METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada sepanjang koridor sungai Ciliwung di DKI Jakarta, dimulai dari daerah hulu DKI Jakarta, yaitu Srengseng Sawah, Jakarta Selatan sampai daerah hilir, di Marina, Ancol, Jakarta Utara. Batas wilayah penelitian selebar ± 250 m sisi kiri dan kanan sungai dihitung dari garis sumbu sungai berdasarkan PROKASIH 2005, sepanjang ± 55 km. Secara geografis terletak pada 106°40’20’’- 106°56’25” Bujur Timur dan 06°23’00” – 06°4’30” Lintang Selatan (Gambar 5). Waktu pengumpulan data lapangan dimulai bulan Januari sampai Februari 2007.
Sumber: Bakosurltanal (2005)
Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian
16
Alat dan Bahan Penelitian ini penggunaan alat dan bahan berupa perangkat keras dan perangkat lunak, peta Rupa Rupa Bumi Prov. DKI Jakarta (Bakosurtanal 2005) dan kuesioner. Adapun perangkat keras dan perangkat lunak (soft ware) yang digunakan tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Perangkat Keras, Perangkat Lunak dan Kegunaannya Perangkat Keras Perangkat Lunak (Software) Perangkat Arcview ver 3.3 Komputer Excel 2003 SPSS 12.0 GPS Kamera Digital Tape Recorder
Kegunaan Analisis spasial Analisis tabular Analisis tabular Pencatatan titik lokasi pengamatan Dokumentasi kondisi lapangan Dokumentasi hasil wawancara
Metode Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) tahap pengumpulan dan pengklasifikasian data, (2) tahap analisis dan sintesis, serta (3) tahap perencanaan kawasan , seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6. 1. Pengumpulan dan Pengklasifikasian Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder (Tabel 2). Data primer terbagi dalam dua cara yaitu data hasil wawancara dan data hasil pengamatan di lokasi penelitian. Pengumpulan data pada lokasi pengamatan dilakukan dengan cara sistematik, yaitu berjarak sekitar lima kilometer, sehingga berjumlah 11 lokasi (Gambar 5). Penentuan jarak pengamatan ini, berdasarkan tingginya keragaman pemanfaatan lahan di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung, meandering sungai yang berkelok-kelok, dan sinousitasnya. Data primer ini selain diperoleh melalui pengamatan di lapangan, juga melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur terhadap stake holder terkait. Tabel 3 memperlihatkan daftar Stake holder yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari 100 orang masyarakat setempat, 20 orang dari delapan institusi terkait, empat orang dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan empat orang dari agen perjalanan wisata yang ada di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
17
Koridor Sungai Ciliwung
Peta Digital
Survey Lapangan
Data Non Spatial: • Masyarakat setempat • Obyek & atraksi wisata yang tersedia • Fasilitas & Aksesibilitas • Kualitas lingkungan
Data Sekunder Instansi Pemda LSM Internet Pustaka Universitas, Perguruan Tinggi, dll
• • • •
Identifikasi
Kondisi Biofisik
Kondisi Obyek & Atraksi Wisata
Kondisi Masyarakat
Kriteria
Kriteria
Kriteria
Karakter Sungai
Obyek & Atraksi Wisata
Akseptibilitas Masyarakat
Kelayakan Obyek & Atraksi Ekowisata
Peluang Ekonomi Masyarakat
Skoring & Pembobotan
Skoring & Pembobotan
Skoring & Pembobotan
Zona Kondisi Biofisik Potesial
Zona Wisata Potensial
Zona Kondisi Masyarakat Potensial
Tahap 1 Pengumpulan & Pengklasifikasian Data
Data Spatial: • Tata Kota Prov. DKI Jakarta • Bakosurtanal • PPLH • Dep. Kimpraswil.
