KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SUMATERA UTARA Agustus 2016
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil”
Misi Bank Indonesia: 1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategis: Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: “Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara: Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
VISI DAN MISI i
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
VISI DAN MISI ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan II 2016 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, stabilitas keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, yaitu dari 5,0% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Memasuki triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA
Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif
KATA PENGANTAR iii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
KATA PENGANTAR iv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
DAFTAR ISI
VISI DAN MISI ........................................................................................................................................... I KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. III DAFTAR ISI............................................................................................................................................... V DAFTAR GRAFIK..................................................................................................................................... VII DAFTAR TABEL....................................................................................................................................... XI TABEL INDIKATOR ................................................................................................................................. XII RINGKASAN UMUM ............................................................................................................................. XIII BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ......................................................................... 1 1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ................................................................. 2 1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ....................................................................................... 3 1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA ............................................................................... 11 BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH ....................................................................................................... 27 2.1 GAMBARAN UMUM .......................................................................................................................... 28 2.2 REALISASI APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA ...................................................... 28 2.3 REALISASI APBN DI SUMATERA UTARA TRIWULAN II 2016 ..................................................................... 30 BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ......................................................................................... 33 3.1 KONDISI UMUM ............................................................................................................................... 34 3.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL...................................................................................... 35 3.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL ............................................................................................. 37 3.4 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ................................................................................. 39 3.4.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN............................................................................................................ 39 3.4.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 40 3.4.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 40 3.4.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 40 3.4.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 41 3.4.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 41 3.5 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA ............................................................... 42 3.6 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI .......................................................................................................... 42 BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM .......... 45 4.1 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI ........................................................................................................ 46 4.1.1 SUMBER-SUMBER KERENTANAN SEKTOR KORPORASI .............................................................................. 46 4.1.2 KINERJA KORPORASI DAN PENILAIAN RISIKO .......................................................................................... 47 4.1.3 EKSPOSUR PERBANKAN PADA SEKTOR KORPORASI ................................................................................. 49 4.2 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA ................................................................................................ 50 4.2.1 SUMBER KERENTANAN DAN KONDISI SEKTOR RUMAH TANGGA ................................................................ 50 4.2.2 DANA PIHAK KETIGA PERSEORANGAN DI PERBANKAN ............................................................................. 51 4.2.3 PERKEMBANGAN KREDIT RUMAH TANGGA SUMATERA UTARA ................................................................. 51 4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM................................................................................. 52 4.4 PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM SUMUT ....................................................................................... 53 BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH................. 57 DAFTAR ISI v
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
5.1 PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN LAYANAN SISTEM PEMBAYARAN ..................................................... 58 5.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ................................................................ 58 5.2 PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH .................................................................................... 59 5.2.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PENYETORAN DAN PENARIKAN UANG KARTAL ............................................... 59 5.2.2. PELAKSANAAN CLEAN MONEY POLICY ................................................................................................. 60 5.2.3 UPAYA MENEKAN PEREDARAN UANG PALSU ........................................................................................ 60 BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................................ 63 6.1 KETENAGAKERJAAN ........................................................................................................................... 64 6.2 KESEJAHTERAAN ............................................................................................................................... 64 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ....................................................................................... 69 7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI .................................................................................................... 70 7.1 PROSPEK INFLASI .............................................................................................................................. 73 7.2 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH ...................................................................................... 75 LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 76 DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................... 78
DAFTAR ISI vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................................. 3 Grafik 1.2 Konsumsi Listrik ..................................................................................................................................... 4 Grafik 1.3 Survei Konsumen ................................................................................................................................... 4 Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................................... 4 Grafik 1.5 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................................ 4 Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................................... 5 Grafik 1.7 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................................... 5 Grafik 1.8 Perkembangan KPR ................................................................................................................................ 5 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................................ 5 Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan II di Sumatera Utara ................................................................... 6 Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD Triwulan II di Sumatera Utara ...................................... 6 Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda ......................................................................................................... 6 Grafik 1.13 Penjualan Semen.................................................................................................................................. 7 Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi................................................................................................................ 7 Grafik 1.15 Impor Barang Modal ............................................................................................................................ 7 Grafik 1.16 Pembelian Barang Tahan Lama ............................................................................................................ 7 Grafik 1.17 Kredit Investasi ..................................................................................................................................... 8 Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet .................................................................................................. 8 Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................................... 9 Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 9 Grafik 1.21 Ekspor CPO ........................................................................................................................................... 9 Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama ...................................................................................................... 10 Grafik 1.23 Ekspor Karet ....................................................................................................................................... 10 Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................................. 10 Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ....................................................................................... 11 Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ............................................................................................................. 12 Grafik 1.27 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara ................................................................................ 12 Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perkebunan .......................................................................................................... 13 Grafik 1.29 Realisasi NTP Sumatera Utara ............................................................................................................ 14 Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Pertanian .............................................................................................................. 14 Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara .............................................................................. 14 Grafik 1.32 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................................. 15 Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori PBE ......................................................................................................... 15 Grafik 1.34 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................................... 15 Grafik 1.35 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................................... 16 Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................................. 16 Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi .............................................................................................. 16 Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................................... 17 Grafik 1.39 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 17 Grafik 1.40 Perkembangan Penyaluran Air........................................................................................................... 17 Grafik 1.41 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 20 Grafik 1.42 Perkembangan Kegiatan Usaha ......................................................................................................... 22 Grafik 1.43 Jumlah Karyawan ............................................................................................................................... 22 Grafik 1.44 Perkembangan Harga Jual .................................................................................................................. 22 DAFTAR GRAFIK vii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Grafik 1.45 Kapasitas Terpakai ............................................................................................................................. 22 Grafik 1.46 Perkiraan Kegiatan Usaha dan Harga Jual .......................................................................................... 23 Grafik 1.47 Perkiraan Jumlah Karyawan ............................................................................................................... 23 Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................................... 34 Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera ..................................................................... 34 Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera................................................................. 35 Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut ..................................................................................................................... 35 Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut ................................................................................................. 36 Grafik 3.6 Stok Beras BULOG ................................................................................................................................ 37 Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi .................................................................................................................................. 37 Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial ........................................................................................................ 38 Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ........................................................................................ 38 Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara ........ 39 Grafik 4.1 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 46 Grafik 4.2 Perkembangan harga CPO dan Karet ................................................................................................... 47 Grafik 4.3 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektoral ...................................................................................................... 47 Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan 3 (tiga) Sektor Utama Kredit Korporasi Sumut. ..................................... 47 Grafik 4.5 Perkembangan Kemampuan Membayar Korporasi Keuangan Sumatera Utara ................................. 47 Grafik 4.6 Indeks Harga Properti Residensial Sumatera Utara ............................................................................ 48 Grafik 4.7 Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor .................................................................................... 49 Grafik 4.8 Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi ....................................................................................... 49 Grafik 4.9 Likert Scale Biaya ................................................................................................................................. 49 Grafik 4.10 Proporsi Kredit Korporasi per Jenis Penggunaan .............................................................................. 49 Grafik 4.11 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi .................................................................................................... 49 Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara ........................................................ 50 Grafik 4.13 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara ................................................. 50 Grafik 4.14 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja .................................................................. 50 Grafik 4.15 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja .................................................................. 51 Grafik 4.16 Perkembangan Dana Pihak Ketiga .................................................................................................... 51 Grafik 4.17 Preferensi rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga .......................................................... 51 Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .................................................................................................. 51 Grafik 4.19 Pertumbuhan KPR per Tipe ................................................................................................................ 52 Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit UMKM .............................................................................................................. 52 Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit UMKM ..................................................................................................... 53 Grafik 4.22 Aktifitas dan Pasar Keuangan Syariah ................................................................................................ 54 Grafik 4.23 Porsi Bank Konven Pada PUAS ........................................................................................................... 54 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................................................ 58 Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring .......................................................................................................... 58 Grafik 5.3 Penarikan dan Penyetoran di Sumut ................................................................................................... 60 Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar di Sumatera Utara ........................................................ 60 Grafik 5.5 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut ................................................................................................ 60 Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................................................... 64 Grafik 6.2 Indikator Jumlah Karyawan Total ......................................................................................................... 64 Grafik 6.3 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan ............................................................................................. 65 Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi...................................................... 65 Grafik 6.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara ................................................................................................... 66 Grafik 6.6 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera .......................................................................................... 66 Grafik 6.7 Penduduk Miskin Berdasarkan Lokasi ................................................................................................. 66 Grafik 6.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara .................................................... 67 Grafik 7.1 Survei Konsumen ................................................................................................................................. 70 DAFTAR GRAFIK viii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen ............................................................................................. 70 Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................................. 70 Grafik 7.4 Purchasing Manager Index .................................................................................................................. 71 Grafik 7.5 Stock Beras BULOG.............................................................................................................................. 73 Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga ..................................................... 74
DAFTAR GRAFIK ix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
DAFTAR GRAFIK x
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan ................................................................................... 3 Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................................. 8 Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ........................................................................................................... 9 Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ................................................................................... 11 Tabel 1.5 Dramaga di Kawasan Danau Toba......................................................................................................... 19 Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan II 2016 ............ 28 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara .............................................................................................. 31 Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara ........ 35 Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................................... 39 Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................................ 39 Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ..................................................... 40 Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ......................................................... 40 Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................................... 40 Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................................. 41 Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga ............................................................................. 41 Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan .......................................................... 41 Tabel 4.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I 2016 ......................................................................... 46 Tabel 4.2 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sumatera Utara .......................................................... 48 Tabel 4.3 Perbandingan DSR dan ICR Per Sektor .................................................................................................. 48 Tabel 5.1 Transaksi RTGS ...................................................................................................................................... 58 Tabel 5.2 Perputaran Kliring ................................................................................................................................. 58 Tabel 5.3 Daftar Sosialisasi CIKUR ........................................................................................................................ 61 Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................................. 65 Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................................. 71
DAFTAR TABEL xi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
TABEL INDIKATOR
Indikator Makro PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto* Ekspor Impor Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Inflasi IHK (%,yoy) Inti Volatile Foods Administered Prices Ekspor Luar Negeri (Juta USD) Ekspor CPO Ekspor Karet Ekspor Kopi Impor Luar Negeri (Juta USD) Berbagai sumber, diolah p : angka proyeksi
IV 4.7
2014 Total 5.2
I 4.8
II 5.1
2015 III 5.1
IV 5.3
Total 5.1
I 5.0
II 5.7
2016 IIIP IVP 5.1 - 5.5 5.2 - 5.6
Totalp 5.1 - 5.5
5.0 5.3 3.3 3.0 1.5 1.4
5.0 5.3 2.9 3.1 7.9 8.3
4.8 4.8 4.3 3.3 -4.3 -5.5
4.1 4.5 1.5 3.1 -1.8 -6.6
4.4 4.6 3.0 4.9 -2.5 -5.7
4.1 4.5 1.4 4.5 2.4 1.4
4.3 4.6 2.4 4.0 -1.6 -4.1
4.6 4.7 4.3 5.0 3.2 1.4
5.1 5.2 4.5 5.0 6.9 7.4
4.9 - 5.3 5 - 5.4 4.3 - 4.7 4.8 - 5.2 6.7 - 7.1 7.2 - 7.6
4.8 - 5.2 4.8 - 5.2 4.7 - 5.1 5.2 - 5.6 4.7 - 5.1 2.1 - 2.5
4.7 - 5.1 4.8 - 5.2 4.5 - 4.9 5 - 5.4 4.4 - 4.8 3.1 - 3.5
5.2 4.1 0.3 2.9 6.8 8.5
4.4 5.1 3.0 3.2 6.0 6.8
6.1 12.4 0.3 -8.5 9.7 8.3
5.6 6.1 3.1 -5.6 8.6 6.6
3.8 3.7 5.0 4.7 4.3 5.6
7.0 3.8 5.5 4.5 3.4 2.0
5.6 6.4 3.5 -1.3 6.4 5.5
5.5 1.4 6.6 4.3 4.6 4.3
7.2 7.6 2.2 11.9 6.1 5.5
5.9 - 6.3 4.7 - 5.1 2.8 - 3.2 7.8 - 8.2 4.8 - 5.2 5.9 - 6.3
5.6 - 6 1.4 - 1.8 3.2 - 3.6 6.1 - 6.5 5.4 - 5.8 6.7 - 7.1
5.8 - 6.2 3.5 - 3.9 3.4 - 3.8 7.3 - 7.7 5 - 5.4 5.4 - 5.8
5.5
6.9
4.5
5.4
4.2
3.3
4.4
2.4
5.2
4.9 - 5.3
5.3 - 5.7
4.3 - 4.7
6.3 6.5 4.7 4.8 7.9 7.5
5.7 6.5 7.2 2.6 6.6 6.8
5.1 9.2 5.8 4.2 4.9 7.2
5.1 6.9 7.1 4.7 5.6 6.8
6.0 6.2 8.1 8.5 6.1 5.0
5.7 5.7 7.4 11.1 6.3 4.5
5.5 7.0 7.1 7.2 5.8 5.9
5.6 4.3 5.8 7.6 4.6 5.5
8.3 5.7 6.9 6.2 5.2 5.5
6.2 - 6.6 5.2 - 5.6 5.6 - 6 6.8 - 7.2 4.9 - 5.3 6 - 6.4
5.7 - 6.1 5.2 - 5.6 5.7 - 6.1 6.7 - 7.1 4.7 - 5.1 6.2 - 6.6
6.2 - 6.6 4.9 - 5.3 5.8 - 6.2 6.6 - 7 4.7 - 5.1 5.6 - 6
5.2
6.9
5.3
6.3
7.0
4.7
5.8
5.5
12.0 6.1 - 6.5
6.4 - 6.8
7.3 - 7.7
0.0 8.6 6.1 8.2 4.0 7.5 14.0 2,223 840 193 96 877
6.4 7.0 7.0 8.2 4.0 7.5 14.0 9,162 3,341 1,002 369 3,654
2.5 6.4 6.2 6.1 4.3 3.8 9.4 1,804 570 189 98 802
-0.2 7.9 6.9 7.8 4.8 8.1 10.5 1,953 694 198 114 1,019
8.1 8.8 5.6 6.6 4.7 4.6 9.4 1,965 717 191 85 854
9.8 4.7 8.1 3.2 4.4 4.5 1.0 1,926 696 160 83 871
5.0 6.9 6.7 3.2 4.4 4.5 1.0 7,647 2,677 738 381 3,546
7.4 7.9 7.0 7.2 4.4 4.5 1.0 1,690 499 139 89 804
7.0 7.1 - 7.5 6.7 - 7.1 6.8 - 7.2 5.2 7 - 7.4 7.3 - 7.7 6.6 - 7 6.3 5.9 - 6.3 6.2 - 6.6 6.1 - 6.5 4.3 5.7 4.5±0.5 4.5±0.5 4.5±0.5 5.6 1.3 1,853 614 162 #N/A #N/A #N/A 93 789
TABEL INDIKATOR xii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
RINGKASAN UMUM
ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II 2016 didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong tajamnya akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan perayaan festival di Tiongkok mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III 2016 diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. ASESMEN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara yang lebih baik memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Perbaikan realisasi anggaran terlihat baik pada APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota maupun APBN pada triwulan II 2016 yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 mencapai 30,7% dari total anggaran. Demikian halnya dengan serapan APBN terealisasi 35,3% dari pagunya. Realisasi ini masih sesuai dengan polanya, dimana akselerasi penyerapan anggaran diperkirakan baru akan terjadi pada triwulan III 2016, sejalan dengan terlaksananya pengadaan barang dan jasa (belanja modal). ASESMEN INFLASI Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,71% (yoy). Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm) atau 2,2% (ytd). Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III 2016. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Sejalan pemulihan ekonomi Sumatera Utara, ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016. Sektor utama ekonomi Sumatera Utara yang mengalami perlambatan adalah Industri Pengolahan. Namun, konsumsi masyarakat yang membaik diperkirakan dapat menopang kinerja korporasi sektor Industri Pengolahan. Indikator kinerja korporasi dari sisi profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Pertumbuhan kredit ke sektor korporasi meningkat dengan risiko yang masih terjaga. Di sektor rumah tangga, optimisme yang terjaga sejalan dengan perbaikan harga komoditas mengindikasikan ketahanan di sektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari RINGKASAN UMUM xiii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 indeks keyakinan konsumen (IKK) yang menunjukkan tendensi positif optimisme masyarakat terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Berbeda dengan korporasi yang tumbuh positif, kredit rumah tangga masih tertahan dan melambat terutama untuk kredit kendaraan bermotor. ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Sumatera Utara yang pada umumnya mengalami net inflow, mencatatkan net outflow pada triwulan II 2016. Kondisi ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang baru menghadapi perayaan hari besar lebaran. Sejalan dengan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia juga melakukan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang meningkat mencapai 57% dari triwulan sebelumnya. Temuan uang palsu juga mengalami penurunan yang signifikan mencapai -97,7% dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi non tunai Sumatera Utara melalui RTGS mengalami peningkatan mencapai 13,6% (qtq) setelah sebelumnya mengalami penurunan. Berbeda dengan transaksi RTGS, transaksi kliring menunjukkan tren penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan bulk payment dalam pembayaran menggunakan mekanisme kliring. ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Di tengah membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, meskipun persepsi terhadap triwulan mendatang kembali meningkat. Konsumen masih memandang pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2016, tercermin dari Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini yang kembali menunjukkan tren penurunan. Hal ini diperkirakan sejalan dengan kinerja kategori industri pengolahan yang kembali tumbuh melambat. Sementara itu, kesejahteraan penduduk Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terindikasi membaik, yang tercermin dari Nilai Tukar Petani yang meningkat dan profil kemiskinan yang membaik. PROSPEK PEREKONOMIAN Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Perkiraan kembali menurunnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sementara tekanan inflasi inti relatif menurun. Meskipun inflasi tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016 masih relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa risiko. Meskipun demikian, tingginya komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-Sumatera Utara dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil mampu mendorong kembali terjangkarnya inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
RINGKASAN UMUM xiv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong tajamnya akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan perayaan festival di tiongkok mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dengan rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Tw-II 2016
Sumut
Diluar perkiraan, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,0% (yoy) pada triwulan I 5,0 5,7 2016 menjadi 5,7% (yoy). Akselerasi ini terjadi seiring dengan perbaikan Tw-I 2016 Tw-II 2016 perekonomian yang terjadi pada level nasional yang mencapai 5,2% (yoy). 4,9 5,2 Perbaikan perekonomian pada triwulan II didorong oleh melonjaknya realisasi permintaan domestik yang diiringi dengan keseimbangan eksternal yang membaik. Adanya pergeseran bulan Ramadhan, pencairan THR, gaji ke 13 dan 14, perbaikan harga komoditas serta iklim investasi yang kondusif mampu mendorong akselerasi perekonomian domestik. Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang disertai dengan pergeseran bulan Ramadhan dari sisi domestik serta perayaan festival kue bulan di Tiongkok dari sisi eksternal mendorong kinerja perdagangan Sumatera Utara. Tw-I 2016
Dari sisi penawaran, melejitnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh kategori Pertanian, kategori Konstruksi, serta kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Pergeseran periode panen beberapa komoditas tanaman pangan akibat anomali cuaca pada awal tahun serta perkembangan harga komoditas perkebunan yang relatif membaik mendorong optimalnya kinerja kategori Pertanian. Sementara itu, berlanjutnya proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara mendorong akselerasi kinerja kategori Konstruksi. Kuatnya permintaan domestik dalam menyemarakkan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga turut mendorong kinerja kategori PBE. Meskipun demikian, momentum penguatan perekonomian domestik belum berimplikasi secara baik pada kategori Industri Pengolahan. Perbaikan harga komoditas yang disertai dengan kuatnya perekonomian domestik tidak serta merta berdampak pada kinerja Industri Pengolahan. Perilaku efisiensi di hulu yang terlanjur dilakukan pada tahun 2015 melalui pola pemupukan dan alih tanaman perkebunan, menyebabkan produktivitas tanaman perkebunan terutama kelapa sawit dan karet menurun. Penurunan produktivitas ini berdampak pada terganggunya pasokan bahan baku industri pengolahan, , sehingga industri pengolahan belum dapat tumbuh secara optimal. Meskipun demikian, secara kumulatif, perekonomian Sumatera Utara semester I 2016 tumbuh 5,3% (ctc) 1, lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,0% (ctc). Pada triwulan III 2016, kinerja perekonomian diperkirakan masih disumbang oleh masih kuatnya aktivitas konsumsi, realisasi proyek infrastruktur strategis pemerintah yang tepat waktu serta net ekspor yang terus membaik. Mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 diperkirakan masih cukup baik dan berada pada rentang 5,1% (yoy) – 5,5% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai perekonomian kedepan. Belum meratanya perbaikan harga komoditas perkebunan pada awal triwulan III 2016 diperkirakan menjadi penyebab kurang optimalnya kinerja perekonomian pada periode mendatang.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan Pertumbuhan Ekonomi PDRB (%,yoy) Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto* Ekspor Impor
2014 IV Total 4.7 5.2
I 4.8
II 5.1
2015 III 5.1
IV 5.3
Total 5.1
I 5.0
5.0 5.3 3.3 3.0 1.5 1.4
4.8 4.8 4.3 3.3 -4.3 -5.5
4.1 4.5 1.5 3.1 -1.8 -6.6
4.4 4.6 3.0 4.9 -2.5 -5.7
4.1 4.5 1.4 4.5 2.4 1.4
4.3 4.6 2.4 4.0 -1.6 -4.1
4.6 4.7 4.3 5.0 3.2 1.4
5.0 5.3 2.9 3.1 7.9 8.3
2016 II Arah 5.7 5.1 5.2 4.5 5.0 6.9 7.4
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Akselerasi perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh penguatan perekonomian domestik dan membaiknya keseimbangan eksternal. Perbaikan perekonomian pada triwulan II 2016 mengkonfirmasi tren perbaikan perekonomian sejak awal tahun 2015 lalu. Kuatnya konsumsi rumah tangga serta perbaikan kinerja ekspor menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016. Net Ekspor; 0.5%
PMTB; 1.6% Konsumsi Pemerintah ; 0.4%
Konsumsi Rumah Tangga; 2.9%
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan
Tw-I 2016
4,7
Tw-II 2016
5,2
Konsumsi rumah tangga meningkat tajam dari 4,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,2% (yoy) pada triwulan II 2016. Bergesernya Ramadhan ke triwulan II ditengarai menjadi penyebab utama lonjakan kinerja konsumsi rumah tangga. Adanya pergeseran Ramadhan menyebabkan pergeseran pencairan gaji
ke 13, 14 dan THR sehingga daya beli masyarakat relatif meningkat. Daya beli masyarakat yang meningkat juga didukung oleh realisasi inflasi yang terkendali. Meningkatnya permintaan juga didorong oleh antusiasme masyarakat yang cukup tinggi dalam menyambut hari raya Idul Fitri melalui peningkatan konsumsi, terutama konsumsi makanan dan sandang. Persiapan lebaran yang bertepatan dengan end season sale menciptakan optimalnya aktivitas konsumsi masyarakat. Hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku usaha di bidang ritel menyatakan permintaan akan sandang meningkat tajam. Selain itu, adanya aktivitas mudik sebagai budaya rutin tahunan umat muslim turut menyebabkan tingginya kebutuhan akan moda transportasi udara, laut maupun darat. Daya beli masyarakat yang membaik juga didukung oleh pemulihan harga komoditas perkebunan baik di pasar domestik maupun pasar internasional yang berdampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Komoditas unggulan dengan perbaikan harga yang cukup signifikan pada triwulan II adalah kelapa sawit dan karet. Harga CPO di pasar domestik pada periode laporan sudah mencapai Rp8.605,-/kg, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi harga pada triwulan lalu yang hanya sebesar Rp7.475,-/kg. Di pasar internasional, harga CPO naik menjadi US$650/metric ton, jauh lebih baik dari periode sebelumnya yang tercatat US$576/metric ton. Komoditas karet juga turut menunjukkan perkembangan harga yang menggembirakan. Harga karet di pasar domestik membaik dari Rp14.959/kg menjadi Rp17.624/kg. Begitu juga dengan perkembangan harga di pasar internasional yang
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
2012
II III IV
2013
I
II III IV
I
2014
II III IV
I
2015
2016
II
Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.2 Konsumsi Listrik
Daya beli masyarakat yang relatif membaik tercermin pada terjaganya keyakinan konsumen. Hal ini menunjukkan optimisme masyarakat dalam merealisasikan aktivitas konsumsinya yang didukung oleh perbaikan harga. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang masih pada level optimis dan relatif stabil. Kondisi tersebut didukung oleh tingkat pendapatan masyarakat yang relatif meningkat. Pemulihan harga komoditas mendorong persepsi masyarakat yang positif atas penghasilan dan lapangan kerja yang ada saat ini. 145
IEK
IKK
IKE
Batas
135
OPTIMIS
125 115 105
PESIMIS
95 85 75 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
II
8,904 8,590 8,610 9,000 9,100 9,306 9,508 9,624 9,694 9,789 10,664 11,689 11,847 11,618 11,762 12,247 12,799 13,134 13,639 13,578 13,533 13,332 2015
2016
Perbaikan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari perkembangan indeks penjualan eceran yang secara konsisten membaik sejak tahun 2015 lalu. Perbaikan indeks penjualan eceran ini terutama terjadi pada kelompok suku cadang dan asesoris. Persiapan arus mudik Lebaran mendorong tersedianya kondisi moda angkutan dalam kondisi prima sehingga permintaan akan maintenance dan suku cadang kendaraan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dengan demikian, konsumsi untuk komoditas transportasi dan komunikasi meningkat dari 4,0% (yoy) menjadi 4,2% (yoy). 250
70% Indeks SPE
Growth (yoy)
200
60% 50% 40%
150
30% 6.0%
100
20% 10%
1.9%
0%
50
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
186.3
I
2014
176.1
II III IV
2013
179.4
2011
I
2012
II
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar
176.0
II III IV
2011
175.7 178.7
-25% I
II III IV I
185.3
-20% -
II III IV I
196.1
-15%
II III IV I
197.4
-10% 1
II III IV I
191.8
-5%
II III IV I
202.9
0%
-10.0% I
200.0
5%
1
-5.0%
-
180.3
10%
0.0%
4,000 2,000
184.1
15% 2
5.0%
6,000
176.8
20%
10.0%
8,000
171.5
25%
2
15.0%
10,000
149.9
30%
20.0%
150.8
yoy
Industri G Rumah G Industri
25.0%
12,000
142.9
Bisnis Rumah Tangga G Bisnis
3
Growth
14,000
130.2
milyar kWh
%, yoy RptoUS
16,000
96.7
Perbaikan aktivitas konsumsi masyarakat turut terefleksikan dari perkembangan konsumsi listrik yang menunjukkan perbaikan. Membaiknya konsumsi listrik pada triwulan II 2016 didukung oleh mulai memadainya pasokan listrik memasuki tahun 2016.
USD/Rp
94.2
membaik dari USD cents 139/kg pada triwulan I 2016 menjadi USD cents 183/kg. Perbaikan harga komoditas perkebunan ini tak lepas dari perbaikan harga minyak dunia yang mulai menunjukkan perbaikan pada triwulan II 2016.
0
-10%
-20% II
2016
Grafik 1.5 Indeks Penjualan Eceran
Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016 diperkirakan dipenuhi dari produksi domestik. Hal tersebut dikarenakan impor luar negeri untuk klasifikasi barang konsumsi justru tercatat melambat dari 88,6% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Merosotnya impor barang konsumsi ini terutama terjadi untuk klasifikasi barang makanan maupun makanan jadi.
