IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di
Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Perusahaan berjarak ± 300 meter dari pemukiman penduduk dengan lahan seluas 2 hektar yang berbatasan langsung dengan lembah Duhur di sebelah Barat, Desa Ciderum di sebelah Timur, serta Desa Caringin di sebelah Utara dan Selatan, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) karena perusahaan ini merupakan peternakan penggemukan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor. Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama bulan Januari sampai dengan Februari 2012. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengelola yang sekaligus pemilik peternakan. Data primer yang didapat mencakup biayabiaya yang dikeluarkan selama umur proyek, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari usaha peternakan domba. Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian ini dan diperoleh dari studi literatur berbagai buku yang menjelaskan budidaya domba, penelitian terdahulu, bahan perkuliahan, akses internet, dokumen maupun catatan dari peternak serta berbagai informasi yang diperoleh dari instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Direktorat Jenderal Peternakan, Food and Agriculture Organization dan Kementrian Pertanian, 4.3.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
merupakan analisis yang dilakukan dengan cara deskriptif untuk menggambarkan sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar,aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial dan lingkungan dari Peternakan Domba Tawakkal. 29
Analisis secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi. Metode kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan analisis Switching Value yang diolah dengan menggunakan program computer Microsoft Excel. Karena penggunaan sejumlah barang investasi yang memerlukan waktu pengembalian yang cukup panjang maka akan diperhitungkan konsep time value of money, dengan konsep ini penentuan nilai uang sekarang bila diketahui sejumlah nilai tertentu dimasa yang akan datang harus dilakukan dengan metode discounting factor. Setelah kriteria kelayakan diperoleh melalui perhitungan cash flow, pengujian tingkat kepekaan akan dilihat dengan analisis sensitivitas. 4.4.
Analisis Non Finansial Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial disesuaikan
dengan skala usaha proyek, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka analisis kelayakan non finansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek hukum. a) Aspek Pasar Suatu usaha dikategorikan layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar dengan syarat jika tersedia pasar yang siap menerima produk perusahaan tersebut (Suratman 2002) b) Aspek Teknis Menurut Subagyo (2007) indikator suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan suistainable. c) Aspek Manajemen Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek manajemen jika perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten.
30
d) Aspek Hukum Menurut Subagyo (2007) suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum jika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu perusahaan ditentukan oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha. e) Aspek Sosial dan Lingkungan. Menurut Gittinger (1988) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Kelayakan dari aspek lingkungan dapat dilihat seberapa besar pengaruh bisnis tersebut terhadap sistem alami dan kualitas lingkungan. Dampak bisnis terhadap lingkungan akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau rusk sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina et al. 2009). 4.5.
Analisis Aspek Finansial Untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan
Peternakan Domba Tawakkal, maka dilakukan perbandingan antara biaya dan manfaat kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis Switching Value. 4.5.1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan (Nurmalina et al. 2009). Secara matematis rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut:
31
n
NPV
Bt
t 0
1
Ct i
t
Keterangan : Bt Ct n i
= manfaat yang diperoleh tiap tahun = biaya yang dikeluarkan tiap tahun = jumlah tahun = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal. Dengan kata lain proyek tersebut tidak untung ataupun tidak rugi. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. 4.5.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B-C Ratio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah:
Net B/C Keterangan : Bt Ct n i
= manfaat pada tahun t = biaya pada tahun t = umur bisnis ( sepuluh tahun ) = discount rate (6,5 %)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah: Net B/C = 1, maka proyek tidak untung dan tidak rugi Net B/C > 1, maka proyek menguntungkan Net B/C < 1, maka proyek merugikan
32
4.5.3. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:
IRR
i
NPV i' i NPV NPV '
Keterangan : i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif i NPV = NPV yang bernilai positif NPV = NPV yang bernilai negatif 4.5.4. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period) Untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Payback Period yang menunjukkan jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang diperoleh dari usaha penggemukan domba. Rumus yang digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah:
Keterangan : I Ab
= besarnya investasi yang dibutuhkan = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Pada dasarnya semakin cepat Payback Period menandakan semakin kecil risiko yang dihadapi oleh investor. 4.5.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk
33
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Gittinger 1986). Gittinger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai kepekaan (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam penelitian ini, digunakan analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan pada kenaikan biaya pakan hijauan dan penurunan harga domba jantan. 4.6.
Konsep pengukuran dan asumsi-asumsi dalam Cashflow
Konsep pengukuran dan asumsi-asumsi dalam Cashflow 1.
Lahan yang digunakan untuk rencana pengembangan usaha dengan penambahan lahan seluas 3000 m 2 dengan penambahan kapasitas produksi sebesar 900 ekor domba.
2.
Modal yang digunakan pada pengembangan bisnis di Peternakan Domba Tawakkal adalah modal sendiri.
3.
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam pengembangan bisnis adalah tingkat bunga deposito Bank Rakyat Indonesia sebesar 6,5 persen per tahun.
4.
Penerimaan Peternakan Domba Tawakkal terbagi atas dua bagian yaitu penjualan dari unit bisnis pembibitan yang berupa anakan jantan, domba betina serta kotoran dan unit bisnis penggemukan yang berupa domba jantan dewasa dan kotoran.
5.
Penjualan
domba jantan dewasa dilakukan dengan sistem tongkrong
dengan minimal harga yaitu Rp 1.200.000,00 per ekor. Sistem tongkrong yaitu cara pembelian domba dengan cara menaksir bobot dengan perawakan tubuh domba tanpa menimbang bobot hidup. 6.
Anakan jantan dijual ke kandang penggemukan untuk dibesarkan setelah berumur tujuh bulan dengan harga Rp 650.000,00 dan dijadikan sebagai
34
pemasukan bagi unit pembibitan Peternakan Domba Tawakkal. Pembelian yang dilakukan oleh unit penggemukan dimasukkan kedalam biaya variabel sebagai pembelian jantan. 7.
Harga domba betina yang dijual yaitu Rp 500.000,00 per ekor
8.
Harga domba jantan yang dibeli untuk penggemukan yaitu Rp 650.000,00.
9.
Angka keberhasilan kebuntingan pada setiap proses perkawinan yaitu 70 persen.
10. Survival rate untuk setiap kelahiran anakan domba adalah sebesar 95 persen 11. Jumlah kelahiran rata-rata anakan pada setiap kali kelahiran berjumlah 1,5 ekor per indukan. Hasil ini dirata-ratakan dari jumlah anakan domba yang lahir antara satu ekor, kembar dan kembar tiga. 12. Rasio jenis kelamin anakan yang dilahirkan yaitu 50 persen jantan dan 50 persen betina. 13. Umur proyek analisis kelayakan investasi yang dipakai yaitu 10 tahun. Hal ini didasari oleh umur ekonomis dari bangunan kandang yang merupakan investasi terpenting dan memiliki umur ekonomis paling lama. 14. Penghitungan nilai masing-masing investasi yaitu menggunakan metode garis lurus dengan nilai sisa masing-masing barang investasi pada akhir umur ekonomis adalah nol (habis terpakai). 15. Output yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya adalah anakan domba (umur tujuh bulan), domba betina, domba jantan dan kotoran. 16. Rata-rata seekor domba dewasa menghasilkan 250 gr kotoran per harinya sehingga dalam setahun dirata-ratakan domba menghasilkan sekitar 90 kg kotoran. Anak domba menghasilkan 140 gr kotoran per hari sehingga dalam satu tahun dirata-ratakan anak domba menghasilkan 50 kg kotoran. 17. Harga input dan output selama umur proyek konstan. 18. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yaitu : a) Pasal 17 ayat b Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 25 persen.
35