29
4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber data dalam penelitian ini antara lain: (1) International Pepper Community, (2) Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia (1991-2012), (3) Bappebti, (4) World Bank, (5) penelitian terdahulu, dan (6) sumber-sumber lain yang relevan. Selain itu, sebagai informasi kualitatif (hanya sebagai tambahan saja), dilakukan wawancara dengan beberapa pelaku agribisnis lada, diantaranya petani lada, pedagang pengumpul lada putih, pengusaha olahan lada putih, eksportir lada putih, dan BP3L (Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Data lada putih dunia didekati berdasarkan data penawaran ekspor lada putih negara-negara produsen lada, khususnya negara-negara produsen lada sekaligus pengekspor lada putih terbesar. Negara-negara tersebut yaitu Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Cina. Jumlah keseluruhan penawaran ekspor lada putih dari negara-negara tersebut dianggap sebagai jumlah permintaan lada putih dunia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sebagian besar penawaran lada putih masih bergantung pada permintaannya di pasar impor dunia atau pasar internasional. Jumlah keseluruhan penawaran ekspor lada putih dari negara-negara tersebut, yang dianggap sama dengan jumlah permintaan lada putih dunia, juga disebut sebagai sebagai volume perdagangan lada putih dunia.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan data-data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan secara kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan lada putih di dunia dan melakukan analisis permintaan impor lada putih dunia yang bersumber dari Indonesia dan Vietnam. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan lada putih dunia digunakan model regresi linear berganda logaritmik. Penggunaan model regresi linear berganda logaritmik dimaksudkan agar langsung diperoleh nilai elastisitas setelah dilakukan pendugaan model, yaitu berdasarkan nilai koefisien variabel-variabel independennya. Pada Model regresi linear berganda logaritmik tersebut tidak dipertimbangkan negara pengekspor (asal) lada putih nya atau negara yang menjadi sumber impornya. Analisis permintaan impor lada putih dunia yang bersumber dari Indonesia dan Vietnam dilakukan dengan mengadopsi model AIDS (Almost Ideal Demand System). Model AIDS dipilih karena model ini dapat melihat kompetisi diantara negara-negara pengekspor atau sumber impor dari komoditi tertentu, melalui share masing-masing negara tersebut atau pangsa pasar nya. Selain itu pada model AIDS, secara teknis, persamaan dari negara-negara pengekspor tersebut dirun (dijalankan) bersamaan, tidak di-run terpisah per masing-masing negara
30 pengekspor. Dengan kata lain bukan dua model yang terpisah. Model AIDS pada penelitian ini juga dimodifikasi dengan menambahkan variabel-variabel independen lain yang terkait, selain yang memang sudah menjadi variabelvariabel independen umum di dalam model AIDS. Analisis model regresi linear berganda logaritmik dan model AIDS dimaksudkan untuk menentukan posisi atau daya saing lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia, khususnya terhadap Vietnam, yang pada akhirnya menjadi sumber informasi dalam penetapan strategi-kebijakan bagi pemasaran lada putih Indonesia di pasar lada putih dunia. Program (software) komputer yang digunakan untuk melakukan analisis-analisis ini adalah Minitab 14, Eviews 4.1, dan STATA 11.
Spesifikasi Model dan Definisi Variabel Volume Perdagangan Lada Putih Dunia Volume perdagangan lada putih dunia merupakan jumlah penawaran ekspor lada putih dunia, yang mana sama dengan jumlah permintaan impor nya. Dengan kata lain, volume perdagangan lada putih dunia merupakan jumlah lada putih yang diperdagangkan di pasar lada putih dunia pada kondisi ekuilibrium nya. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi volume perdagangan lada putih dunia juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor dan/atau permintaan impor lada putih dunia. Volume perdagangan yang dianalisis tidak membedakan asal impor (negara pengekspor) lada putih nya. Persamaan volume perdagangan tersebut adalah sebagai berikut: LnVPWDt =α0 +α1 LnPPt +α2 LnPHt +α3 LnGDPPCWDt +α4 LnWPt .............. (11) Dimana: VPWD PP PH GDPPCWD WP
: : : : :
Volume perdagangan lada putih dunia (ton) Harga lada putih di pasar impor lada putih dunia (USD/ton) Harga lada hitam di pasar impor lada hitam dunia (USD/ton) GDP per kapita dunia (USD/kapita) Jumlah penduduk dunia (orang)
Ukuran-ukuran elastisitas dan artinya, dari model ini, dapat dilihat pada Tabel 8.
