IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi sebagai lokasi budidaya jambu biji dan memberikan sumbangan produksi jambu biji yang besar di Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari hingga bulan Februari 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari petani dan data-data dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, BPS dan instansi pemerintahan lainnya. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden, dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, serta buku-buku literatur yang terkait lainnya. 4.3.
Metode Penentuan Sampel Penentuan responden dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik stratifikasi
(stratified sampling) dan penarkan sampel sistem acak. Teknik stratifikasi (stratified sampling) untuk membagi populasi sesuai dengan stratum umur tanaman jambu biji di lokasi penelitian dan tahap selanjutnya menggunakan teknik pengambilan responden secara acak untuk mengambil responden untuk setiap sratum umur tanaman jambu biji agar setiap penarikan responden dalam setiap stratum mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai responden. Penentuan populasi dengan teknik stratifikasi dilakukan karena umur tanaman jambu biji ditempat penelitian sangat beragam, sehingga untuk lebih representatif menggambarkan populasi maka populasi diambil secara teknik stratifikasi.
Pengambilan responden stratifikasi (stratified sampling) dengan menggunakan sampel petani jambu biji di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede yang dibagi menjadi empat startum luasan lahan dan untuk jumlah responden yang di analisis sebanyak 35 orang dari total keseluruhan lebih kurang 100 petani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Metode Pengambilan Responden Petani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur Tanaman Keterangan
Umur Tanaman Jambu biji (tahun)
Total (petani)
6
5
4
3
Populasi (petani)
29
26
11
34
100
Sampel (petani)
10
9
4
12
35
Petani yang diambil adalah petani yang umur jambi bijinya sudah usia panen. Nazir (2005) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Dalam penelitian ini penulis mengambil 35 responden, berarti diatas 30 responden. Responden disengaja melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Metode Stratifikasi adalah metode pengambilan responden dengan terlebih dahulu membagi populasi dalam beberapa golongan atau stratum berdasarkan satu atau beberapa sifat populasi yang menjadi perhatian peneliti pada penelitian ini penulis menggolongkan dari umur tanaman jambu biji yang dimiliki petani. Umur tanaman yang dimiliki petani juga sangat beragam yaitu untuk umur tanaman enam tahun, lima tahun, empat tahun dan tiga tahun. Maka alasan dari penggolongan kelompok usahatani jambu biji menjadi empat sratum umur tanaman agar hasil analisis usahatani pada setiap golongan dari usahatani jambu biji di Desa Cimanggis dapat digambarkan sehingga hasil yang didapatkan mewakili karakteristik responden. Menggunakan metode stratifikasi dalam pengambilan contoh akan lebih efisien karena responden yang terambil lebih mewakili populasi. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kondisi usahatani jambu biji di Desa Cimanggis seragam atau sama-sama membudidayakan jambu biji (homogen) dalam teknik budidayanya yang umur pohonnya diatas tiga tahun.
32
Tahap penentuan pembagian petani menurut luasan lahan maka dilakukan teknik pengambilan secara acak, agar peluang terambilnya setiap petani sama. 4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan
dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan produksi, sistem pemasaran pada usahatani jambu biji di lokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dibaca. Analisis kuantitatif yang dipilih adalah analisis pendapatan usahatani, dan analisis imbangan penerimaan dilakukan dengan analisis pendapatan, dan R/C rasio Dalam menghitung pendapatan petani jambu biji secara monokultur, dilakukan tabulasi sederhana dengan menghitung pendapatan jambu biji atas biaya tunai dan saluran pemasarannya. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan diolah dengan bantuan program komputer kemudian disajikan secara tabulasi dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif. Data kuantitatif diolah dengan analisis pendapatan usahatani, dan analisis efisiensi pendapatan usahatani. Sedangkan untuk data kualitatif digunakan analisis deskriptif. 4.4.1. Analisis Usahatani Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan menggambarkan keragaan usahatani jambu biji yang dilakukan oleh petani jambu biji di Desa Cimangis, Kecamatan Bojong Gede. Adapun kegiatan yang dapat digambarkan adalah penggunaan sarana produksi dan alat pertanian serta sistem budidaya jambu biji. 4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian. Pendapantan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas
33
seluruh biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang disebut sebagai pendapatan total. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk total dalam jangka waktu satu musim tanam baik yang dijual maupun yang dijadikan sebagai bibit. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produk dengan harga yang berlaku di pasar. Sedangkan total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu yaitu satu tahun. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai meliputi biaya pajak/sewa lahan, bibit, pupuk, pestisida serta upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Biaya tunai dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari semua petani contoh. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan, nilai kerja dalam keluarga dan bunga modal. Metode penghitungan pendapatan usahatani jambu biji dapat disajikan pada Tabel 7. 4.4.3. Efisiensi Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi pendapatan usahatani. Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Tjakrawiralaksana, 1983) :
34
R/C rasio atas biaya tunai =
TR / biaya tunai
R/C rasio atas biaya total =
TR / TC
Keterangan : TR
: Total penerimaan usahatani (Rp)
TC
: Total biaya usahatani (Rp)
Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C lebih dari satu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani memberikan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai R/C rasio, maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi usahatani ini semakin tinggi. Contoh perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jambu Biji No
Keterangan
A
Penerimaan Total
B
Biaya tunai Biaya variabel Benih Pupuk Obat-obatan Tenaga kerja luar keluarga Biaya tetap Pajak tanah Total biaya tunai Biaya yang diperhitungkan Biaya tetap Penyusutan Sewa lahan Biaya variabel Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan Total biaya (B+C)
1 2 3 4 1 C 1 2 1 D E
Jumlah
Harga per Total (Rp) Satuan (Rp)
Pendapatan atas biaya tunai (A-B)
F
Pendapatan atas biaya total (A-D)
G
R/C atas Biaya tunai (A/B)
H
R/C atas Biaya total (A/D)
35
Penyusutan alat termasuk dalam biaya diperhitungkan dihitung dengan metode garis lurus (straight line methode) yaitu setiap tahun biaya penyusutan yang dikeluarkan relatif sama. Biaya yang diperhitungkan adalah penyusutan alat yang digunakan paga kegiatan usahatani jambu biji seperti cangkul, parang, golok dan alat penyemprotan Rumus yang digunakan adalah :
Dp
cs n
Keterangan : Dp
= Penyusutan/tahun
c
= Nilai Beli
s
= Nilai Sisa
n
= Umur pemakaian barang
4.5.
Definisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan
usahatani dan pemasaran jambu biji antara lain : 1.
Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa jambu biji dalam satuan kilogram per hektar
2.
Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan dalam satu tahun produksi yaitu pada tahun 2009.
3.
Harga jual petani dalam analisis usahatani adalah harga jambu biji yang diterima petani dalam satuan Rp/kg
4.
Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani.
5.
Pengeluaran total usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan
6.
Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk nilai uang (tunai)
7.
Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi namun tidak dalam bentuk uang tunai.
8.
Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total usahatani dengan biaya total.
9.
Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan total usahatani dikurangi biaya tunai.
36