IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa badan usaha ini merupakan anggota rantai pasok beras organik yang memproduksi beras organik dan terletak di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2012.
4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui metode pengumpulan data tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian oleh peneliti sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan berdasarkan hasil studi pustaka dalam rangka tidak menjawab pertanyaan penelitian. Data primer yang dihimpun adalah data karakteristik responden, kondisi rantai pasok, harga di setiap anggota rantai pasok beras organik, biaya produksi Tani Sejahtera Farm, nilai output dan input pada setiap anggota rantai pasok beras organik serta jumlah permintaan yang dihadapi Tani Sejatera Farm dalam setahun. Data-data tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara yang dipandu oleh kuisioner dengan maksud agar dapat memperoleh informasi yang mendukung penelitian. Pengamatan langsung dilakukan untuk menganalisis kondisi rantai pasok beras organik secara deskriptif. Kuisioner yang digunakan berisikan pertanyaan-pertanyaan relevan dengan tujuan penelitian. Kuisioner tidak diberikan kepada responden secara langsung, tetapi peneliti akan menggunakan kuisioner pada saat mewawancarai responden agar tidak terjadi salah paham dalam pemahaman pertanyaan. Seluruh data primer diperoleh dari anggota rantai pasok beras organik, yaitu petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan ritel produk organik. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data diperoleh melalui penelusuran literatur dan data-data relevan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah atau
instansi terkait guna membantu mendukung ketersediaan data. Seluruh data sekunder digunakan untuk melihat bagaimana kondisi pertanian di Indonesia dan perkembangan pertanian organik. Data yang dibutuhkan adalah data time series, yaitu luas lahan untuk pertanian organik dan perkiraan emisi gas CH4 dari lahan sawah di Indonesia. Data tersebut menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan.
4.3. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil sampel yang dapat mewakili populasi sebenarnya dalam penentuan kesimpulan penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling, yaitu metode yang tidak memberikan peluang yang sama terhadap seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel. Penentuan sampel pertama kali dalam analisis rantai pasok beras organik dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu Tani Sejahtera Farm. Kemudian, sampel selanjutnya ditentukan dengan metode snowball sampling dimana sampel diperoleh berdasarkan informasi dari responden sebelumnya yaitu Tani Sejahtera Farm dengan mengikuti alur pasok beras organik mulai dari pemasok hingga konsumen akhir. Sampel terdiri dari anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm, seluruh petani mitra dan ritel yang memasarkan produk beras organik kepada konsumen akhir. Seluruh sampel dalam penelitian ini berjumlah empat belas sampel, yaitu sebelas petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan dua ritel produk organik.
4.4. Matode Pengolahan Data Penelitian ini membutuhkan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan data sekunder. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN). Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan kalkulator dan software komputer, Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif rantai pasok. Kinerja rantai pasok diukur dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Analisis nilai tambah juga dilakukan untuk mengetahui kontribusi perolehan setiap
anggota dalam penciptaan pemerolehan nilai tambah rantai pasok beras organik. Kemudian dilanjutkan dengan analisis pengendalian persediaan untuk mengetahui berapa besar ukuran-ukuran persediaan yang harus ditetapkan Tani Sejahtera Farm.
4.4.1. Analisis Deskriptif Rantai Pasok Model rantai pasok beras organik dianalisis dengan menggunakan metode pengembangan rantai pasok yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper kemudian dimodifikasi oleh Van der Vorst (Vorst 2006). Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 9. Setiap bagian dalam kerangka tersebut dianalisis secara deskriptif tetapi tidak pada kinerja rantai. Kinerja rantai pasok akan dianalisis dan diukur secara kuantitatif melalui indikator efisiensi pemasaran dan efisiensi pengelolaan asset. Struktur Rantai Pasok
Sasaran Rantai Pasok
Manajemen Rantai Pasok
Proses Bisnis Rantai Pasok
Kinerja Rantai Pasok Rantai
Sumber Daya Rantai Pasok Gambar 9. Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok Su mber : Van der Vo rst 2006
Pada Kerangka FSCN, terdapat garis hubung yang menghubungi setiap elemen. Terdapat garis hubung yang satu arah dan dua arah. Garis hubung satu arah menandakan bahwa satu elemen mempengaruhi elemen lainnya. Garis hubung dua arah menandakan bahwa terdapat hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Misalnya antara elemen sasaran rantai pasok dan manajemen rantai pasok, sasaran yang ditetapkan sebuah rantai pasok akan mempengaruhi bagaimana proses manajemen yang diterapkan di dalam rantai pasok. Manajemen
rantai pasok tidak mempengaruhi sasaran karena sasaran lebih dulu ditetapkan sebuah rantai pasok.
