaan
7,46
6,76
7,24
6,84
5,01
Melambat
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
5,19
6,92
5,32
6,31
7,04
Jasa Pendidikan
0,00
6,37
2,45
-0,25
8,14
Akselerasi
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
8,56
7,00
6,37
7,90
8,85
Akselerasi
Akselerasi
Jasa lainnya
6,08
7,04
6,15
6,91
5,61
Melambat
PDRB **) Angka Sangat Sementara Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
4.81
5.23
4,82
5,13
5,08
Melambat
EKONOMI MAKRO REGIONAL 7
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Belum normalnya pasar global serta gangguan produksi domestik mendorong berlanjutnya perlambatan kinerja Kategori Pertanian. Kategori ini melambat cukup signifikan dari 5,56% (yoy) menjadi 3,86% (yoy). Dampak dari anjloknya harga komoditas serta lesunya permintaan ditengah terjadinya panen raya kedua tanaman bahan pangan (beras dan cabai merah) menjadi salah satu penyebab melambatnya kinerja kategori pertanian pada triwulan laporan. Dari sisi produksi, terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan akibat banyaknya petani perkebunan yang alih profesi atau bahkan menjual tanaman perkebunannya. Menurunnya kinerja subkategori perkebunan tercermin dari menurunnya Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR).
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.19 Realisasi NTP Sumatera Utara
Dalam mengantisipasi penurunan tingkat pendapatan, banyak petani yang pada akhirnya memilih untuk mengurangi penggunaan pupuk.
Penurunan penggunaan pupuk ini tercermin dari realisasi impor pupuk yang masih terkontraksi.
Grafik 1.20 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara
Dari sisi tanaman pangan, kembali terjadinya erupsi Gunung Sinabung memasuki akhir triwulan III 2015 dan bencana kabut asap menjadi faktor penghambat produksi tanaman hortikultura. Menurunnya kinerja subsektor hortikultura tercermin dari menurunnya Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH). Akibat menurunnya kedua subkategori utama ini, Nilai Tukar Petani (NTP) secara umum juga mengalami penurunan dari 98,60 menjadi 97,67. Meskipun demikian, produksi tanaman pangan untuk keseluruhan tahun mulai kembali normal. Hal itu tercermin dari ARAM II 2015 yang menunjukkan perbaikan. Kembali normalnya produksi tanaman pangan tidak lepas dari berjalannya beberapa program pemerintah untuk mendukung optimalnya produksi tanaman pangan sejak awal tahun 2015.
Tabel 1.5 Realisasi Tanaman Pangan Uraian
Satuan
2014
2014
2014
2014
2015
ATAP
ARAM I
ARAM II
ASEM
ATAP
ARAM II
742.968 50 3.727.249
PADI 736.790 51 3.740.993
713.254 51 3.604.602
Ha Ku/Ha
5.475
3.126
KEDELAI 3.080
10
10
12
Ton
5.419
3.229
3.556
243.098
211.750
Ha Ku/Ha
Produksi
Ton
Luas Panen Produksi
2013
ATAP 756.099 49 3.715.514
Luas Panen Hasil / Hektar
Hasil / Hektar
2012
716.654 51 3.628.968
717.318 51 3.631.039
753.996 51 3.866.492
4.363
5024
5.024
5.481
11
11,36
11
12
4.680
5705
5.075
6.583
199.337
200.588
200.603
242.208
JAGUNG Luas Panen Hasil / Hektar
Ha Ku/Ha
Produksi
Ton
Luas Panen
Ha Ku/Ha
202.870
55
56
56
56
58
58
61
1.347.124
1.183.011
1.128.547
1.116.649
1.159.707
1.159.795
1.478.584
38.749
47.141
UBI KAYU 44.676
43.134
42.049
42.062
45.052
302
322
330
329
329
329
332
1.171.520 Produksi Ton Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara; diolah
1.158.221
1.476.213
1.420.658
1.328.926
1.383.346
1.495.169
Hasil / Hektar
EKONOMI MAKRO REGIONAL 8
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 (1) Adanya aktivitas panen di beberapa sentra produksi (2) tercapainya realisasi beberapa program pemerintah terkait pengembangan sarana prasarana pertanian, dan (3) rendahnya dampak El Nino diperkirakan menjadi faktor penahan terus merosotnya kinerja kategori ini. Namun, masih terus tumbuhnya penyaluran kredit kepada kategori ini diharapkan dapat menahan laju perlambatan bahkan mampu memperbaiki kinerja kategori ini ke depan.
Depresiasi nilai tukar menyebabkan harga sparepart yang umumnya diimpor semakin melambung. Hal ini terkonfirmasi dari kembali melambatnya kinerja penjualan suku cadang dari -1,72% (yoy) menjadi 4,77% (yoy).
Grafik 1.23 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Pertanian
Setelah sempat membaik pada triwulan lalu, Kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) melambat dari 5,43% (yoy) menjadi 4,24% (yoy). Permintaan aktivitas konsumsi yang tidak setinggi pola historinya menekan pertumbuhan kategori ini. Pelaksanaan beberapa event besar pada periode laporan belum cukup kuat untuk mendorong aktivitas perdagangan. Adanya bencana kabut asap menurunkan daya tarik wisata yang tercermin dari stagnannya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan occupancy rate (Grafik 1.22).
Namun, penyaluran kredit yang masih cukup baik (tumbuh dari 18,7%; yoy menjadi 19,8%;yoy) diharapkan mampu menahan lebih dalamnya perlambatan kinerja kategori ini.
Grafik 1.24 Penyaluran Kredit Kategori PBE
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.22 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate
Selain itu, perlambatan kategori PBE juga terjadi akibat adanya penurunan penjualan kendaraan bermotor. Menurunnya distribusi pendapatan masyarakat Sumut yang umumnya petani seiring dengan penurunan harga komoditas mengakibatkan dampak kebijakan pelonggaran LTV untuk uang muka kendaraan bermotor belum terlihat.
Kategori konstruksi secara konsisten mengalami perlambatan sejak triwulan IV 2014. Kategori ini kembali tumbuh melambat dari 6,58% (yoy) pada periode lalu menjadi 5,56% (yoy) di akhir triwulan laporan. Perlambatan kinerja kategori konstruksi ini disebabkan oleh terbatasnya laju investasi swasta terkait dengan semakin tingginya biaya impor dengan impor content yang cukup tinggi seiring dengan depresiasi nilai tukar dan perilaku wait and see pelaku usaha terhadap perbaikan perekonomian dan hasil Pilkada serentak. Terus menurunnya kinerja konstruksi juga tercermin dari menurunnya penyaluran kredit konstruksi yang justru terkontraksi hingga -1,1% (yoy) setelah periode lalu tercatat memiliki kinerja yang positif (Grafik 1.25).
EKONOMI MAKRO REGIONAL 9
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi
Kategori Transportasi dan Pergudangan sedikit mengalami penurunan dari triwulan lalu. Penurunan kategori ini disebabkan oleh menurunnya lalu lintas barang yang tercermin dari menurunnya arus bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan. Adanya penerapan tarif progressif penempatan peti kemas pada container yard di Pelabuhan Belawan belum berdampak pada peningkatan subsektor pergudangan seperti semestinya. Selain itu, kembali terjadinya erupsi Gunung Sinabung serta kabut asap turut menghambat distribusi barang. Aktvitas perekonomian yang secara umum memang mengalami penurunan yang menyebabkan belum berkembangnya kinerja kategori ini.
Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan
Meskipun demikian, adanya HKBN pada periode laporan menyebabkan masih positifnya arus penumpang pada pelabuhan laut maupun udara sehingga masih menahan penurunan kinerja kategori ini.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.28 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara
Kategori Industri Pengolahan terus menunjukkan pemulihan. Kategori ini tumbuh sangat signifikan hingga 5,01% (yoy) seiring dengan membaiknya kinerja kategori pengadaan listrik dan gas.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.26 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan
Kekhawatiran pelaku usaha akan pemeriksaan pajak yang menekan pertumbuhan kategori konstruksi juga menekan kinerja kategori ini. Penyedia jasa sewa pergudangan mengakui adanya penurunan penyewaan pergudangan yang sangat signifikan pada tahun 2015. Menurunnya kinerja kategori ini juga tercermin dari penyaluran kredit pada kategori ini yang masih terkontraksi.
Peningkatan kinerja industri pengolahan pada triwulan laporan terutama didorong oleh membaiknya kinerja industri makanan, karet, barang dari karet dan plastik, serta minuman seiring dengan meningkatnya permintaan yang sesuai polanya, meski tidak setinggi tahun sebelumnya. Peningkatan permintaan pada periode laporan diduga berasal dari domestik dikarenakan permintaan luar negeri justru kembali lesu seperti yang telah dijelaskan pada bagian ekspor. Hal ini tercermin dari melambatnya ekspor luar negeri produk manufaktur (Grafik 1.28).
EKONOMI MAKRO REGIONAL 10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 1.29 Perkembangan Ekspor Manufaktur
Industri Pengolahan mampu menunjukkan kinerja yang positif meski dibayangi risiko eksternal yang cukup tinggi. Masih terkoreksinya harga komoditas internasional, berlanjutnya perlambatan perekonomian dunia, serta permintaan yang masih belum cukup kuat, dapat dikompensasi oleh permintaan domestik yang cukup kuat. Aktivitas kategori ini yang meningkat juga tercermin dari penyaluran kredit yang mengalami peningkatan.
Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan
EKONOMI MAKRO REGIONAL 11
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Daya Saing Industri Provinsi Sumatera Utara
Suplemen 1
Keterbukaan8 Sumatera Utara terhadap pasar perdagangan berdasarkan kinerja ekspor dapat dikatakan cukup tinggi dengan total perdagangan mencapai >70% dari output yang dihasilkan. Namun, semakin menurunnya pangsa dari aktivitas perdagangan terhadap perekonomian menjadi hal yang perlu diperhatikan karena menurunnya keterbukaan perdagangan dapat berpengaruh pada kapabilitas industri pada masa mendatang. Daerah yang lebih terbuka memiliki kecenderungan untuk menangkap teknologi terbaru dari negara/daerah lain9 dengan lebih cepat. Selain itu, keterbukaan perdagangan turut mendorong adanya efisiensi seiring dengan kompetisi yang berasal dari pasar domestik maupun internasional. Beberapa studi justru menyatakan bahwa keterbukaan perdagangan berpengaruh signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Seiring dengan terjadinya penurunan keterbukaan perdagangan, produktivitas ekspor juga mengalami stagnasi pasca era commodity boom yang terjadi hingga sebelum tahun 2012. Stagnannya produktivitas ekspor terutama disebabkan oleh menurunnya produktivitas ekspor luar negeri dan stagnannya ekspor antar daerah. Penurunan produktivitas ini juga tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat.
Grafik 1.31 Openess to Trade dan Export Productivity Sumatera Utara
Grafik 1.32 Klasifikasi Teknologi Ekspor Sumut
Berdasarkan jumlahnya, perusahaan industri besar dan sedang di Sumatera Utara didominasi oleh Industri Makanan, Minuman dan Tembakau (43%), Industri Kimia, Batu Bara, Karet dan Plastik (20%) serta Industri Kayu dan Perabot Rumah Tangga (13%). Produk industri dikelompokkan berdasarkan klasifikasi United Nations Industrial Development Organization (UNINDO, 2004) yaitu: produk berbasis sumber daya, produk industri berteknologi rendah, produk industri berteknologi menengah dan produk industri berteknologi tinggi. Dari hasil pengklasifikasian tersebut, produk industri di Sumatera Utara diklasifikasikan sebagai industri dengan ketergantungan teknologi moderat dengan kapabilitas industri yang rendah. Rendahnya kapabilitas industri Sumut disebabkan oleh dominasi produk berbasis sumber daya alam sehingga teknologi pengolahan dan nilai tambah yang dihasilkan relatif terbatas. Produk unggulan Sumut yang didominasi oleh produk berbasis sumber daya alam sangat bergantung pada perkembangan industri manufaktur mitra dagang. Seiring dengan menurunnya industri manufaktur negara mitra dagang, daya saing produk unggulan relatif mengalami penurunan di pasar global, kecuali produk tembakau dan alkohol.
