KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan I 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan I 2015 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 sebesar 4,7% (yoy), akan tetapi lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)). Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp31,1 triliun atau 1,4% dari perekonomian Indonesia (Rp2.157,5 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 4,88% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 8,72% (yoy) dan inflasi nasional 6,38% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 4,92% (yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami peningkatan akibat kenaikan pada dana pihak ketiga dan kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 116,85% yang mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,89%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan I 2015 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... Daftar Tabel ......................................................................................... Daftar Grafik ......................................................................................... Tabel Indikator Ekonomi Terpilih .....................................................................
vii ix xi xiii
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................
1 7
A. Umum .............................................................................
7
B. PDRB Sisi lapangan Usaha ..................................................
9
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Boks 1 BAB II.
Perikanan.....................................................................
10
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ...
13
3. Sektor Industri Pengolahan........................................ ..
14
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ...
15
C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ...
18 20
2. Investasi ................................................................... ...
21
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ...
23
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... ..
24
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi.........................
26
Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perekonomian Provinsi Jambi
29
Inflasi .......................................................................................
33
A. Kajian Umum
.................................................................
33
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ...............
35
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ...
40
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ........... .......................................................
43
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
BAB III.
Bakar....................................................................... ....
43
4. Kelompok Sandang......................................................
44
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ...
44
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ ..
45
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
45
C. Inflasi Kota Bungo ...............................................................
46
Perbankan Dan Sistem Pembayaran ..........................................
51
A. Bank Umum ....................................................................
52
vii
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ...
52
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... ..
52
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ .
57
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 62 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 63 6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... ..
65
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...........................................
67
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai .......
68
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... .
69
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... ..
69
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. ..
70
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ...
70
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. .
71
B.
BAB IV
Keuangan Pemerintah Daerah
..............................................
73
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014 .........
73
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ................
74
C. Keuangan Pemerintah Daerah ...................................... ..... Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan .........................
76 77
A. Ketenagakerjaan Daerah ...................................................
77
B. Kesejahteraan............................................................... .....
85
Boks 2
Bonus Demografi Sebagai Motor Penggerak Perekonomian .....
87
BAB VI
Prospek Perekonomian .............................................................
95
A. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................
96
B. Proyeksi Inflasi ...................................................................
99
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. ..
101
BAB V
Lampiran Glosary
vii i
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
DAFTAR TABEL 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
1.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
15
1.3
Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy)
19
1.4
Indeks Tendensi Konsumen
20
1.5
PMA dan PMDN Provinsi Jambi
23
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
37
2.2
Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
8
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 2.3
38
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan I 2015
39
2.4
Perkembangan Inflasi Kota Bungo
47
2.5
Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub kelompok barang dan jasa
2.6
47
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi periode triwulan I - 2015
50
3.1
Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi
54
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
56
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
57
3.4
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
58
3.5
Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi
62
3.6
Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
3.7
63
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
3.8
64
Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
68
3.9
Perkembangan Transaksi RTGS
72
4.1
Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I 2015
74
4.2
Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun 2015
75
5.1
Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja
78
5.2
Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
80
5.3
Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama
81
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ix
5.4
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor
84
6.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
97
x
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
DAFTAR GRAFIK
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 3.1
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014 10 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2015 10 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 13 Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak 13 Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 13 Perkembangan Produksi Karet Jambi 15 Tingkat Hunian Hotel 16 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN 17 Perkembangan Total Pemakaian Air Bersih 17 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 18 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I Tahun 2014 19 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I Tahun 2015 19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 21 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 22 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 23 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 24 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 25 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 25 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 25 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 26 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 27 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 34 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2015 35 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 40 Perkembangan Harga Jagung 41 Perkembangan Harga Beras 41 Perkembangan Harga Tepung Terigu 42 Perkembangan Harga Daging 42 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 43 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 44 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 46 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 46 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 52 TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
xi
3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4.1 5.1 6.1 6.2 6.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 54 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 63 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 65 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 66 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 66 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 69 Perkembangan Transaksi Kliring 71 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 76 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 85 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 99 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 99 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 100
xii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp) RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
TRW.I
TRW.II
2013 TRW.III
TRW.IV
TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
2015 TRW.I
2,519,686 72,639
2,800,410 76,559
2,577,906 71,104
2,714,032 70,456
2,519,833 68,552
2,707,328 74,520
2,534,343 70,240
2,571,965 69,012
2,202,247 62,245
1,463 83,121
1,811 64,290
1,837 56,120
1,635 63,174
1,472 56,789
1,974 83,457
1,847 71,186
1,783 99,967
1,529 52,135
15,535 22,244 4,032
19,666 22,658 4,695
20,189 26,876 7,422
22,181 33,327 6,521
19,684 22,514 5,072
26,992 40,455 11,033
38,703 53,698 12,937
40,778 49,646 4,833
34,079 39,055 4,347
1,031,722 1,453,196 810,929 1,682,989 2,605,130 2,836,373 (651,267) (1,151,935) (2,025,444)
880,393 1,734,894 (854,501)
976,622 1,861,714 (885,091)
1,948,349 921,379 2,788,527 2,309,258 (840,178) (1,387,878)
1,445,865 1,285,175 160,690
846,548 1,034,718 (188,170)
2014
ix
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR
2013
2014
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
TRW.I
TRW.II
PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
26,618,428 18,376,298 9,492,101 3,753,003 5,131,194
27,833,632 19,154,658 9,646,142 4,120,387 5,388,129
28,538,630 19,520,974 10,070,264 3,744,864 5,705,847
28,676,080 19,415,015 11,429,775 3,343,467 4,641,773
29,691,060 20,069,436 10,703,386 3,179,483 6,186,567
34,853,104 22,307,397 10,969,816 4,051,589 7,285,993
34,345,898 22,527,139 11,290,961 3,707,342 7,528,836
32,675,144 21,964,903 12,044,292 3,008,463 6,912,149
34,622,605 22,733,986 10,847,414 3,842,142 8,044,430
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
26,471,507 10,115,811 10,543,228 5,812,468 18,732,803 141.31
28,211,297 9,822,930 11,256,968 7,131,399 19,527,917 144.47
29,925,232 10,124,382 11,816,000 7,984,850 19,916,444 150.25
26,955,932 8,103,793 8,410,345 10,441,794 19,898,809 135.47
31,946,454 10,158,229 9,527,809 12,260,417 20,473,410 156.04
32,458,037 10,671,200 9,164,037 12,622,800 22,719,313 142.87
33,257,510 11,084,121 9,187,047 12,986,343 22,958,027 144.86
34,124,108 11,419,932 9,439,228 13,264,947 22,508,985 151.60
34,107,025 11,049,817 9,679,800 13,377,408 23,275,384 146.54
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%) - NPL Gross nominal - NPL Gross %
20,162,558 7,484,277 8,644,788 4,033,494 109.72 454,021 2.25
22,223,927 7,365,449 9,376,743 5,481,736 116.02 473,625 1.93
23,138,260 7,453,703 9,931,771 5,752,786 118.53 521,247 2.25
23,621,083 7,548,969 10,207,932 5,864,182 121.66 466,983 1.98
23,927,298 7,558,597 5,959,299 10,409,402 119.22 492,240 2.06
24,868,632 8,035,392 10,762,104 6,071,136 111.48 612,619 2.46
25,372,389 8,187,856 6,134,277 11,050,256 112.63 620,912 2.45
26,229,475 8,517,472 6,430,084 11,281,919 119.42 654,329 2.49
26,566,309 8,487,900 6,663,743 11,414,666 116.86 769,060 2.89
Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,389,186 - Kredit Modal Kerja 1,498,112 - Kredit Investasi 282,423 - Kredit Konsumsi 1,608,652 Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 9,738,670 - Kredit Modal Kerja 2,147,246 - Kredit Investasi 1,203,160 - Kredit Konsumsi 6,388,264
3,729,806 1,313,147 623,343 1,793,316 10,428,595 1,827,369 1,714,598 6,886,628
3,537,483 1,309,646 608,907 1,618,930 11,175,062 1,887,664 1,782,084 7,505,314
3,302,277 1,260,845 597,628 1,443,804 11,642,097 1,914,038 1,829,234 7,898,825
3,289,142 1,317,572 618,466 1,353,104 11,946,461 1,895,776 1,853,755 8,196,931
3,368,912 1,415,511 638,798 1,314,602 12,445,976 1,949,111 1,912,349 8,584,516
3,306,533 1,376,943 636,627 1,292,963 12,807,687 2,015,340 1,925,125 8,867,222
3,279,728 1,424,349 647,195 1,208,184 13,124,113 2,020,090 1,990,458 9,113,566
3,327,809 1,457,647 669,772 1,200,391 13,333,741 1,998,536 2,055,800 9,279,404
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal
3,874,659 2,515,038 748,131 611,490 17,002,515 2.45 416,426
4,259,169 2,762,995 831,987 664,187 18,417,570 2.30 423,813
4,451,803 2,810,877 879,018 761,909 19,164,348 2.70 516,557
4,563,050 2,853,406 899,870 809,774 19,507,424 2.31 450,912
4,488,941 2,808,005 876,907 804,029 19,724,544 2.43 480,211
4,669,116 3,038,812 814,947 815,357 20,484,004 2.90 595,039
4,743,308 3,096,118 808,236 838,954 20,857,528 2.95 614,782
4,945,156 3,226,807 836,608 881,741 21,348,998 2.78 593,170
4,965,324 3,229,753 848,942 886,629 21,626,874 3.22 697,392
685,560 501,520 80,242 421,278 520,039 127,272 101,531 291,236 228,803 4.37 22,726 80.43
691,959 506,701 76,783 429,918 554,233 141,934 110,867 301,432 218,597 5.01 27,743 87.12
760,030 551,278 81,355 469,923 567,445 156,969 111,650 298,826 233,076 5.96 33,804 81.21
739,510 532,417 86,236 446,181 545,175 172,919 94,718 277,538 202,844 6.30 34,367 84.26
742,646 541,824 82,543 459,281 544,849 164,194 104,588 276,067 227,858 7.99 43,534 82.57
731,857 539,797 83,869 455,928 541,885 171,394 105,345 265,146 237,051 10.09 54,692 85.60
739,748 550,872 84,072 466,800 535,557 178,183 107,637 249,737 245,608 11.13 59,612 84.13
758,995 566,501 84,864 481,637 524,672 180,501 107,056 237,115 248,842 12.21 64,046 79.40
766,796 580,220 84,947 495,273 524,425 189,211 107,172 228,042 259,465 14.50 76,061 80.46
B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) LDR (%)
TRW.III
TRW.IV
2015 TRW.I
TRW.I
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 1)
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3)
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
2014
2013 TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
2014
TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
2015 TRW.I
142.02
144.61
149.71
110.41
110.41
111.51 110.62
112.09 110.63
113.91 113.13
120.04 119.06
116.95 116.06
6.06
5.24
7.95
8.74
8.74
7.51 6.28
6.47 4.58
4.31 5.21
8.72 8.99
4.88 4.92
26,633,836 6,383,223 7,241,637 3,060,013 12,849 40,479 1,908,268 2,341,302 811,654 251,328 882,325 660,094 421,022 291,119 858,686 938,377 260,830 270,629
28,438,144 7,604,251 7,508,507 3,131,704 13,031 39,852 1,968,504 2,397,988 831,619 257,495 893,838 668,313 424,594 292,167 922,508 940,292 270,458 273,024
28,682,759 7,304,336 7,967,823 3,109,797 13,139 39,515 1,995,231 2,451,865 864,123 259,915 915,730 674,820 428,306 294,719 866,097 952,179 267,833 277,333
29,057,847 7,475,238 7,883,183 3,242,247 13,296 38,116 2,036,269 2,478,027 875,544 264,373 930,468 662,418 421,574 293,830 1,005,270 854,158 303,834 280,005
120,696,234 31,442,141 31,808,635 13,130,435 56,412 160,471 8,661,217 10,661,963 3,669,444 1,226,622 3,876,302 2,772,481 1,732,795 1,230,408 4,141,157 3,694,199 1,269,477 1,162,075
29,367,667 7,728,317 7,697,413 3,233,516 13,145 39,210 2,124,821 2,543,492 896,697 298,494 942,422 673,188 425,585 298,975 984,346 875,384 308,834 283,829
30,026,427 7,972,361 7,840,131 3,294,254 13,779 39,683 2,158,461 2,580,777 909,096 303,159 955,154 686,360 430,236 304,466 1,028,688 909,678 313,943 286,203
30,351,235 7,700,862 8,180,838 3,312,883 13,954 40,235 2,170,639 2,676,617 924,770 310,095 979,937 692,399 436,359 310,600 1,044,349 943,625 320,742 292,330
30,950,905 8,040,601 8,090,252 3,289,782 15,533 41,343 2,207,296 2,861,077 938,881 314,874 998,789 720,535 440,616 316,366 1,083,775 965,511 325,957 299,714
31,106,943 8,324,239 7,944,791 3,286,629 13,894 40,756 2,107,063 2,903,065 953,382 319,369 1,029,423 724,964 449,598 321,898 1,056,848 980,258 343,763 307,002
261,826 814,244
295,320 1,161,680
302,121 1,144,006
283,939 994,049
1,020,560 3,814,802
263,619 860,882
278,279 1,107,025
223,628 840,332
255,033 1,006,563
248,706.46 1,089,054.93
16,689 41,980
39,052 32,722
82,238 48,091
115,056 47,459
184,980 115,977
71,736 26,274
53,767 31,946
38,560 33,758
20,918 23,999
25,667.41 27,199.99
Catatan Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di 1) 2)
Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
vii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
Perekonomian Provinsi Jambi
Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output
triwulan I 2015 mengalami
Rp31,11 triliun1 dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan melambat yaitu dari 6,5 menjadi 5,9%....
pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)) (Grafik 1.1). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor sekunder sebesar 27,95% dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%.
Pertumbuhan tertinggi
Lima sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada
terdapat pada sektor
triwulan I 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil
perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda
dan sepeda motor yang mencapai 14,1% (yoy) disusul oleh sektor
motor....
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 12,0% (yoy),
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3%
(yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya 8,2% (yoy) Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di triwulan I 2015 memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,79% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14%
(yoy).
1
Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
II.
Inflasi Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy),
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih
Pada triwulan I 2015, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 4,88%
rendah dari inflasi nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I
(yoy) dan Kota Bungo 4,92%
dalam tiga tahun terakhir (5,83%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi
(yoy)....
Bungo tercatat sebesar 4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional2. Inflasi Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi administered
price yang mencapai 13,4% (yoy) (Grafik 2.2). Sumber utama inflasi administered price adalah kenaikan harga BBM jenis Solar dan Bensin pada bulan Maret 2015, kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level 3,2% ( yoy). Sementara itu, kelompok volatile food justru mengalami deflasi sebesar 0,3% (yoy) yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah sepanjang triwulan I 2015. Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (5,38% (qtq)). Pergerakan angka deflasi bulanan
(mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,89%, 1,50% dan 0,20%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami deflasi sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,53%, 1,33% dan 0,68%. 2
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
2
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
RINGKASAN EKSEKUTIF
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan sedikit meningkatditandai dengan meningkatnya jumlah aset
Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan
perbankan, DPK, dan
mengalami peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana
penyaluran kredit....
pihak ketiga (3,5% (qtq)) dan kredit (1,2% (qtq)). Hal tersebut menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi sebesar 116,85% dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena kenaikan kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar (1,3% (qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5 triliun. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan menurun dibandingkan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,49%).
Provinsi Jambi mencatat Net
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan
Inflow untuk pertama kalinya
laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun
semenjak tahun 2012, adapun aktifitas pembayaran
44,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.) Sementara
non tunai mengalami
aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9%
penurunan.....
(qtq). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net
inflow tersebut pertama kali terjadi sejak tahun 2012. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,20 triliun,
menurun (14,4% (qtq))
dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,57 triliun). Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun (18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam sebesar 18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi 26.615 transaksi.
TRIWULAN I 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
IV. Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015
Realisasi pendapatan
mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015),
triwulan I 2015 baru mencapai 15,9% dari
meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu,
APBD sementara realisasi
realisasi belanja pada triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi
belanja baru mencapai
12,0%). Realisasi belanja tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat
12,0%...
jika dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 ( 25,3% dan 31,5%). V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami
Terjadi peningkatan pada
peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan
jumlah angkatan kerja Provinsi
Februari 2014
Jambi sebanyak 122,1 ribu
(1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan
orang dan Tingkat Partisipasi
Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92%
Angkatan Kerja ke level
atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Selanjutnya
69,
jumlah pekerja di Jambi juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta orang di Februari 2014 menjadi 1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 46,2 ribu orang dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%. VI.Prospek Perekonomian Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan pada kisaran 3,6%-4,1%
(qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan
akan
tumbuh
pada
kisaran
7,7%(yoy),
lebih
tinggi
dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 5,9% (yoy). Sementara proyeksi
4
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
Laju pertumbuhan PDRB triwulan II 2015 diperkirakan berkisar 3,6%-4,1% (qtq).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7%8,2%. Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan
konsumsi
pemerintah
akan
menjadi
sumber
utama
perekonomian di triwulan mendatang. Bulan puasa akan menjadi faktor pendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan akan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global. Kondisi membaiknya perekonomian negara lain seperti Amerika dan Jepang akan membantu ekspor beberapa komoditas, terutama komoditas karet. Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi
Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada
dibandingkan triwulan I 2015 yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy)
kisaran 6,4%-6,9% (yoy)
dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan
volatile food. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa; 4)
ekpektasi
inflasi
yang
diperkirakan
meningkat
sejalan
dengan
meningkatnya beberapa komoditas administered price dan masuknya bulan puasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan II tahun 2015. Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan II 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Penguatan
fungsi
dan
Peran
TPID
Provinsi
Jambi
serta
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi.
TRIWULAN I 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
TPID
RINGKASAN EKSEKUTIF
2. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah. 3. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi. 4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi Jambi. 5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah.
6
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menghasilkan output Rp31,11 triliun1 dan tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 4,71% (yoy), akan tetapi melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,5% (yoy)) dan triwulan I 2014 (10,3% (yoy)) (Grafik 1.1). Perlambatan pertumbuhan juga terlihat secara triwulanan, dimana pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,98% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
10.7 9.3 30.5
32.7 6.8
%
10.3 33.4 5.1
35.8
35.4
38.6
40.9
5.6
5.8
38.6 6.5
2.5 1.1 0.9
2.0
1.1
38.9
5.9
2.2
1.3
0.5
(6.0)
Q1-13
Q2-13
Q3-13
Output Jambi (Rp Triliun)
Q4-13
Q1-14
Q2-14
Pertumbuhan Jambi (yoy)
Q3-14
Q4-14
12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8
Q1-15
Pertumbuhan Jambi (qtq)
Sumber: BPS (diolah)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 2,0% (yoy) diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor serta sektor pertambangan dan penggalian, masing-masing sebesar 1,2% (yoy), dan 0,8% (yoy). 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,1% (yoy) disusul oleh sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
1
Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA ( System of National Account) 2008.
7
EKONOMI MAKRO REGIONAL
wajib sebesar 12,0% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,2% (yoy) dan jasa lainnya 8,2% (yoy) (Tabel 1.1). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 46,21%, diikuti sektor sekunder sebesar 27,95% dan sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 25,8%. Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 17,32% (yoy) di triwulan I 2015 memberikan andil sebesar 11,53% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,06% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,79% (yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 2,79% (yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I 2015 sebesar 0,14% (yoy). (Tabel 1.1).
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) LAPANGAN USAHA
2013 I
Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB
JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB
2014
III
II
IV
I
Tahun 2014
III
II
IV
Grow th
Andil
-0.7 7.6
15.2 4.1
3.7 8.1
5.8 -1.2
21.1 6.3
4.8 4.4
5.4 2.7
7.6 2.6
9.3 3.9
7.7 3.2
2.0 0.8
19.4 10.8 11.0
10.6 10.4 8.9
-0.3 8.9 5.6
1.3 3.9 -2.4
5.7 2.3 -3.1
5.2 5.7 -0.4
6.5 6.2 1.8
1.5 16.8 8.5
4.7 7.8 1.6
1.6 5.7 3.9
0.2 0.0 0.0
27.1
27.5
18.7
10.1
11.3
9.6
8.8
8.4
9.5
-0.8
-0.1
8.0
7.6
6.1
5.6
8.6
7.6
9.2
15.5
10.3
14.1
1.2
9.4 6.5
7.6 6.8
9.3 5.9
4.5 6.4
10.5 18.8
9.3 17.7
7.0 19.3
7.2 19.1
8.5 18.7
6.3 7.0
0.2 0.1
6.7 19.2 6.1 3.0
7.6 15.4 5.7 2.2
5.8 11.9 5.4 2.7
6.0 3.5 2.6 0.3
6.8 2.0 1.1 2.7
6.9 2.7 1.3 4.2
7.0 2.6 1.9 5.4
7.3 8.8 4.5 7.7
7.0 4.0 2.2 5.0
9.2 7.7 5.6 7.7
0.3 0.2 0.1 0.1
56.6
22.7
-21.4
-7.9
14.6
11.5
20.6
7.8
13.4
7.4
0.2
12.2 4.6 0.2 9.3
12.1 7.2 4.2 10.7
5.5 4.5 5.9 5.1
-8.9 15.7 9.2 2.5
-6.7 18.4 4.9 10.3
-3.3 16.1 4.8 5.6
-0.9 19.8 5.4 5.8
13.0 7.3 7.0 6.5
0.2 15.1 5.5
12.0 11.3 8.2 5.9
0.4 0.1 0.1 5.9
3.6 8.5 (0.8) (0.8) (25.6) 13.3 1.4 9.3
II 3.7 8.8 (21.8) 12.4 5.0 8.8 (2.9) 10.7
2013 I
2014
III 2.9 2.5 (20.5) 17.2 (205.4) 3.0 11.0 5.1
IV
2.9 7.6 49.2 25.0 (229.2) (17.4) (10.3) 2.5
I
11.5 13.9 51.8 13.9 56.0 1.8 5.6 10.3
II 11.4 21.4 19.5 (2.4) (239.1) (3.0) 4.2 5.6
7.0
Tahun 2014
III 12.6 13.4 5.8 (17.4) 18.8 (0.7) (9.8) 5.8
IV
12.5 8.6 (25.5) (29.2) 307.4 41.3 3.7 6.5
Sumber: BPS (diolah)
8
Triw ulan I 2015 Grow th
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
Grow th
12.0 14.2 (2.0) (11.2) (426.3) 8.4 0.5 7.0
TW 2015 Grow th
4.1 3.1 2.8 (14.0) (47.0) 17.3 6.0 5.9
Andil
1.8 0.0 0.1 (3.5) (1.4) 11.5 2.7 5.9
EKONOMI MAKRO REGIONAL
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan yang cukup signifikan dan hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih rendah dari pencapaian triwulan I 2014 yaitu 10,3% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan I 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 2,0%, diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,2% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,8%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan I 2015 terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,1%
(yoy), sektor jasa pendidikan sebesar 12,0% (yoy) diikuti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan konsumsi awal tahun seiring kenaikan UMP dan dampak penurunan harga BBM pada Januari 2015, penyelenggaraan pendidikan semester baru dan peningkatan kuantitas pengguna jasa kesehatan. Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dari 0,2% (qtq) menjadi 0,5% (qtq). Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 5,5% (qtq) disusul oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 3,5% (qtq) serta sektor informasi dan komunikasi sebesar 3,1%. Namun kontraksi yang dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian (-1,8% (qtq)) serta sektor konstruksi (-4,5% (qtq)) merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp38,9 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 28,1%, pertambangan dan penggalian sebesar 18,1% serta sektor industri pengolahan sebesar 10,9% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan IV 2014 (Grafik 1.2). TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014
LAINNYA, 25,5%
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2015
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 26,7%
LAINNYA, 26,0%
KONSTRUKSI, 7,2%
PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR 9,3%
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN, 28,1%
KONSTRUKSI, 7,0%
INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,8%
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 20,5%
Sumber: BPS (diolah)
PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR, 9,8%
INDUSTRI PENGOLAHAN, 10,9%
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 18,1%
Sumber: BPS (diolah)
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 7,7% (yoy) atau 3,5% (qtq). Secara tahunan sektor ini mengalami pertumbuhan terbatas dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,6% (yoy)). Akan tetapi secara triwulanan, sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan kontraksi yang terjadi di triwulan IV 2014 (-2,4% (qtq)). Peningkatan pertumbuhan sektor ini disebabkan oleh harga Crude Palm Oil (CPO) yang memiliki tren peningkatan pada triwulan laporan karena adanya peningkatan permintaan dari industri pengolahan sawit. Di sisi lain, terdapat pula peningkatan pada produksi komoditas karet di Provinsi Jambi.