2016
Grafik 1.3 Survei Konsumen Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga level psikologis masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsinya. Nilai tukar Rupiah ini secara konsisten mengalami penguatan sejak awal tahun 2016 dan terus berlanjut memasuki triwulan III 2016. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Volume (ton)
Growth (yoy)
100% 80%
88.6%
120
60% 100
40%
80
0%
11.9%
-33.6%
-20%
40
117.3
78.4
48.6
120.7
62.2
70.0
73.3
119.9
74.9
86.7
72.6
65.3
62.8
110.4
85.6
83.1
73.9
114.0
-40%
20
-60%
0 II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
III
IV
2015
I
II
Persepsi Penghasilan
35.0%
30.0% 25.0%
30,000
20.0% 20,000 10,000
4.7% 4.4%
-
15.0% 10.0% 5.0% 3.9% 0.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 7
2016
Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi 160.0
yoy 40.0%
Growth (yoy)
40,000
-80% I
Nominal
20%
0.7%
60
Rp Miliar 50,000
24,781 26,299 27,803 29,371 30,219 31,239 32,880 34,548 35,072 35,421 36,943 37,681 37,821 38,615 39,752 40,968 40,965 41,762 42,414 42,794 42,907 43,607 43,560.00
juta 140
2011
Persepsi Lapangan Kerja
2012
2013
2014
2015
2016
Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi
140.0 120.0 100.0
80.0 60.0 40.0 20.0 I
II
III IV
2011
I
II
III IV
I
2012
II
III IV
2013
I
II
III IV
I
2014
II
III IV
2015
I
II
2016
Grafik 1.7 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja
Namun, sumber pembiayaan konsumsi masyarakat masih berasal dari tabungan. Hal ini terindikasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang masih rendah. Demikian juga dengan kebijakan pelonggaran kembali ketentuan Loan to Value (LTV) untuk kepemilikan properti yang diindikasikan belum memberikan dampak yang signifikan dalam penyaluran kredit konsumsi. Hal tersebut tercermin dari penyaluran KPR yang masih relatif stagnan. Rp Miliar
Nilai
16,000
%, Yoy
Growth YoY
60.0
14,000
50.0
12,000
40.0
10,000
30.0
8,000 20.0
6,000 0.8
4,000
6,383 6,863 8,010 8,644 9,063 10,190 9,640 10,338 10,778 11,867 12,674 13,067 13,093 14,142 13,703 13,844 13,877 14,001 14,074 14,048 13,995 14,084
2,000
0.6
0 II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II
2016
Grafik 1.8 Perkembangan KPR
Tw-I 2016
4,3
Tw-II 2016
4,5
Stabilisasi iklim politik serta upaya monitoring realisasi anggaran oleh pemerintah mendorong normalisasi realisasi konsumsi pemerintah. Selain itu, adanya pencairan gaji ke-13 dan 14 yang lebih cepat seiring dengan pergeseran hari raya Idul Fitri turut mendorong perbaikan pola konsumsi pemerintah. Dengan demikian, konsumsi pemerintah meningkat dari 4,3% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,5% (yoy).
10.0
0.0 -10.0
I
Memasuki triwulan III 2016, berdasarkan perkembangan indikator terkini, konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh bergesernya pola konsumsi masyarakat terkait Ramadhan dan Lebaran. Selain itu, perbaikan harga komoditas pada bulan Juli 2016 yang belum merata diperkirakan akan berdampak kepada pendapatan dan daya beli masyarakat. Namun, konsumsi masyarakat pada triwulan III 2016 masih akan didorong oleh kegiatan terkait libur sekolah, perayaan 17 Agustus, dan hari raya Idul Adha.
Perbaikan kinerja konsumsi pemerintah juga tercermin dari realisasi anggaran belanja APBN hingga triwulan II yang terus membaik. Hingga triwulan II 2016 realisasi belanja APBN telah mencapai 35,3% dari pagunya. Realisasi ini jauh lebih tinggi dari realisasi dalam 7 tahun terakhir yang terutama terdorong oleh tingginya realisasi belanja pegawai yang telah mencapai 51,8% dari pagunya.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 %
14,000
40.0 35.0
12,000
30.0
10,000
25.0
8,000
20.0
6,000
15.0
Kredit (Rp Miliar) 27.1% 22.0% 20.8% 16.0%
19.5%
5.0 31.5
32.0
24.2
27.5
24.9
29.7
21.2
8.8% 0.6%
4,000
-0.3%
2,000
-19.6%
35.3
0.0
24.8% 18.7%
9.1%
50.0% 40.0%
32.9%
27.3%
2.4%
-10.0% -20.0%
0 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan II di Sumatera Utara
Realisasi belanja pemerintah Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II telah mencapai 39,8% dari pagunya. Realisasi ini jauh lebih tinggi dari historisnya pada triwulan yang sama pada 4 tahun terakhir. Sementara itu, realisasi belanja pemerintah daerah se-Provinsi Sumatera Utara2 telah mencapai 30,7% dari pagunya. Derasnya belanja pemerintah ini juga tercermin dari rekening pemda di perbankan yang menurun dari 14,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,5% (yoy).
-30.0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011
2012
40.0%
2013
2014
2015
2016
Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda
Pada triwulan III 2016, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan terakselerasi sesuai dengan polanya, yang didukung oleh stabilitas politik yang kondusif. Berdasarkan pola historisnya, konsumsi pemerintah akan menanjak memasuki semester II 2016. Namun adanya pengurangan belanja operasional pemerintah pada semester II 2016 diperkirakan menjadi faktor risiko tidak optimalnya realisasi konsumsi pemerintah3. Tw-I 2016
5,0
45.0%
30.0%
20.0% 14.7% 10.0% 5.5% 0.0%
11.7%
-1.4%
10.0
G (yoy) 41.8% 42.8% 29.1%
Tw-II 2016
5,0
35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0%
5.0%
28.0%
24.1%
26.0%
32.6%
39.8%
2012
2013
2014
2015
2016
0.0%
Sumber: DJPK dan Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara
Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja Langsung APBD Pemprov Sumatera Utara Triwulan II
Kinerja investasi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 stabil di kisaran 5,0% (yoy). Kegiatan investasi terutama terjadi pada investasi bangunan. Hal ini sejalan dengan realisasi proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara yang secara umum berjalan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Sementara itu, belanja modal Pemerintah Daerah masih terbatas sehingga menahan kinerja investasi. Investasi bangunan terkonfirmasi dari berlanjutnya perbaikan konsumsi semen yang mencapai 40,3% (yoy), jauh lebih baik dari realisasi pada triwulan sebelumnya yang telah mencapai 20,9% (yoy). Perbaikan konsumsi semen ini mengkonfirmasi tren perbaikan kinerja investasi bangunan yang terjadi sejak triwulan III 2014 lalu.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Ribu Ton
Volume
Growth
1,000
50%
40.3%
900
40%
800 700
20.9%
600
30% 20%
500
400
10%
300
0%
758 844 670 740 689 781 706 751 782 793 634 771 753 676 592 724 725 680 612 868 823 667
200 100 -
-10% -20%
I
II III IV
I
II III IV
2011
I
II III IV
2012
I
II III IV
2013
I
2014
peningkatan indeks barang tahan lama semakin mengukuhkan tingginya potensi pasar domestik.
II III IV
I
2015
2016
II
Grafik 1.13 Penjualan Semen
Sejalan dengan konsumsi semen, indeks penjualan barang konstruksi juga turut terakselerasi pada triwulan II 2016. Selain semen, melonjaknya pertumbuhan indeks penjualan barang konstruksi pada triwulan II 2016 hingga 53,6% (yoy) juga disebabkan oleh perbaikan penjualan perlengkapan konstruksi.
Terus berlanjutnya stabilitas politik serta kondusivitas iklim investasi yang semakin digencarkan yang disertai dengan perkembangan indikator makro yang terus menggembirakan mendorong mulai pulihnya tingkat kepercayaan investor untuk terus berinvestasi di wilayah Sumatera Utara. Selain itu, upaya pemerintah untuk terus meningkatkan investasi melalui paket kebijakan juga turut berkontribusi pada menariknya iklim investasi di Sumatera Utara. Dengan demikian, pada triwulan II 2016, baik PMA maupun PMDN menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan setelah turun cukup signifikan pada triwulan lalu. 120.0
115.0 110.0
Rp Juta
Indeks Penjualan Barang Konstruksi
Growth
6,000
60%
53.6%
5,000 4,000
50%
100.0
40%
95.0
30% 3,000 20%
14.3% 2,000
4,967
10%
4,983.4
4,773
4,776
4,890
4,863
4,199
4,177
4,152
4,278
3,963
3,989
3,997
3,738
3,668
3,999
1,000
3,146
2,978
1.6%
0
0% -10%
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
II
2016
Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi juta 160
Volume (ton)
Growth (yoy)
140
150%
100
100%
80
-17.8%
60
19.0%
-5.4%
50% 0%
24.9
34.2
II
24.8
I
31.0
IV
30.3
III
28.8
II
30.3
I
32.8
IV
28.2
III
96.6
II
45.1
I
33.6
IV
55.1
III
42.5
II
31.0
I
135.8
36.7
37.3
40 20
250%
200%
120
III
IV
I
II
0
-50% -100%
2012
2013
2014
2015
105.0
2016
Grafik 1.15 Impor Barang Modal
Dalam meningkatkan kapabilitas perekonomian untuk merespon penguatan ekonomi domestik, investasi non bangunan pada triwulan II 2016 juga turut membaik yang terindikasi dari peningkatan impor barang modal dari -17,8% (yoy) menjadi 19,0% (yoy). Peningkatan impor barang modal ini terkonfirmasi dari hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku usaha yang masih menunjukkan optimismenya terhadap iklim usaha terutama untuk pasar domestik. Adanya
90.0 I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III IV
2015
I
II
2016
Grafik 1.16 Pembelian Barang Tahan Lama
Realisasi PMA pada triwulan II 2016 mencapai USD320,0 juta, jauh lebih tinggi dari realisasi pada triwulan lalu yang hanya mencapai USD18,1 juta. Peningkatan investasi terutama terjadi pada sektor Listrik, Gas dan Air, Perdagangan dan Reparasi, Pertambangan serta Tanaman Pangan dan Perkebunan. Tingginya realisasi investasi pada sektor Listrik, Gas dan Air terjadi terkait dengan proyek pembangkitan 35.000 Mega Watt yang banyak ditempuh dengan mekanisme Independent Power Producer (IPP). Adanya kebijakan pemerintah untuk menghapus atau meningkatkan porsi Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk beberapa sektor diindikasikan belum terlihat pada perkembangan PMA. Hal ini mencerminkan perlu upaya untuk terus membangun persepsi positif investor akan iklim investasi di Sumatera Utara. Sama halnya dengan investasi PMA, realisasi PMDN di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga meningkat tajam. Nilai investasi PMDN pada triwulan II 2016 mencapai Rp888,2 miliar, jauh lebih tinggi dari realisasi pada triwulan lalu yang hanya mencapai Rp161,3 miliar. Peningkatan PMDN terutama terjadi pada kategori Listrik, Gas dan Air, Industri Mineral Non
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 7
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Meskipun demikian, potensi investasi masih dapat dikatakan cukup besar. Realisasi belanja modal pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 baru mencapai 15,9% dari pagunya. Realisasi belanja modal ini terkendala proses pengadaan yang diperkirakan baru dapat terlaksana dengan baik pada semester II 2016. Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara Periode
PMA Proyek
2014
2015
2016
PMDN
I
65
I (juta USD) 122,4
II
117
156,3
49
2.985,8
III
74
200,3
20
428,5
IV
180
71,8
73
250,1
Total
436
550,8
157
4.223,9
I
123
308,1
53
905,1
II
107
323,6
59
2.110,1
III
101
308,2
24
82,8
IV
107
306,1
33
1.189,5
I
39
18,1
13
161,3
II
Proyek 15
I (Rp miliar) 559,5
320,0
888,2
P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi Sumber: BKPM, diolah
Dari sisi investasi non bangunan, realisasi pada kategori ini juga dapat dikatakan belum optimal. Mayoritas kapasitas terpasang perusahaan di Sumatera Utara dapat dikatakan belum maksimal, baru mencapai 74%. Selain itu, adanya kesepakatan pembatasan volume ekspor karet sebagai langkah perbaikan harga juga turut mendorong lebih rendahnya utilisasi alat yang digunakan. Dengan demikian, pelaku usaha relatif menahan rencana investasinya kedepan. Sikap ini juga terefleksikan dalam penyaluran kredit investasi yang justru terkontraksi dari 7,8% (yoy) menjadi -1,3% (yoy). Adanya pelonggaran kebijakan moneter yang diikuti penurunan tingkat suku bunga belum mendorong peningkatan permintaan kredit.
Rp Miliar 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
yoy 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 7.8% -1.3% 10.0% 0.0% -10.0% I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II Nominal
16,651 17,494 18,117 22,343 24,626 25,357 25,873 29,524 30,194 35,973 37,257 40,190 39,910 39,995 39,054 38,660 39,547 39,727 40,150 42,602 42,649 39,229
Logam serta Industri Makanan. Masih disebabkan oleh gencarnya proyek infrastruktur listrik 35.000 MW, realisasi PMDN pada sektor ini meningkat tajam hingga Rp208,2miliar.
2011
2012
2013
2014
2015 2016
Grafik 1.17 Kredit Investasi
Pada triwulan III 2016, seiring dengan mulai digelontorkannya belanja infrastruktur pemerintah daerah serta realisasi infrastruktur strategis nasional yang masih berjalan tepat waktu, kinerja investasi di Sumatera Utara diperkirakan meningkat. Pelonggaran kebijakan moneter, adanya tax amnesty serta efektifnya pemberlakuan paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah diperkirakan cukup akomodatif dalam mem-boost kinerja investasi kedepan. Tw-I 2016
Tw-II 2016
3,2
6,9
Di sisi eksternal, perbaikan kinerja ekspor terus berlanjut. Perbaikan kinerja ekspor ini terjadi baik untuk perdagangan luar negeri maupun perdagangan antar daerah. Selain dipengaruhi oleh perkembangan harga yang cukup baik, adanya mandatori bahan bakar nabati (BBN) yang meningkatkan konsumsi biodiesel dari sisi domestik turut memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor antar daerah. Dengan demikian, perdagangan antar daerah turut mengalami perbaikan dari 6,0% (yoy) menjadi 12,5% (yoy). 100.0%
CPO Lokal
CPO Intl
Karet Lokal
Karet Intl
80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0%
-40.0% I
II III IV 2011
I
II III IV 2012
I
II III IV
I
2013
II III IV 2014
I
II III IV
I
2015
2016
II
Sumber: Bloomberg dan Bappebti, diolah
Grafik 1.18 Perkembangan Harga CPO dan Karet
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 8
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Selaras dengan ekspor dalam negeri, ekspor luar negeri tercatat membaik dari -10,9% (yoy) menjadi 0,6% (yoy). Perbaikan ekspor luar negeri ini terutama didorong oleh membaiknya ekspor luar negeri untuk kategori barang, sementara kinerja ekspor luar negeri untuk jasa justru menurun. Kenaikan ekspor barang ini terutama didorong oleh mulai membaiknya harga komoditas di pasar internasional. Nilai (USD)
Volume (ton)
G Nilai
40%
2.5
30%
20%
2.0
4.8%
10%
-9.6%
1.5
0%
-6.3% 1.0
2.6 2.0 2.4 1.7 2.6 2.3 2.5 2.4 2.4 2.2 2.3 2.2 2.3 2.2 2.4 2.3 2.3 2.1 2.3 2.0 2.3 2.3 2.2 2.3 1.8 1.9 2.0 2.2 2.0 2.4 1.9 2.5 1.7 2.0 1.9 2.0
-5.1% -10%
-
-20% -30%
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
2016
Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara4
Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan pangsa sebesar 33,1% dari total nilai ekspor, disusul oleh komoditas karet dengan pangsa 8,7% dan kopi 5,0%. Tingginya dominasi produk ekstraktif dalam komoditas ekspor menyebabkan tingginya pengaruh pasar komoditas terhadap kinerja ekspor Sumatera Utara. Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama
Komoditas Kelapa Sawit Karet Kopi Lainnya
Europa 9%
Lainnya 61%
India 8%
G Volume
3.0
0.5
USA 12%
Pangsa 33,1% 8,7% 5,0% 53,2%
Kinerja ekspor Sumatera Utara juga cukup bergantung pada kinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area. Ekspor ke empat negara tersebut mencapai sekitar 39,9%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 39,3% terhadap total ekspor Sumatera Utara.
Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama
Perbaikan kinerja ekspor luar negeri Sumatera Utara terjadi pada komoditas unggulan CPO dan karet seiring dengan harga di pasar internasional yang mulai membaik. Peningkatan harga terutama disebabkan oleh berkurangnya pasokan sebagai dampak El Nino pada tahun 2015 di sejumlah kawasan serta penyerapan CPO domestik untuk program mandatori biodiesel. Terkait dengan El Nino, dampak terhadap Sumatera Utara relatif minim sehingga produksi kelapa sawit dan karet tetap optimal di tengah kenaikan harga. Pada triwulan II 2016 ekspor luar negeri CPO Sumatera Utara membaik dari -12,5% (yoy) menjadi -11,6% (yoy). Milyar
Nilai (USD)
Volume (ton)
G Nilai
G Volume
1.4
80%
1.2
60%
1.0
40%
0.8
-15.7% 0%
0.4 0.2
20%
2.3%
0.6
-12.5%
-11.6%
0.9 0.9 0.7 0.6 1.0 1.1 0.9 1.1 0.8 1.1 0.8 1.1 0.8 1.0 0.9 1.1 0.8 1.0 0.8 0.9 0.9 1.2 0.8 1.2 0.6 0.9 0.7 1.1 0.7 1.2 0.7 1.3 0.5 0.9 0.6 0.9
Milyar
Tiongkok 10%
-
-20% -40% -60%
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
IV
I
II
2016
Grafik 1.21 Ekspor CPO
Pemberlakuan efektif pelarangan trans fat dalam produk makanan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menjadikan CPO sebagai salah satu kandidat bahan substitusi yang relatif murah sehingga permintaan CPO dari Amerika Serikat meningkat. Selain itu, adanya perayaan festival di Tiongkok serta persiapan perayaan Diwali di India mendorong permintaan akan minyak nabati yang tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sebagai imbas penurunan produksi El Nino pada 2015
Data Cognos Bank Indonesia, terdapat perbedaaan pencatatan ekspor luar negeri oleh BPS dan Bank Indonesia
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 9
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 lalu, juga menguntungkan kinerja perdagangan CPO Sumatera Utara. Dibatalkannya pajak progresif kelapa sawit oleh pemerintah Perancis diharapkan kembali menumbuhkan optimisme pelaku usaha di bidang kelapa sawit sehingga bisa mendorong kinerja ekspor kedepannya. Meskipun tren perbaikan sudah mulai terlihat, namun permintaan masih lemah. Perbaikan aktivitas manufaktur negara mitra dagang utama dapat dikatakan tidak merata. Perbaikan aktivitas manufaktur hanya terlihat di Tiongkok, sementara Amerika Serikat, India dan Jepang masih terus menunjukkan tren perlambatannya. 59
US
China
India
Jepang
Batas
EKSPANSI
57
55 53
penurunan harga komoditas perkebunan. Namun adanya sistem kontrak yang ditetapkan dalam penjualan komoditas diharapkan masih berjalan dengan baik. Hal ini juga diperkuat dengan kapabilitas pasar domestik yang semakin mumpuni, terutama pasca program BBN yang semakin digalakkan. Tw-I 2016
Tw-II 2016
1,4
7,4
Seiring dengan penguatan perekonomian domestik, kebutuhan akan impor barang semakin meningkat. Kinerja impor meningkat dari 1,4% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Perbaikan kinerja impor terjadi baik untuk impor luar negeri maupun impor antar daerah. 150%
Bahan Baku
Barang Konsumsi
Barang Modal
Total
100%
KONTRAKSI
51 49 47 45 I
II
III
IV
I
II
2013
50%
0%
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
2016
Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com, diolah Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama
Perbaikan kinerja ekspor juga mulai terlihat pada komoditas karet. Ekspor luar negeri karet tercatat membaik dari -26,6% (yoy) menjadi -18,5% (yoy). Adanya perbaikan harga komoditas mampu mendorong kinerja ekspor luar negeri karet. Namun perbaikan masih terbatas terkait adanya pembatasan volume impor sebagai bentuk kesepakatan antar anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC). Milyar
Nilai (USD)
Volume (ton)
G Nilai
I
II
G Volume
0.6
30%
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II 2016
-50%
-100%
Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut
Impor antar daerah mengalami lonjakan tajam dari 6,0% (yoy) menjadi 10,8% (yoy). Lonjakan ini terjadi sebagai respons dari meningkatnya kebutuhan konsumsi terutama untuk komoditas bahan makanan dalam bulan Ramadhan dan persiapan Idul Fitri. Beberapa kebutuhan pokok masih harus diimpor dari daerah lain karena belum optimalnya produksi tanaman bahan makanan seiring dengan adanya anomali cuaca pada awal triwulan menyebabkan kebutuhan akan impor dari daerah lain meningkat.
20%
0.5
-5.7%
10%
-12.3% 0%
0.4
-18.5%
0.3 0.2
-10% -20% -30%
-26.6%
-40%
0.5 0.1 0.5 0.1 0.4 0.1 0.4 0.1 0.5 0.2 0.4 0.1 0.4 0.2 0.4 0.2 0.3 0.2 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1
0.1 -
-50% -60%
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
2015
I
II
2016
Grafik 1.23 Ekspor Karet
Pada triwulan III 2016, kinerja ekspor Sumatera Utara diperkirakan cukup baik. Meski perkembangan indikator harga terkini menunjukkan adanya
Impor luar negeri di Sumatera Utara meningkat dari 8,6% (yoy) menjadi 0,5% (yoy). Peningkatan impor luar negeri didorong oleh peningkatan kebutuhan impor barang modal serta trend penguatan nilai tukar rupiah. Perekonomian domestik yang kuat mendorong adanya peningkatan kebutuhan akan barang modal dari luar negeri sehingga impor barang modal meningkat dari -10,9% (yoy) menjadi 0,6% (yoy). Sementara itu, impor jasa justru melambat dari 3,5% menjadi 0,2% (yoy).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 150%
Bahan Baku
Barang Konsumsi
Barang Modal
Total
100%
50%
0% I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
I
2015
II
2016
-50%
-100%
Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut
Berdasarkan kategorinya, kelompok barang modal dan bahan baku mengalami peningkatan sementara impor barang konsumsi justru menurun. Impor barang modal meningkat signifikan dari -17,8% (yoy) menjadi 19,0% (yoy). Sementara itu, impor bahan baku tercatat membaik dari -11,1% (yoy) menjadi -0,4% (yoy). Selain dipengaruhi oleh permintaan domestik yang kuat, adanya kebutuhan untuk meningkatkan persediaan dalam menghadapi hari raya Idul Fitri juga turut menyebabkan tingginya perbaikan kinerja impor barang modal dan bahan baku. Lain halnya dengan impor barang konsumsi yang justru menurun dari 88,6% (yoy) menjadi 11,9% (yoy).
Laju impor di triwulan III 2016 diperkirakan turun terbatas. Seiring dengan aktivitas konsumsi yang diperkirakan menurun akibat pergeseran pola konsumsi, impor diperkirakan turut menurun. Meskipun demikian, penurunan diperkirakan tidak akan terlalu dalam mengingat adanya kebutuhan untuk meningkatkan persediaan barang modal untuk mengolah CPO yang akan melimpah ruah pada akhir tahun.
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Dari sisi penawaran, perbaikan yang signifikan pada perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 ditopang oleh perbaikan kinerja kategori Pertanian, kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE), kategori Konstruksi serta kategori Transportasi dan Pergudangan. Sementara itu, kinerja kategori Industri Pengolahan yang merupakan sektor utama perekonomian Sumatera Utara justru mengalami perlambatan yang cukup dalam. Kelima kategori tersebut menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera Utara.
Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran Pertumbuhan Ekonomi PDRB (%,yoy) Sisi Produksi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
2014 IV Total 4.7 5.2
I 4.8
II 5.1
2015 III 5.1
IV 5.3
Total 5.1
I 5.0
2016 II Arah 5.7
5.2 4.1 0.3 2.9 6.8 8.5
4.4 5.1 3.0 3.2 6.0 6.8
6.1 12.4 0.3 -8.5 9.7 8.3
5.6 6.1 3.1 -5.6 8.6 6.6
3.8 3.7 5.0 4.7 4.3 5.6
7.0 3.8 5.5 4.5 3.4 2.0
5.6 6.4 3.5 -1.3 6.4 5.5
5.5 1.4 6.6 4.3 4.6 4.3
7.2 7.6 2.2 11.9 6.1 5.5
5.5
6.9
4.5
5.4
4.2
3.3
4.4
2.4
5.2
6.3 6.5 4.7 4.8 7.9 7.5
5.7 6.5 7.2 2.6 6.6 6.8
5.1 9.2 5.8 4.2 4.9 7.2
5.1 6.9 7.1 4.7 5.6 6.8
6.0 6.2 8.1 8.5 6.1 5.0
5.7 5.7 7.4 11.1 6.3 4.5
5.5 7.0 7.1 7.2 5.8 5.9
5.6 4.3 5.8 7.6 4.6 5.5
8.3 5.7 6.9 6.2 5.2 5.5
5.2
6.9
5.3
6.3
7.0
4.7
5.8
5.5
12.0
0.0 8.6 6.1
6.4 7.0 7.0
2.5 6.4 6.2
-0.2 7.9 6.9
8.1 8.8 5.6
9.8 4.7 8.1
5.0 6.9 6.7
7.4 7.9 7.0
7.0 5.2 6.3
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 11
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tw-I 2016
juta 350
Tw-II 2016
5,5
7,2
Volume (ton)
Growth (yoy)
100% 80%
300
60%
250
40%
23.7%
200
-1.4% 20%
Perbaikan kinerja kategori Pertanian didorong oleh perbaikan kinerja subsektor perkebunan. Sementara itu, menurut data Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, subsektor tanaman bahan pangan masih menunjukkan penurunan produksi. Produksi padi pada triwulan II 2016 turun sebesar -29% (yoy), serta cabai merah dan bawang merah masing-masing turun -26%(yoy) dan -16% (yoy). Produksi Triwulan II 2016 (%, yoy)
Padi
Cabai Besar
-29
-26
Bawang Merah
-16
Penurunan produksi tanaman pangan direspon oleh pemerintah melalui penyaluran pupuk bersubsidi yang lebih intensif. Penyaluran pupuk bersubsidi pada triwulan II 2016 telah mencapai 44,2% dari pagu, relatif baik dari rata-rata penyaluran pupuk bersubsidi dalam 5 tahun terakhir untuk triwulan II 2016 yang biasanya mencapai 41,8% dari pagu. Begitu juga dengan volume impor pupuk yang masih terkontraksi. Permasalahan kualitas bibit yang digunakan oleh petani terlihat berdampak pada kinerja Pertanian pada periode laporan. Realisasi
Sisa Kebutuhan
150
-18.6%
100
-20%
II
III
IV
2012
2013
2014
2015
I
185.6
I
0
165.2
174.9
206.3
IV
261.9
III
188.2
II
214.8
I
166.8
IV
166.6
III
310.8
II
202.4
I
193.4
IV
92.3
III
181.9
II
203.9
I
141.8
181.6
50
0%
-36.9%
313.9
Perbaikan harga komoditas di pasar domestik dan internasional terutama untuk komoditas CPO dan karet mendorong kinerja kategori Pertanian lebih baik dari pola historisnya. Kategori Pertanian membaik dari 5,5% (yoy) menjadi 7,2% (yoy).
-40% -60%
II
2016
Grafik 1.27 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara
Penurunan produksi tanaman bahan pangan juga dipengaruhi anomali cuaca dalam beberapa periode terakhir yang kurang kondusif. Cuaca di Sumatera Utara dilaporkan cenderung kering sehingga menyebabkan kurang kondusifnya aktivitas pertanian pada triwulan II 2016. Lebih lanjut, keadaan cuaca tersebut menggeser periode tanam beberapa komoditas pertanian. Hingga bulan September 2016 diperkirakan realisasi luas tanam di Sumatera Utara baru mencapai 49,6% dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut juga diperparah dengan masih belum memadainya kapasitas irigasi dalam memenuhi kebutuhan pengairan ditengah anomali cuaca yang terjadi memasuki triwulan II 2016 semakin menekan produktivitas tanaman pangan pada periode mendatang.
