KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan IV 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan IV-2015 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 3,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV-2015 sebesar 5,04% (yoy), dan melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,38% (yoy)) dan triwulan IV 2014 (7,05% (yoy)). Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp.40,11 triliun atau 1,4% dari perekonomian Indonesia. Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 1,37% (yoy) lebih rendah dari triwulan lalu 5,29% (yoy) dan inflasi nasional 3,35% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar 1,29% (yoy). Kinerja perbankan mengalami perlambatan ditandai dengan pertumbuhan aset perbankan dan penyaluran kredit pada triwulan berjalan lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya secara tahunan, sementara DPK mengalami peningkatan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 122,57% yang mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,82%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan IV-2015 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Februari 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... Daftar Tabel ......................................................................................... Daftar Grafik ......................................................................................... Tabel Indikator Ekonomi Terpilih .....................................................................
vii ix xi xiv
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ A. Umum .............................................................................
1 11 13
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 11 1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan..................................................................... 15 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 3. Sektor Industri Pengolahan........................................ ..
17 18
4. Sektor-sektor Lain .................................................... ... C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................
19 21
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 2. Investasi ................................................................... ...
23 25
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... ..
27 28
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi.........................
30
Boks I
Sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah Dalam Rangka
BAB II.
Pengembangan UMKM Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jambi....................................................................... 32 Inflasi ....................................................................................... 47 A. Kajian Umum ................................................................. B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ...............
47 49
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
52
Tembakau ........... .......................................................
56
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
BAB III.
Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 4. Kelompok Sandang......................................................
57 57
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ...
58
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ ..
59
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan C. Inflasi Kota Bungo ...............................................................
59 60
Perbankan Dan Sistem Pembayaran ..........................................
69
vii
A. Bank Umum ....................................................................
70
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... ..
70 70
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 4. Undisbursed Loan...................................................... ..
75 80
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 81 6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... ..
83
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...........................................
85
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... .
86 87
2. Penyediaan Uang Layak Edar........................................
88
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. ..
89
B.
Boks 2
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 89 Dampak Pelemahan Harga Komoditas Karet dan Kelapa Sawit
BAB IV
Terhadap Kinerja BPR di Provinsi Jambi Tahun 2015.................. Keuangan Pemerintah Daerah ..............................................
91 101
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2015 .........
102
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2015 ................ 103 C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................. 104 BAB V
BAB VI
Boks 3
D. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. ..........
107
Kesejahteraan Daerah .............................................................
111
A. Kemiskinan............................................................... ......... B. Kesejahteraan ....................................................................
101 113
C. Raskin ............................................................................... Prospek Perekonomian .............................................................
115 119
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... B. Proyeksi Inflasi ...................................................................
120 123
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. Prospek Industri Karet Di Provinsi Jambi ....................................
125 128
Lampiran Glosary
viii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2015
DAFTAR TABEL 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
13
1.2
Luas lahan puso akibat El Nino di Provinsi Jambi
17
1.3
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
17
1.4
Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy)
22
1.4
Indeks Tendensi Konsumen
24
1.5
PMA dan PMDN Provinsi Jambi
26
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
50
2.2
Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
2.3
51
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan IV-2015
52
2.4
Perkembangan Inflasi Kota Bungo
61
2.5
Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub kelompok barang dan jasa
2.6
62
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi periode triwulan IV-2015
65
3.1
Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi
72
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
74
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
75
3.4
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
76
3.5
Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi
80
3.6
Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
3.7
81
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
3.8
82
Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
87
4.1
Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan IV-2015
102
4.2
Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan IV-2015
104
4.3
Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 105
4.4
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
TRIWULAN IV 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ix
106
5.1
Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
112
5.2
Jumlah Penduduk Miskin
112
5.3
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor
113
6.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
122
x
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2015
DAFTAR GRAFIK
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 11 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV-Tahun 2015 13 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan 14 Usaha Tahun 2015 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 15 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 16 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 17 Perkembangan Produksi Karet Gakkindo Jambi 18 Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Sepeda Motor di Provinsi Jambi 19 Tingkat Hunian Hotel 19 Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi 20 Perkembangan Konsumsi Listrik 20 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 21 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 21 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan IV-Tahun 2015 22 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Tahun 2015 22 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 23 Perkembangan dan pertumbuhan kendaraan baru di Provinsi Jambi 24 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 25 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 26 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 28 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 29 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 29 Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan IV-2015 29 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 30 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 30 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 31 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 31 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 47 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 48 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per Desember 2015 48 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 53 Perkembangan Harga Daging 54 Perkembangan Harga Jagung 55 Perkembangan Harga Beras 55 Perkembangan Harga Tepung Terigu 55 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 56 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 58 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 60 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 61
TRIWULAN IV 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
xi
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4.1 4.2 4.3 5.1 6.1 6.2
Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 70 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 71 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 81 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 83 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 84 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 85 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 88 Perkembangan Transaksi Kliring 89 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) 105 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 106 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 107 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 116 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. serta Perkiraan Januari s.d Maret 2016 123 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d 2015 serta Perkiraan Januari s.d Maret 2016 124
xii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2015
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 1)
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 3)
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sumber: BPS Catatan 1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4)
TRW.I
TRW.II
2014 TRW.III
2015 TRW.IV
Total
TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
Total
111,51 110,62
112,09 110,63
113,91 113,13
120,04 119,06
120,04 119,06
116,95 116,06
119,33 117,29
119,94 119,20
121,69 120,60
121,69 120,60
7,51 6,28
6,47 4,58
4,31 5,21
8,72 8,99
8,72 8,99
4,88 4,92
6,46 6,02
5,29 5,37
1,37 1,29
1,37 1,29
29.262.512,3 7.726.006,6 7.529.794,9 3.336.918,3 13.207,4 40.210,0 2.041.220,9 2.554.491,8 896.696,9 298.493,6 942.422,3 676.099,7 425.582,2 298.975,4 984.345,8 905.384,1 308.834,0 283.828,6
29.932.218,3 7.893.740,5 7.804.012,7 3.407.286,5 13.832,0 40.683,1 2.050.461,0 2.579.776,8 909.096,2 303.158,5 955.153,6 686.805,7 430.233,9 304.466,2 1.028.687,6 924.678,4 313.942,8 286.202,9
30.164.704,4 7.651.931,0 7.822.281,4 3.475.015,3 14.036,6 41.235,0 2.160.639,2 2.736.617,2 924.769,5 310.095,5 979.936,9 690.740,6 436.358,9 310.600,2 1.044.349,1 952.025,5 321.742,4 292.330,0
30.625.282,0 7.873.750,5 7.790.897,0 3.411.514,8 15.830,6 41.343,1 2.307.296,1 2.791.077,5 938.881,1 314.874,4 998.788,9 704.083,6 440.620,4 316.366,3 1.083.774,8 970.511,5 325.957,4 299.714,0
119.984.716,9 31.145.428,6 30.946.985,9 13.630.734,9 56.906,6 163.471,1 8.559.617,2 10.661.963,2 3.669.443,7 1.226.622,0 3.876.301,8 2.757.729,7 1.732.795,4 1.230.408,0 4.141.157,3 3.752.599,5 1.270.476,6 1.162.075,4
30.724.577,6 8.238.487,7 7.662.402,2 3.388.166,4 14.119,2 40.795,9 2.034.367,5 2.895.811,9 952.879,8 315.495,8 1.029.422,7 706.251,9 449.595,4 321.898,1 1.056.847,6 976.535,4 334.498,1 307.001,9
31.228.862,7 8.278.595,8 7.807.953,5 3.525.359,3 14.511,0 41.742,2 2.076.841,2 2.961.541,5 974.869,2 322.805,1 1.032.684,5 687.296,8 450.575,1 327.290,8 1.067.817,3 1.001.707,3 344.440,7 312.831,2
31.485.898,7 8.197.095,3 7.800.888,1 3.513.827,3 14.701,6 43.122,7 2.273.908,9 2.989.064,5 981.680,1 331.435,2 1.079.443,8 705.688,8 452.321,4 328.170,0 1.069.712,1 1.026.504,9 358.909,3 319.424,6
31.599.373,6 8.101.708,8 7.608.653,2 3.521.477,0 15.951,7 44.485,9 2.420.926,1 2.990.170,7 1.001.753,7 336.502,9 1.115.924,3 716.590,4 452.856,0 330.834,1 1.228.024,1 1.028.633,2 360.295,3 324.586,2
125.038.712,6 32.815.887,7 30.879.897,0 13.948.830,0 59.283,5 170.146,7 8.806.043,7 11.836.588,6 3.911.182,8 1.306.239,2 4.257.475,4 2.815.827,9 1.805.347,9 1.308.193,0 4.422.401,1 4.033.380,8 1.398.143,4 1.263.844,0
263.619 860.882
278.279 1.107.025
223.628 840.332
255.033 1.006.563
1.020.560 3.814.802
248.706 1.089.055
247.150 1.046.327
242.613 529.392
192.651 458.224
931.120 3.122.998
71.736 26.274
53.767 31.946
38.560 33.758
20.918 23.999
184.980 115.977
25.667 27.200
28.113 74.696
23.589 36.740
24.987 30.352
102.357 168.988
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
xiii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH B. Perbankan 2014 TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
2015 TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
29.691.060 20.069.436 10.703.386 3.179.483 6.186.567
34.853.104 22.307.397 10.969.816 4.051.589 7.285.993
34.345.898 22.527.139 11.290.961 3.707.342 7.528.836
32.675.144 21.964.903 12.044.292 3.008.463 6.912.149
34.622.605 22.733.986 10.847.414 3.842.142 8.044.430
37.671.417 24.205.221 11.316.696 3.619.074 9.269.451
36.946.500 24.702.501 11.817.508 3.708.267 9.176.726
35.699.374 23.444.032 13.099.752 2.885.355 7.458.925
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
31.946.454 10.158.229 9.527.809 12.260.417 20.473.410 156,04
32.458.037 10.671.200 9.164.037 12.622.800 22.719.313 142,87
33.257.510 11.084.121 9.187.047 12.986.343 22.958.027 144,86
34.124.108 11.419.932 9.439.228 13.264.947 22.508.985 151,60
34.107.025 11.049.817 9.679.800 13.377.408 23.275.384 146,54
35.199.342 11.327.405 10.216.942 13.654.995 24.596.162 143,11
37.194.044 12.339.123 10.886.602 13.968.319 25.160.245 147,83
37.021.752 11.741.672 11.176.153 14.103.926 23.940.094 154,64
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%) - NPL Gross nominal - NPL Gross %
23.927.298 24.868.632 25.372.389 26.229.475 26.566.309 27.355.034 27.820.801 28.735.809 7.558.597 8.035.392 8.187.856 8.517.472 8.487.900 8.772.809 8.869.811 9.049.452 5.959.299 10.762.104 6.134.277 6.430.084 6.663.743 6.881.249 6.976.421 7.326.643 10.409.402 6.071.136 11.050.256 11.281.919 11.414.666 11.700.976 11.974.568 12.359.713 119,22 111,48 112,63 119,42 116,86 113,01 112,62 122,57 492.240 612.619 620.912 654.329 769.060 879.166 892.091 811.104 2,06 2,46 2,45 2,49 2,89 3,21 3,21 2,82
INDIKATOR
Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3.289.142 - Kredit Modal Kerja 1.317.572 - Kredit Investasi 618.466 - Kredit Konsumsi 1.353.104 Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp11.946.461 Juta) - Kredit Modal Kerja 1.895.776 - Kredit Investasi 1.853.755 - Kredit Konsumsi 8.196.931 Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) LDR (%)
3.368.912 1.415.511 638.798 1.314.602 12.445.976 1.949.111 1.912.349 8.584.516
3.306.533 1.376.943 636.627 1.292.963 12.807.687 2.015.340 1.925.125 8.867.222
3.279.728 1.424.349 647.195 1.208.184 13.124.113 2.020.090 1.990.458 9.113.566
3.327.809 1.457.647 669.772 1.200.391 13.333.741 1.998.536 2.055.800 9.279.404
3.506.146 1.537.153 683.815 1.285.178 13.601.753 2.025.697 2.129.599 9.446.457
3.511.797 1.555.357 691.783 1.264.656 13.777.763 1.948.250 2.093.978 9.735.535
3.405.187 1.501.564 717.077 1.186.546 14.282.793 2.086.405 2.143.840 10.052.548
4.488.941 4.669.116 4.743.308 4.945.156 4.965.324 5.044.331 5.038.407 5.241.789 2.808.005 3.038.812 3.096.118 3.226.807 3.229.753 3.279.252 3.266.149 3.388.552 876.907 814.947 808.236 836.608 848.942 849.820 851.026 879.234 804.029 815.357 838.954 881.741 886.629 915.259 921.231 974.003 19.724.544 20.484.004 20.857.528 21.348.998 21.626.874 22.152.229 22.327.966 22.929.768 2,43 2,90 2,95 2,78 3,22 3,45 3,55 3,23 480.211 595.039 614.782 593.170 697.392 765.150 791.695 741.370
742.646 541.824 82.543 459.281 544.849 164.194 104.588 276.067 227.858 7,99 43.534 82,57
731.857 539.797 83.869 455.928 541.885 171.394 105.345 265.146 237.051 10,09 54.692 85,60
739.748 550.872 84.072 466.800 535.557 178.183 107.637 249.737 245.608 11,13 59.612 84,13
758.995 566.501 84.864 481.637 524.672 180.501 107.056 237.115 248.842 12,21 64.046 79,40
766.796 580.220 84.947 495.273 524.425 189.211 107.172 228.042 259.465 14,50 76.061 80,46
759.582 583.279 85.648 497.631 531.051 204.080 106.844 220.127 270.286 15,65 83.127 82,38
750.518 578.450 88.876 489.574 525.067 205.604 103.563 215.900 270.992 17,80 93.447 80,52
744.844 572.778 90.237 482.541 509.941 210.834 99.270 199.837 273.377 15,81 80.633 76,70
Sumber: LBU Bank Indonesia
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp) Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
2014
2015
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2.519.833 68.552
2.707.328 74.520
2.534.343 70.240
2.571.965 69.012
2.412.348 67.623
1.472 56.789
1.974 83.457
1.847 71.186
1.783 99.967
880.393 1.734.894 (854.501)
976.622 1.861.714 (885.091)
1.948.349 2.788.527 (840.178)
921.379 2.309.258 (1.387.878)
Tw II
Tw III
Tw IV
2.662.816 74.693
2.628.672 69.881
2.599.490 72.452
1.229 41.570
1.692 57.632
1.580 51.768
1.752 66.346
1.445.865 1.285.175 160.690
892.023 2.354.181 (1.462.158)
2.573.657 2.545.103 28.555
1.563.340 2.170.933 (607.593)
Sumber : Bank Indonesia Provinsi Jambi
xv
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan IV 2015 mengalami perlambatan yaitu dari 7,35% (yoy) menjadi 4,2% (yoy)....
Perekonomian Jambi pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 3,18% (yoy),
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya (4,38% (yoy)). Angka pertumbuhan ini juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV-2015 yang tercatat sebesar 5,04% (yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun 2015
tercatat
sebesar
4,21%,
jauh
lebih
rendah
dibandingkan
pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 yang mencapai (7,35% (yoy)). Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 utamanya disebabkan melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dari 7,12% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,90% (yoy) pada triwulan IV-2015 dan masih berlanjutnya kontraksi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dari -0,27% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi -2,34% (yoy) pada triwulan IV-2015. Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan disebabkan oleh kontraksi ekspor barang dan jasa (antar daerah maupun antar negara) sebesar 0,44% (yoy), menurun cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 10,64%(yoy). Kontraksi ekspor karet dan CPO masing-masing sebesar 21,18%(yoy) dan 42,77%(yoy) seiring melemahnya harga dan permintaan CPO dan karet global menjadi penyumbang utama kontraksi ekspor Jambi selama triwulan laporan. Disamping itu, kenaikan impor barang dan jasa dari 7,69%(yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 10,07% pada triwulan IV-2015 turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan. Kenaikan impor disebabkan kenaikan impor mesin pembangkit/tenaga hingga 16 kali lipat pada triwulan laporan. Berdasarkan lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2015, yakni 0,74% diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,65%. Sedangkan dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan berjalan disumbangkan oleh pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi dengan andil
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
sebesar 3,17%, konsumsi pemerintah dengan andil 1,92% dan konsumsi rumah tangga dengan andil 1,89%. Secara keseluruhan pada tahun 2015, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi dari sisi lapangan usaha disebabkan melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dari 10,95% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 5,36% (yoy) pada tahun 2015 dan kontraksi sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,06% pada tahun 2015 seiring anjloknya harga minyak dunia. Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun 2015 utamanya disebabkan oleh kontraksi investasi sebesar 0,76% (yoy), menurun cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 2,81%(yoy) seiring perlambatan ekonomi provinsi Jambi dan tren penurunan kinerja komoditas unggulan Jambi seperti CPO dan karet yang menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan. Disamping itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan dari 4,31%(yoy) pada tahun 2014 menjadi 1,02%(yoy) seiring kebijakan penghematan anggaran dan penurunan penerimaan migas menjadi faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun 2015. Berdasarkan lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi tahun 2015, yakni 1,39% diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,98%. Sedangkan dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 disumbangkan oleh konsumsi dengan andil sebesar 1,87%, dan ekspor dengan andil 6,16%. II. Inflasi Pada triwulan IV-2015, inflasi kota Jambi tercatat 1,37 %(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (5,29%(yoy)), dan lebih rendah dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun terakhir (6,28%(yoy)), serta lebih rendah dari inflasi nasional (3,35%(yoy)). Dibandingkan kuartal sebelumnya, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 1,46% (qtq). Sementara secara bulanan, angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2015 masing-masing sebesar 0,08%, 0,46% dan 0,91%. Penurunan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food yang relatif rendah yaitu sebesar 3,20% 2
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV- 2015
Pada triwulan IV-2015, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 1,37% (yoy) dan Kota Bungo 1,29% (yoy)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
(yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (0,76% yoy) seiring dengan turunnya permintaan masyarakat akibat kabut asap yang mengehentikan aktivitas perekonomian pada triwulan IV-2015. Sementara itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 1,60% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (11,97% yoy). Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan hilangnya base effect dampak kebijakan kenaikkan pada November 2014. Inflasi inti sedikit mengalami penurunan dari 4,46%(yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 3,68% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan utamanya disebabkan oleh turunnya harga pakaian/sandang barang perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga. Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 1,17% (qtq) menurun cukup signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama tahun lalu (5,24% qtq) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November, dan Desember 2015 masing-masing sebesar -0,32%, 0,07% dan 1,43%.
Kinerja perbankan mengalami perlambatan ditandai dengan pertumbuhan aset perbankan dan penyaluran kredit pada triwulan berjalan lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya secara tahunan, sementara DPK mengalami peningkatan ....
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan pada triwulan
IV-2015
secara
umum
menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan perlambatan DPK dan kredit yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 6,7% (yoy) dan 9,56% (yoy) menjadi Rp23,4 triliun dan Rp28,7 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 9,7% (yoy) dan 9,65% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan IV-2015 yang hanya sebesar 3,1% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,5% (yoy)). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,82%) atau masih sama dengan triwulan sebelumnya yang juga berada di posisi 3,21%. Risiko likuiditas meningkat terindikasi oleh meningkatnya Loan to Deposits Ratio (LDR) di atas 100%. LDR perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit peningkatan sebesar 995 bps menjadi sebesar 122,57% dari triwulan sebelumnya 112,62%. Peningkatan tersebut akibat pertumbuhan kredit yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 69,7% (yoy) sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 6,0% (yoy) TRIWULAN IV-2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
sehingga net outflow menurun sebesar 56,2%. Penurunan net outflow tersebut juga disebabkan oleh keadaan perekonomian yang relatif melambat seiring dengan menurunnya harga komoditi utama Provinsi Jambi (karet dan kelapa sawit) pada triwulan laporan yang mempengaruhi daya beli masyarakat. IV. Keuangan Pemerintah Daerah Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV-2015 mencapai Rp3,2 triliun (terealisasi sebesar 98,4% dari APBD 2015). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp1,24 miliar (38,8% dari total pendapatan), menurun 6,0% dibandingkan realisasi PAD triwulan IV-2014 (Rp1,3 miliar atau 41,3% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp1,0 miliar (81,2% dari total PAD). Sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp2,1 triliun pada triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%) menjadi Rp3,4 triliun pada triwulan IV-2015 (terealisasi 91,3%). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan mengalami penurunan sebesar 0,1% namun realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 6,2%. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 23,2%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 63,1%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%).
4
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV- 2015
Realisasi pendapatan triwulan IV-2015 mencapai 98,4% dari APBD sementara realisasi belanja baru mencapai 91,3%...
RINGKASAN EKSEKUTIF
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan September2015 meningkat 4,2% menjadi Rp358.426/bulan/orang. NTP mengalami peningkatan menjadi 95,72 dari 94,83 pada triwulan lalu
Pada September 2015, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 4,2% menjadi Rp358.426 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin dari 8,86% menjadi 9,12%. Jumlah penduduk miskin pada September 2015 adalah 311,56 ribu orang yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 125,60 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak 185,97 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan sebesar 3,6% dibandingkan Maret 2015 yang disebabkan oleh peningkatan penduduk miskin di kota (5,1%) maupun desa (2,6%) yang didorong oleh perlambatan ekonomi Jambi. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan yaitu menjadi 95,72 dari 94,83 pada triwulan lalu sejalan dengan peningkatan NTP pada sub sektor hortikultura (2,53%) dan tanaman perkebunan rakyat (1,51%) diantaranya didorong harga jual hortikultura (cabai merah, cabai hijau, bawang merah dan bawang putih) yang mengalami kenaikan harga selama triwulan IV-2015 dan kenaikan harga jual pinang seiring dengan meningkatnya permintaan dari pasar luar negeri akibat ketersediaan komoditas pinang di pasar dunia yang langka. Sementara itu penyaluran raskin selama Triwulan IV-2015 mengalami peningkatan sebesar 447,1% (qtq) (14.314 ton raskin) dibandingkan triwulan sebelumnya 7.259 ton. Peningkatan tersebut karena selama triwulan IV-2015 terdapat tambahan 2 (dua) kali penyaluran raskin sehingga selama tahun 2015 terdapat 34.181 ton raskin yang disalurkan sebanyak 14 (empat belas) kali penyaluran.
Laju pertumbuhan PDRB
VI.Prospek Perekonomian
triwulan I -2016 diperkirakan berkisar 3,65% (yoy).....
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan pada kisaran 3,65%-4,15%(yoy) dibandingkan triwulan IV2015 (3,18% (yoy)). Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I-2016. Konsumsi pemerintah diprediksi akan mengalami sedikit kenaikan sejalan dengan program percepatan realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah serta adanya kepala pemerintahan baru. Ekspor diperkirakan meningkat terutama dari ekspor CPO seiring proyeksi meningkatnya harga dan permintaan CPO. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 masih disumbangkan dari sektor pertanian, TRIWULAN IV-2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
kehutanan dan perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. Pertumbuhan sektor pertanian utamanya didorong oleh proyeksi kenaikan produksi dan mulai membaiknya harga CPO pada triwulan mendatang yang berdampak pada kenaikan harga TBS kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan informasi dari contact liaison yang menyatakan optimisme kenaikan harga dan permintaan CPO pada triwulan I-2016. Disamping itu, pertumbuhan sektor perkebunan juga didorong oleh tren kenaikan harga dan produksi pinang di Provinsi Jambi. Inflasi pada triwulan I-2016 diperkirakan berada di kisaran 4,82%5,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2015 (1,37%. Secara bulanan, inflasi kota Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pencapaian inflasi bulanan dua tahun sebelumnya (2014 dan 2015) yaitu pada kisaran 0,27% (mtm) sampai dengan 0,79% (mtm) pada bulan Februari 2016 dan -0,21%(mtm) sampai dengan 0,29%(mtm) pada bulan Maret 2016. Dari sisi volatile food, inflasi diperkirakan disumbang oleh kenaikan beras, cabai merah dan bawang merah. Kekeringan selama masa tanam semester II-2015 yang diakibatkan El Nino berdampak pada berkurangnya pasokan beras, cabai merah dan bawang merah yang akan berpotensi meningkatkan harga komoditas pangan tersebut pada triwulan I-2016 Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan oleh penyesuaian harga yang dilakukan distributor/produsen barang-barang kebutuhan rumah tangga (alat elektronik, sabun, mie dll) seiring dengan kenaikan UMP tahun 2016 serta kenaikan bahan baku dan biaya produksi serta proyeksi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar tahun 2016. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) potensi gangguan cuaca yang berdampak akan terganggunya stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di daerah produsen (Jawa); dari sisi administred price 1) pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke 1.300 VA untuk mengurangi beban subsidi listrik pemerintah; Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV-2015 serta proyeksi ekonomi triwulan I-2016, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui: a) Optimalisasi dan percepatan realisasi anggaran belanja operasi dan belanja modal Pemerintah (Pusat dan Daerah) 6
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV- 2015
RINGKASAN EKSEKUTIF
untuk mendorong tingkat konsumsi dalam jangka pendek serta dalam jangka panjang untuk menjaga daya beli dan menciptakan
lapangan
kerja
melalui
percepatan
pembangunan infrastruktur. b) Meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi melalui : 1. Pemetaan dan promosi potensi invetasi di provinsi Jambi di tingkat nasional maupun internasional. 2. Peraturan Daerah (PERDA) yang bersifat insentif bagi penanaman modal di Provinsi Jambi seperti :kemudahan izin, relaksasi pajak daerah bagi investor dan pembuatan Perda Tata Ruang Wilayah untuk industri. 3. Program insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu penunjang komoditas unggulan di Jambi.
