KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan I - 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan I-2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah. Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 menunjukkan peningkatan yaitu dari 6,93% (yoy) menjadi 8,37% (yoy). Pergerakan pertumbuhan ekonomi di Jambi lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 5,21%. Perekonomian Jambi selama tahun I-2014 menghasilkan output Rp23,39 triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.401,2 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 7,51% (yoy) lebih rendah dari triwulan lalu 8,74% (yoy) namun lebih tinggi dari inflasi nasional 7,32% (yoy).Sementara itu sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan inflasi Bungo pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 6,28% (yoy). Perkembangan perbankan juga menunjukkan peningkatan dari sisi aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor juga cukup baik yaitu sebesar 119,22% Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,06%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Dalam penyusunan KEKR triwulan I-2014 kami banyak memperoleh support dari dinasdinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Mei 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI V. Carlusa Kepala Perwakilan
v
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... Daftar Tabel ......................................................................................... Daftar Grafik .........................................................................................
i iii iv
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I. Ekonomi Makro Regional .........................................................
1 5
A. Umum .............................................................................
5
B. PDRB Sisi lapangan Usaha ..................................................
7
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan.................................................................. ...
8
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)............
11
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ...
12
4. Sektor Industri Pengolahan...........................................
12
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... C. PDRB Sisi Pengeluaran ........................................................
13 16
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ...
17
2. Investasi ................................................................... ...
19
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ...
21
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... ..
22
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... ..
24
Boks 1 Perkembangan Kinerja Sektor
Pertambangan serta Dampak Ketentuan
Minerba terhadap Sektor Pertambangan Jambi ................................... BAB II.
27
Inflasi .......................................................................................
35
A. Kajian Umum
.................................................................
35
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang .................................
37
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ...
40
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 42 3. Kelompok
Perumahan,
Air,
Listrik,
Gas
dan
Bahan
Bakar....................................................................... ....
42
4. Kelompok Sandang.................................................. ....
43
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ...
43
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ ..
43
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
44
C. Inflasi Kota Bungo ...............................................................
45
Boks 2. Potensi El Nino di Provinsi Jambi . .....................................................
47
BAB III.
Perbankan Dan Sistem Pembayaran ..........................................
53
A. Perkembangan Kelembagaan ..........................................
53
i
B. Bank Umum ...................................................................
54
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ...
54
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... ..
55
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ .
58
4. Undisbursed Loan...................................................... ..
60
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi..............
BAB IV
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... ..
63
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ......
64 65
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... .
65
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... ..
66
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. ..
66
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ...
67
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. .
68
Keuangan Pemerintah Daerah
BAB V
BAB VI
..............................................
69
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2014 ......... .
69
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2014 ..................
70
C. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................
71
Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan
.........................
73
A. Ketenagakerjaan Daerah ...................................................
73
B. Kesejahteraan ....................................................................
75
C. Kemiskinan ............................................................... ........ Prospek Perekonomian .............................................................
76 77
A. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................
78
B. Proyeksi Inflasi ...................................................................
80
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. ..
82
Lampiran Glosary
ii
61
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I -2014
DAFTAR T ABEL 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (q-t-q)
6
1.2
Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy)7
1.3
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
13
1.4
Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (yoy)
17
1.5
Indeks Tendensi Konsumen
18
1.6
Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi
20
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
38
2.2
Sumbangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
2.3
38
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan I - 2014
39
3.1
Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi
54
3.2
Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi
56
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
57
3.4
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
58
3.5
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
58
3.6
Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
3.7
60
Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
3.8
61
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
3.9
62
Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
65
3.10
Perkembangan Transaksi RTGS
68
4.1
Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan 1-2014
70
4.2
Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I-2014
71
5.1
Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja
73
5.2
Pekerja berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
74
5.3
Pekerja berdasarkan status pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) 75
5.4
Nilai Tukar Petani (NTP) Persub-sektor (2012=100)
75
6.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
79
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
iii
DAFTAR GRAFIK 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 3.1 3.2
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 5 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (q-t-q) 5 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2014 8 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 9 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 tahun di Provinsi Jambi 10 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 10 Tingkat Hunian Hotel 11 Perkembangan Produksi Karet Jambi 13 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 14 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 14 Perkembangan Indeks Air Bersih 14 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 15 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 15 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal 16 Perkembangan Total Arus Barang 16 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulanan I Tahun 20146 17 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 19 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 19 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick-Up Baru 21 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 21 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 21 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 22 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 23 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 23 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 24 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 24 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 24 Lima komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 25 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 35 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y) 36 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2014 37 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 40 Perkembangan Harga Jagung 40 Perkembangan Harga Daging 40 Perkembangan Harga Beras 41 Perkembangan Harga Tepung Terigu 41 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 41 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 43 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 44 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 55 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 56 iv
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I -2014
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4.1 5.1 6.1 6.2 6.3
Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Suku Bunga rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Perkembangan Transaksi Kliring Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 Perkembangan Inflasi Tahun kalender (y-o-d) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
v
61 63 63 64 66 67 72 76 81 81 81
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR
2012
2012
MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)
2)
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
2013
2013 TRW.I
TRW.II
TRW.III
2014 TRW.I
TRW.IV
139,12
133,90
137,41
138,68
139,12
110,41
142,02
144,61
149,71
110,41
111,51 110,62
4,22
3,90
6,80
4,43
4,22
8,74
6,06
5,24
7,95
8,74
7,51 6,28
20.373.533 6.004.284 2.713.435 2.532.924 172.609 1.031.629 3.673.985 1.473.275 1.172.817 1.598.574
4.867.497 1.451.187 632.818 602.129 41.538 232.286 879.489 352.177 282.678 393.196
5.010.243 1.491.500 664.546 621.508 42.222 241.825 899.172 361.214 290.388 397.868
5.174.524 1.518.732 691.806 645.624 43.115 263.095 939.087 375.484 295.250 402.330
5.321.268 1.542.865 724.265 663.663 45.734 294.423 956.236 384.400 304.502 405.179
21.979.277 6.449.193 2.755.755 2.677.094 188.614 1.245.510 4.123.669 1.598.822 1.265.251 1.675.370
5.274.525 1.561.623 631.830 655.488 46.271 300.356 979.292 382.249 308.798 408.617
5.433.021
5.581.630
5.690.102
5.716.154
1.600.976
1.637.790
1.648.803
673.057
722.805
728.063
671.715
664.068
685.824
46.979
47.410
47.953
307.980
314.196
322.978
1.008.494
1.043.019
1.092.864
392.716
409.808
414.048
315.069
321.116
320.268
416.035
421.418
429.300
1.673.331 693.938 701.020 49.207 330.094 1.110.716 409.695 314.357 433.796
1.290.820 5.313.927
330.267 1.507.099
379.947 1.561.561
285.237 872.828
295.369 1.372.439
859.266 3.119.930
261.826 814.244
295.320 1.161.680
302.121 1.144.006
283.939 994.049
263.619 860.882
107.610 107.841
34.070 10.440
16.962 33.658
26.040 24.426
30.537 39.317
137.978 122.793
16.689 41.980
39.052 32.722
82.238 48.091
115.056 47.459
71.736 26.274
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Bangunan - Perdagangan Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan dan Jasa - Jasa
TRW.I
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Catatan Angka sementara berdasarkan tahun dasar 2000 Pengklasifikasian komoditi menggunakan
1) 2)
21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3)
Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4)
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan
cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH b. Perbankan INDIKATOR
Tw.I-1
TAHUN 2012 Tw.II-12 Tw.III-12
Tw.IV-12
PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
23.052.408 17.255.120 8.754.559 3.866.278 4.634.284
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek1) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
21.339.606 23.116.929 23.608.285 25.707.902 8.956.344 9.761.212 9.281.782 9.935.402 3.671.188 4.211.014 9.574.000 10.289.952 8.712.074 9.144.703 4.752.503 5.482.548 16.867.872 17.236.728 17.075.570 17.799.606 126,51 134,11 138,26 144,43
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%) - NPL Gross (%) - NPL Gross nominal Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) - PPAP Rasio NPL Net (%) LDR (%)
29.691.060 20.069.436 3.179.483 10.703.386 6.186.567
26.471.507 28.211.297 10.115.811 9.822.930 10.543.228 11.256.968 5.812.468 7.131.399 18.732.803 19.527.917 141,31 144,47
29.925.232 10.124.382 11.816.000 7.984.850 19.916.444 150,25
26.955.932 8.103.793 8.410.345 10.441.794 19.898.809 135,47
31.946.454 10.158.229 9.527.809 12.260.417 20.473.410 156,04
15.710.619 16.843.087 17.951.066 19.287.676 20.162.558 22.223.927 23.138.260 6.483.171 7.075.722 6.914.923 7.326.502 7.484.277 7.365.449 7.453.703 6.534.233 6.921.191 7.784.459 8.237.555 8.644.788 9.376.743 9.931.771 2.693.215 2.846.175 3.251.684 3.723.619 4.033.494 5.481.736 5.752.786 91,05 95,64 100,19 107,48 109,72 116,02 118,53 274.616 301.173 319.845 328.384 454.021 473.625 521.247 1,75 1,79 1,78 1,70 2,25 1,93 2,25
23.621.083 7.548.969 10.207.932 5.864.182 121,66 466.983 1,98
23.927.298 7.558.597 5.959.299 10.409.402 119,22 492.240 2,06
3.537.483 1.309.646 608.907 1.618.930 11.175.062 1.887.664 1.782.084 7.505.314
3.302.277 1.260.845 597.628 1.443.804 11.642.097 1.914.038 1.829.234 7.898.825
3.289.142 1.317.572 618.466 1.353.104 11.946.461 1.895.776 1.853.755 8.196.931
3.153.428 3.252.103 3.368.116 2.588.797 3.874.659 4.259.169 4.451.803 2.047.667 2.237.132 2.235.693 1.655.435 2.515.038 2.762.995 2.810.877 584.976 613.395 654.497 452.035 748.131 831.987 879.018 520.786 401.576 477.927 481.328 611.490 664.187 761.909 13.457.123 14.540.110 15.390.733 15.170.012 17.002.515 18.417.570 19.164.348 1,76 3,85 1,30 2,13 2,45 2,30 2,70 236.264 559.480 200.255 322.875 416.426 423.813 516.557
4.563.050 2.853.406 899.870 809.774 19.507.424 2,31 450.912
4.488.941 2.808.005 876.907 804.029 19.724.544 2,43 480.211
739.510 532.417 86.236 446.181 545.175 172.919 94.718 277.538 202.844 6,30 34.367 14.278 3,68 84,26
736.730 532.554 83.924 448.630 539.956 170.820 93.510 275.626 224.892 7,08 38.212 15.475 4,21 83,65
460.613 349.774 63.909 285.865 337.067 87.282 73.586 176.199 160.868 4,23 14.246 7.257 2,07 77,71
534.589 410.115 69.101 341.013 410.499 102.479 87.528 220.492 190.007 3,69 15.131 8.131 1,71 83,22
622.101 431.198 71.206 359.992 463.125 114.570 98.433 250.123 213.003 3,63 16.822 8.582 1,78 81,00
3.388.031 1.464.794 265.709 1.657.528 9.193.184 2.084.917 1.117.634 5.990.633
644.378 481.763 80.701 401.062 487.782 123.865 95.547 268.370 219.412 2,82 13.762 8.560 1,07 80,71
26.618.428 18.376.298 9.492.101 3.753.003 5.131.194
2014 Tw.I-13
28.676.080 19.415.015 3.343.467 11.429.775 4.641.773
3.439.722 1.464.483 246.076 1.729.163 8.582.895 2.014.978 1.028.456 5.539.461
24.475.084 17.945.194 10.132.421 3.762.667 4.050.106
Tw.IV-13
28.538.630 19.520.974 10.070.264 3.744.864 5.705.847
3.118.341 1.266.632 226.438 1.625.270 8.169.666 2.324.547 952.979 4.892.140
24.163.959 17.917.502 9.141.330 3.687.655 5.088.518
Tw.III-13
27.833.632 19.154.658 9.646.142 4.120.387 5.388.129
3.058.451 1.171.534 203.093 1.683.825 7.245.244 2.100.859 824.744 4.319.640
23.780.624 17.611.536 9.207.801 3.373.061 5.030.674
TAHUN 2013 Tw.I-13 Tw.II-13
3.389.186 1.498.112 282.423 1.608.652 9.738.670 2.147.246 1.203.160 6.388.264
685.560 501.520 80.242 421.278 520.039 127.272 101.531 291.236 228.803 4,37 22.726 7.927 2,85 80,43
3.729.806 1.313.147 623.343 1.793.316 10.428.595 1.827.369 1.714.598 6.886.628
691.959 506.701 76.783 429.918 554.233 141.934 110.867 301.432 218.597 5,01 27.743 11.272 2,97 87,12
760.030 551.278 81.355 469.923 567.445 156.969 111.650 298.826 233.076 5,96 33.804 13.653 3,55 81,21
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp) RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
2012
2013
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014 Tw I
2.488.938 70.971
2.347.560 65.514
2.380.495 62.775
2.548.121 70.972
2.519.686 72.639
2.800.410 76.559
2.577.906 71.104
2.714.032 70.456
2.512.180 68.334
856 36.225
1.164 33.051
1.150 40.025
1.134 35.192
1.463 83.121
1.811 64.290
1.837 56.120
1.635 63.174
1.505 57.543
10.339 51.804 2.653
15.139 54.010 3.543
15.677 29.104 3.350
18.270 29.431 4.702
15.535 22.244 4.032
19.666 22.658 4.695
20.189 26.876 7.422
22.181 33.327 6.521
19.684 22.514 5.072
518.106 771.960 (253.854)
418.971 1.187.425 (768.454)
805.987 1.387.811 (581.824)
393.685 1.565.493 (1.171.808)
846.548 1.034.718 (188.170)
1.031.722 1.682.989 (651.267)
1.453.196 2.605.130 (1.151.935)
810.929 2.836.373 (2.025.444)
880.393 1.734.894 (854.501)
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I.
Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi
Perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 8,37% (yoy),
Jambi triwulan I- 2014
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
mengalami peningkatan
6,93% (yoy), serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,21% (yoy).
yaitu dari 6,93 (yoy)
Namun demikian, secara triwulanan perekonomian Jambi pada triwulan I-2014
menjadi 8,37% (yoy)....
tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,94% (qtq) menjadi 0,46% (qtq). Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp23,39 triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.401,2 triliun). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,20%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 37,38% dan sektor sekunder sebesar 17,42%. Dari sisi permintaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 18,33% (qtq) dan konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 15,05% (qtq). Sementara itu, pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan yang cukup signnifikan sebesar -19,48% (qtq) sejalan dengan masih banyaknya proyek pemerintah yang berada dalam tahap pengadaan (belum memasuki tahap pembayaran). Dari sisi penawaran, masih tingginya pertumbuhan sektor listrik, air, dan gas, sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan masing-masing sebesar 2,61% (qtq), 2,22% (qtq) dan 2,20% (qtq), menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jambi. Namun demikian, sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh negatif sebesar -4,69% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada triwulan laporan menjadi relatif terbatas. II.
Inflasi Pada triwulan I-2014, inflasi kota Jambi tercatat 7,51%(yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (8,74%), namun lebih tinggi dari inflasi nasional (7,32%) dan rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,85%).
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 6,28% (yoy) dan berada di bawah inflasi nasional1. Faktor
utama
meningkatnya
inflasi
kota
Jambi
disebabkan
oleh
meningkatnya inflasi administered prices sebesar 19,13% (yoy), sementara inflasi inti dan volatile foods tercatat masing-masing sebesar 4,18% (yoy) dan 3,86%
Pada triwulan I-2014, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 7,51% (yoy) dan Kota Bungo 6,28% (yoy)..........
(yoy). Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah meningkatnya tarif angkutan udara sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 2 Tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang diberlakukan per tanggal 1 Maret 2014, serta meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina2. Perkembangan harga di kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,00%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (1,04%). Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2014 masing-masing sebesar 1,56%, -0,78% dan 0,22%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 1,26%, sedikit lebih tinggi dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2014 masing-masing sebesar 1,11%, 0,51% dan -0,35%. III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan pada triwulan I-2014 secara umum menunjukkan
Kinerja perbankan
peningkatan, baik dari sisi aset, dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit.
meningkat ditandai
Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor turun sebesar
dengan meningkatnya
244 bps menjadi 119,22%. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar
jumlah aset,
Rp29,69triliun. Outstanding kredit bank umum meningkat Rp306,22 miliar
penyaluran kredit dan
(1,30%) menjadi Rp23,93 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) meningkat
penghimpunan
Rp654,42 miliar (3,37%) menjadi Rp20,07 triliun. Kualitas kredit yang diberikan
dana....
masih relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,06% yang masih di bawah ketentuan 5%, meskipun sedikit menurun (memburuk) dibandingkan triwulan sebelumnya (1,98%).
1
2
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang. 2
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI I-2014
RI NGKASAN EKSEKUTIF
Aktivitas pembayaran
Pada periode triwulan I-2014, aktivitas pembayaran mengalami penurunan
mengalami penurunan
yang tercermin dari menurunnya transaksi kas dan nilai kliring serta RTGS
yang tercermin dari
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Aliran kas masuk Bank Indonesia
menurunnya transaksi
Jambi mencapai Rp880,39 miliar (meningkat 8,57%) sementara aliran kas keluar
kas dan nilai kliring
mencapai Rp1,73 triliun (menurun 38,83%) dibandingkan triwulan sebelumnya.
dibandingkan periode
Meskipun pada triwulan laporan aliran kas keluar mengalami penurunan dan
yang sama tahun lalu.....
aliran kas masuk mengalami peningkatan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp854,50 miliar atau turun sebesar 57,51% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2013. Untuk pembayaran non tunai, nilai kliring turun sebesar 7,44% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,51 triliun. Nilai RTGS dari, ke, serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 11,26%, 32,45%, dan 22,22%. IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan I
triwulan I -2014
tahun 2014 mencapai Rp343,97 miliar (terealisasi sebesar 11,53% dari APBD
mencapai 11,53%
2014), sementara itu realisasi belanja sebesar Rp45,87 triliun (baru terealisasi
dari APBD sementara
1,40%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi tersebut jauh lebih
realisasi belanja
rendah, masing-masing turun sebesar 50,55% dan 87,27%.
mencapai 1,40%... V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Jumlah pengangguran
Pada bulan Februari 2014, jumlah pekerja di Jambi mengalami penurunan yaitu
Februari 2014 menurun..
dari 1,56 juta orang di Februari 2013 menjadi 1,53 juta orang di Februari 2014.
Sementara Nilai Tukar
Jumlah pengangguran juga menunjukkan penurunan menjadi 39,27 ribu orang
Petani (NTP) mengalami
dibandingkan Februari 2013 (45,80 ribu). Kondisi serupa juga dialami tingkat
peningkatan
pengangguran terbuka yang turun menjadi 2,50% dari 2,86%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 98,17 dari 97,21pada triwulan lalu. VI.Prospek Perekonomian
Laju pertumbuhan PDRB
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
triwulan II-2014
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,8%-2,3%(qtq),
diperkirakan berkisar 7,2 7,7% (yoy).....
tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan (0,46%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi diperkirakan akan meningkat yaitu pada kisaran 7,2% 7,7%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 8,37%
TRIWULAN I-2014 I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
(yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7,3%-7,8%. Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Adanya momen Pemilu Presiden dan bulan puasa diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Selain mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, pelaksanaan Pemilu Presiden juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi pemerintah sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Membaiknya harga komoditas di pasar global, khususnya CPO, diperkirakan berimbas pada membaiknya pendapatan masyarakat sehingga mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan akan sedikit lebih rendah
Inflasi pada triwulan II-
dibandingkan triwulan I-2014 yaitu berada pada kisaran 6,75%-7,25% (yoy) dari
2014 diperkirakan
sebelumnya 7,51% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan
berada pada kisaran
oleh inflasi administered price dan volatile foods.
