KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi
Triwulan III 2015
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... Daftar Tabel ......................................................................................... Daftar Grafik ......................................................................................... Tabel Indikator Ekonomi Terpilih .....................................................................
vii ix xi xiii
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................
1 9
A. Umum .............................................................................
9
B. PDRB Sisi lapangan Usaha ..................................................
11
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Boks I BAB II.
Perikanan.....................................................................
12
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ...
15
3. Sektor Industri Pengolahan........................................ ..
16
4. Sektor-sektor Lain .................................................... ...
18
C. PDRB Sisi Penggunaan .......................................................
20
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 2. Investasi ................................................................... ...
21 23
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ...
25
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... ..
26
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi.........................
28
Dampak
Kemarau,
El
Nino
dan
Kabut
Asap
Terhadap
Perekonomian Provinsi Jambi....................................................
30
Inflasi .......................................................................................
41
A. Kajian Umum
.................................................................
41
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ...............
43
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ...
46
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ........... .......................................................
50
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
BAB III.
Bakar....................................................................... .... 4. Kelompok Sandang......................................................
51 52
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ...
52
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ ..
53
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
53
C. Inflasi Kota Bungo ...............................................................
54
Perbankan Dan Sistem Pembayaran ..........................................
61
A. Bank Umum ....................................................................
62
vii
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ...
62
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... ..
63
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ .
67
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 71 5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 72 6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... ..
75
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ...........................................
77
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai .......
78
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... .
79
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... ..
80
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. ..
81
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ...
81
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. .
82
Boks 2 Boks 3
Perkembangan Perbankan Syariah Provinsi Jambi...................... Jambi Sharia Expo 2015, Hijrah ke Bank Syariah .......................
84 89
BAB IV
Keuangan Pemerintah Daerah
..............................................
93
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan III Tahun 2015 .........
93
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Tahun 2015 ................
94
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah .................................
96
B.
BAB V
BAB VI
D. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. ..........
100
Kesejahteraan Daerah .............................................................
101
A. Kemiskinan............................................................... .........
101
B. Ketenagakerjaan............................................................... .
103
C. Kesejahteraan ....................................................................
106
D. Raskin ...............................................................................
108
Prospek Perekonomian .............................................................
109
A. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................
110
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. ..
112 114
Lampiran Glosary
viii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2015
DAFTAR T ABEL 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)
10
1.2
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
17
1.3
Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy)
21
1.4
Indeks Tendensi Konsumen
22
1.5
PMA dan PMDN Provinsi Jambi
25
2.1
Perkembangan Inflasi Kota Jambi
44
2.2
Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
2.3
45
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan III 2015
46
2.4
Perkembangan Inflasi Kota Bungo
55
2.5
Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan kelompok dan sub kelompok barang dan jasa
2.6
56
Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi periode triwulan III - 2015
59
3.1
Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi
64
3.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik
66
3.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek
66
3.4
Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
67
3.5
Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi
71
3.6
Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
3.7
72
Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
3.8
74
Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
79
3.9
Perkembangan Transaksi RTGS
83
4.1
Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan III 2015
94
4.2
Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan III Tahun 2015
96
4.3
Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
97
4.4
Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
98
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ix
5.1
Garis Kemiskinan Provinsi Jambi
102
5.2
Jumlah Penduduk Miskin
103
5.3
Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja
104
5.4
Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
105
5.5
Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama
106
5.6
Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor
107
6.1
Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
111
x
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2015
DAFTAR GRAFIK 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 1.13 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.20 1.21 1.22 1.23 1.24 1.25 1.26 1.27 1.28 1.29 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 9 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2015 11 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 13 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 13 Produksi Padi 14 Produksi Jagung 14 Produksi Kedelai 14 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 15 Pertumbuhan Lifting (Barrel) Minyak 16 Pertumbuhan Lifting (MMBTU) Gas 16 Perkembangan Produksi Karet Gakkindo Jambi 17 Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Sepeda Motor di Provinsi Jambi 18 Tingkat Hunian Hotel 19 Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi 19 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 20 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 20 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan III Tahun 2015 21 Perkembangan dan pertumbuhan kendaraan baru di Provinsi Jambi 22 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 22 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 24 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 24 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 26 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 27 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 27 Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan III 2015 27 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 28 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 28 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 29 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 29 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 41 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 42 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera per September 2015 42 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 47 Perkembangan Harga Daging 48 Perkembangan Harga Jagung 49 Perkembangan Harga Beras 49 Perkembangan Harga Tepung Terigu 49 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 50 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 52
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
xi
2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 54 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2015 55 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 62 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 63 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 72 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 75 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 75 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 76 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 80 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 81 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) 97 4.2 Perkembangan Realisasi Pendapatan PPh Provinsi Jambi 98 4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan PPN Provinsi Jambi 98 4.4 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 99 4.5 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 100 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 108 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 112 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 113 6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d Juni 2015 serta Perkiraan Juli s.d September 2015 113
xii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III 2015
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH A. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Jambi Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sumber: BPS Catatan 1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku. 3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit 4)
TRW.I
TRW.II
2014 TRW.III
2015 TRW.IV
Total
TRW.I
TRW.III
TRW.II
111,51 110,62
112,09 110,63
113,91 113,13
120,04 119,06
120,04 119,06
116,95 116,06
119,33 117,29
119,94 119,2
7,51 6,28
6,47 4,58
4,31 5,21
8,72 8,99
8,72 8,99
4,88 4,92
6,46 6,02
5,29 5,37
29.367.667 7.858.367 7.457.231 3.343.648 13.145 39.210 2.124.821 2.543.492 896.697 298.494 942.422 673.190 425.582 298.975 984.346 875.384 308.834 283.829
30.026.427 8.102.410 7.599.949 3.404.386 13.779 39.683 2.158.461 2.580.777 909.096 303.159 955.154 686.362 430.234 304.466 1.028.688 909.678 313.943 286.203
30.351.235 7.830.911 7.940.656 3.423.015 13.954 40.235 2.170.639 2.676.617 924.770 310.095 979.937 692.398 436.359 310.600 1.044.349 943.625 320.742 292.330
30.950.905 8.170.651 7.850.070 3.399.915 15.533 41.343 2.207.296 2.861.077 938.881 314.874 998.789 720.531 440.620 316.366 1.083.775 965.511 325.957 299.714
120.696.234 31.962.339 30.847.907 13.570.964 56.412 160.471 8.661.217 10.661.963 3.669.444 1.226.622 3.876.302 2.772.481 1.732.795 1.230.408 4.141.157 3.694.199 1.269.477 1.162.075
31.117.580 8.462.754 7.704.312 3.398.443 14.781 40.756 2.117.687 2.908.629 953.382 321.241 1.029.423 724.827 449.595 321.898 1.056.848 971.504 334.498 307.002
31.581.176 8.606.116 7.729.874 3.456.673 15.144 41.742 2.186.231 2.960.958 975.390 330.322 1.082.685 696.541 450.575 327.291 1.067.817 996.547 344.441 312.831
31.727.099 8.485.011 7.703.994 3.438.318 14.198 43.123 2.284.433 3.073.065 989.680 336.435 1.109.444 709.611 452.321 328.170 1.069.712 1.011.251 358.909 319.425
263.619 860.882
278.279 1.107.025
223.628 840.332
255.033 1.006.563
1.020.560 3.814.802
248.706 1.089.055
247.150 1.046.327
242.613 529.392
71.736 26.274
53.767 31.946
38.560 33.758
20.918 23.999
184.980 115.977
25.667 27.200
28.113 74.696
23.589 36.740
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
xiii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH B. Perbankan
TRW.I
TRW.II
TRW.III
TRW.IV
2015 TRW.I
PERBANKAN A. Bank Umum : Total Aset (Rp Juta) DPK(Rp Juta) - Tabungan - Giro - Deposito
29.691.060 20.069.436 10.703.386 3.179.483 6.186.567
34.853.104 22.307.397 10.969.816 4.051.589 7.285.993
34.345.898 22.527.139 11.290.961 3.707.342 7.528.836
32.675.144 21.964.903 12.044.292 3.008.463 6.912.149
34.622.605 22.733.986 10.847.414 3.842.142 8.044.430
37.671.417 24.205.221 11.316.696 3.619.074 9.269.451
36.946.500 24.702.501 11.817.508 3.708.267 9.176.726
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - Dana - LDR
31.946.454 10.158.229 9.527.809 12.260.417 20.473.410 156,04
32.458.037 10.671.200 9.164.037 12.622.800 22.719.313 142,87
33.257.510 11.084.121 9.187.047 12.986.343 22.958.027 144,86
34.124.108 11.419.932 9.439.228 13.264.947 22.508.985 151,60
34.107.025 11.049.817 9.679.800 13.377.408 23.275.384 146,54
35.199.342 11.327.405 10.216.942 13.654.995 24.596.162 143,11
37.194.044 12.339.123 10.886.602 13.968.319 25.160.245 147,83
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi - LDR (%) - NPL Gross nominal - NPL Gross %
23.927.298 7.558.597 5.959.299 10.409.402 119,22 492.240 2,06
24.868.632 8.035.392 10.762.104 6.071.136 111,48 612.619 2,46
25.372.389 8.187.856 6.134.277 11.050.256 112,63 620.912 2,45
26.229.475 8.517.472 6.430.084 11.281.919 119,42 654.329 2,49
26.566.309 8.487.900 6.663.743 11.414.666 116,86 769.060 2,89
27.355.034 8.772.809 6.881.249 11.700.976 113,01 879.166 3,21
27.820.801 8.869.811 6.976.421 11.974.568 112,62 892.091 3,21
Kredit MKM (Rp Juta) Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3.289.142 - Kredit Modal Kerja 1.317.572 - Kredit Investasi 618.466 - Kredit Konsumsi 1.353.104 Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp 11.946.461 Juta) - Kredit Modal Kerja 1.895.776 - Kredit Investasi 1.853.755 - Kredit Konsumsi 8.196.931
3.368.912 1.415.511 638.798 1.314.602 12.445.976 1.949.111 1.912.349 8.584.516
3.306.533 1.376.943 636.627 1.292.963 12.807.687 2.015.340 1.925.125 8.867.222
3.279.728 1.424.349 647.195 1.208.184 13.124.113 2.020.090 1.990.458 9.113.566
3.327.809 1.457.647 669.772 1.200.391 13.333.741 1.998.536 2.055.800 9.279.404
3.506.146 1.537.153 683.815 1.285.178 13.601.753 2.025.697 2.129.599 9.446.457
3.511.797 1.555.357 691.783 1.264.656 13.777.763 1.948.250 2.093.978 9.735.535
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp Juta) NPL MKM gross (%) - NPL MKM Gross Nominal
4.488.941 2.808.005 876.907 804.029 19.724.544 2,43 480.211
4.669.116 3.038.812 814.947 815.357 20.484.004 2,90 595.039
4.743.308 3.096.118 808.236 838.954 20.857.528 2,95 614.782
4.945.156 3.226.807 836.608 881.741 21.348.998 2,78 593.170
4.965.324 3.229.753 848.942 886.629 21.626.874 3,22 697.392
5.044.331 3.279.252 849.820 915.259 22.152.229 1,52 337.386
5.038.407 3.266.149 851.026 921.231 22.327.966 1,59 355.918
742.646 541.824 82.543 459.281 544.849 164.194 104.588 276.067 227.858 7,99 43.534 82,57
731.857 539.797 83.869 455.928 541.885 171.394 105.345 265.146 237.051 10,09 54.692 85,60
739.748 550.872 84.072 466.800 535.557 178.183 107.637 249.737 245.608 11,13 59.612 84,13
758.995 566.501 84.864 481.637 524.672 180.501 107.056 237.115 248.842 12,21 64.046 79,40
766.796 580.220 84.947 495.273 524.425 189.211 107.172 228.042 259.465 14,50 76.061 80,46
759.582 583.279 85.648 497.631 531.051 204.080 106.844 220.127 270.286 15,65 83.127 82,38
750.518 578.450 88.876 489.574 525.067 205.604 103.563 215.900 270.992 17,80 93.447 80,52
INDIKATOR
B. BPR : Total Aset (Rp Juta) DPK (Rp Juta) - Tabungan (Rp Juta) - Deposito (Rp Juta) Kredit (Rp Juta) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit UMKM (Rp Juta) Rasio NPL Gross (%) - NPL Gross (Nominal) LDR (%)
2014
TRW.II
TRW.II I
Sumber: LBU Bank Indonesia
xiv
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH c. Sistem Pembayaran Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp) RTGS RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) Transaksi Tunai Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
2014 Tw I
2015 Tw II
Tw III
2.571.965 69.012
2.412.348 67.623
2.662.816 74.693
2.628.672 69.881
1.847 71.186
1.783 99.967
1.803 63.067
1.951 68.595
1.891 59.688
26.992 40.455 11.033
38.703 53.698 12.937
40.778 49.646 4.833
34.079 39.055 4.347
49.677 7.289
33.707 45.428 8.002
976.622 1.861.714 (885.091)
1.948.349 2.788.527 (840.178)
921.379 2.309.258 (1.387.878)
1.445.865 1.285.175 160.690
892.023 2.354.181 (1.462.158)
2.573.657 2.545.103 28.555
Tw I
Tw II
Tw III
2.519.833 68.552
2.707.328 74.520
2.534.343 70.240
1.472 56.789
1.974 83.457
19.684 22.514 5.072
880.393 1.734.894 (854.501)
Tw IV
Sumber : Bank Indonesia Provinsi Jambi
xv
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan III 2015 mengalami perlambatan yaitu dari 5,2% (yoy) menjadi 4,5% (yoy)....
Perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp40,6 triliun1 dan tumbuh sebesar 4,5% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 4,73% (yoy), serta jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,2% (yoy)) dan triwulan III 2014 (5,8% (yoy)). Secara triwulanan pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 0,5%(qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya (1,1% (qtq)). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 48,1%, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 39,8% dan sektor sekunder sebesar 12,1%. Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi utamanya disebabkan kontraksi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dari 1,5% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan III 2015. Disamping itu, sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,4% (yoy) pada triwulan III 2015. Dari
sisi
penggunaan,
perlambatan
pertumbuhan
ekonomi
utamanya disebabkan perlambatan pertumbuhan konsumsi dari 4,3% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 4,2% (yoy), perlambatan ekspor dari 11,9% (yoy) menjadi 11,1% (yoy) serta kenaikan impor dari 7,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 8,7% (yoy). Berdasarkan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2% diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3%. Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 11,1% (yoy) di triwulan III 2015 memberikan andil sebesar 7,4% terhadap pertumbuhan
1
Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
ekonomi Provinsi Jambi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,2% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,9%. Namun demikian, pengeluaran konsumsi pemerintah yang hanya mampu tumbuh 1,4% (yoy) serta pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) atau investasi yang terkontraksi 2,2%(yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi tidak setinggi triwulan sebelumnya II. Inflasi Pada triwulan III 2015, inflasi kota Jambi tercatat 5,29%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,46%(yoy)), dan lebih rendah
Pada triwulan III 2015, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 5,29%
dari rata-rata inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir (5,56%(yoy)),
(yoy) dan Kota Bungo 5,37%
serta lebih rendah dari inflasi nasional (6,25%(yoy)). Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 0,51%
(yoy)....
(qtq). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus dan September 2015 masing-masing sebesar 1,54%, 0,25% dan -1,26%. Penurunan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi kelompok volatile food yang relatif rendah yaitu sebesar 0,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,68% yoy) seiring dengan turunnya harga bahan makanan usai puasa dan hari raya lebaran. Sementara itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 11,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (13,76% yoy). Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan terganggunya aktivitas penerbangan di Jambi akibat kabut asap yang mengurangi permintaan jasa angkutan udara.
Inflasi inti sedikit
mengalami kenaikan dari 3,87%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 4,46% (yoy) pada triwulan laporan seiring dimulainya tahun ajaran baru. Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 5,37% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional2. Perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,63% (qtq) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus dan September 2015 masingmasing sebesar 1,60%, 0,23% dan -0,21%.
2
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota. 2
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
RI NGKASAN EKSEKUTIF
Kinerja perbankan mengalami perlambatan
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja
ditandai dengan pertumbuhan aset perbankan dan penyaluran kredit pada triwulan
perbankan
pada
triwulan
III
2015
secara
umum
menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset dan kredit yang diberikan masing-masing hanya tumbuh 7,6%(yoy) dan 9,6%
berjalan lebih kecil
(yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
dibandingkan triwulan
sebesar 8,1%(yoy) dan 10,0% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan
sebelumnya secara tahunan, sementara DPK mengalami peningkatan ....
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan III 2015 yang hanya sebesar 4,5% (yoy) atau melambat dibandingkan (yoy)).
Sementara
pertumbuhan
itu
dengan
dana
pihak
tumbuh
triwulan sebelumnya (5,2%
ketiga
9,7%
mengalami
(yoy)
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya (8,5% (yoy)). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (3,21%) atau masih sama dengan triwulan sebelumnya yang juga berada di posisi 3,21%. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit penurunan sebesar 39 bps menjadi sebesar 112,62% dari triwulan sebelumnya 113,01%. Penurunan tersebut akibat pertumbuhan kredit yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga. Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 32,1% (yoy) sedangkan kas keluar (outflow) menurun 8,7% (yoy) sehingga kembali terjadi net inflow setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net outflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring dari sisi nilai mengalami peningkatan sedangkan dari sisi volume mengalami penurunan. Transaksi melalui RTGS mengalami penurunan, dengan rincian sebagai berikut: Nilai
kliring
naik
sebesar
3,7%(yoy)
dibandingkan
triwulan
sebelumnya menjadi Rp2,6 triliun sementara volume kliring turun 0,5% (yoy) menjadi 69.881 lembar warkat. Nilai RTGS dari, ke Jambi dan dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy), 15,4% (yoy) dan 38,1% (yoy). Realisasi pendapatan
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
triwulan III 2015 mencapai
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan
77,8% dari APBD
Triwulan III-2015 mencapai Rp2,5 triliun (terealisasi sebesar 77,8% dari
sementara realisasi belanja baru mencapai 56,1%...
APBD 2015). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp891,7 miliar (35,2% dari total pendapatan), sedikit menurun dibandingkan realisasi PAD Triwulan III-2014 (Rp971,8 miliar atau 38,1% dari total TRIWULAN III 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
RINGKASAN EKSEKUTIF
pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp694,8 miliar (77,9% dari total PAD). Sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp1,2 triliun pada Triwulan II-2015 (terealisasi 12,0%) menjadi Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan mengalami penurunan sebesar 0,6% namun realisasi belanja mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 19,1%. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 21,5%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 63,4%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%).
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Jumlah pekerja di Jambi mengalami peningkatan yaitu dari 1.491 ribu orang di Agustus 2014 menjadi 1.550,4 ribu orang di Agustus 2015. Sejalan
dengan
hal
tersebut,
jumlah
pengangguran
menunjukkan
Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan Maret 2015 meningkat 4,5% menjadi
penurunan dari 79,8 ribu orang di Agustus 2014 menjadi 70,3 ribu orang
Rp343.935/bulan/orang. NTP
di Agustus 2015 sehingga tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,34% dari 5,08%.
menjadi 94,83 dari 96,09
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 94,83 dari 96,09 pada triwulan lalu sejalan dengan penurunan NTP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat (4,12%) dari 95,54 pada triwulan II-2015 menjadi 90,67 selama triwulan III2015. Sementara itu penyaluran raskin selama Triwulan III-2015 juga mengalami penurunan sebesar 14,1% (qtq) seiring dengan momen lebaran yang membuat masyarakat cenderung mengkonsumsi beras yang lebih baik serta tingginya penebusan raskin yang terjadi di Triwulan II 2015 dimana untuk mengantisipasi kenaikan harga beras menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan Juni 2015.
4
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
mengalami penurunan pada triwulan lalu
RI NGKASAN EKSEKUTIF
Laju pertumbuhan PDRB
VI.Prospek Perekonomian
triwulan IV 2015 diperkirakan berkisar 4,9% (yoy).....
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan IV 2015 diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 4,7%-5,1%(yoy) dibandingkan triwulan III 2015 (4,5% (yoy)). Dari sisi permintaan, kenaikan konsumsi pemerintah, investasi (PMTDB) dan net ekspor diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang seiring pelaksanaan pilkada Provinsi Jambi, kenaikan investasi terutama dari pemerintah dan investasi perusahaan kertas dan bubur kertas serta menurunnya impor yang cukup dalam berdampak pada kenaikan net ekspor. Dari sisi lapangan usaha, kenaikan pertumbuhan ekonomi Jambi diperkirakan disumbangkan oleh sektor industri pengolahan, transportasi dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Inflasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan menurun pada kisaran 2,21%-2,71% (yoy) dari sebelumnya 5,29% (yoy) pada triwulan II 2015. Penurunan inflasi triwulan IV 2015 utamanya disebabkan hilangnya pengaruh base effect kenaikan harga BBM pada triwulan IV tahun 2014. Sementara itu, inflasi year to date hingga bulan Oktober tercatat -0,02%. Sumber inflasi pada triwulan IV 2015 utamanya disumbangkan dari kenaikan harga kelompok volatile food dan inflasi inti. Dari sisi volatile food, inflasi diperkirakan disumbangkan oleh kenaikan harga produk ayam dan bawang merah yang diperkirakan akan terjadi pada triwulan IV 2015. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan kenaikan beberapa barang impor dan barang berbahan baku impor. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga pangan seiring terganggunya stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di daerah produsen (Jawa); 2) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015; Menyikapi kondisi perekonomian triwulan III 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan IV 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah: 1. Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi melalui: a. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
TRIWULAN III 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
1) Optimalisasi dan percepatan realisasi anggaran belanja operasi dan belanja modal Pemerintah (Pusat dan Daerah) 2) Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi 3) Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) terampil untuk memenuhi
kebutuhan
tenaga
kerja
di
sektor
primer
(pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi pengajar. b. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, perkebunan dan kehutanan 2. Menyikapi pengendalian inflasi melalui penguatan fungsi dan peran TPID Provinsi Jambi serta TPID Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi melalui: a. Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang; b. Penguatan TPID melalui program kerja yang terstruktur dan didukung APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota. c. Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; d. Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap Kabupaten/Kota; e. Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; f. Kerjasama antar daerah yang difasilitasi TPID dalam rangka pemenuhan stok bahan makanan. g. Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan meningkatkan nilai jual petani.
6
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
RI NGKASAN EKSEKUTIF
h. Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar lelang forward i.
Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
TRIWULAN III 2015| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
7
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp40,6 triliun1 dan tumbuh sebesar 4,5% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 4,73% (yoy), serta jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,2% (yoy)) dan triwulan III 2014 (5,8% (yoy)) (Grafik 1.1). Secara triwulanan pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 0,5%(qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya (1,1% (qtq)). Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Trili
10.7
30.5 32.7 6.8
%
10.26
9.3 33.4 5.1
35.4
35.8
38.6
40.9
5.59
5.82
38.6 6.51
2.50 1.1 0.9
1.3
Q3-13
Q4-13
2.0
1.1
39.0
40.3
5.95
5.17
2.2 0.5
1.5
40.6
4.53 0.5
(6.0)
Q1-13
Q2-13
Output Jambi (Rp Triliun)
Q1-14
Q2-14
Q3-14
Q4-14
Pertumbuhan Jambi (yoy)
Q1-15
Q2-15
12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8
Q3-15
Pertumbuhan Jambi (qtq)
Sumber: BPS (diolah)
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi utamanya disebabkan kontraksi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dari 1,5% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan III 2015. Disamping itu, sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,4% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2% diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor 1
Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.