Growth Realisasi
100%
40.0%
80%
30.0% 20.0%
60%
10.0%
Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan
Gambar 1.1 Realisasi Sifat Curah Hujan April 2016
40%
16.7% 38.4% 57.8% 83.2% 21.5% 48.4% 71.9% 100.8% 18.9% 43.9% 66.0% 90.4% 22.9% 48.2% 67.4% 94.4% 20.9% 44.2%
0.0% 20% 0%
I -20%
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III IV
I
II
2015
2016
-10.0% -20.0% -30.0%
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 sudah mulai menurun akibat hilangnya minat petani karet rakyat untuk ‘menderes’ getah karet akibat terlalu rendahnya harga. Hal tersebut juga turut meredupkan gairah perbankan dalam menyalurkan kreditnya pada sektor ini. Kredit ke perkebunan karet melambat dari -17,5% (yoy) menjadi -19,1% (yoy). Rp Triliun 30
Kebun Karet G. P Karet
Kebun Sawit G P Sawit
300% 250%
25
Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan
Gambar 1.2 Realisasi Sifat Curah Hujan Mei 2016
Berbeda dengan sektor tanaman pangan, kategori tanaman perkebunan justru diperkirakan membaik seiring dengan membaiknya harga komoditas di pasar internasional dan domestik. Adanya kenaikan harga minyak dunia mendorong kenaikan harga CPO dan karet di pasar internasional maupun domestik. Penguatan harga CPO di pasar domestik juga ditunjang dengan adanya komitmen kontrak pengadaan biodiesel yang akan disalurkan pada bulan Mei-Oktober 20165. Menurunnya produksi beberapa negara yang terimbas oleh El Nino pada tahun 2015 lalu menyebabkan pasokan menurun juga turut mendukung perbaikan harga. Kondisi ini cukup menguntungkan bagi Sumatera Utara mengingat minimalnya dampak El Nino pada tahun 2015 lalu sehingga produksi kelapa sawit tidak terganggu secara signifikan dibandingkan dengan pesaing utama lainnya seperti Malaysia. Dengan kondisi tersebut, optimisme perbankan dalam menyalurkan kredit ke kategori ini terus berlanjut, yang tercermin dari akselerasi kredit yang mencapai 28,2% (yoy), lebih tinggi dari capaian triwulan lalu yang mencapai 23,9% (yoy). Untuk komoditas karet, adanya kesepakatan pembatasan ekspor oleh ITRC serta pergerakan minyak dunia yang merangkak naik sepanjang triwulan II 2016 mendorong perbaikan harga baik di pasar lokal maupun internasional. Perbaikan harga ini memberikan angin segar bagi petani karet yang sudah beberapa tahun terakhir terhimpit faktor harga yang terlalu rendah. Meskipun demikian, tanpa adanya pembatasan ekspor pun pada dasarnya pasokan karet
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume
200% 20
150%
15
100% 50%
10
0% 5
-50%
-
-100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011
2012
2013
2014
2015
2016
Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perkebunan
Sementara itu, kinerja perkebunan kopi pada triwulan II 2016 masih cukup baik yang disebabkan oleh masih kondusifnya aktivitas perdagangan domestik. Berdasarkan hasil liaison, penjualan kopi domestik terutama didorong oleh meningkatnya permintaan untuk produk kopi premium arabika seiring dengan daya beli masyarakat domestik yang membaik serta tren coffee shop yang semakin merebak di beberapa kota besar di Indonesia. Harga kopi arabika di pasar domestik membaik dari -5,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 6,0% (yoy) pada triwulan II 2016. Namun, kinerja perdagangan kopi di pasar internasional relatif menurun sejalan dengan belum pulihnya ekonomi global. Hal tersebut tercermin dari harga kopi di pasar internasional yang justru melambat dari 6,4% (yoy) menjadi 5,8% (yoy). Lebih lanjut, penurunan kinerja perkebunan kopi di pasar global juga tercermin dari penurunan ekspor kopi dari -8,9% (yoy) menjadi 19,0% (yoy).
Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 13
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Perbaikan kinerja kategori Pertanian mendorong tingkat kesejahteraan petani pada triwulan II 2016, bahkan mulai melewati level indikatifnya sebesar 100. NTP Provinsi Sumatera Utara6 pada triwulan II 2016 membaik dari 99,3 pada triwulan lalu menjadi 100,6 pada periode laporan. Perbaikan NTP pada periode laporan terutama disebabkan oleh membaiknya NTP perkebunan secara signifikan yang didorong oleh membaiknya harga. Indeks
ntp
NTPR
NTPH
tumbuh dari 21,8% (yoy) menjadi 25,7% (yoy). Selain itu, adanya panen raya kedua tanaman pangan diperkirakan juga turut berkontribusi pada baiknya kinerja kategori ini pada periode mendatang, meski tidak optimal akibat adanya pergeseran periode tanam. Tw-I 2016
Tw-II 2016
2,4
5,2
NTPP
106 104 102
100.8 100 104 100 100.4 98 105 100 97.8 93 102 98 98.7 97 100 99 100.4 100 96 100 101.1 101 98 101 99.3 96 98 100 99.1 95 101 98 98.5 95 99 96 98.6 96 98 96 97.7 93 93 96 98.1 93 96.5 97 99.3 95 97.4 98 100.6 98 98 98
100
98 96 94 92 90 88 86
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
II
2016
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.29 Realisasi NTP Sumatera Utara
Mulai membaiknya harga diharapkan menjadi daya tarik bagi petani maupun buruh perkebunan untuk tetap bekerja di sektor Pertanian. Alih profesi petani perkebunan menjadi buruh pabrik, keengganan untuk melakukan aktivitas produksi atau bahkan menjadi petani tanaman pangan yang marak dilakukan akibat kemerosotan harga yang cukup signifikan pada tahun lalu menyebabkan menurunnya ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan.
Perbaikan permintaan domestik yang signifikan mendorong tingginya akselerasi kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Adanya persiapan perayaan Idul Fitri, penyaluran THR, gaji ke 13 dan 14 ditengah tekanan inflasi yang terkendali menyebabkan terjaganya daya beli masyakarakat. Dengan kondisi tersebut, kategori Perdagangan tercatat tumbuh dari 2,4% (yoy) menjadi 5,2% (yoy). Peningkatan aktivitas perdagangan didorong oleh melejitnya penjualan suku cadang yang mencapai 24,0% (yoy), jauh lebih tinggi dari capaian triwulan lalu yang hanya mencapai 2,5% (yoy). Perbaikan kinerja penjualan suku cadang ini terkait dengan tingginya aktivitas mudik yang dibarengi dengan penguatan nilai tukar yang terus berlanjut sehingga harga sparepart, suku cadang dan aksesoris kendaraan relatif menurun. Rp Juta
Penjualan Suku Cadang
Growth
700
160% 140%
600
5,000
10.0% 0.0%
2013
2014
2015
450.1
418.0
459.1
484.6
558.1
631.5
20.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
0
-
2011
472.8
21.8% 9,703 9,671 11,550 13,953 13,980 14,936 15,501 18,358 18,396 18,834 19,183 22,036 22,291 23,629 23,565 25,007 24,196 25,095 26,286 28,623 29,473 31,545
10,000
30.0%
0%
487.3
15,000
100
426.6
25.7%
20%
200
371.9
40.0%
376.6
20,000
40%
2.5%
469.0
50.0%
60%
300
555.4
25,000
80%
24.0%
640.8
60.0%
100%
400
580.5
30,000
120%
500
586.7
yoy 70.0%
Growth (yoy)
548.4
Nominal
532.8
Rp Miliar 35,000
-20% -40% -60%
2012
2013
2014
2015
2016
Grafik 1.31 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara
2016
Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Pertanian
Perbaikan kategori Pertanian diperkirakan masih berlangsung pada beberapa periode kedepan. Indikasi perbaikan ini tercermin dari masih tingginya penyaluran kredit pada kategori pertanian yang
Meskipun membaik, kinerja kategori ini diperkirakan belum optimal terkait dengan kinerja pariwisata yang masih terbatas. Hal tersebut tercermin dari tingkat occupancy rate hotel/penginapan yang menurun serta kunjungan wisatawan yang masih terkontraksi meski banyak event musiman. Masih berlanjutnya erupsi
Menggunakan nilai rata-rata bulanan April, Mei dan Juni 2016
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Sinabung diperkirakan turut menahan laju kedatangan wisatawan ke daerah Sumatera Utara. Meskipun demikian, adanya program pemerintah dalam pengembangan Danau Toba sebagai objek wisata nasional kedepannya diperkirakan dapat mendorong kinerja pariwisata. 30.0%
Occupancy Rate
60
Wisman
20.0%
50
10.0%
40
0.0%
-11.4%
30
-10.0% 20
-20.0%
10
38 41 46 40 42 44 40 44 44 44 38 45 42 45 44 46 40 45 42 43 50 54 52 52 50 48
-30.0%
-12.3%
-40.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tw-IV 2015
Tw-I 2016
5,6
8,3
Semaraknya budaya mudik serta perbaikan harga komoditas mendorong terdongkraknya kinerja Transportasi dan Pergudangan hingga tumbuh 8,3% (yoy). Adanya perbaikan harga komoditas juga mendorong tingginya arus transportasi barang sehingga membutuhkan kapasitas pergudangan yang memadai. Dengan demikian, kinerja subkategori perdagangan juga diperkirakan turut membaik seiring dengan perbaikan harga komoditas tersebut. Hal tersebut tercermin dari tingginya realisasi arus bongkar muat yang meningkat secara signifikan.
2016
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
juta Ton
Grafik 1.32 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate
3
Bongkar
Muat
G Bongkar
G Muat
60.0%
42.1%
40.0%
2 20.0%
0.8%
Pada triwulan III 2016, kinerja kategori PBE diperkirakan relatif stabil. Adanya perayaan hari raya Idul Fitri, libur sekolah, Festival Danau Toba, hari raya Idul Adha, serta tahun ajaran baru akan menjaga kuatnya permintaan domestik pada periode mendatang. Optimisme ini juga tercermin dari membaiknya penyaluran kredit pada triwulan II 2016, dari -3,0% (yoy) menjadi 3,0% (yoy) yang diharapkan menjadi stimulus perbaikan kinerja kategori ini kedepannya. Sementara itu, beberapa faktor yang diperkirakan menahan kinerja kategori ini pada triwulan III 2016 diantaranya adalah bergesernya pola konsumsi masyarakat seiring dengan beralihnya Ramadhan ke triwulan II 2016. Selain itu adanya pemotongan anggaran operasional pemerintah pusat dan daerah diperkirakan menahan kinerja kategori ini. Rp Miliar
yoy Nominal
50,000
Growth (yoy)
35.0%
45,000
30.0%
40,000
25.0%
35,000 30,000
20.0%
25,000
15.0%
20,000
10.0%
15,000 5,000
18,431 19,193 20,643 21,709 22,784 24,897 24,525 26,531 27,066 32,028 32,144 33,873 34,496 36,200 36,735 38,968 42,195 42,952 44,011 44,598 40,941 44,229
10,000
3.0% 5.0%
-3.0%
-
8.8%
-18.1%
2
0.0% -20.0%
1
-40.0% 1
-32.9%
-60.0%
-70.9% -
-80.0% I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III IV
2015
I
II
2016
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.34 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan
Hari raya Idul Fitri diiringi dengan arus mudik yang cukup tinggi mendorong peningkatan kebutuhan akan moda transportasi baik untuk darat, laut dan udara. Adanya kebutuhan yang tinggi ini direspon dengan adanya penambahan kapasitas angkut baik melalui moda transportasi yang lebih banyak maupun frekuensi angkut yang lebih tinggi. Namun, arus mudik diperkirakan tidak hanya terkonsentrasi di akhir triwulan II 2016 menjelang Idul Fitri. Arus mudik terlihat masih cukup ramai mendekati Idul Fitri yang berlangsung pada awal triwulan III 2016. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan arus penumpang udara maupun laut yang pada triwulan II 2016 justru terkontraksi dalam.
0.0% -5.0%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II
2016
Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori PBE
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 15
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Penumpang Udara G Penumpang Udara
3
Penumpang Laut G Penumpang Laut
60.0%
33.0%
40.0%
2
6.8%
20.0%
2 0.0%
9.9%
1
-20.0%
-2.2% 1
-40.0%
-49.1% -
-60.0% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II
2016
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah
Grafik 1.35 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara
Selain didorong oleh perayaan Idul Fitri, libur sekolah dan tahun ajaran baru, ekspektasi akan membaiknya kategori Transportasi dan Pergudangan di periode mendatang tercermin dari masih terus berlanjutnya perbaikan penyaluran kredit ke kategori ini. Penyaluran kredit kategori transportasi dan pergudangan kembali membaik dari -11,7% (yoy) menjadi -3,2% (yoy). Terus digenjotnya akselerasi beberapa program peningkatan kapasitas infrastruktur perhubungan yang telah dimulai pada akhir tahun 2015 lalu diharapkan dapat mendukung kinerja kategori ini di masa mendatang. Rp Miliar
yoy
Nominal
6,000
Pelabuhan Kuala Tanjung dan Tol Trans Sumatera. Dorongan pemerintah pusat untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur strategis turut berkontribusi dalam tingginya realisasi proyekproyek tersebut.
Growth (yoy)
80.0%
5,000
60.0%
4,000
40.0%
Sementara itu, kinerja kategori Konstruksi pada triwulan laporan belum mendapat dorongan yang lebih besar dari realisasi investasi swasta maupun program pemerintah daerah, khususnya investasi bangunan. Pelaku usaha masih cenderung wait and see terhadap perkembangan perekonomian, terutama terkait dengan belum kokohnya perbaikan permintaan. Sementara itu, terlambatnya proses pengadaan masih menjadi momok sulitnya optimalisasi realisasi pembangunan dari sisi pemerintah daerah. Rp Miliar
yoy Nominal
6,000
Growth (yoy)
70.0% 60.0%
5,000
50.0%
4,000
40.0%
3,000
30.0%
7.9%
2,000
20.0% 10.0%
-2.1% 1,000
2,702 2,687 3,190 3,156 2,935 3,297 3,835 3,953 3,776 4,407 5,279 5,114 4,904 4,907 5,357 5,394 5,027 5,181 5,297 5,270 4,922 5,592
juta orang
-
0.0% -10.0%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II
2016
Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi 3,000
20.0% -3.2%
2,000
1,568 1,943 2,233 2,485 2,598 2,875 2,995 3,310 3,397 3,588 3,704 3,683 3,570 5,161 4,655 3,925 3,807 3,598 3,605 3,478 3,360 3,482
1,000
0.0%
-11.7%
-
-20.0% -40.0%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II
2016
Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan
Tw-I 2016
4,3
Tw-II 2016
5,5
Proyek infrastruktur strategis nasional di Sumatera Utara yang terus digencarkan menopang kokohnya realisasi kinerja kategori konstruksi dari 4,3% (yoy) menjadi 5,5% (yoy). Hal ini selaras dengan akselerasi konsumsi semen dan indeks penjualan barang konstruksi. Beberapa proyek infrastruktur strategis yang merupakan lanjutan dari proyek multiyears yang dimulai tahun lalu diantaranya adalah pembangunan Pelabuhan Belawan, Terminal Multi purpose
Pada triwulan III 2016, akselerasi kinerja kategori konstruksi diperkirakan berlanjut seiring dengan realisasi infrastruktur strategis yang tepat waktu. Selain itu, perkiraan dari selesainya proses pengadaan infrastruktur perhubungan dari sisi APBD juga diperkirakan mendorong kinerja kategori ini lebih baik. Penyaluran kredit pada triwulan II yang terakselerasi dari -2,1% (yoy) menjadi 7,3% (yoy) juga diharapkan dapat menjadi stimulus dari perbaikan perekonomian ke depan. Tw-I 2016
6,6
Tw-II 2016
2,2
Ditengah perbaikan harga komoditas yang terus berlanjut, kinerja kategori Industri Pengolahan pada triwulan II 2016 melambat cukup signifikan. Industri pengolahan tercatat melambat tajam dari 6,6% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Adanya perilaku pelaku usaha untuk meningkatkan stok sebelum pucak permintaan berlangsung sementara aktivitas produksi relatif
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 menurun seiring dengan adanya libur lebaran mendorong perlambatan kategori ini. Melambatnya kinerja kategori ini juga tercermin dari melambatnya penyaluran kredit industri pengolahan. Rp Miliar
yoy Nominal
45,000
Growth (yoy)
45.0% 40.0%
40,000
35.0%
35,000
30.0%
30,000
25.0%
25,000
20.0%
20,000
15.0%
1.0%
10.0%
15,000
-2.8%
17,670 18,226 18,455 21,666 20,741 23,120 23,689 26,140 25,942 26,899 29,867 31,883 31,211 33,207 33,380 33,030 35,073 37,803 38,846 36,369 35,425 36,731
10,000
5,000 -
5.0% 0.0%
-5.0% -10.0%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II
2016
Grafik 1.38 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan
Masih belum kuatnya permintaan global juga turut menahan perbaikan kinerja kategori Industri Pengolahan. Hal ini tertangkap dari masih terkontraksinya kinerja ekspor manufaktur Sumatera Utara. Selain terkendala dari sisi permintaan, perkembangan industri pengolahan di Sumatera Utara, terutama karet juga berasal dari pasokan. Permasalahan minimnya bahan baku juga masih menjadi dilema bagi industri pengolahan karet, dimana kekurangan bahan baku untuk industri domestik saja mencapai 40%.
tersebut belum diiringi dengan keandalan layanan yang prima, dengan demikian pelaku usaha masih perlu menggunakan daya pengganti, baik itu dalam bentuk genset atau energi alternatif. Di tahun 2016, Pemerintah terus menggodok kebijakan maupun langkah-langkah akomodatif dalam menciptakan iklim usaha maupun investasi yang kondusif. Memasuki awal tahun 2016, pemerintah daerah Sumatera Utara berhasil mengupayakan penurunan tarif gas industri yang harganya jauh melebihi rata-rata harga gas industri di ASEAN. Harga gas industri di Sumatera Utara memasuki awal tahun 2016 turun dari US$12,22/MMBTU menjadi US$11,22/MMBTU. Meski sudah turun, namun harga gas industri di Sumatera Utara masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga gas industri di daerah lain yang hanya mencapai US$6-8/MMBTU. Pemerintah daerah Sumatera Utara terus melakukan koordinasi dan konsolidasi untuk mengatasi permasalahan tingginya harga gas ini. juta m3
Volume
Growth (yoy)
14
8.0%
13
6.0%
13
4.0%
12
2.0%
12
0.0%
11
-2.0%
11
Milyar
Nilai (USD)
2.5
Volume (ton)
G Nilai
G Volume
40%
-4.0%
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
2016
30% 2.0 20%
6.2%
1.5
-9.3% 10% 0%
1.0
-3.6%
-10%
-2.5%
1.9 1.8 1.7 1.5 2.1 2.1 2.0 2.2 1.8 2.0 1.8 2.0 1.8 1.9 1.9 2.1 1.8 1.9 1.8 1.8 1.9 2.1 1.8 2.1 1.4 1.7 1.5 1.9 1.6 2.2 1.6 2.3 1.4 1.8 1.5 1.7
0.5
-
-20% -30%
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
2016
Grafik 1.39 Perkembangan Ekspor Manufaktur
Selain itu, kinerja kategori ini tidak lepas dari meningkatnya ketersediaan fasilitas pendukung, seperti listrik dan gas. Pada awal tahun 2016, Sumatera Utara secara keseluruhan telah melewati episode defisit listrik yang telah lama dikeluhkan oleh pelaku usaha dan masyarakat. Memadainya pasokan listrik untuk kepentingan industri yang diiringi dengan terus disesuaikannya harga listrik oleh pemerintah mendorong mulai kondusifnya aktivitas industri pengolahan. Meskipun demikian, pelaku usaha masih merasakan pasokan listrik yang telah memadai
Sumber: PDAM Tirtanadi Grafik 1.40 Perkembangan Penyaluran Air
Meskipun kinerja Industri Pengolahan menurun, penyaluran air sebagai komponen pendukung industri yang sangat penting masih relatif prima. Penyaluran air bersih tumbuh dari 2,8% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Begitu juga dengan listrik industri yang tumbuh dari 0,4% (yoy) menjadi 2,9% (yoy). Pada triwulan III 2016, diperkirakan kinerja industri pengolahan membaik seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik serta meningkatnya hasil produksi kelapa sawit sebagai bahan baku industri. Selain itu, adanya kontrak pembelian CPO untuk biodiesel seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga diperkirakan turut mendorong kinerja industri pengolahan. Dari sisi eksternal, seiring dengan adanya pelaksanaan festival kue bulan di Tiongkok juga turut mendorong permintaan.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 17
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Meskipun demikian, kinerja kategori ini masih dihadang oleh kembali menurunnya harga komoditas perkebunan di pasar internasional memasuki awal triwulan III 2016. Dengan adanya sistem kontrak pembelian yang telah dilakukan sebelumnya, diharapkan dampak dari penurunan harga komoditas ini minimal sehingga industri pengolahan masih dapat mencatatkan pertumbuhan yang baik kedepannya.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Boks 1
Strategi Pengembangan Kawasan Danau Toba Sebagai Pusat Perekonomian Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat occupancy rate di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 kembali menurun. Tingkat occupancy rate pada triwulan II 2016 hanya mencapai 48%, terus menurun sejak awal tahun 2015 lalu. Hal ini patut disayangkan mengingat potensi pariwisata yang dimiliki oleh Sumatera Utara sangat besar. Dengan demikian, pemerintah daerah maupun pusat mulai serius melakukan penggarapan Danau Toba, salah satu icon pariwisata Sumatera Utara yang tersohor hingga ke mancanegara. Danau Toba merupakan danau alami dengan luas sebesar 1.130km2 yang berada di 7 kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Ketujuh kabupaten tersebut menyumbang 13,2% perekonomian Sumatera Utara. Pertumbuhan daerah di sekitar Danau Toba pada tahun 2014 mencapai 5,1% (yoy) 7. Pengembangan Danau Toba kedepannya tertuang di dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), yang akan dikembangkan dalam bentuk kawasan strategis pariwisata nasional dan destinasi pariwisata nasional. Adapun pengembangan wisata Danau Toba direncanakan sesuai dengan Perpres 81 tahun 2014 pasar 8 ayat 4 dan pasar 40 diantaranya adalah budaya tradisional, panorama, cagar budaya etnik Batak, kampung adat, serta wisata tirta. Lebih lanjut, dalam mengembangkan Danau Toba, telah dibentuk Badan Otorita Danau Toba yang dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Adapun arah kebijakan pengembangan pariwisata di Sumatera Utara, khusunya Danau Toba diantaranya adalah: 1. 2. 3.
4.
Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional.
Tabel 1.5 Dramaga di Kawasan Danau Toba
Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara, khususnya Danau Toba masih menemui beberapa kendala, terutama permasalahan dari fasilitas pendukung, seperti infrastruktur, konektivitas, promosi dan sumber daya manusia. Aksesibilitas Danau Toba dinilai belum optimal. Jarak tempuh dari Bandara Internasional Kuala Namu ke Danau Toba (Parapat) sekitar 3-5 jam. Permasalahan ini telah diselesaikan dengan kembali beroperasinya Bandar Udara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara sebagai gerbang pintu masuk wisatawan dari sisi barat. Sementara itu, dari sisi timur saat ini tengah dilakukan pendalaman akses Bandar Udara Sibisa yang berlokasi di Kabupaten Toba Samosir. Meskipun demikian, kapasitas bandara yang ada saat ini masih belum optimal. Panjang landasan pacu saat ini untuk Bandara Sibisa adalah 750x23 meter, sementara untuk Bandara Silangit baru berukuran 2.250 x 30 meter.
Sumber: Bappeda Provinsi Sumatera Utara
Agregasi dari PDRB ketujuh kabupaten/kota sekitar Danau Toba
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 19
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Selain penguatan infrastruktur udara, konektivitas darat juga tidak luput dari perhatian Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Terdapat beberapa jalan yang rencananya akan dibangun pada periode mendatang, diantaranya adalah Jalan Tol Tebing-Tinggi – Parapat, Jalan Rawasaring (Tanjung Morawa-Saribu DolokTongging), Jalan Lingkar Luar Danau Toba, Jalan Lingkar Pulau Samosir dan Jembatan Tano Ponggol. Selain itu, Danau Toba juga telah dilengkapi dengan pelabuhan penyeberangan baik untuk penumpang maupun barang. Pada saat ini terdapat 16 dermaga dengan luas daerah sebesar 13.519 m2. Dengan cukup baiknya konektivitas darat ke depannya, diharapkan mobilitas wisatawan dapat lebih tinggi sehingga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan terbentuk perspektif positif di mancanegara terhadap Dana Toba. Permasalahan SDM di wilayah Danau Toba juga masih menjadi permasalahan tersendiri. Meski kualitas SDM Sumatera Utara yang tercermin dari IPM lebih baik dari nasional, namun persebaran kualitas SDM dapat dikatakan belum merata. IPM Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah tercatat lebih rendah dari IPM Sumatera Utara. Selain dari sisi kualitas SDM, permasalahan budaya melayani dan keramahan masyarakat juga masih dikeluhkan oleh wisatawan. Dengan demikian, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mencoba merumuskan kebijakan revolusi mental, diantaranya adalah membentuk masyarakat yang ramah dan lingkungan yang nyaman bagi pelancong, petugas yang ramah dan melayani serta penegakan hukum dan disiplin. 74.00
2015
Sumut
72.00 70.00
69.51
68.00 66.00 64.00
67.06
71.32
73.40
71.24
69.00
72.69
66.03
Tapteng
Taput
Tobasa
Simalungun
Dairi
Karo
Humbahas
62.00
Grafik 1.41 Perkembangan IPM
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Boks 2
Peluang Industri Non-Komoditas untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas Dalam dekade terakhir, pergerakan dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara umum tidak dapat disangkal selalu diwarnai dengan pergerakan komoditas perkebunan, di antaranya yang paling besar adalah kelapa sawit dan karet. Besarnya pengaruh komoditas tersebut terhadap perekonomian Sumatera Utara disebabkan oleh faktor geografis dan kesuburan tanah yang sangat cocok untuk kedua komoditas di atas. Hal tersebut berdampak positif ketika harga komoditas sedang boom seperti yang terjadi pada tahun 2011, akan tetapi berdampak buruk secara signifikan ketika harga jatuh seperti yang dialami dalam 2 tahun terakhir. Dalam update terakhir, meskipun komoditas karet sedang cukup terpuruk namun industri berbasis kelapa sawit masih positif perkembangannya, dengan banyak investasi yang masuk. Pertanyaannya adalah, bagaimana bila komoditas kelapa sawit juga mengalami bust? Pada liaison periode ini, kami melakukan liaison ke 4 kontak perusahaan industri berbasis non komoditas perkebunan di mana tiga diantaranya merupakan perusahaan yang sudah cukup established dan berskala nasional maupun internasional. Meskipun demikian, berbeda dengan perusahaan berbasis komoditas kelapa sawit dan karet, perusahaan yang menjadi kontak tersebut merupakan pemain tunggal di Sumatera Utara atau minim kompetisi dari perusahaan serupa, sebagian besar pesaing berasal dari Jawa atau luar Indonesia. Dari hasil liaison yang kami lakukan kepada beberapa perusahaan industri berbasis non komoditas perkebunan, kinerja industri-industri ini relatif menggembirakan, berbeda dengan kondisi pelemahan industri komoditas perkebunan. Perbaikan yang terjadi pada industri ini diharapkan dapat berfungsi sebagai buffer terhadap pelemahan ekonomi akibat jatuhnya harga komoditas perkebunan. Salah satu contoh yang menarik adalah perusahaan pengecoran mesin berbasis baja untuk pertambangan. Industri tersebut merupakan salah satu industri bernilai tambah tinggi yang jarang dijumpai di Indonesia, dan sebagian besar pesaingnya berasal dari Amerika Serikat, Tiongkok atau Australia. Berhasil tumbuhnya perusahaan tersebut sangat positif bagi perekonomian Sumatera Utara, selain karena dari sisi penyerapan tenaga kerja, namun memberikan spesialisasi industri yang memberikan nilai tambah dan teknologi yang tinggi di Sumatera Utara. Perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah dan regulator bagaimana mengembangkan atau menambah pemain di industri serupa untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang lebih berkualitas. Berdasarkan hasil in-depth interview dengan pelaku usaha untuk mengembangkan industri non komoditas di perusahaan tersebut, diakui bahwa untuk non komoditas, keberadaan supporting industries yang diperlukan untuk sinergi pengembangan masih sangat minim. Oleh karena itu sebagian besar kebutuhan bahan baku masih harus diimpor dari luar negeri atau dari pulau Jawa. Beberapa kebijakan yang bisa dan penting untuk dilakukan Pemerintah Daerah saat ini ada 3 hal yaitu mengurai proses perizinan yang birokratis dan penuh ‘biaya siluman’, pembangunan infrastruktur logistik dan energi (listrik dan gas), serta dukungan pembiayaan yang lebih terjangkau. Ketiga hal tersebut serupa dengan hasil analisis riset Growth Diagnostic kami dimana faktor perizinan dan korupsi paling banyak dikeluhkan oleh pelaku usaha dan akan membuat investor asing enggan untuk masuk ke Sumatera Utara.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 21
Boks 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Dunia Usaha Menunjukkan Optimisme Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Triwulan II 2016 Sejalan dengan siklus perkembangan perekonomian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan II 2016 meningkat tajam dari -0,8% (yoy) menjadi 11,2% (yoy). Peningkatan kinerja dunia usaha ini terutama terjadi pada sektor perdagangan dan industri pengolahan. Saldo bersih tertimbang sektor perdagangan tercatat membaik dari -0,5% menjadi 3,2%. Begitu juga dengan sektor industri pengolahan yang meningkat dari 3,9% menjadi 6,1%. Adanya peningkatan kinerja dunia usaha belum diiringi dengan perbaikan penyerapan tenaga kerja. Masih tingginya ketidakpastian pasar komoditas internasional menyebabkan sikap pelaku usaha untuk wait and see dalam meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, pertumbuhan jumlah karyawan pada triwulan II 2016 relatif stabil dari 3,6% menjadi 3,5%. 25.0%
-10.49%
II III IV
I
2011
II III IV
I
2012
II III IV
2013
I
II III IV
I
2014
I
2015
2016
II
I
3.6%
4.4%
2.8%
-3.2%
-3.3%
-1.5%
-0.5% -4.9%
-2.3%
-20.0%
II III IV
-11.0%
-15.0% -12.2%
-15.0%
-7.5%
-0.81%
-7.7% -10.0%
-7.3%
-5.0%
-10.0%
-15.4%
-3.2%
-5.5%
0.0%
-3.0%
-5.0%
2.4% 0.0% -0.3%
0.0%
I
0.0%
-9.2%
8.4% 2.41%
3.8%
-1.4%
11.19%
-10.1%
7.1%
5.0%
9.1%
-6.8%
11.3% 11.1%
10.0%
0.0%
5.0% 12.8%
4.2%
17.6%
15.6%
15.0%
3.5%
YoY 10.0%
20.5% 19.4%
20.0%
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
Grafik 1.42 Perkembangan Kegiatan Usaha
II
2016
Grafik 1.43 Jumlah Karyawan
Belum kuatnya perbaikan pasar komoditas juga tercermin dari perkembangan saldo bersih tertimbang harga jual yang justru menurun, dari 18,0% menjadi 2,1%. Realisasi ini jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang menunjukkan tingginya ekspektasi perbaikan harga. Sementara itu, kapasitas terpakai juga relatif menurun dari 82% menjadi 78%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan kondisi dunia usaha pada triwulan II 2016 diperkirakan lebih banyak didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat yang bersifat musiman.
