39
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di wilayah pertanian hortikulutra di Desa Cipendawa dan Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Jawa Barat. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu di antara tujuh kabupaten/kota yang merupakan sentra produksi tanaman hortikultura di Jawa Barat.
Menurut pihak
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kecamatan Pacet merupakan kecamatan yang direkomendasikan oleh Dinas Pertanian karena kemudahannya untuk diakses dan menjadi sentra produksi tanaman hortikultura (sayuran wortel) di Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Pacet merupakan sentra produksi tanaman hortikultura yang berada di Kabupaten Cianjur, sehingga dapat diasumsikan bahwa Pacet sebagai sentra produksi tanaman hortikultura memiliki sumberdaya pertanian hortikultura yang berlimpah dan secara pemasaran wilayah tersebut dapat dikatakan baik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga September 2011. Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian survai bersifat
deskriptif–korelasional.
Penelitian
ini
berusaha
menjelaskan
dan
menguraikan fenomena yang diamati. Hasil pengamatan diharapkan dapat menggambarkan sikap pemuda tani terhadap pekerjaan di bidang pertanian dan faktor–faktor mempengaruhi sikap pemuda. Desain ini juga dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik pemuda petani di Desa Cipendawa dan Sukatani dan untuk menguji hubungan antara peubah bebas dan peubah terikat melalui instrumen kuesioner. Peubah bebas di sini adalah karakteristik pemuda, sosialisasi oleh orang tua, keterdedahan terhadap media massa dan interaksi dengan teman dari bidang pertanian, serta persepsi pemuda terhadap kondisi di pedesaan. Sementara peubah terikat dalam penelitian ini adalah sikap pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian.
40
Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pemuda yang berasal dari keluarga petani, belum menikah, yang usianya berada pada rentang 13–24 tahun dan berada pada wilayah tanaman hortikultura di Kecamatan Pacet. Pertimbangan pemilihan tempat tersebut karena (1) merupakan sentra produksi tanaman wortel (2) besarnya jumlah petani pemuda (3) keragaman karakteristik sosial ekonomi masyarakatnya (4) terdapat kelompok tani yang aktif. Kecamatan Pacet terdiri atas 7 desa, terdapat dua desa yang menjadi sentra produksi tanaman hortikultura terbesar yaitu Desa Cipendawa dan Desa Sukatani (Wilayah Agropolitan). Menurut data yang dimiliki oleh Kecamatan Pacet, di Desa Cipendawa terdapat 1.457 Pemuda (15–30 tahun) sementara itu di Desa Sukatani terdapat 1.340 Pemuda (13-30 tahun). Sampel Penelitian Metode penarikan sampel terkategorikan probability random sampling dengan menggunakan cluster sampling dengan pertimbangan kerangka sampling penelitian sulit untuk ditentukan karena tidak dimilikinya data mengenai jumlah pemuda yang terkategorikan usia 13–24 tahun, belum menikah dan orang tuanya merupakan petani. Menggunakan cluster sampling dipilih dua desa secara sengaja yaitu Desa Cipendawa dan Desa Sukatani dengan pertimbangan desa tersebut memiliki produksi tanaman sayur yang besar di Kecamatan Pacet. Desa Cipendawa memiliki 4 Perdukuhan (kampung) yang terdiri dari 14 RW dan Sukatani memiliki 4 perdukuhan yang terdiri dari 8 RW. Dari masing–masing desa tersebut dipilih secara acak satu Perdukuhan, untuk Desa Cipendawa mendapatkan Dukuh Pasir Cina untuk desa Cipendawa dan Pasir Kampung untuk Desa Sukatani dengan masing–masing jumlah pemuda yang berasal dari keluarga petani dan belum menikah dengan usia antara 13–24 tahun adalah untuk Desa Cipendawa 110 orang dan untuk Desa 104 orang. Menurut Neuman (1997), Penentuan jumlah sampel yang representatif untuk populasi kecil yang kurang dari 1000 orang, maka peneliti membutuhkan suatu perbandingan sampel yang besar yaitu sekitar 30 persen dari populasi. Untuk lebih dapat melihat proses penarikan sampel dijelaskan pada kerangka penarikan sampling yang disajikan pada Gambar 3.