Keterbukaan dihitung berdasarkan porsi ekspor dan impor terhadap PDRB Romer (1993), Gross dan Helpman (1992), Baro dan Sala-i-Martin (1995)
EKONOMI MAKRO REGIONAL 12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 1.33 Perkembangan RCA10 Kategori Produk Unggulan
Grafik 1.34 Konsentrasi Produk Ekspor11
Di tengah penurunan daya saing, Sumut justru memiliki tingkat konsentrasi ekspor yang cenderung meningkat meski masih dalam level yang cukup rendah. Pelaku usaha di Sumut justru meningkatkan nilai penjualan produk unggulan dibandingkan melakukan diversifikasi ekspor, meski secara permintaan dan harga sedang mengalami penurunan. Suatu konsekuensi yang cukup wajar mengingat kapabilitas industri yang ada saat ini memang cukup rendah sehingga belum memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk turunan dengan kompleksitas teknologi yang lebih tinggi. Padahal, bagi kelompok negara berkembang, peningkatan penjualan produk baru maupun penjualan ke pasar baru sangat kritikal untuk mendorong perkembangan ekspor dan ketenagakerjaan dibandingkan dengan pendalaman pasar12 agar dapat bertahan di pasar global. Hal itu didasarkan pada tantangan hambatan perdagangan yang lebih dinamis dibandingkan dengan negara maju, baik dari sisi efisiensi penetrasi pasar, sumber daya yang lebih terbatas, kebijakan perdagangan dan lainnya. Dengan demikian, dukungan dari pemerintah dibutuhkan agar pelaku industri mau mendobrak pasar industri melalui produk berteknologi yang dihasilkan secara efisien agar mampu bersaing di pasaran. Namun, hal ini perlu diwaspadai lebih lanjut mengingat pada dasarnya market positionin13g produk unggulan Sumut sudah berada pada pada segmen achievers in diversity. Suatu kondisi tingginya tingkat kerentanan karena tingkat permintaan yang cenderung menurun secara global. Hal ini mengindikasikan bahwa produk unggulan Sumut sudah berada pada mature market. Dominasi industri yang ada saat ini dapat dikatakan belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sudah jenuhnya pasar mendorong urgensi diversifikasi produk, terutama untuk produk yang berada pada segmen champions dan underachievers.
EKONOMI MAKRO REGIONAL 13
Average world manufactured trade growth (%)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Change in world market share (%) Grafik 1.35 Market Positioning Produk Ekspor Provinsi Sumatera Utara
Sementara itu, produk Sumut yang saat ini sudah berada dalam kluster champions lebih didominasi oleh produk industri berbasis sumber daya. Hal menimbulkan spekulasi akan dorongan industri yang kurang sustainabel bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, pengembangan menuju lokus industri baru untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berbasis industri yang lebih kuat perlu terus dilakukan. Pada masa mendatang, Sumut memiliki ruang yang cukup baik untuk mengembangkan produk berteknologi rendah hingga moderat, terutama untuk produk berbahan kimia dan kayu (Grafik 1.35). Tingkat permintaan secara global bagi produk kelompok ini sedang meningkat dalam 3 tahun terakhir, namun minat pelaku pasar industri segmen ini dikatakan cukup rendah. Produk-produk ini pada umumnya berada pada klasifikasi produk berteknologi rendah hingga moderat namun memiliki ketergantungan teknologi yang relatif rendah. Rendahnya ketergantungan teknologi yang dimiliki ditengah masih adanya ruang untuk melakukan impor mengindikasikan adanya potensi permintaan dari supporting material/parts yang belum tersedia secara domestik (Grafik 1.36).
Grafik 1.36 Penetrasi Impor Produk Champions dan Underachievers; bubble size menunjukkan pangsa produk terhadap total ekspor
EKONOMI MAKRO REGIONAL 14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Pariwisata sebagai Pendorong Perekonomian
Suplemen 2
Pertumbuhan sektor pariwisata Sumatera Utara masih relatif rendah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan subklasifikasi penyediaan makan minum, transportasi dan pergudangan serta perdagangan dan reparasi yang belum meningkat signifikan. Pangsa sektor pariwisata terhadap perekonomian Sumatera Utara secara agregat juga relatif stagnan. Penurunan kinerja kategori pariwisata ini juga tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan occupancy rate yang menurun (Grafik 1.22). Di sisi lain, potensi pariwisata yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Utara sangat besar.
Grafik 1.37 Pertumbuhan Ekononomi Kelompok Parwisata di Provinsi Sumatera Utara
Grafik 1.38 Pangsa Kategori Pariwisata
Hal ini mengingat Sumatera Utara memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), Sumut memiliki 7 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), 1 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan 3 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) (tabel 1.6). Melimpahnya kekayaan pariwisata di Sumatera Utara juga dapat menggerakkan ekonomi rakyat khususnya sektor UMKM. Jumlah UMKM di sektor pariwisata mencapai 2,5 juta usaha, dimana 62%-nya termasuk kategori mikro, 30%-nya termasuk kategori kecil dan sisanya adalah kategori menengah. Tabel 1.6 Kawasan Pariwisata
KPPN Nias Barat dan sekitarnya KPPN Teluk Dalam dan sekitarnya KPPN Medan Kota dan sekitarnya KPPN Tangkahan-Leuser dan sekitarnya KPPN Bukit Lawang dan sekitarnya KPPN Danau Toba dan sekitarnya
KPPN Sibolga dan sekitarnya DPN Medan-Toba dan sekitarnya KSPN Toba KPPN dan sekitarnya KSPN Tangkahan dan sekitarnya KSPN Teluk Dalam Nias dan sekitarnya
Jumlah objek wisata yang berada di Sumatera Utara adalah 339 objek, namun, yang sudah beroperasi secara komersial baru 120 objek. Cukup banyaknya destinasi wisata yang belum dikenal oleh masyarakat tidak lepas dari beberapa kendala, di antaranya adalah: 1. 2. 3.
4. 5.
Aksesabilitas yang belum optimal Kurangnya kesadaran wisata dan profesionalisme pelaku usaha pariwisata Terbatasnya alokasi dana untuk pengembangan pariwisata. Dukungan dana APBD bagi pariwisata hanya 0,2% dengan tren menurun. Sarana pendukung dan penunjang yang belum memadai Belum tersusunnya kalender event pariwisata di daerah secara baku
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara Gambar 1.1 Rencana Kawasan Andalan Nasional 20132033
15
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 6. 7. 8. 9.
Kurangnya promosi Koordinasi antar institusi yang menangani kebudayaan dan pariwisata belum maksimal Kurangnya penerbangan langsung dari pasar potensial Kurangnya pengetahuan teknologi
Meski masih rendah, pangsa wisatawan mancanegara pada dasarnya terus meningkat. Wisatawan mancanegara ini terutama berasal dari Malaysia dan Eropa. Mayoritas wisatawan mancanegara datang ke Sumatera Utara untuk liburan (68%) dan bisnis (14%). Pengeluaran wisatawan mancanegara di Medan didominasi oleh pengeluaran untuk Akomodasi, Transportasi dan Jasa. Masih terbatasnya jumlah wisatawan mancanegara menjadi tantangan mengingat dampak pergerakan roda perekonomian yang cukup tinggi dari sektor ini (Tabel 1.7). Hasil kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa total belanja seluruh wisatawan mancanegara dalam setahun dapat meningkatkan output ekonomi Sumut sebesar 0,42%.
Grafik 1.39 Wisatawan Mancanegara vs Domestik
Grafik 1.40 Asal Wisatawan Mancanegara
Tabel 1.7 Forward dan Backward Linkage Sektor Pariwisata Sektor Ekonomi
Forward Linkage
Backward Linkage
2,20 0,86 0,90 0,74 1,28
0,98 1,27 1,12 1,26 1,46
Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan Darat Angkutan Air Angkutan Udara
Akomodasi
MEDAN
BATAM
Makanan
Transportasi
22.8
16.8
Belanja
Kerajinan Kulit
11.5
12.0
Garmen
19.5
11.4
9.2 0.6
Perhiasan
11.6
13.6
Jasa Hiburan
Jasa Lainnya
0.1 2.7 4.0
13.7
20.7
Telekomunikasi
12.3
5.3
6.8
1.8
3.6
Grafik 1.41 Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara di Medan dan Batam
Mengingat tingginya potensi pariwisata Sumatera Utara, Pemerintah telah menargetkan peningkatan aktivitas pariwisata di Sumatera Utara. Kunjungan Wisatawan mancanegara pada tahun 2016 ditargetkan 363.357 orang, tahun 2017 ditargetkan 399.692 sedangkan tahun 2018 ditargetkan 439.661 orang. Dengan adanya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ini, diharapkan kontribusi terhadap PDRB dapat meningkat menjadi 2,31%-2,36%. Adapun langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan geliat industri pariwisata di antaranya adalah: 1.
Meningkatkan dukungan anggaran, melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara yang meningkat setelah mengalami penurunan secara kontinu pada 5 tahun terakhir.
EKONOMI MAKRO REGIONAL 16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
35
2011
30
33
2012
2013
2014
2015
Rp Miliar
25 20 15
2016
26
25 20
19
18
10 5 Belanja Langsung
Grafik 1.42 Dana Pelaksaan Anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara
2.
3. 4.
Perbaikan infrastruktur sebagai akses ke daerah wisata, di antaranya: a. Pembangunan jalan arteri/non tol lingkar luar Danau Toba sepanjang ±248,53 km b. Pengembangan jaringan kereta api sepanjang ±505,429 km. 1) Lintas utama: Medan – Kisaran (153,7 km), Kisaran – R. Prapat (113,9 km), Medan – Belawan (21,7 km) dan Medan – Besitang (122,3 kM) 2) Lintas cabang: Kisaran – Tanjungbalai (20,7 km), T. Tinggi – P. Siantar (48,5 km) c. Pengembangan 6 bandara perintis, terutama di daerah pantai barat, yaitu Bandara SibisaTobasa, Bandara Silangit-Siborong borong, Bandara FL Tobing – Sibolga, Bandara Binaka-G. Sitoli, Bandara Lasondre – Nias Selatan dan Bandara Aek Godang-P.Sidempuan d. Pengembangan pelabuhan lainnya, diantaranya Pelabuhan Sibolga, Pelabuhan Gunung Sitoli, Pelabuhan Tanjung Leidong, Pelabuhan Tanjung Sarang Elang, Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Teluk Dalam Nias. Membangun pusat promosi dan dagang UMKM Provinsi Sumatera Utara Pengembangan kerja sama galeri-galeri produk unggulan di Sumatera Utara baik yang dikelola pemerintah maupun UKM.
EKONOMI MAKRO REGIONAL 17
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL 18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 2 INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2015 menurun dan berada dibawah inflasi Nasional. Penurunan tekanan inflasi terjadi di seluruh kota sampel penghitungan IHK di Sumatera Utara dan seluruh komponen disagregasi inflasi. Penurunan inflasi terjadi seiring melimpahnya pasokan komoditas utama seperti bawang merah dan cabai merah. Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah yang menjaga stabilnya harga BBM premium serta menurunkan tarif LPG 12 kg juga turut menjaga rendahnya tekanan inflasi. Hal tersebut juga tak lepas dari komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera Utara untuk fokus dalam melaksanakan program pengendalian inflasi jangka pendek maupun menengah.