0.0% 2011
2012
2013
2014
2015
Grafik 1.44 Perkembangan Harga Jual
-2.9%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II -5.0%
2016
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Kapasitas Terpakai
72% 69% 69% 66% 66% 73% 66% 68% 70% 66% 67% 71% 76% 90% 81% 87% 77% 92% 83% 83% 82% 78%
18.0% 10.5%
14.0% 6.8%
5.2%
2.1%
5.0%
7.9% 3.9% 2.8%
10.0%
13.7%
15.0%
3.2% 6.0% 5.2%
20.0%
16.0%
25.0%
18.8% 15.7% 11.8% 12.0% 9.3%
27.2% 25.2%
%, yoy 30.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011
2012
2013
2014
2015
2016
Grafik 1.45 Kapasitas Terpakai
Ke depan, hasil SKDU pada Juli 2016 mengkonfirmasi optimisme pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha khususnya pada triwulan III 2016. Hal tersebut tercermin dari indeks perkiraan kegiatan usaha yang justru meningkat pada triwulan III 2016. Tingginya permintaan masyarakat seiring dengan perayaan hari raya Idul Fitri, libur sekolah dan tahun ajaran baru mendorong optimisme pelaku usaha akan kegiatan dunia usaha dari 10,9% pada triwulan II 2016 menjadi 13,6% pada triwulan III 2016. Hal tersebut juga yang mendorong pelaku usaha PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
-6.0%
0.0% -5.0%
-3.4%
-4.0%
5.0% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II III 2016
Grafik 1.46 Perkiraan Kegiatan Usaha dan Harga Jual
-8.0% I
3.7%
0.2%
-2.0%
0.0%
0.0%
10.0%
11.8% 12.0%
10.2% 7.3%
2.0%
-3.4%
0.0%
4.0%
15.0%
1.6% 0.3%
6.0%
20.0%
4.8%
8.0%
25.0%
-4.7% -5.5%
10.0%
30.0%
6.2% 7.4%
12.0%
3.4%
14.0%
5.8% 4.4%
11.3%
Perkiraan Harga Jual
35.0%
7.1%
Perkiraan Kegiatan Usaha
40.0%
11.6%
untuk melakukan perluasan penyerapan tenaga kerja, yang meningkat dari 11,8% menjadi 12,0%. Meskipun demikian, optimisme pelaku usaha relatif tertahan terkait keyakinan terhadap perbaikan pasar domestik maupun internasional yang belum persisten. Sementara itu, harga jual pada triwulan III 2016 diperkirakan kembali menurun.
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II III 2016
Grafik 1.47 Perkiraan Jumlah Karyawan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 23
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Boks 4
Potensi Maritim Sumatera Utara Dalam Menopang Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Sumatera Utara sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan Samudera Hindia memiliki potensi yang sangat besar dalam industri maritim, baik dari sumber daya perikanan, transportasi laut, maupun industri pariwisata. Sumatera Utara memiliki panjang pantai sebesar 1.300 km serta luas laut sebesar 110.000 km2. Dengan luas laut di wilayah Sumatera Utara yang mencakup 60,5% dari luas wilayahnya serta pengembangan infrastruktur pelabuhan yang salah satunya akan menjadi hub perdagangan internasional menunjukkan besarnya potensi tersebut. Potensi perikanan tangkap di wilayah Sumatera Utara sangat tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, potensi sumber daya ikan di Selat Malaka yang belum dimanfaatkan mencapai 276 ribu ton/tahun, sementara di Samudera Hindia mencapai 565,2 ribu ton/tahun. Sementara pada tahun 2015, produksi penangkapan ikan sebesar 611,9 ribu ton. Dengan demikian, produksi perikanan tangkap laut dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi untuk memenuhi kebutuhan ikan tidak hanya di Sumatera Utara tetapi juga secara nasional. Pada tahun 2016, target penangkapan ikan dinaikkan menjadi 630.304 ton (untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan sebesar 42 kg/kapita/tahun). Untuk mendukung pemenuhan konsumsi tersebut, saat ini di Sumatera Utara telah dibangun 2.451 Unit Pengolahan Ikan (UPI) skala kecil dan 54 UPI skala menengah dan besar serta 2 unit pengolahan dan penanganan produk non konsumsi. Akan tetapi jumlah UPI yang telah memiliki sertifikat kelayakan pengolahan (SKP) ada 55 SKP dengan hanya 1 UPI kecil yang memiliki SKP. Volume produk olahan dari keseluruhan UPI mencapai 31.109 ton dengan nilai produksi olahan sebesar Rp 697 milyar. Belum optimalnya tangkapan perikanan laut didorong oleh beberapa faktor 8. Masih tradisionalnya metode penangkapan yang digunakan oleh nelayan menyebabkan hasil tangkapan nelayan tidak optimal. Sistem penangkapan masih menggunakan sistem one day fishing. Alat yang digunakan oleh nelayan juga masih terbatas, bahkan tidak jarang masih menggunakan alat yang dilarang seperti pukat hela dan pukat tarik. Kapal modern (kapal motor) yang berada di Sumatera Utara hanya tercatat sebanyak 45%. Kondisi tersebut diantaranya terkait dengan tingkat pendidikan mayoritas nelayan yang relatif rendah. Dalam kaitan tersebut, pemerintah melalui kementerian kelautan berupaya memberikan bantuan biaya pembuatan 3500 kapal penangkap ikan ramah lingkungan yang akan didistribusikan secara nasional. Syarat yang harus dipenuhi adalah nelayan dimaksud tergabung dalam gabungan kelompok nelayan dan memiliki badan hukum koperasi. Namun, banyak nelayan yang belum bergabung dalam koperasi. Dari sisi regulasi, masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya pencapaian kinerja perikanan. Adanya pembatasan kapal angkut ikan yang hanya diperbolehkan dibawah 150 GT menyebabkan ikan yang ditangkap tidak dapat diangkut secara maksimal. Hal ini berakibat pada penurunan harga ikan di tingkat pemasok dan kenaikan di tingkat konsumen karena biaya angkut bertambah. Adanya ketentuan untuk memiliki surat izin angkut ikan juga dinilai menyulitkan proses pengangkutan ikan olahan dengan menggunakan kapal kargo. Potensi ekonomi maritim juga terkait dengan optimalisasi transportasi laut. Dari sisi industri logistik, lokasi Sumatera Utara dapat dikatakan sangat strategis. Total potensi lalu lintas peti kemas di Selat Malaka mencapai 51,5 juta TEUs/tahun. Namun, aktivitas peti kemas ini masih terpusat di Singapura sebagai wilayah transhipment untuk daerah ASEAN. Potensi peti kemas yang mampu diserap oleh Singapura adalah 31,3 juta TEUs/tahun, disusul oleh Port Klang dengan potensi sebesar 10,0 juta TEUs/tahun. Pelabuhan Belawan yang berlokasi di Selat Malaka baru menyerap arus peti kemas sebanyak 1,0 juta TEUs/tahun. Untuk mendorong kinerja sektor logistik
Hasil FGD dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 dan ekspor impor, kapasitas pelabuhan terus diupayakan untuk ditingkatkan. Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan terbesar di Sumatera Utara saat ini masih direvitalisasi. Sementara itu, akses menuju Pelabuhan Belawan juga terus dikembangkan, diantaranya adalah revitalisasi jalan dan pembangunan jalur kereta api BICT Belawan. Selain Pelabuhan Belawan, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat menyokong aktivitas logistik industri dan produk perkebunan yang lebih besar. Pelabuhan Kuala Tanjung sangat penting untuk dapat bersaing dengan Port Klang di Malaysia dan pelabuhan di Singapura karena keterbatasan Pelabuhan Belawan untuk dilalui mother vessel. Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan pelabuhan di pantai timur Sumatera Utara yang direncanakan memiliki kapasitas ± 25 juta TEUs. Pelabuhan dengan kapasitas yang sangat besar ini direncanakan akan dibangun dalam beberapa tahap dalam kurun waktu 2015-2021, hingga mencapai cita-cita akhirnya untuk membentuk suatu kawasan integrated urban area Kuala Tanjung. Pembangunan awal dari kawasan ini adalah pembangunan terminal multipurpose hingga akhir 2016. Progress pembangunan terminal ini masih on track dan saat ini telah mencapai 51% dari rencana pembangunannya. Pelabuhan dengan karakteristik kedalaman alami ini diperkirakan akan menjadi pemain unggul dalam kancah pelabuhan di Selat Malaka ke depannya. Sama seperti halnya rencana pengembangan Pelabuhan Belawan, pelabuhan ini kedepannya akan turut ditunjang dengan fasilitas perkeretaapian. Pengembangan industri kemaritiman di Sumatera Utara juga dikukuhkan dengan pengembangan Pelabuhan Palimbungan Ketek di pantai barat dan pengembangan kawasan kepulauan Nias. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, pelaku usaha melihat yang paling penting untuk diperbaiki adalah terkait dwelling time, kondisi infrastruktur menuju pelabuhan yang buruk dan bottleneck di pintu masuk, serta biaya bongkar muat yang relatif mahal. Rata-rata dwelling time di Belawan adalah antara 3-7 hari, salah satu penyebab utama pengecekan kepabeanan yang dianggap masih terlalu lama. Sementara di pelabuhan Singapura atau Port Klang menggunakan metode online sehingga dwelling time hanya 1 hari. Selain itu, pelaku usaha masih mengeluhkan mengenai biaya tidak resmi. Pembangunan infrastruktur maritim juga diperlukan untuk mendukung sektor kepariwisataan khususnya wisata bahari ke depan. Hal ini diperlukan mengingat jumlah wisatawan yang masuk ke Sumatera Utara di tahun 2015 turun sebesar 15,36% dibandingkan tahun 2014 dan merupakan penurunan terdalam dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan pintu masuk, sebagian besar wisatawan masuk melalui Bandar Udara Kuala Namu 87%, Pelabuhan Belawan 9% dan Pelabuhan Tanjung Balai 4%. Tujuan wisata di Sumatera Utara yang terkait dengan wisata bahari diantaranya Nias dan Danau Toba. Pembangunan infrastruktur maritim juga dapat mendukung pengembangan Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Di kepulauan Nias, penurunan wisatawan terutama peselancar dimana olahraga selancar menjadi salah satu fokus pengembangan pariwisata di Sumatera Utara sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berdasarkan PP No.50 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025. Nias memiliki potensi yang besar untuk wisata selancar dan keindahan pantainya. Kendala utama wisata bahari adalah akomodasi dan ketersediaan tenaga kerja pariwisata bersertifikat dan kesadaran pariwisata di masyarakat relatif rendah. Di Nias, jumlah akomodasi yang tersedia masih terkonsentrasi pada Gunung Sitoli dan Nias Selatan dengan kualitas akomodasi kelas melati. Tingkat penghunian juga masih berkisar antara 14% - 16%. Selain itu, secara umum penurunan jumlah wisatawan disebabkan beberapa faktor, antara lain: a. Jarak tempuh yang cukup lama dari kota Medan menuju tempat wisata dan variasi tempat wisata yang tidak bertambah. b. Naiknya karang laut akibat dari tsunami di Samudra Hindia menyebabkan tinggi ombak yang tidak sebaik dulu untuk peselancar. c. Infrastruktur jalan yang masih tersentralisasi di Teluk Dalam Nias Selatan menjadi hambatan bagi wisatawan untuk meng-explore lebih lanjut keindahan wisata Kepulauan Nias. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 25
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi belanja Pemerintah di Sumatera Utara yang lebih baik memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Perbaikan realisasi anggaran terlihat baik pada APBD Provinsi, APBD Kabupaten / Kota maupun APBN pada triwulan II 2016 yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan II 2016 mencapai 30,7% dari total anggaran. Demikian halnya dengan serapan APBN terealisasi 35,3% dari pagunya. Realisasi ini masih sesuai dengan polanya, dimana akselerasi penyerapan anggaran diperkirakan baru akan terjadi pada triwulan III 2016, sejalan dengan terlaksananya pengadaan barang dan jasa (belanja modal).
KEUANGAN PEMERINTAH 27
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tabel 2.1 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan II 2016 Dalam Rupiah APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
2015
2016
1. PENDAPATAN 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.1.1 Pajak daerah 1.1.2 Retribusi daerah 1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah
PAGU 33.879.148.889.526 6.728.971.917.252 5.075.052.052.334 572.203.639.816 422.201.731.413 659.514.493.689
REALISASI TW II PAGU 16.694.500.784.627 49,3% 39.754.840.742.629 3.121.696.003.429 46,4% 6.962.844.230.206 2.159.939.110.712 42,6% 5.136.096.231.653 224.785.708.899 39,3% 517.550.682.716 460.363.667.812 109,0% 425.196.280.799 276.607.516.006 41,9% 884.001.035.038
REALISASI TW II 19.230.032.643.780 48,4% 2.886.446.877.295 41,5% 2.080.709.008.624 40,5% 136.829.178.998 26,4% 329.369.976.126 77,5% 339.538.713.547 38,4%
1.2 TRANSFER 1.2.1 DAPER 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1.2.2 Dana Alokasi Umum 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 1.2.2 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
25.585.521.741.303 20.531.344.045.575 1.582.866.698.575 16.954.617.297.000 1.993.860.050.000 5.054.177.695.728
13.072.006.744.114 51,1% 32.307.075.586.509 10.676.522.721.314 52,0% 26.368.778.270.399 589.355.916.814 37,2% 2.648.261.235.099 9.329.705.606.000 55,0% 18.759.801.906.000 757.461.198.500 38,0% 4.960.715.129.300 2.395.484.022.800 47,4% 5.938.297.316.110
15.091.918.638.969 12.483.673.368.574 1.699.688.524.203 9.248.451.439.751 1.535.533.404.620 2.608.245.270.395
46,7% 47,3% 64,2% 49,3% 31,0% 43,9%
484.920.925.914 230.433.330.375 254.487.595.539
1.251.667.127.516 1.130.139.035.563 121.528.091.953
258,1% 490,4%
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat 1.3.2 Dana Darurat 1.3.3 Hibah 2. BELANJA 2.1 Belanja Pegawai 2.2 Belanja Barang & Jasa 2.3 Belanja Modal 2.4 Belanja Bansos dan Hibah 2.5 Transfer 2.6 Belanja Lainnya Surplus/Defisit
1.564.655.230.971 1.467.221.785.855 97.433.445.116
500.798.037.083 32,0% 284.858.844.921 19,4% 215.939.192.162 221,6%
47,8%
34.842.859.695.223 15.688.941.935.982 6.085.011.249.484 6.599.423.431.944 3.880.669.374.973 2.524.212.261.465 64.601.441.376
9.942.009.103.405 5.533.050.559.337 1.369.550.264.616 840.440.053.945 1.474.448.504.205 708.716.431.476 15.803.289.827
28,5% 42.317.313.271.051 35,3% 17.256.997.586.619 22,5% 7.391.762.561.202 12,7% 7.823.243.764.454 38,0% 9.053.254.096.851 28,1% 731.779.692.015 60.275.569.911
13.011.107.033.580 6.418.278.937.637 1.655.431.460.065 1.241.495.295.557 1.963.715.718.932 189.071.621.413 1.543.113.999.976
30,7% 37,2% 22,4% 15,9% 21,7% 25,8%
(963.710.805.697)
6.752.491.681.221
-701% (2.562.472.528.422)
6.218.925.610.200
-242,7%
Sumber: Biro Keuangan dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah
2.1 Gambaran Umum Pada triwulan II 2016, serapan anggaran APBD pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara dan APBN di Sumatera Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Selain pengeluaran rutin kantor dan belanja pegawai, realisasi anggaran juga sudah meliputi belanja modal. Setelah sempat terkendala karena proses revisi Rencana Anggaran Biaya sehubungan dengan penyesuaian harga BBM, proses pelelangan proyek-proyek strategis sudah mulai dilaksanakan sejak bulan Mei 2016. Perikatan kontrak juga telah dilakukan mulai bulan Juli 2016. Diperkirakan serapan anggaran akan terus meningkat pada triwulan III mendatang.
Terdiri dari APBD pemerintah Provinsi dan pemerintah daerah 28 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (data sementara). Yang tidak termasuk adalah Kabupaten Nias, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Labuhan Batu,
2.2 Realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara
Hingga triwulan II 2016, realisasi pendapatan pemerintah daerah Sumatera Utara9 mencapai Rp19.230 miliar atau 48,4% dari target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp39.754 miliar. Realisasi ini secara nominal lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang hanya mencapai Rp16.694 miliar namun secara persentase terhadap pagunya lebih rendah dari capaian tahun lalu (49,3%). Peningkatan signifikan terjadi pada komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah yang meningkat dari Rp500 miliar atau 32% dari target
Kabupaten Samosir dan Kota Medan karena keterbatasan data.
28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 menjadi Rp1.251 miliar atau 258,1% dari target. Komponen pendapatan transfer meningkat dari Rp13.072 miliar (51,1%) menjadi Rp15.091 miliar (46,7%), sementara PAD10 terealisasi lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan strukturnya, realisasi APBD pemerintah daerah Sumatera Utara pada triwulan II 2016 masih didominasi oleh Dana Perimbangan/Transfer yang mencapai 78%, diikuti oleh PAD sebesar 15% dan Lainlain Pendapatan yang Sah sebesar 1%. Hal ini menunjukkan rasio derajat otonomi fiskal Provinsi Sumatera Utara masih rendah, dibandingkan daerah di Pulau Jawa yang pangsa PAD-nya umumnya di atas 50%. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 41,5% dari pagu, atau Rp2.886 miliar dari target Rp6.962 miliar. Realisasi ini menurun jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp3.121 miliar (46,5%). Pajak daerah masih menjadi andalan sumber pendapatan yang terealisasi Rp2.080 miliar (40,5% dari pagu), menurun dibandingkan penerimaan triwulan II 2015 yang mencapai Rp2.159 miliar (42,6%). Retribusi daerah juga menurun dari 39,3% menjadi 26,4% dengan nilai nominal sebesar Rp136 miliar. Satu-satunya komponen PAD yang meningkat adalah komponen Lain-lain PAD yang sah yang meningkat tajam dari 38,6% menjadi 65,9% dari pagu dengan nominal sebesar Rp110,9 miliar. Belum optimalnya capaian PAD diperkirakan merupakan dampak dari masih terbatasnya perbaikan daya beli masyarakat seiring dengan koreksi harga komoditas yang masih terbatas di tengah melambatnya industri pengolahan. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2016, pendapatan transfer tercatat terealisasi sebesar Rp15.091 miliar (46,7% dari pagu). Peningkatan realisasi bersumber dari kenaikan dana bagi hasil (DBH) yang terealisasi senilai Rp1.699 miliar atau 64,2% dari pagu, meningkat dari triwulan II 2015 yang sebesar Rp589 miliar (37,2% dari pagu). Dana alokasi umum (DAU) sedikit menurun, yaitu Rp9.248 miliar (49,3%)
Pajak provinsi umumnya adalah pajak yang berkaitan dengan kegiatan konsumsi rumah tangga, seperti Pajak
dibandingkan triwulan II 2015 yang mencapai Rp9.329 miliar (55%). Sementara itu, Dana alokasi khusus (DAK) dan Dana penyesuaian dan otonomi khusus secara nominal meningkat tajam, masing-masing mencapai Rp1.535 miliar dan Rp2.608 miliar. Peningkatan yang cukup signifikan secara nominal tersebut diperkirakan merupakan realisasi dana operasional sekolah untuk pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SD, SMP, dan SMU yang berlangsung pada bulan April dan Mei 2016 dan realisasi dana desa.
Dari sisi belanja, hingga triwulan II 2016 Pemerintah Daerah Sumatera Utara telah merealisasikan anggaran belanja sebesar Rp13.011 miliar atau 30,7% dari total anggaran. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 yang tercatat hanya sebesar 28,5% dari total anggaran. Belanja Pemda Sumut masih didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp6.418 miliar (37,2% dari pagu) diikuti belanja bansos dan hibah sebesar Rp1.963 miliar (21,7% dari pagu), belanja barang dan jasa sebesar Rp1.655 miliar (22,4% dari pagu), dan belanja modal sebesar Rp1.241 miliar (15,9% dari pagu). Perbaikan realisasi belanja Pemda Sumatera Utara didorong oleh realisasi belanja modal yang pada triwulan I 2016 masih terealisasi sangat rendah. Setelah terkendala oleh revisi Rencana Anggaran Biaya (RAB) pengadaan karena adanya penurunan harga BBM, pengadaan proses pelelangan proyekproyek pembangunan maupun peningkatan jalan dan jembatan telah dimulai pada bulan Mei 2016. Penandatanganan kontrak sebagian telah terlaksana pada bulan Juli 2016. Dari 741 rencana paket pengadaan aktivitas strategis yang menggunakan APBD Pemprov Sumut dengan total nilai sebesar Rp1,53 triliun pada tahun 2016, hingga triwulan II 2016 telah diproses pengadaannya sebanyak 59,51% (441 paket). Dari jumlah tersebut, 21,86% (162 paket)
Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
29
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 telah memasuki tahap pelaksanaan dan 2,56% (19 paket) telah selesai. Secara spasial, Kabupaten Batubara merupakan wilayah dengan realisasi belanja terbesar mencapai 45,9% dari pagu (Rp535 miliar), diikuti oleh Kabupaten Langkat 43,5% (Rp794 miliar), Kota Binjai 42,5% (Rp434 miliar), Kota Gunung Sitoli 41,3% (Rp317 miliar) dan Pemprov Sumatera Utara 39,8% (Rp3.959 miliar). Sementara itu, Kabupaten Deli Serdang membukukan realisasi anggaran belanja terendah, hanya mencapai 10,4% dari total anggaran. Rendahnya pencapaian tersebut juga karena masih rendahnya realisasi untuk belanja modal yang baru mencapai 11% dari pagunya. Proses pengadaan lelang aktivitas strategis juga baru dilakukan sebanyak 27,2% dari rencana. Pada tahun 2016 pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah merencanakan 1.281 paket aktivitas strategis pengadaan konstruksi maupun konsultansi senilai Rp726,29 miliar, sehingga ke depan diharapkan dapat mendorong pencapaian belanja modal yang optimal. Dengan perkembangan tersebut, realisasi anggaran belanja diperkirakan baru terakselerasi di triwulan III 2016 dan mencapai puncaknya di akhir tahun. Secara strukturnya, realisasi belanja Pemda Sumatera Utara masih didominasi oleh belanja pegawai, namun porsinya menurun dari 55,7% menjadi 49,3% dibandingkan triwulan II 2015. Realisasi belanja modal menunjukkan peningkatan dari 8,5% menjadi 9,5%, seiring dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi yang lebih tinggi pada PDRB Sumatera Utara. Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara terus berupaya untuk mempercepat proses pengadaan belanja modal serta barang dan jasa yang akuntabel dan transparan, antara lain dengan menerapkan eprocurement melalui satu pintu. Ke depan, realisasi belanja modal perlu senantiasa dicermati agar lebih optimal, karena belanja modal yang efektif dapat memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang lebih tinggi.
Analisis yang digunakan adalah persentase realisasi anggaran terhadap total anggaran belanja APBN
2.3 Realisasi APBN di Sumatera Utara triwulan II 2016 Seiring dengan terus diupayakannya pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis di Sumatera Utara, realisasi belanja APBN di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2015 (Tabel 2.3). Belanja APBN terealisasi sebesar 35,3%11, sedangkan realisasi pada triwulan II 2015 hanya sebesar 22,2%. Berdasarkan jenisnya, belanja pegawai yang merupakan belanja rutin mencatat realisasi terbesar yaitu 51,8%12. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan terbesar terjadi pada belanja modal yang pada triwulan ini terealisasi 21,1%, lebih tinggi dari triwulan II 2015 yang terealisasi 6,5%. Meningkatnya realisasi belanja modal sejalan dengan peningkatan pembangunan infrastruktur seperti jalan nasional, jalan tol, fly over / underpass / terowongan, jalan akses menuju pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung, dan sistem kelistrikan bandara. Meningkatnya kinerja realisasi belanja modal tercermin dari tingginya pertumbuhan investasi (PMTB) pada struktur PDRB Sumatera Utara. Investasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tumbuh 5,0% (yoy), lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (3,1%, yoy). Jika dilihat dari fungsinya, realisasi belanja APBN terbesar dicapai oleh fungsi ketertiban dan keamanan (54,1% dari pagunya) dan fungsi pertahanan (46,7% dari pagunya), yang merupakan pengeluaran rutin untuk menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat. Namun secara nominal realisasi terbesar terjadi pada sektor ekonomi senilai Rp1.629 miliar (23,8% dari pagunya). Bentuk penyaluran belanja fungsi ekonomi antara lain berupa pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan untuk mendukung program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati, diversifikasi, dan ketahanan pangan masyarakat.