6,75%-7,25%
Faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Masih berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah, 2) Potensi terjadinya El Nino (kekeringan) di Provinsi Jambi meskipun dalam skala rendah, 3) Potensi terjadinya kabut asap seiring mulai masuknya musim kemarau yang berpotensi mengganggu jalur distribusi barang, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II tahun 2014. Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I triwulan II
2014 serta proyeksi ekonomi
2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Penguatan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah 2. Memperkuat Kerjasama Antar Daerah 3. Pengembangan Sistem Pusat Informasi Harga Pangan Strategis secara Berkelanjutan 4. Program ketahanan pangan (khusunya komoditas penyumbang inflasi terbesar) 5. Penurunan produksi migas
4
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI I-2014
RI NGKASAN EKSEKUTIF
6. Peningkatan produksi dan nilai tambah batubara dan mineral lainnya 7. Menurunnya tren harga karet 8. Permasalahan distribusi barang
TRIWULAN I-2014 I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum Perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 8,37% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,93% (yoy), serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,21% (yoy). Namun demikian, secara triwulanan perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,94% (qtq) menjadi 0,46% (qtq) (Grafik 1.1. dan 1.2.). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) % 30 25 20 15 10 5
9.04
8.56
7.86 15.1 15.6 16.2 16.5 6.5
6.5
10
9.09
8.74
6.5 6.5
17.6 18.7 16.8 7.15 6.3 7.29 6.15 6.37
6.17
8.36 20.83 22.0 19.6 19.9 8.44 7.87
22.9
23.4
6.93
8.37
9 8 7
5.72 6.11 6.02
5.81
5.62
0
6 5 5.21
4
Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q1V- Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q1V- Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 11 12 Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Indonesia Pertumbuhan Jambi Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (qtq) Rp triliun 6 4.87 5 4
1.40
Nominal (aksis kiri)
5.01
2.80 2.93
5.17 3.21 3.28
Pertumbuhan Jambi (aksis kanan)
5.32
2.84
3
5.27
1.41
5.43
2.61 3.00
5.58
2.96 2.74
Pertumbuhan Nasional
5.69
(0.22)
-1.45
0
3.0 1.94
Q I-12
Q II-12
Q III-12
Q IV-12
Q I-13
0.95
1.0 0.46 (1.0)
-1.42
(0.88) Q II-13
Q III-13
% 4.0 2.0
2 1
5.72
Q IV-13
(2.0) Q I-14
Sumber: BPS (diolah)
Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 18,33% (qtq) dan konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 15,05% (qtq). Sementara itu, pengeluaran
5
EKONOMIMAKRO REGIONAL konsumsi pemerintah pada triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan yang cukup signifikan yaitu sebesar -19,48% (qtq) sejalan dengan masih banyaknya proyek pemerintah yang berada dalam tahap pengadaan (belum memasuki tahap pembayaran) (Tabel 1.1.). Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor listrik, air, dan gas, sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan masing-masing sebesar 2,61% (qtq), 2,22% (qtq) dan 2,20% (qtq), menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jambi (Tabel 1.1.). Namun demikian, sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh negatif sebesar -4,69% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada triwulan laporan menjadi relatif terbatas. Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp23,39 triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.401,2 triliun). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,20%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,38% dan sektor sekunder sebesar 17,42%. Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PDRB
2012 I
2.38 (7.92) (1.42) 1.11 1.52 1.07 0.07 1.45 0.34 (0.22)
II 2.78 5.01 3.22 1.65 4.11 2.24 2.57 2.73 1.19 2.93
2013
III 1.83 4.10 3.88 2.12 8.80 4.44 3.95 1.67 1.12 3.28
IV
1.59 4.69 2.79 6.07 11.91 1.83 2.37 3.13 0.71 2.84
I
1.22 (12.76) (1.23) 1.17 2.02 2.41 (0.56) 1.41 0.85 (0.88)
II 2.52 6.52 2.48 1.53 2.54 2.98 2.74 2.03 1.82 3.00
Triwulan I - 2014
III 2.30 7.39 (1.14) 0.92 2.02 3.42 4.35 1.92 1.29 2.74
IV
III 2.27 1.76 2.45 1.94 (5.69) 3.17 1.86 2.74
IV
QTQ (%)
0.67 0.73 3.28 1.15 2.80 4.78 1.03 (0.26) 1.87 1.94
1.49 (4.69) 2.22 2.61 2.20 1.63 (1.05) (1.85) 1.05 0.46
Andil
0.43 (0.60) 0.27 0.02 0.13 0.31 (0.08) (0.10) 0.08 0.46
Sumber: BPS (diolah) JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB
2012 I
0.47 (5.27) 1.63 1.21 0.54 -8.77 -8.17 (0.22)
II 1.06 2.68 1.97 4.22 2.27 11.58 8.99 2.93
2013
III 2.42 3.22 2.56 6.84 (2.01) -2.62 -2.26 3.28
IV
0.73 1.11 1.67 6.42 7.66 11.63 9.45 2.84
I
0.46 (7.15) 1.02 1.05 3.46 -15.68 -14.20 (0.88)
II 0.93 2.00 2.38 2.11 3.76 14.07 10.44 3.00
Triwulan I - 2014
0.71 23.75 1.52 3.08 5.72 -7.47 -2.29 1.94
QTQ (%)
0.53 (19.48) 15.05 (1.09) 8.39 18.33 10.45 0.46
Sumber: BPS (diolah)
6
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
Andil
0.34 (4.06) 0.10 (0.20) 0.27 11.08 7.06 0.46
EKONOMIMAKRO REGIONAL
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi di triwulan laporan utamanya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran
13,42%
dan
(yoy)
sektor bangunan
9,90%
(yoy).
Tingginya
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut utamanya terjadi pada sub sektor perdagangan besar dan eceran (13,96%(yoy)) sejalan dengan momen/masa Pemilu Legislatif. Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup signifikan utamanya disebabkan oleh peningkatan investasi properti, seperti pengembangan perumahan, pusat bisnis, dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala nasional/internasional termasuk juga peningkatan kapasitas bandara dan pembangunan beberapa proyek pemerintah lainnya. Tabel 1.2. Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy) LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Air dan Gas Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan Jasa-Jasa PDRB
2012 I
6.22 1.57 6.51 4.11 7.54 10.21 5.06 6.64 4.34 6.15
II 7.72 1.98 8.16 4.90 10.21 10.30 6.42 7.80 4.32 7.15
III 7.56 1.68 8.19 5.97 17.54 9.54 7.91 7.45 3.39 7.29
2013 IV
8.85 5.39 8.65 11.32 28.68 9.89 9.22 9.28 3.39 9.09
I
7.61 (0.16) 8.86 11.40 29.30 11.35 8.54 9.24 3.92 8.36
II
7.34 1.28 8.08 11.27 27.36 12.16 8.72 8.50 4.57 8.44
Triwulan I - 2014
III 7.84 4.48 2.86 9.96 19.42 11.07 9.14 8.76 4.74 7.87
IV
6.87 0.52 3.34 4.85 9.70 14.29 7.71 5.18 5.95 6.93
Growth
7.15 9.83 6.95 6.35 9.90 13.42 7.18 1.80 6.16 8.37
Andil
2.12 1.18 0.86 0.05 0.56 2.49 0.52 0.11 0.48 8.37
Sumber: BPS (diolah)
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp23,39triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 29,55%,sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,74% serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar 15,65%. Dengan demikian, struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3).
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
7
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2014 Jasa-jasa, Keuangan, 8.46 Persewaan dan Jasa Pengangkuta Perusahaan, 5.03 n dan Komunikasi, 6.14
Pertanian, 29.55
Perdagangan , Hotel dan restauran, 17.74
Listrik, gas & air, 0.96 Bangunan, 5.81
Industri Pengolahan, 10.64
Pertambanga n dan Penggalian, 15.65
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan menunjukkan kinerja yang baik dengan tumbuh 7,15% (yoy) atau 1,49% (qtq), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu (6,87% (yoy) atau 0,67% (qtq)). Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi tanaman bahan makanan serta tanaman perkebunan. Cuaca yang kondusif selama triwulan laporan menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan makanan. Sementara itu, peningkatan produksi tanaman perkebunan disebabkan oleh meningkatnya produktivitas dan meningkatnya harga jual komoditas sawit sehingga menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi. Produksi tabama di triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,03% (qtq) atau 9,40% (yoy). Peningkatan produksi tersebut memberikan insentif positif bagi petani, hal tersebut tercermin pada peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). Rata-rata NTP Triwulan I-2014 dibandingkan NTP Triwulan IV-2013 naik 720 bps dari 90,94 menjadi 98,14. Meningkatnya NTP tersebut disebabkan mulai membaiknya harga jual terutama pada tanaman perkebunan serta insentif positif yang diperoleh petani dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Selain faktor tersebut, perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP per Desember 2013 (menggunakan tahun dasar 2012=100) yang dilakukan oleh BPS turut memberikan andil dalam peningkatan NTP.
8
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Meskipun NTP triwulan laporan mengalami peningkatan, ketergantungan petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, menjadi faktor resiko yang perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu. Grafik 1.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 115 110 105 100 95
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2013
2
3
2014
90 indeks terima
85
indeks bayar
NTP
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100 Sumber: BPS (diolah)
Sub sektor perkebunan yang menyumbangkan output sebesar Rp3,86 triliun dengan pangsa 16,48% dari total PDRB Jambi mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,09% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan produksi perkebunan tumbuh relatif lebih tinggi yakni 2,17% (qtq) dibandingkan triwulan lalu (0,12%(qtq)). Membaiknya harga jual komoditas perkebunan terutama sawit mampu memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan sektor perkebunan. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga mencapai harga tertinggi selama 3 (tiga) tahun terakhir. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp2.005,80/kg, meningkat 9,83% dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi sebesar Rp8.724,12/kg atau meningkat 5,61%. Sejalan dengan harga di Jambi, harga rata-rata CPO di tingkat internasional, juga menunjukkan perbaikan yakni sebesar USD 801,25/metric ton atau meningkat 2,43% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, harga TBS Jambi saat ini meningkat signifikan 49,48%, sejalan dengan harga CPO dunia yang juga meningkat sebesar 6,07%. TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
EKONOMIMAKRO REGIONAL Relatif meningkatnya harga kelapa sawit di Jambi disebabkan oleh beberapa hal: 1.) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD sehingga harga di dalam negeri menjadi meningkat, 2.) meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga terjadi peningkatan permintaan terhadap TBS. Meskipun harga CPO lokal maupun internasional terus mengalami peningkatan, kebijakan anti dumping duties biofuel di Uni Eropa perlu menjadi perhatian karena berpotensi menurunkan ekspor CPO ke negara-negara anggota Uni Eropa serta berpotensi menurunkan kembali harga CPO internasional. Grafik 1.5 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi Harga (Rp)
10,000
CPO
INTI
TBS 10 TAHUN
CPO Int'l
8,000 6,000 4,000
2,000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
2013
2014
Sumber: Disbun Provinsi Jambi
Grafik 1.6 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi USD cent/Kg
Rp/Kg
35,000
500.00
30,000
400.00
25,000
300.00
20,000 15,000 10,000 5,000 -
200.00
Harga Bokar (Rp/kg) Harga Karet Internasional (USD cent/kg)
100.00 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
2013
2014
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Berbanding terbalik dengan harga kelapa sawit, harga bokar di Jambi justru mengalami penurunan dari rata-rata Rp23.205/kg menjadi Rp21.176/kg (turun8,74%(qtq)). Hal ini sejalan dengan penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 16,28% menjadi USD 216,17/cent. Apabila dibandingkan 10
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
dengan harga tahun 2013, harga bokar di Jambi turun lebih dalam dan mencapai 16,44% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional serta melimpahnya stok karet di pasar global menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga bokar tersebut. Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 4,85% (yoy), turun dibandingkan triwulan lalu (5,58% (yoy)). Sejalan dengan itu, sub sektor kehutanan menunjukkan pertumbuhan relatif stabil dibanding triwulan lalu yaitu dari sebesar 4,65% (yoy) menjadi 4,46% (yoy) dan hasil liaison pun menunjukkan peningkatan produksi. Sementara itu, sub sektor perikanan tumbuh 7,42% (yoy), lebih tinggi dari triwulan lalu (7,34%yoy)). 2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp4,15 triliun (pangsa 17,74%) yang terdiri atas tiga sub yaitu perdagangan besar dan eceran (93,26%), hotel (1,20%) dan restoran (5,53%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 13,42% (yoy), dengan andil pertumbuhan 2,49% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan perdagangan besar dan eceran di Jambi (13,96% (yoy) atau 1,24% (qtq)). Maraknya kampanye menjelang Pemilu Legislatif mendorong tumbuhnya sub sektor perdagangan tersebut. Sementara sektor
hotel
peningkatan
itu,
sub
menunjukkan sebesar
1,26%
Grafik 1.7. Tingkat Hunian Hotel Jumlah Tamu Menginap
80,000
(qtq) atau 10,70% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan sub sektor
40,000
maraknya
kegiatan kampanye menjelang Pemilu Legislatifdi Provinsi Jambi berdampak
pada
66,748 65,742 60,511 50,954
50,000
60
72,902
70,000 60,000
perdagangan,
T. Hunian Hotel (RHS)
58,288 57,930 56,688 55,338 54,126 50,821 47,293
62,409
50 40 30
30,000
20
20,000 10
10,000 0
0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011
2012
2013
2014
tingginya
tingkat hunian hotel. Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 44,87%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (42,56%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga meningkat TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
EKONOMIMAKRO REGIONAL signifikan sebesar 18,80% (yoy) menjadi 65.742 orang. Peningkatan jumlah tamu menginap terbesar terjadi pada bulan Maret bersamaan dengan masa kampanye yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia. 3. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp3,66 triliun (15,65%), merupakan sektor ketiga terbesar di Jambi. Produksi pertambangan dan penggalian selama triwulan laporan turun sebesar 4,69% (qtq). Penurunan itu utamanya disebabkan oleh penurunan produksi yang tajam pada sub sektor tanpa migas (9,13% (qtq)) dan sub sektor minyak dan gas bumi (4,55% (qtq)). Namun secara tahunan, produksi pertambangan dan penggalian meningkat cukup signifikan sebesar 9,83% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini utamanya didorong oleh peningkatan produksi pertambangan minyak bumi dan gas bumi serta penggalian masing-masing tumbuh sebesar 13,00% (yoy) dan 6,28% (yoy). Sementara itu sub sektor pertambangan tanpa migas mengalami penurunan sebesar 1,71% (yoy). Turunnya produksi pertambangan non migas di Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh turunnya produksi batubara karena pengaruh melemahnya harga internasional. Selain itu, adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab turunnya produksi. 4. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap perekonomian Jambi sebesar Rp2,49 triliun (10,64%), meningkat sebesar 6,95% (yoy), dengan andil pertumbuhan 0,86%. Secara triwulanan, sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 2,22% (qtq). Industri pengolahan di Jambi terdiri dari industri migas dengan total output Rp218,63 miliar (8,78%) serta industri non migas dengan total output Rp2,27 triliun (91,22%). Pertumbuhan sub sektor industri non migas salah satunya didorong oleh produksi karet yang menunjukkan peningkatan sebesar 4,31% (yoy). Peningkatan 12
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
produksi karet tersebut sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan ke perusahaan karet yang menunjukkan peningkatan produksi dan ekspor karet seiring dengan kondusifnya cuaca untuk melakukan penyadapan karet selama triwulan I-2014. Sedikit berbeda, data indeks produksi BPS menunjukkan secara triwulanan terjadi penurunan indeks industri karet dan barang dari karet dan barang dari plastik sebesar 1,10% (qtq). Berdasarkan Grafik 1.8. Perkembangan Produksi Karet Jambi
data
30
Gapkindo
20
Pengusaha Karet Indonesia)
10
cabang Jambi, produksi karet
60,000
0
dalam
40,000
-10
20,000
-20
120,000 100,000
Volume Produksi Bokar (Ton)
Pertumbuhan (%qtq) 94,64792,488
88,71385,867 81,805
75,165 77,418 76,065 74,585 74,563 68,679
80,000
91,329
75,504
0 2013
I 2014
91.329
ton,
meningkat signifikan sebesar
-30 2012
triwulan
mencapai
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2011
(Gabungan
20,96%
2014
dibandingkan lalu.3
triwulan
Sumber: Gapkindo Cabang Jambi
Namun
demikian, peningkatan produksi tersebut sedikit tertahan dengan turunnya harga karet internasional serta adanya kebijakan Gapkindo untuk menurunkan produksi dan ekspor karet sebesar 10% sebagai upaya mendongkrak harga karet. Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Pertumbuhan q-to-q
Jenis Industri Trw I-13
y-o-y
Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13
Trw I-14
Trw I-13
Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13
Trw I-14
Industri Makanan
-8.06
2.09
4.44
8.10
-21.79
17.55
4.05
1.02
7.13
-6.35
Industri Minuman
0.30
3.80
-1.12
-0.27
-2.75
0.72
9.97
7.68
2.04
-1.09
Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik IBS
2.25
0.32
4.36
1.15
-1.10
15.49
3.37
2.57
7.73
4.31
-2.71
1.39
1.70
0.74
-6.57
16.27
9.35
4.58
0.19
-0.76
Sumber: BPS Provinsi Jambi
5. Sektor-sektor Lain Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh sebesar 6,35% (yoy) dengan sumbangan pertumbuhan 0,05%, lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan
triwulan
sebelumnya
(4,85%(yoy)).
Peningkatan
tersebut
disebabkan oleh meningkatnya produksi listrik dan air bersih masing-masing sebesar 6,49% (yoy) dan 5,36% (yoy). 3
Terdapat 10 (sepuluh) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
EKONOMIMAKRO REGIONAL Meningkatnya sub sektor listrik dimaksud tercermin dari meningkatnya jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar 5,74% (yoy) dan 9,74% (yoy). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan laporan mencapai 341,68 MWH dengan jumlah pelanggan mencapai 568.025 rekening. Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai 521.974 rekening (91,89%) dengan konsumsi daya listrik mencapai 227,50 MWH (66,58%). ribu 568 600 530 542 531 493 506 518 483 550 461 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 I II III IV I II III IV I
KWH (dalam Juta)
400 350 300 250 200 150 100 50 -
328 319 323 337 342 338 342 282 301
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
2012
2014
Grafik 1.9 Perkembangan Total Pemakaian Listrik
Sementara
itu,
pemakaian air bersih yang dicatat
oleh
PDAM
Tirta
Mayang
menunjukkan
penurunan
di
900 880 860
pada
861
872
1.33
858
863 852
Pertumbuhan (RHS)
867 857
-0.68
-0.61
3 854
853 1.69
1.34
840
800
Jambi
5 Total Konsumsi Air (LHS)
laporan. Rata-rata konsumsi Kota
Grafik 1.10 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Air Bersih
820
PDAM
2014
ribu M3
triwulan
air bersih bulanan melalui
2013
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah)
-0.73 -0.50
847
837
-1.49
-0.90 -1.09
-1.64
1 (1) (3)
Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 2012
2013
2014
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014
triwulan laporan sebesar 837,29ribu M3, sedikit lebih rendah dari tahun lalu (852,75 ribu M3). Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 7,18% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,52%, menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,71% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan sektor angkutan sebesar 7,10% (yoy), meskipun relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (7,62% yoy).
14
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Grafik 1.12. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang ribu orang 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 I
Kedatangan Penumpang
Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang ton 1500
Keberangkatan Penumpang
Jumlah Bongkar
Jumlah Muat
1000
500
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
2012
I
II
III 2013
IV
I 2014
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
0 I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
2014
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
Jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari Bandara Sultan Thaha Jambi, menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Momen libur imlek dan banyaknya kunjungan juru kampanye nasional ke Provinsi Jambi selama masa kampanye Pemilu Legislatif menjadi faktor utama peningkatan jumlah penumpang tersebut. Jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 302.240 orang,meningkat8,18% dari tahun lalu. Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Sub sektor angkutan laut mengalami penurunan sebesar 2,88% (yoy) atau 3,98% (qtq), relatif lebih buruk dibandingkan triwulan lalu yang juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,02% (yoy). Penurunan tersebut sejalan dengan jumlah kunjungan kapal di Jambi yang juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan I 2014, jumlah kunjungan kapal sebanyak 1.064 unit, sementara triwulan lalu sebanyak 1.335 unit. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah arus barang perdagangan juga turun dari triwulan lalu sebesar 1.535,40 kilo ton, menjadi 1.229,92 kilo ton4 seiring dengan penurunan volume impor alat berat.
4
Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat. TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
EKONOMIMAKRO REGIONAL
unit 2,000
Unit 101.74 76.23
1,500
persen(%) 150
Pertumbuhan (yoy)
unit 4,000 3,500
100
34.69
500
50
11.92 -0.51
27.46
7.60
-7.58 II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
2012
1,500
0 -2.84
123.60
-50 II
III
IV
2013
28.81 -3.28
1,000
25.2039.24
I
2014
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi
Grafik 1.14 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal
100
88.86 -5.39
III
IV
2011
I
II
III
2012
IV
0.69
-56.71
-31.98 II
0 -45.56
I
50
17.50 -17.57
500
-30.40
I
-1.64 -15.95
8.57
2,000
Pertumbuhan (yoy)
150
3,000 2,500
1,000
persen(%) 200
Jumlah Total Arus Barang
-50 -100
I
II
III
2013
IV
I 2014
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi
Grafik 1.15 Perkembangan Total Arus Barang
Sub sektor komunikasi tumbuh 7,96% (yoy) yang didukung oleh pertumbuhan pos dan telekomunikasi sebesar 7,97% (yoy) dan jasa penunjang komunikasi sebesar 7,48% (yoy). Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar 1,80% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,18% yoy). Pertumbuhan sektor ini utamanya didukung oleh pertumbuhan sub sektor lembaga keuangan tanpa bank dan jasa penunjang keuangan masing-masing sebesar 8,08% (yoy) dan 7,17% (yoy). Sementara pertumbuhan sub sektor bank yang relatif rendah (1,36% (yoy)) menjadi penahan laju pertumbuhan sektor ini. Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 6,16% (yoy), sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,95%yoy). Pertumbuhan sektor jasa didorong oleh tumbuhnya jasa pemerintahan umum dan swasta masing-masing sebesar 6,12% (yoy) dan 6,34% (yoy). Sektor ini didukung oleh sub sektor jasa pemerintahan umum dengan output sebesar Rp1,69 triliun dan diikuti oleh sub sektor swasta sebesar Rp287,92 miliar. C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor dan konsumsi lembaga swasta nirlaba masing-masing sebesar 28,86% (yoy) dan 22,51% (yoy). Berdasarkan strukturnya, 55,74% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik 18,41% dan konsumsi pemerintah 15,76%. Pangsa struktur tersebut cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 55,81%, 18,51%, dan 16,82%. 16
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (yoy) JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Lembaga Swasta Nirlaba Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Stok Ekspor Impor PDRB
2012
2013
I
II
III
4.88
5.05
5.29
10.55 11.72 13.47 21.65 (9.61) (6.34) 6.15
9.27 11.31 11.87 19.74 (1.14) (0.25) 7.15
5.50 6.92 15.53 14.49 (9.80) (8.49) 7.29
5
Triwulan I - 2014
I
II
4.75
4.74
4.60
4.45
4.43
4.51
2.98
1.52 8.05 19.93 8.47 10.66 7.07 9.09
(0.49) 7.41 19.75 11.63 2.28 0.04 8.36
(1.15) 7.84 17.32 13.25 4.56 1.37 8.44
(2.55) 7.73 11.94 9.00 10.78 5.64 7.87
19.27 7.57 8.42 7.04 (8.17) (5.69) 6.93
3.43 22.51 6.13 12.13 28.86 21.41 8.37
0.60 0.15 1.16 0.41 17.28 14.19 8.37
IV
III
IV
Growth
Andil
Grafik 1.16. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran 6 Triwulan I tahun 2014 Net Impor, 7.31 Perubahan Stok, 2.78
PMTDB, 18.41 Konsumsi rumah tangga , 55.03 Konsumsi pemerintah , 15.76
Lembaga Swasta Nirlaba, 0.71
1. Pengeluaran Konsumsi Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp12,87 triliun atau 55,03% dari total PDRB Jambi. Mayoritas konsumsi masyarakat Jambi (61,19%) diperuntukkan untuk membeli makanan yaitu sebesar Rp7,88 triliun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 4,51% (yoy) atau 0,53% (qtq), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,43% (yoy)). Tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan perayaan imlek dan masa kampanye Pemilu Legislatif menyebabkan konsumsi masyarakat dapat tumbuh tinggi. Namun, meningkatnya harga barang/jasa seiring dengan tingginya laju inflasi paska kenaikan BBM bersubsidi serta tren
5
dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 6 Pangsa (share) net impor sebesar -,66% merupakan pengurangan dari total share PDRB sisi pengeluaran. TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
EKONOMIMAKRO REGIONAL menurunnya harga komoditas karet menjadi faktor penahan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat. Kondisi ini juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen pada triwulan I-2014 yang mencapai 105,667. Angka indeks tingkat konsumsi komoditi makanan dan bukan makanan juga masih berada pada level optimis yaitu sebesar 109. Tabel 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Variabel Pembentuk Pendapatan rumah tangga kini Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan Indeks Tendensi Konsumen
Triwulan I - 2013 101.7
Triwulan II - 2013 106.85
Triwulan III - 2013 112.21
Triwulan IV - 2013 108.42
Triwulan I - 2014 104.52
106.87
108.46
109.09
105.24
105.17
100.72 102.89
104.16 106.70
116.8 112.33
106.20 107.07
109.00 105.66
Masih baiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan laporan juga tercermin dari masih tingginya penjualan kendaraan bermotor. Penjualan sepeda motor meningkat 6,18% (yoy) dari tahun lalu menjadi rata-rata 7.627 unit/bulan. Meskipun di sisi lainnya penjualan kendaraan roda empat seperti sedan, jeep dan minibus mengalami penurunan sebesar 14,47% (yoy) menjadi rata-rata 999 unit/bulan. Penurunan penjualan kendaraan bermotor roda empat tersebut terjadi karena meningkatnya suku bunga kredit serta adanya kebijakan minimum down payment pembelian kendaraan bermotor pertengahan tahun lalu. Hal ini sejalan dengan hasil liaison yang menunjukkan penurunan penjualan kendaraan roda empat terkait kebijakan minimum down payment tersebut. Sementara itu, penyaluran kredit real estate masih terus meningkat sebesar 26,38% (yoy) menjadi sebesar Rp3,84triliun. Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 15,07% dari total kredit.
