IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor pusat perusahaan Dr. Diana Hermawati (DH Organik) yang terletak di Perumahan Taman Sari Bukit Damai Blok Ai No.21 Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat, Indonesia; serta tempat-tempat pemasaran produk yaitu di Pasar Tani, Departemen Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan (Lampiran 1) dan di Taman Jajan, Bumi Serpong Damai, Tangerang (Lampiran 2). Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa DH Organik termasuk usaha kecil yang masih menjadi pemain baru dalam usaha susu kuda Sumbawa organik khususnya di wilayah Jabotabek dan sekitarnya. Peluang usaha susu kuda Sumbawa organik saat ini dinilai cukup besar. Gaya hidup back to nature yang menjadi trend saat ini mendukung perkembangan industri pangan organik sehingga menjadikan susu kuda Sumbawa organik memiliki peluang usaha yang menguntungkan sebagai obat alternatif sekaligus menjaga stamina, serta dapat diolah menjadi produk turunan seperti kosmetik. DH Organik mengemas dan memasarkan produk susu kuda Sumbawa organik yang di-supply langsung dari Kelompok Tani Hidup Bersama di Kabupaten
Dompu,
Sumbawa;
dan
merupakan
perusahaan
yang
telah
mendapatkan sertifikat organik produk susu kuda Sumbawa pertama dan hingga kini masih satu-satunya di Indonesia. Lokasi DH Organik di Parung merupakan pusat pengolahan, pengemasan, pemasaran, dan uji laboratorium sebagai kontrol mutu produk Asambugar. Produk Asambugar merupakan produk susu kuda Sumbawa organik yang diteliti secara langsung oleh Dr. Diana Hermawati. Lokasi pemasaran di Pasar Tani Ragunan dan kediaman Dr. Diana Hermawati merupakan lokasi penjualan tetap. Tujuan observasi di lokasi tersebut adalah untuk pemerolehan informasi dan data mengenai kondisi promosi DH Organik saat ini. Kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2010, yang melibatkan semua pihak yang terkait dengan promosi Asambugar yaitu direktur, manajemen pemasaran dan konsumen akhir.
61
4.2. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel dalam pengisian kuesioner perbandingan berpasangan untuk proses hirarki analitik (PHA), dilakukan dengan metode judgemental sampling. Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan tertentu dalam memilih responden sebagai sampel. Dalam pemilihannya, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli di bidangnya. Responden adalah orang yang benar-benar mengenal dinamika bisnis yang dijalani dan berkepentingan terhadap hasil PHA. Responden dalam penelitian ini terdiri atas dua orang yaitu Dr. Diana Hermawati selaku ketua (direktur) dan Jahid Kosasih selaku koordinator seksi pemasaran (manajer pemasaran). Sedangkan
penentuan
sampel
dalam
pengisian
kuesioner
untuk
mengevaluasi aktivitas promosi produk susu kuda organik Asambugar saat ini, dilakukan dengan perpaduan antara teknik convenience sampling dan snowball sampling. Responden pertama dipilih menggunakan teknik convenience sampling yakni penentuan sampel berdasarkan kemudahan ditemui atau kesediaan anggota populasi tertentu saja. Kemudian responden selanjutnya dipilih menggunakan teknik snowball sampling yakni penentuan responden selanjutnya berdasarkan hasil rekomendasi dari responden sebelumnya. Jika responden sebelumnya tidak merekomendasikan siapapun, maka peneliti kembali menggunakan teknik convenience sampling dan responden selanjutnya diperoleh melalui teknik snowball sampling. Begitu seterusnya hingga diperoleh responden sebanyak 30 orang. Penetapan jumlah responden sebanyak 30 orang dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil kuesioner evaluasi ini akan diolah secara kualitatif sehingga melibatkan responden dalam jumlah yang sedikit, berbeda dengan riset pemasaran kuantitatif yang melibatkan jumlah responden yang besar agar hasil riset dipandang mewakili seluruh populasi. Responden yang dipilih tersebut telah melewati screening yaitu responden berusia lebih dari 17 tahun dan pernah mengkonsumsi produk Asambugar sebelumnya. Penetapan usia lebih dari 17 tahun tersebut dengan pertimbangan bahwa usia 17 tahun merupakan batas usia dimana seseorang telah memasuki
62