Analisis per jenis belanja maupun fungsi menggunakan persentase realisasi dari anggaran masing-masing per jenis belanja maupun fungsi, bukan dari total belanja APBN
30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara
No
1 2 3 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Uraian BERDASARKAN JENIS BELANJA Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial BERDASARKAN FUNGSI Agama Ekonomi Kesehatan Ketertiban dan Keamanan Lingkungan Hidup Pariwisata dan Budaya Pelayanan Umum Pendidikan Perlindungan Sosial Pertahanan Perumahan dan Fasilitas Umum TOTAL
Miliar Rp 2015 2016 Realisasi Tw II Realisasi Tw II Anggaran Anggaran Nominal % Pagu Nominal % Pagu 7.113 5.894 7.173 774
2.873 1.117 464 197
40,4% 19,0% 6,5% 25,5%
7.088 6.216 5.786 65
3.675 1.866 1.218 9
51,8% 30,0% 21,1% 13,5%
260 7.760 850 1.469 373 50 3.650 3.944 73 2.029 496 20.953
61 813 229 538 42 4 1.152 937 8 814 53 4.651
23,5% 10,5% 27,0% 36,6% 11,1% 8,8% 31,6% 23,8% 10,6% 40,1% 10,7% 22,2%
348 6.858 1.242 2.708 364 4 1.080 3.691 50 2.191 618 19.155
144 1.629 380 1.465 96 1 482 1.424 9 1.024 114 6.768
41,3% 23,8% 30,6% 54,1% 26,4% 31,8% 44,6% 38,6% 18,3% 46,7% 18,5% 35,3%
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara
31
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Perbaikan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,7% (yoy). Lebih tingginya inflasi di Sumatera Utara disebabkan oleh adanya shock pasokan tanaman pangan terkait produktivitas tanaman pangan yang menurun serta permintaan masyarakat yang meningkat menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm) atau 2,2% (ytd). Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III 2016.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
9.4
10.2
Inflasi Juni (yoy)
7.0
8
5.8
5.5 3.9
2.9
6.6
6.2
7.8
5.0 4.0 3.0
4.4
3.9
4.3
3.2
3.7
0 II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
3.8
3.4
3.2
3.2
2.3
1.9
Aceh
Riau
4.3
Lampung
4.4
Sumbar
5.5
Jambi
6.2
Kepri
1.0
Sumut
2.0
0.0
Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi seSumatera
7.2
6.6
6.1
4.0 4.5 4.3 4.3 5.9 5.9 8.4 8.4 7.3 6.7 4.5 8.4 6.4 7.3 6.8 3.4 4.5 3.5 3.2
4
Nasional
6.0
Sumber: BPS, diolah 8.2
7.7
I
%, yoy
Babel
Nasional Sumut
10
2
3,5
Nasional
(% yoy) 12
6
4,3 Tw-II 2016
Pematangsiantar yang mencatatkan angka realisasi yang lebih tinggi dari capaian nasional.
Sumsel
7,2
Perbaikan perekonomian Tw-I 2016 Sumatera Utara pada triwulan II 4,5 2016 juga didukung oleh capaian inflasi yang terkendali menuju sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 4,3% (yoy), lebih rendah dari realisasi triwulan lalu yang mencapai 7,2% (yoy). Realisasi inflasi ini di atas inflasi nasional pada triwulan II 2016 yang mencapai 3,5% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 3,71% (yoy).
Tw-II 2016
Bengkulu
Tw-I 2016
Sumut
3.1Kondisi Umum
I
II
III
IV
2014
I
II
III
IV
2015
I
II Juli 2016
Sumber: BPS, diolah
Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional
Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II 2016 terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada kelompok Volatile Foods dan Administered Prices. Sementara tekanan kelompok inflasi inti relatif meningkat sejalan dengan indikasi membaiknya permintaan. Komitmen TPID se-Provinsi Sumatera Utara dalam mendukung capaian inflasi yang rendah dan stabil diejawantahkan dalam masifnya realisasi program-program pengendalian inflasi sesuai dengan roadmap pengendalian inflasi yang telah disusun. Secara umum, seluruh kota SBH di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan tekanan inflasi yang cukup dalam pada triwulan II 2016. Kota dengan penurunan tekanan inflasi terdalam adalah kota Sibolga, dari 7,9% (yoy) menjadi 2,8% (yoy). Seluruh kota mencatatkan inflasi pada kisaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Namun demikian, disparitas inflasi antara satu kota dan kota lain di Sumatera Utara yang disurvei oleh BPS yang masih tinggi tetap perlu mendapatkan perhatian. Kota SBH di Sumatera Utara dengan realisasi inflasi tertinggi adalah Kota Medan yang mencapai 4,5% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi kota Padang Sidimpuan yang hanya mencapai 2,7% (yoy). Dari 4 kota SBH, hanya Kota Medan dan
Dalam kurun waktu 3 bulan, Sumatera Utara turun dari posisi inflasi tahunan tertinggi kedua sekawasan Sumatera. Pada triwulan II 2016, Sumatera Utara tercatat sebagai provinsi dengan inflasi tahunan tertinggi ke-4 sekawasan Sumatera. Realisasi inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Sumatera Selatan. Penurunan tekanan inflasi ini ditopang oleh adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah seiring dengan perkembangan harga minyak dunia yang masih relatif rendah. Selain itu, program-program yang dirumuskan oleh TPID se-Provinsi Sumatera Utara terutama dalam menghadapi puncak permintaan menyambut hari besar keagamaan nasional (HBKN) terbukti efektif dalam menekan lonjakan inflasi.
INFLASI BULANAN (% mtm) APRIL 2016
MEI 2016
JUNI 2016
-1,2%
0,4%
0,8%
Secara bulanan, perkembangan inflasi Sumatera Utara triwulan II 2016 diwarnai dengan volatilitas yang cukup tinggi. Pada bulan April 2016 inflasi Sumatera Utara tercatat -1,2% (mtm). Deflasi yang cukup dalam pada periode ini disebabkan oleh membaiknya kondisi pasokan setelah terjadinya kelangkaan pada triwulan lalu. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga komoditas yang diatur pemerintah juga mendorong adanya deflasi pada periode ini. Lebih lanjut, realisasi ini jauh lebih rendah dari pola historisnya dalam 5 tahun terakhir.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara
Menjelang bulan puasa, tekanan inflasi Mei 2016 meningkat hingga 0,4% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi terutama terjadi pada kelompok Volatile Foods dan inflasi inti. Kenaikan harga di tingkat agen untuk komoditas daging ayam ras yang umumnya terjadi menjelang bulan Ramadhan mendorong tingginya realisasi inflasi pada bulan ini. Kembali erupsinya Gunung Sinabung juga turut menghambat produksi dan produktivitas tanaman hortikultura sehingga pasokannya di pasaran relatif terganggu. Adanya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM pada periode April lalu menahan peningkatan tekanan inflasi pada bulan Mei 2016.
4.5 Inflasi Juli (ytd)
4.0
Nasional (ytd)
3.5 3.0 2.5 2.0
1.8
1.5 1.0 0.5
4.0
3.6
2.4
2.2
2.2
1.7
1.5
1.0
0.9 Lampung
Sumber: BPS, diolah
Riau
1 Gula Pasir 2 Daging Ayam Ras 3 Wortel
Rendahnya capaian inflasi tahun kalender per Juli 2016 kian menguatkan optimisme akan terjangkarnya tekanan inflasi pada triwulan III 2016 sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Masih kuatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa ditengah daya beli yang relatif terjaga diperkirakan akan menjadi pendorong utama tekanan inflasi pada triwulan III 2016.
Aceh
Komoditas
Sumbar
No.
Sumut
Komoditas
1 Daging Ayam Ras 2 Gula Pasir 3 Cabai Merah
Kepri
No.
Sumsel
1 Bawang Merah 2 Angkutan Udara 3 Jeruk
Apr-16 Kontribusi Kontribusi No. Komoditas (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) 33.09 0.28 1 Cabai Merah 125.44 1.00 12.82 0.10 2 Bensin -12.20 -0.57 9.42 0.04 3 Daging Ayam Ras 1.58 0.02 Mei-16 Kontribusi Kontribusi (%, yoy) No. Komoditas (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) 4.35 0.05 1 Tomat Buah 2.25 0.02 17.26 0.15 2 Bensin -13.03 -0.60 22.38 0.32 3 Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso -5.93 -0.04 Jun-16 Kontribusi Kontribusi (%, yoy) No. Komoditas (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) 24.09 0.21 1 Bawang Merah 7.86 0.09 7.84 0.09 2 Tomat Buah -27.65 0.11 35.28 0.04 3 Sawi Hijau 24.17 -0.01
(%, yoy)
0.0
Bengkulu
Komoditas
Babel
No.
menahan peningkatan tekanan inflasi pada bulan Juli. Lebih jauh, inflasi pada Juli 2016 merupakan realisasi inflasi bulan Juli terendah dalam 14 tahun terakhir. Dengan demikian, inflasi tahun kalender hingga bulan Juli 2016 baru mencapai 2,2% (ytd). Merosotnya tekanan inflasi pada bulan Juli 2016 ini menggiring Sumatera Utara untuk turun dari posisi realisasi inflasi tahun kalender tertinggi di kawasan Sumatera.
Sumber: BPS, diolah
Seiring dengan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadhan, tekanan inflasi Sumatera Utara bulan Juni 2016 mencapai 0,8% (mtm). Peningkatan permintaan menjelang HBKN yang diiringi dengan kenaikan daya beli berkontribusi pada kenaikan tekanan inflasi di periode laporan. Peningkatan tekanan inflasi terutama didorong oleh kenaikan tekanan inflasi gula pasir. Naiknya gula pasir secara signifikan ditengah kondusifnya aktivitas panen tebu maupun penggilingan di sentra produksi tebu mencerminkan tingginya permintaan masyarakat akan gula pasir pada bulan Ramadhan. Namun demikian, tekanan inflasi terkait pola musiman puasa tersebut relatif lebih rendah disbanding pola historisnya. Kondisi ini juga tercermin pada inflasi Juli 2016.
Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi seSumatera
3.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental Penurunan tekanan inflasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 lebih banyak dipengaruhi oleh faktor yang bersifat non fundamental. Tekanan inflasi berasal dari faktor non fundamental yang bersifat sementara menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik inflasi Volatile Food maupun Administered Prices. % (yoy) 20
Inflasi IHK Core Volatile Foods Administered Prices
15
10
Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara kembali mereda. Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2016 tercatat 0,2% (mtm). Berakhirnya periode puncak permintaan pada bulan Juni lalu yang disertai dengan intensifnya program kerja TPID dalam menangkal kenaikan harga,
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 -5
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)
Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 35
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 INFLASI year on year (%, YoY)
-
Inflasi Administered Prices pada triwulan II 2016 tercatat 1,3% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi triwulan lalu yang mencapai 4,3% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh normalisasi harga minyak dunia yang masih rendah. Terkait dengan hal tersebut, pada bulan April 2016 lalu, pemerintah memutuskan untuk kembali melakukan penyesuaian/penurunan harga BBM dan tarif listrik. Harga BBM bersubsidi baik untuk premium maupun solar diturunkan masing-masing sebesar Rp500,-/liter. Begitu juga dengan BBM non subsidi seperti pertamax plus, pertamina DEX dan pertalite yang turun sebesar Rp200,-/liter. Penurunan harga BBM non subsidi masih terus berlanjut untuk beberapa periode setelahnya seiring dengan masih rendahnya harga minyak dunia. Adanya penurunan BBM ini mendorong adanya penurunan tarif angkutan dalam dan antar kota dengan penurunan masing-masing sebesar 1% dan 4,7%. Dengan demikian, tekanan inflasi kelompok Administered Prices semakin rendah. Masih rendahnya harga minyak dunia juga turut menyebabkan adanya penurunan tarif listrik baik untuk golongan rumah tangga maupun industri. Penurunan tarif listrik tercatat terjadi pada bulan April dan Mei 2016. Hal tersebut turut berkontribusi pada rendahnya realisasi inflasi kelompok Administered Prices pada triwulan II 2016. Memasuki triwulan III (bulan Juli) 2016, kelompok Administered Prices mengalami peningkatan tekanan inflasi dari 1,3% (yoy) menjadi 1,5% yoy). Budaya mudik untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri mendorong meningkatnya permintaan masyarakat akan angkutan udara. Tarif angkutan udara meningkat sebesar 27,6% (yoy). Kenaikan tarif listrik pada beberapa golongan rumah tangga dan industri juga turut menambah tekanan inflasi pada kelompok ini. Dengan mencermati realisasi inflasi Juli 2016 dan risiko yang masih relatif moderat, tekanan inflasi kelompok Administered Prices pada triwulan III 2016 diperkirakan relatif minimal. Keyakinan tersebut semakin diperkuat dengan kembali menurunnya
harga minyak dunia serta adanya kebijakan penurunan tarif listrik untuk beberapa tarif rumah tangga dan industri per 1 Agustus 2016. Kembali normalnya tarif angkutan udara pasca Lebaran diperkirakan turut menjadi faktor penahan inflasi administered prices. INFLASI year on year (%, YoY)
-
Tekanan inflasi kelompok Volatile Foods justru turun tajam ditengah menurunnya produksi tanaman pangan serta pola konsumsi masyarakat yang memasuki periode puncaknya. Inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 5,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi triwulan I 2016 yang tercatat 13,7% (yoy). Terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan yang sangat signifikan sehingga mengakomodasi penurunan tekanan inflasi pada kelompok Volatile Foods. Harga cabai merah yang kembali normal setelah melonjak tajam pada triwulan lalu mendorong rendahnya tekanan inflasi Volatile Foods pada triwulan ini. Pasokan cabai merah yang sempat menipis pada triwulan lalu terkait gangguan produksi sudah mulai memadai seiring dengan masifnya program operasi pasar pemerintah serta pelaksanaan panen susulan di beberapa sentra produksi. Selain itu, terkendalinya harga di kelompok ikanikanan juga mengakomodasi penurunan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods. Pasokan ikan segar yang menjadi preferensi konsumsi masyarakat Sumatera Utara relatif memadai pasca kembali melautnya nelayan pada periode ini. %, yoy
18.0 16.0
14.8
14.0
12.0
13.6 10.3
10.0 8.0
-2.0
7.5 5.0 4.05.1
3.8
2.0 0.0
9.810.1 7.8
6.0 3.9 3.4 4.0
13.7
13.4 12.8
11.4
0.91.4
8.1
3.8
4.64.5
5.6
1.7
-0.8 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)
Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Penurunan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods yang terjadi pada triwulan II 2016 ini diluar pola historisnya. Triwulan I 2016 yang biasanya merupakan puncak panen raya tanaman pangan relatif memiliki realisasi inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II. Terlebih lagi, produksi tanaman pangan triwulan II 2016 yang pada dasarnya terkontraksi antara -16% (yoy) hingga -29% (yoy) (baca Bab 1 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha/Kategori Pertanian) ditambah dengan berlangsungnya bulan Ramadhan seyogyanya mendorong meroketnya tekanan inflasi pada triwulan ini. Kembali terjadinya erupsi Gunung Sinabung sebagai daerah produsen tanaman hortikultura juga mengancam perkembangan inflasi Volatile Foods. Namun, hal tersebut dapat diantisipasi dengan baik oleh TPID se-Provinsi Sumatera Utara melalui program-program yang dirumuskan khusus untuk menyambut Ramadhan dan Idul Fitri, terutama dengan adanya pasar murah. Intensifnya program TPID Sumatera Utara mendorong terjaganya pasokan pangan untuk menghadapi lonjakan permintaan selama bulan Ramadhan. Siapnya TPID Provinsi Sumatera Utara dalam menangkal puncak permintaan yang biasanya terjadi setiap bulan Ramadhan tercermin dari tingginya tingkat persediaan beras BULOG pada triwulan II 2016 yang melonjak tajam dari 0,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 49,4% (yoy). yoy
juta ton Volume
120
Growth
100
200.0% 150.0%
80
100.0%
49.4% 60
50.0%
0.6%
40
0.0%
inflasi. Masifnya operasi pasar sebagai program kerja TPID dapat disimpulkan sukses menahan meroketnya harga kebutuhan pokok masyarakat selama bulan Juli 2016. Adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam memenuhi pasokan bawang merah selama periode Ramadhan-Idul Fitri juga sukses menurunkan harga bawang merah. Meskipun realisasi inflasi pada bulan Juli sangat rendah, pengelolaan risiko tekanan inflasi Volatile Foods pada periode mendatang diperkirakan masih menjadi tantangan. Pasokan pangan yang menipis ditengah belum optimalnya produksi dan produktivitas tanaman pangan sepanjang triwulan III 2016 dapat meningkatkan risiko kenaikan inflasi pada kelompok ini.
3.3 Perkembangan Inflasi Fundamental INFLASI year on year (%, YoY)
-
Perbaikan daya beli masyarakat mendorong kenaikan inflasi inti dari 5,2% (yoy) menjadi 5,7% (yoy). Daya beli masyarakat yang meningkat tidak terlepas dari perbaikan harga komoditas perkebunan yang terjadi pada triwulan II 2016. Ekspektasi inflasi yang melambung juga turut mendorong tekanan inflasi inti. Ekspektasi inflasi tercatat sedikit meningkat baik pada level pedagang maupun level konsumen. SK (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 3 bln yad)
210.0
20
48 104 66 42 34 18 17 13 35 26 22 31 50 24 22 30 28 16 31 17 29 24 23
-26.9%
-
-50.0% -100.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011
2012
2013
2014
2015
2016
Data triwulan III 2016 ada data stok pada bulan Juli 2016 Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah
SK (Perub Hrg 6 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)
190.0
170.0 150.0
130.0
Grafik 3.6 Stok Beras BULOG
110.0
Berdasarkan perkembangan inflasi bulan Juli 2016, tekanan inflasi kelompok Volatile Foods kembali mereda dari 5,6% (yoy) menjadi 2,7% (yoy). Program taktis TPID se-Provinsi Sumatera Utara dalam menangkis lonjakan tekanan inflasi yang biasanya terjadi pada periode Ramadhan-Lebaran kembali menunjukkan efektivitasnya dalam mengendalikan
90.0 III
IV
I
II
III 2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
III
2016
Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi
Komoditas yang berkontribusi pada naiknya tekanan inflasi inti diantaranya adalah gula pasir, sewa rumah dan emas perhiasan. Naiknya harga gula pasir secara signifikan ditengah kondusifnya aktivitas panen tebu
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 37
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Harga properti yang terus meningkat ditengah kebutuhan akan hunian yang masih tinggi mendorong adanya kenaikan tekanan inflasi dari komoditas sewa rumah pada triwulan II 2016 sebesar 5,5% (yoy). Kenaikan harga properti ini didorong oleh kenaikan upah buruh bangunan terkait kenaikan UMP, serta kenaikan harga lahan terkait semakin terbatasnya lahan pemukiman di area perkotaan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia, harga properti pada triwulan II 2016 meningkat dari 7,2% (yoy) menjadi 7,4% (yoy). Peningkatan harga properti terutama terjadi untuk properti kelas kecil dan menengah, sementara properti klasifikasi besar justru tercatat melambat. 240.0
SHPR
16.3%16.0%
230.0
18.0%
Growth
16.0% 14.0%
13.3%
220.0
12.0%
11.4% 210.0
10.0%
200.0
II
III
232.11
I
224.2
IV
229.3
III
216.0
II
217.2
I
212.2
IV
8.0% 7.2% 7.4% 6.0%
4.6%
213.9
206.5
III
3.9% 3.3% 3.6% 3.4%
211.4
205.9
II
204.1
I
205.3
195.0
199.9
190.0 180.0
5.7%
5.6%
IV
I
II
2.8%
170.0
4.0% 2.0% 0.0%
2013
2014
2015
2016
Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial
Masih disebabkan oleh adanya persiapan masyarakat dalam menyambut hari raya Idul Fitri yang identik dengan penampilan baru, permintaan akan emas perhiasan meningkat 8,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 3,1% (yoy). Selain itu, adanya lonjakan harga emas internasional pasca Brexit juga turut berpengaruh terhadap kenaikan harga emas domestik.
USD/Rp
%, yoy RptoUS
16,000
Growth
21.5%
14,000
20.0%
18.7%
12,000 10.4%
10,000
8.3%
8,000
2.2% 0.9%
6,000 4,000 -3.9% 2,000
25.0%
22.2%
16.0% 15.0% 13.0% 10.9% 10.0% 10.3% 8.0% 5.0% 4.8% 3.0% 0.0% -2.3% -5.0%
12.2%
6.9%
5.2%
6.5%
8,904 8,590 8,610 9,000 9,100 9,306 9,508 9,624 9,694 9,789 10,664 11,689 11,847 11,618 11,762 12,247 12,799 13,134 13,639 13,578 13,533 13,332
maupun penggilingan di sentra produksi tebu mencerminkan tingginya permintaan masyarakat akan gula pasir pada bulan Ramadhan. Gula pasir pada bulan Juni 2016 naik hingga 24,1% (yoy).
-4.3%
-5.8%
I
-10.0%
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
2014
2015
II 2016
Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi inti kembali meningkat hingga 5,8% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi inti terutama didorong oleh komoditas gula pasir dan emas perhiasan. Kultur masyarakat pada bulan Ramadhan hingga Idul Fitri untuk mengkonsumsi minuman dan makanan sarat gula dalam jumlah yang banyak meningkatkan permintaan sehingga harga tetap meningkat meski periode panen dan giling tebu tengah berlangsung di beberapa sentra produksi. Sementara itu kenaikan harga emas internasional berkontribusi besar dalam kenaikan harga emas perhiasan. Meskipun harga masih relatif tinggi, semaraknya perayaan hari raya Idul Fitri turut mendorong permintaan masyarakat terhadap emas perhiasan. Dengan mencermati realisasi inflasi pada bulan Juli tersebut, tekanan inflasi inti pada triwulan III 2016 diperkirakan kembali terkendali. Beberapa indikator pendukung juga mengindikasikan risiko tekanan inflasi yang minimal. Kembali melemahnya nilai tukar, harga komoditas perkebunan yang kembali merosot serta kenaikan ekspektasi inflasi di tingkat konsumen yang tidak disertai dengan kenaikan ekspektasi inflasi di level pedagang semakin memantapkan keyakinan akan kembali terkendalinya realisasi inflasi inti pada triwulan III 2016.
Penguatan nilai tukar yang terus terjadi pada triwulan II 2016 mampu menahan peningkatan tekanan inflasi inti. Nilai tukar pada triwulan II 2016 tercatat Rp13.332/USD, menguat dibandingkan dengan nilai tukar pada periode lalu yang tercatat Rp13.533/USD.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
3.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
18.26
24.17
Bahan Makanan
6.12 4.04 6.84
Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau Perumahan, Air, listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
16.23 24.34 Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara
Dinamika inflasi Sumatera Utara dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Keempat kelompok tersebut memiliki bobot 83% terhadap pembentukan inflasi di Sumatera Utara. Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II 2016 terjadi di seluruh kelompok komoditas, kecuali kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Kelompok komoditas dengan andil inflasi tertinggi pada triwulan II 2016 adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil sebesar 1,8% (yoy), disusul oleh kelompok bahan makanan dengan andil sebesar 1,3% (yoy) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dengan andil sebesar 0,5% (yoy). Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
2015 IV 4.4 6.2 4.0 4.0 6.0 5.9 -2.8 3.3
Sumber : BPS,BPS, diolahdiolah Sumber:
2016 I II Arah Andil (yoy) 14.8 5.4 1.3 10.8 11.9 1.8 3.0 1.6 0.4 4.8 6.3 0.4 4.9 4.7 0.2 6.0 6.5 0.5 1.8 -1.1 -0.2 7.2 4.3 4.3
3.4.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan merupakan kelompok dengan penurunan tekanan inflasi terdalam pada triwulan II 2016, yaitu dari 14,8% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Penurunan tekanan inflasi yang sangat tajam ini terutama terjadi pada pada kelompok bumbubumbuan yang merosot secara signifikan dari 101,2% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,8% (yoy). Lebih spesifik, penurunan tekanan inflasi terutama terjadi untuk komoditas cabai merah dan bawang merah. Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Bumbu-bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya
2015 IV
2016 I
II
4.2 14.8 5.4 10.3 7.7 6.3 10.7 12.4 9.8 1.5 0.3 -0.9 4.3 2.5 0.6 7.5 7.9 4.6 1.5 10.6 15.0 3.6 8.3 11.2 7.6 4.9 1.8 -5.3 101.2 8.8 -2.3 -2.3 -1.5 4.3 6.5 9.5
Arah
Andil (yoy) 1.3 0.3 0.2 0.0 0.0 0.1 0.3 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0
Sumber: BPS, diolah
Pasokan cabai merah pada triwulan II 2016 ditengarai membaik meski periode puncak panen raya telah terlalui dan permintaan masyarakat yang meningkat dalam menyemarakkan bulan Ramadhan. Adanya perbaikan pasokan ini terutama terjadi dikarenakan intensifnya program operasi pasar TPID pasca langkanya pasokan cabai merah di pasaran akibat perdagangan antar wilayah serta penurunan produktivitas pada triwulan lalu. Adanya kerja sama dengan Pemerintah Daerah Jawa Tengah dalam meningkatkan pasokan bawang merah mampu menekan perkembangan harga bawang merah. Harga bawang merah tercatat turun signifikan dari 56,7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,9% (yoy) pada triwulan II 2016. Kembali berlangsungnya erupsi Gunung Sinabung memasuki akhir triwulan II 2016 juga menimbulkan fluktuasi yang cukup tajam untuk komoditas sayuran. Selain itu, produksi tanaman hortikultura juga relatif belum optimal mengingat Gunung Sinabung merupakan salah satu sentra produksi tanaman hortikultura. Lebih jauh, data Dinas Pertanian menunjukkan adanya penurunan produksi cabai merah sebesar -26% (yoy) pada triwulan II 2016.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 39
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Juli 2016 kembali merosot hingga hanya tercatat 2,4% (yoy). Realisasi ini merupakan realisasi inflasi terendah untuk kelompok bahan makanan sepanjang tahun 2016. Intensifnya program TPID dalam menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi masih memiliki andil yang cukup besar dalam rendahnya capaian inflasi kelompok bahan makanan. Dengan demikian, diharapkan tekanan inflasi bahan makanan pada triwulan III 2016 dapat kembali terkendali. 3.4.2
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tingginya permintaan masyarakat dalam menyambut Ramadhan mendorong peningkatan tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Inflasi kelompok ini meningkat dari 10,7% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan inflasi pada komoditas gula pasir. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bulan Ramadhan biasanya diwarnai pola konsumsi masyarakat akan makanan dan minuman sarat gula sehingga permintaan akan gula pasir tetap meroket meski aktivitas panen dan giling gula pasir relatif kondusif (lebih lanjut baca Perkembangan Inflasi Fundamental). Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Kelompok
2015
2016
Arah
Andil (yoy)
IV
I
II
6.4
10.7
11.9
1.8
3.2
7.1
7.9
0.7
Minuman yang Tidak Beralkohol
8.9
8.8
12.8
0.3
Tembakau dan Minuman Beralkohol
10.8
18.7
18.6
0.8
MAKANAN JADI Makanan Jadi
Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Tekanan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar juga turut mereda, dari 3,0% (yoy) menjadi 1,6% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh komoditas bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik.
2016
Arah
Andil (yoy)
IV
I
II
4.1
3.0
1.6
3.8
4.3
3.5
0.4
Bahan Bakar, Penerangan dan Air
5.2
-0.6
-3.7
-0.2
Perlengkapan Rumah Tangga
3.5
6.3
8.4
0.1
Penyelenggaraan Rumah Tangga
3.7
3.9
2.3
0.1
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB Biaya Tempat Tinggal
0.4
Sumber: BPS, diolah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adanya kebijakan pemerintah untuk kembali melakukan penyesuaian tarif listrik baik untuk golongan rumah tangga maupun Industri pada triwulan II 2016 mendorong rendahnya realisasi inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. Sementara itu, penyesuaian harga LPG 12 kg yang dilakukan per 5 Januari 2016 lalu juga turut berkontribusi dalam capaian inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air yang rendah. Pada Januari 2016 lalu terdapat penurunan harga LPG 12 kg dengan kisaran Rp5.800Rp5.900/tabung. Dengan demikian, deflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air kian mendalam dari -0,6% menjadi -3,7% (yoy). 3.4.4
Kelompok Sandang
Antusiasme masyarakat dalam menyambut lebaran yang identik dengan pakaian baru dan segala upaya untuk mempercantik diri mendorong peningkatan tekanan inflasi sandang dari 4,8% (yoy) menjadi 6,3% (yoy). Inflasi kelompok ini utamanya didorong oleh peningkatan inflasi subkelompok sandang wanita, sandang anak dan subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Kelompok
Sumber: BPS, diolah
3.4.3
2015
2015
2016
Arah
Andil (yoy)
IV
I
II
SANDANG Sandang Laki-Laki
4.0
4.8
6.3
0.4
3.9
2.7
2.4
0.0
Sandang Wanita
6.8
10.1
11.0
0.2
Sandang Anak-Anak
3.3
3.5
5.1
0.1
Barang Pribadi dan Sandang Lain
2.1
3.4
7.3
0.1
Sumber: BPS, diolah
Komoditas penyumbang inflasi utama dalam kelompok ini diantaranya emas perhiasan, sepatu, gaun/terusan, dan baju/kaos berkerah. Tingginya kebutuhan masyarakat untuk berhias selama Lebaran yang disertai dengan masih tingginya animo masyarakat untuk menjadikan emas perhiasan sebagai instrumen investasi dan lonjakan harga emas internasional mendorong kenaikan tekanan inflasi emas perhiasan (lebih lanjut baca Perkembangan Inflasi Fundamental).
