IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai
Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar
ini
dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Gunung Malang merupakan salah satu sentra produksi dan pengembangan ubi jalar di Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama empat bulan, dari bulan Januari hingga April 2010. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer yang digunakan bersumber dari data survei dan data hasil wawancara langsung. Data survei diperoleh dengan melakukan survei dan pengamatan secara langsung ke petani ubi jalar. Data wawancara diperoleh dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada petani, pedagang ubi jalar dan pihak desa dan penyuluh pertanian. Wawancara dengan petani bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai teknik budidaya, pemasaran dan pendapatan usahatani. Informasi yang diambil dari petani responden adalah informasi usahatani ubi jalar dalam satu kali periode tanam. Pencarian informasi meliputi karakteristik responden, kegiatan budidaya, penggunaan input produksi, kendala-kendala yang dihadapi dilapangan serta faktor-faktor produksi yang digunakan. Wawancara dengan pihak desa untuk mendapatkan gambaran umum mengenai potensi desa yang ada. Wawancara dengan pihak penyuluh pertanian untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan pertanian di Desa Gunung Malang. Data sekunder diperoleh dari data yang telah terdokumentasi sebelumnya, baik berupa data yang berasal dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Pemerintahan Kecamatan, dan Pemerintahan Desa. Data
sekunder juga berasal dari hasil penelitian terdahulu, artikel dan studi literatur yang terkait dengan topik usahatani dan komoditi ubi jalar. 4.3.
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat terhadap usahatani petani ubi jalar di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Metode deskriptif ini digunakan untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai petani ubi jalar di Desa Gunung Malang. Jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode kasus (case study) untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena dari usahatani ubi jalar di Desa Gunung Malang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung secara mendalam, observasi di lapangan, pengisian kuesioner, dan penelusuran data melalui internet. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, serta pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis usahatani tanaman ubi jalar.
Metode pengumpulan data yang lain
diperoleh dengan cara studi pustaka yaitu dengan mencari sumber lain yang dapat digunakan sebagai acuan penulisan sehingga permasalahan dapat diangkat. Dikarenakan jumlah aktual populasi petani ubi jalar di Desa Gunung Malang sulit untuk didapatkan, maka dalam penelitian ini akan diambil beberapa sampel petani untuk menganalisis usahatani ubi jalar yang ada di desa tersebut. Dengan mempertimbangkan sifat heterogenitas petani ubi jalar yang tidak begitu tinggi dari pengamatan di lapangan, maka jumlah sampel petani yang digunakan adalah sebesar 30 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Snowball Sampling. Sehingga penentuan sampel mengikuti rekomendasi sampel petani ubi jalar sebelumnya dengan beberapa pertimbangan tertentu. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Petani melakukan usahatani ubi jalar pada musim tanam sebelumnya. 2) Petani berpengalaman dalam usahatani ubi jalar selama minimal 2 kali periode masa tanam.
Persyaratan ini dimaksudkan agar petani responden yang dipilih untuk penelitian merupakan petani yang masih atau pernah mengusahakan usahatani ubi jalar pada masa tanam tahun 2010, yaitu rentang waktu penelitian, hal ini bermanfaat agar tidak terdapat rentang yang begitu besar dari harga dari biayabiaya usahatani. Dan pengalaman petani minimal ditujukan agar petani yang mengusahakan ubi jalar lebih berpengalaman dalam usahataninya sehingga lebih efisien dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam usahatani ubi jalar. Untuk analisis parsial digunakan informasi dan data yang diperoleh dari petani di Desa Gunung Malang yang mengimplementasikan pertanian ubi jalar secara organik. Untuk petani organik peneliti tidak melakukan survei di keseluruhan Desa Gunung Malang, karena informasi yang dibutuhkan tidak begitu beragam dan hanya digunakan untuk melakukan analisis anggaran keuntungan usahatani ubi jalar secara parsial. 4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif
dan kuantitatif. Data dan informasi kuantitatif yang dibutuhkan untuk analisis pendapatan usahatani diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel yang kemudian
disajikan
dalam
bentuk
tabulasi
yang
bertujuan
untuk
mengklasifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data-data hasil dari identifikasi penggunaan faktor-faktor produksi dan nilai output yang dihasilkan pada kegiatan budidaya ubi jalar. Pengolahan data tersebut menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C ratio yang bertujuan menganalisis besarnya pendapatan petani ubi jalar. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan untuk melihat gambaran kegiatan usahatani ubi jalar yang dilakukan petani di Desa Gunung Malang. Selain itu, analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keuntungan usahatani ubi jalar dilihat dari aspek ekonomis.