masa dewasa sehingga cenderung telah mampu menentukan pilihan secara logis. Responden yang dipilih juga pernah mengkonsumsi produk Asambugar sebelumnya dengan pertimbangan bahwa responden tersebut telah mengetahui produk dan aktivitas promosinya, serta bersedia untuk berpartisipasi dalam mendukung penelitian. 4.3. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dari pemilik informasi di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tanpa pengamatan secara langsung di lapangan. Instrumen yang digunakan berupa satu rangkap kuesioner bagi pelanggan (Lampiran 3) dan satu rangkap kuesioner bagi ketua dan koordinator seksi pemasaran (Lampiran 4). 4.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung kepada narasumber yang dinilai mampu memberikan data dan informasi aktual dalam mendukung kegiatan penelitian. Data primer juga dikumpulkan dengan teknik observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menemukan dan mengumpulkan hasil riset atau penelitian terdahulu, dan berbagai literatur baik dari perpustakaan maupun situs internet yang relevan dengan masalah penelitian yang dilakukan. Data penunjang lainnya berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, dan Lembaga Standar Nasional Indonesia. 4.5. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dilakukan dengan mengolah dan menganalisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, metode ini menggunakan alat analisis berupa analisis deskriptif. Sedangkan secara kuantitatif, metode ini menggunakan alat analisis berupa Analysis Hierarchy Process (AHP). Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel, bagan dan uraian. Penjelasan mengenai masing-masing alat analisis disajikan sebagai berikut.
63
4.5.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh yang mendalam mengenai obyek penelitian, sehingga dari pengamatan ini kita dapat mengetahui kondisi riil perusahaan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel, gambar maupun persentase sesuai hasil yang diperoleh. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas promosi produk susu kuda organik Asambugar yang telah dilakukan oleh DH Organik. 4.5.2. Proses Hirarki Analitik Proses Hirarki Analitik (PHA) merupakan suatu metode pengambilan keputusan berdasarkan penilaian, pertimbangan logis, dan sistematis. Metode ini dilakukan untuk merumuskan dan menganalisis alternatif strategi promosi produk susu kuda Sumbawa organik Asambugar yang sesuai dijalankan oleh DH Organik dalam upaya meningkatkan penjualan dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan saat ini. PHA memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif. Metode PHA didasarkan pada penilaian orang yang ahli di bidang yang sedang dikaji untuk dicari pemecahannya. Secara ringkas, tahapan pengolahan data dengan metode PHA yaitu: 1.
Penyusunan matriks perbandingan berpasangan antar faktor dan antar alternatif keputusan dalam setiap faktor.
2.
Penghitungan bobot (weight).
3.
Penghitungan rasio kekonsistenan (consistency ratio). Setelah
matriks
perbandingan
antar
elemen
dibuat,
dilakukan
pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada baris ke-i, dengan setiap elemen pada kolom ke-j. Perbandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan pernyataan “seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, dan diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j?”. Metode pengolahan data dengan menggunakan PHA dilakukan dengan mengikuti tujuh langkah kerja utama yaitu: 1.
Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan permasalahan.
2.
Membuat struktur hirarki dari sudut pandang pengambil kebijakan. 64
3.
Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah “seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan elemen di puncak hirarki?”. Skala banding digunakan untuk menganalisis matriks berpasangan (Tabel 5). Tabel 5. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Kepentingan
Definisi
Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya.
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya.
Pengalaman dan pertimbangan sedikit mendukung satu elemen atas lainnya.
5
Elemen yang satu sangat Pengalaman dan pertimbangan penting daripada elemen dengan kuat mendukung satu lainnya. elemen atas elemen lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya.
Satu elemen yang kuat didukung dan didominasinya.
9
Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya.
Bukti yang mendukung elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8
Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan.
Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan.
Kebalikannya
Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.
Sumber: Saaty (1991)
4.
Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Di samping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka
65
1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak dirarki (X), dibandingkan dengan Fj. Sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (X) dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Contoh : Bila F12 memiliki nilai 3 maka nilai F21 adalah 1/3. 5.