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Keinginan masyarakat untuk mempercantik diri selama lebaran juga mendorong lonjakan permintaan atas gaun/terusan, baju/kaos berkerah dan sepatu. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil liaison kepada perusahaan ritel yang menyatakan puncak dari permintaan masyarakat pada umumnya terjadi pada periode Ramadhan dan Lebaran. Sementara itu, periode lebaran yang beririsan dengan tahun ajaran baru juga semakin meningkatkan permintaan masyarakat akan sepatu. 3.4.5
Kelompok Kesehatan
Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan II 2016 relatif stabil, dari 4,9% (yoy) menjadi 4,7% (yoy). Stabilnya tekanan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi subkelompok jasa kesehatan, obat-obatan dan jasa perawatan jasmani sementara subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika justru relatif menurun. Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan Kelompok
2015
2016
Arah
Andil (yoy)
IV
I
II
KESEHATAN Jasa Kesehatan
6.1
4.9
4.7
0.2
1.7
0.9
3.1
0.0
Obat-obatan
1.4
2.1
2.8
0.0
Jasa Perawatan Jasmani
8.8
2.4
6.0
0.0
Perawatan Jasmani dan Kosmetika
10.4
9.4
6.1
0.1
Sumber: BPS, diolah
Komoditas dengan peningkatan tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini diantaranya adalah tarif rumah sakit, tarif gunting rambut wanita dan tarif gunting rambut pria. Kenaikan tarif gunting rambut rambut wanita dan pria terjadi masih dikarenakan kebutuhan untuk bersolek dalam menyambut lebaran. Sementara itu, kenaikan tarif rumah sakit terjadi seiring dengan kenaikan biaya operasional terutama bahan habis pakai yang memang mengalami kenaikan setiap tahunnya. 3.4.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Kelompok
2016
Arah
Andil (yoy)
IV
I
6.2
6.0
6.5
0.5
9.3
9.2
10.1
0.4
Kursus-Kursus / Pelatihan
0.6
0.6
0.7
0.0
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan
3.9
4.3
4.2
0.0
Rekreasi
2.3
1.6
2.1
0.0
Olahraga
3.3
0.7
0.8
0.0
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Pendidikan
II
Sumber: BPS, diolah
Komoditas yang mengalami peningkatan tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini diantaranya adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dimulainya tahun ajaran baru mendorong peningkatan inflasi pada komoditas ini. 2.3.2 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kembali disesuaikannya harga BBM menyebabkan menurunnya tekanan inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Pada triwulan II 2016 inflasi kelompok ini tercatat deflasi -1,1% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 1,8% (yoy). Masih relatif rendahnya perkembangan harga minyak dunia mendorong adanya penyesuaian harga BBM. Pada bulan April 2016, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi baik harga premium maupun solar yang mengalami penurunan harga sebesar Rp500,-/liter. Begitu juga dengan harga BBM non subsidi seperti pertamax plus, pertamina DEX dan pertalite yang turun sebesar Rp200,-/liter. Adanya penurunan harga BBM bersubsidi ini mendorong adanya penurunan tarif angkutan dalam kota sebesar 1% serta tarif angkutan antar kota sebesar 4,7%. Dengan demikian, bensin merupakan komoditas dengan penurunan tekanan inflasi tertinggi pada kelompok ini. Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok
Senada dengan kelompok kesehatan, inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga juga relatif stabil. Inflasi tahunan kelompok ini mencapai 6,5% (yoy). Terjaganya tekanan inflasi kelompok ini terutama didorong oleh stabilnya seluruh subkelompok, kecuali subkelompok pendidikan yang justru mengalami peningkatan.
2015
2015
2016
Arah
Andil (yoy)
IV
I
II
-2.8
1.8
-1.1
-0.2
-4.5
2.0
-2.0
-0.3
Komunikasi dan Pengiriman
0.1
0.1
0.1
0.0
Sarana dan Penunjang Transpor
7.9
3.5
3.8
0.1
Jasa Keuangan
0.0
1.5
1.6
0.0
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Transpor
Sumber: BPS, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 41
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
3.5 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,7% (yoy), di atas laju inflasi nasional sebesar 3,5% (yoy). Inflasi Sumatera pada triwulan II menurun tajam bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,7%; yoy). Seluruh kota di kawasan Sumatera relatif menurun tekanan inflasinya pada triwulan II 2016, kecuali Provinsi Bangka Belitung. Tekanan inflasi Provinsi Bangka Belitung justru relatif meningkat dari 5,5% (yoy) menjadi 6,2% (yoy). Realisasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional. Lebih lanjut, pada bulan Juli 2016 Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi dengan inflasi kumulatif tertinggi se-Indonesia. SUMATERA 5,7 3,7
Sumber: BPS, diolah Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Sumatera
3.6 Upaya Pengendalian Inflasi Meski risiko tekanan inflasi dapat dikatakan moderat, TPID Provinsi Sumatera Utara tetap siaga untuk mewujudkan tercapainya inflasi sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa program yang telah disiapkan diantaranya adalah: a. Mengintensifkan aktivitas perdagangan antar wilayah, diantaranya melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melakukan pembelian langsung ke beberapa sentra produksi lain untuk menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan. b. Pembenahan tata niaga yang terus disempurnakan untuk mengantisipasi praktik penimbunan serta pengembangan pasar lelang komoditas pertanian. Gudang-gudang penyimpanan barang pokok terus dimonitor secara intensif serta dilakukan pencatatan harga pada level distributor untuk memonitor sumber kenaikan harga. c. Melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menjamin akses masyarakat dalam memperoleh bahan pangan yang berkualitas dan terjangkau. d. Meningkatkan arus informasi terkait cuaca seperti prakiraan curah dan sifat hujan, hari tanpa hujan, daerah rawan banjir dan peta ketersediaan air tanah untuk mendukung pertanian dan perikanan Sumatera Utara. Terkait dengan hal tersebut, TPID juga menyiapkan program antisipasi bencana terkait dengan situasi cuaca yang kurang menentu. e. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) padi dari 1,5 menjadi 1,8 di tahun 2016 melalui pertanaman padi jajar legowo dengan metode hazton yang lebih tahan hama. Diharapkan produktivitas tanaman padi dapat meningkat dari 5,1 ton/ha menjadi 5,5 ton/ha. f. Membangun Toko Tani Indonesia di beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sesuai dengan pedoman umum dari Kementerian terkait. g. Memasang variable message di ruas Pematangsiantar – Parapat yang berfungsi memberikan informasi kepada pengguna jalan terkait kepadatan jalan dan alternatif jalan yang lebih nyaman. Saat ini variable message tersebut sudah terpasang di Tebing Tinggi – Medan dan Medan – Brastagi.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Boks 6
Inflasi Lebaran Yang Terkendali Permintaan masyarakat yang memang biasanya melonjak pada perayaan hari raya Idul Fitri yang bersamaan dengan tahun ajaran baru 2016/2017 mampu ditangani dengan baik. Pasokan barang khususnya bahan pangan dapat dikelola dengan baik sehingga inflasi Juli 2016 terkendali. Realisasi inflasi Sumatera Utara bulan Juli 2016 tercatat 0,18% (mtm) jauh lebih rendah dari nasional 0,69% (mtm). Realisasi ini bahkan merupakan capaian inflasi bulan Juli terendah dalam 10 tahun terakhir yang secara rata-rata sebesar 0,92% (mtm). Rendahnya inflasi Sumatera Utara terutama didorong oleh sektor bahan makanan yang justru mengalami deflasi mencapai -0,48%. Intensifnya program kerja TPID Provinsi Sumatera Utara berkontribusi besar pada penurunan harga bahan pangan selama Ramadhan dan Lebaran. Menghadapi bulan Ramadhan, TPID Provinsi Sumatera Utara telah melaksanakan beberapa program unggulan untuk menekan laju inflasi. Beberapa program dimaksud diantaranya adalah: a. Mengintensifkan perdagangan antar wilayah, diantaranya melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melakukan pembelian langsung ke beberapa sentra produksi lain untuk menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan selama Ramadhan. b. Pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat yang lebih baik melalui strategi komunikasi yang gencar dan terpusat dalam mengedukasi masyarakat terkait perilaku konsumsi dan ketersediaan pasokan yang relatif terjaga, diantaranya melalui talkshow televisi dan radio. c. Pembenahan tata niaga yang terus disempurnakan untuk mengantisipasi praktik penimbunan serta pengembangan pasar lelang komoditas pertanian. d. Melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menjamin akses masyarakat dalam memperoleh bahan pangan yang berkualitas dan terjangkau. e. Program antisipasi bencana terkait dengan situasi cuaca yang kurang menentu. Ke depan, TPID se-Provinsi Sumatera tetap berkomitmen dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil melalui beberapa program pengendalian inflasi strategis jangka menengah dan panjang. Tujuan dari perumusan program ini adalah untuk semakin memantapkan stabilitas harga. Program-program ini dituangkan dalam bentuk Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sumatera utara 2016-2018 yang telah diformulasikan dan disetujui bersama seluruh anggota TPID se-Sumatera Utara. Adapun kemajuan pelaksanaan program strategis tersebut adalah sebagai berikut: a.
b.
c.
Peningkatan ketersediaan pasokan, telah dilaksanakan: 1) Pemberian saprodi secara bertahap serta bantuan alat tangkap 2) Program pendampingan kepada petani dan nelayan 3) Operasi pasar melalui BULOG 4) Penyusunan kalender tanam Pembenahan tataniaga dan kelembagaan, telah dilakukan: 1) Pengawasan terhadap ketersediaan pakan ternak 2) Pembentukan tim monitoring LPG dan pelabelan gas bersubsidi Distribusi dan infrastruktur, kemajuan yang telah dicapai: 1) Perluasan areal lahan dilakukan di Batubara melalui pengelolaan peralihan tanam dari cabai merah menjadi bawang merah; 2) Pengaktifan pasar induk telah berjalan sejak akhir Februari 2016 untuk menghadapi permasalahan penyaluran komoditas keluar daerah; dan. 3) Penyaluran raskin madani telah dilakukan sejalan dengan telah diterbitkannya pagu dan petunjuk teknis beras masyarakat sejahtera.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 43
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Sejalan pemulihan ekonomi Sumatera Utara, ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016. Sektor utama ekonomi Sumatera Utara yang mengalami perlambatan adalah Industri Pengolahan. Namun, konsumsi masyarakat yang membaik diperkirakan dapat menopang kinerja korporasi sektor Industri Pengolahan. Indikator kinerja korporasi dari sisi profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Pertumbuhan kredit ke sektor korporasi meningkat dengan risiko yang masih terjaga. Di sektor rumah tangga, optimisme yang terjaga sejalan dengan perbaikan harga komoditas mengindikasikan ketahanan di sektor ini. Hal ini terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang menunjukkan tendensi positif optimisme masyarakat terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Berbeda dengan korporasi yang tumbuh positif, kredit rumah tangga masih tertahan dan melambat terutama untuk kredit kendaraan bermotor.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 45
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tabel 4.1 Indikator Perbankan Sumatera Utara Triwulan I 2016
Total Aset Pertumbuhan Aset Kredit Pertumbuhan Kredit DPK Pertumbuhan DPK LDR NPL-Gross
Triliun Rp (%yoy) Triliun Rp (%yoy) Triliun Rp (%yoy) % %
216,0 17,5 156,0 16,5 158,2 14,7 98,6 2,4
222,7 16,9 159,7 13,8 167,3 19,7 95,5 2,6
229,5 12,9 159,3 8,7 174,7 17,5 91,2 2,8
4.1 Ketahanan Sektor Korporasi Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Provinsi Sumatera Utara masih terjaga ditengah kondisi ekonomi yang belum pulih. Kinerja perbankan masih relatif baik yang tercermin dari permodalan dan likuiditas yang memadai. Hal ini juga berdampak pada kinerja korporasi yang cenderung membaik ditandainya dengan Indikator Kinerja Koorporasi dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dari Debt Service Ratio yang turun 4,1% dan Interest Coverage Ratio yang naik 16,9%. Non Performing Loan (NPL) Sumatera Utara naik 0,2% dari triwulan sebelumnya namun masih terjaga pada kisaran dibawah 5%. Kenaikan ini merupakan dampak dari ekspansi kredit yang dilakukan perbankan.
233,1 8,4 166,9 7,0 179,4 15,1 93,0 2,5
234,2 8,4 167,1 7,1 178,5 12,8 93,6 2,7
241,0 8,3 172,1 7,7 183,4 9,6 93,8 3,0
255,5 11,3 180,5 13,3 191,6 9,7 94,2 3,2
Kondisi tersebut terutama mempengaruhi kinerja korporasi khususnya sektor Industri Pengolahan yang melambat di triwulan II 2016. Sementara itu, sektor Pertanian justru masih tumbuh meningkat sehingga secara keseluruhan ekonomi Sumatera Utara meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
243,6 4,0 173,0 3,5 187,2 4,9 92,4 3,0
256,9 9,2 180,1 7,8 191,7 (2,4) 92,4 3,2
peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016, sektor Industri Pengolahan melambat. Masih belum kuatnya permintaan global, minimnya bahan baku (terutama karet), dan belum memadainya fasilitas pendukung seperti listrik, air dan gas, diduga memberikan tekanan pada kinerja korporasi Sumatera Utara khususnya sektor industri pengolahan. Selain itukinerja perekonomian beberapa mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area masih relatif belum pulih. Ekspor ke empat negara tersebut mencapai sekitar 39% terhadap total ekspor Sumatera Utara. Pelemahan permintaan dari negara mitra dagang utama tersebut menekan kinerja sektor korporasi khususnya yang berorientasi ekspor. Tiongkok 10% USA 12%
4.1.1 Sumber-sumber Kerentanan Sektor Korporasi Kinerja korporasi masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang menyebabkan harga komoditas internasional masih berada pada level yang rendah. Hal ini dikarenakan ekonomi Sumatera Utara masih sangat bergantung pada komoditas utamanya CPO selain karet dan kopi. Perbaikan harga komoditas secara terbatas baru terlihat pada komoditas CPO. Namun, perbaikan harga tersebut diperkirakan belum sustainable dikarenakan belum adanya perbaikan dari sisi permintaan. Sementara itu, di sisi domestik perbaikan permintaan juga masih terbatas.
246,3 5,7 179,3 7,4 185,6 3,4 96,6 3,0
Lainnya 61%
Europa 9% India 8%
Grafik 4.1 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama
Namun demikian, tekanan kinerja korporasi di sektor Industri Pengolahan masih terjaga sejalan dengan masih kuatnya konsumsi swasta. Pada triwulan II 2016 konsumsi swasta meningkat cukup signifikan. Kondisi tersebut juga sejalan dengan Indeks Keyakinan Konsumen yang masih berada pada level optimis. Indeks penjualan eceran juga menunjukkan perbaikan.
Di tengah peningkatan permintaan domestik dan terjaganya keseimbangan eksternal yang mendorong STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 100.0%
CPO Lokal
CPO Intl
Karet Lokal
Karet Intl
80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0%
-40.0% I
II III IV 2011
I
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III IV
I
2015
2016
II
Penyaluran kredit ke sektor pertanian juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit sektor ini mencapai 25,7% (yoy), meningkat tajam jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 4,2% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan terkontraksi lebih dalam -2,8% (yoy) setelah triwulan sebelumnya tercatat tumbuh hanya 1% (yoy).
Grafik 4.2 Perkembangan harga CPO dan Karet
Sumber kerentanan lainnya adalah anomali cuaca dan iklim. Hal ini berpengaruh pada korporasi yang berkaitan dengan tanaman bahan makanan dan perkebunan antara lain dengan bergesernya musim tanam dan terganggunya produktivitas/hasil panen. 4.1.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang mengindikasikan perbaikan kegiatan dunia usaha dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kegiatan usaha tersebut tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha sebesar 11,2%, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi akhir triwulan I 2016 sebesar -0,8%. Peningkatan kegiatan usaha di triwulan II 2016 terutama disebabkan oleh meningkatnya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (Grafik 4.2). Kinerja korporasi subsektor Perdagangan diindikasikan masih baik yang tercermin pada indeks penjualan eceran yang meningkat dari 179,4 pad triwulan lalu menjadi 186,2 pad triwulan II 2016. Kinerja korporasi di subsektor hotel dan restoran diperkirakan juga masih cukup baik yang tercermin pada occupancy rate relatif tinggi. Hal ini juga tercermin dari meningkatnya pembiayaan perbankan ke sektor ini yang meningkat dari -3%% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3% (yoy).
Grafik 4.3 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektoral
Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan 3 (tiga) Sektor Utama Kredit Korporasi Sumut.
Grafik 4.5 Perkembangan Kemampuan Membayar Korporasi Keuangan Sumatera Utara
Perbaikan perekonomian Sumatera Utara juga berdampak pada perbaikan kinerja keuangan korporasi secara keseluruhan. Indikator kinerja keuangan korporasi yang tercermin dari profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan debt equity ratio (DER) cenderung mengalami perbaikan hampir di semua sektor. Asset turnover korporasi relatif stabil 0,2% dibarengi dengan peningkatan inventory turn over dari 7,1% menjadi 13,7%. Jika ditinjau lebih jauh, ketahanan korporasi Sumatera Utara dalam jangka panjang (solvabilitas) maupun jangka pendek menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya rasio TA/TL (total asset/total liabilities), DER (deb equity ratio) dan rasio CR (current ratio). Seluruh sektor menunjukkan kemampuan membayar jangka panjang yang stabil
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 47
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 atau meningkat. Hal ini tercermin dari stabilnya rasio TA/TL (Total Asset/Total Liabilities) dengan kecenderungan meningkat dan menurunnya DER. Demikian pula halnya dengan kemampuan membayar jangka pendek/likuiditas seluruh sektor juga menunjukkan peningkatan, kecuali sektor industri barang konsumsi dan sektor properti yang menunjukkan penurunan. Di sektor barang konsumsi diperkirakan terkait dengan permintaan masyarakat yang belum pulih sepenuhnya. Sementara di sektor properti diperkirakan terkait dengan masih lesunya pasar properti sementara tekanan kenaikan harga tetap ada terkait kenaikan biaya input seperti bahan baku dan tenaga kerja (Grafik 4.6).
Grafik 4.6 Indeks Harga Properti Residensial Sumatera Utara
Tabel 4.2 Indikator Kinerja Keuangan Korporasi Sektoral Sumatera Utara No 1 2 3 4 5 6 7
Sektor Pertanian Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Properti dan Real Estate Perdagangan Jasa dan Investasi Agregat
ROA 2015 -0,26% 1,14% 2,34% 2,32% -2,90% 0,94% 0,87% 0,64%
ROE 2016 0,76% 3,12% 2,14% 5,01% 0,32% 0,54% 1,41% 1,90%
2015 -0,53% 2,67% 4,61% 4,17% -20,17% 2,51% 1,72% -0,72%
DER 2016 1,54% 6,56% 3,93% 8,97% 0,52% 1,42% 2,77% 3,67%
2015 2016 1,1 1,0 1,3 1,1 1,0 0,8 0,8 0,8 5,9 0,6 1,7 1,7 1,0 1,0 1,8 1,0
TA/TL
CR
2015 2016 1,9 2,0 1,7 1,9 2,0 2,2 2,3 2,3 1,2 2,6 1,6 1,6 2,0 2,0 1,8 2,1
2015 2016 1,0 1,2 1,8 1,9 2,0 1,9 1,2 1,4 0,4 2,0 1,8 1,7 1,4 1,4 1,4 1,6
Inventory TO 2015 2016 2,1 2,2 1,2 1,2 2,0 2,1 39,7 86,0 2,5 2,0 0,5 0,4 1,7 2,1 7,1 13,7
Asset TO 2015 2016 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,2 0,2
Sumber: Bloomberg Tw III 2016, (diolah dari 81 Korporasi).
Kemampuan korporasi dalam membayar utang membaik jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya Interest Coverage Ratio (ICR) dari 24,4 manjadi 41,3. Selain itu, Debt Service Ratio (DSR) Sumatera Utara juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 8,3 % menjadi 4,2%. Penurunan ini merupakan dampak dari perilaku pelaku usaha yang pada triwulan sebelumnya sudah meningkatkan persediaan. Berdasarkan sebaran sektor ekonomi yang memiliki DSR paling rendah terdapat pada sektor Infrastruktur Utilitas dan Transportasi serta sektor Industri Barang Konsumsi. Hal ini diperkirakan terkait dengan membaiknya kinerja korporasi sejalan dengan meningkatnya permintaan terkait musiman puasa/Lebaran. Lebih lanjut, sektor aneka industri memiliki kemampuan membayar bunga paling baik, sedangkan sektor industri dasar dan kimia memiliki kemampuan membayar bunga terendah.
Tabel 4.3 Perbandingan DSR dan ICR Per Sektor No 1 2 3 4 5 6 7
Sektor Pertanian Industri Dasar dan Kimia Industri Barang Konsumsi Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Aneka Industri Properti dan Real Estate Perdagangan Jasa dan Investasi Agregat
DSR
ICR
2015 2016 2015 2016 9,0 8,5 10,9 8,8 3,6 3,0 8,6 8,5 1,7 2,3 32,2 38,4 0,7 0,5 35,1 40,5 36,5 5,7 5,4 99,3 3,6 5,6 50,0 56,4 3,0 4,0 28,6 37,3 8,3 4,2 24,4 41,3
Hasil liaison Sumatera Utara triwulan II 2016 juga menunjukkan kinerja korporasi yang meningkat. Penjualan domestik meningkat sejalan dengan konsumsi swasta, sementara penjualan ekspor meningkat seiring dengan peningkatan harga komoditas internasional dan perbaikan permintaan dari negara mitra dagang. Kapasitas utilisasi meningkat menghadapi permintaan domestik terkait Ramadhan dan Lebaran. Investasi tumbuh sedikit melambat dipengaruhi sikap hati-hati pengusaha untuk melakukan investasi ekspansif lebih lanjut terkait kenaikan permintaan yang masih terbatas. Beban biaya khususnya bahan baku dan tenaga kerja meningkat yang diteruskan kepada kebijakan peningkatan harga jual untuk menjaga margin perusahaan. Menghadapi kondisi dunia usaha yang meningkat, kebutuhan akan pembiayaan pada triwulan II 2016 juga menunjukkan peningkatan.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Rp Triliun
Grafik 4.7 Likert Scale Permintaan Domestik dan Ekspor
Modal Kerja SB Modal Kerja
Investasi SB Investasi
Konsumsi SB Konsumsi
%
200
14.0
180
13.5
160
13.0
140
12.5
120
12.0
100
11.5
80
11.0
60
10.5
40
10.0
20
9.5
-
9.0
I
II
III
IV
I
2014
II
III 2015
IV
I
II 2016
Grafik 4.10 Proporsi Kredit Korporasi per Jenis Penggunaan
Grafik 4.8 Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi
Grafik 4.11 Proporsi Kredit Sektoral Korporasi
Grafik 4.9 Likert Scale Biaya
4.1.3 Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi Kredit yang disalurkan ke sektor korporasi Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp133.840,- milyar atau 75,4% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan paling tinggi terjadi pada kredit investasi yang mencapai 32,6% (yoy) meskipun secara share yang paling besar masih terdapat pada kredit modal kerja yang tumbuh 2,2% (yoy). Kredit konsumsi mengalami penurunan 4,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% (yoy). Namun demikian, berdasarkan hasil liaison, sebagian besar korporasi masih menggunakan dana internal sebagai sumber pembiayaan.
Penyaluran kredit korporasi Sumatera Utara tumbuh meningkat 5,7% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,8% (yoy). Hal ini terutama didorong oleh peningkatan kredit sektor Pertanian yang memiliki pangsa kedua terbesar (23,6%) dari total penyaluran kredit korporasi, yaitu dari 21,8% (yoy) menjadi 25,7% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit sektor pertanian ditopang oleh peningkatan pembiayaan perkebunan kelapa sawit yang meningkat menjadi 28,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya 23,9% (yoy). Kredit sektor Perdagangan Besar dan Eceran (pangsa 33%) sedikit meningkat dari -3% (yoy) menjadi 3% (yoy). Dari 3 sektor utama Sumatera Utara, penyaluran kredit ke sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan terdalam. Kredit ke sektor Industri Pengolahan terkontraksi -2,8% dari yang hanya tumbuh 1% pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan Industri Pengolahan dalam PDRB Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 49
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Rp Miliar
Kredit Pertanian Kredit PBE g Kredit Ind. Pengolahan
120
%, yoy
Kredit Ind. Pengolahan g Kredit Pertanian g Kredit PBE
30.0
4.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga
25.0
100
20.0 80
15.0
4.2.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga
60 10.0 40 5.0 20
-
-
(5.0) I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
I
2015
II 2016
Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara
2016
Secara keseluruhan NPL (Non Performing Loan) kredit korporasi masih terjaga seperti triwulan sebelumnya yaitu 3,4%. NPL sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor Pertanian mengalami penurunan, sementara NPL pada sektor Industri Pengolahan meningkat. Sektor Industri Pengolahan menunjukkan peningkatan risiko kredit secara terbatas menjadi 2,5% dari sebelumnya 2,2%. Selain tiga sektor utama tersebut, rasio NPL sektor Konstruksi masih cukup tinggi mencapai 9,1% walaupun sudah menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,2% (yoy). Dengan demikian, meskipun rasio NPL di beberapa sektor meningkat, rasio NPL sektor korporasi secara keseluruhan masih terjaga di bawah batas indikatif 5%. Oleh karena itu, stabilitas keuangan yang bersumber dari korporasi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 masih dikategorikan terjaga.
2015
Pertumbuhan konsumsi masyarakat tercermin dari hasil Survei konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan optimisme yang diindikasikan dari indeks keyakinan konsumen (IKK) terhadap kondisi ekonomi yang mencapai 105,8, khususnya indeks ekspektasi konsumen (IEK) sebesar 110,5. Angka ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dengan terkendalinya inflasi, konsumsi rumah tangga triwulan depan diindikasikan juga masih optimis (Grafik 4.14). 120 115 110 105
100 95
Optimis Pesimis
90 85 80 I
II
III
2015 Indeks Keyakinan Konsumen
IV
I
II
2016 Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 4.14 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja
II I
IV III II I IV
2014
Seiring dengan meningkatnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan II 2016, kinerja konsumsi rumah tangga (RT) juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut bahkan lebih tinggi dari pola historisnya.
III II I -
1.0 NPL PBE
2.0 NPL Ind. Pengolahan
3.0
4.0
5.0
NPL Pertanian
Grafik 4.13 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Sektor Utama Sumatera Utara
Melambatnya kinerja industri pengolahan sebagai salah satu sektor utama Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu faktor yang diperkirakan berdampak pada menurunnya optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari menurunnya indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia. Namun demikian ketersediaan lapangan kerja pada periode 6 bulan mendatang dipersepsikan meningkat.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
2016
konsumsi meningkat dari 69% menjadi 70,5% dari pengeluarannya. Hal ini diperkirakan terkait dengan meningkatnya kebutuhan dalam rangka ramadhan dan Lebaran. (Grafik 4.17).
Sumber kerentanan rumah tangga lainnya adalah anomali cuaca dan iklim. Hal ini diperkirakan akan berdampak pada pendapatan masyarakat yang didominasi bekerja di sektor pertanian (hingga 42,5% pada tahun 2014). Namun demikian, perbaikan kesejahteraan petani yang tercermin dari NTP yang mulai di atas 100 menunjukkan ketahanan sektor rumah tangga relatif membaik. 4.2.2 Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan
2015
Grafik 4.15 Persepsi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja
II
72.0
I
68.3
IV
71.6
III
63.6
II
66.2
20.2 23.3
21.2 25.4 23.9
67.1
I
10.0
25.7 20.0
Nominal Giro Nominal Deposito g Tabungan
Rp Triliun 90
Nominal Tabungan g Giro g Deposito
%, yoy 30.0
80
25.0
70
20.0
60 50
15.0
40
10.0
30
5.0
20 10
29 65 83
35 65 82
36 68 85
28 73 83
30 70 83
34 73 85
-
(5.0) I
II
III
2015
IV
I
II
2016
Grafik 4.16 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Meskipun terkontraksi, berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, persentase rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga untuk konsumsi di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Persentase pengeluaran masyarakat untuk aktivitas
40.0 Konsumsi
50.0
60.0
70.0
80.0
Tabungan
Grafik 4.17 Preferensi rata-rata penggunaan penghasilan rumah tangga
4.2.3 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Sumatera Utara Rp Miliar
Kredit KPR Kredit Multiguna g Kredit KKB
25,000
Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat terkontraksi dari 4,9% menjadi -2,4% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan ini dipengaruhi oleh semakin menurunnya tabungan meskipun Giro dan Deposito menunjukkan tren meningkat sejak awal tahun 2016. Penurunan tabungan dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat pada triwulan II 2016 untuk keperluan perayaan hari besar keagamaan dan liburan sekolah. Pertumbuhan giro mengikuti peningkatan kebutuhan pembayaran proyek pembangunan pada tengah tahun.
30.0
%, yoy
Kredit KKB g Kredit KPR g Kredit Multiguna
30.00 25.00
20,000
20.00
15,000
15.00
10,000
5.00
10.00
-
5,000
(5.00)
-
(10.00) I
II
III
IV
I
2014
II
III 2015
IV
I
II 2016
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Kredit perbankan kepada sektor rumah tangga di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp43.607 miliar. Kredit rumah tangga didominasi oleh kredit multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Kredit sektor RT tumbuh 4,45% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 4,74% (yoy). Perlambatan didorong oleh penurunan ekspansi kredit kendaraan bermotor (KKB) yang terkontraksi -6,62% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang sebesar -3,64%. Perlambatan juga terjadi pada kredit perumahan yang hanya tumbuh 0,59% (yoy), relatif stagnan dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 0,85% (yoy). Akselerasi terjadi pada kredit multiguna dan kredit pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d 70. Kredit multiguna tumbuh 7,09% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,83% (yoy). Penurunan suku bunga kredit rumah tinggal tipe 22 s.d 70 dari 17,3% (triwulan I 2016) menjadi 10,7% (triwulan II
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 51
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 2016) turut berdampak pada akselerasi pertumbuhan kredit ini menjadi 13,6% (yoy). Kondisi tersebut juga diindikasikan terkait dengan pelonggaran ketentuan Rasio Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV). Kredit untuk kepemilikan perumahan mengalami peningkatan terutama untuk tipe 22 s.d. 70 meski masih lambat. Sementara kredit untuk tipe lainnya cenderung masih stabil bahkan menurun pada tipe kecil. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan KPR ke depan diperkirakan semakin membaik dengan rencana relaksasi lebih lanjut ketentuan LTV tersebut. Selain itu, Bank Indonesia juga akan memperlonggar kredit/pembiayaan inden dengan pengaturan pencairan kredit bertahap sesuai progress pembangunan rumah.
Rp Miliar
g RT Tipe 21 g RT Tipe >70 Kredit RT Tipe 22 s/d 70
7,000
%, yoy
g RT Tipe 22 s/d 70 Kredit RT Tipe 21 Kredit RT Tipe > 70
60.00
6,000
50.00
5,000
40.00
4,000
30.00
3,000
20.00
2,000
10.00
1,000
0.00
0
-10.00 I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
hasil Survei Penjualan Eceran pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan pada pembelian bahan makanan dan suku cadang dan aksesoris. Hal ini mengindikasikan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersiernya. Sementara itu, kredit pemilikan apartemen-KPA masih menunjukkan peningkatan kinerja dari sebelumnya untuk semua tipe apartemen, terutama untuk apartemen s.d Tipe 21 yang tumbuh 7,2% (yoy). Kondisi ini sekaligus mengkonfirmasi masih tingginya permintaan apartemen pada periode laporan.
4.3 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Total kredit yang disalurkan ke pelaku usaha UMKM di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp49.824 miliar, atau 27,7% dari total kredit perbankan di Sumatera Utara. Kredit ke sektor UMKM tersebut tumbuh 5,1% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,6% (yoy). Perlambatan terjadi untuk kredit usaha mikro dan usaha kecil, sementara kredit usaha menengah mulai membaik meski pertumbuhannya masih terkontraksi.
II
2016
Grafik 4.19 Pertumbuhan KPR per Tipe
Secara agregat, kredit rumah tinggal mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan KPR terutama didorong penurunan KPR tipe 21 dari sebelumnya tumbuh 0,9% (yoy) menjadi 5,1% (yoy), serta KPR tipe di atas 70 dari -4,9% (yoy) menjadi -5,3% (yoy). Penurunan KPR tipe di atas 70 selain dipengaruhi peningkatan suku bunga kredit dari 11,46% menjadi 11,47%, diduga dipengaruhi juga oleh kenaikan harga rumah. Peningkatan harga rumah ini tercermin dari peningkatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dari 229 (triwulan I 2016) menjadi 232,1 (triwulan II 2016). Sementara kenaikan suku bunga kredit Rumah Tinggal s.d Tipe 21 dari meningkat dari 11,3% (Triwulan I 2016) menjadi 11,33% pada triwulan berjalan.
Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit UMKM
Perlambatan terdalam terjadi pada sektor industri pengolahan, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada PDRB Sumatera Utara sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya.
Penurunan suku bunga Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dari 11,66% menjadi 11,62% belum diikuti oleh pertumbuhan kredit KKB yang justru mengalami perlambatan. Perlambatan kredit kendaraan bermotor diikuti oleh kenaikan risiko kredit yang tercermin dari NPL KKB menjadi 2,2%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 1,9%. Namun demikian, STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 1) Mengembangkan klaster baik yang eksisting maupun baru. Terdapat 5 (lima) klaster yang menjadi fokus binaan yang terdiri dari 4 (empat) klaster ketahanan pangan (klaster padi, klaster bawang merah, klaster kopi, klaster pertanian terintegrasi) dan 1 (satu) klaster industri kreatif (tenun ulos).
9,0
8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 I
II
III
IV
I
2014 NPL UMKM
II
III
IV
I
2015 Mikro
Kecil
II 2016
Menengah
Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit UMKM
Perlambatan kredit kepada UMKM diikuti dengan meningkatnya risiko kredit. Hal ini tercermin dari meningkatnya NPL dari 6,51% menjadi 6,57%. NPL tertinggi terdapat pada kredit usaha kecil (7,54%) dengan kecenderungan menurun dan kredit usaha menengah (7,31%) dengan kecenderungan meningkat. Secara sektoral, NPL tertinggi terdapat pada UMKM sektor konstruksi (15,67%) dengan kecenderungan meningkat, diikuti oleh sektor jasa sosial masyarakat (8,02%) dan sektor pertambangan (7,28%).
4.4 Program Pengembangan UMKM Sumut Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematang Siantar berpartisipasi aktif dalam pengembangan UMKM di Sumatera Utara. Pengembangan UMKM dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain:
2) Bank Indoneisa juga mengembangkan klaster pertanian terintegrasi pertanian dengan peternakan. Fokus pengembangan ada pada pengembangan sapi dengan memanfaatkan limbah tanaman pertanian menjadi pakan sapi. Selanjutnya limbah ternak diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida. Klaster dikembangkan di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat. 3) Bank Indonesia juga mengembangkan Kawasan Ekonomi Daerah Pesisir dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumber daya lahan dan pesisir laut secara berkesinambungan. Program diimplementasikan pada kawasan pesisir Serdang Bedagai. 4) Melaksanakan Program Pengembangan Wira Usaha Bank Indonesia (WUBI), antara lain melalui program pelatihan, pembentukan klinik UMKM oleh WUBI, dan pembentukan UMKM Ekspo. Dalam pelaksanaan berbagai program pengembangan UMKM, Bank Indonesia bekerjasama dengan institusi terkait baik dari pemerintah, gapoktan, maupun pelaku usaha UMKM.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 53
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Boks 5
Hedging Syariah (Tahawuth Islami) Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia perlu didukung oleh pengembangan pasar keuangan. Hal ini diperlukan agar pembiayaan syariah dapat ditingkatkan supaya lembaga keuangan dapat berkembang lebih baik diantaranya dalam menghadapi gejolak nilai tukar. Disamping itu, transaksi di Pasar Keuangan Antarbank Syariah (PUAS) juga semakin meningkat (Grafik 4.22) yang memerlukan pengaturan agar dapat berkembang dalam koridor yang aman. Tidak hanya bank syariah, PUAS juga dimanfaatkan oleh bank konvensional sebagai pilihan alternatif dalam dalam mengelola portofolio keuangannya. (Grafik 1.2).
Grafik 4.22 Aktifitas dan Pasar Keuangan Syariah
Grafik 4.23 Porsi Bank Konven Pada PUAS
Pelaku pasar keuangan termasuk yang berbasis syariah juga perlu melakukan mitigasi risiko kerugian karena ketidakpastian pergerakan nilai tukar (currency mismatch). Sentimen ekonomi domestik, regional dan global serta kondisi mikrostruktur pasar valas domestik yang rentan terhadap market shock meningkatkan risiko tekanan nilai tukar. Kondisi ini berimplikasi pada ketidakstabilan pasar keuangan. Bagi pelaku usaha, hal ini turut meningkatkan risiko keuangan dan potensi kerugian serta ketidakpastian perhitungan bisnis terutama badan usaha yang business cycle-nya masih terdapat kebutuhan valas. Hedging atau lindung nilai menjadi salah satu solusi untuk memitigasi risiko nilai tukar. Untuk menjawab kebutuhan akan mekanisme lindung nilai untuk pelaku ekonomi yang berbasis syariah, maka diberlakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.18/2/PBI/2016 terkait Transaksi Lindung Nilai Rupiah. Terbitnya Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.96/DSN-MUI/III/2015 tentang Transaksi Lindung Nilai Syariah (AlTahawwuth Al Islami/Islamic Hedging) atas Nilai Tukar menjadi dasar pemberlakuan ketentuan hedging ini. Jenis transaksi ini pada prinsipnya boleh dilakukan dengan ketentuan : a. b. c.
Tidak untuk spekulasi (untung-untungan) dengan mekanisme saling berjanji (mu a’adah) yang nontradeable. Adanya kebutuhan yang nyata untuk mengurangi risiko nilai tukar yang tidak terhindarkan Apabila dilakukan dengan mata uang sejenis, nilainya harus sama dan tunai (at-taqabudh) dan bila berlainan jenis nilainya harus sama dengan nilai kurs yang berlaku.
Adapun Transaksi Lindung Nilai Syariah terdiri dari Transaksi Lindung Nilai Syariah Sederhana dan Transaksi Lindung Nilai Kompleks yang dapat dilihat dari diagram berikut:
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Lindung Nilai Syariah Sederhana
Lindung Nilai Syariah Kompleks
Today
Forward Date
Today
Bank
Bank
Bank
Forward Date
Deal
Deal Curr A
Nasabah
Curr A
Nasabah
Underlying Transaksi
b.
Curr B
Curr B
Curr B
a.
Bank
Bank
Nasabah
Curr A
Nasabah
Nasabah h
Underlying Transaksi
Transaksi Lindung Nilai Syariah Sederhana adalah transaksi dengan skema forward agreement yang diikuti transaksi spot pada saat jatuh tempo serta penyelesaian berupa serah terima mata uang. Transaksi Lindung Nilai Syariah Kompleks adalah transaksi dengan skema berupa rangkaian spot dan forward agreement yang diikuti dengan transaksi spot pada saat jatuh tempo disertai dengan penyelesaian berupa serah terima mata uang.
Lindung nilai syariah juga mensyaratkan pemberi wajib untuk memastikan pemohon menyampaikan dokumen underlying transaksi yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang dilakukan saat forward agreement dilakukan. Pelaku transaksi lindung nilai juga diatur dalam ketentuan ini. Pelaku yang boleh menjadi pemohon lindung nilai syariah adalah Nasabah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sedangkan Bank Umum Konvensional diperkenankan menjadi pemberi hedging akan tetapi tidak diperkenankan menjadi pemohon hedging. PBI ini juga mengatur sanksi bagi pelaku yang melakukan pelanggaran. Sanksi administratif (teguran tertulis), sanksi pelaporan dan kewajiban membayar dikenakan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang melanggar ketentuan underlying. Sedangkan counterparty Bank Umum Konvensional hanya dikenakan sanksi administratif teguran dan sanksi pelaporan jika tidak melaksanakan ketentuan dan syarat yang diatur dalam hedging syariah.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 55
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Sumatera Utara yang pada umumnya mengalami net inflow, mencatatkan net outflow pada triwulan II 2016. Kondisi ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang baru menghadapi perayaan hari besar lebaran. Sejalan dengan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia juga melakukan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang meningkat mencapai 57% dari triwula laporan. Temuan uang palsu juga mengalami penurunan yang signifikan mencapai 97,7% dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi non tunai Sumatera Utara melalui RTGS mengalami peningkatan mencapai 13,5% setelah sebelumnya mengalami penurunan. Berbeda dengan transaksi RTGS, transaksi kliring menunjukka tren penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan bulk payment dalam pembayaran menggunakan mekanisme kliring.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 57
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Tabel 5.1 Transaksi RTGS 2014 Jumlah Transaksi RTGS : Nominal (Triliun Rp) Volume (ribu lembar warkat) Rata-rata Transaksi RTGS per hari : Rata2 harian (Triliun Rp) Rata2 harian (ribu lembar warkat) Pertumbuhan RTGS Pertumbuhan nominal (qtq, %) Pertumbuhan volume (qtq, %) Pertumbuhan nominal (yoy, %) Pertumbuhan volume (yoy, %)
2015
2016
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
201,7 219,6
233,9 239,9
212,1 204,1
239,7 199,6
176,3 127,0
223,8 128,7
196,1 120,5
179,7 98,7
121,2 74,7
137,6 104,1
3,4 3,7
3,9 4,0
3,2 3,1
3,7 3,1
2,8 2,0
3,7 2,1
3,1 1,9
3,0 1,6
2,0 1,2
2,3 1,7
(12,0) (7,8) 2,8 (8,8)
16,0 9,3 10,6 (3,4)
(9,3) (14,9) 4,3 (10,5)
13,0 (2,2) 4,6 (16,2)
(26,4) (36,4) (12,6) (42,2)
26,9 1,4 (4,3) (46,3)
(12,4) (6,4) (7,5) (41,0)
(8,4) (18,1) (25,0) (50,5)
(32,6) (24,3) (31,3) (41,2)
13,6 39,4 (38,5) (19,1)
Tabel 5.2 Perputaran Kliring
64
5.1
transaksi. Sementara itu nilai transaksi mengalami peningkatan sebesar 13,6% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp121,2 triliun. Rata-rata transaksi harian BIRTGS tercatat mencapai 1.700 transaksi dengan nilai Rp2,3 triliun per hari.
Perkembangan Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran
5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Nominal (Triliun Rp) Volume (ribu lembar warkat)
280 260
120 YoY (%) 100 80
240
40
200
0
137.603 104.114
100
-40 -60
-80 III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
2016
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS
Transaksi Non Tunai yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia terdiri dari transaksi RTGS dan SKNBI. Pada triwulan II 2016, transaksi yang dilakukan melalui Sistem BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) mencapai 104,1 ribu transaksi dengan nilai sebesar Rp137,6 triliun. Volume transaksi mengalami peningkatan sebesar 39,4% dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebanyak 74,7 ribu
10
33.11 5.28
II
40.45 7.36
I
32.48 8.48
IV
40.91 10.81
III
2013
27.95 7.59
II
40.12 10.94
I
40.98 17.51
IV
40.08 10.81
III
2012
30 20
36.37 9.65
II
80
30
35.40 6.22
I
40
yoy (%) 130
-20
121.1584
173.06093 224.345 200.52624 252.829 257.769 202.75 210.56079 263.768 196.09543 240.666 211.48174 248.42816 203.31283 228.06618 229.15691 238.181 201.67179 219.573 233.9234 239.926 212.06107 204.127 239.67943 199.584 176.34508 126.976 223.79547 128.745 196.1271052 120.506 179.684
120
50
20
180
140
Nominal (Triliun Rp) Volume (ratus ribu lembar warkat) Nominal (yoy) Volume (yoy)
60
220
160
Peningkatan nilai transaksi BI RTGS dipengaruhi oleh peningkatan transaksi antar nasabah terkait dengan puasa dan lebaran.
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
0
-20 -70
2014
2015
2016
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring
SKNBI merupakan sarana transfer dana non tunai secara ritel selain RTGS dengan nominal transaksi yang lebih kecil. Di Sumatera Utara, penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 3 (tiga) tempat Kantor Perwakilan Bank Indonesia yaitu di Medan, Pematang Siantar dan Sibolga. Untuk meningkatkan pelayanan
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 transaksi kliring kepada masyarakat, Bank Indonesia juga membuka kesempatan bagi institusi yang ingin menjadi Penyelenggara Kliring Lokal (PKL). Saat ini di Sumatera Utara terdapat 2 PKL yaitu di Kota Tebing Tinggi dan Kabanjahe (Kabupaten Karo). Pada triwulan II 2016, transaksi kliring melalui SKNBI13 volumenya tercatat sebanyak 527.863 warkat dengan nilai nominal transaksi sebesar Rp33.107 miliar. Volume tersebut menunjukkan penurunan sebesar 28,29% dibandingkan volume transaksi SKNBI pada triwulan I 2016 yang tercatat sebanyak 736.059 warkat. Penurunan volume transaksi juga diikuti oleh penurunan nilai transaksi sebesar 18,16% dari sebelumnya sebesar Rp40.454 miliar menjadi Rp33.107 miliar. Rata-rata harian transaksi SKNBI di Sumatera Utara pada triwulan II 2016 tercatat 8.248 warkat dengan nilai sebesar Rp517 miliar per hari. Penurunan transaksi melalui SKNBI terutama disebabkan penerapan bulk payment sejak Mei 2016, dimana settlement dilakukan secara bulk per kantor cabang bank (sebelumnya dibukukan per masingmasing transaksi). Hal ini menyebabkan perbedaan signifikan dalam pencatatan transaksi kliring.
5.2
Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah
Sesuai dengan polanya, pada triwulan laporan penarikan uang kartal meningkat secara signifikan disertai penurunan penyetoran seiring dengan peningkatan kebutuhan uang tunai menjelang Lebaran dan memasuki tahun ajaran baru. Peningkatan kebutuhan uang tunai ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga / swasta pada PDRB Sumatera Utara triwulan II 2016 (dari 4,7% menjadi 5,2%). Peningkatan net cash outflow pada triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan
13
triwulan II 2015 seiring dengan bergesernya bulan puasa. Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran Bank Indonesia dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy, pengelolaan pengedaran uang yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang. 5.2.1 Perkembangan Transaksi Penyetoran dan Penarikan Uang Kartal Secara keseluruhan, aliran uang kartal di Provinsi Sumatera Utara mencatat net cash outflow14 sebesar Rp5.114 miliar, berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya yang tercatat net cash inflow sebesar Rp5.123 miliar. Secara spasial, net cash outflow terjadi di Pematang Siantar dan Sibolga masing-masing sebesar Rp3.441 miliar dan Rp1.846 miliar, sedangkan Medan masih mencatat net cash inflow sebagaimana polanya sebesar Rp173,6 miliar. Penyetoran uang kartal dari perbankan di Provinsi Sumatera Utara ke Bank Indonesia 15 pada triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp7.047 miliar, atau tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 15,7% (yoy) menjadi 10,5% (yoy). Sedangkan penarikan uang kartal oleh perbankan dari Bank Indonesia mencapai Rp12.161 miliar, atau meningkat signifikan dari 20,6% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 72,6% (yoy).
SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta). Data periode ini berbeda dengan triwu
inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.
Net cash outflow mencerminkan jumlah penarikan (outflow) dari Bank Indonesia lebih tinggi dibanding jumlah penyetoran (inflow) ke Bank Indonesia. Perhitungan
Terdapat 3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara yaitu di Medan, Pematang Siantar dan Sibolga
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 59
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
6,229,852 4,935,781 3,103,415 7,379,392 4,279,606 5,857,047 7,333,689 8,358,466 7,567,275 5,079,707 4,545,618 8,410,882 5,587,744 6,791,526 8,578,229 9,780,612 7,165,954 4,178,413 3,726,494 8,313,765 7,048,068 6,378,689 8,090,061 9,592,420 9,012,489 5,968,705 4,492,860 9,616,263 12,161,924 7,047,916
5,114,008
Penarikan
Penyetoran
Q I - 2016
Q II - 2016
Q III - 2015
Q IV - 2015
Q I - 2015
Q II - 2015
Q III - 2014
Q IV - 2014
Q I - 2014
Q II - 2014
Q III - 2013
Q II - 2013
Q I - 2013
Q IV - 2013
(5,123,403) Q IV - 2012
Net Penarikan/ Penyetoran
Grafik 5.3 Penarikan dan Penyetoran di Sumut
5.2.2. Pelaksanaan Clean Money Policy Dalam rangka melaksanakan clean money policy, seluruh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara secara rutin melakukan kegiatan penarikan uang lusuh, cacat, dan sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, untuk selanjutnya disortir dan diganti dengan uang layak edar. Hal tersebut untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat.
5.2.3 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Lembar 2,500 2,094 1,446 1,496
1,373
1,500
1,227
% Pemusnahan thd Inflow
Grafik 5.4 Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak
Edar di Sumatera Utara Ditengah penyetoran uang kartal yang menurun, jumlah uang rupiah tidak layak edar (UTLE) yang dimusnahkan pada triwulan laporan meningkat 57% dari Rp2.930 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp4.602 miliar pada triwulan II 2016. Uang tidak layak edar yang dimusnahkan tersebut tercatat sebesar 65% dari penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia di Sumatera Utara pada triwulan laporan, meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 30%. Meningkatnya UTLE mengindikasikan tingkat perputaran uang di masyarakat. Hal tersebut juga sejalan dengan preferensi masyarakat untuk melakukan penukaran uang lusuh untuk diganti dengan uang baru dan uang pecahan kecil terkait Lebaran.
-
1
298
33 Q II - 2016
Q I - 2016
Q IV - 2015
Q II - 2015
Q IV - 2014
Q II - 2014
Q III - 2014
Q II - 2016
Q I - 2016
Q III - 2015
Q IV - 2015
Q I - 2015
Q II - 2015
Q III - 2014
Q IV - 2014
Q I - 2014
Q II - 2014
Q III - 2013
Pemusnahan
Q IV - 2013
Q II - 2013
Q I - 2013
0%
500
1,066
615
461
Q I - 2014
10%
944
817
Q IV - 2013
20%
722
Q II - 2013
30%
1,000
Q III - 2013
4,602,216
2,930,718
3,840,162
3,213,975
3,244,569
2,628,846
2,167,465
2,919,186
2,755,042
1,673,237
2,037,238
40%
Q I - 2013
50% 30%
2,464,085
1,339,420
729,897
380,611
60%
Q III - 2015
70%
65%
2,000
Q I - 2015
80%
Q IV - 2012
Rp Juta 5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 -
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang baru dan uang pecahan kecil untuk keperluan Lebaran, Bank Indonesia selama bulan puasa melakukan penukaran secara langsung ke masyarakat maupun melalui perbankan secara intensif. Di Kota Medan misalnya, Bank Indonesia melakukan penukaran langsung ke masyarakat antara lain di Lapangan Benteng, Pasar Petisah dan kantor-kantor pemerintah.
Q IV - 2012
Rp Juta 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 (2,000,000) (4,000,000) (6,000,000)
Selain itu, pada triwulan II 2016 Bank Indonesia juga mengeluarkan uang hasil cetak sempurna senilai Rp2.279 miliar yang diedarkan ke masyarakat di Sumatera Utara. Uang hasil cetak sempurna yang dikeluarkan tersebut mencapai 32,3% dari penarikan uang kartal oleh perbankan. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp508 miliar (11% dari penarikan). Peningkatan ini untuk mengimbangi meningkatnya UTLE yang dimusnahkan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Uang Palsu
Grafik 5.5 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut
Temuan uang rupiah palsu menurun signifikan 97,7% dari 1.446 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 33 lembar pada triwulan laporan. Temuan tersebut antara lain berasal dari hasil setoran bank, setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Temuan uang palsu tersebut masingmasing sebanyak 29 lembar (87,8%) di Pematang Siantar dan 4 lembar (12,2%) di Sibolga. Bank Indonesia terus berupaya mengantisipasi penggunaan dan peredaran uang Rupiah palsu. Upaya yang dilakukan berupa perencanaan desain dan bahan pengaman uang, koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak (termasuk Kepolisian), dan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CiKUR) ke berbagai lapisan masyarakat baik melalui media maupun secara langsung.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 60
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Tabel 5.3 Daftar Sosialisasi CIKUR Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan Mahasiswa UINSU STAI Jamaiyah Mahmudiah, Langkat Mahasiswa
STAI Syeh Abdul Halim Hasan Al Islamiyah Binjai Universitas Samudera Langsa Aceh Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Universitas Negeri Medan Mahasiswa Politeknik Negeri Medan Pesantren Al Barokah Simalungun Murid dan Guru Sekolah Minggu GKPI
Pelajar
SMA/SMK PELITA Pematangsiantar SMP dan SMA Methodis Teacher Competency Development Program Masyarakat Kecamatan Pangkalan Brandan
Masyarakat
Masyarakat Kecamatan Pangkalan Susu Masyarakat Kecamatan Geang Anggota HIMPAUDI (Perhimpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini)
Perbankan
Teller dan Customer Service Bank Panin Teller dan Customer Service Bank Central Asia
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 61
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 62
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Di tengah membaiknya perekonomian, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara pada triwulan II 2016 menunjukkan penurunan, meskipun persepsi terhadap triwulan mendatang kembali meningkat. Kesejahteraan penduduk Sumatera Utara pada triwulan II 2016 terindikasi membaik, yang tercermin dari Nilai Tukar Petani dan profil kemiskinan.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 63
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
6.1
Ketenagakerjaan
Di tengah kondisi perekonomian yang membaik, optimisme konsumen terhadap kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara belum membaik, bahkan cenderung kembali menurun. Konsumen masih memandang pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2016, tercermin dari Indeks Ketersediaan lapangan Kerja Saat Ini yang kembali menunjukkan tren penurunan dari 82,8 menjadi 81,1 (Grafik 5.1). Hal ini diperkirakan sejalan dengan kinerja kategori industri pengolahan yang kembali tumbuh melambat.
Beberapa faktor yang diperkirakan mendorong optimisme akan perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan mendatang diantaranya adalah: (1) masih berlanjutnya pemulihan harga komoditas, (2) meningkatnya penyerapan CPO domestik terkait mandatori biodiesel, (3) percepatan pembangunan infrastruktur strategis, serta (4) pembukaan lowongan kerja Pegawai Negeri Sipil.
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Sumut
Grafik 6.2 Indikator Jumlah Karyawan Total Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Provinsi Sumut
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Penurunan ketersediaan lapangan kerja ini juga terkonfimasi dari indikator jumlah karyawan total hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari 3,6 menjadi 3,5 (Grafik 5.2). Sektor dengan penurunan tenaga kerja terdalam adalah sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Hal ini berlawanan dengan kinerja kedua kategori ini yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu. Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison kepada pelaku usaha sektor perkebunan yang melakukan efisiensi ketenagakerjaan dalam bentuk pengurangan ataupun tidak mengganti pegawai yang pensiun. Meskipun demikian, kondisi ketenagakerjaan yang akan datang masih dipandang optimis bahkan lebih baik dari saat ini. Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang yang meningkat dari 85,5 menjadi 94,4. (Grafik 5.1).
6.2 Kesejahteraan Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, kesejahteraan penduduk Sumatera Utara terindikasi membaik, meski belum optimal. Kondisi spasial juga perlu mendapat perhatian mengingat masih terdapat ketimpangan yang cukup tinggi antar perkotaan dan pedesaan. Di tengah penerimaan gaji ke 13, 14 dan THR pada periode laporan, hasil survei menunjukkan konsumen Sumatera Utara masih optimis dalam memandang penghasilan saat ini, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasar Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Sumatera Utara, indeks penghasilan saat ini kembali menurun menjadi 114,2 dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 121,6 (Grafik 5.4). Hal ini diperkirakan sejalan dengan efisiensi tenaga kerja di sektor industri pengolahan sebagaimana disebutkan sebelumnya, dan berkurangnya jam operasional pedagang khususnya restoran selama bulan puasa.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 64
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
NILAI TUKAR PETANI SUMATERA UTARA
Grafik 6.3 Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan
Optimisme masyarakat akan penghasilan saat ini juga sejalan dengan beberapa indikator seperti Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), meski Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) cenderung menurun dan di bawah level optimis (Grafik 5.5).