INFLASI 19
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
2.1 Kondisi Umum
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional
Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2015 menurun dibanding triwulan lalu sebelumnya. Sejalan dengan inflasi Nasional, inflasi tahunan (yoy) Sumatera Utara pada triwulan laporan menurun signifikan dari 7,82% menjadi 6,62%. Angka tersebut lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 6,83% (Grafik 2.1). Penurunan inflasi terjadi di semua kota IHK di Sumatera Utara (Grafik 2.2).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut
Inflasi bulanan di sepanjang triwulan III 2015 terus menurun sejalan dengan membaiknya pasokan (Grafik 2.3). Inflasi bulanan (mtm) Juli, Agustus dan September berturut-turut sebesar 0,78%, 0,42% dan 0,70% (Grafik 2.3). Penurunan tekanan inflasi ini dipengaruhi membaiknya pasokan komoditas utama terutama bawang merah dan cabai merah seiring dengan melimpahnya pasokan (Tabel 2.2). Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan III 2015 di Sumatera Utara
Andil Andil Komoditas (%, mtm) (%, mtm) Juli Cabai Merah 0,14 Bawang Merah -0,11 Dencis 0,07 Tomat Buah -0,05 Angkutan Udara 0,06 Celana Pjg Jeans -0,03 Agustus Angkutan Udara 0,31 Cabai Merah -0,18 Daging Ayam Ras 0,15 Bawang Merah -0,08 Beras 0,09 Tongkol -0,03 September Beras 0,09 Cabai Merah -0,43 Sekolah Dasar 0,09 Daging Ayam Ras -0,17 Kontrak Rumah 0,05 Bawang Merah -0,10 Komoditas
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Triwulan III 2015 di Sumatera Utara
Andil (%, qtq) Angkutan Udara 0,27 Beras 0,20 Sekolah Dasar 0,16 SMA 0,10 Kontrak Rumah 0,10 Komoditas
Andil (%, qtq) Cabai Merah -0,62 Bawang Merah -0,31 Tomat Buah -0,07 Udang Basah -0,06 Minyak Goreng -0,05 Komoditas
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
Berlimpahnya pasokan bawang merah didorong panen raya yang cukup baik di beberapa wilayah sentra produksi bawang merah seperti di Bima (NTB), Brebes (Jawa Tengah), Nganjuk dan Probolinggo (Jawa Timur) yang bergeser dari Agustus dan September menjadi bulan Juli-Agustus.
Secara kumulatif (ytd), inflasi Sumatera Utara hingga bulan September 2015 adalah sebesar 1,51%, jauh lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 2,24%. Secara triwulanan (qtq), inflasi periode laporan sebesar 0,50%, jauh menurun dibanding triwulan lalu (2,77%). Penurunan inflasi secara triwulanan tersebut terutama disumbang oleh penurunan harga kelompok bahan makanan seperti cabai merah dan bawang merah (Tabel 2.1). INFLASI 20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
2.2 Disagregasi Inflasi
administered prices pada akhir triwulan laporan masih cukup tinggi. Inflasi tahunan (yoy) administered prices pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 9,36%, menurun dibanding triwulan lalu yang mencapai 10,45%. Penurunan tersebut dipengaruhi turunnya harga LPG 12 kg serta tidak adanya kenaikan harga BBM premium sepanjang triwulan laporan.
Penurunan tekanan inflasi pada triwulan III 2015 terjadi di semua kelompok disagregasi inflasi. Penurunan terdalam terjadi di kelompok bahan makanan bergejolak (volatile foods) (Grafik 2.4)
Masih tingginya angka inflasi administered prices dipengaruhi oleh kenaikan harga angkutan udara terkait tingginya permintaan menjelang lebaran. Sementara itu, meski sempat naik Rp200 pada awal Agustus, namun Pertamax kembali diturunkan Rp300 menjadi Rp9.250/liter d.r. HUT RI Ke-70.
2.2.1
2.2.3
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)
Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut
Inflasi Volatile Foods
Inflasi Inti (Core Inflation)
Kondisi pasokan yang cukup baik khususnya pada akhir triwulan III 2015 mendorong penurunan inflasi volatile foods yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan, inflasi VF turun dari 8,13% (yoy) menjadi 4,61% (yoy). Inflasi volatile foods cenderung tinggi di paruh awal triwulan III 2015, dan menurun signifikan di akhir triwulan. Tingginya inflasi volatile foods di awal triwulan terutama disebabkan kenaikan cabai merah terkait siklus panen, serta kenaikan daging ayam ras. Dampak kebijakan pemerintah terkait pengurangan impor daging sapi membuat harga sapi melonjak yang mendorong aksi mogok nasional pedagang sapi selama 4 hari pada 9-12 Agustus 2015. Hal tersebut membuat harga sapi kian melonjak sehingga mendorong konsumen beralih ke daging ayam. Akibatnya, harga daging ayam ras ikut terkerek naik. Kenaikan harga daging ayam ras tersebut juga didorong kenaikan harga day old chick (DOC) dan pakan ayam di awal triwulan. Namun, harga daging ayam ras kembali stabil memasuki akhir triwulan III 2015.
Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Tukar
Di tengah tekanan depresiasi rupiah (Grafik 2.5), inflasi inti masih stabil dengan kecenderungan menurun. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap turunnya harga barang secara umum pada triwulan III 2015 (Grafik 2.6). Realisasi inflasi inti tercatat sebesar 4,71% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,82% (yoy). Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor fundamental tekanan harga di Sumut masih berada dalam kisaran target inflasi Pemerintah, yakni 4+1%.
Penurunan tekanan inflasi di akhir triwulan laporan terutama dipengaruhi melimpahnya pasokan komoditas utama seperti bawang merah dan cabai merah sebagaimana telah dijelaskan pada subbab sebelumnya. 2.2.2
Inflasi Administered Prices
Penurunan harga juga terjadi pada kelompok inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices). Meskipun menurun, tingkat inflasi pada kelompok
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Biaya Pendidikan dan Rumah
INFLASI 21
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Tekanan inflasi inti di triwulan III 2015 didorong oleh seasonal factors terkait masa tahun ajaran baru berupa naiknya biaya pendidikan sekolah, terutama SD dan SMP, serta kontrak rumah (Grafik 2.6).
2.3 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Secara tahunan (yoy) maupun triwulanan (qtq), penurunan tekanan inflasi terjadi di hampir seluruh kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (Tabel 2.3). Kelompok Bahan Makanan bahkan mengalami deflasi sebesar 2,38% (qtq). Sementara kelompok Kesehatan secara tahunan cukup stabil dengan kecenderungan meningkat terkait dengan seasonal factor tahun ajaran baru.
Kelompok Bahan Makanan memberikan andil14 deflasi sebesar 0,59% (qtq) terhadap total inflasi Sumatera Utara. Deflasi kelompok bahan makanan ini terutama disumbang oleh subkelompok BumbuBumbuan (andil -0,86%; qtq) terutama komoditas cabai merah (andil -0,62%; qtq). Aktivitas panen komoditas cabai merah di Sumut berjalan baik seiring dengan kondusifnya faktor cuaca dan berjalannya beberapa program pemerintah seperti gerakan tanam cabai kemarau serta program pendukung lahan pertanian lainnya.
Tabel 2.3 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa Kuartalan (qtq) Kelompok
Tahunan (yoy)
2015 I
2015 II
III
-4,48 7,41 -2,38 3,83
8,77
2,63
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,35 1,25 0,93 7,19
6,64
5,77
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar
1,20 1,53 0,76 6,75
7,63
5,36
Sandang
1,37 0,61 0,49 3,06
4,10
3,71
Kesehatan
1,54 2,45 1,13 3,93
6,20
6,24
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0,06 0,05 5,47 5,89
5,09
6,29
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
-5,80 1,62 1,47 8,59 10,09 10,07
Bahan Makanan
Umum
II
III
I
-1,72 2,78 0,50 6,15
7,82
5,69
Sumber: BPS, diolah
2.3.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan inflasi, baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Inflasi kelompok ini pada triwulan III 2015 adalah -2,38% (qtq) atau 2,63% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 7,41% (qtq) atau 8,77% (yoy) (Grafik 2.7).
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas)
Di sisi lain, subkelompok Padi-Padian, Umbi-Umbian dan Hasilnya menyumbang inflasi moderat terhadap total inflasi Sumatera Utara, dengan andil 0,21% (qtq). Sebagian besarnya disumbang oleh komoditas beras dengan andil 0,20% (qtq). Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)15 mengkonfirmasi kenaikan beras untuk semua kualitas (Grafik 2.8). Hal ini diduga akibat belum adanya panen hingga bulan Agustus sesuai pola musimannya. Selain itu, berkurangnya pasokan beras dari provinsi lain seperti Sulawesi Selatan maupun Jawa akibat El-Nino turut mendorong peningkatan harga beras. 2.3.2
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau pada triwulan III 2015 tercatat
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Sumut
INFLASI 22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 mengalami penurunan (Grafik 2.9). Inflasi kelompok ini turun dari 1,25% (qtq) atau 6,64 (yoy) menjadi 0,93% (qtq) atau 5,77% (yoy). Kelompok ini memiliki andil 0,15% (qtq) terhadap total Inflasi Sumatera Utara pada triwulan laporan. Hal itu terutama disumbang oleh subkelompok Makanan Jadi serta subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol, dengan andil 0,07% (qtq) dan 0,05% (qtq).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.9 Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Sementara itu, komoditas dengan andil inflasi terbesar dalam kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau adalah komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter. Tren kenaikan rokok tersebut (Grafik 2.10) diduga merupakan langkah pengusaha rokok dalam mengantisipasi rencana kenaikan bea cukai rokok sebesar 27% pada tahun ini.
inflasi (Grafik 2.11). Secara tahunan (yoy), inflasi kelompok ini turun dari 7,63% menjadi 5,36%, demikian juga secara triwulanan (qtq) yang turun dari 1,53% menjadi 0,76%. Kelompok ini memiliki andil 0,18% (qtq) terhadap inflasi Sumatera Utara pada triwulan laporan. Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar terutama disumbang oleh subkelompok Biaya Tempat Tinggal. Subkelompok ini memiliki andil 0,15% (qtq) yang sebagian besar disumbang oleh komoditas kontrak rumah dan sewa rumah. Meningkatnya harga komoditas kontrak rumah terjadi seiring dengan ekspektasi peningkatan permintaan pada tahun ajaran baru. Hal ini mengingat cukup banyaknya jumlah penyelenggara pendidikan di Sumatera Utara. Selain itu, arus urbanisasi baru yang umumnya terjadi pasca lebaran mendorong pemilik rumah untuk menaikkan sewa terhadap penyewa baru.