Namun demikian, pertumbuhan sektor
pertanian sedikit tertahan dengan belum membaiknya sub sektor perkebunan sejalan dengan masih lesunya harga komoditas karet internasional seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap komoditas perkebunan utama Provinsi Jambi yang berimbas pada harga karet alam di tingkat lokal yang belum ideal. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.723,6/kg, naik 5,67% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara 10
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.644,84/kg atau naik 1,52% (qtq). Di lain pihak harga rata-rata CPO di tingkat internasional mengalami penurunan sebesar 4,45% (qtq) dari USD654,57/metric ton pada Triwulan IV 2014 menjadi USD625,44/metric ton pada Triwulan I 2015. (Grafik 1.4). Peningkatan harga jual di dalam negeri disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari industri pengolahan sawit. Sedangkan tren penurunan harga kelapa sawit internasional, disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah turunnya permintaan negara importir sawit. Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp)
10,000 8,000 6,000 4,000
2,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2012 CPO
INTI
2013 TBS 10 TAHUN
2014 2015 CPO Int'l
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Berbeda dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi masih belum baik dan mengalami penurunan dari rata-rata Rp15.127/kg menjadi Rp14.874/kg (turun 1,67% (qtq)) (Grafik 1.5). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 4,49% (qtq) dari USD192,7/cent per kg menjadi USD184,1/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pada Triwulan I tahun 2014, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai 29,8% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa tren menurunnya harga karet internasional utamanya disebabkan antara lain oleh: 1.) masih lemahnya permintaan global serta tingginya persediaan stok karet di negara konsumen, utamanya Tiongkok, 2) harga minyak mentah dunia yang masih rendah sebagai bahan baku karet sintetis yang merupakan produk substitusi karet alami. TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.5. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Rp/Kg
USD cent/Kg
35,000
500.00
30,000
400.00
25,000 20,000
300.00
15,000
200.00
10,000
Harga Bokar (Rp/kg) Harga Karet Internasional (USD cent/kg)
5,000
100.00
-
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012
2013
2014
2015
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Walaupun kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2015 belum maksimal, Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat mengalami sedikit peningkatan menjadi 95,95 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 95,42. Peningkatan NTP terjadi karena penurunan harga BBM yang berujung pada menurunnya biaya produksi serta meningkatnya permintaan akan komoditas yang dihasilkan. Walaupun indeks yang diterima petani lebih kecil dari triwulan IV 2014, tetapi indeks yang dibayar mengalami penurunan yang jauh lebih dalam, seperti terlihat pada grafik 1.6. Walaupun NTP mengalami sedikit peningkatan2, banyaknya petani yang masih menggantungkan pada satu sumber pendapatan saja menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. Selain itu, petani juga dapat diperkenalkan pada produk substitusi dari komoditas yang dihasilkannya sekarang.
2
Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang lebih tinggi karena indeks bayar turun akibat turunnya biaya produksi sebagai imbas dari penurunan harga BBM. KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015 12
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
125
120 115 110 105
100 95 90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013 2014 indeks terima indeks bayar Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
2015
NTP
Sumber: BPS (diolah)
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan I 2015 menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,0 triliun (pangsa 18,1%), merupakan sektor ekonomi terbesar kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 3,2% (yoy), jauh lebih rendah daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang meningkat sebesar 6,3% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor ini juga relatif memburuk dan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 1,8% (qtq), dibandingkan triwulan IV 2014 yang sudah Grafik 1.7. Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak
Grafik 1.8. Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas
3,000.00
40
30,000.00
2,500.00
20
2,000.00
0
1,500.00
-20
1,000.00
-40
Lifting (Barel)
500.00
-60
qtq Growth
-
-80 TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2011
2012
2013
Sumber: BPS dan ESDM (diolah)
2014
2015
Thousands
Thousands
terkontraksi sebesar 1,1% (qtq).
80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80 -100 -120
25,000.00 20,000.00 15,000.00 10,000.00 5,000.00 -
Lifting (MMBTU) qtq growth
TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: BPS dan ESDM (diolah)
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Berdasarkan data dari ESDM, diketahui bahwa terdapat penurunan drastis pada lifting Migas pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh penurunan produktifitas sumursumur migas eksisting dan belum adanya penemuan sumber migas baru di Provinsi Jambi. Penurunan serupa juga dialami hampir di setiap Provinsi penghasil migas. Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada triwulan laporan cenderung stabil. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian secara tahunan lebih disebabkan oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sehingga nilai jual ekspor dalam rupiah menjadi lebih tinggi. Berdasarkan keterangan BPS, para pelaku usaha saat ini cenderung untuk menjual stok dan mengurangi produksi. Hal ini sejalan dengan data lifting migas Provinsi Jambi. 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp4,3 triliun (10,9%), sedikit meningkat sebesar 1,6% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2014 (1,5% (yoy)), akan tetapi jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 (5,7% (yoy). Secara triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 0,1% (qtq). Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu didorong oleh belum membaiknya harga jual pada sub sektor industri pengolahan karet sejalan dengan masih lemahnya permintaan karet global. Hal ini membuat para pelaku usaha tidak tergerak untuk meningkatkan
pengolahan akan
komoditas karet. Selain itu, penurunan pada industri pengolahan juga mengindikasikan bahwa terjadi perlambatan pada pertumbuhan ekonomi yang ditandai oleh berkurangnya permintaan akan barang
barang olahan (Tabel 1.2). Akan tetapi, jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya industri pengolahan karet sudah menunjukkan sedikit perbaikan.
14
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Jenis Industri Trw I-14 Trw II-14 Industri Makanan
-21.8
24.0
Industri Minuman
-2.8
3.5
Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik IBS
-1.1
14.5
-6.57
10.34
Pertumbuhan qtq yoy Trw III-14 Trw IV-14 Trw I-15 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 -1.5 1.9 -10.3 -6.4 17.6 9.3 0.5 -5.2 -7.5 -2.4 -1.1 -7.0 -10.6 -17.8 -10.5 -12.4 -8.3 4.3 17.1 0.5 -11.5 -5.44
-0.02
-2.70
-0.76
8.66
2.05
Trw I-15 11.2 -17.4 -16.9
-1.95
1.40
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Walaupun
Grafik 1.9. Perkembangan Produksi Karet Jambi 120,000
40 Volume Produksi Bokar (Ton)
100,000
Pertumbuhan (%qtq) 94,64792,488
88,713 85,867 81,805
75,165 77,418 76,065 74,585 74,563 68,679
80,000
30
93,439 91,329 87,584 78,097 73,974
75,504
20 10
60,000 0 40,000
industri
pengolahan secara umum mengalami
penurunan
secara triwulanan, kinerja industri pengolahan karet
-10
20,000
0 Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I III IV III IV III IV III IV 2011
2012
Sumber: Gapkindo Cabang Jambi
2013
2014
2015
-20
tetap
-30
peningkatan
walaupun
melambat.
Hal
ini
oleh
data
dikonfirmasi
mengalami
Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi, yang menyatakan bahwa produksi karet dalam triwulan I 2015 sebesar 78.097 ton (Grafik 1.9), meningkat 5,57% (qtq) dibandingkan triwulan lalu. Akan tetapi jika dilihat secara tahunan, produksi karet mengalami penurunan sebesar 14,5% (yoy) dibandingkan triwulan I 20143. 4. Sektor-sektor Lain Pada triwulan I 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,8 triliun (pangsa 9,8%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 14,1% (yoy) dan merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar pada triwulan I 2015, dengan andil pertumbuhan 1,2% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi 3
Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
EKONOMI MAKRO REGIONAL
masyarakat sehubungan kenaikan UMR tahun 2015 serta efek dari penurunan harga BBM pada awal tahun. Momen tahun ajaran baru dan tahun baru China juga turut menjadi faktor peningkatan sub sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor
penyediaan
Grafik 1.10. Tingkat Hunian Hotel
akomodasi dan makan minum
90,000
tumbuh 7,0% (yoy), melambat
70,000 60,000
dibandingkan
pertumbuhan
pada triwulan I 2014 yang mencapai sebesar
pertumbuhan 18,8%
Perlambatan
ini
(yoy). disebabkan
50,000
60
81,909
80,000
72,902 58,288 57,930 55,338 50,821 47,293
68,453
66,74865,742 62,409
59,533
50 56,219
40
30
40,000 30,000
20
20,000
10
10,000 0
0 Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I 2012
2013
Jumlah Tamu Menginap
2014
2015
T. Hunian Hotel (RHS)
oleh efek aturan pemerintah yang
melarang
PNS
untuk
Sumber : BPS (diolah)
mengadakan rapat di hotel yang berlaku selama bulan Januari dan Februari, namun telah direvisi pada Maret 2015. Berdasarkan data BPS, tingkat hunian hotel mengalami penurunan yang cukup dalam pada triwulan I 2015 (Grafik 1.10). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 37,6%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu (44,4%), serta triwulan yang sama tahun lalu (44,87%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 14,5% (yoy) atau 17,9% (qtq) menjadi 56.219 orang. Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing tumbuh sebesar 6,1% (yoy) dan 4,1% (yoy). Akan tetapi secara triwulanan, sektor pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi yang cukup signifikan, yaitu sebesar 10,3%
(qtq), memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,9% (qtq)). Terjadinya kontraksi pertumbuhan triwulanan sub sektor pengadaan listrik tercermin dari menurunnya jumlah konsumsi listrik di Jambi sebesar 5,8% (qtq). Akan tetapi jika dilihat secara tahunan, konsumsi listrik dan jumlah pelanggan tetap mengalami kenaikan, sama dengan pertumbuhan sektor tersebut masing-masing sebesar 3,8% (yoy) dan 7,2% (yoy). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 253,0 16
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
MWH (Grafik 1.11) dengan jumlah pelanggan mencapai 377.065 rekening (Grafik 1.12). Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai 565.400 rekening (91,9%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 235,6 MWH (65,4%).
300 250
200
Grafik 1.12. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN
260 265 268 253 242 240 249 244 225 220 230 200 210
ribu pelanggan
KWH (dalam juta)
Grafik 1.11. Perkembangan Total Pemakaian Listrik
150
400 350 300
371 377 352 357 362 338 345 331 324 318 295 302 308
250
200 150
100
100
50
50
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
-
I
I
2015
II
III
IV
I
2012
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
2014
I 2015
Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)
Grafik 1.13. Perkembangan Total Pemakaian Air bersih ribu M3
900 867 863 857 880 858 861 854 847 853 844 860 852 837 830 833 840 3.7 820 800 1.7 1.3 780 0.8 760 -0.3 -0.7 -0.5 740 -0.7 -0.9 -1.1 720 -1.5 -1.3 700 -1.6 Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1Trw 2Trw 3Trw 4Trw 1 2012
2013
Total Konsumsi Air (LHS)
2014
5 3 1 (1) (3)
2015
Pertumbuhan (RHS)
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014
Peningkatan sektor pengadaan air juga didukung oleh peningkatan pemakaian air bersih yang dicatat oleh PDAM Tirta Mayang (Grafik 1.13). Pada triwulan laporan pemakaian air bersih menunjukkan peningkatan (3,8% (yoy)) atau 3,7% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 860,6 ribu M3, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (830,0 ribu M3). Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 6,3% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,2%, menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,2% yoy) dan triwulan I 2014 (10,5% (yoy)). Perlambatan pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh sudah berakhirnya momen liburan akhir tahun 2014. TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.14. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 I II
Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang ton 1500
1000
500
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
2012 2013 2014 2015 Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
0 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013 Jumlah Bongkar
IV
I
II
III
2014 Jumlah Muat
IV
I 2015
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
Perlambatan pertumbuhan ini juga dapat dilihat dari jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi. Data dari PT Angkasa Pura II (Persero) menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV 2014. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 296.572 orang, menurun 9,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.14). Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara Sultan Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dibongkar sebesar 1,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dimuat dari kargo pesawat mengalami penurunan sebesar 12,7% (qtq) (Grafik 1.15) Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan I 2015 adalah sektor jasa pendidikan sebesar 12,0% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,3% (yoy).
C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami perlambatan utamanya didorong oleh kontraksi konsumsi pemerintah yang turun cukup dalam hingga mencapai 55,6% (qtq) dengan andil sebesar -6,3% (Tabel 1.3), diikuti dengan kontraksi di Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) 18
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
sebesar 7,2% (qtq) yang mencerminkan bahwa tingkat investasi di Provinsi Jambi berkurang yang berujung pada pertumbuhan ekonomi Jambi yang relatif terbatas. Berdasarkan strukturnya, 45,1% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) 19,9%, Net Ekspor 28,2% dan konsumsi pemerintah 5,3% (Grafik 1.17). Pangsa struktur tersebut cenderung tidak mengalami banyak perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada triwulan I 2014, pangsa konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 45,2% dan 5,1%. Adapun terdapat perubahan pangsa investasi fisik dari 24,6% pada triwulan I 2014 yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan investasi (Grafik 1.16). Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy) JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB
2013 I
3.6 8.5 (0.8) (0.8) (25.6) 13.3 1.4 9.3
2014
II III IV 3.7 2.9 2.9 8.8 2.5 7.6 (21.8) (20.5) 49.2 12.4 17.2 25.0 5.0 (205.4) (229.2) 8.8 3.0 (17.4) (2.9) 11.0 (10.3) 10.7 5.1 2.5
I
11.5 13.9 51.8 13.9 56.0 1.8 5.6 10.3
II 11.4 21.4 19.5 (2.4) (239.1) (3.0) 4.2 5.6
Tahun 2014
III 12.6 13.4 5.8 (17.4) 18.8 (0.7) (9.8) 5.8
IV
12.5 8.6 (25.5) (29.2) 307.4 41.3 3.7 6.5
Grow th
12.0 14.2 (2.0) (11.2) (426.3) 8.4 0.5 7.0
TW 2015 Grow th
4.1 3.1 2.8 (14.0) (47.0) 17.3 6.0 5.9
Andil
1.8 0.0 0.1 (3.5) (1.4) 11.5 2.7 5.9
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.16. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Penggunaan Triwulan I tahun 2014
Menurut Penggunaan Triwulan I tahun 2015
Sumber : BPS (diolah)
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.
Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp17,3
triliun atau 44,6% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya meningkat 4,06% (yoy), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 (11,49% yoy) maupun triwulan IV 2014 (12,5% (yoy)). Secara triwulanan, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan hanya tumbuh 0,04% (qtq), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,28% (qtq)) dan triwulan I 2014 (8,15% (qtq)). Hal ini sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh turunnya pendapatan akibat masih rendahnya harga komoditas kelapa sawit dan karet. Melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen (ITK), dimana bila angka indeks di bawah 100 maka terjadi penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2015 ITK hanya sebesar 91,74 , lebih rendah dari triwulan sebelumnya (104,8) (Tabel 1.4). Hal ini dipengaruhi oleh ITK komoditas makanan dan bukan makanan yang mengalami penurunan pada level 91,0, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 110,1. Penurunan juga dipengaruhi dari tingkat pendapatan rumah tangga kini yang hanya sebesar 87,3 pada triwulan laporan, jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 101,5 dan triwulan I 2014 sebesar 105,7. Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Pendapatan rumah tangga kini Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan Indeks Tendensi Konsumen
Triwulan I - 2013 101.7
Triwulan II - 2013 106.9
Triwulan III - 2013 112.2
Triwulan IV - 2013 108.4
Triwulan I - 2014 104.5
Triwulan II - 2014 117.1
Triwulan III - 2014 117.6
Triwulan IV - 2014 101.5
Triwulan I - 2015 87.3
106.9
108.5
109.1
105.2
105.2
107.4
108.9
106.9
100.4
100.7 102.9
104.2 106.7
116.8 112.3
106.2 107.1
109.0 105.7
106.2 112.2
115.1 114.7
110.1 104.8
91.0 91.7
Sumber : BPS (diolah)
Sementara itu, penyaluran kredit real estate juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari sebesar 3,6%(yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi hanya 0,9% (yoy) pada triwulan I 2015. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 (26,4% yoy), perlambatan jelas sangat terlihat (Grafik 1.18). Hal ini seiring dengan belum kunjung membaiknya kinerja 4
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi. KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015 20
EKONOMI MAKRO REGIONAL
kredit di sektor tersebut yang tercermin dari nilai NPL kredit kepada sub sektor pemilikan rumah tinggal sampai dengan tipe 21 yang mengalami kenaikan (memburuk) dari 5,1% menjadi 6,4%, jauh melebihi tingkat maksimal NPL sebesar 5%.
Rp Miliar
Grafik 1.18. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,500 4,000 49.8 3,500 40.1 33.4 3,000 2,500 28.2 40.3 2,000 16.0 16.8 27.115.4 1,500 16.5 11.3 26.4 22.0 1,000 0.9 500 5.2 5.6 0 3.6 Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I III IV III IV III IV III IV 2011
2012
Kredit Real Estate
2013
2014
60 50
40 30 20 10 0
2015
Pertumbuhan (% yoy)
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan sebesar Rp2,1 triliun dan hanya meningkat 2,8%(yoy), tetapi mengalami kontraksi jika dihitung secara triwulanan (55,6% (qtq)). Hal ini sejalan dengan tren realisasi belanja APBD yang masih minim pada triwulan I tetapi akan meningkat pada akhir tahun seiring selesainya pelaksanaan proyek pemerintah. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan I 2015 sebesar Rp420,3 miliar (baru sebesar 12,0% dari APBD 2015) namun lebih tinggi dari realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu (sebesar 1,4% dari APBD 2014). 2.
Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan I 2015 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp7,7 triliun dengan pangsa 19,9% dari total PDRB Jambi (Grafik 1.18). Pangsa investasi triwulan I 2015 relatif lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2014 (24,6%). Secara tahunan, PMTDB / investasi mengalami kontraksi sebesar 14,0% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Secara triwulanan, investasi juga mengalami kontraksi sebesar 7,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan investasi disebabkan beberapa faktor TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
EKONOMI MAKRO REGIONAL
diantaranya : 1.) realisasi belanja APBD 2015 yang yang masih minim pada awal tahun dan 2.) Proyek pemerintah dan swasta yang belum maksimal (penyerapan APDB pada triwulan I 2015 baru sebesar 15,87% pada pendapatan dan 11,96% pada pengeluaran). Adapun penurunan investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi konsumsi semen yang tumbuh melambat sebesar 2,9% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (20,5%(yoy)) dan triwulan I 2014 (10,0% (yoy)). (Grafik 1.19). Grafik 1.19.Konsumsi Semen Provinsi Jambi KTon 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 -
(%) 50 41.3
20.0 10.3 1.8
11.9
34.5
37.9
40 30
23.3
12.4
20
12.8
20.54 2.9
(1.3)
II
III
2011
IV
0 -10
(4.8)
(10.4) I
10
10.0
8.8
-20 I
II
III
IV
2012 Konsumsi Semen
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
2014
I 2015
Pertumbuhan (yoy)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Perlambatan investasi tersebut dikonfirmasi juga dengan pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi yang hanya sebesar 11,8% (yoy) jauh melambat dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 yang mampu tumbuh 47,7% (yoy) (Grafik 1.20). Secara triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 3,6% (qtq), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,8% (qtq).
22
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Rp Triliun
Grafik 1.20.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 7
6 5 4 3 2 1 -
100 90 80 70 76.9 60 46.9 43.2 41.9 50 57.5 40 47.7 48.9 49.8 41.3 30 11.82 33.2 10.8 20 12.8 9.65 6.6 10 6.6 0 TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I III IV III IV III IV III IV 92.6
2011
2012
2013
Kredit Investasi (juta Rp)
2014
2015
Pertumbuhan (%)
Sumber : LBU Bank Indonesia
Adapun berdasarkan data BKPM, total investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi baik dari dalam maupun luar negeri pada triwulan I 2015 adalah sebesar Rp 59,2 triliun, dan utamanya diinvestasikan pada sektor tanaman pangan dan perkebunan, kehutanan, industri makanan, konstruksi dan peternakan. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2014 dan triwulan IV 2014, terdapat penurunan yang cukup dalam sebesar 63,4% (yoy) atau 90,5% (qtq). Tabel 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi Keterangan PMA (USD juta) PMDN (Rp miliar)
Tw 1 16.4 -
2013 Tw 2 Tw 3 6.1 11.2 1,302.7 288.5
Tw 4 0.6 1,208.5
Tw 1 24.2 161.7
2014 Tw 2 Tw 3 5.6 5.5 65.5 55.9
Tw 4 16.1 621.7
2015 Tw I 17.9 59.2
Sumber : BKPM (diolah)
3.
Perdagangan Eksternal Berdasarkan data dari BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain
pada triwulan I 2015 mencapai Rp28,1 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar negeri) meningkat sebesar 17,3% (yoy) tetapi secara triwulanan turun 2,5% (qtq). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya perdagangan antar daerah perbatasan Provinsi Jambi, terutama beras dan beberapa komoditas pangan lainnya yang sedang mengalami panen pada bulan Maret 2015. Di sisi lain, Impor provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp17,2 triliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
EKONOMI MAKRO REGIONAL
eskpor sebesar Rp11,0 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 6,0% (yoy). 3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Berdasarkan
indikator
impor
lainnya,
ekspor
Grafik 1.21. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD)
khususnya ekspor impor non
800
migas,
600 561 550
Provinsi
Jambi
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
oleh
masih
lemahnya permintaan global
Ekspor
700 500 400
359
200
akan komoditas ekspor, akan
83 21
28
39
34
Trw I Trw II Trw Trw Trw I Trw II Trw Trw Trw I Trw II Trw Trw Trw I Trw II Trw Trw Trw I III IV III IV III IV III IV 2011
membantu
296
285 295 262 295 302 284 264 278 255 249 223 225 234 223 256 265 192 259 184 245 220 169115 72 54 82 39 21 26 17 26 31 17 39
363
0
tetapi pelemahan nilai tukar rupiah
Net Ekspor
489 539 398 380 467 462 330
300 100
Impor
2012
2013
2014
2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
meningkatkan nilai ekspor barang/jasa menjadi lebih tinggi sehingga penurunan tidak menjadi terlalu dalam. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD248,7 juta, turun 5,7% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2014 (USD263,6 juta). Sementara itu, impor luar negeri sebesar USD25,7 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD223,0 juta (Grafik 1.21). Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD84,5 juta atau 34% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing USD52,7 juta dan USD32,3 juta (Grafik 1.22 dan 1.24). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan.