41
Kerangka Penarikan Sampel
KAB. CIANJUR
KEC. PACET
7 DESA
Desa Cipendawa
Desa Sukatani
4 Dusun
4 Dusun
Pasir Cina
Pasir Kampung
Dipilih secara acak
Jumlah Pemuda dari Keluarga Petani 110 orang
Dipilih secara acak
30% dari 110 = 34 Orang
Jumlah Pemuda dari Keluarga Petani 104 orang
30% dari 104 = 31 Orang
TOTAL SAMPEL 65 ORANG
Gambar 3. Kerangka penarikan sampel
42
Data dan Instrumentasi Data Data yang digali dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden secara langsung. Data primer pada penelitian ini meliputi data mengenai karakteristik pemuda, sosialisasi oleh orang tua, keterdedahan terhadap media massa, interaksi dengan teman di bidang pertanian, persepsi terhadap kondisi di pedesaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen–dokumen dari instansi seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, BPS, Kecamatan Pacet, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini, data sekunder dalam penelitian ini meliputi data–data seperti potensi wilayah, kebijakan–kebijakan pertanian terakhir di Kecamatan Pacet. Instrumentasi Instrumen adalah alat bantu yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang merupakan susunan pertanyaan/pernyataan yang akan diwawancarai langsung responden. Dasar jawaban responden adalah pertanyaan yang diajukan atau alternatif jawaban yang sudah tersedia dalam kuesioner. Pengembangan pertanyaan pertanyaan dari kuesioner yang telah ada dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas Instrumentasi Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1989) mengemukakan bahwa validitas instrumentasi adalah suatu tingkatan yang menunjukkan pengukuran yang tepat meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi diupayakan dengan cara mencermati isi instrumen yang mewakili seluruh aspek yang dinyatakan sebagai kerangka konsep. Validitas dalam penelitian ini didapat dengan jalan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan instrumen berdasarkan indikator-indikator yang dibuat dari teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli, termasuk konsultasi dengan dosen pembimbing. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi product moment Pearson. Untuk beberapa pernyataan yang terkait dengan teknis pertanian
43
diperoleh dari informasi yang diberikan oleh Penyuluh Lapang dan juga Ketua Gapoktan Perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson, menggunakan rumus sebagai berikut (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1989). N ( XY ) ( X
r [N
Keterangan
X
: r X Y XY N
2
( X )
2
Y) ][ N Y ( Y ) 2
2
]
= Nilai koefisien validitas = Skor pertanyaan pertama = Total Skor = Skor pertanyaan pertama dikalikan skor total = Jumlah responden
Uji validitas dilakukan dengan mengorelasikan skor masing–masing butir pertanyaan dengan skor total pada setiap peubah. Berdasarkan hasil uji statistik terhadap instrumen yang digunakan dengan SPSS versi 15, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan item pertanyaan yang valid dapat dilihat dari nilai kritis pada tabel product moment pearson. Dari hasil uji validitas yang diujikan pada 15 orang pemuda tani diperoleh nilai kritis dari tabel product moment pearson sebesar 0,553. Dengan nilai kritis tersebut terdapat 24 pertanyaan yang tidak valid dan dibuang, tetapi terdapat juga 26 pertanyaan yang nilai kritisnya tidak terlalu jauh di bawah 0,553 dimodifikasi tata bahasanya agar dapat lebih dipahami secara lebih detail oleh responden. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok dalam Singarimbun dan Effendi, 1989). Teknik yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas sebagai alat ukur yaitu teknik belah dua atau split half dengan mengorelasikan jawaban belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap).