Grafik 6.4 Indeks Ekspektasi & Keyakinan Konsumen serta Kondisi Ekonomi
Persepsi masyarakat terhadap penghasilannya pada triwulan mendatang justru meningkat. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan yang akan datang. Optimisme ini diperkirakan terkait dengan membaiknya harga komoditas serta meningkatnya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja. Tabel 6.1 Nilai Tukar Petani Indeks
ntp
NTPR
NTPH
NTPP
106 104 100 98 96 94
92 90 88
100.8 100 104 100 100.4 98 105 100 97.8 93 102 98 98.7 97 100 99 100.4 100 96 100 101.1 101 98 101 99.3 96 98 100 99.1 95 101 98 98.5 95 99 96 98.6 96 98 96 97.7 93 93 96 98.1 93 96.5 97 99.3 95 97.4 98 100.6 98 98 98
102
86 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
Sumber: BPS
I
II
2016
Tw-I 2016
Tw-II 2016
99,3
100,5
ilai ukar etani erkebunan akyat ilai ukar etani or kultura ilai ukar etani elayan dan embudidaya kan ilai ukar elayan ilai ukar embudidaya kan ilai ukar etani eternakan ilai ukar etani anaman angan
Kesejahteraan petani pada periode laporan menunjukkan perbaikan dan sudah berada di level optimis. Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan tercatat 100,5, lebih baik dibandingkan dengan capaian triwulan lalu yang tercatat 99,3 (Tabel 6.1). Capaian ini juga telah berada di level indikatif kesejahteraan (NTP=100) yang diduga sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kategori pertanian pada triwulan laporan. Kenaikan NTP pada triwulan laporan didorong kenaikan NTP petani perkebunan, hortikultura, peternakan dan perikanan. Sedangkan NTP petani tanaman pangan mengalami penurunan. NTP petani perkebunan rakyat meningkat menjadi 98,3 dibandingkan triwulan sebelumnya 95,0. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga jual TBS sawit dan karet sebagaimana disebutkan sebelumnya (lihat bab Perkembangan Ekonomi Makro Daerah). NTP perikanan mengalami kenaikan menjadi 98,9 dibandingkan triwulan sebelumnya 98,4. Kenaikan NTP perikanan pada triwulan laporan sejalan dengan inflasi pada beberapa komoditas ikan diantaranya dencis akibat kelangkaan pasokan dan banjir rob di Medan. Selain itu terjadi penurunan biaya produksi seiring dengan turunnya harga bahan bakar solar pada triwulan II 2016. NTP petani tanaman pangan berupa padi dan palawija menurun menjadi 98,3 dibandingkan triwulan sebelumnya 99,3. Penurunan diduga didorong oleh menurunnya tingkat produktivitas
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 65
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
tanaman pangan akibat anomali cuaca yang kurang kondusif terhadap aktivitas tanam dan panen. NTP petani hortikultura meningkat menjadi 98,1 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 96,9. Peningkatan NTP petani hortikultura seiring dengan inflasi komoditas sayur-mayur. Hal ini diperkirakan akibat penurunan produktivitas tanaman sayuran dan hortikultura, terutama untuk komoditas wortel dan kentang, sebagai dampak dari masih berlangsungnya erupsi Gunung Sinabung. Dari seluruh subsektor, hanya subsektor peternakan yang memiliki nilai indeks lebih dari 100 dengan kecenderungan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. NTP peternakan meningkat menjadi 110,4 dari sebelumnya 109,4. Kenaikan NTP peternakan sejalan dengan inflasi pada komoditas daging dan hasil-hasilnya karena meningkatnya permintaan terkait bergesernya puasa dan lebaran ke triwulan II 2016.
Kemiskinan Maret 2016
% Pend.Miskin 10,8
10,4
Kedalaman Keparahan
1,8 0,5
1,9 0,5
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan kembali optimisnya Nilai Tukar Petani, profil kemiskinan Sumatera Utara juga menunjukkan perbaikan. Selama periode September 2015 hingga Maret 2016, jumlah penduduk miskin Sumatera Utara menurun sebesar 0,44% atau 52.150 jiwa dari 1.508.100 jiwa menjadi 1.455.950 jiwa. Secara persentase, penduduk miskin di Sumatera Utara sebesar 10,35%, sedikit menurun dibandingkan sebelumnya sebesar 10,79%, namun lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 10,86%. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2015 – Maret 2016 ditengarai didorong oleh meningkatnya nilai tukar petani, terkendalinya inflasi, dan menurunnya tingkat pengangguran terbuka.
Sumber: BPS Sumut
Grafik 6.5 Penduduk Miskin di Sumatera Utara
Dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera, persentase angka kemiskinan Sumatera Utara berada di posisi kelima setelah Bengkulu (17,32%), Aceh (16,73%), Lampung (14,29%), dan Sumatera Selatan (13,54%).
Sumber: BPS Sumut
Grafik 6.6 Persentase Penduduk Miskin di Sumatera
Grafik 6.7 Penduduk Miskin Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan domisilinya, pada Maret 2016 sebanyak 53% jumlah penduduk miskin Sumatera Utara berdomisili di desa, sisanya 47% berada di perkotaan. Proporsi penduduk miskin di perkotaan cenderung menurun sejak tahun 2014, sedangkan yang di pedesaan cenderung meningkat.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 66
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Sumber: BPS Sumut (diolah)
Grafik 6.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara
Garis kemiskinan merupakan cerminan dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum, baik untuk makanan maupun non makanan. Pada periode Maret 2016, garis kemiskinan wilayah pedesaan mencapai Rp377.748,-per kapita per bulan, sementara di perkotaan sebesar Rp398.408,- per kapita per bulan. Dengan demikian, biaya hidup minimum di perkotaan Sumatera Utara lebih tinggi daripada di wilayah pedesaan. Selain jumlah dan persentase penduduk miskin, hal yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Berbagai kebijakan yang diambil harus bisa sekaligus mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode September 2015 hingga Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Utara menunjukkan kecenderungan menurun. P1 turun dari 1,89 pada September 2015 menjadi 1,77 pada Maret 2016. Sementara P2 turun dari 0,52 pada September 2015 menjadi 0,50 pada Maret 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin berkurang. Pada tahun 2016,selain penyaluran rastra (beras sejahtera) dan dana desa yang merupakan program dari pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mencanangkan beberapa program kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan, diantaranya Pemberdayaan Sosial Keluarga Miskin di Daerah Pesisir/Nelayan/ Pedesaan/Perkotaan, Pembinaan dan Pelatihan Keterampilan Kerja Bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi, Pembinaan dan Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni, dan Pembinaan LKM dan KUBE Fakir Miskin. Dengan pelaksanaan program tersebut, diharapkan dapat menurunkan kemiskinan dan meminimalkan disparitas antar wilayah pedesaan dan perkotaan.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 67
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 68
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kuatnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal dapat dikatakan masih relatif terbatas. Perbaikan perekonomian ini mampu diimbangi dengan realisasi inflasi yang terjaga. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Perkiraan kembali menurunnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sementara tekanan inflasi inti relatif menurun. Meskipun inflasi tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016 masih relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa risiko. Meskipun demikian, tingginya komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah se-Sumatera Utara dalam mencapai realisasi inflasi yang rendah dan stabil mampu mendorong kembali terjangkarnya inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 69
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
7.1
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
S UMUT Tw IV 2016
Optimisme akan perbaikan perekonomian pada triwulan IV 2016 masih cukup kuat. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada 5,0 kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada Tw-I 2016 triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kokohnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal masih relatif terbatas. 145
IEK
IKK
IKE
Batas
135
95 85
PESIMIS
105
OPTIMIS
125 115
75 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sejalan dengan polanya, realisasi konsumsi pemerintah juga diperkirakan membaik. Monitoring realisasi anggaran yang terus dilaksanakan secara intensif diperkirakan dapat mendorong realisasi konsumsi pemerintah.
PROYEKSI PDRB
2015
2016
p mis
p mis
5,6
5,5
esimis
esimis
5,7
5,1
Tw -II 2016
Tw -III 2016
5,2 Tw -IV 2016
Realisasi investasi pada triwulan mendatang diperkirakan terus menguat, sejalan dengan komitmen pemerintah untuk terus menyempurnakan kualitas infrastruktur yang ada. Terus digenjotnya realisasi infrastruktur strategis menjadi stimulus utama akselerasi investasi pada periode mendatang. Beberapa infrastruktur strategis yang masih berlanjut pada triwulan mendatang adalah infrastruktur perhubungan darat, laut serta listrik. Meskipun demikian, proses pengadaan yang relatif terhambat masih membayangi optimalnya realisasi belanja infrastruktur.
Grafik 7.1 Survei Konsumen
Perekonomian domestik pada triwulan IV 2016 diperkirakan masih cukup solid. Puncak periode panen kelapa sawit yang biasanya terjadi pada triwulan IV yang disertai dengan perkiraan adanya panen seiring dengan pergeseran periode panen akibat anomali cuaca diperkirakan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Masih optimisnya ekspektasi masyarakat terhdap perekonomian pada triwulan IV 2016 mendukung masih kuatnya aktivitas konsumsi masyarakat. Meskipun demikian, optimisme masyarakat ini justru diiringi dengan penurunan persepsi akan penjualan pada periode mendatang. 160.0 150.0 140.0 130.0 120.0 110.0
100.0 90.0 80.0
Penghasilan 6 bulan yad Ekonomi 6 bulan yad
70.0
Lapangan kerja 6 bulan yad Batas
60.0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
Penjualan 3 bulan kedepan
180.0
Penjualan 6 bulan kedepan
160.0 140.0 120.0
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 III
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
I
2015
II
III
IV
2016
Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan
Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta juga masih cukup kuat, tercermin dari beberapa kontak liaison yang menyatakan rencananya untuk merealisasikan investasi berupa barang modal pada periode mendatang, antara lain replanting, upaya peningkatan luas lahan beserta produktivitasnya serta pengadaan mesin. Stabilitas politik yang mulai terjaga diiringi dengan dampak paket kebijakan ekonomi pemerintah diharapkan menciptakan daya tarik investasi swasta. Sosialisasi mengenai peraturan pengampunan pajak yang digarap oleh pemerintah diharapkan mampu menepis keragu-raguan swasta dalam merealisasikan rencana investasinya ke depan. Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter serta relaksasi loan to value (LTV) yang dilakukan Bank Indonesia pada
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 70
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Di sisi eksternal, indikasi perbaikan kinerja ekspor masih cukup kuat meski dihadapkan pada beberapa tantangan. Harga komoditas perkebunan terutama CPO sebagai produk unggulan Sumut diperkirakan kembali menurun, sementara harga karet dan kopi diperkirakan terus membaik. Meskipun demikian, sistem kontrak yang diterapkan dalam pembelian komoditas perkebunan dipekirakan mampu menahan menurunnya kinerja ekspor. Tingginya permintaan seiring dengan festival di beberapa negara mitra dagang juga diperkirakan mampu mendorong kinerja ekspor. Adanya perayaan Diwali di India pada Oktober mendatang ditengah masih belum pulihnya kapabilitas produksi dalam negeri diperkirakan masih mendorong kinerja ekspor. Sementara itu, pelaksanaan Festival Kue Bulan di Tiongkok pada bulan September juga mendorong kinerja ekspor. Kembali tingginya harga kedelai sementara permintaan melonjak meningkatkan preferensi akan kelapa sawit meski industri peternakan di Tiongkok sedang digencarkan. Masih baiknya kinerja ekspor juga didorong oleh meningkatnya permintaan domestik. Konsumsi biodiesel yang terus meningkat yang tercermin dari komitmen kontrak pengadaan biodiesel yang akan disalurkan pada bulan Mei-Oktober 201616, diperkirakan akan menopang kinerja ekspor. Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan Harga Tw IV 2016 Harga Tw III 2016 Komoditas (%, yoy) (%, yoy) Kelapa Sawit 10 8 Karet 12 18 Kopi 24 51 Sumber: IMF Edisi Juli 2016, diolah
Ekspektasi akan membaiknya harga karet di pasar internasional didorong oleh adanya kesepakatan antara International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk membatasi volume ekspor untuk periode Maret-Agustus 2016. Selain itu pembentukan Regional Rubber Market (RRM) yang di-launching pada April lalu diharapkan mampu mendorong kinerja
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume
perkebunan karet. Selain itu, adanya wacana penyerapan karet dalam produk infrastruktur hingga 15-20% untuk aspal pada tahun 2017 mendatang akan mendorong kinerja karet. Lebih lanjut, adanya kegiatan promosi dagang ke negara-negara Timur Tengah terutama Turki dapat mendorong penetrasi pasar baru untuk komoditas ekspor Sumatera Utara. Adanya kebijakan pemerintah Tiongkok untuk memotong bea masuk dan bea keluar beberapa komoditas untuk menstimulasi konsumsi domestiknya diperkirakan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Sumatera Utara. Pengurangan pajak ekspor oleh Tiongkok akan menyebabkan harga barang impor dari Tiongkok lebih murah, sehingga diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi. Sementara itu, pengurangan pajak impor diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia dari produk lokal. 59
US
China
India
Jepang
Batas
57
EKSPANSI
dapat
55 53 51
KONTRAKSI
beberapa periode lalu diperkirakan menstimulus investasi rumah tangga.
49 47 45 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
III
2016
Grafik 7.4 Purchasing Manager Index
Mulai membaiknya persepsi terhadap kelapa sawit di pasar internasional juga diperkirakan mampu meningkatkan permintaan kelapa sawit kedepannya. Dibatalkannya rencana penerapan pajak progresif pemerintah Prancis diharapkan mampu memulihkan dampak Black Campign kelapa sawit yang menyeruak dalam beberapa tahun kebelakang. Sementara itu, prospek akan perbaikan permintaan global masih ada. Mulai beranjaknya geliat industri manufaktur Tiongkok dari episode kontraksi diharapkan berlanjut pada periode mendatang.
Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 71
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Dari sisi penawaran, perbaikan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan didukung oleh masih baiknya kinerja seluruh kategori unggulan, baik itu kategori Pertanian, kategori Konstruksi, kategori Industri Pengolahan maupun kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Masuknya periode puncak produksi kelapa sawit pada triwulan IV 2016 mendorong kinerja kategori Pertanian. Seiring dengan kembali melimpahnya pasokan kelapa sawit, harga diperkirakan kembali menurun sehingga kinerja subkategori perkebunan dapat dikatakan belum optimal. Adanya pergeseran periode panen tanaman pangan juga turut mendorong kinerja kategori Pertanian yang lebih baik. Berlanjutnya proyek infrastruktur strategis menjadi pemicu utama membaiknya kinerja kategori Konstruksi pada periode mendatang. Realisasi pembangunan yang terus digenjot mendorong tingginya realisasi konstruksi. Beberapa proyek infrastruktur strategis yang masih berlanjut adalah revitalisasi Pelabuhan Belawan, pembangunan Terminal Multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung, Tol Trans Sumatera serta beberapa proyek pendukung lainnya. Secara umum, proyek-proyek infrastruktur tersebut berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan (on schedule). Terlambatnya proses pengadaan proyek infrastruktur pemerintah daerah yang diperkirakan baru rampung memasuki pertengahan semester II 2016 diperkirakan semakin menggenjot kinerja konstruksi pada triwulan IV 2016 seiring dengan keharusan penyelesaian pekerjaan sebelum tahun anggaran berakhir. Dengan demikian, kinerja konstruksi pada triwulan IV 2016 diperkirakan semakin terakselerasi. Adanya perayaan HBKN dan persiapan liburan sekolah maupun tahun baru mendorong kinerja perdagangan Besar dan Eceran. Tingginya konsumsi masyarakat serta kebutuhan akan moda transportasi meningkatkan permintaan akan suku cadang. Meskipun demikian, optimisme para pelaku ritel terhadap penjualan masih terbatas sejalan dengan perbaikan permintaan masyarakat yang masih lambat. Penguatan nilai tukar yang terus berlanjut diharapkan mampu mendorong kinerja kategori ini.
Tingginya permintaan domestik terkait dengan kontrak biodiesel serta konsumsi masyarakat yang diiringi dengan perbaikan permintaan luar negeri seiring dengan perayaan festival di beberapa negara mitra dagang mendorong kinerja Industri Pengolahan. Adanya pemenuhan kontrak biodiesel serta sistem kontrak penjualan juga turut menjaga kinerja kategori Industri Pengolahan. Pasokan listrik yang mulai memadai diharapkan mampu mendukung kinerja industri pengolahan. Sementara itu, rencana penurunan tarif listrik yang akan efektif per bulan September 2016 juga diharapkan menjadi insentif bagi industri pengolahan dalam efisiensi biaya produksi ke depan. Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2016 masih diperkirakan membaik dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada kisaran 5,1%-5,5%, yang disebabkan oleh perbaikan permintaan domestik yang semakin semakin solid serta kinerja net ekspor yang semakin membaik khususnya memasuki semester II 2016. Konsumsi rumah tangga yang kuat masih menjadi penyumbang utama akselerasi perekonomian pada tahun 2016. Upaya Pemerintah untuk memperbaiki kualitas infrastruktur yang memadai juga memberikan dukungan terhadap potensi tetap kuatnya permintaan domestik dari sisi investasi. Realisasi proyek infrastruktur yang tepat waktu menciptakan persepsi positif akan iklim investasi di Sumatera Utara. Beberapa paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah sepanjang tahun 2015-2016 juga semakin mendorong persepsi positif terhadap investor. Hal tersebut juga diakomodasi oleh reformasi birokrasi yang terus diupayakan oleh pemerintah. Pembiayaan yang memadai juga menunjang realisasi investasi pada periode mendatang. Optimisme akan adanya perbaikan kinerja net ekspor tidak lepas dari perkiraan akan mulai membaiknya harga komoditas internasional terutama memasuki semester kedua tahun 2016.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 72
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
7.1 Prospek Inflasi
yoy
juta ton Volume
120
Growth
100
200.0% 150.0%
80
100.0%
49.4% 60
50.0%
0.6%
40
Tw-IV 2016
4,5 ± 0,5% ( ,yoy)
PROYEKSI INFLASI
Inflasi Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 4,5 ± 0,5% (yoy). Perkiraan kembali terjaganya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan tekanan inflasi kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sementara tekanan inflasi inti relatif menurun. Meskipun inflasi tahun kalender Sumatera Utara hingga bulan Juli 2016 masih relatif rendah, yaitu 2,2% (yoy), namun inflasi Sumatera Utara masih dihadapkan pada beberapa risiko. Meskipun demikian, koordinasi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah melalui forum TPI/TPID yang telah berjalan dengan baik dan terus ditingkatkan diperkirakan akan dapat menjaga stabilitas inflasi. Tekanan inflasi kelompok Volatile Foods pada triwulan IV 2016 diperkirakan menurun. Pergeseran periode tanam pada triwulan III mendorong kembali primanya pasokan tanaman pangan pada triwulan IV 2016. Selain itu, permasalahan rendahnya kualitas benih yang digunakan petani diharapkan tidak lagi terjadi pada periode mendatang. Disalurkannya bantuan benih padi, jagung dan kedelai (pajale) terutama di beberapa sentra produksi padi, jagung dan kedelai di Sumatera Utara. Tingginya komitmen Pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan juga mencadi pemacu suksesnya kegiatan panen pada periode mendatang. Komitmen tersebut dilakukan dalam bentuk pendampingan maupun penyaluran pupuk bersubsidi yang lebih deras. Hal tersebut tercermin dari realisasi penyaluran pupuk bersubsidi pada triwulan II 2016 yang tercatat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan historisnya. TPID Provinsi Sumatera Utara melalui BULOG juga berupaya untuk mengendalikan peningkatan tekanan inflasi pada akhir tahun. Hal tersebut tercermin dari masih primanya stok beras di Sumatera Utara.
0.0%
-26.9% 20
48 104 66 42 34 18 17 13 35 26 22 31 50 24 22 30 28 16 31 17 29 24 23
dm ri es ( , yoy)
-
-50.0% -100.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011
2012
2013
2014
2015
2016
Data triwulan III 2016 ada data stok pada bulan Juli 2016 Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah
Grafik 7.5 Stock Beras BULOG
Perkiraan kembali normalnya cuaca memasuki triwulan III 2016 diperkirakan mampu menjaga kondusifitas kategori Pertanian. Cuaca diperkirakan berkisar antara normal hingga sedikit di atas normal sehingga aktivitas tanam maupun distribusi cukup kondusif. Tingginya intensi pemerintah untuk terus mengupayakan penyempurnaan konektivitas perhubungan diperkirakan mampu menjaga tekanan inflasi dari sisi distribusi.
Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan
Gambar 7.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Juli 2016
Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan
Gambar 7.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan Agustus 2016
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 73
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 kenaikan tekanan inflasi dari kelompok Administered Prices juga didorong oleh mundurnya rencana pemerintah untuk melakukan migrasi pelanggan listrik ke tahun 2017. Meskipun demikian, komitmen Pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat melalui rokok dituangkan dalam rencana kenaikan cukai rokok. Dengan demikian, hal ini juga turut diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi dari kelompok Administered Prices. Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan
Gambar 7.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan September 2016
Meksipun demikian, terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh pada perkembangan inflasi kelompok Volatile Foods. Kembali erupsinya Gunung Sinabung pada bulan Mei 2016 lalu juga turut menyebabkan belum optimalnya aktivitas tanam dan panen tanaman sayuran dan hortikultura hingga beberapa bulan ke depan. Peningkatan harga Days Old Chicken sejak akhir Juli 2016 juga turut mewarnai risiko tekanan inflasi pada akhir tahun 2016. Adanya peningkatan harga ini didorong oleh adanya kebijakan pembatasan kuota bibit ayam pada beberapa periode lalu. Meski menimbulkan inflasi dalam jangka pendek, adanya pembatasan ini diharapkan mampu mendorong stabilisasi harga terkait dengan terjaganya keberlangsungan pasokan disamping dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.
Seiring dengan perkiraan membaiknya daya beli masyarakat, tekanan inflasi inti diperkirakan meningkat. Periode puncak produksi kelapa sawit yang pada umumnya terjadi pada triwulan IV yang disertai dengan perkirakan harga komoditas yang terus membaik mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, tingginya permintaan semen yang biasanya terjadi pada akhir tahun yang diiringi dengan tingginya permintaan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur juga meningkatkan tekanan inflasi Administered Prices. SK (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 3 bln yad)
210.0
SK (Perub Hrg 6 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)
190.0 170.0 150.0 130.0 110.0
Risiko kenaikan tekanan inflasi juga berasal dari kendala kelancaran distribusi perdagangan antar wilayah. Produktivitas tanaman padi di Sulawesi Selatan dan Jawa selaku daerah utama pemasok komoditas pangan Sumatera Utara pada periode tertentu terancam menurun seiring dengan terjadinya La Nina sebagai dampak lanjutan dari El Nino hebat pada tahun 2015 lalu. Curah hujan yang relatif tinggi dengan adanya La Nina ini juga diperkirakan turut berpengaruh pada produktivitas tanaman bawang merah di Provinsi Jawa tengah. Penurunan tekanan inflasi juga diperkirakan terjadi pada kelompok Administered Prices. Pergerakan harga minyak dunia yang masih relatif rendah menurunkan risiko kenaikan tekanan inflasi pada triwulan IV 2016. Pergerakan harga minyak dunia yang rendah mendorong kembali disesuaikannya harga BBM non subsidi serta tarif listrik per Agustus 2016. Selain itu, hal ini juga mengurangi risiko penyesuaian harga BBM bersubsidi pada periode mendatang. Rendahnya risiko
90.0 III
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
IV
2016
Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga
Meskipun meningkat, tekanan inflasi pada periode mendatang diperkirakan masih dalam level yang terkendali. Masih berlanjutnya penguatan nilai tukar diperkirakan dapat menahan peningkatan tekanan inflasi inti pada periode mendatang. Begitu juga dengan ekspektasi masyarakat yang semakin terkelola dengan baik. Perkembangan ekspektasi terkini menunjukkan kenaikan ekspektasi inflasi di level konsumen yang justru diiringi dengan penurunan ekspektasi inflasi pada level produsen. Secara keseluruhan tahun, tekanan inflasi Sumatera Utara tahun 2016 diperkirakan 4,5 ± 0,5% (yoy), meningkat dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan tekanan inflasi ini terjadi seiring dengan perkiraan akan membaiknya perekonomian pada
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 74
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 tahun 2016 ini yang mendorong daya beli masyarakat. Tekanan inflasi dari seluruh kelompok disagreasi diperkirakan meningkat. Meskipun demikian, peningkatan tekanan inflasi ini diperkirakan masih dalam level yang terkendali sehingga masih terjangkar pada sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
7.2 Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Pertumbuhan Ekonomi Indikasi perbaikan perekonomian yang terus berlanjut masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama dari sisi eksternal yang belum menunjukkan perbaikan secara fundamental. Dengan demikian, diperlukan penguatan perekonomian dari sisi domestik yang dapat didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa langkah dan rekomendasi di antaranya adalah: a. Mengintensifkan monitoring realisasi APBD dan APBN se-Provinsi Sumatera Utara. b. Melakukan percepatan finalisasi RTRW Provinsi Sumatera Utara. Koordinasi secara terbuka dan efektif dengan stakeholder dan pemerintah pusat dalam menanggulangi dampak terhambatnya pengesahan RTRW juga perlu ditingkatkan. c. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka penguatan permintaan domestik melalui aktivitas konsumsi seperti event pariwisata melalui media pemasaran yang massive dan terpusat serta penciptaan budaya masyarakat pariwisata. d. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim investasi di Sumatera Utara kepada investor dan masyarakat luas melalui publikasi perkembangan kemajuan pembangunan infrastruktur melalui media komunikasi yang lebih luas dan terpusat dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi (Regional Investor Relation Unit/RIRU). e. Penguatan ekonomi kerakyatan melalui UMKM yang mengoptimalkan potensi lokal. f. Menyempurnakan program pengembangan SDM yang didasarkan pada potensi perekonomian daerah. g. Peningkatan efisiensi transaksi keuangan melalui elektronifikasi.
Pengendalian Inflasi Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk pengendalian inflasi tetap terkendali, diantaranya: a. Meningkatkan koordinasi TPID dalam mengendalikan fluktuasi harga komoditas pangan yang bergejolak serta pengendalian ekspektasi inflasi yang umumnya meningkat seiring dengan persiapan pelaksanaan HBKN. b. Meningkatkan program pendampingan dan pembinaan kelompok petani terkait optimalisasi produktivitas tanaman serta mendorong petani “melek” risiko saat periode tanam/panen tertentu. c. Melanjutkan program peningkatan produksi pangan maupun diversifikasi konsumsi masyarakat melalui komunikasi yang lebih intensif. d. Melakukan percepatan pembangunan infrastruktur perhubungan untuk mendukung kelancaran distribusi barang. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kemudahan perizinan, pengadaan lahan maupun penguatan komunikasi dengan masyarakat. Hal ini juga penting untuk meningkatkan perdagangan antar wilayah. e. Mendukung peningkatan kapabilitas UMKM yang bergerak dalam industri pangan untuk meredam fluktuasi harga akibat panen. f. Sosialisasi yang lebih intensif mengenai program sertifikasi lahan pertanian dan skema pembiayaan petani untuk meningkatkan akses pembiayaan.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 75
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)
LAMPIRAN 76
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)
LAMPIRAN 77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
DAFTAR ISTILAH Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet.
DAFTAR ISTILAH 78
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah
DAFTAR ISTILAH 79
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016 NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).
DAFTAR ISTILAH 80
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Agustus 2016
Editor
Departemen Regional 1 Divisi Asesmen dan Advisory:
Budi Trisnanto
Kontributor
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara Tim Asesmen dan Advisory:
Demina R. Sitepu Nur Fikriyah Dzakiyah Fika Habbina
Tim Data dan SEKDA:
Elian Ciptono Fadli Putra
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara Tim Asesmen dan Advisory Telp. 061-4150500 Fax. 061-4534760
DAFTAR ISTILAH 81