4.5.
Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Pendapatan usahatani akan menganalisis secara kuantitatif
pendapatan yang diperoleh petani dari membudidayakakan ubi jalar dalam satu kali musim tanam. Pada proses pengolahan data, informasi yang didapatkan dikonversikan dan dirata-ratakan menjadi analisis pendapatan usahatani untuk luas lahan satu hektar. Jumlah pendapatan petani dihitung dengan menggunakan analisis usahatani. Variabel-variabel yang akan dianalisis pada usahatani ubi jalar yaitu biaya-biaya, penerimaan dan pendapatan usaha. Biaya adalah semua pengorbanan input dipergunakan untuk menghasilkan produksi. Biaya usahatani ubi jalar pada analisis pendapatan usahatani dikelompokkan menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Perhitungan analisis usahatani tersebut menggunakan penjabaran rumus yang diuraikan sebagai berikut: 1) Penerimaan Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soerkartawi et al, 1986). Sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, tetapi digunakan untuk konsumsi sendiri dan atau untuk keperluan lain tetapi tidak dijual secara tunai. Penerimaan total dari suatu usaha agribisnis merupakan nilai produksi dari usahatani, yaitu harga produsen dikalikan total produksi. Secara matematis dapat dihitung dengan rumus (Soekartawi,1995):
TR = P x Q Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp) P = Harga jual Produk (Rp) Q = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)
2) Biaya Biaya tunai (farm payment) didefinisikan sebagai jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani secara tunai (Soekartawi et al. 1986). Biaya tidak tunai usahatani yaitu dengan memperhitungkan sumberdaya yang digunakan tetapi tidak dihitung atau dibayar secara tunai sebagai biaya yang dikeluarkan. Biaya tidak tunai yang dihitung yaitu penyusutan, biaya sewa lahan, bibit yang berasal dari anakan tanaman sebelumnya dan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja untuk pengelolaan usahatani. Total Biaya = Biaya tunai + Biaya diperhitungkan
3) Pendapatan usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Perhitungan
pendapatan
usahatani
dapat
menggunakan
rumus
(Soekartawi,1995) : tunai = TR - Biaya tunai total = TR TC
Keterangan:
= Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)
4) Imbangan penerimaan dan biaya (R/C) Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya.
R/C
merupakan
salah
satu
ukuran
efisiensi
yang
menggambarkan penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (reveneu cost ratio). Pengukuran efisiensi masing-masing usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya (R/C) yang secara sederhana dapat diturunkan dari rumus (Soekartawi, 1995):
Rumus R/C rasio atas biaya tunai adalah sebagai berikut :
Rasio R C tunai =
TR Biaya tunai
Sedangkan R/C rasio atas biaya total dapat dituliskan sebagai berikut :
Rasio R C total =
TR TC
Keterangan : TR
: total penerimaan usahatani (Rp)
TC
: total biaya usahatani (Rp)
Nilai R/C secara teoritis, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan. Kriteria keputusan yang digunakan untuk menilai hasil analisis R/C ratio dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, antara lain: R/C > 1 : usahatani menguntungkan R/C = 1 : usahatani impas R/C < 1 : usahatani rugi Analisis pendapatan usahatani tersebut dilakukan pada petani yang menjadi responden, untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari cabang usahatani ubi jalar, dan apakah usahatani ubi jalar yang mereka jalankan menguntungkan. Secara sederhana, perhitungan analisis pendapatan dan R/C ratio dapat disajikan seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C Ratio Usahatani A
C
Penerimaan Tunai Penerimaan yang diperhitungkan Total Penerimaan
D
Biaya Tunai
E
Biaya yang diperhitungkan
F G H I J
Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total Pendapatan bersih R/C ratio
B
Harga x Hasil panen yang dijual (Kg) Harga x hasil panen yang dikonsumsi (Kg) A+B a. Biaya Sarana Produksi: - Benih - Pupuk, dll b. Upah tenaga kerja di luar keluarga c. Sewa alat bajak d. Sewa lahan e. Pajak a. Upah tenaga kerja dalam keluarga b. Penyusutan c. Benih d. Sewa Lahan D+E A D C F H bunga pinjaman (jika ada pinjaman) C/F
Sumber: Rahim dan Diah (2007)
Break Even Point atau BEP terdiri dari BEP unit dan BEP harga (Suratiyah, 1997). BEP unit adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang yang harus dijual pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul. Sedangkan BEP harga adalah harga yang harus didapatkan petani untuk menutupi biaya-biaya yang timbul. BEP terjadi saat total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan (TR=TC). BEP unit dapat diperoleh dengan rumus : =
Total Biaya Harga rata rata
Sedangkan BEP harga dapat diperoleh dengan rumus : =
Total Biaya Produksi rata rata
4.6.