9
EKONOMI M AKRO REGIONAL
sebesar 1,3%. 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan III 2015 adalah sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor yang mencapai 14,8% (yoy) disusul oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,2% (yoy), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,9% (yoy), sektor jasa lainnya sebesar 9,3%(yoy) dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum 8,5% (yoy) (Tabel 1.1). Struktur perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 48,1%, diikuti sektor jasajasa (tersier) sebesar 39,8% dan sektor sekunder sebesar 12,1%. Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi utamanya disebabkan perlambatan pertumbuhan konsumsi dari 4,3% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 4,2% (yoy), perlambatan ekspor dari 11,9% (yoy) menjadi 11,1% (yoy) serta kenaikan impor dari 7,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 8,7% (yoy). Apabila dilihat berdasarkan andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan III 2015, kenaikan ekspor sebesar 11,1% (yoy) memberikan andil sebesar 7,4% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan laporan, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 4,2% (yoy) yang memberikan andil sebesar 1,9%. Namun demikian, pengeluaran konsumsi pemerintah yang hanya mampu tumbuh 1,4% (yoy) serta pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) atau investasi yang terkontraksi 2,2%(yoy) membuat pertumbuhan ekonomi Jambi tidak setinggi triwulan sebelumnya (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB
10
2013
III
II
2014 IV
I
III
II
Tahun 2014
IV
2015 I
II
III
Andil
15.2 4.1 10.6
3.7 8.1 -0.3
5.8 -1.2 1.3
20.0 2.9 8.0
14.6 3.1 4.0
10.6 3.9 3.6
8.5 5.4 1.1
13.2 3.8 4.1
7.7 3.3 1.6
6.0 1.5 1.8
8.4 -3.0 0.4
2.2 -0.8 0.1
10.4 8.9
8.9 5.6
3.9 -2.4
1.9 3.0
6.3 2.6
7.6 0.1
18.4 6.7
8.6 3.1
5.6 3.9
1.3 5.2
1.7 7.2
0.0 0.0
27.5
18.7
10.1
32.1
-0.5
6.7
5.3
9.5
-0.3
1.3
5.2
0.4
7.6
6.1
5.6
7.3
5.4
7.8
14.5
8.8
14.4
15.9
14.8
1.3
7.6 6.8
9.3 5.9
4.5 6.4
12.1 23.7
8.5 22.5
6.4 19.3
7.2 10.7
8.5 18.7
6.3 7.6
7.2 9.1
7.0 8.5
0.2 0.1
7.6 15.4 5.7 2.2
5.8 11.9 5.4 2.7
6.0 3.5 2.6 0.3
6.8 2.0 1.1 2.7
6.9 2.7 1.3 4.2
7.0 2.6 1.9 5.4
7.3 8.8 4.5 7.7
7.0 4.0 2.2 5.0
9.2 7.7 5.6 7.7
13.4 1.5 4.7 7.5
13.2 2.5 3.7 5.7
0.4 0.1 0.1 0.1
22.7
-21.4
-7.9
14.6
11.5
20.6
7.8
13.4
7.4
3.8
2.4
0.1
12.1 7.2
5.5 4.5
-8.9 15.7
-6.7 18.4
-3.3 16.1
-0.9 19.8
13.0 7.3
0.2 15.1
11.0 8.3
9.5 9.7
7.2 11.9
0.2 0.1
4.2 10.7
5.9 5.1
9.2 2.5
4.9 10.6
4.8 6.63
5.4 6.9
7.0 7.1
5.5 7.76
8.2 5.9
9.3 5.2
9.3 4.5
0.1 4.5
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
2013
JENIS PENGELUARAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori Ekspor Impor PDRB
2014
II III IV 3.7 2.9 2.9 8.8 2.5 7.6 (21.8) (20.5) 49.2 12.4 17.2 25.0 5.0 (205.4) (229.2) 8.8 3.0 (17.4) (2.9) 11.0 (10.3) 10.7 5.1 2.5
II 4.3 4.3 13.9 21.4 3.0 1.1 63.9 24.7 12.7 (385.9) (2.8) (0.2) 1.5 8.3 10.6 6.6 I
Tahun 2014
III 4.4 13.4 3.6 (11.2) 18.8 11.2 0.1 6.9
IV
4.4 8.6 1.5 (31.6) 11.0 27.9 2.1 7.1
Growth
4.4 14.2 2.2 0.8 (78.5) 8.5 2.9 7.8
2015 I
II
III
4.0 3.1 0.7 (13.7) (39.5) 16.9 5.8 5.9
4.3 (0.7) (1.9) (5.0) 0.5 11.9 7.8 5.2
4.2 6.4 1.4 (2.2) (18.8) 11.1 8.7 4.5
Andil
1.9 0.0 0.1 -0.5 -0.5 7.4 3.9 4.5
Sumber: BPS (diolah)
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan dari 5,2% (yoy) di triwulan II 2015 menjadi 4,5% (yoy). utamanya disebabkan kontraksi pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dari 1,5% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi -3,0% (yoy) pada triwulan III 2015. Disamping itu, sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan pertumbuhan dari 1,8% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,4% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan andilnya, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan III 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil pertumbuhan sebesar 2,2% dan diikuti sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan III 2015 terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,8% (yoy) dan sektor informasi dan
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2015
komunikasi sebesar 13,2% (yoy). Tingginya pertumbuhan utamanya
kedua
didorong
sektor oleh
tersebut
pertumbuhan
aktivitas perdagangan, reparasi kendaraan dan penggunaan jasa komunikasi pada saat lebaran. Secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada
Sumber: BPS (diolah)
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
EKONOMI M AKRO REGIONAL
tahun sebelumnya dari 1,1% (qtq) menjadi hanya 0,5% (qtq) Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp40,6 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 27,7%, pertambangan dan penggalian sebesar 16,8%, sektor industri pengolahan sebesar 11,2% serta sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil serta sepeda motor sebesar 10,8% (Grafik 1.2).
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 8,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2015 (6,0% (yoy)). Kenaikan pertumbuhan sektor pertanian terindikasi dari penyaluran kredit pertanian sebesar 13,6% (yoy) yang utamanya disebabkan pertumbuhan perkebunan kelapa sawit yang mencapai 18,7% (yoy) pada triwulan III 2015. Hal ini mengindikasikan optimisme pelaku usaha kelapa sawit terhadap prospek perkebunan kelapa sawit di masa yang akan datang. Namun demikian, indikator-indikator di sektor pertanian utamanya sub sektor perkebunan dan tanaman pangan menunjukkan tren penurunan. Tren melemahnya harga komoditas perkebunan karet dan kelapa sawit berdampak pada menurunnya harga karet lokal dan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Hal yang sama juga terjadi pada sub sektor tanaman bahan makanan yang mengalami penurunan seiring kekeringan akibat El Nino yang terjadi selama musim kemarau di tahun 2015. Harga bahan olah karet (bokar) di Jambi mengalami penurunan dari rata-rata Rp16.632/kg pada triwulan III 2014 menjadi Rp14.984/kg pada triwulan III 2015 (Grafik 1.7). Melemahnya harga bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar 20,4% (yoy) dari USD226,4cent/kg menjadi USD180,1 cent/kg (Grafik 1.3). Penurunan harga utamanya disebabkan berkurangnya permintaan seiring pertumbuhan ekonomi negara-negara importir karet seperti Tiongkok, Jepang dan Amerika yang belum sesuai harapan.
12
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.3. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi Rp/Kg
USD cent/Kg
Harga Bokar (Rp/kg)
40,000
500.00 Harga Karet Internasional, aksis kanan (USD cent/kg)
30,000
400.00 300.00
20,000
200.00
10,000
100.00 12345678910 11 212345678910 11 212345678910 11 212345678 9 2012
2013
2014
2015
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg
Sama halnya dengan harga karet, harga TBS dan Crude Palm Oil (CPO) juga cenderung mengalami tren penurunan pada triwulan laporan. Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.352,7/kg, turun 19,4% (yoy) dari harga triwulan yang sama tahun 2014. Sementara itu harga ratarata CPO di Jambi selama triwulan laporan sebesar Rp6.215,6/kg atau turun 18,0% (yoy). Hal ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan sebesar 26,1% (qtq) dari USD693,47/metric ton pada Triwulan III 2014 menjadi USD512,63/metric ton pada Triwulan III 2015. (Grafik 1.4). Turunnya harga TBS lokal utamanya disebabkan oleh pengenaan bea ekspor CPO Support Fund sebesar US$ 50/ton ekspor CPO yang ditransmisikan pada penurunan harga TBS petani yang dibeli perusahaan kelapa sawit . Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal, Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi USD/Metric Ton
Harga (Rp)
10,000
1,400 1,200
8,000
1,000
6,000
800
4,000
600
400
2,000
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 121 2 3 4 5 6 7 8 910 11 121 2 3 4 5 6 7 8 910 11 121 2 3 4 5 6 7 8 9
2012
2013
C PO Int'l
C PO
2014 INTI
2015 TBS 10 TAHUN
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Sejalan dengan penurunan kinerja sub sektor perkebunan. Sub sektor pertanian tanaman pangan mengalami juga mengalami penurunan yang tercermin dalam Angka Ramalan II (ARAM II) BPS terbaru yang menyatakan bahwa produksi padi dan kedelai pada tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 (Grafik 1.5, 1.6 dan 1.7). Hal ini disebabkan baik oleh penurunan luas panen maupun produktivitas lahan padi. Produksi padi tahun 2015 diperkirakan hanya mencapai 561,5 ribu ton atau menurun 13,92%(yoy) dibandingkan produksi tahun 2014 (664,7 ribu ton). Grafik 1.5 Produksi Padi
Grafik 1.6 Produksi Jagung
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.7 Produksi Kedelai
Sumber: BPS (diolah)
Sejalan dengan hal tersebut, Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III 2015 mengalami penurunan 1,43%(qtq) dari 96,21 pada triwulan III 2014 menjadi 94,83 pada triwulan III 2015. Penurunan NTP terjadi karena kenaikan indeks dibayar petani sebesar 5,37% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks diterima petani sebesar 3,87%(Grafik 1.8).
14
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.8. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 125
99.00
120
98.00
115
97.00
110
96.00
105
95.00
100 95
94.00 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2014
90
indeks terima
93.00
2015
indeks bayar
NTP (aksis kanan)
92.00
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100 Sumber: BPS (diolah)
Apabila dilihat NTP secara sub sektor, penurunan yang terjadi selama triwulan III 2015 utamanya pada sub sektor perkebunan rakyat sedangkan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura dan peternakan cenderung mengalami kenaikan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor
pertambangan
dan
penggalian
yang
pada
triwulan
III
2015
menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,7 triliun (pangsa 18,2%), merupakan sektor ekonomi terbesar kedua di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini terkontraksi sebesar 3,0% (yoy), memburuk dibandingkan triwulan II 2015 yang masih mampu tumbuh positif 1,5%(yoy) maupun triwulan yang sama pada tahun lalu yang masih mampu tumbuh sebesar 3,9% (yoy). Kontraksi tersebut menyebabkan sektor pertambangan dan penggalian memiliki andil negatif terhadap PDRB Provinsi Jambi triwulan III 2015 sebesar -0.8%. Secara triwulanan, kinerja sektor ini juga mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan kontraksi sebesar 0,1%(qtq) dibandingkan triwulan III 2014 dan triwulan II 2015 yang masih mampu tumbuh positif masing-masing sebesar 4,5%(qtq) dan 0,1%(qtq).
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.9. Pertumbuhan Lifting Minyak Bumi Jambi
Sumber: Kementerian ESDM (diolah)
Grafik 1.10. Pertumbuhan Lifting Gas Bumi Jambi
Sumber: Kementerian ESDM (diolah)
Berdasarkan data lifting migas (Grafik 1.9 dan 1.10), diketahui bahwa realisasi lifting minyak bumi di Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 terkontraksi sebesar 51,74% (yoy) dengan tingkat produksi hanya sebesar 1,1 juta barrel. Jauh menurun dibandingkan lifting minyak bumi triwulan III 2014 yang mencapai 2,3 juta barrel. Sejalan dengan menurunnya kinerja sub sektor pertambangan minyak bumi, produksi gas bumi di Jambi pada triwulan III 2015 juga mengalami penurunan sebesar 6,0% (yoy).
3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan menyumbang output terhadap perekonomian Jambi pada triwulan III 2015 sebesar Rp4,5 triliun (11,2%), hanya mampu tumbuh sebesar 0,4% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,1%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2015 (1,8% (yoy)) dan triwulan III 2014 (3,6% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari data produksi pabrik pengolahan karet (crumb rubber) yang tergabung dalam GAPKINDO2 (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) cabang Jambi yang menunjukkan penurunan sebesar 1,06% (yoy) pada triwulan III 2015 (Grafik 1.11).
2
Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
16
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.11. Produksi Karet GAPKINDO Jambi
Sumber : GAPKINDO Provinsi Jambi
Namun demikian, produksi industri pengolahan karet dan barang dari karet dan barang dari plastik mengalami pertumbuhan 0,53% (yoy) serta industri makanan yang tumbuh 1,48% (yoy) (tabel 1.2). Pertumbuhan sektor industri pengolahan juga terindikasi dari kenaikan ekspor pulp and paper sebesar 71,8% (yoy) (Grafik 1.25). Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
EKONOMI M AKRO REGIONAL
4. Sektor-sektor Lain
Pada triwulan III 2015, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor menyumbangkan Rp4,4 triliun (pangsa 10,8%) terhadap PDRB triwulan III 2015. Pertumbuhan sektor ini Grafik 1.12. Penjualan kendaraan bermotor baru roda 4 dan sepeda motor di Provinsi Jambi
mencapai 14,8% (yoy) dengan andil
pertumbuhan
melambat triwulan
1,3%,
dibandingkan sebelumnya
yang
mampu tumbuh 15,9% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor ini
terindikasi
penjualan
dari
data
kendaraan
baru
roda 4 (empat) di Provinsi Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
Jambi
yang
mengalami
kenaikan sebesar 0,44% (yoy) meskipun pendaftaran kendaraan baru sepeda motor mengalami penurunan cukup dalam sebesar 15,08%(yoy) (Grafik 1.12). Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 8,5%(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,1%(yoy) maupun triwulan yang sama di tahun 2014 yang mencapai 19,3% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ini utamanya disebabkan oleh kabut asap yang melanda Jambi selama akhir bulan Agustus hingga bulan September yang menyebabkan permintaan akomodasi dan makan minum dari masyarakat maupun instansi pemerintah/swasta mengalami penurunan. Hal tersebut terindikasi dari data tingkat hunian hotel BPS Jambi dimana tingkat hunian hotel triwulan III 2015 mengalami penurunan 22,3% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 (Grafik 1.13). Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar 35,5%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
18
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
(43,7%)
Grafik 1.13. Tingkat Hunian Hotel
dan
triwulan
yang sama tahun lalu (45,7%). Jumlah tamu menginap turun sebesar
12,1%
(yoy),
dari
59.533 pada triwulan III 2014 orang menjadi 52.353 orang pada triwulan III 2015. Sektor
pengadaan
listrik dan gas serta sektor Sumber : BPS (diolah)
pengadaan air masing-masing
tumbuh sebesar 1,7% (yoy) dan 7,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 1,3%(yoy) dan 5,2%(yoy). Hal ini sejalan dengan indikator pertumbuhan konsumsi air di Kota
Grafik 1.14. Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi
Jambi yang tumbuh 6,8% (yoy) pada triwulan III 2015 (Grafik 1.14), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 6,3% (yoy) Rata-rata
konsumsi
air
bulanan
melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 889,6 ribu M3 ,
lebih
tinggi
dibandingkan
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (833,6 ribu M3). Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,0% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,2%, sedikit menurun dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,2% yoy) tetapi meningkat bila dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2014 (6,4% (yoy)). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan kenaikan permintaan jasa transportasi darat dan udara selama Lebaran. Disamping itu, kabut asap yang melanda Jambi sejak pertengahan Agustus hingga September yang berpengaruh terhadap menurunnya kegiatan penerbangan justru berdampak positif terhadap permintaan jasa angkutan darat di Jambi.
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.15. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.16. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
Data kegiatan penerbangan menunjukkan jumlah penumpang (total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi selama triwulan III 2015 sebanyak 284.057 orang, terkontraksi sebesar 19,16%(yoy) dibandingkan triwulan III 2014 atau terkontraksi sebesar 14,31%(qtq) bila dibandingkan triwulan II 2015 (Grafik 1.15). Hal ini disebabkan kabut asap yang melanda Kota Jambi selama bulan Agustus hinga September yang menyebabkan terhambatnya aktivitas transportasi di bandara Sultan Thaha Jambi. Secara umum, jumlah penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi. Hal yang sama juga terjadi pada perkembangan jumlah bongkar dan muat barang di bandara Sultan Thaha Jambi yang mengalami penurunan sebesar 0,32% (yoy) (Grafik 1.16). Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan III 2015 adalah sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,2% (yoy) dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 11,9% (yoy). C. PDRB Sisi Penggunaan Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan disebabkan oleh kontraksi Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) sebesar 2,2% (yoy) yang mencerminkan berkurangnya investasi di Provinsi Jambi. Kontraksi PMTDB memberikan andil negatif sebesar 0,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi (Tabel 1.3). 20
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Berdasarkan strukturnya, 47,8% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga diikuti oleh net ekspor 19,9%, PMTDB/Investasi 21,1%, dan konsumsi pemerintah 8,9% (Grafik 1.17). Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)
Sumber : BPS (diolah)
1.
Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan
harga
berlaku
mencapai
Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Triwulan III tahun 2015
Rp19,2 triliun atau 47,8% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 4,2% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan
triwulan
II
2015 (4,3% yoy) dan triwulan yang sama di tahun 2014 (4,4% yoy). Secara triwulanan, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mampu tumbuh mencapai 2,7% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III 2014 (2,8% qtq). Kabut asap yang melanda Jambi pada pertengahan Agustus dan September menyebabkan terhambatnya aktivitas masyarakat sehingga menyebabkan konsumsi masyarakat tumbuh terbatas. Hal ini terindikasi dari perkembangan kendaraan baru pada triwulan III 2015 yang terkontraksi sebesar 11,9% (yoy) (Grafik 1.18).
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.18. Perkembangan dan Pertumbuhan Kendaraan Baru di Provinsi Jambi
Namun
Meningkatnya
konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks tendensi Indeks
konsumen tingkat
(ITK).
konsumsi
beberapa komoditi makanan dan bukan makanan tercatat sebesar 102,7 pada triwulan III 2015 seiring dengan tingkat Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jambi
pendapatan rumah tangga kini
yang juga mengalami peningkatan (indeks 102,8) pada triwulan laporan. Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Sumber : BPS (diolah)
Penyaluran kredit real estate di Provinsi Jambi juga mulai menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 1,8%(yoy) pada triwulan III 2015. Kondisi ini lebih baik dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya meskipun masih lebih rendah dibandingkan triwulan III 2014 (5,6% (yoy)) (Grafik 1.18). Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia
22
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan sebesar Rp3,6 triliun, tumbuh 1,4% (yoy) atau 16,7% (qtq), lebih baik bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi tetapi masih lebih rendah dibandingkan triwulan III 2014 yang mampu tumbuh 3,6% (yoy). Hal tersebut didukung oleh data Pemerintah Provinsi Jambi dimana realisasi belanja operasi APBD Provinsi Jambi hingga triwulan III 2015 mencapai 61,02%, lebih baik dibanding triwulan yang sama di tahun 2014 yang hanya sebesar 50,32%.
2.
Investasi Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan III 2015 yang
mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,6 triliun dengan pangsa 21,1% dari total PDRB Jambi (Grafik 1.20), meningkat dibandingkan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2014 (20,4%). Meskipun secara triwulanan investasi mampu tumbuh sebesar 3,6% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, namun secara tahunan, PMTDB / investasi mengalami kontraksi sebesar 2,2% (yoy) dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi. Kontraksi pertumbuhan investasi disebabkan beberapa faktor diantaranya: 1) realisasi belanja modal pemerintah yang belum maksimal. Berdasarkan data terbaru, realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Jambi hingga triwulan III 2015 baru mencapai 56,1%. 2) Berkurangnya investasi swasta berupa pembelian alat-alat/mesin produksi. Hal ini terindikasi dari turunnya impor industri tertentu/khusus hingga 54,7% (yoy) dan mesin pembangkit tenaga hingga 99,0% (yoy) pada triwulan III 2015. Penurunan investasi juga terindikasi oleh data konsumsi semen yang terkontraksi sebesar 5,2% (yoy) meskipun relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi cukup dalam sebesar 17,8%(yoy) tetapi masih jauh dibawah pertumbuhan konsumsi semen triwulan III 2014 yang mencapai 34,5% (yoy). (Grafik 1.19).
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Namun demikian, pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Jambi justru mengalami kenaikan sebesar 13,73% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (13,34%,yoy) dan periode yang sama di tahun 2014 yang hanya tumbuh 6,6% (yoy) (Grafik 1.20). Secara triwulanan, kredit investasi tumbuh sebesar 1,4% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 3,3% (qtq). Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Sumber : LBU Bank Indonesia
Adapun berdasarkan data BKPM, investasi yang ditanamkan di Provinsi Jambi dari dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 2,5 triliun (Tabel 1.5) yang utamanya diinvestasikan pada sektor industri kertas, barang dari kertas dan percetakan. Nilai investasi tersebut 24
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
melonjak 44 kali lipat jika dibandingkan dengan triwulan III 2014 (Rp55,9 miliar) dan bila dibandingkan triwulan II 2015, nilai tersebut meningkat 3 kali lipat. Investasi dari luar negeri (PMA) yang ditanamkan di Jambi pada triwulan III 2015 tercatat US$31,1 juta, melonjak hampir 5 kali lipat bila dibandingkan PMA triwulan III 2014 (US$5,5 juta) tetapi menurun 44,0% (qtq) bila dibandingkan PMA triwulan II 2015 (US$55,5 juta) Tabel 1.5 PMA dan PMDN ProviNsi Jambi
Sumber : BKPM (diolah)
3.
Perdagangan Eksternal Berdasarkan data BPS, ekspor Provinsi Jambi baik ke negara lain maupun daerah lain
pada triwulan III 2015 mencapai Rp26,8 triliun, tumbuh sebesar 11,1% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 11,9% (yoy). Kabut asap yang terjadi di Provinsi Jambi selama bulan Agustus-September berdampak pada terhambatnya aktivitas perdagangan yang terindikasi dari melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Namun demikian, ekspor ke luar negeri tercatat tumbuh 5,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,4% (yoy). Hal ini sejalan dengan ekspor non-migas provinsi Jambi yang tercatat tumbuh 8,8% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 11,2% (yoy). Impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp18,7 triliun, tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (7,8% (yoy)). Namun demikian, impor dari luar negeri tercatat terkontraksi sebesar 27,2% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi cukup dalam sebesar 42,3% (yoy). Hal ini sejalan dengan impor luar negeri non-migas yang terkontraksi 38,8%(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 47,7% (yoy). Kontraksi impor luar negeri utamanya disebabkan turunnya impor mesin industri dan impor kertas dan bubur kertas.
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
EKONOMI M AKRO REGIONAL
3.1. Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi. Berdasarkan
indikator
ekspor dan impor non migas,
Grafik 1.22. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi (dalam satuan juta USD)
Ekspor dan impor provinsi Jambi mengalami sedikit penurunan. Penurunan
ekspor
utamanya
disebabkan oleh menurunnya ekspor
batubara
seiring
melemahnya permintaan dan harga batu bara global. Berdasarkan
dokumen
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri non-migas Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar US$242,6 juta, tumbuh 8,8% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2014 (US$222,9 juta) (Grafik 1.21). Sementara itu, impor luar negeri non-migas sebesar US$23,6 juta, turun 38,8%(yoy) dibandingkan impor triwulan III 2014 (US$ 28,1 juta). Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net ekspor sebesar US$219,0 juta (Grafik 1.21). Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar US$104,2 juta atau 43,0% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper dan fixed vegetable oil masing-masing US$47,2 juta dan US$34,3 juta (Grafik 1.22 dan 1.24). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer dari sub sektor perkebunan masih mendominasi ekspor Jambi pada triwulan III 2015.
26
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 350 8.8 5.9 300 -5.7 250 -11.2 0.7 200 -20.7 -3.9 -10.2 -5.8 150 100 -22.3 -25.8 -26.2 50 0 -41.7 Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw I Tw II Tw III 2013
2014
20.0 10.0 0.0 -10.0 -20.0 -30.0 -40.0 -50.0
2015
Pulp dan Paper
Lainnya
Batu Bara, Kokas dan Briket
Fixed Vegetable Oil
Crude Rubber
G. Ekspor
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.24. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.25. Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Tw III 2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Secara tahunan, kenaikan nilai ekspor terbesar pada triwulan laporan dialami komoditas minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar 78,0% (yoy) dan bubur kertas dan kertas (pulp and paper) sebesar 71,8%(yoy). Sejalan dengan kenaikan nilai ekspor minyak dan lemak sayur, volume ekspor minyak dan lemak sayur juga mengalami kenaikan sebesar 138,5%(yoy). Demikian hal nya dengan bubur kertas dan kertas yang mengalami kenaikan volume ekspor sebesar 60,3%(yoy). Sementara itu, penurunan nilai ekspor terbesar Provinsi Jambi pada triwulan laporan utamanya terjadi pada komoditas batu bara dan briket sebesar 71,5% (yoy) diikuti oleh karet mentah yang turun 12,6%(yoy) (Grafik 1.22) dan komoditas batu bara yang mengalami penurunan volume ekspor yang cukup dalam sebesar 64,1% (yoy) (Grafik 1.23).
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.26. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan III 2015
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.27. Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.25 dan Grafik 1.26), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke negara Tiongkok yang mencapai US$43,4 juta dan diikuti oleh Malaysia sebesar US$36,6 juta. Ekspor Jambi ke Tiongkok utamanya disumbangkan oleh ekspor pulp and paper sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh produk CPO meskipun mengalami penurunan 35,0% dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan kinerja sub sektor perkebunan dan masih melemahnya harga CPO global. 3.2. Impor Luar Negeri Non-Migas Provinsi Jambi Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar US$23,6 juta, turun cukup signifikan sebesar 38,8% (yoy) atau 16,1% (qtq). Penurunan utamanya disebabkan penurunan impor mesin industri/khusus hingga 54,7% (yoy). Sementara itu, kelompok barang impor yang mengalami kenaikan adalah kertas dan bubur kertas yang meningkat 163,22% (yoy) serta kelompok mesin industri dan perlengkapannya yang tumbuh mencapai 116,41% (yoy). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.28), impor Jambi didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (US$8,7 juta atau 36,94%) dan kertas dan bubur kertas (US$4,9 juta atau 20,9% dari impor Jambi).
28
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
EKONOMI M AKRO REGIONAL
Grafik 1.28. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Grafik 1.29. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29
BOKS 1 DAMPAK KEMARAU, EL NINO, DAN KABUT ASAP TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI I. KONDISI GEOGRAFIS DAN IKLIM 1. Kondisi Fisik Provinsi Jambi adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Batas-batas Provinsi Jambi yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Iklim Provinsi Jambi bertipe A (Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan rata-rata 1.903.200 mm/tahun dan rata-rata curah hujan 116-154 hari pertahun. Suhu maksimum sebesar 31 derajat celcius. Sebagaimana wilayah timur pulau Sumatera lainnya musim hujan di Provinsi Jambi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April dan musim kemarau dari bulan Mei sampai September. Sungai-sungai di Provinsi Jambi terutama Sungai Batanghari sangat dipengaruhi oleh musim hujan dan kemarau. Provinsi Jambi memiliki 5 wilayah sungai antara lain Batanghari Hulu, Batanghari Tengah, Batanghari Hilir, Sungai Pengabuan dan Sungai Air Hitam Laut Benuh. Ada 45 danau yang terdaftar di Provinsi Jambi, yaitu sebagai berikut: Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Sipin, Danau Kenali, Danau Teluk, Danau Biaro, Danau Baru, Danau Sarang Burung, Danau Sepati Empat, Danau Kecil dan Danau Pauh. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan tahun 2011, luas lahan gambut di Provinsi Jambi mencapai 676.341 Ha. Dengan luasan tersebut, Provinsi Jambi menjadi provinsi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera setelah Riau dan Sumatera Selatan. Penyebaran terluas terdapat di wilayah tiga kabupaten, yaitu Tanjung Jabung Timur, Batanghari dan Tanjung Jabung Barat. Ketiga kabupaten ini terdapat di bagian pantai timur Propinsi Jambi, dimana lahan gambut menempati landform kubah gambut dan sebagian daerah pasang surut. Di daerah Sarolangun juga terdapat gambut dengan penyebaran agak luas. 2. Musim Kemarau Sejak bulan Mei 2015 hingga triwulan laporan, secara umum Provinsi Jambi telah memasuki musim kemarau tahun 2015. Musim kemarau tahun ini cenderung lebih kering.