Studi Pustaka
Bantaran Sungai Tahap 2 Analisis & Sintesisi
Kualitas Air
Zona Ekowisata Potensial Koridor Sungai Ciliwung
Konsep Rencana Ekowisata di Koridor Sungai Ciliwung
RENCANA PENGEMBANGAN RIVERSCAPE EKOWISATA PERKOTAAN (Perencanaan, Program & Infrastruktur Pendukung Ekowisata)
Gambar 6. Tahap Penelitian
Tahap 3 Konsep & Perencanaan
Program Rencana Pengembangan Kawasan
18
Tabel 2. Sumber dan Jenis Data Peta & Citra
Data & Informasi • Peta rupa bumi DKI Jakarta, skala 1 : 25.000 • Peta administrasi DKI Jakarta (soft copy) • Peta land use DKI Jakarta, skala 1 : 25.000 • Peta RTRW DKI Jakarta, skala 1 : 700.000 • Peta Jalan DKI Jakarta, skala 1 : 12.500 • Peta wisata DKI Jakarta (tidak skala) • Peta Sungai Ciliwung (soft copy) • Citra Landsat
Kondisi fisik Sungai Ciliwung di DKI Jakarta & sekitarnya
• Data iklim DKI Jakarta • Kualitas ekologis • Kualitas air Sungai Ciiwung • Hidrogeologi DKI Jakarta • Bahaya banjir • Bahaya longsor
Obyek dan atraksi Ekowisata
• Keragaman hayati • Kondisi ekosistem • Kondisi obyek dan atraksi wisata eksisting. • Aksesibilitas • Infrastruktur • Fasilitas wisata
Aspek Masyarakat
Program dan kajian yang pernah dilakukan
a. Demografi b. Persepsi dan preferensi masyarakat Pengelolaan kawasan dan Program perbaikan kawasan
Sumber Data • Bakosurtanal
Jenis Data • Sekunder
• Bakosurtanal
• Sekunder
• Dinas Tata Kota DKI Jakarta
• Sekunder
• Dinas Tata Kota DKI Jakarta
• Sekunder
• Umum
• Sekunder
• Dinas Pariwisata DKI Jakarta
• Sekunder
• Dep PU, PPLH-IPB
• Sekunder
• PPLH
• Sekunder
• BMG • BPLHD Prov. DKI Jakarta • BPLHD Prov. DKI Jakarta, lapangan • Dep. Kimpraswil • Dep Kimpraswil, masyarakat, lapangan • Dep Kimpraswil, masyarakat, lapangan
• Sekunder • Primer, sekunder • Primer, sekunder
• Internet, lapangan • Lapangan • Internet, Dinas pariwisata DKI Jakarta, Dinas P2B DKI Jakarta, lapangan • Survey • Survey • Survey
• Primer, sekunder • Primer • Primer, sekunder
• BPS Prov DKI Jakarta • Masyarakat • Masyarakat
• Sekunder • Primer • Primer
• Dep Kimpraswil, Dep. PU. • BPLHD Prov. DKI Jakarta • Dinas kebersihan Prov DKI
• Primer, sekunder • Primer, sekunder • Primer, sekunder
Jakarta Dinas P2B Prov DKI Jakarta BP DAS Ciliwung –Citarum Dinas PU Prov. DKI Jakarta BBSWS Ciliwung –Cisadane Dinas Perhub. Prov. DKI Jakarta Dinas Pertamanan Prov. DKI Jakarta • BAPPEDA Prov. DKI Jakarta
• • • • • • • • • •
(WALHI) Jakarta LPP Mangrove Action contre la Faim (ACF) Aspac Mitra Consultindo
• Sekunder • Primer, sekunder • Primer, sekunder
• Primer • Primer • Primer
• Sekunder • Primer, sekunder • Primer • Primer • Primer • Primer • Primer • Primer, sekunder • Primer • Primer • Primer, sekunder • Primer, sekunder
19
Tabel 3. Daftar Stake Holder Sungai Ciliwung yang menjadi Responden
1
2
Stake Holder Masyarakat setempat
Jumlah (orang) 100
Institusi
20
1. 2.
Masyarakat pada titik pengamatan Tokoh Masyarakat
1. 2.
7. 8.
Direktorat Penataan Ruang Wilayah II Departemen PU Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi DKI Jakarta Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi DKI Jakarta Badan, Dinas Tata Kota Provinsi DKI Jakarta Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta Balai Besar Satuan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBSWSCC), Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta.