31 Tabel 8 Ukuran-ukuran elastisitas model regresi logaritmik No
Besar Elastisitas
1.
Elastisitas Harga Sendiri a. Ep = 0 Inelastis sempurna
2.
3.
Istilah
b. 0 < Ep < 1
Inelastis
c. Ep = 1
Elastisitas unit
d. 1 < Ep <
Elastis
e. Ep =
Elastis sempurna
Elastisitas Silang a. Ec > 0 (positif)
Barang substitusi
b. Ec < 0 (negatif)
Barang komplemen
Elastisitas Pendapatan a. Ei > 0 (positif) Barang normal
b. Ei < 0 (negatif)
Barang inferior
c. 0 < Ei < 1
Barang kebutuhan pokok (essential goods)
d. Ei > 1
Barang mewah
Keterangan Volume perdagangan lada putih dunia tidak berubah (tetap/konstan) dengan adanya perubahan harga lada putih dunia. Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang lebih kecil dari pada perubahan harga lada putih dunia. Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga lada putih dunia. Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang lebih besar dari pada perubahan harga lada putih dunia. Berapapun volume perdagangan lada putih dunia, harga lada putih dunia tidak berubah (tetap/konstan). Kenaikan harga barang substitusi lada putih di dunia berakibat meningkatnya volume perdagangan lada putih dunia. Kenaikan harga barang komplemen lada putih di dunia berakibat turunnya volume perdagangan lada putih dunia. Volume perdagangan lada putih dunia naik, saat pendapatan per kapita dunia naik. Volume perdagangan lada putih dunia turun, saat pendapatan per kapita dunia naik. Volume perdagangan lada putih dunia berubah dengan persentase yang lebih kecil dari pada perubahan pendapatan per kapita dunia. Volume perdagangan lada putih dunia naik, saat pendapatan per kapita dunia naik.
32 Permintaan Impor Lada Putih Dunia yang Bersumber dari Indonesia dan Vietnam Model AIDS pertama kali diperkenalkan oleh Deaton dan Muellbauer pada tahun 1980 (Karo-karo Sitepu dan Sinaga 2006). Bentuk umum model AIDS yang dikembangkan oleh Deaton dan Muellbauer adalah: γij log pj +βi log Y P
wi =αi +
…….……………….…………..……… (12)
j
dimana P adalah indeks harga yang didefinisikan oleh: log P =α0 +
αi log pi +
1 2
γij log pi log pj i
...…….……..………… (13)
j
dan parameter ij didefinisikan oleh: γij =
1 * * γ +γ =γji 2 ij ji
…………..………………….…………..…………… (14)
Dari persamaan (12) dapat diketahui bahwa model AIDS merupakan model nonlinear akibat adanya penggunaan indeks harga P. Agar dapat diduga secara linear maka perlu dilakukan pendekatan terhadap nilai indeks harga P dengan mengeksploitasi hubungan antara, salah satunya melalui penggunaan indeks harga Stone (log P*=Σwk log pk), sehingga model AIDS menjadi: γij log pj +βi log x
wi =α*i + j
P*
……….........…………..…………… (15)
Dengan catatan: i*= i - i log . Jika P .P*. Fungsi di atas dikenal sebagai aproksimasi linear dari AIDS (LA/AIDS). Untuk menghitung elastisitas permintaan dari model LA/AIDS, digunakan formula seperti yang dilakukan oleh Chalfant (Karo-karo Sitepu dan Sinaga 2006; Jung dan Koo 2000; serta Taljaard, Alemu, dan van Schalkwyk 2004): Elastisitas harga sendiri Elastisitas harga silang Elastisitas pengeluaran
γii -βi wi -1 wi γij -βi wj εij = ;i≠j wi β ηi = i +1 wi εii =
….……..…………… (16) ….…………..……… (17) ……...…..………….. (18)