rtot
2 rtt 1 rtt
44
Keterangan r.tot = Angka reliabilitas keseluruhan item r.tt = Angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Berdasarkan hasil uji analisis statistik dengan menggunakan SPSS versi 15 terhadap seluruh instrumen yang diuji coba terhadap 15 orang pemuda yang bukan sampel tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan responden. Pengujian reliabilitas menggunakan split–half , untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak dalat dilihat pada skala 0 – 1 interpretasi reliabilitas instrumen sebagai berikut: 1. Nilai reliabilitas 0,0–0,20
= Kurang reliabel
2. Nilai reliabilitas 0,21–0,40
= Agak reliabel
3. Nilai reliabilitas 0,41–0,60
= Cukup reliabel
4. Nilai reliabilitas 0,61–0,80
= Reliabel
5. Nilai reliabilitas 0,81–1,00
= Sangat Reliabel
Dari hasil uji reliabilitas yang diujikan pada 15 orang pemuda tani dengan menggunakan rumus split-half di peroleh kisaran nilai reliabilitas antara 0,540– 0,924. Sehingga dapat dikatakan reliabilitas instrumennya berkisar antara cukup reliabel sampai dengan sangat reliabel. Pengumpulan Data Pengumpulan data peda penelitian ini menggunakan kuesioner, FGD, Indepth interview, dan penelaahan terhadap naskah atau dokumen. 1) Kuesioner dalam penelitian ini ditanyakan terhadap 65 responden untuk mendapatkan data primer mengenai peubah – peubah yang diteliti. 2) FGD dilakukan untuk memperoleh penjelasan dari key informan (3 orang tua dari pemuda yang menjadi responden) data yang diperoleh mengenai pandangan orang tua dalam menyosialisasikan pertanian terhadap pemuda (anak mereka). 3) Wawancara mendalam (indepth interview) dengan 3 orang, Ketua Gapoktan Multi Tani Jaya Giri (serta PPL data yang diperoleh adalah data yang berhubungan dengan pandangan pemuda mengenai pertanian. 4) Penelaahan dokumen dilakukan terhadap potensi Desa Cipendawa dan potensi Desa Sukatani dan Cianjur dalam angka, data – data tersebut berupa data sekunder yang mendukung data primer .
45
Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut: 1.
Analisis statistik deskriptif dilakukan terhadap karakteristik pemuda, Interaksi dengan Orang Tua, Keterdedahan terhadap media massa dan Interaksi dengan teman dalam menyosialisasikan pekerjaan di bidang pertanian dan persepsi terhadap kondisi di pedesaan. Sementara perubah terikat dalam penelitian ini adalah sikap pemuda terhadap pekerjaan di sektor pertanian.
2.
Analisis statistik non-parametrik, yaitu untuk mengetahui nilai hubungan antara karakteristik pemuda, sosialisasi oleh orang tua, keterdedahan terhadap media massa dan interaksi dengan teman di bidang pertanian di bidang pertanian dan persepsi terhadap kondisi di pedesaan dengan sikap pemuda terhadap pekerjaan di sektor pertanian. Hubungan antar peubah tersebut dianalisis menggunakan program SPSS versi 15 dengan Uji Koefisien Kontingensi dan korelasi Rank Spearman. a.
Chi Square dengan rumus sebagai berikut: k
n
2
i 1 j 1
ij ij 2 ij
Keterangan : X2 = Koefisien korelasi chi square Oij = Frekuensi yang termasuk pada tiap sel (i,j) Eij = Frekuensi yang diharapkan dalam sel (i,j) k = Jumlah baris n = jumlah kolom Analisis keeratan hubungan pada Uji Chi Square dilakukan dengan menghitung koefisien kontingensinya dengan rumus sebagai berikut :
2 C n 2 Keterangan : C X2 n
= Nilai Koefisien Kontingensi = Hasil Chi Square hitung = Banyaknya sampel
46
b. Rank Spearman n
6 di 2 rs
i1
n n2 1
Keterangan : rs di n 1 dan 6