3. 4. 5. 6.
3
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
4
1. 2. 3. 4.
Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jakarta LPP Mangrove Action contre la Faim (ACF) Aspac Mitra Consultindo
4
Agen Perjalanan
4
1. 2. 3. 4.
Panorama Tour dan Travel Himpunan Pemandu Wisata Indonesia (HPI) Makara Tour dan Travel Pesona Ceria
2. Analisis dan Sintesis Analisis dilakukan untuk melihat kondisi biofisik sungai, obyek dan atraksi wisata eksisting, serta dukungan masyarakat di sepanjang kawasan penelitian. Hal ini bertujuan untuk menentukan zona potensial, yaitu zona yang sesuai dengan standar penilaian untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata perkotaan. 2.1. Penilaian Kondisi Biofisik Sungai Penilaian terhadap kondisi biofisik Sungai Ciliwung dilakukan guna melihat kesesuaian kawasan tersebut sebagai lokasi, dan obyek dan atraksi ekowisata di perkotaan. Penilaian ini meliputi kawasan sungai yang terdiri dari bantaran sungai dan kualitas air. 2.1.1. Kualitas Bantaran Sungai Bantaran sungai yang dinilai mulai dari batas air tertinggi sampai daerah batas penataan sungai (DBPS) Ciliwung yaitu 250 m dari as sungai sesuai rencana kerja Prokasih (2005). Peubah meliputi topografi, bahaya banjir, dan penggunaan lahan (Tabel 4). Penilaian dilakukan pada 11 lokasi pengamatan di sepanjang koridor Sungai.
20
Tabel 4. Penilaian Kualitas Bantaran Sungai Peubah
Nilai
Skor
4 3 2 1
S1 S3 S3 S4
4 3 2 1
S1 S3 S3 S4
4 • Sesuai peruntukan lahan, tertata baik, dominan hijau 3 • Sesuai peruntukan, kurang tertata, > hijau 2 • Tidak sesuai peruntukan, kurang tertata, luasan lahan hijau sama besarnya dengan lahan terbangun 1 • Tidak sesuai peruntukan, tidak tertata, dominan lahan terbangun Keterangan: Skor (S1=sangat sesuai, S2=sesuai, S3=kurang sesuai, S4=tidak sesuai) Sumber : USDA (1968); modifikasi.
S1 S3 S3
Bahaya longsor
Bahaya banjir
Penggunaan Lahan (Land Use)
Bobot Kategori (%) 25 • 0 – 8%, tidak berpotensi longsor • 8 – 15%, sedikit berpotensi longsor • 15 – 30%, cukup berpotensi longsor • > 30%, sangat berpotensi longsor 25
• Tidak Pernah • Banjir 1x dalam 5 th • Banjir >1x/5th - <1x/th • Banjir >1x/th
25
S4
Penghitungan klasifikasi kondisi bantaran sungai = 11
11
11
i =1
i =1
i =1
( ∑ Fbl x 25) + ( ∑ Fbb x 25) + (∑ Flu x 25) Keterangan: Fbl
= faktor bahaya longsor
Fbb = faktor bahaya banjir Flu
= faktor penggunaan lahan (land use)
11
∑ i =1
= lokasi ke 1 sampai 11
Tingkat kualitas bantaran sungai terbagi dalam T
= tinggi, nilai 226 – 300
S
= sedang, nilai 151 – 225
R
= rendah, nilai 75 - 150 2.1.2. Kualitas Air Penilaian kualitas air terdiri dari kualitas fisik meliputi warna air, debit air,
sedimentasi (TDS,TSS), dan kualitas kimia air yaitu COD, BOD, dan DO. Penilaian dilakukan pada 11 lokasi disepanjang koridor Sungai. Penilaian kualitas badan air ditunjukkan oleh Tabel 5.