Persamaan umum model AIDS yang dibangun dalam penelitian ini diadopsi dari model AIDS yang digunakan oleh Rifin (2010), dan kemudian dimodifikasi atau disesuaikan, yaitu sebagai berikut:
33 m Si =βi ln + p* Dimana: S P m P* Z
: : : : :
n
γij lnPj +Z+εt
…….………….. (19)
i=1
Pangsa pasar negara pengekspor tertentu di pasar impor Harga lada putih (USD/ton) Pengeluaran Corrected stone price index Faktor-faktor lainnya
Analisis model AIDS dalam penelitian ini, mengabaikan/tidak menggunakan restriksi adding up, homogenity, dan symmetry, karena permintaan yang dianalisis adalah permintaan impor suatu negara ataupun beberapa negara (dikatakan dunia). Restriksi adding up, homogenity, dan symmetry digunakan ketika menganalisis permintaan rumah tangga individu langsung yang tujuannya maksimisasi utilitas, sementara permintaan impor suatu negara ataupun beberapa negara terdiri atas permintaan input oleh produsen-produsen (industri), selain juga permintaan rumah tangga individu pada negara tersebut. Komoditi lada putih tidak dapat dikonsumsi langsung, melainkan harus diolah terlebih dahulu baru kemudian dapat dikonsumsi oleh konsumen pemakai akhir. Dengan demikian, permintaan impor lada putih dari suatu negara tertentu ataupun beberapa negara tidak langsung bersumber dari permintaan rumah tangga individu, akan tetapi bersumber dari permintaan para produsen pengolah lada putih, baru kemudian kepada permintaan rumah tangga individu. Adapun model AIDS Indonesia dan Vietnam di pasar impor lada putih dunia adalah sebagai berikut: Sindo=αindo+βindoLn
mwd p*
+γindo,
indo
Ln PPindo +γindo, Ln PPvtn +δindoLn PProw vtn
..... (20)
+λindoLn PH+θindoLn WP+μindoLn NTindo+ε
t
Svtn =αvtn +βvtnLn
mwd p*
+γvtn,
indo
Ln PPindo +γvtn, Ln PPvtn +δvtnLn PProw vtn
+λvtnLn PH+θvtn Ln WP+μvtn Ln NTvtn+ε
..... (21)
t
Dimana: Sindo Svtn PPindo PPvtn PProw
: : : : :
Pangsa pasar lada putih Indonesia di pasar impor lada putih dunia Pangsa pasar lada putih Vietnam di pasar impor lada putih dunia Harga lada putih (nilai ekspor per jumlah ekspor) Indonesia (USD/ton) Harga lada putih (nilai ekspor per jumlah ekspor) Vietnam (USD/ton) Harga lada putih (nilai ekspor per jumlah ekspor) sisa dunia/rest of world (selain Indonesia dan Vietnam) (USD/ton) mwd : Total pengeluaran dunia atas impor lada putih (USD) p* : Corrected stone price index PH : Harga lada hitam di pasar impor lada hitam dunia (USD/ton) WP : Jumlah penduduk dunia (orang) NTindo : Nilai tukar nominal mata uang Indonesia (USD terhadap Rupiah) NTvtn : Nilai tukar nominal mata uang Vietnam (USD terhadap Dong) Dalam perhitungan, Ln (mwd/P*) ditulis sebagai LnMwdpPstone
Berdasarkan output pengolahan model AIDS, ditentukan nilai elastisitaselastisitas untuk Indonesia dan Vietnam, yaitu: (1) elastisitas harga sendiri, (2) elastisitas harga silang, dan (3) elastisitas pengeluaran dunia atas impor lada putih atau dengan kata lain elastisitas nilai impor lada putih dunia. Elastisitas harga
34 sendiri dihitung dengan persamaan (16), elastisitas harga silang dengan persamaan (17), dan elastisitas nilai impor lada putih dunia dengan persamaan (18). Adapun ukuran-ukuran elastisitas dan artinya, dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9 Ukuran-ukuran elastisitas model AIDS No 1.