Sumber: Survei Harga Properti Residensial, KPw BI Sumut
Grafik 2.12 Indeks Harga Properti Residensial
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Grafik 2.10 Pergerakan Harga Rokok Kretek
2.3.3
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Peningkatan biaya tempat tinggal ini juga tercermin dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang secara triwulanan dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (Grafik 2.12). Kenaikan bahan bangunan dengan impor content seiring dengan pelemahan nilai tukar, kenaikan upah buruh bangunan seiring kenaikan UMP, serta terbatasnya lahan pemukiman di area perkotaan diperkirakan menjadi faktor peningkatan biaya tempat tinggal. 2.3.4
Kelompok Sandang
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut
Baik secara triwulanan, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar mengalami penurunan
Sumber: BPS, diolah
INFLASI 23
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Sandang di Sumut
Inflasi kelompok Sandang pada triwulan III 2015 turun dari 4,10% (qtq) atau 0,61% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 3,71% (qtq) atau 0,49% (yoy) (Grafik 2.13). Andil inflasi kelompok ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu 0,04% (qtq).
terjadi sebagai akibat meningkatnya biaya operasional perusahaan produsen akibat pemenuhan bahan baku impor disaat nilai tukar terdepresiasi. 2.3.6
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Sumber: BPS, diolah Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut
Grafik 2.14 Harga Emas di Sumut
Inflasi kelompok Sandang terutama disumbang oleh subkelompok Sandang Wanita serta Barang Pribadi dan Sandang Lain dengan andil 0,03% (qtq) dan 0,02% (qtq). Berdasarkan komoditas, inflasi kelompok Sandang sebagian besar disumbang oleh kemeja katun pendek, baju muslim, dan emas perhiasan (Grafik 2.14) terkait meningkatnya permintaan masyarakat menyambut Hari Raya Idul Fitri. 2.3.5
Kelompok Kesehatan
Tekanan inflasi kelompok kesehatan secara tahunan cukup stabil, dengan kecenderungan meningkat. Angka inflasi tahunan (yoy) komoditas ini tercatat sedikit naik dari 6,20% menjadi 6,24%. Namun, inflasi komoditas ini secara triwulanan (qtq) turun jauh dari 2,45% pada triwulan lalu menjadi 1,13% pada triwulan laporan (Grafik 2.15).
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Kesehatan di Sumut
Senada dengan kelompok Sandang, kelompok Kesehatan menyumbang inflasi cukup kecil, dengan andil 0,04% (qtq). Inflasi kelompok ini terutama disumbang oleh subkelompok Perawatan Jasmani dan Kosmetika, seperti pasta gigi, parfum dan sabun mandi. Inflasi komoditas-komoditas tersebut diduga
Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Sumut
Berbeda dengan kelompok yang lain, tekanan inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada triwulan III 2015 justru cenderung meningkat. Inflasi kelompok ini naik dari 5,09% (yoy) atau 0,05% (qtq) pada triwulan lalu menjadi 6,29% (yoy) atau 5,47% (qtq) pada triwulan laporan (Grafik 2.16). Kelompok ini memiliki andil terbesar, yakni 0,38% (qtq) terhadap inflasi Sumatera Utara pada triwulan III 2015. Sebagian besar inflasi kelompok ini disumbang oleh subkelompok Pendidikan (andil 0,35%; qtq). Adapun komoditas yang mendorong inflasi kelompok ini adalah biaya Sekolah Dasar, SMA, dan SMP yang berkaitan dengan masa tahun ajaran baru siswa sekolah. 2.3.7
Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut
Inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan pada triwulan III 2015 sedikit menurun, baik secara tahunan maupun triwulanan. Inflasi kelompok ini turun dari 10,09% (yoy) atau 1,62% (qtq) pada triwulan II 2015 menjadi 10,07% (yoy) atau 1,47% (qtq) laporan (Grafik 2.15).
INFLASI 24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Kelompok ini memiliki andil cukup besar terhadap inflasi Sumatera Utara, yakni 0,30% (qtq). Hal tersebut sebagian besar disumbang subkelompok Transpor (andil 0,27%; qtq), dengan komoditas Angkutan Udara sebagai pendorong tekanan inflasi utama. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan permintaan sepanjang arus mudik dan arus balik dalam rangka Lebaran.
2.4 Upaya Pengendalian Inflasi Pencapaian inflasi yang rendah dan terkendali pada triwulan III 2015 tak lepas dari peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera Utara. Kedepan, meski risiko inflasi diperkirakan tidak terlalu tinggi, namun TPID Sumatera Utara tetap berupaya untuk menguatkan koordinasi agar inflasi dapat tetap terjaga terutama melalui rencana jangka menengah diantaranya adalah: 1. Mengoptimalkan dukungan alokasi APBD dan APBN untuk kegiatan pengendalian inflasi. Langkah awal melalui penyusunan SOP pencairan dana untuk operasi pasar pemerintah daerah. 2. Mendukung percepatan pembangunan infrastruktur melalui kemudahan perizinan, pengadaan lahan (pencetakan sawah baru) dan penguatan komunikasi dengan masyarakat, percepatan pembangunan infrastruktur (perbaikan maupun penambahan) baik irigasi, jalan, jembatan, lumbung pangan, maupun pabrik es untuk hasil tangkap ikan laut dsb.
3. Membenahi tata niaga melalui optimalisasi pasar induk Tuntungan guna meminimalkan upayaupaya spekulasi di daerah sekaligus membuka ruang kerjasama antar daerah. 4. Meningkatkan pengawasan secara intensif terhadap distribusi sarana produksi pertanian, seperti pupuk, alat mesin pertanian, dan sarana pertanian lainnya guna mendukung peningkatan kapasitas produksi pangan daerah. 5. Meningkatkan produksi maupun produktivitas tanaman pangan melalui program penanaman cabai dan bawang merah perkotaan serta program perluasan areal persawahan yang melibatkan lintas instansi, yaitu Bulog, Kementrian Pertanian dan TNI AD. 6. Meningkatkan aksesabilitas perbankan melalui program pemberdayaan petani. 7. Melanjutkan kerjasama TPID dengan KPPU untuk mengantisipasi terjadinya praktek monopoli.
INFLASI 25
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Tahukah anda? Inflasi Volatile Foods Berpola
Trivial Information
Pada dasarnya, sumbangan inflasi komoditas penyumbang inflasi memiliki pola tertentu secara bulanan mengikuti siklus produksinya. Sebagai contoh, komoditas cabai merah cenderung mengalami deflasi di awal tahun, sementara itu, pada pertengahan tahun cenderung mengalami inflasi. Begitu juga dengan komoditas bawang merah yang memang cenderung mengalami deflasi pada triwulan III sementara pada triwulan II mengalami inflasi.
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Cabe Merah
Grafik 2.19 Pergerakan Inflasi Bawang Merah
Gambar 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan Provinsi Sumatera Utara
INFLASI 26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja Perbankan Sumatera Utara pada Triwulan III 2015 semakin membaik. Hal tersebut tercermin dari akselerasi pertumbuhan kredit dan aset, serta stabilnya pertumbuhan DPK. Di tengah risiko kredit yang terus meningkat sejak awal 2015, kinerja kredit ke Korporasi dan UMKM masih membaik. Peningkatan kinerja perbankan dan meningkatnya aktifitas masyarakat menghadapi hari besar nasional dan keagamaan serta seasonal event seperti tahun ajaran baru mendorong kenaikan aktivitas transaksi masyarakat, baik secara tunai maupun non tunai. Meski demikian, penurunan kinerja kredit ke rumah tangga yang dipengaruhi tertahannya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan laporan patut menjadi perhatian.
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 27
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
3.1 Ringkasan Umum Kinerja perbankan Sumatera Utara pada triwulan III 2015 kembali melanjutkan tren perbaikan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan pertumbuhan aset dan kredit, serta stabilnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Meski demikian, di tengah level intermediasi (LDR) yang meningkat, persistensi kenaikan Non Performing Loan (NPL) sejak awal 2015 perlu terus diwaspadai. Di tengah persistensi kenaikan risiko, kinerja kredit ke sektor korporasi dan UMKM meningkat, sementara kredit rumah tangga melambat. Peningkatan kinerja kredit korporasi terjadi di ketiga sektor utama. Sementara itu, akselerasi kredit UMKM ditopang performa kredit ke kategori perdagangan yang meningkat, di tengah tertekannya kredit ke kategori pertanian. Di sisi lain, tekanan kinerja kredit Rumah Tangga dipengaruhi oleh melambatnya kredit multiguna dan kendaraan bermotor. Meski demikian, membaiknya kinerja kredit pemilikan rumah (KPR) mampu menahan perlambatan kredit Rumah Tangga yang lebih dalam.
tumbuh 11,3% (yoy) akseleratif dibanding triwulan lalu yang tumbuh 8,25% (yoy) (Grafik 3.1). Hal ini diduga berkaitan dengan perekonomian nasional yang tumbuh meningkat, sehingga mendorong manajemen perbankan untuk mulai ekspansif dalam mengembangkan asetnya di daerah potensial.
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh relatif stabil. Hingga akhir triwulan III 2015, posisi DPK di Perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar Rp191,6 triliun, dengan pertumbuhan tahunan stabil di kisaran 9,6% (Grafik 3.2). Di saat DPK perbankan konvensional sedikit tertahan, DPK perbankan syariah justru tampil prima.
Peningkatan kinerja perbankan menghasikan multiplier effect pada pertumbuhan transaksi tunai maupun non tunai. Hal tersebut terutama tercermin dari meningkatnya transaksi kliring, baik secara nominal maupun volume serta peningkatan perputaran uang (inflow-outflow) di masyarakat ditengah tertahannya kinerja perekonomian Sumut
3.2 Analisis Perbankan Daerah Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan
Di tengah tertahannya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan laporan, pertumbuhan aset perbankan meningkat signifikan. Peningkatan aset tersebut terjadi baik di perbankan umum maupun syariah. Aset perbankan hingga akhir triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp255,5 triliun,
Pertumbuhan DPK terutama ditopang oleh peningkatan pertumbuhan giro. Giro tumbuh akseleratif dari 20,08% (yoy) menjadi 26,82% (yoy) (Grafik 3.3). Peningkatan tersebut terjadi terutama untuk rekening giro pemerintah pusat di Sumut. Hal ini sejalan dengan belanja APBN di Sumut yang hingga triwulan III 2015 masih terealisasi 46,24% dari pagu. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu yang mencapai 52,76%.
Tabungan tumbuh cukup rendah dengan tendensi meningkat, sementara deposito melanjutkan perlambatan. Hal tersebut sejalan dengan suku bunga tabungan yang stabil serta suku bunga
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 deposito yang terus menuju titik normalnya seiring dengan capping suku bunga, yakni sekitar 6,5% berdasarkan rata-rata 4 tahun terakhir (Grafik 3.4). Kombinasi akselerasi giro, membaiknya tabungan, dan deselerasi deposito, yang masing-masing menempati porsi 19%, 36% dan 45% dari total DPK, menyebabkan DPK Sumatera Utara tumbuh stabil. Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit
Kredit16 pada triwulan laporan melanjutkan peningkatan pertumbuhannya. Akselerasi pertumbuhan terjadi baik di perbankan konvensional maupun syariah (Grafik 3.5). Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit nasional, yang meningkat dari 10,48% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 11,09% (yoy).
Pertumbuhan kredit terjadi di semua jenis penggunaan, terutama kredit modal kerja. Dengan porsi hingga 50% dari total kredit, Kredit Modal Kerja tumbuh akseleratif mencapai 18% (yoy). Hal itu senada dengan kredit konsumsi dan investasi yang juga tumbuh membaik (Grafik 3.7), seiring dengan masih membaiknya Konsumsi masyarakat dan Investasi dalam PDRB Sumut triwulan III 2015.
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit
Peningkatan pertumbuhan kredit didukung dengan turunnya suku bunga kredit. Seiring menurunnya cost of funds berupa penurunan suku bunga deposito, suku bunga kredit juga mengalami penurunan. Penurunan suku bunga tersebut terjadi di kredit investasi dan modal kerja, sementara suku bunga kredit konsumsi relatif stabil dengan kecenderungan meningkat (Grafik 3.8).
16
Konsep penyaluran KREDIT dibagi menjadi dua: (1) lokasi bank dan (2) lokasi proyek. Poin (1) mengacu pada data penyaluran kredit oleh Bank yang ada di Sumut sementara poin (2) mengacu pada kredit yang tersalur dari Bank daerah manapun untuk proyek/usaha yang berlokasi di Sumut. Dalam buku ini, poin (1) digunakan untuk mengases kinerja perbankan, sementara poin (2) untuk mengases PDRB serta ketahanan korporasi, UMKM dan rumah tangga. Angka nominal kredit antara dua konsep tersebut jumlahnya sangat mungkin berbeda.
Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit
Akselerasi kredit di tengah stabilnya DPK menyebabkan meningkatnya level intermediasi. Hal tersebut tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sumatera Utara yang meningkat dari 93,81% menjadi 94,21% terutama berupa terutama
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 29
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 terjadi pada Perbankan konvensional. Sebaliknya, akselerasi DPK yang lebih tinggi dibanding pembiayaan di perbankan syariah menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) turun menjadi 99,37%.
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut
Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan
Akselerasi kredit terjadi di ketiga sektor utama di Sumatera Utara. Kredit korporasi di Sumut sebagian besar (84%) tersalur ke tiga kategori utama: Perdagangan/PBE (34%), industri pengolahan (30%), dan pertanian (20%). Di tengah melambatnya pertumbuhan sektor pertanian dan perdagangan, kredit di kedua sektor justru tumbuh meningkat. Hal tersebut diperkirakan akan meningkatkan kinerja kedua sektor tersebut pada triwulan mendatang.
Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF)
Peningkatan intermedasi perbankan senantiasa perlu diiringi dengan peningkatan kewaspadaan terhadap risiko kredit. Hal ini mengingat Non Performing Loans (NPL) yang meski masih dibawah batas aman 5%, namun cenderung meningkat. Sementara itu, Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah juga masih tinggi diatas 10%, meski mulai ada indikasi perbaikan (Grafik 3.10).
3.3 Ketahanan Sektor Korporasi dan UMKM Kredit perbankan yang tersalur untuk sektor korporasi17 di Sumatera Utara pada triwulan laporan sebesar Rp129,9 triliun. Kredit korporasi di Sumut tumbuh akseleratif dari 8,88% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 10,74% (yoy) (Grafik 3.11). Hal tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit nasional di tengah membaiknya perekonomian nasional.
Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi
Meski demikian, tren kenaikan NPL yang terus naik sejak awal 2015 perlu makin diwaspadai. Meskipun belum menyentuh batas aman 5%, namun kenaikan NPL18 tersebut terjadi di ketiga sektor utama Sumut (Grafik 3.12) seiring dengan perlambatan ekonomi dan masih belum membaiknya harga komoditas yang terjadi pada triwulan laporan. Akselerasi kredit korporasi tersebut juga terjadi untuk usaha berskala UMKM. Kredit UMKM tumbuh 9,66% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh 8,38% (yoy). Akselerasi terjadi untuk kredit usaha mikro dan menengah, sementara kredit usaha kecil justru melambat (Grafik 3.13).
18
17
Merupakan kredit modal kerja atau investasi untuk pelaku usaha
NPL dalam laporan ini adalah NPL gross, yang menunjukkan persentase kredit kolektibilitas 3 (kurang lancar), 4 (diragukan) dan 5 (macet) terhadap total outstanding kredit
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut
Kredit perdagangan, yang menguasai 53% dari total kredit kepada UMKM, masih tumbuh akseleratif. Kredit perdagangan tumbuh 11,7% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu 10,73% (yoy). Di sisi lain, sektor pertanian yang menguasai 19% dari total kredit UMKM, justru tertekan. Hal ini sejalan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) yang juga menurun dibanding triwulan lalu.
Jika ditilik lebih dalam, yang mengalami penurunan porsi konsumsi adalah kelompok pendapatan bawah (1-3 juta) dan atas (>5 juta). Perbedaannya, kelompok pertama porsinya bergesar ke pinjaman sementara kelompok kedua bergeser ke tabungan. Di sisi lain, kelompok pendapatan menengah (3-5 juta) malah cenderung meningkatkan porsi konsumsi, meningkatkan tabungan serta mengurangi pinjaman. (Grafik 3.16)
Kualitas kredit UMKM masih perlu ditingkatkan. Hal ini tercermin dari NPL yang masih diatas 5%, dengan kecenderungan meningkat. Kenaikan NPL kredit UMKM tersebut terjadi di ketiga sektor utama serta di semua jenis UMKM, kecuali kredit mikro yang relatif membaik (Grafik 3.14).
Grafik 3.16 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut berdasarkan Kelompok Pendapatan
Grafik 3.14 Perkembangan NPL Kredit UMKM
3.4 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Rumah tangga di Sumut cenderung mengurangi porsi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Sementara itu, alokasi penghasilan untuk tabungan relatif tetap. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen19 di akhir periode triwulan II dan III 2015 (Grafik 3.15).
19
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan oleh KPw BI Sumut untuk melihat keyakinan & ekspektasi konsumen terhadap perekonomian.
Profil keuangan rumah tangga Sumut terhadap pinjaman masih cukup aman. Hal ini tercermin dari porsi cicilan pinjaman (debt service ratio/DSR) masih dibawah 30%; rasio yang umumnya ditetapkan bank bagi calon debitur. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa kemampuan RT di Sumut untuk membayar kembali utangnya masih terjaga. Posisi kredit perbankan kepada sektor rumah tangga di Sumut hingga akhir September 2015 tercatat sebesar Rp42,4 triliun. Kredit tersebut didominasi oleh kredit multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), serta kredit kendaraan bermotor (KKB) dengan porsi masing-masing sebesar 45%, 33%, dan 12%. Kredit sektor rumah tangga tumbuh 6,7% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang mencapai 8,15% (yoy) (Grafik 3.17). Perlambatan tersebut terjadi justru di saat Konsumsi baik di PDB maupun PDRB Sumut terakselerasi. Hal ini diduga karena, di tengah masih terbatasnya peningkatan daya beli, masyarakat cenderung menahan untuk melakukan konsumsi
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 31
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 melalui pinjaman perbankan dan lebih memilih menabung, sebagaimana tampak dalam hasil Survei Konsumen.
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Rumah Tangga
Kredit multiguna dan KKB melambat cukup dalam, sementara KPR relatif membaik. Membaiknya KPR diduga dipengaruhi oleh kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) Bank Indonesia yang berlaku efektif 18 Juni 2015. Kebijakan LTV tersebut tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Aturan baru tersebut meliputi kenaikan 10% rasio LTV untuk kredit properti semua tipe rumah. Sementara itu, relaksasi kebijakan LTV berupa penurunan 5% uang muka kredit kendaraan bermotor belum memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan KKB hingga triwulan laporan. Hal ini diduga seiring dengan dampak depresiasi nilai tukar terhadap harga kendaraan bermotor yang mengakibatkan menurunnya penjualan ritel kendaraan bermotor domestik.
3.5 Perkembangan Sistem Pembayaran 3.5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai Transaksi perbankan di Provinsi Sumatera Utara melalui BI RTGS20 pada triwulan III 2015 menurun baik secara nominal maupun volume (Grafik 3.19). Secara nominal, dibanding triwulan sebelumnya, BI RTGS turun 12,36%, dari Rp223,8 triliun menjadi Rp196,1 triliun. Begitupun secara volume, BI RTGS turun 6,4%, dari Rp128,7 triliun menjadi Rp120,5 triliun. Hal senada juga terjadi untuk pertumbuhan tahunannya. Nilai nominal maupun volume BI RTGS terkontraksi sebesar 7,51% dan 40,97%.
Grafik 3.19 Perkembangan Transaksi BI RTGS
Di sisi lain, transaksi kliring melalui SKNBI21 justru tumbuh akseleratif, baik secara nominal maupun volume (Grafik 3.20). Secara kuartalan, nominal dan volume kliring meningkat lebih dari 40%. Kondisi tersebut mencerminkan, di tengah pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik, preferensi masyarakat untuk menggunakan transfer dana melalui SKNBI meningkat dibanding melalui BI RTGS.
20
Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga
Perlambatan tersebut diiringi dengan kenaikan risiko kredit. Hal ini tercermin dari NPL, yang meski masih dibawah batas aman 5%, namun cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terjadi baik di KKB maupun KPR, sementara NPL kredit multiguna relatif stabil.
BI RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) sistem transfer dana elektronik yang penyelesaiannya (settlement) dilakukan dalam waktu seketika. BI RTGS memproses High Value Payment System (HVPS) atau transaksi pembayaran bernilai besar (Rp.100 juta ke atas) dan bersifat segera. Transaksi HVPS mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia. 21
SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta)
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Grafik 3.20 Perkembangan Transaksi Kliring
3.5.2 Kinerja Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan III 2015 mengalami net inflow22 sebesar Rp1,5 triliun (Grafik 3.21), berbeda dibanding triwulan sebelumnya dengan posisi net outflow Rp819 miliar. Posisi net inflow tersebut terjadi di wilayah kerja Medan yang mencapai Rp3,5 triliun. Di sisi lain, net outflow justru terjadi di wilayah kerja Pematang Siantar dan Sibolga, masing-masing sebesar Rp1,19 triliun dan Rp805 miliar.
Grafik 3.22 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut
Di tengah total uang beredar23 yang meningkat dari Rp13,7 triliun menjadi Rp17,9 triliun, temuan uang rupiah tidak asli sedikit meningkat, dari 944 lembar menjadi 965 lembar (Grafik 3.22). Bank Indonesia terus meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Kepolisian, dan senantiasa melakukan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CiKUR) guna mengantisipasi penggunaan dan peredaran uang Rupiah palsu.
Grafik 3.21 Perkembangan Uang Kartal di Sumut
Fenomena tingginya aliran masuk dari wilayah sekitar menuju Medan tersebut diduga karena meningkatnya aktivitas penukaran uang menjelang hari Lebaran. Selain itu, meningkatnya kebutuhan karena pergantian tahun ajaran sekolah dan peringatan hari raya kurban turut meningkatkan permintaan uang masyarakat.
22
Net outflow mencerminkan jumlah uang masuk (inflow) lebih banyak dibanding uang keluar (outflow) ke kantor BI. Perhitungan inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.
Penjumlahan inflow dan outflow
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 33
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH
Hingga triwulan III 2015, realisasi APBN di Sumatera Utara menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu diduga terkait menurunnya perpajakan seiring penurunan kinerja ekonomi Sumatera Utara serta lambannya realisasi belanja modal terkait proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, realisasi dana desa di Sumatera Utara relatif sesuai dengan pola yang ditetapkan. Di sisi lain, realisasi APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara hingga triwulan laporan justru meningkat dibanding periode yang sama tahun 2014.
KEUANGAN PEMERINTAH 35
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
4.1 Rekening APBN di Sumatera Utara Realisasi pendapatan APBN di Sumatera Utara hingga akhir September 2015 tercatat sebesar Rp13,7 triliun atau mengalami penurunan hingga 21,1% (yoy) dibandingkan dengan realisasi yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp17,4 triliun. Penurunan pendapatan tersebut diantaranya akibat menurunnya penerimaan perpajakan seiring dengan perlambatan ekonomi. Turunnya pendapatan tersebut berimbas pada penyerapan belanja. Hal ini tercermin dari realisasi belanja yang berasal dari APBN di Sumatera Utara yang, meskipun mengalami peningkatan secara nominal hingga akhir September 2015, namun menurun terhadap pagunya. Hingga akhir periode laporan, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara tercatat sebesar Rp9,8 triliun atau sekitar 46,2% dari APBN. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 52,8% APBN.
dalam pelaksanaan lelang maupun pengadaan. Selain itu, semakin tingginya biaya pemenuhan bahan/barang modal di tengah tekanan depresiasi nilai tukar juga diduga menjadi salah satu penyebab relatif rendahnya belanja modal pada periode laporan. Sementara itu, realisasi Dana Desa yang disalurkan di Sumatera Utara hingga akhir September 2015 telah mencapai Rp1,2 triliun atau 83,5% dari pagunya sebesar Rp1,4 triliun. Realisasi dana desa di Sumatera Utara tersebut sesuai dengan ketentuan tahapan penyaluran24: 40%, 40%, 20% untuk tahap 1 sampai 3 yang masing-masing dibayarkan pada Apri, Agustus dan Oktober.