21
Tabel 5. Penilaian Kualitas Air Peubah Warna Air
Bobot (%) 30 • • • •
Kategori
Nilai
Skor
Coklat jernih Coklat Coklat hitam Hitam
4 3 2 1
S1 S3 S3 S4
Debit Air
30
• • • •
Tidak ada perbedaan pada musim penghujan & kemarau Sedikit perbedaan pada musim penghujan & kemarau Fluktuasi musim penghujan dan kemarau agak tinggi Fluktuasi musim penghujan dan kemarau tinggi
4 3 2 1
S1 S3 S3 S4
Sedimentasi (TDS, TSS)
20
• • • •
Baku mutu Kelas I Baku mutu Kelas II Baku mutu Kelas III Baku mutu Kelas IV
4 3 2 1
S1 S3 S3 S4
Kualitas 20 4 • Baku mutu Kelas I Kimia air 3 • Baku mutu Kelas II (COD, 2 • Baku mutu Kelas III BOD, DO) 1 • Baku mutu Kelas IV Keterangan: Skor (S1=sangat sesuai, S2=sesuai, S3=kurang sesuai, S4=tidak sesuai) Sumber : BPLHD dan ASDEP urusan SARPEDAL KLH (2005); USDA (1968); modifikasi.
S1 S3 S3 S4
Penghitungan klasifikasi kondisi badan air = 11
11
11
i =1
i =1
i =1
( ∑ Fwa x 30) + ( ∑ Fda x 30) + ( ∑ Fsed x 20) + (
11
∑ Fka x 20) i =1
Keterangan: Ftwa = faktor warna air Fda = faktor debit air Fsed = faktor sedimentasi Fka = faktor kualitas air 11
∑ i =1
= lokasi ke 1 sampai 11
Tingkat kualitas bantaran sungai terbagi dalam T
= tinggi, nilai 300 – 400
S
= sedang, nilai 200 – 299
R
= rendah, nilai 100 - 199 Dari hasil penilaian kondisi bantaran sungai dan kualitas air digabungkan
untuk mendapatkan tingkatan potensial biofisik dari setiap lokasi pengamatan. Hasil penggabungan tersebut di klasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan potensi kawasan sebagai berikut:
22
SP
: Sangat Potensial, dengan nilai 526 - 700 Kualitas lingkungan pada lokasi ini sangat baik, sangat potensial untuk pengembangan kawasan ekowisata. Tidak perlu ada perbaikan pada lokasi ini. Perlakuan hanya untuk menjaga kualitas lingkungan agar tetap baik.
P
: Potensial, dengan nilai 351 - 525 Kualitas lingkungan pada lokasi ini pada tingkat sedang diperlukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
TP
: Tidak Potensial, dengan nilai 175 - 350 Kualitas lingkungan pada lokasi ini sangat rendah, diperlukan perlakuan perbaikan kualitas lingkungan sungai yang cukup serius. 2.2. Penilaian Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Penilaian Obyek dan atraksi yang tersedia untuk pengembangan wisata pada
kawasan ekowisata dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, penilaian potensi obyek dan atraksi wisata yang tersedia, tahap ini dilakukan untuk melihat tingkat potensi obyek dan atraksi wisata yang tersedia di sepanjang koridor Sungai Ciliwung. Penilaian ini diklasifikasikan menggunakan enam kriteria dari Inskeep (1991) dan Umar (2005) yang telah dimodifikasi (Tabel 6). Penilaian dilakukan oleh 11 orang ahli yang berasal dari Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta (empat orang), BAPPEDA Provinsi DKI Jakarta (tiga orang), dan Agen Perjalanan (empat orang). Perhitungan nilai dari masing-masing ahli dijumlahkan untuk diklasifikasikan dalam tingkatan tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Penentuan klasifikasi tingkat potensi obyek dan atraksi wisata sebagai berikut: 11
11
∑ skor maksimal - ∑ skor minimal
i =1 i =1 Klasifikasi tingkat potensi = ----------------------------------------------11 ∑ tingkat klasifikasi i =1
Setelah diklasifikasikan, dilakukan penilaian tahap kedua, yaitu menilai kelayakan potensi obyek dan atraksi wisata disetiap lokasi pengamatan. Penilaian dilakukan berdasarkan tingkat ekologis dimana obyek dan atraksi tersebut berada, transportasi dan aksesibilitas yang tersedia untuk mencapai lokasi obyek dan atraksi wisata tersebut, letak obyek dan atraksi wisata dari jalan utama, dan fasilitas wisata yang tersedia (Tabel 7).