Penerapan
manajemen dalam rantai pasok akan
mempengaruhi proses bisnis yang terjadi antar anggota rantai pasok dan sebaliknya, proses bisnis yang terjadi juga akan mempengaruhi manajemen yang bagaimana yang akan diterapkan sebuah rantai pasok. Keenam elemen dalam Kerangka FSCN yaitu : 1)
Sasaran Rantai Pasok Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model rantai pasok berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan seperti siapa pelanggan, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam : (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, dan (3) optimalisasi rantai atau komb inasi di antara tiga hal tersebut. Sasaran Pengembangan Target atau objek di dalam rantai pasok yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai pasok beras organik dirancang secara bersama oleh pelaku rantai pasok. Bentuk sasaran dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok.
2)
Struktur Rantai Pasok Struktur rantai pasok akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu (1) anggota rantai dan aliran komoditas atau menjabarkan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasok dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasok dan (2) entitas rantai pasok atau elemen-elemen di dalam rantai pasok yang mampu menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder, dan situasi persaingan.
3)
Manajemen Rantai Pasok Manajemen rantai pasok menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan rantai pasok yang memfasilitasi proses
pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasok dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dalam rantai pasok guna meningkatkan kinerja rantai pasok. Tujuannya adalah untuk mengetahui pihak mana yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama dalam rantai pasok. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasok dan memiliki kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Beberapa hal yang perlu dikaji adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual dan sistem transaksi, dukungan pemerintah serta kolaborasi rantai pasok. 4)
Sumber Daya Rantai Pasok Setiap anggota rantai pasok memiliki potensi sumber daya untuk mendukung upaya pengembangan rantai pasok. Sumber daya rantai yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, manusia, dan permodalan.
5)
Proses Bisnis Rantai Pasok Proses bisnis rantai pasok menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasok dalam rangka mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasok sudah terintegrasi satu sama lain dengan setiap anggota rantai pasok dan apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak serta menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasok yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai pasok dapat ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasok, pola distribusi, anggota rantai pendukung, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif, jaminan identitas merek, aspek risiko, dan proses membangun kepercayaan.
6)
Kinerja Rantai Pasok Setelah kelima elemen sebelumnya dianalisis secara deskriptif, kinerja rantai pasok kemudian dinilai untuk mencapai tujuan akhir rantai pasok, yaitu memenuhi kepuasan konsumen dan memuaskan seluruh anggota rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset.
4.4.2. Pengukuran Kine rja Rantai Pasok 4.4.2.1 Efisiensi Pemasaran Analisis efisiensi pemasaran dapat diukur untuk mengetahui efisiensi dalam rantai pasok karena di dalam rantai pasok terdapat kegiatan pemasaran yang dapat mencerminkan tingkat efisiensi sebuah rantai pasok. Analisis efisiensi pemasaran diawali dengan identifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran beras organik. Pada penelitian kali ini, analisis efisiensi pemasaran dilakukan hanya dengan pendekatan indikator efisiensi operasional. Efisiensi pemasaran beras organik berdasarkan indikator efisie nsi operasional dapat dilihat dari pengukuran margin pemasaran dan farmer’s share. Margin Pe masaran Analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran yang membuat harga produk semakin naik dan berbeda antara lembaga pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran lainnya. Margin pemasaran mencerminkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing- masing lembaga pemasaran. Hal tersebut dikarenakan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran juga berbeda, tergantung dari fungsi pemasaran yang dilakukan. Terdapat tiga fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan fungsi yang mencakup perpindahan hak milik barang atau jasa. Fungsi ini terdiri atas fungsi pembelian, penjualan, dan pengumpulan. Fungsi fisik
merupakan fungsi yang mencakup aktivitas
penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari komoditas pe rtanian. Fungsi ini mencakup fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang mencakup aktivitas yang memperlancar atau sebagai perantara antara fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas mencakup fungsi standardisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, dan fungsi
intelijen
pasar
seperti
mengumpulkan,
mengintepretasikan,
dan
menyebarkan informasi pasar. Margin pemasaran beras organik dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dan harga beli pada setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras organik atau penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan dan
keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Margin pemasaran secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Kohls & Uhl 2002) : Mi = Psi – Pbi Mi = Ci + πi Psi – Pbi = Ci + πi Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke- i adalah : Πi = Psi – Pbi – Ci Maka besarnya margin pemasaran total adalah : MT = Σ Mi Keterangan : Mi Psi Pbi Ci Πi MT i
= Margin pemasaran pada pasar tingkat ke- i = Harga jual pada pasar tingkat ke-i = Harga beli pada pasar tingkat ke-i = Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i = Margin total = 1, 2, 3, ….., n
Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan indikator efisiensi pemasaran yang diukur untuk mengetahui apakah bagian yang diterima oleh petani sesuai atau tidak dengan harga yang dibayar konsumen akhir. Farmer’s share berkebalikan dengan margin pemasaran. Jika margin pemasaran rendah, maka bagian yang diterima oleh petani atau farmer’s share tinggi dan sebaliknya. Secara matematis, farmer’s share dirumuskan sebagai berikut (Kohls & Uhl 2002) : Fs = Keterangan : Fs Pf Pr
x 100%
= Farmer’s share = Harga di tingkat petani = Harga yang dibayar konsumen akhir
Setelah nilai farmer’s share diketahui, efisiensi pemasaran rantai pasok beras organik dapat diketahui. Kemudian, kinerja lainnya diukur melalui metrik lainnya seperti inventory turnover, inventory days of supply, dan cash to cash cycle time. Ketiga metrik tersebut hanya diukur pada Tani Sejahtera Farm saja
karena anggota rantai pasok yang menjadi sentra dalam penelitian ini adalah Tani Sejahtera Farm.
4.4.2.2. Efisiensi Pengelolaan Asset Efisiensi pengelolaan asset rantai pasok merupakan salah satu atribut pengukuran kinerja dalam metrik SCOR (Supply Chain Operations Reference). Terdapat dua kategori dalam metrik SCOR, yaitu sisi pelanggan dan sisi internal. Dalam penelitian ini, hanya sisi internal saja yang dianalisis karena jika dianalisis dari sisi pelanggan, produk akhir beras organik yang diterima pelanggan bukan berasal dari satu pemasok saja, tetapi berasal dari banyak pemasok sementara fokus atau sentra rantai pasok beras organik dalam penelitian ini adalah sebuah badan usaha yang berperan sebagai pemasok beras organik sehingga hasil analisis menjadi kurang sesuai. Atribut efisiensi pengelolaan asset berada dalam sisi internal. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menganalisis efisiensi pengelolaan asset pada anggota rantai pasok yang menjadi fokus atau sentra rantai pasok beras organik.
Inventory Turnover
Metrik ini mengukur frekuensi perputaran persediaan yang telah digantikan selama periode waktu tertentu dan menjelaskan berapa kali suatu aset bisa digunakan untuk meperoleh profit atau revenue. Menurut Russell dan Taylor (2000), inventory turnover diperoleh dengan membagi biaya penjualan produk (cost of good sold) dengan rata-rata nilai keseluruhan persediaan (average aggregate value of inventory). Besar biaya penjualan produk tidak termasuk diskon atau mark up, sedangkan rata-rata nilai keseluruhan persediaan merupakan jumlah nilai semua barang yang terdapat dalam persediaan. Kinerja rantai pasok dikatakan lebih baik apabila nilai inventory turnover semakin kecil. Berikut adalah perhitungan inventory turnover secara matematis (Russell & Taylor 2000) Inventory Turnover =
Inventory Days of Supply
Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu hari. Inventory days of supply adalah lamanya rata-rata (dalam hari) suatu perusahaan bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimiliki apabila tidak ada pasokan lebih lanjut. Kinerja rantai pasok dikatakan bagus apabila mampu memutar asset dengan cepat. Dengan demikian, semakin pendek inventory days of supply, semakin bagus pula kinerja rantai pasok. Perhitungan inventory days of supply dapat dilihat di bawah ini (Russell & Taylor 2000). Inventory days of supply =
vera e
re ate alue of nventory S
hari
Cash to Cash Cycle Time
Metrik ini mengukur kecepatan rantai pasok mengubah persediaan menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan, semakin bagus bagi rantai pasok. Perusahaan yang bagus memiliki cash to cash cycle time yang pendek. Ada tiga komponen dalam perhitungan ini, yaitu : 1)
Average days of account receivable (dalam hari) merupakan ukuran seberapa cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima.
