19
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja, Provinsi Riau. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Desember 2004. Bahan dan Alat Objek penelitian adalah vegetasi dari suatu hutan sisa akibat fragmentasi kawasan hutan Suaka Margasatwa Balai Raja. Bahan yang digunakan adalah bahan keperluan untuk pembuatan herbarium seperti alkohol 70%, kantong plastik, kertas koran, label gantung, karung dan tally sheet. Alat yang digunakan meliputi peta lokasi, meteran, pisau, parang, penggaris, lakban, haga hypsometer, pita ukur, phi band, kompas, peralatan dokumentasi, dan alat tulis menulis. Metode Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data vegetasi yang mencakup: a. Jumlah invidu, jumlah jenis, diameter setinggi dada, tinggi, dan luas penutupan tajuk (untuk kepentingan pembuatan diagram profil) untuk tingkat pohon dan tiang. b. Jumlah jenis vegetasi tingkat pancang dan semai
Pembuatan plot pengamatan. 1.
Sebelum dilakukan pembuatan petak contoh pengamatan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan survei pendahuluan dan ditunjang dengan studi peta kerja maupun peta hutan sisa kawasan SM Balai Raja guna mengetahui lokasi penempatan petak contoh penelitian.
20
2.
Penetapan jalur dilakukan secara purposive sampling berupa jalur-jalur analisis vegetasi yang ditempatkan mulai dari tepi hutan sisa sampai ke dalam hutan dengan panjang jalur 300 meter dan jarak antar jalur yang bervariasi tergantung dengan kondisi keberadaan vegetasi di lapangan.
3.
Jalur pengamatan adalah berupa jalur berpetak dengan ukuran petak contoh 20m x 20m untuk tingkat pohon dimana dilakukan pencatatan jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi pohon. Dalam petak contoh 20m x 20m dibuat sub petak contoh berukuran 10m x 10m untuk tingkat tiang dimana dilakukan pengamatan
jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi
vegetasi; sub petak contoh 5m x 5m untuk pengamatan permudaan tingkat pancang; sub petak contoh berukuran 2m x 2m untuk pengamatan permudaan tingkat semai. Berdasarkan komposisi jenis yang dihasilkan dari tiap contoh, kemudian dilakukan perhitungan ukuran keanekaragaman jenis (kekayaan, kemerataan dan kelimpahan jenis). Dari data yang diperoleh digunakan juga dalam penentuan struktur tegakan. Selain itu dilakukan perhitungan indeks nilai penting (INP) dari vegetasi hutan sisa.
21
Gambar 2 Penempatan transek pengamatan pada lokasi penelitian.
c a
b
300 m d
Gambar 3 Teknik pengumpulan data untuk kepentingan analisis vegetasi. (a = 2m x 2m; b = 5m x 5m; c = 10m x 10 m; d = 20m x 20 m)
22
Analisis Data Determinasi jenis Untuk mengetahui nama jenis dan famili dari jenis-jenis tumbuhan yang diamati adalah dengan membuat herbarium masing-masing jenis dan kemudian diidentifikasi pada Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor, disamping itu dengan menggunakan literatur yang ada kemudian dicocokkan dengan nama daerah dari masing-masing jenis. Indeks Keragaman Indeks keragaman yang ditentukan meliputi kekayaan jenis, kelimpahan jenis dan kemerataan (Magurran, 1988) 1. Kekayaan jenis (Species richness) Indeks Kekayaan jenis dihitung menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef, yakni sebagai berikut : DMg = (S – 1) / Ln.N
Dimana : DMg = indeks diversitas Margalef S
= jumlah jenis yang teramati
N
= jumlah total individu yang teramati
ln
= logaritma natural
2. Kelimpahan jenis (Species Abudance) Penentuan indeks kelimpahan jenis pada penelitian ini menggunakan indeks Shannon-Wiener, yang dihitung dengan formula berikut :
∑( )
23
Dimana H’ = indeks diversitas Shanon s
= jumlah jenis
pi
= proporsi jumlah individu ke-i (ni/N)
ln
= log natural
3. Kemerataan jenis (Species evenness) Kemerataan jenis ditentukan dengan menggunakan indeks kemerataan jenis Shannon-Wiener dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana J
= indeks kemerataan
H’
= indeks diversitas Shannon
H’maks = ln(s) Dominansi spesies tumbuhan Perhitungan dominansi spesies tumbuhan baik tingkat pohon dan permudaan serta tumbuhan bawah ditentukan dengan menghitung indeks nilai penting, dengan persamaan sebagai berikut : 1. Tingkat pohon dan tiang ( ) (
)
24
( ) (
)
( ) (
)
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR
2. Tingkat permudaan pancang dan semai ( ) (
)
(
)
( )
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR
Struktur Tegakan Tingkat Pohon dan Tiang. Analisa struktur vegetasi vertikal dilakukan dengan menggunakan diagram profil.
Petak contoh yang
digunakan untuk pembuatan diagram profil diperoleh dengan mengambil masingmasing satu jalur yang mewakili kondisi bagian utara, selatan, timur dan barat hutan sisa yang diamati. Gambaran yang disajikan merupakan proyeksi dari kondisi vegetasi pohon dan tiang dalam suatu areal dengan lebar 20 meter dan panjang 80 meter. Selanjutnya untuk pembuatan diagram profil dilakukan pengukuran tinggi dan luas penutupan tajuk baik pada tingkat pohon maupun tiang.
25
Penentuan Lebar Edge. Penentuan lebar nilai edge adalah dengan menggunakan analisis gerombol (Bray Curtis Cluster Analisis). Adapun tahapan dalam analisis cluster tersebut adalah sebagai berikut : 1. Data jumlah individu setiap jenis yang terdapat pada masing-masing petak perjalur dimasukkan dalam tabel sehingga terdapat dua tabel yaitu masingmasing untuk tingkat semai dan pancang. 2. Dilakukan penghitungan nilai jarak diantara dua unit contoh dengan menggunakan rumus Bray Curtis Distance. Metode penggabungan unitunit contoh yang digunakan adalah average lingkage clustering, yaitu jarak antar cluster yang dihitung berdasarkan pada jarak rata-rata diantara setiap pasangan unit contoh atau cluster. 3. Cluster-cluster yang terbentuk dan jarak antar cluster digambarkan dalam sebuah dendogram. 4. Jarak cluster untuk klasifikasi ditentukan dengan menggunakan indeks kesamaan komunitas Sorensen. Titik pembatas dendogram ditentukan pada koefisisen jarak dimana diperkirakan setiap cluster yang terbentuk memiliki indeks kesamaan sebesar ≥ 25% (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Indek kesamaan komunitas didapatkan dari rumus indeks kesamaan komunitas Sorensen dengan persamaan sebagai berikut: 2 C IS jk = --------- x 100% A+B Dimana : IS = persen similarity antara unit contoh ke-j dan unit contoh ke- k. A
= jumlah jenis di dalam contoh A
B
= jumlah jenis di dalam contoh B
C
= jumlah jenis yang sama atau lebih kecil dari jenis-jenis yang sama yang pada dua unit contoh yang dibandingkan.
26
5. Hasil dari klasifikasi tersebut kemudian dibahas lebih lanjut secara deskriptif terhadap jumlah cluster yang terbentuk. 6. Berdasarkan cluster-cluster yang terbentuk dalam setiap jalur, dilakukan pencaharian keberadaan spesies indikator pada setiap petak. Kehadiran spesies indikator pada setiap petak dalam cluster tersebut menunjukkan lebar daerah tepi yang terbentuk pada hutan sisa.