23
Tabel 6. Penilaian Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Peubah Kesejarahan
Kategori • Bersejarah, dijaga kelestariannya oleh Pemda setempat. • Bersejarah, kurang dilestarikan. • Bersejarah, tidak dilestarikan. • Tidak bersejarah.
Nilai 4 3 2 1
Keunikan
• Mempunyai kekhususan, istimewa dan menjadi ke-khasan lokasi tersebut. • Bersifat khusus, cukup istimewa, tapi tidak menjadi khas lokasi tersebut. • Kurang bersifat khusus dan kurang istimewa. • Tidak khusus dan istimewa.
4
Fungsi sosial
• Berfungsi sosial sangat baik • Cukup baik memberi berfungsi sosial • Sedikit berfungsi sosial • Tidak berfungsi sosial
4 3 2 1
Keselarasan dengan Lingkungan
• Keberadaan obyek dan atraksi sangat selaras dengan lingkungan • Keberadaan obyek dan atraksi cukup selaras dengan lingkungan • Keberadaan obyek dan atraksi kurang selaras dengan lingkungan • Keberadaan obyek dan atraksi tidak selaras dengan lingkungan
4 3 2 1
Attractiveness
• Sangat menarik untuk dinikmati. • Cukup menarik untuk dinikmati. • Kurang menarik untuk dinikmati. • Tidak menarik untuk dinikmati.
4 3 2 1
• Hanya ada di lokasi tersebut dan sangat terawat. • Hanya ada di lokasi tersebut dan kurang terawat. • Hanya ada di lokasi tersebut dan tidak terawat. • Tidak ada obyek dan atraksi yang langka. Sumber : Inskeep (1991); Umar (2005); modifikasi. Kelangkaan
3 2 1
4 3 2 1
Penghitungan tahap kedua obyek dan atraksi wisata sebagai berikut: Klasifikasi kondisi kelayakan obyek dan atraksi wisata = 11
11
11
11
11
i =1
i =1
i =1
i =1
i =1
( ∑ Foa x 30) + ( ∑ Fek x 30) + ( ∑ Faks x 20) + (∑ Fjl x 10) + ( ∑ Ffas x 10) Keterangan: Ffoa = faktor obyek dan atraksi wisata Fek = faktor ekologis Faks = faktor aksesibilitas Fjl
= faktor letak dari jalan utama
Ffas = faktor fasilitas wisata yang tersedia 11
∑ i =1
= lokasi ke 1 sampai 11
24
Tabel 7. Penilaian Kelayakan Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Peubah Obyek dan atraksi wisata
Bobot (%) 30
Kategori
Nilai
Skor
• Semua atraksi wisata bernilai tinggi (T). • Atraksi wisata yang ada bernilai sedang (S) sampai tinggi (T). • Atraksi wisata yang ada bernilai rendah (R) sampai sedang (S). • Tidak terdapat obyek dan atraksi.
4 3
S1 S2
2
S3
1
S4
4 3 2 1
S1 S2 S3 S4
Ekologis
30
• • • •
Aksesibilitas
20
• Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik; kendaraan umum beragam, kondisi baik. • Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas. • Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum. • Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum.
4
S1
3
S2
2
S3
1
S4
• • • •
4 3 2 1
S1 S2 S3 S4
Letak dari jalan utama
10
Endemik, unit ekologi terjaga Semi endemik, unit ekologi terjaga Unit ekologis terganggu-rusak Tidak terdapat unit ekologi
Dekat (<1 km) Sedang (1 – 3 km) Cukup jauh (3 - 5 km) Sangat jauh (>5 km)
4 • Tersedia, lengkap, kualitas baik & terawat 3 • Ada beberapa, cukup terawat 2 • Ada bebrapa, kurang terawat 1 • Tidak tersedia Keterangan: Skor (S1=sangat sesuai, S2=sesuai, S3=kurang sesuai, S4=tidak sesuai) Sumber: Inkeep (1991); Yusiana (2007); Badan Perencana Kabupaten Malang (2006) dalam Prasasti (2008); modifikasi. Fasilitas wisata yang tersedia
10
S1 S2 S3 S4
Hasil penilaian kelayakan obyek dan atraksi wisata diklasifikasikan dalam tingkatan sebagai berikut: SP
: Sangat Potensial, dengan nilai 300 - 400 Obyek dan atraksi wisata sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya ekowisata.