4. Pembangunan sarana konektivitas antar daerah produsen komoditas dengan daerah industri, pelabuhan dan bandara melalui transportasi darat, sungai dan udara.
5. Percepatan
pembangunan infrastruktur penunjang investasi (pelabuhan Ujung Jabung, pembangkit listrik, instalasi air bersih dan pengolahan limbah dll).
c) Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi pengajar. 2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, perkebunan dan kehutanan melalui : a. Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat; b. Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna; c. Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d. Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
TRIWULAN IV-2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
7
RINGKASAN EKSEKUTIF
e. Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis untuk tanaman hortikultura) f. Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g. Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan memberikan
kemudahan
izin,
pembiayaan,
dan
pengembangan; h. Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. Menyikapi pengendalian Inflasi 3. Menyikapi pengendalian inflasi melalui penguatan fungsi dan peran TPID Provinsi serta TPID Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi melalui: a. Pembentukan roadmap pengendalian inflasi jangka panjang; b. Penguatan TPID melalui program kerja yang terstruktur dan didukung APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota. c. Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; d. Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap Kabupaten/Kota; e. Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk memantau arus masuk dan keluar barang sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; f. Kerjasama antar daerah yang difasilitasi TPID dalam rangka pemenuhan stok bahan makanan. g. Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan meningkatkan nilai jual petani. h. Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar lelang forward i.
Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
8
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV- 2015
BAB I E KONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 3,18% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV-2015 yang tercatat sebesar 5,04% (yoy), serta melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,38% (yoy)) dan triwulan IV-2014 (7,05% (yoy)) (Grafik 1.1). Apabila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp40,11 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun 2015 tercatat sebesar 4,21%, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang mencapai 7,35% (qtq)). Secara keseluruhan, PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp 155,11 miliar. Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 utamanya disebabkan melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dari 7,12% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,90% (yoy) pada triwulan IV-2015 dan masih berlanjutnya pertumbuhan negatif (kontraksi) pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dari -0,27% (yoy) pada triwulan III2015 menjadi -2,34% (yoy) pada triwulan IV-2015. Berdasarkan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,74% diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,65%. 3 (tiga) sektor yang mengalami pertumbuhan
11
EKONOMI MAKRO REGIONAL
cukup tinggi pada triwulan IV-2015 adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang mencapai 13,31% (yoy), disusul sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 11,73% (yoy) dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 10,53% (yoy), (Tabel 1.1). Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 juga disebabkan melambatnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang hanya mampu tumbuh 5,36%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun di sebelumnya (10,95%) serta kontraksi sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2015 sebesar -0,22%. Struktur perekonomian Jambi pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 47,25%, diikuti sektor jasajasa (tersier) sebesar 34,31% dan sektor sekunder sebesar 18,44%. Dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan IV2015 utamanya disebabkan kontraksi ekspor barang dan jasa (antar daerah maupun antar negara) sebesar -0,44%(yoy), memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 10,64%(yoy). Disamping itu, kenaikan impor barang dan jasa dari 7,69%(yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 10,07% pada triwulan IV-2015 turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan berjalan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan berjalan disumbangkan oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) dengan andil sebesar 3,17%, konsumsi pemerintah dengan andil 1,92% dan konsumsi rumah tangga dengan andil 1,89% (Tabel 1.1). Secara keseluruhan tahun 2015, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jambi dari sisi penggunaan disebabkan kontraksi PMTDB sebesar -0,76%, jauh memburuk dibandingkan tahun 2014 yang mampu tumbuh 2,81% serta melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dari 4,31% pada tahun 2014 menjadi hanya 1,02% pada tahun 2015.
12
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB
JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB
2014 I
III
II
IV
Tahun 2014
2015 I
II
III
Tahun 2015
IV
Andil
18.05 3.16 7.52
12.11 4.41 5.04
8.67 2.24 5.05
5.77 7.20 1.82
10.95 4.23 4.81
6.63 1.76 1.54
4.88 0.05 3.47
7.12 -0.27 1.12
2.90 -2.34 3.22
5.36 -0.22 2.33
1.39 -0.06 0.27
2.55 5.67
6.86 5.22
8.36 2.63
20.86 4.00
9.70 4.35
6.90 1.46
4.91 2.60
4.74 4.58
0.77 7.60
4.18 4.08
0.00 0.01
10.79
-0.04
12.37
13.05
8.94
-0.34
1.29
5.24
4.92
2.88
0.21
7.73
5.38
10.26
11.73
8.80
13.36
14.80
9.22
7.13
11.02
0.98
10.81 23.69
8.48 22.49
6.40 19.31
7.23 10.73
8.18 18.73
6.27 5.70
7.23 6.48
6.15 6.88
6.70 6.87
6.59 6.49
0.20 0.07
6.81 3.12 1.08 2.70
6.86 3.47 1.33 4.21
7.01 2.77 1.88 5.39
7.34 6.00 4.52 7.67
7.01 3.84 2.20 5.00
9.23 4.46 5.64 7.67
8.12 0.07 4.73 7.50
10.15 2.16 3.66 5.66
11.73 1.78 2.78 4.57
9.83 2.11 4.19 6.32
0.32 0.05 0.06 0.06
14.63
11.51
20.58
7.81
13.38
7.37
3.80
2.43
13.31
6.79
0.23
-2.48 18.40
-0.60 16.08
-0.02 20.13
8.54 7.28
1.28 15.19
7.86 8.31
8.33 9.71
7.82 11.55
5.99 10.53
7.48 10.05
0.23 0.11
4.88 9.06
4.83 6.65
5.41 6.74
7.04 7.05
5.55 7.35
8.16 5.90
9.30 4.33
9.27 4.38
8.30 3.18
8.76 4.21
0.08 4.21
2014 I
4.30 13.90 5.13 61.21 12.73 (5.11) 0.44 9.06
II 4.35 21.43 3.12 26.80 (385.93) (0.93) 8.70 6.65
III 4.40 13.38 5.75 (8.85) 18.76 10.51 0.90 6.74
IV
4.41 8.61 3.71 (28.20) (61.94) 16.42 2.07 7.05
Tahun 2014
4.36 14.19 4.31 2.81 (225.76) 4.74 2.92 7.35
2015 I
4.07 3.06 1.08 (11.52) (39.52) 15.51 6.91 5.90
II
4.30 (0.68) (17.18) (4.30) 0.49 12.03 7.28 4.33
III
4.25 6.38 (5.00) (0.42) (18.76) 10.64 7.69 4.38
IV
4.30 8.93 16.46 13.45 (35.13) (0.44) 10.07 3.18
Tahun 2015
4.23 4.41 1.02 (0.76) (11.54) 9.25 8.02 4.21
Andil
1.87 0.02 0.08 (0.18) (0.14) 6.16 3.60 4.21
Sumber: BPS (diolah)
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan perekonomian Jambi pada
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2015
triwulan IV-2015 mengalami perlambatan dari 4,38% (yoy) di triwulan III-2015 menjadi 3,18%
(yoy).
Perlambatan
utamanya
disebabkan kontraksi yang semakin dalam pada sektor pertambangan dan penggalian dari -0,27% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi -2,34% (yoy) pada triwulan laporan. Disamping itu, sektor pertanian, kehutanan Sumber: BPS (diolah)
dan perikanan juga mengalami perlambatan TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
EKONOMI MAKRO REGIONAL
pertumbuhan dari 7,12% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 2,90% (yoy) pada triwulan laporan. Berdasarkan andilnya, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan IV-2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil pertumbuhan sebesar 0,74% dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,65%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan IV-2015 terjadi pada sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 13,31% (yoy), seiring dengan momen pemilihan kepala daerah (pilkada) di provinsi dan beberapa kabupaten di Jambi. Sektor lain yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor informasi dan komunikasi sebesar 11,73% (yoy) dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 10,53% (yoy). Secara sektoral, perekonomian Jambi selama triwulan IV-2015 didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (28,2%), sektor pertambangan dan penggalian (17,7%) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (11,5%) (Grafik 1.2). Secara
keseluruhan,
perlambatan
pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015
2015 dari sisi lapangan usaha disebabkan melambatnya
pertumbuhan
sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan dari 10,95% pada tahun 2014 menjadi hanya 5,36% pada tahun 2015 serta kontraksi yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian
(-0,22%),
dibandingkan
tahun
tumbuh 4,23%.
jauh 2014
memburuk yang
masih Sumber: BPS (diolah)
Secara sektoral, perekonomian Provinsi Jambi tahun 2015 tidak mengalami perubahan berarti dimana sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor utama penyumbang PDRB Provinsi Jambi sebesar 28,3%, disusul sektor pertambangan dan
14
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
penggalian sebesar 19,0% dan sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 11,1%. 1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV-2015 mengalami pertumbuhan sebesar 2,90% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2015 (7,12% (yoy)). Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada tahun 2015 tercatat hanya sebesar 5,36%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai sebesar 10,95%. Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian terindikasi dari penyaluran kredit perkebunan karet yang mengalami kontraksi sebesar 6,48% (yoy) pada tahun 2015. Indikator-indikator di sektor pertanian utamanya sub sektor perkebunan masih belum menunjukkan perbaikan. Masih lemahnya harga komoditas perkebunan karet dan kelapa sawit berdampak pada menurunnya harga karet lokal dan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Kekeringan akibat El Nino yang terjadi selama musim kemarau di tahun 2015 juga berdampak pada terganggunya produksi tanaman pangan dan mengurangi produktivitas tanaman kelapa sawit. Harga bahan olah karet (bokar) di Jambi mengalami penurunan dari rata-rata Rp15.127/kg pada triwulan IV-2014 menjadi Rp13.534/kg pada triwulan IV-2015 (Grafik 1.4). Melemahnya harga bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 18,63% (yoy) dari USD192,73cent/kg menjadi USD156,83 cent/kg (Grafik 1.4). Penurunan harga karet global merupakan dampak dari tren penurunan harga minyak mentah dunia yang mencapai 37,13% (yoy). Grafik 1.4. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tidak berbeda jauh dengan kondisi harga karet, harga TBS dan Crude Palm Oil (CPO) juga cenderung mengalami tren penurunan. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.277,30/kg, turun 21,70% (yoy) dari harga triwulan yang sama tahun 2014. Hal ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan sebesar 22,43% (yoy) dari USD654,57/metric ton pada triwulan IV-2014 menjadi USD507,73/metric ton pada triwulan IV-2015. (Grafik 1.5). Masih rendahnya harga TBS merupakan dampak dari melemahnya harga minyak mentah dunia yang medorong melemahnya harga CPO global sebagai salah satu produk substitusi minyak mentah. Grafik 1.5. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Dari sub sektor pertanian tanaman pangan, kekeringan yang disebabkan El Nino menyebabkan lahan puso di Jambi mencapai 5.648 hektar yang mayoritas terjadi pada lahan padi (5.089 Hektar). Apabila dilihat dari data historis lahan puso akibat El Nino, El Nino tahun 2015 tercatat menimbulkan dampak puso yang lebih besar dibandingkan dengan El Nino tahun 1997 (Tabel 1.2),
16
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel 1.2. Luas lahan puso akibat El Nino di Provinsi Jambi
Luas Lahan Terdampak Puso (Ha) Padi Jagung Kedelai
Tahun
Jumlah
1997 2003 2006 2007 2009 2012
3019 1615 491 40 116 1202
174 5 16 15
164,5 2 -
3357,5 1622 507 40 116 1217
2015
5089
70
489
5648
Sumber: Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi
Namun demikian, meskipun terjadi penurunan kinerja sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, namun Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami sedikit kenaikan. NTP pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar 95,72, sedikit lebih tinggi dibandingkan NTP triwulan IV2014 (95,06). Kenaikan NTP terjadi karena kenaikan indeks diterima petani sebesar 2,44% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks dibayar petani sebesar 1,73%(Grafik 1.6). Grafik 1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 125
99.00
120
98.00
115
97.00
110
96.00
105
95.00
100
94.00 10 11 12 1
95
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2014 90
indeks terima
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
93.00
2015
indeks bayar
NTP (aksis kanan)
92.00
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
Sumber: BPS (diolah)
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor
pertambangan
dan
penggalian
yang
pada
triwulan
IV-2015
menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,09 triliun (pangsa 17,7%), merupakan sektor ekonomi terbesar kedua di Provinsi Jambi. Pada triwulan IV-2015, sektor ini terkontraksi sebesar 2,34% (yoy), memburuk dibandingkan triwulan III-2015 yang juga terkontraksi 0,27%(yoy) maupun triwulan yang sama pada tahun lalu yang masih mampu tumbuh sebesar 7,20% (yoy). Kontraksi tersebut menyebabkan sektor pertambangan dan TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
EKONOMI MAKRO REGIONAL
penggalian memiliki andil negatif terhadap PDRB Provinsi Jambi triwulan IV-2015 sebesar 0,60%. Secara keseluruhan, sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar (0,22%) pada tahun 2015, jauh dibawah pertumbuhan sektor ini pada tahun 2014 yang mampu tumbuh positif mencapai 4,23%. Berdasarkan informasi BPS Provinsi Jambi, kontraksi ini disebabkan penurunan produksi batubara dan minyak mentah seiring harga batubara dan minyak mentah internasional yang terus mengalami penurunan. 3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan menyumbangkan Rp4,35 triliun terhadap PDRB triwulan IV-2015 dan tumbuh sebesar 3,22% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,36%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2015 (1,12% (yoy)) maupun triwulan IV-2014 (1,82% (yoy)). Namun secara keseluruhan, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2015 sebesar 2,33%, melambat bila dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 4,81%. Berdasarkan penjelasan BPS Provinsi Jambi, pertumbuhan industri pengolahan pada triwulan IV-2015 utamanya disebabkan pertumbuhan industri makanan dan minuman, industri pengolahan tembakau, industri furniture serta industri kayu dan barang dari kayu. Sementara data produksi pabrik pengolahan karet (crumb rubber) yang tergabung dalam GAPKINDO1 (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi menunjukkan penurunan sebesar 9,26% (yoy) pada triwulan IV-2015 (Grafik 1.7). Grafik 1.7. Produksi Karet GAPKINDO Jambi 120,000
Volume Produksi Crumb Rubber (Ton)
40
G (%yoy)
100,000
30
86,652 73,974
80,000
67,123
60,000
10
40,000
0 -9.3 -10
20,000 0
-20 Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw III Tw IV IV IV IV IV 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : GAPKINDO Provinsi Jambi 1
Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
18
20
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
justru
EKONOMI MAKRO REGIONAL
4. Sektor-sektor Lain Pada triwulan IV-2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan Rp4,60 triliun (pangsa 11,1%) terhadap PDRB triwulan IV2015. Pertumbuhan sektor ini Grafik 1.8. Penjualan kendaraan bermotor baru roda 4 dan sepeda motor di Provinsi Jambi
mencapai 7,13% (yoy) dengan andil
pertumbuhan
melambat triwulan
0,65%,
dibandingkan sebelumnya
yang
mampu tumbuh 9,22% (yoy). Melambatnya
pertumbuhan
sektor ini terindikasi dari data penjualan
kendaraan
baru
roda 2 (dua) di Provinsi Jambi Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
yang mengalami penurunan
sebesar 14,66%(yoy) meskipun kendaraan baru roda 4 (empat) mengalami kenaikan sebesar 1,96%(yoy) (Grafik 1.8). Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 6,87%(yoy), relatif sama dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,88%(yoy) namun melambat dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 yang mampu mencapai 10,73% (yoy). Grafik 1.9. Tingkat Hunian Hotel
Melambatnya pertumbuhan ini utamanya kabut
disebabkan
asap
oleh
parah
yang
melanda Jambi selama bulan Oktober hingga awal bulan November yang menyebabkan permintaan
akomodasi
dan
makan minum dari masyarakat maupun Sumber : BPS (diolah)
instansi
pemerintah/swasta mengalami
penurunan. Hal tersebut terindikasi dari data jumlah tamu menginap hotel di Jambi yang mengalami kontraksi 7,22% (yoy) dibandingkan triwulan IV-2014 (Grafik 1.9). Namun TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
EKONOMI MAKRO REGIONAL
demikian, rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 45,52%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2014 (44,37%). Sektor pengadaan listrik
Grafik 1.10. Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi
dan gas serta sektor pengadaan
ribu M3
air masing-masing tumbuh sebesar 0,77% (yoy) dan 7,60% (yoy). Pertumbuhan sektor pengadaan air
mengalami
kenaikan
890
900 880 860 840 820 800 780 760 740 720 700
bila
8
6.83
842
830
6
1.43
4 2 (2)
-1.95
(4)
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4
dibandingkan
pertumbuhan
2013
triwulan III-2015 (4,00% (yoy)).
2014
2015
Total Konsumsi Air (LHS)
Pertumbuhan (RHS)
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi
Namun demikian, pertumbuhan
konsumsi air di Kota Jambi hanya 1,43% (yoy) pada triwulan IV-2015 (Grafik 1.10), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 6,83% (yoy). Rata-rata konsumsi air bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 841,88 ribu M3. Sementara itu, pertumbuhan sektor pengadaan listrik terindikasi dari kenaikan jumlah pelanggan PLN (yoy) pada triwulan laporan. Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 6,70%
(yoy)
pertumbuhan
dengan 0,21%,
andil lebih
ribu pelanggan
di Provinsi Jambi sebesar 8,70%
Grafik 1.11. Perkembangan Konsumsi Listrik Provinsi Jambi 700
450
650
600 550
568
518
dibandingkan
592
603
615
634
GWH
400 350
530 493
500
506
300
250
450 400
200 I
II
III
IV
I
2013
rendah
580
630
656
II
III
IV
I
II
2014
Jumlah Pelanggan
III
IV
2015
Pemakaian Listrik
Sumber: PLN Cabang Jambi dan Bungo (diolah)
pertumbuhan triwulan IV-2014 (7,23%(yoy)) yang utamanya disebabkan penurunan permintaan jasa transportasi udara,
20
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.12. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 I II
Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
GW
ton 1500
1000
500
0
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
Kedatangan Penumpang
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
Keberangkatan Penumpang
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013 Jumlah Bongkar
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
2014 2015 Jumlah Muat
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
yang terkonfirmasi dari data kegiatan penerbangan di Bandara Sultan Thaha Jambi. Data menunjukkan jumlah penumpang (berangkat maupun datang) di bandara Sultan Thaha Jambi selama triwulan IV-2015 sebanyak 255.901 orang, terkontraksi sebesar 21,90%(yoy) dibandingkan triwulan IV-2014 (Grafik 1.12). Hal ini disebabkan kabut asap yang masih melanda Kota Jambi selama bulan Oktober hingga awal November sehingga menyebabkan terhambatnya aktivitas transportasi udara. Hal yang sama juga terjadi pada perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara Sultan Thaha Jambi yang mengalami kontraksi cukup dalam hingga 37,99% (yoy) (Grafik 1.13). Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan IV-2015 adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 13,31%(yoy), sektor informasi dan komunikasi sebesar 11,73% (yoy) serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 10,53% (yoy). C. PDRB Sisi Pengeluaran Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan disebabkan oleh kontraksi ekspor barang dan jasa (antar daerah maupun antar negara) sebesar 0,44% (yoy), menurun cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 10,64%(yoy). Disamping itu, kenaikan impor barang dan jasa dari 7,69%(yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 10,07% pada triwulan IV-2015 turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan masih disumbangkan oleh pembentukan TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.14. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
modal
tetap
domestik
bruto
Menurut Pengeluaran Triwulan IV tahun 2015
(PMTDB)
dengan andil sebesar 3,17%, konsumsi pemerintah
dengan
andil
1,92%
konsumsi rumah tangga 1,89%
(Tabel
dan
dengan andil
1.3).
Berdasarkan
strukturnya, perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 masih didominasi oleh
konsumsi
rumah
tangga
sebesar
46,4%, diikuti PMTDB sebesar 26,8% dan konsumsi
pemerintah
sebesar
14,8%
(Grafik 1.14).
Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy) 2014
JENIS PENGELUARAN
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.41 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 8.61 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3.71 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (28.20) Perubahan Inventori (61.94) Ekspor 16.42 Impor 2.07 PDRB 7.05 Sumber: BPS (diolah)
Secara
keseluruhan,
2015
Tahun 2014
IV
I
4.36 14.19 4.31 2.81 (225.76) 4.74 2.92 7.35
4.07 3.06 1.08 (11.52) (39.52) 15.51 6.91 5.90
melambatnya
pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun 2015
dari
kontraksi
sisi
PMTDB
mencerminkan Provinsi
penggunaan sebesar
berkurangnya
Jambi.
Menurun
II
4.30 (0.68) (17.18) (4.30) 0.49 12.03 7.28 4.33
III
4.25 6.38 (5.00) (0.42) (18.76) 10.64 7.69 4.38
IV
4.30 8.93 16.46 13.45 (35.13) (0.44) 10.07 3.18
Andil
1.89 0.05 1.92 3.17 1.03 (0.30) 4.57 3.18
Menurut Pengeluaran Tahun 2015
yang
investasi cukup
di
dalam
dibandingkan tahun 2014 yang masih mampu tumbuh
2,81%,
pertumbuhan
serta
konsumsi
melambatnya
pemerintah
dari
4,31% pada tahun 2014 menjadi hanya 1,02% pada tahun 2015. Kontraksi PMTDB 22
4.23 4.41 1.02 (0.76) (11.54) 9.25 8.02 4.21
Andil
1.87 0.02 0.08 (0.18) (0.14) 6.16 3.60 4.21
Grafik 1.15. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
disebabkan
0,76%,
Tahun 2015
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
memberikan andil negatif sebesar 0,18% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2015 (Tabel 1.3) Berdasarkan strukturnya, perekonomian Jambi pada tahun 2015 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa 46,54% diikuti oleh PMTDB (24,16%) dan net ekspor (19,03%) (Grafik 1.15). 1.
Konsumsi Konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku memberikan kontribusi Rp18,40
triliun atau 46,4% terhadap PDRB Jambi pada triwulan IV-2015. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,30% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,25% yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga terindikasi dari pertumbuhan penyaluran kredit real estate sebesar 2,9%(yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (1,8% (yoy)) (Grafik 1.16).
Rp Miliar
Grafik 1.16. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,500 49.8 40.1 4,000 33.4 3,500 28.2 40.3 27.1 3,000 16.0 16.8 2,500 16.5 11.3 26.4 2,000 15.4 22.0 1,500 2.9 1,000 5.6 1.8 5.2 3.6 500 0.9 -6.5 0 Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw III IV III IV III IV III IV III IV 2011
2012
Kredit Real Estate
2013
2014
45 30 15 0 -15
2015
Pertumbuhan (% yoy)
Sumber: Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
Namun demikian, indikator pertumbuhan kendaraan baru di Jambi menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana pertumbuhan kendaraan mengalami kontraksi 12,07%(yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.17).
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.17. Perkembangan Kendaraan Baru di Provinsi Jambi
Hal yang sama juga tercermin dari
angka
indeks
tendensi
konsumen (ITK). ITK triwulan IV2015
yang
tercatat
100,94,
yang mengindikasikan bahwa persepsi
konsumen
terhadap
kondisi
ekonomi
triwulan
laporan
relatif
dibandingkan
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
baik triwulan
sebelumnya. Namun demikian ITK beberapa komoditi makanan dan bukan makanan tercatat sebesar 99,97 pada triwulan IV-2015, mengindikasikan relatif stabilnya tingkat konsumsi triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya (102,84) (Tabel 1.4). Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Pendapatan rumah tangga kini Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan Indeks Tendensi Konsumen Sumber: BPS
Triwulan Triwulan I - 2014 II - 2014 104.5 117.1
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Perkiraan Triwulan III - 2014 IV - 2014 I - 2015 II - 2015 III - 2015 IV - 2015 I - 2016 117.6 101.5 87.3 100.36 102.84 101.58 99.20
105.2
107.4
108.9
106.9
100.4
94.2
96.3
100.52
109.0 105.7
106.2 112.2
115.1 114.7
110.1 104.8
91.0 91.7
104.5 99.57
102.67 101.02
99.97 100.94
97.09 98.44
Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga pada tahun 2015 tumbuh 4,23%, sedikit dibawah pertumbuhan tahun 2014 (4,36%). Melambatnya pertumbuhan konsumsi ditengarai oleh menurunnya tingkat pendapatan masyarakat Jambi seiring dengan penurunan kinerja komoditas unggulan Provinsi Jambi seperti kelapa sawit, karet, batu bara dan minyak mentah. Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan sebesar Rp5,93 triliun, tumbuh 16,46% (yoy), meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi (-5,00% (yoy)) maupun triwulan IV-2014 3,71% (yoy). Hal tersebut didukung oleh data realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 yang tumbuh 3,77% (yoy). Namun demikian, secara keseluruhan pada tahun 2015 konsumsi pemerintah hanya tumbuh 1,02%, lebih rendah dibandingkan 24
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 4,31%. Penurunan belanja pemerintah salah satunya disebabkan oleh penurunan penerimaan pemerintah. Seiring dengan perlambatan ekonomi Provinsi Jambi yang terjadi sejak triwulan I-2015. Disamping itu, kontraksi penerimaan DBH sumber daya alam (SDA) sebesar 11,22% (yoy) akibat melemahnya harga komoditas SDA unggulan Provinsi Jambi seperti batu bara dan minyak mentah turut mengurangi sumber penerimaan pemerintah daerah pada tahun 2015. Penerimaan pajak daerah mengalami kontraksi sebesar 2,94% sementara penerimaan dana bagi hasil (DBH) pajak terkontraksi sebesar 31,03% pada tahun 2015. 2.
Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan IV-2015 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp10,74 triliun dengan pangsa 26,79% dari total PDRB Jambi pada triwulan laporan (Grafik 1.14), tumbuh cukup tinggi hingga 13,45% (yoy). Pertumbuhan investasi salah satunya disebabkan oleh investasi swasta melalui impor pembelian mesin pembangkit tenaga yang tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 16 kali lipat dibandingkan triwulan IV-2014 (Grafik 1.27). Pertumbuhan investasi terindikasi dari pertumbuhan penyaluran kredit investasi di Provinsi Jambi yang mengalami kenaikan sebesar 13,94% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (13,73% (yoy)) maupun periode yang sama di tahun 2014 (9,65% (yoy) (Grafik 1.18).
Rp Triliun
Grafik 1.18.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 8
92.6
7 6 76.9
5 46.9
4 3 2 1 -
43.2
41.9
57.5 48.9
49.8
47.7
41.3
11.82
33.2
12.8
10.8
9.65
13.34
13.73
13.94
6.6
6.6
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW III IV III IV III IV III IV III IV 2011
2012 Kredit Investasi (juta Rp)
2013
2014
2015
Pertumbuhan (%)
Sumber : LBU Bank Indonesia
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Namun demikian, data indikator konsumsi semen pada triwulan IV-2015 menunjukkan kontraksi sebesar 2,84%(yoy) meskipun relatif lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya
yang
terkontraksi
5,20%(yoy)
tetapi
masih
jauh
dibawah
pertumbuhan konsumsi semen triwulan IV-2014 yang mencapai 20,54% (yoy). (Grafik 1.19). Grafik 1.19.Konsumsi Semen Provinsi Jambi 220
KTon
(%) 41.29
170
34.48
37.89
12.36 10.26
120 11.95
30 20
20.54
12.84
10
10.05
1.84 8.80
70
40
23.32
20.02
(30)
II
III
IV
-5.20
-4.83
-10.45 I
-2.84 0
2.88
-1.27 20
I
2011
II
III
50
IV
I
2012
II
III
IV
2013
Konsumsi Semen
I
II
III
IV
-17.78 I II III
2014
-10 -20
IV
2015
-30
Pertumbuhan (yoy)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Adapun berdasarkan data BKPM, investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi dari dalam negeri (PMDN) mencapai Rp337,7 miliar (Tabel 1.5) yang utamanya diinvestasikan pada sektor kehutanan (Rp199,38 miliar) dan sektor industri makanan (Rp53,19 miliar). Nilai investasi tersebut mengalami kontraksi 45,68%(yoy) bila dibandingkan dengan triwulan IV-2014. Sementara itu, Investasi dari luar negeri (PMA) yang ditanamkan di Jambi pada triwulan IV-2015 tercatat US$3,2 juta, terkontraksi cukup dalam sebesar 80,38%(yoy) bila dibandingkan PMA triwulan IV-2014 (US$16,1 juta). Tabel 1.5 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 2013 Tw IV PMA (USD juta) aksis kanan 0.6 PMDN (Rp miliar) 1,208.5 Keterangan
Tw I 24.2 161.7
2014 Tw II Tw III 5.6 5.5 65.5 55.9
Tw IV 16.1 621.7
Tw I 17.9 59.2
2015 Tw II 55.5 582.8
Sumber: BKPM
26
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
Tw III 31.1 2,517.1
Tw IV 3.2 337.7
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Secara tahunan, investasi Provinsi Jambi pada tahun 2015 mengalami kontraksi sebesar 0,76%, menurun cukup tajam dibandingkan tahun 2014 yang mampu tumbuh 2,81%. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh menurunnya alokasi belanja modal pemerintah seiring dengan menurunnya pendapatan pemerintah yang berasal dari DBH royalti batubara dan minyak mentah. Data realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jambi tahun 2015 menunjukkan kontraksi belanja modal sebesar 4,51% dibandingkan belanja modal di tahun 2014. 3.
Perdagangan Eksternal Berdasarkan data BPS Provinsi Jambi, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara lain
maupun daerah lain pada triwulan IV-2015 mencapai Rp24,90 triliun, tumbuh negatif sebesar 0,44% (yoy), jauh di bawah triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 10,64% (yoy). Meskipun demikian, ekspor Provinsi Jambi pada tahun 2015 tumbuh 9,25%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,74%. Nilai ekspor luar negeri berdasarkan data BPS menunjukkan kontraksi 33,89% pada tahun 2015. Turunnya ekspor utamanya dipengaruhi oleh turunnya ekspor minyak dan gas (migas) Provinsi Jambi yang terkontraksi hingga 42,55% selama tahun 2015. Disamping itu, tren penurunan harga karet dan masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor karet Jambi seperti Tiongkok, Jepang dan Amerika Serikat membuat ekspor karet olahan Jambi terkontraksi 21,18% selama tahun 2015. Impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp19,27 triliun, tumbuh 10,07% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (7,69% (yoy)). Sejalan dengan hal tersebut, impor dari luar negeri tercatat tumbuh sebesar 19,45% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 38,80% (yoy). Kenaikan impor utamanya disebabkan meningkatnya nilai impor mesin pembangkit tenaga hingga 16 kali lipat dan impor kertas dan bubur kertas hingga 68,21%(yoy). Secara keseluruhan, impor Provinsi Jambi pada tahun 2015 tercatat tumbuh 8,02%(yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 yang tumbuh 2,92%.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
EKONOMI MAKRO REGIONAL
3.1. Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi. Berdasarkan indikator ekspor dan impor non migas, ekspor dan impor provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 mengalami penurunan. Penurunan ekspor utamanya disebabkan oleh menurunnya ekspor karet, CPO, batubara dan kertas dan bubur kertas seiring melemahnya permintaan dan Grafik 1.20. Perkembangan Ekspor dan Impor Luar Negeri Non-
harga komoditas global. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang
Migas di Provinsi Jambi 450 400
(PEB), ekspor luar negeri non-
300
migas Provinsi Jambi pada
200
triwulan
sebesar
100
US$192,65 juta, terkontraksi
0
laporan
sama
tahun
2014
Ekspor
222,95
250
Impor
255,03
247,15 242,61
248,71
192,65
150 38,56
50
28,11
23,59
Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II Trw IIITrw IV Trw I Trw II TrwIII TrwIV
24,5% (yoy) dari triwulan yang
Net Ekspor
350
2013
2014
2015
Sumber: SEKDA Bank Indonesia
(US$255,03 juta) (Grafik 1.20). Sementara itu, impor luar negeri non-migas sebesar US$24,98 juta, tumbuh 19,45%(yoy) dibandingkan impor triwulan IV-2014 (US$ 20,92 juta). Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar US$167,66 juta (Grafik 1.20). Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar US$73,37 juta atau 38,08% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing US$39,17 juta dan US$27,68 juta (Grafik 1.21 dan 1.23). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk industri pengolahan dari sub sektor perkebunan masih mendominasi ekspor Jambi pada triwulan IV-2015.
28
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.21. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 350 8.8 5.9 300 -5.7 250 -11.2 0.7 200 -20.7 -3.9 -10.2 -5.8 150 -24.5 100 -22.3 -25.8 -26.2 50 0 -41.7 Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw I Tw II Tw III Trw IV 2013
2014
20.0 10.0 0.0 -10.0 -20.0 -30.0 -40.0 -50.0
2015
Pulp dan Paper
Lainnya
Batu Bara, Kokas dan Briket
Fixed Vegetable Oil
Crude Rubber
G. Ekspor
Sumber: SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.22. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.23. Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Tw IV 2015
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25), ekspor Provinsi Jambi pada triwulan IV-2015 didominasi tujuan ke negara Malaysia yang mencapai US$34,79 juta dan diikuti oleh Jepang sebesar US$32,98 juta. Ekspor Jambi ke Malaysia utamanya disumbangkan oleh produk CPO. Sementara itu, ekspor ke Jepang didominasi oleh produk karet olahan/crumb rubber.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.24. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan IV 2015
Grafik 1.25. Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Secara keseluruhan, nilai ekspor non-migas Provinsi Jambi pada tahun 2015 mengalami kenaikan 23,12% yang utamanya disumbangkan oleh kenaikan ekspor kertas dan bubur kertas (25,26%) dan minyak dan lemak sayur (6,92%) yang salah satunya adalah CPO. Sementara itu, penurunan nilai ekspor terbesar Provinsi Jambi pada tahun 2015 terjadi pada komoditas batu bara dan briket sebesar 44,60% diikuti oleh karet mentah yang turun 28,33%(yoy). 3.2. Impor Luar Negeri Non-Migas Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.26) tercatat sebesar US$24,98 juta, tumbuh cukup signifikan sebesar 19,5%(yoy). Kenaikan utamanya disebabkan kenaikan impor mesin pembangkit/tenaga hingga 16 kali lipat dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014. Kenaikan impor juga terjadi pada komoditas kertas dan bubur kertas hingga 68,21%(yoy). Sementara itu, kelompok barang impor yang mengalami penurunan adalah mesin industri tertentu/khusus (-59,90% (yoy)) dan mesin industri dan perlengkapannya (46,70% (yoy)). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.27), impor Jambi didominasi oleh mesin industri pembangkit tenaga (US$12,56 juta atau 50,26%) dan kertas dan bubur kertas (US$3,21 juta atau 12,86% dari impor Jambi).
30
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.26. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 90
400.0
Impor (juta USD)
80
g. Impor (RHS)
350.0 300.0
70
250.0
60
200.0
50
150.0
38.6
40
100.0
28.1
30
25.0
23.6
19.5
20
-53.1
10
-47.7
50.0 0.0
-38.8
-50.0
0
-100.0 Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
2013
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
2014
Trw III
Trw IV
2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.27. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Juta USD
Kertas dan Bubur Kertas
90
Lainnya
80
Alat Pengangkutan Lainnya
70
Mesin Pembangkit Tenaga
60
Mesi Industri dan Perlengkapannya
50
Besi dan Baja Mesin Industri Tertentu/Khusus
40 30 20 10 0 Trw I Trw II Trw III Trw IV
Trw I Trw II Trw III Trw IV
Trw I Trw II Trw III Trw IV
2013
2014
2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
31
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
BOKS 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat inflasi yang rendah dan stabil merupakan salah satu tujuan utama pembangunan, yaitu. Dalam tataran makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan cara meningkatkan nilai tambah ekonomi1. Sementara peningkatan nilai tambah ekonomi dapat dicapai dengan cara2 memperbanyak hasil produksi, memproduksi komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan menurunkan biaya produksi dan distribusi. 1. Memperbanyak hasil produksi Sebagai contoh, cara yang dapat ditempuh pelaku UMKM yang bergerak di sektor pertanian untuk meningkatkan hasil, yaitu melalui: a. Ekstensifikasi pertanian, yaitu memperluas lahan pertanian, misalnya dengan membuka hutan dan persawahan pasang surut; b. Intensifikasi pertanian, yaitu dengan memperbaiki teknologi pertanian, misalnya dengan pengolahan tanah yang baik, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan pengolahan pasca panen; c. Diversifikasi pertanian, yaitu penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian, misalnya dengan integrasi pertanian dengan peternakan dan perikanan, serta memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan; d. Mekanisasi pertanian, yaitu dengan menggunakan mesin-mesin modern; e. Rehabilitasi pertanian, yaitu dengan memperbaiki lahan dan mengganti tanaman yang semula tidak produktif menjadi lahan dan tanaman yang lebih produktif. 2. Memproduksi produk/ komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
1
2
, dimana growth merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDB merupakan pendapatan domestik bruto yang dihitung berdasarkan nilai tambah ekonomi (value added). , dimana VA merupakan nilai tambah komoditas, P merupakan harga komoditas, Q merupakan banyaknya kuantitas komoditas yang diproduksi dan C merupakan total biaya yang dikeluarkan. , dimana =Biaya produksi dan = biaya distribusi.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 32
BOKS. 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Pelaku usaha akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menjual produk bernilai ekonomi tinggi. Proses pengolahan lebih lanjut dari bahan baku yang dihasilkan akan menambah nilai ekonomi dari suatu produk, bahkan dapat menambah lapangan pekerjaan. Misalnya, produk pempek, tekwan atau kerupuk mempunyai nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan produk ikan mentah. 3. Menurunkan biaya produksi dan distribusi Penurunan biaya produksi akan menambah margin pendapatan (selisih hasil penjualan dan total biaya) yang dihasilkan pelaku usaha. Dengan menurunnya biaya produksi dan distribusi maka nilai tambah ekonomi akan semakin meningkat. Selain itu, biaya produksi dan distribusi yang tinggi cenderung mubazir dan tidak memberikan manfaat bagi perekonomian. Dari perspektif pelaku usaha, kesejahteraan pelaku usaha akan meningkat jika keuntungan yang mereka dapatkan juga meningkat. Dengan demikian untuk meningkatkan keuntungan, beberapa hal yang bisa dilakukan pelaku usaha, yaitu dengan cara meningkatkan produksi, menaikkan harga jual, menurunkan biaya produksi ataupun menurunkan biaya distribusi. Metode dasar untuk mendorong peningkatan hasil usaha tersebut dapat diterapkan kepada berbagai jenis usaha di tengah masyarakat, tidak terkecuali usaha rumah tangga atau pertanian dengan skala kecil hingga menengah tentunya dengan berbagai penyesuaian. Peranan yang dapat dilakukan Bank Indonesia, Pemerintah dan Instansi/ Institusi lainnya dalam mendukung dunia usaha: 1. Peningkatan hasil produksi dengan cara meningkatkan produktivitas/ skala ekonomi a. Inklusi keuangan: meningkatkan permodalan sehingga skala produksi/ skala ekonomi usaha dapat ditingkatkan Saat ini Bank Indonesia tengah menggalakkan kebijakan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan (inklusi keuangan), baik melalui kebijakan maupun dengan cara melakukan sosialisasi bekerjasama dengan perbankan untuk memperluas akses kredit/ pembiayaan para pelaku usaha. Kewajiban minimum penyaluran kredit kepada UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sebesar 20% dari total kredit akan berlaku secara bertahap. Selama tahun 2013 dan 2014, rasio kredit UMKM terhadap total kredit masih
33
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
disesuaikan dengan kemampuan bank, dalam artian belum ada ketetapan rasio minimum penyaluran. Pada tahun 2015, rasio penyaluran kredit kepada UMKM sudah ditetapkan minimum 5% dan akan meningkat secara bertahap setiap tahunnya sehingga pada tahun 2018 mencapai minimum 20%3. Pada grafik di bawah, terlihat bahwa pemberian kredit kepada UMKMdi Provinsi Jambi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Grafik 1. Penyaluran Kredit UMKM di Provinsi Jambi
Penyaluran Kredit UMKM Provinsi Jambi 4.000.000
12.000.000
3.500.000
10.000.000
3.000.000 8.000.000
2.500.000 2.000.000
6.000.000
1.500.000
4.000.000
1.000.000 2.000.000
500.000 -
2011
2012 Mikro
Kecil
2013 Menengah
2014
2015 - Nov
Total (aksis kanan)
Sumber : Statistik Ekonomi Daerah
Hal yang telah dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi antara lain melalui pengenalan perbankan ke masyarakat melalui sosialisasi dan pameran, seperti: a) Jambi Banking Expo dan Jambi Syariah Expo, termasuk kegiatan pemecahan dimana perbankan bersama UMKM binaannya memperkenalkan produknya lebih dekat ke masyarakat. b) Bersama dengan perbankan melakukan sosialisasi tentang produk perbankan, termasuk produk uang elektronik dalam rangka mendukung terwujudnya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) melalui kegiatan Kampanye Keuangan Inklusif di 6 (enam) kabupaten, BI Goes to Campus di 5 (lima) Perguruan Tinggi dan BI Goes to School di 5 (lima) SMA di Provinsi Jambi. 3
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.17/12/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015 tentang dan Bantuan Tekn
.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 34
BOKS. 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
c) Sosialisasi kebanksentralan kepada anak sekolah dasar hingga dosen. d) Memfasilitasi pembentukan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), antara lain di beberapa klaster binaan berikut: LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis) Klaster Ikan Patin di Desa Teluk Ketapang. LKMA Klaster Cabai di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. LKMA Klaster Pinang dan Kopi di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Batara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. LKMA Klaster Ikan Patin di Desa Teluk Ketapang Kabupaten Batanghari. LKMA Pincuran Bonjo Klaster Sapi di Desa Dataran Kempas Kabupaten Tanjung Jabung Barat. LKMA Klaster Padi di Desa Simbur Naik, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. b. Melakukan pendampingan pelaku usaha sehingga dapat meningkatkan produksi/ produktivitas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bekerjasama dengan SKPD mengembangkan beberapa klaster yang tersebar di Provinsi Jambi dan melaksanakan penyaluran bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), yaitu: 1)
Peningkatan Kinerja Klaster Pinang dan Kopi Bank Indonesia sejak tahun 2013 mengembangkan klaster pinang dan kopi di Desa Mekar Jaya, Parit Lapis Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tujuan dari pengembangan klaster ini adalah untuk meningkatkan mutu produksi dan pemasaran pinang dan kopi. Pada tahun 2013 Bank Indonesia telah menyalurkan bantuan berupa 60 (enam puluh) rumah pengering sebagai tempat pengeringan pinang belah kulit
dan
biji
kopi,
serta
memberikan
pembinaan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas pinang untuk diekspor ke Singapura, Pakistan dan India. Kegiatan bantuan teknis yang telah dilakukan Bank Indonesia, yaitu Pelatihan Perbaikan Mutu, Sosialisasi Pembentukan LKM, Magang LKM di Kabupaten Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat, Studi banding ke Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan dan Kunjungan ke UKM Kopi Miyoga di Banding Agung, Ogan Komering Ulu.
35
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Sejak Desember 2013, klaster ini telah memiliki Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Mekar Sejahtera. Perkembangan usaha LKMA Mekar Sejahtera cukup pesat, tercermin dari perkembangan aset dan jumlah anggotanya. Jumlah asetnya pada Januari 2014 sebesar Rp6.405.000,hingga Oktober 2015 tumbuh 2.964% menjadi sebesar Rp196.242.100,-. Jumlah anggotanya pada Januari 2014 sebanyak 48 orang hingga Oktober 2015 menjadi sebanyak 107 orang.
Bantuan PSBI - Pengembangan Klaster Pinang dan Kopi
Dalam rangka mendukung pengembangan usaha LKMA Mejar Sejahtera khususnya terkait pemasaran pinang dan kopi, pada bulan Desember 2015 Bank Indonesia menyalurkan bantuan PSBI berupa perlengkapan kantor LKMA, seperti komputer, printer, meja kantor, kursi kantor, kursi pengunjung, lemari arsip, etalase kecil, spanduk promosi. 2)
Pengembangan Klaster Sapi Bank Indonesia sejak tahun 2014 mengembangkan Klaster Sapi di Desa Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Klaster ini dijalankan oleh Kelompok Tani Mekar Jaya. Peternakan sapi dijalankan dengan menerapkan metode integrasi sapi-sawit, sehingga biayanya lebih efisien dan hasilnya lebih optimal. Selama tahun 2015 jumlah produksi sapi meningkat dari 56 ekor menjadi 74 ekor. Bantuan teknis yang difasilitasi oleh Bank Indonesia dalam rangka pengembangan Klaster Sapi di Desa Dataran Kempas, yaitu Pelatihan Usaha Peningkatan Produksi Ternak, Sosialisasi LKM, Magang LKM di Kabupaten
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 36
BOKS. 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat dan Pelatihan pembuatan pakan ternak bekerjasama dengan PTPN VI. Pada Oktober 2014, Bank Indonesia telah menyalurkan bantuan PSBI berupa renovasi kandang sapi. Pada Desember 2015, Bank Indonesia menyalurkan bantuan PSBI berupa 1 (satu) unit mesin chopper untuk mencacah pelepah sawit dalam pembuatan makanan sapi,1 (satu) unit mixer untuk mengaduk pelepah sawit dengan campuran bahan makanan lainnya sehingga menghasilkan pakan ternak, dan 1 (satu) unit timbangan sapi digital untuk memantau perkembangan berat badan sapi.
Pelatihan Pembuatan Pakan Ternak Sapi dari Pelepah Sawit
Klaster telah memiliki Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Mitra Usaha Mandiri sejak tahun 2014. LKMA ini telah berkembang dari aset awal Rp52 juta sampai saat ini menjadi sebesar Rp128,5 juta. 3)
Pengembangan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kerinci Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi mengembangkan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kerinci sejak tahun 2015 di Desa Pelompek Kecamatan Gunung Tujuh, dimana Kelompok Tani Al Kahfi menjadi anggota klaster. Kegiatan bantuan teknis yang telah dilakukan, antara lain Pelatihan Teknik Budidaya
Cabai
Merah,
Pelatihan
Kelembagaan
Kelompok,
Pelatihan
Pengendalian Hama dan Pembuatan Pupuk Organik, Studi Banding ke UKM Mioga, Desa Sipatuhu, Kec. Banding Agung, Kab. Ogan komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan dan Studi Banding ke Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Provinsi Jawa Barat.
37
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Pada bulan Maret 2015, dalam rangka fasilitasi pengembangan demonstration plot (demplot) sebagai sarana pembelajaran petani tentang teknologi tepat guna, Bank Indonesia menyalurkan bantuan PSBI berupa sarana produksi pertanian cabai merah kepada 2 (dua) kelompok tani di Kabupaten Kerinci, yaitu Kelompok Tani Al Kahfi di Desa Pelompek Kecamatan Gunung Tujuh dan Kelompok Tani Sakti Alam Kerinci di Desa Kebun Lima dan Desa Talang Kemuning Kecamatan Bukit Kerman. Diharapkan petani dapat dan mau untuk mengikuti teknologi dimaksud, sehingga dapat meningkatkan produksi cabai merahnya. Selanjutnya, untuk membantu petani mempraktikkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh dari studi banding ke BALITSA Lembang, Jawa Barat pada tanggal 13 sd 16 September 2015, maka pada bulan Desember 2015 Bank Indonesia menyalurkan bantuan kepada Kelompok Tani Al-Kahfi berupa pembangunan 1 (satu) unit green house, 2 (dua) unit rumah bibit dan 1 (satu) unit rumah kompos serta alat ukur kecepatan angin, alat ukur kelembaban udara, alat ukur pH tanah dan alat ukur pH air. Melalui pemberian bantuan PSBI dimaksud diharapkan tanaman cabai akan lebih tahan hama dan penyakit, sehingga produksi cabai kelompok semakin meningkat.
Pemberian Bantuan Pertanian Cabai dari BI kepada Kelompok Tani Al-Kahfi
4)
Pengembangan Klaster Padi Klaster Padi binaan KPwBI Provinsi Jambi yang berlokasi di Desa Karya Bhakti Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur, merupakan bagian dari area pertanian yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) seluas 217,5 Ha. Klaster ini dijalankan oleh Kelompok Tani Karya Baru dengan lahan pertanian seluas 25 Ha yang berlokasi di RT 12 Parut Baru Desa Karya Bhakti.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 38
BOKS. 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Pada Desember 2015, Bank Indonesia turut menyalurkan bantuan PSBI kepada Kelompok Tani Karya Baru berupa 5 unit mesin Pompa air untuk mengatasi kekurangan pompa air dari saluran air ke lahan sawah. 5)
Peningkatan Kemandirian Narapidana dan Klien Pemasyarakatan Bank
Indonesia
dan
Kementerian
Hukum
dan
Hak
Asasi
Manusia
(Kemenkumham) Republik Indonesia pada tanggal 18 September 2014 menandatangani
Nota
Kesepahaman
tentang
Peningkatan
Kemandirian
Narapidana dan Klien Pemasyarakatan. Selanjutnya di tingkat Provinsi Jambi dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan Kantor Wilayah Kemenkumham Provinsi Jambi pada tanggal 28 Januari 2015.
Penandatanganan PK Peningkatan Kemandirian Narapidana dan Klien Pemasyarakatan
Dalam rangka kerjasama tersebut, Bank Indonesia melaksanakan pemberian bantuan PSBI dan pendampingan kepada beberapa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Provinsi Jambi, yaitu: a. Lapas Klas II A Kota Jambi Bank Indonesia memberikan bantuan sarana produksi pertanian cabai dan sayur-sayuran
dengan
sistem
budidaya
menggunakan
polibag
dan
memberikan pelatihan teknik budidaya tanaman cabai.