Sumber: DJPK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.2 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara
Sumber: DJPK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 4.1 Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara
Penurunan penyerapan belanja tersebut terjadi pada hampir seluruh jenis belanja, kecuali belanja pegawai yang meningkat dari 66,8% pada APBN 2014 menjadi 69,2% APBN 2015. Kondisi penurunan penyerapan yang cukup dalam bahkan terjadi pada belanja modal. Meskipun secara nominal meningkat 43,8% dibanding tahun lalu, namun realisasi belanja modal justru mengalami penurunan dari 38,3% APBN 2014 menjadi hanya 28,0% APBN 2015 (Grafik 4.1)
Secara spasial, realisasi tertinggi diantaranya dicatat oleh Kab. Nias Selatan, Kab. Deli Serdang dan Kab. Simalungun. Kehadiran Dana Desa diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas dan kesejahteraan manusia di Sumatera Utara yang belum terlalu baik (Grafik 4.2).
4.2 Realisasi Pendapatan Pemda di Sumut Realisasi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) di Sumatera Utara25 hingga triwulan III 2015 mencapai Rp23,21 triliun atau 71,3% dari anggaran pendapatan 201526. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding
Kondisi ini perlu mendapat perhatian, mengingat realisasi belanja modal memberikan efek multiplier yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Idealnya, realisasi belanja modal dapat mencapai minimal 50% di akhir periode laporan. Rendahnya belanja modal yang dananya berasal dari APBN di Sumatera Utara tersebut lalu diduga terkait dengan kendala klasik berupa kendala administratif, proses maupun kompetensi SDM
36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 realisasi periode yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp20,36 triliun atau 68,6% dari anggaran (Grafik 4.3). Peningkatan pendapatan baik secara nominal maupun persentase penyerapan terjadi di semua komponen, terutama untuk Pendapatan yang Sah.
untuk pendanaan Pilkada serentak yang akan dilangsungkan tanggal 9 Desember 2015.
4.3 Realisasi Belanja Pemda di Sumut
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemda di Sumut Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.3 Porsi Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah di Sumatera Utara
Komposisi realisasi s.d. triwulan III 2014 masih tidak berubah banyak dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 84,9% ditopang oleh Transfer terutama berupa dana perimbangan; 10,9% didapat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta sisanya (9%) berupa Lain-lain Pendapatan yang Sah (18,2%) (Grafik 4.4).
Realisasi belanja Pemda di Sumatera Utara hingga triwulan laporan mencapai Rp17,25 triliun atau 51,3% dari anggaran belanja 2015. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding realisasi periode yang sama tahun 2014 yang sebesar Rp14,58 triliun atau 47,7% dari anggaran (Grafik 4.5). Peningkatan belanja baik secara nominal maupun persentase terjadi di belanja pegawai, belanja barang & jasa, serta belanja bansos & hibah. Hal sebaliknya untuk belanja modal dan Transfer.
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.4 Porsi Realisasi Pendapatan Pemda di Sumut
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.6 Porsi Realisasi Belanja Pemda di Sumut
Secara nominal, realisasi pajak Pemda Sumatera Utara cenderung naik. Hingga triwulan III 2015, penerimaan pajak terealisasi Rp1,36 triliun lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp1,2 triliun. Pemda Sumatera Utara berhasil menjaga target penerimaan pajak sebesar 60% hingga triwulan laporan, sama dengan realisasi triwulan III 2014.
Realisasi belanja pegawai serta barang dan jasa s.d. triwulan III 2015 naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu. Belanja pegawai naik 10,4% (yoy) dari Rp9,25 triliun menjadi Rp11,14 triliun. Sementara belanja barang dan jasa naik 48,6% (yoy) dari Rp1,95 triliun menjadi Rp2,89 triliun. Hal itu sejalan dengan kenaikan penyerapan kedua komponen tersebut yang naik dari 55,7% menjadi 60,1% untuk belanja pegawai serta dari 33,9% ke 45,1% untuk belanja barang & jasa.
Sementara itu, kenaikan Transfer Pemda di Sumatera Utara yang cukup tinggi disumbang oleh kenaikan dana Otsus dan Penyesuaian. Realisasi dana tersebut naik siginifikan dari Rp523 miliar menjadi Rp2,64 triliun. Kenaikan tersebut diduga
Di sisi lain, realisasi belanja modal Pemda di Sumut turun cukup dalam. Hingga triwulan laporan, belanja modal terealisasi sebesar Rp1,97 triliun atau 29% dari anggaran. Angka tersebut turun jauh dari realisasi
37
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 periode yang sama tahun 2014 yang mencapai Rp2,91 triliun atau 41,3% dari anggaran. Penurunan tersebut sejalan dengan rendahnya realisasi proyek pemerintah yang dipengaruhi berbagai hambatan dalam penyerapan anggaran terkait masalah administrasi, kompetensi SDM yang menangani pengadaan, prasyarat tertentu dalam pelaksanaan pekerjaan (misalnya masalah pembebasan tanah) serta penyedia barang/jasa yang kurang memenuhi kualifikasi.
4.4 Realisasi Surplus/Defisit
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik 1.7 Defisit APBD Pemerintah Daerah di Sumatera Utara
Realisasi belanja yang jauh lebih rendah menyebabkan realisasi hingga triwulan III 2015 masih mengalami surplus. Surplus tersebut sedikit lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun lalu (Grafik 4.7). Hingga akhir tahun 2015, realisasi APBD diperkirakan masih akan mengalami surplus mengingat proyeksi penyerapan belanja Pemda di Sumut yang diperkirakan tidak sebesar perkiraan awal.
4.5 Rekening Pemerintah Daerah di Bank
Grafik 1.8 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara
Posisi simpanan Pemda di Sumatera Utara yang ditempatkan pada perbankan pada akhir triwulan III 2015 naik moderat 7,23% (qtq). Simpanan dimaksud naik dari Rp11,6 triliun menjadi Rp12,4 triliun. Posisi simpanan tersebut juga lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, yakni tumbuh sebesar 29% (yoy). (Grafik 4.8). Kenaikan moderat tersebut diduga mencerminkan realisasi pendapatan yang cukup besar ditengah lambatnya realisasi belanja.
Grafik 1.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Pemda di Sumatera Utara
Seiring dengan masih cukup baiknya kondisi likuiditas Perbankan di triwulan III 2015 terkait proses pencairan anggaran, suku bunga giro dan deposito yang diberikan Perbankan kepada Pemerintah Daerah Sumatera Utara masih relatif stabil. Hal tersebut diduga menjadi salah satu faktor masih tumbuhnya rekening simpanan Pemda di perbankan (Grafik 4.9).
38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara cenderung memburuk hingga triwulan laporan. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, terutama untuk masyarakat pedesaan. Belum membaiknya harga komoditas mengakibatkan Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan daya beli masyarakat. Namun, masyarakat masih yakin akan perbaikan kondisi perekonomian dan kesejahteraan hingga akhir 2015.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 39
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
5.1 Ketenagakerjaan Jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara pada tahun 2015 sedikit meningkat (1,4%) dibanding tahun lalu. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat meningkat dari 67,07% menjadi 67,28% (Grafik 5.1). Berdasarkan lapangan kerja utama, peningkatan tersebut terutama berupa peningkatan kategori Perdagangan, Rumah Makan, dan Akomodasi serta kategori Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (Tabel 5.1). Hal tersebut sejalan dengan kinerja kategori perdagangan, penyediaan akomodasi dan makan minum serta jasa-jasa dalam PDRB Sumut yang masih tumbuh positif.
Peningkatan pengangguran tersebut tercermin dalam Survei Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sumatera Utara. Persepsi masyarakat/konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja hingga triwulan III 2015 cenderung menurun (Grafik 5.2) Demikian pula dengan persepsi dunia usaha. Indikator jumlah karyawan total menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) negatif (Grafik 5.3) yang mengindikasikan preferensi pelaku usaha untuk tidak menambah jumlah karyawan, sehingga berpotensi menghambat terserapnya peningkatan tenaga kerja.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KPw BI Sumut
Grafik 5.3 Indikator Jumlah Karyawan Total Sumber: BPS, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Sumut Tabel 5.1 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha 2014 2015 LAPANGAN PEKERJAAN % Kenaikan/ Jumlah Jumlah UTAMA Persen Persen Penurunan (000) (000) Pertanian 2.501 42,5% 2.462 41,3% -1,6% Perdagangan, rumah 1.181 20,1% 1.271 21,3% 7,6% makan dan akomodasi Jasa kemasyarakatan, 905 15,4% 922 15,5% 1,9% sosial, dan perorangan Industri 461 7,8% 450 7,5% -2,4% Lainnya JUMLAH
833 14,2% 857 14,4% 5.881 100,0% 5.962 100,0% Sumber: BPS, diolah
Meski demikian, ekpektasi konsumen maupun pelaku usaha kedepan akan membaik hingga akhir 2015. Hal tersebut tercermin dari Indeks ketersediaan lapangan kerja yang meningkat dan berada di area optimis (Grafik 5.2). Senada dengan itu, pelaku usaha juga menunjukkan optimisme yang ditunjukkan oleh SBT indikator jumlah karyawan total yang meningkat dan bernilai positif di periode mendatang.
2,9% 1,4%
Namun, peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut masih dibayangi dengan tingkat pengangguran yang meningkat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2015 mencapai 6,71%, jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 6,2% (Grafik 5.1). Grafik 5.4 Sektor Tenaga Kerja
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut
Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Berdasarkan sektornya, tenaga kerja terbagi menjadi pekerja di sektor formal atau informal. Pada tahun 2015, hanya sekitar 39,9% angkatan kerja yang bekerja pada kegiatan formal, sedangkan selebihnya (60,1%) bekerja pada kegiatan informal. Angka pekerja di sektor informal tersebut lebih besar dibanding tahun lalu (57,5%). Hal tersebut mengindikasikan kecenderungan semakin banyak
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 tenaga kerja di Sumatera Utara yang memilih bekerja di sektor informal (Grafik 5.4). Berdasarkan status pekerjaannya, tenaga kerja yang termasuk sektor formal adalah kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap/dibayar serta kategori buruh/ karyawan/pegawai, sementara selebihnya tergolong kedalam sektor informal (Tabel 5.2). Terjadi peningkatan jumlah yang cukup besar untuk tenaga kerja berstatus pekerja bebas, sehingga porsinya pada tahun 2015 meningkat cukup besar. Sebaliknya, terjadi pengurangan tenaga kerja berstatus buruh/karyawan/pegawai hingga 4,2% dibanding tahun lalu. Hal tersebut diduga dipengaruhi kinerja kategori industri pengolahan pada akhir 2014 dan awal 2015 yang cukup tertekan sebagaimana dikonfirmasi dari hasil liason kepada beberapa perusahaan di Sumatera Utara. Sebagian besar menyatakan tidak berencana melakukan penambahan tenaga kerja pada tahun ini karena jumlahnya dianggap masih cukup untuk memenuhi tingkat produksi saat ini.