2)
Average days of account payable (dalam hari) merupakan ukuran kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk material/ba han baku yang sudah diterima.
3)
Inventory days of supply (dalam hari).
Berikut adalah perhitungan cash to cash cycle time menurut Pujawan (2005). Cash to cash cycle time = inventory days of supply + average days of account receivable – average days of account payable 4.4.3. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah diukur berdasarkan pada pernyataan Chopra dan Meindl (2004)
yang
menyatakan
bahwa
tujuan
sebuah
rantai pasok
adalah
memaksimalkan nilai yang diperoleh rantai pasok. Nilai merupakan selisih dari pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan seluruh anggota dalam rantai pasok. Namun, mengukur nilai rantai pasok beras organik secara
keseluruhan akan menimbulkan double counting karena nilai dari setiap anggota rantai pasok dijumlahkan. Oleh karena itu, nilai tidak diukur dalam penelitian ini dan nilai tambahlah yang diukur. Nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik akan diukur dan dianalisis dalam penelitian ini. Hasil nilai tambah mencerminkan nilai ekonomis yang diperoleh anggota rantai pasok beras organik keseluruhan. Metode yang digunakan dalam mengukur nilai tambah rantai pasok beras organik adalah metode hasil pemikiran Balk yang disebut the firm’s value added. Metode ini digunakan karena tidak akan menimbulkan double counting dalam pengukuran nilai tambah rantai pasok beras organik secara keseluruhan karena komponen yang menjadi nilai input merupakan biaya untuk input intermediate. Input intermediate merupakan output hasil produksi oleh produsen lain. Input yang termasuk dalam jenis ini adalah material, energi, dan service. Ketiga input tersebut tidak menjadi input yang digunakan produsen lainnya karena input tersebut hanya dapat dikonsumsi oleh produsen yang membelinya. Berbeda dengan input modal dan tenaga kerja. Kedua input tersebut merupakan input primer karena dapat digunakan oleh dua atau lebih produsen sehingga dapat menimbulkan double counting ketika mengukur nilai tambah seluruh anggota rantai pasok. Selain itu, Metode Balk juga digunakan karena terdapat penjelasan mengenai komponen apa saja yang menyusun nilai- nilai dalam rumus perhitungan, khususnya nilai input. Adapun rumus perhitungan nilai tambah yang diciptakan oleh setiap anggota rantai pasok beras organik (Balk 2002) : VAit = Keterangan : VA = Value Added (Rp)
w = Harga input (Rp)
p
= Harga output (Rp)
x = Jumlah input (kg)
y
= Jumlah output (kg)
E = Energy cost (Rp)
i
= Pelaku usaha ke- i
M = Material cost (Rp)
t
= Periode ke-t
S = Service cost (Rp)
Pengukuran nilai tambah dilakukan dalam satu tahun. Perkalian harga output (p) dan jumlah output (y) merupakan nilai output. Output yang dimaksud
merupakan produk sedang dalam proses dan produk jadi (Brunton & Trickett 2007). Jumlah keseluruhan dari hasil perkalian jumlah input (x) dan biaya energi (E), perkalian jumlah input (x) dan biaya material (M) serta perkalian jumlah input (x) dan biaya service (S) merupakan nilai input. Selisih dari nilai output dan nilai input disebut nilai tambah. Biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan atas penggunaan input energi dalam produksi seperti bensin, air, listrik, dan lainnya. Biaya material adalah biaya yang dikeluarkan atas konsumsi bahan baku pada proses produksi, sedangkan biaya service adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan selama produksi berlangsung atau juga dapat dikatakan biaya pemeliharaan.