Melaksanakan langkah 3,4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Matriks perbandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi: (1) Matriks Pendapat Individu (MPI), (2) Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Matriks Pendapat Individu adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij yaitu matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j (Tabel 6). Tabel 6. Matriks Pendapat Individu X A1 A2 A3 .... An
A1 A11 A21 A31 ... An1
A2 A12 A22 A32 ... An2
A3 A13 A23 A33 ... An3
... ... ... ... ... ...
An A1n A2n A3n ... Ann
Sumber: Saaty dalam Simorangkir (2009)
Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru dengan elemen gij yang berasal dari rata-rata geometrik pendapat individu (Tabel 7). Rasio inkonsitensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen. Setiap elemen pada baris dan kolom sama, jadi MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Tabel 7. Matriks Pendapat Gabungan X G1 G2 G3 .... Gn
G1 G11 G21 G31 ... Gn1
G2 G12 G22 G32 ... Gn2
G3 G13 G23 G33 ... Gn3
... ... ... ... ... ...
Gn G1n G2n G3n ... Gnn
66
Sumber: Saaty dalam Simorangkir (2009)
6.
Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektorvektor prioritas, dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas, dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu pengolahan horisontal dan pengolahan vertikal. MPI dan MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi tinggi. a. Perhitungan Prioritas Kepentingan Setiap Elemen Pada Level yang Sama Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen pada level yang sama dilakukan dengan metode pengolahan horisontal. Pengolahan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu penentuan vektor prioritas (vektor eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi. 1) Perkalian baris (Z) dengan rumus n
Zi =
n
∏
aij
dengan i, j = 1, 2, 3, ..., n
k =1
2) Perhitungan vektor prioritas (VP) atau vektor eigen dengan rumus n
∏
n
aij
k =1
Vpi =
VP = (Vpi) untuk i = 1,2,3, ..., n
n
i
∑ ∏ n
i =1
aij
k =1
3) Perhitungan nilai eigen maks ( λ
maks)
dengan rumus:
VA = (aij) x VP
dengan VA = (Vai)
VB =
dengan VB = (Vbi)
dengan i = 1, 2, 3, ..., n 67
4) Perhitungan indeks inkonsistensi (CI) dengan rumus:
λ maks − n 5) Perhitungan nrasio (CR) dengan rumus: − inkonsistensi 1 CI =
CR =
CI RI
RI = Indeks acak (random index)
Nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau sama dengan 10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat inkonsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolok ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil perbandingan dalam suatu matriks pendapat. RI merupakan nilai indeks acak yang berbeda sesuai orde-nya (Tabel 8). Tabel 8. Nilai Indeks Acak Orde (n) 1 2 3 4 5 6 7
Indeks Acak (RI) 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32
Orde (n) 8 9 10 11 12 13 14
Indeks Acak (RI) 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57
Sumber: Saaty dalam Simorangkir (2009)
b. Perhitungan Prioritas Kepentingan Setiap Elemen Terhadap Fokus Perhitungan prioritas kepentingan setiap elemen terhadap fokus dilakukan dengan metode pengolahan vertikal. Pengolahan ini merupakan pengolahan lanjutan setelah MPI dan MPG diolah secara horisontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu prioritas pengaruh setiap elemen, pada tingkat tertentu dalam suatu tingkat hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam pengolahan horisontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding, yang merupakan anggota elemen-elemen tingkat atasnya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritas setiap elemen, pada tingkat dalam suatu hirarki terhadap sasarannya. Apabila Cvij didefinisikan
68
sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka:
dengan i = 1, 2, 3, ..., r j = 1, 2, 3, ..., s t = 1, 2, 3, ..., p Dimana : CHij (t, i-l) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-l), yang diperoleh dari hasil pegolahan horisontal. VWt(i-l) =
prioritas pegaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i-l) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal.
p = jumlah tingkat hirarki keputusan. r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i. s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-j. 7.
Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Langkah ini dilakukan dengan mengembalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masingmasing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika rasio inkonsistensi mempunyai nilai lebih dari 10 persen, maka informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki. Cara memperbaiki antara lain dengan memperbaiki cara mengajukan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner dan mengarahkan responden yang mengisi kuesioner dengan baik.
69