Berbeda dengan kondisi nasional, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada Maret 201527 mengalami kenaikan dibanding Maret 2014. Jumlah penduduk miskin tercatat naik dari 1,28 juta jiwa menjadi 1,46 juta jiwa, atau secara persentase naik dari 9,38% menjadi 10,53% (Grafik 5.5). Hal tersebut berbeda dengan kondisi nasional yang sedikit turun dari 11,25% menjadi 11,22%. Namun, kenaikan kemiskinan di Sumatera Utara sejalan dengan kondisi di 16 provinsi lainnya, terutama di daerah Jawa, Kalimantan, Maluku dan Papua. Realisasi angka kemiskinan Maret 2015 tersebut menempatkan Sumatera Utara di rangking 17 provinsi dengan persentase kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
Jul-05 Jul-05 % Kenaikan/ Jumlah Jumlah Persen Persen Penurunan (000) (000)
Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan/ Pegawai
1.077
18,3%
1.112
18,9%
3,2%
923
15,7%
939
16,0%
1,7%
209
3,6%
182
3,1%
-12,9%
2.291
39,0%
2.194
37,3%
-4,2%
Pekerja bebas
354 6,0% 505 8,6% 1.027 17,5% 1.030 17,5% 5.881 100,0% 5.962 100,0%
42,7% 0,3% 1,4%
Pekerja keluarga JUMLAH
Sumber: BPS
Sumber: BPS, diolah
5.2 Kesejahteraan 5.2.1 Tingkat Penghasilan Masyarakat
Grafik 5.6 Persentase Penduduk Miskin Provinsi seSumatera dan DKI Jakarta
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, hanya Provinsi Sumatera Barat dan Kepulauan Riau yang juga mengalami kenaikan persentase penduduk miskin (Grafik 5.6). Semakin tingginya jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara tersebut sejalan dengan peningkatan pengangguran Hal tersebut terkait dengan masih tertahannya pertumbuhan ekonomi hingga triwulan laporan serta belum membaiknya harga komoditas yang menekan peningkatan daya beli masyarakat.
Sumber: BPS
Grafik 5.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 41
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 (Grafik 5.9). Penurunan NTP terjadi baik untuk tanaman pangan, perkebunan, maupun hortikultura. Hal tersebut terutama dipengaruhi belum membaiknya harga komoditas hingga triwulan III 2015.
Sumber: BPS
Grafik 5.7 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara
Peningkatan persentase kemiskinan di Sumatera Utara dibanding tahun lalu juga diikuti oleh peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Grafik 5.7). Kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Sumber: BPS
Grafik 5.8 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut
Selama periode Maret 2014 s.d. Maret 2015, persentase kemiskinan meningkat tajam di pedesaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan di Sumatera Utara bertambah 67.100 orang menjadi 10,89% dari total penduduk desa. Sementara itu, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 109.870 orang menjadi 10,16% dari total penduduk kota (Grafik 5.6). Secara historis, persentase penduduk miskin di desa memang selalu lebih tinggi dibandingkan di kota. Meskipun telah mengalami penurunan yang signifikan sejak beberapa tahun terakhir, namun tingkat kemiskinan di desa kembali meningkat signifikan pada Maret 2015.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 5.9 Nilai Tukar Petani
Meski demikian, tingkat kemiskinan diduga akan menurun seiring peningkatan ekspektasi penghasilan masyarakat hingga akhir 2015. Hal ini tercermin dari Indeks Penghasilan Konsumen yang meningkat dari 112,7 menjadi 117,02. Ekspektasi kedepan juga diperkirakan meningkat tercermin dari naiknya indeks tersebut di angka 135,19. Kenaikan ekspektasi penghasilan tersebut diduga dipengaruhi akan membaiknya daya beli masyarakat akibat terjaganya ekspektasi terkait tidak adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, konsumsi masyarakat juga diperkirakan tumbuh sesuai dengan pola musimannya, terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut
Grafik 5.10 Indeks Penghasilan Konsumen
Meningkatnya kemiskinan di pedesaan diduga karena daya beli masyarakat desa yang belum kunjung membaik. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar Petani yang makin memburuk di bawah 10028
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI
Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan membaik seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi serta tekanan inflasi yang rendah. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami perlambatan sementara tekanan inflasi mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pertumbuhan Ekonomi 1.
2.
Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi yang membaik terutama ditopang oleh meningkatnya laju realisasi investasi dan konsumsi pemerintah sesuai dengan polanya. Sementara itu, konsumsi swasta diperkirakan stabil sedangkan realisasi ekspor dan impor kembali menurun. Dari sisi permintaan, perekonomian triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang oleh meningkatnya kinerja kategori konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan dan Pertanian diperkirakan stabil
Inflasi Tekanan inflasi diperkirakan tidak setinggi pola historisnya sejalan dengan kondisi permintaan yang belum pulih serta stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi. Pelaksanaan pilkada serentak diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI 43
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan IV 2015 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan membaik, tumbuh pada kisaran 5,0%–5,4%. Perbaikan terutama didorong oleh sektor domestik. Namun, perbaikan ekonomi Sumatera Utara masih terbatas terkait dengan perkembangan sektor luar negeri (eksternal) yang diperkirakan belum menunjukkan perbaikan secara signifikan. Kondisi tersebut terkait dengan masih tingginya ketidakpastian perbaikan ekonomi global. Dengan kondisi tersebut, harga komoditas internasional diperkirakan belum membaik. Harga minyak dunia diperkirakan kembali tertekan seiring dengan cukup tingginya produksi di tengah masih berlimpahnya pasokan di pasaran. Dari sisi penggunaan, perekonomian periode mendatang diperkirakan akan ditopang oleh masih cukup baiknya permintaan domestik, terutama akibat meningkatnya laju realisasi anggaran pemerintah baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Namun, belum disahkannya P-APBD 2015 Provinsi Sumatera Utara dan kasus hukum yang menimpa beberapa Pimpinan Daerah di Sumut menjadi faktor yang berisiko menghambat optimalisasi realisasi belanja Pemerintah Daerah. Meski tidak sebaik pola di beberapa periode sebelumnya, konsumsi swasta juga diperkirakan cukup kuat seiring dengan seasonal event terkait perayaan Natal dan tahun baru. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen dan Indeks Keyakinan Konsumen yang mulai mengalami perbaikan pada awal triwulan IV 2015 (Grafik 6.1). Pelaku usaha juga menyatakan bahwa secara polanya akan terjadi peningkatan permintaan biasanya terjadi pada akhir tahun. Selain seasonal events, cukup kuatnya konsumsi swasta pada periode mendatang juga akan didorong oleh pelaksanaan pilkada serentak di periode akhir tahun.
Seiring dengan masih terbatasnya perbaikan ekonomi, kinerja investasi swasta diperkirakan masih stagnan. Pelaku usaha cenderung wait and see terkait dengan kapasitas utilisasi yang mengalami penurunan akibat melemahnya permintaan dan menurunnya bahan baku29. Dari sisi investasi bangunan, adanya kekhawatiran berlebih terkait kepatuhan pajak yang diinisiasi pemerintah juga menimbulkan keraguan tersendiri bagi pelaku usaha dalam melakukan investasi. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan tidak sebaik polanya meski mulai masuknya panen komoditas kelapa sawit. Panen yang terjadi di tengah masih melimpahnya pasokan di pasaran dikhawatirkan kembali menekan harga komoditas pada periode mendatang. Selain itu, harga produk substitusi yang mayoritas berbahan baku minyak dunia juga kembali rendah sehingga menurunkan daya saing produk unggulan, termasuk kelapa sawit. Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan Komoditas
Harga Triwulan III 2015 (%, yoy)
Kelapa Sawit -25,9 Karet -18,2 Kopi 5,0 Sumber: IMF, Edisi Juli dan Agustus
Harga Triwulan IV 2015 (%, yoy) Asumsi Asumsi Juli Agustus -11 -25 16 6 -40 -38
Dampak dari kembali rendahnya perkiraan harga komoditas diharapkan dapat terkompensasi oleh depresiasi nilai tukar. Stagnannya permintaan diperkirakan masih berlanjut seiring dengan terbatasnya geliat industri manufaktur negara mitra dagang utama yang tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) yang masih membaik terbatas. Selain itu, adanya black campaign CPO di dataran Eropa serta intensi pemerintah negara mitra dagang utama untuk memproteksi industri dalam negeri produk substitusi CPO seperti kedelai dan minyak rapeseed juga turut menurunkan permintaan. Peningkatan perdagangan domestik diharapkan dapat menahan koreksi kinerja ekspor secara agregat. Aktivitas ekspor yang masih tertahan turut menekan laju impor pada periode mendatang. Impor Sumatera Utara yang memang didominasi oleh impor bahan baku sangat bergantung pada kinerja Industri Pengolahan yang secara polanya memang mengalami
Grafik 6.1 Survei Konsumen
Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI 44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 penurunan pasca berlalunya puncak permintaan yang biasanya terjadi pada triwulan III lalu. Dari sisi lapangan usaha/kategori, kategori konstruksi dan Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) diharapkan mampu menopang perekonomian pada triwulan mendatang. Sementara itu, kinerja kategori pertanian serta industri pengolahan diperkirakan stabil. Meningkatnya realisasi investasi pada periode mendatang sesuai dengan polanya diharapkan mampu mendorong kinerja kategori konstruksi. Namun, perbaikan realisasi investasi bangunan diperkirakan hanya terjadi pada sektor pemerintah sementara realisasi properti dari sektor swasta justru masih tertahan. Kondisi ini dikhawatirkan dapat berdampak pada tidak optimalnya peningkatan kinerja kategori konstruksi pada periode triwulan mendatang. Adanya pola musiman seperti perayaan natal, libur sekolah serta pelaksanaan pilkada serentak memasuki akhir tahun 2015 diharapkan dapat meningkatkan kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran. Hal ini tercermin dari membaiknya persepsi pedagang terhadap kinerja penjualannya pada 3 bulan yang akan datang30. Mulai meredanya kabut asap serta erupsi Gunung Sinabung diharapkan mendorong normalisasi kinerja kategori ini.
Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan
Meski mulai memasuki fase panen raya kelapa sawit, risiko eksternal yang cukup tinggi masih membayangi kinerja kategori industri pengolahan. Perkiraan harga komoditas serta permintaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi faktor dominan stagnannya pertumbuhan industri pengolahan pada periode mendatang.
Survey Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
Telah terlewatinya puncak pola permintaan domestik yang biasanya terjadi pada triwulan lalu juga menyebabkan penurunan kinerja kategori industri pengolahan. Selain itu, ekspektasi menurunnya pasokan bahan baku terjadi seiring dengan alih profesi petani perkebunan, pengurangan aktivitas panen serta pengurangan penggunaan pupuk pada periode tanam lalu menyebabkan tidak optimalnya produktivitas tanaman pada periode mendatang. Hal ini tentu menghambat aktivitas produksi yang dituntut terus berjalan secara kontinu akibat sistem pembelian yang terikat kontrak. Hambatan aktivitas produksi juga terjadi akibat peningkatan biaya produksi berupa kenaikan harga gas industri pada Agustus 2015 lalu dari US$ 8,7/mmbtu menjadi US$14,1/mmbtu. Sementara itu, tertahannya kinerja subsektor perkebunan maupun subsektor tanaman pangan menjadi penyebab tertahannya kinerja kategori pertanian. Telah masuknya masa tanam serta masuknya periode musim penghujan menjadi faktor risiko dalam produksi komoditas pangan. Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2015 masih mengalami penyesuaian. Berlanjutnya koreksi harga komoditas, lesunya volume perdagangan, serta kembali terjadinya erupsi Gunung Sinabung menjadi faktor utama tertahannya perekonomian pada tahun berjalan. Perekonomian Sumatera Utara untuk keseluruhan tahun 2015 diperkirakan sebesar 4,8% (yoy) – 5,2% (yoy) dengan tendensi bias ke bawah. Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang bias ke bawah terutama didorong oleh belum adanya faktor fundamental yang mampu mendorong perekonomian di periode sisa tahun berjalan.