P
: Potensial, dengan nilai 200 - 299 Obyek dan atraksi wisata cukup potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya wisata. Perlu perlakuan untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial.
25
TP
: Tidak Potensial, dengan nilai 100 – 199 Obyek dan atraksi wisata yang tersedia tidak potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daya wisata. Perlu perlakuan yang khusus dan mahal untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial. 2.3. Dukungan Masyarakat Lokal Penilaian aspek masyarakat dilakukan untuk mengetahui dukungan
masyarakat setempat untuk mewujudkan rencana pengembangan ekowisata di sungai Ciliwung. Penilaian ini terbagi dalam dua tahap, pertama menilai akseptabilitas masyarakat terhadap rencana pengembangan ekowisata di koridor Sungai Ciliwung, dan tahap kedua, berupa menilai preferensi masyarakat terhadap jenis peluang ekonomi yang dipilihnya. 2.3.1. Akseptabilitas Masyarakat Parameter
penilaian
akseptabilitas
masyarakat
terhadap
rencana
pengembangan ekowisata di koridor Sungai Ciliwung terlihat pada Tabel 8. Setelah dilakukan penilaian, selanjutnya perhitungan tingkat akseptabilitas masyarakat sebagai berikut: Perhitungan tingkat akseptabilitas masyarakat = 11
11
11
11
11
i =1
i =1
i =1
i =1
i =1
∑ Fpe + ∑ Fku +∑ Fke + ∑ Ffas + ∑ Fpar Keterangan: Fpe = faktor penerimaan masyarakat untuk pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata. Fku = faktor keyakinan masyarakat bahwa ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Fke = faktor keyakinan masyarakat bahwa ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ffas = faktor keyakinan masyarakat bahwa ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan fasilitas dan infrastruktur kawasan. Fpar = faktor keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktifitas dan pengelolaan ekowisata. 11
∑ i =1
= lokasi ke 1 sampai 11
26
Tabel 8. Penilaian Akseptabilitas Masyarakat terhadap Ekowisata Peubah Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata
• • • •
Kategori Setuju Cukup – kurang setuju Tidak setuju Tidak tahu
Nilai 4 3 2 1
Ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kualitas lingkungan
• • • •
Sangat yakin Cukup yakin Sedikit yakin Tidak yakin
4 3 2 1
S1 S2 S3 S4
Ekowisata di Sungai Ciliwung dapat meningkatkan kesejateraan
• • • •
Sangat yakin Cukup yakin Sedikit yakin Tidak yakin
4 3 2 1
S1 S2 S3 S4
Ekowisata di Sungai Ciliwung dapat • Sangat yakin meningkatkan fasilitas dan infrastruktur • Cukup yakin kawasan • Sedikit yakin • Tidak yakin
4 3 2 1
S1 S2 S3 S4
4 3 2 1
S1 S2 S3 S4
• • • •
Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi
Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
Skor S1 S2 S3 S4
Sumber : Yusiana (2007), modifikasi.
Hasil penghitungan nilai skor dijumlahkan untuk mendapatkan tingkat akseptabilitas masyarakat yang terbagi dalam tiga kategori sebagai berikut: T
: Tinggi, dengan nilai 150 – 200 Tingkat akseptabilitas masyarakat tinggi tidak ada hambatan untuk rencana pengembangan kawasan menjadi ekowisata.
S
: Sedang, dengan nilai 100 - 149 Tingkat akseptabilitas masyarakat sedang, terdapat hambatan untuk rencana pengembangan kawasan menjadi ekowisata. Perlu perlakuan untuk meningkatkan akseptabilitas masyarakat.