7
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi. 18
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Grafik 1.17. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor
Grafik 1.18. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
unit
unit
5,000
70,000
Sedan, Jeep, Minibus 3,503 3,264 2,902 2,823 3,061 2,996
4,000 3,000
60,000
40,000
2,000
1,414
1,158
SEPEDA MOTOR
50,000 36,299 30,913
27,851
30,000
1,459
20,081 21,550 20,421
20,000
1,000
25,689 17,836
22,882
10,000 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
-
I
I
2014
II
III
IV
I
II
2012
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
III
IV
2013
I
2014
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Rp Miliar
Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
Kredit Real Estate
60
Pertumbuhan
49.79
40.13
50 40
33.44
40.30 16.52
11.27
30 27.11 16.80 16.04 15.44
28.18 26.38 20 10
5.16
0
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2011
2012
2013
2014
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan mencapai Rp3,69 triliun. Pengeluaran tersebut meningkat 3,43% dari tahun lalu, namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (-19,48% (qtq)). Hal ini sejalan dengan realisasi belanja APBD yang cenderung menumpuk di akhir tahun. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi Triwulan I 2014 sebesar Rp45,87 miliar (1,40%), jauh lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu Rp360,29 miliar (13,58%). 2. Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang mencerminkan nilai investasi di Jambi mencapai Rp4,30 triliun dengan pangsa 18,41% dari total PDRB Jambi, relatif sama dengan pangsanya pada triwulan yang sama tahun 2013 (18,61%). Investasi mengalami pertumbuhan 6,13% (yoy) dengan andil pertumbuhan mencapai 1,16%. TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
EKONOMIMAKRO REGIONAL Namun demikian, secara triwulanan, investasi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan kecenderungan tingginya realisasi investasi di akhir tahun dan banyaknya proyek investasi yang masih dalam tahap pengadaan di awal tahun. Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang mencapai 47,75% (yoy). Sementara menurut pendapat pengusaha melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha dalam memandang kondisi bisnis masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi bisnis yaitu sebesar 23,40%8. Dari 150 responden yang disurvei, 68,09% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan relatif stabil, sementara 27,66% menyatakan akan baik dan hanya 4,26% yang menyatakan akan memburuk. Tabel 1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi Keterangan PMA (USD juta) PMDN (Rp miliar)
Tw 1 48.95 356
2012 Tw 2 Tw 3 96.41 5.34 228 466
Tw 4 5.63 395
Tw 1 16.36 -
2013 Tw 2 Tw 3 6.11 11.24 1,303 288
Tw 4 0.59 1,208
2014 Tw 1 24.24 162
Jumlah investasi Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp162 miliar. Investasi tersebut meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp 0. Sejalan dengan hal tersebut, investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga meningkat 48,21% dari tahun lalu menjadi USD 24,24 juta. Investasi Jambi sebagian besar dialokasikan pada sektor pertanian.
8
Indeks yang positif menandakan optimisme dunia usaha 20
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
unit
TRUCK/PICK UP
Rp Triliun
Persen(%)
2,500
250
Pertumbuhan (qtq)
200
2,000
150 1,500
100
1,000
50
500
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
5 4
0
2
-50
1
I
100 90 92.60 80 70 76.92 60 46.91 43.25 41.92 50 57.49 47.75 40 48.91 49.77 41.27 30 33.17 20 12.83 10 6.65 0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Kredit Investasi (juta Rp)
3
-100 I
6
-
2014
2011
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
Grafik 1.20.Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru KTon
2012
Pertumbuhan (yoy)
120 100
30
12.36 10.26
80
11.95
1.84
20
12.84
10 4.93 0
8.80
40
(1.27)
20 II
III
IV
2011
I
-10
(4.83)
(10.45)
I
40
37.89
20.02
2014
(%) 50
41.29
140
60
2013
Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Konsumsi Semen
160
Pertumbuhan (%)
-20 II
III
IV
2012
I
II
III
IV
2013
I 2014
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
Grafik 1.22. Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Sementara itu, perubahan stok mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 12,13%, dengan andil sebesar 0,41%. 3. Perdagangan Eksternal Ekspor provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan I 2014 mencapai Rp11,40 triliun. Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (keluar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 28,86% (yoy) pada triwulan laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor luar negeri sebesar 65,69%. Berdasarkan tujuannya, komposisi ekspor Jambi terdiri dari ekspor ke luar negeri sebesar Rp6,32 triliun (55,43%) serta ekspor ke luar daerah yang mencapai Rp5,08 triliun (44,57%). Tingginya ekspor ke luar negeri salah satunya disebabkan oleh meningkatnya ekspor migas dari Provinsi Jambi. Impor provinsi Jambi pada triwulan I
2014 mencapai Rp9,69 trliun atau
lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
EKONOMIMAKRO REGIONAL mengalami net eskpor sebesar Rp1,71 triliun. Impor jambi didominasi oleh impor antar daerah yang mencapai Rp8,76 triliun (90,38%) sementara impor luar negeri sebesar Rp932,22miliar (9,62%). Perkembangan impor Provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 21,41% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan impor tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya impor luar negeri (310,13% (yoy)) dan impor antar daerah (14,59% (yoy)). 3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi Berdasarkan pemberitahuan
dokumen
ekspor
barang
(PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi
pada
sebesar
USD
triwulan
laporan
263,62
juta,
meningkat 0,69% dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD 261,83
juta).
Sementara
itu,
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD) 800
Ekspor
700 600 561 550 500
539
300 100
398 330 359
200 21
83
Net Ekspor
489
467 462
400
Impor
28
296
39
34
380 363 17
285 295 262 295 302 284 264 259 265
245
31
17
26
256 220 169 192 115 72 82 39
0 Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II Trw III Trw Trw I IV IV IV 2011
2012
2013
2014
impor luar negeri sebesar USD 71,74 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar USD191,88 juta. Berdasarkan jenis komoditinya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 160,25 juta atau 60,79% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper serta batu bara, kokas dan briket masing-masing USD 22,89 juta dan USD 19,19 juta. Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan. Di sisi lain, ekspor batu bara tumbuh sebesar 14,49% (yoy) di triwulan laporan, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya nilai ekspor batubara turun 27,80% (qtq). Dari sisi volume, ekspor batubara mengalami peningkatan 19,02% (yoy), namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume ekspor tersebut mengalami penurunan sebesar 7,59% (qtq). Menurunnya permintaan global serta merosotnya harga batubara internasional menyebabkan penurunan kegiatan produksi pada perusahaan batubara.
22
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Rendahnya kualitas batu bara di Jambi yang memiliki kadar energi yang rendah turut menyebabkan terbatasnya harga jual. Selain itu, adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi. Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan lemak sayur menunjukkan penurunan sebesar 26,46% (yoy) atau 32,50% (qtq) sejalan dengan berkurangnya volume ekspor sebesar 56,25% (yoy) atau 48,55% (qtq). Musim kemarau yang terjadi di Provinsi Jambi selama triwulan laporan menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun sehingga mempengaruhi kinerja ekspor CPO. Grafik 1.24. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 800
juta USD
700 600 148.90 500 77.89 400 300
(%) Batu Bara, Kokas dan Briket Crude Rubber
Lainnya Fixed Vegetable Oil G. Ekspor
-20.72-22.27
5.92
50 -3.87 0.69 0
-30.95 -25.77 -20.30 -41.10 -41.71
100
150 100
42.75
200
200
-50
0
-100 Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II Trw III Trw Trw I IV IV IV 2011
2012
2013
2014
Grafik 1.25. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 2,000
Volume (ton) Crude Rubber Batu Bara, Kokas dan Briket Pulp dan Paper
1,500
Fixed Vegetable Oil Lainnya
1,000 500
0 Trw I
Trw II Trw III Trw IV Trw I 2011
Trw II Trw III Trw IV Trw I 2012
Trw II Trw III Trw IV Trw I 2013
2014
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Grafik 1.26. Volume Ekspor Non Migras Provinsi Jambi
Grafik 1.27. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 400
juta USD Lainnya Eropa Jepang
350
Lainnya, 42,355
300
Batu bara, briket, 19,187 Minyak, lemak sayur, 18,940
India RRC Malaysia
250
200 150 Karet Mentah, 160,253
100 50 0
Pulp dan Kertas (25), 22,885
Trw I
Trw II
Trw III Trw IV
Trw I
Trw II
2012
Trw III Trw IV
2013
Trw I
2014
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh negara Jepang yang mencapai USD 45,79 juta (10,40%) dan diikuti oleh Amerika Serikat sebesar USD 43,39 juta (9,85%). Menurunnya ekspor Jambi disebabkan oleh menurunnya ekspor ke RRC, Singapura, dan Malaysia terutama ekspor komoditas CPO. Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi merupakan salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha untuk dapat mengekspor secara langsung ke negara tujuan. 3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi tercatat sebesar USD 71,74 juta, turun sebesar 37,65% (qtq). Namun secara tahunan, impor non migas Provinsi Jambi meningkat signifikan sebesar 329,84% (yoy). Berdasarkan pangsanya, impor Jambi didominasi oleh mesin pembangkit tenaga (USD 40,62 juta atau 56,62%). Grafik 1.28. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Impor (juta USD)
72
72
150
134.00 53.52
34 26
-12.16 17
100
110.59
39
50
17.27 31 17
-50.21
-11.88
-1.01 0
-45.35
-50 -100
Trw I
Trw II
Trw III
2012
24
200
82
g. Impor (RHS)
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
2013
Trw IV
Trw I 2014
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
EKONOMIMAKRO REGIONAL
Grafik 1.29. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi Impor (juta USD)
90
Lainnya
80
Alat Pengangkutan Lainnya
70
Mesin Pembangkit Tenaga
60
Mesi Industri dan Perlengkapannya
50
Besi dan Baja
40
Mesin Industri Tertentu/Khusus
30 20 10 0 Trw I
Trw II
Trw III Trw IV
2012
Trw I
Trw II
Trw III Trw IV
2013
Trw I 2014
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
Boks.1 PERKEMBANGAN KINERJA SEKTOR PERTAMBANGAN SERTA DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP SEKTOR PERTAMBANGAN JAMBI (Sumber: Liaison ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi dan Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia tanggal 7 dan 11 April 2014)
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dan industri pengolahan disamping BBM. Batubara merupakan salah satu energi alternatif karena lebih hemat dibandingkan solar. Indonesia adalah salah satu negara pengekspor batubara dan Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumber daya batubara. Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Pada tahun 2014, Kementerian ESDM menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No.1 tahun 2014. Peraturan tersebut berpotensi memberikan dampak terhadap sektor pertambangan Jambu terutama dari sisi produksi dan ekspor.
Profil sektor Pertambangan di Jambi Terdapat 398 izin pertambangan yang terdiri dari 379 izin batubara dan 9 biji besi yang terbit sejak tahun 2007. Dari 379 izin batubara yang telah diterbitkan, baru 43 perusahaan (izin) yang telah melakukan aktivitas produksi. Untuk biji besi, dari 9 izin yang telah diterbitkan, baru 2 perusahaan (izin) yang telah melakukan produksi biji besi. Lokasi izin batu bara yang diterbitkan berada di wilayah Bungo, Sarolangun dan Batanghari sedangkan lokasi biji besi berada di wilayah Merangin. Penerbitan izin baru batubara saat ini belum bisa dilakukan karena sesuai UU yang baru, penerbitan izin baru harus melalui proses lelang. 27
27
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
Produksi dan Distribusi Sektor Pertambangan Jambi Berdasarkan data PDRB Provinsi Jambi, sektor pertambangan dan penggalian selama tahun 2010 sampai triwulan I -2014 memberikan kontribusi rata-rata sekitar 12,8% atau keempat terbesar setelah pertanian, perdagangan, hotel dan restoran dan industri pengolahan. 100.00 90.00 80.00
70.00
9. JASA-JASA 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
60.00
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
50.00
5. BANGUNAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
40.00
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
30.00
1. PERTANIAN
20.00 10.00 0.00 2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata produksi batubara di Provinsi Jambi selama tahun 2011
2012
mencapai 7,4 juta ton per tahun. Namun demikian pada tahun 2013, kapasitas produksi batubara di Provinsi Jambi turun menjadi 6,9 juta ton per tahun. Penurunan produksi pada tahun 2013 dipengaruhi oleh menurunnya harga batubara serta masih adanya stok yang melimpah sisa produksi tahun sebelumnya. Harga jual
batubara sangat tergantung pada harga pasar dunia dan
selama tahun 2013 dan perkiraan tahun 2014, harga batubara menurun menjadi hanya sebesar 50% (menjadi US$ 22/metrik kubik) dibanding harga tahun 2010 (US$42/metrik kubik). Penurunan harga batubara dan produksi mempengaruhi ekspor batubara Provinsi Jambi yang menunjukkan tren penurunan sebagaimana grafik berikut:
28
28
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
EKSPOR NONMIGAS BATUBARA MENURUT KODE SITC 2 DIGIT DI PROPINSI JAMBI Kelompok SITC
2009
2010
2011
2012
2013
2013
2014
TW I
TW I *) **)
16,759 558,507
19,187 664,740
1 Batu Bara, Kokas dan Briket (32) - Nilai Nilai - Volume Volume
24,819
66,576
247,647
165,967
111,983
525,025
1,538,786
4,828,824
4,383,040
3,153,234
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, data diolah. *) data sementara Februai 2014 **) data sangat sementara Maret 2014
Menyikapi penurunan harga tersebut, Pemerintah Provinsi Jambi berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten akan mengeluarkan kebijakan pembatasan kuota produksi batubara pada tahun 2015. Adapun kuota produksi yang diusulkan adalah 10,2 juta ton per tahun (kesepakatan antara pemerintah provinsi dan kabupaten dengan memperhatikan realisasi produksi kuota saat ini) Selain bertujuan untuk menyikapi penurunan harga, pemberlakuan kuota tersebut juga bertujuan untuk menjaga persediaan batubara di pasar. Sampai dengan tahun 2013, dari 2 perusahaan yang melakukan izin usaha tambang biji besi tinggal 1 yang melakukan izin usaha dan 1 perusahaan lainnya vacum/stagnan karena kualitas biji besi di wilayah penambangannya rendah sehingga mempengaruhi marjin keuntungan perusahaan tersebut dan lokasi cadangan biji besi yang memiliki karakter menyebar (tidak mengumpul pada satu area) juga mempengaruhi biaya produksi perusahaan tersebut.
29
29
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
Batubara yang diproduksi di Provinsi Jambi memiliki kualitas menengah ke bawah sehingga pangsa ekspornya sebagian besar ke negara-negara di Asia. Hanya batubara yang diproduksi di Rantau Pandan yang memiliki kualitas tinggi. Orientasi permintaan/penjualan batubara adalah 80% ekspor dengan tujuan India (75%) dan Malaysia, Cina, Korea dan Jepang (5%) serta 20% domestik. Ekspor batubara sebesar 70% melalui Pelabuhan Talang Duku dan 20% melalui Pelabuhan Tanjung Jabung dan sisanya melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Produksi batubara terbesar di Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten Bungo dengan pangsa ekspornya ke negara Cina, Korea, Jepang, Malaysia dan India. Proses ekspor batubara dari Kabupaten Bungo tersebut dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur dengan pertimbangan efisiensi biaya distribusi. Selain Bungo, Kabupaten Sarolangun juga memiliki tambang batubara yang hasil produksinya sebagian besar diekspor ke India. Produksi di Kabupaten Sarolangun tersebut berada pada level konstan karena terikat kontrak dengan jangka di atas 1 tahun dan jenis batubara yang dihasilkan di Provinsi Jambi adalah jenis low calori yang digunakan untuk kegiatan PLTU di India sesuai dengan spesifikasi mesin yang mereka miliki. Ke depan, permintaan batubara dari pasar domestik diperkirakan akan meningkat seiring dengan rencana pembangunan 5 (lima) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di wilayah Provinsi Jambi dengan rencana wilayah di Tebo ( 2 unit) dan antara Sarolangun dan Batanghari (Kecamatan Batin 24 dan Mandiangin direncanakan dibangun 3 unit). Saat ini terdapat 1 (satu) PLTU yang beroperasi di Desa Samaran, Kabupaten Sarolangun. PLTU tersebut dikelola oleh PT Permatan Prima Elektrindo (PPE) berdaya 7 Mega Watt dengan konsumsi 5.000 ton batu bara per bulan.
Kendala yang dihadapi 1.
Penurunan internasional
margin
keuntungan
sementara
biaya
akibat produksi
rendahnya terus
harga
meningkat.
batubara Margin
keuntungan berkurang sebesar 60% sehingga mempengaruhi usaha pertambangan. Penurunan margin akan semakin dalam jika wacana 30
30
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
peningkatan royalti kepada pemerintah yang sebelumnya 7,5% menjadi 13,5% direalisasikan. 2.
Isu dampak lingkungan penggunaan batubara.
3.
Keterbatasan Infrastruktur Untuk mengatur jalur pengangkutan batubara di Provinsi Jambi, Pemerintah Provinsi Jambi telah menerbitkan ketentuan Perda No.13 tahun 2012 dan Peraturan Gubernur Jambi No.18 tahun 2013. Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa jalur yang diperbolehkan untuk pengangkutan batubara hanya melalui jalan darat yang diatur khusus dan angkutan sungai. Jalur darat khusus sebagaimana dimaksud dalam ketentuan tersebut sampai saat ini belum tersedia, sedangkan jalur sungai memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap debit air sungai (dalam keadaan air pasang muatan kapal mencapai 2.000 ton, sedangkan dalam kondisi surut muatan kapal hanya sebesar 800 ton). Dengan demikian, keberadaan ketentuan tersebut saat ini masih menjadi kendala yang cukup mengganggu bagi bisnis perusahaan batubara. Solusi sementara yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dalam menyiasati keterbatasan infrastruktur jalan tersebut adalah: a.
Pembentukan konsorsium pengusaha batubara Provinsi Jambi untuk membangun jalan khusus batubara. Namun demikian, rencana tersebut belum dapat direalisasikan karena terkendala biaya.
b.
Memaksimalkan angkutan sungai
c.
Menggunakan jalan provinsi
d.
Usulan pemberlakuan waktu khusus bagi distribusi batubara via jalan darat.
4.
Keterbatasan pelabuhan yang mempengaruhi ekspor yang tercatat sebagai ekspor Provinsi Jambi Saat ini Provinsi Jambi belum memiliki pelabuhan samudera sehingga sebagian besar ekspor batubara dari Provinsi Jambi dilakukan melalui pelabuhan Provinsi lain (Teluk Bayur). Apabila kondisi ini tidak segera
31
31
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
ditindaklanjuti, maka akan berpengaruh terhadap penghitungan neraca perdagangan dan PDRB Provinsi Jambi. 5.
Peraturan minerba yaitu Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan dan Batubara diterbitkan tanggal 12 Januari 2009 dan sampai dengan saat ini baru terdapat 7 petunjuk teknis yang dikeluarkan dari 22 petunjuk teknis yang rencananya akan keluar (masih dapat menggunakan ketentuan yang lama sepanjang tidak saling bertentangan). Namun perubahan petunjuk teknis tersebut mempengaruhi rencana jangka panjang perusahaan.
Dampak Undang-undang Minerba Dengan terbitnya Peraturan Menteri ESDM No.7 tahun 2012 mengenai peningkatan nilai tambah mineral terkait ekspor dalam bentuk bahan mentah mineral, 1 perusahaan izin usaha tambang biji besi mengajukan permohonan ke Kementerian ESDM guna mendapatkan kuota ekspor 240 ribu ton biji besi ke Cina dengan kadar biji besi 62% (Permen ESDM mewajibkan ekspor dengan kadar biji besi 92% sehingga untuk memperoleh pengecualian kadar biji besi melalui pengajuan ke Kementerian ESDM). Pada tahun 2014, Kementerian ESDM menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No.1 tahun 2014 untuk melengkapi Peraturan Menteri ESDM No.7 tahun 2012. Berdasarkan ketentuan baru tersebut, perusahaan yang memperoleh izin usaha tambang biji besi di atas diperbolehkan untuk melakukan ekspor biji besi dikarenakan kadar biji besi yang diproduksi memiliki kadar 66% (memenuhi syarat minimal 62%) sampai dengan bulan Januari 2017 dan tidak diterapkan kuota. Karena masih banyaknya izin pertambangan yang belum dioptimalkan, implementasi Minerba belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi batubara di Provinsi Jambi. Terkait ketentuan mengenai pembangunan smelter (pengolahan dan pemurnian mineral), perusahaan tersebut belum memiliki rencana bisnis untuk membangun smelter karena faktor biaya investasi yang cukup besar dan rencana 32
32
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 1 DAMPAK K ETENTUAN MINERBA T ERHADAP P EREKONOMIAN P ROVINSI JAMBI
jangka pendek yang akan dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan lain di Cilegon.
Rekomendasi 1.