24
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.22. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 800
Lainnya Fixed Vegetable Oil G. Ekspor
700 600 148.9
200.0
Batu Bara, Kokas dan Briket Crude Rubber
150.0 100.0
500 400 300
77.9
42.8
200
-20.7 -22.3
5.9
-3.9
50.0
0.7 -5.8
-10.2 -26.2
-5.7
-31.0 -25.8 -20.3 -41.1 -41.7
100
0.0 -50.0
0
-100.0 Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Tw I II III IV II III IV II III IV II III IV
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.23. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Volume (ton)
Grafik 1.24. Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Kenaikan nilai ekspor terbesar pada triwulanan laporan dialami komoditas minyak
dan lemak sayur (fixed vegetable oil), sebesar 178,0% (yoy), diikuti oleh komoditas pulp dan kertas (41,1% (yoy)) serta komoditas batu bara (4,3% (yoy)). Sementara itu, penurunan nilai ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi pada komoditas karet mentah sebesar 47,29% (yoy) atau (9,24% (qtq)). Dari sisi volume, hampir semua komoditas mengalami peningkatan volume ekspor dengan peningkatan tertinggi pada komoditas minyak dan lemak sayur sebesar 299,0%(yoy) diikuti oleh pulp dan kertas sebesar 45,9% (yoy) (Grafik 1.24). Meningkatnya permintaan akan komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) seperti CPO menjadi penyebab utama akan kenaikan ini. Harga internasional CPO yang memiliki tren meningkat juga penjadi penyumbang akan peningkatan ini. Adapun komoditas yang mengalami penurunan volume ekspor adalah komoditas karet mentah (22,0% (yoy)) atau (4,2% (qtq)). Melemahnya permintaan karet yang diikuti dengan merosotnya harga karet internasional menyebabkan penurunan nilai dan volume ekspor karet mentah (crumb TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
EKONOMI MAKRO REGIONAL
rubber) Provinsi Jambi. Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi yang memiliki karakter karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual. Grafik 1.25. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan juta USD
400 350
Lainnya
India
Eropa
RRC
Jepang
Malaysia
Amerika Serikat
300 250 200
150 100 50 0 Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Trw I II III IV II III IV II III IV 2012
2013
2014
2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.25), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke negara China yang mencapai USD 33,5 juta dan diikuti oleh Malaysia sebesar USD18,2 juta. Meningkatnya ekspor Jambi ke China utamanya disumbangkan oleh ekspor komoditas CPO seiring dengan usaha pemerintah China dalam meningkatkan perindustrian dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, dalam menjaga konektivitas dan kelancaran distribusi ekspor, infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam mengekspor secara langsung ke negara tujuan. 3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar USD25,7 juta, naik sebesar 22,7% (qtq) tetapi mengalami penurunan bila dihitung secara tahunan (64,2%
(yoy)). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.27), impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD7,8 juta atau 30,2%).
26
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.26. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Impor (juta USD)
200
82
g. Impor (RHS)
72
72
150
134.0 54
53.5 34 -12.2
26
17.3 31
17
39
-1.0 17
-11.9
-28.3 -25.0
-45.3
-50.2
100
110.6
39
50 26
21 -45.8
22.7 0
-50 -100
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
2012
Trw III
2013
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
2014
Trw I 2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.27. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Impor (juta USD)
90 80 70
Lainnya Alat Pengangkutan Lainnya Mesin Pembangkit Tenaga
60
Mesi Industri dan Perlengkapannya
50
Besi dan Baja
40
Mesin Industri Tertentu/Khusus
30
20 10 0 Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Trw I Trw Trw Trw Trw I II III IV II III IV II III IV 2012 Sumber : SEKDA Bank Indonesia
2013
2014
2015
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
Boks.1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan penguatan nilai tukar dollar Amerika dalam beberapa bulan terakhir memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan sebaliknya dapat juga berpengaruh negatif terhadap kinerja perekonomian. Bagaimana dampak tersebut pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian Jambi, khususnya terhadap kinerja pelaku usaha? Berikut merupakan analisis dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap perekonomian Jambi berdasarkan hasil liaison dan quick survey terhadap perusahaan di Provinsi Jambi yang bergerak di bidang ekspor dan impor barang dan jasa. Apa yang Menyebabkan Pelemahan Nilai Tukar Rupiah? Terdapat dua faktor yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Dari faktor eksternal, Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh menguatnya nilai tukar dollar seiring dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang diperkirakan akan tumbuh relatif tinggi di akhir tahun 2015 ini. Selain itu, rencana Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan juga menjadi faktor penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat. Selain faktor eksternal, faktor domestik seperti defisit neraca berjalan (Current Account Deficit) yang dialami oleh Indonesia, meskipun telah berhasil diminimalisir pada bulan terakhir, merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya nilai tukar rupiah. Apa Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah? Secara teori ekonomi, pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak terhadap kinerja usaha, khususnya yang menggunakan transaksi dalam bentuk valas atau bentuk penjualan ataupun biaya produksi yang secara langsung maupun tidak langsung dikaitkan dengan nilai valas. Hasil liaison dan quick survey kepada beberapa pelaku usaha di Provinsi Jambi, terutama perusahaan sawit dan karet, menginformasikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak positif di tengah melemahnya permintaan global dan rendahnya harga internasional komoditas CPO dan Crumb Rubber. Meskipun harga internasional relatif rendah, namun pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan nilai penjualan perusahaan dalam rupiah menjadi lebih baik. Meskipun pelemahan nilai tukar rupiah cenderung menguntungkan bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, namun tingkat permintaan dan harga internasional merupakan faktor yang 29
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
lebih dominan sebagai determinan kinerja perusahaan. Apabila kondisi ini tetap terjadi hingga triwulan II 2015, mayoritas perusahaan memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kinerja perusahaan. Adapun sebagian besar lainnya mengatakan penurunan dalam kinerja perusahaan dan tidak ada yang memperkirakan kenaikan. Untuk harga jual produk, mayoritas perusahaan masih memperkirakan harga jual akan tetap sama dengan triwulan I 2015.
Grafik 1. Perkiraan Kinerja Triwulan II 2015
Grafik 2. Perkiraan Harga Jual Produk Triwulan II 2015
33%
0%
25%
42% 42%
58%
Naik
Tetap
Turun
Naik
Tetap
Turun
Sebaliknya, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan terjadinya kenaikan biaya produksi perusahaan terutama untuk pembelian bahan baku yang menggunakan konten impor. Mayoritas perusahaan (75%) (grafik 3), mengatakan bahwa biaya perusahaan akan meningkat pada triwulan II 2015, dikarenakan bahan baku yang digunakan belum dapat disediakan dari dalam negeri. Kenaikan biaya produksi di tengah rendahnya harga komoditas global semakin mengikis margin perusahaan. Pengikisan margin semakin terasa bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku dengan konten impor namun dengan orientasi penjualan domestik. 58% dari total perusahaan (grafik 4) memperkirakan terdapat pengurangan margin usaha jika pelemahan nilai tukar tetap terjadi hingga triwulan II 2015.
30
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 1 DAMPAK PELEMAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
Grafik 3. Perkiraan Total Biaya Triwulan II 2015
Perkiraan Total Biaya Triwulan II 2015 17%
Grafik 4. Perkiraan Margin Usaha Triwulan II 2015
Perkiraan Margin Usaha Triwulan II 2015
8%
8% 58% 33% 75%
Naik
Tetap
Turun
Naik
Tetap
Turun
Selain itu, pelemahan nilai tukar juga memberikan dampak negatif terhadap iklim investasi perusahaan. Beberapa perusahaan melakukan penundaan investasi hingga nilai tukar dirasa cukup stabil dan wajar dalam melakukan investasi. Saat ini, investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak untuk investasi yang bersifat segera seperti melakukan penggantian mesin atau sarana produksi dan maintenance. Dari segi pembiayaan, mayoritas perusahaan tidak terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar karena pembiayaan yang digunakan berasal dari dalam negeri dan menggunakan mata uang rupiah. Bagi semua perusahaan, kestabilan nilai rupiah sangat diharapkan oleh responden dan berpengaruh besar dalam perencanaan bisnis dan investasi mereka. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan Pelemahan nilai tukar rupiah memberikan dampak yang positif tetapi di sisi lain juga memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja perekonomian. Pelemahan nilai tukar sangat membantu kinerja eksportir namun di sisi lain menyebabkan bertambahnya biaya produksi usaha sejalan dengan meningkatnya harga barang dan jasa yang mempunyai konten impor. Kestabilan nilai tukar rupiah sangatlah penting bagi pelaku usaha dalam membuat perencanaan dan melakukan kebijakan bisnis mereka. Pada triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 4,4% (qtq) ke level Rp12.807 per dolar AS. Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makroekonomi yang terjaga dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan. 31
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BAB II INFLASI A.
Kajian Umum
Pada triwulan I 2015, inflasi kota Jambi tercatat 4,88%(yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8.72%(yoy)), dan lebih rendah dari inflasi nasional (6,38%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,83%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 4,92% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional5. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) 10
8.72
8.74 8.40 6.80 6.06
4.43
5 3.90 4.53 3.97
4.31
4.30
5.90
7.96
7.51 8.38
5.90
6.70 7.32
6.47
8.36
6.38
4.53
5.24
4.88
4.22
4.31
0 1
2
3
4
1
2012
2
3
4
1
2013
Kota Jambi
2
3 2014
4
1 2015
Nasional
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, penurunan inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food sebesar 0,3% (yoy) yang utamanya disebabkan tren penurunan harga cabai merah sepanjang triwulan I 2015. Sementara itu, inflasi terjadi pada kelompok administered price yang mencapai 13,4% (yoy) (Grafik 2.2). Inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Maret 2015, kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas 5
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
33
INFLASI
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2014 tentang mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015. Inflasi inti cenderung stabil di level 3,2% (yoy). Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy) 25 20
18.92
19.42
19.48
17.69
16.20 13.66
13.43
15
10.75 11.77 8.39
10
7.21 6.60 6.08 6.11 4.804.28 4.47 4.41 4.13 4.08 4.35 4.08 3.443.48 3.35 3.35 5 3.86 4.29 4.14 3.25 1.84 1.36
0
3.71
4.24 3.43
12.69
13.43
3.42 3.20 1.89 -0.27
-1.81
Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 -5
Yoy Core
Yoy Volatile
Yoy Administered
Yoy inflasi
Sumber : BPS Provinsi Jambi, diolah menggunakan pendekatan sub kelompok
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi 2,57% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (5,38% (qtq)). Pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,89%, 1,50% dan 0,20%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami deflasi sebesar 2,52% (qtq), menurun tajam dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (5,24% (qtq)) dengan pergerakan angka deflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari, Februari dan Maret 2015 masing-masing sebesar 0,53%, 1,33% dan 0,68%. Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-3 (tiga) terendah dari daftar kota dengan tingkat inflasi di Sumatera. Sementara Bungo
34
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
menempati urutan ke-4 (empat) terendah. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pinang, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Metro (Grafik 2.3).6
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2015 10.00%
7.50%
Inflasi Nasional
5.00%
2.50%
TANJUNG PINANG BENGKULU BANDAR LAMPUNG TANJUNG PANDAN PANGKAL PINANG PADANG DUMAI MEDAN PALEMBANG SIBOLGA PEKANBARU LUBUK LINGGAU BATAM MEULABOH TEMBILAHAN LHOKSEUMAWE BANDA ACEH PADANG SIDEMPUAN PEMATANG SIANTAR BUNGO JAMBI BUKIT TINGGI METRO
0.00%
Sumber: BPS (diolah)
B.
Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh deflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,20% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar -0,04%. Kelompok bahan makanan menjadi satusatunya kelompok yang mengalami deflasi secara year on year. Deflasi kelompok bahan makanan tersebut disebabkan oleh menurunnya harga cabe merah dan beras seiring dengan mulai stabilnya pasokan cabe merah dan beras. Panen raya beras yang dimulai di Bulan Maret 2015, operasi pasar yang dilakukan BULOG dan kebijakan Pemerintah untuk kembali membagikan raskin pada bulan Februari 2015 mampu menurunkan harga beras yang sempat mengalami kenaikan pada awal tahun 2015. Secara triwulanan kelompok tersebut juga mengalami deflasi
6
Sumber: BPS Provinsi Jambi
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
35
INFLASI
yang cukup besar sebesar 10,52% (yoy) dengan kontribusi yang tinggi yaitu sebesar -2,66%. Sementara itu, sumbangan terbesar inflasi year on year di kota Jambi pada triwulan ini bersumber dari kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar yang mengalami lonjakan inflasi sebesar 9,59% (yoy) dengan sumbangan ke inflasi tahunan mencapai 2,18% dan sumbangan ke inflasi triwulanan mencapai 0,30% (Tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar tersebut seiring dengan kenaikan harga LPG 3 Kg sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014, kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015 dan kenaikan tarif tenaga listrik untuk konsumen dengan penggunaan daya diatas 2.200VA. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami inflasi 7,46% (yoy) dengan sumbangan ke inflasi tahunan mencapai 1,46%. Inflasi kelompok tersebut secara tahunan disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring diberlakukannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 91 Tahun 2014 dan kenaikan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Maret 2015 yang diikuti oleh tarif angkutan antar kota. Namun, secara triwulanan kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami deflasi 3,52%(qtq) yang disebabkan indeks yang tinggi pada kelompok tersebut per Desember 2014 yang diakibatkan oleh naiknya harga BBM bersubsidi pada akhir tahun 2014. Dikarenakan terjadi penurunan harga BBM jenis Bensin dan Solar pada bulan Januari 2015, maka indeks kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan menjadi cenderung menurun dan mengalami deflasi jika dilihat secara triwulanan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi sebesar 6,86% (yoy) dengan sumbangan kepada inflasi tahunan sebesar 1,15% yang utamanya disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa mie, nasi dengan lauk, roti manis dan ayam goreng serta sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek filter. Secara triwulanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,43%(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,39%.
36
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,73% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,05% ke inflasi tahunan, sedangkan secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq) dengan andil sebesar 0,05%. Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 2,81% (yoy) dan memberikan kontribusi sebesar 0,12% yang disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika serta obat-obatan masingmasing sebesar 3,89%(yoy) dan 3,87%(yoy) (Tabel 2.2). Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi tahunan sebesar 1,46%(yoy) dengan kontribusi sebesar 0,10% yang disumbangkan oleh sub kelompok kursus dan pelatihan. Secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 0,11% (qtq) dengan kontribusi sebesar 0,01%. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK
Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 (q-t-q, %) (q-t-q, %)
Triwulan IV-2014 (q-t-q, %)
Triwulan I-2015 (q-t-q, %)
Triwulan I-2015 (y-o-y, %)
Inflasi
Inflasi
Inflasi
Inflasi
Smbgn
Inflasi
Smbgn
Smbgn
Smbgn
Smbgn
I Bahan Makanan
0.97
0.23
2.35
0.58
7.93
1.91
-10.52
-2.66
-0.20
-0.04
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
0.68
0.10
1.39
0.23
2.20
0.36
2.43
0.39
6.86
1.15
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
0.75
0.16
2.70
0.58
4.49
0.97
1.37
0.30
9.59
2.18
IV Sandang
-0.03
-0.01
0.23
0.02
-0.23
-0.02
0.76
0.05
0.73
0.05
V Kesehatan
0.64
0.04
0.77
0.03
0.93
0.04
0.44
0.02
2.81
0.12
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0.06
0.01
0.94
0.07
0.34
0.02
0.11
0.01
1.46
0.10
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
-0.14
-0.02
0.66
0.13
10.80
2.00
-3.52
-0.69
7.46
1.46
(2.57)
(2.59)
INFLASI
0.50
0.52
1.62
1.62
5.38
5.38
4.88
Sumber: BPS (diolah)
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
4.88
INFLASI
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Triwulan I-2014
Triwulan II-2014 Triwulan III-2014 Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
qtq
yoy
0.51 0.36 -0.71 4.30 10.08 0.81 9.31 0.24 7.67 -22.17 7.50 1.00 1.18 1.67 0.60 0.41 1.24 0.59 2.48 1.05 1.26
4.79 5.34 1.16 7.96 20.74 3.27 19.57 23.32 1.66 -19.94 12.33 4.54 7.24 9.66 0.05 3.73 7.61 3.93 15.98 3.73 3.78
0.97 -1.93 16.29 6.22 -1.22 7.62 -13.99 0.25 3.31 -13.41 -1.20 2.47 0.68 0.76 0.05 0.97 0.75 0.79 0.38 0.79 1.53
4.55 5.37 11.77 17.20 14.15 14.57 1.42 24.31 12.49 -34.80 13.50 2.21 6.58 8.33 -0.21 3.29 6.85 4.28 10.89 4.36 4.17
2.35 3.29 -1.72 -0.27 2.51 2.80 5.58 0.85 -2.59 19.84 -2.92 1.63 1.39 1.07 1.02 2.33 2.70 1.24 6.53 1.04 0.85
4.75 3.90 4.05 8.70 14.16 11.65 -12.42 24.62 0.66 -37.07 7.21 3.38 4.89 7.23 1.22 4.70 6.78 4.02 17.26 5.18 4.73
7.93 5.58 -14.98 -0.46 -3.24 -0.15 5.74 0.30 4.25 95.66 0.35 6.99 2.20 1.68 1.97 3.53 4.49 1.94 10.52 1.43 2.23
12.10 7.34 -3.53 9.98 7.85 11.36 4.96 1.65 12.96 58.02 3.47 12.54 5.55 5.29 3.69 7.42 9.46 4.64 21.11 4.39 5.99
-10.52 0.14 -10.93 -1.91 2.37 -1.00 -14.12 -3.76 -6.82 -48.64 0.74 -0.05 2.43 2.67 1.94 2.25 1.37 -0.15 3.89 1.49 0.92
-0.20 7.10 -13.45 3.44 0.30 9.36 -17.54 -2.41 -2.24 4.28 -3.04 11.37 6.86 6.32 5.06 9.39 9.59 3.87 22.79 4.84 5.63
IV. SANDANG
0.69
2.25
-0.03
4.22
0.23
1.42
-0.23
0.66
0.76
0.73
a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
-0.12 0.65 0.77 1.30 0.58 0.18 0.33 0.00 1.30 0.56 0.00 1.28 3.37 -0.49 0.17 1.56 2.07 0.19 1.06 0.00
2.23 1.64 2.10 -5.28 2.72 0.18 1.84 8.57 2.51 2.34 1.11 5.34 2.82 1.41 0.56 17.18 27.14 0.19 2.58 0.41
0.07 0.70 0.41 -1.04 0.64 0.00 0.64 1.23 1.23 0.06 0.00 0.00 0.62 -0.30 0.00 -0.14 -0.14 -0.36 0.45 0.00
1.58 1.72 2.37 3.12 3.00 0.18 2.00 7.92 3.39 2.38 1.11 5.34 4.24 1.02 0.38 11.93 26.61 -0.17 3.04 0.00
0.25 -0.01 0.48 0.19 0.77 0.00 3.20 0.00 0.40 0.94 1.72 3.84 -2.19 -0.04 0.00 0.66 1.14 -0.75 0.29 0.00
0.91 0.62 2.24 2.74 2.80 0.18 5.13 7.92 3.36 1.62 1.77 5.16 2.95 -0.42 0.38 2.93 2.22 -0.92 2.40 0.00
-0.97 0.59 0.11 -0.58 0.93 0.00 1.26 0.00 1.93 0.34 1.20 -5.09 -8.19 -1.12 0.52 10.80 15.02 -0.12 0.16 16.67
-0.77 1.94 1.77 -0.15 2.95 0.18 5.52 1.23 4.93 1.91 2.95 -0.19 -6.59 -1.94 0.69 13.12 18.58 -1.04 1.97 16.67
0.01 0.01 0.14 2.55 0.44 1.35 -1.24 1.29 0.29 0.11 -1.19 5.36 13.54 -0.26 0.00 -3.52 -5.06 0.26 1.71 0.00
-0.64 1.30 1.14 1.08 2.81 1.35 3.87 2.54 3.89 1.46 1.72 3.84 2.59 -1.71 0.52 7.46 10.29 -0.97 2.63 16.67
1.00
7.51
0.51
6.47
1.62
4.31
5.38
8.72
-2.57
4.88
I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d.
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA
SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN
INFLASI (UMUM) Sumber: BPS (diolah)
38
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
Berdasarkan komoditasnya, tingginya deflasi bulanan pada triwulan I 2015 (Januari, Februari dan Maret 2015) utamanya disumbangkan oleh deflasi komoditas bensin, cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, sedangkan penyumbang inflasi adalah komoditas angkutan udara, angkutan antar kota, bahan bakar rumah tangga dan bawang merah . Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I 2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW I-2015
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan JANUARI
TW I-2015 Sumbangan
JANUARI
1
Daging Ayam Ras
0.3329
1
Bensin
-0.9006
2
Angkutan Udara
0.2022
2
Cabai Merah
-0.8643
3
Bahan Bakar Rumah Tangga
0.1904
3
Nila
-0.0857
4
Mie
0.0897
4
Cabai Rawit
-0.0832
5
Udang Basah
0.0766
5
Tomat Buah
-0.0321
6
Telur Ayam Ras
0.0508
6
Kacang Panjang
-0.0279
7
Emas Perhiasan
0.0485
7
Batu Bata/Batu Tela
-0.0274
8
Mobil
0.0430
8
Apel
-0.0267
9
Roti Manis
0.0418
9
Daun Singkong
-0.0263
Bawang Merah
0.0384
10
Solar
Sumbangan 10 Komoditas
1.1143
10 FEBRUARI
Sumbangan 10 Komoditas
-0.0237 -2.0979
FEBRUARI
1
Angkutan Udara
0.1573
1
Cabai Merah
-0.8892
2
Beras
0.0579
2
Bensin
-0.3855
3
Rokok Kretek Filter
0.0531
3
Daging Ayam Ras
-0.3498
4
Ayam Goreng
0.0352
4
Angkutan Antar Kota
-0.0761
5
Mobil
0.0335
5
Cabai Rawit
-0.0640
6
Tarif Listrik
0.0301
6
Gabus
-0.0422
7
Daun Singkong
0.0287
7
Udang Basah
-0.0351
8
Nila
0.0201
8
Jeruk
-0.0349
9
Tarif Rumah Sakit
0.0201
9
Semen
-0.0317
Bayam
0.0185
10
Tomat Sayur
-0.0306
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.4545
MARET
Sumbangan 10 Komoditas
-1.9391
MARET
1
Bensin
0.1788
1
Daging Ayam Ras
-0.2733
2
Bawang merah
0.1759
2
Cabai
-0.1701
3
Angkutan Antar Kota
0.0510
3
Telur Ayam ras
-0.0947
4
Bahan Bakar Rumah Tangga
0.0493
4
Beras
-0.0729
5
Nasi dengan Lauk
0.0315
5
Bayam
-0.0502
6
Apel
0.0299
6
Tomat Buah
-0.0462
7
Dencis
0.0224
7
Kangkung
-0.0435
8
Kontrak Rumah
0.0215
8
Batu Bata/Batu Tela
-0.0281
9
Rokok Kretek Filter
0.0198
9
Cumi-cumi
-0.0176
Gula Pasir
0.0180
10
Lambak
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.5981
Sumbangan 10 Komoditas
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
-0.0153 -0.8119
39
INFLASI
1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok makanan
bahan
mengalami
deflasi sebesar 10,52% (qtq) dengan sumbangan mencapai -2,66% atau
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan (Rp/kg) 100,000
90,000
Cabe Merah Keriting
Cabe merah Biasa
Bawang Merah
80,000 70,000 60,000 50,000 40,000
deflasi
secara
sebesar
0,20%
tahunan
30,000
(yoy).