= Koefisien Korelasi Rank Spearman = Beda antara dua peubah berpasangan = Jumlah Responden = Bilangan koefisien Definisi Operasional
Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : I. Karakteristik Pemuda Pemuda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang berusia antara 13–24 tahun baik perempuan maupun laki–laki dan belum menikah dan berasal dari keluarga petani. Karakteristik pemuda adalah gambaran tentang sifat– sifat atau ciri– ciri pribadi yang dimiliki responden sampel penelitian ini, meliputi ciri–ciri pribadi (internal) sebagai berikut: X.1. Umur pemuda lama hidup pemuda dinyatakan dalam tahun, dihitung dari saat kelahiran sampai penelitian ini dilakukan dibulatkan dalam jumlah tahun terdekat saat ulang tahun bila terdapat selisih bulan (Muksin 2007). Peubah ini diukur dengan skala rasio. a. 13-14 tahun (remaja awal) b. 15–17 tahun (remaja pertengahan) c. 18–21 tahun (remaja akhir) d. 22–24 tahun (dewasa awal) X.2. Jenis Kelamin, adalah kondisi biologis primer pemuda apakah tergolong laki – laki ataupun perempuan yang secara kodrati memiliki fungsi–fungsi organisme yang berbeda (Handayani dan Sugiarti, 2008). Peubah ini diukur melalui skala nominal. a. Perempuan b. Laki - Laki
47
X.3. Tingkat Pendidikan Pemuda adalah pendidikan formal dari mulai jenjang SD sampai dengan jenjang perguruan tinggi yang pernah diikuti oleh pemuda, peubah tingkat pendidikan ini diukur dengan skala ordinal, (Muksin 2007) 1. Lulusan SD 2. Lulusan SLTP 3. Lulusan SLTA 4. Lulusan Perguruan Tinggi X.4. Status Kepemilikan Lahan Orang Tua, kondisi kepemilikan lahan pertanian yang dikelola oleh orang tua, diukur dengan skala ordinal. 1. Menggarap (Miliki orang lain) 2. Milik Sendiri X.5. Luas Lahan Pertanian Orang Tua, Jumlah hamparan tanah (ha) yang diusahakan ataupun yang dimanfaatkan orang tua dalam berusaha tani di mana pemuda tersebut berada dan membantu dalam aktivitas pemanfaatannya (Muksin 2007), diukur dengan skala rasio . 1. <0,25 ha 2. 0,25 – 0,7 ha 3. > 0,7 ha X.6. Tingkat Kekosmopolitan Pemuda, adalah kesediaan seseorang pemuda untuk berusaha mencari ida-ide baru dari luar lingkungannya atau tingkat keterbukaan dalam menerima pengaruh dari luar (Rogers dan Shoemaker dalam Soekartawi 2005), diukur dengan skala ordinal. 1. Rendah (0-1 kali) 2. Sedang (2-3 kali) 3. Tinggi (4-5 kali) II. Faktor Agen Sosialisasi Agen Sosialisasi merupakan pihak terdekat bagi pemuda yang mentrasmisikan nilainilai, pengetahuan atau norma–norma tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung (Ihromi 1999), terutama terkait dengan terutama nilai, pengetahuan mengenai pertanian. X.7. Sosialisasi oleh Orang Tua
48
X.7.1. Frekuensi orang tua bercerita terhadap anak mengenai pertanian, Menurut Turner dan West (2006) bercerita adalah suatu transmisi kebudayaan melalui interaksi dengan kata–kata dengan significant others dalam pembentukan dan bertahannya suatu kebudayaan dalam suatu generasi dan antar generasi. Dalam penelitian ini Frekuensi bercerita adalah tingkat keseringan orang tua (ayah dan ibu) dalam bercerita mengenai pertanian kepada anaknya (pemuda), peubah ini diukur dengan skala ordinal. 