Dukungan infrastruktur dari pemerintah daerah terhadap angkutan batubara berupa kemudahan dalam pengurusan pembebasan tanah untuk fasilitas jalan menuju tempat pertambangan sejalan dengan Peraturan Gubernur Provinsi Jambi No. 18 tahun 2013 tentang jalur khusus pengangkutan batubara.
2.
Percepatan pembangunan pelabuhan samudera Ujung Jabung untuk memperlancar kegiatan ekspor dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi.
3.
Peraturan minerba yang jelas dan dikomunikasikan kepada asosiasi pertambangan batubara.
33
33
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
BAB II INFLASI
A. Kajian Umum Pada triwulan I-2014, inflasi kota Jambi tercatat 7,51%(yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (8,74%), namun lebih tinggi dari inflasi nasional (7,32%) dan rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,85%) (gambar 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 6,28% (yoy) dan berada di bawah inflasi nasional13. Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi Persen (%) 10
5
Kota Jambi
Nasional
7.99 6.65
8.40 6.80
5.54 5.31 3.79 4.45
4.61 2.76
4.43 4.30
3.97 3.90 4.53
4.31 4.22
6.06 5.90 5.90
5.24
1
2
8.74
7.96 8.38
7.58 7.32
0 1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
3 2013
4
1 2014
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, faktor utama meningkatnya inflasi kota Jambi disebabkan oleh meningkatnya inflasi administered prices sebesar 19,13% (yoy). Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah meningkatnya tarif angkutan udara sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 2 Tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang diberlakukan per tanggal 1 Maret 2014, serta meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina14.
13
14
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.
35
I NFLASI
Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) %(y-o-y)
Umum
Inflasi Inti
Volatile Foods
Administered Prices
19
18.73
17
19.13
15.38 16.24
15 13
11.93
11.47 9.89
11
9.09
8.52
9 7 5 3
6.15 5.73
5.505.94
3.72
3.12
2.62
Tw I
Tw II
Tw III
1 -1 -3
8.84
4.18 3.27
3.86
Tw IV
Tw I
2013
2014
-5 Sumber: BPS Provinsi Jambi
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,00%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (1,04%). Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2014 masing-masing sebesar 1,56%, -0,78% dan 0,22%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 1,26%, sedikit lebih tinggi dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2014 masing-masing sebesar 1,11%, 0,51% dan -0,35%. Tingkat inflasi di Kota Jambi berada di urutan ke-7 (tujuh) dari daftar kota dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-11 (sebelas). Inflasi tertinggi terjadi di kota Tanjung Pinang, sedangkan inflasi 15
terendah terjadi di Kota Lhokseumawe (gambar 2.3).
15
Sumber: DSM, Bank Indonesia. 36
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
I NFLASI
Gambar2.3. Perbandingan Inflasi (yoy) Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2014 12.00
Inflasi Nasional
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00
Lhokseumawe
Bandar Lampung
Palembang
Pangkal Pinang
Sibolga
Banda Aceh
Bungo
Padang Sidempuan
Dumai
Pekanbaru
Jambi
Batam
Medan
Bengkulu
Padang
Pematang Siantar
Tanjung Pinang
-
Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada triwulan ini bersumber dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan kontribusi sebesar 0,29% (qtq) (tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (1,56%) disebabkan oleh perayaan Imlek dan kenaikan tarif pesawat udara seiring dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri (tabel 2.2). Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar juga memberikan sumbangan inflasi yang cukup besar, yaitu sebesar 0,27%, seiring dengan kebijakan Pertamina menaikkan harga jual elpiji ukuran 12 kg walaupun telah dilakukan koreksi oleh Pertamina dari semula Rp 3.900,00 per kg menjadi Rp 1.000 per kg. Selain itu, kenaikan harga elpiji ukuran 12 kg secara tidak langsung juga memicu kenaikan harga elpiji ukuran 3 kg karena banyaknya masyarakat yang beralih menggunakan elpiji dari ukuran 12 kg menjadi 3 kg. Tidak meratanya distribusi elpiji di kota Jambi juga mempengaruhi pembentukan harga pasar. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau memberikan kontribusi 0,19% yang disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
I NFLASI
nasi dengan lauk, empek-empek dan siomay, sebagai imbas dari kenaikan elpiji. Kelompokbahan makanan juga memberikan kontribusi sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,14% karena pada awal tahun terdapat penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen akibat tingginya curah hujan. Tingginya curah hujan tersebut juga mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor yang mengganggu jalur distribusi (jalur lintas Sumatera). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi KELOMPOK
Triwulan I-2013 (q-t-q, %)
Triwulan II-2013 (q-t-q, %)
Inflasi
Inflasi
Smbgn
Smbgn
Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013 (q-t-q, %) (q-t-q, %) Inflasi
Smbgn
Inflasi
Smbgn
Triwulan I-2014 (q-t-q, %)
Inflasi
Smbgn
I
Bahan Makanan
7.15
1.46
0.03
0.57
9.10
0.76
-4.14
0.13
0.51
0.14
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
0.88
0.27
1.59
0.27
1.44
0.52
2.30
0.30
1.18
0.19
III
Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
0.50
0.17
1.78
0.34
1.08
0.43
3.03
0.48
1.24
0.27
-0.04
-0.04
-2.36
-0.10
0.79
0.11
0.76
-0.01
0.69
0.05
0.55
0.02
0.39
0.02
0.17
0.02
0.93
0.04
0.58
0.02
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0.33
0.02
-0.10
0.00
0.92
0.05
0.29
0.01
0.56
0.03
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
1.38
0.17
0.20
0.72
17.14
1.64
-0.55
0.11
1.56
3.53
3.53
1.04
IV Sandang V
Kesehatan
INFLASI
2.08
2.08
1.82
1.82
1.04
1.00
0.29 1.00
Sumber: BPS (diolah)
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Triwulan I-2013
Triwulan II-2013
Triwulan III-2013
Triwulan IV-2013
Triwulan I-2014
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN
qtq 7.15 0.15 8.82 2.40 1.27 3.27 2.51 2.16 9.29 57.85 -0.59 0.67 0.88 0.83 0.34 1.31 0.50 0.10 0.80 0.67 1.95 -0.04 0.29 0.12 0.58 -0.88 0.55 0.00 1.15 0.00 0.97 0.33 0.00 0.00 1.18 0.94 0.00 1.38 2.05 0.00 0.00 0.00
yoy 11.58 8.36 1.81 2.53 7.82 7.17 16.53 23.73 15.97 69.91 -6.54 6.02 4.77 2.90 9.35 6.58 5.38 6.86 3.56 0.94 5.92 2.81 1.82 -0.34 7.57 2.77 1.69 0.00 4.46 5.78 1.05 1.91 1.73 3.44 3.59 0.48 0.93 4.90 6.63 0.00 4.24 0.71
qtq 0.03 -1.96 5.24 -2.15 4.49 -3.00 1.42 -0.55 -6.63 6.33 -2.22 4.80 1.59 1.99 0.31 1.40 1.78 0.46 4.98 0.18 1.15 -2.36 0.71 0.62 0.14 -9.10 0.39 0.00 0.48 1.85 0.37 -0.10 0.00 0.00 -0.74 0.09 0.17 0.20 0.29 0.00 0.00 0.41
yoy 9.87 5.97 3.18 2.39 2.44 5.26 13.90 21.63 12.21 57.01 -6.71 12.68 5.12 4.70 5.18 6.09 4.89 5.36 5.12 1.16 4.37 -0.05 3.15 1.38 1.13 -4.75 2.06 0.00 4.77 7.52 1.51 1.70 1.73 0.76 2.30 1.46 0.23 4.59 6.37 0.00 2.94 1.12
qtq 9.10 4.75 5.57 7.53 2.49 5.49 22.26 0.60 8.86 24.17 2.77 0.48 1.44 2.11 -0.40 0.95 1.08 1.49 0.75 0.26 0.31 0.79 0.92 1.09 0.60 0.55 0.17 0.00 0.13 0.00 0.43 0.92 1.06 4.02 -0.97 1.40 0.00 17.14 25.27 0.00 0.91 0.00
yoy 15.39 5.89 11.45 8.43 7.82 4.23 26.44 3.79 6.42 97.12 -4.29 5.03 4.56 5.66 -0.22 4.87 3.73 3.60 4.62 1.03 3.85 -0.41 2.02 2.18 1.19 -5.78 1.62 0.00 1.77 7.39 1.81 1.27 1.06 4.02 -0.24 2.91 0.17 18.95 27.50 0.00 3.88 0.41
qtq -4.14 2.21 -8.30 -1.62 2.43 0.11 -11.77 22.97 -7.11 -22.08 3.98 -1.71 2.30 3.57 -0.46 0.92 3.03 1.34 7.01 2.21 1.01 0.76 0.70 -0.72 0.57 2.30 0.93 0.00 0.89 6.61 0.40 0.29 0.05 0.00 1.19 0.41 0.21 -0.55 -0.84 0.00 0.59 0.00
yoy 12.10 5.12 10.88 6.00 11.09 5.78 12.13 25.69 3.18 62.39 3.87 4.20 6.34 8.75 -0.22 4.66 6.52 3.43 14.08 3.34 4.49 -0.89 2.64 1.11 1.91 -7.32 2.06 0.00 2.68 8.57 2.18 1.44 1.11 4.02 0.64 2.87 0.38 18.34 27.12 0.00 1.50 0.41
qtq 0.51 0.36 -0.71 4.30 10.08 0.81 9.31 0.24 7.67 -22.17 7.50 1.00 1.18 1.67 0.60 0.41 1.24 0.59 2.48 1.05 1.26 0.69 -0.12 0.65 0.77 1.30 0.58 0.18 0.33 0.00 1.30 0.56 0.00 1.28 3.37 -0.49 0.17 1.56 2.07 0.19 1.06 0.00
yoy 5.15 5.34 1.16 7.96 20.74 3.27 19.57 23.32 1.66 -19.94 12.33 4.54 6.66 9.66 0.05 3.73 7.31 3.93 15.98 3.73 3.78 -0.17 2.23 1.64 2.10 -5.28 2.09 0.18 1.84 8.57 2.51 1.67 1.11 5.34 2.82 1.41 0.56 18.55 27.14 0.19 2.58 0.41
INFLASI (UMUM)
2.08
6.06
1.82
5.24
3.53
7.96
1.04
8.74
1.00
7.58
KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
Sumber: BPS (diolah)
38
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
I NFLASI
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah cabe merah; bahan bakar rumah tangga; dan daging ayam ras (Januari2014), angkutan udara dan (Februari 2014) dan udang basah (Maret 2014). Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2014 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW I-2014
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan JANUARI
TW I-2014 Sumbangan
JANUARI
1
Cabe Merah
0.4593
1
Bawang Merah
-0.1533
2
Bahan Bakar RT
0.2467
2
Udang Basah
-0.0277
3
Daging Ayam Ras
0.2191
3
Angkutan Udara
-0.0227
4
Cabe Rawit
0.0801
4
Gabus
-0.0202
5
Telur Ayam Ras
0.0781
5
Cumi-Cumi
-0.0168
6
Nila
0.0715
6
Pepaya
-0.0115
7
Bayam
0.0458
7
Papan
-0.0076
8
Mobil
0.0453
8
Sawi Putih
-0.0073
9
Kangkung
0.0420
9
Nanas
-0.0058
Teri
0.0356
10
Cabe Hijau
-0.0050
10
Sumbangan 10 Komoditas
1.3235
FEBRUARI
Sumbangan 10 Komoditas
-0.2779
FEBRUARI
1
Angkutan Udara
0.1076
1
Cabe Merah
-0.4191
2
Pisang
0.0502
2
Daging Ayam Ras
-0.2129
3
Daun Singkong
0.0356
3
Bawang Merah
-0.1688
4
Minyak Goreng
0.0301
4
Bahan Bakar RT
-0.1146
5
Nasi dengan Lauk
0.0277
5
Gabus
-0.0672
6
Emas Perhiasan
0.0225
6
Bayam
-0.0459
7
Cumi-cumi
0.0202
7
Udang Basah
-0.0447
8
Terong Panjang
0.0169
8
Lambak
-0.0340
9
Upah Pembantu RT
0.0145
9
Jeruk
-0.0222
Keramik
0.0120
10
Ketimun
-0.0217
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.3373
MARET
Sumbangan 10 Komoditas
-1.1511
MARET
1
Angkutan Udara
0.0999
1
Cabe Merah
-0.4324
2
Udang Basah
0.0977
2
Telur Ayam Ras
-0.0117
3
Nila
0.0731
3
Daging Ayam Ras
-0.0407
4
Nasi dengan Lauk
0.0552
4
Kangkung
-0.0275
5
Minyak Goreng
0.0475
5
Tomat Buah
-0.0220
6
Jeruk
0.0354
6
Emas Perhiasan
-0.0215
7
Sawi Hijau
0.0229
7
Gabus
-0.0150
8
Bahan Bakar RT
0.0216
8
Tomat Sayur
-0.0150
9
Patin
0.0209
9
Cabe Hijau
-0.0111
Kelapa
0.0205
10
Kerang
-0.0077
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.4947
Sumbangan 10 Komoditas
-0.6046
Sumber : BPS (diolah)
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
I NFLASI
1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok
bahan
makanan
mengalami
inflasi sebesar 0,51%(qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai harga
0,14%.
bahan
Tren
makanan
mengalami kenaikan yang
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan (Rp/kg) 60,000 Cabe Merah Keriting
50,000
Cabe merah Biasa
Bawang Merah
40,000 30,000 20,000 10,000 -
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2013
signifikan di awal tahun
3
2014
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
karena berkurangnya pasokan akibat turunnya kuantitas dan kualitas hasil panen seiring dengan tingginya curah hujan di Jambi dan daerah penghasil hortikultura lainnya. Harga cabe merah meningkat tajam dari Rp 25.200,00 per kg di bulan Desember 2013 menjadi Rp 39.074,00 per kg di bulan Januari 2014. Namun demikian, mulai membaiknya cuaca di Pulau Sumatera memberikan efek positif bagi kelancaran jalur distribusi (jalur lintas Sumatera) sehingga harga cabe merah turun cukup signifikan di bulan Maret 2014 menjadi Rp 18.393 per kg. Harga daging-dagingan pada triwulan I-2014 cenderung stabil meskipun terdapat perayaan Imlek pada bulan Januari 2014. Harga daging ayam ras pada bulan Januari 2014 meningkat dari Rp22.433,00 per kg di bulan Desember 2013menjadi Rp 26.204,00 per kg di bulan Januari 2014, lalu turun menjadi 23.333,00 per kg di bulan Februari 2014 dan Maret 2014 Rp22.583,00. Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung (Rp/Kg) (USD/Bushel) 9 9000 8 8000 7 7000 6 6000 5 5000 4 4000 3 3000 Jagung internasional (aksis kiri) 2 2000 Jagung pipilan kering (aksis kanan) 1 1000 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
2013
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
40
2014
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg) 60,000
(Rp/Kg) 120,000
50,000
110,000 100,000
40,000
90,000
30,000
80,000
20,000
70,000
10,000 Daging Ayam Broiler, LHS
60,000
Daging Sapi Murni, RHS
-
50,000 1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9
10
11
12
1
2
3
2014
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
I NFLASI
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras (USD/CWT)
(Rp ribu/Kg)
195 190 185 180 175 170 165 160 155 150
500 400 300 Beras internasional (aksis kiri)
200
Beras King (aksis kanan)
100 0
Thousands
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
2013
2014
Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan penurunan sebesar 2,41%. Sejalan dengan hal tersebut, harga beras di Jambi pada triwulan laporan juga menurun sebesar 0,36% dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu
harga tepung terigu merk Segitiga Biru pada triwulan laporan relatif stabil di level Rp10.000/kg. Sementara di tingkat internasional, harga gandum yang merupakan
10000 9000 8000 7000
6000 Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2012
bahan baku tepung terigu mengalami
(Rp/Kg) 11000
(USD/Bushel)
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2013 2014 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
penurunan
sebesar 5,54% (qtq).16 Harga rata-rata Crude Palm
Oil(CPO)
internasional laporan
di
pada
tingkat triwulan
meningkat
dibandingkan
4,35% triwulan
sebelumnya, yaitu dari
USD
783,83/metric ton meningkat menjadi
USD
817,94/metric
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (Ringgit/Ton) 2000
(Rp/Kg) 12,000 11,000
1500
10,000 9,000
1000
8,000
7,000
500
CPO internasional (aksis kiri)
6,000
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
0
5,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012
2013
2014
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
16
Satu bushel setara dengan 27 kg.
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
I NFLASI
ton. Sejalan dengan harga internasional, harga minyak goreng lokal juga meningkat dari Rp10.500/liter triwulan lalu menjadi Rp11.817/liter.
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi 1,18% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok makanan jadi yaitu sebesar 1,67% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan jenis barang seperti nasi dengan lauk, kopi bubuk, ayam goreng, teh manis, roti manis, empek-empek dan siomay pada bulan Maret 2014. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 0,60% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,46%. Inflasi kedua sub kelompok tersebut mengikuti kenaikan harga bahan bakar elpiji dan UMP. Sub kelompok makanan terakhir yaitu tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi 0,41% (qtq), dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok kretek filter terkait pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari 2014.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I2014 mengalami inflasi sebesar 1,24% (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (3,03% (qtq)), dengan laju inflasi tahunan 7,31%(yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok
bahan
bakar,
penerangan,
dan
air
sebesar
2,48%
(qtq),
penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,26% (qtq), perlengkapan rumah tangga sebesar 1,05% (qtq), serta biaya tempat tinggal sebesar 0,59% (qtq). Pemicu terjadinya inflasi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air adalah kenaikan harga elpiji 12 kg oleh Pertamina yang berefek pada kenaikan harga elpiji 3 kg serta adanya faktor distribusi yang tidak merata.
42
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
I NFLASI
4. Kelompok Sandang Kelompok
sandang
pada triwulan I-2014 secara
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
tahunan mengalami deflasi
(USD/troy ounce) 2000
sebesar sebesar 0,17%(yoy)
1500
setelah
triwulan
1000
sebelumnya juga mengalami
500
deflasi sebesar 0,89% (yoy).
0
pada
Sumber: Bloomberg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
Secara triwulanan, kelompok
2012
2013
2014
sandang mengalami inflasi sebesar
0,69%
Terjadinya
(qtq).
inflasi
pada
kelompok
ini
terutama
disumbangkan oleh inflasi barang yang tergolong barang pribadi dan sandang lainnya (1,30% (qtq)). Terjadinya krisis di Krimea akibat pengambilalihan (aneksasi) oleh Rusia dikhawatirkan akan memicu konfrontasi paling serius paska perang dingin yang pada akhirnya berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Kondisi tersebut mendorong investor untuk kembali memegang emas sehingga mempengaruhi peningkatan harga emas internasional. Namun demikian pemangkasan stimulus sebesar US$ 10 miliar oleh The Fed serta adanya rencana The Fed untuk meningkatkan suku bunga menjadi faktor penahan meningkatnya harga emas internasional.17 5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,58% (qtq), menurun dari triwulan sebelumnya (0,93% (qtq)). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya harga produk perawatan jasmani dan kosmetika (1,30% (qtq)) sedangkan tarif jasa perawatan jasmani relatif stabil. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar 0,56% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (0,29% (qtq)). Kenaikan Sumber: Bloomberg.1 (http://en.wikipedia.org) 17
(satu)
troy
ounce
setara
dengan
31,1034768
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
gram
I NFLASI
inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga perlengkapan/peralatan pendidikan (3,37% (qtq)) serta tarif kursus-kursus/pelatihan (1,28% (qtq)). 7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan harga sebesar 1,56% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,55% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi pada kelompok ini utamanya bersumber dari sub kelompok transpor sebesar 2,07% (qtq) atau 27,14% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh permintaan transportasi udara yang meningkat sehubungan perayaan Imlek dan kenaikan tarif pesawat udara seiring dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri. Tambahan biaya (surcharge) tersebut akibat kenaikan harga avtur. Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional naik sebesar 1,52% dibandingkan periode triwulan IV-2013 yaitu dari USD 97,38/barrel, menjadi USD 98,87/barrel yang dipengaruhi oleh penurunan pasokan minyak dari negara-negara OPEC dan memanasnya kondisi politik di Ukraina.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional Harga Minyak (USD/Barrel) 125,00 100,00 75,00 50,00 25,00 Sumber: Bloomberg
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012
44
2013
2014
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
I NFLASI
C. INFLASI KOTA BUNGO Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kota Bungo Januari 2014
Februari 2014
Maret 2014
Maret 2014
Maret 2014
KELOMPOK mtm I
Bahan Makanan
Sumbangan
mtm
Sumbangan
mtm
Sumbangan
ytd
Sumbangan
yoy
2.19
0.59
0.11
0.03
-1.61
-0.44
0.66
0.18
5.88
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
0.78
0.16
1.18
0.24
-0.09
-0.02
1.87
0.37
5.61
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
2.08
0.36
0.61
0.11
0.33
0.06
3.04
0.54
10.24
IV Sandang
0.08
0.01
0.52
0.04
0.04
0.00
0.64
0.05
5.33
V Kesehatan
-0.45
-0.02
0.68
0.03
0.56
0.03
0.78
0.04
4.28
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0.25
0.02
0.00
0.00
0.09
0.01
0.35
0.02
2.52
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
0.03
0.00
0.35
0.05
0.04
0.01
0.41
0.05
6.51
1.11
1.11
0.51
0.51
(0.35)
(0.35)
1.26
1.26
6.28
INFLASI Sumber: BPS (diolah)
Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar sampai dengan posisi Maret 2014 adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dengan inflasi 3,04% (qtq) dan 10,24% (yoy) disumbangkan jenis barang bahan bakar rumah tangga terkait kenaikan elpiji 12 kg oleh Pertamina dan permintaan sewa rumah yang meningkat sejalan dengan usaha pertambangan batubara di Kota Bungo. Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan berkontribusi sebesar 6,51% (yoy) disebabkan oleh perayaan Imlek dan kenaikan tarif pesawat udara seiring dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri (tabel 2.4) dan angkutan udara ini pada bulan Februari 2014 mengalami deflasi seiring dengan berakhirnya musim liburan Tahun Baru. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,87% (qtq) atau 5,61% (yoy) yang didominasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol akibat kenaikan kopi manis pada bulan Februari 2014 seiring dengan kenaikan bahan bakar elpiji oleh Pertamina dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol akibat kenaikan harga rokok kretek filter. TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
I NFLASI
Tabel 2.5. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm)Kota Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2014 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW I-2014
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan JANUARI
TW I-2014 Sumbangan
JANUARI
1
Cabe Merah
0.3890
1
Bawang Merah
-0.0447
2
Bahan Bakar RT
0.1726
2
Sekolah Menengah Pertama
-0.0445
3
Tukang Bukan Mandor
0.1604
3
Daun Singkong
-0.0334
4
Bayam
0.0885
4
Gabus
-0.0321
5
Mie
0.0770
5
Emas Perhiasan
-0.0304
6
Rokok Kretek Filter
0.0752
6
Tongkol/Ambu-Ambu
-0.0280
7
Cabai Rawit
0.0558
7
Udang Basah
-0.0254
8
Nila
0.0517
8
Daging Ayam Ras
-0.0207
9
Kangkung
0.0484
9
Gula Pasir
-0.0183
Teri
0.0397
10
Semangka
-0.0179
10
Sumbangan 10 Komoditas
1.1583
FEBRUARI
Sumbangan 10 Komoditas
-0.2954
FEBRUARI
1
Nila
0.1328
1
Bawang Merah
-0.2386
2
Ketupat/Lontong Sayur
0.1073
2
Cabe Merah
-0.0511
3
Kopi Manis
0.0960
3
Bawang Putih
-0.0353
4
Pemeliharaan/Service
0.0805
4
Daging Ayam Ras
-0.0311
5
Bahan Bakar RT
0.0554
5
Angkutan Udara
-0.0302
6
Cabai Rawit
0.0531
6
Teri
-0.0300
7
Jengkol
0.0400
7
Bayam
-0.0280
8
Kentang
0.0304
8
Tomat Buah
-0.0208
9
Sewa Rumah
0.0261
9
Gula Pasir
-0.0142
Telur Ayam Ras
0.0253
10
Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso
-0.0089
10
Sumbangan 10 Komoditas
0.6469
MARET
Sumbangan 10 Komoditas
-0.4882
MARET
1
Udang Basah
0.0750
1
Cabe Merah
-0.6880
2
Nila
0.0610
2
Bawang Merah
-0.0814
3
Daging Sapi
0.0379
3
Kelapa
-0.0255
4
Bahan Bakar RT
0.0300
4
Gula Pasir
-0.0230
5
Daging Ayam Ras
0.0226
5
Telur Ayam ras
-0.0186
6
Serai
0.0182
6
Baju Kaos Berkerah
-0.0133
7
Kentang
0.0177
7
Bedak
-0.0057
8
Minyak Goreng
0.0164
8
Televisi Berwarna
-0.0040
9
Ketimun
0.0114
9
Pembasmi Nyamuk Bakar
-0.0033
Sabun Mandi
0.0113
10
Teri
-0.0030
Sumbangan 10 Komoditas
0.3015
10
Sumbangan 10 Komoditas
-0.8658
Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.5.), penyumbang pembentukan inflasi terbesar adalah cabe merah; bahan bakar rumah tangga; dan nila (Januari2014), ketupat/lontong sayur dan kopi manis (Februari 2014) dan udang basah (Maret 2014). Sedangkan komoditi penyumbang deflasi adalah bawang merah (Januari 2014), cabe merah, daging ayam ras dan angkutan udara (Februari 2014) dan cabe merah (Maret 2014).
46
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
B OKS. 2 P OTENSI EL NINO DI P ROVINSI JAMBI TAHUN
2014
Boks.2 POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI (Sumber: Liaison ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi jambi tanggal 7 April 2014)
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2014 diprediksi akan terjadi El Nino dengan intensitas lemah yang akan menyebabkan terjadinya cuaca kering. El Nino dapat memberikan dampak terhadap produksi tanaman baik pangan dan perkebunan serta berpotensi menyebabkan gangguan transportasi apabila terjadi kabut asap akibat kebakaran hutan dan kedangkalan sungai. Dampak tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap perekonomian dan inflasi di Jambi. Meskipun cuaca Pulau Sumatera lebih banyak dipengaruhi oleh Indeks Dipole Mode walaupun potensi El-Nino tetap perlu diwaspadai dan diantisipasi.
Apa itu El Nino? El Nino adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di 47
47
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 2 P OTENSI EL NINO DI P ROVINSI JAMBI TAHUN
2014
Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. Kejadian El Nino menunjukkan siklus 4-7 tahun sekali, namun setelah tahun 1940-an frekuensinya cenderung meningkat menjadi 3-5 tahun dengan intensitas semakin kuat. Index NINO
Standardized Southern Oscilliation Index (SOI)
48
48
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 2 P OTENSI EL NINO DI P ROVINSI JAMBI TAHUN
2014
Apa Dampak El Nino? Di Indonesia, El Nino 1997/1998 memperburuk kebakaran hutan dan merusak terumbu karang. Dampak terparah yang langsung dirasakan manusia adalah kekeringan yang dapat mempengaruhi produksi pangan, berkurangnya pasokan air untuk pembangkit listrik, keperluan industri, rumah tangga serta ternak. El Nino yang cukup signifikan biasanya diikuti oleh produksi beras yang rendah sehingga mengakibatkan inflasi beras menjadi tinggi. Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada 2005-2006 dan 2009-2010.
Inflasi Beras dan Pertumbuhan Produksi Beras
Apa itu Dipole Mode Event? Dipole Mode Event (DME) adalah perbedaan anomali dua kutub suhu permukaan laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur (perairan Indonesia sekitar Sumatera dan Jawa) dan Samudera Hindia bagian tengah sampai barat (perairan pantai timur benua Afrika). Di pantai timur Afrika terjadi Dipole Mode positif karena temperatur air lautnya lebih hangat sementara di barat Sumatera yang temperaturnya lebih dingin terjadi Dipole Mode negatif. Akibatnya uap air yang terbentuk di wilayah Indonesia terbawa ke Afrika sehingga sebagian wilayah Indonesia mengalami kekeringan.
49
49
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 2 P OTENSI EL NINO DI P ROVINSI JAMBI TAHUN
2014
Historis Kejadian El-Nino di Provinsi Jambi a) Tahun 1997 El Nino 1997 merupakan kejadian el-nino dengan level tinggi dimana dalam bulan Agustus hanya terjadi 4 kali hujan dengan intesitas rendah. Puncak El Nino terjadi pada bulan September, dimana pada bulan tersebut tidak terjadi hujan dan disertai dengan cuaca panas dan munculnya kabut asap akibat kebakaran lahan. Transportasi baik itu via udara
maupun
laut/sungai
terhalang
oleh
jarak
pandang
dan
kedangkalan sungai. Transportasi yang tidak lancar tersebut mengganggu distribusi barang komoditas pangan sehingga mengakibatkan kenaikan harga barang atau inflasi. b) Tahun 2012 Kejadian El-Nino pada tahun 2012 berada pada skala normal, terjadi pada bulan Agustus 2012 dan ditandai dengan cuaca kering dan munculnya kabut asap. Prakiraan Cuaca Provinsi Jambi 2014 Pada tahun 2014, diprakirakan akan terjadi El-Nino dalam skala rendah dengan indikasi sifat hujan dalam beberapa bulan ke depan di bawah normal. Awal musim kemarau di Provinsi Jambi diprakirakan terjadi pada akhir bulan Mei 2014 dan puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada bulan Agustus dan September (sesuai siklus El-Nino dengan puncak pada bulan Agustus s.d. September).
Potensi Dampak El Nino di Jambi Walaupun diprediksi dengan skala rendah, namun perlu diwaspadai hal-hal sebagai berikut : 1. Kekeringan berpotensi memunculkan titik api yang memicu kebakaran hutan 2. Transportasi udara dan laut terganggu terkait kabut asap yang mempengaruhi jarak pandang serta tingkat kedalaman sungai. 50
50
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
B OKS. 2 P OTENSI EL NINO DI P ROVINSI JAMBI TAHUN
2014
3. Distribusi komoditas pangan tidak lancar sehingga mengakibatkan bertambahnya biaya transportasi 4. Resiko gagal panen pada tanaman pangan. Kekeringan mengancam sektor pertanian. Keterlambatan dan musim hujan yang pendek serta curah hujan yang minim mempengaruhi pembentukan bulir padi hingga produksi. Suhu udara yang meningkat dan kelembaban udara yang rendah akan menaikkan aktifitas hama seperti wereng dan tikus serta penyakit. 5. Resiko inflasi akibat terjadinya penurunan pasokan bahan pangan dan terganggunya jalur distribusi Tindakan Antisipasi Dampak El Nino tahun 2014 Upaya antisipasi dampak El Nino di tahun 2014 diantaranya dapat dilakukan melalui: 1. Mensosialisasikan kepada petani mengenai perubahan iklim terhadap masa tanam oleh dinas terkait. 2. Menjadwal ulang saat pemupukan, menyesuaikan pola tanam serta memilih benih tanaman yang berusia pendek dan membutuhkan sedikit air. 3. Untuk peternakan, perikanan dan rumah tangga perkotaan dilakukan dengan cara menghemat air termasuk penghematan penggunaan air tanah. 4. Pemerintah daerah mempertimbangkan pembangunan waduk untuk menampung air hujan dan sekaligus sebagai objek wisata. 5. Mensiagakan dinas terkait resiko kebakaran hutan. 6. Memastikan ketersediaan beras dan distribusi pemenuhan beras oleh dinas terkait termasuk komoditas pangan lainnya.
51
51
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan I-2014 secara umum menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya baik dari sisi aset, penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih besar daripada pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit penurunan (244 bps) menjadi sebesar 119,22%. Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,06% (di bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (1,98%) A.Perkembangan Kelembagaan20 Secara kelembagaan, jumlah bank dan kantor bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama Triwulan I-2014 mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya. Jumlah bank meningkat dari 49 bank menjadi 50 bank yang terdiri dari 32 (tiga puluh dua) bank umum dan 18 (delapan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), seiring dengan beroperasinya BPR Buana Mandiri. Jumlah kantor bank meningkat dari 379 kantor bank menjadi 408 kantor bank. Secara lebih rinci dari 408 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut, 378 di antaranya merupakan kantor bank umum sementara 30 lainnya merupakan kantor BPR. Dari 32 (tiga puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh tujuh) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank
20
Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran.
53
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
CIMB Niaga Unit Usaha Syariah, dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank lainnya merupakan bank syariah. Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu 34,07% atau 139 (seratus tiga puluh sembilan) berada di kota Jambi, diikuti oleh Kabupaten Merangin dan Bungo masing-masing sebanyak 41 (empat puluh satu) kantor (10,05%) dan 39 (tiga puluh sembilan) kantor (9,56%) (Tabel 3.1.). Sementara kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kota Sungai Penuh, yaitu hanya sebanyak 8 (delapan) kantor atau sebesar 1,96%. Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR ProvinsiJambi JUMLAH BANK Kota Jambi Bungo Muara Jambi Sarolangun Merangin Batanghari Tebo Tanjung Jabung Barat Kerinci Tanjung Jabung Timur Sungai Penuh TOTAL
2013
Trw 1
Trw 2
Trw 3
Trw 4
2014 Trw 1
Pangsa (%)
133 36 36 31 31 24 23 22 23 10 5 374
135 36 36 31 31 24 23 22 23 10 5 376
137 36 36 31 31 24 23 22 23 10 5 378
138 36 36 31 31 24 23 22 20 10 8 379
139 39 36 38 41 25 27 27 17 11 8 408
34.07 9.56 8.82 9.31 10.05 6.13 6.62 6.62 4.17 2.70 1.96 100
Sumber: LBU Bank Indonesia
B.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Total aset bank umum di Provinsi Jambi tumbuh 3,54% dari Rp28,68 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp29,69 triliun yang utamanya didorong oleh meningkatnya aset bank pemerintah dan bank syariah masing-masing sebesar Rp1,03 triliun (5,65%) dan Rp92,10 miliar (4,27%) (Grafik 3.1.). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,48%). Namun demikian, secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan I-2014 (11,54% (yoy)) mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2013 (15,48% (yoy))
54
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp19,18 triliun (64,60%), diikuti oleh bank swasta Rp8,26 triliun (27,82%) dan bank syariah Rp2,25 triliun (7,58%). Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah)
35 30
27.67 23.61
25.94 23.12
24.38
25
27
20 15 10 5
20
19 8.64
21
21
24 19.20
23
24
3.71
16.80 16.54
15.48
29
20
17.04 18.10 17.16 11.54
8.76 1.61
1.29
15 10
4.57
3.17
1.51
29
24
9.76
7.65
28
Persen 30 30 25
2.53
3.54
5
0.48
-
0 Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q4-11 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14
Jumlah Aset (aksis kiri)
Pertumbuhan q-t-q (%)
Pertumbuhan y-o-y (%)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp20,07 triliun, meningkat 3,37% (Rp654,42 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp19,42 triliun) seiring dengan meningkatnya simpanan berjangka yang cukup signifikan yaitu sebesar 33,28% (qtq). Sementara tabungan dan giro mengalami penurunan masing-masing sebesar 6,36% (qtq) dan 4,90% (qtq) (Grafik 3.2. dan tabel 3.2.). Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 8,19% (Rp1,69 triliun), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 (6,50%). Berdasarkan komposisinya, peningkatan terbesar disebabkan oleh meningkatnya penempatan pada deposito dan tabungan masing-masing sebesar 20,57% (yoy) dan 12,76% (yoy). Sementara itu, penempatan dana pada giro mengalami penurunan sebesar 15,28% (yoy).
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam jutaan) 24,000
Tabungan 20,000
17,255 17,612
17,918
Simp Berjangka
17,945
Giro
19,155
19,521
9,492
9,646
10,070
18,376
DPK
19,415
16,000 12,000
8,755
9,208
9,141
10,132
4,634
5,031
5,089
4,050
5,131
5,388
5,706
3,866
3,373
3,688
3,763
3,753
4,120
Q1-12
Q2-12
Q3-12
Q4-12
Q1-13
Q2-13
8,000
11,430
20,069
10,703
4,642
6,187
3,745
3,343
3,179
Q3-13
Q4-13
Q1-14
4,000 -
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2012
URAIAN
Trw I
Bank Konvensional Bank Pemerintah
Trw II
2013 Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
2014 Trw I
Pertumbuhan q-t-q y-o-y
11,619,065
11,845,086
11,782,102
11,521,957
12,281,783
12,922,185
12,809,164
12,422,771
13,244,757
1 Giro
2,998,739
2,564,066
2,761,820
2,854,884
2,966,564
3,221,551
2,717,057
2,459,884
2,446,629
2 Tabungan
5,693,620
6,033,199
5,802,879
6,560,565
5,989,720
6,074,794
6,292,275
7,365,988
6,811,479
-7.53% 13.72%
3 Simpanan Berjangka
2,926,706
3,247,821
3,217,403
2,106,508
3,325,500
3,625,840
3,799,833
2,596,900
3,986,649
53.52% 19.88%
4,966,221
5,062,932
5,358,250
5,584,108
5,203,578
5,097,258
5,573,083
6,101,268
5,916,091
-3.04% 13.69%
721,162
698,067
782,894
690,317
613,758
660,092
750,965
745,775
679,344
-8.91% 10.69%
2 Tabungan
2,746,874
2,828,346
2,974,148
3,155,100
3,080,196
3,043,183
3,270,743
3,543,220
3,371,287
3 Simpanan Berjangka
1,498,185
1,536,519
1,601,209
1,738,691
1,509,624
1,393,983
1,551,375
1,812,272
1,865,460
Bank Swasta Nasional 1 Giro
Bank Syariah
6.62%
7.84%
-0.54% -17.53%
-4.85%
9.45%
2.93% 23.57%
669,834
703,517
777,150
839,129
890,936
1,135,215
1,138,726
890,976
908,588
1 Giro
146,376
110,927
142,941
217,466
172,681
238,744
276,842
137,808
53,510
-61.17% -69.01%
1.98%
2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
314,065 209,393
346,257 246,333
364,303 269,906
416,756 204,907
422,185 296,070
528,165 368,306
507,246 354,638
520,567 232,601
520,620 334,458
0.01% 23.32% 43.79% 12.97%
Jumlah 1 Giro 2 Tabungan 3 Simpanan Berjangka
17,255,120 3,866,278 8,754,559 4,634,284
17,611,536 3,373,061 9,207,801 5,030,674
17,917,502 3,687,655 9,141,330 5,088,518
17,945,194 3,762,667 10,132,421 4,050,106
18,376,298 3,753,003 9,492,101 5,131,194
19,154,658 4,120,387 9,646,142 5,388,129
19,520,974 3,744,864 10,070,264 5,705,847
19,415,015 3,343,467 11,429,775 4,641,773
20,069,436 3,179,483 10,703,386 6,186,567
3.37% 9.21% -4.90% -15.28% -6.36% 12.76% 33.28% 20.57%
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp13,24 triliun (65,99%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp5,92 triliun (29,48%) dan bank syariah Rp908,59 miliar (4,53%) (Tabel 3.2). DPK pada bank syariah dan bank pemerintah mampu tumbuh masing-masing sebesar 6,62% (qtq) dan 1,98% (qtq). Sementara DPK bank swasta mengalami penurunan sebesar -3,04% (qtq). Namun demikian, secara tahunan, bank swasta nasional mengalami akselerasi pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 13,69% (yoy), sementara bank pemerintah dan bank syariah masing-masing sebesar 7,84% (yoy) dan 1,98%(yoy). 56
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
1.98%
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara tahunan terutama berasal dari penempatan oleh perseorangan dan Pemerintah Daerah. DPK perseorangan meningkat Rp1,57 triliun dalam setahun ini menjadi Rp13,85 triliun (meningkat 12,81%) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK perseorangan. Sementara itu meskipun DPK milik Pemerintah Daerah memiliki pangsa terbesar kedua
setelah
perseorangan,
namun
pertumbuhan
tahunannya
mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 22,34% menjadi Rp2,97 triliun.
Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No.
Golongan Pemilik
Trw.IV-2012
Trw.I-2013
Trw.II-2013
Nominal
Nominal
Nominal
Trw.III-2013 Trw.IV-2013 Nominal
Nominal
Trw.I-2014 Nominal
Share
yoy
Penduduk/Residents 1
Pemerintah Pusat
2
Pemerintah Daerah (Pemda)
3
Badan Dan Lembaga Pemerintah
4
BUMN Atau Pemerintah Campuran
5
BUMD
6
Lembaga Keuangan Non Bank
7
Bukan Lembaga Keuangan
8
Sektor Swasta Lainnya
9
138,194
128,807
123,306
143,604
35,692
127,212
0.63
-1.24%
2,087,516
3,821,755
4,227,594
3,950,762
1,701,695
2,967,960
14.79
-22.34%
26,433
30,978
30,149
31,195
32,249
24,238
0.12
-21.76%
527,207
352,535
407,528
379,712
553,401
997,696
4.97
183.01%
47,853
35,389
58,419
40,173
47,010
119,318
0.59
237.16%
121,675
134,383
161,774
173,501
187,916
234,135
1.17
74.23%
1,993,759
1,503,361
1,627,833
1,691,289
2,285,904
1,632,625
8.14
8.60%
69,194
80,742
329,109
375,263
113,914
110,337
0.55
36.65%
Perseorangan
12,925,202
12,278,358
12,184,119
12,729,279
14,452,207
13,850,893
69.03
12.81%
Jumlah
17,937,033
18,366,310
19,149,832
19,514,780
19,409,987
20,064,415
100
Bukan Penduduk/Non-Residents
8,160
9,988
4,826
6,193
5,026
5,022
-49.72%
Penduduk dan bukan penduduk
17,945,194
18,376,298
19,154,658
19,520,972
19,415,013
20,069,436
9.21%
9.25%
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK secara tahunan utamanya disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Batanghari, dan Tanjung Jabung Timur (Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah Kabupaten Sarolangun serta Kabupaten Merangin masing-masing sebesar Rp105,89 miliar (34,41%) dan Rp145,28 miliar (20,32%). Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi yang mencapai Rp13,89 triliun (69,19%) diikuti oleh Bungo sebesar Rp1,41 triliun (7,04%).
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) No.
Kota/Kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kota Jambi Kab. Bungo Kab. Kerinci Tanjung Jabung Barat Kab. Merangin Kab. Batanghari Kab. Sarolangun Kab. Tebo Tanjung Jabung Timur JUMLAH
Trw. IV-12 Nominal 12,485,079 1,335,840 965,779 1,166,645 742,265 730,007 177,266 158,797 183,516 17,945,194
Trw. I-13 Nominal 12,224,040 1,357,670 1,108,471 1,268,320 715,083 785,137 307,734 290,326 319,517 18,376,298
Trw. II-13 Nominal 12,668,320 1,346,772 1,147,320 1,377,031 730,486 825,672 377,066 281,687 400,302 19,154,658
Trw. III-13 Nominal 13,175,628 1,372,958 1,203,577 1,357,655 767,783 660,154 357,268 263,216 362,735 19,520,974
Trw. IV-13 Nominal 13,666,724 1,416,378 1,112,837 1,159,956 761,310 532,202 325,766 243,659 196,183 19,415,015
Trw. I-14 Nominal Share 13,886,280 69.19 1,413,445 7.04 1,170,097 5.83 1,165,207 5.81 860,365 4.29 596,299 2.97 413,629 2.06 308,651 1.54 255,464 1.27 20,069,436 100
Pertumbuhan (yoy) Nominal Persen 1,662,241 13.60 55,774 4.11 61,626 5.56 (103,113) (8.13) 145,282 20.32 (188,838) (24.05) 105,895 34.41 18,325 6.31 (64,053) (20.05) 1,693,139 9.21
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp306,22 miliar (1,30%) yaitu dari Rp23,62 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp23,93 triliun (Tabel 3.5.). Namun demikian, pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (2,09% (qtq)). Secara tahunan, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan I-2014 hanya mencapai 18,67%, melambat dibandingkan tahun 2013 yang dapat mencapai 28,34%, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) URAIAN
2013 TW I
TW II
TW III
TW IV
2014 TW I
Pertumbuhan
q-t-q
y-o-y
Kelompok Bank 1 Bank Pemerintah 2 Bank Swasta*) 3 Bank Syariah
20,162,558 12,768,570 5,560,810 1,833,179
22,223,927 14,129,012 6,152,437 1,942,478
23,138,260 14,694,069 6,436,729 2,007,462
23,621,083 15,048,876 6,525,991 2,046,216
23,927,298 15,394,481 6,503,079 2,029,739
1.30% 2.30% -0.35% -0.81%
18.67% 20.57% 16.94% 10.72%
Jenis Penggunaan 1 Modal Kerja 2 Investasi 3 Konsumsi
20,162,558 7,484,277 4,033,494 8,644,788
22,223,927 7,365,449 5,481,736 9,376,743
23,138,260 7,453,703 5,752,786 9,931,771
23,621,083 7,548,969 5,864,182 10,207,932
23,927,298 7,558,597 5,959,299 10,409,402
1.30% 0.13% 1.62% 1.97%
18.67% 0.99% 47.75% 20.41%
Sektor Ekonomi 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 LGA 5 Konstruksi 6 Perdagangan Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Real estate dan Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa 10 Bukan Lapangan Usaha *) Termasuk bank asing dan campuran
20,162,558 3,236,828 155,226 587,518 3,537 651,557 4,959,617 303,945
22,223,927 3,760,313 109,958 771,262 6,622 830,433 5,575,797 301,212
23,138,260 3,995,028 99,822 832,608 6,197 847,873 5,602,869 329,769
23,621,083 4,031,009 96,338 859,670 5,610 804,912 5,775,325 326,683
23,927,298 4,231,411 114,741 787,946 4,126 746,132 5,778,262 310,465
1.30% 4.97% 19.10% -8.34% -26.46% -7.30% 0.05% -4.96%
18.67% 30.73% -26.08% 34.11% 16.64% 14.52% 16.51% 2.15%
986,614 632,928 8,644,788
1,137,928 353,660 9,376,743
1,134,966 357,355 9,931,771
1,132,014 381,591 10,207,932
1,135,751 409,063 10,409,402
0.33% 7.20% 1.97%
15.12% -35.37% 20.41%
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
58
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank konvensional membukukan pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi (19,47% (yoy)) dibandingkan bank syariah (10,72% (yoy)). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 91,52% sementara bank syariah sebesar 8,48%. Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,50%, diikuti dengan kredit modal kerja (31,59%) dan kredit investasi (24,91%).
Namun
demikian
kredit
investasi
masih
menunjukkan
akselerasi
pertumbuhan yang tinggi yaitu mencapai 47,75% (yoy) meskipun secara triwulanan hanya tumbuh sebesar 1,62% (qtq). Kredit investasi di Jambi utamanya dialokasikan pada sektor pertanian yang share-nya mencapai 52,68%. Pada triwulan laporan, kredit investasi pertanian menunjukkan peningkatan sebesar 5,80% (qtq) seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas serta insentif positif dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Meskipun masih sangat tergantung akan kondisi ekonomi global, para pengusaha berpendapat bahwa prospek perkebunan di Jambi masih akan baik ke depannya. Sementara itu, kredit modal kerja, yang menunjukkan perputaran kredit dalam jangka pendek, juga menunjukkan sedikit peningkatan dengan tumbuh 0,99% (yoy) atau 0,13% (qtq) menjadi Rp7,56 triliun. Mulai membaiknya harga komoditas berpengaruh juga terhadap peningkatan aktivitas ekonomi termasuk kebutuhan akan kredit modal kerja. Kredit konsumsi juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 20,41% (yoy) menjadi Rp10,41 triliun atau meningkat sebesar 1,97% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor industri yang mencapai 34,11% (yoy) dan diikuti oleh sektor pertanian (30,73%) serta sektor bukan lapangan usaha (20,41%). Sementara itu, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,50%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,15%) dan sektor pertanian (17,65%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 85,34% dari total outstanding kredit.
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan lokasi Proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp31,42 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp23,93 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp7,49 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar provinsi Jambi. Dibandingkan triwulan lalu, kredit tersebut sedikit meningkat sebesar 0,04% dari sebelumnya Rp31,40 triliun (Tabel 3.6.). Secara tahunan, terjadi kenaikan penyaluran kredit sebesar 18,68%. Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit di Kota Jambi sebesar Rp2,79 triliun (23,70%), Kabupaten Batanghari sebesar Rp716,90 miliar (47,54%), Kabupaten Merangin sebesar Rp464,22 miliar (22,38%) dan Kabupaten Tebo sebesar Rp362,96 miliar (30,09%). Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) Sektor Ekonomi Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha TOTAL
2013 TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
2014 TW I*)
4,812,579 882,807 1,591,661 35,738
5,050,026 934,232 1,422,625 206,162
5,268,361 879,927 1,620,015 204,363
6,156,208 947,095 1,681,763 201,141
6,122,088 1,121,206 2,549,874 352,665
6,163,689 1,136,805 2,431,336 357,485
685,138 5,155,566 375,842 701,746 1,176,874 10,289,952
668,028 5,321,382 449,349 669,082 1,207,393 10,543,228
859,463 5,918,952 445,403 701,423 1,056,421 11,256,968
894,478 5,986,615 487,441 688,769 1,065,722 11,816,000
845,652 6,066,964 529,611 727,846 1,053,136 12,034,617
800,102 6,045,020 477,072 784,290 1,049,801 12,172,056
25,707,902
26,471,507
28,211,296
29,925,232
31,403,658
31,417,654
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,08 triliun atau turun sebesar Rp65,15 miliar (3,01%) dari triwulan sebelumnya (Rp2,14 triliun) (Tabel 3.7.).
Penurunan
undisbursed
loan
tersebut
disebabkan
oleh
menurunnya
kelonggaran tarik kredit investasi sebesar Rp40,54 miliar (14,60% (qtq)) dan kredit modal kerja sebesar Rp24,95 miliar (1,34% (qtq)).
60
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2013
Kategori
2014
Pertumbuhan (qtq)
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
Nominal
%
1 Investasi
230,045
477,751
438,163
277,568
237,033
(40,535)
(14.60)
2 Konsumsi
14,883
2,543
2,099
2,009
2,908
899
44.72
1,527,558
1,541,494
1,767,269
1,862,807
1,837,862
(24,945)
(1.34)
1,772,485
2,021,788
2,207,531
2,142,384
2,077,803
(65,147)
(3.01)
Jenis Penggunaan
3 Modal kerja Total
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Sementara itu, kelonggaran kredit konsumsi meningkat sebesar Rp899 juta (44,72% (qtq)). Peningkatan kelonggaran kredit konsumsi tersebut mencerminkan tingginya persetujuan kredit untuk jenis kredit ini selama triwulan laporan serta menandakan masih berpeluangnya peningkatan kredit tersebut pada triwulan mendatang. 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi 21
Loan to Deposits Ratio (LDR)
pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 244 BPS menjadi 119,22% karena pertumbuhan DPK yang cukup signifikan tidak diiringi dengan tingginya pertumbuhan kredit (Grafik 3.3.). Semenjak triwulan III tahun 2012 lalu, LDR bank umum sudah melebihi 100% yang menandakan lebih tingginya kredit yang disalurkan dibandingkan dengan penghimpunan dananya. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun 30
116.02% 25 20
91.05%
95.64%
100.19%
107.48%
118.53%
121.66%
119.22%
140% 120%
109.72%
100% 80%
15 60% 10
40%
5
20%
0
0% Q1-12
Q2-12
Q3-12
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)
Q4-12
Q1-13
Q2-13
DPK Perbankan (Rp juta)
Q3-13
Q4-13
Q1-14
LDR Perbankan Jambi (persen)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
21
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,06% (di bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (1,98%) (Tabel 3.8.). Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor listrik, gas, dan air serta sektor pertambangan dan penggalian, masing-masing sebesar 17,14% dan 7,94% (berada di atas ketentuan 5%). Tingginya NPL pada sektor listrik, gas, dan air salah satunya masih disebabkan karena penghentian sementara proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN di kawasan TPI Parit Tujuh oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penghentian proyek tersebut dilakukan untuk menyikapi keresahan warga yang merasa terganggu dengan aktivitas distribusi tanah galian menggunakan truk bertonase besar yang melalui kawasan padat penduduk sehingga mengakibatkan kerusakan jalan, polusi debu dan suara, serta kemacetan. Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian, peningkatan NPL sejalan dengan kembali menurunnya harga jual sektor pertambangan, dalam hal ini batu bara, yang berdampak pada menurunnya kemampuan bayar debitur di sektor ini. Selain itu, penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini. Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
TW IV-13
Sektor Ekonomi Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri LGA Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 10. Bukan Lapangan Usaha JUMLAH
Kredit Nominal NPL 4,031,009 60,359 96,338 8,681 859,670 4,321 5,610 706 804,912 24,148 5,775,325 194,061 326,683
2,285
1,132,014 381,591 10,207,932 23,621,083
36,684 8,576 127,161 466,983
TW I-14 NPL (%) 1.50 9.01 0.50 12.58 3.00 3.36 0.70
Kredit Nominal NPL 4,231,411 64,636 114,741 9,111 787,946 4,648 4,126 707 746,132 23,597 5,778,262 197,571 310,465
2,331
3.24 1,135,751 2.25 409,063 1.25 10,409,402 1.98 23,927,298
40,186 9,868 139,586 492,240
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
NPL (%) 1.53 7.94 0.59 17.14 3.16 3.42 0.75 3.54 2.41 1.34 2.06
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan (margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito) perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 6,26% menjadi 5,61% seiring dengan adanya tren peningkatan suku bunga pinjaman dalam beberapa bulan terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) 20
7.18
7.17
7.71
7.95
8.26
8.31
8.21
8.02
7.77
7.37
6.26
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
10.12
10
Trw II
15
5.61
5
2011
2012
Margin
2013
Deposito
Trw I
Trw I
0
2014
Kredit
BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
6.
Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan turun 0,34% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya, namun demikian secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 9,93% (yoy), meskipun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (18,67% (yoy)) (Grafik 3.5.). Menurunnya harga komoditas menyebabkan melambatnya
aktivitas
perdagangan
di
masyarakat
yang
berdampak
menurunnya penyaluran kredit UMKM.
Rp Triliun
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi Mikro Menengah Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
10 9 8 7
Kecil Pertumbuhan UMKM (%) yoy
35.20
35 31.95
31.55 28.34 27.68
27.11
6
40
30
28.90
25.94 25.32
25
25.74 22.47
18.72
5
18.97
18.64
18.67
20
16.63
4
15
12.95
3
9.93
10
2 5
1 -
0 TW I
TW II
TW III
2012
TW IV
TW I
TW II
TW III
2013
TW IV13
TW I 2014
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
pada
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Sejalan dengan itu, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi juga menunjukkan sedikit penurunan yaitu dari 37,86% di triwulan lalu menjadi 37,37% (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa terbesar yaitu 36,82% dari total kredit UMKM, diikuti kredit menengah sebesar 33,49%, serta kredit mikro sebesar 29,70%. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 57.07
55.37
13.66
15.10
15.68
15.19
13.60
TW I
58.98
59.48
60.31
60.55
62.14
62.63
63.24
14.36
14.49
13.92
14.18
12.98
12.51
11.99
14.24
14.08
13.89
13.84
13.63
13.76
13.67
14.35
12.42
11.95
11.89
11.43
11.25
11.10
11.11
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
60% 40% 20% 0%
2012
Mikro
Kecil
2013
Menengah
TW I 2014
Kredit Bukan UMKM
C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR pada triwulan laporan (cut off data per Januari 2014) mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan penyaluran kredit yang mengalami penurunan sedangkan DPK mengalami sedikit kenaikan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi sebesar Rp736,73 miliar atau turun 0,38% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya (Rp739,51 miliar). Sementara itu, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi sedikit naik sebesar Rp0,13 miliar (0,03% (qtq)) menjadi Rp532,554 miliar. Pada triwulan laporan, jumlah penyaluran kredit juga mengalami penurunan sebesar Rp5,21 miliar (0,96% (qtq)) menjadi Rp539,95 miliar. Penurunan jumlah penyaluran kredit tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya suku bunga pinjaman seiring dengan kenaikan BI-rate. Kualitas kredit juga menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 6,30% menjadi 7,08%. Rasio NPL BPR sejak triwulan II-2013 telah melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5% sehingga memerlukan perhatian 64
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
khusus. Salah satu faktor penyebab penurunan kualitas kredit tersebut adalah kenaikan suku bunga kredit. Meskipun secara umum kinerja BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan, BPR masih menjalankan fungsinya intermediasinya dengan baik yang terlihat dari LDR yang tercatat sebesar 83,65%.
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Pada periode triwulan I-2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami penurunan yang tercermin dari turunnya kas keluar dan net kas keluar dibandingkan triwulan lalu. Sejalan dengan pembayaran tunai, pembayaran non tunai juga mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan rincian sebagai berikut: Nilai kliring turun sebesar 7,44% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
Rp2,51 triliun. Sejalan dengan hal tersebut volume kliring juga mengalami penurunan sebesar 3,01% (Tabel 3.9.). Nilai RTGS dari, ke, serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 11,26%, 32,45%, dan 22,22%. Tabel3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp)
2013 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2,519,686 72,639 846,548 1,034,718 (188,170) 15,535 22,244 4,032
2,800,410 76,559 1,031,722 1,682,989 (651,267) 19,666 22,658 4,695
2,577,906 71,104 1,453,196 2,605,130 (1,151,935) 20,189 26,876 7,422
2,714,032 70,456 810,929 2,836,373 (2,025,444) 22,181 33,327 6,521
1,463 83,121
1,811 64,290
1,837 56,120
1,635 63,174
2014 Tw I
Pertumbuhan (qtq) Nominal Persen
2,512,180 (201,852) 68,334 (2,122) 880,393 69,463 1,734,894 (1,101,479) (854,501) 1,170,943 19,684 (2,498) 22,514 (10,813) 5,072 (1,449) 1,505 57,543
(130) (5,631)
(7.44) (3.01) 8.57 (38.83) (57.81) (11.26) (32.45) (22.22) (7.95) (8.91)
D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,73 triliun, turun 38,83% dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.). Sementara aliran kas masuk (cash TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
inflow) sebesar Rp880,39 miliar, meningkat 8,57%. Meskipun pada triwulan laporan aliran kas keluar mengalami penurunan dan aliran kas masuk mengalami peningkatan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp854,50 miliar atau turun sebesar 57,51% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2013.
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta)
3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 (500,000) (1,000,000) (1,500,000) (2,000,000) (2,500,000)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Tw I 2014
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
D.2.Penyediaan Uang Layak Edar Secara
berkala
Kantor
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
Jambi
melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp455,78 miliar, atau mencapai 51,77% dari total inflow provinsi Jambi.
D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
66
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. D.4.Perkembangan Kliring Lokal Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,51triliun atau turun 7,44% dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilainya, volume kliring juga mengalami penurunan sebesar 3,01%, yaitu dari 70.456 menjadi 68.334 lembar warkat. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia (Surat Edaran No. 11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal Batas Nilai Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan SKNBI) yang mengubah ketentuan batas nominal transfer kredit melalui Sitem Kliring Nasional Bank Indonesia dari Rp 100 juta menjadi Rp 500 juta sehingga dengan volume warkat yang lebih sedikit, masyarakat dapat melakukan transfer dengan nominal yang lebih besar.
Perkembangan Transaksi Kliring 3,000,000
80,000
2,800,000 2,600,000 2,400,000
2,200,000
60,000 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
Nilai Kliring (juta Rp)
Tw I 2014
Volume Kliring (lembar warkat)
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Nominal serta jumlah lembar cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp63,17 miliar (1.635 lembar) menjadi Rp57,54 miliar (1.505 lembar).
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)22 Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) naik sebesar Rp 5,46triliun (13,05%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp41,81 triliun menjadi Rp47,27 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp22,51 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp19,68 triliun dan transfer di dalam provinsi Jambi Rp5,07 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar. Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliarrupiah) Dari Provinsi Jambi Periode
Nilai (Miliar Rp)
22
Volume
Ke Provinsi Jambi Nilai (Miliar Rp)
Volume
Dari dan Ke Provinsi Jambi Nilai Volume (Miliar Rp)
TOTAL Nilai (Miliar Rp)
Volume
Tw 1 - 11
12,383
16,923
23,289
19,391
2,756
5,487
38,428
41,801
Tw 2 - 11
11,499
17,064
19,826
19,311
2,768
5,570
34,093
41,945
Tw 3 - 11
14,353
18,840
22,515
20,637
3,291
6,009
40,159
45,486
Tw 4 - 11
14,986
21,865
23,761
21,639
3,723
6,665
42,470
50,169
Tw 1 - 12
10,339
16,644
51,804
17,758
2,653
4,966
64,796
39,368
Tw 2 - 12
15,139
19,391
54,010
19,519
3,543
5,720
72,692
44,630
Tw 3 - 12
15,677
19,313
29,104
19,344
3,350
5,662
48,131
44,319
Tw 4 - 12
18,270
21,580
29,431
20,622
4,702
6,449
52,403
48,651
Tw 1 - 13
15,535
16,648
22,244
17,183
4,032
4,973
41,811
38,804
Tw 2 - 13
19,666
18,860
22,658
18,685
4,695
5,773
47,019
43,318
Tw 3 - 13
20,189
18,663
26,876
17,988
7,422
5,691
54,487
42,342
Tw 4 - 13
22,181
22,643
33,327
21,351
6,521
6,711
62,029
50,705
Tw 1 - 14
19,684
19,031
22,514
22,854
5,072
5,347
47,269
47,232
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
68
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan I tahun 2014 mencapai Rp343,97 miliar (terealisasi sebesar 11,53% dari APBD 2014), sementara itu realisasi belanja sebesar Rp45,87 triliun (baru terealisasi 1,40%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi tersebut jauh lebih rendah, masing-masing turun sebesar 50,55% dan 87,27%. A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2014 Pada Triwulan I tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp343,97 miliar atau mencapai 11,53% dari APBD tahun 2014 (Rp2,98 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar (93,74%) masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp322,45 miliar. Lebih lanjut, pendapatan transfer dari APBN tersebut utamanya dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp237,08 miliar (68,93%) (Tabel 4.1.). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah sebesar Rp21,50 miliar (6,25%). Angka pendapatan tersebut turun signifikan (90,91%) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013. Pajak daerah, yang merupakan sumber kemandirian suatu provinsi, belum memberikan kontribusi bagi pendapatan Jambi di triwulan laporan. Melemahnya pendapatan masyarakat sejalan dengan menurunnya harga komoditas berpengaruh terhadap menurunnya aktivitas perekonomian dan pendapatan pajak.
69
Keuangan Pemerintah Daerah
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun -2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN
APBD 2013
PENDAPATAN 2,446.37 Pendapatan Asli Daerah 804.41 Pajak Daerah 672.44 Retribusi Daerah 12.51 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 28.61 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 90.86 Pendapatan Transfer 1,640.96 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,299.93 Dana Bagi Hasil Pajak 172.94 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 239.37 Dana Alokasi Umum 836.58 Dana Alokasi Khusus 51.04 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 341.03 Dana Penyesuaian 341.03 Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.00 Pendapatan Hibah 1.00
S.D TRW I-2013 Nominal
Persen
695.54 236.58 201.77 2.18 1.09 31.54 458.74 377.86 82.18 1.51 278.86 15.31 80.89 80.89 0.22 0.22
28.43 29.41 30.01 17.46 3.80 34.72 27.96 29.07 47.52 0.63 33.33 30.00 23.72 23.72 22.02 22.02
APBD 2014
2,981.99 973.07 808.44 16.38 40.00 108.25 2,007.92 1,631.45 239.09 394.66 948.34 49.36 376.47 376.47 1.00 1.00
S.D TRW I-2014 Nominal
343.97 21.50 0.00 1.28 0.23 20.00 322.45 237.08 0.00 0.00 237.08 0.00 85.36 85.36 0.02 0.02
Persen
11.53 2.21 0.00 7.81 0.56 18.48 16.06 14.53 0.00 0.00 25.00 0.00 22.67 22.67 1.85 1.85
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun2014 Pada triwulan I tahun 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp45,87 miliar atau baru mencapai 1,40% dari APBD 2014 (Rp3,27 triliun). Nilai realisasi tersebut turun Rp314,43 miliar atau 87,27% dibanding triwulan yang sama tahun 2013 (Rp360,29 miliar). Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar (78,81%) masih ditujukan untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp36,15 miliar, sementara nilai realisasi untuk belanja modal masih relatif kecil yaitu sebesar Rp9,72 miliar atau sebesar 21,19% (Tabel 4.2.). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja pegawai yang mencapai Rp30,81 miliar dan diikuti oleh belanja barang Rp5,33 miliar. Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin. Sementara
itu,
realisasi
belanja
modal
yang
bertujuan
untuk
pembangunan baru terealisasi Rp9,72 miliar (1,12% dari APBD 2014). Masih relatif kecilnya realisasi jenis belanja ini disebabkan oleh relatif lamanya proses lelang pekerjaan dan belum diambilnya uang muka proyek oleh pemenang lelang. Nilai realisasi belanja modal terbesar (95,68%) berada pada belanja jalan, irigasi dan jaringan yang merupakan belanja modal yang paling berdampak pada kepentingan masyarakat yaitu sebesar Rp9,30 miliar. Namun demikian, jika 70
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
Keuangan Pemerintah Dareah
dibandingkan dengan APBD 2014, belanja jalan, irigasi, dan jaringan tersebut masih cukup kecil, yaitu baru mencapai 1,74%. Pada triwulan selanjutnya, realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan perlu ditingkatkan agar memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Provinsi Jambi terutama dalam efisiensi biaya distribusi barang dan jasa. Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun -2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN
BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa
APBD 2013
2,652.83 1,673.65 583.78 546.43 356.27 29.95 157.23 710.22 11.50 56.26 153.96 483.50 4.995 1.41 3.00 3.00 0.75 265.96 265.96
S.D TRW I-2013 Nominal
360.29 233.03 82.17 18.40 85.25 0.23 46.99 31.11 0.00 3.87 0.72 26.52 0.00 0.00
Persen
13.58 13.92 14.08 3.37 23.93 0.75 29.89 #DIV/0! 4.38 0.00 6.88 0.46 5.49 0.00
1.35 1.35 0.75
0.00 45.00 45.00 100.00
94.80 94.80
35.64 35.64
APBD 2014
S.D TRW I-2014 Nominal
Persen
3,265.33 2,143.79 678.81 870.62 405.58 36.06 152.73 869.54 43.44 140.10 147.93 533.13 4.18 0.77
45.87 36.15 30.81 5.33 0.00 0.00 0.00 9.72 0.00 0.32 0.10 9.30 0.00 0.00
1.40 1.69 4.54 0.61 0.00 0.00 0.00 #DIV/0! 1.12 0.00 0.23 0.07 1.74 0.00
2.00 2.00
0.00 0.00
#DIV/0! 0.00 0.00 #DIV/0!