Analisis Keuntungan Parsial Analisis keuntungan parsial upaya usahatani ubi jalar organik dilakukan
dengan menghitung tambahan biaya atau pengeluaran baru, tambahan penerimaan, pengeluaran yang dihemat, dan penerimaan yang hilang dari upaya usahatani organik untuk petani ubi jalar di desa Gunung Malang. Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi dan harga. Penerimaan usahatani ubi jalar diduga berubah dengan berubahnya tingkat biaya yang dikeluarkan akibat adanya upaya usahatani secara organik. Biaya usahatani merupakan seluruh nilai barang dan tenaga kerja yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan usahatani ubi jalar baik yang secara nyata dibayarkan atau yang hanya diperhitungkan (tidak dibayarkan). Dengan penerapan usahatani organik maka petani dapat menghemat biaya penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan kimia. Pendapatan atau keuntungan akibat adanya upaya usahatani ubi jalar organik diperoleh apabila tambahan penerimaan dan pengeluaran yang dihemat lebih besar daripada penerimaan yang hilang dan tambahan biaya karena upaya tersebut. Dan sebaliknya, kerugian diperoleh apabila tambahan penerimaan dan pengeluaran yang dihemat lebih lebih kecil daripada penerimaan yang hilang dan tambahan biaya karena upaya tersebut. Apabila diperoleh pendapatan atau keuntungan yang diperoleh, berarti upaya usahatani ubi jalar organik layak untuk dilakukan. Namun, apabila kerugian yang diperoleh, maka upaya tersebut tidak layak untuk dilakukan. Tahap-tahap dalam analisis keuntungan parsial upaya usahatani organik adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi jenis dan besarnya tambahan biaya 2) Mengidentifikasi jenis dan besarnya pengurangan pendapatan 3) Mengidentifikasi jenis dan besarnya tambahan pendapatan 4) Mengidentifikasi jenis dan besarnya pengurangan 5) Menjumlahkan besarnya tambahan biaya dan pengurangan pendapatan sebagai kerugian akibat upaya usahatani organik. 6) Menjumlahkan besarnya tambahan pendapatan dan pengurangan biaya sebagai keuntungan dengan adanya usahatani organik.
7) Menghitung tambahan keuntungan denganadanya usahatani organic dengan mengurangkan keuntungan dengan kerugian. 8) Menabulasikan anggaran keuntungan parsial. Bentuk tabulasi keuntungan parsial dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bentuk Tabulasi Anggaran Parsial Tambahan Biaya (Rp) Biaya tetap Rp xxxxx
Tambahan Pendapatan (Rp) Rp xxxx
Biaya variabel Rp xxxxx Berkurangnya Pendapatan (Rp)
Berkurangnya Biaya (Rp)
Rp xxxx
Rp xxxxx
Total tambahan biaya dan
Total tambahan pendapatan dan
berkurangnya pendapatan Rp xxxx
berkurangnya biaya Rp xxxx
Perubahan Bersih = Rp xxxxx (positif atau negatif) Menguntungkan atau tidak Sumber: Suratiyah (2006), disesuaikan.