IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Ciburuy merupakan sentra produksi beras sehat yang paling berkembang di Kabupaten Bogor sejak tahun 2001. Selain itu, Desa Ciburuy merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Bogor yang telah mendapatkan sertifikasi beras sehat tanpa residu kimia dari Dinas Kesehatan sehingga peneliti menganggap bahwa petani di Desa Ciburuy merupakan petani yang berkompeten dalam hal budidaya padi sehat daripada petani padi sehat lain di lokasi yang berbeda. Pengumpulan dan analisis data di lokasi penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu dimulai pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan September 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden padi sehat yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan. Data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden menggunakan data usahatani yang dilakukan pada periode musim tanam 2010/2011. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan dengan topik analisis pendapatan usahatani, studi literatur-literatur berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan komoditas padi organik dan sehat serta yang terkait dengan analisis pendapatan usahatani. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari artikel yang berasal dari media cetak dan elektronik (internet). Data-data sekunder yang bersifat kuantitatif juga diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Kabupaten Bogor tentang potensi pengembangan padi sawah organik di Kabupaten Bogor pada tahun 2011, data Gapoktan Silih Asih tentang pengusahaan padi sehat, dan data dari jurnal ilmiah yang dipublikasi di internet.
4.3 Metode Pengambilan Responden Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung melalui kuesioner dengan petani responden padi sehat yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Penetapan responden dilakukan dengan metode simple random sampling (pengacakan sederhana) dari seluruh petani padi sehat yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih dan masih aktif berusahatani padi sehat saat masa penelitian di lokasi penelitian. Jumlah petani yang saat masa penelitian masih aktif berusahatani padi sehat adalah 52 orang dari lima kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Dari total 52 petani tersebut akan dipilih sebanyak 35 petani sebagai responden dengan metode simple random sampling (pengacakan sederhana) untuk memperoleh keterangan-keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. 4.4 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan gambaran umum lokasi penelitian dan karakteristik petani responden padi sehat yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan pada analisis penerimaan usahatani, penggunaan input usahatani beserta biayanya, pendapatan usahatani, dan analisis efisiensi pendapatan usahatani (R/C Rasio). Data primer yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden diolah dengan bantuan komputer, yaitu kalkulator dan program Microsoft Excel 2010. Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel yang diinterpretasikan kemudian dilakukan pembahasan. 4.4.1 Analisis Usahatani Analisis usahatani dilakukan dengan cara membandingkan kegiatan usahatani yang dilakukan oleh kelompok petani berukuran usahatani luas dengan kelompok petani yang berukuran usahatani sempit. Pengelompokan dilakukan dengan cara mengelompokkan ke-35 responden petani menjadi dua kelompok, yaitu kelompok petani berukuran usahatani luas dan kelompok petani berukuran usahatani sempit. Karena, rata-rata luas lahan yang digarap ke-35 responden petani adalah 0,34 hektar, maka petani yang termasuk ke dalam kelompok petani berukuran usahatani luas adalah petani yang menggarap lahan seluas lebih dari 36
0,34 hektar, sedangkan petani yang termasuk ke dalam kelompok petani berukuran usahatani sempit adalah petani yang menggarap lahan seluas kurang dari atau sama dengan 0,34 hektar. Pengolahan dalam menganalisis usahatani dibedakan menjadi dua yaitu dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dengan cara kualitatif dilakukan untuk menggambarkan keragaan usahatani padi sehat, yaitu metode penanaman dan jenis-jenis input yang digunakan. Sedangkan pengolahan data dengan kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan efisiensi biaya usahatani dengan R/C Rasio, yaitu membandingkan jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga dari hasil R/C Rasio akan ditentukan tidak hanya efisiensi, tetapi juga tingkat keberhasilan keuntungan usahatani yang dijalankan.