2.
3.
Besar Elastisitas Istilah Elastisitas Harga Sendiri Inelastis a. Ep = 0 sempurna
b. 0 < Ep < 1
Inelastis
c. Ep = 1
Elastisitas unit
d. 1 < Ep <
Elastis
e. Ep =
Elastis sempurna
Elastisitas Silang a. Ec > 0 (positif)
Barang substitusi
Keterangan Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tidak berubah (tetap/konstan) dengan adanya perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut. Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) berubah dengan persentase yang lebih kecil dari pada perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut. Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) berubah dengan persentase yang sama dengan perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut. Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) berubah dengan persentase yang lebih besar dari pada perubahan harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut. Berapapun pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor), harga lada putih negara pengekspor (sumber impor) tersebut tidak berubah (tetap/konstan).
Kenaikan harga barang substitusi lada putih dari suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu berakibat pada meningkatnya pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut. Kenaikan harga barang komplemen lada putih dari b. Ec < 0 (negatif) Barang komplemen suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu berakibat pada turunnya pangsa pasar lada putih dunia suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut. Elastisitas Nilai Impor Lada Putih Dunia Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara a. Ei > 0 (positif) pengekspor (sumber impor) tertentu naik, sejalan dengan kenaikan nilai impor lada putih dunia (kenaikan nilai impor dunia mewakili perkembangan produksi olahan lada putih [kebutuhan input lada putih yang meningkat] dunia yang juga menggambarkan perkembangan negara-negara di dunia). Pangsa pasar lada putih dunia suatu negara b. Ei < 0 (negatif) pengekspor (sumber impor) tertentu turun, sementara nilai impor lada putih dunia naik.
35 Pendugaan Model dan Pengujian Hipotesis Koefisien regresi pada model AIDS diduga dengan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR). Sementara itu, untuk menduga koefisien regresi pada model volume perdagangan lada putih dunia digunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Uji asumsi yang dilakukan untuk memenuhi syarat OLS adalah uji multikolineritas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi, yaitu sebagai berikut: 1. Uji normalitas Untuk mengetahui normalitas residual (error atau gangguan), maka digunakan Uji Jarque-Bera. Hipotesis yang disusun, yaitu: H0: Residual (error atau gangguan) berdistribusi normal. Ha: Residual (error atau gangguan) tidak berdistribusi normal. Jika nilai probabilitas (Jarque-Bera) lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka disimpulkan terima H0. Sehingga dapat dikatakan residual (error atau gangguan) pada model terdistribusi dengan normal atau dengan kata lain asumsi normalitas terpenuhi. 2. Uji heteroskedastisitas Uji yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya sifat heteroskedastisitas pada model adalah Uji Heteroskedastisitas Umum White. Hipotesis yang disusun yaitu: H0: Tidak ada heteroskedastisitas. Ha: Ada heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared (Uji White) lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka disimpulkan terima H0. Atau dengan kata lain, disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model. 3. Uji autokorelasi Uji yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi pada model adalah Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier. Hipotesis yang disusun yaitu: H0: Tidak ada autokorelasi. Ha: Ada autokorelasi. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared (Uji Breusch-Godfrey Lagrange Multiplier) lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan, maka disimpulkan terima H0. Atau dengan kata lain, disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model. 4. Uji multikolinearitas Menurut Mason dan Lind (1999), korelasi antara variabel-variabel independen yang berada pada selang -0.70 sampai dengan 0.70 tidak menyebabkan masalah. Adanya multikolinearitas juga dapat diuji berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factors) nya. Menurut Lind, Marchal, dan Wathen (2007), VIF yang lebih besar dari sepuluh (10) dianggap tidak memuaskan, yang mengindikasikan sebaiknya variabel bebas tersebut dibuang. Pramesti (2009) menyebutkan, jika nilai VIF lebih kecil dari sepuluh, maka dapat dikatakan model terbebas dari masalah multikolinearitas. Oleh sebab itu, jika nilai korelasi antar variabel independen berada pada selang -0.7 sampai 0.7 dan nilai VIF setiap variabel tersebut lebih kecil dari