250.00 250.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan I 2014 meningkat sebesar 74,41% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,97 triliun yang disebabkan karena realisasi pendapatan Pemda pada triwulan laporan jauh lebih besar daripada realisasi belanjanya. Peningkatan terbesar disebabkan oleh meningkatnya simpanan dalam bentuk deposito dari 20 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi 1,53 triliun pada triwulan laporan atau meningkat signifikan sebesar 6.123,40%. Faktor lain yang menyebabkan simpanan Pemda dalam bentuk deposito meningkat signifikan adalah tingginya suku bunga deposito yang ditawarkan perbankan sejalan dengan BI-rate yang stabil pada angka yang cukup tinggi, yaitu 7,5%.
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
Keuangan Pemerintah Daerah
Gambar 4.1. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (Rp triliun) 5 4
Giro 3.57
3 2
3.56
Deposito 3.82
3.67
Tabungan 4.23
3.95 2.97
2.09 1.70
1 0 Tw I-12
72
Tw II-12 Tw III-12 TW IV-12 Tw I-13
Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Februari 2014, jumlah pekerja di Jambi mengalami penurunan yaitu dari 1.556,73 ribu orang di Februari 2013 menjadi 1.531,06 ribu orang. Jumlah pengangguran juga menunjukkan penurunan menjadi 39,27 ribu orang dibandingkan Februari 2013 (45,80 ribu). Kondisi serupa juga dialami tingkat pengangguran terbuka yang turun menjadi 2,50% dari 2,86%.
Nilai Tukar
Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu menjadi 98,17 dari 97,21 pada triwulan lalu. A. Ketenagakerjaan Daerah Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Februari 2014 menurun dibandingkan Februari tahun lalu (71,92%). Pada bulan Februari 2014, TPAK mencapai 66,51% menurun dari periode sebelumnya. Jumlah pekerja di Jambi juga menunjukkan penurunan 1,60% menjadi 1.531,06 ribu orang. Jumlah pengangguran Provinsi Jambi pada bulan laporan sebanyak 39,27 ribu orang lebih rendah dari bulan Februari 2013 yang sebanyak 45,80 ribu orang dan bulan Agustus 2013 sebanyak 69,76 ribu orang sementara tingkat pengangguran turun dari 2,86% pada Februari 2013 menjadi 2,50%. Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 2012*) 2013*) 2014**) FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI Angkatan Kerja 1,577.85 1,494.98 1,602.53 1,467.01 1,570.33 - Bekerja 1,521.42 1,447.96 1,556.73 1,397.25 1,531.06 - Penganggur 56.43 47.02 45.80 69.76 39.27 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69.28 65.05 71.92 62.68 66.51 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3.56 3.50 2.86 4.76 2.50 Pekerja tidak penuh 656.53 1,152.51 802.72 698.68 690.59 Setengah penganggur 254.52 470.62 187.37 125.35 164.29 Paruh waktu 402.01 681.89 615.35 573.33 526.30 KEGIATAN UTAMA
1
2 3 4
Sumber: BPS Provinsi Jambi *)
Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk yang digunakan pada Februari 20014
**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
73
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 753,61 ribu orang (49,29%) diikuti dengan sektor perdagangan yang mencapai 287,25 ribu orang (18,79%) dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar yang mencapai 272,51 ribu orang (17,82%). Sementara itu, menurunnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan oleh menurunnya pekerja di sektor pertanian sebanyak 93,33 ribu orang (11,02%), industri 8,68 ribu orang (1,02%) dan konstruksi 8,59 ribu orang (1,01%). Namun terdapat kenaikan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan masing-masing 36,05 ribu orang (4,26%) dan 29,88 ribu orang (3,53%). Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama 2012*) 2013*) 2014**) FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI Pertanian 858.31 798.76 846.94 753.82 753.61 Industri 47.23 47.90 52.65 53.54 43.97 Konstruksi 50.97 62.90 62.84 60.70 54.25 Perdagangan 239.74 233.80 251.20 233.50 287.25 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 44.31 45.33 49.93 52.79 54.54 Keuangan 27.34 22.64 25.00 21.93 37.30 Jasa Kemasyarakatan 229.65 205.68 242.63 212.20 272.51 Lainnya ***) 23.86 30.94 25.54 27.76 25.63 TOTAL 1,521.41 1,447.95 1,556.73 1,416.24 1,529.06 Lapangan Pekerjaaan Utama
1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber: BPS Provinsi Jambi *)
Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk yang digunakan pada Februari 20014
**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk ***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 541,65 ribu orang dengan pangsa 35,38%, berusaha sendiri sebanyak 338,26 ribu orang (22,09%) dan pekerja keluarga/tak dibayar 256,44 ribu (16,75%). Menurunnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh menurunnya pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar.
74
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2014
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) 2012*) 2013*) 2014**) FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI Berusaha Sendiri 287.78 283.49 283.68 335.13 338.26 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 230.73 230.17 240.99 206.37 241.34 Berusaha dibantu buruh tetap 68.25 66.26 72.63 62.12 75.12 Buruh/karyawan 558.59 517.02 541.63 511.13 541.65 Pekerja bebas di pertanian 68.55 75.15 76.33 56.49 53.90 Pekerja bebas di non pertanian 32.98 30.39 48.30 36.52 24.35 Pekerja keluarga /tak dibayar 274.54 245.48 293.17 189.48 256.44 TOTAL 1,521.42 1,447.96 1,556.73 1,397.24 1,531.06 Lapangan Pekerjaaan Utama
1 2 3 4 5 6 7
Sumber: BPS Provinsi Jambi 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi Februari 2012-Agustus *) penduduk yang digunakan pada Februari 2014 **) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
B. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Nilai Tukar Petani (NTP) sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP Maret 2014 naik 93 bps menjadi 98,17 dari 97,21 pada Desember 2013. Meningkatnya NTP tersebut disebabkan oleh meningkatnya indeks petani tanaman padi dan palawija (2,99%) sejalan dengan kenaikan harga komoditi ini yaitu sebesar 3,68% sementara biaya yang timbul dari usaha ini hanya 1,02% . Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) 2013 KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK 1 Tanaman Padi Palawija a Indeks Diterima Petani
Mar
Juni
2014 Sept
Des
Maret
PERUBAHAN (%) ( Des 13 ke Maret 14)
102.80
102.13
104.73
105.74
109.42
3.68
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2 Hortikultura
104.58 98.30
105.91 96.43
110.14 95.09
111.08 95.19
112.10 98.18
1.02 2.99
a Indeks Diterima Petani
102.97
103.24
104.70
105.74
105.28
-0.46
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat
104.50 98.54
105.81 97.56
110.08 95.11
111.08 95.19
111.52 94.40
0.44 -0.79
a Indeks Diterima Petani
102.45
102.83
104.06
108.63
111.23
2.60
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani
103.50 99.00
104.72 98.21
109.74 94.93
110.58 98.24
111.87 99.43
1.29 1.19
105.38
107.14
110.20
105.89
106.66
0.77
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan
96.10 109.67
97.13 110.31
100.22 109.96
108.64 97.47
109.47 97.43
0.83 -0.04
a Indeks Diterima Petani
102.38
104.02
106.76
107.25
110.75
3.50
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
103.36 99.07
104.39 99.67
108.35 98.53
109.49 97.95
108.59 100.10
-0.90 2.15
109.42 111.46 98.17
2.16 1.13 0.96
PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
102.40 103.70 98.73
102.64 104.95 97.78
104.52 109.40 95.52
107.26 110.33 97.21
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
C. Kemiskinan Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan, pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 8.145,49 ton, turun 66,24% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12.458,45 ton. Penyaluran raskin tersebut baru terealisasi 66,72% dari rencana 12.208,42 ton karena penyaluran Januari 2014 hanya terealisasi 18,81% disebabkan terdapat perubahan data rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM).
Ribu ton
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Pertumbuhan Raskin (%)
14
12.37
12
150.00
12.46
100.00
9.27
10 8
10.76
8.15
7.78 6.12
6
-
4.18
3.27
4
50.00
(50.00)
2
-
(100.00) TW I
TW II
TW III
TRW IV
2012
TW I
TW II
TW III 2013
TRW IV
TW I 2014
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
76
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2014
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2014 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga sejalan dengan datangnya momen Pemilu Presiden serta bulan puasa diperkirakan masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi sektor pertanian, serta perdagangan, hotel dan restoran. Inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan akan sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yaitu berada pada kisaran 6,75%-7,25% (yoy) dari sebelumnya 7,51% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh inflasi administered price dan volatile foods. Penyebab utama meningkatnya harga-harga di triwulan II-2014 diperkirakan berasal dari kenaikan harga pada bahan makanan karena faktor cuaca. Masuknya musim kemarau serta adanya potensi El Nino dalam skala rendah (sesuai data prakiraan BMKG) berpotensi menganggu kalender tanam tanaman bahan makanan. Kondisi tersebut akan berdampak pada berkurangnya pasokan dan berpotensi menaikkan harga jual. Selain itu, tingginya permintaan sejalan dengan momen bulan puasa juga berpotensi menaikkan harga jual. Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) untuk industri menengah dan industri besar per tanggal 1 Mei 2014 juga akan berpotensi memberikan tekanan inflasi. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: gejolak nilai tukar serta meningkatnya permintaan di awal ramadhan serta menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden.
77
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
A. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,8%-2,3%(qtq), tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan (0,46%). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,2
7,7%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan laporan yang
tumbuh 8,37% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 7,3%-7,8%. Pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
menjadi
sumber
utama
perekonomian di triwulan mendatang. Adanya momen Pemilu Presiden dan bulan puasa diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Selain mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, pelaksanaan Pemilu Presiden juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi pemerintah sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Membaiknya harga komoditas di pasar global, khususnya CPO, diperkirakan berimbas pada membaiknya pendapatan masyarakat sehingga mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan, hasil SKDU triwulan I-2014 juga menyatakan bahwa responden memandang bahwa perekonomian triwulan mendatang cenderung meningkat dibandingkan triwulan laporan. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan II 2014 yang positif (SBT 20,79). Peningkatan perkembangan usaha tersebut diperkirakan terjadi pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
78
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha Saldo Bersih Tertimbang No
Sektor/Subsektor
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik dan Air Minum
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9
Jasa-jasa Total
Triwulan I-2013
Triwulan II-2013
Triwulan III-2013
Triwulan IV-2013
Triwulan I-2014
Triwulan II-2014*)
0.73
(0.73)
1.46
-
(6.92)
7.84
(3.13)
(1.04)
-
(1.04)
(1.38)
1.38
-
-
1.11
-
(0.52)
0.67
0.32
0.13
(0.16)
-
0.47
0.47
-
-
(0.69)
-
(3.43)
-
(0.85)
-
(0.85)
0.85
(4.58)
1.84
1.95
1.30
(0.65)
-
7.12
7.12
1.37
1.37
1.37
1.82
1.17
1.17
(1.03)
-
(1.55)
(0.52)
1.16
0.28
(0.64)
1.05
0.05
1.11
(6.90)
20.79
Keterangan : *) Angka perkiraan
Sektor pertanian diperkirakan tumbuh terbatas pada triwulan mendatang terutama disebabkan oleh penurunan sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) karena potensi terjadinya musim paceklik dan El Nino. Namun demikian, masih membaiknya produksi sub sektor tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit, mampu mendorong sektor pertanian tetap tumbuh meskipun terbatas. Tren harga CPO intrenasional yang terus membaik bahkan melewati fase tertinggi dalam beberapa bulan terakhir diperkirakan akan memicu peningkatan produksi sawit. Sejalan dengan hal tersebut, produksi perkebunan karet diperkirakan juga akan meningkat seiring dengan cuaca yang kondusif untuk melakukan penyadapan. Faktor nilai tukar rupiah juga dapat menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi. Meskipun cuaca pada triwulan mendatang diprakirakan cukup kondusif untuk meningkatkan produksi karet, tren harga karet internasional yang terus menurun serta adanya himbauan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) untuk menurunkan produksi dan ekspor karet sebesar 10% sebagai salah satu upaya mendongkrak harga karet dapat menjadi faktor penghambat peningkatan produksi karet di triwulan mendatang. Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan belum dapat kembali menghasilkan tingkat produksi seperti sebelumnya karena terjadinya penurunan produksi dari sumur-sumur minyak bumi eksisting (faktor usia) serta masih TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
79
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
maraknya pencurian minyak pada jalur pipa penyaluran Tempino-Plaju. Pertambangan non migas juga berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan adanya ancaman pencabutan izin usaha pertambangan ilegal pada kawasan konservasi dan hutan lindung (temuan KPK). Implementasi Perda tentang pengaturan jalur khusus pengangkutan batubara yang tidak segera diikuti dengan pembangunan jalur khusus tersebut menurunkan produktivitas pertambangan non migas di Provinsi Jambi. Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan di bulan mendatang masih akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan perumahan rakyat,
pusat bisnis
dan
perhotelan
oleh
perusahaan
swasta berskala
nasional/internasional dan investasi pemerintah daerah. Meningkatnya produksi perkebunan kelapa sawit akan diikuti oleh peningkatan produksi pada sector industri pengolahan. Selanjutnya,
tingginya
konsumsi
di
triwulan
mendatang
dan
meningkatnya permintaan menjelang Pemilu Presiden dan bulan puasa akan diikuti juga dengan meningkatnya perdagangan
dan penggunaan
jasa
transportasi sehingga mendorong pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sector pengangkutan dan komunikasi.
B. Proyeksi Inflasi Inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan akan sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yaitu berada pada kisaran 6,75%-7,25% (yoy) dari sebelumnya 7,51% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh inflasi administered price dan volatile foods.
80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 m-t-m (%) 4
2010
2011
2012
2013
2014
3
2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-1 -2 -3 Catatan: Inflasi Mei - Juni 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1%
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 y-o-y (%)
12
2010
10
2011
2012
2013
2014
8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2014 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 y-t-d (%)
12
2010
10
2011
8
2012 2013
6
2014
4 2 0 -2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-4 Catatan: Inflasi Mei-Juni 2014 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
Dari sisi volatile foods, Masuknya musim kemarau serta adanya potensi El Nino dalam skala rendah (sesuai data prakiraan BMKG) berpotensi mengganggu kalender tanam tanaman bahan makanan. Kondisi tersebut akan berdampak pada berkurangnya pasokan dan berpotensi meningkatkan harga jual. Selain itu, TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
81
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
tingginya permintaan sejalan dengan momen bulan puasa juga berpotensi menaikkan harga jual. Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) untuk industri menengah dan industri besar per tanggal 1 Mei 2014 juga akan berpotensi memberikan tekanan inflasi. Beberapa komoditi yang berpeluang menjadi penyumbang utama inflasi di triwulan mendatang adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, serta beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe merah, beras, cabe hijau, bawang merah dan bayam. Faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1) Masih berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah, 2) Potensi terjadinya El Nino (kekeringan) di Provinsi Jambi meskipun dalam skala rendah, 3) Potensi terjadinya kabut
asap
seiring
mulai
masuknya
musim
kemarau
yang
berpotensi
mengganggu jalur distribusi barang, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II tahun 2014. Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras di BULOG Divre Jambi juga diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I triwulan II
2014 serta proyeksi ekonomi
2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Penguatan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah Inflasi kota Jambi pada Triwulan I-2014 masih tercatat pada level yang cukup tinggi, yaitu sebesar 7,51%(yoy). Tingginya laju inflasi tersebut memberikan dampak bagi meningkatnya angka garis kemiskinan di Provinsi Jambi. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya penguatan
82
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
peran TPID dalam menahan laju inflasi melalui tindakan yang intens dan nyata. Salah satu hal yang perlu segera mendapatkan respon dari Pemerintah Daerah adalah percepatan pembentukan TPID tingkat Kabupaten/Kota sesuai amanat Inmendagri No. 27 Tahun 2013. Sampai dengan triwulan laporan, di Provinsi Jambi telah terbentuk 11 (sebelas) TPID, yaitu TPID Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Sarolangun, dan Kabupaten Kerinci. Ke depan, selain memiliki tugas untuk mengendalikan laju inflasi daerah, TPID diharapkan dapat menjadi wadah/forum untuk melakukan evaluasi program kerja dan pemantauan realisasi anggaran masing-masing anggota TPID karena penumpukan realisasi anggaran di akhir tahun anggaran menjadi salah satu penyebab tingginya laju inflasi di akhir tahun. 2. Memperkuat Kerjasama Antar Daerah Salah satu penyebab utamanya inflasi di Provinsi Jambi pada triwulan laporan adalah tekanan inflasi volatile food. Ketergantungan yang besar akan bahan makanan dari daerah lain menyebabkan tingginya peluang bagi kartel-kartel besar untuk membentuk harga pasar sesuai ekspektasi mereka. Oleh sebab itu, perlu segera dilakukan penyusunan data/peta surplus defisit bahan makanan masing-masing kabupaten/kota sebagai modal awal pelaksanaan kerjasama antar daerah. Setelah data surplus defisit tersebut tersedia, perlu segera ditindaklanjuti dengan Memorandum of Understanding (MoU) terkait kerjasama dengan daerah lain (prioritas dalam satu provinsi) dalam mencukupi kebutuhan bahan makanan. 3. Pengembangan Sistem Pusat Informasi Harga Pangan Strategis secara Berkelanjutan Sebagai upaya untuk mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat terhadap harga barang/jasa khususnya komoditas sembako, perlu adanya peran
aktif
Perdagangan
Pemerintah dan
Daerah
instansi
melalui
terkait
Dinas
lainnya
Perindustrian
untuk
secara
TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
83
dan rutin
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
menyampaikan perkembangan harga sembako kepada masyarakat melalui media cetak atau elektronik. Salah satu media yang kami rekomendasikan adalah website Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Selain itu, saat ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia sedang melakukan pengembangan Sistem Informasi yang akan menampilkan informasi harga komoditas harian di setiap pasar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengharapkan adanya dukungan penyediaan data perkembangan harga komoditas masingmasing kabupaten/kota secara harian agar kegiatan pengendalian ekspektasi inflasi dapat berjalan maksimal. 4. Program ketahanan pangan (khusunya komoditas penyumbang inflasi terbesar) Untuk menekan laju inflasi Jambi khususnya dari kelompok volatile foods, perlu dikembangkan sinergi yang baik antara Pemerintah melalui dinas terkait dengan instansi-instansi lainnya untuk menggalakkan program ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman pangan di lahan-lahan yang selama ini tidak produktif untuk mencukupi kebutuhan domestik Provinsi Jambi. Tanaman pangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Jambi antara lain cabe merah, bawang merah, dan padi. Program ketahanan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi program kawasan pertanian terpadu dengan menggabungkan pertanian dan peternakan. Selain mengendalikan laju inflasi, program tersebut juga dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5. Penurunan produksi migas Penurunan produksi migas di Provinsi Jambi yang berdampak pada turunnya PDRB salah satunya disebabkan oleh usia sumur minyak yang sudah tua dan tidak optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan pencarian dan pengeboran sumur-sumur minyak yang baru agar produksi migas kembali meningkat. Kegiatan pengeboran sumur-sumur
84
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
migas yang baru tersebut perlu mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah khususnya terkait kelancaran perizinan. 6. Peningkatan produksi dan nilai tambah Batu Bara dan Mineral Lainnya Terkait
penerapan
kebijakan
ekspor
mineral,
perlu
diupayakan
pembangunan PLTU dan industri pengolahan yang menggunakan batu bara sebagai bahan baku sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomi baik secara domestik maupun ekspor sehingga mendorong peningkatan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Dari sisi distribusi dan transportasi
batubara,
penerapan
Perda
tentang
jalur
khusus
pengangkutan batubara perlu segera diimbangi dengan ketersediaan jalur khusus tersebut (darat maupun sungai) agar pertumbuhan ekonomi dari sisi pertambangan dan penggalian dapat terus berkembang. 7. Menurunnya tren harga karet Menurunnya tren harga karet pada triwulan laporan perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan instansi terkait lainnya agar kesejahteraan petani tetap terjaga. Adanya himbauan GAPKINDO untuk menurunkan
produksi
dan
ekspor
karet
sebagai
upaya
untuk
mendongkrak harga karet perlu mendapatkan dukungan. Selain itu, Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus lebih menggiatkan sosialisasi kepada petani karet agar memproduksi karet yang bersih dan berkualitas tinggi. Selama ini produksi karet di Indonesia termasuk Jambi terkenal dengan karetnya yang kotor. Dengan adanya pemahaman yang baik dari petani, diharapkan akan menambah nilai jual produksi karet sehingga memicu pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang semakin baik. Selain program sosialisasi karet bersih, perlu dilakukan peremajaan kembali tanaman karet yang sudah tua dan tidak produktif lagi. 8. Permasalahan distribusi barang a) Peningkatan kualitas infrastruktur dan pengurangan biaya tak terduga. b) Perbaikan kondisi pasar untuk efisiensi biaya serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar. Termasuk didalamnya
TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
85
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
mengenai modernisasi pasar tradisional sehingga spekulasi harga di pasar tradisional dapat berkurang.
86
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN R EGIONAL PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA 1
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. K e h u t a n a n e. P e r i k a n a n 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas 1). Pengilangan Minyak Bumi 2). Gas Alam cair b. Industri Tanpa Migas 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg.Kulit & Alas Kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya 4). Kertas dan Barang cetakan 5). Pupuk, Kimia & Brg. dari karet 6). Semen & Brg. galian bukan logam 7). Logam dasar Besi dan baja 8). Brg.dari Logam, Mesin & Peralatannya 9). Barang Lainnya 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH a. L i s t r i k b. G a s c. Air Bersih 5. B A N G U N A N 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan Besar dan eceran b. H o t e l c. Restoran 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. P e n g a n g k u t a n 1). Angkutan Rel 2). Angkutan Jalan Raya 3). Angkutan Laut 4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 5). Angkutan Udara 6). Jasa Penunjang Angkutan b. K o m u n i k a s i 1). Pos & Telekomunikasi 2). Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN a. B a n k b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1). Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 2). Jasa Pemerintahan Lainnya b. S w a s t a 1). Sosial Kemasyarakatan 2). Hiburan dan Rekreasi 3). Perorangan dan Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO P D R B TANPA MIGAS Jumlah Migas
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Tw I
Tw II
2012 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014 Tw I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5,016,585.12 1,485,640.95 2,733,902.47 267,500.37 302,634.01 226,907.33 2,935,154.71 2,332,061.80 438,407.62 164,685.29 1,805,130.75 161,500.72 161,500.72 1,643,630.03 657,642.55 8,648.80 770,631.62 84,781.50 40,096.87 55,958.44 8,303.14 17,567.12 157,350.08 134,936.23 22,413.85 758,442.88 2,603,995.21 2,398,001.45 36,258.81 169,734.95 1,067,045.08 980,846.57 676,559.19 114,097.78 43,624.84 95,149.68 51,415.09 86,198.51 84,863.43 1,335.08 872,106.31 391,502.56 57,695.33 4,062.37 406,117.70 12,728.33 1,536,501.56 1,316,359.78 923,464.04 392,895.74 220,141.78 154,344.59 9,966.83 55,830.37 16,752,312 14,258,749 2,493,563
5,298,376.79 1,569,823.92 2,898,991.92 277,128.02 316,348.28 236,084.65 3,034,593.08 2,409,027.70 453,857.56 171,707.82 1,923,125.81 169,733.29 169,733.29 1,753,392.53 702,597.51 9,525.38 825,932.08 86,950.04 43,399.10 58,194.94 8,805.37 17,988.09 161,960.15 138,845.24 23,114.90 827,389.16 2,751,169.47 2,533,184.76 38,316.91 179,667.80 1,113,783.59 1,024,306.75 706,652.40 118,145.33 44,186.13 101,738.58 53,584.32 89,476.84 88,088.49 1,388.34 914,231.16 415,728.13 60,969.28 4,256.01 420,213.85 13,063.90 1,586,501.82 1,360,850.41 957,392.98 403,457.43 225,651.41 158,243.64 10,307.00 57,100.76 17,611,131 15,032,370 2,578,761
2013
5,565,256.28 1,607,751.37 3,080,312.24 300,515.43 329,476.68 247,200.55 3,245,437.92 2,624,181.78 440,730.24 180,525.91 2,039,002.81 178,000.68 178,000.68 1,861,002.13 760,450.57 10,165.68 861,532.53 92,019.44 46,232.48 62,463.26 9,263.57 18,874.60 169,859.09 145,080.39 24,778.70 917,311.62 2,972,192.36 2,743,300.22 40,338.37 188,553.77 1,197,357.40 1,103,333.24 753,972.50 121,442.26 44,452.13 127,525.70 55,940.64 94,024.16 92,581.09 1,443.07 958,069.53 443,397.29 66,147.63 4,585.93 430,545.20 13,393.48 1,638,020.93 1,401,344.46 983,235.65 418,108.82 236,676.46 166,285.45 10,938.37 59,452.64 18,702,508 15,900,325 2,802,182
5,683,086.48 1,632,962.43 3,134,775.37 312,898.36 350,662.21 251,788.11 3,411,489.41 2,754,472.08 468,001.07 189,016.27 2,156,261.53 187,314.17 187,314.17 1,968,947.36 810,168.68 10,363.53 912,456.49 94,268.28 46,583.82 66,347.81 9,525.61 19,233.15 182,347.73 155,791.31 26,556.42 1,079,268.04 3,132,381.05 2,896,370.48 42,318.81 193,691.77 1,243,347.42 1,145,998.00 786,783.27 123,969.35 44,739.56 133,492.23 57,013.59 97,349.43 95,856.24 1,493.19 1,004,025.23 479,823.74 68,972.92 4,766.54 436,675.01 13,787.02 1,675,915.91 1,430,047.24 998,307.85 431,739.39 245,868.67 174,513.61 11,167.10 60,187.96 19,568,123 16,626,337 2,941,786
5,971,772.56 1,727,770.15 3,296,856.36 332,875.20 355,399.40 258,871.45 3,068,263.29 2,422,411.90 446,195.32 199,656.07 2,172,087.06 183,327.55 183,327.55 1,988,759.51 806,626.40 10,689.07 928,380.17 93,396.63 49,869.66 70,329.82 9,717.90 19,749.85 194,379.77 166,886.62 27,493.15 1,129,112.93 3,314,540.62 3,070,246.47 41,890.91 202,403.23 1,252,501.63 1,151,503.14 808,948.93 121,378.93 45,059.81 116,106.83 60,008.65 100,998.49 99,446.37 1,552.11 1,044,375.39 496,968.65 71,650.88 4,911.47 456,482.03 14,362.36 1,718,010.24 1,465,920.70 1,024,118.26 441,802.44 252,089.54 179,224.48 11,548.42 61,316.64 19,865,043 17,259,304 2,605,739
6,217,875.04 1,827,424.70 3,418,269.66 338,505.33 366,836.69 266,838.66 3,231,945.66 2,554,075.81 472,808.69 205,061.16 2,261,908.33 188,330.74 188,330.74 2,073,577.59 841,375.63 11,274.45 964,935.40 98,986.66 52,071.48 74,663.41 9,934.58 20,335.97 202,297.99 174,363.66 27,934.33 1,194,460.17 3,517,359.19 3,262,163.67 44,893.11 210,302.40 1,319,243.93 1,215,526.91 843,612.07 125,810.75 45,752.76 138,527.30 61,824.03 103,717.01 102,121.60 1,595.41 1,100,958.73 533,072.73 75,441.55 5,134.08 472,557.24 14,753.14 1,782,578.22 1,518,446.71 1,060,773.49 457,673.22 264,131.50 188,802.93 11,980.05 63,348.52 20,828,627 18,086,221 2,742,407
6,522,244.93 1,895,281.71 3,614,425.67 356,074.73 376,599.81 279,863.01 3,593,267.19 2,877,768.89 501,689.75 213,808.55 2,291,839.68 208,463.51 208,463.51 2,083,376.17 844,470.51 11,376.11 969,402.60 97,796.86 52,817.81 75,472.38 10,086.44 21,953.45 208,004.86 178,987.32 29,017.54 1,246,655.98 3,737,606.36 3,475,753.61 46,599.70 215,253.04 1,399,242.22 1,290,672.72 903,824.42 124,558.91 46,448.37 151,592.01 64,249.01 108,569.50 106,902.60 1,666.90 1,151,165.14 561,418.57 80,595.51 5,422.42 488,614.95 15,113.69 1,852,455.96 1,579,361.73 1,118,184.66 461,177.07 273,094.23 196,420.44 12,315.47 64,358.32 22,002,482 18,916,250 3,086,232
6,686,797.43 1,935,848.81 3,702,361.58 363,242.25 397,857.15 287,487.63 3,776,936 3,057,245.53 497,291.64 222,398.70 2,410,652.36 220,697.16 220,697.16 2,189,955.20 883,187.47 12,269.61 1,012,252.85 116,093.62 53,980.98 79,618.56 10,190.94 22,361.16 216,046.33 185,972.95 30,073.38 1,303,343.74 3,955,679 3,684,782.45 47,982.27 222,914.41 1,428,029 1,315,925 920,118.17 126,660.50 46,713.71 157,064.54 65,368.36 112,104 110,426.94 1,677.26 1,171,046 578,985.11 82,329.14 5,599.71 488,742.04 15,389.66 1,913,630 1,632,285 1,158,604.93 473,680.40 281,345 203,597.21 12,523.76 65,224.18 22,862,160 19,584,218 3,277,943
6,913,152.99 1,995,512.44 3,855,022.72 366,735.60 401,643.31 294,238.91 3,660,260.42 2,968,421.71 460,061.47 231,777.23 2,489,885.74 218,627.49 218,627.49 0.00 2,271,258.25 944,357.71 12,900.59 1,022,395.37 121,009.29 56,185.85 81,692.78 0.00 10,406.63 22,310.03 224,707.65 193,395.74 0.00 31,311.90 1,360,162.13 4,150,596.13 3,870,988.52 49,946.90 229,660.71 1,436,191.55 1,318,434.15 0.00 940,473.02 122,021.44 46,348.09 143,128.99 66,462.60 117,757.41 115,995.84 1,761.57 1,177,123.07 566,172.01 86,043.03 5,700.16 503,366.47 15,841.39 1,978,753.55 1,690,833.28 1,181,683.21 489,150.08 287,920.27 208,655.74 12,929.07 66,335.46 23,390,833 20,203,784 3,187,049
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) LAPANGAN USAHA 1
Tw I
Tw II
2012 Tw III
Tw IV
2013 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014 Tw I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1,451,186.57 a. Tanaman Bahan Makanan 532,026.15 b. Tanaman Perkebunan 702,512.85 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 95,456.39 d. K e h u t a n a n 64,936.63 e. P e r i k a n a n 56,254.56 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 632,817.93 a. Minyak dan Gas Bumi 462,989.81 b. Pertambangan Tanpa Migas 110,446.89 c. Penggalian 59,381.24 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 602,128.98 a. Industri Migas 33,678.54 1). Pengilangan Minyak Bumi 33,678.54 2). Gas Alam cair b. Industri Tanpa Migas 568,450.44 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 41,537.78 a. L i s t r i k 36,271.74 b. G a s c. Air Bersih 5,266.04 5. B A N G U N A N 232,285.95 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 879,489.33 a. Perdagangan Besar dan eceran 809,836.44 b. H o t e l 15,380.24 c. Restoran 54,272.65 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 352,177.09 a. P e n g a n g k u t a n 319,522.49 1). Angkutan Rel 2). Angkutan Jalan Raya 202,129.19 3). Angkutan Laut 43,026.37 4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 17,879.40 5). Angkutan Udara 36,365.42 6). Jasa Penunjang Angkutan 20,122.11 b. K o m u n i k a s i 32,654.60 1). Pos & Telekomunikasi 32,298.19 2). Jasa Penunjang Komunikasi 356.41 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 282,677.58 a. B a n k 154,075.06 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 14,872.36 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,549.81 d. Sewa bangunan 108,019.05 e. Jasa Perusahaan 4,161.30 9. JASA-JASA 393,196.05 a. Pemerintahan Umum 325,992.49 1). Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 210,188.92 2). Jasa Pemerintahan Lainnya 115,803.57 b. S w a s t a 67,203.56 1). Sosial Kemasyarakatan 43,251.78 2). Hiburan dan Rekreasi 3,755.93 3). Perorangan dan Rumah Tangga 20,195.85 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,867,497 P D R B TANPA MIGAS 4,370,829 Jumlah Migas 496,668
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
1,491,500.03 545,148.73 725,854.91 96,459.78 66,745.15 57,291.46 664,546.24 489,491.91 114,365.25 60,689.08 621,508.05 34,590.07 34,590.07 586,917.98 42,221.57 36,925.09 5,296.48 241,824.86 899,172.48 827,576.34 15,888.05 55,708.09 361,213.60 327,861.55 208,254.26 43,653.82 17,962.09 37,566.59 20,424.78 33,352.05 32,990.95 361.10 290,388.04 160,109.54 15,233.60 1,581.31 109,258.77 4,204.82 397,868.41 329,898.89 212,765.30 117,133.59 67,969.52 43,753.04 3,796.16 20,420.32 5,010,243 4,486,161 524,082
1,518,732.27 541,828.02 751,429.73 98,481.08 68,202.32 58,791.11 691,806.04 517,084.93 111,902.99 62,818.11 645,624.17 35,713.38 35,713.38 609,910.79 43,115.20 37,714.74 5,400.47 263,095.05 939,087.21 865,079.09 16,276.04 57,732.09 375,484.18 341,287.30 214,552.84 44,232.08 18,006.22 43,416.58 21,079.58 34,196.88 33,829.07 367.81 295,249.61 162,965.44 15,799.13 1,643.40 110,592.95 4,248.68 402,330.21 332,812.45 213,973.78 118,838.67 69,517.76 44,776.97 3,893.68 20,847.12 5,174,524 4,621,726 552,798
1,542,865.25 543,671.66 768,966.73 99,710.99 71,814.36 58,701.52 724,265.28 540,846.09 119,013.97 64,405.22 663,662.58 37,079.35 37,079.35 626,583.23 45,734.43 40,062.65 5,671.78 294,422.77 956,235.86 881,149.06 16,877.10 58,209.70 384,400.33 349,732.30 221,067.56 44,760.25 18,075.94 44,610.77 21,217.78 34,668.03 34,295.59 372.43 304,502.14 170,696.98 16,017.25 1,665.75 111,803.39 4,318.77 405,179.46 334,914.83 215,015.72 119,899.11 70,264.63 45,240.45 3,963.74 21,060.44 5,321,268 4,743,343 577,925
1,561,622.94 550,766.84 779,128.38 100,714.53 71,551.90 59,461.29 631,830.47 459,862.28 106,265.49 65,702.71 655,487.55 36,014.75 36,014.75 619,472.80 46,271.02 40,515.14 5,755.88 300,356.07 979,291.92 903,418.02 16,375.11 59,498.79 382,249.09 346,530.18 224,062.31 44,241.72 18,162.57 38,031.78 22,031.78 35,718.91 35,337.00 381.91 308,798.33 172,940.80 16,194.92 1,688.50 113,565.33 4,408.78 408,617.24 337,487.49 216,216.29 121,271.20 71,129.74 45,854.26 4,007.08 21,268.41 5,274,525 4,778,648 495,877
1,600,976.02 576,307.19 790,735.90 101,556.19 72,021.82 60,354.93 673,057.36 496,262.73 110,214.77 66,579.87 671,714.98 36,241.09 36,241.09 635,473.89 46,979.14 41,202.85 5,776.29 307,979.73 1,008,493.90 930,714.61 17,317.72 60,461.57 392,716.44 356,529.80 226,597.48 45,247.66 18,282.07 43,983.81 22,418.78 36,186.64 35,800.43 386.21 315,069.03 177,524.95 16,518.91 1,724.75 114,841.98 4,458.45 416,034.56 343,451.14 219,810.41 123,640.72 72,583.42 47,173.58 4,063.63 21,346.20 5,433,021 4,900,517 532,504
1,637,790.29 590,278.38 808,013.24 103,672.99 73,364.72 62,460.97 722,804.98 539,759.52 115,406.96 67,638.50 664,067.51 39,495.13 39,495.13 624,572.37 47,410.20 41,585.53 5,824.67 314,195.58 1,043,019.15 964,381.64 17,562.37 61,075.15 409,808.35 372,732.32 239,937.46 44,736.85 18,439.89 46,633.85 22,984.28 37,076.03 36,681.76 394.27 321,115.57 181,928.21 17,056.46 1,779.71 115,844.02 4,507.17 421,417.92 348,061.75 224,421.03 123,640.72 73,356.16 47,594.98 4,148.92 21,612.27 5,581,630 5,002,375 579,255
1,648,803.26 596,391.24 808,976.11 105,273.26 75,150.61 63,012.03 728,062.59 544,443.46 114,944.91 68,674.22 685,824.41 40,385.34 40,385.34 645,439.07 47,953.26 42,032.20 5,921.06 322,978.16 1,092,863.60 1,012,942.08 17,901.04 62,020.48 414,048.08 376,374.75 242,800.99 44,751.21 18,461.37 47,067.80 23,293.37 37,673.33 37,277.28 396.05 320,267.90 182,766.57 17,108.18 1,801.27 114,023.62 4,568.27 429,300.38 354,687.04 229,241.21 125,445.82 74,613.34 48,731.07 4,200.15 21,682.12 5,690,102 5,105,273 584,829
1,673,331.14 602,561.83 826,554.64 105,600.92 74,741.30 63,872.45 693,938.43 519,661.10 104,449.46 69,827.87 701,020.02 39,418.25 39,418.25 0.00 661,601.77 49,207.23 43,142.67 0.00 6,064.56 330,093.84 1,110,715.71 1,029,545.58 18,126.70 63,043.44 409,694.63 371,132.41 0.00 244,127.63 42,968.35 18,211.30 42,384.87 23,440.27 38,562.22 38,151.72 410.49 314,356.92 175,286.40 17,504.16 1,809.57 115,108.52 4,648.27 433,796.15 358,157.37 231,347.15 126,810.21 75,638.79 49,391.27 4,269.28 21,978.24 5,716,154 5,157,075 559,079
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) Komponen 1. Konsumsi Rumah Tangga 1.1. Makanan 1.2. Non Makanan 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Stok 6. Ekspor Barang dan Jasa 6.1. Ekspor Luar Negeri 6.2. Ekspor Antar Daerah 7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 7.1. Impor Luar Negeri 7.2. Impor Antar Daerah PDRB
I-2012
II-2012
III-2012
IV-2012
I-2013
II-2013
III-2013
9,990,279 6,307,122 3,683,157 108,741 3,055,002 2,967,706 455,403 7,860,365 4,061,251 3,799,114 7,685,184 310,932 7,374,252
10,249,899 6,417,265 3,832,634 113,045 3,172,848 3,115,877 475,637 8,825,751 4,938,620 3,887,130 8,341,925 218,818 8,123,107
10,741,320 6,691,116 4,050,203 118,368 3,303,815 3,336,579 473,567 8,941,641 3,664,121 5,277,520 8,212,781 330,659 7,882,122
11,153,704 6,778,506 4,375,198 121,909 3,352,018 3,564,142 505,644 9,368,967 4,876,696 4,492,271 8,498,261 386,981 8,111,280
11,250,422 7,010,477 4,239,945 125,668 3,195,439 3,697,774 531,668 8,377,767 3,336,128 5,041,639 7,313,694 204,991 7,108,703
11,627,325 7,210,065 4,417,259 130,729 3,308,439 3,841,367 559,834 9,588,588 4,325,871 5,262,717 8,227,655 381,682 7,845,974
12,311,042 7,587,242.18 4,723,800 137,699 3,473,798 4,041,221 540,113 10,098,444 4,419,738.71 5,678,705.71 8,599,835 1,007,555.51 7,592,279.59
16,752,312
17,611,131
18,702,508
19,568,123
19,865,043
20,828,627
22,002,482
IV-2013
I-2014
12,564,506 12,872,493.89 7,705,912.70 7,877,281.02 4,858,593 4,995,212.87 141,301 166,698.93 4,412,263 3,685,972.00 4,259,987 4,305,290.38 583,985 650,765.19 9,587,223.86 11,397,124.90 4,381,496.58 6,317,417.27 5,205,727.28 5,079,707.63 8,687,106 9,687,512.07 1,580,387.88 932,219.53 7,106,717.67 8,755,292.53 22,862,160
23,390,833
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah) Komponen 1. Konsumsi Rumah Tangga 1.1. Makanan 1.2. Non Makanan 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Stok 6. Ekspor Barang dan Jasa 6.1. Ekspor Luar Negeri 6.2. Ekspor Antar Daerah 7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 7.1. Impor Luar Negeri 7.2. Impor Antar Daerah PDRB
I-2012
II-2012
3,325,263 3,360,579 2,170,556 2,186,117 1,154,707 1,174,462 33,059 33,712 928,533 953,418 830,605 865,690 158,221 161,820 3,086,957 3,444,534 1,846,286 2,224,168 1,240,671 1,220,366 3,495,140 3,809,509 127,848 89,566 3,367,292.48 3,719,943.49
III-2012 3,441,819 2,231,223 1,210,596 34,574 984,147 924,886 158,560 3,354,134 1,655,700 1,698,435 3,723,597 132,542 3,591,056
IV-2012
I-2013
3,467,011.76 2,240,359.79 1,226,651.97 35,149.54 995,088.87 984,300.06 170,711.44 3,744,327.55 2,218,567.11 1,525,760.44 4,075,321.11 153,172.82 3,922,148.29
3,482,976 2,248,046 1,234,930 35,508 923,965 994,613 176,618 3,157,363 1,509,279 1,648,084 3,496,519 80,748 3,415,770.97
II-2013
III-2013
IV-2013
3,515,299.35 3,594,996 3,620,634.99 2,263,389.29 2,309,314 2,320,167.89 1,251,910.05 1,285,682 1,300,467.10 36,355.02 37,246 37,811.85 942,489.77 959,093 1,186,877.75 1,015,599.42 1,035,282 1,067,196.92 183,262.62 172,835 182,721.14 3,601,737.06 3,715,760.59 3,438,332.48 1,933,219.86 1,922,832 1,806,682.82 1,668,517.19 1,792,929 1,631,649.66 3,861,722.08 3,933,583.21 3,843,473.49 149,119.37 388,328 585,097.16 3,712,602.71 3,545,256 3,258,376.33
I-2014 3,639,924.09 2,330,028.60 1,309,895.49 43,502.54 955,616.95 1,055,602.09 198,043.49 4,068,683.09 2,500,706.06 1,567,977.03 4,245,218.17 331,174.02 3,914,044.14
4,867,497.25 5,010,243.27 5,174,523.98 5,321,268.11 5,274,524.62 5,433,021.16 5,581,629.55 5,690,101.64 5,716,154.07
Keterangan: *angka sementara ** angka sangat sementara
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo Tahun Dasar 2012=100
URAIAN KOTA JAMBI 1 2 3 4 5 6 7 8
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
Jan 103.02 102.17 103.19 101.85 103.12 101.16 101.58 101.21
Feb 103.55 106.76 103.64 101.88 103.39 101.15 101.66 101.29
UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Apr 103.58 107.18 104.60 102.70 102.51 101.61 102.02 102.42
Mei 104.16 106.95 104.67 102.87 101.65 101.68 101.87 102.43
2014
URAIAN KOTA BUNGO 1 2 3 4 5 6 7 8
Mar 103.65 107.18 104.10 102.59 103.02 101.60 101.96 102.37
Jan 110.45 113.33 109.75 113.39 109.85 105.46 106.44 106.98
Feb 111.01 113.46 111.04 114.08 110.42 106.18 106.44 107.35
Mar 110.62 111.63 110.94 114.46 110.46 106.77 106.54 107.39
2013 Jun 105.55 107.22 105.75 104.42 100.59 102.00 101.86 102.58
Jul 108.98 109.19 106.01 104.45 100.79 102.03 101.95 107.50
Agt 110.28 114.51 106.78 104.80 100.52 102.18 102.76 118.31
Sep 109.27 116.97 107.27 105.54 101.38 102.18 102.80 120.17
Okt 110.21 111.76 108.90 106.76 102.82 102.48 102.89 119.25
Nov 109.98 113.82 109.05 108.24 102.36 102.51 102.91 119.43
Des 110.41 112.13 109.74 108.74 102.15 103.13 103.09 119.51
Jan 112.13 117.32 109.90 110.14 102.78 103.56 103.09 119.90
2014 Feb 111.26 113.12 110.19 109.66 103.13 103.71 103.27 120.73
Mar 111.51 112.70 111.03 110.09 102.85 103.73 103.67 121.37
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB V. Carlusa, Poltak Sitanggang
KOORDINATOR PENYUSUN Meily Ika Permata
TIM PENULIS Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Yuliuskhris Bintoro Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR Unit Statistik, Survei dan Liaison Unit Operasional Kas Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Tim Ekonomi dan Keuangan Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122 No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112 Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]