Oleh
karena itu, data yang dibutuhkan dalam analisis kuantitatif adalah data tentang penerimaan, jenis dan jumlah input yang digunakan, serta pengeluarannya. Analisis penerimaan usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dalam usahatani padi sehat. Soekartawi (2002) memformulasikan penerimaan usahatani sebagai perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, atau dapat dituliskan sebagai berikut:
keterangan: TR Y Py
= Penerimaan total usahatani (Rp/tahun) = Total hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (kg/tahun) = Harga jual produk y per unit (Rp/kg). Analisis biaya usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam usahatani padi sehat. Analisis biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu analisis biaya tunai dan biaya tidak tunai (pengeluaran yang diperhitungkan). Biaya tunai pada usahatani padi sehat antara lain biaya benih padi, pupuk pabrik, pestisida/obat-obatan, iuran pengairan, sewa alat pertanian (baik berupa traktor maupun kerbau), sewa lahan, pajak tanah, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya tidak tunai padi sehat antara lain biaya pupuk organik (baik berupa kompos maupun kandang), upah tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan alat-alat pertanian bagi petani yang memliki alat-alat pertanian. 37
Biaya tunai dan tidak tunai tersebut juga dibedakan juga menjadi dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya tetap tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh, misalnya biaya pajak tanah dan penyusutan alat-alat pertanian, sedangkan jumlah biaya variabel sangat ditentukan oleh jumlah produksi, misalnya biaya benih padi, pupuk pabrik, pupuk organik (baik berupa kompos maupun kandang), pestisida/obat-obatan, iuran pengairan, sewa alat pertanian (baik berupa traktor maupun kerbau), sewa lahan, dan upah tenaga kerja baik luar keluarga maupun dalam keluarga. Penentuan biaya tetap dan biaya variabel suatu pengeluaran tergantung pada petani itu sendiri. Terdapat beberapa petani yang iuran pengairannya tetap (tidak tergantung pada jumlah produksi) tetapi ada juga beberapa petani yang iuran pengairannya sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan pada suatu musim tanam. Menurut Suratiyah (2002), perhitungan penyusutan alat-alat pertanian pada dasarnya bertolak pada harga pembelian sampai dengan alat tersebut dapat memberikan manfaat. Nilai penyusutan dapat dihitung berdasarkan metode garis lurus sebagai berikut: (
)
( (
)
)
Pengeluaran total (biaya total) merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut (Soekartawi 2002):
keterangan: TC TFC TVC
= Pengeluaran total usahatani (Rp/tahun) = Biaya tetap usahatani (Rp/tahun) = Biaya variabel usahatani (Rp/tahun). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui tingkat
pendapatan usahatani padi sehat. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara semua penerimaan (revenue) dan biaya total, baik biaya total yang bersifat tunai maupun tidak tunai, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut (Soekartawi 2002):
38
keterangan: TR TC
= Pendapatan usahatani (Rp/tahun) = Penerimaan total usahatani (Rp/tahun) = Pengeluaran total usahatani (Rp/tahun).
4.4.5 Analisis Efisiensi Biaya Usahatani Nilai pendapatan usahatani belum mencerminkan efisiensi usahatani berdasarkan pendapatannya. Terdapat beberapa analisis yang bisa dilakukan untuk menganalisis tingkat efisiensi pendapatan usahatani padi sehat, salah satunya adalah dengan menganalisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) menunjukkan penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah pengeluaran yang dikeluarkan untuk usahatani padi sehat sebagai manfaat. Pernyataan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut (Hernanto 1996): ( ) ( ) Kriteria keputusan yang digunakan untuk menilai hasil analisis R/C rasio tersebut adalah sebagai berikut: Jika nilai R/C rasio > 1, maka berarti usahatani menghasilkan keuntungan Jika nilai R/C rasio = 1, maka berarti usahatani berada pada titik impas, yaitu tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Jika nilai R/C rasio < 1, maka berarti usahatani mengalami kerugian. Oleh karena itu, nilai R/C rasio > 1 berarti usahatani efisien, karena setiap biaya sebesar Rp1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani padi sehat akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (lebih besar dari Rp1,00). Sebaliknya, nilai R/C rasio < 1 berarti usahatani tidak efisien, karena setiap biaya sebesar Rp1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani padi sehat akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan (lebih kecil dari Rp1,00). Kemudian nilai R/C = 1 berarti usahatani berada dalam titik impas, karena jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sehat akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani dan nilai R/C rasio dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan (revenue) usahatani dan pengeluaran (cost) usahatani. Perhitungan pendapatan dibedakan menjadi pendapatan atas 39
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara total penerimaan usahatani padi sehat dan pengeluaran tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran. Total penerimaan diperoleh dari penjumlahan antara penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai, sedangkan total pengeluaran diperoleh dari penjumlahan antara pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai (yang diperhitungkan).
40