10,000
Deflasi bahan makanan tersebut didominasi oleh sub
kelompok
20,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013
2014
2015
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
bumbu-
bumbuan (48,64% (qtq)) . Beberapa sub kelompok lainnya yang juga mengalami deflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok sayur-sayuran (14,12%, qtq), daging dan hasil-hasilnya (10,93%, qtq) serta buah-buahan (6,82%, qtq). Namun sebaliknya, sub kelompok ikan diawetkan dan lemak dan minyak mengalami inflasi masing-masing sebesar 2,37% (qtq), dan 0,74% (qtq). Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan laporan mengalami deflasi yang cukup tinggi (Grafik 2.4). Harga rata-rata cabai merah selama triwulan I 2015 menunjukkan tren penurunan yang cukup dalam yaitu dari Rp71.833/kg pada Desember 2014 turun menjadi Rp34.533/kg per Januari 2015, kemudian Rp22.176/kg (Februari 2015), dan turun lagi pada bulan Maret menjadi Rp16.633/kg. Penurunan harga cabai merah, terutama yang terjadi di bulan Februari dan Maret 2015 disebabkan oleh melimpahnya pasokan cabai merah seiring dimulainya masa panen raya di daerah produsen cabai merah di Pulau Jawa (Magelang, Tasikmalaya dan Nganjuk). Berdasarkan data dan informasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Pasar Angso Duo selaku pasar induk utama di Provinsi Jambi mendapatkan pasokan dari Kerinci dan dari luar pulau yang dipasok dari Magelang dan Sumatera Barat.
40
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
(Rp/Kg) (USD/Bushel) 9 9000 8 8000 7 7000 6 6000 5 5000 4 4000 3 3000 2 2000 1 1000 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012
2013
Jagung internasional (aksis kiri) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
2014
2015
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras (USD/CWT)
(Rp ribu/Kg)
600.00
250
500.00
200
400.00
150
300.00 100
200.00
50
100.00 0.00
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2013 Beras internasional (aksis kiri)
2014 2015 Beras King (aksis kanan) Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan penurunan (Grafik 2.6). Secara rata-rata harga selama triwulan I 2015 mengalami sedikit penurunan (0,25% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD 375,8/metric ton menjadi USD 374,85/metric ton. Namun demikian, penurunan harga beras di tingkat internasional tersebut tidak sejalan dengan perkembangan harga beras di Jambi, dimana pada triwulan laporan justru meningkat sebesar 3,52% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai akibat pasokan yang terbatas seiring dengan terlambatnya masa panen raya padi yang diprediksi dimulai pada bulan Februari 2015 ternyata bergeser ke bulan Maret 2015. Selain itu, belum adanya kepastian pembagian raskin dari Pemerintah Pusat hingga pertengahan Februari 2015 menyebabkan stok beras di Provinsi Jambi berkurang. Namun demikian, kebijakan pemerintah pusat untuk kembali membagikan raskin pada Bulan Februari 2015 dan dimulainya masa panen raya padi di daerah produsen (Jawa, Sumatera Selatan, Lampung) mampu menambah stok di pasar dan menurunkan harga beras di pasar. Komoditas jagung internasional, secara rata - rata cenderung mengalami kenaikan harga, dari USD 3,41/bushel menjadi USD 3,62/bushel yang diikuti oleh kenaikan harga rata-rata jagung pipilan yang cukup tinggi pada triwulan I 2015 hingga 50%(qtq) (Grafik 2.6). Kenaikan harga jagung disebabkan kurangnya stok seiring belum mulainya masa panen Jagung yang umumnya terjadi pada subround II (Mei-Agustus). Harga Jagung diprediksi akan mulai turun sejalan dengan dimulainya masa panen Jagung pada bulan Mei-Agustus 2015. TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Thousands
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung
INFLASI
Perkembangan
harga
tepung terigu merk Segitiga Biru
pada
stabil
triwulan
pada
level
laporan harga
Rp7.500/kg meskipun terdapat kecenderungan harga
penurunan
gandum
internasional
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu (Rp/Kg) 11000
(USD/Bushel) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
yang disebabkan oleh proyeksi
10000 9000 8000 7000
6000 Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
5000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012
2013 2014 2015 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
panen gandum Australia yang melebihi target sebelumnya (Grafik 2.7) .7
Harga bawang merah pada triwulan laporan menunjukkan tren kenaikan. Harga rata-rata bawang merah pada bulan Januari 2015 berada pada level Rp15.800/kg, naik menjadi Rp16.667/kg pada bulan Februari 2015 dan melonjak cukup tajam menjadi Rp23.889/kg pada bulan Maret 2015. Lonjakan harga bawang merah disebabkan oleh pasokan yang yang berkurang drastis akibat bencana banjir yang melanda daerah produsen bawang merah di Brebes, Jawa Tengah. Harga daging sapi pada triwulan I 2015 stabil pada level harga Rp113.333/kg (Grafik 2.8). Sementara itu, harga daging ayam ras pada triwulan laporan cenderung mengalami penurunan yang cukup dalam dari Rp24.727/kg pada bulan Februari 2015 menjadi Rp20.756/kg pada bulan Maret 2015. Penurunan ini disebabkan oleh surplus pasokan DOC (Day Old Chick) yang menyebabkan meningkatnya stok daging ayam. Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg) 60,000
(Rp/Kg) 130,000 120,000
50,000
110,000
40,000
100,000
30,000
90,000 80,000
20,000
70,000 10,000 Daging Ayam Broiler, LHS
60,000
Daging Sapi Murni, RHS
-
50,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2013
2014
2015
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
7
Satu bushel setara dengan 27 kg. 42
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
Harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada
triwulan
menurun
laporan
ton
(Rp/Kg) 12,000 11,000
(qtq) triwulan
1000
10,000 9,000 8,000
USD
500
7,000
menurun
0
5,000
sebelumnya, yaitu dari 652,1/metric
(USD / Metric Ton) 2000
1500
2,59%
dibandingkan
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
menjadi USD 635,16/metric ton yang diikuti turunnya harga
6,000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2012 2013 CPO internasional (aksis kiri)
2014 2015 Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
rata-rata minyak goreng lokal dari Rp10.912/liter pada triwulan lalu menjadi Rp10.865/liter pada triwulan I 2015 (Grafik 2.9). 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,43%(qtq) atau 6,86% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi yang disebabkan kenaikan komoditas mie sebesar 10% (qtq) seiring penyesuaian harga dari produsen pada awal tahun dengan mempertimbangkan UMP dan biaya produksi. Diikuti oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 2,25% (qtq) atau 9,39% (yoy) yang disebabkan oleh mulai berlakunya tarif cukai hasil tembakau baru sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 2015/PMK.011/2014 yang berlaku mulai 1 Januari 2015 sedangkan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,94% (qtq). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I 2015 mengalami inflasi sebesar 1,37% (qtq) atau 9,59% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (4,49% (qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 3,89% (qtq) atau 22,79% (yoy) sejalan dengan kenaikan harga LPG 3 Kg TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
INFLASI
sesuai Surat Edaran Gubernur Jambi No. 611 tahun 2014 dan kenaikan harga LPG 12 Kg pada bulan Maret 2015, kenaikan harga perlengkapan rumah tangga sebesar 1,49% (qtq) atau 4,84% (yoy) dan penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,92% (qtq) atau 5,63% (yoy) sedangkan sub kelompok biaya tempat tinggal justru mengalami deflasi 0,15%(qtq). 4. Kelompok Sandang Kelompok
sandang Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
pada triwulan I 2015 secara tahunan
mengalami
inflasi
(USD/troy ounce) 1800
sebesar
0,76%
(qtq),
1600
triwulan
1400
dibanding
sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,23% (qtq). Secara
1200 1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
triwulanan,
kelompok
Sumber: Bloomberg
800 2013
sandang
2014
2015
mengalami inflasi sebesar 0,76% (qtq). Terjadinya inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 2,55% (qtq) yang disumbangkan inflasi komoditas emas perhiasan sebesar 0,05%(qtq). Harga rata-rata emas global pada triwulan laporan mengalami kenaikan dari dari USD 1.199,61/troy ounce pada triwulan IV 2014 menjadi USD 1.219,32/troy ounce8(Grafik 2.10). 5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,44%(qtq) atau 2,81%(yoy). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya permintaan akan jasa kesehatan dengan inflasi 1,35%(qtq) atau 1,35%(yoy) dan jasa perawatan jasmani dengan inflasi 1,29%(qtq) atau 2,54%(yoy). Sementara itu sub kelompok obat-obatan justru mengalami deflasi 1,24%(qtq).
8
Sumber: Bloomberg.1 (http://en.wikipedia.org) 44
(satu)
troy
ounce
setara
dengan
31,1034768
gram
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 1,46% (yoy) atau 0,11% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (0,34% (qtq)). Sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terbesar sebesar 13,54%(qtq) atau 2,59%(yoy) diikuti sub kelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar 5,36%(qtq) atau 3,84%(yoy) seiring dimulainya pembelajaran semester baru di awal tahun 2015. Sementara, sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,19%(qtq) dan 0,26%(qtq) akibat berkurangnya permintaan rekreasi. 7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 3,52% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami inflasi 7,46% (yoy). Deflasi secara triwulanan utamanya disebabkan fluktuasi penyesuaian harga BBM jenis Bensin dan Solar yang diumumkan pemerintah. Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada subsektor transpor sebesar 5,06%(qtq). Sementara perkembangan harga pada subsektor lainnya yaitu komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transpor dan jasa keuangan masih relatif stabil. Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional terus mengalami penurunan menuju level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada triwulan laporan, harga minyak dunia mengalami deflasi sebesar 33,63%(qtq) dibandingkan periode triwulan IV 2014 yaitu dari USD 73,15/barrel, menjadi USD 48,55/barrel (Grafik 2.11). Penurunan ini disebabkan oleh terus meningkatnya produksi minyak akan tetapi di sisi lain terjadi penurunan permintaan yang disebabkan oleh melambatnya perekonomian beberapa negara importir minyak terbesar di dunia, antara lain Eropa dan China
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
INFLASI
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) 125.00 100.00
75.00 50.00 25.00
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
2013
2014
2015
Sumber: Bloomberg
C.
Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 4 (empat) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan I 2015 memiliki kecenderungan menurun. Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan I 2015 berada pada level terendah sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi, dimana pada bulan Januari 2015 terjadi deflasi pada level 0,53%(mtm), deflasi 1,32% (mtm) pada Februari 2015 dan 0,68%(mtm) di bulan Maret 2015. Sama seperti Kota Jambi, deflasi Bungo pada triwulan I 2015 lebih disebabkan oleh penurunan harga cabai merah, bensin dan daging ayam ras. Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan ( mtm) Bungo tahun 2014-2015 3.00 2.50
2.29
2.00
2.07
1.50 1.00
1.21
1.11 0.80
0.50
0.80
0.51
0.44
0.44
0.00 (0.50)
Jan-14
Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 (0.51) (0.35) (0.28)
Jul-14
Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 (0.53) (0.68)
(1.00) (1.32)
(1.50)
(2.00)
46
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo Oktober
November
Desember
KELOMPOK mtm I
Bahan Makanan
Smbgn
mtm
Smbgn
mtm
Smbgn
Triwulan IV-2014 (yoy, %)
Triwulan I-2015 (qtq, %)
Inflasi
Inflasi
Smbgn
Triwulan I-2015 (yoy, %)
Smbgn
Inflasi
1.27
0.33
3.93
1.04
1.74
0.46
5.42
1.47
-9.23
-2.49
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
0.05
0.01
1.04
0.21
0.13
0.03
4.77
0.96
1.84
0.36
5.18
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
2.27
0.41
0.79
0.15
1.84
0.33
12.13
2.14
1.38
0.25
11.31
IV Sandang
0.01
0.00
-0.52
-0.04
0.43
0.04
4.66
0.40
1.29
0.11
4.66
V Kesehatan
0.54
0.03
0.24
0.01
0.36
0.02
5.06
0.24
1.44
0.07
4.65
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0.06
0.00
2.16
0.16
3.13
0.23
8.69
0.69
0.73
0.05
9.82
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
0.07
0.01
5.34
0.76
6.60
0.97
9.51
1.37
-5.79
-0.89
(2.52)
(2.54)
INFLASI
0.80
0.80
2.29
2.28
2.07
2.08
7.22
7.27
-2.32
7.84 4.92
Sumber: BPS (diolah)
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
Triwulan III-2014
Triwulan IV-2014
Triwulan I - 2015
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN
qtq 4.72 3.58 -1.14 6.85 1.78 4.67 -6.94 0.41 2.94 30.70 -1.38 1.45 0.03 0.10 -0.22 0.00 3.50 0.43 7.52 1.07 3.44 1.08 0.08 3.23 3.57 -3.29 1.31 0.00 -0.01 0.00 2.84 2.05 3.09 9.44 -1.08 -0.10 1.47 0.71 0.60 0.00 2.58 0.00
yoy 3.46 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 4.35 N/A N/A N/A 12.25 N/A N/A N/A N/A 5.50 N/A N/A N/A N/A 3.69 N/A N/A N/A N/A 3.97 N/A N/A N/A N/A N/A 2.38 N/A N/A N/A N/A
qtq 7.08 6.22 -5.69 -6.74 1.14 0.74 -2.12 0.23 0.95 60.77 -0.14 3.73 1.23 0.29 0.27 3.66 4.98 0.72 10.41 2.28 3.60 -0.08 -0.48 -0.13 0.36 -0.16 1.15 0.00 0.35 0.00 2.37 5.43 3.30 0.00 3.95 14.98 4.05 12.38 17.31 -0.07 6.34 23.64
yoy 8.32 10.30 -4.47 8.66 9.11 12.78 -0.78 0.95 7.26 19.73 2.95 8.00 5.22 3.60 2.99 9.85 13.13 4.29 23.69 11.23 10.49 3.99 3.65 8.26 7.44 -4.34 3.96 0.00 1.40 0.00 8.33 9.40 7.56 16.14 4.17 15.85 18.99 14.94 19.36 -0.06 16.51 23.64
qtq -9.23 -1.59 -3.04 3.52 -0.40 5.00 9.51 0.02 -18.12 -48.64 -0.04 -0.10 1.84 1.10 1.11 3.66 1.38 -0.54 1.45 4.76 2.26 1.29 0.53 1.24 0.37 3.52 1.44 0.00 0.00 6.89 1.93 0.73 0.84 2.83 0.11 0.41 -0.35 -5.79 -10.07 0.18 8.52 0.00
yoy -2.32 8.59 -8.08 2.71 6.16 13.10 -3.96 0.68 -12.22 -28.08 2.11 5.12 5.18 3.08 1.34 11.72 11.31 0.70 20.52 13.10 12.49 4.66 3.86 8.23 7.53 -1.71 4.65 0.00 0.20 6.89 8.90 9.82 8.90 12.54 3.78 17.23 26.27 7.84 7.54 0.11 21.07 23.64
INFLASI (UMUM)
2.26
5.21
5.24
8.99
-2.52
4.92
Sumber: BPS (diolah)
N/A : Kota Bungo sebagai indikator kota inflasi sejak Januari 2014
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
INFLASI
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terbesar Bungo pada triwulan I 2015 terjadi pada kelompok bahan makanan yang mencapai 9,23% (qtq) dengan sumbangan deflasi 2,49% atau secara tahunan mengalami deflasi 2,32% (yoy). Deflasi kelompok tersebut didominasi oleh penurunan harga sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 48,64% (qtq) dan buah-buahan sebesar 18,12% (qtq). Adapun inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran sebesar 9,51% (qtq), kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (5,00% (qtq)), dan kelompok ikan segar (3,52% (qtq)). Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami deflasi yang tinggi akibat tren penurunan harga cabai merah dan cabai rawit pada bulan Februari-Maret 2015.Apabila dirinci lebih lanjut, komoditas cabai merah pada triwulan I 2015 mengalami deflasi 68,64%(qtq) sedangkan komoditas cabai rawit mengalami deflasi 37,75%(qtq). Untuk sub kelompok buah-buahan, deflasi diakibatkan oleh penurunan harga komoditas jeruk. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan merupakan kelompok kedua penyumbang terbesar deflasi Bungo dengan deflasi sebesar 5,79%(qtq) dan memberikan sumbangan inflasi sebesar -0,89%. Namun, secara tahunan kelompok
ini
mengalami
inflasi
sebesar
7,84%(yoy).
Berdasarkan
sub
kelompoknya, transpor adalah satu-satunya sub kelompok yang mengalami deflasi. Secara triwulanan, transpor mengalami deflasi sebesar 10,07%(qtq). Hal ini disebabkan oleh penurunan harga BBM yang terjadi di awal tahun 2015 yang disertai dengan penurunan tarif angkutan umum. Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi 8,52%(qtq) yang disebabkan oleh kenaikan biaya pemeliharaan/service sedangkan inflasi sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan relatif stabil. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,84% (qtq) atau 5,18% (yoy) dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,36%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 3,66% ( qtq) atau 11,72% (yoy) seiring mulai diberlakukannya kenaikan tarif cukai tembakau yang mendorong kenaikan pada harga rokok kretek filter yang mencapai 3,85%
48
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
INFLASI
(qtq). Inflasi sub kelompok ini juga merupakan dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar LPG 3 Kg pada awal Januari 2015. Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,44% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,07% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 4,65%(yoy). Sub kelompok jasa perawatan jasmani serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami inflasi masing-masing sebesar 6,89%(qtq) dan 1,93%(qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan dan obat-obatan cenderung stabil. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi 1,38%(qtq) atau 11,31%(yoy), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,25% yang didominasi oleh sub kelompok perlengkapan rumah tangga (4,76% (qtq)), penyelenggaraan rumah tangga (2,26%(qtq)), dan bahan bakar, penerangan dan air (1,45%(qtq)). Sementara itu sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami deflasi 0,54% (qtq). Kelompok
sandang
secara
triwulanan
mengalami
inflasi
sebesar
1,29%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,11%. Mayoritas penyebab inflasi adalah meningkatnya permintaan akan emas perhiasan seiring perayaan hari raya keagamaan (imlek). Secara sub kelompok, barang pribadi dan sandang lainnya, sandang wanita, sandang laki-laki dan sandang anak-anak mengalami inflasi masing-masing 3,52%(qtq), 1,24%(qtq), 0,53%(qtq) dan 0,37%(qtq). Kelompok
pendidikan,
rekreasi
dan
olahraga
mengalami
inflasi
0,73%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau secara tahunan sebesar 9,82% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan (2,83%(qtq)).
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
INFLASI
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan ( mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I 2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW I-2015
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan JANUARI
TW I-2015 Sumbangan
JANUARI
1
Bahan Bakar Rumah Tangga
0.1533
1
Bensin
-0.7083
2
Emas Perhiasan
0.0570
2
Jeruk
-0.1768
3
Beras
0.0533
3
Cabai Merah
-0.0887
4
Udang Basah
0.0466
4
Angkutan Udara
-0.0808
5
Telur Ayam Ras
0.0444
5
Cabai Rawit
-0.0534
6
Tarip Sewa Motor
0.0400
6
Laptop/Notebook
-0.0401
7
Jengkol
0.0395
7
Solar
-0.0347
8
Daging Ayam Ras
0.0374
8
Salak
-0.0314
9
Lemari Pakaian
0.0374
9
Teri
-0.0256
10
Cuci Kendaraan
0.0281
10
Kacang Panjang
-0.0235
Sumbangan 10 Komoditas
0.5370
Sumbangan 10 Komoditas
-1.2633
FEBRUARI
FEBRUARI
1
Kentang
0.1237
1
Cabai Merah
-1.5560
2
Bayam
0.1010
2
Bensin
-0.3108
3
Telur Ayam Ras
0.0880
3
Beras
-0.1028
4
Pemeliharaan/Service
0.0731
4
Cabai Rawit
-0.0981
5
Jengkol
0.0693
5
Angkutan Antar Kota
-0.0695
6
Kangkung
0.0610
6
Daging Ayam Ras
-0.0439
7
Bahan Bakar Rumah Tangga
0.0472
7
Daun Singkong
-0.0411
8
Lemari Pakaian
0.0430
8
Solar
-0.0284
9
Rokok Putih
0.0374
9
Angkutan Udara
-0.0189
Laptop/Notebook
0.0369
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.6806
1
Bawang Merah
0.1702
1
Cabai Merah
-0.7674
2
Bensin
0.1428
2
Jeruk
-0.1240
3
Lontong Sayur
0.1014
3
Bahan Bakar Rumah Tangga
-0.1215
4
Rokok Kretek Filter
0.0960
4
Bayam
-0.1088
5
Udang Basah
0.0499
5
Kentang
-0.0958
6
Jengkol
0.0491
6
Kangkung
-0.0658
7
Pemeliharaan/Service
0.0462
7
Beras
-0.0467
8
Tongkol/Ambu-Ambu
0.0394
8
Mas
-0.0422
9
Terong Panjang
0.0175
9
Daging Ayam Ras
-0.0416
Rokok Kretek
0.0154
10
10 MARET
Tarip Kendaraan Travel
Sumbangan 10 Komoditas
-0.0155 -2.2850
MARET
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.7279
Apel
Sumbangan 10 Komoditas
-0.0301 -1.4439
Sumber: BPS
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan deflasi terbesar Bungo pada triwulan I 2015 adalah cabai merah, bensin, jeruk dan cabai rawit. Sementara itu, komoditas penyumbang utama Bungo pada triwulan I 2015 adalah sub komoditas bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran seperti bawang merah, telur ayam ras, kentang, bayam serta sub komoditas bahan bakar rumah tangga.