R
: Rendah, dengan nilai 50 - 99 Tingkat akseptabilitas masyarakat rendah, terdapat banyak hambatan untuk rencana pengembangan kawasan menjadi ekowisata. Perlu perlakuan
yang
cukup
akseptabilitas masyarakat.
khusus
dan
mahal
untuk
meningkatkan
27
2.3.2. Preferensi Masyarakat terhadap Peluang Ekonomi Analisis preferensi masyarakat terhadap peluang ekonomi berfungsi untuk menilai tingkat keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktifitas kepariwisataan di kawasannya. Penilaian didasarkan peluang ekonomi yang terkait langsung wisata, dan peluang ekonomi sebagai penunjang wisata. Cara penilaian adalah dengan melihat jenis peluang ekonomi terbanyak yang dipilih masyarakat (Tabel 9). Tabel 9. Jenis Peluang Ekonomi Masyarakat Peluang Ekonomi Terkait Langsung Wisata a. Menjadi karyawan/pemandu wisata b. Membuka toko/ Restaurant/penginapan c. Mengembangkan obyek dan atraksi wisata d. Bertani/berternak Sumber: Yusiana (2007), modifikasi.
Hasil
preferensi
masyarakat
Peluang Ekonomi sebagai Penunjang Wisata e. Penyedia produk wisata f. Lain-lain
terhadap
jenis
peluang
ekonomi
diklasifikasikan seperti yang tertera pada Tabel 10. Pilihan masyarakat terhadap jenis peluang ekonomi yang terkait langsung wisata mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding dengan peluang ekonomi sebagai penunjang wisata. Tabel 10. Klasifikasi Tingkat Peluang Ekonomi Masyarakat Peluang Ekonomi Terkait Wisata
Peluang Ekonomi sebagai Penunjang Wisata 100 0 90 10 80 20 70 30 60 40 50 50 40 60 30 70 20 80 10 90 0 100 Keterangan: Tabel klasifikasi berdasarkan hasil diskusi bimbingan (2007).
Klasifikasi Tinggi (T) Tinggi (T) Tinggi (T) Sedang (S) Sedang (S) Sedang (S) Sedang (S) Rendah (R) Rendah (R) Rendah (R) Rendah (R)
Berdasarkan hasil penggabungan antara akseptibilitas masyarakat dan peluang ekonomi masyarakat dibagi dalam zona sangat potensial (SP), potensial (P), dan tidak potensial (TP).
28
2.4. Zona Pengembangan Kawasan Ekowisata Tahap ini merupakan tahap sintesis, lanjutan dari tahap analisis, dimana peta-peta komposit hasil analisis kondisi biofisik, potensi obyek dan atraksi wisata, dan kondisi masyarakat diintegrasikan dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografi (SIG). Setelah peta-peta tematik tersebut digabungkan dengan cara tumpang susun (overlay), hasilnya berupa zona potensial kawasan untuk pengembangan ekowisata. Proses sintesis ditunjukan pada Gambar 7.
Kualitas Air
Bantaran Sungai
Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Kelayakan Obyek & Atraksi
Peluang Ekonomi Masyarakat
Akseptabilitas Masyarakat
Peta Tematik
Biofisik Sungai
Obyek dan Atraksi Wisata
Dukungan Masyarakat
Peta Komposit Zonasi Potensial Rencana Pengembangan Ekowisata
Gambar 7. Teknik Tumpang Susun (Overlay) Peta-peta Tematik Proses tumpang susun (overlay) peta komposit kondisi biofisik potensial, zona obyek dan atraksi wisata potensial, dan zona kondisi masyarakat potensial menghasilkan tiga zona potensial kawasan untuk pengembangan ekowisata perkotaan, yaitu: T : Zona berpotensi tinggi, sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata. Seluruh aspek bernilai sangat potensial (SP) atau paling tidak minimal terdapat satu aspek yang termasuk dalam klasifikasi potensial (P), tidak terdapat aspek yang termasuk tidak potensial (TP). S : Zona berpotensi sedang, cukup potensial untuk pengembangan ekowisata. Minimal terdapat satu aspek yang termasuk dalam kategori tidak potensial (TP). R : Zona berpotensi rendah, tidak potensial untuk pengembangan ekowisata. Seluruh aspek termasuk dalam klasifikasi tidak potensial (TP).
29
3. Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Perkotaan Rencana pengembangan kawasan ekowisata berdasarkan zona potensial kawasan untuk pengembangan ekowisata perkotaan. Rencana pengembangan ini dalam
bentuk
konsep
pengembangan
kawasan
ekowisata,
program
pengembangan, dan rencana pengembangan infrastruktur pendukung wisata. 3.1. Konsep Rencana Pengembangan Kawasan Konsep pengembangan kawasan yaitu rencana pengembangan “kawasan ekowisata perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban ecotourism)”. Konsep rencana pengembangan diilustrasikan dalam bentuk model pengembangan ruang wisata yang mempertimbangkan karakter lanskap dan potensi wisata. 3.2. Konsep Ruang dan Sirkulasi Kawasan Ekowisata Konsep ruang diwujudkan dengan ilustrasi peletakan ruang wisata utama, ruang penunjang, ruang penerima, dan ruang transisi pada kawasan ekowisata Sungai Ciliwung. Konsep peletakan ruang berdasarkan konsep rencana pengembangan. Untuk konsep perencanaan sirkulasi digambarkan dengan membuat hubungan antar kelompok kegiatan wisata, dan antara kegiatan wisata dengan kegiatan wisata lainnya di dalam kawasan. 3.3. Program Pengembangan Kawasan Ekowisata Program pengembangan kawasan berupa rencana perbaikan dan penataan kawasan
sesuai
konsep
pengembangan
kawasan.
Perencanaan
program
pengembangan tersebut, yaitu dengan mengkomunikasikan nilai-nilai potensi wisata kawasan (absolut value), yang hasilnya berupa arahan pengembangan kawasan. Arahan pengembangan diilustrasikan secara grafis sebagai panduan penataan kawasan ekowisata koridor Sungai Ciliwung di Jakarta. 3.4. Rencana Pengembangan Infrastruktur Pendukung Ekowisata Infrastruktur pendukung ekowisata dibuat berdasarkan kebutuhan pada setiap kawasan yang dikembangkan. Hal ini untuk memberikan kepuasan yang memberi rasa nyaman dan aman kepada pengunjungnya (tourist satisfactory). Konsep perencanaan infrastruktur kawasan ini berdasarkan pertimbangan ekologis.
30
Batasan Istilah Atraksi Wisata adalah daya tarik di daerah tujuan wisata berupa kejadian-kejadian tradisional seni-budaya, hiburan, jasa, dan kejadian-kejadian tidak tetap (Karyono 1997). Bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenang air saat banjir (flood plan) (Maryono 2003, diacu dalam Aini 2005). Ekowisata adalah Suatu model pengembangan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah- daerah yang dikelola secara kaidah alam dimana tujuannya selain menikmati keindahannya, juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat (Direktorat Sumber Daya Daerah 2000). Ekowisata
perkotaan
adalah
model
penyelenggaraan
ekowisata
yang
mengekplorasi di dalam dan sekitar kota, dimana kegiatannya selain menghargai, mengapresiasikan, dan mengkonservasi sumber daya alam dan budaya kota, juga berfungsi meningkatkan kualitas ekologis kota, serta mendorong ekonomi lokal. Keterlibatan masyarakat dan pengunjung dalam aktifitas wisatanya memberi inspirasi untuk pengalaman fisik, menstimulasi intelektual, dan interaksi sosial. Dalam penyelenggaraan kegiatannya berbasis pada sektor ekonomi dan jasa, dengan fasilitas standar perkotaan. (Green Tourism Association 2007; Inskeep 1991). Koridor sungai adalah daerah terkendali yang merupakan bagian dari daerah batas penataan sungai (DBPS) proram kerja Prokasih (2005), yaitu selebar 250 m dari as ke kiri dan kanan sungai (BPLHD Prov. DKI Jakarta 2005). Obyek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Nurisjah et al. 2003; Karyono 1997). Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisata (Karyono 1997).