30
Hal ini terlihat dari Curah Hujan Provinsi Jambi Bulan Agustus Tahun 2015 di kisaran 20-50 mm (warna cokelat tua) yang menurun drastis dibandingkan dengan normalnya di kisaran 150-200 mm (warna kuning), kecuali di wilayah Kerinci dan Sungai Penuh yang masih turun hujan ringan (Gambar 1). Wilayah yang sangat kering pada bulan Agustus 2015 adalah: Kota Jambi, Sarolangun, Merangin dan sebagian Tebo, serta Batanghari dan sebagian Muaro Jambi.
Gambar 1. Kondisi Curah Hujan Provinsi Jambi
Gambar 2. Hari Tanpa Hujan di Provinsi Jambi per
bulan Agustus 2015
31 Agustus 2015
Sumber: BMKG Provinsi Jambi
Sumber: BMKG Provinsi Jambi
Hasil monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) update tanggal 31 Agustus 2015, sudah ada beberapa wilayah kecamatan yang tidak terjadi hujan berturut-turut > 31 Hari, antara lain kecamatan Tabir (Merangin), Tebo Ilir dan Tengah Ilir (Tebo), serta kecamatan Singkut (Sarolangun). El Nino yang terjadi pada musim kemarau dan diperkuat oleh Dipole Mode Positif ditengarai sebagai penyebab utama kemarau panjang dan kekeringan di Indonesia, termasuk Provinsi Jambi tahun ini. 3. El Nino El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut yang signifikan di samudera Pasifik sekitar ekuator khususnya di bagian Tengah dan Timur. Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim. El Nino tidak berdampak langsung terhadap curah hujan, namun El Nino baru akan berdampak signifikan terhadap pengurangan curah hujan di Provinsi Jambi jika terjadi pada musim kemarau dan diperkuat oleh Dipole Mode Positif.
31
Gambar 3. Proses Terbentuknya El-Nino
Gambar 4. Dipole Mode Positif
Sumber: BMKG
Sumber: BMKG
Dipole Mode Positif ditandai dengan meningkatnya Suhu Muka Laut di pantai timur Afrika sehingga lebih hangat daripada Suhu Muka Laut di pantai barat Sumatera, akibatnya timur Afrika sehingga terjadi kekurangan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat. 4. Kebakaran Hutan dan Lahan Semakin luas lahan gambut pada suatu daerah maka potensi terjadinya kebakaran hutan pada saat daerah tersebut memasuki musim kemarau akan semakin tinggi. Hal tersebut juga berlaku di Provinsi Jambi yang memiliki lahan gambut terluas ketiga di Pulau Sumatera. Berdasarkan historis data, kebakaran lahan di Provinsi Jambi biasanya terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi secara umum disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitas di hutan, serta faktor kesengajaan manusia yang membuka lahan perkebunan dengan cara membakar. Dari kedua faktor tersebut, faktor terakhirlah yang lebih dominan sebagai pemicu kebakaran lahan dan hutan di Jambi. Cara pembukaan lahan perkebunan dengan cara membakar ini banyak dipilih karena biayanya lebih murah. Kebakaran lahan dan hutan yang rutin terjadi di Provinsi Jambi ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif, di antaranya timbulnya kabut asap pekat yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas perekonomian Provinsi Jambi. 5. Hotspot Berdasarkan data Satelit NOAA 18, secara kumulatif dari 23 Agustus 2015 sampai dengan 2 September 2015 telah ditemukan 473 titik panas di Provinsi Jambi. Hal ini menempatkan Jambi sebagai Provinsi dengan jumlah hotspot terbanyak di Sumatera. Disusul Sumatera Selatan 189 titik dan Riau 177 titik. Sementara itu Sumatera Barat 32 titik, Lampung 18 titik, Sumatera Utara 10 titik, Aceh 3 titik, Bangka Belitung 8 titik, dan Kepulauan Riau 1 titik. Titik-titik panas tersebut mayoritas ditemukan di Kabupaten Sarolangun, Tebo, Batanghari, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur. Selain berasal dari kebakaran lahan di Jambi, kabut asap yang menyelimuti Provinsi Jambi juga berasal dari kebakaran lahan yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. Kedua provinsi tersebut merupakan provinsi
32
yang memiliki lahan gambut terluas di Pulau Sumatera yang letaknya berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi.
Grafik 1. Penyebaran Titik Api di Provinsi Jambi Sumber: BMKG
II.
DAMPAK KEMARAU, EL NINO, DAN KABUT ASAP Musim kemarau yang terjadi pada tahun 2015 ini lebih buruk dari pola historis selama ini dan berdampak cukup besar pada aktivitas ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Grafik 2. Transmisi Dampak Kemarau, El Nino, dan Kabut Asap pada Perekonomian Jambi
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2015 terhadap Triwulan III-2014 (yoy) tercatat hanya sebesar 4,5%, melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,9%. Terhentinya aktivitas ekonomi ini juga turut mengurangi tekanan pada permintaan bahan pangan pokok sehingga pada bulan September 2015 Kota Jambi tercatat mengalami deflasi yang cukup dalam sebesar 1,26% (mtm). 1. Dampak ke Sektor Pertanian Data Dinas Pertanian Provinsi Jambi menunjukkan terdapat sekitar 8,9 ribu Hektar lahan pertanian padi (periode tanam April/September) di Provinsi Jambi yang mengalami
33
kekeringan ringan hingga puso (gagal panen) dengan potensi hasil panen yang hilang sebesar 41 ribu ton (25,26% dari target produksi padi April/September), asumsi produktivitas 4,6 ton/ha. Kabupaten yang mengalami dampak El Nino paling parah adalah Kabupaten Merangin, Bungo, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur. Tabel 1. Luas lahan padi yang terdampak El Nino (per Agustus 2015)
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jambi.
Kondisi yang mengkhawatirkan terlihat pada data kekeringan kedelai di Jambi. Terdapat sekitar 1,5 ribu Hektar (periode tanam April/September) atau 38,5% dari luas tanam kedelai yang mengalami kekeringan level ringan hingga puso. Hasil panen yang hilang diperkirakan sebesar 2,1 ribu ton kedelai, dengan asumsi produktivitas 1,3 ton/ha. Daerah terdampak El Nino paling parah Kabupaten Tebo yang merupakan produsen kedelai utama di Jambi. Tabel 2. Luas lahan kedelai yang terdampak El Nino (per Agustus 2015)
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jambi.
Kondisi yang paling mengkhawatirkan terlihat pada data kekeringan yang melanda daerah pertanian jagung di Jambi. Hingga 20 Agustus 2015, terdapat sekitar 1,4 ribu Hektar (periode tanam April/September) atau 58,2% dari luas tanam jagung yang mengalami kekeringan level ringan hingga puso. Hasil panen yang hilang diperkirakan sebesar 7,8 ribu
34
ton jagung, dengan asumsi produktivitas 5,7 ton/ha. Daerah yang mengalami dampak El Nino paling parah adalah daerah lumbung pangan daerah seperti Kabupaten Merangin, Bungo, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur. Tabel 3. Luas lahan jagung yang terdampak El Nino (per Agustus 2015)
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jambi.
2. Dampak ke Sektor Peternakan Tak hanya petani yang merugi akibat lahan pertaniannya mengalami kekeringan, kemarau panjang juga membuat peternak cemas. Selain sulit mendapatkan air untuk minum ternak, rumput untuk pakan ternak juga sulit didapat karena mengering dan mati. Sebagai contoh peternak di Pasar Atas Bangko, untuk mendapatkan rumput harus mencari hingga jauh di luar Kabupaten Bangko. Sementara untuk membuat pakan buatan, peternak harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Makanan yang seadanya tersebut membuat sapi semakin kurus padahal sapi dipersiapkan untuk dijual pada hari raya kurban. Pada Triwulan III-2015 tidak terdapat laporan sapi yang mati, namun banyak yang menjadi sakit. 3. Dampak ke Sektor Perikanan Air sungai berikut anak sungai di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Jambi mengalami kekeringan, kecuali sebagian daerah Tanjung Jabung Timur. Hal ini menyebabkan lokasi keramba milik pembudidaya ikan tidak dapat digunakan secara maksimal. Dari hasil pendataan yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi kepada sekitar 6.700 keramba ikan di tiga desa Pijoan, panen ikan yang biasanya mencapai 20 ton/hari turun jadi 10 ton/hari. Pendangkalan sungai juga mengakibatkan meningkatnya suhu air dan menurunnya kadar oksigen sehingga mengakibatkan ikan nila mengalami kematian. Penurunan produktivitas ini berimbas pada kelangkaan stok sehingga memicu kenaikan harga berbagai ikan sungai Sebagai contoh ikan nila yang mengalami kenaikan harga dari Rp28.000/kg menjadi Rp35.000/kg s.d Rp45.000/kg, atau mengalami kenaikan lebih dari
35
25%. Selain air sungai yang mengering, kenaikan harga juga disebabkan oleh kenaikan harga pakan. Sementara itu harga ikan laut di Provinsi Jambi relatif stabil dan tidak terlalu terpengaruh oleh musim kemarau dan kabut asap. Harga ikan laut sudah mengalami kenaikan beberapa bulan lalu saat terjadi kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Meskipun banyak nelayan Tanjung Jabung Timur berhenti melaut karena pekatnya kabut asap, pasokan ikan laut di Provinsi Jambi tidak mengalami gangguan karena sebagian besar berasal dari Sumatera Utara. Dampak lumpuhnya penerbangan di Bandara Sultan Thaha Jambi akibat kabut asap membuat lalu lintas pengiriman ikan yang melalui Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Jambi (SKIPM) Bandara Sultan Thaha Jambi mengalami penurunan drastis. Jika biasanya SKIPM mengeluarkan 500 hingga 600 sertifikat, pada Triwulan III-2015 hanya berkisar 6 sertifikat dalam satu bulan. Beberapa sertifikat tersebut merupakan hasil pengujian sebelum produk perikanan tersebut transit melalui Palembang. 4. Dampak ke Kesehatan Kabut asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan secara umum mengandung gas CO, CO2, H2O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur yang telah ada di udara seperti N2, O2, CO2, H2O, dll. Kandungan gas dalam kabut asap tersebut menyebabkan terganggunya kesehatan masyarakat, utamanya gangguan pada saluran pernafasan (ISPA/Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Salah satu dampak negatif kabut asap adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Jumlah penderita ISPA di Kota Jambi per 28 September 2015 mencapai 31.191 kasus, jauh meningkat dibandingkan posisi per Juli 2015 sebanyak 3.910 kasus. Hal ini disebabkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) telah mencapai 583 particle per million (ppm) yang sudah termasuk kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Pollutant Standard Index (PSI) berbahaya, berada jauh di atas ambang normal 100. ppm Kota Jambi 600
583 500
Berbahaya 400
300
Sangat Tidak Sehat 200
Tidak Sehat 100 0 31-Jul
Sedang Baik 8-Aug
16-Aug 24-Aug
1-Sep
9-Sep
17-Sep 25-Sep
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi
Grafik 3. Perkembangan ISPU Kota Jambi
36
#AsapJambi
Tingginya potensi penyakit ISPA akibat kabut asap, menyebabkan masyarakat harus waspada dan mencadangkan dana kesehatan dari pendapatan yang diterimanya. Kondisi tersebut berpotensi mengurangi tingkat konsumsi rumah tangga. Melihat kondisi asap yang masih tebal dan kualitas udara yang memburuk, pemerintah Kota Jambi meliburkan seluruh aktivitas belajar Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tanggal 2728 Agustus 2015. Kebijakan ini kemudian dilanjutkan lagi dengan meliburkan sekolah hampir sepanjang September 2015. 5. Dampak ke Angkutan Udara Asap yang pekat menyebabkan visibility (kekuatan jarak pandang) menjadi rendah, jarak pandang yang rendah ini berdampak negatif bagi operasional penerbangan dan pelayaran di Provinsi Jambi. Kabut asap menyebabkan tertundanya beberapa penerbangan dan bahkan dibatalkannya beberapa jadwal penerbangan. Pesawat dari Jakarta/Batam tujuan Jambi tidak dapat mendarat di Bandara Sultan Thaha karena jarak pandang yang tidak memenuhi standar keselamatan. Jarak pandang minimal yang dibutuhkan oleh seorang pilot untuk mendaratkan pesawat di Bandara Sultan Thaha adalah 2.400 meter. Standar jarak pandang minimal tersebut lebih tinggi dari beberapa bandara besar lainnya di Indonesia karena Bandara Sultan Thaha Jambi belum memiliki Instrument Landing System (ILS) yang dapat membantu pilot mendaratkan pesawatnya dalam jarak pandang yang terbatas (1.200 meter). Kondisi tersebut berdampak bagi meningkatnya biaya operasional maskapai, sehingga maskapai mengurangi frekuensi penerbangannya. Berdasarkan data PT Angkasa Pura II (Persero) Jambi, terjadi penurunan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha selama Triwulan III-2015 akibat parahnya kabut asap yang melanda Kota Jambi. Dalam kondisi normal, setiap bulannya terdapat sekitar 550 hingga 600 aktivitas penerbangan, baik take off ataupun landing. Pada bulan Agustus 2015 aktivitas ini sedikit menurun menjadi 530 penerbangan karena cancelling dan diverting flight (pembatalan penerbangan dan pengalihan kedatangan pesawat ke bandara lain). Kondisi terparah terpantau pada September 2015 dimana aktivitas penerbangan turun drastis menjadi hanya 32 penerbangan sementara sisanya sebanyak 598 flight mengalami pembatalan.
37
140
25
120 20
100 80
15
60 10
40 20
5
0
-20
23
24
25
26
27
28
29
30
Agustus
Titik Hotspot
31
1
2
0
September
Delayed and cancelled flight
Grafik 4. Titik hotspot dan frekuensi penerbangan yang terhambat akibat asap Sumber: PT. Angkasa Pura 2 (persero) dan satelit NOAA-18
Kerugian bagi bandara STS Jambi yang dikelola Angkasa Pura II akibat tertundanya bahkan dibatalkannya beberapa penerbangan adalah hilangnya pemasukan dari: 1. Biaya landing pesawat 2. Biaya parkir pesawat 3. Biaya counter check in penumpang 4. Biaya Passenger Service Charge (PSC) 5. Biaya parkir pengunjung, baik penjemput maupun pengantar Sementara itu, beberapa kerugian bagi maskapai akibat tertundanya bahkan dibatalkannya beberapa penerbangan antara lain: a. Kerugian operasional. 1. Biaya bahan bakar dan meal penumpang yang terbuang . 2. Biaya ground handling. 3. Biaya akomodasi kru pesawat. 4. Biaya tambahan perpanjangan jam operasi. b. Kerugian non-operasional. 1. Kehilangan kesempatan mendapatkan pendapatan dari jasa kargo. 2. Terganggunya rotasi pesawat suatu maskapai. 6. Dampak ke Angkutan Darat Kabut asap yang terjadi di sebagian besar Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Jambi tidak berdampak signifikan terhadap jumlah penumpang yang bepergian dengan jasa travel atau bus. Berdasarkan pantauan terhadap 2 (dua) penyedia jasa travel terbesar di Provinsi Jambi yang melayani rute antar kota dan antar provinsi, jumlah penumpang relatif tetap jika dibandingkan dengan jumlah penumpang pada saat gangguan asap belum terjadi. Berdasarkan informasi dari pengendara, gangguan asap sedikit memperlambat perjalanan
38
dikarenakan jarak pandang yang terbatas. Pengendara menyatakan terjadi penambahan waktu tempuh sekitar 1 hingga 2 jam dari berbagai rute perjalanan. Selain memperlambat waktu tempuh untuk transportasi penumpang, gangguan asap diperkirakan juga akan memperlambat waktu tempuh dari kendaraan transportasi barang. Perlambatan waktu tempuh tersebut memang belum mengkhawatirkan, namun jika gangguan asap semakin memburuk, beberapa pengiriman bisa dibatalkan sehingga berdampak pada tersendatnya pasokan barang ke Provinsi Jambi. Terhambatnya pasokan bahan makanan ataupun sembako dapat menimbulkan gejolak harga di pasar, sehingga harus diantisipasi sejak awal. Pemerintah dapat menjaga stok melalui Bulog untuk beberapa produk yang kewenangannya berada pada Bulog. Selain itu, pemerintah harus berkoordinasi dengan supplier di Provinsi Jambi untuk memantau ketersediaan stok beberapa produk yang dapat dikatakan dapat menimbulkan gejolak saat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di pasar. 7. Dampak ke Perhotelan Kabut asap memberikan dampak yang cukup besar terhadap tingkat hunian hotel. Hal ini terlihat dari berkurangnya jumlah kamar ataupun tamu yang datang, baik dari pengunjung bisnis maupun wisatawan. Banyak kegiatan yang dibatalkan karena narasumber yang berasal dari luar Provinsi Jambi tidak dapat hadir di Jambi. Penurunan jumlah tamu bisa mencapai hingga 20-30% dibandingkan sebelum adanya kabut asap yang menimpa Provinsi Jambi. Sebagai perbandingan, dalam kondisi normal tingkat okupansi hotel mencapai > 70%. Salah satu hotel bintang empat di Provinsi Jambi yang biasanya bisa terisi 80 hingga 90 kamar per hari, pada triwulan laporan hanya terisi dengan kisaran 30 hingga 50 kamar dalam satu hari. Dalam kondisi seperti ini pihak hotel menjalankan strategi lebih fokus pada tamu dari kabupaten/kota dari dalam Provinsi Jambi. 8. Upaya Pemerintah Menyikapi kondisi cuaca tersebut, Plt. Gubernur Jambi menggelar rapat dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BMKG, Korem, dan instansi terkait lainnya. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, Plt. Gubernur Jambi menetapkan status Siaga Darurat Karhutla pada tanggal
27
Agustus
2015.
Selanjutnya
pemerintah
melakukan
langkah-langkah
penanggulangan sebagai berikut: Membentuk posko klimatologi di Provinsi Jambi yang berlokasi dekat bandara STS Jambi. Melakukan penyemaian awan sebagai modifikasi cuaca hujan buatan menggunakan pesawat Cassa 212.
39
Memasang alat pemecah asap di bandara STS Jambi, yaitu GMG (Ground Mist Generator), baik di penghujung landasan serta di lokasi strategis lainnya menyesuaikan arah angin yang membawa kabut asap. Melakukan upaya pemadaman hotspot, antara lain menggunakan dua unit helicopter dari pemerintah pusat, yaitu Super Puma dan MI 17 bantuan dari pemerintah pusat. Pemadaman kebakaran hutan dan lahan di berbagai kota dan kabupaten dibantu menggunakan armada watercannon milik kepolisian. Melakukan pembagian masker kepada masyarakat untuk mencegah penyakit ISPA Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan kepolisian melakukan penangkapan kepada 4 perusahaan yang diduga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
40
BAB II INFLASI A.
Kajian Umum
Pada triwulan III 2015, inflasi kota Jambi tercatat 5,29%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,46%(yoy)), dan lebih rendah dari rata-rata inflasi triwulan III dalam tiga tahun terakhir (5,56%(yoy)), serta lebih rendah dari inflasi nasional (6,25%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 5,37% (yoy) dan juga berada di bawah inflasi nasional5. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, penurunan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi kelompok volatile food yang relatif rendah yaitu sebesar 0,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,68% yoy) seiring dengan turunnya harga bahan makanan usai puasa dan hari raya lebaran. Sementara itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 11,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (13,76% yoy) (Grafik 2.2).
5
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
41
I NFLASI
Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan terganggunya aktivitas penerbangan di Jambi akibat kabut asap yang mengurangi permintaan jasa angkutan udara.
Inflasi inti sedikit mengalami kenaikan dari 3,87%(yoy)
pada triwulan II 2015 menjadi 4,46% (yoy) pada triwulan laporan seiring dimulainya tahun ajaran baru. Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-7 (tujuh) terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan ke-8 (delapan) terendah. Inflasi tertinggi pada triwulan III 2015 terjadi di Kota Bengkulu, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Meulaboh (Grafik 2.3).6 Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per September 2015 %, yoy
10 9 8
Inflasi Nasional Tw-III 2015: 6,83%
7 6
5.37 5.29
5 4 3 2 1
6
Meulaboh
Banda Aceh
Padangsidempuan
Tembilahan
Lhokseumawe
Jambi
Bukittinggi
Bungo
Sibolga
Pekanbaru
Pematang Siantar
Metro
Dumai
Padang
Palembang
Tanjung Pinang
Medan
Tanjung Pandan
Pangkal Pinang
Bandar Lampung
Batam
Lubuklinggau
Bengkulu
0
Sumber: BPS Provinsi Jambi 42
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 0,51% (qtq), menurun cukup signifikan bila dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus dan September 2015 masing-masing sebesar 1,54%, 0,25% dan 1,26%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,63% (qtq), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan yang sama tahun lalu (2,24% (qtq)) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Juli, Agustus dan September 2015 masing-masing sebesar 1,60%, 0,23% dan -0,21%. B.
Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh penurunan inflasi kelompok bahan makanan dari 4,62%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,76%(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,18% dan inflasi triwulanan sebesar -1,44%(qtq)(Tabel 2.1). Penurunan inflasi kelompok tersebut dipicu oleh penurunan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan dari 51,71%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2,85%(yoy) pada triwulan III 2015 serta deflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (-22,38% yoy) yang disebabkan penurunan harga daging ayam ras. Kelompok lain yang mengalami penurunan inflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dari 9,30%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 6,68%(yoy) pada triwulan III 2015. Kelompok yang mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya diantaranya kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi yang mencapai 9,25% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,58% dan inflasi triwulanan mencapai 1,66% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,28%. TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
I NFLASI
Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol seiring kenaikan harga rokok kretek filter dan rokok kretek. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi mencapai 8,44% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 1,64% dan inflasi triwulanan sebesar 1,22% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,24%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok transpor seiring kenaikan tarif angkutan selama lebaran serta kenaikan harga mobil. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 3,87% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,26% dan inflasi triwulanan mencapai 3,23% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,21%. Inflasi kelompok ini didominasi
inflasi
sub
kelompok
kursus-kursus/pelatihan
dan
perlengkapan/peralatan pendidikan sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru semester II 2015. Kelompok kesehatan mengalami inflasi 3,50% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,09% dan inflasi triwulanan sebesar 1,12% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,05%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika serta obat-obatan. Kelompok sandang mengalami inflasi 1,44% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,09% dan inflasi triwulanan sebesar 0,41% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,03%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
44
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulanan pada triwulan III 2015 (Juli, Agustus dan September 2015) utamanya disumbangkan oleh inflasi komoditas beras, sayuran (bayam, kentang dan kangkung), biaya pendidikan (SD, SMA dan Bimbel), mobil dan emas perhiasan sedangkan penyumbang deflasi adalah komoditas bawang merah, udang basah, jengkol, angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga.
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
I NFLASI
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III 2015
1. Kelompok Bahan Makanan Tingkat inflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,76% (yoy) dengan sumbangan mencapai 0,18%, lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya
4,62%(yoy).