1. Rendah ( < 3) 2. Sedang (4–6) 3. Tinggi (7–9) X.7.2. Tingkat Pelibatan pemuda dalam kegiatan pertanian oleh orang tua. Menurut Turner dan West (2006), pelibatan pemuda dalam kegiatan orang tua dapat dikategorikan sebagai patterned family interaction (interaksi keluarga yang terpola) adalah aktivitas yang dilakukan dalam keluarga dalam rangka membangun dan mempertahankan identitas. Turner dan West juga mengatakan bahwa patterned family interaction merupakan suatu kegiatan informal yang rutin dilakukan biasanya merupakan kegiatan simbolik. Sementara dalam penelitian ini peubah ini didefinisikan sebagai keseringan orang tua dalam mengajak anaknya (pemuda) ke kebun untuk membantu orang tua mengerjakan kegiatan pertanian,diukur dengan skala ordinal. 1. Rendah (1-2,0) 2. Jarang (2,01 – 3, 01) 3. Sering (3,02 – 4) X.8. Keterdedahan terhadap Media massa X.8.1 Keterdedahan terhadap Media Televisi X.8.1.1 Frekuensi Menonton acara pertanian, adalah keadaan sering (seberapa sering) pemuda menyaksikan acara pertanian dalam satu bulan (Jahi, 1988), diukur dengan skala ordinal 1. Rendah (0–2 kali/bulan)
49
2. Sedang (3–4 kali/bulan) 3. Tinggi (5–7 kali/bulan) X.8.1.2 Intensitas Menonton acara pertanian, adalah lamanya waktu yang diluangkan oleh pemuda dalam satu kali menyaksikan acara televisi, dihitung dengan skala ordinal 1. Rendah (< 20 menit) 2. Sedang (21–41 menit) 3. Tinggi
(42–60 menit)
X.8.2 Keterdedahan terhadap Media Massa Radio X.8.2.1 Frekuensi mendengarkan acara pertanian, adalah seberapa sering pemuda mendengarkan acara pertanian dalam satu bulan (Jahi, 1988), diukur dengan skala ordinal 1. Rendah (<2 kali) 2. Sedang (2 kali ) 3. Tinggi (3 kali) X.8.2.2. Intensitas mendengarkan acara pertanian, adalah lamanya waktu yang diluangkan oleh pemuda dalam satu kali mendengarkan acara radio, diukur dengan skala ordinal 1. Rendah (0 -20 menit) 2. Sedang (21 – 41 menit) 3. Tinggi (42 – 60 menit)
X.9. Interaksi dengan Teman X.9.1 Tingkat Kedekatan dengan teman di bidang pertanian, Kedekatan hubungan (closeness Relationships), dilihat dari seberapa sering individu dengan teman menghabiskan waktu bersama dengan teman dekat dan siapa teman dekatnya (Jaccard et al. 2005), dalam penelitian ini tingkat kedekatan dengan teman di bidang pertanian didefinisikan sebagai tingkat kedekatan teman dengan teman–teman terbaiknya yang bekerja di bidang pertanian. peubah ini diukur dengan skala ordinal 1. Rendah (0–2)
50
2. Sedang (3–4) 3. Tinggi (5-6) X.10. Persepsi Pemuda terhadap Kondisi di Pedesaan X.10.1 Persepsi pemuda terhadap Kesempatan Kerja di Pedesaan, menurut Rakhmat (2005) persepsi adalah pengalaman tentang obyek, perstiwa, atau
hubungan–hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan atau didefinisikan sebagai proses memberikan makna pada stimuli inderawi sehingga memperoleh pengetahuan baru. Dalam penelitian ini persepsi pemuda didefinisikan sebagai cara pandang atau pemaknaan pemuda dalam melihat peluang kerja yang ada di pedesaan atas dasar pengalaman–pengalaman terdahulu, diukur dengan skala ordinal. 1. Tidak terdapat kesempatan kerja (1-1,75) 2. Kurang terdapat kesempatan kerja (1,76 - 2,51) 3. Terdapat kesempatan kerja (2,52 - 3.27) 4. Banyak terdapat kesempatan kerja (3,28 – 4) X.10.2 Persepsi pemuda terhadap kondisi sumberdaya alam di Pedesaan, Secara teoritis persepsi menurut Rakhmat (2005) adalah pengalaman tentang obyek, perstiwa, atau hubungan–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau didefinisikan sebagai proses memberikan makna pada stimuli inderawi sehingga diperoleh pengetahuan baru. Dalam penelitian ini persepsi pemuda terhadap kondisi sumber daya alam di pedesaan adalah cara pandang atau pemaknaan pemuda dalam melihat sejauhmana ketersediaan sumberdaya yang terkandung dalam tanah dan air di pedesaan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang di dasarkan oleh pengalaman– pengalaman terdahulu, diukur dengan skala ordinal. 1. Sangat Buruk (1-1,75) 2. Buruk (1,76-2,51) 3. Baik (2,52-3.27) 4. Sangat Baik (3,28 – 4)