4.4.4. Analisis Pengendalian Persediaan Menurut Chopra dan Meindl (2004), ada dua macam pendekatan utama dalam pengendalian persediaan, yaitu berdasarkan kondisi permintaan yang stabil dan kondisi permintaan yang fluktuatif. Pada kondisi permintaan yang stabil, permintaan dari konsumen diketahui dan selalu konstan, sedangkan pada kondisi permintaan yang fluktuatif, permintaan berubah- ubah dan tidak diketahui. Berdasarkan kondisi permintaan yang fluktuatif, terdapat dua kebijakan pengisian kembali persediaan, yaitu continuous review dan periodic review. Perbedaan mendasar antara kedua kebijakan tersebut terletak pada acuan yang dipakai dalam melakukan pemesanan. Kebijakan pertama yaitu continuous review yang menetapkan jumlah pesanan selalu konstan dan jangka waktu antara pesanan berubah-ubah karena permintaan yang berfluktuasi. Pada kebijakan yang kedua yaitu periodic review, pemesanan dilakukan setiap waktu dengan jangka waktu pengecekan persediaan yang sama kemudian langsung dilakukan pemesanan dan jumlah yang dipesan disesuaikan dengan kebutuhan pada t itik waktu tersebut atau berubah-ubah karena kondisi permintaan yang fluktuasi. Pengendalian persediaan di Tani Sejahtera Farm dan ritel-ritel produk organik akan dianalisis terlebih dahulu, kondisi permintaan mana yang dihadapi dan kebijakan mana yang digunakan oleh Tani Sejahtera Farm. Kedua kondisi permintaan dan kebijakan tersebut akan membahas model- model yang berbeda.
Berikut adalah model- model berdasarkan kondisi permintaan dan kebijakan yang digunakan (Chopra & Meindl, 2004) : 1)
Kondisi permintaan stabil : a) Economic Order Quantity (EOQ) EOQ = b) Total Biaya Tahunan (Total Annual Cost) TC = Annual Material Cost + Annual Order Cost + Annual Holding Cost TC = CD + Keterangan : EOQ atau Q = Jumlah pemesanan optimum (unit) D
= Jumlah permintaan per tahun (unit/tahun)
S
= Biaya pemesanan (Rp/pemesanan)
h
= Fraksi biaya penyimpanan terhadap biaya produksi per unit
C 2)
= Biaya produksi per unit (Rp/unit)
Kondisi permintaan fluktuatif a) Continuous Review
Safety Stock (SS) ditentukan oleh nilai product fill rate yang telah ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan. Nilai SS ditentukan dengan
menentukan
nilai
ESC
(Expected
Shortage
per
Replenishment Cycle) terlebih dahulu, kemudian menggunakan alat GOAL SEEK pada software Ms.Excel dengan metode trial and error hingga nilai SS ditemukan sesuai dengan nilai product fill rate yang ditentukan. ESC = (1-fr)Q ESC =
SS [1-NORMDIST (SS /L, 0,1,1)] + L NORMDIST (SS / L, 0,1,0) L =
D
Keterangan : fr
= Product fill rate
Q
= Jumlah pesanan
L
= Standar deviasi permintaan selama lead time
D
= Standar deviasi permintaan
L
= Lead time
Reorder Point (ROP) ROP = SS + DL Keterangan : SS
= Safety Stock
D
= Rata-rata permintaan per periode
L
= Lead time
b) Perodic Review
Safety Stock (SS) ditentukan oleh nilai cycle service level yang ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan pihak perusahaan. Perhitungan SS menggunakan software Ms.Excel. Hampir serupa dengan model continuous review, namun berbeda pada standar deviasi. Nilai standar deviasi yang digunakan yaitu berdasarkan permintaan selama jangka waktu antara pengecekan yang langsung dilakukan pemesanan dan lead time. T+L
SS = T +L =
D
Keterangan : CSL = Cycle Service Level T +L= Standar deviasi permintaan jangka waktu pengecekan dan pemesanan serta lead time T
= Review Interval
L
= Lead time
D = Standar deviasi permintaan
Order Up to Level (OUL) OUL = DT +L + SS DT +L = (T+L)D Keterangan : DT +L = Rata-rata permintaan selama periode T+L SS = Safety Stock T
= Jangka waktu pengecekan dan pemesanan
L
= Lead time
D
= Rata-rata permintaan per periode