50
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan I 2015 secara umum menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan mengalami peningkatan (5,9% (qtq)) dan diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (3,5% (qtq)) dan kredit (1,2% (qtq)). Hal tersebut menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami penurunan sebesar 256 bps menjadi sebesar 116,85% dari triwulan sebelumnya 119,41%. Penurunan tersebut karena kenaikan kredit lebih kecil dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga. Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,6% (qtq)) dan secara tahunan mengalami peningkatan (13,5% (yoy)), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy)). Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada periode laporan menurun dibandingkan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Provinsi Jambi juga menunjukkan penurunan. Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,89%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,49%). Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) yang mengalami penurunan sementara aliran kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan. Sementara itu perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai sebagai berikut: Nilai dan volume kliring turun sebesar 14,4% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,2 triliun dan 9,8% (qtq) menjadi 62.245 (Tabel 3.8.). Nilai RTGS dari, ke serta dari dan ke Jambi menurun masing-masing 16,4%,
21,3% dan 10,1%.
51
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
B.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit meningkat (5,9% (qtq)) dari Rp32,6 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp34,6 triliun pada periode laporan. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan aset bank pemerintah yaitu sebesar Rp2,1 triliun (9,6%(qtq)). Sebaliknya bank swasta dan bank syariah mengalami penurunan aset masing-masing sebesar Rp133,1 juta (1,5%(qtq)) dan Rp19,9 juta (1,0%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan I 2015 (16,6%) (yoy)) mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan IV 2014 (13,9% (yoy)). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp23,9 triliun (69,1%), diikuti oleh bank swasta Rp8,6 triliun (25,0%) dan bank syariah Rp2,0 triliun (5,9%) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) 40
Persen 30
24.4
35 19.2
30
16.8 16.5
25 9.8 23
20
24
24
17.0 15.5 27 8.8
28
29 18.1
1.6
30
29 17.2
34
33
35 16.6
20.3
2.5
1.3
0.5
11.5 3.5
10
25 20 15
13.9 4.6
3.2
15
24
35 25.2 17.4
6.0
10 5
-1.5 -4.9
5
0 -5
-
-10 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15
Jumlah Aset (aksis kiri)
Pertumbuhan q-t-q (%)
Pertumbuhan y-o-y (%)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp22,7 triliun, meningkat 3,5% (qtq) (Rp769,0 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp21,9 triliun) seiring dengan peningkatan giro dan deposito berjangka
52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
masing-masing sebesar 27,7% (qtq) dan 16,4% (qtq) (Grafik 3.2. dan tabel 3.2.). Sebaliknya, DPK dalam bentuk tabungan mengalami penurunan 9,9%(qtq). DPK bank pemerintah meningkat 7,0% (qtq) sedangkan bank syariah dan swasta masing-masing menurun 4,6% (qtq) dan 3,5% (qtq). Kenaikan DPK bank pemerintah didorong oleh kenaikan giro dan deposito golongan pemerintah daerah sementara tabungan mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tabungan perseorangan. Penurunan DPK di bank swasta utamanya terjadi pada golongan perseorangan. Penurunan giro dipengaruhi golongan bukan lembaga keuangan dan perseorangan
sedangkan
penurunan
tabungan
dipengaruhi
oleh
golongan
perseorangan. Selanjutnya, penurunan DPK bank syariah didominasi penurunan giro golongan pemerintah daerah namun sebaliknya terdapat kenaikan deposito oleh golongan pemerintah daerah. Penurunan tabungan terjadi pada golongan sektor swasta lainnya dan perseorangan. Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 13,3% (sebesar Rp2,6 triliun) yang didominasi oleh kenaikan deposito Rp1,8 triliun (30,0% (yoy)), giro Rp662,6 miliar (20,8% (yoy)), dan tabungan sebesar Rp144,0 juta (1,3% (yoy)). Kenaikan deposito yang tidak setinggi kenaikan triwulan IV 2014 (48,9% (yoy)) disebabkan oleh penurunan suku bunga deposito seiring dengan penurunan BI Rate dari 7,75% (November 2014) menjadi 7,50% pada bulan Februari 2015 hingga sampai akhir triwulan laporan.
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar) 24,000 20,000
Tabungan
Simp Berjangka
Giro 22,307
18,376
19,155
19,415
19,521
16,000
9,492
9,646
10,070
5,131
5,388
5,706
3,753
4,120
Q1-13
Q2-13
11,430
DPK
22,527
21,965
22,734
20,069
10,970
11,291
7,286
7,529
10,703
12,044
10,847
12,000
8,000
8,044
6,912
4,642
6,187
3,745
3,343
3,179
4,052
3,707
3,008
3,842
Q3-13
Q4-13
Q1-14
Q2-14
Q3-14
Q4-14
Q1-15
4,000 -
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah )
2013 Trw IV
URAIAN Bank Konv ensional Bank Pemerintah
2014 Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
2015 Trw I
Pertumbuhan q-t-q y -o-y
12,422,771
13,244,757
15,422,489
15,485,172
14,754,448
15,784,692
7.0%
19.2%
1 Giro
2,459,884
2,446,629
3,253,415
2,927,275
2,170,558
3,151,412
45.2%
28.8%
2 Tabungan
7,365,988
6,811,479
7,016,344
7,251,664
8,017,609
7,213,510
-10.0%
5.9%
3 Simpanan Berjangka
2,596,900
3,986,649
5,152,731
5,306,234
4,566,281
5,419,770
18.7%
35.9%
6,101,268
5,916,091
5,957,636
6,040,234
6,219,164
6,004,004
-3.5%
1.5%
745,775
679,344
749,585
723,222
728,768
639,409
-12.3%
-5.9%
2 Tabungan
3,543,220
3,371,287
3,400,929
3,451,743
3,390,026
3,036,639
-10.4%
-9.9%
3 Simpanan Berjangka
1,812,272
1,865,460
1,807,122
1,865,269
2,100,369
2,327,956
10.8%
24.8%
Bank Syariah
890,976
908,588
927,272
1,001,733
991,292
945,290
-4.6%
4.0%
1 Giro
137,808
53,510
48,589
56,845
109,137
51,321
-53.0%
-4.1%
2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
520,567 232,601
636,657 245,499
597,265 296,705
-6.2% 20.9%
14.7% -11.3%
19,415,015 3,343,467 11,429,775 4,641,773
552,542 326,140 3,152,739 22,307,397 4,051,589 10,969,816 7,285,993
587,554 357,334
Jumlah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
520,620 334,458 1,693,139 20,069,436 3,179,483 10,703,386 6,186,567
22,527,139 3,707,342 11,290,961 7,528,836
21,964,903 3,008,463 12,044,292 6,912,149
22,733,986 3,842,142 10,847,414 8,044,430
3.5% 27.7% -9.9% 16.4%
13.3% 20.8% 1.3% 30.0%
Bank Swasta Nasional 1 Giro
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp15,7 triliun (69,4%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,0 triliun (26,4%) dan bank syariah Rp945,2 juta (4,2%) (Tabel 3.2). Bank pemerintah mampu mencapai pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 19,2%
54
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
(yoy), sementara bank syariah dan bank swasta nasional hanya mampu tumbuh masing-masing sebesar 4,0% (yoy) dan 1,5% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara triwulanan terutama berasal dari pemerintah daerah (Pemda), pemerintah pusat dan Lembaga Keuangan Non Bank masing-masing 158,1% (qtq) menjadi Rp3,5 triliun, 37,9% (qtq) menjadi Rp50,9 miliar dan 4,4% (qtq) menjadi Rp441,7 miliar. Kenaikan DPK pada pemerintah daerah (Pemda) didominasi oleh giro dan deposito, sementara pada golongan pemerintah pusat dan Lembaga Keuangan Non Bank didominasi oleh deposito.
Kenaikan dana golongan pemerintah daerah tersebut didorong oleh
realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 yang mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Secara tahunan, pertumbuhan DPK ditopang oleh golongan Lembaga Keuangan Non Bank (88,7% (yoy)), Bukan Lembaga Keuangan (44,4% (yoy)), pemerintah daerah (pemda) (19,2% (yoy)), dan perseorangan (10,3% (yoy)). (Tabel 3.3.). Kenaikan DPK secara tahunan tersebut didominasi kenaikan giro dan deposito mengingat suku bunga giro dan deposito bulan laporan sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu9.
9
Meskipun posisi BI rate sama-sama di posisi 7,50%, namun tingkat suku bunga pada triwulan I 2015 lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014. BI rate 7,50% pada periode laporan adalah hasil penurunan sejak Februari 2015 sedangkan BI rate 7,50% pada posisi yang sama tahun lalu adalah lanjutan BI rate sejak November 2013, sehingga keputusan manajemen dalam penentuan tingkat suku bunga bank menjadi berbeda.
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah )
No.
Golongan Pemilik
Trw .IV-2013
Trw .I-2014
Trw .II-2014
Nominal
Nominal
Nominal
Trw .III-2014 Trw .IV-2014 Nominal
Nominal
Trw .I-2015 Nominal
Share
y oy
Andil
Penduduk/ Residents 1
Pemerintah Pusat
2
Pemerintah Daerah (Pemda)
35,692
127,212
124,323
127,570
36,967
50,973
0.2%
1,701,695
2,967,960
4,151,802
3,889,246
1,370,397
3,537,138
15.6%
3
Badan Dan Lembaga Pemerintah
4
BUMN Atau Pemerintah Campuran
5
BUMD
6
Lembaga Keuangan Non Bank
7
Bukan Lembaga Keuangan
8
Sektor Swasta Lainnya
9
Perseorangan
14,452,207
13,850,893
14,531,744
15,011,753
Jumlah
19,409,987
20,064,415
22,305,466
22,525,540
-59.9% -0.1% 19.2%
3.0%
32,249
24,238
25,400
24,001
30,811
23,604
0.1%
-2.6%
0.0%
553,401
997,696
1,239,891
1,235,340
860,883
865,923
3.8%
-13.2% -0.5%
47,010
119,318
100,426
107,854
112,541
112,609
0.5%
-5.6%
0.0%
187,916
234,135
339,842
361,514
423,224
441,793
1.9%
88.7%
1.7%
2,285,904
1,632,625
1,717,251
1,730,849
2,874,686
2,358,029
10.4%
44.4%
4.6%
113,914
110,337
74,787
37,413
75,647
63,344
0.3%
16,178,221
15,278,982
67.2%
10.3%
6.9%
21,963,379
22,732,395 -68.3%
0.0%
Bukan Penduduk/Non-Residents
5,026
5,022
1,931
1,598
1,525
1,593
0.0%
Penduduk dan bukan penduduk
19,415,013
20,069,436
22,307,397
22,527,139
21,964,903
22,733,988
100.0%
-42.6% -0.1%
13.3% 13.3%
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi , secara triwulanan pertumbuhan DPK tertinggi terjadi di Kabupaten Muara Jambi sebesar 456,1% (qtq), Kabupaten Tebo sebesar 170,4% (qtq) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 81,1% (qtq). Kenaikan yang signifikan di Muara Jambi tersebut seiring dengan beroperasinya Kantor Cabang Muaro Jambi PT. BPD Jambi. Sementara itu terdapat penurunan DPK di Kabupaten Bungo, Kabupaten Batanghari dan Kota Jambi. (Tabel 3.4.). Secara tahunan, pertumbuhan DPK didominasi oleh Kabupaten Tebo (83,4% (yoy)), Kabupaten Kerinci (23,2% (yoy)) dan Kota Jambi (12,7% (yoy)) (Tabel 3.4.). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp15,6 triliun (68,8%) diikuti oleh Kerinci dan Bungo masing-masing sebesar Rp1,4 triliun (6,3%) dan 1,3 triliun (5,7%).
56
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah ) No.
Kota/ Kabupaten
Trw . IV-13
Trw . I-14
Trw . II-14
Trw . III-14
Nominal Nominal Nominal Nominal 1 Kota Jambi 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518,127 3 Kab. Kerinci 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338,217 2 Kab. Bungo 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463,065 4 Tanjung Jabung Barat 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442,128 5 Kab. Merangin 761,310 860,365 1,003,186 951,992 6 Kab. Batanghari 532,202 596,299 656,535 636,131 8 Kab. Tebo 243,659 308,651 349,467 368,023 7 Kab. Sarolangun 325,766 413,629 472,262 424,943 9 Tanjung Jabung Timur 196,183 255,464 411,933 384,511 10 Kab. Muaro Jambi JUMLAH 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Trw . IV-14 Nominal 15,758,165 1,287,077 1,438,515 1,127,828 895,078 693,234 209,323 354,016 167,343 34,325 21,964,903
Trw . I-15
Pertumbuhan (qtq)
Nominal Share Nominal 15,650,453 68.8 (107,712.1) 1,441,853 6.3 154,775.2 1,304,995 5.7 (133,520.3) 1,161,155 5.1 33,327.1 973,374 4.3 78,296.2 656,017 2.9 (37,217.1) 565,926 2.5 356,603.5 486,306 2.1 132,289.9 303,041 1.3 135,697.7 190,869 0.8 156,544.4 22,733,988 100 769,084.4
Pertumbuhan (y oy )
Persen Nominal (0.7) 1,764,172 12.0 271,756 (9.3) (108,450) 3.0 (4,052) 8.7 113,009 (5.4) 59,718 170.4 257,275 37.4 72,677 81.1 47,577 456.1 190,869 3.5 2,664,552
Persen 12.7 23.2 (7.7) (0.3) 13.1 10.0 83.4 17.6 18.6 #DIV/0! 13.3
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp336,8 miliar (1,3% (qtq)) yaitu dari Rp26,2 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,5 triliun (Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut jauh melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (3,4% (qtq)). Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan I 2015 hanya mencapai sebesar 11,0% (yoy), atau jauh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang dapat mencapai 18,7% (yoy). Hal tersebut seiring dengan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi yang menyatakan bahwa dunia usaha saat ini lebih memilih untuk memaksimalkan ketersediaan modal pemilik dan kantor pusat terlebih dahulu sebelum memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah ) URAIAN
2013 TW IV
2014 TW I
TW II
TW III
TW IV
2015 TW I
Pertumbuhan
q-t-q
y-o-y
Kelompok Bank 1 Bank Pemerintah 2 Bank Swasta*) 3 Bank Syariah
23,621,083 15,048,876 6,525,991 2,046,216
23,927,298 15,394,481 6,503,079 2,029,739
24,868,632 25,372,389 16,092,175 16,541,833 6,749,181 6,832,952 2,027,277 1,997,604
26,229,475 17,223,936 7,028,372 1,977,167
26,566,309 17,545,224 7,100,958 1,920,127
1.3% 1.9% 1.0% -2.9%
11.0% 14.0% 9.2% -5.4%
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
23,621,083 7,548,969 5,864,182 10,207,932
23,927,298 7,558,597 5,959,299 10,409,402
24,868,632 25,372,389 8,035,392 8,187,856 6,071,136 6,134,277 10,762,104 11,050,256
26,229,475 8,517,472 6,430,084 11,281,919
26,566,309 8,487,900 6,663,743 11,414,666
1.3% -0.3% 3.6% 1.2%
11.0% 12.3% 11.8% 9.7%
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 LGA 5 Konstruksi 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa 10 Bukan Lapangan Usaha *) Termasuk bank asing dan campuran
23,621,083 4,031,009 96,338 859,670 5,610 804,912 5,775,325 326,683
23,927,298 4,231,411 114,741 787,946 4,126 746,132 5,778,262 310,465
24,868,632 25,371,531 4,551,324 4,623,883 136,051 149,907 804,571 820,967 3,177 3,922 876,089 880,225 6,165,280 6,287,606 333,691 320,157
26,229,475 4,844,114 137,590 974,021 3,660 859,266 6,491,044 333,392
26,563,556 5,052,401 131,001 944,211 6,099 818,603 6,544,280 338,174
1.3% 4.3% -4.8% -3.1% 66.7% -4.7% 0.8% 1.4%
11.0% 19.4% 14.2% 19.8% 47.8% 9.7% 13.3% 8.9%
1,132,014 381,591 10,207,932
1,135,751 409,063 10,409,402
704,085 673,888 403,233 482,693 10,891,132 11,128,283
674,966 544,056 11,367,367
700,696 597,609 11,430,482
3.8% 9.8% 0.6%
-38.3% 46.1% 0.6%
20,419,076
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional sebesar 1,6% (qtq) atau 12,6% (yoy), sementara bank syariah mengalami penurunan pembiayaan sebesar 2,9% (qtq) atau 5,4% (yoy). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 92,8% sementara bank syariah sebesar 7,2%. Bank pemerintah dan swasta mengalami kenaikan jumlah kredit masing-masing yaitu 1,9% (qtq) atau 14,0% (yoy) dan 1,0% (qtq) atau 9,2% (yoy). Sementara bank syariah baik secara triwulan dan tahunan mengalami penurunan pembiayaan yaitu sebesar 2,9% (qtq) dan 5,4% (yoy). Kenaikan kredit bank pemerintah tersebut didorong oleh kredit investasi sektor pertanian dan sektor industri pengolahan dan kredit jenis penggunaan konsumsi. Sedangkan kredit modal kerja mengalami penurunan sejalan dengan penurunan kredit modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor konstruksi. Kenaikan kredit bank swasta didorong oleh kenaikan kredit modal kerja dan konsumsi dimana kenaikan kredit modal kerja didorong oleh kenaikan kredit ke sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sebaliknya, 58
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
pada kredit investasi, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran menjadi dalah satu kontributor utama penyumbang penurunan kredit investasi. Penurunan pembiayaan pada bank syariah didominasi oleh penurunan pembiayaan modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran dan pembiayaan konsumsi. Sebaliknya, pembiayaan investasi meningkat yang didominasi oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,0%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,9%) dan kredit investasi (25,1%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi (3,6% (qtq)), diikuti oleh kredit konsumsi (1,2% (qtq)) sementara kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan (0,3% (qtq)). Pertumbuhan kredit tersebut cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan IV 2014 (kredit investasi (4,8% (qtq)), kredit modal kerja (4,0% (qtq)), dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)). Berdasarkan liaison, seperti triwulan sebelumnya, dunia usaha masih konsisten menggunakan fasilitas kredit investasi berupa bangunan kantor dan peralatan produksi. Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,3% (yoy), 11,5% (yoy) dan 9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan 2014. Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor listrik, gas dan air (LGA) (66,7% (qtq)), sektor jasa-jasa (9,8% (qtq)) dan sektor pertanian (4,3%(qtq)). Namun sektor yang paling berkontribusi atas pertumbuhan kredit adalah sektor bukan lapangan usaha, sektor perdagangan hotel dan restoran dan sektor pertanian. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air (LGA) tersebut didorong oleh kenaikan kredit jenis penggunaan modal kerja sub sektor gas terkait proyek city gas di Kota Jambi dan investasi sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih. Pertumbuhan kredit pada sektor jasa jasa didorong oleh kredit modal kerja sub sektor jasa kegiatan lainnya dan kredit modal kerja jasa kesehatan manusia - rumah sakit. Sementara pertumbuhan kredit pada sektor pertanian didorong kenaikan kredit investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit seiring dengan kenaikan luas lahan TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
sawit menjadi 593.433 hektar pada tahun 2013 dan sebelumnya 323.517 hektar (sumber : Jambi Dalam Angka 2013 dan 2014). Secara tahunan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas dan air (LGA) dan jasa-jasa yang masing-masing mencapai 47,8% (yoy) dan 46,1% (yoy), diikuti oleh sektor industri (19,8% (yoy)), dan sektor pertanian (19,4% (yoy)). Kontribusi sektor bukan lapangan usaha atas pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan kredit konsumsi lainnya berupa sub sektor rumah tangga untuk keperluan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor bukan lapangan usaha lainnya dan rumah tangga untuk keperluan multiguna. Kenaikan kredit konsumsi pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 mendorong developer membangun rumah tipe tersebut dengan alasan calon pembeli yang potensial dan mendorong kenaikan kredit secara triwulan terhadap sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe 22 s.d. 70. Kenaikan sektor perdagangan hotel dan restoran didongrak oleh peningkatan sektor perdagangan besar dan eceran sebaliknya sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum mengalami sedikit penurunan. Peningkatan perdagangan besar dan eceran tersebut didominasi kenaikan kredit modal kerja yaitu pada sub sektor penjualan mobil, perdagangan dalam negeri pupuk dan obat hama, perdagangan eceran bahan konstruksi, perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur serta perdagangan kelapa dan kelapa sawit. Kenaikan kredit sektor perdagangan tersebut seiring dengan tetap bergeraknya perekonomian di sektor perdagangan yang terlihat dari relatif besarnya kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Jambi selama triwulan I 2015 (1,2% dari 5,9% (qtq)). Sementara itu kredit penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sedikit menurun seiring dengan menurunnya tingkat penghunian kamar dari 43,33% (Desember 2014) menjadi 40,97% (Maret 2015) (sumber BPS Provinsi Jambi). Berdasarkan liaison diperoleh informasi bahwa salah satu penyebab penurunan tersebut
adalah
menurunnya
aktifitas
bisnis
di
sektor
perkebunan
yang
mempengaruhi kunjungan tamu menginap. Selain itu keluarnya Surat Edaran 60
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kemenpan dan RB tentang larangan bagi seluruh jajaran aparatur sipil negara melakukan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di luar instansi pemerintahan yang berlaku mulai 1 Desember 2014 turut mempengaruhi kinerja sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,6%) dan sektor pertanian (19,0%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,7% dari total outstanding kredit. Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp34,10 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,5 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp7,6 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Terjadi sedikit penurunan sebesar 0,1% (qtq) dari sebelumnya Rp34,12 triliun pada triwulan lalu. Sementara secara tahunan terjadi peningkatan 6,8% (yoy) dari sebelumnya Rp31,9 triliun (Tabel 3.6.). Penurunan secara triwulan tersebut disebabkan menurunnya kredit di Kabupaten Muaro Jambi (31,1% (qtq)), Kabupaten Batanghari (1,4% (qtq)), Kota Jambi (1,4% (qtq)), dan Kabupaten Merangin (0,3% (qtq)). Secara sektor ekonomi, penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya kredit sektor konstruksi, sektor industri pengolahan serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan. Sementara itu secara tahunan terdapat kenaikan kredit hampir di semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi kecuali Kota Jambi. Kenaikan tersebut secara sektor ekonomi didorong oleh kenaikan kredit sektor pinjaman kepada bukan lapangan usaha, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertambangan dan penggalian.