Pertanian cabai dan hortikulura menggunakan polibag di Lapas Klas II A Kota Jambi
39
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
b. Lapas Klas II B Muara Bulian Bank Indonesia memberikan bantuan sarana produksi pertanian cabai pada lahan seluas 500 m2 dan memberikan pelatihan teknik budidaya cabai. c. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Muara Bulian Bank Indonesia memberikan bantuan peralatan produksi batik printing, mesin jahit otomatis, mesin obras, dan peralatan pertukangan kayu berupa mesin gergaji kayu (meja) dan mesin ketam.
Produk batik printing dan pertukangan kayu di LPKA Muara Bulian
6)
Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Jambi SMK-PP Negeri Jambi berada pada Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari dan memiliki potensi lahan seluas 67,5 Ha, pegawai dan guru yang berpengalaman dibidang pertanian, serta siswanya selaku SDM generasi muda bidang pertanian. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dan SMK-PP pada tanggal 16 Februari 2015 melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama tentang Pengembangan Pertanian Tanaman pangan dan Hortikultura. Pada bulan Maret dan April 2015, Bank Indonesia memberikan bantuan PSBI berupa sarana produksi pertanian cabai pada lahan seluas 1 Ha, mesin air dan peralatan pengairan. Dari hasil pertanian cabai tersebut, selama masa panen pada bulan Juli - September 2015 dihasilkan cabai 1,58 Ton. Selanjutnya pada Desember 2015, Bank Indonesia kembali memberikan bantuan PSBI berupa pembuatan sumur bor berikut mesin pompa air dan peralatan pengairan. Disamping mendukung pertanian cabai, dalam rangka mendukung peningkatan nilai tambah dari produk pertanian yang dihasilkan SMK-PP, Bank Indonesia
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 40
BOKS. 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
memberikan bantuan peralatan pengolahan kedelai dan pembuatan keripik, berupa 3 (tiga) unit stockcase (lemari pendingin), 1 (satu) unit cup sealer, 1 (satu) unit vacum frying, 1 (satu) unit sealer dan 1 (satu) unit spinner.
Panen Perdana Cabai Merah di SMK-PP
7)
Kelompok Budidaya Ikan Sejati Jaya Guna membantu peningkatan produktivitas ikan lele Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Sejati Jaya yang beralamat di Jalan Marene RT 024 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, Bank Indonesia pada Januari 2015 menyalurkan bantuan PSBI untuk memperbaiki lantai kolam ikan lele. Bantuan berupa penggantian terpal sebagai alas kolam.
Bantuan penggantian terpal alas kolam ikan lele Pokdakan Sejati Jaya
Pengembangan klaster di atas diharapkan mampu meningkatkan produksi dan memberikan insentif positif bagi petani serta menjadi percontohan untuk pengembangan klaster lainnya. Peningkatan produktivitas bermanfaat tidak hanya bagi pelaku usaha melainkan juga terhadap masyarakat secara keseluruhan dan bermanfaat dalam mendukung program ketahanan pangan daerah. Keterlibatan institusi lainnya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bekerjasama
41
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
dengan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan produktivitas pelaku usaha perlu terus ditingkatkan. c. Peningkatan Pj : Peningkatan harga jual produk Opsi ini tidak sejalan dengan inflasi yang rendah dan stabil. Selain itu, hal ini hanya akan bisa dinikmati dalam jangka pendek. Tingkat inflasi yang tinggi pada akhirnya akan meningkatkan biaya produksi dan distribusi sehingga dalam jangka panjang profit yang dihasilkan juga akan menurun. Sehubungan dengan hal tersebut, opsi ini adalah pilihan terakhir dari opsi-opsi yang lain. 2. Penurunan Biaya Produksi a. Menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil Tingkat inflasi yang rendah dan stabil merupakan salah satu syarat penting untuk menjaga biaya produksi tetap berada di level yang rendah dan terjaga. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Bank Indonesia, Pemda dan dinas instansi terkait berkomitmen penuh dan bersinergi untuk menjaga inflasi yang rendah dan stabil melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). TPID Provinsi dan TPID Kota secara rutin melakukan pertemuan baik itu secara internal maupun mengundang pihak eksternal (Kementrian Perdagangan, Aprindo, dsb) untuk membahas permasalahan terkait inflasi dan merumuskan solusi dan rekomendasi kebijakan. Koordinasi yang solid di antara berbagai penentu kebijakan publik di daerah tidak hanya menyasar persoalan yang memicu gejolak harga melalui pendekatan yang bersifat jangka pendek, namun juga menyentuh pada solusi atas berbagai persoalan yang bersifat struktural seperti peningkatan produktivitas, kelancaran distribusi, dan struktur pasar yang efisien. b. Penyediaan bahan baku yang murah dan mudah didapat Bahan baku yang murah dan selalu tersedia dapat menekan biaya produksi. Selain itu, bahan baku yang murah dan berkualitas seperti bibit unggul, akan menghasilkan produk yang lebih baik dari sisi kualitas maupun kuantitas yang pada akhirnya akan memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. SKPD terkait dapat merekomendasikan hal ini kepada pemerintah daerah dan pelaku usaha. KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 42
BOKS. 1 SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
c. Alat dan mesin produksi yang hemat energi Program konversi energi atau penggunaan metode dan alat dan mesin produksi yang hemat energi akan mengurangi biaya energi yang harus dikeluarkan dan terhindar dari pemborosan energi dan sumber daya. Opsi
ini
dapat
dilakukan
dengan
mengkolaborasikan
bersama
opsi
pendampingan pelaku usaha. Pemerintah bersama instansi/institusi yang memiliki dana CSR dapat bekerjasama dalam memberikan bantuan alat dan mesin produksi yang hemat energi bagi pelaku usaha sekaligus memberikan pelatihan penggunaan dan perawatannya4. Selain itu, program konversi energi ini perlu mendapat perhatian mengingat bagi pelaku usaha konversi energi tersebut membutuhkan investasi yang signifikan sehingga membutuhkan pihak perbankan dalam hal permodalan. Namun dalam jangka panjang, program ini akan bermanfaat mengurangi biaya produksi yang pada akhirnya akan berefek pada peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi secara keseluruhan. d. Sebagaimana pada opsi peningkatan produktivitas, pada opsi penurunan biaya produksi ini juga dapat dilakukan perluasan akses kredit/ pembiayaan oleh masyarakat terhadap pelaku usaha khususnya UMKM untuk menghindarkan mereka dari rentenir atau pihak lainnya yang memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi. Peran ini dapat dilakukan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan industri perbankan dan Pemerintah Daerah. 3. Penurunan biaya distribusi a. Perbaikan infrastruktur jalan Infrastruktur jalan yang baik akan mengurangi waktu tempuh dan biaya transportasi. Selain bermanfaat dalam hal pengurangan biaya, infrastruktur yang baik akan memperlancar arus barang dan jasa dan meminimalkan gangguan pasokan. Perbaikan infrastruktur jalan ini selalu menjadi rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam setiap pertemuan TPID Provinsi Jambi. b. Penyediaan moda transportasi masal dan lebih murah
4
Dari hasil liaison diperoleh informasi bahwa terjadi penghematan biaya energi yang signifikan setelah perusahaan melakukan konversi energi dari listrik menjadi gas. Biaya investasi yang dikeluarkan mampu ditutupi oleh penghematan biaya energi bulanan dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun. Suatu perusahaan mempunyai biaya energi yang nyaris nol dengan cara memanfaatkan limbah produksi sebagai bahan bakar turbin.
43
BOKS 1. SINERGI BANK INDONESIA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAMBI
Moda transportasi masal yang murah dapat mengurangi biaya distribusi per unit barang dan jasa, serta membuat ekonomi menjadi lebih efisien dan terhindar dari pemborosan energi. c. Mengurangi kelangkaan bahan bakar Kelangkaan bahan bakar menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya distribusi. Terjadi pemborosan waktu, tenaga dan energi dalam ekonomi. d. Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk memperlancar kegiatan ekspor dan impor barang Pelaku usaha Jambi yang berorientasi ekspor dan berbahan baku impor mengalami kendala dalam hal transportasi melalui laut mengingat kondisi saat ini prosedur pengiriman dari Jambi harus transit di Singapura yang menyebabkan biaya ekspor dari Jambi menjadi lebih mahal dibandingkan ekspor dari Palembang, Medan dan Surabaya yang mempunyai pelabuhan langsung berbatasan dengan samudera. Pembangunan pelabuhan Ujung Jabung sekaligus kawasan industri diharapkan menghasilkan pelabuhan yang dapat disinggahi kapal besar sehingga menimbulkan efisiensi waktu dan biaya proses distribusi. Begitu banyak peran yang dapat Bank Indonesia dan Pemerintah lakukan untuk mendukung pelaku usaha di Provinsi Jambi. Bank Indonesia berkomitmen penuh untuk berperan aktif bersama pemerintah dan instansi terkait dalam menciptakan iklim ekonomi yang kondusif dan menjaga tingkat inflasi yang rendah serta melakukan program-program yang berkaitan dengan pengembangan sektor riil dan UMKM melalui kewenangan yang dimilikinya.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 44
BAB II INFLASI A.
Kajian Umum
Pada Triwulan IV-2015, inflasi kota Jambi tercatat 1,37% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (5,29% yoy), dan lebih rendah dari rata-rata inflasi Triwulan IV dalam tiga tahun terakhir (6,28% yoy), serta lebih rendah dari inflasi nasional (3,35% yoy) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 1,29% (yoy) dan juga lebih rendah dari inflasi nasional5. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, penurunan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh deflasi pada kelompok volatile food yang relatif dalam yaitu sebesar 3,20% (yoy), setelah mengalami inflasi pada triwulan sebelumnya (0,76% yoy) seiring dengan turunnya permintaan masyarakat akibat kabut asap yang menghentikan aktivitas perekonomian masyarakat pada Triwulan IV-2015. Sementara itu, inflasi yang 5
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
47
I NFLASI
terjadi pada kelompok administered price sebesar 1,60% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (11,97% yoy) (Grafik 2.2). Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan hilangnya base effect dampak kebijakan menaikkan harga BBM pada November 2014. Inflasi inti juga sedikit menurun dari 4,46%(yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 3,68% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-6 (enam) terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-5 (lima) terendah. Inflasi tertinggi pada Triwulan IV2015 terjadi di Kota Batam, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Meulaboh (Grafik 2.3)6. Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Desember 2015
6
Sumber: BPS Provinsi Jambi 48
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 1,46% (qtq), menurun cukup signifikan bila dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,36% qtq). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2015 masing-masing sebesar 0,08%, 0,46% dan 0,91%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,29% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama tahun lalu (5,37% yoy) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2015 masingmasing sebesar -0,32%, 0,07% dan 1,43%. B.
Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan -3,05% (yoy) dengan kontribusi deflasi sebesar 0,73% dari sebelumnya mengalami inflasi 0,76% (yoy) pada Triwulan III-2015 dan inflasi triwulanan sebesar 3,86% (qtq) (Tabel 2.1). Penurunan inflasi kelompok tersebut dipicu oleh deflasi sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 26,67% (yoy) meskipun secara triwulanan masih mengalami inflasi sebesar 39,50% (qtq), deflasi sub kelompok lemak dan minyak sebesar 6,36% (yoy) meskipun secara triwulanan masih mengalami inflasi sebesar 0,17% (qtq), serta deflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 6,00% (yoy) meskipun secara triwulanan masih mengalami inflasi sebesar 2,98% (qtq). Sementara itu, penurunan inflasi terjadi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dari 4,63% (qtq) dan 4,39% (yoy) pada Triwulan III2015 menjadi 1,67% (qtq) dan 0,53% (yoy), serta sub kelompok sayur-sayuran dari 15,63% (qtq) dan 26,55% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi deflasi 15,17% (qtq) dan inflasi 1,53% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi yang cukup tinggi mencapai 8,29% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,41% dan inflasi triwulanan mencapai 1,30% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,22%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
I NFLASI
tembakau dan minuman beralkohol seiring kenaikan harga rokok kretek filter dan rokok kretek. Kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar mengalami inflasi 2,90% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,64% dan inflasi triwulanan sebesar 0,78% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,17%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air. Kelompok sandang mengalami inflasi 0,39% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,02% dan deflasi triwulanan sebesar 1,26% (qtq) dengan kontribusi sebesar -0,08%. Deflasi kelompok ini didominasi deflasi sub kelompok sandang laki-laki dan sub kelompok sandang wanita. Kelompok kesehatan mengalami inflasi 2,88% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,13% dan inflasi triwulanan sebesar 0,33% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,01%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 3,62% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,24% dan inflasi triwulanan 0,10% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,01%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 1,04% (yoy) dengan kontribusi deflasi sebesar -0,20% dan inflasi triwulanan sebesar 1,12% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,22%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok transpor seiring kenaikan tarif angkutan udara selama musim libur natal. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK
Triwulan IV-2014 Triwulan I-2015 (q-t-q, %) (q-t-q, %) Inflasi
Smbgn
Inflasi
Smbgn
Triwulan II-2015 Triwulan III-2015 Triwulan IV-2015 Triwulan IV-2015 (q-t-q, %) (q-t-q, %) (q-t-q, %) (y-o-y, %) Inflasi
Smbgn
Inflasi
Smbgn
Inflasi
Smbgn
Inflasi
Smbgn
I
Bahan Makanan
7.93
1.91
-10.52
-2.66
5.84
1.33
-1.44
-0.32
3.86
0.90
-3.05
-0.73
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
2.20
0.36
2.43
0.39
2.65
0.44
1.66
0.28
1.30
0.22
8.29
1.41
4.49
0.97
1.37
0.30
0.49
0.11
0.23
0.05
0.78
0.17
2.90
0.64
-0.23
-0.02
0.76
0.05
0.49
0.03
0.41
0.03
-1.26
-0.08
0.39
0.02
V Kesehatan
0.93
0.04
0.44
0.02
0.96
0.04
1.12
0.05
0.33
0.01
2.88
0.13
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0.34
0.02
0.11
0.01
0.16
0.01
3.23
0.21
0.10
0.01
3.62
0.24
10.80
2.00
-3.52
-0.69
0.22
0.05
1.22
0.24
1.12
0.22
-1.04
-0.20
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar IV Sandang
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
INFLASI
5.38
5.38
(2.57) (2.57)
2.02
2.02
0.51
0.54
1.46
1.45
1.37
1.52
Sumber: BPS (diolah)
50
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulanan pada Triwulan IV-2015 (Oktober, November, dan Desember 2015) utamanya disumbangkan oleh inflasi komoditas beras, daging ayam ras, sayuran (bawang merah, cabai merah), dan angkutan udara. Sedangkan penyumbang deflasi adalah komoditas ikan nila, telur ayam ras, sayuran (bayam, kangkung), dan emas perhiasan.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
51
I NFLASI
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan IV-2015
1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -3,05% (yoy) dengan sumbangan mencapai -0,73%, setelah mengalami inflasi pada triwulan sebelumnya 0,76% (yoy). 52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
Secara triwulanan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 3,86% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 1,44 (qtq). Meningkatnya inflasi bahan makanan dipicu meningkatnya inflasi yang cukup tinggi pada sub kelompok bumbu-bumbuan menjadi 39,5%0 (qtq) di triwulan laporan, setelah sebelumnya mengalami deflasi 18,75% (qtq) di Triwulan III2015. Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan laporan inflasi
mengalami yang
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
tinggi
(Grafik 2.4). Harga rata-rata cabai merah selama Triwulan IV2015
menunjukkan
tren meningkat yang cukup signifikan dari Rp24.036/kg September
pada 2015,
sempat turun ke level Rp14.845/kg di bulan Oktober 2015 tetapi kemudian melonjak tajam menjadi Rp44.111/kg pada Desember 2015. Bank Indonesia Jambi menganalisis tren meningkatnya harga cabai merah tersebut sebagai berikut: 1. Kembali normalnya permintaan cabai merah pasca bencana kabut asap yang melanda Jambi selama pertengahan Agustus hingga akhir September 2015 yang menyebabkan berkurangnya stok. 2. Meningkatnya aktivitas masyarakat selama hari raya keagamaan (maulid nabi dan natal) dan masa liburan akhir tahun 2015. Meningkatnya harga bumbu-bumbuan juga terjadi pada komoditas bawang merah dari harga rata-rata Rp16.095/kg di bulan September 2015 menjadi Rp30.222/kg di bulan Desember 2015. Kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi 2,98% (qtq). Tren peningkatan harga terjadi pada komoditas daging ayam ras. Pada triwulan laporan harga rata-rata daging ayam di pasar mengalami peningkatan dari TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
I NFLASI
Rp24.738/kg pada bulan September 2015 menjadi Rp26.619/kg pada bulan Desember 2015. Peningkatan harga daging ayam ras tersebut disebabkan ditutupnya keran impor jagung yang berdampak pada meningkatnya harga pakan ayam. Sementara itu, harga rata-rata daging sapi pada Triwulan IV-2015 tidak mengalami perubahan yang berarti dari Rp Rp121.548/kg pada bulan September 2015 menjadi Rp120.158/kg pada bulan Desember 2015 (Grafik 2.8). Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging
Sub kelompok yang mengalami penurunan tingkat inflasi cukup tajam pada Triwulan IV-2015 adalah sub kelompok sayur-sayuran yaitu sebesar 1,53% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 26,55% (yoy) seiring dengan deflasi yang terjadi pada komoditas daun singkong (42,50% yoy), bayam (35,91% yoy), dan kangkung (26,85% yoy). Dimulainya musim hujan pada Triwulan IV-2015 mendorong peningkatan ketersediaan air yang berdampak pada meningkatnya produksi sayuran. Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 1,67% (qtq) yang utamanya disebabkan inflasi beras sebesar 1,75% (qtq). Secara rata-rata harga beras lokal medium di Jambi pada Triwulan IV-2015 mengalami kenaikan dibandingkan Triwulan III-2015, harga rata-rata beras medium pada bulan Desember 2015 tercatat Rp10.984/kg, lebih tinggi dibandingkan harga beras medium pada bulan September Rp10.777/kg (Grafik 2.5). Kenaikan harga beras utamanya disebabkan dua hal utama: 54
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
1. Kenaikan permintaan seiring libur natal dan, 2. Berkurangnya pasokan akibat kekeringan yang terjadi di daerah Jawa sebagai dampak El Nino. Kenaikan harga beras lokal tersebut berbanding terbalik dengan tren menurunnya harga beras internasional dari rata-rata USD 341,00/metric ton pada triwulan sebelumnya menjadi USD 331,84/metric ton pada Triwulan IV-2015. Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras
Komoditas jagung internasional, secara rata-rata sedikit mengalami kenaikan harga, dari USD 3,52/bushel menjadi USD 3,58/bushel. Sejalan dengan hal tersebut, harga rata-rata jagung pipilan juga mengalami kenaikan dari Rp7.036/kg pada Triwulan III-2015 menjadi rata-rata Rp7.809/kg pada Triwulan IV-2015. (Grafik 2.6). Perkembangan
harga
tepung
terigu
pada
triwulan
laporan
juga
cenderung
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu
mengalami
peningkatan dari rata-rata harga
Rp7.202/kg
pada
September 2015 menjadi Rp7.627/kg
pada
Desember 2015.
bulan Namun
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
I NFLASI
demikian, harga rata-rata gandum internasional mengalami sedikit penurunan dari USD 4,2/bushel pada bulan September 2015 menjadi USD 4,1/bushel pada bulan Desember 2015 (Grafik 2.7)7. Sub kelompok lemak dan minyak mengalami deflasi 6,36% (yoy) pada triwulan
laporan,
sedikit
lebih dalam dibandingkan
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
deflasi triwulan sebelumnya sebesar 6,20% (yoy) yang utamanya deflasi
disebabkan
komoditas
minyak
goreng sebesar 8,98% (yoy). Hal
ini
sejalan
pemantauan
harga
dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi yang menunjukkan kecenderungan penurunan harga minyak goreng dari rata-rata Rp9.250/liter pada bulan September 2015 menjadi Rp9.000/liter pada bulan Desember 2015. Namun demikian, harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 469/metric ton menjadi USD 505/metric ton (Grafik 2.9).
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 8,29% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,41% dan mengalami penurunan bila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (9,25% (yoy)). Apabila dilihat secara triwulanan, inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat 1,30% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,22%. Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 9,05% (yoy) atau 2,38%(qtq) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk rokok kretek filter dan rokok kretek masing-masing sebesar 11,39% (yoy) dan 6,96% (yoy) seiring penyesuaian harga berkala produk rokok selama Triwulan IV-2015. 7
Satu bushel setara dengan 27 kg. 56
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 8,10% (yoy) atau 0,87%(qtq) yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa empek-empek 6,19% (qtq) dan roti tawar 1,05% (qtq). Sementara itu, inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 7,82% (yoy) atau 1,14% (qtq). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Triwulan IV2015 mengalami inflasi sebesar 2,90% (yoy) dengan sumbangan 0,64%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (6,68% yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi 0,78% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,17%. Penurunan inflasi tahunan utamanya disebabkan penurunan inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dari 15,58% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,53% (yoy) pada triwulan laporan seiring penurunan harga LPG 12 Kg pada 16 September 2015. Sub kelompok yang juga mengalami penurunan inflasi adalah biaya tempat tinggal dari 2,00% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 0,95% (yoy) pada Triwulan IV-2015 yang utamanya disebabkan penurunan inflasi kontrak rumah dari triwulan sebelumnya sebesar 6,49% (yoy) menjadi sebesar 5,85% (yoy) dan deflasi harga semen sebesar 5,92% (yoy). Sementara itu, sub kelompok perlengkapan rumah tangga juga mengalami penurunan inflasi dari 5,16% (yoy) pada Triwulan III-2015 menjadi 4,27% (yoy) pada triwulan laporan yang utamanya disebabkan penurunan inflasi kulkas/lemari es dari Triwulan III-2015 sebesar 13,10% (yoy) menjadi sebesar 10.12% (yoy) pada Triwulan IV-2015. Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi sebesar 3,06% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya
(5,19%
yoy)
yang
utamanya
disebabkan
deflasi
pada
pengharum/pelembut cucian. 4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada Triwulan IV-2015 secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,39% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,02%, lebih rendah
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
I NFLASI
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya 1,44% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang mengalami deflasi 1,26% (qtq) dengan sumbangan -0,08%. Secara sub kelompok, penurunan inflasi kelompok ini didorong penurunan inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dari triwulan sebelumnya sebesar 3,76% (yoy) menjadi 1,79% (yoy), serta deflasi yang terjadi pada sub kelompok sandang wanita sebesar 0,90% (yoy) setelah mengalami inflasi 1,89% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu sub kelompok sandang anak-anak mengalami deflasi 0,35% (yoy) setelah mengalami deflasi 0,63% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Turunnya inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang utamanya disebabkan penurunan inflasi emas perhiasan menjadi 1,82% (yoy) sejalan
dengan
menurunnya emas
tren Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
harga
internasional.
Harga rata-rata emas global
pada
laporan
triwulan
tercatat USD
1.103,89/troy
ounce,
lebih
rendah
dibandingkan
harga
rata-rata pada Triwulan 8
III-2015 sebesar USD 1.125,17/troy ounce (Grafik 2.10). 5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi tahunan sebesar 2,88%(yoy) dengan sumbangan inflasi 0,13%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (3,50% (yoy)). Sementara itu, inflasi triwulanan tercatat sebesar 0,33% (qtq). Penurunan inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari tingkat inflasi obat-obatan (1,72% (yoy)) yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (3,87% (yoy)) serta obat dengan resep yang mengalami deflasi sebesar 0,72% (yoy) setelah mengalami inflasi sebesar 1,98% (yoy) pada triwulan sebelumnya. 8
Sumber: Bloomberg.1 (http://en.wikipedia.org) 58
(satu)
troy
ounce
setara
dengan
31,1034768
gram
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tahunan sebesar 3,62% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,24%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (3,87% (yoy)). Sementara itu, inflasi secara triwulanan sebesar 0,10% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,01%. Penurunan Inflasi utamanya terjadi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dari triwulan sebelumnya sebesar 3,89% (yoy) menjadi sebesar 3,35% (yoy) yang utamanya disebabkan turunnya harga laptop/notebook. Sementara itu sub kelompok olahraga mengalami inflasi sebesar 7,56% (yoy) atau 2,70% (qtq) seiring dengan kenaikan tarif kolam renang. 7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 1,04% (yoy) dengan kontribusi sebesar -0,20%, menurun dibanding inflasi triwulan sebelumnya (8,44% (yoy)). Sementara inflasi triwulanan tercatat 1,12% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,22%. Deflasi tersebut didorong oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok transport 2,37% (yoy), setelah mengalami inflasi cukup tinggi (10,71% (yoy)) pada triwulan sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh hilangnya base effect dampak kebijakan menaikkan harga bensin dan solar pada November 2014. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit peningkatan inflasi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,33% (yoy) menjadi 0,95% (yoy) yang didorong meningkatnya harga telepon selular. Sementara itu sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami kenaikan harga baik secara triwulanan maupun tahunan. Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan Triwulan III-2015 yaitu dari USD 46,41/barrel, menjadi USD 42,04/barrel (Grafik 2.11). Kondisi pertumbuhan ekonomi negara-negara utama seperti Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok yang belum sesuai harapan menyebabkan proyeksi kebutuhan minyak dunia mengalami penurunan. Disamping itu, membanjirnya stok minyak global akibat adanya pasokan shale oil dalam jumlah yang besar turut menyebabkan TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
I NFLASI
harga minyak diprediksi tidak akan mencapai USD 100/barrel dalam jangka pendek. Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
C.
Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo pada Triwulan IV-2015 berada pada urutan 5 (ke lima) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Inflasi tahunan Bungo pada Triwulan IV-2015 tercatat 1,29% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (5,37% yoy). Sementara itu, inflasi triwulanan Bungo pada Triwulan IV-2015 tercatat 1,17% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan sebelumnya (1,63% (qtq)). Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada Triwulan IV-2015 adalah sebagai berikut -0,32%(mtm) pada Oktober 2015, 0,07% (mtm) pada November 2015 dan 1,43% (mtm) di bulan Desember 2015.
60
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2015
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
I NFLASI
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan kelompoknya, penyumbang inflasi terbesar Bungo pada Triwulan IV-2015 terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,37% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,61%, namun secara tahunan mengalami deflasi 1,39% (yoy). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub kelompok padi-padian sebesar 11,45%(qtq) atau 5,79% (yoy) dan sub kelompok bumbu-bumbuan 14,52% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami deflasi 25,36% (yoy). Inflasi pada kedua sub kelompok tersebut didorong oleh naiknya harga beras dan cabai merah. Sementara itu, deflasi terjadi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya 11,96% (qtq), sayur-sayuran 10,79% (qtq), serta sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 1,70% (qtq). Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 6,27% (yoy) atau 1,70% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,35%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai sebesar 5,20% (qtq) atau 62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
14,23% (yoy) seiring kenaikan berkala harga rokok kretek dan harga rokok kretek filter. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi 0,55% (qtq) atau 6,44% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir 0,64% (qtq) dan kopi bubuk 1,30% (qtq). Sementara sub kelompok makanan jadi cenderung tidak mengalami inflasi berarti. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 2,89% (yoy) atau 1,06% (qtq) dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,20% yang didominasi oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 2,20% (qtq) atau 4,01% (yoy), dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,03% (qtq) atau 2,80% (yoy). Inflasi kedua kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga lemari pakaian 23,08% (yoy), dan sabun deterjen bubuk/cair 4,28% (yoy). Sementara itu sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi 0,78% (qtq) atau 6,57% (yoy) sedangkan sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami deflasi 0,16% (qtq) yang dipicu deflasi batu bata/batu tela sebesar 10,60% (qtq). Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,53% (yoy) atau deflasi 0,47% (qtq). Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh inflasi sub kelompok sandang anak-anak sebesar 2,59% (qtq) atau 3,43% (yoy) seiring kenaikan harga baju muslim sebesar 66,67% (yoy). Sementara itu, sub kelompok sandang lakilaki dan sub kelompok sandang wanita mengalami deflasi masing-masing 0,18% (qtq) dan 0,08% (qtq), meskipun secara tahunan mengalami inflasi 1,33% (yoy) dan 1,25% (yoy). Sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami deflasi 5,28% (qtq) dan 0,47% (yoy). Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,74% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,03% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,17% (yoy). Inflasi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,28% (qtq) atau 4,92% (yoy) seiring kenaikan harga hand body lotion sebesar 13,73% (qtq). Inflasi sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi sebesar 1,10% (qtq) atau 1,53% (yoy) dan sub kelompokjasa perawatan jasmani sebesar 0,00% (qtq) atau 8,57% (yoy). Kelompok
pendidikan,
rekreasi
dan
olahraga
mengalami
inflasi
0,34%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,03% atau secara tahunan terjadi inflasi TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
I NFLASI
sebesar 2,87% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dengan inflasi 3,12% (qtq) atau 6,04% (yoy) dan sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dengan inflasi 0,81% (qtq) atau 0,50% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut dipicu kenaikan biaya kursus komputer 10,50% (yoy) dan biaya foto kopi 11,39% (yoy). Sementara itu, sub kelompok rekreasi mengalami deflasi 0,24% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami inflasi 5,81% (yoy) sedangkan harga pada sub kelompok jasa pendidikan dan olahraga cenderung stabil. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,03% (qtq) dan 3,70% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, transpor adalah adalah penyumbang deflasi tertinggi pada sub kelompok ini yaitu 0,09% (qtq) atau 7,12% (yoy) yang didorong oleh turunnya harga bensin dan solar. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami inflasi 0,16% (qtq) atau 0,46% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan biaya pengiriman barang sebesar 11,29% (qtq). Sementara itu sub kelompok sarana dan penunjang transpor serta jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga secara triwulanan walaupun sub kelompok sarana dan penunjang transpor secara tahunan mengalami inflasi sebesar 8,80% (yoy).
64
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
I NFLASI
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan IV-2015
Sumber: BPS
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar Bungo pada Triwulan IV-2015 adalah beras, bawang merah, dan rokok kretek filter. Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada Triwulan IV2015 adalah sub komoditas daging ayam ras, cabai merah, jengkol, telur ayam ras, kentang, dan emas perhiasan.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
B AB III P ERBANKAN DAN SISTEM P EMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan IV-2015 secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan perlambatan DPK dan kredit yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 6,7% (yoy) dan 9,56% (yoy) menjadi Rp23,4 triliun dan Rp28,7 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 9,7% (yoy) dan 9,65% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan IV-2015 yang hanya sebesar 3,1% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,5% (yoy)). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,82%) atau masih sama dengan triwulan sebelumnya yang juga berada di posisi 3,21%. Risiko likuiditas meningkat terindikasi oleh meningkatnya Loan to Deposits Ratio (LDR) di atas 100%. LDR perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit peningkatan sebesar 995 bps menjadi sebesar 122,57% dari triwulan sebelumnya 112,62%. Peningkatan tersebut akibat pertumbuhan kredit yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 69,7% (yoy) sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 6,0% (yoy) sehingga net outflow menurun sebesar 56,2%. Penurunan net outflow tersebut disebabkan oleh keadaan perekonomian yang relatif melambat seiring dengan menurunnya harga komoditi utama Provinsi Jambi (karet dan kelapa sawit) pada triwulan laporan yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
69
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
A.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Aset perbankan pada triwulan IV-2015 mengalami pertumbuhan sebesar 9,3%(yoy) menjadi Rp35,6 triliun, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2015 (7,6% (yoy)). (Grafik 3.1.). Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan
aset
bank
pemerintah
sebesar
11,8%
(yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,7% (yoy) dan pertumbuhan
aset
bank
swasta
sebesar
5,2%
(yoy)
meskipun
melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya (7,3% (yoy)). Sementara itu aset bank syariah masih mengalami penurunan 0,6% (yoy), sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun (5,0% (yoy)). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp24,3 triliun (68,3%), diikuti oleh bank swasta Rp9,2 triliun (26,0%) dan bank syariah Rp2,0 triliun (5,7%) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) Persen 40
38
24.4
37
36
35
25 19.2
30
16.8
16.5
25 20
30
9.8 23
15
24
24
3.2
1.6
24
25.2 35 17.4
17.0 15.5 27 8.8
28
29 18.1
29 17.2
30
34
33
35
20.3
15
8.8
13.9
4.6 2.5
1.3
0.5
20
16.6
11.5 3.5
7.6
10
8.1 6.0 9.3
-1.5
10
5
0
-4.9
5
-1.9
-3.4
-
-5 -10
Q1-12
Q2-12
Q3-12
Q4-12
Q1-13
Q2-13
Q3-13
Jumlah Aset (aksis kiri)
Q4-13
Q1-14
Q2-14
Pertumbuhan q-t-q (%)
Q3-14
Q4-14
Q1-15
Q2-15
Q3-15
Q4-15
Pertumbuhan y-o-y (%)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp23,4 triliun tumbuh sebesar 6,7% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 9,7% (yoy) (Grafik 3.2.). Perlambatan tersebut didorong penurunan giro sebesar 4,1% (yoy) menjadi Rp2,9 70
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
triliun atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,02% (yoy) dan pertumbuhan simpanan berjangka yang mengalami perlambatan (7,9% (yoy)) menjadi Rp7,5 triliun 21,9% (yoy).
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
Sementara itu tabungan mengalami peningkatan dengan tumbuh
8,8% (yoy) menjadi Rp13,0 triliun dibanding triwulan sebelumnya 4,7% (yoy)). Perlambatan DPK tersebut seiring dengan perlambatan perekonomian Provinsi Jambi triwulan berjalan. Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar)
Tabungan
Simp Berjangka
25,000 22,307 20,000
18,376
19,155
19,521
19,415
22,527
20,069
Giro
DPK 24,205
21,965
11,317 15,000
10,970
11,291
7,286
7,529
24,703
22,734
23,444
11,818
10,847
13,100
12,044
10,703
9,646
10,070
5,131
5,388
5,706
3,753
4,120
3,745
3,343
3,179
4,052
3,707
3,008
3,842
3,619
3,708
2,885
Q1-13
Q2-13
Q3-13
Q4-13
Q1-14
Q2-14
Q3-14
Q4-14
Q1-15
Q2-15
Q3-15
Q4-15
9,492
11,430
10,000
5,000
4,642
6,187
8,044
9,269
9,177 7,459
6,912
-
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2013 Trw IV
URAIAN Bank Konvens ional Bank Pemer i nt ah
2014 Trw I
Trw II
2015 Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
12,422,771
13,244,757
15,422,489
15,485,172
14,754,448
15,784,692
16,779,660
16,996,760
15,497,379
1 Giro
2,459,884
2,446,629
3,253,415
2,927,275
2,170,558
3,151,412
2,851,543
3,032,504
2,149,396
2 Tabungan
7,365,988
6,811,479
7,016,344
7,251,664
8,017,609
7,213,510
7,350,104
7,589,424
8,608,158
3 S impanan B erjangka
2,596,900
3,986,649
5,152,731
5,306,234
4,566,281
5,419,770
6,578,014
6,374,833
4,739,825
6, 101, 268
5, 916, 091
5, 957, 636
6, 040, 234
6, 219, 164
6, 004, 004
6, 436, 017
6, 639, 462
6, 845, 956
745,775
679,344
749,585
723,222
728,768
639,409
713,105
611,598
643,224
2 Tabungan
3,543,220
3,371,287
3,400,929
3,451,743
3,390,026
3,036,639
3,366,466
3,597,620
3,825,531
3 S impanan B erjangka
1,812,272
1,865,460
1,807,122
1,865,269
2,100,369
2,327,956
2,356,446
2,430,244
2,377,200 1,100,697
Bank Swas t a Nas i onal 1 Giro
Bank Syar i ah
890,976
908,588
927,272
1,001,733
991,292
945,290
989,544
1,066,279
1 Giro
137,808
53,510
48,589
56,845
109,137
51,321
54,427
64,165
92,735
2 Tabungan 3 S impanan B erjangka
520,567 232,601
636,657 245,499
597,265 296,705
600,126 334,991
630,464 371,649
666,062 341,899
19,415,015 3,343,467 11,429,775 4,641,773
552,542 326,140 3,152,739 22,307,397 4,051,589 10,969,816 7,285,993
587,554 357,334
J umlah 1 Giro 2 Tabungan 3 S impanan B erjangka
520,620 334,458 1,693,139 20,069,436 3,179,483 10,703,386 6,186,567
22,527,139 3,707,342 11,290,961 7,528,836
21,964,903 3,008,463 12,044,292 6,912,149
22,733,986 3,842,142 10,847,414 8,044,430
24,205,221 3,619,074 11,316,696 9,269,451
24,702,501 3,708,267 11,817,508 9,176,726
23,444,032 2,885,355 13,099,752 7,458,925
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp15,5 triliun (66,1%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,8 triliun (29,2%) dan bank syariah Rp1,1 triliun (4,7%) (Tabel 3.1). Pertumbuhan DPK bank pemerintah sebesar 5,0% (yoy ) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 9,8% (yoy), sedangkan DPK bank syariah dan bank swasta masing-masing mengalami peningkatan 11,0% (yoy) dan 10,1% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (6,4% (yoy) dan 9,9% (yoy)). DPK pada bank pemerintah didominasi oleh tabungan (55,5%), diikuti simpanan berjangka (30,6%) dan giro (13,9%). Perlambatan DPK pada bank pemerintah didorong oleh penurunan giro sebesar 1,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan 3,6% (yoy) dan deposito yang mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 3,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 20,1% (yoy). Penurunan giro dan perlambatan deposito tersebut didorong penurunan giro dan deposito pemerintah daerah seiring dengan realisasi APBD yang mencapai 91,32%. Sementara itu tabungan mengalami 72
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
peningkatan
pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 7,4% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% (yoy) didorong oleh kenaikan tabungan perseorangan. DPK bank swasta nasional pada laporan triwulan tercatat sebesar Rp6,8 triliun yang terdiri dari tabungan 55,9%, deposito berjangka 34,7% dan gio sebesar 9,4%. DPK tersebut mengalami kenaikan 10,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 9,9% (yoy). Kenaikan tersebut didorong kenaikan tabungan sebesar 12,8%(yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 4,2% (yoy). Giro masih mengalami penurunan sebesar 11,7% (yoy) setelah sebelumnya juga menurun sebesar 15,4% (yoy). Sedangkan deposito mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 13,2% (yoy) setelah triwulan sebelumnya mampu tumbuh 30,3%(yoy). DPK bank syariah pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 11,0%(yoy) menjadi Rp1,1 triliun atau mengalami peningkatan 11,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,4% (yoy). Komposisi DPK bank syariah didominasi tabungan sebesar 60,5%, deposito sebesar 31,1% dan giro sebesar 8,4%. Peningkatan DPK bank syariah tersebut didorong kenaikan deposito berjangka sebesar 39,3% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 4,0% (yoy). Tabungan mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 4,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,3% (yoy). Giro mengalami penurunan sebesar 15% (yoy) memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh positif 12,9% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, perlambatan DPK terutama didorong oleh penurunan DPK golongan pemda sebesar 35,7% (yoy) menjadi Rp880,6 miliar atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,3% (yoy). Penurunan tersebut seiring dengan realisasi APBD yang mencapai 91,32%. Selain itu DPK golongan Lembaga Keuangan Non Bank menurun sebesar 20,2% menjadi Rp337,6 miliar setelah triwulan sebelumnya mampu tumbuh 28,6% (yoy) dan penurunan tersebut didorong semua komponen DPK. Sektor Swasta Lainnya menurun sebesar 9,6% (yoy) menjadi Rp68,4 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
73
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
signifikan 66,5% (yoy). Penurunan DPK sektor swasta lainnya tersebut hanya dialami tabungan dan deposito berjangka sedangkan dari sisi giro mengalami kenaikan. Sebaliknya
terdapat golongan pemilik yang mengalami kenaikan DPK
diantaranya adalah golongan perseorangan dan golongan bukan lembaga keuangan. DPK golongan perseorangan mengalami pertumbuhan sebesar 11,2% (yoy) menjadi Rp18,0 triliun atau meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
9,6% (yoy). Kenaikan DPK golongan perseorangan ini didorong kenaikan semua aspek DPK yang didominasi giro, tabungan dan deposito. Golongan Bukan Lembaga Keuangan mengalami pertumbuhan 5,8% (yoy) menjadi Rp3,0 triliun atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh tinggi 47,2% (yoy). (Tabel 3.2.).
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No.
Golongan P emilik
Trw.IV-2014
Trw.I-2015
Trw.II-2015
Trw.III-2015
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Trw.IV-2015 Nominal
S hare
yoy
P enduduk/Res idents 1
P emerintah P us at
2
P emerintah Daerah (P emda)
36,967
50,973
66,667
105,146
76,528
0.3%
107.0%
1,370,397
3,537,138
4,061,422
3,977,099
880,624
3.8%
3
-35.7%
B adan Dan L embaga P emerintah
30,811
23,604
134,135
63,582
44,278
0.2%
43.7%
4
B UMN Atau P emerintah Campuran
860,883
865,923
849,587
713,538
884,231
3.8%
2.7%
5
B UMD
112,541
112,609
305,753
312,919
118,638
0.5%
5.4%
6
L embaga Keuangan Non B ank
423,224
441,793
474,869
465,087
337,587
1.4%
-20.2%
7
B ukan L embaga Keuangan
2,874,686
2,358,029
2,409,426
2,547,973
3,041,492
13.0%
5.8%
8
S ektor S was ta L ainnya
75,647
63,344
51,974
62,305
68,382
0.3%
-9.6%
9
P ers eorangan
76.7%
11.2%
0.0%
39.6%
J uml ah Bukan Penduduk/ Non- Res i dent s Penduduk dan bukan penduduk
16,178,221
15,278,982
15,850,085
16,453,420
17,990,142
21, 963, 379
22, 732, 395
24, 203, 919
24, 701, 070
23, 441, 903
1, 525
1, 593
1, 432
1, 432
2, 129
21, 964, 903
22, 733, 988
24, 205, 351
24, 702, 501
23, 444, 032
100. 0%
6.7%
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan
lokasi,
perlambatan
DPK
terjadi
di
sebagian
besar
kota/kabupaten yaitu Kota Jambi, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun, dimana masing-masing hanya tumbuh sebesar 6,0% (yoy), 19,2% (yoy), 4,2% (yoy) dan 23,2% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 8,3% (yoy), 20,5% (yoy), 14,5% (yoy) dan 50,8% (yoy). Perlambatan DPK tersebut juga didorong penurunan DPK di Kabupaten Bungo sebesar 9,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 7,4% (yoy), kabupaten Tanjung 74
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Jabung Barat sebesar 1,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 16,0% (yoy) dan Kabupaten Batanghari yang menurun sebesar 8,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 12,7% (yoy). Namun terdapat juga kabupaten yang mengalami kenaikan yaitu Kabupaten Tebo sebesar 66,5% (yoy) dari triwulan sebelumnya 133,7% (yoy) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 35,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (1,8% (yoy)).(Tabel 3.3.). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi (71,3%) dan mencapai Rp16,7 triliun diikuti oleh Kerinci Rp1,5 triliun (6,5%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun (5,6%). Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kota/Kabupaten Kota Jambi Kab. Kerinci Kab. Bungo Tanjung Jabung Barat Kab. Merangin Kab. Batanghari Kab. Sarolangun Kab. Tebo Tanjung Jabung Timur Kab. Muaro Jambi JUMLAH
Trw. IV-14
Trw. I-15
Trw. II-15
Nominal
Nominal
Nominal
15.758.165 1.287.077 1.438.515 1.127.828 895.078 693.234 354.016 209.323 167.343 34.325 21.964.903
15.650.453 1.441.853 1.304.995 1.161.155 973.374 656.017 486.306 565.926 303.041 190.869 22.733.988
16.227.486 1.496.942 1.360.464 1.275.431 1.066.829 885.135 554.387 696.390 362.789 279.368 24.205.221
Trw. III 15 Nominal
Pertumbuhan (yoy) Share
16.804.236 1.612.738 1.354.929 1.211.166 1.090.145 717.222 640.734 612.709 391.511 267.110 24.702.501
68,0 6,5 5,5 4,9 4,4 2,9 2,6 2,5 1,6 1,1 100
Pertumbuhan (yoy) Trw IV 2015
Trw. IV 15
Nominal
Persen
1.286.108 274.521 (108.137) (230.961) 138.153 81.090 215.791 244.686 7.000 267.110 2.175.363
8,3 16.710.423 20,5 1.533.979 (7,4) 1.301.548 (16,0) 1.107.941 14,5 932.708 12,7 633.201 50,8 436.150 66,5 489.259 1,8 227.265 #DIV/0! 71.558 9,7 23.444.032
Nominal
Share 71,3 6,5 5,6 4,7 4,0 2,7 1,9 2,1 1,0 0,3 100
Nominal
yoy
952.258 6,0 246.902 19,2 (136.968) (9,5) (19.887) (1,8) 37.630 4,2 (60.033) (8,7) 82.134 23,2 279.936 133,7 59.922 35,8 37.233 108,5 1.479.128 6,7
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3.
Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Pertumbuhan kredit triwulan IV 2015 sedikit mengalami perlambatan dengan
tumbuh sebesar 9,56% (yoy) menjadi Rp28,7 triliun, dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2015 yang mencapai 9,65% (yoy). Perlambatan kredit yang diberikan tersebut sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan IV 2015 yang hanya sebesar 3,18% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan III 2015 (4,5% (yoy)). Namun demikian, hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyatakan bahwa pelaku usaha masih menggunakan dana perbankan dan tidak mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dari bank dan suku bunga masih dirasa wajar meskipun tetap berharap akan ada pertimbangan untuk penyesuaian suku bunga ke level yang lebih rendah sehingga dapat memperluas usaha.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN
2014 TW I
TW II
2015 TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
Kelompok Bank 1 Bank Pemerintah 2 Bank Swasta*) 3 Bank Syariah
23,927,298 15,394,481 6,503,079 2,029,739
24,868,632 25,372,389 16,092,175 16,541,833 6,749,181 6,832,952 2,027,277 1,997,604
26,229,475 17,223,936 7,028,372 1,977,167
26,566,309 17,545,224 7,100,958 1,920,127
27,355,034 18,256,586 7,217,127 1,881,321
27,820,801 18,697,924 7,246,371 1,876,505
28,735,809 19,545,989 7,263,283 1,926,537
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
23,927,298 7,558,597 5,959,299 10,409,402
24,868,632 25,372,389 8,035,392 8,187,856 6,071,136 6,134,277 10,762,104 11,050,256
26,229,475 8,517,472 6,430,084 11,281,919
26,566,309 8,487,900 6,663,743 11,414,666
27,355,034 8,772,809 6,881,249 11,700,976
27,820,801 8,869,811 6,976,421 11,974,568
28,735,809 9,049,452 7,326,643 12,359,713
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 LGA 5 Konstruksi 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 10 Bukan Lapangan Usaha *) Termasuk bank asing dan campuran
18,149,036 4,231,411 114,741 787,946 4,126 746,132
24,868,632 25,372,389 4,551,324 4,623,883 136,051 149,907 804,571 820,967 3,177 3,922 876,089 880,225 6,165,280 6,287,606 333,691 320,157 704,085 674,747 403,233 482,693 10,891,132 11,128,283
26,229,475 4,844,114 137,590 974,021 3,660 859,266 6,491,044 333,392 674,966 544,056 11,367,367
26,563,556 5,052,401 131,001 944,211 6,099 818,603 6,544,280 338,174 700,696 597,609 11,430,482
27,355,034 5,171,866 151,834 1,083,490 8,141 842,362 6,780,454 342,338 682,401 580,733 11,711,415
27,820,801 5,265,773 140,685 1,154,720 9,944 839,402 6,922,825 306,489 667,614 529,700 11,983,649
28,735,809 5,332,562 130,725 1,144,555 10,348 783,348 7,482,305 285,497 680,836 517,922 12,367,711
310,465 1,135,751 409,063 10,409,402
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, perlambatan kredit dialami oleh bank konvensional yang tumbuh sebesar 10,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 11,0% (yoy). Perlambatan tersebut seiring perlambatan kredit bank swasta yang pada triwulan laporan hanya tumbuh 3,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 6,1% (yoy) sedangkan kredit bank pemerintah mengalami sedikit kenaikan dengan tumbuh 13,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,0% (yoy)
(Tabel 3.4.). Bank
syariah kembali mengalami penurunan pembiayaan sebesar 3,3% (yoy), meskipun tidak setajam penurunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya (6,1% (yoy)). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 93,3% sementara bank syariah sebesar 6,7%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,0%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,5%) dan kredit investasi (25,5%). Perlambatan kredit dialami oleh kredit modal kerja yang tumbuh 6,2% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 8,3% (yoy). Sementara itu kredit investasi dan konsumsi masing-masing mengalami peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 13,9% (yoy) dan 9,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,7% (yoy) dan 8,4% (yoy). Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi, pertumbuhan kredit investasi yang relatif kecil disebabkan dunia usaha saat ini 76
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
sedang menahan investasi di triwulan IV-2015 sejalan dengan kondisi bisnis yang tidak begitu baik seiring dengan belum membaiknya harga komoditas karet dan kelapa sawit. Investasi yang dilakuakn merupakan kelanjutan investasi dari triwulan lalu atau investasi tahun lalu. Berdasarkan Sektor
Ekonomi,
perlambatan
kredit
disebabkan oleh
penurunan kredit pada sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor konstruksi mengalami penurunan cukup tajam sebesar 8,8% (yoy) menjadi Rp783,3 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 4,6% (yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan kredit modal kerja sub sektor bangunan sipil, konstruksi khusus dan konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70). Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan yang lebih tajam 14,4% (yoy) menjadi Rp285,4 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan 4,3% (yoy) yang disebabkan penurunan kredit investasi sub sektor angkutan laut domestik dan angkutan laut internasional. Namun sebaliknya, kredit modal kerja sub sektor angkutan laut internasional dan jasa telekomunikasi mengalami peningkatan. Sektor jasa-jasa mengalami penurunan sebesar 4,8% (yoy) menjadi Rp517,9 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,7% (yoy). Penurunan tersebut seiring dengan penurunan kredit modal kerja sub sektor jasa lainnya dan sub sektor jasa kesehatan manusia - rumah sakit dan kredit investasi sub sektor jasa kesehatan manusia - tempat perawatan / pengobatan. Sektor pertambangan dan penggalian
pada triwulan berjalan masih
mengalami penurunan sebesar 5,0% (yoy) meskipun tidak sedalam penurunan yang terjadi pada
triwulan sebelumnya (6,2% (yoy)). Penurunan tersebut disebabkan
penurunan kredit modal kerja sub sektor jasa pertambangan minyak dan gas bumi, sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara dan kredit investasi sub sektor penggalian batu-batuan, tanah liat dan pasir. Kontraksi kredit tersebut seiring dengan tingkat harga batubara yang belum membaik. TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
77
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kredit kepada sektor pertanian mengalami perlambatan pada triwulan laporan dengan tumbuh sebesar 10,1% (yoy) menjadi Rp5,3 triliun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (13,9% (yoy)). Perlambatan tersebut didorong menurunnya kredit modal kerja sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah seiring dengan belum membaiknya harga karet di pasar internasional. Namun di sisi lain kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit, kredit modal kerja sub sektor pengusahaan hasil hutan selain kayu dan kredit modal kerja pembibitan dan budidaya unggas mengalami sedikit
kenaikan. Kenaikan kredit
modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan dan kelapa sawit sejalan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa investasi yang dilakukan dunia usaha pengolahan CPO saat ini adalah kelanjutan dari investasi tahun lalu atau triwulan sebelumnya. Meskipun pertumbuhan kredit relatif stabil dari 9,65% (yoy) menjadi 9,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya, namun terdapat juga sektor yang mengalami peningkatan kredit yaitu sektor listrik gas dan air (LGA), sektor perdagangan hotel dan restoran dan
sektor bukan lapangan usaha. Sektor listrik gas dan air (LGA)
mengalami peningkatan 182,8% (yoy) menjadi Rp10,3 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 153,6%. Pertumbuhan kredit disektor ini didorong peningkatan kredit modal kerja ketenagalistrikan pedesaan dan sub sektor gas serta kredit investasi sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih. Sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami peningkatan 15,3% (yoy) menjadi Rp7,4 triliun atau meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,1% (yoy). Peningkatan tersebut didorong peningkatan kredit modal kerja dan investasi sub sektor penjualan mobil, sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor hotel bintang, sub sektor jasa akomodasi lainnya dan kredit modal kerja sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau. Kenaikan kredit sub sektor penjualan mobil sejalan dengan meningkatnya volume penjualan kendaraan roda 4 pada triwulan IV-2015 dan peningkatan sub sektor hotel bintang pada triwulan ini sejalan dengan meningkatnya tingkat hunian hotel.