51
X.10.2 Persepsi pemuda terhadap prospek pertanian di masa yang akan datang Secara teoritis persepsi menurut Rakhmat (2005) adalah pengalaman tentang obyek,
perstiwa,
atau
hubungan–hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau didefinisikan sebagai proses memberikan makna pada stimuli inderawi sehingga memperoleh pengetahuan baru. Pada penelitian ini persepsi pemuda terhadap pertanian di masa depan didefinisikan sebagai cara pandang atau pemaknaan pemuda dalam melihat pertanian di masa yang akan datang. Peubah ini diukur dengan skala ordinal. 1. Tidak Prospektif (1-1,75) 2. Kurang Prospektif (1,76 - 2,51) 3. Prospektif (2,52 - 3.27) 4. Prospektif (3,28 – 4) Y.1. Sikap Pemuda terhadap Pekerjaan di Bidang Pertanian Menurut Mar’at (1981), sikap adalah konsep evaluasi berkenaan dengan obyek tertentu, menggugah motif untuk bertingkah laku. Secara operasional dapat didefinisikan bahwa sikap pemuda terhadap pekerjaan di sektor pertanian adalah kondisi psikologis pemuda yang didasari konsep evaluasi pekerjaan di bidang pertanian dari segi pemenuhan kebutuhan setelah dipengaruhi oleh komponen kognitif, afektif, konatif yang berkaitan dengan pekerjaan di bidang pertanian. Dalam penelitian ini sikap terhadap pekerjaan ini dikaitkan dengan konsep pekerjaan yang kemukakan oleh Sajogyo (1987) yaitu pekerjaan sebagai interaksi sosial, sebagai status sosial, dan sebagai kegiatan yang menghasilkan uang (ekonomi). Diukur dengan skala ordinal, penelitian ini menggunakan metode Likert (Oppenheim, 1966). 1. Tidak Setuju (1- 1,75) 2. Kurang Setuju (1,76 – 2,51) 3. Setuju (2,52 – 3,25) 4. Sangat Setuju (3,26 – 4) Y.1.1. Aspek Kognisi Pemuda Terhadap Pekerjaan di Bidang Pertanian
52
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk berfikir, kepercayaan, pengetahuan, dan ide mengenai konsep (Mar’at 1981). Pada penelitian ini aspek kognisi dari pemuda didefinisikan sebagai pengetahuan pemuda mengenai teknis dari kegiatan usahatani pertanian tanaman sayur dataran tinggi, diukur melalui skala ordinal. 1. Tidak Setuju (1- 1,75) 2. Kurang Setuju (1,76 – 2,51) 3. Setuju (2,52 – 3,25) 4. Sangat Setuju (3,26 – 4) Y.1.2. Aspek Afeksi Pemuda Terhadap Pekerjaan di Bidang Pertanian (Y1.2) Didefinisikan sebagai kompenen sikap yang menyangkut kehidupan emosional seseorang sementara itu dalam penelitian ini komponen afeksi didefinisikan sebagai evaluasi pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian, diukur melalui skala ordinal. 1. Tidak Setuju (1- 1,75) 2. Kurang Setuju (1,76 – 2,51) 3. Setuju (2,52 – 3,25) 4. Sangat Setuju (3,26 – 4) Y.1.3. Aspek Konasi Pemuda Terhadap Pekerjaan di Bidang Pertanian (Y1.2) Didefinisikan sebagai kompenen sikap yang berkaitan dengan kecenderungan bertingkah laku seseorang (Mar’at 1981), sementara itu dalam penelitian ini komponen konasi didefinisikan sebagai kecenderungan pemuda untuk bekerja di bidang pertanian yang didasari oleh pertimbangan produksi, interaksi, status sosial, dan ekonomi, diukur melalui skala ordinal. 1. Tidak Setuju (1- 1,75) 2. Kurang Setuju (1,76 – 2,51) 3. Setuju (2,52 – 3,25) 4. Sangat Setuju (3,26 – 4)