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah ) 2013 2014 TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Batanghari 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 Sarolangun 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 Kerinci 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 Muaro Jambi 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 Tanjung Jabung Barat 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 Tanjung Jabung Timur 624,633 646,870 676,988 714,146 731,542 Tebo 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 Merangin 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 Bungo 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 Sungai Penuh 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 Jambi 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 TOTAL 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 Kabupaten/ Kota
2015 Pertumbuhan Tw I qtq yoy Nominal Share % % 2,177,564.4 6.4 -1.4 -1.1 1,623,578 4.8 1.3 9.8 1,571,827 4.6 2.6 10.6 2,701,710 7.9 -3.1 13.4 2,012,352 5.9 0.8 6.3 739,897 2.2 1.1 12.7 2,137,947 6.3 8.3 28.9 2,796,085 8.2 -0.3 9.0 3,378,293 9.9 1.4 6.1 45,102 0.1 70.6 114.2 14,922,669 43.8 -1.4 1.4 34,107,025 100.0 -0.1 6.8
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp1,8 triliun, menurun sebesar Rp186,3 miliar (9,2% (qtq)) dari triwulan sebelumnya (Rp2,0 triliun) (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya kelonggaran tarik kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar Rp129,6 miliar (65,9% (qtq)) dan Rp128,4 miliar (35,3% (qtq)). Sementara kelonggaran tarik kredit modal kerja meningkat Rp71,6 miliar (4,9% (qtq)). Peningkatan kelonggaran tarik kredit modal kerja seiring dengan peningkatan persetujuan kredit modal kerja sektor perdagangan besar dan eceran sub sektor penjualan mobil, sub sektor perdagangan dalam negeri makanan, minuman dan tembakau lainnya dan sub sektor industri minyak goreng dari kelapa. Sementara itu penurunan kelonggaran tarik kredit konsumsi disebabkan menurunnya persetujuan kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe s.d. Tipe 21 dan tipe diatas 70. Sedangkan penurunan kelonggaran tarik kredit investasi disebabkan semakin terealisasinya komitmen kredit sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah.
62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah )
2013
Kategori
2014
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
405,173
310,246
363,863
2015
Pertumbuhan (qtq)
TW I
Nominal
%
Jenis Penggunaan
277,568
1 Investasi 2 Konsumsi 3 Modal kerja Total
237,033
235,459
(128,404)
(35.3) (65.9)
2,009
2,908
6,533
6,975
196,564
66,937
(129,627)
1,862,807
1,837,862
1,711,830
1,540,901
1,463,888
1,535,554
71,666
4.9
2,142,384
2,077,803
2,123,535
1,858,122
2,024,315
1,837,950
(186,365)
(9.2)
* Mulai tahun 2010 perhitungan Undisbursed Loan berdasarkan laporan LBU Bassel
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans ( NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)10 pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 259 bps dikarenakan peningkatan DPK (3,5% (qtq)) lebih tinggi daripada kenaikan kredit (1,2% (qtq)). LDR berdasarkan bank pelapor sebesar 116,85% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sejalan dengan prinsip kehati-hatian. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Rp triliun 30
1.2
25
1.2
1.2
1.2 1.2
20
1.1
15
1.2
1.1
1.1 10 5
0 Q1-13
Q2-13
Q3-13
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)
Q4-13
Q1-14
Q2-14
DPK Perbankan (Rp juta)
Q3-14
Q4-14
124% 122% 120% 118% 116% 114% 112% 110% 108% 106% 104% 102%
Q1-15
LDR Perbankan Jambi (persen)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
10
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,89% (Rp769,0 miliar) (di bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu (2,49% atau Rp654,3 miliar) (Tabel 3.8.). Berdasarkan
sektor
ekonomi,
NPL
tertinggi
dialami
oleh
sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi dan sektor LGA masing-masing sebesar 27,13%, 7,68% dan 4,46%. Tingginya NPL sektor pertambangan disumbangkan sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan
sementara
aktivitas
kegiatan
tambang.
Sementara
itu
memburuknya NPL sektor konstruksi dan sektor LGA disumbangkan oleh sub sektor konstruksi khusus dan sub sektor ketenagalistrikan lainnya seiring dengan tertahannya pertumbuhan ekonomi kedua sektor tersebut. Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah) No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sektor Ekonomi Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri LGA Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 10. Bukan Lapangan Usaha JUMLAH
TW IV-14
2015
Kredit Nominal NPL NPL (%) 4,844,114 117,242 2.42 137,590 33,893 24.63 974,021 19,413 1.99 3,660 395 10.79 859,266 36,196 4.21 6,491,044 240,902 3.71
Kredit Nominal NPL NPL (%) 5,052,401 134,992 2.67 131,001 35,540 27.13 944,211 19,732 2.09 6,099 272 4.46 818,603 62,880 7.68 6,544,280 275,331 4.21
333,392
5,816
1.74
338,174
5,770
1.71
674,966 544,056 11,367,367 26,229,475
14,212 182,182 4,057 654,309
2.11 33.49 0.04 2.49
703,449 597,609 11,430,482 26,566,309
20,011 15,797 198,717 769,042
2.84 2.64 1.74 2.89
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di Provinsi Jambi kembali meningkat dari 4,7% menjadi 4,8% seiring dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku 64
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode laporan tercatat sebesar 8,5% atau menurun dibandingkan triwulan IV 2014 (8,6%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level 13,3% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,4%). Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %) 20 15
10.1
10
7.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.4 6.3 5.6 5.1
4.9 4.7 4.8
5
2011 Margin
2012 Deposito
2013 Kredit
2014
Trw I
Trw IV
Trw III
Trw II
Trw I
Trw IV
Trw III
Trw II
Trw I
Trw IV
Trw III
Trw II
Trw I
Trw IV
Trw III
Trw II
Trw I
0
2015
BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
6.
Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sebesar Rp9,9 triliun, meningkat
(3,6% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp9,6 triliun) dan secara tahunan mengalami peningkatan 13,5% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy))(Grafik 3.5.).
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah) Rp Triliun
12 10
35 31.9
28.3
30
28.9
25
22.5
8
18.7
18.6
6
20
19.0
16.6
13.0
11.9
4
11.0
9.7
9.9
13.5 11.0
10
7.2 9.2
2
15
5
5.0
-
0 TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
2013 Mikro
TW III
TW IV
2014
Kecil
Menengah
Pertumbuhan UMKM (%) yoy
TW I 2015
Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit meningkat yaitu dari 36,7% di triwulan lalu menjadi 37,6% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 35,2%, kredit mikro sebesar 32,8%, dan kredit kecil sebesar 32,1% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta konstruksi masing-masing sebesar 48,80%, 29,05% dan 4,59%. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60.3
60.6
62.1
62.6
63.2
63.0
62.8
63.3
62.4
13.9
14.2
13.0
12.5
12.0
12.6
12.8
12.5
13.2
13.9
13.8
13.6
13.8
13.7
12.0
12.6
11.9
12.0
11.9
11.4
11.3
11.1
11.1
12.5
11.8
12.4
12.3
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
60% 40%
20% 0%
2013
Mikro
Kecil
2014
Menengah
2015
Kredit Bukan UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
66
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami peningkatan meskipun dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit penurunan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar Rp7,8 miliar (1,0% (qtq)) dari sebesar Rp758,9 miliar menjadi Rp766,7 miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp13,7 miliar (2,4% (qtq)) dari sebelumnya Rp566,5 miliar menjadi Rp580,2 miliar. Peningkatan DPK tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masing-masing sebesar Rp13,6 miliar (2,8% (qtq)) menjadi Rp495,2 miliar dan Rp83,0 juta (0,1% (qtq)) menjadi Rp84,9 miliar. Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp247,0 juta (2,0% (qtq)) menjadi Rp524,4 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi sebesar Rp9,0 miliar (3,8% (qtq)) menjadi Rp228,0 miliar. Sedangkan kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami peningkatan sebesar Rp8,7 miliar (4,8% (qtq)) menjadi Rp189,2 miliar dan Rp116,0 juta (0,1% (qtq)) menjadi Rp107,1 miliar Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 12,2% menjadi 14,5% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti modal kerja dan investasi. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya cukup baik, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 80,46% sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (79,40%).
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM debit, kartu kredit dan e-money. Dalam rangka mendukung GNNT, pada tahun 2015 ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi memberikan edukasi kepada kalangan pendidik (guru dan kepala sekolah SD, SMP dan SMA) di 6 (enam) kabupaten di kota/kabupaten Provinsi Jambi. Langkah awal sosialisasi melalui kalangan pendidik tersebut dilakukan dengan harapan para pendidik dapat mentransfer materi GNNT dengan baik dan efektif kepada masyarakat khususnya para pelajar. Pada periode triwulan I 2015, perlambatan ekonomi tercermin dari kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) yang mengalami penurunan sementara aliran kas masuk (cash inflow) mengalami peningkatan. Sementara itu perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai sebagai berikut: Nilai dan volume kliring turun sebesar 14,4% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,2 triliun dan 9,8% (qtq) menjadi 62.245 (Tabel 3.9.). Nilai RTGS dari, ke serta dari dan ke Jambi menurun masing-masing 16,4%,
21,3% dan 10,1%. Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp)
68
2013 Tw IV
2014 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2015 Tw I
2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,202,247 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 62,245 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 34,079 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 39,055 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 4,347 1,635 63,174
1,472 56,789
1,974 83,457
1,847 71,186
1,783 99,967
1,529 52,135
Pertumbuhan (qtq) Nominal Persen (369,718) (14.4) (6,767) (9.8) 524,486 56.9 (1,024,083) (44.3) 1,548,569 (111.6) (6,699) (16.4) (10,591) (21.3) (487) (10.1) (254) (47,832)
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
(14.2) (47.8)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,2 triliun, turun 44,3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash
inflow) sebesar Rp1,4 triliun, naik signifikan 56,9% (qtq). Pada triwulan laporan, Jambi mengalami net inflow sebesar Rp160,6 miliar setelah pada triwulan sebelumnya net outflow sebesar 1,3 triliun. Net inflow tersebut pertama kali terjadi sejak tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow) sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi.
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta)
3,000,000 2,500,000 2,000,000
1,500,000 1,000,000 500,000
(500,000)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014
(1,000,000)
Tw I 2015
(1,500,000) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
D.2.Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
69
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp778,4 miliar, atau mencapai 53,8% dari total inflow Provinsi Jambi dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (45,3%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru. D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri
ciri
keaslian uang rupiah yang mencapai 176 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 206 lembar. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. D.4.Perkembangan Kliring Lokal Perlambatan ekonomi juga tercermin dari kinerja pembayaran non tunai. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,20 triliun, menurun (14,4% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp 2,57 triliun) (Grafik 3.8.). Demikian juga halnya volume kliring mengalami penurunan sebesar 9,8% (qtq), yaitu dari 69.012 lembar warkat menjadi 62.245 lembar warkat.
70
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Perkembangan Transaksi Kliring 2,800,000 2,600,000 2,400,000 2,200,000 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000
80,000
60,000
40,000 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014
Nilai Kliring (juta Rp)
Tw I 2015
Volume Kliring (lembar warkat)
Seiring dengan penurunan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp99,9 miliar menjadi Rp52,1 miliar dan dari sisi jumlah lembar menurun dari 1.783 lembar menjadi 1.529 lembar. D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) 11 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar Rp17,7 triliun (18,7% (qtq)) menjadi Rp77,4 triliun dan volume transaksi menurun tajam sebesar 18.057 transaksi (40,4% (qtq)) dari 44.672 transaksi menjadi 26.615 transaksi. Penurunan nominal RTGS tersebut seiring perlambatan perekonomian Provinsi Jambi triwulan I 2015 dan penurunan volume transaksi RTGS yang signifikan juga terkait dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang salah satunya mengatur mengenai pembatasan nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS (berlaku mulai 15 Desember 2014). 11
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
TRIWULAN I-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Sementara itu, secara tahunan nominal RTGS meningkat sebesar Rp30,2 triliun (63,9%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp47,2 triliun menjadi Rp77,4 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp39,0 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp34,0 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp4,3 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah ) Dari Provinsi Jambi Periode
Nilai (Miliar Rp)
Volume
Ke Provinsi Jambi Nilai (Miliar Rp)
Volume
Dari dan Ke Provinsi Jambi Nilai Volume (Miliar Rp)
TOTAL Nilai (Miliar Rp)
Volume
Tw 1 - 11
12,383
16,923
23,289
19,391
2,756
5,487
38,428
41,801
Tw 2 - 11
11,499
17,064
19,826
19,311
2,768
5,570
34,093
41,945
Tw 3 - 11
14,353
18,840
22,515
20,637
3,291
6,009
40,159
45,486
Tw 4 - 11
14,986
21,865
23,761
21,639
3,723
6,665
42,470
50,169
Tw 1 - 12
10,339
16,644
51,804
17,758
2,653
4,966
64,796
39,368
Tw 2 - 12
15,139
19,391
54,010
19,519
3,543
5,720
72,692
44,630
Tw 3 - 12
15,677
19,313
29,104
19,344
3,350
5,662
48,131
44,319
Tw 4 - 12
18,270
21,580
29,431
20,622
4,702
6,449
52,403
48,651
Tw 1 - 13
15,535
16,648
22,244
17,183
4,032
4,973
41,811
38,804
Tw 2 - 13
19,666
18,860
22,658
18,685
4,695
5,773
47,019
43,318
Tw 3 - 13
20,189
18,663
26,876
17,988
7,422
5,691
54,487
42,342
Tw 4 - 13
22,181
22,643
33,327
21,351
6,521
6,711
62,029
50,705
Tw 1 - 14
19,684
19,031
22,514
22,854
5,072
5,347
47,269
47,232
Tw 2 - 14
26,992
17,544
40,455
18,347
11,033
5,322
78,480
41,213
Tw 3 - 14
38,703
18,758
53,698
17,401
12,937
5,595
105,337
41,754
Tw 4 - 14
40,778
20,307
49,646
18,365
4,833
6,000
95,257
44,672
Tw 1 - 15
34,079
11,300
39,055
11,549
4,347
3,766
77,481
26,615
72
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2015
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 mencapai Rp522,6 miliar (terealisasi sebesar 15,9% dari APBD 2015), meningkat 51,9% bila dibandingkan triwulan I 2014. Sementara itu, realisasi belanja pada triwulan I 2015 mencapai Rp420,29 miliar (terealisasi 12,0%). Realisasi belanja tersebut meningkat lebih dari delapan kali lipat jika dibandingkan realisasi belanja triwulan I 2014 sebesar Rp45,9 miliar. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp157,8 miliar (30,2% dari total pendapatan), meningkat enam kali lipat dibandingkan realisasi PAD triwulan I 2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp127,2 miliar pada awal tahun 2015 (80,6% dari total PAD). Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 61,5%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 ( 25,3% dan 31,5%). A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2015 Pada Triwulan I tahun 2015, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Jambi sebesar Rp522,6 miliar atau mencapai 15,9% dari target pendapatan dalam APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp364,8 miliar (69,8% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp252,3 miliar (48,3% dari total pendapatan Pemerintah Provinsi Jambi) (Tabel 4.1).
73
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai Rp157,8 miliar (30,2% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat enam kali lipat dibandingkan realisasi PAD triwulan I 2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp127,2 miliar pada awal tahun 2015 (80,6% dari total PAD). Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I Tahun - 2015
(dalam miliar rupiah) S.D TRW I-2014 URAIAN
Nominal (Rp. Miliar)
PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah
343.97 21.50 0.00 1.28 0.23 20.00 322.45 237.08 0.00 0.00 237.08 0.00 85.36 85.36 0.02 0.02
Persen
S.D TRW II-2014 Nominal (Rp. Miliar)
11.53 1,604.62 2.21 535.65 0.00 386.90 7.81 5.56 0.56 30.36 18.48 112.84 16.06 1,068.89 14.53 802.21 0.00 80.14 0.00 154.07 25.00 553.20 0.00 14.81 22.67 266.68 22.67 266.68 1.85 0.08 1.85 0.08
Persen
53.81 55.05 47.86 33.91 75.89 104.24 53.23 49.17 33.52 39.04 58.33 30.00 70.84 70.84 8.28 8.28
S.D TRW III-2014 APBD-P 2014
Nominal (Rp. Miliar)
3,127.13 2,550.08 1,208.84 971.76 1,021.87 721.20 15.66 10.12 43.20 33.91 128.12 206.52 1,917.29 1,578.14 1,556.19 1,215.90 179.30 122.59 379.20 266.01 948.34 790.28 49.36 37.02 361.11 362.24 361.11 362.24 1.00 0.18 1.00 0.18
Persen
S.D TRW IV-2014 Nominal (Rp. Miliar)
Persen
81.55 3,208.86 102.61 80.39 1,324.03 109.53 70.58 1,010.56 98.89 64.67 14.59 93.18 78.50 33.91 78.50 161.20 264.97 206.82 82.31 1,883.45 98.23 78.13 1,514.52 97.32 68.37 194.97 108.74 70.15 321.85 84.88 83.33 948.34 100.00 75.00 49.36 100.00 100.31 368.93 102.17 100.31 368.93 102.17 18.32 1.37 137.44 18.32 1.37 137.44
APBD 2015
S.D TRW I-2015 Nominal Persen (Rp. Miliar)
3,293.25 522.55 1,218.12 157.76 1,019.76 127.20 18.14 2.28 50.02 0.23 130.20 28.05 2,074.12 364.79 1,713.01 252.29 251.04 414.40 995.75 252.29 51.82 361.11 112.50 361.11 112.50 1.00 1.00 -
15.87 12.95 12.47 12.57 0.46 21.54 17.59 14.73 0.00 0.00 25.34 0.00 31.15 31.15 0.00
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2015
Pada triwulan I 2015, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jambi mencapai Rp420,3 miliar atau mencapai 12,0% dari target belanja APBD 2015 (Rp3,5 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat Rp374,4 miliar atau lebih dari delapan kali lipat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp254,1 miliar atau 60,4% dari total belanja triwulan I tahun 2015 (terealisasi sebesar 11,8% dari target dalam APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja hibah yang mencapai Rp111,9 miliar (terealisasi 44,0% dari target dalam APBD 2015) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp107,3 miliar (terealisasi sebesar 15,4% dari target dalam APBD 2015). 74
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
Sementara
itu,
realisasi
belanja
modal
yang
bertujuan
untuk
pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp69,4 miliar (mencapai 8,7% dari target belanja modal APBD 2015). Sesuai siklusnya, realisasi belanja modal dalam APBD Provinsi Jambi pada triwulan I 2015 umumnya masih dalam prosentase kecil yang disebabkan masih berlangsungnya perencanaan maupun pengadaan kegiatan pembangunan sehingga pembayaran belum dapat dilakukan pada triwulan I 2015. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 22,7%, lebih rendah dibandingkan APBD-P 2014 (25,3%) bahkan lebih rendah dibandingkan alokasi belanja modal pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%. Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp64,9 miliar (terealisasi 11,9% dari target dalam APBD 2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai realisasi belanja modal meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan pada triwulan I 2014. Hal tersebut menunjukkan komitmen
Pemerintah
Provinsi
Jambi
dalam
mendorong
percepatan
pembangungan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2015. Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi S.d Triwulan I Tahun -2015
(dalam miliar rupiah) S.D TRW I-2014 URAIAN
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang
Nominal (Rp. Miliar)
45.87 36.15 30.81 5.33
Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga
9.72 0.32 0.10 9.30 0.00 -
Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Pajak
0.00 -
Persen
#DIV/0! 1.40 1.69 4.54 0.61 1.12 0.23 0.07 1.74 0.00 #DIV/0! 0.00 -
S.D TRW II-2014 Nominal (Rp. Miliar)
Persen
S.D TRW III-2014 APBD-P 2014
920.98 611.53 223.29 163.26
#DIV/0! 28.20 28.53 32.89 18.75
169.78 55.20 191.57 0.01 16.16 8.73 165.85 0.54 0.27 0.18 0.18
41.86 36.14 22.03 0.02 11.54 5.90 31.11 12.96 35.17 9.00 9.00 #DIV/0!
413.68 25.50 155.07 919.30 43.58 146.56 134.34 591.14 2.60 1.08 2.00 2.00
117.70 117.70 117.70
47.08 47.08 47.08
521.36 521.36 521.36
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
S.D TRW IV-2014 Nominal (Rp. Miliar)
Persen
APBD 2015
S.D TRW I-2015 Nominal Persen (Rp. Miliar)
#DIV/0! 48.32 3,212.01 50.32 1,926.78 59.63 570.35 41.12 812.87
88.21 3,514.24 420.29 87.64 2,161.50 254.07 86.72 694.43 107.32 85.87 833.89 34.83
11.96 11.75 15.45 4.18
262.54 62.40 445.79 8.38 40.73 42.73 353.08 0.35 0.53 0.18 0.18
63.46 0.00 40.24 48.49 19.22 27.79 31.81 59.73 13.28 48.83 9.00 9.00 #DIV/0!
385.13 19.87 138.55 821.02 15.18 129.52 127.23 547.08 0.98 1.02 1.86 1.86
93.10 77.91 89.35 89.31 34.83 88.38 94.70 92.55 37.86 95.07 93.03 93.03 #DIV/0!
491.45 141.73 798.65 17.68 78.72 151.98 547.13 2.06 1.08 3.50 3.50
111.92 69.37 3.53 0.89 64.93 0.02 -
0.00 22.77 0.00 0.00 8.69 0.00 4.48 0.59 11.87 0.97 0.00 0.00 #DIV/0!
207.25 207.25 207.25
39.75 39.75 39.75
462.36 462.36 462.36
88.68 88.68 88.68
550.59 550.59 550.59
96.85 96.85 96.85
17.59 17.59 17.59
3,641.24 1,759.54 2,198.58 1,106.32 657.66 392.15 946.67 389.24
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
C. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan I 2015 meningkat 41,5% dibandingkan triwulan I 2014 menjadi Rp3,5 triliun seiring dengan masih minimnya komponen belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015 (Grafik 4.4). Peningkatan simpanan terbesar disebabkan oleh naiknya simpanan giro dari Rp1,4 triliun pada triwulan I 2014 menjadi Rp2,1 triliun pada triwulan laporan atau naik sebesar 52,3%. Adapun simpanan deposito mengalami penurunan dari Rp1,5 triliun pada triwulan yang sama tahun lalu menjadi Rp1,4 triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar 10,7%.
Grafik 4.1. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
(Rp triliun) 5 4
3.82
4.23
Giro
Deposito
3.95
4.15
3
2.97
2
Tabungan 3.89
3.54
1.70 1.37
1 0 Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV13
Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15
Sumber: LBU Bank Indonesia
76
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Jambi mengalami peningkatan 122,1 ribu orang menjadi 1,69 juta orang dibandingkan Februari 2014 (1,57 juta orang) sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Selanjutnya jumlah pekerja di Jambi juga mengalami peningkatan yaitu dari 1,53 juta orang di Februari 2014 menjadi 1,65 juta orang. Namun demikian, jumlah pengangguran juga menunjukkan peningkatan menjadi 46,2 ribu orang dibandingkan Februari 2014 (39,3 ribu) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 2,73% dari 2,50%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 95,81 dari 95,06 pada triwulan lalu yang disebabkan meningkatnya panen raya petani tanaman pangan padi di Provinsi Jambi kecuali Kota Jambi.
A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, angkatan kerja pada Februari 2015 adalah 1,69 juta orang atau bertambah 122,1 ribu orang dibandingkan Februari 2014 sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2015 adalah 69,92% atau meningkat dibandingkan Februari tahun lalu (66,51%). Peningkatan 122,1 ribu orang angkatan kerja tersebut sebanyak 115,1 ribu orang (94,3%) dapat diserap oleh dunia kerja dan sisanya 6,9 ribu orang (5,7%) belum diserap dunia kerja. Penyerapan angkatan kerja diatas menyebabkan jumlah pekerja di Jambi meningkat sebesar 7,52% menjadi 1,65 juta orang dan yang belum terserap
77
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
membuat pengangguran Provinsi Jambi pada bulan laporan menjadi 46,2 ribu orang, lebih tinggi dari bulan Februari 2014 yang sebanyak 39,3 ribu orang. Tingkat pengangguran pun meningkat dari 2,50% pada Februari 2014 menjadi 2,73% seiring dengan pelemahan ekonomi triwulan I 2015. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa sebagian besar responden
menyatakan tingkat tenaga
kerja pada triwulan I 2015 cenderung tetap dibandingkan dengan tenaga kerja pada tahun sebelumnya namun demikian sebagian lainnya menyatakan bahwa terdapat penurunan yang disebabkan pengunduran diri dan pensiun karyawan. Fenomena kenaikan tingkat pengangguran tersebut juga patut diwaspadai mengingat dunia usaha merencanakan berinvestasi pada mesin untuk secara perlahan menggantikan tenaga manusia demi mengejar efisiensi. Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang) 2013 2014 2015 FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI Angkatan Kerja 1,602.53 1,466.96 1,570.3 1,570.8 1,692.4 - Bekerja 1,556.7 1,397.2 1,531.1 1,491.0 1,646.2 - Penganggur 45.8 69.8 39.3 79.8 46.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69.09 62.68 66.51 65.59 69.92 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2.86 4.76 2.50 5.08 2.73 Pekerja penuh 754.0 698.6 840.5 812.6 932.6 Pekerja tidak penuh 802.7 698.6 690.6 678.4 713.6 Setengah penganggur 187.4 125.3 164.3 143.6 191.5 Paruh waktu 615.4 573.3 526.3 534.8 522.1 KEGIATAN UTAMA
1
2 3 4 5
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Selain itu meningkatnya tingkat pengangguran tersebut juga karena lapangan kerja yang tersedia tidak cukup menampung penduduk yang masuk angkatan kerja. Selama triwulan I 2015 belum terdapat pembukaan penerimaan CPNS sementara banyak penduduk yang masuk angkatan kerja berminat melamar CPNS. Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 932,6 ribu orang dari 840,5 ribu orang (Februari 2014) dan pekerja tidak penuh juga
78
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
meningkat menjadi 713,6 ribu orang dari 690,6 ribu orang seiring dengan peningkatan pekerja setengah penganggur12. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 821,1 ribu orang (49,88%) seiring dengan bergeraknya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi. Sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 276,5 ribu orang (16,80%) sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan I 2015 yang mampu tumbuh 1,5% (qtq) atau 14,1% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan 1,2% atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2015 sebesar 5,9% (yoy). Walaupun perdagangan merupakan salah satu lapangan pekerjaan utama terbesar, namun dibandingkan Februari 2014 sektor tersebut mengalami penurunan pekerja yang disebabkan pada posisi Februari 2014 terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi panen pangan sehingga pekerja sektor pertanian berimigrasi ke sektor perdagangan Selanjutnya distribusi terbesar ketiga adalah sektor jasa kemasyarakatan yang mencapai 250,5 ribu orang (15,22%). Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan oleh meningkatnya jumlah pekerja sektor lapangan pekerjaan yang didominasi sektor pertanian seiring panen raya tanaman pangan padi yang membutuhkan banyak tenaga kerja, lalu diikuti lapangan pekerjaan industri dan konstruksi yang disebabkan pemberian kredit terhadap kedua sektor tersebut cenderung membaik dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya dan sedang berjalannya beberapa pembangunan proyek yang bersifat jangka panjang seperti hotel, jembatan dan infrastruktur lainnya.
Sementara itu sektor perdagangan,
keuangan dan jasa kemasyarakatan menurun disebabkan tertahannya mobilitas sektor tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi.
12
Pekerja Tidak Penuh adalah pekerja yang jumlah jam kerjanya dalam seminggu kurang dari 35 jam
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
79
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) 2013 2014 2015 FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI Pertanian 846.9 735.8 755.6 736.2 821.1 Industri 52.7 52.5 44.0 52.5 90.1 Konstruksi 62.8 60.7 54.3 61.8 82.1 Perdagangan 251.2 233.5 287.2 251.8 276.5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 49.9 52.8 54.5 55.5 55.1 Keuangan 25.0 21.9 37.3 25.4 19.2 Jasa Kemasyarakatan 242.6 212.2 272.5 269.6 250.5 Lainnya ***) 25.5 27.8 25.6 38.2 51.6 TOTAL 1,556.7 1,397.2 1,531.0 1,491.0 1,646.2 Lapangan Pekerjaaan Utama
1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber: BPS Provinsi Jambi ***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 662,7 ribu orang dengan pangsa 40,26%, berusaha sendiri sebanyak 329,3 ribu orang (20,00%) dan pekerja keluarga/tak dibayar sebanyak 253,7 ribu orang (15,41%). Meningkatnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja dengan status buruh/karyawan, pekerja bebas di
non pertanian dan pekerja
pekerja bebas di pertanian. Penyerapan tenaga kerja formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan) mengalami sedikit peningkatan seiring dengan peningkatan pekerja pada lapangan pekerjaan industri sedangkan sektor informal stabil meskupun sedikit menurun dari 914,3 ribu orang (Februari 2014) menjadi 913,7 ribu orang seiring dengan menurunnya pekerja pada lapangan pekerjaan perdagangan.
80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) Lapangan Pekerjaaan Utama A Pekerja Formal 1 Berusaha dibantu buruh tetap 2 Buruh/karyawan Total Pekerja Formal B 1 2 3 4 5
Pekerja Informal Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja keluarga /tak dibayar Total Pekerja Informal TOTAL
2013 2014 2015 FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI 72.6 541.6 614.3
62.1 511.1 573.3
75.1 541.7 616.8
61.9 496.3 558.2
69.8 662.7 732.5
283.7 241.0 76.3 48.3 293.2 942.5 1,556.7
335.1 206.4 56.5 36.5 189.5 824.0 1,397.2
338.3 241.3 53.9 24.3 256.4 914.2 1,531.0
319.9 263.2 53.7 45.6 250.5 932.9 1,491.1
329.3 231.5 61.8 37.3 253.7 913.6 1,646.1
Sumber: BPS Provinsi Jambi
B. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan Maret 2015, NTP sebesar 95,81 atau naik 75 bps dibandingkan Desember 2014.13 Hal tersebut disebabkan oleh indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar petani sama sama mengalami penurunan namun penurunan indeks yang dibayar lebih besar (2,27%) dibandingkan indeks yang diterima (1,51%). Secara keseluruhan semua sub sektor mengalami penurunan indeks yang diterima dan dibayar petani namun pada sub sektor tanaman pangan dan peternakan terjadi kenaikan indeks diterima. Nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija mengalami sedikit kenaikan menjadi 101,72 dari triwulan sebelumnya 94,71 disebabkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan 2,27% sementara indeks diterima petani meningkat 4,41%. Namun indeks diterima petani 13
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
tanaman pangan tersebut hanya indeks petani padi yang mengalami peningkatan sedangkan petani palawija sedikit menurun disebabkan beberapa komponen palawija seperti tempe, wortel dan ketimun mengalami deflasi pada Maret 2015. Padi mengalami kenaikan indeks disebabkan bulan Januari sd Maret 2015 terdapat panen beras atas penanaman padi September sd Desember 2014 di seluruh kabupaten/kota kecuali Kota Jambi sehingga NTP tanaman pangan padi mengalami kenaikan. Nilai tukar petani hortikultura mengalami penurunan dari sebelumnya 94,11 menjadi 92,76 yang disebabkan menurunnya indeks diterima petani hortikultura sayur sayuran dan tanaman obat. Penurunan tersebut didominasi penurunan harga cabai merah yang selama triwulan I 2015 menjadi komponen utama
deflasi.
Harga
rata
rata
yang
pada
Desember
2014
sebesar
Rp64.000,00/kg turun tajam menjadi Rp16.633,00/kg. Penurunan harga cabai merah tersebut disebabkan persediaan yang melimpah yang masuk dari luar Provinsi Jambi. Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat menurun menjadi 92,91 dari sebelumnya 94,31. NTP tersebut adalah NTP tanaman perkebunan rakyat terendah sejak Desember 2013 seiring belum membaiknya harga karet selama triwulan I 2015 dimana rata rata harga bokar 2013 berkisar Rp22.456,74/kg, tahun 2014 Rp17.558,67/kg dan triwulan I 2015 hanya sebesar Rp14.874,00/kg. Sementara itu harga TBS triwulan I 2015 berada pada kisaran harga rata rata Rp1.723,64/kg belum membaik sebagaimana rata rata harga 2014 mencapai Rp1.808,49/kg
seriring dengan belum membaiknya
yang harga
internasional dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai tukar petani peternakan mengalami kenaikan menjadi 100,31 dari triwulan sebelumnya 98,10. Kenaikan NTP tersebut didominasi kenaikan indeks diterima petani ternak besar dan ternak kecil. Meskipun pada saat triwulan laporan harga sapi stabil dan daging ayam mengalami deflasi yang mengindikasikan
bahwa
kenaikan
indeks
diterima
tersebut
disebabkan
pedagang mengambil margin yang lebih kecil dari peternak.
82
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Nilai tukar perikanan pada triwulan laporan mengalami peningkatan menjadi 100,56 setelah sebelumnya per Desember 2014 berada pada 99,50. Kenaikan nilai tukar perikanan tersebut disebabkan indeks harga yang diterima nelayan dan pembudidaya ikan mengalami penurunan yang lebih kecil (0,66% (qtq)) dibandingkan indeksi harga yang dibayar nelayan dan pembudidaya ikan (1,72% (qtq)). Sementara itu secara per sub sektor, nilai tukar perikanan tangkap dan perikanan budidaya sama sama mengalami peningkatan . Nilai tukar perikanan tangkap mengalami kenaikan dari 101,09 menjadi 102,86 (1,75%) sementara nilai tukar perikanan budidaya mengalami kenaikan dari 97,72 menjadi 98,04 (0,33%). Indeks harga yang diterima dan dibayar nelayan (perikanan tangkap) dan perikanan budidaya sama sama mengalami penurunan namun penurunan indeks dibayar lebih besar dibandingkan indeks diterima sehingga nilai tukar perikanan tangkap dan budidaya mengalami kenaikan. Penurunan nilai diterima dan dibayar tersebut disebabkan frekuensi nelayan melaut berkurang seiring dengan gelombang tinggi dan keluarnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.1 dan 2 tahun 2015 yang mengatur alat tangkap nelayan yang mempengaruhi
hasil tangkapan dan biaya produksi nelayan. Demikian juga
halnya dengan perikanan budidaya, penurunan indeks diterima dan dibayar disebabkan curah hujan yang tinggi selama triwulan I 2015 mempengaruhi hasil tangkapan ikan mengingat perikanan budidaya di Provinsi Jambi sebagian besar adalah tadah hujan.
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) 2013 KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
Des
2014 Maret
Juni
2015
Agustus September
Desember
Jan
Feb
Maret
PERUBAHAN (%) ( Des 2014 ke Maret 2015)
1 Tanaman Pangan a Indeks Diterima Petani
105.74 110.05 108.28 108.91
108.65
114.47 117.21 117.98 119.52
4.41
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P)
111.08 112.10 112.26 114.30 95.19 98.18 96.45 95.29
115.01 94.47
120.87 119.68 117.59 117.50 94.71 97.93 100.33 101.72
-2.79 7.40
2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani
105.74 105.28 103.89 106.99
108.44
113.11 110.93 109.59 108.73
-3.87
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat
111.08 111.52 111.97 113.56 95.19 94.40 92.78 94.21
114.20 94.96
120.18 119.01 117.24 117.21 94.11 93.21 93.48 92.76
-2.47 -1.43
a Indeks Diterima Petani
108.63 111.23 110.08 111.26
109.78
113.29 112.01 110.73 109.04
-3.75
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani
110.58 111.87 112.08 113.89 98.24 99.43 98.22 97.69
114.52 95.86
121.10 118.97 117.35 117.36 94.31 94.15 94.36 92.91
-3.09 -1.48
105.89 106.66 108.60 109.92
110.72
112.92 113.65 113.72 113.86
0.83
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan
108.64 109.47 109.84 110.84 97.47 97.43 98.87 99.17
111.30 99.48
115.11 114.25 113.36 113.51 98.10 99.47 100.31 100.31
-1.39 2.25
a Indeks Diterima Petani
107.25 110.75 113.12 116.00
115.85
118.18 117.88 117.25 117.40
-0.66
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
109.49 108.59 111.10 112.46 97.95 100.10 101.82 103.15
112.90 102.62
118.78 117.87 116.62 116.74 99.50 100.01 100.54 100.56
-1.72 1.07
107.26 110.33 97.21
109.70 114.03 96.21
113.57 119.47 95.06
-1.51 -2.27 0.79
PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
109.42 108.70 110.14 111.46 111.73 113.41 98.17 97.29 97.12
113.21 112.52 111.86 118.36 116.75 116.76 95.65 96.38 95.81
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre
Jambi)
untuk
mensukseskan
program
pemerintah
dalam
hal
penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 4.154 ton, meningkat 58,76% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya (2.616 ton) (grafik 5.1). Penyaluran raskin tahun 2015 baru terealisasi sejak Februari 2015 yang disebabkan pada awal tahun masing-masing pemerintah daerah kota/kabupaten masih menyusun juknis penyaluran raskin tahun 2015.
84
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Ribu ton
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Pertumbuhan Raskin (%) 150.00
14 12.5
12.4
12
10.8 8.1
7.8
8
100.00
9.8
9.3
10
8.7 50.00
6.1 6
4.2
4.2
-
3.3
4
2.6
(50.00)
2
-
(100.00) TW I
TW II TW III TRW IV 2012
TW I
TW II TW III TRW IV 2013
TW I
TW II TW III TW IV TW I 2014
2015
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
85
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
Boks.2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN Apa itu Bonus Demografi? Sejak lebih dari tiga dasawarsa terakhir, Indonesia mulai mengalami proses perubahan struktur demografi. Hal ini dapat dilihat dari hasil sensus penduduk tahun 2000. Penduduk di bawah usia 15 tahun hampir tidak mengalami pertambahan, dari jumlah sekitar 60 juta di tahun 1970-1980an menjadi sekitar 63-65 juta di tahun 2000. Namun sebaliknya, penduduk usia produktif 15-64 tahun pada tahun 1970 yang berjumlah sebanyak 63-65 juta telah berkembang menjadi lebih dari 133-135 juta, atau mengalami kenaikan hingga dua kali lipat selama 30 tahun. Perubahan struktur demografi ini utamanya terjadi atas keberhasilan penerapan program Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1970. Kita dapat menganalisis perubahan struktur ini melalui metode pengukuran yang dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Berdasarkan hasil sensus penduduk tersebut, beban ketergantungan telah turun secara tajam dari 85-90 persen di tahun1970 hingga menjadi sekitar 54-55 persen di tahun 2000. Fenomena tersebut juga terjadi di Provinsi Jambi, sebagaimana dapat dilihat pada hasil sensus penduduk tahun 2010. Porsi penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) mencapai 66,6% dari jumlah total penduduk sebanyak 3,3 juta jiwa. Bahkan 36,1% di antaranya merupakan pekerja usia muda (berusia 15-34 tahun) sebanyak 1,2 juta jiwa. Grafik 1: Demografi Penduduk Provinsi Jambi 2013 75+ 65 - 69
Dependency Ratio: 50,2%
55 - 59
36,1%
45 - 49 35 - 39 25 - 29 15 - 19 5-9
51,0% Laki-laki
87
49,0% Perempuan
Sumber: BPS
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
Transisi demografi ini lazim dikenal sebagai bonus demografi (demographic devident) yang juga dimaknai secara ekonomi sebagai jendela kesempatan (window of opportunity). Jambi saat ini sedang menikmati masa keemasan bonus demografi dengan dependency ratio yg rendah sebesar 50,2%, bahkan termasuk cukup rendah se-Indonesia. Fenomena yang hanya terjadi sekali dalam ratusan tahun ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030, saat para penduduk usia produktif ini menua dan beban ketergantungan kembali ke level 70-80 persen. Gambar 1: Dependency Ratio di Indonesia
Sumber:Kominfo
Apa Keuntungan Dari Bonus Demografi? Idealnya, bonus demografi ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di masa kontraksi ekonomi saat ini. Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan yang cukup signifikan dan hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy), lebih rendah dari pencapaian triwulan I 2014 yaitu 10,3% (yoy).
88
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
Grafik 2: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
10.7
30.5
32.7 6.8
%
10.3
9.3 33.4 5.1
35.8
35.4
38.6
40.9
5.6
5.8
38.6 6.5
2.5 1.1 0.9
2.0
1.1
38.9
5.9
2.2
1.3
0.5
(6.0)
Q1-13
Q2-13
Q3-13
Output Jambi (Rp Triliun)
Q4-13
Q1-14
Q2-14
Pertumbuhan Jambi (yoy)
Q3-14
Q4-14
Q1-15
Pertumbuhan Jambi (qtq)
Sumber: BPS (diolah)
Namun bonus demografi ini baru dapat memberikan keuntungan ekonomi bila didukung oleh angkatan kerja yang berkualitas. Apabila kita melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan ukuran harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup di daerah, maka kualitas tenaga kerja di Jambi belum terlalu baik. Pada kurun 1996 hingga 2013, IPM Jambi belum bergerak dari urutan ke13 se-Indonesia dengan IPM 74,35 atau hanya sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 73,81. Angka ini masih kalah dibandingkan provinsi tetangga seperti Sumatera Barat (75,01), Riau (77,25), Sumatera Selatan (74,36), dan Bengkulu (74,41). Tabel 1: Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sumber: BPS Bagaimana Dengan Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi? Indikasi penurunan tenaga kerja di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data BPS per Februari 2015. BPS menyebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai angka 2,7% persen, meski mengalami 89
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
penurunan dibanding TPT Agustus 2014 sebesar 5,1%, namun lebih tinggi dibandingkan TPT Feb 2014 sebesar 2,5%. Selain itu, jumlah pengangguran pada Februari 2015 mencapai 46,2 ribu orang, lebih besar dari periode yang sama satu tahun sebelumnya sebesar 39,3 ribu orang. Kenaikan tingkat pengangguran tersebut perlu diwaspadai mengingat dunia usaha merencanakan berinvestasi pada mesin untuk secara perlahan menggantikan tenaga manusia demi mengejar efisiensi. Selain itu, mayoritas angkatan kerja masih mengandalkan penerimaan CPNS sementara posisi yang ditawarkan cukup terbatas.
Juta orang
Grafik 3: Angkatan Kerja Provinsi Jambi Feb 2015 1.8
80
1.6
70
1.4
60
1.2
50
1.0
40
0.8
30
0.6 0.4
20
0.2
10
-
0 Feb
Ags
Feb
2010
2011
Ags
Feb 2012
Angkatan Kerja
Ags
Feb 2013
Ags
Feb 2014
Ags
Feb 2015
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) LHS
Tingkat Penggangguran Terbuka (%) LHS
Sumber: BPS (diolah) Dalam struktur ketenagakerjaan Jambi, 732,5 ribu orang (45,5%) bekerja pada sektor formal sementara sisanya 913,7 ribu orang (55,5%) bekerja pada sektor informal. Besarnya angka pekerja informal tersebut didasarkan pada kualitas tenaga kerja Jambi yang tidak berimbang. Sebagian masih didominasi pendidikan rendah yaitu SD dan SMP. Akibatnya tenaga kerja yang masih dalam level mendasar tersebut mempunyai kecenderungan dibayar murah sehingga kesejahteraan pun menurun. Dengan semakin rendahnya kesejahteraan tenaga kerja maka akan semakin sulit bagi perekonomian Jambi untuk mengandalkan penguatan permintaan domestik. Selain itu, tidak ada porsi pendapatan yang disisihkan untuk tabungan/investasi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Hasil financial literacy baseline survey yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi menunjukkan 47% rumah tangga belum tersentuh perbankan.
90
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
Apa Yang Dapat Dimanfaatkan Dari Bonus Demografi? Selain peluang dari sisi produksi, bonus demografi juga merupakan pangsa ekonomi besar bagi industri. Harus diakui bahwa konsumsi memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Jambi dengan kontribusinya yang mencapai 45,1% dari PDRB. Di tengah perlambatan perekonomian dunia dan Indonesia, terutama disebabkan oleh pembalikan arus modal ke negara asal dan pelemahan harga komoditas, pertumbuhan Jambi masih cukup terjaga berkat angka konsumsi penduduk yang besar. Grafik 4: Distribusi PDRB Menurut Kegunaan
Net Ekspor, 28,2%
Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT, 45.1%
Perubahan Inventori, 1,6% Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, 19,9%
Konsumsi Pemerintah, 5,3%
Sumber: BPS (diolah) Seiring ledakan penduduk usia produktif, proporsi kelas menengah di Indonesia melonjak lebih dari dua kali lipat selama satu dekade terakhir. Bank Dunia mencatat lonjakan rasio kelas menengah Indonesia dari sekitar 20 persen jumlah penduduk pada tahun 2000 menjadi 56,5 persen pada tahun 2010. Kelas menengah menurut Bank Dunia adalah warga dengan pendapatan per hari antara 2 sampai 20 dolar AS. Dengan kriteria tersebut, jumlah mereka di Indonesia sekitar 134 juta berdasarkan data Sensus Penduduk 2010. Dalam kurun waktu itu pula, kontribusi dari pengeluaran bukan makanan oleh rumah tangga menjadi lebih besar daripada kontribusi dari pengeluaran makanan oleh rumah tangga. Hal ini mengkonfirmasi terjadinya transformasi perekonomian yang dipicu oleh pola konsumsi kelas menengah Indonesia yang mengarah pada kebutuhan gaya hidup (lifestyle) dan mewakili kelas sosial tertentu. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa fondasi terbentuknya kelas menengah tersebut masih sangat rentan, bahkan berpotensi mendorong negara menuju apa yang disebut middle income trap. Istilah tersebut untuk negaratidak mampu melakukan lompatan menjadi negara maju baru karena minimnya investasi sumber daya manusia. Besarnya angka konsumsi tanpa diimbangi produktivitas membuat potensi bonus demografi menjadi tak bermanfaat. Padahal seharusnya bonus demografi adalah kelas menengah yang mandiri dan memiliki usaha produktivitas sendiri sehingga mampu memacu ekonomi negaranya. Negara yang 91
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
terindikasi terkena jebakan tersebut umumnya memiliki populasi besar dengan tingkat konsumsi pangan dan non pangan yang hampir seimbang, namun perekonomian bukan digerakkan oleh industri manufaktur melainkan dari hasil sumber daya alam dan jasa. Industri di negara menengah menjadi berbiaya mahal sehingga tidak kompetitif di bandingkan negara yang masih berpenghasilan rendah. Apa Upaya Pemerintah Dalam Memanfaatkan Bonus Demografi? Meskipun Indonesia sedang dan akan mengalami periode bonus demografi pada tahun 2012 hingga 2035 mendatang, namun belum banyak yang menyadari akan hal ini. Padahal, bonus yang dinikmati suatu negara akibat dari lebih besarnya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia nonproduktif tersebut menawarkan peluang sekaligus tantangan yang sangat besar. Jika momentum yang langka ini berhasil dimanfaatkan dengan baik, maka keuntungan sosial-ekonomi yang diperoleh akan luar biasa. Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan. Penduduk usia kerja harus dibekali dengan pendidikan dan keterampilan untuk mendukung pertumbuhan. Hal ini khususnya dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) melalui peningkatan daya saing. b. Menciptakan lapangan pekerjaan formal atau modern yang seluas-luasnya. Kondisi angkatan kerja yang sebagian besar berpendidikan rendah ini diperkirakan belum akan berubah secara berarti sampai 10 tahun ke depan. Dengan demikian lapangan kerja yang akan diciptakan perlu mempertimbangkan tingkat keterampilan pekerja yang tersedia, yaitu padat karya, industri menengah dan kecil, serta berorientasi ekspor. c. Menciptakan fleksibilitas pasar kerja dengan memperbaiki aturan main ketenagakerjaan yang berkaitan dengan rekrutmen, outsourcing, pengupahan, PHK, serta memperbaiki aturan main yang mengakibatkan perlindungan yang berlebihan. d. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan peningkatan investasi. Iklim usaha yang kondusif memerlukan stabilitas ekonomi, politik dan keamanan, kemudahan perizinan, birokrasi yang efisien, biaya produksi yang rendah, kepastian hukum serta peningkatan ketersediaan infrastruktur. e. Meningkatkan kesadaran menabung melalui peningkatan akses inklusi keuangan. Potensi unbanked people yang sedemikian besar tersebut dapat digarap oleh perbankan bekerja sama dengan lembaga yang memiliki basis jaringan distribusi luas sampai ke pelosok seperti Kantor Pos Indonesia atau dengan perusahaan yang memiliki basis infrastruktur teknologi informasi,
92
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
BOKS. 2 BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PEREKONOMIAN
seperti penyedia jaringan seluler. Tabungan ini selanjutnya diinvestasikan untuk hal-hal yang produktif, bukan konsumtif. f. Meningkatkan usia produktif melalui peningkatan teknologi dan layanan kesehatan. Dengan berkurangnya jumlah penduduk di bawah usia 15 tahun maka anggaran yang diperuntukkan bagi kelompok penduduk tersebut dapat dialihkan untuk melaksanakan pelatihan, pendidikan, dan upaya pemeliharaan kesehatan remaja. g. Meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan. Pada keluarga dengan jumlah anak yang sedikit, perempuan memiliki kesempatan untuk memasuki pasar kerja dan menambah penghasilan keluarga. h. Perlu persiapan menghadapi masalah-masalah yang timbul pasca berakhirnya masa bonus demografi yang ditandai dengan peningkatan jumlah lansia dan pembengkakan biaya untuk sistem jaminan sosial dan pensiun.
93
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan relatif membaik pada kisaran 6,4% (yoy) dibandingkan triwulan I 2015 (5,9% (yoy)). Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit menjadi faktor utama yang menaikkan daya beli masyarakat. Selain itu, tingkat konsumsi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan masuknya bulan puasa dan liburan sekolah. Realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah Provinsi Jambi juga akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan juga akan didukung oleh meningkatnya investasi dan ekspor seiring dengan kenaikan harga komoditas CPO dan minyak mentah serta kenaikan permintaan ekspor karet Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor. Adapun sektor konstruksi yang mengalami kontraksi pada triwulan laporan juga akan mengalami perbaikan pada triwulan II 2015 seiring dengan pembangunan proyek infrastruktur. Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan I 2015. Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok
administered price dan volatile food. Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi per tanggal 28 Maret 2015, kenaikan harga jual LPG 12 Kg dan kenaikan TTL untuk rumah tangga per 1 April 2015 akan menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi pada Triwulan II 2015.
95
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Sementara itu dari sisi volatile food, masuknya bulan puasa pada Juni 2015 diyakini akan meningkatkan permintaan komoditas pangan utama sehingga apabila tidak didukung oleh pasokan barang yang cukup, maka dapat memicu terjadinya inflasi yang tinggi. Akan tetapi, masuknya musim panen pada beberapa komoditas pangan utama seperti beras serta mulai stabilnya pasokan komoditas cabai merah dan bawang merah pada triwulan II 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015 diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian selama triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan makanan. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat sejalan dengan kenaikan beberapa komoditas administered
price dan masuknya bulan puasa.
A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan pada kisaran 2,8% (qtq), tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,4%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 5,9%(yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,7%-7,2%. Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah akan menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Bulan puasa akan menjadi faktor pendorong konsumsi
96
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyekproyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan akan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global. Kondisi membaiknya perekonomian negara lain seperti Amerika dan Jepang akan membantu ekspor beberapa komoditas, terutama komoditas karet. Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas terutama karet di pasar global, diperkirakan masih akan berimbas pada menurunnya pendapatan masyarakat dan kinerja ekspor sehingga berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi Jambi. Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini mampu membantu kinerja ekspor Provinsi Jambi ditengah rendahnya harga internasional komoditas. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang diperkirakan membaik dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan I 2015 menyatakan bahwa perekonomian akan mengalami ekspansi dan responden optimis dalam memandang perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan II 2015 sebesar 28,57. Adapun sektor bangunan/konstruksi memiliki SBT negatif yang disebabkan oleh masih pesimisnya pelaku usaha terhadap perkembangan pembangunan pusat bisnis, hiburan dan rekreasi serta perhotelan oleh perusahaan swasta (tabel 6.1). Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No
Sektor/Subsektor
Triw ulan I-2013
Triw ulan II-2013
Triw ulan III-2013
Triw ulan IV-2013
Triw ulan I-2014
Triw ulan II-2014
Triw ulan III-2014
Triw ulan IV-2014
Triw ulan I-2015
Triw ulan II-2015*
1
Pertanian
0.7
(0.7)
1.5
-
(6.9)
-
-
(10.5)
19.0
2
Pertambangan dan Penggalian
(3.1)
(1.0)
-
(1.0)
(1.4)
1.4
(1.4)
(1.4)
-
-
3
Industri Pengolahan
-
-
1.1
-
(0.5)
(1.0)
(0.2)
0.9
12.0
13.1
4
Listrik dan Air Minum
0.3
0.1
(0.2)
-
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.6
5
Bangunan
-
-
(0.7)
-
(3.4)
(3.4)
(3.4)
(3.4)
(2.7)
(2.7)
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
(0.9)
-
(0.9)
0.9
(4.6)
(6.3)
(7.0)
(1.6)
(3.1)
0.3
7
Pengangkutan dan Komunikasi
2.0
1.3
(0.7)
-
7.1
6.1
-
-
6.1
6.1
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
1.4
1.4
1.4
1.8
1.2
1.8
1.1
1.4
1.8
1.8
9
Jasa-jasa
(1.0)
-
(1.6)
(0.5)
1.2
1.4
0.3
1.2
(0.2)
-
(0.6)
1.1
0.1
1.1
(6.9)
0.5
(10.2)
(13.0)
33.3
28.6
Total Keterangan : *) Angka perkiraan
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
97
9.4
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Sektor pertanian diperkirakan tumbuh pada triwulan mendatang. Peningkatan kinerja perkebunan karet yang didukung oleh kondisi cuaca yang kondunsif seiring masuknya musim panas bagi penyadapan karet berpotensi meningkatkan produksi crumb rubber. Sejalan dengan hal tersebut, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan akan tumbuh seiring dengan masuknya masa panen pada triwulan II 2015. Namun demikian, masih rendahnya
harga
karet
global
berpotensi
memberikan
tekanan
pada
pertumbuhan sektor perkebunan dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya
tren
harga
komoditas
internasional
serta
mulai
meningkatnya permintaan global produk Crude Palm Oil (CPO) dan faktor cuaca masuknya musim panas yang berdampak baik bagi produktivitas tanaman karet akan mendorong pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan mendatang. Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit yang diindikasikan oleh tren peningkatan harga sawit internasional akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor industri pengolahan khususnya kelapa sawit. Dari sisi eksternal, potensi harga minyak dunia yang mulai membaik pada triwulan II 2015 diperkirakan berdampak positif bagi pertumbuhan industri pengolahan karet dan berpotensi mendukung laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sudah dapat kembali mencapai tingkat produksi seperti kondisi optimal di tahun 2012. Tren peningkatan harga minyak dunia pada akhir triwulan I 2015 sampai triwulan II 2015 akan menjadi pendorong pertumbuhan di sektor pertambangan migas. Adapun faktor lainnya yang menjadi penghambat pertumbuhan sektor ini adalah masih stagnannya harga batu bara internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar kalori batubara Jambi.
98
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
B. Proyeksi Inflasi Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yaitu berada pada kisaran 6,4%-6,9% (yoy) dari sebelumnya 4,88% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Peningkatan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food. Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015
m-t-m (%) 4 2013
2011
2012
2015
2014
3
2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-1 -2 -3
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 y-o-y (%)
12
2011
2013
2012
2015
2014
10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
99
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2015 y-t-d (%)
12
2011
2012
2013
2014
2015
10 8
6 4 2 0 -2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-4
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Premium dan Solar sebesar Rp 500,00 pada 28 Maret 2015 memberikan dampak inflasi secara langsung maupun tidak langsung pada bulan April 2015. Faktor lainnya adalah adanya kenaikan harga elpiji 12 kg sebesar Rp6.300
Rp8.000 per tabung mulai 1 April 2015.
Sementara itu dari sisi volatile food, harga bawang merah yang cukup tinggi pada April 2015 akan menjadi faktor penyebab tingginya inflasi volatile
food. Adapun penyebab kenaikan harga bawang merah adalah karena belum memasuki musim panen serta gagalnya beberapa lahan panen akibat banjir di brebes. Akan tetapi, panen yang diprediksi pada bulan Mei 2015 akan menjadi faktor penahan laju inflasi. Selain bawang merah, harga cabai merah sebagai komoditas penyumbang inflasi terbesar di Provinsi Jambi cenderung naik semenjak April 2015 seiring dengan berkurangnya pasokan di Pasar Induk Angso Duo akan sangat berpengaruh pada inflasi. Komoditas beras hingga Mei 2015 mengalami penurunan harga yang diakibatkan oleh meningkatnya pasokan dari beras lokal. Berdasarkan informasi dari BPS, harga beras akan turun secara bertahap yang disebabkan oleh masuknya musim panen di daerah sentra produksi beras di Provinsi Jambi, antara lain Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Selain 100
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
di Provinsi Jambi, beberapa daerah penyangga produksi padi di luar Jambi juga memasuki musim panen, antara lain di Sumatera Selatan dan Lampung. Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih akan berlanjut sampai dengan awal triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan makanan. Beberapa komoditas yang akan menjadi penyumbang utama inflasi di triwulan mendatang adalah bensin, solar, tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, serta beberapa komoditas bahan makanan seperti cabai merah, daging ayam ras, bawang merah dan telur ayam ras. Di sisi lain, komoditas yang akan menjadi penyumbang utama deflasi datang dari kelompok volatile food seperti beras dan udang. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) anomali cuaca; 2) tekanan dari sektor eksternal berupa masih lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation); 3) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa; 4) ekpektasi inflasi yang diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya beberapa komoditas administered price dan masuknya bulan puasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan II tahun 2015. C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan II 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Penguatan
fungsi
dan
Peran
TPID
Provinsi
Jambi
serta
TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui: a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang;
TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
101
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
b) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; c) Penyusunan
peta
surplus/defisit
komoditas
pangan
di
setiap
Kabupaten/Kota; d) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama penyumbang inflasi; e) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan meningkatkan nilai jual petani. f) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar lelang forward g) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan konektivitas antar daerah melalui: a) Mempercepat
pembangunan
jalan
penghubung
antara
daerah
produsen komoditas unggulan (karet dan kelapa sawit) menuju kawasan industri pengolahan dan pelabuhan, serta jalan penghubung daerah produsen bahan pangan menuju daerah konsumen; b) Perbaikan jalur transportasi darat untuk efisiensi biaya distribusi; c) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; d) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai dan laut untuk mendukung jalur distribusi via darat; e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi;
102
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
f) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan memperlancar jalur distribusi barang/jasa; g) Pembangunan Pembangkit listrik untuk meningkatkan elektrifikasi di Provinsi Jambi 3. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan sekaligus industri sawit dan karet terutamanya sebagai komoditas utama Provinsi Jambi melalui: a) Revitalisasi/replanting
perkebunan
sawit
dan
karet
untuk
meningkatkan produktivitas tanaman; b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di bidang karet; c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang melibatkan koperasi petani karet; f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g) Membangun
industri
hilir
berbasis
komoditas
karet
dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. 4. Percepatan realisasi APBD Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Provinsi Jambi: a) Untuk mempercepat stimulus pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan mengendalikan laju inflasi Provinsi Jambi b) Memprioritaskan
pembangunan
infrastruktur
(jalan,
jembatan,
pelabuhan, pembangkit listrik) dalam rangka mempermudah dan mempercepat distribusi barang dan pengembangan daerah. TRIWULAN I 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
103
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
c) Mengalokasikan dana APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk Pengendalian laju inflasi Provinsi Jambi. Salah satu upaya pengendalian inflasi
melalui
pengembangan
klaster
ketahanan
pangan
(pengembangan teknologi dan kapabilitas SDM untuk meningkatkan produktivitas) dapat meningkatkan pasokan bahan pangan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. 5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing untuk
menanamkan
modalnya
ke
Provinsi
Jambi
dalam
bentuk
pembangunan industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan bahan baku karet, sawit, dan batubara. Adanya industri hilir tersebut diharapkan dapat menjamin permintaan domestik yang stabil terhadap komoditas karet dan batubara di tengah melambatnya permintaan global dan rendahnya harga komoditas internasional. Kestabilan permintaan akan menjamin pendapatan petani karet dan pelaku usaha batubara. Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, penciptaan nilai tambah pada produk hasil industri hilir dapat menaikkan harga jual sehingga akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dimulai dari promosi sektor unggulan dan potensi industri hilir di Provinsi Jambi, memberikan kemudahan perizinan dan memberikan insentif bagi calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi Jambi. Percepatan pembangunan kawasan ekonomi Ujung Jabung dapat menjadi langkah awal dalam menarik investor untuk membangun industri hilir seperti pabrik ban dan produk turunan karet serta pabrik produk turunan CPO.
104
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I 2015
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN R EGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 1
1. 2. 3. 4. 5. 6.
PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PENGADAAN LISTRIK DAN GAS PENGADAAN AIR KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 11. JASA KEUANGAN 12. REAL ESTATE 13. JASA PERUSAHAAN 14. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 15. JASA PENDIDIKAN 16. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 17. JASA LAINNYA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Tw I
2014 Tw III
9,156,313 9,132,302 3,890,700 14,074 51,079 2,399,450
11,152,526 9,175,253 4,058,368 15,273 50,864 2,470,055
12,170,928 9,138,816 4,138,534 14,848 52,175 2,595,139
10,311,750 7,936,480 4,177,834 18,214 52,777 2,796,045
3,143,885
3,328,578
3,515,492
3,580,138
13,568,092
3,811,962
1,126,549 372,787 997,303 892,309 481,260 375,066
1,182,278 393,363 1,004,357 917,961 487,812 387,898
1,272,358 407,482 1,030,754 953,756 505,670 401,468
1,376,224 421,497 1,034,973 985,239 515,695 414,096
4,957,408 1,595,130 4,067,387 3,749,265 1,990,437 1,578,528
1,424,456 437,588
1,699,267
1,851,052
2,133,518
2,274,775
7,958,612
2,214,801
1,381,896 327,615 309,953 35,751,807
1,448,749 347,564 318,468 38,590,419
1,830,965 376,664 327,027 40,865,594
2,021,536 388,069 343,980 38,649,320
6,683,146 1,439,912 1,299,428 153,857,140
2,126,046
3
4
Tw IV
2015 TW I 7 10,946,993 7,024,935 4,255,028 17,379
Total 6 42,791,516 35,382,850 16,265,437 62,409 206,895 10,260,688
2
Tw II
5
55,681 2,730,061
1,090,745
1,008,588 536,014 431,632
425,187 353,525
38,890,622
Sumber: BPS
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA 1
1. PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 5. PENGADAAN AIR 6. KONSTRUKSI 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN DAN REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 8. TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 9. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 10. INFORMASI DAN KOMUNIKASI 11. JASA KEUANGAN 12. REAL ESTATE 13. JASA PERUSAHAAN 14. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 15. JASA PENDIDIKAN 16. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 17. JASA LAINNYA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS
Tw I
Tw II
2014 Tw III
Tw IV
Total
2015 TW I
2
3
4
5
7,728,317 7,697,413 3,233,516 13,145 39,210 2,124,821
7,972,361 7,840,131 3,294,254 13,779 39,683 2,158,461
7,700,862 8,180,838 3,312,883 13,954 40,235 2,170,639
8,040,601 8,090,252 3,289,782 15,533 41,343 2,207,296
31,442,141 31,808,635 13,130,435 56,412 160,471 8,661,217
6
7
8,324,239 7,944,791 3,286,629 13,894
2,543,492
2,580,777
2,676,617
2,861,077
10,661,963
2,903,065
896,697 298,494 942,422 673,188 425,585 298,975
909,096 303,159 955,154 686,360 430,236 304,466
924,770 310,095 979,937 692,399 436,359 310,600
938,881 314,874 998,789 720,535 440,616 316,366
3,669,444 1,226,622 3,876,302 2,772,481 1,732,795 1,230,408
984,346
1,028,688
1,044,349
1,083,775
4,141,157
1,056,848
875,384 308,834 283,829 29,367,667
909,678 313,943 286,203 30,026,427
943,625 320,742 292,330 30,351,235
965,511 325,957 299,714 30,950,905
3,694,199 1,269,477 1,162,075 120,696,234
980,258
40,756 2,107,063
953,382 319,369 1,029,423
724,964 449,598 321,898
343,763 307,002
31,106,943
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) Komponen 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa PDRB
2014
2015
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Total
2
3
4
5
6
15,988,717
16,276,454
17,019,881
17,517,304
Tw I
7
66,802,356
17,327,060
186,080
196,253
193,026
200,847
776,206
194,802
1,832,803
2,782,996
3,390,668
4,665,285
12,671,752
2,063,399
8,782,127
8,349,676
8,321,165
8,223,845
33,676,813
7,734,722
970,169
812,734
1,034,405
-3,478,704
-661,396
613,510
23,485,980
26,135,132
27,799,176
29,096,064
106,516,352
28,108,403
15,494,069
15,962,826
16,892,727
17,575,321
65,924,944
17,151,273
35,751,807
38,590,419
40,865,594
38,649,320
153,857,140
38,890,622
Sumber: BPS
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) Komponen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa PDRB
Sumber: BPS
2014
2015
Total
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
12,948,858
13,072,903
13,432,427
13,469,809
52,923,998
152,140
160,818
155,190
157,867
626,015
156,789
1,508,736
2,161,335
2,440,105
3,490,348
9,600,524
1,550,842
7,373,398
6,981,786
6,938,230
6,832,986
28,126,400
6,338,902
850,704
705,311
809,495
-2,617,093
-251,583
450,963
19,549,612
20,241,797
20,201,508
23,529,308
83,522,225
22,936,063
13,015,780
13,297,523
13,625,720
13,912,321
53,851,344
13,801,232
29,367,667
30,026,427
30,351,235
30,950,905
120,696,234
31,106,943
13,474,615
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo Tahun Dasar 2012=100
No
URAIAN KOTA JAMBI
1 UMUM / TOTAL 2 BAHAN MAKANAN 3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 5 SANDANG 6 KESEHATAN 7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Jambi
No
URAIAN KABUPATEN BUNGO
1 UMUM / TOTAL 2 BAHAN MAKANAN 3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 5 SANDANG 6 KESEHATAN 7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Jambi
Jan-14 112.13 117.32 109.90 110.14 102.78 103.56 103.09 119.90
Jan-14 110.45 113.33 109.75 113.39 109.85 105.46 106.44 106.98
Feb-14 111.26 113.12 110.19 109.66 103.13 103.71 103.27 120.73
Feb-14 111.01 113.46 111.04 114.08 110.42 106.18 106.44 107.35
Mar-14 111.51 112.7 111.03 110.09 102.85 103.73 103.67 121.37
Mar-14 110.62 111.63 110.94 114.46 110.46 106.77 106.54 107.39
Apr-14 111.67 112.66 111.46 110.41 102.67 104.16 103.79 121.42
Apr-14 110.31 109.34 111.09 114.78 110.01 107.02 107.58 108.50
May-14 111.93 113.27 111.56 110.69 102.87 104.26 103.81 121.47
May-14 109.75 106.39 111.15 115.19 111.15 107.30 107.84 108.48
Jun-14 112.09 113.79 111.79 110.92 102.82 104.39 103.73 121.20
Jun-14 110.63 107.13 113.16 115.66 113.01 107.48 107.96 108.62
Jul-14 113.58 117.77 113.00 111.24 103.61 104.89 103.92 122.14
Jul-14 111.97 110.21 113.2 116.13 114.29 107.78 110.39 109.48
Aug-14 113.76 116.18 113.25 113.08 103.39 104.89 104.75 122.52
Aug-14 112.46 110.93 113.18 118.02 114.56 107.88 110.36 109.18
Sep-14 113.91 116.46 113.34 113.91 103.06 105.19 104.70 122.00
Sep-14 113.13 112.19 113.19 119.71 114.23 108.89 110.17 109.39
Oct-14
Nov-14
Dec-14
114.49 116.26 114.00 116.13 103.09 105.53 104.65 122.07
116.99 121.91 114.12 116.69 102.38 105.80 104.67 127.97
120.04 125.70 115.83 119.02 102.82 106.17 105.06 135.18
Oct-14
Nov-14
Dec-14
114.03 113.61 113.25 122.43 114.24 109.48 110.24 109.47
116.64 118.08 114.43 123.4 113.65 109.74 112.62 115.32
119.06 120.13 114.58 125.67 114.14 110.14 116.15 122.93
Jan-15 118.97 122.98 116.96 120.34 103.6 106.26 105.16 130.67
Jan-15 118.43 119.47 114.98 127.14 114.97 110.8 115.69 117.15
Feb-15 117.19 115.35 117.92 120.38 103.83 106.56 105.13 128.84
Feb-15 116.86 113.55 115.35 128.22 115.68 111.31 117.01 114.13
Mar-15 116.95 112.48 118.65 120.65 103.6 106.64 105.18 130.42
Mar-15 116.06 109.04 116.69 127.40 115.61 111.73 117.00 115.81
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB V. Carlusa, Meily Ika Permata
KOORDINATOR PENYUSUN Ihsan Wahyu Prabawa
TIM PENULIS Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Widyastanto Nugroho Galih Riyandi Chandra Apriyanto Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR Unit Statistik, Survei dan Liaison Unit Operasional Kas Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Tim Ekonomi dan Keuangan Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122 No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112 Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi Email :
[email protected],
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected]
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito. Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional. Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia. Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu. Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu. Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya. Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.