78
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Sektor bukan lapangan usaha tumbuh sebesar 8,8% (yoy) menjadi Rp12,3 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut diantaranya didorong pertumbuhan kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna dan pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70. Pada triwulan ini kredit multiguna dan pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 mengalami peningkatan sementara pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 mengalami penurunan padahal pada triwulan yang sama tahun lalu (IV-2014) kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan tipe diatas 70 sama sama mengalami kenaikan. Porsi kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 pada triwulan IV-2014 adalah 15,56% dan 12,36% dan pada triwulan IV-2015 adalah 16,68% dan 10,22%. Selain dipengaruhi oleh harga dan tipe rumah masyarakat cenderung memilih rumah sesuai kebutuhan. Perubahan komposisi tersebut didorong oleh perlambatan perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan IV2015 yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Jambi bahwa tingkat harga komoditas CPO dan karet yang merupakan komoditas utama di Provinsi Jambi sangat mempengaruhi permintaan akan produk
dan jasa yang ditawarkan dunia usaha dan mayoritas
konsumen membeli dengan pendapatan yang berasal dari kedua komoditas tersebut. Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp37,0 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp28,7 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp8,3 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi pada triwulan berjalan hanya tumbuh 8,5% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (11,8% (yoy)). Perlambatan kredit terjadi di beberapa kota/kabupaten di Provinsi Jambi. Penurunan kredit terjadi di Kabupaten Bungo, Merangin dan Muara Jambi dengan penurunan 8,3% (yoy), 6,6% (yoy), 3,2% (yoy) masing-masing menjadi Rp3,0 triliun, Rp2,6 triliun dan Rp2,7 triliun. Sementara itu Kabupaten Batanghari, Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi mengalami perlambatan dengan masing-masing tumbuh sebesar 35,6% (yoy) menjadi Rp2,9 triliun, 7,8% (yoy) menjadi Rp788,5 miliar dan 5,7% (yoy) menjadi Rp15,9 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 43,6% (yoy), TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
79
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
8,2% (yoy) dan 7,6% (yoy). Sementara itu Kota Sungai Penuh, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tebo mengalami peningkatan masing-masing sebesar 421,2% (yoy) menjadi Rp111,3, 48,0% (yoy) menjadi Rp2,9 triliun dan 27,8% (yoy) menajdi Rp548,5 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 378,5% (yoy), 37,2% (yoy) dan 21,2%. Secara sektor ekonomi perlambatan tersebut didorong oleh penurunan kredit sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, dan sektor konstruksi. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Kabupaten/Kota Batanghari Sarolangun Kerinci Muaro Jambi Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur Tebo Merangin Bungo Sungai Penuh Kota Jambi TOTAL
2014 Tw IV Nominal 2,208,433 1,601,980 1,531,300 2,788,879 1,996,109 731,542 1,973,200 2,803,795 3,332,761 26,442 15,129,667 34,124,108
Tw I Nominal 2,177,564 1,623,578 1,571,827 2,701,710 2,012,352 739,897 2,137,947 2,796,085 3,378,293 45,102 14,922,669 34,107,025
2015 Tw II Tw III Nominal Share Nominal Share 2,311,350 6.6 2,903,325 7.8 1,597,502 4.5 1,592,802 4.3 1,603,035 4.6 1,586,727 4.3 2,649,706 7.5 2,964,801 8.0 2,303,911 6.5 2,711,775 7.3 759,156 2.2 773,061 2.1 2,191,066 6.2 2,457,114 6.6 2,866,103 8.1 2,569,387 6.9 3,483,694 9.9 3,574,119 9.6 49,188 0.1 109,445 0.3 15,384,630 43.7 15,951,488 42.9 35,199,342 100.0 37,194,044 100.0
Tw IV Nominal Share 2,999,462 8.1 1,637,229 4.4 1,616,311 4.4 2,701,003 7.3 2,954,834 8.0 788,522 2.1 2,521,725 6.8 2,618,719 7.1 3,056,303 8.3 137,820 0.4 15,989,823 43.2 37,021,752 100.0
Pertumbuhan yoy Nominal % 791,029 35.8 35,249 2.2 85,011 5.6 -87,876 -3.2 958,725 48.0 56,979 7.8 548,526 27.8 -185,076 -6.6 -276,459 -8.3 111,378 421.2 860,156 5.7 2,897,644 8.5
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan berjalan kembali mengalami penurunan sebesar 9,7% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan 2,3% (yoy) . (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut didominasi penurunan kelonggaran tarik kredit investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit, sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah dan kredit konsumsi sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan tipe 22 s.d. 70. Sementara itu kenaikan undisbursed loan kredit modal kerja didorong oleh sektor industri pengolahan sub sektor industri minyak mentah (minyak makan) dari nabati dan hewani dan sub sektor industri minyak goreng dari kelapa.
80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2014
Kategori
2015
TW IV
TW I
Pertumbuhan (yoy) IV 2015
TW II
TW III
TW IV
Nominal
%
234,106
276,994
249,514.8
(114,348)
(31.4)
Jenis Penggunaan
363,863
1 Investasi 2 Konsumsi 3 Modal kerja Total
235,459
196,564
66,937
65,170
1,931
2,626.6
(193,937)
(98.7)
1,463,888
1,535,554
1,511,650
1,537,010
1,575,263.4
111,375
7.6
2,024,315
1,837,950
1,810,925
1,815,935
1,827,405
(196,910)
(9.7)
* Mulai tahun 2010 perhitungan Undisbursed Loan berdasarkan laporan LBU Bassel Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR)18 pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 995 bps dikarenakan kenaikan kredit yang diberikan (9,56% (yoy) lebih besar dibandingkan kenaikan DPK (6,7% (yoy)). LDR berdasarkan bank pelapor tercatat sebesar 122,57% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan meningkatnya risiko likuiditas perbankan di Provinsi Jambi. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Rp triliun 35 30
124%
1.2
122%
1.2
1.2
120%
25
1.2
20
1.1
15
118%
1.1
1.1
116%
1.1
114% 112%
110%
10
108%
5
106%
0
104% Q1-14
Q2-14
Q3-14
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)
Q4-14
Q1-15
DPK Perbankan (Rp juta)
Q2-15
Q3-15
Q4-15
LDR Perbankan Jambi (persen)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,82% (Rp811,0 miliar) (di bawah ketentuan 5%),atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (3,21% atau Rp892,0 miliar) (Tabel 3.8.). Berdasarkan
sektor
ekonomi,
NPL
tertinggi
dialami
oleh
sektor
pertambangan dan penggalian, sektor jasa-jasa dan sektor konstruksi masingmasing 25,57%, 5.06% dan 4,89%. Tingginya NPL sektor pertambangan masih didominasi sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) No
Sektor Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri LGA Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 10. Bukan Lapangan Usaha JUMLAH
TW IV-14
TW I- 2015
Kredit NPL (%) 4.844.114 2,42 137.590 24,63 974.021 1,99 3.660 10,79 859.266 4,21 6.491.044 3,71
TW II- 2015
Kredit NPL (%) 5.052.401 2,67 131.001 27,13 944.211 2,09 6.099 4,46 818.603 7,68 6.544.280 4,21
TW III- 2015
Kredit NPL (%) 5.171.866 2,94 151.834 23,37 1.083.490 1,53 8.141 2,32 842.362 8,70 6.780.454 4,60
TW IV- 2015
Kredit NPL (%) 5.265.773 2,99 140.685 24,36 1.154.720 1,51 9.944 1,90 839.402 6,77 6.922.825 4,88
Kredit Nominal NPL NPL (%) 5.332.562 165.810 3,11 130.725 33.425 25,57 1.144.555 18.380 1,61 10.348 132 1,28 783.348 38.268 4,89 7.482.305 291.438 3,90
333.392
1,74
338.174
1,71
342.338
7,49
306.489
5,60
285.497
9.941
3,48
674.966 544.056 11.367.367 26.229.475
2,11 33,49 0,04 2,49
703.449 597.609 11.430.482 26.566.309
2,84 2,64 1,74 2,89
682.401 580.733 11.711.415 27.355.034
4,16 3,70 1,83 3,21
667.614 529.700 11.983.649 27.820.801
3,54 5,12 1,84 3,21
680.836 517.922 12.367.711 28.735.809
32.586 26.189 194.936 811.104
4,79 5,06 1,58 2,82
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di Provinsi Jambi kembali meningkat dari 5,2% menjadi 5,4% seiring dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga rata-rata tertimbang deposito pada periode laporan tercatat sebesar 7,68% atau menurun dibandingkan triwulan III 2015 (8,06%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode 82
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
laporan tercatat di level 13,08% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,23%). Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Jambi, bahwa meskipun telah terjadi penurunan suku bunga pinjaman, namun dunia usaha tetap berharap penurunan suku bunga kembali terjadi sehingga dunia usaha memperoleh tingkat suku bunga yang lebih rendah ditengah perlambatan ekonomi saat ini.
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %)
8.0
8.3
8.3
8.2
8.0
7.8
7.4
6.3
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
5.6
5.1
4.8 4.7
4.9
5.0 5.2
5.4
Trw IV
7.7
Trw III
7.2
Trw II
7.2
Trw III
10.1
10
Trw II
15
Trw I
20
5
2011 Margin
2012
2013 Deposito
2014 Kredit
Trw II
Trw I
Trw IV
Trw III
Trw I
0
2015 BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
6.
Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp10,6 triliun,
mengalami peningkatan dengan tumbuh 10,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,6% (yoy) dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit (9,6% (yoy))(Grafik 3.5.).
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Rp Triliun
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 12
35 31.9
10 28.3
30
28.9
25
22.5
8
18.7
18.6
6
20
19.0
16.6
13.0 11.9
4
11.0
9.7
9.9
15
13.5 11.0 11.4 10.0
7.2
9.7
10.8 9.6
8.6 9.2
2
10 5
5.0
-
0 TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
2013 Mikro
Kecil
TW III
TW IV
TW I
2014 Menengah
Pertumbuhan UMKM (%) yoy
TW II
TW III
TW IV
2015 Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit meningkat yaitu dari 36,8% di triwulan lalu menjadi 37,2% pada triwulan berjalan (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,0%, kredit kecil 33,7% dan kredit mikro sebesar 32,3% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor konstruksi masingmasing sebesar 49,8%, 27,9% dan 4,7%. Kredit UMKM sektor perdagangan didominasi kredit sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau, sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) dan sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit. Bergeraknya UMKM sektor perdagangan ini turut menggerakkan pertumbuhan sektor perdagangan dalam perekonomian Provinsi Jambi. Kredit UMKM sektor pertanian, perburuan dan kehutanan didominasi kredit kepada sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya. Dominasi kredit UMKM komoditas karet dan kelapa sawit ini ini menunjukkan pentingnya kedua komoditas tersebut mendapat perhatian dari pihak terkait khususnya pada saat tengah pelemahan harga kedua komoditas tersebut saat ini. Sedangkan kredit UMKM sektor konstruksi didominasi oleh kredit UMKM sub sektor konstruksi khusus, sub sektor bangunan jalan raya dan sub sektor penyiapan lahan lainnya. 84
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60.3
60.6
62.1
62.6
63.2
63.0
62.8
63.3
62.4
62.5
63.2
62.8
13.9
14.2
13.0
12.5
12.0
12.6
12.8
12.5
13.2
13.0
12.8
12.6
13.9
13.8
13.6
13.8
13.7
12.0
12.6
11.9
12.0
12.1
12.5
12.5
11.9
11.4
11.3
11.1
11.1
12.5
11.8
12.4
12.3
12.3
11.6
12.0
60% 40% 20% 0%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 2013
Mikro
Kecil
2014
Menengah
2015
Kredit Bukan UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)\
B.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Secara umum. kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami penurunan. Penurunan tersebut terlihat dari aset yang menurun sebesar 1,5% (yoy) menjadi Rp744,8 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,5% (yoy). Penurunan aset tersebut
didorong penurunan kembali kredit sebesar 2,8% (yoy) menjadi
Rp509,9 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar 2,0% (yoy). Sementara itu dana pihak ketiga mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 1,1% (yoy) menjadi Rp572,7 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,0%(yoy). Perlambatan dana pihak ketiga didorong oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berjangka yang hanya tumbuh 0,2% (yoy) menjadi Rp482,5 miliar setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,9% (yoy). Sementara itu, tabungan mengalami peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 6,3% (yoy) menjadi Rp90,2 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,7% (yoy). Kredit yang diberikan masih mengalami penurunan 2,8%(yoy) menjadi Rp509,9 miliar yang didominasi oleh penurunan kredit konsumsi dan
investasi
masing-masing sebesar 15,7% (yoy) dan 7,3% (yoy) menjadi Rp199,8 miliar dan TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
85
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Rp99,2 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun masing-masing sebesar 13,5% (yoy) dan 3,8% (yoy). Kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 16,8% (yoy) menjadi Rp10,8 miliar dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 15,4% (yoy). Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) gross menjadi 15,81% dibandingkan 17,80% pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Dominasi sektor tersebut didorong belum membaiknya harga komoditi karet dan sawit yang rentan dipengaruhi harga internasiona sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison, bahwa belum membaiknya harga komoditas karet dan sawit turut mempengaruhi pendapatan konsumen dan daya beli (konsumsi). Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih cukup baik, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 76,70% meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (80,52%) yang disebabkan peningkatan DPK diikuti penurunan kredit yang diberikan. C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan.Kebijakan dan pelaksanaan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja sistem pembayaran di Provinsi Jambi antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yangterdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (out flow) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)). Kinerja pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 69,7% (yoy) sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 6,0% (yoy) 86
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
sehingga terjadi net outflow setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net inflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring mengalami sedikit kenaikan dimana nilai dan volume kliring mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,1% (yoy) dan 5,0% (yoy) menjadi Rp2,6 triliun dan 72.452 lembar warkat. Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
2014 Tw IV
2015
Pertumbuhan (yoy) Nominal Persen
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2.571.965 69.012
2.412.348 67.623
2.662.816 74.693
2.628.672 69.881
2.599.490 72.452
27.525 3.440
1,1 5,0
1.783 99.967
1.229 41.570
1.692 57.632
1.580 51.768
1.752 66.346
(31) (33.621)
(1,7) (33,6)
892.023 2.573.657 2.354.181 2.545.103 (1.462.158) 28.555
1.563.340 2.170.933 (607.593)
641.961 (138.325) 780.286
69,7 (6,0) (56,2)
921.379 1.445.865 2.309.258 1.285.175 (1.387.878) 160.690
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
C.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 69,7% (yoy) sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 6,0% (yoy) sehingga net outflow menurun sebesar 56,2%. Penurunan net outflow tersebut disebabkan oleh keadaan perekonomian yang relatif melambat seiring dengan menurunnya harga komoditi utama Provinsi Jambi (karet dan kelapa sawit) pada triwulan laporan yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
87
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 (500.000)
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2015
(1.000.000)
(1.500.000) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
Sumber: Bank Indonesia Jambi
C.2.Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE).Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp253,6 miliar, atau 16,23% dari total inflow Provinsi Jambi, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (6,9%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
88
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
C.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan ditemukan uang rupiah tidak asli yang mencapai 326 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau meningkat 17,3% dibandingkan triwulan sebelumnya (278 lembar). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. C.4.Perkembangan Kliring Lokal Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan sarana transfer dana non tunai selain RTGS dengan nominal yang lebih kecil. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,5 triliun, mengalami peningkatan (1,1% (yoy)) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. (Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilai kliring, volume kliring juga mengalami peningkatan sebesar 5,0% (yoy), yaitu menjadi 72.452 lembar warkat sejalan dengan. Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
2,800,000 2,600,000 2,400,000 2,200,000 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000
80,000 60,000 40,000 20,000 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Sumber: Bank Indonesia Jambi
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
89
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Sejalan dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga masih mengalami penurunan (33,6% (yoy)) menjadi Rp66,3 miliar. Demikian juga halnya dari sisi jumlah lembar warkat cek dan BG kosong terjadi penurunan (1,7%(yoy)) menjadi 1.752 lembar warkat.
90
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
BOKS 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Harga bahan olah karet (bokar) di Jambi mengalami penurunan dari rata-rata Rp15.127/kg pada triwulan IV-2014 menjadi Rp13.534/kg pada triwulan IV-2015 (Grafik 1). Melemahnya harga bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 18,63% (yoy) dari USD192,73cent/kg menjadi USD156,83 cent/kg . Penurunan harga karet global merupakan dampak dari tren penurunan harga minyak mentah dunia yang mencapai 37,13% (yoy).
Grafik 1 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Seperti halnya penurunan kondisi harga karet, harga TBS dan Crude Palm Oil (CPO) juga cenderung mengalami tren penurunan. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.277,30/kg, turun 21,70% (yoy) dari harga triwulan yang sama tahun 2014. Hal ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan sebesar 22,43% (yoy) dari USD654,57/metric ton pada triwulan IV-2014 menjadi USD507,73/metric ton pada TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 91 91
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 triwulan IV-2015. (Grafik 2). Masih rendahnya harga TBS merupakan dampak dari melemahnya harga minyak mentah dunia yang medorong melemahnya harga CPO global sebagai salah satu produk substitusi minyak mentah.
Grafik 2 Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Pelemahan harga komoditas sektor pertanian tersebut berdampak langsung terhadap kinerja perbankan, terutama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di tahun 2015. Kinerja BPR di provinsi Jambi selama tahun 2015 menunjukkan penurunan bila dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut ditunjukkan oleh perkembangan total aset yang menurun sebesar 1,86% (yoy) dari posisi Desember 2014 senilai Rp. 759,00 Milyar menjadi senilai Rp. 744,84 Milyar di Desember 2015. Menurunnya harga komoditas sawit dan karet berdampak pada menurunnya kemampuan debitur dalam membayar kewajiban, serta berkurangnya penawaran BPR dalam supply dana karena khawatir terjadinya gagal bayar oleh debitur. Perlambatan kinerja terutama berasal dari sisi kredit yang disalurkan pada tahun 2015. Kredit yang disalurkan pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp. 524,67 Milyar menurun di tahun 2015
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 menjadi Rp. 509,94 Milyar. Penurunan kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit juga ditunjukkan oleh Loan Debt Ratio (LDR) yang turun menjadi 1,42 % di tahun 2015. Grafik 3. Alokasi Utama Kredit BPR di Provinsi Jambi Tahun 2015
Alokasi Kredit Utama BPR Tahun 2015 150.00 130.00 110.00
Milyar (Rp)
90.00 70.00 50.00 30.00
10.00 (10.00)
Jan
Feb
Mar
April
May
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Dec
2015
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Konstruksi
Perdagangan
Sumber : LBBPR Statistik, 2015
Berdasarkan sektor utama realisasi kredit yang disalurkan BPR di tahun 2015 diketahui berasal dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Kemudian sektor perdagangan ditempat kedua dan sektor konstruksi/bangunan di tempat ketiga. Sementara dari sisi Dana Pihak Ketiga (Tabungan dan Deposito) mengalami kenaikan di tahun 2015, DPK di 2014 sebesar Rp. 566,50 Milyar meningkat menjadi Rp. 572,78 Milyar di tahun 2015, terjadi pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 1,11 %.
TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 93 93
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Grafik 4 Perbandingan Aset, Kredit dan DPK BPR Di Provinsi Jambi
Sumber : LBBPR Statistik, 2015
Menurunnya kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit serta tahap pengambil keputusan oleh komite kredit yang masih berorientasi pada kuantitas (target), berimbas pada NPL (%) gross yang terus meningkat dan
berada di atas ambang kewajaran.
Terjadi trend peningkatan NPL (%) gross di tahun 2015. NPL (%) gross pada Desember 2015 tercatat sebesar 15,81%, sedangkan pada Desember 2014 sebesar 12,21%, secara rata-rata NPL (%) gross pada tahun 2015 tercatat sebesar 16,12% dan NPL (%) gross BPR di 2015 tercatat tumbuh 29,53% (yoy).
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Grafik 5 Perbandingan NPL BPR Di Provinsi Jambi Tahun 2015
NPL (%) 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 NPL (%)
8.00
6.00 4.00 2.00
0.00 Jan
Feb
Mar
April
May
Jun
Jul
Agst
Sept
Okt
Nov
Dec
2015
Sumber : LBBPR Statistik, 2015
Faktor penyebab menurunnya kemampuan penyaluran kredit yang mendorong NPL BPR Provinsi Jambi meningkat diantaranya : a. Menurunnya permintaan kredit
di sektor usaha bidang perkebunan yang
disebabkan menurunannya harga komoditas karet dan kepala sawit, hal ini akan mempengaruhi kemampuan bayar para debitur khususnya para petani karet dan kelapa sawit serta berdampak ke daya beli masyarakat yang menurun. b. Secara internal bank, akibat dari :
Kurangnya kompetensi karyawan dalam membangun informasi yang informatif, terutama dalam proses permohonan kredit berakibat data informasi yang diterima tidak lengkap dan akurat serta tanpa memperhatikan kualitas kredit.
Kurang optimalnya BPR dalam melakukan pemantauan kredit (monitoring kredit), saat ini pemantauan baru dilakukan setelah adanya laporan kredit bermasalah (Kredit Kurang Lancar, Diragukan dan Macet).
Belum optimalnya penyelesaian kredit bermasalah dan proses penyelesaian lewat jalur hukum yang membutuhkan biaya mahal dan waktu relatif lama.
c. Secara eksternal bank, naiknya NPL disebabkan oleh :
Pelemahan perekonomian serta masih lemahnya
harga komoditi yang
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 95 95
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015
Perkembangan industri perbankan Jambi yang relatif pesat ini dirasakan cukup sulit bagi BPR, terutama pada sisi pemberian kredit UMKM dari jumlah plafond dan tingkat suku bunga, secara umum tingkat suku bunga BPR relatif tinggi dibandingkan Bank umum, dari sisi plafond relatif rendah. Oleh karena itu perlu regulasi khusus yang mengatur tentang hal tersebut, agar perbankan dapat berkompetisi secara sehat.
Menyikapi penurunan kinerja BPR di tahun 2015, dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut, diantaranya : 1. Melakukan ekspansi kredit, yang secara operasional dapat dilakukan dengan cara : a. Menetapkan terlebih dahulu limit risiko kredit, secara risk appetite (risiko yang dapat diambil) dan risk tolerance (teloransi risiko kredit), baik secara limit perjenis risiko dan limit per aktivitas fungsional yang ada pada risiko inhern dan risiko residual. b. Menerapkan manajemen risiko kredit yang sesuai dengan ketentuan POJK No. 13 / POJK 03/ 2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi BPR. c. Menghindari terjadinya Risiko Konsentrasi Kredit yang penyalurannya hanya mengandalkan sektor pertanian pada usaha
tidak
bidang karet dan kelapa
sawit, tetapi mengembangkan jenis-jenis kredit yang sesuai dengan tuntutan lingkungan usaha atau masyarakat serta dibarengi dengan melakukan perubahan nilai dalam berbagai bauran pemasaran.