Secara
triwulanan,
kelompok
bahan
makanan
mengalami deflasi sebesar 1,44% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi yang cukup tinggi dan mencapai 5,84 (qtq). Penurunan inflasi bahan makanan dipicu penurunan inflasi yang cukup tinggi pada sub kelompok 46
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
bumbu-bumbuan, dari 51,71% (yoy) di triwulan II 2015 menjadi hanya 2,85% (yoy)) di triwulan laporan. Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan laporan
mengalami
deflasi
yang
tinggi
(Grafik 2.4). Harga ratarata
cabai
merah
selama triwulan III 2015 menunjukkan
tren
penurunan yang cukup
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan (Rp/kg) 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
signifikan
dari
Rp29.030/kg pada Juni 2015,
sempat
2013 Cabe Merah Keriting Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
2014 Cabe merah Biasa
2015 Bawang Merah
naik
menjadi Rp36.905/kg di bulan Agustus 2015 tetapi anjlok menjadi Rp24.036/kg pada September 2015. Bank Indonesia Jambi menganalisis tren penurunan harga cabai merah tersebut disebabkan oleh kembali normalnya permintaan cabai merah pasca lebaran dan dampak kabut asap yang melanda Jambi selama pertengahan Agustus hingga akhir September yang menyebabkan 2 hal: 1. Meningkatnya stok cabai karena kecenderungan petani cabai memanen cabai lebih cepat untuk menghindari penyakit akibat asap. 2. Rendahnya permintaan cabai merah selama asap menyelimuti Jambi yang menyebabkan masyarakat dan pemerintah mengurangi/menunda aktivitas/kegiatan
seperti
hajatan,
seminar,
rapat
dll
yang
membutuhkan bahan makanan seperti cabai merah. Penurunan harga bumbu-bumbuan juga terjadi pada komoditas bawang merah dari harga rata-rata Rp26.394/kg di bulan Juni 2015 menjadi Rp16.095/kg di bulan September 2015. Menurut pantauan Disperindag Provinsi Jambi di pasar, penurunan harga bawang merah dipicu meningkatnya stok bawang merah seiring masa panen raya di daerah produsen bawang merah Brebes, Jawa Tengah dan Bantul, D.I.Yogyakarta. Kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi 22,38% (yoy). Tren penurunan harga terjadi pada komoditas daging ayam ras. Pada triwulan laporan TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
I NFLASI
harga rata-rata daging ayam di pasar mengalami penurunan dari Rp27.879/kg pada bulan Juni 2015 menjadi Rp24.736/kg pada bulan September 2015. Penurunan harga daging ayam ras tersebut disebabkan penurunan permintaan terutama untuk acara-acara besar (hajatan, seminar dan rapat) seiring kabut asap yang membatasi kegiatan masyarakat. Namun demikian, harga rata-rata daging sapi pada triwulan III 2015 cenderung mengalami kenaikan 3,91% (qtq) dari Rp Rp116.970/kg pada bulan Juni 2015 menjadi Rp121.548/kg pada bulan September 2015(Grafik 2.8). Kenaikan harga tersebut utamanya disebabkan berkurangnya pasokan daging sapi seiring pengurangan izin impor sapi dari Australia oleh pemerintah selama bulan Juli-September. Grafik 2.5. Perkembangan Harga Daging (Rp/Kg) 40,000
(Rp/Kg) 130,000 125,000 120,000 115,000 110,000 105,000 100,000 95,000 90,000
30,000
20,000
10,000
85,000 80,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2013 Daging Ayam Broiler, LHS Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
2014
2015 Daging Sapi Murni, RHS
Sub kelompok yang mengalami kenaikan inflasi cukup tajam pada triwulan III 2015 adalah sub kelompok sayur-sayuran yaitu sebesar 26,55% (yoy)), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 15,55% (yoy). Inflasi utamanya terjadi pada komoditas daun singkong (109,21% yoy), kacang panjang (99,87% yoy) dan bayam (62,50% yoy). Kemarau panjang yang terjadi selama triwulan III 2015 menyebabkan berkurangnya ketersediaan air sehingga berdampak pada berkurangnya produksi sayuran. Kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 4,39%(yoy) yang utamanya disebabkan inflasi beras sebesar 5,30%(yoy). Secara rata-rata harga beras lokal medium di Jambi pada triwulan III 2015 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II 2015, harga rata-rata beras medium pada bulan September 2015 tercatat Rp10.777/kg, lebih tinggi 48
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
dibandingkan harga beras medium pada bulan Juni Rp9.867/kg (Grafik 2.5). Kenaikan harga beras utamanya disebabkan dua hal utama: 1. Kenaikan permintaan seiring hari raya lebaran pada pertengahan bulan Juli dan, 2. Berkurangnya pasokan akibat kekeringan yang terjadi di daerah Jawa sebagai dampak El Nino. Kenaikan harga beras lokal tersebut sejalan dengan kenaikan harga beras internasional dari rata-rata USD 334,87/metric ton pada triwulan sebelumnya menjadi USD 341,00/metric ton pada triwulan III 2015. Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras
(Rp/Kg)
(USD/Bushel) 9
8
(USD/CWT)
(Rp ribu/Kg)
9000
600.00
220
8000
550.00
210
7 6
7000
5
6000
200
500.00
190
450.00
180
400.00
4 5000
3 2
4000 1234567891011 21234567891011 21234567891011 2123456789 2012
2013
Jagung internasional (aksis kiri)
2014
170
350.00
160
300.00
150 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2015
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
2013 2014 Beras internasional (aksis kiri)
2015 Beras King (aksis kanan)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Komoditas jagung internasional, secara rata-rata sedikit mengalami kenaikan harga, dari USD 3,47/bushel menjadi USD 3,52/bushel. Namun demikian, harga rata-rata jagung pipilan mengalami penurunan harga dari Rp8.000/kg pada triwulan II 2015 menjadi rata-rata Rp7.036/kg pada triwulan III 2015. (Grafik 2.6). Perkembangan tepung
terigu
harga pada
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu 9
(Rp/Kg) 11000
triwulan laporan cenderung
8
10000
mengalami penurunan dari
7
9000
6
8000
5
7000
rata-rata harga Rp7.705/kg pada Juni 2015 menjadi Rp7.202/kg September
pada
bulan 2015.
(USD/Bushel)
4
6000 Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
3
5000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2012
2013
2014 2015 Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Penurunan tersebut sejalan TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
Thousands
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Jagung
I NFLASI
dengan penurunan harga rata-rata gandum internasional dari USD 4,9/bushel pada bulan Juni 2015 menjadi USD 4,2/bushel pada bulan September 2015 (Grafik 2.7)7 serta penurunan permintaan tepung terigu paska masa lebaran. Sub kelompok lemak dan minyak mengalami deflasi 6,20%(yoy) pada triwulan
laporan,
lebih
dalam dibandingkan deflasi
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng (USD / Metric Ton)
(Rp/Kg)
triwulan sebelumnya sebesar 3,84% (yoy) yang utamanya disebabkan
deflasi
komoditas minyak goreng sebesar 8,96%(yoy). Hal ini sejalan dengan pemantauan harga
Dinas
13,000 1000
12,000 11,000 10,000
500
9,000
8,000 0
7,000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910 2012 2013 CPO internasional (aksis kiri)
2014 2015 Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Jambi yang menunjukkan kecenderungan penurunan harga minyak goreng dari rata-rata Rp12.636/liter pada bulan Juni 2015 menjadi Rp10.940/liter pada bulan September 2015. Hal tersebut sejalan dengan penurunan harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 615/metric ton menjadi USD 462/metric ton (Grafik 2.9). 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 9,25%(yoy) dengan sumbangan inflasi 1,58% atau sepertiga dari inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan (5,29 yoy) dan mengalami kenaikan bila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (8,95% yoy). Apabila dilihat secara triwulanan, inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat 1,66%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,28%. Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 10,28% (yoy) atau 2,38%(qtq) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk rokok
7
Satu bushel setara dengan 27 kg. 50
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
kretek filter dan rokok kretek masing-masing sebesar 13,52% (yoy) dan 6,76% (yoy) seiring penyesuaian harga berkala produk rokok selama triwulan III 2015. Sementara itu sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 8,97% (yoy) atau 1,81%(qtq) yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa roti tawar 5,73% (qtq) dan mie 4,80% (qtq). Sementara itu, inflasi sub kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 8,71% (yoy) atau 0,10% (qtq). 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III 2015 mengalami inflasi sebesar 6,68% (yoy) dengan sumbangan 1,49%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (9,30% (yoy)) dan secara triwulanan mengalami inflasi 0,23% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05%. Penurunan inflasi tahunan utamanya disebabkan penurunan inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dari 23,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,58% (yoy) pada triwulan laporan seiring penurunan harga LPG 12 Kg pada 16 September 2015. Sub kelompok yang juga mengalami penurunan inflasi adalah biaya tempat tinggal dari 3,09% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2,00% (yoy) pada triwulan III 2015 utamanya disebabkan penurunan harga pasir sebesar 14,28% (yoy) dan harga kerikil/batu split sebesar 10,31% (yoy). Sementar itu, sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami sedikit kenaikan inflasi dari 5,05% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 5,16% (yoy)
pada
triwulan
laporan
yang
didorong
meningkatnya
permintaan
perlengkapan rumah tangga diantaranya kompor dan gelas minum yang digunakan untuk perayaan Idul Fitri 2015. Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi sebesar 5,19% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (4,77% yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan upah pembantu rumah tangga untuk tunjangan hari raya (THR).
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
51
I NFLASI
4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan III 2015 secara tahunan mengalami inflasi sebesar 1,44% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,09%, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya 1,25% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang mengalami inflasi 0,41% (qtq) dengan sumbangan 0,03%. Secara sub kelompok, kenaikan kelompok ini didorong kenaikan sub kelompok sandang wanita sebesar 1,24% (qtq) atau 1,89% (yoy) yang didorong kenaikan harga sepatu wanita (25,63% (yoy)) dan pakaian wanita jenis rok (6,00% (yoy)) seiring kebutuhan akan sepatu dan pakaian baru saat perayaan lebaran bulan Juli 2015. Sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami inflasi 0,54% (qtq) atau 3,76% (yoy) sejalan dengan kenaikan harga emas perhiasan sebesar 0,57% (qtq) pada triwulan III 2015 untuk keperluan Lebaran. Namun demikian, harga emas internasional justru mengalami penurunan, harga rata-rata Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
emas global pada triwulan laporan
tercatat
USD
(USD/troy ounce) 1800
1.125,17/troy ounce, lebih
1600
rendah dibandingkan harga
1400
rata-rata pada triwulan II 2015
sebesar
USD
1200 1000 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
1.193,64/troy ounce8 (Grafik 2.10).
Sementara
itu
Sumber: Bloomberg
800 2013
2014
2015
sub
kelompok sandang anak-anak sedikit mengalami deflasi 0,47% (qtq) atau 0,63% (yoy) yang disebabkan penurunan harga sepatu anak dan pampers.
5. Kelompok Kesehatan Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami inflasi tahunan sebesar 3,50%(yoy) dengan sumbangan inflasi 0,09%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 3,13%(yoy)), sementara inflasi triwulanan tercatat sebesar 1,12%(qtq). Inflasi yang terjadi utamanya bersumber 8
Sumber: Bloomberg.1 (http://en.wikipedia.org) 52
(satu)
troy
ounce
setara
dengan
31,1034768
gram
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
dari sub kelompok obat-obatan 3,87%(yoy)) atau (2,32%(qtq) dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik 5,39%(yoy) atau 1,89%(qtq). Kenaikan kedua sub kelompok tersebut didorong kenaikan harga bahan baku obat-obatan dan kosmetik yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi. 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tahunan sebesar 3,87% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,26%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,56% (yoy). Sementara itu, inflasi secara triwulanan mencapai sebesar 3,23% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,21%. Inflasi utamanya terjadi pada sub kelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar 9,25% (yoy) atau 9,25% (qtq) dan sub kelompok pendidikan sebesar 3,63% (yoy) atau 3,63% (qtq) yang utamanya disebabkan kenaikan tarif bimbingan belajar, biaya masuk SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru semester II 2015. Sub kelompok olahraga mengalami inflasi sebesar 5,28% (yoy) atau 2,51% (qtq) seiring dengan kenaikan tarif kolam renang. Sedangkan sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi terbesar sebesar 6,60%(yoy) atau 1,22% (qtq) seiring dengan tahun ajaran baru. Sub kelompok rekreasi mengalami inflasi 0,68% (qtq) atau -0,91% (yoy) yang dipengaruhi meningkatnya harga berupa televisi berwarna dan playstation yang dipengaruhi kurs mata uang. 7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara triwulanan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 8,44% (yoy) dengan kontribusi yang cukup besar terhadap inflasi tahunan triwulan III 2015 yaitu sebesar 1,64%, meningkat dibanding inflasi triwulan sebelumnya (7,85% yoy). Sementara inflasi triwulanan tercatat 1,22% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,24%. Inflasi tersebut didorong oleh sub kelompok transpor sebesar 10,71% (yoy) atau 1,54% (qtq) yang didorong kenaikan harga mobil, tarif angkutan udara dan kenaikan harga bahan pelumas/oli. Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
I NFLASI
inflasi 8,05% (yoy) atau 1,18% (qtq) yang utamanya disebabkan oleh kenaikan biaya pemeliharaan/service menjelang hari raya lebaran. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit inflasi 0,33% (yoy) atau 0,17% (qtq) yang didorong meningkatnya harga telepon selular. Sementara itu sub kelompok jasa keuangan meskipun secara tahunan mengalami inflasi sebesar 16,67% namun tidak mengalami kenaikan harga selama triwulan berjalan. Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2015 yaitu dari USD
57,84/barrel,
menjadi
USD
46,41/barrel
(Grafik
2.11).
Kondisi
pertumbuhan ekonomi negara-negara utama seperti Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok yang belum sesuai harapan menyebabkan proyeksi kebutuhan minyak dunia mengalami penurunan. Disamping itu, membanjirnya stok minyak global akibat adanya pasokan shale oil dalam jumlah yang besar turut menyebabkan harga minyak diprediksi tidak akan mencapai USD 100/barrel dalam jangka pendek. Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel) 125.00
100.00 75.00 50.00
25.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2012
C.
2013
2014
2015 Sumber: Bloomberg
Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo berada pada urutan 8 (kedelapan) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung tingkat inflasinya. Inflasi tahunan Bungo pada triwulan III 2015 tercatat 5,37% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (6,02% yoy). Sementara itu, inflasi 54
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
triwulanan Bungo pada triwulan III 2015 tercatat 1,63% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan triwulan sebelumnya (1,06%, yoy). Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada triwulan III 2015 berada pada level 1,60%(mtm) pada Juli 2015, 0,23% (mtm) pada Agustus 2015 dan -0,21% (mtm) di bulan September 2015. Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2015
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo KELOMPOK
Triwulan IV-2014 (yoy, %)
Triwulan I-2015 (qtq, %)
Triwulan II-2015 (qtq, %)
Triwulan III-2015 (qtq, %)
Inflasi
Inflasi
Inflasi
Inflasi
Smbgn
Smbgn
Smbgn
Smbgn
Triwulan III2015 (yoy, %) Inflasi
I
Bahan Makanan
8.32
2.24
-9.23
-2.49
1.44
0.35
4.62
1.16
3.15
II
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
5.22
1.06
1.84
0.36
1.26
0.26
1.32
0.27
5.77
13.13
2.29
1.38
0.25
0.13
0.03
0.29
0.05
6.87
IV Sandang
3.99
0.35
1.29
0.11
0.07
0.01
0.65
0.05
1.93
V Kesehatan
3.96
0.19
1.44
0.07
0.55
0.03
0.41
0.02
3.59
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
9.40
0.69
0.73
0.05
1.21
0.09
0.55
0.04
8.08
14.94
2.18
-5.79
-0.89
1.94
0.29
0.30
0.05
8.25
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan INFLASI
8.99
8.99
(2.52)
(2.54) 1.06
1.05
1.63
1.64
Sumber: BPS (diolah)
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
5.37
I NFLASI
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa Triwulan III-2014
Triwulan IV-2014
Triwulan I - 2015
BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA DAGING-DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG-KACANGAN BUAH-BUAHAN BUMBU-BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU MAKANAN JADI MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA SANDANG SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA KESEHATAN JASA KESEHATAN OBAT-OBATAN JASA PERAWATAN JASMANI PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA JASA PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN REKREASI OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN
qtq 4.72 3.58 -1.14 6.85 1.78 4.67 -6.94 0.41 2.94 30.70 -1.38 1.45 0.03 0.10 -0.22 0.00 3.50 0.43 7.52 1.07 3.44 1.08 0.08 3.23 3.57 -3.29 1.31 0.00 -0.01 0.00 2.84 2.05 3.09 9.44 -1.08 -0.10 1.47 0.71 0.60 0.00 2.58 0.00
yoy 3.46 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 4.35 N/A N/A N/A 12.25 N/A N/A N/A N/A 5.50 N/A N/A N/A N/A 3.69 N/A N/A N/A N/A 3.97 N/A N/A N/A N/A N/A 2.38 N/A N/A N/A N/A
qtq 7.08 6.22 -5.69 -6.74 1.14 0.74 -2.12 0.23 0.95 60.77 -0.14 3.73 1.23 0.29 0.27 3.66 4.98 0.72 10.41 2.28 3.60 -0.08 -0.48 -0.13 0.36 -0.16 1.15 0.00 0.35 0.00 2.37 5.43 3.30 0.00 3.95 14.98 4.05 12.38 17.31 -0.07 6.34 23.64
yoy 8.32 10.30 -4.47 8.66 9.11 12.78 -0.78 0.95 7.26 19.73 2.95 8.00 5.22 3.60 2.99 9.85 13.13 4.29 23.69 11.23 10.49 3.99 3.65 8.26 7.44 -4.34 3.96 0.00 1.40 0.00 8.33 9.40 7.56 16.14 4.17 15.85 18.99 14.94 19.36 -0.06 16.51 23.64
qtq -9.23 -1.59 -3.04 3.52 -0.40 5.00 9.51 0.02 -18.12 -48.64 -0.04 -0.10 1.84 1.10 1.11 3.66 1.38 -0.54 1.45 4.76 2.26 1.29 0.53 1.24 0.37 3.52 1.44 0.00 0.00 6.89 1.93 0.73 0.84 2.83 0.11 0.41 -0.35 -5.79 -10.07 0.18 8.52 0.00
yoy -2.32 8.59 -8.08 2.71 6.16 13.10 -3.96 0.68 -12.22 -28.08 2.11 5.12 5.18 3.08 1.34 11.72 11.31 0.70 20.52 13.10 12.49 4.66 3.86 8.23 7.53 -1.71 4.65 0.00 0.20 6.89 8.90 9.82 8.90 12.54 3.78 17.23 26.27 7.84 7.54 0.11 21.07 23.64
qtq 1.44 -2.02 3.29 -0.87 -1.31 1.89 -1.57 0.55 3.75 13.52 0.95 -0.20 1.26 0.88 2.96 1.11 0.13 -0.10 0.48 0.60 -0.64 0.07 0.12 0.22 -0.21 0.20 0.55 0.00 0.00 0.00 1.15 1.21 0.00 0.00 0.29 5.51 0.00 1.94 2.94 0.12 0.08 0.00
yoy 3.25 6.08 -6.63 2.26 1.18 12.80 -1.82 1.22 -11.71 22.51 -0.63 4.91 4.42 2.39 4.15 8.65 10.30 0.51 21.01 8.95 8.89 2.37 0.26 4.61 4.10 0.15 4.52 0.00 0.34 6.89 8.54 9.69 7.39 12.54 3.23 21.69 5.22 8.69 9.25 0.23 18.46 23.64
qtq 4.62 -1.55 25.43 2.73 0.10 3.15 7.06 0.21 -2.04 11.79 -1.23 0.34 1.32 0.00 1.70 3.60 0.29 0.89 -0.16 0.33 0.14 0.65 0.84 -0.14 0.66 1.31 0.41 0.00 0.42 1.57 0.48 0.55 1.36 0.00 -0.71 0.12 0.06 0.30 0.42 0.00 0.18 0.00
yoy 3.15 0.83 18.47 -1.68 -0.48 11.17 12.95 1.02 -15.99 4.79 -0.47 3.76 5.77 2.28 6.15 12.56 6.87 0.97 12.37 8.16 5.41 1.93 1.02 1.19 1.18 4.91 3.59 0.00 0.78 8.57 6.05 8.08 5.59 2.83 3.62 21.95 3.75 8.25 9.05 0.23 15.69 23.64
INFLASI (UMUM)
2.26
5.21
5.24
8.99
-2.52
4.92
1.06
6.02
1.63
5.37
KELOMPOK/SUBKELOMPOK I. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. II. a. b. c. III. a. b. c. d. IV. a. b. c. d. V. a. b. c. d. VI. a. b. c. d. e. VII a. b. c. d.
Triwulan II - 2015
Triwulan III - 2015
Berdasarkan kelompoknya, penyumbang inflasi terbesar Bungo pada triwulan III 2015 terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,62% (qtq) dengan sumbangan inflasi 1,16% atau secara tahunan mengalami inflasi 3,15% (yoy). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 18,47%(yoy) atau 25,43% (qtq) sub kelompok bumbu-bumbuan 11,79% (qtq) atau 4,79% (yoy) serta sayur-sayuran 7,06% (qtq) atau 12,95% (yoy). Kenaikan harga pada sub kelompok tersebut didorong meningkatnya konsumsi daging sapi dan daging ayam, cabai merah dan sayuran menjelang lebaran. Sub kelompok daging dan hasilnya mengalami inflasi yang cukup tinggi seiring kenaikan harga daging sapi sebesar 36,66% (qtq) dan daging ayam sebesar 22,71% (qtq) karena melonjaknya permintaan menjelang dan saat lebaran serta pasokan yang terbatas seiring pengurangan izin impor sapi dari Australia. Sementara itu, deflasi terjadi pada sub kelompok buah-buahan
56
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
2,04% (qtq), lemak dan minyak 1,23% (qtq) serta sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 1,55% (qtq). Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 5,77% (qtq) atau secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,32% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,27%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai sebesar 12,56% (yoy)
atau 3,60% (qtq) seiring
kenaikan berkala harga rokok kretek dan harga rokok kretek filter. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi 1,70% (qtq) atau 6,15% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir (2,80% (qtq)) dan teh (8,62% (qtq)) sedangkan sub kelompok makanan jadi cenderung tidak mengalami inflasi berarti. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 6,87%(yoy) atau 0,29%(qtq), dengan sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,05% yang didominasi oleh sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,97% (yoy) atau (0,89% (qtq), dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 8,16% (yoy) atau 0,33% (qtq). Inflasi kedua kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga keramik (3,40% yoy) dan upah tukang bukan mandor (3,40% yoy). Sementara itu sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi 5,41% (yoy) atau 0,14% (qtq) sedangkan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami deflasi 0,16% (qtq) yang dipicu turunnya harga LPG 12 Kg pada bulan September 2015. Kelompok sandang secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,93% (yoy) dengan inflasi triwulanan 0,65%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05%. Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 4,91% (yoy) atau 1,31% (qtq), sub kelompok sandang laki-laki (1,02% (yoy) atau 0,84 (qtq)) dan sandang anak-anak 1,18% (yoy)) atau (0,66% (qtq). Inflasi utamanya disebabkan kenaikan harga emas perhiasan seiring meningkatnya permintaan menjelang Lebaran dan kenaikan harga baju muslim (2,63% qtq). Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,41% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,02% atau secara tahunan mengalami TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
I NFLASI
inflasi sebesar 3,59% (yoy). Inflasi terjadi pada sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar 8,57% (yoy) atau 1,57% (qtq) seiring kenaikan tarif gunting rambut wanita sebesar 7,14% (qtq). Inflasi sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika tercatat sebesar 6,05% (yoy) atau 0,48% (qtq) dan sub kelompok obat-obatan sebesar 0,42% (qtq) atau 0,78% (yoy). Kelompok
pendidikan,
rekreasi
dan
olahraga
mengalami
inflasi
0,55%(qtq) dengan sumbangan inflasi 0,04% atau secara tahunan terjadi inflasi sebesar 8,08% (yoy). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub kelompok jasa pendidikan dengan inflasi 1,36% (qtq) atau 5,59% (yoy) dan sub kelompok rekreasi dengan inflasi 0,12% (qtq) atau 21,95% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut dipicu kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi, biaya TK dan
kenaikan
harga
televisi
berwarna.
Sementara
itu,
sub
kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami deflasi 0,71% (qtq) meskipun secara tahunan mengalami inflasi 3,62% (yoy) sedangkan harga pada sub kelompok kursus-kursus/pelatihan cenderung stabil. Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 0,30%(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,05%. Secara tahunan kelompok
ini
mengalami
inflasi
sebesar
8,25%(yoy).
Berdasarkan
sub
kelompoknya, transpor adalah adalah salah satu penyumbang inflasi tertinggi pada sub kelompok ini yaitu 0,42% (qtq) atau 9,05% (yoy) yang didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara 18,63% (qtq) seiring perayaan lebaran. Sub kelompok sarana dan penunjang transpor mengalami inflasi 0,18% (qtq) atau 15,69% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan harga ban dalam mobil. Sementara itu sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga secara triwulanan walaupun secara tahunan mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,23% dan 23,64% (yoy).
58
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
I NFLASI
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan III 2015 10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
TW III-2015
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan JULI
TW III-2015 Sumbangan
JULI 1
Cabai Merah
0.3269
1
Jengkol
-0.1756
2
Daging Ayam Ras
0.1284
2
Beras
-0.0906
3
Bayam
0.1176
3
Bahan Bakar Rumah Tangga
-0.0303
4
Udang Basah
0.1168
4
Minyak Goreng
-0.0182
5
Kentang
0.1124
5
Serai
-0.0173
6
Angkutan Antar Kota
0.1001
6
Emas Perhiasan
-0.0144
7
Tarip Kendaraan Travel
0.0942
7
Batu Bata/Batu Tela
-0.0141
8
Nila
0.0777
8
Cakalang/Sisik
-0.0141
9
Kangkung
0.0710
9
Bedak
-0.0033
10
Ayam Hidup
0.0671
10
Susu untuk Balita
Sumbangan 10 Komoditas
1.5940
AGUSTUS
-0.0032
Sumbangan 10 Komoditas
-0.3539
AGUSTUS
1
Cabai Merah
0.3038
1
Tarip Kendaraan Travel
-0.1304
2
Daging Sapi
0.1871
2
Angkutan Antar Kota
-0.1184
3
Cabai Rawit
0.1159
3
Nila
-0.0546
4
Rokok Kretek Filter
0.0848
4
Jengkol
-0.0497
5
Bawang Merah
0.0349
5
Mas
-0.0440
6
Rokok Kretek
0.0234
6
Ayam Hidup
-0.0376
7
Rokok Putih
0.0193
7
Jeruk
-0.0372
8
Ketimun
0.0175
8
Emas Perhiasan
-0.0308
9
Serai
0.0170
9
Daging Ayam Ras
-0.0245
10
Cakalang/Sisik
0.0139
10
Bayam
Sumbangan 10 Komoditas
0.8176
SEPTEMBER
-0.0243
Sumbangan 10 Komoditas
-0.5515
SEPTEMBER
1
Daging Ayam Ras
0.1991
1
Cabai Merah
-0.5888
2
Emas Perhiasan
0.0679
2
Bayam
-0.0628
3
Telur Ayam Ras
0.0588
3
Nila
-0.0436
4
Jengkol
0.0396
4
Kangkung
-0.0379
5
Rokok Kretek
0.0333
5
Kentang
-0.0247
6
Rokok Putih
0.0305
6
Cabai Rawit
-0.0203
7
Daging Sapi
0.0294
7
Udang Basah
-0.0189
8
Bawang Putih
0.0275
8
Tas Sekolah
-0.0161
9
Tukang Bukan Mandor
0.0253
9
Tomat Buah
-0.0154
10
Tongkol / Ambu-ambu
0.0219
10
Bawang Merah
Sumbangan 10 Komoditas
0.5333
-0.0148
Sumbangan 10 Komoditas
-0.8433
Sumber: BPS
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar Bungo pada triwulan III 2015 adalah daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, udang basah dan rokok kretek filter. Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada triwulan III 2015 adalah sub komoditas beras, cabai merah, ikan nila dan mas, kangkung, bahan bakar rumah tangga dan minyak goreng.