6.2 Prospek Inflasi Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan menurun, seiring dengan permintaan yang tidak setinggi polanya. Berlanjutnya koreksi harga komoditas unggulan diperkirakan menekan daya beli masyarakat. Inflasi pada periode mendatang atau keseluruhan tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 3%-4% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 8,17% (yoy). Pencapaian ini ditunjang oleh semakin solidnya koordinasi pengendalian inflasi
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI 45
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 antara Bank Indonesia dengan Pemerintah melalui Forum TPI/TPID. Seiring dengan ditundanya kenaikan beberapa komoditas yang diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak dan tarif listrik, tekanan inflasi Administered Prices diperkirakan menurun. Koreksi harga bahan bakar di pasar global diperkirakan masih berlangsung hingga akhir tahun seiring dengan masih berlimpahnya pasokan di pasaran. Di sisi produksi, kembali normalnya aktivitas produksi Iran ditengah masih tingginya produksi Amerika Serikat dan negaranegara OPEC menekan harga minyak dunia. Selain itu, peningkatan permintaan angkutan udara yang terjadi pada akhir tahun diperkirakan tidak setinggi polanya seiring dengan belum normalnya daya beli masyarakat diperkirakan. Akibatnya, tekanan kenaikan harga pada kelompok administered prices diperkirakan akan minimal hingga akhir tahun 2015. Penurunan tekanan inflasi juga diperkirakan terjadi pada kelompok Volatile Foods seiring dengan lebih rendahnya peningkatan permintaan meski kondisi pasokan cenderung menurun. Namun, langkah pengendalian inflasi terus dilakukan oleh TPID di Sumatera Utara untuk mencegah kemungkinan terjadinya peningkatan harga beberapa komoditas pangan seperti daging ayam ras maupun tanaman pangan.
Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
Gambar 6.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Oktober 2015
Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
Gambar 6.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan November 2015
Risiko kenaikan harga daging ayam ras akibat kurangnya suplai disikapi dengan langkah prefentif melalui monitoring ketersediaan yang ketat oleh TPID setempat. Hal ini menyusul pengafkiran 2 juta ekor bibit ayam (parent stock) pada akhir triwulan III 2015 lalu sebagaimana kesepakatan Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) dan pemerintah beberapa periode lalu. Menurunnya pasokan akibat meningkatnya curah hujan dan gangguan distribusi pada sejumlah tanaman pangan juga menjadi risiko yang terus dipantau. Meningkatnya curah hujan dikhawatirkan dapat menurunkan produksi dan daya tahan serta komoditas pangan, terutama Cabai Merah.
Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara
Gambar 6.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan Desember 2015
Peningkatan harga beras yang terjadi pada periode lalu telah ditanggapi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara dengan moral suassion kepada pemilik kilang padi. Meskipun secara polanya komoditas ini cenderung mengalami peningkatan harga pada periode mendatang, namun dengan adanya program ini, diharapkan tekanan inflasi dari komoditas ini dapat tertahan.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI 46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Sangat baiknya aktivitas panen pada periode lalu diperkirakan akan mampu memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat ditengah resiko penurunan suplai. Memadainya produksi tanaman pangan pada periode lalu tidak lepas dari selesainya beberapa program pemerintah untuk optimalisasi hasil panen, seperti program irigasi, kesuburan tanah, dan kegiatan tanam berteknologi tinggi. Selain itu, adanya program atau himbauan pemerintah kepada masyarakat seperti program tanam cabe kemarau, himbauan untuk menanam komoditas tertentu penyumbang inflasi serta penanaman bawang merah di kawasan perkotaan mampu menambah ketersediaan pasokan di pasaran. Sementara itu, tekanan inflasi inti diperkirakan stabil meski dibayangi risiko eksternal terkait nilai tukar. Cenderung stabilnya inflasi inti juga tidak lepas dari faktor permintaan yang memang diperkirakan tidak setinggi polanya. Langkah aktif juga terus dilakukan untuk menjaga ekspektasi masyarakat agar inflasi berada pada level yang stabil dan rendah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan ekspektasi baik pada pedagang maupun konsumen yang berisiko dapat meningkatkan tekanan inflasi diperiode mendatang.
Grafik 6.3 Pandangan Konsumen Terhadap Perubahan Harga
Grafik 6.4 Pandangan Pedagang Terhadap Perubahan Harga
6.3 Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Pertumbuhan Ekonomi Meskipun perekonomian triwulan IV 2015 diperkirakan pulih terbatas, masih terdapat faktor risiko yang dapat menarik perekonomian Sumut untuk kembali terkoreksi. Faktor risiko eksternal masih menghantui tekanan perekonomian pada periode mendatang. Dibutuhkan peran serta Pemerintah Daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable. Beberapa langkah dan rekomendasi yang dapat dilakukan diantaranya: a. Percepatan persetujuan P-APBD 2015 untuk menggenjot realisasi anggaran yang lebih optimal. Realisasi dana pemerintah ini sangat penting untuk memberikan stimulus perekonomian karena memiliki multiplier effect yang cukup tinggi bagi komponen lain dalam struktur PDRB. b. Meningkatkan alokasi APBD bagi program pemberdayaan petani yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Beberapa program tersebut diantaranya berupa sosialisasi efisiensi produksi tanaman perkebunan, alokasi subsidi pupuk rakyat sehingga aktivitas perkebunan dapat kembali normal, atau bahkan penguatan lembaga pertanian untuk meningkatkan akses perbankan terkait permodalan. c. Mendorong permintaan domestik melalui aktivitas konsumsi melalui event pariwisata. Pelaksanaan beberapa event yang sudah direncanakan perlu dioptimalkan melalui media pemasaran yang lebih massive dan terpusat. d. Meningkatkan sosialisasi dan pelaksanaan sertifikasi SDM dengan biaya dan lokasi pelaksanaan yang terjangkau dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN. e. Melakukan penyusunan kurikulum pendidikan yang bersifat global dan disertai dengan sertifikasi yang dibutuhkan terutama untuk sekolah menengah kejuruan dalam mempersiapkan SDM yang handal dan memiliki kompetensi tinggi. f. Mempercepat pembentukan Tim Pemantauan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara dalam rangka mendorong perekonomian yang lebih produktif melalui sinergi yang lebih baik antar SKPD dan otoritas terkait dalam koridor tugas pokok, fungsi dan wewenang masingmasing instansi.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI 47
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 g. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim investasi di Sumatera Utara kepada investor dan masyarakat luas melalui publikasi perkembangan kemajuan pembangunan infrastruktur melalui media komunikasi yang lebih luas dan terpusat dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi (Regional Investor Relation Unit/RIRU). h. Mendukung industri untuk mendobrak pasar industri melalui produk berteknologi yang dihasilkan secara efisien agar mampu bersaing di pasaran. Pengendalian Inflasi Meskipun inflasi triwulan IV 2015 diperkirakan menurun, namun masih perlu dilakukan beberapa program sehingga volatilitas inflasi mendatang dapat lebih terkendali. Beberapa langkah yang dapat dilakukan diantarannya beberapa hal sebagai berikut: a. Mengoptimalkan pembangunan infrastruktur untuk memperbaiki konektivitas dalam rangka mendukung kelancaran distribusi barang. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kemudahan perizinan, pengadaan lahan maupun penguatan komunikasi dengan masyarakat. Hal ini juga penting untuk meningkatkan perdagangan antar wilayah.
b. Meningkatkan program pembentukan maupun pengembangan kelompok tani maupun peternak untuk mendorong peningkatan kualitas hasil produksi pangan maupun peningkatan akses pembiayaan perbankan. c. Mendorong peningkatan kapasitas industri pangan Sumut untuk meredam fluktuasi harga pangan akibat aktivitas panen, baik dalam bentuk kemudahan perizinan bagi investor maupun peningkatan kapabilitas UMKM. d. Meningkatkan pengawasan terhadap tata niaga berbagai komoditas pangan strategis agar tercipta kondisi persaingan usaha yang kondusif dan menguntungkan konsumen. e. Mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pasar murah agar lebih tepat sasaran menyentuh masyarakat yang berpenghasilan rendah terutama menjelang perayaan hari besar keagamaan. f. Melanjutkan program peningkatan produksi maupun produktivitas tanaman pangan.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI 48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
LAMPIRAN STRUKTUR APBD PEMERINTAH DAERAH DI SUMATERA UTARA 2014 Keterangan Realisasi APBD Miliar Rp % APBD 1 Pendapatan 29.682 20.357 68,6% 1.1 PAD 3.370 2.130 63,2% 1.1.1 Pajak daerah 2.011 1.204 59,9% 1.1.2 Retribusi daerah 766 406 53,0% 1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 231 164 71,2% 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 362 355 98,3% 1.2 Transfer 23.382 17.289 73,9% 1.2.1 DAPER 20.936 14.884 71,1% 1.2.1.1 DBH 1.241 672 54,2% 1.2.1.2 DAU 18.039 13.065 72,4% 1.2.1.3 DAK 1.656 1.438 86,9% 1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2.446 523 21,4% 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 2.929 938 32,0% 1.3.1 Transfer antar Pemda 2.887 17 0,6% 1.3.2 Dana Darurat 0 0 0,0% 1.3.3 Hibah 43 6 13,1% 2 Belanja 30.539 14.576 47,7% 2.1 Belanja Pegawai 16.597 9.248 55,7% 2.2 Belanja Barang & Jasa 5.739 1.947 33,9% 2.3 Belanja Modal 7.052 2.911 41,3% 2.4 Belanja Bansos dan Hibah 524 224 42,7% 2.5 Transfer 537 230 42,8% 2.6 Belanja Lainnya1
Surplus/ Defisit 3 Pembiayaan Netto 3.1 Penerimaan, antara lain: 3.1.1 SiLPA TA sebelumnya 3.2 Pengeluaran, antara lain: 3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah SILPA
89
17
-857 866 1.165 817 299 107 9
18,7%
APBD 32.536 4.013 2.265 732 214 802 26.032 22.379 1.376 19.008 1.995 3.652 2.492 2.461 0 30 33.589 18.521 6.412 6.797 1.473 311
2015 Realisasi Miliar Rp % APBD 23.213 71,3% 2.531 63,1% 1.359 60,0% 414 56,6% 178 83,1% 580 72,3% 18.602 71,5% 15.963 71,3% 1.307 94,9% 13.211 69,5% 1.445 72,4% 2.639 72,2% 2.080 83,5% 1.360 55,3% 156 564 1850,6% 17.246 51,3% 11.136 60,1% 2.893 45,1% 1.968 29,0% 1.127 76,5% 106 34,0%
75
18
5.781
-1.053
5.966
687 785 241 98 0 6.468
1.060 1.219 1.032 159 85 7
1.264 1.301 1.295 37 24 7.230
23,4%
Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara-diolah Keterangan: Pemerintah Daerah di Sumatera Utara adalah Gabungan 30 Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta Pemkab.Nias Barat, Pemkab.Nias Selatan dan Pemkot Gunung Sitoli tidak dimasukkan karena ketidaklengkapan data Pemerintah Daerah di Sumatera Utara adalah Gabungan 30 Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta Pemkab.Nias Barat, Pemkab.Nias Selatan dan Pemkot Gunung Sitoli tidak dimasukkan karena ketidaklengkapan data
LAMPIRAN 49
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)
LAMPIRAN 50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)
LAMPIRAN 51
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet.
DAFTAR ISTILAH 52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah
DAFTAR ISTILAH 53
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015 NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).
DAFTAR ISTILAH 54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
Editor
Departemen Regional 1 Divisi Asesmen dan Advisory:
Budi Trisnanto
Kontributor
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara Tim Asesmen dan Advisory:
Demina R. Sitepu Bambang Irwanto Nur Fikriyah Dzakiyah Ragil Misas Fuadi
Tim Data dan SEKDA:
Fransiska Sihaloho Elian Ciptono Fadli Putra
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara Tim Asesmen dan Advisory Telp. 061-4150500 Fax. 061-4534760 DAFTAR ISTILAH 55
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2015
DAFTAR ISTILAH 56