Dari poin ini berarti, BPR harus
meningkatkan dan mengembangkan produk kredit dan segementasi pasar maupun bauran pemasaran yang berdaya saing. d. Meningkatkan kualitas proses kredit (tahap permohonan dan tahap analisis) yang bisa membangun informasi yang informatif, dan dibarengi dengan cara pengambil keputusan kredit oleh komite kredit yang tetap tepat untuk sebagai pengendali risiko kredit. 2. Meningkatkan kegiatan monitoring kredit terhadap semua kredit yang telah disalurkan serta melakukan perbaikan dalam menangani kredit bermasalah. 3. Meningkatkan kompetensi karyawan dalam mengumpulkan data informasi calon nasabah dan pengolah data untuk menjadi informasi yang informatif untuk dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh komite kredit.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015
BOKS. 2 DAMPAK PELEMAHAN HARGA KOMODITAS KARET DAN KELAPA SAWIT TERHADAP KINERJA BPR DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 4. Meningkatkan daya saing BPR melalui peningkatan modal, peningkatan teknologi informasi yang mumpuni Selain dorongan peran dari pihak internal dan eksternal BPR, diharapkan peran serta pemerintah melalui : a. Mendorong para Investor untuk membangun produk turunan dari komoditi kelapa sawit dan karet sehingga dapat mendongkrak harga. b. Meningkatkan program Prona dalam sertifikasi tanah masyarakat supaya dapat mengakses ke BPR/Perbankan untuk memperoleh kredit dalam rangka meningkatkan modal kerja. Dalam rangka penguatan kinerja BPR serta perekonomian di masa mendatang tidak dapat dilakukan oleh internal BPR sendiri, peran serta pihak terkait sangat diharapkan untuk dapat saling bekerjasama dan berkordinasi secara tepat, guna mencapai kesinambungan perekonomian yang lebih baik di masa mendatang.
TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 97 97
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan IV-2015 mencapai Rp3,2 triliun (terealisasi sebesar 98,4% dari APBD 2015). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp1,24 triliun (38,8% dari total pendapatan), turun 6,0% dibandingkan realisasi PAD Triwulan IV-2014 (Rp1,3 triliun atau 41,3% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp1,0 triliun hingga Triwulan IV-2015 (31,5% dari total pendapatan dan 81,2% dari total PAD), tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2014. Pendapatan dari retribusi daerah mencapai Rp21,1 miliar, mengalami peningkatan 44,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp14,6 miliar. Hal ini sejalan dengan perlambatan perkonomian provinsi Jambi dari 7,35% (yoy) pada tahun 2014 menjadi 4,21% (yoy) pada tahun 2015. Sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%) menjadi Rp3,4 triliun pada Triwulan IV-2015 (terealisasi 91,3%). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan mengalami penurunan sebesar 0,1% namun realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 6,2%. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 23,2%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 63,1%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%).
101
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV-2015
Pada Triwulan IV-2015, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp3,2 triliun atau mencapai 98,4% dari APBD tahun 2015 (Rp3,26 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,96 triliun (61,0% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp1 triliun (31,5% dari total pendapatan Jambi) (Tabel 4.1). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya sebesar Rp1,24 triliun (38,8% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut menurun 6,0% dibanding Triwulan IV-2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp1,0 triliun hingga Triwulan IV-2015 (31,5% dari total pendapatan dan 81,2% dari total PAD), tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2014. Pendapatan dari retribusi daerah mencapai Rp21,1 miliar, mengalami peningkatan 44,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp14,6 miliar. Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan IV-2015 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
102
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV-2015 Hingga Triwulan IV-2015, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp3,4 triliun atau mencapai 91,3% dari APBD 2015 (Rp3,7 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat cukup tinggi sebesar Rp198,0 miliar atau 6,2% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp2,2 triliun atau 63,1% dari total belanja Triwulan IV-2015 (terealisasi sebesar 91,9% dari target APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja barang yang mencapai Rp752,7 miliar (35,0% dari belanja operasional) dan diikuti oleh belanja pegawai Rp654,5 miliar (30,4% dari belanja operasional). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin. Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja modal dari Triwulan III-2015 ke Triwulan IV-2015 (meningkat Rp339,5 miliar atau 75,3%) yang disebabkan oleh dilakukannya pembayaran berbagai proyek pembangunan di periode akhir tahun. Hal ini terkonfirmasi dari turunnya jumlah simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi dari Rp1,37 triliun di Triwulan III-2015 menjadi Rp880,6 miliar di Triwulan IV-2015, atau turun 35,7%. Dari sisi porsi terlihat tren penurunan alokasi belanja modal. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 23,2%, lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 (31,5%) dan APBD-P 2014 (25,3%). Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp544,4 miliar (terealisasi 96,0% dari target pada APBD 2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sedikit menurun 0,5% dibandingkan realisasi pada Triwulan IV-2014. Dengan tingkat inflasi di Provinsi Jambi sebesar 1,37% (yoy), nilai realisasi belanja modal yang lebih rendah tersebut mengindikasikan lebih sedikitnya kuantitas pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan dibandingkan tahun lalu. Masih dibutuhkan komitmen Pemerintah Provinsi Jambi yang lebih kuat dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya TRIWULAN IV-2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
103
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2016.
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan IV-2015 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan IV-2015 mencapai Rp3,65 triliun, meningkat 13,56% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp3,2 triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (17,1% yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan Pajak Penghasilan sebesar 30,7% seiring kenaikan UMR, kenaikan gaji tahunan PNS dan pencairan gaji ke-13 (tigabelas) PNS. Sementara itu, Pajak Pertambahan Nilai tercatat hanya tumbuh 4,3% (yoy) seiring dengan perlambatan ekonomi Provinsi Jambi.
104
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (Juta Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp3,34 triliun (91,6%) dan diikuti oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp224 miliar (6,1%) (Grafik 4.1). Grafik 4.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan IV-2015 terealisasi sebesar Rp5,74 triliun meningkat 15,2% (yoy) dibandingkan TRIWULAN IV-2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
105
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.4). Kenaikan angka realisasi belanja didorong oleh naiknya Belanja Pegawai sebesar Rp210,9 miliar (12,6% yoy) sementara Belanja Barang hanya naik sebesar Rp73,6 miliar (5,12% yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi dalam jutaan rupiah
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar untuk Belanja Modal yaitu sebesar Rp2,1triliun dengan pangsa mencapai 36,7%, sangat meningkat dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,8%. Belanja Pegawai menjadi belanja kedua terbesar (Rp1,9 triliun), dengan pangsa yang sedikit menurun dari 33,4% pada periode yang sama tahun 2014 menjadi 32,7% pada Triwulan IV-2015 (Grafik 4.3). Grafik 4.4. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Peningkatan Belanja Modal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur 106
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
adalah
salah
satu
komponen
utama
yang
berperan
dalam
kemajuan
perekonomian. Sementara itu, pangsa Belanja Barang turun dari 28,8% pada tahun 2014 menjadi 26,3% pada realisasi anggaran hingga Triwulan IV-2015. D. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan IV-2015 adalah sebesar Rp880,6 miliar, atau turun 35,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,37 triliun (Grafik 4.5). Penurunan simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari Rp612,6 miliar pada Triwulan IV-2014 menjadi Rp360,6 miliar pada triwulan laporan, serta turunnya simpanan giro dari Rp736,5 miliar pada Triwulan IV-2014 menjadi Rp500,2 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu simpanan dalam bentuk tabungan mengalami sedikit penurunan dari Rp21,3 miliar pada Triwulan IV-2014 menjadi Rp19,8 miliar pada triwulan laporan atau turun sebesar 7,0% (yoy). Turunnya jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi didorong oleh realisasi pembayaran berbagai proyek pembangunan di periode akhir tahun. Hal ini dapat dilihat dari lonjakan yang cukup tinggi pada realisasi belanja modal dari Triwulan III-2015 ke Triwulan IV-2015 yang meningkat Rp339,5 miliar atau 75,3%.
Grafik 4.5. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
TRIWULAN IV-2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
107
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada September 2015, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 4,2% menjadi Rp358.426 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin dari 8,86% menjadi 9,12%. Jumlah penduduk miskin pada September 2015 adalah 311,56 ribu orang yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 125,60 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak 185,97 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan sebesar 3,6% dibandingkan Maret 2015 yang disebabkan oleh peningkatan penduduk miskin di kota (5,1%) maupun desa (2,6%) karena kenaikan garis kemiskinan, sementara tingkat pendapatan penduduk cederung tetap (bahkan menurun) sehingga menyebabkan beberapa penduduk yang tadinya tidak miskin menjadi miskin. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan yaitu menjadi 95,72 dari 94,83 pada triwulan lalu sejalan dengan peningkatan NTP pada sub sektor hortikultura (2,53%) dan tanaman perkebunan rakyat (1,51%) diantaranya didorong harga jual hortikultura (cabai merah, cabai hijau, bawang merah dan bawang putih) yang mengalami kenaikan harga selama triwulan IV-2015 dan kenaikan harga jual pinang seiring dengan meningkatnya permintaan dari pasar luar negeri akibat ketersediaan komoditas pinang di pasar dunia yang cukup langka. Sementara itu penyaluran raskin selama Triwulan IV-2015 mengalami peningkatan sebesar 447,1% (qtq) (14.314 ton raskin) dibandingkan triwulan sebelumnya 7.259 ton. Peningkatan tersebut karena selama triwulan IV-2015 terdapat tambahan 2 (dua) kali penyaluran raskin sehingga selama tahun 2015 terdapat 34.181 ton raskin yang disalurkan sebanyak 14 (empat belas) kali penyaluran. A. Kemiskinan Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan Maret 2015 meningkat 4,2% menjadi Rp358.426/bulan/orang (tabel 5.1.).
111
K ETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Kenaikan garis kemiskinan tersebut sejalan dengan meningkatnya garis kemiskinan non makanan sebesar 4,1% dari Rp81.144/bulan/orang menjadi Rp84.470/bulan/orang serta meningkatnya garis kemiskinan makanan sebesar 4,2% dari Rp262.791/bulan/orang menjadi Rp273.957/bulan/orang. Menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi yaitu mencapai Rp423.855/kapita/bulan sementara untuk masyarakat desa sebesar Rp329.895/kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut samasama mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2015 masing-masing sebesar 4,3% dan 4,1%. Tabel 5.1. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi Maret 2015 Wilayah
Makanan
Non Makanan
September 2015
Total
Non %GK Makanan Makanan Makanan
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
Kota Perdesaan Kota + Desa
297,507 247,652 262,791
108,556 69,186 81,144
%GK Makanan
Total
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
406,074 316,838 343,935
73.26 78.16 76.41
308,379 258,946 273,957
115,476 69,186 84,470
423,855 329,895 358,426
72.76 78.49 76.43
Sumber : Susenas, BPS 2015
Dari jenis komponennya,
peranan
komoditas makanan
(76,43%)
mendominasi dibandingkan komoditas non makanan (23,57%) (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras sedangkan komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan. Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Miskin Wilayah Kota Perdesaan Kota + Desa
Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 September 2015 11.60 7.67 8.86
12.11 7.82 9.12
Jumlah Penduduk Miskin Maret 2015 119.54 181.17 300.71
September 2015 125.60 185.97 311.56
Sumber : Susenas, BPS 2015
Jumlah penduduk miskin pada September 2015 adalah 311,56 ribu orang yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 125,60 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak 185,97 ribu orang (tabel 5.2.). Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan sebesar 3,6% dibandingkan Maret 2015 yang disebabkan oleh peningkatan penduduk miskin di kota (5,1%) maupun 112
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
desa (2,6%) dan menyebabkan peningkatan persentase penduduk miskin dari 8,86% menjadi 9,12%. Namun demikian, persentase penduduk miskin provinsi Jambi tersebut lebih rendah dari angka nasional yang pada maret 2015 mencapai 11,22%. B.
Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan Desember 2015, NTP sebesar 95,72 atau naik 89 bps dibandingkan Sept 2015 11
(tabel 5.6.). Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (2,1%) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (1,16%). Tabel 5.3. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
11
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
113
K ETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Kenaikan NTP tersebut didorong kenaikan NTP petani tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat. Sedangkan NTP petani tanaman pangan, peternak dan perikanan mengalami penurunan. NTP petani hortikultura meningkat menjadi 95,81 dibandingkan triwulan sebelumnya (94,87). Kenaikan NTP ini didorong oleh kenaikan harga jual hortikultura diantaranya cabai merah, cabai hijau, bawang merah dan bawang putih yang mengalami kenaikan harga selama triwulan IV-2015. Harga rata-rata cabe merah keriting pada bulan September 2015 berkisar Rp13.333/kg menjadi Rp44.111/kg pada Desember 2015 dan bawang merah rata-rata Rp18.000/kg pada September 2015 menjadi Rp30.222/kg pada Desember 2015. Kenaikan harga jual tersebut sehubungan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru 2016 serta pasokan yang terbatas dari daerah sentra produksi di Pulau Jawa yang mengalami kekeringan. NTP petani perkebunan rakyat meningkat menjadi 92,04 dibandingkan triwulan sebelumnya 90,67. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan harga jual pinang seiring dengan meningkatnya permintaan dari pasar luar negeri akibat ketersediaan komoditas pinang di pasar dunia yang cukup langka. Selain itu peningkatan NTP ini juga disebakan harga jual sawit sedikit membaik di akhir tahun
meskipun
harga
dunia
belum
menunjukkan
perbaikan.
Sedikit
membaiknya harga TBS tersebut karena keterbatasan TBS akibat musim trek. Selanjutnya terkait petani karet, berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Jambi, rendahnya harga karet di level petani menyebabkan petani karet enggan menyadap karet mereka karena hasil yang didapat tidak sepadan dengan usaha mereka dan mempengaruhi ketersediaan bahan baku karet pada industri pengolahan crumb rubber. NTP petani tanaman pangan mengalami penurunan menjadi 95,72 dibandingkan sebelumnya 98,52. Penurunan tersebut didorong selama triwulan IV-2015 adalah masa paceklik yang merupakan kelanjutan dampak El Nino sehingga mempengaruhi produktivitas dan pendapatan petani tanaman pangan. Musim tanam tanaman pangan diantaranya padi baru dimulai pada akhir Desember 2015 dan diperkirakan akan panen sekitar bulan Maret 2016. 114
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
NTP petani peternak mengalami penurunan menjadi 99,80 dibandingkan sebelumnya 103,05. Penurunan tersebut karena indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan 1,08% akibat naiknya beberapa input poduksi, sementara indeks yang diterima petani mengalami penurunan 2,09%. Meskipun pendapatan dari peternakan ayam ras dan telur ayam ras meningkat seiring dengan inflasi daging ayam ras pada triwulan berjalan namun biaya yang dikeluarkan pun mengalami peningkatan terkait dengan kenaikan harga pakan ternak. NTP petani perikanan mengalami penurunan menjadi 99,73 dibandingkan sebelumnya 100,36. Meskipun beberapa ikan diantaranya nila, patin dan mas mengalami inflasi pada triwulan IV-2015. Namun kenaikan biaya produksi yang jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga jual ikan. C. Raskin Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 14.314 ton, meningkat 447,1% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7.259 ton (Grafik 5.1). Meningkatnya penyaluran raskin tersebut karena selama triwulan IV-2015 terdapat tambahan penyaluran raskin 2 (dua) kali tambahan yaitu masing-masing sebesar 2.441.685 kg sehingga selama tahun 2015 terdapat 34.181 ton yang disalurkan sebanyak 14 (empat belas) kali penyaluran raskin.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
115
K ETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Ribu ton
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 16
Pertumbuhan Raskin (% yoy) 500,00 14,3
14
400,00
12
300,00
10
8,7
8,5 7,3
8
200,00
100,00
6
4,2
4
-
2,6
(100,00)
2 -
(200,00) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 2012
2013
2014
2015
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
116
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV-2015
B AB VI P ROSPEK P EREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan berada pada kisaran 3,65%-4,15%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2015 (3,18% (yoy)). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,83%-5,33%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%). Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 disumbangkan dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang didorong oleh proyeksi kenaikan produksi dan mulai membaiknya harga TBS kelapa sawit dan tren kenaikan harga dan produksi pinang. Sektor lain yang diperkirakan menyumbangkan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang adalah sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sejalan dengan proyeksi mulai membaiknya produksi dan harga CPO, sektor transportasi dan pergudangan yang ditandai dengan meningkatnya
kegiatan
transportasi
udara
sejalan
dengan
selesainya
pembangunan bandara baru dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum seiring mulai normalnya dan berjalannya kegiatan pemerintahan baru setelah pilkada. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I-2016. Konsumsi pemerintah diprediksi akan mengalami sedikit kenaikan sejalan dengan program percepatan realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah serta adanya kepala pemerintahan baru. Ekspor diperkirakan meningkat terutama dari ekspor CPO seiring proyeksi meningkatnya harga dan permintaan CPO. Inflasi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,82%-5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2015 (1,37%). Kenaikan inflasi pada triwulan I-2016 utamanya disebabkan kenaikan
119
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
komoditas kelompok volatile food seperti beras, cabai merah dan bawang merah seiring terganggunya produksi di sentra produksi Jawa dan perayaan hari raya keagamaan (Imlek). Sementara itu, kenaikan inflasi inti disebabkan penyesuaian harga yang dilakukan distributor/produsen barang-barang kebutuhan rumah tangga. Sampai dengan bulan Januari 2016, inflasi year to date tercatat 2,71%. Secara
tahunan,
Kantor
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
Jambi
memproyeksikan inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 akan berada pada kisaran 4,67%-5,17%. Sementara target inflasi Indonesia di tahun 2016 berada kisaran 4% (±1%). Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain gangguan cuaca yang mengganggu produksi tanaman bahan makanan dan kenaikan tarif tenaga listrik seiring rencana pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke 1.300 VA. Namun demikian, potensi panen raya beras, impor beras BULOG dan potensi penurunan tarif angkutan darat dapat mengurangi tekanan inflasi pada triwulan I-2016.
A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan pada kisaran 3,65%-4,15%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2015 (3,18%
yoy).
Sementara
proyeksi
pertumbuhan
ekonomi
tahun
2016
diperkirakan berada pada kisaran 4,83%-5,33%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%). Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 masih disumbangkan dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. Pertumbuhan sektor pertanian utamanya didorong oleh proyeksi kenaikan produksi dan mulai membaiknya harga CPO pada triwulan mendatang yang berdampak pada kenaikan harga TBS kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan informasi dari contact liaison yang menyatakan optimisme kenaikan harga dan
120
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
permintaan CPO pada triwulan I-2016. Disamping itu, pertumbuhan sektor perkebunan juga didorong oleh tren kenaikan harga dan produksi pinang di Provinsi Jambi. Namun demikian, mundurnya masa tanam komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) sebagai dampak kekeringan yang terjadi selama triwulan III dan IV-2015 akan memberikan tekanan pada pertumbuhan sub sektor pertanian tanaman pangan. Selain itu, sub sektor perkebunan karet berisiko mengalami perlambatan pertumbuhan sejalan dengan tren penurunan harga karet global yang mendorong penurunan harga bokar. Pertumbuhan ekonomi juga akan didorong dari pertumbuhan sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor yang masih cukup tinggi sejalan dengan proyeksi mulai membaiknya produksi dan harga CPO. Sektor transportasi dan pergudangan diperkirakan juga mengalami kenaikan yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan transportasi udara sejalan dengan selesainya pembangunan bandara baru di Kota Jambi yang mempunyai kapasitas dan fasilitas yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga mengalami kenaikan sejalan dengan normalnya kegiatan pemerintahan yang sempat dibatasi pada triwulan I2015 yang lalu. Pertumbuhan
sektor
pertanian, kehutanan dan
perikanan,
sektor
perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dan sektor transportasi dan perdagangan terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2015
yang
menunjukkan
pelaku
usaha
di sektor
pertanian,
sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi memandang optimis pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif pada sektor-sektor tersebut (Tabel 6.1). Secara umum, pelaku usaha memandang optimis perkembangan dunia usaha pada triwulan I-2016 yang tercermin dari nilai SBT positif sebesar 14,06%.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
121
12 1
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
Sektor yang masih memandang pesimis terhadap kondisi perekonomian triwulan mendatang adalah sektor industri pengolahan (SBT -0,05%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (SBT -1,91%) dan sektor jasa-jasa (SBT -0,15%) (Tabel 6.1). Pesimisme pelaku usaha industri pengolahan ditengarai disebabkan tren melemahnya harga karet global dan menurunnya permintaan pulp and paper dari negara-negara Timur Tengah yang berdampak pada kegiatan usaha industri 1
pengolahan karet dan pulp and paper . Sementara itu, pesimisme pelaku usaha di bidang keuangan, persewaan dan jasa perusahaan salah satunya disebabkan melambatnya kinerja perbankan di Jambi selama triwulan laporan 2. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan I-2016. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi yang menunjukkan optimisme konsumen selama bulan Januari 2016 (Indeks Keyakinan Konsumen:115,00) dan Februari 2016 (Indeks Keyakinan Konsumen:102,3). Konsumsi pemerintah diprediksi akan mengalami sedikit kenaikan sejalan dengan program percepatan realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah serta adanya kepala pemerintahan baru yang diharapkan dapat bergerak cepat merealisasikan anggaran pemerintah. Sektor lain yang menyumbangkan kontribusi adalah ekspor terutama dari ekspor CPO seiring proyeksi meningkatnya harga dan permintaan CPO. 1 2
Berdasarkan Hasil Liaison dan SKDU Triwulan IV-2015 Berdasarkan Hasil FGD
122
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Namun demikian, masih tingginya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan tren penurunan harga komoditas unggulan Provinsi Jambi seperti minyak mentah, batu bara dan karet berisiko mengurangi investasi oleh perusahaan migas dan karet serta kegiatan impor barang modal, bahan penolong maupun bahan baku.
B. Proyeksi Inflasi Inflasi kota Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,82%-5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2015 (1,37%) (Grafik 6.2). Secara bulanan, inflasi kota Jambi pada triwulan I-2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pencapaian inflasi bulanan dua tahun sebelumnya (2014 dan 2015) yaitu pada kisaran 0,27% (mtm) sampai dengan 0,79% (mtm) pada bulan Februari 2016 dan -0,21%(mtm) sampai dengan 0,29%(mtm) pada bulan Maret 2016 (Grafik 6.1). Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. 2015 serta Perkiraan Januari s.d Maret 2016 m-t-m (%) 4
2013
2015
2016
2014
3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-1
-2
Catatan: Inflasi Februari - Maret 2016 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
123
12 3
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. 2015 serta Perkiraan Januari s.d Maret 2016 y-o-y (%)
2016
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
1
2
3
4
2013
5
6
2015
7
8
2014
9
10
11
12
Catatan: Inflasi Februari - Maret 2016 adalah angka perkiraan dengan deviasi 0,5%
Kenaikan inflasi pada triwulan I-2016 utamanya disebabkan kenaikan komoditas kelompok volatile food seperti beras, cabai merah dan bawang merah. Kekeringan selama masa tanam semester II-2015 yang diakibatkan El Nino berdampak pada berkurangnya pasokan beras, cabai merah dan bawang merah yang akan berpotensi meningkatkan harga komoditas pangan tersebut pada triwulan I-2016. Sementara itu, kenaikan inflasi inti disebabkan penyesuaian harga yang dilakukan distributor/produsen barang-barang kebutuhan rumah tangga (alat elektronik, sabun, mie dll) seiring kenaikan UMP tahun 2016 serta kenaikan bahan baku dan biaya produksi serta proyeksi kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dollar tahun 2016. Kenaikan komoditas tersebut umumnya terjadi pada triwulan I-2016. Secara tahunan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi memproyeksikan inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 akan berada pada kisaran 4,67%-5,17%. Sementara target inflasi Indonesia di tahun 2016 berada kisaran 4% (±1%). Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain risiko yang berasal dari kelompok volatile food
seperti gangguan
cuaca yang berpotensi
mengganggu produksi tanaman bahan makanan, risiko dari kelompok administered price seiring rencana pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke 1.300
124
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
VA untuk mengurangi beban subsidi listrik pemerintah. Namun demikian, potensi dimulainya panen raya beras pada akhir Februari 2016 dan impor beras oleh BULOG serta potensi penurunan tarif angkutan darat dapat mengurangi tekanan inflasi pada triwulan I-2016. C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi perlambatan ekonomi selama tahun 2015 dan inflasi tahun 2015 serta potensi risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi 2016, Pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal berikut: Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui: a) Percepatan realisasi anggaran belanja operasi dan
belanja modal
Pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk mendorong tingkat konsumsi dalam jangka pendek serta dalam jangka panjang untuk menjaga daya beli
dan
menciptakan
lapangan
kerja
melalui
percepatan
pembangunan infrastruktur. b) Meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi dengan cara: 1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di tingkat nasional maupun internasional. 2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak daerah bagi investor dan pembuatan Perda Tata Ruang Wilayah untuk industri. 3. Program insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu penunjang komoditas unggulan di Jambi. 4. Percepatan pembangunan infrastruktur penunjang investasi (pelabuhan samudera Ujung Jabung, pembangkit listrik, instalasi air bersih dan pengolahan limbah dll). 5. Pembangunan
sarana konektivitas
antar daerah
produsen
komoditas dengan daerah industri, pelabuhan dan bandara melalui transportasi darat, sungai dan udara. TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
125
12 5
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
c) Mempersiapkan
Sumber
Daya Manusia (SDM)
terampil
untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi pengajar. 2. Meningkatkan
produktivitas
dan
nilai
tambah
produk
pertanian,
perkebunan dan kehutanan melalui. a) Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat; b) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna; c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; e) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis untuk tanaman hortikultura) f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g) Membangun
industri
hilir
berbasis
komoditas
karet
dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. Menyikapi pengendalian inflasi: 3. Penguatan
fungsi
dan
Peran
TPID
Provinsi
Jambi
serta
TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui: a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang di seluruh Kabupaten/Kota; b) Alokasi APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk program kerja/aksi nyata TPID.
126
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV-2015
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
c) Percepatan kerjasama antar daerah melalui SKPD terkait dalam rangka pemenuhan stok bahan makanan. d) Penyusunan
peta
surplus/defisit
komoditas
pangan
di
setiap
Kabupaten/Kota; e) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; f) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan meningkatkan nilai jual petani. g) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar lelang forward h) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
TRIWULAN IV-2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
127
12 7
B OKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
BOKS 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI Bagi perekonomian provinsi Jambi, karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet. Provinsi Jambi memiliki luasan perkebunan karet yang cukup besar. Total luas areal perkebunan karet di provinsi Jambi mencapai 665.995 Ha, dengan areal luas tanam perkebunan terbesar berada di Kabupaten Merangin seluas 131.413 Ha. Kemudian kabupaten Sarolangun 125.164 Ha, selanjutnya kabupaten Tebo 113.638 Ha, sedangkan daerah yang memiliki luas areal terkecil adalah kabupaten Kerinci yaitu seluas 1.695 Ha. Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Karet di Provinsi Jambi
Sumber : GAPKINDO
Berdasarkan luas areal, daerah dengan luas areal tanaman menghasilkan terbesar adalah kabupaten Batanghari seluas 77.149 Ha, kemudian kabupaten Tebo seluas 61.239 Ha. Daerah dengan luas areal tanaman yang menghasilkan terkecil ditempati oleh kabupaten Kerinci dan Tanjung Jabung Timur dengan luas KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 128
BOKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
areal tanaman yang sudah menghasilkan masing-masing seluas 465 Ha dan 3.563 Ha. Pada sisi produksi karet di provinsi Jambi secara umum menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Daerah yang memiliki produksi karet terbesar adalah Kabupaten Batanghari dengan total produksi di tahun 2014 mencapai 72.780 ton, kabupaten Merangin 61.360 ton dan kabupaten Tebo 49.780 ton. Sedangkan daerah yang memiliki tingkat produksi terendah adalah kabupaten Kerinci (298 ton). Tabel 2. Produksi Karet Rakyat Provinsi Jambi 2010-2014
Sumber : GAPKINDO
Kemampuan produktivitas karet yang dihasilkan oleh perkebunan di Jambi saat ini tergolong relatif rendah, yaitu sebesar 750 kg/hektar/tahun jauh dari hasil produktivitas perkebunan yang idealnya mampu menghasilkan 2,5-4 ton/hektar/tahun, antara lain karena sebagian besar tanaman masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau tidak produktif. Perkembangan industri karet Pada awalnya sebagian besar karet alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk karet lembaran yakni karet sit asap (RSS = ribbed smoked sheet), Namun sejak diperkenalkan teknologi karet remah (crumb rubber) pada tahun 1968, produksi karet sit secara dramastis menurun, beralih ke karet remah. Tidak TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 129 129
B OKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
kurang dari 90% produksi karet alam nasional setiap tahunnya merupakan karet remah. Tingginya permintaan pasar terhadap karet remah untuk dijadikan bahan pembuatan komponen teknik terutama ban kendaraan bermotor, dan ditunjang dengan jaminan ketersediaan bahan bakunya (bahan olah karet), menyebabkan perkembangan teknologi karet remah saat ini sudah sedemikian pesat. Saat ini terdapat 11 (sebelas) perusahaan industri pengolahan karet di Provinsi Jambi. Konsentrasi lokasi perusahaan terbesar berada di Kota Jambi. Output utama yang dihasilkan berupa SIR.20 yang berorientasi ekspor dengan negara tujuan Amerika, Jepang dan Eropa. Rata-rata share pasar internasional sebesar 88,56%, sedangkan pasar domestik dalam negeri sebesar 17,57% dan pasar lokal Jambi sebesar 0,79%. Tabel 3. Pangsa Pasar Karet Rakyat Provinsi Jambi
Sumber : GAPKINDO
Pelemahan harga Global Secara keseluruhan total luas areal perkebunan karet di provinsi Jambi mencapai 665.995 Ha. Sedangkan secara keseluruhan total produksi SIR.20 perusahaan mengalami fluktuasi seiring dengan mulai terbatasnya bahan baku yang diterima oleh perusahaan. Grafik 1. Produksi SIR. 20 Provinsi Jambi
Sumber : GAPKINDO
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 130
BOKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
Berdasarkan data produksi SIR. 20 provinsi Jambi diketahui di tahun 2011 sebesar 325.063 ton, kemudian menurun di tahun 2012 menjadi 304.209 ton, selanjutnya meningkat di tahun 2013 menjadi 359.299 ton dan kembali menurun di tahun 2014 menjadi 346.164 ton. Selain penurunan yang terjadi pada produksi, pelemahan juga terjadi pada tingkat harga. Harga bahan olah karet (bokar) di Jambi mengalami penurunan dari rata-rata Rp15.127/kg pada triwulan IV-2014 menjadi Rp13.534/kg pada triwulan IV-2015 (Grafik 2). Melemahnya harga bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 18,63% (yoy) dari USD192,73cent/kg menjadi USD156,83 cent/kg Grafik 2. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Pada periode triwulan IV-2012 harga karet tercatat sebesar USD 2,6/ Kg, terus menurun di triwulan IV-2013 sebesar USD 2,31/Kg, selanjutnya kembali menurun di triwulan IV-2014 menjadi USD 1,53/Kg. Sementara harga terakhir pada triwulan IV-2015 diketahui sebesar USD 1,07/Kg. Penurunan harga karet global merupakan dampak dari tren penurunan harga minyak mentah dunia yang mencapai 37,13% (yoy). Selain itu menurunnya harga karet saat ini juga disebabkan oleh pelemahan permintaan dari negara-negara pengimpor utama sebagai dampak krisis global dan ditambah turunnya harga minyak mentah. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Jambi menyatakan fluktuasi harga karet di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ; 1. Harga karet yang ditentukan pasar dunia 2. Supply dan Demand 3. Musim 4. Nilai Tukar 5. Keadaan Politik, Ekonomi dan Keamanan TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 131 131
B OKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
Tabel 4. Harga SIR. 20
Sumber : GAPKINDO
Dampak pelemahan harga tersebut berimbas pada menurunnya ekspor. Diketahui kontribusi ekspor di tahun 2014 senilai USD 498,273,570 menurun di bandingkan tahun 2013 senilai USD 668,953,938, hal tersebut seiring dengan kurang membaiknya harga karet di pasar dunia dan pengaruh nilai tukar turut mempengaruhi penjualan SIR.20. Proyeksi Konsumsi Karet Dunia International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan konsumsi karet dunia akan terus meningkat hingga tahun 2020. Peningkatan tersebut didasari oleh meningkatnya demand dari perusahaan industri pengolahan karet dan produk turunannya. Proyeksi Konsumsi Karet Dunia 2010-2020 (000 ton)
Sumber : IRSG
Melihat proyeksi tersebut, jika dikaitkan dengan produktivitas kebun karet di Jambi saat ini, di rasa masih relatif jauh dari kondisi ideal. Gapkindo Jambi mengatakan rata-rata produksi karet berkisar 750 Kg/Ha. Padahal idealnya, dalam luasan satu hektare menghasilkan minimal 1500 kg. Rendahnya produksi karet berimbas pada tidak optimalnya produksi 11 pabrik karet karena kapasitas terpasang lebih besar dari bahan baku karet yang tersedia. Rata-rata produksi karet Jambi per tahun sebesar 298.786 ton (karet rakyat) sedangkan kapasitas terpasang atau kemampuan pabrik memproduksi (SIR 20) di Jambi 427 ribu ton. Masih terdapat ruang yang cukup besar dan tidak terpenuhi dari sisi produksi.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 132
BOKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
Potensi dan Tantangan Karet Provinsi Jambi memiliki luasan perkebunan karet yang cukup besar. Total luas areal perkebunan karet di provinsi Jambi mencapai 665.995 Ha. Namun, baru setengah areal tanaman yang menghasilkan yaitu seluas 345.386 Ha, sementara sisanya digolongkan ke dalam tanaman yang belum menghasilkan dan rusak dengan luasan masing-masing sebesar 194.884 Ha dan 125.925 Ha. Untuk meningkatkan produktivitas karet Gapkindo Jambi meminta pemerintah segera mengadakan replanting (peremajaan) termasuk ekstensifkasi serta meningkatkan kualitas karet petani. Selain itu usaha peningkatan ekspor karet perlu dilakukan melalui differensiasi produk karet bernilai tambah tinggi (compound dan karet teknis dll). Pada sisi regulasi pemerintah sebaiknya tidak memberikan izin PMA yang melakukan ekspansi di Jambi karena akan merugikan perusahaan terkait permasalahan terbatasnya bahan baku. Selain ancaman produksi, permasalahan utama lainnya di perkebunan karet rakyat adalah pada sebagian lokasi harga yang diterima di tingkat petani masih relatif rendah (60-75% dari harga FOB) karena belum efisiennya sistem pemasaran bahan olah karet rakyat (bokar), antara lain disebabkan lokasi kebun jauh dari pabrik pengolah karet dan letak kebun terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil dengan akses yang terbatas terhadap fasilitas angkutan, sehingga biaya transportasi menjadi tinggi. Permasalahan lainnya ialah mengenai adanya pengalihan ekspor yang disebabkan oleh rendahnya jembatan Muara Sabak yang menyebabkan kapal dengan bobot besar tidak dapat melalui jembatan tersebut. Kapal dengan bobot kecil hanya mampu menampung 200 peti kemas untuk sekali jalan, sedangkan kemampuan daya tampung kapal normalnya mencapai 600 peti kemas. Kekurangan daya angkut tersebut terpaksa di alihkan ke luar Jambi seperti Palembang dan hal tersebut tidak tercatat sebagai impor Jambi dan menyebabkan bertambahnya biaya transportasi. Hal lain yang perlu menjadi perhatian bagi pengembangan karet indonesia khususnya Jambi diantaranya : 1. Pengembangan karet tidak terbatas, berkualitas dan bersih yang mulai dilakukan oleh Vietnam dan Thailand. 2. Negara indochina yang mulai menghasilkan Karet (Kamboja, Burma, Mongolia dan Philipina). 3. RRC, Amerika dan Afrika Selatan yang juga mengembangkan komoditas karet berkualitas dan bersih. Kebijakan terkait menyikapi harga karet yang terus menurun, pemerintah bersama negara produsen utama karet yang tergabung dalam International TRIWULAN IV - 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI 133 133
B OKS. 3 PROSPEK INDUSTRI KARET DI PROVINSI JAMBI
Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat mengurangi ekspor karet sebanyak 615.000 ton untuk menahan harga agar tidak semakin anjlok. Masuknya Vietnam dalam anggota ITRC di tahun 2016 diharapkan dapat meningkatkan bargaining position harga karet. Selanjutnya, pemerintah akan meningkatkan penyerapan karet dalam negeri hingga mencapai 700.000 ton/tahun (melalui Inpres penggunaan karet alam indonesia). Kebijakan pengurangan ekspor karet tersebut akan berlaku di bulan Maret hingga enam bulan kedepan atau sampai Agustus 2016. Kesepakatan penurunan ekspor tersebut merupakan kesepakatan yang keempat kalinya. Dimana pada kesepakatan ketiga, harga karet bisa terdongkrak hingga mencapai 3,03 dolar AS per kg dari sebelumnya turun tinggal 2,6 dolar AS per kg. Harga saat ini diketahui mencapai USD 1,07/kg untuk pengapalan Februari 2016.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV - 2015 134
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) 2014 Uraian
I
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
II
III
2015 IV
8,764,856.9 9,561,471.9 9,854,373.9 9,792,222.5 9,008,302.3 9,161,252.7 9,027,615.6 8,245,479.8 3,819,353.9 3,917,627.3 4,045,199.9 4,059,248.6 14,226.0 15,351.6 15,196.2 18,595.6 50,023.8 49,813.1 51,096.9 50,707.0 2,405,746.2 2,444,875.9 2,598,329.6 2,831,789.7 3,353,884.6 3,447,577.8 3,685,492.1 3,680,137.6 1,025,198.7 1,047,532.7 1,080,234.4 1,116,597.7 377,787.4 387,363.0 409,482.4 421,496.8 1,092,303.3 1,099,357.3 1,120,753.6 1,130,972.8 858,955.9 877,819.3 895,762.7 908,417.2 511,259.9 517,811.9 530,669.8 540,695.0 375,065.9 387,897.9 401,468.3 414,095.8 1,305,933.0 1,455,949.9 1,543,204.9 1,713,824.7 1,075,253.6 1,109,908.3 1,154,513.0 1,183,007.4 354,091.8 362,044.1 373,600.9 381,535.4 309,828.6 318,340.9 326,903.9 340,854.1 34,702,071.9 36,161,995.7 37,113,898.1 36,829,677.8
Total
I
37,972,925.2 35,442,650.5 15,841,429.7 63,369.6 201,640.8 10,280,741.5 14,167,092.1 4,269,563.5 1,596,129.6 4,443,387.0 3,540,955.2 2,100,436.6 1,578,527.9 6,018,912.4 4,522,682.3 1,471,272.1 1,295,927.5 144,807,643.5
10,503,770.5 7,267,421.6 4,105,903.3 16,703.8 51,592.2 2,565,647.9 4,018,774.9 1,179,046.2 416,605.0 1,228,622.3 922,951.4 583,791.6 431,631.8 1,715,336.1 1,199,989.9 393,949.4 353,525.5 36,955,263.4
II
III
10,821,851.0 11,202,334.8 7,653,788.6 7,456,877.4 4,321,690.8 4,350,628.6 17,740.5 18,014.6 53,727.4 57,516.7 2,629,695.7 2,884,219.5 4,238,208.6 4,390,779.7 1,229,978.0 1,254,650.1 430,716.7 456,257.0 1,312,958.8 1,373,760.4 914,630.1 956,054.5 597,891.0 615,099.6 446,377.9 457,368.0 1,817,810.3 1,939,882.4 1,247,408.0 1,318,616.4 408,465.5 430,042.8 365,425.0 378,774.3 38,508,364.0 39,540,876.7
IV
Total
11,291,843.6 7,098,764.6 4,356,216.0 23,687.7 60,396.9 3,088,648.1 4,602,206.5 1,316,070.0 475,550.7 1,470,256.7 975,536.4 621,474.9 469,335.4 2,090,169.3 1,344,989.8 434,771.9 385,925.0
43,819,799.9 29,476,852.2 17,134,438.6 76,146.6 223,233.2 11,168,211.3 17,249,969.7 4,979,744.3 1,779,129.4 5,385,598.2 3,769,172.5 2,418,257.0 1,804,713.1 7,563,198.2 5,111,004.0 1,667,229.7 1,483,649.8
40,105,843.5
155,110,347.7
Sumber : BPS Provinsi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) 2014 Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber : BPS Provinsi Jambi
I
II
III
2015 IV
7,726,006.6 7,893,740.5 7,651,931.0 7,873,750.5 7,529,794.9 7,804,012.7 7,822,281.4 7,790,897.0 3,336,918.3 3,407,286.5 3,475,015.3 3,411,514.8 13,207.4 13,832.0 14,036.6 15,830.6 40,210.0 40,683.1 41,235.0 41,343.1 2,041,220.9 2,050,461.0 2,160,639.2 2,307,296.1 2,554,491.8 2,579,776.8 2,736,617.2 2,791,077.5 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 676,099.7 686,805.7 690,740.6 704,083.6 425,582.2 430,233.9 436,358.9 440,620.4 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 905,384.1 924,678.4 952,025.5 970,511.5 308,834.0 313,942.8 321,742.4 325,957.4 283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 29,262,512.3 29,932,218.3 30,164,704.4 30,625,282.0
Total 31,145,428.6 30,946,985.9 13,630,734.9 56,906.6 163,471.1 8,559,617.2 10,661,963.2 3,669,443.7 1,226,622.0 3,876,301.8 2,757,729.7 1,732,795.4 1,230,408.0 4,141,157.3 3,752,599.5 1,270,476.6 1,162,075.4 119,984,716.9
I 8,238,487.7 7,662,402.2 3,388,166.4 14,119.2 40,795.9 2,034,367.5 2,895,811.9 952,879.8 315,495.8 1,029,422.7 706,251.9 449,595.4 321,898.1 1,056,847.6 976,535.4 334,498.1 307,001.9 30,724,577.6
II
III
8,278,595.8 8,197,095.3 7,807,953.5 7,800,888.1 3,525,359.3 3,513,827.3 14,511.0 14,701.6 41,742.2 43,122.7 2,076,841.2 2,273,908.9 2,961,541.5 2,989,064.5 974,869.2 981,680.1 322,805.1 331,435.2 1,032,684.5 1,079,443.8 687,296.8 705,688.8 450,575.1 452,321.4 327,290.8 328,170.0 1,067,817.3 1,069,712.1 1,001,707.3 1,026,504.9 344,440.7 358,909.3 312,831.2 319,424.6 31,228,862.7 31,485,898.7
IV 8,101,708.8 7,608,653.2 3,521,477.0 15,951.7 44,485.9 2,420,926.1 2,990,170.7 1,001,753.7 336,502.9 1,115,924.3 716,590.4 452,856.0 330,834.1 1,228,024.1 1,028,633.2 360,295.3 324,586.2 31,599,373.6
Total 32,815,887.7 30,879,897.0 13,948,830.0 59,283.5 170,146.7 8,806,043.7 11,836,588.6 3,911,182.8 1,306,239.2 4,257,475.4 2,815,827.9 1,805,347.9 1,308,193.0 4,422,401.1 4,033,380.8 1,398,143.4 1,263,844.0 125,038,712.6
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT PENGGUNAAN (JUTA RUPIAH) 2014 Komponen Pengeluaran
2015
I
II
III
IV
15,988,716.9
16,276,454.4
17,019,881.0
17,517,303.8
186,080.2
196,253.4
193,025.9
200,846.9
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
2,060,327.3
2,722,697.2
3,367,539.0
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
8,883,271.9
8,768,638.9
8,798,119.5
970,168.9
812,733.8
Ekspor Barang dan Jasa
21,946,318.2
23,392,454.8
23,735,548.2
24,480,288.3
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
15,332,811.5
16,007,236.8
17,034,620.6
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
34,702,071.9
36,161,995.7
37,113,898.1
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT
Perubahan Inventori
Total
I
II
III
IV
66,802,356.1
17,122,182.2
17,487,917.6
18,336,079.1
18,408,180.5
776,206.4
198,402.0
203,199.7
209,134.5
219,631.7
830,367.9
4,849,609.6
13,000,173.1
2,116,856.3
2,585,294.0
3,550,587.8
5,938,921.3
14,191,659.3
8,814,863.6
35,264,893.9
8,379,400.5
8,941,067.2
9,404,077.9
10,743,299.4
37,467,845.0
1,034,405.2 - 1,478,703.6
1,338,604.2
686,436.9
980,296.6
93,554,609.4
25,579,877.1
26,075,863.5
17,554,530.8
65,929,199.7
17,127,891.5
36,829,677.8
144,807,643.5
36,955,263.4
926,864.5 -
Total 71,354,359.4
839,241.8
1,754,356.2
25,840,500.0
24,906,392.4
102,402,632.9
17,765,274.6
18,726,366.9
19,271,339.9
72,890,873.0
38,508,364.0
39,540,876.7
40,105,843.5
155,110,347.7
IV
Total
Sumber : BPS Prov insi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (JUTA RUPIAH) 2014 Komponen Pengeluaran (1) Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
2015
I
II
III
IV
Total
I
II
III
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
12,948,858.4
13,072,903.2
13,432,426.8
13,469,809.2
52,923,997.6
13,476,115.2
13,634,463.3
14,002,849.3
14,049,461.2
152,140.2
160,817.9
155,189.9
157,866.5
626,014.7
156,788.8
159,731.6
165,098.6
171,971.7
653,590.7
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,540,247.5
2,203,979.5
2,490,677.8
3,565,754.5
9,800,659.2
1,556,917.5
1,825,315.3
2,366,245.2
4,152,604.8
9,901,082.8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
7,378,082.0
7,235,979.9
7,234,302.9
7,213,740.3
29,062,105.2
6,528,032.4
6,924,850.4
7,203,818.8
8,184,153.6
28,840,855.2
850,703.8
705,310.9
809,495.0
-897,093.0
1,468,416.7
514,471.9
708,800.6
657,670.9
-581,937.7
1,299,005.7
Ekspor Barang dan Jasa
19,274,674.0
19,903,632.3
19,781,648.9
21,019,777.8
79,979,733.0
22,264,212.1
22,297,357.9
21,886,147.0
20,928,106.8
87,375,823.7
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
12,882,193.7
13,350,405.4
13,739,037.0
13,904,573.4
53,876,209.5
13,771,960.2
14,321,656.3
14,795,931.1
15,304,986.8
58,194,534.4
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
29,262,512.3
29,932,218.3
30,164,704.4
30,625,282.0
119,984,716.9
30,724,577.6
31,228,862.7
31,485,898.7
31,599,373.6
125,038,712.6
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
Perubahan Inventori
55,162,888.9
Sumber : BPS Prov insi Jambi
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA JAMBI DAN BUNGO TAHUN DASAR 2012 = 100 No 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN KOTA JAMBI
Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
120.04 125.70 115.83 119.02 102.82 106.17 105.06 135.18
118.97 122.98 116.96 120.34 103.60 106.26 105.16 130.67
117.19 115.35 117.92 120.38 103.83 106.56 105.13 128.84
116.95 112.48 118.65 120.65 103.60 106.64 105.18 130.42
117.3 111.19 119.68 120.84 103.69 106.79 105.27 132.86
118.69 116.22 120.62 120.70 104.07 107.22 105.21 132.94
119.33 119.05 121.80 121.24 104.11 107.66 105.35 130.71
121.17 122.77 122.22 121.07 103.59 107.84 123.59 136.14
121.47 122.79 123.19 121.50 103.97 108.30 108.57 134.69
119.94 117.34 123.82 121.52 104.54 108.87 108.75 132.30
Oct-15 120.04 116.84 124.25 121.77 104.77 108.98 108.9 132.50
Nov-15 120.59 118.7 125.19 121.94 103.88 109.11 108.96 132.44
Dec-15 121.69 121.87 125.43 122.47 103.22 109.23 108.86 133.78
Sumber: BPS Provinsi Jambi
No
URAIAN KABUPATEN BUNGO
1 2 3 4 5 6 7 8
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 119.06 120.13 114.58 125.67 114.14 110.14 116.15 122.93
118.43 119.47 114.98 127.14 114.97 110.80 115.69 117.15
116.86 113.55 115.35 128.22 115.68 111.31 117.01 114.13
116.06 109.04 116.69 127.40 115.61 111.73 117.00 115.81
117.30 111.19 119.68 120.84 103.69 106.79 105.27 132.86
116.57 108.57 117.77 127.93 115.45 111.98 117.15 117.93
117.29 110.61 118.16 127.57 115.69 112.34 118.42 118.06
119.17 116.22 118.34 127.42 115.50 112.41 119.10 120.43
119.45 117.81 119.08 127.50 115.28 112.67 119.10 118.44
119.20 115.72 119.72 127.94 116.44 112.80 119.07 118.41
Oct-15 118.82 113.83 119.69 128.29 116.76 113.10 119.34 118.38
Nov-15 118.90 113.74 120.37 128.46 115.99 113.27 119.34 118.36
Dec-15 120.60 118.46 121.76 129.3 115.89 113.63 119.48 118.38
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB V. Carlusa (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi) Meily Ika Permata (Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Bidang Ekonomi dan Keuangan) (
[email protected])
KOORDINATOR PENYUSUN Ihsan Wahyu Prabawa (Kepala Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan) (
[email protected])
TIM PENULIS Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Galih Riyandi Chandra Apriyanto (
[email protected]) Nurcahaya Elisabet Sitinjak (
[email protected]) Muhammad Firmansyah (
[email protected])
KONTRIBUTOR Unit Statistik, Survei dan Liaison Unit Operasional Kas Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Tim Ekonomi dan Keuangan Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122 No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112 Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi