IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan bahwa usaha bakso di Kota Bogor mudah ditemui diberbagai tempat sehingga memiliki prospek yang baik bagi iklim usaha makanan dengan melihat banyaknya para pelaku usaha yang bergerak dalam usaha ini baik masih dalam usaha kecil, menengah dan skala besar, sehingga peneliti berkeinginan mengetahui karakteristik yang dimiliki pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling serta pendapatan yang dihasilkan oleh pedagang bakso di Kota Bogor khususnya yang termasuk kriteria Usaha Kecil Menengah. Pengambilan data dilapang dilakukan pada bulan September-November 2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari observasi langsung, pengisian kuisioner dan wawancara dengan pedagang bakso. Pedagang bakso disini terbagi dua, yakni pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan di lapang, wawancara kepada pihak yang berkepentingan. Data primer juga diperoleh dengan cara pengisian kuisioner yang akan diisi oleh pedagang bakso. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dapat disifatkan sebagai proses interaksi dan komunikasi, dimana beberapa unsur yang terkait dengan wawancara dapat mempengaruhi atau menentukan hasil wawancara. Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara secara lisan, terbuka, dengan harapan bahwa responden dapat secara terus-menerus dapat mengungkapkan hal-hal yang ditanyakan serta dengan beberapa pertanyaan tertutup. Data sekunder diperoleh dari pustaka, literatur, skripsi, dan buku yang relevan dengan penelitian ini, juga dari Badan Pusat
43
Statistik (BPS), Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, Internet, LSI serta literatur yang relevan dengan penelitian. 4.3. Metode Pengambilan Sampel Sampel adalah pedagang bakso di daerah Kotamadya Bogor khususnya daerah yang ramai dijadikan lokasi berjualan pedagang bakso. Jika pemilihan individu dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi, maka sampel tersebut dinamakan judgment sample (Nazir, 2005). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
sengaja
dengan metode Judgement sampling, karena
mempertimbangkan kegiatan usaha di sektor informal banyak berkembang, khususnya kegiatan usaha dagang bakso di daerah tersebut. Oleh karena itu pengambilan sampel pedagang bakso dilakukan di kawasan pusat perdagangan, terminal, daerah pemukiman dan pendidikan di daerah Kotamadya Bogor. Responden dalam penelitian ini dipilih secara sengaja sebanyak 30 pedagang bakso, terdiri dari 15 orang pedagang bakso keliling dan 15 orang pedagang mangkal (menetap). Jumlah ini dipandang cukup atas dasar pertimbangan jumlah pedagang di lapangan yang tidak ada, dan kualitas informasi yang dipentingkan, serta jumlah responden tersebut telah memenuhi batas minimal jumlah responden dalam penelitian yaitu 30 responden yang mana jumlah responden tersebut dikategorikan sudah cukup besar. Responden tersebut untuk dianalisis karakteristik pedagang bakso dan mengetahui berapa pendapatan dari usaha tersebut, dan menganalisis masalah atau tantangan yang dihadapi pedagang dalam usaha ini. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis, sehingga memberikan penjelasan yang terperinci. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis tabulasi deskriptif, analisis total penerimaan usaha, analisis biaya total yang dikeluarkan, dan R/C rasio. Analisis penerimaan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian yaitu analisis pendapatan. Metode pengolahan data yang akan digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian No 1
2
Data Jenis Sumber Identifikasi karakteristik Waktu Survei pedagang berdirinya usaha,umur pedagang, pasar, bahan baku, tenaga kerja, modal, manajemen. Analisis pendapatan Jumlah produksi, Survei usaha biaya produksi, penerimaan usaha Tujuan Penelitian
Metode Analisis Tabulasi & Deskriptif
- Analisis Penerimaan - Total biaya - R/C rasio - MannWhithney
4.4.1. Tabulasi dan Deskriptif Pengukuran karakteristik responden pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling dilakukan dengan menggunakan tabulasi deskriptif. Tabulasi deskriptif berisikan data mengenai karakteristik usaha bakso, lama usaha, proses produksi, pasar, penyediaan bahan baku, tenaga kerja, permodalan dan manajemen usaha serta analisis karakteristik responden. Data tentang karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama, ditabulasikan kemudian dipersentasikan. Persentase terbesar merupakan faktor-faktor yang dominan dari masing-masing atribut yang dimiliki. 4.4.2. Analisis Biaya Biaya merupakan faktor yang sangat penting karena setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan mengurangi laba usaha. Biaya-biaya yang dianalisis dalam usaha ini antara lain biaya tetap dan biaya variabel. a) Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi. Komponen biaya tetap yang dianalisis pada usaha bakso antara lain gerobak/tempat, kompor, dandang, mangkok, sendok, garpu, ember, tempat bumbu dan lap.
b) Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel yang dianalisis pada usaha bakso adalah mie, bihun, bumbu, biaya minyak tanah/gas, biaya pemeliharaan, biaya transportasi, plastik dan karet. Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam suatu usaha dihitung berdasarkan metode garis lurus (Stright Line Method) atau rata-rata, yaitu nilai pembelian dikurangi tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai akhir dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual. 4.4.3. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Analisis pendapatan dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha bakso sesuai dengan kapasitas produksi perpedagang. Analisis pendapatan ini untuk menganalisis pendapatan pedagang bakso keliling dan pendapatan pedagang bakso mangkal. Khusus untuk pedagang mangkal dianalisis berdasarkan tiga kategori yaitu pedagang bakso mangkal dengan pendapatan di bawah 25 juta rupiah, pendapatan pedagang bakso mangkal dari 25 juta hingga 50 juta rupiah dan pendapatan pedagang bakso mangkal di atas 50 juta. Total penerimaan adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perhitungan keuntungan usaha atas biaya total secara matematis adalah sebagai berikut:
= TR – TB Keterangan:
= keuntungan
TR
= penerimaan total usaha
TB
= total biaya (total biaya variabel dan total biaya tetap) Menurut Hernanto dalam Syukron (2009), analisis keuntungan usaha
selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Untuk mengetahui efisiensi suatu usaha terhadap penggunaan suatu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan yang
diterima usaha bakso dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi 4.4.4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah: R/C rasio = Kriteria yang digunakan: R/C > 1 maka usaha bakso tersebut menguntungkan R/C < 1 maka usaha bakso tersebut tidak menguntungkan R/C = 1, Usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) 4.4.5. Uji Mann-Whithney Tingkat pendapatan yang berbeda antara pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling mendapatkan efisiensi yang berbeda. Sehingga peneliti membandingkan efisiensi yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut dengan melakukan penilaian perbandingan R/C rasio yang didapatkan oleh pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling. Metode yang digunakan untuk membandingkan tingkat R/C rasio pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling digunakan dengan melakukan uji Mann-Whithney. Tingkat R/C
rasio pedagang mangkal apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan pedagang bakso keliling. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji Mann-Whithney. Uji tersebut menggunakan hipotesis: H0 = Median Y di kedua populasi tidak berbeda. H1 = Median Y di populasi 1 > daripada di populasi 2. Pengambilan keputusan uji Mann-Whithney adalah: .
Jika Nilai
.(
)
<α
Maka dinyatakan tolak H0 pada taraf nyata α. Untuk menguji hipotesa tersebut, digunakan statistik uji sebagai berikut: (
Z = [(
(
)
)
) (
(
(∑ )(
∑ ) )
)]
Dimana: n1
= Ukuran sampel dari populasi pedagang bakso mangkal
n2
= Ukuran sampel dari populasi pedagang bakso keliling
R1
= Jumlah rank dari sampel yang berukuran n1
t
= Banyak angka sama untuk rank tertentu
∑
= Jumlahkan untuk seluruh kasus angka sama Untuk ukuran sampel besar, statistik Zhit menyebar normal baku (Z), pada
output SPSS tersaji Exact.Sig (2*(1-tailed Sig), yang mengukur besar peluang (|Zhit|>Z). untuk taraf nyata α, dari Tabel Z, dapat diperoleh nilai Zα. Apabila .
.(
)
< α atau |Zhit|>Zα maka disimpulkan tolak H0, bila
sebaliknya terima H0 pada taraf nyata α. 4.5. Definisi Operasional 1. Bakso adalah daging sapi yang dihaluskan, dicampur bumbu dan tepung, dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng atau lebih besar. Bakso yang dianalisis dalam penelitian ini adalah dalam bentuk penyajiannya dan spesifik hanya bakso sapi. 2. Usaha sektor informal adalah usaha berskala kecil yang kegiatannya mencakup aspek produksi atau hanya pemasaran barang dan jasa dengan
tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan keluarga. 3. Dunia usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 4. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur undang-undang 5. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. 6. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukanmerupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur undang-undang. 7. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah. 8. Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya. 9. Bahan baku adalah input yang digunakan untuk membuat bakso.
10. Tenaga kerja, jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang diperkerjakan dalam usaha bakso per periode. Jumlah tenaga kerja tersebut diukur dalam satuan orang. 11. Pedagang bakso sapi keliling adalah pedagang bakso sapi di Kota Bogor yang menjajakan
dagangannya
dengan
berkeliling,
mengunjungi
langsung
konsumennya dan merupakan usaha sendiri. Alat yang digunakan untuk berjualan berupa gerobak dorong. 12. Pedagang bakso sapi mangkal adalah pedagang bakso sapi di Kota Bogor yang berjualan secara mangkal. Sifatnya kaki lima atau mangkal di rumah sendiri atau kontrakan. 13. Pendapatan pedagang bakso sapi adalah selisih antara total penerimaan yang diterima oleh pedagang bakso sapi dengan total pengeluaran yang dikeluarkannya untuk berdagang bakso sapi. Total penerimaan dihitung berdasarkan jumlah uang tunai yang diperolehnya. Sedangkan total pengeluaran diperoleh dari semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh pedagang bakso sapi yang meliputi pengeluaran untuk membeli peralatan, bahan baku bakso, gas dan lainnya, juga pengeluaran untuk transportasi membeli bahan dari pemasok/pasar. Satuan yang digunakan untuk menghitung pendapatan ini adalah rupiah/bulan. 14. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan intensitas volume kegiatan. Komponen biaya tetap antara lain sewa tempat, penyusutan alat, biaya pemeliharaan alat, gaji tenaga kerja. 15. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada skala produksi. Komponen biaya variabel antara lain adalah biaya bahan baku, bahan pelengkap, pembungkus, biaya gas dan biaya transportasi. 16. R/C rasio adalah perbandingan antara biaya usaha yang dikeluarkan dengan penerimaan yang dihasilkan usaha. 17. Pendidikan pedagang bakso adalah lamanya pendidikan formal (sekolah) yang dijalani pedagang bakso sapi selama hidupnya, yang digunakan dalam perhitungannya adalah tahun.
18. Pengalaman usaha adalah lamanya pedagang bakso sapi tersebut pernah bekerja di bidang pekerjaan yang sama yaitu berdagang bakso sapi, satuan yang digunakan dalam perhitungan adalah tahun. 19. Lokasi usaha adalah tempat dimana pedagang bakso sapi menjual dagangannya.