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BAB III P ERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan III 2015 secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset dan kredit yang diberikan masing-masing hanya tumbuh 7,6%(yoy) dan 9,6% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,1%(yoy) dan 10,0% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan III 2015 yang hanya sebesar 4,5% (yoy) atau melambat dibandingkan
triwulan
sebelumnya (5,2% (yoy)). Sementara itu dana pihak ketiga mengalami peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 9,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (8,5% (yoy)). Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (3,21%) atau masih sama dengan triwulan sebelumnya yang juga berada di posisi 3,21%. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit penurunan sebesar 39 bps menjadi sebesar 112,62% dari triwulan sebelumnya 113,01%. Penurunan tersebut akibat pertumbuhan kredit yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga. Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 32,1% (yoy) sedangkan kas keluar (outflow) menurun 8,7% (yoy) sehingga kembali terjadi net inflow setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net outflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring dari sisi nilai mengalami peningkatan sedangkan dari sisi volume mengalami penurunan. Transaksi melalui RTGS mengalami penurunan, dengan rincian sebagai berikut: Nilai kliring naik sebesar 3,7%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,6 triliun sementara volume kliring turun 0,5% (yoy) 69.881 lembar warkat.
61
menjadi
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Nilai RTGS dari, ke Jambi dan dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy), 15,4% (yoy) dan 38,1% (yoy). A.Bank Umum 1. Perkembangan Aset Bank Aset perbankan pada triwulan III 2015 sebesar 7,6%(yoy) menjadi Rp36,9 triliun, namun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2015 (8,1% (yoy)). (Grafik 3.1.). Perlambatan tersebut seiring dengan melambatnya pertumbuhan aset bank pemerintah menjadi 8,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dan aset bank syariah yang semakin mengalami penurunan tajam sebesar 4,9% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 0,8% (yoy). Sementara itu aset bank swasta mengalami pertumbuhan 7,27% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (5,7% (yoy)). Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah Rp25,7 triliun (69,7%), diikuti oleh bank swasta Rp9,2 triliun (25,0%) dan bank syariah Rp1,9 triliun (5,5%) Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi (dalam satuan triliun rupiah) 40
38
24.4
Persen 30 37
35
25 19.2
30
16.5
16.8
25 20
9.8 23
24
15.5 27 8.8
28
29 18.1
29 17.2
1.6
30
34
33
35
2.5
1.3
0.5
20
16.6
20.3
15 8.8
13.9 4.6
3.2
15
24
24
25.2 35 17.4
17.0
11.5 3.5
7.6
8.1 6.0
10
5 -1.5
10
0
-4.9
5
-1.9
-
-5 -10
Q1-12
Q2-12
Q3-12
Q4-12
Q1-13
Q2-13
Jumlah Aset (aksis kiri)
Q3-13
Q4-13
Q1-14
Pertumbuhan q-t-q (%)
Q2-14
Q3-14
Q4-14
Q1-15
Q2-15
Q3-15
Pertumbuhan y-o-y (%)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
2. Perkembangan Dana Masyarakat Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp24,2 triliun tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,5% (yoy) (Grafik 3.2.). Pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan tabungan 4,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 3,2% (yoy) dan peningkatan giro 0,02% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang menurun 10,7% (yoy). Sementara itu deposito berjangka tumbuh 21,9% (yoy), meskipun mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya (27,2% (yoy)). Kenaikan DPK di tengah perlambatan perekonomian Provinsi Jambi triwulan berjalan sejalan dengan survei konsumen dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi, bahwa rumah tangga masih menyisihkan penghasilan per bulannya untuk tabungan di bank dengan mengerem pengeluaran sekunder dan tersiernya (dengan tujuan untuk berjaga-jaga (cadangan)) dan produk perbankan yang paling banyak dimiliki oleh konsumen Provinsi Jambi adalah tabungan. Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi Rp (dalam miliar)
Tabungan
Simp Berjangka
25,000 22,307 20,000
18,376
15,000
19,155
19,521
19,415
Giro 22,527
20,069
10,970
11,291
7,286
7,529
DPK 24,205
21,965
24,703
22,734
11,317
11,818
8,044
9,269
9,177
10,847 12,044
10,703
9,646
10,070
5,131
5,388
5,706
3,753
4,120
3,745
3,343
3,179
4,052
3,707
3,008
3,842
3,619
3,708
Q1-13
Q2-13
Q3-13
Q4-13
Q1-14
Q2-14
Q3-14
Q4-14
Q1-15
Q2-15
Q3-15
9,492
11,430
10,000
5,000
4,642
6,187
6,912
-
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
2013
URAIAN
Trw III
Bank Konvens ional Bank Pemer i nt ah
2014 Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
2015 Trw II
Trw III
12,809,164
12,422,771
13,244,757
15,422,489
15,485,172
14,754,448
15,784,692
16,779,660
16,996,760
1 Giro
2,717,057
2,459,884
2,446,629
3,253,415
2,927,275
2,170,558
3,151,412
2,851,543
3,032,504
2 Tabungan
6,292,275
7,365,988
6,811,479
7,016,344
7,251,664
8,017,609
7,213,510
7,350,104
7,589,424
3 S impanan Berjangka
3,799,833
2,596,900
3,986,649
5,152,731
5,306,234
4,566,281
5,419,770
6,578,014
6,374,833
5, 573, 083
6, 101, 268
5, 916, 091
5, 957, 636
6, 040, 234
6, 219, 164
6, 004, 004
6, 436, 017
6, 639, 462
750,965
745,775
679,344
749,585
723,222
728,768
639,409
713,105
611,598
2 Tabungan
3,270,743
3,543,220
3,371,287
3,400,929
3,451,743
3,390,026
3,036,639
3,366,466
3,597,620
3 S impanan Berjangka
1,551,375
1,812,272
1,865,460
1,807,122
1,865,269
2,100,369
2,327,956
2,356,446
2,430,244 1,066,279
Bank Swas t a Nas i onal 1 Giro
Bank Syar i ah
1,138,726
890,976
908,588
927,272
1,001,733
991,292
945,290
989,544
1 Giro
276,842
137,808
53,510
48,589
56,845
109,137
51,321
54,427
64,165
2 Tabungan 3 S impanan Berjangka
507,246 354,638
520,567 232,601
520,620 334,458
552,542 326,140
587,554 357,334
636,657 245,499
597,265 296,705
600,126 334,991
630,464 371,649
19,520,974 3,744,864 10,070,264
19,415,015 3,343,467 11,429,775
1,693,139 20,069,436 3,179,483 10,703,386
3,152,739 22,307,397 4,051,589 10,969,816
22,527,139 3,707,342 11,290,961
21,964,903 3,008,463 12,044,292
22,733,986 3,842,142 10,847,414
24,205,221 3,619,074 11,316,696
24,702,501 3,708,267 11,817,508
5,705,847
4,641,773
6,186,567
7,285,993
7,528,836
6,912,149
8,044,430
9,269,451
9,176,726
J umlah 1 Giro 2 Tabungan 3 S impanan Berjangka
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank,penghimpunan DPK mayoritas berasal dari bank pemerintah dan mencapai Rp16,9 triliun (68,8%), diikuti oleh bank swasta nasional Rp6,6 triliun (26,9%) dan bank syariah Rp1,0 triliun (4,3%) (Tabel 3.1). DPK bank pemerintah tumbuh 9,8% (yoy) dari triwulan sebelumnya 8,8% (yoy) dan DPK bank swasta tumbuh 9,9% (yoy) dari triwulan sebelumnya 8,0% (yoy). Pertumbuhan DPK pada bank pemerintah didorong oleh pertumbuhan giro yang sebesar 3,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan 12,4% (yoy). Sedangkan tabungan dan deposito mengalami perlambatan dimana pada triwulan berjalan masing-masing hanya tumbuh sebesar 4,7% (yoy) dan 20,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% (yoy) dan 27,7% (yoy). Pertumbuhan DPK pada bank swasta didukung oleh pertumbuhan tabungan sebesar 4,2% (yoy) atau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan 1,0% (yoy). Deposito bank swasta mengalami sedikit 64
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
perlambatan yaitu tumbuh sebesar 30,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 30,4% (yoy). Sedangkan penurunan pada giro semakin tajam yaitu sebesar 15,4% (yoy) dibandingkan penurunan pada triwulan sebelumnya 4,9% (yoy). Sementara itu DPK bank syariah mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 6,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 6,7% (yoy).Perlambatan tersebut didorong perlambatan pertumbuhan tabungan yang pada triwulan berjalan hanya tumbuh 7,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,6% (yoy). Sebaliknya giro dan deposito sedikit mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu tumbuh 12,9% (yoy) dan 4,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 12,0% (yoy) dan 2,7% (yoy). Berdasarkan golongan pemilik, pertumbuhan DPK terutama didominasi oleh golongan perseorangan yang tumbuh sebesar 9,6% (yoy) menjadi Rp16,4 triliun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,1%(yoy), bukan lembaga keuangan yang tumbuh 47,2 (yoy) menjadi Rp2,5 triliun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 40,3% (yoy) dan golongan pemerintah daerah (Pemda) yang tumbuh 2,3% (yoy) menjadi Rp3,9 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan 2,25% (yoy) (Tabel 3.2.). DPK golongan perseorangan mengalami peningkatan yang didorong oleh tabungan dan deposito berjangka sementara giro mengalami penurunan. DPK Golongan bukan lembaga keuangan tumbuh 47,2% (yoy) didorong oleh kenaikan semua komponen DPK dengan dominasi deposito berjangka dan diikuti oleh giro dan tabungan. Kenaikan DPK golongan pemerintah daerah (Pemda) didominasi oleh kenaikan deposito berjangka sementara giro dan tabungan mengalami penurunan. Sedangkan DPK golongan BUMD mengalami perlambatan pada triwulan berjalan dengan tumbuh 190,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 204,5% (yoy) yang didorong oleh penurunan tabungan meskipun terjadi kenaikan deposito dan giro .
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah) No.
Golongan P emilik
Trw.III-2014
Trw.IV-2014
Trw.I-2015
Trw.II-2015
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Trw.III-2015 Nominal
S hare
yoy
Andil
P enduduk/Res idents 1
P emerintah P us at
2
P emerintah Daerah (P emda)
127,570
36,967
50,973
66,667
105,146
3,889,246
1,370,397
3,537,138
4,061,422
3,977,099
3
B adan Dan L embaga P emerintah
4
B UMN Atau P emerintah Campuran
5 6 7
B ukan L embaga Keuangan
8
S ektor S was ta L ainnya
9
P ers eorangan
24,001
30,811
23,604
134,135
63,582
0.3% 164.9%
0.4%
1,235,340
860,883
865,923
849,587
713,538
2.9% -42.2%
-1.2%
B UMD
107,854
112,541
112,609
305,753
312,919
1.3% 190.1%
2.4%
L embaga Keuangan Non B ank
361,514
423,224
441,793
474,869
465,087
1.9%
28.6%
0.5%
1,730,849
2,874,686
2,358,029
2,409,426
2,547,973
10.3%
47.2%
4.9%
37,413
75,647
63,344
51,974
62,305
0.3%
66.5%
0.2%
15,011,753
16,178,221
15,278,982
15,850,085
16,453,420
66.6%
9.6%
6.4%
22, 525, 540
21, 963, 379
22, 732, 395
24, 203, 919
24, 701, 070 0.6% -10.4%
-0.1%
J uml ah Bukan Penduduk/ Non- Res i dent s Penduduk dan bukan penduduk
1, 598
1, 525
1, 593
1, 432
1, 432
22, 527, 139
21, 964, 903
22, 733, 988
24, 205, 351
24, 702, 501
0.4% -17.6% 16.1%
100. 0%
2.3%
9. 7%
-0.1% 0.4%
9. 7%
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi, pertumbuhan DPK didorong oleh pertumbuhan kredit di semua kota/kabupaten kecuali di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pertumbuhan tersebut didominasi pertumbuhan dana pihak ketiga di Kota Jambi, Kerinci dan Sarolangun yang masing-masing mampu tumbuh 8,3% (yoy), 20,5% (yoy) dan 50,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 7,0% (yoy), 17,4% (yoy) dan 17,4% (yoy) (Tabel 3.3.).Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi dan mencapai Rp16,8 triliun (68,0%) diikuti oleh KerinciRp1,6triliun (6,5%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun (5,5%). Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kota/Kabupaten Kota J ambi Kab. Kerinci Kab. Bungo Tanjung J abung Barat Kab. Merangin Kab. Batanghari Kab. S arolangun Kab. Tebo Tanjung J abung Timur Kab. Muaro J ambi JUMLAH
Trw. III-14 Nominal 15, 518, 127 1, 338, 217 1, 463, 065 1, 442, 128 951, 992 636, 131 424, 943 368, 023 384, 511 22,527,139
Trw. IV-14 Nominal 15, 758, 165 1, 287, 077 1, 438, 515 1, 127, 828 895, 078 693, 234 354, 016 209, 323 167, 343 34, 325 21,964,903
Trw. I-15 Nominal 15, 650, 453 1, 441, 853 1, 304, 995 1, 161, 155 973, 374 656, 017 486, 306 565, 926 303, 041 190, 869 22,733,988
Trw. II-15 Nominal 16, 227, 486 1, 496, 942 1, 360, 464 1, 275, 431 1, 066, 829 885, 135 554, 387 696, 390 362, 789 279, 368 24,205,221
Trw. III 15 Nominal Share 16, 804, 236 68. 0 1, 612, 738 6. 5 1, 354, 929 5. 5 1, 211, 166 4. 9 1, 090, 145 4. 4 717, 222 2. 9 640, 734 2. 6 612, 709 2. 5 391, 511 1. 6 267, 110 1. 1 24,702,501 100
Pertumbuhan (yoy) Nominal Pers en 1, 286, 108 8. 3 274, 521 20. 5 ( 108, 137) ( 7. 4) ( 230, 961) ( 16. 0) 138, 153 14. 5 81, 090 12. 7 215, 791 50. 8 244, 686 66. 5 7, 000 1. 8 267, 110 #DI V/ 0! 2,175,363 9.7
S umbe r : L BU Ba nk I ndone s i a ( di ol a h)
66
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana Pertumbuhan kredit triwulan III 2015 sedikit mengalami perlambatan sebesar 9,6% (yoy) menjadi Rp27,8 triliun, dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2015 yang mencapai 10,0% (yoy). Perlambatan kredit yang diberikan tersebut sejalan dengan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan III 2015 yang hanya sebesar 4,5% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II 2015 (5,2% (yoy)). Namun demikian, hasil liaision yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi menyatakan bahwa pelaku usaha di Provinsi Jambi masih mengandalkan bantuan pembiayaan dari bank untuk kebutuhan pembiayaan modal kerja atau investasi.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2014
URAIAN
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
2015 TW II
TW III
P ertumbuhan qtq yoy
Kelompok Bank 1 B ank P emerintah 2 B ank S was ta*) 3 B ank S yariah
23,927,298 15,394,481 6,503,079 2,029,739
24,868,632 25,372,389 16,092,175 16,541,833 6,749,181 6,832,952 2,027,277 1,997,604
26,229,475 17,223,936 7,028,372 1,977,167
26,566,309 17,545,224 7,100,958 1,920,127
27,355,034 18,256,586 7,217,127 1,881,321
27,820,801 18,697,924 7,246,371 1,876,505
1.7 2.4 0.4 (0.3)
9.6 13.0 6.1 (6.1)
J enis P enggunaan 1 Modal Kerja 2 Inves tas i 3 Kons ums i
23,927,298 7,558,597 5,959,299 10,409,402
24,868,632 25,372,389 8,035,392 8,187,856 6,071,136 6,134,277 10,762,104 11,050,256
26,229,475 8,517,472 6,430,084 11,281,919
26,566,309 8,487,900 6,663,743 11,414,666
27,355,034 8,772,809 6,881,249 11,700,976
27,820,801 8,869,811 6,976,421 11,974,568
1.7 1.1 1.4 2.3
9.6 8.3 13.7 8.4
S ektor Ekonomi 1 P ertanian 2 P ertambangan dan P enggalian 3 Indus tri 4 L GA 5 Kons truks i 6 P erdagangan Hotel dan R es toran 7 P engangkutan dan Komunikas i Keuangan,R eal es tate dan J as a 8 P erus ahaan 9 J as a-jas a 10 B ukan L apangan Us aha *) Termas uk bank as ing dan campuran
23,927,298 4,231,411 114,741 787,946 4,126 746,132 5,778,262 310,465
24,868,632 25,372,389 4,551,324 4,623,883 136,051 149,907 804,571 820,967 3,177 3,922 876,089 880,225 6,165,280 6,287,606 333,691 320,157
26,229,475 4,844,114 137,590 974,021 3,660 859,266 6,491,044 333,392
26,563,556 5,052,401 131,001 944,211 6,099 818,603 6,544,280 338,174
27,355,034 5,171,866 151,834 1,083,490 8,141 842,362 6,780,454 342,338
27,820,801 5,265,773 140,685 1,154,720 9,944 839,402 6,922,825 306,489
1.7 1.8 (7.3) 6.6 22.2 (0.4) 2.1 (10.5)
9.6 13.9 (6.2) 40.7 153.6 (4.6) 10.1 (4.3)
1,135,751 409,063 10,409,402
704,085 674,747 403,233 482,693 10,891,132 11,128,283
674,966 544,056 11,367,367
700,696 597,609 11,430,482
682,401 580,733 11,711,415
667,614 529,700 11,983,649
(2.2) (8.8) 2.3
(1.1) 9.7 7.7
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan Kelompok Bank, perlambatan pertumbuhan jumlah kredit dialami oleh bank konvensional yang tumbuh sebesar 11,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 11,5% (yoy) seiring perlambatan kredit bank pemerintah dan swasta masing-masing tumbuh sebesar 13,0 (yoy) dan 6,1% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 13,5% (yoy) dan 6,9% (yoy) (Tabel 3.4.). Bank syariah kembali mengalami penurunan pembiayaan sebesar 6,1% (yoy), meskipun tidak setajam penurunan yang terjadi pada triwulan sebelumnya (7,2% (yoy)). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 93,3% sementara bank syariah sebesar 6,7%. TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang mencapai 43,0%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,9%) dan kredit investasi (25,1%).Perlambatan kredit dialami oleh kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing hanya tumbuh 8,3% (yoy) dan 8,4%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 9,2% (yoy) dan 8,7%. Sedangkan pertumbuhan kredit investasi mengalami sedikit kenaikan dengan tumbuh 13,7% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya 13,3% (yoy). Masih tumbuhnya kredit investasi tersebut, sejalan dengan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi pada triwulan III 2015, yang menyatakan bahwa nilai investasi yang ditanamkan oleh pelaku usaha di Provinsi Jambi relatif tetap jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Investasi tersebut merupakan investasi dari tahun sebelumnya yang realisasinya dilakukan pada triwulan III 2015. Sementara itu, sebagian besar responden menyatakan belum akan menambah investasi mereka karena kondisi bisnis yang belum membaik. Berdasarkan Sektor Ekonomi, perlambatan kredit didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor konstruksi. Kredit pada sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan berjalan masih mengalami penurunan sebesar 6,2% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh positif 11,6% (yoy). Penurunan tersebut disebabkan penurunan kredit investasi dan modal kerja sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara, kredit modal kerja sub sektor jasa pertambangan minyak dan gas bumi dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor penggalian batu-batuan, tanah liat dan pasir. Konstraksi kredit tersebut seiring dengan tingkat harga batubara yang semakin rendah, sehingga penjualan antar perusahaan dalam negeri yang biasanya dilakukan untuk pemenuhan kontrak atau pesanan menurun sebagaimana hasil liaison triwulan III 2015 yang dilakukan oleh Bank Indonesia Provinsi Jambi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan berjalan mengalami penurunan 4,3% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih mampu tumbuh positif 2,6% (yoy). Penurunan tersebut didorong oleh penurunan kredit investasi sub
68
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
sektor angkutan laut internasional dan sub sektor angkutan laut domestik. Sementara itu peningkatan kredit investasi sub sektor angkutan jalan dalam trayek untuk penumpang dan sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan serta kredit modal kerja sub sektor jasa telekomunikasi sejalan dengan hasil survei konsumen bulan September 2015 oleh Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa, yang memperkirakan akan terjadi kenaikan pengeluaran konsumen dalam 3 bulan mendatang dibandingkan saat ini salah satunya terhadap kelompok komoditi transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sektor konstruksi kembali mengalami penurunan 4,6% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun 3,8% (yoy) yang didorong oleh penurunan kredit investasi dan modal kerja sub sektor konstruksi khusus, kredit modal kerja sub sektor bangunan sipil lainnya, dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor penyiapan lahan lainnya. Meskipun pertumbuhan kredit mengalami sedikit perlambatan dari 10,0% (yoy) menjadi 9,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya, namun terdapat juga sektor yang mengalami peningkatan kredit yaitu sektor bukan lapang usaha, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertanian mengalami peningkatan kredit sebesar 13,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 13,6% (yoy) yang didominasi kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit, kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan tanaman lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain dan kredit modal kerja pengusahaan hutan tanaman. Kenaikan kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan dan kelapa sawit sejalan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa terdapat peningkatan investasi pada bidang industri pengolahan kelapa sawit meliputi investasi pada lahan kelapa sawit dan pemeliharaan mesin pengolahan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar 10,1% (yoy) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 10,0%(yoy). Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan kredit modal kerja dan investasi terhadap sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor perdagangan eceran perlengkapan rumah tangga dan perlengkapan dapur, sub TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
69
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
sektor perdagangan eceran komoditi makanan, minuman, atau tembakau hasil industri pengolahan dan semua sub sektor pada sektor yang berkaitan dengan penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum seiring dengan bertambahnya pembangunan hotel di Provinsi Jambi. Sektor bukan lapangan usaha mengalami peningkatan dengan tumbuh 7,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 7,5% (yoy). Peningkatan tersebut didorong kenaikan kredit sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna dan sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70. Kenaikan kredit sub sektor multiguna didorong oleh kebutuhan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2015 pada Juli 2015. Kenaikan kredit sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 disebabkan oleh perlambatan perekonomian Provinsi Jambi yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat sehingga terjadi pergeseran permintaan tipe rumah diatas 70 menjadi tipe rumah dibawah 70. Hal tersebut juga mendorong developer cenderung membangun tipe rumah tinggal tipe 22 s.d. 70. 2) Berdasarkan hasil diskusi dengan developer di Provinsi Jambi. Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi oleh perbankan sebesar Rp37,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp27,8 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat Rp9,3 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi tersebut meningkat 11,8% (yoy). Kenaikan kredit terjadi hampir di semua kabupaten/kota di Provinsi Jambi kecuali Kabupaten Sarolangun dan Merangin. Kenaikan nominal penyaluran tertinggi di Kota Jambi sebesar Rp1,1 triliun (7,5% (yoy)), Kabupaten Batanghari sebesar Rp881,9 miliar (43,6% (yoy)), dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar Rp735,5 miliar (37,2% (yoy)). Kenaikan tersebut secara sektor ekonomi didorong oleh kenaikan kredit sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, sektor bukan lapangan usaha, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
70
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Kabupaten/Kota Batanghari Sarolangun Kerinci Muaro Jambi Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur Tebo Merangin Bungo Sungai Penuh Jambi TOTAL
2014 Tw III Tw IV Nominal Nominal 2,021,404 2,208,433 1,611,055 1,601,980 1,502,649 1,531,300 2,538,992 2,788,879 1,976,223 1,996,109 714,146 731,542 2,027,604 1,973,200 2,765,615 2,803,795 3,248,205 3,332,761 22,872 26,442 14,828,745 15,129,667 33,257,510 34,124,108
Tw I Nominal 2,177,564 1,623,578 1,571,827 2,701,710 2,012,352 739,897 2,137,947 2,796,085 3,378,293 45,102 14,922,669 34,107,025
2015 Pertumbuhan Tw II Tw III yoy Nominal Share Nominal Nominal % 2,311,350 6.6 2,903,324.7 881,921 43.63 1,597,502 4.5 1,592,802.3 -18,253 (1.13) 1,603,035 4.6 1,586,726.7 84,077 5.60 2,649,706 7.5 2,964,801.2 425,810 16.77 2,303,911 6.5 2,711,774.9 735,552 37.22 759,156 2.2 773,061.2 58,915 8.25 2,191,066 6.2 2,457,113.7 429,510 21.18 2,866,103 8.1 2,569,387.0 -196,228 (7.10) 3,483,694 9.9 3,574,119.4 325,914 10.03 49,188 0.1 109,445.4 86,574 378.52 15,384,630 43.7 15,951,487.8 1,122,743 7.57 35,199,342 100.0 37,194,044 3,936,534 11.84
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan berjalan kembali mengalami penurunan sebesar 2,3% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan 14,5% (yoy) . (Tabel 3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut didominasi penurunan kelonggaran tarik kredit investasi sub sektor bangunan jalan jembatan dan landasan dan kelonggaran tarik kredit modal kerja sektor konstruksi sub sektor konstruksi khusus. Penurunan kelonggaran tarik sektor konstruksi tersebut seiring dengan penurunan kredit konstruksi (4,6% (yoy)) pada triwulan ini . Sementara itu kelonggaran tarik kredit konsumsi didorong oleh sektor bukan lapangan usaha sub sektor kredit kepada rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal s.d. tipe 21 seiring dengan penurunan pencairan kredit pada sub sektor tersebut pada triwulan berjalan.
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) 2013
Kategori
TW IV
2014 TW I
2015
TW II
TW III
TW IV
Pertumbuhan (yoy)
TW I
TW II
TW III
Nominal
%
J enis Penggunaan 1 Inves tas i 2 Kons ums i 3 Modal kerja Total
277,568
237,033
405,173
310,246
363,863
235,459
234,106
276,994
(33,252)
(10.7)
2,009
2,908
6,533
6,975
196,564
66,937
65,170
1,931
(5,044)
(72.3)
1,862,807
1,837,862
1,711,830
1,540,901
1,463,888
1,535,554
1,511,650
1,537,010
(3,891)
(0.3)
2,142,384
2,077,803
2,123,535
1,858,122
2,024,315
1,837,950
1,810,925
1,815,935
(42,187)
(2.3)
* Mulai tahun 2010 perhitungan Undis burs ed Loan berdas arkan laporan LB U B as s el
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross Bank Umum di Provinsi Jambi Loan to Deposits Ratio (LDR)18 pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 39 bps dikarenakan kenaikan kredit yang diberikan (9,6% (yoy) lebih kecil dibandingkan kenaikan DPK (9,7% (yoy)). LDR berdasarkan bank pelapor tercatat sebesar 112,62% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sesuai dengan prinsip kehatihatian dan likuiditas perbankan. Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi Rp triliun 30
1.2
25
1.2
1.2
1.2
1.2
20
1.1
15
1.2
1.1
1.1
1.1
1.1 10 5 0 Q1-13
Q2-13
Q3-13
Q4-13
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)
Q1-14
Q2-14
Q3-14
DPK Perbankan (Rp juta)
Q4-14
Q1-15
Q2-15
124% 122% 120% 118% 116% 114% 112% 110% 108% 106% 104% 102%
Q3-15
LDR Perbankan Jambi (persen)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
18
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
72
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kualitas kredityang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,21% (Rp892,0 miliar) (di bawah ketentuan 5%),atau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya (3,21% atau Rp879,1 miliar) (Tabel 3.8.). Berdasarkan
sektor
ekonomi,
NPL
tertinggi
dialami
oleh
sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi serta sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing sebesar 24,36%, 6,77% dan 5,60% atau
masih
dialami sektor yang sama dengan triwulan sebelumnya masing-masing dengan NPL 23,37%, 8,70% dan 7,49%. Tingginya NPL sektor pertambangan masih didominasi sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas kegiatan tambang. Sementara itu memburuknya NPL sektor konstruksi didorong oleh sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) dan konstruksi khusus. Kenaikan NPL pada sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar, mewah (tipe diatas 70) terjadi karena bergesernya permintaan masyarakat pada tipe tersebut menjadi tipe dibawah 70 seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan ekonomi, yang pada akhirnya menurunkan tingkat penjualan dan mempengaruhi kemampuan membayar developer. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan NPL karena memburuknya kinerja kredit sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan, angkutan jalan untuk barang, sub sektor jasa penunjang angkutan kecuali jasa bongkar muat dan pergudangan dan sub sektor angkutan jalan untuk barang. TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
73
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Penurunan tersebut seiring dengan kabut asap yang terjadi sejak awal triwulan III 2015 di Provinsi Jambi yang mengganggu kelancaran jasa pengiriman melalui bandara
Sultan
Thaha
dan
harus
dialihkan
via
Palembang
sehingga
mempengaruhi biaya operasional perusahaan jasa pengiriman barang. Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah) No
S ektor Ekonomi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
P ertanian P eternakan Kehutanan dan P erikanan P ertambangan dan P enggalian Indus tri LGA Kons truks i P erdagangan Hotel dan R es toran
7 P engangkutan dan Komunikas i 8. Keuangan,R eal es tate dan Jas a P erus ahaan 9. Jas a-jas a 10. B ukan Lapangan Us aha J U ML A H
TW I- 2015
TW II- 2015
Kredit Nominal NP L NP L (%) 5,052,401 134,992 2.67 131,001 35,540 27.13 944,211 19,732 2.09 6,099 272 4.46 818,603 62,880 7.68 6,544,280 275,331 4.21
TW III- 2015
Kredit Nominal NP L NP L (%) 5,171,866 152,258 2.94 151,834 35,482 23.37 1,083,490 16,566 1.53 8,141 189 2.32 842,362 73,324 8.70 6,780,454 311,673 4.60
Kredit Nominal NP L 5,265,773 157,329 140,685 34,274 1,154,720 17,450 9,944 189 839,402 56,849 6,922,825 337,728
NP L (%) 2.99 24.36 1.51 1.90 6.77 4.88
338,174
5,770
1.71
342,338
25,642
7.49
306,489
17,178
5.60
703,449 597,609 11,430,482 26, 566, 309
20,011 15,797 198,717 769, 042
2.84 2.64 1.74 2.89
682,401 580,733 11,711,415 27, 355, 034
28,410 21,511 214,111 879, 166
4.16 3.70 1.83 3.21
667,614 529,700 11,983,649 27, 820, 801
23,635 27,124 220,333 892, 091
3.54 5.12 1.84 3.21
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di Provinsi Jambi kembali meningkat dari 5,0% menjadi 5,2% seiring dengan penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga rata-rata tertimbang deposito pada periode laporan tercatat sebesar 8,06% atau menurun dibandingkan triwulan II 2015 (8,29%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode laporan tercatat di level 13,23% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (13,29%). Tren penurunan suku bunga deposito dan kredit tersebut terjadi sejak BI rate berada kembali di posisi 7,50% pada 15 Januari 2015 berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setelah sebelumnya sejak November 2014 berada di posisi 7,75% . Namun berdasarkan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, pelaku usaha yang mendapatkan bantuan permodalan dari bank menyatakan bahwa tingkat suku bunga saat ini tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai di tengah lesunya perekonomian sehingga berpotensi 74
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
memberatkan keuangan perusahaan. Pelaku usaha berencana mempertimbangkan untuk menjadwal ulang pembayaran kredit untuk meringankan beban bunga.
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam satuan %) 20
15
7.2
7.2
7.7
8.0
8.3
8.3
8.2
8.0
7.8
7.4
6.3
5.6
5.1
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
Trw III
Trw IV
Trw I
Trw II
10.1
10
5.0 5.2
4.8 4.7
4.9
5
2011 Margin
2012 Deposito
2013
2014 Kredit
Trw III
Trw II
Trw I
Trw IV
Trw III
Trw I
0
2015 BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
6.
Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp10,2 triliun,
mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 8,6% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,4% (yoy) dan lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan total kredit (9,7% (yoy))(Grafik 3.5.).
Rp Triliun
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 12
10
35 31.9
28.3
30
28.9
25
22.5
8
18.7
18.6
6
20
19.0
16.6
13.0 11.9
4
9.7
9.9
11.0
15
13.5 11.0 11.4 10.0
7.2
9.7 8.6
9.2
2
10 5
5.0
-
0 TW I
TW II
TW III
TW IV
2013 Mikro
Kecil
TW I
TW II
TW III 2014
Menengah
Pertumbuhan UMKM (%) yoy
TW IV
TW I
TW II
TW III
2015 Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambicenderung sedikit menurunyaitu dari 37,5% di triwulan lalu menjadi 36,8% pada triwulan berjalan (Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,7%, kredit kecil 33,9% dan kredit mikrosebesar31,4% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sertasektor konstruksi masingmasing sebesar 48,5%, 29,0% dan 5,1%. Kredit UMKM sektor perdagangan didominasi kredit sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau, sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) dan sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit. Kredit UMKM sektor pertanian, perburuan dan kehutanan didominasi kredit kepada sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya. Dominasi kredit UMKM komoditas kelapa sawit dari sisi sektor perdagangan dan pertanian mengindikasikan peran komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Provinsi Jambi sehingga perlu mendapat perhatian serius dari pihak terkait. Sedangkan kredit UMKM sektor konstruksi didominasi oleh kredit UMKM sub sektor konstruksi khusus, sub sektor bangunan jalan raya dan sub sektor penyiapan lahan lainnya. Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 100% 80% 60.3
60.6
62.1
62.6
63.2
63.0
62.8
63.3
62.4
62.5
63.2
13.9
14.2
13.0
12.5
12.0
12.6
12.8
12.5
13.2
13.0
12.8
13.9
13.8
13.6
13.8
13.7
12.0
12.6
11.9
12.0
12.1
12.5
11.9
11.4
11.3
11.1
12.5
11.8
12.4
12.3
12.3
11.6
60% 40% 20% 0%
TW I
TW II TW III TW IV TW I 2013
Mikro
11.1
Kecil
TW II TW III TW IV TW I 2014
Menengah
TW II TW III 2015
Kredit Bukan UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
76
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
B.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Secara umum. kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut terlihat dari aset yang hanya tumbuh sebesar 1,5% (yoy) menjadi Rp750,5 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh 3,8% (yoy), dana pihak ketiga mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 5,0% (yoy) menjadi Rp578,4 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,1%(yoy) dan kredit kembali mengalami penurunan 2,0% (yoy) menjadi Rp525,0 miliar atau sama dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan kredit 2,0% (yoy). Perlambatan dana pihak ketiga didorong oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berjangka yang hanya tumbuh 4,9% (yoy) menjadi Rp489,5 miliar setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 9,1% (yoy). Sementara itu, tabungan mengalami peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 5,7% (yoy) menjadi Rp88,8 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,1% (yoy). Kredit yang diberikan juga masih mengalami penurunan 2,0%(yoy) menjadi Rp525,0 miliar yang didominasi oleh penurunan kredit konsumsi 13,5% (yoy) meskipun tidak separahtriwulan sebelumnya yang menurun sampai 17,0% (yoy). Kredit investasi mengalami penurunan sebesar 3,8% (yoy) menjadi Rp103,5 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh 1,4% (yoy). Kredit modal kerja mengalami perlambatan dan tumbuh 15,4% (yoy) menjadi Rp205,6 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 19,1% (yoy). Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) gross dari 15,65% menjadi 17,80% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%, sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut terjadi di semua jenis penggunaan kredit dengan didominasi kredit konsumsi, lalu diikuti kredit investasi dan kredit modal kerja. Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit seiring dengan belum membaiknya harga TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
77
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
internasional sehingga mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut sejalan dengan hasil liaison, bahwa perlambatan permintaan domestik disebabkan oleh berkurangnya permintaan atas bahan baku CPO yang dihasilkan perusahaan oleh industri hilir yang mengolah bahan tersebut. Penurunan penjualan di tengah masyarakat membuat perusahaan di industri hilir menahan sementara produksi mereka, sehingga permintaan akan CPO dari dalam negeri berkurang. Selain itu, penerapan kebijakan CPO Support Fund (CSF) mempengaruhi kegiatan usaha industri pengolahan kelapa sawit dan pelaku usaha mengeluhkan potongan tersebut yang semakin mengikis margin pendapatan mereka yang saat ini telah relatif kecil. Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih cukup baik, yang tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 80,52% meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (82,38%) yang disebabkan penurunan kredit yang diberikan. C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan.Kebijakan dan pelaksanaan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja sistem pembayaran di Provinsi Jambi antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yangterdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (out flow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time GrossSettlement (BI-RTGS)) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)). Kebutuhan pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow) meningkat
32,1%
(yoy)
sedangkan
kas
keluar
(cash
outflow)
mengalami
penurunan8,7% (yoy) sehingga sehingga kembali terjadi net inflow setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net outflow. Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring dan RTGS mengalami penurunan, dengan rincian sebagai berikut:
78
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Nilai kliring sedikit naik sebesar 3,7%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,6 triliun sementara volume kliring turun 0,5% (yoy) menjadi 69.881 lembar warkat. Nilai RTGS dari, ke Jambi dan RTGS dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy), 15,4% (yoy) dan 38,1% (yoy). Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi Uraian Kliring Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) RTGS dari Jambi (miliar Rp) RTGS ke Jambi (miliar Rp) RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) Cek dan BG Kosong Lembar Nominal (juta Rp)
2014
2015 Tw II
Tw III
2,412,348 67,623 1,445,865 1,285,175 160,690
2,662,816 74,693 892,023 2,354,181 (1,462,158)
2,628,672 69,881 2,573,657 2,545,103 28,555
94,329 (359) 625,309 (243,424) 868,733
3.7 (0.5) 32.1 (8.7) (103.4)
40,778 49,646 4,833
34,079 39,055 4,347
37,662 49,677 7,289
33,707 45,428 8,002
(4,996) (8,269) (4,935)
(12.9) (15.4) (38.1)
1,783 99,967
1,803 63,067
1,951 68,595
1,891 59,688
44 (11,498.0)
2.4 (16.2)
Tw III
Tw IV
2,534,343 70,240 1,948,349 2,788,527 (840,178)
2,571,965 69,012 921,379 2,309,258 (1,387,878)
38,703 53,698 12,937 1,847 71,186
Tw I
Pertumbuhan (yoy) Nominal Persen
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
C.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan, untuk aliran kas masuk (cash inflow) meningkat 32,1% (yoy) menjadi Rp2,57 triliun sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 8,7% (yoy) menjadi Rp2,54 triliun sehingga terjadi net inflow sebesar Rp28,5 miliar. Hal tersebut menunjukkan uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow). Posisi net inflow tersebut tidak terlepas dari pola tren triwulanan yang terkait dengan faktor musiman Idul Fitri. Kebutuhan uang masyarakat menjelang Idul Fitri umumnya meningkat yang ditandai dengan naiknya outflow. Kemudian, usai Lebaran kebutuhan uang masyarakat akan berkurang yang ditandai dengan meningkatnya inflow uang tunai.
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
79
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi Rp (juta) 3,000,000
2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 (500,000)
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014
(1,000,000)
Tw I
Tw II 2015
(1,500,000) (2,000,000) (2,500,000)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
Sumber: Bank Indonesia Jambi
C.2.Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE).Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp176,3miliar, atau 6,9% dari total inflow Provinsi Jambi, jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (36,0%). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
C.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan ditemukan uang yang tidak sesuai dengan ciri
ciri
keaslian uang rupiah yang mencapai 277 lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (500 lembar). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat. C.4.Perkembangan Kliring Lokal Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan sarana transfer dana non tunai selain RTGS dengan nominal yang lebih kecil. Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,6 triliun, mengalami peningkatan (3,7% (yoy)) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya namun relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.8.). Sedangkan volume kliring mengalami sedikit penurunan sebesar 0,5% (yoy), yaitu menjadi 69.881 lembar warkat. Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Perkembangan Transaksi Kliring 2,800,000 2,600,000 2,400,000 2,200,000 2,000,000 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000
80,000
60,000 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2015 Nilai Kliring (juta Rp)
Volume Kliring (lembar warkat)
Sumber: Bank Indonesia Jambi
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
81
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Sejalan dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga masih mengalami penurunan (16,2% (yoy)) menjadi Rp59,6 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun (17,8% (yoy)). Sementara itu dari sisi jumlah lembar warkat cek dan BG kosong terjadi peningkatan (2,4%(yoy)) menjadi 1.891 lembar warkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan (1,2% (yoy)). 19
C.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp 100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent ). Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dari sisi nominal dan volume secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) masing-masing yaitu nilai RTGS dari, ke Jambi serta dari dan ke Jambi menurun 12,9% (yoy), 15,4% (yoy) dan 38,1% (yoy). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan mencapai Rp45,4 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp33,7 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp8,0 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
19
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara seketika (real time).
82
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.9 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliarrupiah) Per i ode
Dar i Pr ovi ns i J ambi Ni l ai Vol ume ( Mi l i ar Rp)
Ke Pr ovi ns i J ambi Ni l ai ( Mi l i ar Rp)
Vol ume
Dar i dan Ke Pr ovi ns i J ambi Ni l ai Vol ume ( Mi l i ar Rp)
TOTAL Ni l ai ( Mi l i ar Rp)
Vol ume
T w 1 - 11
12, 383
16, 923
23, 289
19, 391
2, 756
5, 487
38, 428
41, 801
T w 2 - 11
11, 499
17, 064
19, 826
19, 311
2, 768
5, 570
34, 093
41, 945
T w 3 - 11
14, 353
18, 840
22, 515
20, 637
3, 291
6, 009
40, 159
45, 486
T w 4 - 11
14, 986
21, 865
23, 761
21, 639
3, 723
6, 665
42, 470
50, 169
T w 1 - 12
10, 339
16, 644
51, 804
17, 758
2, 653
4, 966
64, 796
39, 368
T w 2 - 12
15, 139
19, 391
54, 010
19, 519
3, 543
5, 720
72, 692
44, 630
T w 3 - 12
15, 677
19, 313
29, 104
19, 344
3, 350
5, 662
48, 131
44, 319
T w 4 - 12
18, 270
21, 580
29, 431
20, 622
4, 702
6, 449
52, 403
48, 651
T w 1 - 13
15, 535
16, 648
22, 244
17, 183
4, 032
4, 973
41, 811
38, 804
T w 2 - 13
19, 666
18, 860
22, 658
18, 685
4, 695
5, 773
47, 019
43, 318
T w 3 - 13
20, 189
18, 663
26, 876
17, 988
7, 422
5, 691
54, 487
42, 342
T w 4 - 13
22, 181
22, 643
33, 327
21, 351
6, 521
6, 711
62, 029
50, 705
T w 1 - 14
19, 684
19, 031
22, 514
22, 854
5, 072
5, 347
47, 269
47, 232
T w 2 - 14
26, 992
17, 544
40, 455
18, 347
11, 033
5, 322
78, 480
41, 213
T w 3 - 14
38, 703
18, 758
53, 698
17, 401
12, 937
5, 595
105, 337
41, 754
T w 4 - 14
40, 778
20, 307
49, 646
18, 365
4, 833
6, 000
95, 257
44, 672
T w 1 - 15
34, 079
11, 300
39, 055
11, 549
4, 347
3, 766
77, 481
26, 615
T w 2 - 15
37, 662
11, 565
49, 677
12, 642
7, 289
7, 458
94, 629
31, 665
T w 3 - 15
33, 707
11, 530
45, 428
11, 774
3, 883
8, 002
83, 018
31, 306
Sumber: Bank Indonesia Jambi
TRIWULAN III 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
83
BOKS 2 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH PROVINSI JAMBI
Perbankan Syariah yang mengusung prinsip-prinsip Islam dalam proses bisnis mereka telah menjadi salah satu lembaga keuangan yang hadir dalam proses intermediasi keuangan di Indonesia. Perbankan Syariah sendiri telah hadir dan beroperasi di Provinsi Jambi dan menyediakan lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat di Provinsi Jambi untuk mendukung transaksi keuangan mereka. Hingga bulan September 2015, di Provinsi Jambi sendiri telah beroperasi 9 bank syariah dengan 44 kantor cabang. Sebagian besar bank syariah tersebut beroperasi di Kota Jambi yang merupakan pusat bisnis di Provinsi Jambi dan beberapa kantor cabang pembantu juga telah dibuka di Kabupaten Bungo, kabupaten yang tengah berkembang di Provinsi Jambi. Keberadaan bank syariah di Provinsi Jambi hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan jika dilihat dari proporsi aset, pembiayaan dan kredit antara bank konvensional dengan bank syariah. Perkembangan aset, penyaluran pembiayaan dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat di Provinsi Jambi sendiri masih jauh jika dibandingkan dengan bank konvensional (Grafik 1). Grafik 1. Proporsi Aset, DPK, Kredit dan Pembiayaan dari Bank Syariah dan Bank Konvensional di Provinsi Jambi per September 2015
Grafik di atas memperlihatkan bahwa total aset, DPK dan pembiayaan dari bank syariah di Provinsi Jambi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan bank konvensional. Aset bank syariah di Provinsi Jambi hanya sebesar 5,35% dari total aset bank umum di Provinsi Jambi. Penghimpunan dana dari masyarakat oleh perbankan syariah sendiri juga masih rendah. Total DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah di Provinsi Jambi sendiri hanya sebesar 4,13% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Provinsi Jambi. Selanjutnya, total pembiayaan yang disalurkan bank syariah di Provinsi Jambi hanya sebesar 6,74% dari keseluruhan penyaluran dana dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan oleh bank umum di Provinsi Jambi. Pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan dari perbankan syariah pun tidak begitu menggembirakan. Berdasarkan data yang dihimpun Bank Indonesia, aset perbankan syariah di Provinsi Jambi pada bulan September 2015 tercatat sebesar Rp1,97 triliun, menurun 4,96% dari posisi yang sama di tahun lalu yang tercatat sebesar Rp.2,07 triliun (Grafik 2).
84
Grafik 2. Aset Perbankan Provinsi Jambi
Sementara itu, perkembangan dari sisi pembiayaan pun tidak begitu baik. Tercatat penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah di Provinsi Jambi hingga bulan September 2015 sebesar Rp.1,87 triliun, turun sekitar 6,06% jika dibandingkan dengan pembiayaan pada posisi September 2014 lalu yang mencapai Rp.1,99 triliun (Grafik 3). Grafik 3. Kredit dan Pembiayaan di Provinsi Jambi
Selanjutnya, dari sisi penghimpunan dana dari masyarakat, angka DPK yang dihimpun oleh perbankan syariah hingga bulan September 2015 sebesar Rp.1,06 triliun tumbuh sebesar 6% dari posisi September 2014 lalu yang terhimpun sebesar Rp.1 Triliun (Grafik 4).
85
Grafik 4. Dana Pihak Ketiga di Provinsi Jambi
Secara umum berdasarkan data yang dipaparkan di atas, perbankan syariah belum menguasai porsi potensial mereka dalam industri keuangan di Provinsi Jambi. Potensi pasar perbankan syariah berupa penduduk Provinsi Jambi yang mayoritas beragama Islam belum sepenuhnya digali oleh pihak perbankan syariah di Provinsi Jambi. Berdasarkan kegiatan Focus Group Discussion yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi, Akademisi, Masyarakat Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah di Provinsi Jambi, mengemuka beberapa hal yang diperkirakan menahan perkembangan perbankan syariah di Provinsi Jambi, antara lain sebagai berikut :
Minimnya pengetahuan Mubaligh/ulama di Provinsi Jambi mengenai sistem ekonomi islam dan perbankan syariah. Sosialisasi perbankan syariah kepada masyarakat Provinsi Jambi belum melibatkan pihak-pihak terkait seperti MUI, Kementerian Agama dan akademisi, serta kurang gencarnya sosialisasi produk-produk keuangan syariah lainnya seperti saham dan obligasi yang diperkirakan akan menarik minat masyarakat dari semua kalangan. Masih kurangnya perhatian pihak perbankan syariah terhadap isu strategis seperti model sosialisasi, investasi dan kualitas SDM. Penggunaan istilah dalam bahasa Arab di perbankan syariah kurang dipahami oleh masyarakat dan kendala dalam menyampaikan konsep-konsep ekonomi syariah terutama penggunaan istilah-istilah islam dalam sosialisasi kepada masyarakat non muslim.
Melengkapi hasil yang didapat dari Focus Group Discussion tersebut, pada pertengahan Oktober 2015 lalu, dalam helatan Jambi Syariah Expo yang diadakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, telah dilaksanakan survei mengenai persepsi masyarakat terhadap peran perbankan syariah di Kota Jambi dalam mendukung prospek ekonomi islam. Survei tersebut berhasil menghimpun informasi dari 148 Responden, yang terdiri dari 93 orang respoden dana dan 55 orang responden kredit dan pembiayaan. Dari 93 orang responden dana, 81 orang atau sekitar 87% responden menyatakan memiliki tabungan di bank dan 12 orang atau sekitar 13% respoden menyatakan tidak memiliki tabungan di bank. Data yang dihimpun dari responden dana menyatakan bahwa sebanyak 53% dari responden memiliki tabungan di bank konvensional dan 25% responden memiliki tabungan di bank syariah, sementara itu 22% responden menyatakan bahwa mereka memiliki
86
tabungan di bank syariah dan bank konvensional (Grafik 5). Responden yang memiliki rekening di bank konvensional dan bank syariah diperkirakan menggunakan rekening bank konvensional untuk kegiatan perbankan sehari-hari. Grafik 5. Persentase Penabung dan Sebaran Bank Pilihan Responden
Dari survei tersebut juga diketahui bahwa keyakinan agama menjadi salah satu alasan utama responden menabung di bank syariah. Sebanyak 40% responden menyatakan bahwa menabung di bank syariah lebih berkah dan 12% lainnya menyatakan bahwa haram untuk menabung di bank konvensional. Grafik 6. Alasan Responden Menabung di Bank Syariah
Selanjutnya sebanyak 19% responden menyatakan bahwa biaya transaksi di bank syariah rendah dan 7% responden menyatakan bahwa meskipun ATM bank syariah sedikit, mereka bisa menggunakan ATM bank manapun. Survei tersebut memperlihatkan bahwa akidah atau keyakinan menjadi dasar bagi seseorang dalam memutuskan untuk menggunakan jasa keuangan di bank syariah, diikuti dengan alasan biaya dan kepraktisan transaksi. Lebih jauh, masih dalam survei yang sama, diketahui bahwa salah satu alasan responden masih menabung di bank konvensional adalah karena kemudahan transfer yang ditawarkan bank konvensional (29%) dan penggunaan bank konvensional untuk transaksi harian (22%).
87
Grafik 7. Alasan Responden Menabung di Bank Konvensional
Grafik 8. Harapan Responden Kepada Perbankan Syariah
Selanjutnya, ketika ditanyakan mengenai harapan responden terhadap bank syariah di Provinsi Jambi, sebanyak 29% responden mengharapkan bank syariah di Provinsi Jambi menambah jumlah kantor cabang mereka, 20% responden mengharapkan penambahan ATM dan 22% responden mengharapkan bank syariah menambah iklan dan sosialisasi kepada masyarakat. Survei tersebut sedikitnya memberikan informasi bahwa akidah atau keyakinan merupakan pertimbangan dominan dalam menggunakan produk keuangan dari perbankan syariah, diikuti oleh pertimbangan biaya dan kepraktisan bertransaksi. Informasi tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan dalam pengembangan perbankan syariah di Provinsi Jambi. Langkah-langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang akan dilakukan selanjutnya harus didasari atas temuan kondisi di lapangan dari faktor-faktor yang menghambat perkembangan perbankan syariah itu sendiri. Langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi kendala di lapangan akan sangat berbeda, tergantung kepada faktor utama yang ditemukan di lapangan sebagai penghambat ekspansi bank syariah dalam industri keuangan di Provinsi Jambi.
88
BOKS 3 JAMBI SHARIA EXPO 2015, Hijrah ke Bank Syariah
Melihat demografi penduduk Jambi, dari total 2.7 Juta penduduk pada tahun 2014 sebanyak 94.27% merupakan penganut Agama Islam. Hal ini merupakan potensi bagi perkembangan perbankan syariah di Provinsi Jambi.
Grafik.1 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Grafik 2. Proporsi Aset Perbankan Syariah
5.37%
ISLAM : 94,3% PROTESTAN : 2,9% KATOLIK : 1,3% HINDU : 0,1% BUDHA : 1,3% KONGHUCU : 0,2%
94.63%
PERBANKAN KONVENSIONAL Sumber : Jambi Dalam Angka 2014 (data diolah)
PERBANKAN SYARIAH
Sumber : Buku Saku, Oktober 2015 (diolah)
Namun hal tersebut ternyata belum sesuai dengan harapan. Data menunjukkan bahwa pangsa bank syariah di Bulan Agustus 2015 hanya sebesar 5.37% dari total aset perbankan Jambi dan justru turun sedikit dari bulan yang sama tahun lalu yang telah mencapai 5.49%. Hal ini merupakan permasalahan yang perlu dicarikan jalan keluar. Beberapa alasan yang mengemuka adalah permasalahan dari sisi perbankan itu sendiri seperti jumlah jaringan yang belum mampu bersaing dengan perbankan konvensional, serta kurangnya pemasaran yang dilakukan sehingga masyarakat belum mengerti perbedaan antara produk perbankan konvensional dan syariah. Mengambil sedikit cuplikan dari bedah buku Ekonomi Islam 101 oleh Chandra Natadipurba bahwa selain kekurangan dari sisi pelayanan perbankan syariah, ada satu hal yang menjadi fokus perhatian dari seorang Chandra Natadipurba, yaitu split personality dan split society yang saat ini terjadi di masyarakat. Umat muslim lebih banyak terjebak pada simbol-simbol Islam namun tidak dengan isi atau konten dari ajaran Islam sendiri. Seorang muslim yang masih menjalankan riba adalah contohnya. Mungkin itulah gambaran besar permasalahan yang dihadapi oleh Perbankan syariah, di satu sisi perbankan harus terus memperbaiki kualitas dan kuantitas layanan. Di sisi lain, pemerintah dan tokoh masyarakat diharapkan terus melakukan edukasi guna merubah mindset masyarakat yang kurang tepat ini.
89
Dalam rangka memfasilitasi hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan Jambi Sharia Expo 2015 pada 10-13 Oktober 2015 bertempat di WTC Mall. Pemilihan tempat didasarkan pada kebiasaan masyarakat Jambi yang menjadikan mall sebagai sarana hiburan karena secara umum Kota jambi tidak memiliki daerah tujuan wisata. WTC Mall juga memiliki tempat yang strategis guna mengakomodir masyarakat yang berasal dari Seberang Kota yang merupakan penganut Islam yang masih taat. Pemilihan waktu mengambil momen Malam Tahun Baru Islam 1437H sebagai malam puncak Jambi Sharia Expo 2015. Peserta expo tidak hanya terdiri dari tujuh perbankan syariah, terdapat juga Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah seperti Pegadaian Syariah, Asuransi Bumiputera Syariah, Lembaga Amil Zakat. Selain lembaga keuangan, JSE 2015 juga melibatkan pelaku usaha berbasis syariah seperti Wardah dan UMKM busana muslim. JSE 2015 dibuka langsung oleh Bapak Irman selaku Pj Gubernur Provinsi Jambi disela kesibukannya dalam mempersiapkan kunjungan Presiden RI dalam mengatasi masalah asap di Provinsi Jambi. Sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan Gerakan Nasional Non Tunai pada acara tersebut dilakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Provinsi Jambi dan KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi tentang Koordinasi Dalam Rangka Meningkatkan Layanan Transaksi Keuangan Non Tunai Pemerintah Provinsi Jambi.
Dilaksanakan selama empat hari, berbagai acara menarik dipersembahkan sepanjang expo berlangsung. Program yang berhubungan dengan edukasi dan sosialisasi tentang ekonomi syariah, tugas dan fungsi Bank Sentral dikemas dalam bentuk talkshow dengan narasumber berasal dari akademisi dan praktisi membuat perpaduan tepat sehingga materi lebih mudah diterima peserta. Selain edukasi dan sosialisa diberi kesempatan untuk mempromosikan produk masing-masing bank di atas panggung.
90
Puncak acara malam penutupan JSE 2015 yang dilakukan bersamaan dengan momentum 1 Muharram 1437H benar-benar berlangsung meriah. Jambi merupakan kota yang menjunjung tradisi dan religius. Masyarakat tumpah ruah bergabung pada pawai obor menyambut Tahun Baru Islam. Setelah pawai obor, kemeriahan dilanjutkan oleh penampilan Hedi Yunus yang membuat penonton bernostalgia ke tahun 90an. Semua terasa semakin manis ketika laporan transaksi expo dibacakan. Perolehan transaksi selama 4 hari telah mencapai 12,95 M untuk Dana Pihak Ketiga dan 16,38 M untuk Pembiayaan. Pencapaian ini masih belum termasuk pencapaian produk Logam mulia sebanyak 218 gr dan asuransi.
Berkaca dari antusiasme masyarakat sepanjang expo berlangsung yang tergambar dari nilai transaksi expo tersebut, perbankan syariah merupakan pasar yang sangat potensial untuk berkembang. Bagaimana pihak perbankan memperbaiki, mengemas dan memasarkan produknya menjadi kunci dalam perkembangan ekonomi syariah. Bank Indonesia sebagai fasilitator dan advisor pemerintah akan terus berupaya dan mendorong Pemerintah dalam mendukung perkembangan ekonomi syariah. Sebagai langkah awal, KPw BI Prov Jambi telah menginisiasi pembentukan Pusat Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah yang SK nya telah ditandatangani oleh Gubernur. Akademisi, SKPD dan praktisi tergabung disini. Diharapkan dengan sinergi ini perkembangan ekonomi syariah akan semakin pesat. Mari Hijrah ke Ekonomi Syariah.
91
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan III-2015 mencapai Rp2,5 triliun (terealisasi sebesar 77,8% dari APBD 2015). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp891,7 miliar (35,2% dari total pendapatan), sedikit menurun dibandingkan realisasi PAD Triwulan III-2014 (Rp971,8 miliar atau 38,1% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp694,8 miliar (77,9% dari total PAD). Sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp1,2 triliun pada Triwulan II-2015 (terealisasi 12,0%) menjadi Rp2,1 triliun pada Triwulan III-2015 (terealisasi 56,1%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, nilai realisasi pendapatan mengalami penurunan sebesar 0,6% namun realisasi belanja mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 19,1%. Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 21,5%, jauh lebih kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 63,4%. Share belanja modal pada tahun ini pun lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2014 dan 2013 (25,3% dan 31,5%). A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan III Tahun 2015 Pada Triwulan III-2015, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp2,5 triliun atau mencapai 77,8% dari APBD tahun 2015 (Rp3,3 triliun). Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp1,6 triliun (64,7% dari total pendapatan). Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk
93
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAH
Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp841 miliar (33,2% dari total pendapatan Jambi) (Tabel 4.1). Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya sebesar Rp891,7 miliar (35,2% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut menurun 8,2% dibanding Triwulan III-2014. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp694,8 miliar hingga Triwulan III-2015 (27,4% dari total pendapatan dan 77,9% dari total PAD). Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan III-2015 (dalam miliar rupiah) S.D TW III-2014 APBD-P 2014
URAIAN
PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
S.D TW I-2015 APBD 2015
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
S.D TW II-2015 Nominal (Rp. Miliar)
Persen
S.D TW III-2015 Nominal (Rp. Miliar)
Persen
3,127.13 1,208.84 1,021.87 15.66 43.20 128.12
2,550.08 971.76 721.20 10.12 33.91 206.52
81.55 80.39 70.58 64.67 78.50 161.20
3,259.50 1,253.71 1,051.87 18.92 33.20 149.72
522.55 157.76 127.20 2.28 0.23 28.05
16.03 12.58 12.09 12.05 0.69 18.73
1,648.39 556.61 472.06 6.25 0.96 77.33
50.57 44.40 44.88 33.03 2.89 51.65
2,535.27 891.70 694.78 12.69 32.73 151.50
77.78 71.12 66.05 67.07 98.58 101.19
1,917.29 1,556.19 179.30 379.20 948.34 49.36 361.11 361.11 1.00 1.00
1,578.14 1,215.90 122.59 266.01 790.28 37.02 362.24 362.24 0.18 0.18
82.31 78.13 68.37 70.15 83.33 75.00 100.31 100.31 18.32 18.32
2,004.45 1,527.55 247.99 212.45 1,009.17 57.94 476.90 476.90 1.34 1.34
364.79 252.29 252.29 112.50 112.50 -
18.20 16.52 25.00 23.59 23.59 -
1,091.11 854.62 69.37 179.18 588.68 17.38 236.49 236.49 0.68 0.68
54.43 55.95 27.97 84.34 58.33 30.00 49.59 49.59 50.60 50.60
1,640.92 1,286.94 128.71 285.39 840.97 31.87 353.98 353.98 2.65 2.65
81.86 84.25 51.90 134.33 83.33 55.01 74.23 74.23 197.76 197.76
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Tahun2015 Hingga Triwulan III-2015, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp2,1 triliun atau mencapai 56,1% dari APBD 2015 (Rp3,7 triliun). Nilai realisasi tersebut meningkat cukup tinggi sebesar Rp335,3 miliar atau 19,1% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp1,4 triliun atau 68,9% dari total belanja Triwulan III-2015 (terealisasi sebesar 61,0% dari target APBD 2015) (Tabel 4.2). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja pegawai yang mencapai Rp503,8 miliar (34,9% dari belanja operasional) dan diikuti oleh belanja hibah Rp467,4 miliar (32,4% dari belanja operasional). Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
94
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAHKeuangan Pemerintah Dareah
Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja modal dari Triwulan II-2015 ke Triwulan III-2015 (meningkat Rp215,1 miliar atau 91,4%) yang disebabkan oleh mulai dilakukannya pembayaran berbagai proyek pembangunan. Namun demikian, belanja modal yang bertujuan untuk pembangunan infrastruktur tersebut baru terealisasi sebesar Rp450,6 miliar atau baru mencapai 56,1% dari target pada APBD 2015. Sesuai siklusnya, realisasi belanja modal hingga Triwulan III-2015 relatif masih kecil, sejalan dengan masih berlangsungnya
pengadaan
maupun
pengerjaan
kegiatan
pembangunan
sehingga pembayaran belum dapat dilakukan. Dari sisi porsi terlihat tren penurunan alokasi belanja modal. Alokasi belanja modal dalam APBD 2015 hanya sebesar 21,5%, lebih rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 (31,5%) dan APBD-P 2014 (25,3%). Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan total Rp349,4 miliar (terealisasi 62,4% dari target pada APBD 2015). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan sedikit menurun 1,1% dibandingkan realisasi pada Triwulan III-2014. Hal tersebut mengindikasikan masih lemahnya komitmen
Pemerintah
Provinsi
Jambi
dalam
mendorong
percepatan
pembangunan infrastruktur, dimana infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2015.
TRIWULAN III 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
95
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAH
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan III-2015 (dalam miliar rupiah) S.D TW III-2014 APBD-P 2014
URAIAN
BELANJA Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja
Subsidi Hibah Bantuan Sosial Bantuan Keuangan Tidak Terduga
Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga Transfer Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
S.D TW I-2015 APBD 2015
Nominal (Rp. Miliar)
S.D TW II-2015
Persen
Nominal (Rp. Miliar)
S.D TW III-2015
Persen
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
3,641.24 2,198.58 657.66 946.67
1,759.54 1,106.32 392.15 389.24
48.32 50.32 59.63 41.12
3,734.03 2,365.84 695.36 903.14
420.29 254.07 107.32 34.83
11.26 10.74 15.43 3.86
1,205.56 873.21 281.94 213.61
32.29 36.91 40.55 23.65
2,094.88 1,443.56 503.85 420.27
56.10 61.02 72.46 46.53
413.68 25.50 155.07
262.54 62.40
63.46 40.24
630.35 2.49 134.50
111.92 -
17.76 -
325.67 52.00
51.66 38.66
467.44 52.00
74.16 38.66
919.30 43.58 146.56 134.34 591.14 2.60 1.08
445.79 8.38 40.73 42.73 353.08 0.35 0.53
48.49 19.22 27.79 31.81 59.73 13.28 48.83
803.83 15.79 84.66 141.16 559.52 2.70 -
69.37 3.53 0.89 64.93 0.02 -
8.63 4.17 0.63 11.60 0.74 -
235.50 0.70 15.96 22.89 194.72 1.23 -
29.30 4.43 18.86 16.22 34.80 45.44 -
450.65 0.98 35.39 63.31 349.37 1.60 -
56.06 6.21 41.80 44.85 62.44 59.26 -
2.00 2.00
0.18 0.18
9.00 9.00
3.50 3.50
-
-
-
-
0.44 0.44
12.57 12.57
521.36 521.36
207.25 207.25
39.75 39.75
560.86 560.86
96.85 96.85
17.27 17.27
96.85 96.85
17.27 17.27
200.23 200.23
35.70 35.70
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan III-2015 mencapai Rp2,3 triliun, meningkat 8,8% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp2,1 triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (13,1% (yoy)) yang utamanya disebabkan kenaikan Pajak Penghasilan sebesar 28,1% seiring kenaikan UMR, kenaikan gaji tahunan PNS dan pencairan gaji ke-13 (tigabelas) PNS. Sementara itu, Pajak Pertambahan Nilai tercatat mengalami penurunan (-1,0% (yoy)) seiring dengan perlambatan ekonomi Provinsi Jambi.
96
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAHKeuangan Pemerintah Dareah
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (Juta Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp2,0 triliun (89,8%) dan diikuti oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp193,4 miliar (8,5%) (Grafik 4.1). Grafik 4.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)
Apabila dilihat berdasarkan sumber pendapatan, terlihat bahwa terdapat kenaikan pada pendapatan PPh selama triwulan I hingga triwulan III 2015 dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 (Grafik 4.2). Sementara itu, pendapatan PPN terlihat mengalami penurunan pada triwulan I dan II 2015 TRIWULAN III 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
97
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAH
dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 meskipun pada triwulan III 2015 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2014 (Grafik 4.3). Grafik 4.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan
Grafik 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan
PPh di Provinsi Jambi
PPN di Provinsi Jambi Miliar Rupiah
Miliar Rupiah 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
2014 352
320
444
2015
450
2014
400
372
350
318
306
300
250
219
200
395
2015 337 287
221 173
150 100 50 -
Tw I Tw II Tw III Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI , Kanwil Jambi (diolah)
Tw I
Tw II
Tw III
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI , Kanwil Jambi (diolah)
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan III-2015 terealisasi sebesar Rp3,0 triliun meningkat 1,9%(yoy) dibandingkan total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel 4.4). Kenaikan angka realisasi belanja tersebut cukup terbatas disebabkan oleh turunnya Belanja Barang sebesar Rp137 miliar (16%yoy) dan Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp71,7 miliar (37,2% yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi dalam jutaan rupiah KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
REALISASI BELANJA
I Belanja Pegawai II Belanja Barang III Belanja Denda dan Subsidi III Belanja Bantuan Sosial IV Belanja Lain-Lain V Belanja Modal Total Realisasi Belanja
Akumulasi Hingga Triwulan III 2015 1.147.662 856.347 141 192.817 36.605 754.823 2.988.395
Triwulan I 2015
343.408 76.499 34.181 3.513 457.601
Triwulan II Triwulan III 2015 2015
411.937 234.135 34.784 275.626 956.483
588.408 408.793 52.176 584.313 1.633.691
Akumulasi Hingga Triwulan III 2015 1.343.754 719.428 121.141 863.452 3.047.774
Pertumbuhan terhadap semester sebelumnya Nominal 196.091 (136.919) (141) (71.675) (36.605) 108.629 59.379
(%) 17,09% -15,99% -100,00% -37,17% -100,00% 14,39% 1,99%
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
98
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAHKeuangan Pemerintah Dareah
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1,3triliun dengan pangsa mencapai 44,1%, jauh meningkat dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 38,4%. Belanja Modal menjadi belanja kedua terbesar (Rp863,5 miliar), dengan pangsa yang meningkat dari 25,3% pada periode yang sama tahun 2014 menjadi 28,3% pada triwulan berjalan (Grafik 4.3). Grafik 4.4. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 50%
2013
40%
2014
s.d Triwulan III-2015
30% 20%
10% 0% Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Lainlain
Belanja Modal
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Peningkatan Belanja Modal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah
salah
satu
komponen
utama
yang
berperan
dalam
kemajuan
perekonomian. Sementara itu, pangsa Belanja Barang turun dari 28,7% pada tahun 2014 menjadi 23,6% pada realisasi anggaran hingga Triwulan III-2015.
TRIWULAN III 2015|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
99
KEUANGAN PEMERINTAH D AERAH
D. Keuangan Pemerintah Daerah Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan III-2015 adalah sebesar Rp3,98 triliun, atau naik 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,89 triliun (Grafik 4.4). Peningkatan simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh naiknya simpanan deposito dari Rp1,94 triliun pada Triwulan III-2014 menjadi Rp2,22 triliun pada triwulan laporan. Adapun simpanan giro mengalami penurunan dari Rp1,92 triliun pada Triwulan III-2014 menjadi Rp1,74 triliun pada triwulan laporan atau turun sebesar 9,2% (yoy).
Grafik 4.5. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Tabungan
(Rp triliun)
Deposito
Giro
Total (LHS)
(Rp triliun)
3
8 7 6
2
5 4 3
1
2 1 0
Tw I-13
Tw II-13
Tw III-13
TW IV-13
Tw I-14
Tw II-14
Tw III-14
Tw IV-14
Tw I-15
Tw II-15
Tw III-15
Sumber: LBU Bank Indonesia
100
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN III 2015
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada Maret 2015, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 4,5% menjadi Rp343.935 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin dari 8,39% menjadi 8,86%. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 adalah 300,71 ribu orang yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 119,54 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak 181,17 ribu orang. Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,7% dibandingkan September 2014 yang disebabkan oleh peningkatan penduduk miskin di kota (9,6%) maupun desa (4,9%). Jumlah pekerja di Jambi mengalami peningkatan yaitu dari 1.491 ribu orang di Agustus 2014 menjadi 1.550,4 ribu orang di Agustus 2015. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pengangguran menunjukkan penurunan dari 79,8 ribu orang di Agustus 2014 menjadi 70,3 ribu orang di Agustus 2015 sehingga tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,34% dari 5,08%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 94,83 dari 96,09 pada triwulan lalu sejalan dengan penurunan NTP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat (4,12%) dari 95,54 pada Triwulan II-2015 menjadi 90,67 selama Triwulan III-2015. Sementara itu penyaluran raskin selama Triwulan III-2015 juga mengalami penurunan sebesar 14,1% (qtq) seiring dengan momen lebaran yang membuat masyarakat cenderung mengkonsumsi beras yang lebih baik serta tingginya penebusan raskin yang terjadi di Triwulan II 2015 dimana untuk mengantisipasi kenaikan harga beras menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan Juni 2015.
A. Kemiskinan Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada bulan Maret 2015 meningkat 4,5% menjadi Rp343.935/bulan/orang (tabel 5.1.).
101
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
Kenaikan garis kemiskinan tersebut sejalan dengan meningkatnya garis kemiskinan non makanan sebesar 9,0% dari Rp74.463/bulan/orang menjadi Rp81.144/bulan/orang serta meningkatnya garis kemiskinan makanan sebesar 3,2% dari Rp254.718/bulan/orang menjadi Rp262.791/bulan/orang. Menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi yaitu mencapai Rp406.074/kapita/bulan sementara untuk masyarakat desa sebesar Rp316.838/kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut samasama mengalami peningkatan dibandingkan September 2014 masing-masing sebesar 3,9% dan 4,9%. Dari jenis
komponennya,
peranan
komoditas
makanan
(76,41%)
mendominasi dibandingkan komoditas non makanan (23,59%) (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras sedangkan komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 adalah 300,71 ribu orang yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 119,54 ribu orang dan penduduk miskin desa sebanyak 181,17 ribu orang (tabel 5.2.). Jumlah penduduk miskin tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,7% dibandingkan September 2014 yang disebabkan oleh peningkatan penduduk miskin di kota (9,6%) maupun desa (4,9%) dan menyebabkan peningkatan persentase penduduk miskin dari 8,39% menjadi 8,86%. Namun demikian, persentase penduduk miskin Provinsi Jambi tersebut lebih rendah dari angka nasional yang pada Maret 2015 mencapai 11,22%. Tabel 5.1. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi September 2014 Wilayah
Makanan
Non Makanan
Total
Maret 2015 %GK Makanan
Makanan
74.22 79.17 77.38
297,507 247,652 262,791
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
Kota Perdesaan Kota + Desa
290,152 239,213 254,718
100,778 62,948 74,463
390,931 302,162 329,181
Non Makanan
Total
%GK Makanan
(dalam satuan Rp/kapita/bulan)
108,556 69,186 81,144
406,074 316,838 343,935
Sumber : Susenas, BPS 2015
102
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
73.26 78.16 76.41
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Miskin Wilayah
Persentase Penduduk Miskin September Maret 2015 2014
Maret 2014
Kota Perdesaan Kota + Desa
9.85 7.07 7.92
10.67 7.39 8.39
11.60 7.67 8.86
Jumlah Penduduk Miskin Maret 2014 September 2014 100.12 163.68 263.80
Maret 2015
109.07 172.68 281.75
119.54 181.17 300.71
Sumber : Susenas, BPS 2015
B. Ketenagakerjaan Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jambi pada bulan Agustus 2015 adalah 66,14% atau meningkat dibandingkan Agustus tahun lalu (65,59%) (tabel 5.3.). Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut dapat terserap di dunia kerja yang tercermin dari peningkatan jumlah pekerja sebesar 4,0% menjadi 1,55 juta orang. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pengangguran Provinsi Jambi tercatat mengalami penurunan dari sebelumnya sebanyak 79,8 ribu orang pada bulan Agustus 2014 berkurang menjadi sebanyak 70,3 ribu orang pada bulan laporan. Tingkat pengangguran menurun dari 5,08% pada Agustus 2014 menjadi 4,34% seiring dengan kenaikan penyerapan tenaga kerja di sub sektor perikanan dan perkebunan pinang. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bahwa sebagian besar responden menyatakan tingkat tenaga kerja pada Triwulan III-2015 cenderung tetap dibandingkan dengan tenaga kerja pada tahun sebelumnya meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tren penurunan harga komoditas unggulan Jambi.
TRIWULAN III2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
103
10 3
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.3. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang) 2013 AGUSTUS Angkatan Kerja 1,466.96 - Bekerja 1,397.2 - Penganggur 69.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 62.68 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4.76 Pekerja penuh 698.6 Pekerja tidak penuh 698.6 Setengah penganggur 125.3 Paruh waktu 573.3 KEGIATAN UTAMA
1
2 3 4 5
2014 FEBRUARI AGUSTUS 1,570.3 1,570.8 1,531.1 1,491.0 39.3 79.8 66.51 65.59 2.50 5.08 840.5 812.6 690.6 678.4 164.3 143.6 526.3 534.8
2015 FEBRUARI AGUSTUS 1,692.4 1,620.8 1,646.2 1,550.4 46.2 70.3 69.92 66.14 2.73 4.34 932.6 893.5 713.6 656.9 191.5 155.9 522.1 501.0
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Sementara itu jumlah pekerja penuh mengalami kenaikan menjadi 893,5 ribu orang dari 812,6 ribu orang (Agustus 2014) sementara pekerja tidak penuh turun menjadi 656,9 ribu orang dari 678,4 ribu orang seiring dengan penurunan pekerja paruh waktu11. Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 819,5 ribu orang (52,9%) seiring dengan kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sumber
utama
pertumbuhan
perekonomian
Jambi
(tabel
5.4).
Sektor
perdagangan, yang merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar keempat, menjadi sektor tertinggi kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja sebesar 261,6 ribu orang (16,5%) sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor pada Triwulan III-2015 mampu tumbuh cukup signifikan sebesar 2,7% (qtq) atau 14,8% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan 1,3% atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2015 (4,5% (yoy)). Selanjutnya penyerapan terbesar ketiga adalah sektor jasa kemasyarakatan yang mencapai 236,8 ribu orang (15,27%). Meningkatnya jumlah pekerja di Agustus 2015 disebabkan oleh meningkatnya jumlah pekerja yang didominasi sektor pertanian sub sektor perkebunan pinang dan perikanan seiring peningkatan kinerja pada sub sektor 11
Pekerja Paruh Waktu adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (dahulu disebut setengah pengangguran sukarela).
104
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
tersebut, lalu diikuti lapangan sektor industri yang utamanya disebabkan meningkatnya kinerja sub sektor industry pulp and paper, selanjutnya sektor konstruksi seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan proyek infrastruktur di triwulan berjalan serta sektor perdagangan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan seiring dengan perayaan hari besar keagaamaan. Sementara itu jumlah tenaga kerja di sektor keuangan dan jasa kemasyarakatan menurun disebabkan oleh berkurangnya permintaan akan produk keuangan dan jasa kemasyarakatan seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi . Tabel 5.4. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama (ribu orang) 2013 AGUSTUS Pertanian 735.8 Industri 52.5 Konstruksi 60.7 Perdagangan 233.5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 52.8 Keuangan 21.9 Jasa Kemasyarakatan 212.2 Lainnya ***) 27.8 TOTAL 1,397.2 Lapangan Pekerjaaan Utama
1 2 3 4 5 6 7 8
2014 FEBRUARI AGUSTUS 755.6 736.2 44.0 52.5 54.3 61.8 287.2 251.8 54.5 55.5 37.3 25.4 272.5 269.6 25.6 38.2 1,531.0 1,491.0
2015 FEBRUARI AGUSTUS 821.1 819.5 90.1 62.0 82.1 65.0 276.5 261.6 55.1 55.0 19.2 21.3 250.5 236.8 51.6 29.1 1,646.2 1,550.4
Sumber: BPS Provinsi Jambi ***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 579,9 ribu orang dengan pangsa 37,4%, berusaha sendiri sebanyak 324,4 ribu orang (20,9%) dan pekerja keluarga/tak dibayar sebanyak 230,6 ribu orang (14,9%) (tabel 5.5). Meningkatnya jumlah pekerja di Agustus 2015 utamanya disebabkan oleh meningkatnya pekerja dengan status buruh/karyawan dan pekerja bebas. Penyerapan tenaga kerja formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan) mengalami peningkatan yang signifikan sedangkan sektor informal relatif menurun dari 932,9 ribu orang (Agustus 2014) menjadi 909,3 ribu orang.
TRIWULAN III2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
105
10 5
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
Tabel 5.5. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) Lapangan Pekerjaaan Utama 1 2 3 4 5 6
Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh / karyawan Pekerja bebas Pekerja keluarga / tak dibayar TOTAL
2013 2014 2015 AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS 335.1 338.3 319.9 329.3 324.4 206.4 241.3 263.2 231.5 223.9 62.1 75.1 61.9 69.8 61.2 511.1 541.7 496.3 662.7 579.9 93.0 78.2 99.3 99.1 130.4 189.5 256.4 250.5 253.7 230.6 1,397.2 1,531.1 1,491.0 1,646.2 1,550.4
Sumber: BPS Provinsi Jambi
C. Kesejahteraan Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan September 2015, NTP sebesar 94,83 atau turun 126 bps dibandingkan Juni 2015 (tabel 5.6.).12 Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang dibayar petani sementara indeks yang diterima petani mengalami penurunan terutama pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat (4,12%) dari 95,54 pada Triwulan II-2015 menjadi 90,67 selama Triwulan III-2015. Berdasarkan liaison ke dunia usaha, penurunan tersebut didorong oleh belum begitu membaiknya harga karet di level petani. Petani karet memilih tidak melakukan penyadapan pada saat harga karet di level petani dirasa sangat rendah karena tidak sebanding antara apa yang mereka usahakan dengan yang mereka terima. Petani-petani tersebut lebih memilih menjadi buruh pabrik atau bekerja pada orang lain untuk mendapatkan penghasilan. Namun demikian, secara sub sektor hanya sub sektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan NTP sementara sub sektor lainnya mengalami kenaikan NTP. NTP sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija mengalami sedikit kenaikan menjadi 98,52 dari triwulan sebelumnya 96,25 disebabkan 12
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
106
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan indeks dibayar petani. Nilai tukar petani hortikultura dan peternakan juga mengalami peningkatan disebabkan terdapat kenaikan permintaan dan harga dalam rangka perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Di samping itu, kenaikan NTP petani holtikultura sejalan dengan kenaikan harga beberapa sayuran selama triwulan laporan. NTP sub sektor perikanan terpantau stabil, namun kondisi berbeda dialami nelayan dan pembudidaya ikan dimana NTP nelayan mengalami kenaikan sementara NTP pembudidaya ikan mengalami penurunan. Meskipun kenaikan indeks harga yang dibayar keduanya relatif sama, namun peningkatan indeks harga yang diterima nelayan jauh lebih tinggi sementara kenaikan indeks harga yang diterima pembudidaya ikan relatif kecil. Tabel 5.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100) 2014 KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
Sep
2015 Des
Mar
Jun
Sep
PERUBAHAN (%) (Jun ke Sep 2015 )
1 Tanaman Pangan a Indeks Diterima Petani
108.65
114.47
119.52
115.57
119.39
3.31
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-P)
115.01 94.47
120.87 94.71
117.50 101.72
120.07 96.25
121.18 98.52
0.92 2.36
2 Hortikultura a Indeks Diterima Petani
108.44
113.11
108.73
110.57
114.29
3.36
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3 Tanaman Perkebunan Rakyat
114.20 94.96
120.18 94.11
117.21 92.76
119.50 92.53
120.47 94.87
0.81 2.53
a Indeks Diterima Petani
109.78
113.29
109.04
114.30
109.59
-4.12
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4 Peternakan a Indeks Diterima Petani
114.52 95.86
121.10 94.31
117.36 92.91
119.64 95.54
120.87 90.67
1.03 -5.10
110.72
112.92
113.86
116.02
119.86
3.31
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5 Perikanan
111.30 99.48
115.11 98.10
113.51 100.31
115.45 100.50
116.32 103.05
0.75 2.54
a Indeks Diterima Petani
115.85
118.18
117.40
119.06
120.31
1.05
112.90 102.62
118.78 99.50
116.74 100.56
118.65 100.35
119.88 100.36
1.04 0.01
111.86 116.76 95.81
114.38 119.03 96.09
113.94 120.15 94.83
-0.38 0.94 -1.31
b Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) PROVINSI JAMBI a INDEKS YANG DITERIMA (It) b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) c NILAI TUKAR PETANI (NTPp)
109.70 114.03 96.21
113.57 119.47 95.06
TRIWULAN III2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
107
10 7
KETENAGAKERJAAN D AERAH DAN KESEJAHTERAAN
D. Raskin Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 7,3 ton, turun 14,1% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,5 ton (Grafik 5.1). Menurunnya penyaluran raskin tersebut karena momen
lebaran
yang
membuat
masyarakat
cenderung
membeli
dan
mengkonsumsi beras yang lebih baik serta tingginya penebusan raskin yang terjadi di Triwulan II-2015 dimana untuk mengantisipasi kenaikan harga beras menjelang puasa 2015 maka raskin Juli dan Agustus 2015 diselesaikan di bulan Juni 2015.
Ribu ton
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi Pertumbuhan Raskin (%) 150.00
14 12.5
12.4
12
10.8 8.1
7.8
8
100.00
9.8
9.3
10
8.7
8.5
7.3
50.00
6.1 6
4.2
-
4.2
3.3
4
2.6
(50.00)
2
-
(100.00) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 2012
2013
2014
2015
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
108
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN III2015
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan IV 2015 diperkirakan sedikit membaik pada kisaran 4,7%-5,1%(yoy) dibandingkan triwulan III 2015 (4,5% (yoy)). Dari sisi permintaan, kenaikan konsumsi pemerintah, investasi (PMTDB) dan net ekspor diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang seiring pelaksanaan pilkada Provinsi Jambi, kenaikan investasi terutama dari pemerintah dan investasi perusahaan kertas dan bubur kertas serta menurunnya impor yang cukup dalam berdampak pada kenaikan net ekspor. Dari sisi lapangan usaha, kenaikan pertumbuhan ekonomi Jambi diperkirakan disumbangkan oleh sektor industri pengolahan, transportasi dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Inflasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan menurun pada kisaran 2,21%2,71% (yoy) dari sebelumnya 5,29% (yoy) pada triwulan II 2015. Penurunan inflasi triwulan IV 2015 utamanya disebabkan hilangnya pengaruh base effect kenaikan harga BBM pada triwulan IV tahun 2014. Sementara itu, inflasi year to date hingga bulan Oktober tercatat -0,02%. Sumber inflasi pada triwulan IV 2015 utamanya disumbangkan dari kenaikan harga kelompok volatile food dan inflasi inti. Dari sisi volatile food, inflasi diperkirakan disumbangkan oleh kenaikan harga produk ayam dan bawang merah yang diperkirakan akan terjadi pada triwulan IV 2015. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan kenaikan beberapa barang impor dan barang berbahan baku impor. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga pangan seiring terganggunya stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di daerah produsen (Jawa); 2)
109
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015;
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan IV 2015 diperkirakan pada kisaran 4,7%-5,1%(yoy) atau 1,7%-2,1%(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 baik secara tahunan (4,5% yoy) maupun secara triwulanan (1,5% qtq). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 4,9%5,3%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 yang mencapai 7,8%. Berdasarkan sisi permintaan, konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang sejalan dengan kenaikan realisasi belanja operasi/rutin untuk pelaksanaan pilkada yang terjadi pada bulan Desember 2015. Investasi juga mengalami pertumbuhan yang utamanya disumbangkan dari percepatan realisasi investasi fisik pemerintah provinsi Jambi. Disamping itu, tren kenaikan ekspor komoditas kertas dan bubur kertas diperkirakan akan mendorong kenaikan investasi perusahaan dalam rangka ekspansi produksi. Net ekspor juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 meskipun tidak begitu besar sejalan dengan pelemahan harga komoditas global dan perkiraan pertumbuhan ekonomi terbaru Amerika Serikat dan Tiongkok yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Jambi akan banyak disumbangkan sektor industri pengolahan terutama sub sektor industri pengolahan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan informasi dari contact liaison yang menyatakan adanya kenaikan produksi sejalan dengan kenaikan permintaan ekspor CPO pada triwulan IV 2015.
110
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
Namun demikian, sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku industri pengolahan
kelapa
sawit
dan
karet
berisiko
mengalami
perlambatan
pertumbuhan seiring perkiraan penurunan produksi kelapa sawit dan karet Jambi sebagai dampak kekeringan yang terjadi selama triwulan III 2015 (masa trek). Tren penurunan harga komoditas CPO dan karet global juga berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan sub sektor perkebunan dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian. Sektor transportasi dan pergudangan diperkirakan mengalami kenaikan seiring proyeksi meningkatnya kegiatan transportasi udara yang ditandai dengan pembukaan rute baru dari Jambi. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga mengalami kenaikan sejalan dengan mulai hilangnya kabut asap yang menyelimuti Jambi pada triwulan III 2015 sehingga mendorong masyarakat dan instansi (pemerintah dan swasta) untuk menyelenggarakan kegiatan, pertemuan dan hajatan yang sempat tertunda selama triwulan III 2015. Namun demikian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan hal yang sebaliknya dimana pelaku usaha masih pesimis memandang perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan IV 2015 sebesar -10,97. Sektor yang masih pesimis terhadap kondisi perekonomian triwulan IV 2015 adalah sektor industri pengolahan (SBT -11,4%) dan bangunan (SBT 6,86%). Sementara sektor lain masih cukup optimis. Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
111
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
Kinerja industri pengolahan diperkirakan tidak tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 bahkan berpotensi terkontraksi. Musim hujan diperkirakan
mengurangi
aktivitas
penyadapan
karet
dan
mengurangi
produktivitas sehingga akan menyebabkan berkurangnya pasokan bahan baku. Sementara itu, masih rendahnya harga CPO internasional akibat masih lemahnya permintaan global produk CPO diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan sub sektor industri pengolahan kelapa sawit. Adapun
sektor
bangunan/konstruksi
memiliki
SBT
negatif
yang
disebabkan oleh masih pesimisnya pelaku usaha terhadap perkembangan pembangunan residensial (tabel 6.1).
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yaitu berada pada kisaran 2,21%-2,71% (yoy) dari sebelumnya 5,29% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh kelompok volatile food dan inflasi inti. Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. September 2015 serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2015
112
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. September 2015 serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2015
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2012 s.d. September 2015 serta Perkiraan Oktober s.d Desember 2015
Dari sisi volatile food, kenaikan harga produk ayam yang diperkirakan akan terjadi pada triwulan IV 2015 sejalan dengan kesepakatan antara pemerintah dan pengusaha membatasi DOC untuk mendongkrak harga serta kenaikan harga bawang merah seiring selesainya masa panen di Jawa akan memberikan tekanan inflasi pada sisi volatile food. Sementara itu, tekanan dari sisi inflasi inti utamanya disebabkan kenaikan beberapa barang impor dan barang berbahan baku impor seiring pelemahan rupiah. Kedua hal tersebut diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada inflasi inti/core inflation. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) kenaikan harga pangan seiring terganggunya TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
113
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
stok pangan nasional yang disebabkan gagal panen di daerah produsen (Jawa); 2) kenaikan harga bahan bangunan seiring kenaikan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada triwulan III 2015;
C. Rekomendasi Kebijakan Menyikapi perlambatan ekonomi dan inflasi yang terjadi pada triwulan III 2015 serta proyeksi ekonomi triwulan IV 2015, Pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal berikut: Menyikapi perlambatan pertumbuhan ekonomi: 1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui: a) Optimalisasi dan percepatan realisasi anggaran belanja operasi dan belanja modal Pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk mendorong konsumsi
dalam
jangka
pendek
dan
dalam
jangka
panjang
meningkatkan kualitas infrastruktur fisik seperti irigasi, jalan dan jembatan dalam rangka memperlancar kegiatan ekonomi dan memberikan multiplier effect terhadap penciptaan lapangan kerja dan menjaga daya beli. b) Kebijakan/program dalam rangka meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi dengan cara: 1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di tingkat nasional maupun internasional. 2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak daerah bagi investor dan pembuatan Perda Tata Ruang Wilayah untuk industri. 3. Program insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu penunjang komoditas unggulan di Jambi. 4. Percepatan pembangunan infrastruktur penunjang investasi (pelabuhan samudera Ujung Jabung, pembangkit listrik, instalasi air bersih dan pengolahan limbah dll).
114
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
5. Pembangunan
sarana
konektivitas
antar
daerah
produsen
komoditas dengan daerah industri, pelabuhan dan bandara melalui transportasi darat, sungai dan udara. c) Mempersiapkan
Sumber Daya Manusia
(SDM)
terampil untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri) dan jasa melalui pendirian SMK baru, beasiswa perguruan tinggi dan peningkatan kompetensi pengajar. 2. Meningkatkan
produktivitas
dan
nilai
tambah
produk
pertanian,
perkebunan dan kehutanan melalui. a) Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat; b) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna; c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor; d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat; e) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis untuk tanaman hortikultura) f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani. g) Membangun
industri
hilir
berbasis
komoditas
karet
dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan; h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya. Menyikapi pengendalian inflasi: 3. Penguatan
fungsi
dan
Peran
TPID
Provinsi
Jambi
serta
TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui: a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang;
TRIWULAN II 2015 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
115
PROSPEK PEREKONOMIAN D AERAH
b) Penguatan TPID melalui program kerja yang terstruktur dan didukung APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota. c) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat; d) Penyusunan
peta
surplus/defisit
komoditas
pangan
di
setiap
Kabupaten/Kota; e) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi; f) Kerjasama
antar
daerah
yang
difasilitasi
TPID
dalam
rangka
pemenuhan stok bahan makanan. g) Sosialisasi dan pembangunan Sistem Resi Gudang (SRG) yang dapat membantu mengendalikan gejolak harga komoditas penjualan dan meningkatkan nilai jual petani. h) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar lelang forward i)
Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.
116
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN II 2015
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) 2014 Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
I
II
III
2015 IV
Total
I
II
9,156,362.6 11,152,575.8 12,170,977.7 10,311,799.6 42,791,715.7 10,909,864.4 11,195,292.3 9,132,302.3 9,175,252.7 9,138,815.6 7,936,479.8 35,382,850.5 7,025,370.5 7,263,211.1 3,890,700.3 4,058,367.7 4,138,534.3 4,177,834.5 16,265,436.8 4,390,677.2 4,528,270.8 14,148.5 15,348.3 14,923.3 18,289.0 62,709.1 16,542.8 17,825.5 51,079.1 50,864.0 52,174.9 52,776.8 206,894.7 55,680.7 58,860.9 2,399,449.7 2,470,055.1 2,595,138.7 2,796,044.9 10,260,688.5 2,730,061.1 2,843,972.9 3,393,884.6 3,578,577.8 3,765,492.1 3,830,137.6 14,568,092.1 4,018,774.9 4,238,208.6 1,051,548.9 1,107,277.7 1,197,357.7 1,301,223.5 4,657,407.9 1,339,675.2 1,386,748.5 397,787.4 418,363.0 432,482.4 446,496.8 1,695,129.6 451,605.0 471,268.1 1,122,303.3 1,129,357.3 1,155,753.6 1,159,972.8 4,567,387.0 1,228,622.3 1,312,958.8 892,307.8 917,963.7 953,754.2 985,239.4 3,749,265.2 1,008,072.6 985,523.8 531,259.9 537,811.9 555,669.8 565,695.0 2,190,436.6 583,791.6 597,891.0 375,065.9 387,897.9 401,468.3 414,095.8 1,578,527.9 431,631.8 446,377.9 1,424,267.3 1,576,051.7 1,858,518.4 1,999,775.1 6,858,612.4 2,000,290.9 2,058,760.8 1,231,895.9 1,298,749.5 1,680,965.4 1,871,535.6 6,083,146.4 1,936,033.6 1,986,964.9 377,614.7 397,563.9 426,664.0 438,069.1 1,639,911.7 480,330.8 495,130.9 309,828.6 318,340.9 326,903.9 343,854.1 1,298,927.5 353,525.5 365,425.0 35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6 38,960,550.8 40,252,691.7
III 11,249,385.2 6,836,373.2 4,530,356.1 18,138.4 62,730.1 2,976,877.4 4,390,779.7 1,434,213.3 486,404.1 1,373,760.4 1,012,529.1 615,099.6 457,368.0 2,137,306.1 2,122,403.3 534,408.4 378,774.3 40,616,906.7
Sumber : BPS Provinsi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH) 2014 Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber : BPS Provinsi Jambi
I
II
III
2015 IV
7,858,366.6 8,102,410.5 7,830,911.0 8,170,650.5 7,457,231.5 7,599,949.4 7,940,656.4 7,850,069.9 3,343,648.4 3,404,386.0 3,423,015.3 3,399,914.8 13,145.0 13,779.1 13,954.3 15,533.3 39,210.0 39,683.1 40,235.0 41,343.1 2,124,820.9 2,158,461.0 2,170,639.2 2,207,296.1 2,543,491.8 2,580,776.8 2,676,617.2 2,861,077.5 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 673,190.4 686,361.5 692,398.4 720,530.7 425,582.2 430,233.9 436,358.9 440,620.4 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 875,384.1 909,678.4 943,625.5 965,511.5 308,834.0 313,942.8 320,742.4 325,957.4 283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 29,367,667.4 30,026,427.4 30,351,234.9 30,950,904.6
Total
I
II
31,962,338.6 8,462,753.8 8,586,415.7 30,847,907.2 7,704,311.8 7,711,076.7 13,570,964.5 3,398,443.2 3,464,623.4 56,411.7 13,875.3 13,953.5 160,471.1 40,756.4 41,742.2 8,661,217.2 2,117,686.9 2,186,230.7 10,661,963.2 2,908,628.6 2,991,541.5 3,669,443.7 952,879.8 974,869.2 1,226,622.0 321,241.0 330,805.1 3,876,301.8 1,029,422.7 1,082,684.5 2,772,481.0 724,827.3 696,541.0 1,732,795.4 449,595.4 450,575.1 1,230,408.0 321,898.1 327,290.8 4,141,157.3 1,056,847.6 1,067,817.3 3,694,199.5 971,504.4 996,546.6 1,269,476.6 334,498.1 344,440.7 1,162,075.4 307,001.9 312,831.2 120,696,234.3 31,116,172.5 31,579,985.4
III 8,485,010.8 7,703,994.3 3,438,317.8 14,197.5 43,122.7 2,284,433.2 3,073,064.5 989,680.1 336,435.2 1,109,443.8 709,610.6 452,321.4 328,170.0 1,069,712.1 1,011,250.9 358,909.3 319,424.6 31,727,098.8
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT PENGGUNAAN (JUTA RUPIAH) 2014 Komponen Pengeluaran Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
I
II
15,988,716.9
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2015
III
IV
Total
16,276,454.4 17,019,881.0 17,517,303.8
I
II
III
66,802,356.1 17,377,059.8 18,208,307.4 19,206,328.6
186,080.2
196,253.4
193,025.9
200,846.9
776,206.4
198,402.0
206,199.7
208,134.5
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,832,803.5
2,782,995.8
3,390,668.2
4,665,284.9
12,671,752.4
1,971,926.5
2,958,479.4
3,630,095.2
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
8,782,126.9
8,349,676.2
8,321,164.9
8,223,844.7
33,676,812.7
7,698,221.9
8,185,689.7
8,571,079.3
970,168.9
812,733.8
1,034,405.2 -3,478,703.6
-661,395.8
686,436.9
980,296.6
926,864.5
Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa
23,485,980.0
26,135,131.8 27,799,176.1 29,096,063.6 106,516,351.6 28,156,419.4 27,473,676.1 26,811,540.6
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
15,494,069.5
15,962,826.5 16,892,727.0 17,575,320.9
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
35,751,807.0
38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6 38,960,550.8 40,252,691.7 40,616,906.7
65,924,943.8 17,127,915.5 17,759,957.3 18,737,136.0
Sumber : BPS Prov insi Jambi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAMBI SERI 2010 ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (JUTA RUPIAH) 2014 Komponen Pengeluaran (1) Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
I
II
III
IV
Total
I
II
III
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
12,948,858.4
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2015
13,072,903.2 13,432,426.8 13,469,809.2
52,923,997.6 13,472,915.2 13,632,263.3 14,002,849.3
152,140.2
160,817.9
155,189.9
157,866.5
626,014.7
156,788.8
159,731.6
165,098.6
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,508,735.7
2,161,335.1
2,440,105.4
3,490,348.0
9,600,524.1
1,519,439.6
2,121,321.4
2,474,918.6
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
7,373,397.8
6,981,785.8
6,938,230.1
6,832,986.2
28,126,399.9
6,363,901.8
6,550,683.3
6,784,847.7
850,703.8
705,310.9
809,495.0 -2,617,093.0
-251,583.3
514,471.9
708,800.6
657,670.9
Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa
19,549,611.8
20,241,797.4 20,201,508.0 23,529,308.3
83,522,225.5 22,860,648.5 22,731,610.1 22,453,322.9
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
13,015,780.3
13,297,522.9 13,625,720.3 13,912,320.6
53,851,344.1 13,771,993.4 14,324,424.9 14,811,609.1
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
29,367,667.4
30,026,427.4 30,351,234.9 30,950,904.6 120,696,234.3 31,116,172.5 31,579,985.4 31,727,098.8
Sumber : BPS Prov insi Jambi
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KOTA JAMBI DAN BUNGO TAHUN DASAR 2012 = 100 No 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN KOTA JAMBI UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
Jul-14 113.58 117.77 113.00 111.24 103.61 104.89 103.92 122.14
Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 113.76 116.18 113.25 113.08 103.39 104.89 104.75 122.52
113.91 116.46 113.34 113.91 103.06 105.19 104.70 122.00
114.49 116.26 114.00 116.13 103.09 105.53 104.65 122.07
116.99 121.91 114.12 116.69 102.38 105.80 104.67 127.97
120.04 125.70 115.83 119.02 102.82 106.17 105.06 135.18
118.97 122.98 116.96 120.34 103.60 106.26 105.16 130.67
117.19 115.35 117.92 120.38 103.83 106.56 105.13 128.84
116.95 112.48 118.65 120.65 103.60 106.64 105.18 130.42
117.3 111.19 119.68 120.84 103.69 106.79 105.27 132.86
118.69 116.22 120.62 120.70 104.07 107.22 105.21 132.94
119.33 119.05 121.80 121.24 104.11 107.66 105.35 130.71
121.17 122.77 122.22 121.07 103.59 107.84 123.59 136.14
121.47 122.79 123.19 121.50 103.97 108.30 108.57 134.69
119.94 117.34 123.82 121.52 104.54 108.87 108.75 132.30
Sumber: BPS Provinsi Jambi
No 1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN KABUPATEN BUNGO UMUM / TOTAL BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Jul-14 111.97 110.21 113.20 116.13 114.29 107.78 110.39 109.48
Aug-14 Sep-14 Oct-14 112.46 110.93 113.18 118.02 114.56 107.88 110.36 109.18
113.13 112.19 113.19 119.71 114.23 108.89 110.17 109.39
114.03 113.61 113.25 122.43 114.24 109.48 110.24 109.47
Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 116.64 118.08 114.43 123.40 113.65 109.74 112.62 115.32
119.06 120.13 114.58 125.67 114.14 110.14 116.15 122.93
118.43 119.47 114.98 127.14 114.97 110.80 115.69 117.15
116.86 113.55 115.35 128.22 115.68 111.31 117.01 114.13
116.06 109.04 116.69 127.40 115.61 111.73 117.00 115.81
117.30 111.19 119.68 120.84 103.69 106.79 105.27 132.86
116.57 108.57 117.77 127.93 115.45 111.98 117.15 117.93
117.29 110.61 118.16 127.57 115.69 112.34 118.42 118.06
Jul-15 119.17 116.22 118.34 127.42 115.50 112.41 119.10 120.43
Aug-15 Sep-15 119.45 117.81 119.08 127.50 115.28 112.67 119.10 118.44
119.20 115.72 119.72 127.94 116.44 112.80 119.07 118.41
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian. PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya. Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB V. Carlusa, Meily Ika Permata
KOORDINATOR PENYUSUN Ihsan Wahyu Prabawa
TIM PENULIS Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Galih Riyandi Chandra Apriyanto Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR Unit Statistik, Survei dan Liaison Unit Operasional Kas Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI Tim Ekonomi dan Keuangan Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122 No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112 Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi Email :
[email protected],
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected]